5 minute read
KOMUNITAS
Bookish Indonesia : Tempat Berkumpulnya Para Penikmat Buku
Oleh : Annisa Pratiwi
Advertisement
Semua berawal dari kecintaan membaca buku, Bookish Indonesia adalah komunitas literatur dan perbukuan yang terbentuk untuk mengumpulkan para pecinta buku. Kumaila Hakimah, yang akrab dipanggil Kumai, adalah pendiri sekaligus pemimpin komunitas Bookish Indonesia. Awalnya Bookish Indonesia dibentuk melalui akun instagram, tepatnya pada Mei 2016. Komunitas ini semula hanya ingin mempertemukan sesama pecinta buku, namun siapa sangka ternyata malah berkembang menjadi komunitas buku dan literasi.
Mengenal Lebih Dekat dengan Bookish Indonesia
Komunitas Bookish Indonesia, semula hanya berawal dari reading challenge dan ulasan buku yang dimulai melalui akun instagram @bookish_indonesia. Dari mengumpulkan para pecinta buku, hingga akhirnya pengikut komunitas ini cukup berkembang pesat, berbagai macam kegiatan pun akhirnya terbentuk. Pada tahun 2017, untuk pertama kalinya komunitas ini mengadakan diskusi buku di Jakarta. Setelahnya, diikuti dengan kegiatan lainnya seperti seminar, workshop, dan bedah buku yang menjadi kegiatan rutin bagi para anggota komunitas ini. Bookish Indonesia menggunakan berbagai macam media sosial sebagai wadah untuk menampung kegiatan perbukuan, baik menikmati atau menciptakan sebuah karya tulis. Bookish Indonesia menjangkau berbagai media online, seperti Instagram, Youtube, Line, dan Telegram. Oleh karena itu, berbagai kalangan masyarakat, mulai dari pelajar hingga pekerja kantoran, semua bisa bergabung kedalam komunitas ini sesuai dengan preferensi media sosial yang digunakan. Tidak hanya melalui media sosial, informasi mengenai komunitas ini dapat diakses melalui website resmi mereka, yaitu www.bookishindonesia.com. Terlihat berbagai unggahan karya tulis dari para anggota komunitas seperti ulasan, esai, opini, dan sebagainya mudah dijumpai disana. Hal ini membuktikan bahwa Bookish Indonesia berhasil untuk menjadi media dan wadah bagi orang-orang untuk membagikan kegiatan perbukuan mereka.
Pandemi pun Tidak Menjadi Hambatan
Sebagai komunitas dengan pengurus dan anggota yang berasal dari berbagai kalangan, tentu akan menjadi suatu tantangan tersendiri. Seringkali dihadapkan dengan kendala susahnya menentukan waktu bertemu yang selaras antar pengurus komunitas. Tetapi Komunitas Bookish Indonesia tetap berupaya untuk menghidupkan komunitas ini dengan saling berbagi tugas bagi masing-masing pengurus, hingga pada akhirnya dapat berkumpul kembali pada waktu yang tepat. Kemudian sejak pandemi Covid-19 melanda, timbullah tantangan baru lainnya yang tercipta. Hingga awal tahun 2021, kondisi Indonesia masih dilanda pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Tentu hal ini tidak lepas dengan peraturan pemerintah yang melarang adanya perkumpulan. Namun kondisi ini tidak menghalangi Komunitas Bookish Indonesia untuk berkembang. Justru hal ini membuat komunitas ini terus kreatif dalam kegiatannya. Kemudahan teknologi internet sangatlah membantu, di mana semua orang tetap bisa berhubungan dengan orang lain hanya melalui jejaring sosial. Semenjak pandemi, kegiatan yang dilakukan oleh komunitas Bookish Indonesia dialihkan secara daring. Kegiatan yang dilakukan lebih bervariasi, terutama dengan adanya kelas online bernama Pojok Kelas, di mana kelas ini ditujukan untuk pengembangan diri, misalnya pengembangan keterampilan berpikir kritis atau filsafat. Selain itu juga ada kolaborasi berbincang dengan penerbit buku, penulis, ataupun penerjemah yang dilaksanakan secara live streaming melalui akun Instagram mereka. Sedangkan, untuk diskusi buku pun masih dilaksanakan melalui platform online seperti zoom meeting. Menurut Kumai, dengan adanya aktivitas daring seperti ini, justru mempermudah pelaksanaan kegiatankegiatan yang dilakukan. Misalnya saja untuk kegiatan diskusi buku, dengan hanya melalui zoom meeting, bisa diikuti dari 20 hingga 100 peserta yang datang dari berbagai wilayah.
Minat Baca dan Tulis di Indonesia
Perihal buku, tentu akan meliputi kegiatan membaca dan menulis. Kumai, selaku pendiri Komunitas Bookish
Dok. Bookishindonesia.com
Indonesia, tentu akan banyak berinteraksi dengan para penggiat buku, mulai dari penerbit, penulis, pembaca, dan penerjemah buku. Sehingga, menurutnya minat baca dan tulis di Indonesia sendiri cukup tinggi. Minat baca tidak hanya sekadar membaca buku, bahkan bacaan seperti artikel, majalah, ataupun analisis film juga bisa dikategorikan sebagai kegiatan membaca. Terlepas dari itu, adapun faktor yang membuat minat baca seseorang menjadi rendah yaitu karena kemampuan fokus membaca yang rendah pula. “Membaca itu, kan, perlu daya fokus yang tinggi. Ketika daya fokusnya tidak terlatih, jadi kaya ‘ngapain baca buku? Buang-buang energi dan waktu’ begitu,” ujar Kumai. Oleh karena itu, daya fokus baca perlu dilatih lebih dalam lagi, tentunya dengan rutin membaca. Sama seperti sebelumnya, untuk minat tulis di Indonesia juga cukup tinggi. Ini karena munculnya berbagai platform penulisan online yang memudahkan orang untuk menulis sebuah karya. Bakat menulis itu ada karena terpengaruh oleh lingkungan dengan kebudayaan menulis yang tinggi. Mengutip dari perkataan Andrea Hirata, bahwa orang melayu itu mempunyai bakat menulis karena mereka terbiasa terekspos dengan syair-syair dan karya sastra. Namun, menulis tidak melulu hanya soal bakat. Kemampuan menulis pun dapat dilatih, salah satunya dengan mengikuti pelatihan penulisan, di mana diharapkan bisa mengembangkan ide dan gagasan menjadi sebuah karya tulis.
Upaya Komunitas dalam Minat Baca Tulis
Komunitas Bookish Indonesia selalu menyerukan kampanye di mana membaca buku tidak hanya sekadar membaca, namun terdapat makna mendalam yang dapat dipetik. Membaca buku dapat mengasah pemikiran dengan mengkritisi suatu karya. Dari sebuah bacaan, pembaca bisa menganalisis mengenai politik, ideologi, atau pengembangan karakter. Dengan kampanye yang seperti ini, Bookish Indonesia berharap dapat menggaet banyak orang agar lebih sering membaca ataupun menulis. Berbagai kegiatan Komunitas Bookish Indonesia patut diapresiasi. Upaya minat baca sangat terlihat dengan adanya kegiatan reading challenge, yang kemudian dituangkan dalam bentuk ulasan buku yang sekaligus dapat meningkatkan kemampuan menulis. Selain itu, adanya kegiatan diskusi buku yang bernama Book Club Meeting juga tidak kalah menarik. Book Club Meeting ini adalah kegiatan yang tepat bagi para penikmat buku untuk bertukar pikiran dan membuka pandangan hanya dengan sebuah buku. Tidak ada pembatasan kriteria untuk buku yang dibahas di dalam komunitas ini. Buku dengan berbagai topik pun dibahas, mulai dari tentang pelanggaran HAM, protagonis perempuan, bahkan buku yang pernah dilarang edar pun juga dibahas. Tidak hanya berdiskusi tentang buku, Bookish Indonesia juga menyediakan penjualan dan peminjaman buku. Beberapa kali, komunitas bekerja sama dengan para penerbit buku sebagai reseller book mereka, sehingga para anggota sendiri bisa membeli buku melalui komunitas. Sedangkan untuk peminjaman buku, saat ini hanya diperuntukkan internal dengan para pengurus komunitas saja.
Target Besar Bookish Indonesia
Kumai berharap dengan adanya Bookish Indonesia sebagai komunitas literatur dan perbukuan dapat meningkatkan membaca kritis dan literasi menjadi tradisi yang umum di masyarakat. Maksud dari literasi disini adalah bukan semata-mata hanya bisa membaca, namun juga memahami dan mengolah suatu bacaan. Hadirnya komunitas ini juga diharapkan dapat membentuk generasi yang tidak mudah menghakimi suatu ide atau gagasan dalam sebuah karya sastra tanpa argumentasi yang berdasar, serta dapat menelaah dan menganalisis kembali ide atau gagasan tersebut. (lth)