Volume
Koran Edents
LPM Edents
07
Dinamika Intelektual Mahasiswa Edisi 12 - 26 September 2019
Mandiri dengan Berwirausaha
Berwirausaha sudah menjadi pekerjaan yang menarik minat orang banyak. Tidak terkecuali generasi muda Indonesia. Banyak dijumpai usahausaha baru yang dirintis oleh kaum milenial dengan segala inovasi dan kreatifitasnya. Tidak jarang usaha-usaha yang dirintis mulai dari nol menjadi usaha besar dengan penghasilan yang fantastis. Begitu juga dengan mahasiswa yang sangat dipenuhi ide-ide kreatif. Usia mahasiswa yang masih penuh semangat dan pantang menyerah dirasa sangat pas untuk berwirausaha.
Pada Laporan Utama Koran Edents Volume 7, kami laporkan pelatihan kewirausahaan yang dilakukan oleh Universitas Diponegoro melalui Keluarga Mahasiswa Bidikmisi. Diharapkan peserta pelatihan dapat termotivasi untuk berwirausaha. Juga, kami beritakan kegiatan seminar Wakaf yang dilakukan oleh KSEI FEB Undip. Pada Kabar Kampus, kami beritakan mengenai kebijakan baru Prodi Akuntansi, yaitu sistem kredit poin untuk meningkatkan iklim akademis. Keberhasilan Undip di ajang Pimnas juga turut kami beritakan. Kritik saran sangat diperlukan untuk menjadikan LPM Edents menjadi lebih baik, terima kasih. Selamat Membaca!
Di era yang semakin berkembang ini, hampir sebagian besar aspek kehidupan sudah memanfaatkan teknologi sehingga mahasiswa dituntut untuk meningkatkan skill yang dimilikinya. Kemampuan beradaptasi dengan berbagai perubahan merupakan salah satu kunci penting bagi mahasiswa untuk menghadapi kehidupan setelah perkuliahan. Zaman sekarang mahasiswa tidak hanya dituntut untuk belajar sesuai jurusannya , tetapi juga harus meningkatkan softskill seperti kepemimpinan, kemampuan mengorganisir dengan baik, kemampuan problem solving dan masih banyak lagi. Tentunya dengan melatih hal tersebut semenjak bangku kuliah akan mendatangkan banyak manfaat. Salah satu acara efektif guna mengembangkan dan mengasah softskill adalah dengan berwirausaha. Pentingnya Wirausaha bagi Mahasiswa
Wirausaha adalah seseorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya, meliputi kepandaian membaca peluang hingga mulai membuka usaha. Definisi di atas sangat tepat ditujukan pada mahasiswa yang memiliki keberanian untuk mengambil risiko dengan mendirikan usaha. Jika merujuk pada masa sekarang, banyak hal yang dapat dijadikan sebagai ide membangun usaha karena hampir semua orang mengingkan pekerjaannya terselesaikan dengan praktis. Tinggal bagaimana seorang mahasiswa pandai-pandai dalam membaca peluang dan mewudkannya dalam wirausaha.
Melihat konteks kewirausahaan, tujuannya adalah mendapat keuntungan. Melalui keuntungan mahasiswa dapat lebih mandiri dalam keuangan dan menambah pemasukan untuk memenuhi kebutuhan. Ketika mahasiswa lulus dan menghadapi kehidupan setelah perkuliahan akan muncul banyak kondisi-kondisi yang mendorong mahasiswa untuk mengaplikasikan softskill-nya dalam penyelesaian suatu permasalahan, dengan berwirausaha sejak dini mahasiswa sudah memiliki modal, yaitu terasahnya softskill melalui kewirausahaan. Hal inilah yang mendasari diadakannya Pelatihan Kepemimpinan dan Kewirausahaan Bidikmisi 2019 Angkatan 2017
Kabar Prestasi
Wirausaha adalah Peluang yang Sangat Menjanjikan
di Auditorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro. Menurut Eko Irwanto selaku Ketua Keluarga Mahasiswa Bidikmisi Undip tahun 2019, acara ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi sehingga mahasiswa lebih mandiri dan mulai berusaha memenuhi kebutuhannya. “Acara ini sebagai bentuk motivasi untuk hidup mandiri dan mampu membantu orangtua mencukupi kebutuhan kita, mahasiswa Bidikmisi,” tegas Eko. Wirausaha sebagai Potensi Pembangunan Negara
Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula tingkat kesadaran seseorang akan pentingnya berwirausaha. Orang yang berpendidikan tinggi akan menyadari, bahwa berwirausaha dapat memberi pengaruh baik untuk kehidupannya dan kehidupan orang lain. Wirausaha dikatakan sebagai potensi pembangunan suatu negara. Melihat di kehidupan Indonesia sekarang belum banyak anak muda Indonesia yang mau mencoba merintis usaha. Padahal pemuda adalah aset berharga bagi pembangunan Indonesia ke depannya, apalagi sudah banyak teknologi canggih untuk mendukung keberjalanan wirausaha. Untuk itu minat dan jiwa berwirausaha harus ditumbuhkembangkan di kalangan masyarakat terutama mahasiswa. Jiwa berwirausaha bisa dilatih dengan mencoba berbagai peluang dan tidak takut akan kegagalan karena hal yang paling penting adalah mau mencoba. Hasil akhir baik kegagalan maupun
“Jangan menunda-nunda dalam berwirausaha, karena persaingannya sangat ketat dan banyak. Menjadi mahasiswa adalah salah satu peluang yang sangat epik untuk memulai usaha,” ungkap Eko ketika ditanya mengenai pentingnya berwirausaha. Eko juga menjelaskan “Ide dan peluang biasanya muncul dari permasalahan sehingga kita dapat mencari solusi dan dapat mengembangkan ide tersebut.” Berwirausaha tidak sesusah yang dipikirkan, karena dapat dilakukan melalui media sosial. Jadi, tidak perlu melakukan pemasaran secara langsung atau bertatap muka. Kemudian, adanya gadget, tentu akan mempermudah dan membuat efektif pekerjaan yang dilakukan. Disampaikan Eko, ada beberapa kegiatan wirausaha yang tepat untuk mahasiswa, seperti bisnis pulsa. Karena di kalangan kampus mahasiswa mayoritas menggunakan ponsel yang membutuhkan pulsa. Juga jasa desain grafis, selain meningkatkan kreatifitas bisnis juga dapat menghasilkan laba. Dengan melakukan jasa desain grafis peluangnya sangat besar karena terkadang sebuah organisasi di kampus juga membutuhkannya. Melatih Mental dengan Berwirausaha
Selain mendapatkan laba, berwirausaha mampu meningkatkan kreatifitas dan inovasi dengan cara mengembangkan ide dan mencari sumber daya untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup. Dengan berwirausaha dapat melatih mental, seperti ketika penjualan mengalami penurunan dan namun target penjualan harus dicapai. Kemudian, seorang wirausaha harus selalu berfikir sekreatif mungkin agar dapat diterima oleh pangsa pasar dan bisa bersaing. “Berwirausaha berarti melatih mental, ketika target tidak tercapai atau pada saat mendapatkan tekanan dari lingkungan, dibutuhkan mental yang kuat untuk menghadapinya,” jelas Eko. Dengan kekuatan mental, berarti belajar memahami dan mempelajari lingkungan sekitar dalam menjalankan wirausaha. (jl)
Bermodal Daun Kelor; Mahasiswa Universitas Diponegoro Raih Medali Emas
Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) merupakan salah satu ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dimana para peserta akan mempresentasikan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari tiap tim. Terdapat tujuh jenis PKM yang diperlombakan, diantaranya PKM Gagasan Futuristik Konstruktif, PKM Gagasan Tertulis, PKM Karsa Cipta, PKM Kewirausahaan, PKM Penelitian, PKM Pengabdian Masyarakat, dan PKM Teknologi. Untuk tahun ini, PIMNAS ke-32 diselenggarakan pada 27-31 Agustus 2019 di Universitas Udayana, Bali. Universitas Diponegoro dengan total 19 tim PKM berhasil mendapat juara ketiga dengan perolehan 2 emas, 1 perak, 1 perunggu dan 1 juara favorit dari kategori presentasi karya ilmiah dan 5 emas serta 2 perak dari kategori poster. Menyulap Daun Kelor Menjadi Morifa
Berawal dari keresahan saat makan membutuhkan sabun untuk mencuci tangan, hal tersebut dijadikan ide PKM Kewirausahaan oleh tim yang beranggotakan Hasta Brian Permana (Teknik Kimia 2017), Agnes Charisika Waluyo (Akuntansi 2017), Imron Hambyah (Teknik Kimia 2017), Khoirul Huda (Teknik Kimia 2017), dan Muhammad Miftahur Rahman (Teknik Kimia 2017) membuat morifa. “Morifa itu sendiri merupakan hand sanitizer yang terbuat dari bahan alami daun kelor tanpa ada campuran alkohol sama sekali, makanya kita pakai merk morifa yang berasal dari bahasa latin daun kelor yaitu Moringa oleivera,” ujar Agnes. Produk morifa tersedia dalam beberapa varian pewangi dan ukuran. Dari wangi apel, melon, melati, dan greentea serta dari ukuran 30 ml, premium, spray 50 ml, famili 250 ml, dan famili 500 ml dengan harga jual mulai dari 8 ribu sampai 60 ribu. Pemasaran Morifa Merambah Sosial Media
keberhasilan hanya bisa dilihat ketika mahasiswa mau mencoba.
Dok. Edents
Dari Redaksi
Setelah terbentuk tim, langkah selanjutnya adalah pembagian tugas. Agnes menjelaskan tiap anggota tim mempunyai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Seperti Hasta (ketua tim) bertanggung jawab atas legalitas dari produk, kemudian Imron bagian riset formulasi, Huda bagian administrasi, Agnes bagian keuangan, dan Rahman bagian pemasaran.
Untuk saat ini, produk morifa sudah dipasarkan melalui social media seperti instagram dan Line serta melalui e-commerce Tokopedia dan website serta dipasarkan di apotek, klinik, dan rumah sakit. Selain itu mereka juga memiliki reseller dan agen dengan cara mendaftarkan diri mengunakan Kartu Tanda Pengenal (KTP) yang dikirim ke email mereka. Sistem reseller dan agen ini dengan cara bagi hasil, yakni sebanyak 15% keuntungan dari produk yang dapat mereka jual untuk para reseller dan agen. Sehingga pemasaran morifa telah mencapai di 22 provinsi dan 15 kota dengan total penjualan sebanyak 2.000 pcs. Langkah Menuju PIMNAS
Perjalanan hingga bisa lolos PIMNAS juga terbilang tidak mudah, diawali dari awal semester 3 mereka melakukan penelitian untuk menentukan formulasi yang tepat. “Kita juga riset tuh, daun kelor dari daerah mana yang terbaik, hingga kami melakukan MoU dengan petani daun kelor di daerah Blora sebagai pemasok bahan baku untuk produk kami,” ungkap Agnes. Setelah itu proses berikutnya adalah pembuatan proposal penelitian yang selanjutnya dikirim ke BEM FT Undip kemudian disaring lagi di tingkat universitas untuk lolos pendanaan. Kemudian setelah lolos pendanaan, terdapat tahap Monitoring dan Evaluasi (Monev). Monev sendiri terdiri atas 2 jenis, yaitu Monev Internal dan Monev Eksternal. Monev Internal diselenggarakan sebanyak 3 kali dan
Monev Eksternal hanya satu kali. Berbeda dengan Monev internal yang para pesertanya berasal dari Undip saja, untuk Monev eksternal para peserta berasal dari seluruh universitas. Sehingga apabila gagal dalam salah satu rangkaian monev teresebut, tidak bisa melangkah menuju PIMNAS. Sabet Dua Medali PIMNAS
Rangkaian kegiatan PIMNAS sendiri itu beragam. Di hari pertama para peserta dibekali pelatihan mulai dari bagaimana cara melakukan presentasi yang bagus serta cara menjawab pertanyaan. Lalu di hari selanjutnya, pembukaan PIMNAS ke-32 di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali, technical meeting dan penempelan poster di Universitas Udayana. Kemudian di hari ketiga, penilaian poster dengan cara terdapat 2 anggota kelompok yang bertugas untuk menjelaskan mengenai produk di stand. Di hari keempat, adalah presentasi di depan seluruh juri dengan dibagi dalam beberapa kelas. “Waktu presentasi kami udah pesimis, soalnya kita sekelas sama tim dari UGM. Akhirnya tim kami dapat perunggu dari presentasi. Di situ kami udah merasa bersyukur banget,” ujar Agnes. Di hari terakhir, kegiatannya adalah jalan-jalan di Bali dan malamnya penutupan serta penganugerahan. Di penganegerahan tim morifa berhasil mendapatkan medali emas untuk kategori poster dan perunggu untuk kategori presentasi. Totalitas dalam Hal Apapun
Dalam PIMNAS kemarin, Agnes mengaku terdapat beberapa kendala. Diantaranya, satu anggota timnya sakit karena cuaca di Bali cukup terik, sehingga saat presentasi kurang optimal. Selain itu, saat penyusunan laporan akhir terjadi perubahan. Lantaran dosen pembimbing meminta menganti dana sebesar 7.000.000 sesuai dengan dana yang sudah diperoleh bukan sebesar 8.400.000 sesuai pendanaan
(Bersambung ke halaman 2)
Kordents Volume 07 Edisi 12 - 26 September 2019
Pemimpin Umum : Dirga Adrian Nugroho ; Pemimpin Redaksi : Julian Karinena ; Pemimpin Artistik: Rafi'qurnia Nawandaputra ; Editor : Karima Suci Ariani; Layouter : Jessica Rahma Sekar Ayu; Reporter : Dewima, Nisa, Kiki, Luthfia, Amira Fathia, Cahyani Wulan
Diterbitkan Oleh Lembaga Pers Mahasiswa Edents
Sekretariat : Gedung PKM Lt. 1 FEB Undip, Tembalang Edents Call Center : 024-91181513
Kunjungi !
w w w.lpmedents.com
Kordents Vol. 07 Edisi 12 - 26 September 2019
Laporan Utama
Dok. Pribadi
Tingkatkan Edukasi Wakaf Melalui Seminar Sehati
Hidup di negara yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam memberikan banyak keuntungan, baik bagi pemerintah ataupun masyarakat. Salah satu keuntungan yang menonjol terdapat di bidang ekonomi. Seperti dalam hal menyimpan kekayaan, masyarakat tidak hanya mempunyai satu pilihan metode penyimpanan harta, tetapi ada dua pilihan, yaitu konvensional ataupun syariah. Walaupun belum sepopuler metode konvensional, saat ini metode syariah sudah mulai banyak diperhitungkan oleh kaum muslim. Penerapan yang sangat jelas bisa dilihat dari pengelolaan wakaf.
Berdasarkan UU Nomor 41 Tahun 2004, wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda yang dimiliki untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingan, guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariah. Karena belum semua masyarakat paham tentang wakaf, maka saat ini berbagai kalangan tengah gencargencarnya memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai wakaf tersebut, tak terkecuali Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI), Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB), Universitas Diponegoro (Undip). Mengenal Syariah Economic Activity
Sebagai bentuk edukasi mengenai wakaf, KSEI sukses mengadakan seminar yang dikenal
Kabar Kampus
dengan Sehati (Syariah Economic Activity). Sehati merupakan salah satu event terbesar yang dilakukan KSEI. Memasuki tahun ke sepuluh, Sehati tahun ini diadakan pada tanggal 31 Agustus 2019 dan bertempat di Laboratorium Kewirausahaan FEB Undip. Pada awalnya Sehati hanya diadakan dua tahun sekali, namun beberapa tahun belakangan sudah diadakan rutin setiap tahun “Sehati sudah dimulai semenjak tahun 2004, hanya saja dibeberapa periode kepengurusan, Sehati dilaksanakan satu kali dalam dua tahun, namun sekarang sudah rutin satu kali setahun,” jelas Thifal, Ketua Pelaksana Sehati tahun 2019. Sehati terdiri dari lima rangkaiana acara, yaitu Syariah Paper Competition untuk mahasiswa, Islamic Economic Olimpiade untuk mahasiswa, International Seminar, Sehati Journey atau Field Trip dan Gala Dinner untuk para delegasi dan panitia. Wakaf untuk Kesejahteraan Umat
Pada tahun ini tema yang diangkat adalah Waqf for Ummah Welfare. Tujuan dari pengangkatan tema tersebut adalah untuk mengedukasi masyarakat Jawa Tengah, khususnya warga Semarang mengenai wakaf. Wakaf berguna untuk kesejahteraan umat dan bersifat universal, karena tidak hanya tanah dan bangunan saja. “Karena kami merupakan perwakilan KSEI di Jawa Tengah, jadi tujuannya adalah mengedukasi masyarakat Jawa Tengah, khususnya warga Semarang,” ucap Thifal. Peserta seminar Sehati terbuka untuk umum. Tidak hanya dari Kota Semarang saja, tetapi juga dari kota lain, seperti Salatiga dan Kudus. Seperti yang diungkapkan Thifal, pada tahun ini pendaftar seminar Sehati sebanyak 400 orang dan yang datang 350 orang. Dengan rincian, kategori umum termasuk mahasiswa sekitar 300 orang, para delegasi lomba sebanyak 47 orang, dan beberapa alumni KSEI Mendatangkan Pembicara dari Malaysia
Pada tahun ini, pembicara yang dihadirkan tidak hanya berasal dari dalam negeri namun juga dari luar negeri, Malaysia. Pembicara yang dihadirkan
(Sambungan halaman 1)
antara lain, Ust. Heri Tanjung, Dato’ Aminudin Shuib, dan Greget Kala Buana. Mengundang pembicara dari luar negeri, KSEI bertujuan untuk mengetahui lebih dalam bagaimana potensi dan perkembangan wakaf di luar negeri. Tidak hanya membahas tentang wakaf dalam negeri, namun peserta juga mendapatkan ilmu serta pengetahuan tentang wakaf di luar negeri.
Peserta memahami materi yang disampaikan, namun tidak sedikit juga yang sulit memahami sebab pembicara menggunakan Bahasa Inggris dalam menyampaikan materi. “Evaluasinya adalah karena pembicara menggunakan Bahasa Inggris yang mungkin tidak semua paham,” tambah Thifal. Banyak peserta yang antusias dengan acara Sehati ini terutama dengan seminar internasionalnya. Peserta bukan hanya dari golongan mahasiswa namun juga ada instansi lain. Meningkatkan Softskill
Melaksanakan sebuah acara tentunya ada kendala serta harapan dari panitia. Sama halnya dengan acara Sehati yang tidak terlepas dari kendala. Pembicara pertama yang tidak hadir ke Indonesia, perekrutan panitia, serta masalah masalah teknis saat hari H yang tidak sesuai dengan harapan menjadi kendala bagi acara tersebut. Persiapan Sehati dimulai dari bulan November 2018 dan pada bulan Desember sudah mendapatkan panitia. Pendaftaran panitia bersifat close recruitment sebab saat itu sedang libur panjang.
Harapan dari acara ini agar ilmu yang diberikan dapat tersampaikan kepada peserta, kemudian ilmu tentang wakaf dapat mengedukasi masyarakat luas. “Keinginan untuk para panitia semoga dengan adanya acara ini mereka dapat melatih softskill dan mampu memperbaiki yang ada sekarang di tahun depan,” tutup Thifal. (jl)
yang diberikan. Perubahan tersebut baru diberitahu h-5 jam pengumpulan. “Akhirnya, kita semua mau tidak mau harus lembur dan akhirnya dapat selesai diupload sebelum deadlinenya jam 12 malam,”ungkap Agnes. Langkah selanjutnya adalah mereka ingin mengikuti Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) yang diadakan oleh Kemenristekdikti dan tetap meneruskan melakukan penjualan produk morifa. Agnes berpesan bahwa untuk teman-teman yang ingin mengikuti PIMNAS harus selalu berjuang, siap menerima risiko dan mengerjakan apapun. “Karena kita hanya diberi kesempatan satu kali, tidak ada kesempatan datang dua kali serta harus totalitas dalam hal apapun,” pungkas Agnes. (jl)
(Sambungan halaman 2)
Penilaian tiap kategori juga memiliki dasar yang sudah dipertimbangkan secara matang oleh akademisi. Dari pertimbangan ideal, setiap tahun mahasiswa diharapkan mendapat 10 kredit. Tiap penilaian sudah diidentifikasi dari awal pencapaian yang mungkin dicapai oleh mahasiswa, lalu diruntut ke bawah berdasar tingkat kesulitan dan pertimbangan lainnya, Pihak akademisi yakin bahwa dengan adanya kredit yang diterapkan saat ini tidak akan menyusahkan mahasiswa malah akan memberikan dampak dan manfaat yang besar bagi. “Kami sudah identifikasi dari awal capaiannya, kemudian kami runtut kebawah kirakira yang dapat dilaksanakan dan tidak menyusahkan mahasiswa, tetapi memberikan manfaat yang besar bagi mahasiswa,” tutup Fuad. (jl)
Tingkatkan Iklim Akademis, Prodi Akuntansi Laksanakan Sistem Kredit Poin Kebijakan sistem poin yang dilakukan tentu memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan yang mungkin terjadi adalah capaian-capaian yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa. Bagi mahasiswa yang tidak terbiasa mengikuti kegiatan tentu akan kerepotan. Walau lama kelamaan juga akan terbiasa mengikuti kegiatan kampus tentunya mahasiswa ini juga akan mendapatkan efek yang lebih baik jika mau untuk berusaha dan belajar. “Kekurangan kebijakan ini berupa capaian-capaian poin yang mungkin ada mahasiswa tidak terbiasa mengikuti kegiatan, tentu mahasiswa tipe ini kerepotan. Walau diawal kesusahan, namun lama kelamaan akan mulai tertanggung sendiri,” ucap Fuad.
Tertanda pada bulan Agustus 2019 yang lalu, Ketua Departemen Akuntansi, Fuad mengeluarkan draft Surat Edaran tentang Peningkatan Kompetensi Mahasiswa S1 Akuntansi (No.1121/DA.FEB/VIII/2019). Surat Edaran tersebut menyinggung tentang rencana meningkatkan iklim dan suasana akademis sesuai dengan Renstra Universitas Diponegoro 20152019 dan SK Rektor Nomor 693/SK/UN7/2012 tentang Etika Akademis di Lingkungan Universitas Diponegoro. Berawal dari Ketidakaktifan Mengikuti Kegiatan Akademis
Sistem ini dinilai cukup efektif untuk menunjukan seberapa besar tingkat capacity building mahasiswa. Capacity building tidak hanya dapat dicapai melalui kegiatan perkuliaan regular tetapi juga dengan mengikuti kegiatan akademis seperti seminar atau forum maka capacity building mahasiswa juga dapat meningkat. “Berkaitan dengan surat edaran ini, diharapkan
LPM Edents FEB Undip
Selain meningkatkan keaktifan kelebihan dari sistem poin adalah mahasiswa yang terdorong mengikuti kegiatan akademis juga akan mendapatkan ilmu baru. Misalnya ketika ikut serta dalam Accounting Forum, topik-topik yang diangkat adalah materi yang ditawarkan di luar perkuliahan. Fuad juga menyampaikan, “Apalagi forum ini dilakukan secara gratis tanpa dipungut biaya apapun, sehingga mahasiswa dapat memanfaatkan kegiatan yang ada dengan baik dan mengambil learning outcome yang dibutuhkan.”
Dok. Edents
Surat Edaran yang diunggah oleh Keluarga Mahasiswa Akuntansi (KMA) merupakan draft atau rancangan dari sebuah konsep yang dikemukakan dalam rapat Ketua Departemen Akuntansi bersama Himpunan Mahasiswa Departemen Akuntansi (HMDA). Rapat tersebut menjadi latar belakang dan pertimbangan pemberian kredit tiap acara akademis. Selama ini, program studi Akuntansi sudah rutin mengadakan Accounting Forum, seminar, dan beberapa kegiatan akademis untuk mahasiswa. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan iklim akademis di kalangan mahasiswa mengingat, iklim akademis penting untuk mengukur ketertarikan mahasiswa dalam proses pembelajaran. “Iklim akademis adalah hal yang sangat penting dalam menunjukan seberapa besar gairah mahasiswa terhadap proses belajar mengajar,” ucap Fuad. Namun hal ini kurang direspon positif oleh mahasiswa. “Jika tidak ada embel-embel snack dan sertifikat, mahasiswa enggan dan kurang tertarik dengan kegiatan akademis tersebut,” tambah Fuad. Sehingga timbul usulan untuk memberikan kredit di setiap kegiatan agar mahasiswa mau mengikuti acara departemen.
Kredit 0,5 untuk Kegiatan Kepanitiaan
mahasiswa Akuntansi dapat meningkatkan capacity buildingnya, meningkatkan kompetensi diluar kompetensi yang didapat di perkuliahan,” jelas Fuad. Walaupun masih terbilang kebijakan baru di lingkungan fakultas kuning, tidak menutup kemungkinan departemen lain akan menerapkan sistem ini. Fuad menambahkan, “Jika implementasi di departemen Akuntansi berjalan baik kemungkinan akan diadaptasi pula oleh departemen lainnya.” Mahasiswa yang Terbiasa Tidak Aktif Akan Tertanggung Sendiri
lpmedents.com
Menjalankan kepanitian tidak hanya menguras tenaga tetapi juga pikiran. Mahasiswa dituntut untuk belajar mengatur waktu antara kegiatan akademik dengan program kerja yang dilaksanakan. Namun kredit kegiatan kepanitiaan adalah kredit yang paling kecil yaitu 0.5. Menjawab hal ini, Fuad menjelaskan “Mahasiswa Akuntansi maksimal melakukan kepanitian empat kali pertahun. Sebelumnya malah tidak ada poin, namun diputuskan diberi poin karena KMA mengajukan. Yang kami inginkan kegiatan yang dilakukan sebisa mungkin tidak membebani mahasiswa dalam finansial, seperti Accounting Forum yang free.”
@tbv2341m
(Bersambung ke halaman 2)
@lpmedents