Tribune Express - Esai Kritis: Remix Lagu di TikTok: Melanggar Hak Cipta?

Page 1


"Remix Lagu di TikTok: Melanggar Hak Cipta?” Oleh: Nafila Andriana Putri Staf Bidang Literasi dan Penulisan 2021

Sumber: https://www.wallpaperkiss.com/wimg/b/199-1996098_big.jpg

Situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini mengharuskan semua orang harus banyak beraktivitas dari rumahnya masing-masing. Tentunya hal ini menyebabkan masyarakat merasa bosan. Implikasinya yaitu terjadi lonjakan penggunaan media sosial, salah satunya yaitu TikTok. Pada tanggal 18 Mei 2020, Head of Content and User Operations TikTok Indonesia, Angga Anugrah Putra, menyatakan bahwa pengguna TikTok di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 20% selama pandemi.1 TikTok adalah aplikasi sosial video pendek yang memiliki dukungan musik dan memberikan special effects menarik sehingga mendorong kreativitas penggunanya untuk menjadi content creator (orang-orang yang membuat materi berisikan nilai edukasi dan hiburan).2 Aplikasi ini mengambil lagu yang terpotong secara otomatis kemudian lagu tersebut digunakan oleh pengguna TikTok dengan gayanya masing-masing melalui video berdurasi kurang dari satu menit. Selanjutnya, hasil video tersebut dapat dipublikasikan di aplikasi TikTok itu sendiri sehingga 1 Cindy Mutia Annur, "Pengguna Tiktok Naik 20% Selama Pandemi, Terbanyak Konten Edukasi,” https://katadata.co.id/ekarina/digital/5ec2245aa8bc7/pengguna-tiktok-naik-20-selama-pandemi-terbanyak-kontenedukasi, diakses 24 April 2021. 2 Adhitya Wibawa Putra, “TikTok Sosial Media Berbasis Video yang Sedang Sangat Populer,” https://gadgetren.com/2018/03/16/apa-itu-tik-tok-video-media-sosial/, diakses 24 April 2021.


pengguna lain dapat melihatnya dan/atau disebarluaskan ke sosial media lainnya.3 Dengan demikian, tidak jarang video-video TikTok tersebut tersebar luas sehingga creator-nya pun juga terkenal. Lagu-lagu yang sering dijadikan backsound video konten TikTok memang terkesan mengasyikkan. Maka tidak jarang masyarakat segala umum menyukai aplikasi ini. Karena durasi video TikTok cukup pendek menyebabkan lagu-lagu yang sering menjadi backsound pun cukup diingat. Sekarang ini banyak bermunculan lagu-lagu TikTok yang di-remix. Artinya, suatu lagu diambil dari penyanyi tertentu kemudian lirik atau nadanya diaransemen ulang menggunakan musik elektronik, dengan mengubah tempo, tinggi-rendah nada, hingga menambahkan intro dan outro diluar versi asli musik tersebut.4 Ironisnya, lagu-lagu hasil remix itu menyita banyak perhatian, bahkan mengalahkan lagu versi aslinya. Contohnya yaitu lagu dari Konfuz, penyanyi asal Rusia, berjudul Patata yang diremix dengan beat atau koplo. Ada juga yang mengubah-ubah liriknya menjadi “harta dan tahta jelek gapapa asal banyak duitnya” sehingga masyarakat tidak lagi mencari lagu asli yang berjudul Patata, melainkan mencari lagu yang telah diubah liriknya tersebut. Kasus lainnya yaitu lagu berjudul Bukan Cinta Biasa milik Siti Nurhaliza yang diremix dengan tambahan beat dan suarasuara menarik. Alih-alih kembali mendengarkan versi asli milik Siti Nurhaliza, masyarakat lebih menyukai lagu yang telah di-remix itu dengan sebutan lagu Cintaku Bukan di Atas Kertas remix TikTok. Tentunya hal ini menyebabkan kerugian materil dan kerugian immaterial. Kerugian materil berupa tidak adanya royalti bagi penyanyi asli, sedangkan kerugian immaterial berupa terlupakannya penyanyi asli dari lagu tersebut. Lalu bagaimanakah hukum memandang isu pengubahan lagu baik dari aransemen maupun liriknya di aplikasi TikTok ini? Teknologi informasi berkembang begitu cepat, penyebaran informasi pun menjadi lebih mudah. Dengan begitu, mudah sekali untuk menyebarluaskan informasi apapun, ke siapapun, dan dimanapun. Karya orang pun mudah tersebar dan tak jarang karya tersebut disalahgunakan. Maka dari itu, hukum melindungi hak-hak pencipta atas ciptaannya melalui hak cipta. Hak cipta merupakan salah satu aspek dalam hukum kekayaan intelektual. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 UU 3 Revian Tri Pamungkas dan Djulaeka, “Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta atas Lagu yang Diunggah Pada Aplikasi Tiktok,” Simposium Hukum Indonesia Vol. 1, No. 1 (2019), hlm. 397. 4 Media Informasi, “Perbedaan Parodi, Cover, Plagiat, dan Remix,” https://mediaformasi.com/2018/10/perbedaan-parodi-cover-plagiat-dan-remix/, diakses 27 April 2021.


Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UUHC), hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Hak cipta adalah salah satu bagian dari hak kekayaan intelektual yang memiliki cakupan perlindungan dari hak cipta yaitu ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.5 Tulisan ini membahas mengenai menjamurnya remix lagu di TikTok. Maka dari itu, tulisan ini berkaitan erat dengan hak cipta. Lagu merupakan suatu karya dari seseorang yang sangat perlu untuk dihargai karena selain dari segi seninya, pembuatan lagu membutuhkan banyak pengorbanan. Maka dari itu, patutlah untuk memberikan perlindungan kepada orang yang menciptkan suatu karya atau yang disebut dengan hak kekayaan intelektual. Robert Sherwood merumuskan teori perlindungan hak kekayaan intelektual, antara lain: (1) Reward Theory, teori ini berupa teori yang mengakui karya intelektual yang telah dihasilkan seseorang; (2) Recovery theory, teori ini menyatakan bahwa pencipta telah berkorban banyak untuk menghasilkan ciptaannya sehingga pencipta berhak mendapatkan kembali apa yang ia telah korbankan. (3) Incentive theory, teori ini adalah teori yang mendukung pemberian insentif agar kegiatan-kegiatan pelaksanaan dan pengembangan kreativitas penemuan dan semangat untuk menghasilkan penemuan dapat terjadi.6 Hakikatnya, pencipta (orang yang menciptakan karya) memiliki hak moral dan hak ekonomi atas ciptaannya. Adapun yang dimaksud dengan hak ekonomi adalah hak pencipta untuk memperoleh keuntungan dari pengguna yang menggunakan ciptaannya.7 Hak ekonomi mencakup hak bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk melakukan tindakan (1) penerbitan ciptaan; (2) penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya; (3) penerjemahan ciptaan; (4) pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan; (5) pendistribusian ciptaan atau salinannya; (6) pertunjukan ciptaan; (7) pengumuman ciptaan; (8) komunikasi ciptaan; dan (9) penyewaan ciptaan.8

5

Indonesia, Undang-Undang Hak CiptaI, UU No. 28 Tahun 2014, LN No. 266 Tahun 2014, TLN No. 5599, Ps. 1. 6 Robert M. Sherwood, Intellectual Property and Economic Development, (Virginia: Alexandria, 1990), hlm. 3. 7 Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.45 8 Indonesia, Undang-Undang Hak CiptaI, UU No. 28 Tahun 2014, LN No. 266 Tahun 2014, TLN No. 5599, Ps. 9.


Sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta untuk (1) mencantumkan namanya pada salinan ciptaannya; (2) menggunakan nama samaran pada ciptaannya; (3) mengubah ciptaannya demi kepentingan masyarakat; (4) mengubah judul ciptaan; (5) dan mempertahankan haknya dari distorsi, mutilasi, dan modifikasi.9 Menurut UU Hak Cipta, distorsi merupakan tindakan memutarbalikan suatu fakta atau identitas ciptaan; mutilasi merupakan proses atau tindakan menghilangkan sebagian ciptaan; dan modifikasi merupakan pengubahan ciptaan. Remix lagu adalah tindakan mengubah tempo, ketukan, atau menambahkan efek pada sebuah lagu. Remix lagu juga dapat mengubah genre lagu asli menjadi genre lainnya. Melakukan remix lagu adalah suatu pilihan mudah bagi produser lagu menyebarluaskan lagu remix-nya daripada menciptakan lagu sendiri, terlebih lagi jika lagu yang di-remix merupakan lagu yang sangat hits.10 Dari sini dapat dipahami bahwa tindakan remix lagu merupakan tindakan modifikasi atas suatu ciptaan. Apabila dihubungkan dengan konsep hak ekonomi pada UU Hak Cipta, kewenangan untuk melakukan remix lagu hanya dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak cipta hak cipta sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) huruf d UU Hak Cipta. Maka dari itu, apabila remix lagu dilakukan bukan oleh pencipta atau pemegang hak cipta berarti tindakan tersebut melawan hukum. Seringkali remix lagu yang sering kita dengar di TikTok lebih hits dan disukai masyarakat daripada lagu aslinya, seperti lagu harta dan tahta, cintaku bukan di atas kertas, dan lain-lain. Hal ini jelaslah bertentangan dengan hak moral karena judul dan penyanyi asli dari lagu tersebut seakan telah hilang dan mereka yang melakukan remix lagu tersebut tidak jarang dianggap sebagai penciptanya. Kemudian hal ini juga bertentangan dengan hak ekonomi karena mereka yang melakukan ini jarang sekali meminta izin atau memiliki lisensi dari penyanyinya sebelum mempublikasikan lagu pencipta yang telah mereka modifikasi. Mengingat TikTok adalah salah satu aplikasi yang naik daun, mereka yang mengunggah lagu remix itu bisa dengan cepat terkenal. Implikasi dari terkenal di media sosial adalah mudah mendapatkan penghasilan terutama melalui endorsement. Oleh karena itu, meskipun niat awal adalah sekadar hobi, tetapi lama-kelamaan bisa menjadi kegiatan komersial.

9

Indonesia, Undang-Undang Hak CiptaI, UU No. 28 Tahun 2014, LN No. 266 Tahun 2014, TLN No. 5599,

Ps. 5 (1). Mary Woodcock, “What is A Remix? The Ultimate Music Gateway Guide,” https://www.music gateway.com/blog/how-to/the-importance-of-a-remix, diakses 27 April 2021 10


UU Hak Cipta telah mengatur ketentuan pidana bagi setiap orang yang melanggar hak cipta sebagaimana tercantum pada UU a quo mulai Pasal 112 sampai 120. Isu remix lagu pada TikTok ini dapat dikenakan oleh Pasal 113 UU ayat (2) UU Hak Cipta yang menyatakan bahwa “Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).”11 Pasal ini dapat diterapkan karena remix lagu merupakan pelanggaran hak ekonomi, khususnya pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan. Pelanggaran tersebut dikarenakan kebanyakan orang yang melakukan remix lagu untuk aplikasi TikTok tidak memberikan manfaat kepada penciptanya. Tidak hanya pasal dalam UU Hak Cipta saja yang dapat dikenakan dalam kasus remix lagu ini. Akan tetapi, Pasal 32 ayat (1) UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang menyatakan bahwa, “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik.” juga dapat dikenakan. Hal tersebut karena lagu termasuk ke dalam dokumen elektronik. Berdasarkan Pasal 1 ayat (4) UU ITE, mendefinisikan dokumen elektronik sebagai setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Berdasarkan pasal tersebut, lagu termasuk ke dalam dokumen elektronik apabila lagu tersebut dalam file mp3.1213 Dalam kasus ini, kebanyakan orang yang melakukan remix tanpa izin

11

Indonesia, Undang-Undang Hak CiptaI, UU No. 28 Tahun 2014, LN No. 266 Tahun 2014, TLN No. 5599, Ps. 9 (1). 12 Tri Jata Ayu Pramesti, “Hukum Menyebarkan Lagu yang Bermuatan Penghinaan,” https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt52a70bdbbd01b/hukum-menyebarluaskan-lagu-yangbermuatan-penghinaan/, diakses 28 April 2021. 13 File adalah identitas dari data yang disimpan di dalam berkas sistem yang dapat diakses dan diatur oleh pengguna.


mendapatkan lagunya dari internet dan dalam bentuk mp3 juga. Maka dari itu, UU ITE berpotensi untuk menjerat tindakan ini. Sedangkan untuk ancaman pidananya tertulis pada Pasal 48 UU ITE yaitu “Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).” Pihak yang merasa dirugikan dalam kasus pelanggaran hak cipta dapat melakukan gugatan untuk meminta gangi rugi. Opsi melakukan gugatan juga dapat dilakukan dengan dasar Pasal 1365 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Gugatan ini dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga sebagai satu-satunya pengadilan yang berwenang menyelesaikan sengketa hak cipta sebagaimana ketentuan Pasal 95 UU Hak Cipta.14 Kemudian apakah TikTok sebagai media penyebaran lagu-lagu tersebut dapat terseret juga dalam tindakan pelanggaran hak cipta? Hubungan hukum antara pengguna aplikasi TikTok dengan pemegang hak cipta tertuang dalam klausula pada User Generated Content, yang menyatakan: “When you submit User Content through the Services, you agree and represent that you own that User Content, or you have received all necessary permissions, clearances from, or are authorised by, the owner of any part of the content to submit it to the Services, to transmit it from the Services to other third party platforms, and/or adopt any third party content.” (Saat pengguna mengirimkan konten pengguna melalui Layanan, pengguna dianggap setuju dan menyatakan bahwa pengguna yang memiliki konten tersebut, atau pengguna aplikasi telah menerima semua izin atau juga izin yang diperlukan oleh pemilik dari pada setiap bagian konten untuk mengirimkannya ke Layanan aplikasi, Untuk mengirimkannya dari layanan ke platform pihak ketiga lainnya atau mengadopsi konten pihak ketiga apa pun.)15

Dalam klausa tersebut, pihak TikTok telah mengingatkan bahwa memang semua konten yang dipublikasikan pengguna adalah milik pengguna tersebut. Walaupun begitu ketika memakai

14

Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta, UU No. 28 Tahun 2014, LN No. 266 Tahun 2014, TLN No. 5599,

15

Dikutip dari aplikasi Tiktok, Tentang Term of Services.

Ps. 95.


ciptaan atau memodifikasi ciptaan orang lain harus telah memiliki izin kepada pihak tersebut. Artinya, bagi siapapun yang me-remix lagu sangat perlu sekali meminta izin dari pencipta atau pemilik hak cipta, Selain itu, terdapat klausa pada User Generated Content, menyatakan “We accept no liability in respect of any content submitted by users and published by us or by authorised third parties.”16 Klausa ini semakin menjelaskan bahwa karena pihak TikTok telah memberikan peringatan yang harus dilakukan oleh penggunanya yaitu apabila mengunggah ciptaan orang lain atau hasil modifikasi dari ciptaan orang lain diperlukan izin. Kemudian ketika terjadi sengketa terkait masalah ini, pihak TikTok tidak akan bertanggung jawab. Dalam keadaan tertentu me-remix lagu bukanlah suatu yang sangat haram di Indonesia. Melakukan remix lagu masih dapat dilakukan asal tetap memperhatikan hak ekonomi dan hak moral. Selain itu, terdapat ketentuan untuk menggunakan ciptaan orang lain secara legal, yaitu melalui lisensi. Berdasarkan Pasal 1 ayat (20) UU Hak Cipta, Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu. Adapun prosedur untuk mendapatkan lisensi dapat dilihat dari Pasal 80 UU Hak Cipta yang pada intinya berisi membuat perjanjian dengan pemegang hak cipta, dalam hal ini perjanjian untuk melakukan pengaransemenan suatu ciptaan. Perjanjian itu juga mengatur mengenai masa lisensi yang tidak boleh melebihi jangka waktu masa berlaku hak cipta terkait dan mengenai royalti. Dengan mendapatkan lisensi dari pihak pencipta, maka seseorang dapat melakukan hak ekonomi yang berupa kebolehan untuk mengaransemen. Dengan begitu, remix lagu dapat dilakukan dan dipublikasikan. Berdasarkan dari pemaparan di atas menjamurnya lagu hasil remix yang populer melalui aplikasi Tiktok dalam keadaan tertentu bisa sangat dilarang oleh hukum positif di Indonesia dan bahkan dari pihak TikTok itu sendiri. Pencipta atau pemegang hak cipta dapat dengan mudah menggugat ganti rugi atau bahkan menuntutnya. Namun, masyarakat Indonesia belum memiliki kesadaran penuh akan kekayaan hak intelektual. Hal ini bisa dilihat bahwa di negara lain, lagu yang populer di TikTok adalah lagu dari penyanyi aslinya seperti Say So dari Doja Cat, At My Worst dari Pink Sweet, IDGAF dari Dua Lipa, Make You Mine dari Public, Heartbreak Anniversary dari Giveon, dan lain-lain. Sedangkan di Indonesia lagu-lagu yang populer adalah 16

Ibid.


lagu-lagu hasil remix dan kebanyakan menganggap bahwa lagu hasil remix tersebut adalah suatu hal yang tidak menjadi masalah besar. Alangkah lebih baiknya jika masyarakat Indonesia bisa menggunakan lagu-lagu versi asli dari penyanyinya untuk konten TikTok seperti yang terjadi di negara lain. Dengan begitu, musisi Indonesia dapat terus semangat berkarya sekaligus mendorong mereka untuk menciptakan lagu seperti yang diinginkan oleh masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA BUKU Sherwood, Robert M. Intellectual Property and Economic Development. Virginia: Alexandria, 1990. Supramono, Gatot. Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

JURNAL Pamungkas, Revian Tri dan Djulaeka. “Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta atas Lagu yang Diunggah Pada Aplikasi Tiktok.” Simposium Hukum Indonesia Vol. 1, No. 1 (2019).

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Indonesia. Undang-Undang Hak Cipta. UU No. 28 Tahun 2014. LN No. 266 Tahun 2014. TLN No. 5599. Indonesia. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. UU No. 11 Tahun 2008. LN No. 58 Tahun 2008. TLN No. 4843. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgelijk Wetboek]. Diterjemahkan oleh Soesilo. Bogor: Politeia, 1998.

INTERNET Annur, Cindy Mutia. "Pengguna Tiktok Naik 20% Selama Pandemi, Terbanyak Konten Edukasi.” https://katadata.co.id/ekarina/digital/5ec2245aa8bc7/pengguna-tiktok-naik-20-selamapandemi-terbanyak-konten-edukasi. Diakses 24 April 2021. Media

Informasi.

“Perbedaan

Parodi,

Cover,

Plagiat,

dan

https://mediaformasi.com/2018/10/perbedaan-parodi-cover-plagiat-dan-remix/.

Remix.” Diakses

27 April 2021. Pramesti, Tri Jata Ayu. “Hukum Menyebarkan Lagu yang Bermuatan Penghinaan.” https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt52a70bdbbd01b/hukummenyebarluaskan-lagu-yang-bermuatan-penghinaan/. diakses 28 April 2021. Putra, Adhitya Wibawa. “TikTok Sosial Media Berbasis Video yang Sedang Sangat Populer,” https://gadgetren.com/2018/03/16/apa-itu-tik-tok-video-media-sosial/. Diakses 24 April 2021.


Woodcock, Mary. “What is A Remix? The Ultimate Music Gateway Guide.” https://www.music gateway.com/blog/how-to/the-importance-of-a-remix. Diakses 27 April 2021.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.