Tabloid Institut 56

Page 1

Edisi Lvi / september 2018

LAPORAN UTAMA Di Balik Tiga Bintang QS Ranking

Terbit 16 Halaman

Hal. 2

LAPORAN KHUSUS Gedung Lama Minim Fasilitas

LPM INSTITUT - UIN JAKARTA

www.lpminstitut.com

Email: redaksi.institut@gmail.com

@lpminstitut

Telepon Redaksi: 0896 2741 1429

WAWANCARA Mekanisme Baru Pemilihan Rektor Hal. 3

Hal. 11

@lpminstitut

@Xbr4277p

Hidayat Salam & Siti Heni Rohamna hidayatsalam@gmail.com & nanarohamna@gmail.com

Peraturan baru terkait pengangkatan dan pemberhentian rektor PTKIN menuai kontroversi. PMA No. 68 Tahun 2015 ini dinilai mencederai demokrasi kampus.

Menjelang empat tahun kepemimpinan Dede Rosyada sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun ini UIN Jakarta kembali mengadakan Pemilihan Rektor (pilrek). Berbeda dengan pilrek sebelumnya—di mana senat universitas memiliki kewenangan penuh untuk memilih rektor. Tahun ini, rektor dipilih langsung oleh Kementerian Agama. Perubahan sistem pilrek ini diatur dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 68 Tahun 2015. PMA ini berkaitan dengan pengangkatan dan pemberhentian rektor di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Terbitnya PMA ini secara otomatis menggantikan PMA No. 11 Tahun 2014 Pasal 5 yang mengatur

REKTOR PILIHAN KEMENAG pengangkatan rektor melalui 4 tahapan, yakni penjaringan bakal calon, penyaringan calon, pemilihan calon, serta penetapan dan pengangkatan rektor oleh senat universitas. Sebelum pilrek di UIN Jakarta tahun ini, beberapa PTKIN lain telah lebih dulu melakukan pilrek dengan mengacu PMA No 68 Tahun 2015 yaitu UIN Ar-Raniry Aceh, UIN Alaudin Makasar, UIN Raden Patah Palembang, Sekolah Tinggi Islam Negeri Curup dan

UIN Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta. Misalnya UIN Suka, pada awal pelaksanaannya, peraturan tersebut menuai banyak pertentangan dikalangan civitas akademica perguruan tinggi Islam tersebut. Bahkan Senat UIN Suka pun turut memberikan kritikan mengenai kebijakan baru ini. Terkait PMA ini, pihak Senat dari UIN Suka—saat Munir Mulkan menjabat sebagai Ketua Senat—telah memprakarsai pertemuan senat antar PTKIN. Dalam

pertemuan itu turut hadir pula Senat Aceh, Riau, Jakarta, Bandung, Makassar, Banten dan Surakarta. Mereka bersepakat bahwa PMA tersebut bertentangan dengan UU Dikti No. 12 Tahun 2012 Pasal 6 huruf b. Dalam pasal ini disebutkan, perguruan tinggi harus dijalankan secara demokratis, berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai budaya, kemajemukan, persatuan, dan kesatuan bangsa.

Dari hasil pertemuan itu, pada Februari 2016 lalu, Senat UIN Yogyakarta—berdasarkan keputusan bersama antar senat PTKIN—melayangkan surat kepada Presiden RI yang berisi dugaan pelanggaran berat oleh Menteri Agama. PMA ini dinilai menyalahi UU Dikti No. 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi. Pembentukan komisi seleksi berdasarkan PMA ini telah mengintervensi pencalonan rektor yang selama ini merupakan kewenangan penuh senat universitas. Selain itu juga tel>> Bersambung ke halaman 15 kolom dua...


LAPORAN UTAMA

2 Salam Redaksi Pembaca budiman, Setelah melewati libur panjang semester genap, kami kembali bergegas untuk berkarya. Dimulai dengan rapat redaksi di sekretariat Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (5/9). Isu demi isu kami bahas hingga berpeluh di lapangan, kini Tabloid Institut Edisi LVI/ September 2018 berada di tangan pembaca. Dalam tajuk utama, kami mengangkat isu tentang pergantian takhta rektor. Pemilihan rektor tak lagi sama ketika memilih Dede Rosyada. Sejak pemberlakuan Peraturan Menteri Agama No. 68 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor di PTKIN seketika rektor tak lagi dipilih berdasarkan demokrasi praktis. Tak akan ada lagi isu santer pemetaan politik organisasi ekstra, berlelah-lelah membahas massa. Karena siapa yang menginginkan posisi itu, silakan mendaftar, keputusan akhir ada di Kementerian Agama. Pada halaman kedua, kami menyajikan laporan utama terkait hasil pemeringkatan Quacquarelli Symonds (QS) yang memberikan bintang tiga untuk UIN Jakarta. Beberapa poin menjadi penilaian, seperti pengajaran, kinerja alumni, internasionalisasi, fasilitas-fasilitas, tanggung jawab sosial, inklusivitas, dan kekuatan program: kajian keislaman. Dalam berita ini kami memaparkan di balik perolehan bintang QS hingga polemik yang mengikutinya. Pada rubrik selanjutnya, laporan khusus, gedung eks Fakultas Adab dan Humaniora di Kampus 1 menjadi sorotan. Pasalnya, sejak ditinggal penghuninya pada 2017 silam, gedung tersebut tak kunjung terpelihara. Beberapa pihak fakultas pun berebut untuk bisa menggunakan kelas-kelas kosong yang minim perawatan. Kelas tanpa pintu, papan tulis hingga pendingin ruangan yang rusak menjadi pemandangan yang biasa. Pada rubrik kampusiana, kami tertarik membahas tentang tempat tinggal yang kerap menjadi pilihan anak-anak rantau. Mulai dari indekos, asrama hingga sekretariat organisasi menjadi lingkaran opsi yang patut diperbincangkan, baik dampak positif maupun negatif. Kami pun meminta pendapat Guru Besar Psikologi UIN Jakarta Fadillah Suralaga untuk menanggapi masing-masing pilihan tempat tinggal mahasiswa. Sebagai insan pers, rasanya konsistensi dan independensi menjadi jalan kami. Segelintir mahasiswa yang memilih untuk peduli kepada kampus tercinta. Terkadang pemberitaan yang baik tak selalu positif, kami berada di depan untuk menyadarkan civitas academica, bahwa ada banyak hal yang harus dibenah. Tugas bersama mencari yang buruk lalu dielokkan, dari yang elok harus dikembangkan. Baca, Tulis, Lawan!

Tabloid INSTITUT Edisi Lvi/september 2018

Di Balik Tiga Bintang QS Rangking

M. Rifqi Ibnu Masy & Nur Fadhilah ibnumasy10@gmail.com & nurfadhilah@gmail.com

Upaya dikenal dalam kancah internasional, UIN Jakarta ikuti penilaian QS Stars Rangking. Penilaian tersebut menuai hasil rangking tiga bintang. Quacquarelli Symond (QS) Stars Rated for Excellence merupakan lembaga internasional penilaian perguruan tinggi. Sebagai salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengikuti penilaian QS Stars Rating. Upaya UIN Jakarta untuk dikenal dalam kancah internasional pun membuahkan hasil. Setelah melewati beberapa tahap penilaian UIN Jakarta memperoleh rating tiga bintang. Tak sedikit biaya yang harus digelontorkan untuk melakukan penilaian QS Stars Rating. Sekitar Rp600 juta dibayarkan untuk mendaftar kepada lembaga tersebut. Setelah mengirimkan berkas persyaratan, QS Stars Rating akan melakukan penilaian internal yang ketat untuk menentukan rating bintang sebuah perguruan tinggi. Menentukan rating perguruan tinggi, QS Stars Rating melakukan penilaian dalam berbagai aspek. Sebagaimana tertera di laman resmi www.topuniversities. com, penilaian tersebut mencakup riset, pengajaran, kinerja, internasionalisasi, dan fasilitas. Selain itu, pembelajaran jarak jauh, inovasi, budaya, akses informasi dan aspek khusus lainnya pun tak luput menjadi sasaran penilaian. Rating tiga bintang yang didapat UIN Jakarta berdasarkan nilai yang diperoleh dari beberapa bidang. Seperti halnya pengajaran yang mendapat empat bintang. Selanjutnya, dalam aspek kinerja, UIN Jakarta memperoleh rating empat. Selain itu juga mendapat tiga bintang pada aspek fasilitas dan kepedulian sosial. Sedangkan nilai tertinggi dengan perolehan rating lima bintang pada aspek inklusiv-

isme. Di samping itu rating terendah diperoleh di bidang internasionalisasi dan program strategis studi Islam dengan nilai rating dua bintang. Perihal pencapaian QS Stars Rating UIN Jakarta, Kepala Pusat Audit dan Penjaminan Mutu Lembaga Penjaminan Mulu (LPM) UIN Jakarta, Jejen Jaenudin angkat bicara. Ia mengungkapkan UIN Jakarta berinisiatif untuk mengikuti pernilaian tersebut guna meningkatkan eksistensi. “Beda halnya dengan penilaian akreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang wajib diikuti,” ujar Jejen, Kamis (20/9). Namun, bagi Jejen penilaian QS Stars Rating mampu mendongkrak nama UIN Jakarta di kancah internasional. Dengan demikian, informasi terkait UIN Jakarta dapat diakses masyarakat dunia. “UIN Jakarta menjadi satu-satunya PTKIN yang sudah terdaftar di QS Stars Rating,” ucap jejen, Kamis (20/9). Sedangkan, mengenai perolehan rating rendah pada aspek internasionalisasi, cecep mengutarakan aspek tersebut mencakup beberapa hal. Seperti halnya tenaga pengajar manca negara, mahasiswa asing, dan jurnal internasional. Akumulasi dari berbagai bidang tersebut muncul perolehan rating. Rendahnya perolehan rating pada bidang internasinalisasi Ketua Senat UIN Jakarta, Abuddin Nata pun angkat bicara, menurutnya penilaian itu sebagai rambu-rambu agar akademisi UIN Jakarta lebih meningkatkan penerbitan jurnal-jurnal internasional. Penulisan karya ilmiah bertaraf internasional mampu meningkatkan prestasi UIN Jakarta di mata internasional. “Saya mendorong akademisi UIN Jakarta mampu menerbitkan jurnal-jurnal ilmiah,” ujar Abuddin, Rabu (19/9). Saat dimintai keterangan melalui jejaring sosial media WhatsApp Wakil Rektor I Bidang

Akademik Fadhilah Suralaga menyakini perolehan nilai dari QS Star Rangking sebagai langkah awal UIN Jakarta menuju standar perguruan tinggi dunia. “UIN Jakarta masih berproses untuk berkualifikasi baik di tingkat dunia.” ucapnya, Jumat (21/9). Fadhila mengakui UIN Jakarta masih jauh menduduki 1000 perguruan tinggi terbaik dunia versi QS Stars Rangking. Akan tetapi ia optimis mampu meningkatkan kualitas bertaraf internasional dengan bekal status akreditasi A dari BANPT. “Bahkan di tingkat ASEAN UIN Jakarta telah mengantongi sertifikat AUN QA sebagai perguruan tinggi Islam,” ungkapnya, Jumat (21/9). Menanggapi capaian UIN Jakarta, Wakil Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa, Adi Raharjo mengaku bangga dengan prestasi yang diperoleh UIN Jakarta. Meskipun demikian ia juga tak menyangkal masih menyayangkan kelengkapan fasilitas yang tersedia. Jumlah ruang kelas yang tak sesuai dengan kapasitas mahasiswa misalnya. Menyebabkan mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, juga Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan terpaksa mengungsi ke gedung eks Fakultas Adab dan Humaniora. “Universitas terbaik perlu dibuktikan baik fasilitas dan prestasi, bukan cuma nama,” tegas Adi, Selasa (18/9). Hal serupa juga diungkapkan Ketua Senat Mahasiswa UIN Jakarta, Ahmad Murodi yang kecil hati dengan lahan parkir yang tidak dapat menampung banyaknya kendaraan mahasiswa. Di samping itu, Murodi mengakui sebagai salah satu PTKIN yang mampu bersaing dengan PTN lainya. “Setidaknya UIN Jakarta mampu bersaing dengan Universitas Negeri yang lain.” imbuhnya, Selasa (18/9).

Pemimpin Umum: Eko Ramdani | Sekretaris & Bendahara Umum: Atik Zuliati | Pemimpin Redaksi: Alfarisi Maulana | Pemimpin Penelitian dan Pengembangan: Muhamad Ubaidillah Anggota: Ayu Naina Fatikha, Hidayat Salam, Moch. Sukri, M. Rifqi Ibnu Masy, Nurlely Dhamayanti, Nuraini, Nur Fadillah, dan Siti Heni Rohamna Koordinator Liputan: Nurlely Dhamayanti | Reporter: Ayu Naina Fatikha, Nurlely Dhamayanti, Siti Heni Rohamna, Nuraini, Nur Fadillah, Moch. Sukri, M. Rifqi Ibnu Masy, dan Hidayat Salam Penyunting : Alfarisi Maulana, Atik Zuliati, Eko Ramdani dan Muhamad Ubaidillah | Fotografer: Instituters Desain Visual & Tata Letak: Hidayat Salam, M. Sukri dan M. Ubaidillah | Desain Sampul: Eko Ramdani | Info Grafis: Muhamad Ubaidillah | Penyelaras Bahasa: Eko Ramdani, M. Ubaidillah, Alfarisi Maulana Alamat Redaksi: Gedung Student Center Lantai 3 Ruang 307 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. H. Djuanda No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan 15412 Telepon: 089627411429/082365277388 | Email: redaksi.institut@gmail.com | Website: www.lpminstitut.com ~~~Setiap reporter INSTITUT dibekali tanda pengenal serta tidak dibenarkan memberikan insentif dalam bentuk apapun kepada reporter INSTITUT yang sedang bertugas~~~


Tabloid INSTITUT Edisi Lvi / september 2018

Gedung lama Minim Fasilitas

LAPORAN KHUSUS

3

Nurlely Dhamayanti & Nuraini nurlelydhamayanti@gmail.com n.aini2997@gmail.com

Tersedianya sarana dan prasarana perkuliahan yang memadai, secara tak langsung dapat mendorong mahasiswa untuk berkembang. Di mana rasa nyaman akan mendukung mahasiswa untuk kegiatan belajar mengajar. Kesediaan infrastruktur pun dapat menjadi indikator perguruan tinggi siap menuju World Class University. Nahas. Kondisi gedung bekas Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) tampak berbeda. Hal ini terlihat saat pertama kali menginjakkan kaki di depan kelas. Pada 05 September, di ruang 704 tak terlihat pintu yang menghiasinya, begitupun saat memasuki ruangan. Papan tulis dan proyektor yang tak nampak menimbulkan kesan kosong pada ruangan yang baru ditinggal satu setengah tahun oleh sang pendahulu. Sama halnya dengan ruangan 704, tidak adanya proyektor pun nampak pada ruang 701, 702, 703, 705 dan 706. Ruangan tersebut digunakan oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK). Sementara, ruang 416 hingga 419 yang digunakan oleh

mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi ini tak terdapat proyektor dan kursi. Hal ini kontras dengan ruang kelas yang digunakan oleh Fakultas Ushuluddin (FU) dan Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang juga menempati ruang Eks FAH. Di mana sarana dan prasarana sudah terpenuhi, mulai dari pintu, papan tulis, hingga proyektor. Sebut saja ruang 401, 407 dan 408 yang menjadi tempat kegiatan belajar mengajar oleh mahasiswa ketiga fakultas tersebut. Menanggapi kurangnya fasilitas di Eks FAH, Dosen FDIK, Abdul Aziz mengatakan selayaknya ruang belajar minimal terdapat papan tulis, Air Conditioner, dan proyektor. Akan tetapi dirinya pun memaklumi apabila pemindahan kelas disebabkan minimnya ruang kelas di FDIK. Hal senada dirasakan oleh Mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Arviyanti, menurutnya penerimaan Mahasiswa Baru (Maba) seha-

Foto: Nuraini

Untuk mendukung kegiatan belajar mengajar perlu adanya fasilitas yang memadai. Namun, di gedung Eks Adab minim fasilitas.

Terlihat petugas pemasang pendingin ruangan di ruang kelas 7.19 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin (24/9). Kelas yang dahulunya milik Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta kini kosong fasilitas.

rusnya diiringi dengan kapasitas gedung FDIK yang memadai. Sehingga mahasiswa lama juga bisa mendapatkan fasilitas yang layak. Padahal, menurut Ketentuan Umum Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007. Sarana pendidikan antara lain gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat media pembelajaran, seperti papan tulis, proyektor atau media lainnya, yang mendukung kegaiatn belajar mengajar. Menanggapi hal ini Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Asep Saepudin Jahar, mengatakan bahwasannya penggunaan gedung Eks FAH merupakan wewenang pihak UIN Jakarta. “Kepa-

la Bagian (Kabag) Umum lah yang mendistribusikan bagian-bagian dari aset UIN, lalu diserahkan pada unit-unit tertentu,” tutur Asep, Selasa (18/9). Berbeda dengan Asep, Kabag Umum, Encep Dimyati menuturkan pemberian ruang-ruang kelas berdasarkan pada keputusan rektor. “Tugas saya hanya menjalani keputusan dari atasan,” ujar Encep, Senin (24/9). Fakultas yang merasa kekurangan kelas biasanya meminta jatah langsung kepada rektor kemudian melalui serangkaian pertimbangan, rektorlah yang memutuskan. Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Abdul Hamid mengatakan bahwasannya tak satupun

ruangan milik fakultas. “Kesemuanya ialah milik UIN Jakarta,” ujar Hamid, Rabu (19/9). Hanya saja, cakupan UIN Jakarta yang luas, maka dari itu tanggung jawab pemeliharaan dan perawatan dilimpahkan kepada fakultas yang diberi wewenang. Berdasarkan pengamatan Institut hingga Senin, (24/9), semua kelas Eks FAH sudah semuanya terpasang pintu. Ruang kelas yang dipakai FDIK pun sudah dipasang papan tulis, namun belum terpasang proyektor, sehingga mahasiswa harus mengambil proyektor di Tata Usaha fakultas.

Selamat Menempuh \ Hidup Baru

Selamat Wisuda Anastasia Tovita, S.Pd Riset dan Dokumentasi LPM Institut 2014

Dika Irawan (Pemimpin Umum LPM Institut 2012) & Dewi A Zuhriah

Dewi Maryam (Bendahara Umum LPM Institut 2014) & Ahmad Wahyudi


4

KAMPUSIANA

Tabloid INSTITUT Edisi Lvi/september 2018

Tempat Tinggal di Tanah Rantau

M. Rifqi Ibnu Masy Ibnumasy10@gmail.com Selain nyaman, tempat tinggal mahasiswa juga harus aman. Karena tempat tinggal menjadi rumah ke dua mahasiswa.

Tahun 2018 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta kedatangan mahasiswa baru. Tak hanya datang dari wilayah Jabodetabek, mereka hadir dari berbagai pelosok negeri. Nissa Dwi Riani misalnya, mahasiswa baru program studi (Prodi) Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FIDIKOM) asal Bojonegoro, Jawa Timur. Sebagai mahasiswi rantau, sesampainya di Ciputat Riani langsung mencari bakal tempat tinggal. Niat awal indekos dekat kampus, dibantu aplikasi Mamikost yang ada di gawainya ia memilih. Namun apalah daya, promosi yang ditawarkan tak sesuai dengan keadaan. Dengan pertimbangan orang tua, akhirnya Riani memutuskan tingal di Ma’had Jami’ah Putri UIN Jakarta. Lain dengan Riani, Abdil Abdillah mahasiswa baru Prodi Manajemen Dakwah FIDIKOM memilih tinggal di sekretariat organisasi primodialnya Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes wilayah Jakarta. Atas dasar kedaerahan, alhasil ia memutuskan tinggal di sana. “Karena satu daerah, saya tinggal sama mereka,” ujarnya, Kamis (13/9).

Sedangkan nasib nahas menimpa Fitria Mauludi Latukau, mahasiswi baru Prodi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan (FITK). Belum genap sebulan ia tinggal indekos, musibah menimpa. Dini hari sekitar pukul 03.30 WIB pencuri berhasil menyelinap ke dalam kosan dan mengambil laptop. Dalam keadaan sadar ia mencoba mengejar pelaku, namun pencuri tersebut berhasil kabur. “Saya sempat bertatap muka dengan pencurinya,” tutur Fitri, Rabu (12/9). Banyak varian tempat tinggal mahasiswa di UIN Jakarta, baik mereka yang tinggal indekos, asrama, apartemen hingga pesantren. UIN Jakarta sendiri menyediakan beberapa asrama yang dapat ditempati mahasiswanya. Di antaranya asrama putra, Asrama Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan, Ma’had Jami’ah Putra dan Putri. Selain itu, direncanakan UIN Jakarta bakal mendirikan asrama untuk mahasiswa mancanegara. Selain kamar indekos, mahasiswa UIN Jakarta juga banyak yang memilih pesantren sebagai tempat tinggal. Itu pula yang dialami Husain Ali Zaenal Abidin, mahasiswa Prodi Ilmu alQur’an dan Tarsir (Iqtaf) semester tu-

Indekos

juh. Sudah tiga tahun lebih sejak awal masuk kuliah ia menetap di Pesantren Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences. Memilih tinggal di pesantren bagi Husain berdampak positif bagi akademiknya, karna memang keilmuan yang Ia pelajari di pesantren sejalan dengan prodinya Iqtaf. Selain itu bagi Husain tinggal pesantren juga lebih teratur kegiatannya dan menambah banyak teman lintas prodi. “Tingal di pesantren lebih teratur dan tidak ada waktu untuk bermalas-malasan,” tegas Husain, Senin (10/9). Fahmi Fauzi Abdillah mahasiswa Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik juga memilih tinggal di Islamic Culture Center of Indonesia (UICCI) Pesantren Sulaimaniyah. Ia menuturkan ketertarikannya terhadap kajian dunia Islam menjadi alasan utama Ia tinggal di pesantren UICCI Sulaimaniyah. “Saya tertarik dengan dunia peradaban Islam, dan Turki mempunyai itu,” ungkapnya, Rabu (12/9). Selain tinggal di pesantren luar UIN Jakarta, banyak juga mahasiswa yang memilih tinggal di pesantren di bawah naungan UN Jakarta. Roihatul

+ Positif Pengembangan bakat melalui berbagai kegiatan Memperluas jaringan kegiatan Aktif dalam berbagai kegiatan organisasi

- Negatif Tidak ada jaminan keamanan Kegiatan tak terjadwal Tidak ada pengawasan

Pesantren/Asrama

Sekretariat Organisasi

+ Positif Keteraturan kegiatan dan keamanan terjamin Mendapat banyak teman lintas Program Studi dan universitas Memperdalam ilmu agama - Negatif Keterbatasan waktu Tak dapat leluasa aktif dalam kegiatan organisasi eksternal dan UKM Terkadang kegiatan pesantren berbenturan dengan kegiatan kampus

Jannah salah satunya, mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab FITK semester tiga memilih tinggal di Ma’had Jami’ah Putri UIN Jakarta. Baginya tinggal di Ma’had Jami’ah memberikan fasiltas yang memadai, baik itu tempat tidur, listrik, air, bahkan wi-fi dan mengukuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Pakar psikologi UIN Jakarta Fadhillah Suralaga menerangkan jika mahasiswa tidak dapat terlepas dari pengaruh lingkungan. Pengaruh tersebut tidak hanya berimbas pada prestasi saja, namun lebih dari itu akan berdampak pada gaya hidup. Karena tugas seorang mahasiswa yang paling utama adalah belajar, maka lingkungan harus memberikan nilai positif untuk belajar. Dalam mencari tempat tinggal hendaknya memperhatikan beberapa hal, kenyamanan menjadi alasan utama. Selain itu seorang mahasiswa juga harus memperhatikan keamanan lingkungannya dan tempat tinggal yang baik harus memiliki aturan-aturan. “Tempat tinggal harus memiliki aturan untuk mahasiswa,” tegas Fadhillah, Jumat (14/9).

+ Positif Pengembangan bakat melalui berbagai kegiatan Memperluas jaringan pergaulan Aktif dalam berbagai kegiatan organisasi

Tempat Tinggal Mahasiswa

Saran Dr. Fadhilah Suralaga M. Si Kenyamanan menjadi alasan utama memilih tempat tinggal Perhatikan keaamanan lingkungan Baiknya tempat tinggal harus memiliki peraturan

- Negatif Tempat tingga tidak kondusif Tidak ada ruang privasi Waktu istirahat terganggu

Sumber: www.lpminstitut.com


Tabloid INSTITUT Edisi Lvi/september 2018

JAJAK PENDAPAT

5

QS Stars di Mata Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menorehkan prestasi membanggakan dari lembaga penilaian perguruan tinggi internasional Quacquarelli Symond (QS) Stars Rated for Excellence. Dalam penilaiannya, QS Stars menetapkan UIN Jakarta sebagai perguruaan tinggi dengan level rating bintang tiga. Penilaian QS Stars mengokohkan UIN Jakarta sebagai universitas bertaraf nasional dan berpotensi besar menjadi perguruan tinggi internasional. Selain itu, UIN Jakarta juga menjadi satu-satunya Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang terdaftar di lembaga penilaian perguruan tinggi internasional QS Stars. Kendati mengikuti penilaian QS Stars harus merogoh kocek

sekitar Rp600 Juta, namun demi mengibaskan sayapnya di kancah internasional UIN Jakarta rela turut andil. Sebagaimana dituturkan Kepala Pusat Audit dan Penjaminan Mutu, Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Jakarta, Jejen Jaenudin menjelaskan tujuan UIN Jakarta mengikuti penilaian QS Stars agar UIN Jakarta dikenal dunia internasional. Ada beberapa aspek yang menjadi penilaian QS Stars, sebagaimana yang termaktub dalam laman resminya www.topuniversities.com meliputi riset, pengajaran, kinerja, internasionalisasi, fasilitas, pembelajaran jarak jauh, inovasi, budaya, akses informasi dan program unggulan. Level rating tiga bintang QS Stars yang diperoleh UIN Jakarta itu sendiri merupakan akumulasi dari perolehan nilai dari ber

bagai aspek. Kepedulian sosial dan fasilitas misalnya, UIN jakarta mendapatkan rating tiga bintang. Sedangkan pengajaran dan potensi lulusan yang dapat bersaing di dunia kerja UIN Jakarta mendapatkan rating empat bintang. Namun sayangnya, internasionalisasi dan program unggulan: Islamic Studies UIN Jakarta hanya mengantongi rating dua bintang saja. Berlawanan dengan inklusivitas UIN Jakarta yang mendapatkan rating tertinggi lima bintang. Melihat fakta raihan tersebut, Litbang LPM Institut melakukan jajak pendapat terhadap 267 responden yang berasal dari mahasiswa UIN Jakarta. Adapaun hasilnya dapat dilihat dan dibaca sebagai berikut. Berdasarkan hasil jajak pendapat yang dilakukan Lemba-

ga Pers Mahasiswa (LPM) Institut UIN Jakarta dari 267 responden, sebanyak 26,2% mahasiswa tidak mengetahui UIN Jakarta memperoleh QS Stars 3 bintang. Sedangkan sebanyak 73,3% mahasiswa yang tahu UIN Jakarta memperoleh QS Stars 3 bintang. Tak hanya itu, perihal seberapa penting raihan UIN Jakarta, 1,9% mahasiswa mengatakan tidak penting. 3,7% mahasiswa merasa raihan tersebut kurang penting. Yang mengatakan cukup penting sebanyak 29,2% mahasiswa. Namun yang mengatakan penting cukup banyak yaitu 65,2% mahasiswa. Terkait apa yang perlu di perbaiki di UIN Jakarta, untuk program unggulan sebanyak 5,6% mahasiswa mengatakan perlu. Kinerja 16,5%, pengajaran 22,1% dan yang paling banyak sarana

QUOTE OF THE MONTH

Aku Berpikir, maka Aku ada. (Rene Descartes)

dan prasarana sebanyak 55,8%. Kendati demikian, masih sedikit mahasiswa yang merasa puas dengan pengajaran UIN Jakarta yaitu 10,2%. Mahasiswa yang menagatakan biasa saja sebanyak 15,8%. Ada 18,8% mahasiswa yang mengatakan kurang puas dengan pengajaran di UIN Jakarta. sedangkan yang merasa cukup puas sebanyak 55,3%.

*Jajak Pendapat ini dilakukan oleh Litbang LPM Institut pada 1820 September 2018 kepada 267 responden dari beberapa fakultas di UIN Jakarta. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sample random sampling dengan derajat kepercayaan 90%. Hasil tidak bermaksud mengevaluasi suatu institusi manapun.


INFO GRAFIS

6

Tabloid INSTITUT Edisi vvi/september 2018

Sumber : LPM UIN Jakarta

Rincian Perolehan QS Stars UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

REKOMENDASI

Excellent Computer, Harga Murah Kualitas Oke. Laptop atau Notebook anda sedang rusak? Bingung cari tempat servis yang terpercaya?? Atau anda sedang mencari laptop dan PC dengan berbagai spesifikasi yang sesuai kebutuhan anda? Tak perlu bingung dan khawatir lagi karena semua permasalahan anda akan terjawab di Excellent Computer. Dengan berkunjung ke Excellent Computer yang terletak di Jl. Legoso Raya No 06 (Seberang Mahad Ali UIN, Sebelah Cafe Takuy, Belakang Polsek Ciputat), anda akan mendapatkan barang yang berkualitas tinggi dan bergaransi resmi. Apalagi dengan harga

yang pas dengan kantong mahasiswa, Excellent Comp menawarkan keunggulan tersebut untuk mempermudah konsumen dalam memenuhi kebutuhannya dalam bidang komputerisasi. Excellent Comp, juga memberikan layanan servis laptop yang beraneka ragam, mulai dari recovery OS Windows 7,8,dan 10, juga penghapusan virus dan penginstalan program lengkap. Juga melayani servis mati total,

layani servis Cleaning Fan Prosessor dan pembersihan komponen internal bagi laptop yang sering Stug, overheat karena kepanasan atau fan laptop yang eror. Excellent Comp, juga melayani pembelian Assesoris komputer dan laptop septersiram air,serta pengganerti Flashdisk, Modem, dan tian komponen laptop sepaksesoris lainnya yang tenerti keyboard, Charger, LCD tunya ori dan bergaransi. Pecah, dll. Kami menerima komplain Excellent Comp juga mepelanggan dengan syarat

dan ketentuan yang berlaku. Setiap awal bulan Excellent Comp memberikan diskon khusus untuk beberapa produk unggulan seperti Flashdisk atau Hardisk Eksternal. Khusus Bulan Oktober 2018 ini, Excellent Comp memberikan Diskon khusus untuk produk Flashdisk Kingston USB 3.0 16 GB, garansi resmi 1 tahun, Hanya Rp.77.000 saja, terbatas untuk 500 unit. Jadi, tunggu apalagi langsung saja ke Excellent Computer dan dapatkan servis berkelas, barang berkualitas, dengan harga bersaing, dan tentunya bergaransi resmi.


PERJALANAN

Tabloid INSTITUT Edisi Lvi/september 2018

7

Foto : ATIK/INSTITUT

J Segeram, Pesona Alam Natuna

Atik Zuliati atikzuliati@gmail.com Menawarkan pesona alam yang menawan. Natuna, menyimpan kisah kampung tertinggal.

Pesona laut identik dengan keindahan alam Natuna. Tampak alami dengan pasir putih yang menghampar, belum terjamah sebagai wisata populer masyarakat. Batu besar yang menjulang menjadi ciri khas tepi pantai Natuna. Dari Jakarta, perjalanan menuju wilayah yang berbatasan langsung dengan Thailand ini dapat ditempuh dengan jalur udara menuju Bandar Udara Hang Nadim, Batam. Tak ada transportasi langsung menuju Natuna dari ibu kota, perlu melanjutkan dengan pesawat perintis ke Bandara Raden Sadjad, Ranai. Bandara itu juga dijadikan pangkalan TNI Angkatan Udara. Atmosfer berbeda dari ibu kota amat terasa sejak langkah pertama turun dari pesawat. Terik matahari terasa, tapi

semilir angin tepi laut membiaskan panas. Ranai, Ibu Kota Natuna menjadi tujuan kami, mahasiswa Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Riset Aksi tahun 2018 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Debur air laut di pantai dan sapuan pasir putih tidak menjadi tujuan. Masih tiga jam perjalanan harus ditempuh lewat jalur darat. Menyusuri jalanan naikturun dan berkelok. Tak jarang mobil pun harus terhenti karena medan yang berlumpur. Guyuran hujan membuat air menggenangi badan jalan yang berlubang. Rimbunnya pepohonan menjadi penghias sepanjang perjalanan. Tujuan kami ialah Kampung Segeram, Kelurahan Sedanau, Bunguran Barat, Natuna. Perjalanan belum usai. Perahu yang masyarakat lokal

sebut dengan pompong telah menunggu di bibir sungai Segeram. Butuh waktu satu jam untuk menyusuri hitamnya air sungai untuk mencapai tujuan. Pepohonan yang mengapit kedua sisi sungai masih lebat. Tanaman bakau tumbuh liar. Tak mustahil jika buaya muara bersarang di sana. Pelan laju pompong akhirnya membawa kami sampai di dermaga Kampung

Segeram. Terlihat dua buah rumah berdiri di pinggiran sungai. Sepi-senyap, tak ada keramaian. Bak kampung di tengah belantara hutan, masyarakat Segeram hidup tanpa aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara. Guna mengatasi permasalahan itu, terik matahari dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber listrik tenaga surya. Tak besar daya yang dihasilkan, tapi paling tidak dapat menyalakan lampu untuk menerangi kampung

dari gelapnya malam. Bukan saja akses jalan, akses informasi pun tak kalah sulit karena tiadanya sinyal telepon. Tak banyak penghuni yang tinggal di sini. Penduduk asli Segeram memilih bermigrasi ke desa lain untuk mendapat penghidupan dan pendidikan yang lebih layak. Di Segeram, hanya ada satu sekolah dasar, SDN 010 Sedanau. Dengan guru dan fasilitas yang terbatas, 14 orang muridnya harus tetap belajar. Namun kini, Sekolah Menengah Pertama 01 sedang dirintis yang bertempat seatap dengan SD. Jumlah penduduk di Segeram tercatat hanya 27 kepala keluarga saja. Itu pun dengan jarak antar rumah yang jauh, terpisah hutan dan kebun warga. Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, warga Segeram mengandalkan hasil kebun dan pasokan dari Sedanau. Itupun, harus berpindah pulau, menyeberangi lautan selama satu jam menggunakan Pompong. Kental dengan budaya melayu, masyarakat Segeram penuh keramahan. Sambutan hangat diberikan warga ketika ada orang dari luar kampung datang. Tak hanya adat melayu yang masih terjaga, konon Natuna juga dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat nenek moyang memulai kehidupan.


OPINI

8

Tabloid INSTITUT Edisi Lvi/september 2018

Pelemahan Rupiah Oleh: Satria Rama* Kejadian munculnya masalah depresiasi (pelemahan) mata uang rupiah cukup banyak menarik perhatian masyarakat belakangan ini, Banyak dari beberapa media berita, massa maupun netijen media sosial sibuk mewartakan persoalan tersebut. Bahkan sempat menjadi trending topik perbincangan dikalangan para akademisi politisi dan pedagang klontongan di sekeliling jalan. Perdebatan sengit antara cebong vs kampret tidak mau kalah untuk muncul pula membahas tema tentang kondisi rupiah yang makin melemah.

Terdapat beberapa negara selain rupiah Indnoesia yang terkena dampak penguatan Dollar AS. Berdasarkan data Bloomberg yang didapat dari databoks.co.id, sepanjang periode 29 Des 2017-13 Agustus 2018 nilai mata uang Bolivar (Venezuela) telah menyusut hampir 100% terhadap dolar AS. Pelemahan ini merupakan yang terdalam dibanding mata uang lainnya. Di urutan kedua Lira (Turki) yang melemah 42,88% terhadap dolar AS diikuti Peso (Argentina) terdepresiasi 36,27% di urutan ketiga. Demikian pula nilai tukar rupiah (Indonesia) melemah 7,15% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini. Kebijakan

proteksi barang impor, serta tingginya laju inflasi membuat suku bunga The Fed masih berpeluang untuk kembali naik. Ini yang membuat dolar AS menguat yang berdampak terhadap melemahnya mata uang dunia, termasuk rupiah. Beberapa negara diatas yang mengalami krisis ekonomi seperti Venezuela, Argentina, dan Turki cukup memberi pengaruh adanya pelemahan mata uang negara di Asia Tenggara

Pelemahan rupiah pada tahun 2018 dimulai pada level Rp.13.542 per dolar AS lalu hingga bulan September nilainya sudah mencapai angka Rp.14.927 bahkanhampir mencapai Rp.15.000. Secara garis besar kondisi makro ekonomi tahun 2018 masih terbilang cukup baik apabila dibandingkan dengan tahun 1998 ataupun 2008. Namun posisi rupiah sudah cukup mengkhawatirkan apabila nanti akan terus merosot dan mengalami depresiasi hebat yang akhirnya berimplikasi pada krisis moneter. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS diindikasikan salah satunya akibat program kebijakan pemerintah yang kurang memberi porsi perhatian lebih terhadap produk lokal untuk dimaksimalkan potensi ekspornya sehingga dapat mengimbangi impor dari luar.

Ancaman datangnya inflasi adalah lewat penurunan secara drastis nilai mata uang suatu negara. Kondisi nya di Indonesia walaupun dengan melemahnya rupiah yang hampir menyentuh angka 15.000 namun sampai detik ini belum berdampak secara signifikan bagi usaha kecil masyarakat umum.

Pertanyaan besarnya adalah ada apa dengan depresiasi tahun 2018? mengapa bisa terjadi depresiasi terhadap rupiah? Lalu kemudian siapa yang paling merugi dan mengalami krisis sebenarnya? Dan apa dampak yang dialami masyarakat secara umum dengan pelemahan rupiah hari ini?. Kondisi kemerosotan rupiah terhadap dolar AS pada era 1998, 2008 ataupun 2018 tidak bisa dibandingkan satu sama lain karena pengaruhnya jelas berbeda pada setiap periode. Selain kondisi ekonomi, politik pun menaruh peranannya dalam memberikan pengaruh hari ini. Fluktuasi hari ini juga dipengaruhi oleh sentimen perang ekonomi negara adidaya AS dan China, sehingga berimbas pada negara dunia ketiga (negara berkembang) seperti Indonesia.(Tirto.id)

Perang dagang ekonomi mengakibatkan beberapa negara berkembang mengalami depresiasi mata uang. Indonesia sudah menempati posisi sepuluh sebagai negara dengan mata uang terlemah terhadap dollar AS. Hal ini merupakan dampak perang dagang AS dan China diprediksi akan semakin menekan nilai rupiah. Pelemahan nilai tukar yang telah terjadi selama beberapa bulan terakhir, masih akan berlanjut karena diakibatkan tekanan pasar global yang mengukung Indonesia.

Lalu faktor lainnya yaitu konflik antar negara – negara kapitalis seperti AS dan sekutu di NATO melawan Rusia dan China yang pernah satu front dalam aliansi Pakta Warsawa mulai memanas kembali akibat hubungan geopolitik antar negara tersebut. Kali ini dipicu oleh konflik aneksasi oleh Rusia semenanjung crimea Ukraina. Secara tidak langsung ini akan juga memintervensi stabilitas perekonomian Internasional. Maka dari itu dalam menanggapi gejala pelemahan rupiah kali ini, seharusnya mahasiswa dapat berpikir lebih kritis, analitis dan lebih objektif lagi. Problem depresiasi rupiah bukanlah

permasalahan pokok di tatanan akar rumput atau kalangan klas ekonomi menengah kebawah. Krisis ekonomi yang melanda negara-negara dunia ke-3 (negara berkembang) Venezuela, Argentina maupun Indonesia adalah dampak dari serakahnya kaum kapitalis global lewat misi nya menjelang pasar bebas dunia yang sengaja membuat beberapa negara krisis agar IMF, dan World Bank bisa melancarkan politik bantuan hutang bagi Negara-negara yang stabilitas ekonominya terganggu atau sedang diambang krisis.

Dari beberapa ringkasan diatas, sekiranya dapat kita ambil point besarnya bahwa kita sesunguhnya tidak saja sedang terjangkit pelemahan rupiah akibat krisis keuangan namun juga telah sejak lama mengalami krisis kesadaran khususnya di kalangan kaum mudanya. Hal itu bisa kita lihat dari minimnya kawula muda dan mahasiswa yang mau menyoroti sekaligus mendiskusikan berbagai persoalan di negeri ini.

*Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Membaca Eksistensi dan Peluang Oleh: Rizki Ulfahadi*

Eksistensi (existence) atau “keberadaan” merupakan sebuah asa yang selalu diinginkan oleh setiap manusia walaupun secara tidak sadar. Eksistensi akan dirinya adalah perjuangan yang kadang menimbulkan ego di kalangan manusia. Mungkin ada yang menolak popular, tapi tak ada yang menolak eksis. Sebagian orang bahkan tidak mau untuk popular karena khawatir tidak mampu mengontrol diri dan kemungkinan buruk lainnya, tapi sulit ada orang yang tidak mau untuk eksis. Menjadi masalah baginya jika eksistensinya tidak ada. Setelah deklarasi capres-cawapres untuk pilpres 2019, ada yang menarik dan menjadi sorotan ketika Sandiaga Uno resmi menjadi cawapresnya Prabowo Subianto, yaitu “bahagia”-nya barisan emak-emak. Yang indah di mata memang sering mempesona, yang mempesona acapkali menarik, yang menarik

intens memikat, yang memikat mudah membuat memilih, yang dipilih menjadi harapan untuk bahagia. Sandiaga Uno yang begitu “ganteng” bagi kalangan hawa menjadi daya tarik dan nilai jual tersendiri bagi pasangan Prabowo-Sandi. Tepat di tanggal 1 September 2018 kemarin, penulis menghadiri seminar sekaligus bedah buku berjudul “Paradoks Indonesia” yang merupakan pemikiran strategis Prabowo Subianto untuk Indonesia. Keynote Speech acara itu adalah pengarang buku itu sendiri yaitu Prabowo Subianto. Pagi itu sedikit berbeda, ketika memasuki ruangan jelas terlihat membludaknya emak-emak yang mendominasi diantara 2000 peserta seminar di Ballroom Grand Sahid Jakarta tersebut. Di undangan acara tertulis bahwa Sandiaga Uno akan menjadi salah satu pembicaranya, tapi ternyata berhalangan hadir.

Pesona Sandiaga Uno sepertinya terlanjur hadir di ruangan itu, emak-emak tetap bahagia, tidak kecewa. Pesona itu sepertinya tidak hanya di Sandiaga Uno, tapi sudah melebur juga bersama pasangannya. Ketika Prabowo Subianto datang memasuki ruangan pun suara emak-emak menggemuruh memenuhi ruangan meneriakkan Prabowo, tak ada sedikitpun dominasi bapak-bapak. Kata “emak-emak” pun menjadi bahan ice breaking di tengah-tengah seminar, Prabowo sendiri pun beberapa kali menggunakan kata “emak-emak” dan selalu mendapat respon meriah dari seluruh peserta, bahkan seminar itu pun menjadi sedikit “ricuh” karena barisan emak-emak yang terus berusaha menunjukkan eksistensinya. Menjelang pilpres 2019 mendatang, barisan emak-emak ini sepertinya akan terus eksis dan meningkat. Barisan yang su-

dah terlanjur ada ini akan semakin menjamur di berbagai pelosok daerah pemilihan di Indonesia. Hal ini pun pasti akan menjadi perhatian khusus di tim pemenangan Prabowo-Sandi maupun lawannya Jokowi-Ma’ruf. Barisan emak-emak memiliki kekuatan dan peluang setelah eksistensi mereka ada. Barisan ini jika diorganisir dengan baik maka akan menjadi sebuah gerakan strategis, mengingat jumlah emak-emak yang tidak sedikit. Dengan pengaruh media sosial saat ini pun sangat memungkinkan bagi barisan ini untuk berkembang hingga ke daerah pedalaman sekalipun. Bagi sebagian kalangan yang menjadi kelemahan demokrasi adalah suara seorang ilmuan akan sama-sama dihitung satu suara dengan suara seorang preman jalanan ketika mencoblos. Suara emak-emak di desa akan sama dihitung satu suara juga dengan

bapak-bapak di kota. Sedangkan hari ini data menunjukkan bahwa perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan hampir seimbang. Ini semakin menunjukkan bahwa suara dari emak-emak di pilpres 2019 nanti akan sangat diperhitungkan. Dengan adanya sebuah barisan yang mengatasnamakan kaum perempuan inipun menjadi peluang dan kesempatan bagi semua perempuan Indonesia agar menyuarakan harapan untuk disampaikan kepada kedua pasangan capres-cawapres agar dalam program yang mereka tawarkan tidak mengesampingkan perempuan. Bahwa setelah ini emak-emak Indonesia memang harus diemansipasikan. *Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu Alquran dan Hadis


KOLOM

Tabloid INSTITUT Edisi Lvi/september 2018

Pesta Rakyat Petani Madura

Editorial

Imbas Sistem Baru Pilrek Kepemimpinan Rektor Dede Rosyada tinggal beberapa bulan lagi. Sehingga, panitia pemilihan rektor pun mulai membuka pendaftaran bagi para peminat. Berbeda dengan yang sebelumnya, pemilihan rektor tahun ini memiliki sistem baru. Sebagaimana tertuang dalam PMA No. 68 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor di PTKIN. Dalam PMA tersebut, pihak Universitas hanya memberikan pertimbangan kualitatif. Seperti Kepemimpinan, akademik, moral, kemanusiaan dan jaringan kerjasama. Sebelumnya, pengangkatan dan pemberhentian rektor dipilih dan diuji oleh senat universitas masing-masing PTKIN, sedangkan pihak Kemenag hanya melantik dan menetapkan. Dalam PMA yang baru, pengangkatan rektor diuji oleh tim penjaringan yang dibentuk oleh Kemenag berjumlah tujuh orang. Sehingga, kualitas calon rektor diuji oleh pihak Kemanag. Hal ini membuka peluang, rektor terpilih kurang memahami cita-cita dan kultur PTKIN yang bersangkutan. Pasalnya, calon rektor bisa berasal dari mana saja, bahkan dari luar PTKIN, diuji oleh tim pembentukan Kemenag, kampus hanya memberikan daftar bakal calon rektor. Setelah itu, tanggung jawab ada di Kemenag dan selanjutnya PTKIN menerima hasil yang ditetapkan oleh Kemenag.

Tak bermaksud meragukan ke profesionalan tim yang dibentuk Kemenag nantinya, namun bila andil civitas akademika hanya bersifat formalitas dan “kurang” menyeluruh, kekhawatiran akan “ketidakpahaman” sang nahkoda baru PTKIN tetap membayangi. Selanjutnya, Apakah rektor terpilih dapat diterima civitas akademika PTKIN atau tidak?.

9

Oleh: Moh Alim Mahasiswa UIN Jakarta juga Aktif di Indonesian Culture Academy

Kuntowijoyo menyebut bahwa tradisi (budaya) khas Jawa Timur adalah sebuah kombinasi pesta rakyat dan pertunjukan kesehatan ternak. Madura sebagai daerah pinggiran mempunyai keragaman tradisi yang unik. Pacuan sapi (kerrap) yang berlangsung turun-temurun adalah salah satu yang menarik perhatian masyarakat luas. Mungkin pacuan sapi lebih awal keberadaanya ketimbang pacuan kelinci yang baru-baru ini sedang marak di kalangan penduduk madura. Kedua hal tersebut memiliki kemiripin dan corak khas masing-masing. Kerapan sapi atau disebut pacuan sapi tidak lepas dari kehadiran sosok Kyai Ahmad Baidawi. Dia dikenal sebagai Pangeran Katandur. Konon dia adalah kyai penyebar agama Islam di tanah Madura, yakni Sumenep sebagai daerah pertama. Penyebaran itu merupakan perintah langsung dari seorang wali yang sangat berpengaruh di tanah Jawa dalam penyebarkan Agama Islam: Sunan Kudus. Sebelum pengembaraan, Kyai Baidawi dibekali dua tunggul jagung yang masih murni oleh sang guru. Dalam pengembaraannya di tanah madura, sang kyai berhati-hati dalam mewujudkan tujuan utamanya yakni untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Maka mula-mula ia memilih berbaur dan mendekatkan diri dengan masyarakat. Sang kiyai mengajak dan mengajarkan masyarakat cara bercocok tanam. Dua tunggul jagung yang diberikan oleh sang guru dibaca dengan baik oleh sang kiyai sebagai isyarat ke arah ajakan bercocok tanam itu. Saya menyebut ini sebagai suatu cara yang tak biasa. Kita tentu tergoda untuk bertanya-tanya. Tetapi saya membaca Madura dalam Empat Zaman-nya Huub de Jonge yang menyebut tanah madura itu kering. Iklimnya panas. Dengan fakta itu, kita dapat mengerti mengapa Sunan Kudus membekali Kyai Baidawi dengan dua tunggul jagung: sang Sunan (sangat) boleh jadi memberi isyarat agar jagung itu ditanam di tanah Madura. Namun soalnya bagaimana jagung itu dapat tumbuh subur di atas tanah (Madura) yang gersang dan panas? Dalam menjawab pertanyaan itu mungkin

pertama-tama kita harus mengetahui latar belakang Sunan Kudus dan Kyai Baidawi selaku muridnya. Dari sisi ini ada praktik ritual yang bernuansa metafisik. Mohammad Kosim – salah seorang dosen IAIN Pamekasan – menjelaskan bahwa keunikan Kyai Baidawi dalam bercocok tanam dengan masyarakat Madura terlihat pada sisi religiusitasnya. Apa yang dilakukan oleh sang kiyai – perihal bercocok tanam di atas tanah yang gersang – merupakan sesuatu yang melampaui rasionalitas manusia. Dalam setiap bercocok tanam, tak lupa dia menyelipkan ajaran Islam. Misalnya, sang kiyai membimbing dan mengajarkan masyarakat tani agar sebelum tongkat ditancapkan ke tanah, mula-mula petani mengawali dengan bacaan bismillah. Selanjutnya setelah jagung mau dimasukin ke tanah yang sudah dilubangi, diawali dengan membaca dua kalimat syahadat. Di musim panen, sang kiai mengajarkan masyarakat tani cara bersyukur kepada yang maha pengasih dan penyang (Allah). Seterusnya, dia mengajarkan ritual shalat lima waktu. Tidak cukup di situ. Ide baru tumbuh. Kiai Baidawi juga memikirkan alat yang dapat membantu tenaga petani. Pilihannya jatuh pada kerbau atau sapi. Kedua hewan ini dipilih oleh sang kiai untuk membantu pekerjaan bertani. Dengan ide itu, kiai akhirnya memelihara sepasang sapi dengan diberi diberikan aksesoris yang dimanfaatkan dari alam sekitar. Dari sini kita bisa melihat asal usul kata kerapan atau karapan itu berasal dari kata ‘garapan’. Kiai Baidawi – dengan mempergunakan sepasang sapi atau kerbau itu – mula-mula mengadakan ‘garapan’ di sawah atau di alun-alun. Hal itu menarik perhatian dan membuat masyarakat petani terhibur. Tetapi garapan itu dilakukan juga dalam rangka membajak tanah. Berikutnya hampir tiap musim panen, selalu digelar adu kecepatan sapi ditunggangi para petani sambil membajak tanah. Dengan gelaran ini, makin tumbuh antusiasme petani sehingga banyak dari mereka memelihara sapi. Hampir di setiap rumah-rumah tani punya peliharaan sapi. Kemudian hari, sapi tidak hanya dijadikan sebagai alat tani. Namun juga dijadikan alat dagang, transportasi atau bahasa lain disebut Dokar. Sapi ini sebagai penghasilan kedua setelah jagung. Karena misi dari Kyai Baidawi ini berhasil, lekas ia melaporkan kepada gurunya Sunan Kudus. Setelah ia melapor ia tetap ditugas menyebarkan Agama Islam dan disuruh menetap di Madura. Sebelum balik kembali ke tanah Madura, Sunan Kudus dan muridnya berdoa agar umur jagung yang awalnya ditanam dan bisa panen dalam sehari berubah seratus hari. Akhirnya doa beliau dikabulkan. Di tanah Madura, Kyai Baidawi menjelaskan kembali kepada masyarakat petani tentang perubahan umur jagung.

Namun hal itu tidak masalah bagi petani. Masyarakat tetap tidak pudar dari semangatnya untuk bertani. Karena dengan bertani dan memelihara sapi secara finansial ia bisa terbantu.

Ada Pelintiran Tradisi Secara historis dalam penyebutan pacuan sapi disebabkan karena sepasang sapi adalah jantan yang diadu lari cepat jarak jauhnya. Setiap sepasang sapi dikendalikan oleh joki atau istilah bahasa Madura (tokang tongko’). Selain itu, sapi betina juga dijadikan hiburan masyarakat Madura yang dikenal sapi hias atau sapeh sono’. Sapi betina ini diadu kecantikannya dengan diberi aksesoris di bagian punggung sapi dan kepalanya secantik mungkin. Peran musik lokal seperti saronen juga dijadikan attraksi penggelaran hiburan masyarakat Madura dibarengi dengan penari kampung yang langsat sebagai tontonan penduduk setempat dengan ciri khasnya masing-masing. Secara postur, sapi Madura kecil beda dengan sapi-sapi yang di luar. Sebab sapi Madura tidak menghasilkan susu. Pada masa Belanda, sapi Madura dilarang dieksploitasi dan dikirim ke luar Madura karena sapi yang berbulu coklat sudah cocok dengan tanahnya yang gersang. Pun demikian sapi yang di luar Madura tidak dibolehkan berada di Madura, takut tidak cocok dengan iklimnya dan takut menggangu kelestarian orang-orang Madura. Menurut Glenn Smith, sapi Madura berasal dari perkawinan silang antara banteng lokal (bos javanicus) dengan jenis Sinhala atau Ceylon dari Zebu yang sudah dijinakkan (bos indicus). Yang patut dicatat dan disesalkan, ada perbedaan yang sangat jauh dari semangat penggelaran pacuan sapi di masa dulu dan sekarang. Di masa Kiai Baidawi, even pacuan sapi sekedar dijadikan hiburan masyarakat tani. Tak ada sesuatu yang berlebihan di masa itu ketimbang pergelaran pacuan di masa sekarang. Di masa dulu, masyarakat dulu lebih manusiawi dalam memperlakukan sapi termasuk dalam gelaran pacuan binatang tersebut. Saya katakan ‘manusiawi’ sebab orang-orang mempertimbangkan aspek-aspek penting untuk tidak menyakiti sapi. Jika hal-hal semacam ini masih dipertahankan, saya sendiri tidak sepakat. Kebudayaan semacam ini lebih banyak mengandung mudarat bagi hewan daripada manfaatnya. Jika kebudayaan kerapan sapi dengan cara ini tetap dipertahankan, itu berarti kita menutup mata pada penyiksaan terhadap hewan yang selama ini banyak membantu masyarakat petani. Bila kita sepakat bahwa kerapan sapi sebagai ikon kebudayaan Madura patut untuk dipertahankan, tak ada jalan lain kecuali kita melakukannya dengan lebih baik dan berperikehewanan.

Selanjutnya, “pemotongan” tugas PTKIN dalam memilih nahkodanya juga menggambarkan pemerintah pusat dalam hal ini Kemenag lebih otoriter. Dan ketika UIN Jakarta “kurang menerima” rektor baru, cita-cita UIN Jakarta untuk menjadi PTNBH lebih menggeliat. Sehingga dikte Kemenag tak terlalu banyak. Sistem baru juga membuat demokrasi kampus semakin mundur. Hal ini membuat paradoks antara keadaan di mahasiswa yang sangat demokrasi dalam memilih Ketua Dewan Mahasiswa dengan Pemilihan Rektor yang diatur Kemenag.

KELUARGA BESAR LPM INSTITUT MENGUCAPKAN SELAMAT ATAS DILANTIKNYA CALON ANGGOTA LPM INSTITUT 2018

kunjungi lpminstitut.com Update terus berita kampus


10

TUSTEL

Tabloid INSTITUT Edisi Lvi/september 2018

Euforia Pesta Olahraga Asia Foto oleh Kontributor Pengunjung Asian Fest 2018 Teks oleh M. Rifqi Ibnu Masy (LPM Institut)

Pagelaran akbar pesta olahraga negara-nagara Asia, Asian Games 2018 resmi terselenggara dari tanggal 18 Agustus 2018 hingga 2 September 2018. Asian Games kali ini membawa nuansa warna berbeda bagi Bangsa Indonesia, di mana Jakarta dan Palembang didaulat menjadi kota tuan rumah momentum bersejarah. Euforia Asian Games 2018 menyita jutaan mata publik, khususnya masyarakat Indonesia di seantero negeri. Kemeriahan bukan hanya tersaji dalam gelanggang olahraga, namun meluap hingga luar pertandingan. Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) menjelma menjadi panggung pesta rakyat, bertajuk Asian Festival meramu pelbagai atraksi budaya, kuliner, hingga hiburan musik papan atas. Ribuan massa berbondong-bondong datang menjadi saksi sejarah monetum langka Asian Games di Indonesia.


WAWANCARA

Tabloid INSTITUT Edisi vvi/september 2018

11

Mekanisme Baru Pemilihan Rektor Moch. Sukri sukrimuhammad59@gmail.com Bakal calon rektor baru Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta siap menggantikan posisi Dede Rosyada yang akan selesai pada awal 2019. Terdapat perbedaan sistem pemilihan rektor yang bakal menjabat hingga 2023 mendatang. Masa jabatan Dede Rosyada sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta bakal habis pada Januari 2019. Pada 2018 kursi rektor akan kembali diperebutkan oleh mereka yang siap. Dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No.11 tahun 2014 pasal 8, rektor dapat dipilih sekali lagi setelah selesai jabatan atau dua kali periode. Dijadwalkan pendaftaran bakal calon rektor pada 7-21 September 2018. Sedangkan verifikasi berkas pada 24-26 september. Penyerahan dan pertimbangan Senat Universitas digelar 27 dan 28 hingga 5 Oktober. Dan, 8 Oktober nama bakal calon rektor diserahkan ke Kementerian Agama. Oleh karenanya, pada 21 September 2018 Wakil Rektor II Bidang Adminitrasi dan Keuangan UIN Jakarta Abdul Hamid mengatakan nama-nama yang sudah masuk ke Senat akan langsung dikirim ke Kementerian Agama (Kemenag). Namun, bakal calon rektor yang mendaftarkan diri sebagai rektor membutuhkan persia-

Kilas

pan matang. Hamid menambahkan jika sistem pemilihan rektor merujuk pada peraturan yang ada di Kemenag. Dalam PMA pasal 1 ayat 2 tentang Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKIN), perguruan tinggi keagamaan berada di bawah pembinaan Kemenag. Maka dari itu, bagi kandidat yang antusias mencalonkan diri sebagai Rektor UIN Jakarta pada tahun ini, akan disampaikan kepada Kementerian Agama RI. Namun, hingga Rabu (19/9) belum ada satu namapun yang mengajukan diri sebagai rektor. Padahal penutupan segera dilakukan pada Jumat (21/9) sore. “Kalau sampai batas waktu belum ada nama yang masuk, kita akan perpanjang.” jelas Hamid Sosialisasi tentang pendaftaran bakal calon ini sudah dilakukan melalui web resmi UIN Jakarta, www.uinjkt.ac.id. Formulir pendaftaran, jadwal hingga berbagai berkas yang perlu dipenuhi bakal calon rektor tersedia di sana. Publikasi informasi melalui web ini Hamid harapkan dapat menjaring bakal calon rektor

yang siap memimpin hingga empat tahun mendatang. Terdapat perbedaan sistem pemilihan rektor yang dilakukan tahun ini. Jika sebelumnya mengacu pada PMA/UU yang mengatur pemilihan itu oleh senat tentang pemilihan Rektor UIN Jakarta dilakukan oleh Senat Universitas secara tertutup dan tidak melibatkan mahasiswa. Sedangkan untuk Rektor Periode 20192023 dipilih oleh Kementerian Agama. Hal ini sejalan dengan aturan PMA/UU yang mengatur pemilihan rektor oleh Kemenag. Berdasarkan PMA No. 68 Tahun 2015 dan No.17 Tahun 2014 yang Institut dapatkan dari Hamid di dalamnya tertulis syarat yang perlu dipenuhi guna mencalonkan diri sebagai rektor. Beberapa di antara syaratnya ialah dosen berstatus Pegawai Negeri Sipil. Selain itu ada juga syarat berumur 60 tahun pada saat berakhirnya masa jabat sebagai

Kilas

Peresmian Gedung FEB Gedung baru Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta resmi dibuka, Selasa (26/6). Pembukaan gedung baru yang terletak di Jl. Ibnu Taimiyah IV, Pisangan, Ciputat Timur ini dilakukan dengan tasyakuran dan khataman Alquran oleh Wakil Rektor Bidang Kerjasama UIN Jakarta Murodi . Gedung FEB sudah dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan, laboratorium, dan menyediakan lokal riset bagi para dosen. Gedung baru tersebut, memiliki lima lantai yang terdiri dari 35 ruang khusus dan kebutuhan ruang belajar bagi mahasiswa. Namun, gedung ini belum dilengkapi fasilitas disabilitas. Dekan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Arief Mufraini mengatakan pembangunan gedung baru FEB didesain untuk memenuhi persyaratan Asean University Quality Assurance (AUN-QA). “Gedung ini bisa digunakan dengan layak,” ungkapnya, Selasa (4/9) Tak hanya itu, salah satu mahasiswa UIN Jakarta Deny Muhammad Latif turut mengapresiasi atas gedung baru itu. Ia merasa puas dengan gedung baru. Gedung FEB baru memiliki ruangan yang cukup memadai. ”Gedung baru ini layak untuk digunakan bagi mahasiswa” ujarnya, Selasa (4/9). (Moch. Sukri)

rektor nantinya. Pengalaman manajerial minimal ketua jurusan paling tidak dua tahun lamanya juga perlu dipenuhi. Lulusan S3 dan memiliki jabatan profesor dijadikan sebagai syarat khusus. Menjelang dua setengah jam penutupan bakal calon rektor, Jumat (21/9) tepatnya pukul 13.53 WIB Institut mendapat kabar dari Hamid jika telah enam nama masuk

Kilas

dalam bursa pencalonan. Dalam pesan singkatnya, Hamid menuliskan nama itu ialah Amsal Bahtiar, Andi M Faisal Bakti, Jamhari, Masri Mansoer, Amany Burhanuddin Umar Lubis, dan Sukron Kamil “Perkiraan akan ada satu nama lagi,” ungkapnya.

Kilas

Kuat Bersama UKM Forum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta kembali mengadakan Kampung UKM. Kegiatan tahunan ini mengusung tema “Bersama UKM Nyata Tiada Tanding.” Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan kegiatan masing masing UKM. Menurut Ketua Pelaksana Kampung UKM 2018 Fajar Ilahi mengatakan Kampung UKM ini digelar untuk memperkenalkan masingmasing UKM, agar mahasiswa bisa berproses dan meningkatkan kemampuan.“Kampung UKM ini merupakan sarana untuk mempromosikan UKM kita.” ungkapnya, Minggu (23/9). Lebih lanjutnya, Fajar mengatakan, acara Kampung UKM yang akan berlangsung pada 2 sampai 4 Oktober 2018. Acara ini akan diisi dengan parade UKM, beberapa macam perlombaan, dan menampilkan masingmasing UKM.“ Setelah parade UKM, kita akan promosikan di stan-stan di lapangan parkir Student Center,” tambahnya. (Moch. Sukri)


12

Cinta Harus Segitiga

Rahmat Kamaruddin “Aku mencintai guruku (Plato), tapi aku lebih mencintai Kebenaran” (Aristoteles)

Jika diringkas menjadi satu kalimat, buku setipis 177 halaman ini, agaknya, adalah ‘cinta harus segitiga’. Dan jika disederhanakan menjadi satu kata, maka ia adalah ‘kepentingan’. Meskipun tergolong tipis, tapi buku ini membincang perihal amat penting dalam kehidupan umat manusia: persahabatan. Dalam kaitannya dengan persahabatan inilah cinta menemukan penjelasannya yang tidak biasa-biasa saja. Buku ini adalah terjemahan dari teks klasik berjudul Lysis, salah satu karya filsuf masyhur asal Yunani, Plato(n). Filsuf ini hidup di Athena, Yunani, tahun 428/427-347/346 SM. Sungguhpun demikian, pemikirannya hingga detik ini tak kunjung sepi dari perbincangan umat manusia sedunia. Berbeda dari sains, yang dipenuhi oleh kuburan teori. Sebab jika teori baru ditemukan, itu berarti teori lama terpatahkan dan harus segera dimakamkan. Dunia filsafat mengambil posisi berbeda. Apa yang telah dibincang sekian abad silam, hingga kini masih relevan dan terus menggugah alam pikiran umat manusia. Dan Lysis mengajak kita untuk itu. Plato, melalui Lysis, mengajak kita mengetahui bentuk-bentuk persahabatan tanpa bermaksud mengakhirinya dengan menyodorkan kesimpulan yang mutlak secara benderang. Dia seolah mempersilakan pembacanya mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk menyimpulkan paparannya tentang persahabatan. Persahabatan mengandaikan relasi cinta subjek-objek. Sebagai perbin-

cangan filosofis, tentu saja cinta di sini bukanlah ihwal ‘cinta monyet’ semata. Melainkan, padanya terkandung berlapis-rinci pembahasan mendalam tentang relasi cinta (philia) pelaku subjek-objek dalam kebersahabatannya. Plato berpendapat bahwa tidak ada resiprositas (kesalingan) mutlak antara dua orang yang bersahabat. Tidak ada relasi timbal balik di antara dua orang yang bersahabat. Dalam kegiatan persahabatan, terdapat tiga aspek, yakni subjek, objek, dan pihak ketiga yang mengikat persahabatan, yang disebut Plato sebagai Kebaikan (h.149). Dengan demikian, langgengnya relasi timbal balik antarpelaku persahabatan hanyalah ‘efek’ dari komitmen mereka pada pihak ketiga (Kebaikan) yang berada di luar diri mereka. Apa itu Kebaikan sebagai pihak ketiga? Orang bersahabat karena menghasrati sesuatu (eros). Hasrat itu terarah kepada tiga aspek: epithumia, thumos, dan logistikon. Ketiga aspek itulah disebut Kebaikan. Kebaikan sebagai pihak ketiga termanifestasi menjadi ketiga aspek tersebut (h.154). Ada orang yang bersahabat karena sama-sama suka minum, makan, dan seks. Plato merangkumnya dengan istilah uang. Kebaikan di sini berada pada taraf nafsu-nafsu perut ke bawah (epithumia). Mereka yang berkoalisi untuk korupsi, berserikat demi memuaskan kebutuhan seks, dan bersekutu demi kepentingan kuliner adalah menjalin persahabatan ephitumik. Mereka yang bersahabat karena perkara ambisi, kekuasaan, dan harga diri berada pada persahabatan untuk

RESENSI pemenuhan unsur thumos. Itulah Kebaikan sebagai pihak ketiga untuk tataran persahabatan ini. Kita dapat menyodorkan amsal: mereka yang mempertahankan gengsi karena sesama anggota organisasi tertentu. Membela organisasi adalah harga mati! Dapat kiranya kita menemukan pegiat persahabatan jenis ini pada sebuah klub sepakbola, negara, perusahaan, institusi, partai, angkatan, dan komunitas. Persahabatan yang bermuara pada pemenuhan thumos dan ephitumia, kata Plato, hanyalah akan memberikan kegunaan dan kesenangan/kenikmatan belaka. Tapi tidak dengan kebahagiaan. Pada logistikonlah mereka yang bersahabat akan menemukan kebahagiaan. Kebaikan pada tingkat logistikon ini bersifat abstrak sebab ia adalah nilai. Persahabatan pada tingkat ini muncul karena mencintai nilai (keadilan, kesetiaan, kebaikan sejati). Mereka yang bersahabat karena nilai abstrak dengan sendirinya sudah bisa mengendalikan dan menundukkan egoisme diri maupun nafsu dan keinginan terhadap halhal material. Lysis, sebagai judul buku, diambil dari nama seorang tokoh yang terdapat dalam karya Plato ini. Bentuknya dialog. Lysis begitu dalam membincang makna persahabatan. Ada banyak hal menarik dalam dialog Lysis dengan Socrates, Menexenos, Ktessipos, dan Hippothales, di mana Socrates berperan sebagai tokoh utamanya. Di antara hal menarik itu adalah ketika membincang arti kata ‘oikeion’ (seketurunan). Mereka yang saling mencintai karena suatu Kebaikan, menurut Plato, berada dalam lingkup seketurunan. Plato dalam hal ini menyisihkan relasi persahabatan terkait dengan hubungan darah (h.82). Dengan demikian, persahabatan logistikon tidak begitu mengindahkan perihal kekelu-

Tabloid INSTITUT Edisi Lvi/september 2018

argaan. Sec a r a tergesa-gesa dapat kiranya kita kenangkan betapa N a b i Muhamm a d , a g a knya, adalah contoh y a n g b a i k ihwal pelaku persahabatan tingkat logistikon: Nabi mempersaudarakan Kaum Muhajir dan Anshar atas dasar cinta kepada Sang Maha Abstrak, Tuhan. Diriwayatkan, beberapa sahabat Nabi menanggung perlakuan tidak senonoh dari keluarga mereka sendiri akibat berpihak pada ajaran Nabi. Lebih jauh, adalah Abu Ubaidah ibn Jarrah dalam memperjuangkan risalah Nabi, sampai membunuh ayah kandungnya. Kutukan Nabi terhadap pamannya sendiri terabadikan dalam al-Qur’an surat al-Lahab (QS. 111:1-5). Plato banyak menabrak pemahaman banal yang telah galib diamini tentang arti mencintai. Misalnya, tentang adanya resiprositas (timbal balik) antara dua pihak yang saling berkawan. Menurut dia, tidak niscaya demikian. Orang tua yang menyahabati dan mencintai bayinya

tanpa peduli apakah ada balasan dari bayinya, buktinya. Buku ini mendedahkan secara filosofis ketiga aspek yang bekerja dalam persahabatan: subjek, objek, dan pihak ketiga (kepentingan atau Kebaikan). Cinta bukan hanya segitiga, tapi harus segitiga! Buku Lysis bukanlah buku baru. Ia ditulis puluhan abad silam. Pada rentangan waktu itu, Lysis telah dibaca oleh ribuan bahkan jutaan umat manusia lintas zaman. Ia buku yang telah menjadi klasik. Ia kini dihadirkan untuk pembaca Indonesia melalui terjemahan dan penafsiran yang amat memuaskan. Mereka yang berhajat mengetahui arti mendalam dari persahabatan, kiranya tidak layak untuk tidak membaca karya legendaris ini.

Ungkap Kejahatan Via Media Sosial Nuraini n.aini2997@gmail.com Kecanggihan teknologi berdampak dalam kehidupan anak. Peran orang tua diperlukan agar penggunaan teknologi tak disalahgunakan. Margot (Michelle La) adalah putri semata wayang dari pasangan David Kim (John Cho) dan Pamela Namkim (Sara Sohn). Sejak kecil Margot sangat dekat dengan kedua orang tuanya. Bahkan, setiap momen kebersamaan mereka, Pamela selalu mengabadikan dengan foto. Kehangatan keluarga David berlalu begitu cepat ketika sang isteri meninggal dunia. Pamela tak sanggup melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya hingga berujung pada kematian. Kepergian sang ibu menjadi tamparan keras bagi Margot. Tak pelak perubahan drastis pun terjadi dalam pribadi Margot. Tak tampak seperti biasanya yang periang, Margot lebih tertutup dan menarik diri dari lingkungannya. Alhasil ia pun terasingkan dari teman-teman sekolahnya. Meninggalnya

Pamela

merubah kehidupan David seratus delapan puluh derajat. Ia harus mengurus Margot seorang diri. Perubahan sikap Margot menjadi tantangan yang dialami David. Berubah menjadi gadis yang pendiam membuat David sulit untuk berkomunikasi dengan Margot. Tak banyak interaksi yang terjadi diantara mereka. Bahkan untuk menjalin komunikasi menggunakan pesan singkat. Suatu ketika, david membuka Facetime untuk menghubungi putrinya. Saat itu Margot memberitahu ayahnya sedang belajar kelompok di rumah temannya. Karena hingga larut malam Margot pun mengubungi ayahnya yang tengah tertidur pulas. Namun hingga esok pagi Margot tak kunjung pulang. David pun mulai resah ketika Margot tak

dapat dihubungi. Guna meminta pertolongan, ia memutuskan untuk mengubungi pihak kepolisian. Ketika itu detektif Rosemary Vick (Debra Messing) ditugaskan untuk menyelidiki kasus tersebut. Di samping itu, David mencari jejak Margot dengan memeriksa akun media sosialnya. Ternyata anak kebanggaannya selama ini adalah pengguna narkoba. Selain itu, orang-orang yang selama ini dikenal David sebagai teman Morgot justru tak mengenal

anak semata wayangnya itu. Tak cukup sampai di situ Morgot pun berbohong jika dia melakukan kursus piano. Mengetahui kenyataan t e r s e b u t David sontak terkejut. Ia pun menemui orang yang mengenalkan n a r k o b a kepada Margot. Dari sanalah David mendapatkan jawaban atas menghilangnya Margot. Vick menjadi dalang di balik hilangnya Margot. Ia berklamufase menjadi seorang detektif untuk menutupi kejahatan yang dilakukan puteranya terhadap Margot. Selang beberapa hari, akhirnya Margot pun ditemukan tergeletak tak sadarkan diri di dasar jurang. Film garapan Sutradara Aneesh Chaganty ini menceritakan kisah seorang

ayah mencari anaknya via media sosial. kecanggihan teknologi tak hanya memberi dampak positif bagi kehidupan, namun juga berdampak negatif jika menyalahgunakan. Dari cerita tersebut sebagai bentuk pembelajaran bagi orang tua agar lebih berhati-hati dalam menjaga anak ketika menggunakan sosial media. Menampilkan kecanggihan teknologi menjadi keunikan tersendiri. Prestasi pun diperoleh dengan adanya film tersebut, terbukti dengan diraihnya penghargaan P. Sloan Prize 2018 sebagai film terbaik yang mengangkaat tema ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak hanya itu, produser sekaligus penulis naskah film Serching pun menyabet penghargaan NEXT Audience Award dan Amazon Producer Award sebagai pembuat fitur narasi terbaik.


SOSOK

Tabloid INSTITUT Edisi Lvi / september2018

13

Santri Tak Menutup Prestasi Nur Fadillah M dilfadillah05@gmail.com

Aktif organisasi tak masalah. Tetapi belajar tetap utama. seleksi ujian tulis hingga hafalan Alquran. Tak hanya itu, Ilyas pun dihadapkan dengan persaingan ketat seleksi yang diikuti seluruh santri terbaik se-Indonesia. Hingga Akhirnya Ilyas menjadi salah satu santri yang menerima beasiswa tersebut dan diterima di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2012 silam. Meskipun berstatus sebagai santri di tanah rantau, Ilyas tak pernah berkecil hati. Memiliki motto hidup haram menyarah waja sampai kaputing yang berarti pantang menyerah sampai akhir. Ia ingin membuktikan wawasan yang dimiliki oleh seorang santri sama halnya orang yang berpendidikan umum. bagi Ilyas yang membedakan hanyalah doa, tekad dan usaha. Perjalanan empat tahun Ilyas pun terjawab dengan didapuknya sebagai sebagai sarjana terbaik fakultas kedokteran UIN Jakarta. Sukses di bidang akademik tak membuat Ilyas mengabaikan kegiatan berorganisasi. Di sela-sela kesibukan kuliah ia juga tuurut aktif dalam organisasi intra kampus. Kemampuan organisasi Ilyas tak lagi diragukan, ia sempat menyandang jabatan sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profe-

si Dokter pada 2014 lalu. Selain itu juga berpartisipasi aktif dalam Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSSMoRA) dibawah naungan Kemenag. Tak puas berkecimpung di kancah jurusan, Ilyas menjajal ke tingkat fakultas. Ia pun terpilih sebagai wakil ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Di samping itu, Ilyas juga didapuk sebagai ketua delegasi Indonesia di Asia Pacific Regional Meeting (APRM) International Federation of Medical Students Associations (IFMSA), Filipina. Di tingkat nasional Ilyas juga turut aktif sebagai Wakil Koordinator Nasional Bidang Pendidikan dan Profesi Kedokteran Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia. Santri berprestasi seakan telah melekat pada diri Ilyas dengan sederet prestasi yang ia capai. Tak hanya semasa kuliah, setelah menyandang sarjana ia juga meraih juara 1 Asia Pasific Respiquizz Respina serta Peserta Indonesia Medical Olympiad 2013-2014. Saat ini Ilyas sebagai Founder dan Direktur of Avicenna Medical Course. Selain prestasi yang dimiliki, Ilyas mempunyai jiwa kemanusian yang tinggi. Terjadinya bencana

gempa di Lombok menggugah hati Ilyas untuk turun langsung membantu korban bencana di sana. “Ilmu yang saya dapat tak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tapi juga dapat bermanfaat bagi orang lain,” ungkapnya, R a b u (5/9).

Sumber Foto: Dokumen Pribadi

Menggeluti pengetahuan bidang agama memang identik dengan seorang santri. Kitab kuning seakan menjadi buku bacaan wajib bagi mereka. Meski demikian, bukan berarti ber latar belakang santri tak memiliki kemampuan yang mumpuni di bidang ilmu pengetahuan lainnya. Sebagai jebolan pesantren M ilyas Saputera membuktikan dirinya mampu bersaing dibidang ilmu pengetahuan umum. Nyatanya, ia mampu mewujudkan mimpinya menjadi seorang dokter. Pria kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini selalu memperoleh peringkat satu selama di Pesantren. Selain itu ia juga sempat menorehkan prestasi sebagai juara 1 Debat Bahasa Arab se-Kalimantan Selatan pada 2011 silam. Meski demikian, Ilyas sempat merasa tak percaya diri dengan kemampuan yang ia miliki. Ia pun sempat berfikir untuk beralih mengambil kuliah jurusan Matematika. Namun, berkat dukungan dan keyakinan yang diberikan oleh keluarganya ia mencoba peruntungan ikut seleksi Program Beasiswa Santri Berprestasi dari Kementerian Agama (Kemenag). Berbekal prestasi dan keberanian pria yang akrab disapa Ilyas tersebut mengikuti rentetan

KOMUNITAS

Pesan Edukasi Rumah Dongeng Pelangi Siti Heni Rohamna nana.rohamna@gmail.com

Bagi kalangan mapan, mungkin menjadi hal yang mudah membeli beragam buku cerita. Mulai dari yang kisah nyata, cerita rakyat hingga fiksi. Akan tetapi hal berbeda dirasa bagi mereka kalangan bawah. Jangankan buku dongeng, untuk jajan anak sekalipun di rasa akan sulit terpenuhi. Hal itulah yang membangkitkan Emmanuella Mila mendirikan komunitasnya. Berangkat dari kecintaannya terhadap dongeng anak, wanita yang akrab disapa Mila mendirikan Komunitas Rumah Dongeng Pelangi (RDP). Awalnya, cerita dongeng Mila tuturkan untuk anaknya yang masih belia, bahkan sejak masih dalam kandungan. Hasil mulai dituai, kelancaran bicara anaknya lebih cepat, senang membaca buku hingga interaksi sosial yang baik. Sejak itu Mila berpikir untuk berbagi cerita dongeng ke orang lain, khususnnya ke anak-anak. Rutinitas yang ia lakoni mendapat

respons positif dari banyak pihak. Kerabat Mila pun ingin bergabung, turut mengedukasi anak-anak melalui kisah dongeng. Resmi didirikan pada tahun 2010, komunitas ini memiliki berbagai program. Dongeng Charity salah satunya. Program ini mengunjungi panti asuhan, sekolah, anak berkebutuhan khusus hingga anak jalanan setiap satu bulan sekali untuk menuturkan cerita dalam buku dongeng. Sederhana tujuannya, ingin berbagi ceria lewat cerita. Tak hanya cerita, RDP pun berbagi makanan bagi mereka yang membutuhkan. Selain Dongeng Charity, ada juga Panggung Boneka Bagi 1000 Anak Indonesia. RDP mengunjungi tempat pendidikan anak usia dini yang siswanya mayoritas tidak mampu. Melalui cara ini, RDP menawarkan solusi baru, yaitu belajar lewat mendongeng. Ada juga Satu Kakak Satu Adek. Program ini diijalankan

Foto: dok. RDP

Sejak lama dongeng menjadi media hibur anak. Sajian ceritanya dapat menjadi pembangkit pola pikir. Gambar, karakter dan cerita menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak.

Salah satu relawan Rumah Dongeng Pelangi tengah mendongeng untuk anak-anak tuna netra. Kegiatan Dongeng Charity ini diadakan di Sekolah Luar Biasa G Rawinala.

dua kali dalam setahun dengan mengajak anak-anak panti asuhan berkreasi. Satu diantara yang khas dari program ini, relawan akan menemani anak-anak selama satu hari penuh. Bukan hanya bermain, nonton bioskop bersama juga dilakukan sebagai sarana edukasi. Selain aksi langsung ke anakanak, Mila juga sering mengisi lokakarya berkaitan dengan mendongeng. Di September ini misalnya, lokakarya bakal digelar di Bekasi. “Pernah juga beberapa kali diundang mendongeng di luar kota,” ucap Mila, Kamis (13/9). Menjelang hari besar agama,

seperti Ramadhan atau hari natal, RDP mengadakan program Ramadhan dan Christmast Bucket List. Melalui program ini, anakanak disuruh menulis daftar keinginan mereka. Selanjutnya, RDP mempublikasikan lewat media sosial. “Masyarakat boleh mengirimkan hadiah ke tempat kita, nanti kita tentukan kapan hadiah akan diberikan kepada anak-anak,” ungkap Mila. Sampai hari ini, tak kurang 600 relawan tergabung di RDP. Sosial media digunakan untuk menjaring mereka yang ingin bergabung dan peduli kepada sesama. Cukup dengan mengirim biodata singkat

dan hadir di wawancara, mereka sudah bisa bergabung. Dalam merekrut anggota, komunitas ini juga berafiliasi dengan situs Indorelawan.org.

Mila yang juga aktif menulis skenario di berbagai stasiun TV ini mengharapkan agar dongeng tidak hanya sebagai sarana hiburan. Namun lebih dari itu, edukasi bagi anak-anak juga akan terbangun lewat kebiasaan bertutur ini. “Dongeng sangat universal, dan bisa diterima oleh seluruh elemen, utamanya anakanak,” ungkap perempuan jebolan Institut Kesenian Jakarta ini.


SASTRA

14

CERPEN

Tabloid INSTITUT Edisi Lvi/september 2018

Penghafal Qur’an

Puisi

Oleh: Amien Nurhakim*

Bus merah berpenumpang sekitar dua puluh tiga orang itu berhenti di terminal. Terlihat beberapa pedagang asongan bersemangat menjemput nafkah, sekedar memenuhi kebutuhan keluarga mereka di desa. Asap knalpot kendaraan mulai meramaikan keadaan kota, Mahmud bergegas turun dari bis dan berpindah ke angkot kecil yang sedang menunggu penmpang di gerbang terminal. “Dusun Bambu Kuning pak?” Tanya Mahmud ke Sopir angkot yang sedang menikmati segelas kopi hitam serta dua buah goreng singkong. “Nggeh, Mas” Jawab pak Sopir “Tapi nunggu penumpang lain dulu ya” Tambah pak Sopir kepada Mahmud “Oke, Pak” Singkat Mahmud Sementara, beberapa bis antarkota telah sampai di Terminal. Dengan sekejap, Angkot yang dinaiki Mahmud telah dipenuhi penumpang. Angkot melaju dengan lancar, pagi hari merupakan keadaan dimana jalanan luang hingga pukul delapan pagi. Selain itu ramai hingga tengah malam barulah jalanan kembali sepi. “Mau ke pondok, Mas” Tanya Sopir angkot? “Iya, kebetulan sedang liburan” “Sudah berapa lama mondoknya, Mas? “Lumayan, delapan tahun” “Wah, sudah dalam ilmunya dong” Puji Sopir angkot “Biasa aja sih, hehe” Mahmud mencoba menolak anggapan Sopir angkot tersebut “Ah, mas ini memang tawadhu’” Sambil terkikik, sang Sopir mulai menginjak rem untuk berhenti di samping jalan. Disana terlihat sebuah gapura yang mulai lapuk. Gapura tersebut bertuliskan “Dusun Bambu Kuning.” Cat merah putih melapisi Gapura itu, waktu kemerdekaan akan segera tiba. “Terimakasih ya, Pak” “Sama-sama” Sambil membawa tasnya yang berisi pakaian serta beberapa makanan khas dari desanya, Mahmud memanggil tukang becak di samping jalan yang sedang asyik merokok. Asap mengepul dari mulutnya. Segelas kopi susu masih panas tergeletak di samping pohon di dekatnya, terlihat uap panas dari kopi yang membawa aroma harum ke sekitarnya. “Bang, Pondok Busyro dimana?” “Masuk melalui Gapura, lurus, ada masjid belok kanan dan di perempatan belok kiri, sampai” Jawab Tukang becak “Bisa antarkan saya kesana, Bang?” “Dengan senang hati, Mas” Becak berjalan dengan santai, terlihat ruko yang berjajar di sepanjang jalan masuk ke Gapura. Konon, Dusun Bambu menjadi pusat perekonomian bagi desa sekitarnya. Kebutuhan yang tak dapat ditemukan di desa-desa lain ada di ruko-ruko ini. Mengenai kelengkapan sembako dan lain-lain, hal ini disebabkan mudahnya transportasi dan lumayan dekatnya jarak Dusun Bambu dengan kota. Sehingga untuk melengkapi barang yang dijual, dua faktor ini sangat mendukung. “Bang, itu Namanya masjid apa?” tanya Mahmud ketika melewati masjid yang tidak terlalu besar “Itu masjid Salam, Mas” “Kenapa dinamain masjid Salam, Bang?” “Dulu” Tukang becak memonyongkan bibirnya “Terjadi perselisihan dan keributan antar marga di desa ini, setidaknya ada dua marga yang sangat berpengaruh. Keributan itu tak dapat dielakkan. Tatkala masing-masing mereka

sudah tersulut emosi, ada seseorang yang mendamaikannya, Mas” “Siapa itu, Bang?” “Syaikh Ibrahim Salam Namanya, Mas. Dia dimakamkan di belakang masjid, kalau mau ziarah, bias langsung kesana, Mas.” “Oh, lantas dengan nama Syaikh itu, masjid ini dinamakan Salam?” “Selain itu Mas, Salam dalam Bahasa arab adalah perdamaian. Lokasi perselisihan itu tepatnya di lapangan depan masjid. Syaikh Salam mengajak mereka untuk berunding, dan mencari jalan keluar atas perselisihan tersebut. Dan penyelesaiannya terjadi di dalam masjid.” “Emang penyebabnya apa Bang?” “Wah, kalau itu saya kurang tau” “Hmmmm” Becak pun sampai tepat di depan pondok Busyro. Terlihat sebuah plang berwarna jingga bertuliskan “Marhaban bi Washiyyati Rasûl” selamat datang wahai wasiat Rasulullah SAW. Cuaca masih lumayan dingin, matahari belum turun sepenuhnya. Mahmud turun dari becak. Tukang becak menurunkan bawaan yang dibawa Mahmud. “Terimakasih, Pak” Sambil menyodorkan beberapa lembar uang dua ribuan “Sami-Sami, Mas” Mahmud berjalan menuju pintu pondok itu. Di depannya tidak ada gerbang. Teras lantai masih terasa dingin. Terdengar suara lantunan ayat Qur`an dari dalam pondok. Mahmud dapat menangkap, bahwa suara itu adalah suara para santri yang sedang menyetor hafalannya kepada gurunya. Tok...tok...tok… “Assalamualaikum” Mahmud mengetuk pintu dengan pelan. Pintu yang terbuat dari kayu Jati itu segera terbuka. Seorang santri yang tingginya tidak jauh berbeda dengan Mahmud membukakan pintu. “Wa’alaikumussalam wa rahmatuLlah wa barakatuh, silahkan masuk, Mas” Mahmud masuk mengikuti santri itu. Di ruang tamu mereka duduk. Tak ada sofa disana, hanya dua buah karpet permadani yang sudah terhampar rapi. Tercium wangi dari karpet itu. Tanda baru dicuci. “Cak Oni kebetulan sedang keluar, jadi santri hari ini hanya mengulang, tidak menyetor. Ngomong-ngomong, Mas ada keperluan apa ya” dengan senyum ramah, Sapto membuka percakapan “Oh, saya mau mondok disini, tidak lama, sekalian mengisi liburan, memperkuat hafalan juga, Kang, apakah bisa?” “Oh, bisa sekali, nanti sampeyan lapor pada Cak Oni saja ya, mungkin setelah zuhur sudah datang” “Siap ustadz” “Panggil saya Sapto saja, Mas” “Mahmud, Kang” Mahmud langsung memperkenalkan diri juga Setelah berbincang-bincang, mereka menuju ke kamar. Hari masih libur, jadwal masuk pondok sebulan lagi. Baru ada tiga orang santri termasuk Sapto yang sudah hadir di Pondok. Tak lama mereka berkenalan. Tiga santri itu berstatus mahasiswa, sama seperti Mahmud. Junaedi Jumandi, dipanggil Juju dan Hilmi Sucipto, akrab dipanggil Hilmi. Keduanya datang dari tempat jauh. Mereka termasuk santri senior. Sudah Sembilan tahun tinggal disana. “Setelah zuhur, kita langsung ke Ndalem saja” sambut Hilmi “Oke, siap” jawab Mahmud “Oiya, Kang” lanjut Mahmud

“Kyainya disini siapa?” dengan penasaran Mahmud bertanya “Ya itu loh, Ustad Syahroni, akrab dipanggil Cak Oni, yang tadi aku sebutkan tadi” jawab Juju “Apa tidak sopan memanggil dengan panggilan Cak saja” “Beliau yang meminta Mas” “Oh” ********** Setelah salat Zuhur, mereka langsung menemui Cak Oni. Benar saja perkiraan Sapto, Cak Oni sudah ada di ruang tamu. Seakan-akan tahu akan ada orang yang menemuinya “Assalamualaikum” “Wa’alaikumussalam warahmatulLahi wa barakatuh” Cak Oni mempersilahkan keduanya untuk masuk. Mahmud dan Sapto langsung duduk. Dengan posisi menunduk, takzim kepada guru. Tiga gelas kopi sudah tersedia di depan mereka, dua untuk Mahmud dan Sapto, satu lagi untuk Cak Oni. Rambut gondrong dan peci hitam menjadi gaya khasnya. “Siapa namamu” “Mahmud, Yai” “Panggil saja Cak Oni ya” “Nggeh, cak” “Ada keperluan apa?” “Tabarrukan, setoran hafalan Qur`an, Cak” Cak Oni terdiam sejenak, menghirup kopi, dan menghisap rokoknya dua kali. “Silahkan” kata Cak Oni “Terimakasih, Cak” “Sembari saya melancarkan hafalan Qur`an juga dengan mendengarkan sampeyan, hehe” dengan terkikik Cak Oni menambahkan. Sementara Mahmud bengong, matanya tertuju pada sosok poto dalam bingkai yang menggantung di tembok ruang tamu, di bawahnya tertulis, “Syahroni bin Suja bin Ibrahim Salam.” ********** Azan maghrib berkumandang di Masjid Salam. Suara muazin menggerakan masyarakat untk pergi ke masjid. Bisa dibilang, masyarakat disini lebih dominan terdiri dari golongan santri. Setengah jam sebelum azan, santri Pondok Busyro yang hanya tiga orang, ditambah Mahmud menjadi empat itu sudah duduk tenang di Mushalla Pondok. Mereka memuraja’ah hafalannya masing-masing. Tidak banyak, hanya empat sampai lima ayat yang mereka ulang-ulang, kecuali Mahmud, ia bisa memura’jaah hingga berjuz-juz dalam satu kali duduk, namun jika sedang malas, bisa sampai sebulan ia nganggur dari muraja’ah hafalannya. Tiba waktu setoran hafalan, Cak Oni duduk sila, di hadapannya meja kecil sekedar untuk menyandarkan tangan dan menaruh asbak rokok serta segelas kopi. Dan tidak lupa, Al-Qur`an kecil yang selalu Cak Oni bawa kemana-mana. Sapto, Juju, Hilmi dan Mahmud mulai menyetorkan hafalannya. “Setor berapa Juz, To?” tanya Cak Oni sambil tersenyum. Ia tahu bahwa Sapto adalah murid yang paling rendah tingkat hafalannya. Sedang yang lainnya, tak beda sedikit. Misal Juju menyetor lima ayat, dan Hilmi enam, maka bisa ditebak Sapto hanya menyetor empat ayat. Meski begitu, rekor unggulan yang pernah diraih Sapto pun tak terlalu muluk-muluk, dan memang tidak layak juga disebut unggul karena Sapto menyetor lebih banyak ayat dibanding ketiga temannya. Kejadiannya ketika Sapto menyetor surat At-Thâriq yang terdiri dari tujuh belas ayat, sedangkan Hilmi dan Juju menyetor hanya satu ayat, yaitu ayat al-Baqarah ke 282.

“Empat ayat doang, Cak” “Ayat berapa sampai berapa, To?” “Ayat 14 sampai 19 surat Ali Imran, Cak” “Monggo” Hilmi dan Juju tak beda jauh, mereke menyetor lima hingga enam ayat saja, itu pun kurang lancar. Tiba waktunya Mahmud menyetor, dan ini pertama kalinya di hadapan Cak Oni. Luar biasa, Mahmud menyetor hampir satu Juz kecuali satu setengah lembar. Cak Oni, seperti biasa, mendengarkan sambil menghisap rokok kreteknya. Kopi di mejanya tinggal setengah. Tergolong cepat bagi Mahmud untuk menyetorkan sebanyak itu, hingga bacaan tajwidnya banyak yang terlewat. “Kamu biasa baca seperti ini” “Maksudnya, Cak?” “Iya, baca dengan cepat” “Iya, Cak” “Oh, nanti pelan-pelan saja ya” “Iya, Cak” Pengajian berakhir, semuanya bersalaman namun masih duduk, menunggu Cak Oni terlebih dahulu. Cak Oni menghabiskan kopi hingga ke ampasnya. Terhitung tiga batang kretek yang telah ia habiskan. “Disini bukan tempat menghafal Qur`an, Mud” “Loh, kok bisa, Cak?” “Iya, disini tempat belajar sabar menghafal Qur`an” “Ya, kita semua juga tahu, Cak” “Tahu apa kamu Mud?” “Ya itu, kita mesti sabar dalam menghafal Qur`an. Begitu kan Cak?” “Ya, memang betul, namun bukan itu saja yang kumaksud” “Lantas, apa Cak?” “Jujur, aku tidak terlalu mengharap mereka, para santri, memperbanyak setoran perharinya. Aku hanya berharap mereka istiqomah dalam menghafal. Artinya, sebuah proses mencapai sesuatu itu penting Mud.” “Hubungannya dengan belajar sabar menghafal Qur’an apa, Cak?” “Ya itu Mud, belajar sabar menghafal. Kalau sekedar menghafal saja, banyak orang yang bisa. Setelah hafal, dan menyetorkannya, mereka mungkin melupakannya begitu saja, merasa sudah lepas dari tanggungan. Namun belajar sabar menghafal Qur’an itu yang beda Mud, sulit.” “Benar, Cak” “Kamu tahu Bahasa arabnya menghafal, Mud” “Iya, Cak. Hafidza-yahfadzu” “Apa maknanya, Mud?” “Menghafal, Cak” “Hanya itu saja?” “Ada, tapi saya lupa” “Selain menghafal, Hafidza juga mengandung makna melindungi, memelihara, mengawetkan, dan menjaga Mud. Itu penting kamu resapi, supaya tidak hanya mulutmu dan otakmu saja yang bekerja, namun hati pun perlu.” “Maksudnya hati perlu bekerja juga bagaimana, Cak?” “Kamu resapi, agar jasad serta sulukmu ikut bekerja menghafal. Sama-sama gerakan mereka untuk memelihara Qur`an Mud. Dengan mengamalkan isinya. mentaati perintah dan menjauhi laranganNya, Mud. Dan itu semua dapat dicapai dengan bersabar, dan sabar itu membutuhkan belajar serta latihan bagaimana sabar yang sesungguhnya agar terus berlatih menguasai diri, serta nafsu. “Iya, Cak” jawab Mahmud sambal menunduk “Jika kamu sudah melatih kesabaranmu, dalam hal apapun termasuk menghafal, maka kamu akan ikhlas dalam menjalankannya, Mud” “Apakah selama ini saya belum ikhlas, Cak?” tanya Mahmud

Dalam Diam Oleh: Ponco Dwi Putra* Dalam diam aku berbisik Tentang puja dan puji kepada sang khalik Agar hidup kian membaik Agar buruk kian membalik Dalam diam aku menghujat Tentang manusia yang begitu jahat Mahir bertipu muslihat Melahirkan dendam kesumat

Dalam diam aku mempelajari Tentang lidah yang teramat keji Salah-salah menimbulkan sakit hati Lambat laun akan meracuni diri

Dalam diam aku memandangi Tentang kamu yang berseri-seri Walau jauh mata ini memandang Namun bukan penghalang bagi sinarmu yang terang Dalam diam... 2018

*Mahasiswi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

“Hahaha, ya itu tergantung kamu Mud, kamu yang lebih tahu tentang hatimu” terkikik Cak Oni mendengarnya “Alamat ikhlas itu apa, Cak?” “Kamu pernah kencing, Mud?” “Ya sering, Cak. Kita kan perlu mengeluarkan sisa pencernaan” “Berapa kali kamu kencing sehari?” “Ya, nggak tahu, Cak. Nggak pernah saya hitung” “Dua minggu lalu, berapa kali kencing?” “Sampeyan ini gimana toh Cak, kan saya bilang, nggak pernah saya hitung. Kemarin aja lupa, apalagi dua minggu yang lalu” “Begitulah ikhlas, Mud. Kamu sudah tidak mengingat-ingat perbuatan baik kamu” “Lah, kalau kita sudah ikhlas, apa manfaatnya, Cak?” “Kamu akan berserah diri padaNya, Mud. Kamu sadar, hafalnya kamu terhadap suatu ayat, atau lupanya kamu, langsung kembalikan semuanya kepada Allah, Mud.” Hilmi mendegarkan dengan khusyu’. Juju masih asyik menggaruk-garuk bagian punggungnya yang gatal. Sapto hanya mengangguk-angguk. “Setelah dikembalikan kepada Allah, apa efek yang terjadi, Cak?” “Ketika kamu dianugerahi hafalan, kamu tidak sombong, Mud. Begitupun ketika lupa, kamu tidak begitu saja putus asa” “Nggeh, Cak” Cak Oni mengambil sisa rokoknya yang terletak di meja, kemudian keluar. Juju dan Hilmi mengajak Mahmud kembali ke kamar. Sapto membereskan ruangan. Sementara di luar Pondok, tukang Sekoteng sedang membawa gerobaknya. Dengan suara lantang, “Sekoteng Sekoteng….” *Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah Semester Lima


SENI BUDAYA

Ayu Naina Fatikha ayunaina24@gmail.com

15

Semarak Festival untuk Asia

Foto: Aini/INSTITUT

Tabloid INSTITUT Edisi Lvi / september 2018

Ajang olimpiade empat tahunan tingkat Asia tahun ini diadakan di Indonesia. Festival pun turut dibuka untuk mengiringi euforia manca-negara.

Setelah membeli tiket yang tersedia di gate 4 area Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), pengunjung dapat masuk melalui gate 5. Tiket yang didapat berupa kertas panjang untuk dikenakan sebagai gelang dan dipindai guna tanda masuk. Setelah proses pindai, pengunjung diharuskan melewati body checking, tas yang pengunjung bawa juga diperiksa untuk memastikan tak ada benda tajam di dalamnya. Begitulah sedikit gambaran ketat penjagaan menju keseruan Asian Fest di Jakarta awal September lalu. Pemandangan pertama pasca-gerbang masuk, pengunjung disambut panggung besar yang sedang menampilkan kesenian nusantara, zona BhinBhin namanya. Bersebelahan dengan panggung, ada zona

ini terdiri dari stan layanan perbankan dan jaringan seluler yang turut menyukseskan Asian Games 2018. Terus berjalan, penjung akan di bawa ke zona atung. Tak jauh berbeda dengan zona Bhin-Bhin, pengunjung dapat merasakan euforia Asian Games dengan menonton bersama pertandingan di layar besar. Zona kuliner juga tersedia di area ini. Tepat di depan zona Atung, ada zona kaka. Lain halnya dengan zona Atung, di zona ini lebih bernuansa budaya. Beragam stan budaya dan kesenian Indonesia bakal memanjakan mata pengunjung jika mampir ke zona ini. Festival ini tak lepas dari beragam tanggapan kalangan masyarakat. Salah satunya Marni, berbeda dengan yang dirasakannya pada tahun 1962

silam, diadakannya festival ini membuat masyarakat yang di Jakarta dan sekitarnya dapat turut merasakan euforia Asian Games 2018. “Berbeda dari Asian Games tahun 1962, tidak ada festival , jadi kurang menikmati,” ungkapnya, Sabtu (1/9). Lain lagi Masda Tiarlinda. Ia beranggapan bahwa acara ini kurang terorganisir, kurang adanya akses untuk membeli tiket dirasa menyulitkan, apalagi dirinya membawa balita. Masda juga tak kunjung menemukan panitia untuk sekadar menanyakan tempat yang ia hendak kunjungi. “Saya baru pertama kali ke sini, kacau banget terlebih bawa anak,” keluhnya. Panitia pengawas Asian Fest 2018, Muhammad Subki Mengatakan bahwa Asian fest

ini sebenarnya sudah disiapkan untuk sekian banyak pengunjung. Namun tetap saja melihat besarnya antusiasme pengunjung yang semakin membludak seiring berjalannya waktu, maka panitia juga berusaha menyesuaikan kebutuhan untuk para pengunjung. Asian Fest ini merupakan festival tingkat asia yang diselenggarakan oleh INASGOC dalam rangka Asian Games 2018. Dibuka sejak 18 Agustus hingga 2 September, acara yang diadakan di pelataran GBK menyiapkan 75 ribu tiket. Masyarakat yang hendak merasakan euforia Asian Games 2018 dapat mengunjungi ketiga zona utama yang diambil dari nama maskot Asian Games 2018.

Sambungan dari halaman 1...

kuliner yang menyediakan beragam pilihan makanan dan minuman dengan sistem pembayaran cashless. Berjalan ke depan dari zona Bhin-Bhin, pengunjung dapat membeli barang resmi dari Asian Games 2018 di Super Store. Jika hari libur tiba, padat pengunjung yang ingin berbelanja. Walau panjang antrean, tapi tidak menyurutkan pembeli mendapatkan buah tangan asli ajang olahraga se-Asia ini. Patung Jendral Sudirman yang terdapat di depan Super Store menjadi juga pusat keramaian pengunjung. Ada layar besar di belakang patung pahlawan ini. Dipersembahkan bagi mereka yang tidak bisa menonton langsung di area pertandigan. Di belakang Super Store, terdapat zona pavilion. Zona

ah mengabaikan Rapat Dengar Pendapat (RDP) Menteri Agama dengan Komisi VIII DPR RI. Sekretaris Senat UIN Yogyakarta Muhammad Chirzin menyatakan, sistem baru yang diterapkan Kemenag ini memiliki beberapa kelemahan. Pertama, senat—sebagai pihak yang dianggap paling mengenal bakal calon rektor—tidak memiliki hak suara dalam proses pilrek. Kedua, pihak penyeleksi relatif tidak mengenal kinerja calon rektor. “Kecuali melalui Curriculum Vitae dan wawancara, itupun tidak mendalam,” tulisnya via WhatsApp, Jumat (21/9). Chirzin juga memandang, sistem baru ini mencederai demokrasi kampus. Pasalnya, rektor dipilih oleh Kemenag. Sistem penetapan rektor yang tidak demokratis ini—menurut Chirzin—dapat mengurangi rasa tanggung jawab rektor terhadap civitas academica. “Tidak ada lagi yang dinamakan pemilihan rektor,” ungkapnya.

Pilrek UIN Jakarta Pada Kamis (23/08) lalu, Rektor UIN Jakarta mengeluarkan pengumuman melalui surat edaran terkait pendaftaran Bakal Calon Rektor UIN Jakarta periode tahun 2019 – 2023. Dalam surat tersebut dituliskan berbagai persyaratan serta prosedur pendaftaran calon rektor. Seperti yang dituliskan dalam PMA No 68 Tahun 2015, UIN Jakarta hanya berhak memberikan nama-nama calon rektor kepada Kementerian Agama. Namun, tidak memiliki hak suara dalam Pilrek. Sebelum menyerahkan berkas ke pihak Kemenang, semua berkas persyaratan bakal calon rektor terlebih dulu diserahkan kepada senat universitas. Peran senat universitas dalam Pilrek saat ini telah dijelaskan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal No. 7293 Tahun 2015 pada Bab III terkait Pertimbangan Kualitatif. Dalam konteks ini, senat memiliki kewenangan untuk memberikan pertimbangan kualitatif ke-

pada para bakal calon rektor. Ditemui di Gedung Rektorat lantai 2, Ketua Panitia Penjaringan Bakal Calon Rektor UIN Jakarta Abdul Hamid mengatakan, sistem baru tersebut memiliki sisi positif maupun negatif bagi UIN Jakarta. Menurutnya, jika tetap menggunakan sistem Pilrek yang lama dapat membuat suhu politik kampus semakin panas. “Kerap mumunculkan perpecahan, namun tidak apa-apa, sebagai dinamika politik,” ungkap Hamid yang juga Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Rabu (19/9). Menanggapi hal ini, Ketua Senat UIN Jakarta Abuddin Nata angkat bicara. Menurutnya dengan adanya kebijakan baru tentang sistem Pilrek saat ini dapat meminimalisir perseteruan yang kerap ada di UIN Jakarta. “Agar konflik politik kampus tidak memanas,” ungkapnya saat ditemui di Ruangan Senat UIN Jakarta, Kamis (20/9).

Seperti laporan Tabloid Institut Edisi 34/November 2011 disebutkan, adanya dinamika politik tersebut juga diamini oleh Guru Besar Filologi Fakultas Adab dan Humaniora Oman Fathurrohman. isu politik kampus yang bersumber dari primordialisme dan organisasi ekstra memang memiliki pengaruh besar. Polarisasi politik menimbulkan ketegangan antar tim pemenangan pilrek dari tahun ke tahun. “Sampai sekarang, saya mendengar kabar itu memang kental,” ungkapnya kepada Institut. Penilaian Kualitatif Menurut Abuddin, kewenangan senat hanya sebatas memberikan penilaian kualititatif kepada bakal calon rektor. Terdapat lima poin penting dalam penilaian yang dilakukan oleh seluruh anggota senat. “Seperti kepemimpinan, akademik, moral, kemanusiaan dan jaringan kerjasama,” tuturnya, Kamis (20/9).

Lebih lanjut, Hamid mengatakan, pihak UIN Jakarta telah melakukan sosialisasi ke berbagai pihak terkait pendaftaran bakal calon rektor periode 2019-2023. Dalam kurun waktu 14 hari masa pendaftaran bakal calon rektor— menurut keterangan Hamid— hingga saat ini ada 10 bakal calon rektor yang telah mendaftarkan diri. Seperti Amsal Bahtiar, Andi M Faisal Bakti, Jamhari, Masri Mansoer, Amany Burhanuddin Umar Lubis, Sukron Kamil, Zulkifli, Ulfah Fajarini, Abdul Mujib, Murodi dan Didin Saepudin. Berakhirnya masa pendaftaran bakal calon rektor ini menandakan akan dibukanya tahap verifikasi berkas oleh panitia penjaringan bakal calon rektor. Setelah itu berkas akan diserahkan ke senat universitas. Kemudian senat memberikan pertimbangan kualitatif kepada semua bakal calon rektor. Hasil pertimbangan tersebut akan dikirimkan ke Kemenag dengan batas akhir pengumpulan pada 8 Oktober 2018.


Kursus Bahasa U’L CEE Udrus Learning Center

Pasang Iklan

Jl. Kertamukti, Gang H. Nipan, No. 18, RT. 04, RW. 08, Pisangan, Ciputat Timur, Tangsel. Depan Perumahan Griya Nipah/Dekat Masjid al-Mau’izhah al-Hasanah.

Menu Kursusan U’L CEE Institute

1. Bahasa Arab (Qawaid/Muhadatsah)

(Jaminan Menguasai Bahasa Arab dalam Waktu 2 Bulan, Gratis Mengulang Sampai Bisa Jika Gagal)

2. Bahasa Inggris (Grammar/Speaking)

(Jaminan Menguasai Bahasa Inggris dalam Waktu 2 Bulan, Gratis Mengulang Sampai Bisa Jika Gagal)

3. Bimbingan TOAFL/ TOEFL

(Jaminan Menguasai Strategi Menjawab Soal TOAFL/TOEFL Hanya dalam Waktu 2 Bulan)

4. Bimbingan Belajar & Private

(Membantu Siswa SD, SMP, SMA, & Umum dalam Meningkatkan Kemampuan di Sekolah/ Ujian Nasional )

5. Jasa Penerjemahan dan Bimbingan Menulis (Artikel/Skripsi) (Menerima Jasa Penerjemahan Arab-Indonesia, Inggris-Indonesia dan Sebaliknya)

6. Kajian Islam Komprehensif (Free)

Sejak didirikan 33 tahun silam, LPM Institut selalu konsisten mengembangkan perwajahan pada produk-produknya, semisal Tabloid Institut, Majalah Institut, dan beberapa tahun ini secara continue mempercantik portal www.lpminstitut.com. Space iklan menjadi salah satu yang terus dikembangkan LPM Institut. Oleh sebab itu, yuk beriklan di ketiga produk kami! Kenapa? Ini alasannya:

(Al-Qur’an, Ulumul Qur’an, Tafsir, Hadis, Ulumul Hadis, Fikih, Ushul Fikih, Bahasa dan Sastra Arab, dll)

Informasi dan Tempat Pendaftaran Pendaftaran Tempat Pendaftaran Start Kelas Baru Kuota Minimal Kelas Contact Person

Website

Pilihan Hari Belajar Biaya Pendaftaran

: Setiap Hari Kerja : Kantor U’L CEE Institute : Tanggal 10 dan 25 setiap bulannya : 5 Orang/Kelas : 0852-7450-1485 WA/0852-6325-3933 WA BBM : 5C5F17E7 (Whany) : www.ulcee.damai.id Kursus Bahasa U’L CEE Ciputat @u’l_cee : Senin s/d Minggu (08.00-21.00 WIB) : Rp. 50.000,Join Us You Will See How Great You are.!!

Tabloid Institut Terbit 4000 eksemplar setiap bulan Pendistribusian Tabloid Institut ke seluruh universitas besar se-Indonesia dan instansi pemerintahan (Kemenpora, Kemenag dan Kemendikbud) Institut Online Memiliki portal online dengan sajian berita seputar kampus dan nasional terbaru dengan kunjungan 800-1000 per hari Majalah Institut Sajian berita bercorak investigatif dan terbit per semester. CP: Nurlely Dhamayanti No HP: 0895 3472 19690


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.