Dari Redaksi Dari Redaksi,
Di tahun 2021, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) Nadiem Makarim telah menandatangani Permendikbud-Ristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di Lingkungan Perguruan Tinggi. Pengesahan tersebut menimbulkan ragam suara dari berbagai khalayak umum, terdapat pro-kontra yang menyertainya. Pada Buletin Erlangga Edisi 1, kami menyoroti perihal perkembangan pembuatan kebijakan atas Permendikbud Ristek PPKS. Sebagaimana laporan utama 1 berfokus pada respon atas kekerasan seksual di kampus dan kebijakan kampus atas Permendikbud Ristek PPKS. Sedangkan laput 2 membahas mengenai realitas kekerasan seksual di perguruan tinggi serta regulasi yang mengaturnya. Narasi lain kami hadirkan melalui rubrik opini yang bertajuk “Kekerasan Seksual: Dibilang Tabu, Meski Bukan Hal Baru”. Selain itu kami, mengadakan polling terkait pemahaman mahasiswa mengenai perkembangan Permendikbud Ristek PPKS. Rubrik lainnya seperti Tea Time, Resensi, Geliat Usaha, dan Kolom Sastra pun turut kami sajikan. Semoga apa yang kami sajikan kepada para pembaca dapat menjadi media penyambung informasi. Apabila terdapat kekeliruan dalam penulisan, kami meminta maaf. Untuk itu, kami terbuka atas segala kritik dan saran dari pembaca, yang dapat disampaikan melalui lpmedents.redaksi@gmail.com. Selamat membaca dan sampai jumpa di Buletin Erlangga 2022 Edisi 2!
BULETIN ERLANGGA 17 DITERBITKAN OLEH : Lembaga Pers Mahasiswa Edents
Pemimpin Umum: Shela Nur Fajriya Pemimpin Redaksi: Fitri Widyaningrum Redaktur Pelaksana Buletin: Muhammad Musa Pemimpin Artistik: Nisa Alisva Layouter dan Ilustrator: Hatfina Dini Sabrina Fortuna Tunggadewi Coryna Dwi Khaira Aqliya Reporter: Sulis Manopo, Sholeh Arrifqi, Khaira Aqliya, Fadila Nadifa, Naela Rohmah, Deva Zhalzha, Siti Choiriyah, Syafira N., Susan Liya, Dzikrina Fatahul, Luthfia Nabila Sirkulasi dan Pendanaan: Bella Br Subakti
Erlangga 17 | Volume 1 Edisi Maret 2022
DAFTAR ISI TEA TIME WITH 1 Shafa Azzahra
3
LAPORAN UTAMA 1:
7
POLLING:
9
LAPORAN UTAMA 2:
11
Permendikbud Ristek PPKS dan Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus
Pemahaman Mahasiswa Mengenai Perkembangan Permen PPKS
Realitas Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi Serta Regulasi yang Mengatur di Indonesia
RESENSI NOVEL: Mariposa
12
GELIAT USAHA:
15
KOLOM SASTRA:
16
KOLOM OPINI:
18
TEKA-TEKI SILANG
Ternak Burung Puyuh, Inspirasi Bisnis dengan Lahan Minimalis
Sajak Saban Hari
Kekerasan Seksual: Dibilang Tabu, Meski Bukan Hal Baru
Erlangga 17 | Volume 1 Edisi Maret 2022
Tea Time with Shafa Azzahra Oleh : Deva
Shafa sering sekali diundang untuk menjadi pembicara dan juga menjadi Master of Ceremony (MC) ataupun moderator diberbagai program kerja Organisasi Kemahasiswaan (ORMAWA) di Undip maupun luar Undip. Selain itu, Shafa juga aktif dan mengikuti banyak kegiatan lainnya, terutama volunteering. Bahkan, di masa pandemi seperti saat ini, Shafa masih aktif menjalani kegiatan-kegiatan tersebut dan menjadi ambasador dari Gerakan Mengajar Desa serta Putri Duta Wisata Manuntung Kota Balikpapan 2021. Bermula dari Lingkungan Keluarga
Hidup dan tumbuh di lingkungan keluarga yang aware dan terbiasa dengan kegiatan berbagi membuat Shafa terbiasa dan akhirnya tertarik untuk mengikuti banyak kegiatan yang sifatnya sukarelawan. Shafa sangat senang mengikuti tersebut, terlebih lagi saat melihat senyuman maupun raut wajah bahagia dari orang-orang di sekitarnya. Ia mengatakan bahwa kebahagiaan tersebut tersalurkan dalam dirinya dan membuatnya ikut merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan. Kegiatan volunteering yang ia lakukan bersama keluarganya memberikan pembelajaran baginya untuk mensyukuri apa yang ia punya, selalu berbagi dengan sesama dan orang yang membutuhkan serta menjadi lebih dekat lagi dengan Tuhan Sang Pencipta. “Keluargaku selalu mengajarkan bahwa selagi memiliki kesempatan, waktu, kemampuan dan keinginan untuk melakukannya maka kita bisa kapan saja dan dimana saja melakukan kegiatan volunteering,” ujar Shafa.
1
dok. Pribadi
Bagi mahasiswa aktif Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (Undip) sebagian mungkin sudah tidak asing lagi dengan sosok Shafa Azzahra Siregar atau yang akrab dipanggil dengan Shafa. Shafa merupakan mahasiswa International Undergraduate Program (IUP) Jurusan Manajemen FEB Undip angkatan 2020. Selain menjalani rutinitasnya sebagai seorang mahasiswa, ia juga aktif dalam mengikuti kegiatan di luar perkuliahannya. Volunteering Berbagi
Bukan
Sebatas
Kegiatan
Bagi Shafa, volunteering memberikannya banyak pelajaran hidup yang tidak didapatkan dalam pendidikan formal. Melalui volunteering, Shafa belajar banyak hal mengenai leadership, how to solve the problem, create a good teamwork, dan sebagainya. Volunteering juga tidak selamanya bersuka ria, terdapat juga suatu momen ketika sedang berbeda pendapat, ada masalah yang tidak terduga, dan sebagainya yang membuat kita lelah karena energi dan waktu yang kita pakai cukup banyak. Namun, bagi Shafa hal itu bukan berarti energi dan waktunya terbuang begitu saja, karena feedback atau impact yang didapatkan dalam kegiatan tersebut sepadan dengan energi dan waktu yang terpakai. Hal yang paling berkesan dari segala feedback atau impact dari kegiatan volunteering baginya adalah pada saat ia sedang mengalami kesulitan dan kemudian orang yang membantunya ternyata ialah orang yang sebelumnya ia bantu, dan dari situlah ia mengerti bahwa sebenarnya volunteering tidak sebatas hanya berbagi materi tetapi itu sebuah bentuk hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial yang saling membantu dan berbagi kebahagiaan satu sama lain. Se-sederhana saat kita merasa meaningful atas pemberian orang, pasti kita juga akan berkeinginan untuk memberikan atau membantu orang tersebut sekadar untuk berbagi kebahagiaan, dan begitupun juga yang dirasakan oleh orang-orang yang kita bantu.
Erlangga 17 | Volume 1 Edisi Maret 2022
Volunteering di Masa Pandemi Pandemi bukanlah penghalang bagi Shafa untuk berhenti melakukan kegiatan volunteering. Shafa tetap bisa melakukan kegiatan tersebut dan bahkan ia menjadi ambasador dari salah satu kegiatan volunteering yaitu Gerakan Mengajar Desa. Pada volunteering tersebut, Shafa menelusuk ke desa-desa terpencil di berbagai daerah di Indonesia. Disana Shafa lebih concern untuk memberikan sebuah penyuluhan pendidikan kepada anak-anak di desa tersebut yang belum mendapatkan akses pendidikan yang memadai. Shafa mengambil perhatian khusus untuk volunteering di bidang pendidikan karena menurutnya pendidikan itu salah satu hal penting, tetapi disisi lain pendidikan menjadi salah satu hal ketimpangan yang sangat besar di Indonesia. Masa pandemi yang membuat semua kegiatan berbasis online, menjadi hambatan tambahan lagi bagi anak-anak di desa, alih-alih membeli media elektronik, untuk peralatan sekolah biasa saja sudah sulit. Untuk itu, melalui kegiatan tersebut Shafa ingin memberikan kontribusinya, membagi ilmunya, dan menebar kebahagiaan bersama. Perbedaan yang paling dirasakan di masa pandemi ialah pada regulasi pemerintah mengenai arus hilir-mudik satu tempat ke tempat lainnya Hal tersebut juga menjadi suatu hambatan dalam melakukan kegiatan volunteering di masa pandemi. Namun, bagi Shafa hal itu bukan menjadi penghalang untuk kita berkontribusi dalam kegiatan volunteering. “Karena volunteering itu gak harus nunggu ada pamflet tulisan open volunteer baru ikut volunteering, tapi se random kita datang ke suatu tempat and then what can we do about
that untuk bisa membantu orang-orang tempat tersebut, itu sudah menjadi part of volunteering” imbuhnya. Menjadi Putri Duta Wisata
Bermula dari kebosanan menjalani aktivitas selama pandemi yang sudah hampir monoton, Shafa mencari kegiatan yang baru untuk dapat merefresh dirinya kembali. Kebetulan saat itu terdapat ajang pemilihan duta wisata di daerahnya dan ia ditawarkan oleh orang tuanya untuk mengikuti ajang tersebut. Menjadi pemenang bukanlah tujuan awal Shafa mengikuti ajang tersebut, namun perasaan senang dan rasa syukur bisa menjadi Putri Duta Wisata di daerahnya tidak dapat dipungkiri.
Melalui putri duta wisata, Shafa memiliki peran untuk menjadi seorang inisiator yang dapat menginisiasi gerakan perbaikan wisata, edukator yang memberikan edukasi kepada orang sekitar mengenai pariwisata, dan promotor yang mempromosikan pariwisata di daerahnya. Mendapatkan gelar putri duta wisata memberikan banyak privilege baginya, dimana ia dapat belajar banyak hal baru dari orang-orang penting yang sebelumnya tidak pernah bayangkan akan bertemu dan berbincang-bincang dengannya. Cara mengatur waktu ala Shafa
Akun media sosial Shafa dipenuhi oleh postingannya dalam mengikuti segala kegiatan di luar perkuliahan. Produktifitasnya membuat para followers-nya bertanya-tanya bagaimana cara ia mengatur waktu dan apakah kegiatan perkuliahannya menjadi terganggu. Ternyata, Shafa sendiri sangat memprioritaskan segala kegiatan perkuliahaan dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Ia akan mengesampingkan kegiatan di luar perkuliahannya jika waktu pelaksanaanya bertepatan dengan kegiatan perkuliahannya.
dok. Pribadi
Tidak hanya itu, Shafa juga selalu membuat jadwal kegiatannya di dalam Google Calendar dan menyusunnya berdasarkan prioritasnya serta tidak lupa untuk menyisipkan waktu luang untuk dirinya beristirahat atau quality time. Weekend atau malam hari dipilih olehnya sebagai waktu untuk mengikuti kegiatan seperti, menjadi pembicara, MC atau moderator, membuat konten, volunteering, dan lainnya. “Yang perlu diingat adalah bahwa kita yang mengatur waktu bukan waktu yang mengatur kita” ujar Shafa.
Erlangga 17 | Volume 1 Edisi Maret 2022
2
dok. Freepik
LAPORAN UTAMA
Permendikbud Ristek PPKS dan Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus Oleh : Khaira dan Fadila Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, resmi meluncurkan Peraturan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbud Ristek) Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di lingkungan Perguruan Tinggi (Permendikbud Ristek PPKS) pada November silam. Peraturan ini dikeluarkan dengan tujuan untuk melindungi seluruh civitas akademik perguruan tinggi dari kekerasan seksual. Kekerasan seksual sendiri bukan merupakan isu yang baru di lingkungan perguruan tinggi. Terdapat rentetan kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh berbagai pihak di
3
lingkungan perguruan tinggi, mulai dari dosen, mahasiswa, hingga warga kampus yang penindak lanjutannya seringkali masih tidak jelas dan tegas. Isu ini bukan merupakan hal yang asing lagi. Akan tetapi, masih banyak pihak yang belum memahami esensi dari kekerasan seksual sehingga hal ini dapat menghambat proses pencegahan maupun penanganan kekerasan seksual. Kekerasan seksual menurut Permendikristek PPKS Pasal 1 Ayat (1) adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis dan/
Erlangga 17 | Volume 1 Edisi Maret 2022
atau fisik termasuk yang mengganggu kesehatan reproduksi seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan pendidikan tinggi dengan aman dan optimal.
Permendikbud Ristek PPKS ini tidak hanya membahas definisi kekerasan seksual, akan tetapi juga membahas lebih dalam mengenai bentuk tindakan kekerasan seksual dengan konsekuensi sanksi administratif, kemungkinan tindakan kekerasan bentuk lain, hingga mengatur langkah-langkah pencegahan. Peluncuran Permendikbud Ristek PPKS sendiri berangkat dari hal yang paling mendasar bahwa tidak ada satu orang pun yang pantas menjadi korban kekerasan seksual. Hal ini diperkuat dengan meningkatnya angka kasus kekerasan seksual yang terjadi di ranah komunitas termasuk di perguruan tinggi, yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada kurang optimalnya penyelenggaraan tri dharma perguruan tinggi dan menurunkan kualitas pendidikan tinggi. Permendikbud Ristek PPKS merupakan peraturan yang menjamin adanya kepastian hukum dalam pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual di perguruan tinggi. Sebelum diluncurkannya Permendikbud Ristek PPKS, masyarakat telah ramai membahas Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (RUU TPKS). Rancangan undang-undang ini dibuat untuk memperkuat pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di Indonesia karena regulasi nasional yang
ada belum cukup untuk pencegahan dan penanganan kekerasan seksual yang ada. RUU TPKS sendiri telah ditetapkan sebagai usul inisiatif DPR RI pada Sidang Paripurna DPR RI, akan tetapi sampai artikel ini ditulis masih belum disahkan. Walaupun Permendikbud Ristek PPKS dan RUU TPKS memiliki tujuan dalam pencegahan dan penanganan kekerasan seksual, keduanya tidak berhubungan secara langsung. Permendikbud Ristek PPKS bukanlah kelanjutan dari RUU TPKS. Hal ini terjadi karena berdasarkan sisi formil atau secara hierarki peraturan perundangundangan di Indonesia, RUU TPKS belum disahkan menjadi undangundang, sehingga secara otomatis RUU TPKS tidak bisa dijadikan dasar hukum pembuatan peraturan lain di bawahnya termasuk Permendikbud Ristek PPKS.
Seperti hal nya RUU TPKS, Permendikbud Ristek PPKS juga menuai pro dan kontra semenjak diluncurkan oleh Mendikbudristek pada November silam. Salah satu isu pro dan kontra yang paling sering terdengar yaitu terkait pelegalan zina. Permendikbud Ristek PPKS ini sering dianggap sebagai instrumen yang melegalkan praktik zina di lingkungan kampus. Banyak pihak yang menganggap dengan adanya rasa persetujuan korban, hal ini akan membuka peluang terjadinya zina karena dianggap perbuatan yang didasari atas suka sama suka itu diperbolehkan. Padahal kekerasan seksual dan zina adalah hal yang berbeda. Ketika berbicara tentang
Erlangga 17 | Volume 1 Edisi Maret 2022
4
dok. Freepik
yang dialaminya karena diakomodir perlindungan hak-hak korban. Hal ini dikarenakan permasalahan yang kerap dialami korban terkait dengan tindakan reviktimisasi, penuntutan balik, dikeluarkan dari kampus, dan banyak permasalahan lain yang telah terakomodir dengan adanya Permendikbud Ristek PPKS.
kekerasan seksual, kekerasan seksual adalah salah satu jenis kekerasan. Bukan hal yang tepat ketika pengaturan terkait kekerasan seksual disatukan dengan zina karena zina lebih terkait dengan moralitas.
Terlepas reaksi kontra dari berbagai pihak, Permendikbud Ristek PPKS memiliki manfaat apabila diterapkan di perguruan tinggi. Manfaat dari penerapan Permendikbud Ristek PPKS antara lain yaitu mendorong pihak perguruan tinggi untuk bisa membentuk kebijakan terkait pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus. Selain itu, Permendikbud Ristek PPKS juga diharapkan dapat mendorong pihak kampus untuk nantinya membentuk sebuah lembaga pelaksana terkait upaya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual yang di dalam Permendikbud Ristek PPKS dikenal dengan satuan tugas. Lebih lanjut, dengan diterapkannya peraturan ini, korban-korban kasus kekerasan seksual menjadi berani untuk melaporkan kasus
5
Terdapat beberapa poin penting yang dibahas dalam Permendikbud Ristek PPKS mengenai upaya pencegahan kekerasan seksual. Upaya pencegahan dalam Permendikbud Ristek PPKS bersifat komprehensif karena melibatkan berbagai pihak yang ada di kampus. Ada pencegahan yang dilakukan oleh mahasiswa, perguruan tinggi, dan tenaga kependidikan. Hal ini merupakan aspek penting karena melibatkan berbagai lapisan. Selain itu, dalam Permendikbud Ristek PPKS terdapat perlindungan hak-hak korban. Ada perlindungan dari keberlanjutan pendidikan dan keberlanjutan kerja, serta perlindungan dari tuntutan secara pidana maupun gugatan secara perdata. Kemudian, di Permendikbud Ristek PPKS terdapat lembaga pelaksana pencegahan dan penanganan kekerasan seksual, yaitu satuan tugas (satgas). Diharapkan di masing-masing perguruan tinggi memiliki lembaga semacam ini dalam kurun waktu satu tahun sesuai ketentuan yang ada di Permendikbud Ristek PPKS. Selain itu, terdapat aspek pemulihan korban dan pencegahan akan keberlanjutan kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus.
Erlangga 17 | Volume 1 Edisi Maret 2022
Terdapat berbagai macam penanganan korban. Ada penanganan secara psikologis, bantuan-bantuan hukum, ataupun bantuan yang diperlukan oleh korban lainnya. Istilahnya terdapat pendampingan baik secara hukum maupun secara psikologis. Dalam hal penanganan ada yang dinamakan perlindungan, yang terdiri dari perlindungan keberlanjutan pendidikan dan perlindungan keberlanjutan bekerja bagi tenaga kependidikan yang ada di universitas. Selain itu, terkait penanganan, ada penanganan administratif bagi pelaku dan pemulihan korban. Menurut publikasi BEM Universitas Diponegoro (Undip), Permendikbud Ristek PPKS akan diturunkan penerapannya melalui peraturan rektor perguruan tinggi negeri, tidak terkecuali Undip. Akan tetapi, sampai saat ini, belum ada pengundangan berkaitan dengan Peraturan Rektor Permendikbud Ristek PPKS di Undip. Walaupun begitu, Draft Rancangan
Peraturan Rektor tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Undip sudah disebarluaskan dan sudah sampai ke tangan mahasiswa. Informasi mengenai jaring aspirasi mahasiswa terkait draf tersebut belum dipublikasikan.
Diharapkan Permendikbud Ristek PPKS dapat sesegera mungkin diterapkan di Undip, sehingga mampu mengakomodir kebutuhan dan ruang yang aman bagi kita semua. Walaupun begitu, draf yang nanti akan diundangkan dan berlaku bagi civitas akademika Undip diharapkan bukan hanya sekadar draf yang bersifat normatif, tetapi harus benar-benar mampu mengakomodir kebutuhan akan ruang aman yang bebas dari kekerasan seksual bagi civitas akademika Undip. Peraturan rektor ini sudah cukup lama dinantikan berbagai unsur yang ada di Undip, sehingga pengundangan terkait draf peraturan rektor ini diharapkan bersifat komprehensif.
Erlangga 17 | Volume Edisi Maret Erlangga 17 | Volume3 Edisi1Oktober 20172022
6
POLLING
Pemahaman Mahasiswa Mengenai Perkembangan Permen PPKS Oleh: Naela Rohmah Isu pelecehan seksual bukan lagi hal yang baru, sederet kasus pelecehan seksual kerap terjadi di lingkungan kampus, yang seharusnya sebagai tempat untuk mengembangkan keilmuan, tetapi juga membentuk kepribadian, kemandirian, keterampilan sosial, dan karakter. Permendikbud Ristek nomor 30 tahun 2021 tentang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual resmi diterbitkan pada 31 Agustus 2021. Beleid ini disebut bertujuan memenuhi hak warga negara atas pendidikan tinggi yang aman. Namun sayang, peraturan ini mendapatkan tentangan dari golongan tertentu yang justru menganggap aturan tersebut melegalkan seks bebas. Berikut ini merupakan hasil yang kami dapatkan dari 72 responden. Apakah Anda Mengetahui Perihal Pelecehan Seksual yang Terjadi di Kampus?
Dari 72 responden, persentase terbesar sebanyak 91,7% menunjukkan bahwa mahasiswa mengetahui perihal isu pelecehan seksual yang terjadi melalui media online, 8,3% responden menyatakan tidak mengetahui perihal isu pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan kampus.
Apakah Anda Mengetahui Sanksi yang Diberikan Oleh Pihak Kampus? Persentase yang diperoleh yaitu sebanyak 70,8% responden tidak mengetahui sanksi apa yang diberikan oleh pihak kampus, sedangkan 29,2% responden menjawab mengetahui sanksi yang diberikan oleh pihak kampus.
77
Erlangga17 17| |Volume Volume31Edisi EdisiOktober Maret 2022 Erlangga 2017
POLLING
Apakah Anda Mengetahui Perihal Peraturan Menteri Nomor 30 Tahun 2021 Mengenai Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual? Berdasarkan jawaban 63,9% responden mengetahui perihal Peraturan Menteri Nomor 30 Tahun 2021 mengenai Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual, sedangkan 36,1% responden belum mengetahuinya. Apakah Anda Mengetahui Mengenai Perkembangan Kebijakan kampus atas Permen PPKS ? Berdasarkan jawaban dari persentase mengenai perkembangan kebijakan kampus atas Permen PPKS yang diperoleh sebanyak 84,7% responden tidak mengetahuinya dan 15,3% responden mengetahui perkembangan kebijakan kampus atas Permen PPKS.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa telah mengetahui Peraturan Menteri Nomor 30 Tahun 2021 mengenai Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual. Akan tetapi, mereka tidak mengetahui perkembangan kebijakan kampus atas Peraturan Menteri tersebut. Para mahasiswa juga menganggap pentingnya kebijakan kampus demi melindungi hak mahasiswa.
Erlangga 17 | Volume 1 Edisi Maret 2022
8
dok. detik.com
LAPORAN UTAMA
Realitas Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi Serta Regulasi yang Mengatur di Indonesia Oleh: M. Sholeh dan Sulis Manopo Berdasarkan pernyataan dari lima perguruan tinggi di Jawa Tengah pada tahun 2021 terjadi setidaknya 2500 kasus kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi, sehingga hal ini menjadi salah satu latar belakang lahirnya Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbud Ristek) Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (PPKS) seksual di Perguruan Tinggi.
99
Menurut data Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia (LBH APIK) Semarang banyak kasus kekerasan seksual di perguruan tinggi. Kasus kekerasan seksual dan di tahun 2016 ada 49 kasus, tahun
2018 ada 58 kasus, 2019 adalah 73 kasus, dari tahun 2020 ada 5 kasus, dan di tahun 2021 ada 73 kasus dan dimana 25 kasus kekerasan seksual di tahun 2021 khususnya di Provinsi Jawa Tengah tidak ada proses litigasi dan mengenai perlindungan untuk korban, penegakkan hak-hak korban masih belum terimplementasi secara baik dan ada beberapa faktor yang dimana memang perguruan tinggi adalah salah satu benteng pertahanan yang mengakibatkan kasuskasus kekerasan seksual di perguruan tinggi tidak terungkap karena menjadi suatu aib bagi perguruan tinggi jika memang itu terjadi di lingkungan perguruan tinggi tersebut.
Erlangga17 17| |Volume Volume31Edisi EdisiOktober Maret 2022 Erlangga 2017
Untuk itu sangat penting adanya Satgas perlindungan PPKS bukan hanya dalam lingkup pemerintahan namun yang paling penting adalah adanya satgas dalam lingkup perguruan tinggi sebagai terobosan hukum yang sangat progresif dari negara kepada korban. Jadi harapannya dari Permendikbud tersebut perguruan tinggi di seluruh Provinsi Jawa Tengah memiliki satuan tugas pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual di perguruan tinggi.
Sebagai sebuah peraturan baru pastinya banyak menuai pro dan kontra dari masyarakat, hal ini terkait dengan uji materiil yang terkandung dalam Permendikbud Ristek nomor 30 tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan, dan perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga bantuan hukum yang fokus terkait perempuan dan anak dalam kekerasan seksual LBH APIK menolak secara keseluruhan terkait dengan permohonan tersebut. “Kami menganggap permohonan tersebut tidak patut karena langkah pemerintah sebagai bagian penegasan kewajiban negara untuk menyediakan ruang aman kekerasan seksual terutama ketika terjadi di lingkungan perguruan tinggi pendidikan. Jadi kami menilai bahwa permohonan tersebut tidak mampu membuktikan kualifikasinya bagi masyarakat umum ataupun badan hukum publik yang sebagaimana dirinya adalah pemohonnya kemudian tidak ada kerugian hak warga negara yang dilakukan oleh Permendikbud ini tetapi peraturan ini
memberikan suatu perlindungan terhadap korban kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi,” ungkapnya.
Kasus kekerasan seksual di perguruan tinggi itu memang sangat urgensi sehingga diperlukan adanya sistem kelembagaan yang memang sebagai wujud pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di rumah perguruan tinggi kemudian adanya regulasi internal di perguruan tinggi dengan menerbitkan Surat Keputusan (SK) Rektor mengenai pencegahan dan penanganan kekerasan seksual. Hal itu menjadi langkah progresif dari perguruan tinggi untuk memberikan perlindungan terhadap mahasiswa, dosen, dan siapapun yang ada di lingkup perguruan tinggi. Tidak hanya sekedar regulasi internal tetapi harapannya juga adanya pelayanan ramah dan aman untuk penguatan kapasitas lembaga bagi pendamping baik pencegahan dan penanganan terhadap kasus tersebut.
Di sisi lain, mahasiswa memiliki peran yang sangat besar dalam mensukseskan Permendikbud Ristek dengan memanfaatkan sosial media sebagai pioner yaitu mengampanyekan di media sosial, contohnya adalah mengkampanyekan bentuk-bentuk kekerasan seksual, pentingnya sekali perguruan tinggi aman dan nyaman dari kekerasan seksual, dan seperti yang kita lihat saat ini mahasiswa kerap membagikan postingan dengan tagar menolak kekerasan seksual di lingkup perguruan tinggi.
Erlangga 17 | Volume 1 Edisi Maret 2022
10 10
RESENSI NOVEL Kupu-kupu yang Sulit Digapai Kata mariposa sendiri berasal dari bahasa Spanyol yang artinya kupu-kupu. Menurut si penulis, filosofi dari kupu-kupu inilah yang menggambarkan sosok tokoh laki-laki yang bernama Iqbal. Kupu-kupu dianalogikan apabila semakin dikejar, ia akan menjauh. Sebaliknya, jika dibiarkan ia akan mendekat.
dok. liputan6
“Kamu itu seperti Mariposa. Kalau aku kejar dan coba tangkap, kamu menghindar. Tapi jika aku biarkan, apa kamu mau mendekatiku?” -Natasya Kay Loovi
MARIPOSA 2018 Jenis Penulis Penerbit Durasi Tebal ISBN Peresensi
: Fiksi : Luluk H. F. : Coconut Book : 130 menit : 482 Halaman : 9786025508615 : Syafira N.
Sinopsis Novel Novel Mariposa menceritakan seorang gadis cantik bernama Natasha Kay Loovi atau Acha yang memperjuangkan cintanya kepada seorang laki-laki berperilaku dingin dengan kehidupannya yang serba monoton, bernama Iqbal. Mereka berdua adalah siswa yang sangat pintar di sekolah. Bagi Acha, di kamus kehidupannya itu tidak ada kata “menyerah”, terutama untuk meluluhkan sikap dingin Iqbal dan dinding pertahanan hati Iqbal yang tidak pernah diisi oleh perempuan siapapun. Acha sering mendapatkan penolakan dan sikap acuh tak acuh yang sering Iqbal lakukan, namun itu tidak akan membuat Acha mundur untuk mendapatkan hatinya.
11
“Bagiku kamu seperti bunga matahari, sebuah simbol kebahagiab dan keceriaan. Tanpa bunga matahari seekor mariposa tidak bisa hidup. Aku membutuhkanmu, maka aku akan mendekatimu.” -Iqbal Guanna Freedy Kisah Cinta Khas Remaja
Novel Mariposa disajikan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Pembaca bisa mendapatkan imajinasi pada saat membacanya. Hal tersebut tentunya menjadi nilai lebih untuk novel ini. Selain itu, dapat dikatakan kisahnya memiliki hubungan dengan kehidupan remaja saat ini. Seakan pembaca dapat terbawa suasana dengan alur cerita. Ditambah lagi pilihan kata yang dituangkan di dalam novel ini termasuk ke dalam diksi populer di kehidupan remaja, sehingga menambah kelebihan dari novel tersebut.
Meskipun terdapat banyak kelebihan, bukan berarti novel Mariposa tidak memiliki kekurangan. Ceritanya cenderung mudah ditebak karena kejadiannya terkesan familiar di kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi, proporsi antara narasi dan dialog yang hampir seimbang, yang menjadikan karakter dari tokoh dalam novel ini tidak tergambarkan secara mendalam. Dibaca Lebih dari 100 Juta Orang di Wattpad
Awalnya cerita Mariposa diunggah di aplikasi Wattpad pada Maret 2017. Di tahun 2017 memang aplikasi Wattpad tengah booming, dan di tahun tersebut jumlah pembacanya kurang lebih mencapai 400 juta pembaca. Kemudian tidak berselang lama, penulis mendapatkan tawaran untuk menerbitkan Mariposa. Hingga, akhirnya ditahun 2018, novel Mariposa telah diterbitkan. Sebenarnya Mariposa pada saat itu di lirik oleh lima belas penerbit besar bahkan sebelum novel Mariposa diterbitkan. Selain itu, terdapat lima production house yang meminta untuk mengangkatnya menjadi film atau layar lebar. Pada akhirnya, novel ini difilmkan oleh Falcon Picture dan Starvision Plus di tahun 2020.
Erlangga 17 | Volume 1 Edisi Maret 2022
G EL IAT U SAH A
Ternak Burung Puyuh, Inspirasi Bisnis dengan Lahan Minimalis Oleh: Siti Choiriyah Usaha di bidang peternakan saat ini banyak dilirik orang karena dirasa sebagai usaha yang mempunyai prospek bagus di masa yang akan datang. Salah satunya adalah berternak burung puyuh. Burung puyuh merupakan jenis burung atau unggas yang relatif berukuran kecil, berkaki pendek, bulu berwarna kecoklatan, dan tidak bisa terbang. Telur puyuh adalah salah satu telur unggas kegemaran masyarakat. Selain telurnya dikonsumsi, burung puyuh juga dikonsumsi dagingnya. Ternak burung puyuh cukup menjanjikan karena harga daging dan telur burung puyuh relatif stabil dan peminatnya tidak pernah sepi.
Zakiya Miftahul Misbah, mahasiswa Ekonomi Islam 2020 membuktikan keberhasilan dirinya menjadi seorang pengusaha dan peternak burung puyuh. Beternak burung puyuh tidak serta merta membuat Zacky sapaan akrabnya sukses secara instan. Tentunya banyak pengalaman yang ia dapatkan dari beternak burung puyuh ini. Zacky memutuskan untuk beternak burung puyuh sejak tahun 2019 lalu, ketika masih kelas XI SMA. Zacky mengatakan kedua orang tuanya suka beternak dan memiliki peternakan ayam dan bebek. Faktor tersebut membuat Zacky memutuskan mengikuti jejak mereka untuk
Erlangga 17 | Volume Edisi Maret Erlangga 17 | Volume3 Edisi1Oktober 20172022
12 12
Sebelum memulai beternak, tentunya banyak sekali hal yang perlu dipersiapkan mulai dari modal, bangunan, peralatan, pakan, dan lain sebagainya. Zacky mengatakan bahwa modal yang ia gunakan untuk membangun bisnis ini berasal dari uang sekolah, beasiswa sekolah, dan kekurangannya dibantu oleh orang tuanya. Kemudian Zacky membangun kandang kecil berukuran 7x3. Letak kandangnya satu area dengan peternakan milik orang tuanya yang beralamat di Jalan KH Nawawi, Dusun Sinanggul, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Pada awalnya, kandang tersebut diisi dengan 100 ekor burung puyuh. Saat ini usahanya telah berkembang semakin pesat dan Zacky telah memiliki 800 ekor burung puyuh. Untuk pakan burung puyuh, Zacky memilih PT New Hope Kota Demak sebagai supplier pakannya. Sedangkan kegiatan operasionalnya masih dilakukan sendiri oleh Zacky dengan dibantu kedua orang tuanya.
dok.pribadi
Zacky memilih menggeluti usaha ternak burung puyuh karena cara pemeliharaan mudah dan sederhana, dapat diusahakan di lahan terbatas, dan produk yang dihasilkan mudah dipasarkan. Target pemasaran mencakup wilayah pasar-pasar di daerah Jepara. Produk yang dijual Zacky ada telur burung puyuh, burung puyuh ungkep, dan pupuk dari kotoran burung puyuh. Telur puyuh dijual dengan harga Rp250.000 per kardus dengan isi 750 butir telur. Burung puyuh yang sudah afkir atau tidak dapat menghasilkan telur dijual dengan harga Rp5.000 per ekor. Sedangkan untuk pupuk kotoran burun puyuh, Zacky tidak mematok harga sehingga siapapun yang membutuhkan dapat mengambilnya. Biasanya warga di sekitar menggunakannya untuk memupuk tanaman. Untuk informasi lebih lengkapnya, teman-teman dapat
13 13
dok.pribadi
memiliki peternakan burung puyuh.
mengunjungi akun instagram @puyuh_ kampoengunggul.
Dalam menekuni usaha ternak puyuh, tentu saja Zacky pernah mengalami berbagai hambatan dalam perjalanannya hingga sampai di titik sekarang. Biasanya kendalanya terletak pada bibit burung puyuh, karena masing-masing bibit memiliki kualitas yang berbeda-beda tergantung pada faktor induk, iklim, dan cuaca juga. Oleh karena itu, Zacky lebih memilih mencari bibit ketika musim panas dibandingkan musim kemarau. Zacky mengatakan supplier burung puyuhnya berasal dari wilayahnya sendiri, Demak, dan juga Solo. Bibit burung puyuh yang berkualitas emiliki bentuk tubuh tanpa cacat, gerakannya aktif, dan warna bulunya cerah. Untuk mendapatkan bibit yang berkualitas, perlu diperhatikan juga umur bibit yang dipilih dalam masa produktif yang umurnya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, yaitu sekitar umur tiga minggu. Umur burung puyuh sangat mempengaruhi hasil produksinya sehingga
Erlangga17 17| |Volume Volume31Edisi EdisiOktober Maret 2022 Erlangga 2017
perlu menghindari bibit yang sudah tua karena produksi telurnya sudah berkurang.
Di masa pandemi ini, telur puyuh dapat menjadi alternatif makanan sehat karena telur puyuh mengandung protein tinggi dan penghasil komponen bioaktif. Oleh karena itu, telur puyuh dapat meningkatkan imun tubuh. Di samping itu, harga telur puyuh cukup terjangkau dibandingkan sumber protein hewani lainnya, sehingga tidak heran jika permintaan masyarakat cukup stabil. Selain telurnya yang bergizi, daging burung puyuh juga kaya akan kandungan vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh, tetapi perlu diperhatikan untuk mengonsumsi sewajarnya karena kandungan kolesterolnya juga cukup tinggi. Meskipun memiliki permintaan pasar yang cukup stabil, Zacky mengakui bahwa pandemi menyebabkan omzet penjualannya menurun. Apalagi pandemi juga menyebabkan harga pakan meningkat drastis, sehingga omzet per bulannya menurun menjadi Rp1 – 1,5 juta rupiah. Sebelumnya ia pernah mendapatkan omzet sebesar Rp3 juta per bulannya.
Selain sibuk berkuliah dan menjalankan peternakannya, Zacky juga aktif mengikuti beberapa organisasi di kampus, seperti Kelompok Studi Ekonomi dan Sosial (KESMES) dan Himpunan Mahasiswa
Ekonomi Islam (HMEI). Zacky juga sering mengikuti berbagai perlombaan dan berhasil menjuarainya, seperti Juara 1 Essay Economics Social Competition, Juara 1 Diponegoro University Enterpreneur Award, dan masih banyak lagi. Menurutnya semua orang mampu memanajemen waktu dengan baik, bahkan tidak ada alasan untuk manajemen waktu yang kurang bagus. Intinya, kita perlu membuat urutan prioritas dari aktivitas yang penting dan terus melaksanakannya secara disiplin. Menurut Zacky, orang yang mengatakan manajemen waktunya kurang bagus itu bukan salah waktunya, tetapi salah orangnya yang bermalas-malasan. Zacky memiliki pesan bagi teman-teman yang ingin berwirausaha tetapi belum berani. Kalau ingin berwirausaha jangan seperti batu, dia bisa bergerak hanya jika dipindahkan. Jadilah air, yang tetap bergerak pada kondisi apapun. Sama halnya ketika berwirausaha, kita harus mengalir saja. Jika ada masalah pasti ada solusi. Jika ada rintangan pasti ada jalan. Jika ada harapan pasti ada senyuman. Yang pasti, kita harus mengalahkan rasa takut itu dengan melawannya. Karena ketakutan yang ada pada diri kita justru akan merugikan kita sendiri.
“Kalau ingin berwirausaha jangan seperti batu, dia bisa bergerak hanya jika dipindahkan. Jadilah air, yang tetap bergerak pada kondisi apapun.”
Erlangga 17 | Volume Edisi Maret Erlangga 17 | Volume3 Edisi1Oktober 20172022
14
KO LO M S A S T RA
Sajak Saban Hari Oleh: Luthfia Nabila Putri Wahai rembulan yang pudar
Temani aku, bersama setumpuk folio dan secangkir kopi panas Kita bercerita sedikit saja
Nanti aku peluk dirimu erat
Berawal dari orientasi saat sinar silau mentari hilang Tiap-tiap hari, aku pasti menjenguk layar Tangan ku bertaut, berbicara sekaligus Menatap lamat teman kampus
Lalu angin pagi, arunika dan ruang kosong menyapaku bosan Hanya senyuman yang tersurat
Dengan tugas menyambut gempita
Tidak lain, caraku berterima kasih pada Tuhan
Kini memang semua terasa senjang Hanya diam, tidak diam seutuhnya
Tidak ingin sebatas centang biru, aku ingin bertemu Menjalin kasih dan wacana seperti dahulu
Pandemi memang bukan hanyalah tamu
Tak ada guna khawatir pada yang temaram Aku dan kamu masih punya dambaan Mari berdampingan, melukis visi kita
15
Erlangga 17 | Volume 1 Edisi Maret 2022
dok. Google
KO LO M OP INI
Kekerasan Seksual: Dibilang Tabu, Meski Bukan Hal Baru Oleh : Susan Liya
Kekerasan seksual merupakan satu dari sekian banyak problematika yang tak kunjung habis polemiknya. Tak jarang orang masih saja mengerutkan dahi dan merasa canggung untuk bicara terkait hal-hal yang berbau seksual. Akibatnya, banyak orang menutup diri dan menutup mata atas apa yang terjadi di sekitarnya. Kekerasan seksual menjadi ‘hantu’ yang hingga kini tak kunjung menghilang. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) melalui situs www. cnnindonesia.com menyebutkan bahwa tercatat sebanyak 8.800 kasus kekerasan seksual terjadi dari Januari sampai November 2021. Mirisnya, kasus-kasus tersebut tak jarang justru terjadi di berbagai tempat yang seharusnya jauh dari halhal tersebut, seperti sekolah, perguruan tinggi, dan bahkan pondok pesantren. Kekerasan Seksual di Wilayah Kampus
Melalui situs resmi kemdikbud.go.id, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyebutkan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa dan negara. Nyatanya, pernyataan tersebut berbanding terbalik dengan fakta bahwa seringkali perempuan tidak memiliki ruang aman bagi dirinya, bahkan untuk sekadar menimba ilmu di kampus impian. Bicara kekerasan seksual, bukan tidak mungkin jika laki-laki pun turut menjadi
korban. Namun, data di lapangan menunjukkan bahwa perempuan-lah yang sangat rentan mengalaminya. Sebanyak kurang lebih 2.500 kasus kekerasan terhadap perempuan terjadi sepanjang Januari hingga Juli 2021. Angka ini meningkat melampaui tahun 2020 yang mana terdapat kurang lebih 2.400 kasus.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Permendikbud) Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi, kekerasan seksual didefinisikan sebagai setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis dan/ atau fisik termasuk yang mengganggu kesehatan reproduksi seseorang dan hilang kesempatan melaksakan pendidikan tinggi dengan aman dan optimal. Peraturan tersebut resmi disahkan dan diundangkan pada 3 September 2021 setelah sebelumnya sempat ditolak dan mendapat kritikan dari berbagai pihak. Fisik dan Verbal serta Fenomena Catcalling
Bentuk kekerasan seksual tidak hanya terbatas pada kekerasan fisik, tetapi dapat juga secara
Erlangga 17 | Volume Edisi Maret Erlangga 17 | Volume3 Edisi1Oktober 20172022
16 16
verbal. Dikutip dari Permendikbud Nomor 30 Tahun 2021, kekerasan verbal dapat berupa penyampaian ujaran yang mendiskriminasi tampilan fisik, kondisi tubuh, dan/atau indentitas gender korban. Selain itu, penyampaian ucapan yang memuat rayuan, lelucon, dan/atau siulan yang bernuansa seksual pada korban juga termasuk dalam kekerasan verbal. Sementara kekerasan seksual secara fisik jelas seperti menatap korban dengan nuansa seksual dan/ atau tidak nyaman, percobaan pemerkosaan, dan lain sebagainya. Kekerasan seksual secara verbal ini menarik untuk dibahas. Seringkali orang tidak menyadari bahwa seruan-seruan bernada seksual yang seringkali disebut sebagai catcalling merupakan sesuatu yang tidak selayaknya dilakukan.
“Oi, cewek! Cantik banget, deh! Senyum dong!” Pernahkah mengalami situasi ketika kamu sedang berjalan di tempat umum, tiba-tiba segerombolan orang tak dikenal yang sering mejeng di pinggir jalan mengucapkan kalimat-kalimat seperti itu? Perlu kita ketahui bahwa kalimat-kalimat seperti itu bukanlah pujian yang akan membuat hati seorang wanita riang gembira sepanjang hari. Sebaliknya, kalimat-kalimat tersebut justru memiliki arti kecenderungan seksual. Terdengar sepele, bukan?
Catcalling dalam bentuk lain bisa berupa siulan, sorakan ketika seorang wanita lewat di depan mereka, klakson yang dibunyikan untuk tujuan menggoda, dan lain sebagainya. Uniknya, ujaranujaran memojokkan berkedok baperan seringkali dilontarkan balik selayaknya bumerang pada orang-orang yang paham bahwa catcalling itu bukan sesuatu yang pantas untuk dilakukan. Terlebih ketika seorang wanita membela diri.
Bukan tidak mungkin fenomena catcalling ini terjadi di wilayah kampus. Oleh karena itu, penting sekali untuk memahami apa saja lingkuplingkup kekerasan seksual untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Permen-PPKS sebagai Kekerasan Seksual
17 17
Payung
Aman
Melalui situs resmi kompas.tv, Kemendikbudristek RI menyebutkan bahwa ada tiga dosa besar pendidikan di Indonesia. Tiga dosa besar tersebut yaitu kekerasan seksual, intoleransi, dan perundungan. Melalui komitmennya, Kemendikbudristek RI menyusun dan mengesahkan Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di Lingkungan Perguruan Tinggi. Peraturan tersebut
mengatur secara rinci tindakan-tindakan yang termasuk kekerasan seksual, kewajiban baik perguruan tinggi, pendidik dan tenaga kependidikan, serta mahasiswa untuk turut serta melakukan pencegahan kekerasan seksual, upaya penanganan kekerasan seksual, dan lain sebagainya.
Dalam pasal 19 Permendikbudristek tersebut, disebutkan secara jelas bahwa perguruan tinggi yang tidak melakukan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual akan dikenai sanksi administratif berupa penghentian bantuan keuangan atau bantuan sarana dan prasarana, dan/atau penurunan tingkat akreditasi perguruan tinggi. Diatur pula bahwa perguruan tinggi membentuk Satuan Tugas (Satgas) dalam pelaksanaan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.
Permendikbud Nomor 30 Tahun 2021 atau lebih sering disebut sebagai Permen-PPKS ini tentu merupakan sebuah angin segar terutama bagi penyintas kekerasan seksual. Tidak ada payung hukum yang melindungi korban sebelum disahkannya Permen-PPKS ini. Sebuah rahasia umum jikalau korban seringkali dipaksa untuk bungkam atas kekerasan yang menimpanya, entah melalui ancaman berbau akademik atau ancaman lainnya. Terlebih, rasa malu menjadi pendorong utama korban untuk tetap diam. Seringkali orang salah memandang kekerasan seksual menjadi hal yang tabu, padahal merupakan sebuah rahasia bersama bahwa hal tersebut bukanlah hal baru. Kampus sebagai Lembaga Pendidikan yang Aman
Seperti yang telah berkali-kali ditegaskan oleh Menteri Nadiem Makarim, segala jenis dan bentuk kekerasan terhadap siapun harus dihapus dari lingkungan pendidikan. Bagaimana mungkin generasi muda nantinya mampu memimpin bangsa ketika kebebasannya untuk belajar terenggut karena trauma mendalam akibat kekerasan seksual yang sebenarnya bisa diberantas bersama-sama? Ilmu adalah hak setiap insan, pun hak atas aman dan nyaman dalam belajar. Kampus disebut-sebut sebagai versi kecil dari dunia yang nantinya akan dipijak oleh setiap mahasiswa. Maka idealnya, kampus mengambil tindakan serta melaksanakan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual seperti yang diamanatkan dalam Permen-PPKS ini. Polemik kekerasan seksual ini selayaknya berhenti dan hilang dari lembaga pendidikan di jenjang apapun.
Erlangga 2022 Erlangga17 17| Volume | Volume13Edisi EdisiMaret Oktober 2017
Erlangga 17 | Volume3 Edisi Oktober 2017 Erlangga 17 | Volume 1 Edisi Maret 2022
18 18
19
Erlangga 17 | Volume 3 Edisi Oktober 2017
Erlangga 17 | Volume3 Edisi Oktober 2017
20