7 minute read

KOLOM REDAKSI

Next Article
RESENSI FILM

RESENSI FILM

Relawan Tanggap Covid-19 pun Pahlawan Kemanusiaan

Oleh: Luthfia Rizqi Maulida *)

Advertisement

Pandemi yang telah berlangsung lebih dari satu tahun ini tentunya memberikan berbagai efek di banyak sektor. Covid-19 merupakan virus yang mampu menyebar dengan cepat dan berbahaya, oleh sebab itu diperlukan perawatan yang tanggap. Namun, kapasitas kamar rumah sakit dan ketersediaan rumah sakit rujukan yang sangat terbatas menjadikan banyak penderita harus antri dalam mendapatkan perawatan kesehatan. Terfokusnya pada penderita corona menjadikan pasien penderita penyakit ringan maupun berat sedikit terabaikan. Sehingga, angka kematian tidak hanya terdapat pada pasien Covid-19 tetapi juga pasien penyakit lain yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan. Jumlah tenaga medis yang tidak seimbang dengan pasien menjadi permasalahan tersendiri di dunia kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah melalui Gugus Tugas Covid-19 membuka tenaga relawan untuk memerangi penyebaran virus ini. Per Desember 2020 tercatat bahwa sudah lebih dari 41.000 relawan yang secara suka rela bergabung dalam Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan 15.000 diantaranya sudah mendapatkan pelatihan. Para relawan yang telah tergabung memiliki beberapa peran atau tugas sebagai berikut: • Membantu menyebarkan informasi akurat kepada masyarakat. • Membantu mengedukasi dan memberikan dukungan psikologi untuk mengurangi kepanikan masyarakat selama wabah Covid-19.

• Membantu dalam mengorganisasi dan mengarahkan masyarakat yang memerlukan informasi terkait alur tes maupun alur tindakan di masyarakat maupun di rumah sakit. • Membantu dalam memantau dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh orang tanpa gejala (OTG) maupun orang dalam pengawasan (ODP) yang melaksanakan karantina rumah.

• Membantu dalam menyalurkan kebutuhan pokok masyarakat, khususnya untuk OTG dan ODP dalam karantina rumah maupun kelompok rentan. • Untuk relawan medis, dapat memberikan dukungan kepada para dokter, perawat, pekerja rumah sakit, petugas ambulans, dll. Relawan medis yang terlatih jika dibutuhkan dapat melakukan edukasi pencegahan dan rapid test kepada kelompok OTG di fasilitas umum dengan menggunakan APD (masker dan sarung tangan non steril sekali pakai) dan hasil tes dilaporkan melalui mekanisme pelaporan. Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi. Relawan ini terbagi menjadi dua jenis yakni relawan medis dan non medis. Relawan medis terdiri dari dokter, perawat, tenaga laboratorium, farmasi, dan juga kesehatan masyarakat. Sedangkan secara umum bekerja di tengah masyarakat yang sekaligus menjadi lingkungan para relawan sendiri. Para relawan nonmedis memastikan, ketahanan kesehatan dan aktivitas sosial ekonomi tetap berjalan dengan produktif dan aman Covid-19 dengan kegiatan yang beragam, antara lain membuat system emergency response untuk melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, membantu warga tidak mampu yang terdampak Covid-19, dan memberikan edukasi langsung ke masyarakat seperti kepada para pedagang di pasar-pasar setempat. Dengan adanya para relawan ini, tentunya sangat membantu tenaga kesehatan dalam menangani penyebaran maupun perawatan pasien terinfeksi. Menurut Andre Rahadian selaku Ketua Tim Koordinasi Gugus Tugas Covid-19, keberadaan relawan amat strategis karena pemutusan penyebaran Covid-19 dan relawan sama-sama berada di masyarakat. Ketika ingin memutus penyebaran Covid-19 lewat masyarakat, para relawan yang berada di lingkungan sendiri, di RT dan RW, di organisasi ini akan menjadi garis depan dalam mengingatkan protokol, membantu tracing, dan lainnya. Kehadiran relawan untuk kemanusiaan atau kebencanaan sangat penting dan penentu dari keberhasilan misi. Tidak banyak yang tahu bagaimana para relawan mengorganisasikan diri, bekerja, dan bergerak melakukan edukasi ke masyarakat, seperti pada saat ikut memerangi pandemi Covid-19 ini. Relawan bukanlah profesi yang mudah, oleh sebab itu Badan Azmil Zakat Nasional (Baznas) memberikan perlindungan bagi mereka yang tengah berjuang untuk melawan pandemi. Bantuan perlindungan tersebut disalurkan dalam bentuk biaya premi asuransi program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) untuk relawan Gugus Tugas Covid-19 yang terdiri dari relawan medis dan relawan nonmedis. Kepala Divisi Pendistribusian Baznas menyatakan bahwa bantuan ini merupakan salah satu bentuk dukungan Baznas untuk para relawan. Dengan adanya bantuan biaya premi asuransi, diharapkan para relawan tidak akan terbebani dalam menjalankan tugasnya sebagai bagian dari ujung tombak penanganan Covid-19. Relawan yang terbentuk bukan hanya berada dalam lingkup nasional dan daerah, tetapi juga berada di wilayah terkecil yakni desa yang selanjutnya disebut dengan relawan desa tanggap Covid-19. Pemerintah melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran No. 8 tahun 2020 tentang Desa Tanggap Covid-19 dan Penegasan Padat Karya Tunai Desa. Dikeluarkannya surat edaran ini dilatarbelakangi oleh prioritas penggunaan dana desa untuk memperkuat sendi-sendi ekonomi melalui Padat Karya Tuna Desa (PKTD) dan penguatan kesehatan masyarakat melalui upaya pencegahan dan penanganan Covid-19. Relawan

desa ini bertugas untuk memberikan sosialisasi pencegahan dan penanganan Covid-19. Selain itu juga mereka harus mendata warga yang rentan sakit dari kelompok marginal, mulai dari kalangan lansia hingga balita. Kemudian, relawan juga bertugas melakukan penyemprotan disinfektan dan menyediakan tempat cuci tangan. Relawan pun juga betugas menyiapkan rumah untuk melakukan karantina bagi orang-orang yang berasal dari luar desa. Kendati demikian, tempat karantina itu harus direkomendasikan terlebih dahulu ke petugas kesehatan setempat. Para relawan juga bertugas untuk mendata orang yang keluar atau masuk ke desa, serta membuat pos jaga yang dilengkapi alat deteksi kesehatan dan dijaga 24 jam. Terkait program padat karya, pemerintah desa diharapkan dapat mendayagunakan sumber daya alam serta teknologi yang berada di kawasannya. Hal ini pun untuk menjaga agar lingkungan desa tetap terjaga. Menurut Kepala Badan Peneliti dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan dan Informasi Kemendes PDTT, kegiatan padat karya tunai desa dilakukan dengan maksud sebagai jaring pengaman sosial. Maksudnya ialah agar tetap menjaga perekonomian di masyarakat dengan cara mengubah APBDes sehingga penggunaan di bidang pelaksanaan pembangunan desa dialihkan untuk kegiatan padat karya desa. Pekerja dalam program ini diprioritaskan bagi anggota keluarga miskin, penganggur dan setengah penganggur, serta anggota masyarakat yang marjinal lainnya. Dalam program PKTD, dana desa dimanfaatkan melalui pengelolaan secara swakelola, pendayagunaan sumber daya alam, teknologi tepat guna, inovasi dan sumber daya desa. Meskipun demikian, pelaksanaan PKTD tetap dilaksanakan dengan ketentuan protokol kesehatan seperti menerapkan jarak aman antara satu pekerja dengan pekerja yang lain minimal dua meter dan bagi pekerja yang sedang batuk atau pilek wajib menggunakan masker. Dengan adanya relawan di masa pandemi seperti ini, keberadaannya sangat membantu untuk mengurangi dan mengendalikan penyebaran virus. Para tenaga kesehatan yang berfokus untuk perawatan dan tenaga relawan yang berfokus untuk pengendalian di lingkungan masyarakat merupakan salah satu kerja sama yang baik. Tak lupa dukungan dari berbagai pihak juga sangat diperlukan. Apabila hanya tenaga kesehatan (nakes) yang berjuang tanpa kesadaran diri masyarakat akan protokol kesehatan, maka segala usaha yang telah dilakukan sia-sia belaka. Masyarakat yang abai terhadap proteksi diri seperti tidak memakai masker juga mengakibatkan penyebaran virus semakin meluas dan pandemi tidak akan berakhir dengan segera. Tidak hanya itu, para relawan juga turut berperan dalam melakukan tes Covid-19, baik tes Polymerase Chain Reaction (PCR), Rapid Test, maupun tes lainnya. Semakin banyak relawan yang bekerja dalam bidang tes Covid-19 maka semakin luas pula range masyarakat yang dapat di-tracing oleh pihak nakes. Intinya, tinggi dan meluasnya jumlah tes yang dilakukan akan mempermudah dalam penjaringan Covid-19, sebab masyarakat positif Covid-19 segera diketahui dan langsung mendapatkan tindakan medis sehingga tidak terjadi penularan yang lebih luas lagi. Akhir tahun 2020 lalu, telah ditemukan vaksin untuk virus Covid-19 ini. Selanjutnya proses vaksinasi terus berjalan hingga saat ini. Vaksinasi merupakan prosedur pemberian suatu antigen penyakit, biasanya berupa virus atau bakteri yang dilemahkan atau sudah mati, bisa juga hanya bagian dari virus atau bakteri. Tujuan dari vaksinasi sendiri adalah untuk membuat sistem kekebalan tubuh mengenali dan mampu melawan saat terkena penyakit tersebut. Saat ini terdapat enam jenis vaksin yang ada di Indonesia yakni Bio Farma, Sinovac Biotech Ltd, Astra Zeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, dan Pfizer Inc and BioNTech. Proses vaksinasi pun tidak lepas dari adanya relawan. Relawan yang dimaksud ialah relawan yang besedia turut serta dalam penelitian uji vaksin Covid-19 yang nantinya vaksin tersebut akan disebar luaskan. Adapun syarat menjadi relawan antara lain calon peserta merupakan orang dewasa berusia 18–59 tahun yang dinyatakan sehat. Sehat tidaknya kondisi calon peserta dibuktikan dengan tidak mengalami penyakit ringan, sedang, atau berat. Kemudian tidak memiliki riwayat penyakit asma dan alergi terhadap vaksin, hingga tidak memiliki kelainan atau penyakit kronis seperti gangguan jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit lainnya. Calon peserta tidak memiliki kelainan darah atau riwayat pembekuan darah, tidak memiliki penyakit infeksi lain dan demam, serta tidak memiliki riwayat penyakit gangguan sistem imun. Relawan bukan wanita yang hamil, menyusui atau berencana hamil selama periode penelitian. Relawan juga tidak memiliki riwayat terinfeksi Covid-19. Kemudian relawan tidak memiliki riwayat penyakit asma, alergi terhadap vaksin, dan syarat lainnya. Relawan yang lolos syarat akan mendapatkan jadwal untuk melakukan vaksinasi, dengan demikian vaksin siap didistribusikan ke masyarakat luas. Jadi, relawan merupakan pahlawan kemanusiaan yang sudah sepatutnya diapresiasi. Tanpa adanya relawan dan kerja sama dari berbagai sektor tentunya pandemi akan semakin memperburuk kondisi negeri.

*) Penulis merupakan Pemimpin Redaksi LPM Edents 2021

This article is from: