Menjadi seorang Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Indonesia masih menjadi impian sebagian besar orang baik dari pedesaan maupun perkotaan. Dengan iming-iming bekerja di kota dan berpenghasilan tinggi, tak sulit untuk mengajak para perempuan polos dan lugu serta anak-anak dibawah umur untuk bekerja sebagai PRT. Padahal, kenyataan yang ada di lapangan sangat berbeda jauh dengan impian para gadis muda tersebut. Jam kerja yang tak konsisten, gaji rendah atau bahkan nunggak, tidak adanya jaminan sosial, dan pelecehan seksual hanyalah sekelumit dari permasalahan yang harus ditanggung oleh PRT. Hal ini diperparah karena hukum yang ada masih mendiskriminasi PRT dengan pekerja di sektor lainnya. Akibatnya, menjadi seorang PRT di Indonesia seperti menjadi seorang budak saja, tidak jelas perlindungan hukumnya.