TABLOID INSTITUT EDISI LXV

Page 1

UIN Jakarta Watch melaporkan dugaan praktik maladministratif dan penggelapan dana oleh Rektor dan Panitia Pembangunan Asrama Mahasiswa UIN Jakarta kepada Polda Metro Jaya. Namun, sang oknum dengan tegas menyangkal segala tuduhan. Bersambung ke halaman 15


2

Edisi LXV

NOVEMBER 2020

Salam Redaksi Pembaca budiman

B

ertepatan dengan riuh pesta demokrasi mahasiswa dalam Pemilihan Umum Mahasiswa (Pemilwa) 2020 di kampus tercinta, kami tetap konsisten merekam isuisu hangat yang menjadi buah pembicaraan mahasiswa. Berangkat dari analisis perkara, kami kaji data sesuai dengan kaidah jurnalistik yang ada. Hingga kini, pembaca yang budiman dapat menikmati sajian warta menarik dalam Tabloid Institut edisi LXV/ Desember 2020. Pelbagai info yang tersaji dalam Tabloid Institut edisi kali ini tak semerta muncul begitu saja, proses panjang nan runyam menemani proses redaksi terlebih lagi di masa pandemi saat ini. Beragam hambatan terus mengiringi proyeksi, diawali dengan rapat redaksi secara daring, pelbagai isu kami kupas hingga menghadirkan data yang tuntas walau terhambat buruknya koneksi sinyal. Tak berhenti di sana, terdapat proses panjang peliputan yang tak semulus ekspektasi. Namun, biarlah semua itu menjadi pemanis cerita bagi kami untuk terus menuntaskan niat kami dalam menyuguhkan karya terbaik bagi pembaca. Isu yang gempar beberapa hari silam tentang Pembangunan Gedung Asrama Mahasiswa menjadi headline pada Tabloid Institut kali ini. Kami mencoba mengulik kembali pernyataan dari sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam UIN Jakarta Watch yang telah melaporkan adanya dugaan praktik malaadministratif dan penggelapan dana oleh Rektor UIN Jakarta dan Ketua Panitia Pembangunan Asrama Asrama ke Polda Metro Jaya. Dalam headline kali ini, kami juga menilik lebih dalam bagaimana kronologi pembangunan gedung asrama mahasiswa tersebut. Tak luput dari sana, ajang Pemilwa yang menjadi agenda krusial bagi Mahasiswa UIN Jakarta juga kami suguhkan. Kentalnya praktik politik kampus di UIN Jakarta membuat Sema-U kerap dinilai cacat melaksanakan prosedur pra-Pemilwa. Oleh karena itu kami sajikan laporan peristiwa tersebut dalam rubrik Laporan Utama yang bertajuk “Polemik Kinerja Sema-U di Ujung Masa Bakti”. Selain itu, Tabloid Institut kali ini juga menghadirkan Laporan Khusus yang bertajuk “Telusur Surat Perintah untuk Dema PTKIN”. Surat dari Staf Khusus (Stafsus) Presiden untuk Dema PTKIN kala itu memicu pelbagai polemik sedangkan Koordinator Pusat Dema PTKIN menyangkal hal tersebut dan justru mengaku tidak pernah menerima surat perintah dari Stafsus. Pada laporan khusus tabloid kali ini kami juga membahas akan semangat mahasiswa yang hendak berburu peluang melancong ke Negeri Paman Sam. Hal demikian karena kemenangan Joe Biden yang dinilai membawa angin segar bagi Mahasiswa internasional.

Baca, Tulis, Lawan!

LAPORAN UTAMA

Polemik Kinerja Sema-U di Ujung Masa Bakti Pemilwa menjadi agenda tahunan mahasiswa yang cukup krusial. Kentalnya praktik politik kampus di UIN Jakarta membuat Sema-U kerap dinilai cacat melaksanakan prosedur praPemilwa.

P

ada Senin (9/11) silam, Aliansi Mahasiswa Peduli Demokrasi melakukan aksi “Usut Tuntas Pelanggaran Kode Etik Kampus UIN”. Gerakan tersebut mengkritik ketiadaan transparasi Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U) dalam membentuk Komisi Pemilihan Mahasiswa (KPM) dan Badan Pengawas Pemilihan Mahasiswa (BPPM). Pada kondisi pandemi saat ini, Sema-U dinilai cacat dalam melakukan seleksi anggota KPM dan BPPM. Menurut salah seorang Anggota Aliansi Mahasiswa Peduli Demokrasi Rendro Prastyan Winanta, banyak tuntutan yang diajukan terkait kinerja Sema-U, salah satunya kecacatan prosedur pembentukan KPM dan BPPM. Mereka menentang keras jika terjadi pencideraan terhadap agenda tahunan Pemilihan Mahasiswa ini. Selain itu, jadwal pembentukan KPPM dan BPPM Rendro katakan mendadak. Pemberkasan dan penilaian calon anggota pun tidak ada indikator yang valid. “Tiba-tiba lulus, tidak lulus, atau lulus bersyarat. Tentunya hal itu patut dipertanyakan,” tegas Mahasiswa Hukum Tata Negara tersebut, Jumat (20/11). Tuntutan lainnya ialah terkait Sema-U yang dianggap terlalu ikut campur dalam Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa). Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang (UU) Mahasiswa Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Pemilihan Mahasiswa, hanya ada garis koordinasi antara KPM dan Sema-U. Dengan demikian, KPM merupakan lembaga independen yang tidak diintervensi pihak manapun, termasuk Sema-U. Namun, gugatan-gugatan tersebut tak pihak Sema-U indahkan. Bahkan hingga Pemilwa berjalan, masih tak ada jawaban atas kejelasan kriteria kelolosan anggta KPM dan BPPM. Satu hal lagi yang Aliansi Mahasiswa Peduli Demokrasi rasa melampaui batas, Ketua Sema-U Jamsari tak melakukan koordinasi dengan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan ter-

kait pembentukan Tim Independen Pemilwa 2020 yang terdiri dari beberapa dosen perwakilan masing-masing fakultas. “Pembuatan Surat Keputusan terkait tim independen ini pun tidak melalui sepengetahuan rektor maupun dekan fakultas asal dosen-dosen tersebut,” jelas Rendro, Jumat (20/11). Rendro juga mengkritik proses pembentukan pembentukan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) oleh Sema-U. Peranan mahasiwa untuk turut andil dalam Musyawarah Perwakilan Mahasiswa Universitas (MPMU) sangat dibatasi. Menjadi kesalahan besar Sema-U ketika melaksanakan MPMU setelah ditetapkannya AD/ART. “Seharusnya, AD/ ART dibahas saat MPMU. Dengan tidak adanya keterlibatan perwakilan mahasiswa, jelas terdapat indikasi politik internal terselubung di dalamnya,” pungkas Rendro.

wa tahun ini, baik dari kinerja Sema-U maupun prosedur Pemilwa sendiri. “Entah saya yang kurang mencari informasi mengenai Pemilwa atau memang dikarenakan keterbatasan komunikasi kala pandemi ini,” pungkas Aqsa, Jumat (20/11).

Mahasiswa Menanggapi Gugatan Salah seorang Mahasiswa Pendidikan Fisika Firman Harris Saputra menyetujui poinpoin gugatan Aliansi Mahasiswa Peduli Demokrasi. Pasalnya memang, ia merasakan Pemilwa kali ini sangat jauh dari kata transparan bagi pihak mahasiswa. Hal tersebut Firman lihat dari jadwal yang maju mundur hingga kriteria pencalonan yang tak gamblang. Sama halnya dengan tanggapan Mahasiswa Perbankan Syariah Muhamad Rangkai Trengginas, ia mengatakan bahwa jadwal Pemilwa tahun ini tidaklah transparan, tanggal yang ditentukan pun dadakan dan masih sering terjadi perubahan. “Banyak mahasiswa yang belum mengetahui kejelasan terkait jadwal Pemilwa, saya sendiri jujur tidak paham kesalahan ini terjadi karena pihak mana,” terang Rangkai, Jumat (20/11). Tak hanya itu, Mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam Aqsa Putra Sukmara merasa belum paham betul terakit perkembangan Pemil-

Pergantian Ketua KPM dan Tanggapan Ketua Sema-U Salah satu persyaratan untuk menjadi Ketua KPM ialah tidak boleh terlibat sebagai Badan Pangurus Harian (BPH) dalam organisasi intrakampus. Salah seorang Anggota Sema-U Mahbubi mengakui adanya ketidaktransparanan dalam pemilihan Ketua KPM. Ia menjelaskan, permasalahan berawal ketika Mahasiswa Hukum Tata Negara (HTN) Diaz Parawansa terpilih menjadi Ketua KPM ketika Diaz sendiri terlibat dalam BPH Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) HTN. Akan tetapi setelah terdapat beberapa mahasiswa yang menggugat, posisi Diaz sebagai Ketua KPM digantikan oleh Mahasiswi Elita. “Seharusnya dari awal, Diaz tidak boleh menjadi ketua karena persyaratan yang tercantum,” tegas Mahbubi, Selasa (24/11). Ketua Sema-U Jamsari pun mengklarifikasi terkait penggantian Ketua KPM. Ia mengatakan, Diaz mengaku lagi menjabat sebagai BPH HMPS

HTN sehingga boleh menjadi Ketua KPM. Pada akhirnya, Diaz mengundurkan diri sebagai Ketua KPM. Dilihat dari nilai fit and proper test tertinggi kedua, Mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab Elita Yulistia Imanina kemudian menggantikan posisi Diaz. Menanggapi banyaknya aduan dan tuntutan dari para mahasiswa, Jamsari mengaku telah menjawab setiap pertanyaan dan keluhan mahasiswa melalui e-mail Sema-U. “Bukti tidak transparannya Sema-U berasal dari mana? Disalahkan karena apa?” Elak Jamsari, Kamis (26/11). Jamsari mengatakan, pembentukan KPM dan BPPM sendiri terdapat pada UU Mahasiswa Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Pemilihan Mahasiswa. Sedangkan untuk setiap agenda rapat, semuanya sudah jelas dikoordinasikan melalui grup. Bahkan sampai penerimaan, pemberkasan, dan verifikasi berkas beserta keputusannya dilaksanakan secara langsung, bukan secara online. Fitha Ayun Lutvia Nitha & Nurlailati Qodariah

TIM PENYUSUN TABLOID Pemimpin Umum: Ika Titi Hidayati | Sekretaris Umum: Rizki Dewi Ayu | Bendahara Umum: Rizki Dewi Ayu | Pemimpin Redaksi: Sef i Raf iani | Redaktur Online: Muhammad Silvansyah Syahdi M. | Pemimpin Penelitian dan Pengembangan: Herlin Agustini | Pemimpin Perusahaan: Nurul Dwiana Anggota: Aldy Rahman, Amrullah, Fitha Ayun Lutvia Nitha, Maulana Ali Firdaus, Nurlailati Qodariah, Roshiifah Bil Haq | Koordinator Liputan: Roshiifah Bil Haq | Reporter: Aldy Rahman, Amrullah, Fitha Ayun Lutvia Nitha, Maulana Ali Firdaus, Nurlailati Qodariah, Roshiifah Bil Haq, Muhammad Silvansyah Syahdi M., Nurul Dwiana, Rizki Dewi Ayu, Sef i Raf iani, Ika Titi Hidayati, Herlin Agustini | Penyunting: Muhammad Silvansyah Syahdi M., Nurul Dwiana, Rizki Dewi Ayu, Sef i Raf iani, Ika Titi Hidayati, Herlin Agustini | Fotografer: Instituters | Desain Visual & Tata Letak: Maulana Ali Firdaus | Desain Sampul: Maulana Ali Firdaus | Infograf ik: Maulana Ali Firdaus, Muhamad Silvansyah S. M. | Penyelaras Bahasa: Muhammad Silvansyah Syahdi M., Nurul Dwiana, Rizki Dewi Ayu, Sef i Raf iani, Ika Titi Hidayati, Herlin Agustini.* *Setiap reporter Institut dibekali dengan tanda pengenal serta tidak dibenarkan memberi insentif dalam bentuk apapun kepada reporter Institut yang sedang bertugas!


Edisi LXV

LAPORAN KHUSUS 3

NOVEMBER 2020

Telusur Surat Perintah untuk Dema PTKIN

nolak Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 dan pasal bermasalah di Undang-Undang Cipta Kerja. “Kita tidak pernah menerima wujud surat tersebut, bahkan kita mengetahui dari rekan-rekan media,” terang Onky pada Rabu (11/11). Kordinator Tim Pusat Advokasi dan Gerakan Dema PTKIN Ahmad Rivaldi membenarkan bahwa terkait penunjukan sembilan perwakilan, dirinya menyarankan agar diambil dari setiap perwakilan daerah. Terkait mekanismenya, ia mendiskusikan dengan kordinator pusat yang dirasa mewakili setiap pulau di Indonesia Terbitnya surat perintah dari Staf Khusus Presiden “Karena dibatasi jumlahnya dan dengan beberapa pertimbangan, untuk Dema PTKIN memicu pelbagai polemik. akhirnya sembilan orang inilah Menyangkal tuduhan itu, Koordinator Pusat yang kemudian mewakili Dema mengaku tak pernah menerima surat tersebut. PTKIN,” Tutur Ahmad Rivaldi, urat Perintah yang dike- PTKIN Se-Indonesia, Ketua Minggu (22/11). luarkan oleh Staf Khusus Dema Universitas Islam Negeri Pelaksana Tugas (Plt) Ketua (Stafsus) Presiden Repub- (UIN) Malang, Ketua Dema UIN Dema UIN Syarif Hidayatullah lik Indonesia Aminud- Yogyakarta, Ketua Dema UIN Jakarta Ari Wibowo secara tegas din Ma’ruf menjadi polemik di Semarang, Ketua Dema UIN menolak isi dari surat tersebut. masyarakat khususnya kalangan Banten, Ketua Dema UIN Ma- menurutnya surat tersebut memahasiswa. Di dalam Surat Pe- kasar, Ketua Dema Institut Aga- rendahkan harkat martabat marintah tersebut, Stafsus Presiden ma Islam Negeri (IAIN) Metro hasiswa. “Sejatinya sebagai maAminuddin Ma’ruf memerintah- Lampung, Ketua Dema IAIN Ja- hasiswa kita adalah mitra kritis kan Dewan Eksekutif Mahasiswa yapura Papua, serta Ketua Dema bukan sebagai atas bawah seperti (Dema) Perguruan Tinggi Kea- IAIN Samarinda. halnya organisasi,” ujar Ari, Rabu gamaan Islam Negeri (PTKIN) Korpus Dema PTKIN (11/11). Ari juga menambahkan Se-Indonesia untuk menghadiri Se-Indonesia Onky Fachrur Ro- bahwa pihaknya, akan membawa pertemuan di Gedung Wisma Ne- zie menyangkal hal tersebut, ia surat tersebut ke Ombudsman kagara, Jakarta dalam rangka penye- mengaku tidak mengetahui ada- rena surat tersebut salah dari segi rahan rekomendasi sikap terkait nya surat perintah. Menurut Onky formil. Pihaknya juga menuntut Omnibus Law. kedatangannya ke Istana merupa- Korpus Dema PTKIN untuk berHanya terdapat sembilan per- kan balasan dari surat terbuka tan- tanggung jawab akan hal tersebut. wakilan dari Dema PTKIN yang tangan dialog kepada pemerintah Ketua Dema UIN Sunan Gudiundang, di antaranya adalah pusat. Di dalam dialog tersebut, nung Djati Bandung Malik Fajar Kordinator Pusat (Korpus) Dema Dema PTKIN secara tegas me- Ramadhan mengecam tindakan

S

Dema PTKIN yang menghadiri dan memenuhi surat perintah tersebut. Ia juga menambahkan bahwa secara substansial surat tersebut sudah salah. Pihaknya dengan tegas menyatakan bahwa UIN Bandung tidak terlibat dalam agenda yang dilakukan oleh Dema PTKIN. Ia juga menuturkan bahwa pihaknya tidak merasa diwakili oleh sembilan perwakilan dari Dema PTKIN tersebut. Menanggapi hal tersebut salah satu Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh Dede Adistira angkat bicara, menurutnya pihak internal PTKIN tidak melakukan koordinasi dan komunikasi secara keseluruhan bersama kawan kawan Dema PTKIN yang lain. Ia mengaku pihak UIN Arraniry juga tidak mengetahui secara persis adanya pertemuan tersebut. “Untuk saat ini kami mencoba berprasangka baik dulu sebelum memang ada jawaban yang pasti daripada pihak-pihak yang terlibat dalam pertemuan tersebut,” ungkap Dede, Selasa (17/11). Mahasiswa jurusan Perbandingan Mazhab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Alif Fachrul Rachman mengungkapkan bahwa ada beberapa kekeliruan dengan asas legalitas wewenang dalam hukum administrasi negara. Menurutnya surat perintah yang dikeluarkan oleh stafsus tidak memiliki dasar hukum. Dalam hal pengeluaran surat perintah hanya dapat dilakukan oleh seorang atasan terhadap bawahannya, bukan dari Stafsus Presiden yang tidak memiliki hu-

bungan apa-apa dengan Dema PTKIN di Indonesia. “Hal ini sangat bertentangan secara administrative,” jelasnya, Sabtu (21/11). Terkait unsur politis mengenai surat perintah tersebut, Alif menuturkan bahwa jika ditilik secara rasional masyarakat awam akan berspekulasi bahwa surat yang dikeluarkan tersebut bersifat politis. Mengingat dalam surat perintah tersebut perwakilan Dema PTKIN yang dipanggil memiliki latar belakang organisasi yang sama dengan Wakil Presiden Aminuddin Ma’ruf. Menurutnya hal tersebut memiliki kepentingan tertentu, kendati tidak secara terang-terangan namun hal tersebut diumbar. “Potensi terdapat politik praktis dimungkinkan,” ungkapnya, Sabtu (21/11). Adapun Mahasiswa UIN Alauddin Makassar Muhammad Fathurahman Pratama turut menyatakan tidak setuju dengan apa yang terjadi, seharusnya Stafsus milenial mengeluarkan surat yang berisi undangan agar proses jalannya demokrasi berlangsung baik bukan malah surat perintah. “Jika itu surat undangan, dengan begitu kita dapat memberikan saran atau masukan maupun dukungan kepada pemangku kebijakan,” pungkasnya, Senin (16/11).

an Covid-19 pemerintahan Trump turut berimbas pada kehidupan mahasiswa internasional. “Di lain sisi sudah ada negara yang aman (dari Covid-19),” tuturnya, Jumat (20/10). Meski begitu, kemenangan Biden di Pilpres lalu nampaknya sedikit membawa angin segar. Sebab, menurut Savanna, pemerintahan Biden diprediksi akan lebih menguntungkan bagi mahasiswa internasional, maupun mereka yang berniat melanjutkan studinya ke Amerika. “Kalau kita bandingkan dengan Trump (pemerintahan Joe Biden) akan jauh lebih menguntungkan banyak orang, termasuk mahasiswa internasional,” ucapnya, Jumat (20/10). Hal itu pun memicu berbagai wacana mengenai perubahan kebijakan antara pemerintahan Trump dan Biden, yang mana telah diprediksi pakar -pakar hubungan internasional. Salah satu alasannya adalah karena terdapat beberapa perbedaan prinsipil antara Partai Demokrat—pengusung Joe Biden, dan Partai Republik—pengusung Donald Trump. Sejauh ini Partai Demokrat memiliki sikap yang lebih diplomatis ketimbang rivalnya Partai Republik yang represif. Hal

ini sebagaimana diungkapkan Pakar Hubungan Internasional UIN Jakarta, Nazaruddin Nasution. Mantan Wakil Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Amerika Serikat ini memprediksi, nantinya Presiden Joe Biden juga akan mengikuti garis kebijakan pendahulunya dari Partai Demokrat—Barrack Obama dan Bil Clinton. Kebijakan Demokrat sendiri biasanya cenderung lebih fokus kepada topik mengenai penegakan Hak Asasi Manusia dan masalah demokrasi. “Partai Demokrat lebih mengedepankan soft power—pendekatan secara diplomasi,” sebut Nazaruddin via saluran WhatsApp, Selasa (24/10). Nazaruddin juga menyoroti pernyataan Joe Biden dalam pidatonya di depan Council on Foreign Relations, yang menyebut bahwa Indonesia adalah mitra Amerika di kawasan Asia-Pasifik. Langkah politiknya itu dinilai Nazaruddin akan menguntungkan bagi negara mayoritas muslim terlebih lagi Indonesia. “Amerika Serikat melihat faktor bahwa Indonesia adalah penting,” pungkasnya, Selasa (24/10).

Aldy Rahman & Amrullah

Menimbang Peluang ke Negeri Paman Sam Kemenangan Joe Biden dinilai membawa angin segar bagi Mahasiswa internasional. Hal ini memicu semangat mereka yang hendak berburu peluang melancong ke Negeri Paman Sam.

R

izfa hampir tak pernah berhenti menatap layar laptop kesayangannya. Di sela-sela kesibukannya menjalani perkuliahan jarak jauh, ia kerap memanfaatkan waktu luangnya dengan berburu peluang beasiswa ke luar negeri. Kelak setelah menamatkan studi S1-nya di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mahasiswi asal Jambi ini berencana melanjutkan studinya ke Negeri Paman Sam—Amerika Serikat (AS). Setiap harinya, pemilik nama lengkap Rizfa Putri Khainayya ini setia mengikuti kegiatan magang maupun seminar online. Ia pun kerap membagi waktunya dengan kegiatan organisasi di luar perkuliahan. Sebab, selain dituntut memiliki kemampuan berbahasa asing, menurutnya, pengalaman magang dan berorganisasi adalah bekal yang wajib dimiliki seorang pemburu beasiswa. Di luar faktor itu, kemenangan Joe Biden atas Presiden Donald Trump di Pemilihan Presiden (Pilpres) AS Oktober lalu pun kian memicu semangat beserta ambisinya. Rizfa mengatakan, di bawah

pemerintahan Biden, Amerika diprediksi akan lebih ramah terhadap pendatang dari luar—khususnya dari negara mayoritas muslim. “(Kemenangan Biden) banyak menguntungkan, apalagi buat Indonesia yang negara mayoritas muslim,” ujarnya saat dihubungi Institut via saluran WhatsApp, Sabtu (21/10). Biden sendiri memang terkenal gemar menarik simpati dari para pemilih muslim. Dalam kampanyenya, ia berjanji akan merangkul sekaligus memberikan rasa aman bagi umat Islam di Amerika. Perbedaan sikap ini amat kontras bila dibandingkan dengan gaya kampanye kubu petahana Donald Trump di Pilpres 2016 lalu. Saat itu, Trump dikenal hobi mengangkat isu sentimental yang kerap menyinggung umat Islam dan kaum imigran. Di bawah kendali Trump, Amerika pun berubah menjadi negara yang sensitif terhadap kaum pendatang. Seperti yang dialami Savanna Odelia, mahasiswi asal Indonesia ini turut menjadi saksi atas ketatnya regulasi yang ia rasakan sela-

ma pemerintahan Trump. Seperti larangan menetap di AS bagi mahasiswa internasional yang kampusnya menerapkan sistem pembelajaran online. Belum lagi, kebijakannya itu sering kali diumumkan secara mendadak. “Sering kali tindakannya dilakukan mendadak dan tanpa pemberitahuan,” keluh

mahasiswi Pepperdine University, California ini, Jumat (20/10). Ia pun terkejut lantaran apa yang dipikirkannya tentang Amerika selama ini nyatanya terlampau jauh dari ekspektasi. Awalnya, ia mengira bahwa Amerika adalah negara yang canggih. Namun realitanya, mereka pun cukup kelimpungan dalam menghadapi pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Buruknya penangan-

Maulana Ali Firdaus


4

Edisi LXV

NOVEMBER 2020

KAMPUSIANA

Pemilwa Kala Pandemi; Apa Kata Mereka? Pemilwa menjadi ajang bergengsi dalam dunia politik kampus dalam menentukan kepemimpinan mahasiswa di masa mendatang. Akan tetapi pelaksanaan Pemilwa di tengah pandemi menorehkan sejarah baru dalam demokrasi

P

emilihan Mahasiswa (Pemilwa) menjadi agenda rutin yang dilaksanakan di setiap kampus untuk memilih calon pemimpin mahasiswa. Pemilwa dilaksanakan untuk menciptakan ruang bagi mahasiswa yang tertarik dalam dunia politik di dalam kampus. Tak terkecuali di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pemilwa tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, jika dulu pelaksanaannya secara langsung di kampus. Namun ajang pemilwa di tengah pandemi saat ini, pelaksanaan dilakukan secara online. Berdasarkan notulensi hasil rapat Komisi Pemilihan Mahasiswa (KPM) dalam rangka persiapan pelaksanaan Pemilwa, pada tanggal 20 November. KPM menetapkan tanggal 30 November adalah pelaksanaan Pemilwa 2020. Pemilwa online tahun ini semakin dekat, hari itu lah yang

ditunggu-tunggu oleh mahasiswa untuk menentukan nasib UIN Jakarta di masa depan. Penyelenggaraan pemilwa di tengah pandemi ini merupakan sebuah perwujudan baru dalam sejarah kontestasi politik mahasiswa yang harus diterima demi berlangsungnya demokrasi kampus. Pemilwa tahun ini dilakukan secara daring menggunakan e-voting, walau pun sebelumnya e-voting juga sudah diterapkan. Namun tetap mempunyai dampak tersendiri bagi mahasiswa dan sangat berpengaruh bagi antusiasme mahasiswa itu sendiri. Seperti halnya mahasiswa ada yang bersemangat dan ada pula yang apatis. Sebagian mahasiswa menyambut baik pemilwa online tahun ini

seperti yang diungkapkan oleh mahasiswa semester lima Fakultas Ilmu Sosial-Ilmu Politik, Adams Pratama. Adams mengungkapkan bahwa setiap ada pelaksanaan Pemilwa dia cukup antusias, karena Pemilwa ini menentukan siapa pemimpin kampus ke depan, “Nasib kampus kita juga ditentukan di sini.” Ungkapnya lewat wawancaranya via WhatsApp, Kamis (12/11). Sama halnya dengan mahasiswa semester tiga Fakultas Ushuluddin, Muhammad Ajril Mually. Ia sangat antusias dalam menyambut Pemilwa tahun ini, karena ini pertama kalinya dia sebagai mahasiswa ikut dalam tahap demokrasi di tingkat kampus, “Karena saya baru semester tiga dan perdana

bagi saya, tentu itu membuat antusias kita semakin tinggi,” Tutur Ajril saat di wawancarai via WhatsApp, Jumat (13/11). Namun tak jarang juga mahasiswa yang apatis dan kurang tertarik dengan Pemilwa online tahun ini, namun mereka juga mengungkapkan alasan mereka. Adams mengatakan bahwa masih banyak mahasiswa yang apatis, namun dia juga tidak menyatakan bahwa itu salah, ”Mungkin menurut mereka Dewan Eksekutif Mahasiswa atau Senat Mahasiswa masih kurang berdampak pada mahasiswa,” ujar Adams saat diwawancara via WhatsApp, Kamis (12/11). Lain halnya dengan mahasiswa semester tujuh Fakultas Adab dan Humaniora, Irfan Abdillah. Saat diwawancara via WhatsApp

Irfan mengatakan bahwasanya Pemilwa di tengan pandemi kurang menjadi perbincangan di kalangan mahasiswa, “Karena adanya wabah pandemi, pemilwa tidak sehangat tahun-tahun sebelumnya,” Jelas Irfan saat di wawancarai via WhatsApp, Jumat (13/11). Dalam wawancara itu Irfan juga menambahkan bahwa pelaksanaan Pemilwa di tengah pandemi ini menjadi pelajaran bagi para peserta kontestasi beserta timnya. Karena mereka harus bisa lebih kreatif memperjuangkan apa yang telah direncanakan, serta menyusun strategi ampuh agar bisa memenangi persaingan kepentingan. Adapun mahasiswa baru, tidak sedikit dari mereka yang tidak paham betul tentang Pemilwa dan masih bertanya-tanya. Hal ini diakui oleh mahasiswa semester satu Fakultas Ushuluddin, Arika Nurfitriah. Arika merasa belum paham betul tentang Pemilwa online ini, Siapa saja kandidatnya, bagaimana sistemnya, bahkan pelaksanaannya pun ia tidak tahu, “Dan masih banyak lagi pertanyaan berkecamuk di fikiran saya.” Jelas Arika lewat wawancaranya via Online, Jumat (13/11).

membuat perubahan jangan tunduk terhadap kenyataan, asalkan kau yakin di jalan yang benar maka lanjutkan. Kalau ingin

- Abdurrahman Wahid -

Amrullah


Edisi LXV

JAJAK PENDAPAT 5

NOVEMBER 2020

Tingkat Antusiasme Mahasiswa dalam Pemilwa 2020

P

emilihan Mahasiswa (Pemilwa) menjadi agenda rutin yang dilaksanakan setiap kampus di negeri ini, tak terkecuali Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini menjadi ajang pembelajaran panggung demokrasi, khususnya bagi mahasiswa yang tertarik dalam dunia politik. Namun yang berbeda pada Pemilwa tahun ini adalah pelaksanaannya dilakukan secara daring. Penyelenggaraan Pemilwa di tengah pandemi ini merupakan sebuah perwujudan baru dalam sejarah kontestasi politik mahasiswa. Karena untuk pertama kalinya seluruh rangkaian Pemilwa

dilaksanakan secara online walau di tahun sebelumnya, pengambilan suara juga pernah dilakukan secara daring. Berdasarkan notulensi hasil rapat Komisi Pemilihan Mahasiswa (KPM) dalam rangka persiapan pelaksanaan Pemilwa 2020. Setelah dilakukannya perubahan timeline Pemilwa, KPM menetapkan tanggal 30 November adalah pelaksanaan E-voting Pemilwa 2020. Namun apakah Pemilwa tahun ini mendapat sambutan baik dari mahasiswa? Seberapa antusiasnya mahahasiwa ikut berpartisipasi dalam pemilihan ini. Maka dari itu, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut UIN Jakarta

melakukan jajak pendapat untuk mengetahui semangat dan antusias mahasiswa dalam menyambut pesta demokrasi tahun ini. Jajak pendapat ini dilakukan mulai tanggal 17 hingga 22 November dengan jumlah responden sebanyak 146 orang. Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan, ternyata Pemilwa bukanlah sesuatu yang asing di telinga mahasiswa. Karena sejumlah 87,5% mahasiswa mengetahui apa itu Pemilwa. Walaupun sebanyak 12,5% sisanya tidak mengetahui atau belum kenal dengan kegiatan Pemilwa ini. Dalam rangka sosialisasi Pemilwa sendiri, ternyata dari pilihan semua responden hanya 33,1%

yang mengetahui adanya sosialisasi Pemilwa dari pihak kampus. Sedangkan sebanyak 42,1% menyatakan tidak ada sosialisasi, baik dari pihak universitas, fakultas, maupun program studi atau jurusan. Bahkan sejumlah 24,8% tidak mengetahui tentang hal itu. Adapun para mahasiswa juga menilai kinerja Senat Mahasiswa (Sema) UIN Jakarta dalam mengemas Pemilwa tahun ini. Dari hasil survei yang kami kumpulkan hanya sekitar 22,9% responden yang menganggap kinerja Sema UIN Jakarta baik. Adapun sebanyak 32,6% menganggap kinerja Sema sudah cukup. Sedangkan persentase kinerja Sema kurang baik lebih tinggi jumlahnya dibanding

kinerja Sema baik yakni sebesar 29,9% dan sebanyak 14,6% sisanya berpendapat lain. Namun tampaknya Pemilwa tahun ini kurang mendapat antusias dari mahasiswa UIN Jakarta sendiri. Karena tingkat antusiasme mahasiswa terhadap Pemilwa 2020 tidak sampai 50%. Hanya sejumlah 36,6% yang menyambutnya dengan sangat antusias. Bahkan yang menganggap Pemilwa online tahun ini biasa saja persentasenya mendominasi, yakni sebanyak 56,6%. Sedangkan 6,9% sisanya menyatakan tidak tertarik. Herlin Agustini


6

Edisi LXV

NOVEMBER 2020

INFOGRAFIK


Edisi LXV

NOVEMBER 2020

PERJALANAN

Pesona Belantara di Ujung Timur Pulau Jawa Seperti namanya, Alas Purwo memiliki arti Hutan Pertama. Tak hanya misterius, Alas Purwo juga menawarkan keindahan alam yang sayang untuk dilewatkan.

M

embahas kekayaan serta keindahan alam wilayah Jawa Timur memang tiada habisnya. Seperti salah satu kabupaten yang terletak di provinsi tersebut, yakni Banyuwangi ternyata menyimpan segudang surga tersembunyi. Daerah yang tepat berada di penghujung timur Pulau Jawa ini juga dijuluki ‘Sunrise of Java’. Bukan sekadar gelar, Banyuwangi memang memiliki beragam wisata yang memanjakan mata. Sebut saja Kawah Ijen, Pantai Pulau Merah dan Taman Nasional Alas Purwo. Berbicara mengenai Alas Purwo, ketika orang mendengar tempat tersebut pasti kesan yang melekat adalah hal mistis beserta kisah misterinya. Tidak dapat dipungkiri hutan yang berstatus sebagai taman nasional ini memang menjadi hutan tertua di Pulau Jawa. Namun, menyampingkan hal-hal magis yang terdapat di sana, Alas Purwo dapat dijadikan destinasi yang wajib dikunjungi ketika berada di Banyuwangi. Dari Jakarta, perjalanan menuju Alas Purwo dapat ditempuh dengan jalur udara menuju Bandar Udara Internasional Banyuwangi. Selain dengan mengunakan pesawat udara, perjalalan ke Banyuwangi juga bisa ditempuh dengan perjalanan darat seperti menggunakan Bus atau Kereta Api. Hanya saja, waktu tempuh akan lebih lama jika menggunakan transportasi darat. Untuk mencapai objek wisata Alas Purwo, wisatawan dapat melanjutkan dengan moda transportasi kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari pusat kota wisatawan harus menempuh sekitar dua jam perjalanan untuk sampai di pintu masuk Taman Nasional yang berada di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo ini. Suasana seram langsung dira-

sakan ketika pertama memasuki kawasan Alas Purwo. Pohon-Pohon besar ditambah dengan suara hewan yang saling bersautan cukup membuat bulu kuduk merinding. Meskipun berada di tangah hutan belantara, di tengah Pandemi Covid-19 pengelola Taman Nasional Alas Purwo juga menyediakan fasilitas tempat cuci tangan. Setelah mencuci tangan, hanya dengan membayar tiket sebesar Rp5000 per orang maka pengunjung bisa langsung menikmati keindahan Alas Purwo. Tidak hanya hutan dengan pepohonan yang rimbun saja, Taman Nasional Alas Purwo pun menyuguhi objek wisata berupa Padang Savana Sadengan. Di savana tersebut, pengunjung dapat seolah merasakan suasana khas Afrika. Dengan rerumputan yang membentang luas dan hewan liar yang berkumpul mencari makan menjadikan pengalaman serasa di Afrika semakin nyata. Dari pintu masuk Taman Nasional, pengunjung hanya perlu waktu sekitar dua kilometer menyusuri rimbunnya hutan dengan pepohonan yang menjulang tinggi untuk sampai ke Padang Savana ini. Di area Padang Savana, satwa liar seperti sapi, banteng, rusa dan merak dibiarkan berkeliaran secara bebas. Namun, pengunjung tidak serta merta dapat melihat satwa liar tersebut secara dekat. Pengelola juga membuat pagar pembatas karena pengunjung tidak diperkenankan memasuki area savana tanpa didampingi petugas. Hal itu dilakukan demi melindungi satwa liar dan keselamatan pengunjung. Tapi jangan khawatir, pengunjung dapat menikmati pemandangan dari sebuah menara pandang berlantai tiga yang disediakan. Setelah puas menikmati objek wisata Sadengan, pengunjung dapat langsung melanjutkan ke pantai Pancur. Dari Sadengan ke

Pantai Pancur, pengunjung akan menemukan hutan yang lebat membentang sepanjang jalan baraspal. Lebatnya hutan ditambah pepohonan bambu yang saling bergesekan menciptakan suara yang khas. Tak mustahil jika ada hewan buas yang sedang mengawasi dibalik rimbunya Hutan. Pantai Pancur merupakan pos pemberentian terakhir di Taman Nasional Alas Purwo, Pantai Pancur memiliki pasir putih dan sedikit berbatu. Bagi pengunjung yang ingin mengunjungi Taman Nasional Alas Purwo disarankan untuk datang ketika pagi hari agar dapat menikmati beragam objek wisata didalamnya. Apalagi Taman Nasional Alas Purwo tutup pada pukul empat sore dan ketika tutup pengunjung harus segera meninggalkan lokasi. Tentunya karena suasana di kawasan hutan sangat gelap dan berbahaya mengingat banyaknya hewan liar. Salah satu pengunjung Taman Nasional Alas purwo Dian Annisa mengaku sangat puas karena sekarang ini Taman Nasional Alas Purwo sudah menerapkan Protokol Kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Seperti fasilitas tempat cuci tangan dengan sabun dan air yang bersih. Ia juga berharap kedepannya, wisatawan turut menjaga keasrian Taman Nasional Alas Purwo dengan tidak membuang sampah sembarangan.�Semoga makin banyak wisatawan, mereka juga harus menjaga lingkungan dan berkunjung dengan sopan� ujar Dian Annisa (8/11). Aldy Rahman

7


8

Edisi LXV

NOVEMBER 2020

OPINI

Semangat Mahasiswa Baru Terbentur oleh Pendidikan Jarak Jauh

C

ovid-19 di Indonesia menuangkan banyak kisah, banyak cerita yang baru di Indonesia, dari hilangnya nyawa para pejuang garda terdepan sampai masyarakat yang sedang berjuang menerjang kerasnya kehidupan, masker yang berkamuflase menjadi satwa langka, ditiadakannya sebagian ujian nasional, sampai pembelajaran yang berevolusi menjadi pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi masa kini, terlepas dari kontroversi dari virus ini sendiri tentang diduga adanya “konspirasi” dari elite global maupun tidak, yang paling disoroti adalah efektifitas dari pembelajaran jarak jauh yang sampai sekarang masih diberlakukan. Keputusan ini memang sangat menimbulkan pro dan kontra pada khalayak ramai, bagaimana tidak pelaksanaan ini bersamaan dengan masuknya para mahasiswa baru dan di wisudanya para mahasiswa yang telah menyelesaikan studi, yang sebenarnya ini menjadi momentum, bagi mahasiswa baru ini adalah sebuah kebahagian tersendiri dengan mengawali perjuangan baru di perguruan tinggi yang sebagian di terima di universitas impiannya, dan bagi wisudawan ini adalah momen sakral bagi mereka karena merupakan pesta dari perjuangan yang sangat dinantikan, tetapi momentum itu terganjal oleh kebijakan pembelajaran jarak jauh. Bagi mahasiswa baru keadaan seperti ini juga bisa menjadi batu penghalang untuk berbicara lebih banyak di dunia kampus,

Oleh: Syahril Wahyu Firmansyah*

mereka seperti kehilangan sebagian atmosfer sebagai penyandang gelar mahasiswa baru, hilangnya gairah sebagai mahasiswa, di mana mereka harus mengawali perjuanagan harus dari rumah. Kebijakan pembelajaran jarak jauh didasari kuat karena pembelajaran tatap muka ditakutkan menimbulkan klaster baru covid-19, tetapi perlu diketahui bahwa mahasiswa bukan hanya dari kota, banyak dari mereka yang tinggal di daerah pedesaan, pelosok, yang

tentunya sering terkendala koneksi internet. Perlu menjadi catatan bahwa pembelajaran jarak jauh sungguh tidak efektif. Pemerataan dalam segi bantuan kuota terhadap mahasiswa juga sangat dipertanyakan, banyak kampus seperti PTKIN yang dibawah naungan kementrian agama yang tidak menerima bantuan kuota, tidak adanya potongan UKT kepada mahasiswa oleh pihak kampus, padahal tidak sedikit keluarga dari mahasiswa yang terdampak badai PHK

EDITORIAL

Balada Ada Praduga

A

kun Instagram UIN Jakarta Watch @ uin_watch muncul sejak Selasa (17/11) lalu dengan slogan “Bersama kita awasi dan cegah tindakan kesewenang-wenangan serta melanggar hukum di kampus kita tercinta”. Pada Jumat (20/11), mereka mempublikasikan siaran pers atas dugaan penyimpangan, pemalsuan keterangan, penyalahgunaan kewenangan, dan korupsi terhadap Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Siaran pers tersebut kemudian turut diliput oleh beberapa media, antara lain akurat.co, indopolitika.com, beritaindonesia.id, lead.co.id, serta janoerkoening.com.

Namun bak bukan kepentingan umum, seakan tak ada pinsip cover both side karena tak terdapat keterangan atau klarifikasi dari pihak yang dilaporkan terkait kasus tersebut. Barulah kemudian pada Minggu (22/11), Akurat.co menerbitkan tajuk “Klarifikasi Panitia Pembangunan Asrama Mahasiswa UIN Atas Dugaan Korupsi”. Singkatnya, berita tersebut berisi kronologi pelaksanaan pembangunan gedung sesuai lampiran yang didapat dari Ketua Panitia Pembangunan Asrama Mahasiswa UIN Jakarta Mundzier Suparta. Lampiran tersebut awalnya digunakan oleh Suparta sebagai penjelasan kepada

Menteri Agama Republik Indonesia terkait awal mula proses pembangunan gedung. Akan tetapi karena isu yang beredar, ia pun memberikan lampiran tersebut kepada media-media yang menghubunginya, termasuk Koran Sindo dan Institut (per 28 November 2020). Hingga saat ini, belum ada kelanjutan dari pelaporan yang dilakukan oleh UIN Jakarta Watch. Namun, sedikit banyak pelajaran yang dapat dipetik, pengguna sosial media harus bijak menyaring informasi yang mengalir cepat. Pengguna sosial lagi-lagi harus bisa memilih sumber informasi yang kredibilitasnya dapat dipertanggungjawabkan.

karena covid-19. Faktor-faktor tersebut sebetulnya sudah cukup untuk memperkuat argumentasi terhadap tidak efektifnya pembelajaran jarak jauh bagi mahasiswa khususnya mahasiswa baru yang sangat menganggu proses belajar mengajar. Memang sisi positif dari kebijakan ini bisa menjadi suatu kemajuan bagi pendidikan karena bisa memanfaatkan teknologi yang sudah berkembang, tetapi juga tidak melupakan dampak ne-

gatif dari pemanfaatan teknologi untuk pendidikan di masa seperti ini. Faktor lain yang bisa kita lihat adalah banyaknya mahasiswa yang mengeluh akan tugas yang seperti magnet bagi mahasiswa, padahal penjelasan dari dosen terkadang sulit masuk karena pembelajaran yang dilakukan dengan jarak jauh. Perhatian pemerintah sangat diharapkan akan hal ini, karena bukan hanya ekonomi yang harus dipulihkan melainkan pendidikan juga sangat perlu segera dipulihkan, karena banyak juga sumber ekonomi yang dihasilkan dari pendidikan. Mental dari mahasiswa juga harus menjadi perhatian lebih bagi pemerintah, karena tidak sedikit dari mahasiswa yang tertekan dengan pembelajaran jarak jauh ini, merasa bahwa mereka hanya dicekoki tugas tanpa ada subsidi ilmu baru. Pemerintah jangan sampai egois dengan memaksakan kebijakan ini hingga terus berlanjut tanpa ada kejelasan kebijakan ini kapan dihentikan. Alangkah lebih baik pembelajaran segera dilakukan tatap muka dengan syarat standar protokol kesehatan harus diterapkan di semua institusi pendidikan dengan begitu pendidikan bisa berjalan normal dan pencegahan covid-19 tetap berjalan.

*Penulis merupakan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester pertama


Edisi LXV

NOVEMBER 2020

KOLOM

9

Mata Air Gus Dur Oleh: Muhammad Siswanto*

...atas perjuangannya itu, ia dianugerahi sebagai Bapak Pluralisme Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai suatu penghormatan pada ide-ide tentang multikulturalisme dan kemajemukan identitas baik suku, agama, etnik dan budaya.

D

esember menjadi bulan penting untuk mengenang kembali wafatnya KH. Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur. Salah seorang mantan presiden Republik Indonesia keempat dari tahun 1999-2001. Ia merupakan tokoh penting dalam penegakan hak asasi manusia, pembela minoritas dan pejuang demokrasi. Gus Dur menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Rabu, 30 Desember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM) Jakarta. Kematiannya menjadi duka bagi bangsa Indonesia dan segenap rakyat pecintanya. Sebab selama hidupnya Gus Dur memang sangat dekat sekali dengan banyak tokoh bangsa, ulama, bahkan sampai tukang becak. Kepulangan Gus Dur menjadi mendung atas segenap cita-cita luhurnya untuk selalu merawat nilai-nilai kemanusiaan dan keindonesiaan. Atas perjuangannya itu, ia dianugerahi sebagai Bapak Pluralisme Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai suatu penghormatan pada ide-ide tentang multikulturalisme dan kemajemukan identitas baik suku, agama, etnik dan budaya. Tentu, penganugerahan ini bukan tanpa alasan, melainkan sebagai suatu penghormatan setinggi-tingginya atas tanda jasa yang telah ia perjuangkan. Kita tahu pada era Orde Baru, distorsi terhadap perbedaan pendapat, keyakinan dan budaya sangatlah kuat. Misalnya dalam Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia, Leo Suryadinata menyebutkan bahwa pada tahun 1966, Soeharto menetapkan kebijakan asimilasi untuk warga etnis Cina di tanah air. Kebijakan ini menerapkan penggantian nama orang-orang etnis Cina untuk mengganti nama mereka menjadi nama yang berlafal Indonesia. Penggantian ini memang tidak diwajibkan, akan tetapi seolah ada suatu paksaan oleh rezim penguasa dengan dalih sebagai bukti kesetiaan atau identifikasi diri bagian bangsa Indonesia. Orde Baru juga melarang pendirian tempat ibadah pemeluk Khonghucu, dengan dikeluarkannya instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan dan adat istiadat etnis Cina. Aturan ini berkalu terhadap agama-agama lokal selain agama resmi yang ditetapkan oleh pemerintah. Gus Dur sangat geram terhadap otoritarianisme dan aturan-aturan diskriminatif, ini menjadi tombak menguatnya politik identitas pada era itu. Ia melakukan perlawanan dengan cara melakukan konsolidasi terha-

dap banyak pihak untuk melawan dan protes terhadap kesewenang-wenangan. Dan kemudian terbentuklah Forum Demokrasi (Fordem), yaitu forum kaum intelekual yang melakukan perlawan terhadap Orde Baru. Pada forum ini Gus Dur merupakan kunci bergeraknya agenda-agenda melawan sektarianisme, terdapat juga tokoh-tokoh lain yang berperan penting dalam konsolidasi di antaranya: Marsillah Simajuntak, Rahman Tolleng, Bondan Gunawan, Franz Magnis Suseno, Awad Bahason dan Todung Mulya Lubis. Keberadaan Fordem tidak dapat dipisahkan dari peran Gus Dur, di satu sisi forum ini sebagai mimbar intelektual yang berseberangan dengan Orba kala itu. Singkatnya, pasca Orde Baru tumbang terjadilan reformasi dan pergantian kepemimpinan. kemudian Gus Dur terpilih menjadi presiden dan dilantik pada 20 Oktober 1999, yang pada waktu itu Indonesia dalam keadaan terpuruk akibat krisis ekonomi 1998. Kondisi negara juga sedang tidak stabil pasca Soeharto dilengserkan Pada tahun 2000 Gus Dur mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 6 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina. Keputusan ini menjadi angin segar bagi terwujudnya kesetaraan dan demokrasi di Indonesia. Atas jasanya itu, Gus Dur diberikan gelar “Bapak Tionghoa” di Kelenteng Tay Kak Sie, Semarang tahun 2004. Penghargaan ini disematkan atas perjuangannya membela kaum minoritas dan kebebasan berekspresi setelah sekian lama terjadi pembungkaman terus menerus. Ini sebagai tanda bahwa ketokohannya menjadi tauladan bagi pemimpin-pemimpin setelahnya. Bulan Gus Dur Setiap bulan Desember dikenal sebagai “Bulan Gus Dur”, penyematan ini tentunya sebagai suatu alasan untuk membingkai dan merawat apa yang telah Gus Dur wariskan terhadap bangsa ini. Suatu cara untuk mengenang dan menjadi ruang temu untuk bersama-sama mewarat kebhinekaan, menegakkan hak asasi manusia, penguatan supermasi hukum, internalisasi nilai agama dan budaya, menjunjung demokrasi dan multikulturalisme di Indonesia. Pengenalan ini menjadi penting untuk digelorakan sebagai upaya titik temu dalam menjaga keseimbangan dan merumuskan cita-cita Indonesia kedepan. Sehingga terwujudnya kesejahteraan masyarakan serta ekosistem sosial-politik yang sehat, bukan hanya seremonial-

nya saja. Kita tahu ada banyak tokoh dunia yang selalu dikenang atas peninggalannya. Misalnya: Abraham Licoln, mantan Presiden Amerika Serikat ke-16 yang memperjuangkan perdamaian dan menghapus perbudakan di negaranya. Ada juga Mahatama Gandhi, pemimpin gerakan anti-kekerasan India, ia mengispirasi untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan mempromosikan perdamaian antara umat Muslim dan Hindu. Dan tak lupa juga Nelson Mandela, seorang Presiden berkulit hitam pertama di Afrika Selatan pada tahun 1994 – 1999. Ia melakukan advokasi tanpa kekerasan untuk mengubah hukum apartheid, yaitu su-

atu sistem pemisahan berdasarkan ras, agama dan kepercayaan, diskriminasi etnis dan pemisahan kelas sosial, di mana kelompok mayoritas mendominasi kelompok minoritas. Sebagai upaya untuk merawat perjuangan itu, kiranya penting bagi kita menjunjung “Bulan Gus Dur” sebagai sarana merawat dan meneladani warisan perjuangan yang telah Gus Dur lakukan. Tentu bangsa Indonesia harus bangga bahwa terdapat tokoh berpengaruh dunia yang telah mengispirasi kita semua. Ini merupakan teladan, bukan ‘kultus’ terhadap perseorangan. Jika kita melihatnya sebagai suatu cara untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Merawat Warisan Usia Indonesia akan mencapai 100 tahun pada 2045 mendatang. Dalam sebuah riset bahwa pada tahun 2020-2045, angka usia produktif mencapai puncaknya. Yaitu usia 15-64 tahun lebih tinggi dibandingkan usia dibawah 14 tahun dan atau diatas 64 tahun. Angka produktif ini menca-

pai 70% dari total keseluruhan penduduk Indonesia, sedangkan 30% lainnya usia non-produktif. Hal ini akan berdampak apabila bonus demografi dapat dipersiapkan secara matang, sehingga tercapai sumber daya manusia yang berkualitas. Sebagai generasi muda yang akan mengisi ruang-ruang menuju Indonesia emas tahun 2045 itu. Mulai dari dini harus mempersiapkan segala kemungkinan sebagai jembatan mencapai kesana, di antaranya merawat kerukunan, kehidupan harmonis, menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan Pancasila serta hal-hal yang penulis sebutkan sebelumnya. Ini sangat penting sebagai formula awal menyongsong masa depan yang dicita-citakan. Gus Dur telah mewariskan sebuah prinsip “vocabularies of motive” keragaman sebagai motif dalam sebuah tulisannya. Gagasan ini dinukil oleh Gus Dur dari buku “Weber and Islam” karya Bryan S. Turner, salah satu guru besar sosiolog Inggris. Gus Dur mencoba membangun suatu kerangka perubahan

sosial dengan menguatkan sekat-sekat perbedaan sebagai upaya mencapai tujuan. Bahwa perubahan sosial itu tidak mesti dilakukan dengan revolusi atau pergantian kekuasaan. Gus Dur memberikan gagasan yang elegan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia. Bagi Gus Dur, Indonesia yang majemuk ini harus mampu dirawat. Perbedaan bukanlah sekat dalam membangun kerjasama, justru sebagai modal utama dalam membangun bangsa. Perlakuan adil terhadap sesama, menghapus diskriminasi terhadap minoritas, menjunjung tinggi hak asasi manusia dan lain sebagainya merupakan upaya-upaya yang dicanangkan oleh Gus Dur. Akhirnya kita sampai pada apa yang telah Gus Dur wariskan terhadap bangsa ini, bahwa cara terbaik menghargai dan menghormati tokoh adalah dengan melanjutkan perjuangannya secara sungguh-sungguh. *Penulis merupakan Koordinator Jaringan GUSDURIan Ciputat


10

Edisi LXV

NOVEMBER 2020

BELAJAR TAK KENAL TEMPAT

TUSTEL

Foto oleh Eliza Yunia Rahmah, KMF Kalacitra

B

angunan sederhana tanpa pondasi itu adalah ruang belajar bagi mereka yang tak bisa mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Di bawah kokohnya jembatan layang mereka bisa belajar satu dan lain hal. Walau berkecimpung dalam hiruk pikuk pasar bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk terus belajar demi menggapai cita. Sebagaimana anak-anak pada umumnya yang mengenakan seragam merah putih dan pergi ke sekolah, mereka juga belajar dengan senyum ceria. Meskipun peruntungan mereka berbeda, anakanak dari Taman Baca Kolong begitu antusias dengan buku yang mereka baca lembar demi lembar. Aneka buku serta fasilitas yang tersedia tak kalah menyenangkan dari sekolah. Mereka yang akan menjadi penerus bangsa pantas mendapat pendidikan yang layak tanpa melihat dari tingkat ekonomi keluarga atau dari kalangan mana anak-anak itu berasal. Seharusnya pendidikan ialah hak yang bisa didapat tanpa pandang bulu bagi seluruh masyarakat. Teks oleh Nurul Dwiana, LPM Institut


Edisi LXV

WAWANCARA 11

NOVEMBER 2020

Menakar Kepemimpinan

KILAS

Biden

K

Bantuan Subsidi Kuota Kemenag untuk PTKI

D

irektorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) akan memberikan bantuan paket data internet untuk mendukung Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) se-Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Direktur PTKI Suyitno dalam Rapat Koordinasi Virtual pada Senin (9/11).

hasiswa memiliki 3 menu utama, yaitu Beranda, Dashboard, dan Login. Laman web untuk memulai aplikasi verval ponsel mahasiswa bisa dilakukan dengan membuka tautan http:// emisdep.kemenag.go.id/eponsel-ptki/. Hingga dengan tanggal 9 November 2020 data verivikasi dan validasi nomor ponsel mahasiswa baru mencapai 592.725 orang (separuh dari total jumlah mahasiswa).

Mekanisme bantuan paket data diawali dengan verifikasi dan validasi (verval) data dan nomor ponsel mahasiswa yang dilakukan Bagian EMIS. Verval dilakukan untuk memastikan validitas data nomor ponsel mahasiswa pada PTKI sebagai dasar dalam penyaluran bantuan kuota data internet. Data mahasiswa sendiri bersumber dari data EMIS Semester Genap Tahun Akademik 2019/2020. Untuk data Mahasiswa Baru pada Tahun Akademik 2020/2021 dapat dilakukan proses pada tahapan selanjutnya. Aplikasi verval ponsel ma-

Menurut Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Masri Mansoer, pihaknya sangat menyambut baik dengan adanya subsidi kuota dari Kementerian Agama (Kemenag). Masri berharap agar tahun selanjutnya pihak Kemenag turut memberikan bantuan kuota kembali kepada mahasiswa di PTKI. “Saya berharap tahun selanjutnya Kemenag mengadakan bantuan kuota internet bagi mahasiswa,” ungkap Masri via WhatsApp, Jumat (20/11). Ika Titi Hidayati

ekalahan Donald Trump di Pemilihan Umum (Pemilu) Amerika Serikat (AS) 2020 menandakan sinyal ketidakpuasan publik AS terhadap pemerintahan Trump. Kebijakannya yang tak lepas dari kontroversi hingga menuai kritik dari masyarakat mewarnai periode pertamanya sebagai Presiden AS. Akibatnya, Ia terpaksa menerima pil pahit setelah dipecundangi Joseph Robinette Biden (Joe Biden) dengan margin suara elektoral sebanyak 306 berbanding 232 suara. Kemenangan Joe Biden pun dinilai membawa babak baru bagi Amerika Serikat sekaligus dunia internasional. Pria kelahiran Pennsylvania ini nantinya akan didaulat sebagai Presiden AS ke-46 pada Januari 2021, menyusul kekalahan rival petahananya, Donald Trump. Segelintir wacana mengenai kebijakan politik AS di tangan Joe Biden pun telah diprediksi pakar-pakar politik internasional. Diskursus mengenai dinamika politik AS tak melulu soal kontestasi antara nama-nama kandidat presiden. Sejauh ini, raksasa politik AS seperti Partai Demokrat dan Partai Republik juga turut mengambil peranan dalam setiap keputusan yang dikeluarkan presiden. Di lain sisi, nama Indonesia pun nampaknya takkan pernah lepas dari hegemoni beserta pengaruh kebijakan luar negeri AS, tak terkecuali di era kekuasaan Biden nanti. Melihat fenomena tersebut, Institut melakukan wawancara khusus dengan Nazaruddin Nasution, Dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Jakarta, yang sekaligus mantan Wakil Duta Besar Republik Indonesia untuk AS tahun 1997-2000. Wawancara ini dilakukan pada Selasa (24/11). Apa pengaruh kemenangan Presiden AS dari Partai Demokrat bagi masa depan Indonesia? Pada masa Soeharto berkuasa di Indonesia, saat itu yang menjadi Presiden AS adalah Bill Clinton. Ada dua masalah yang muncul saat itu. Pertama, masalah yang bekaitan dengan krisis ekonomi, di mana Indonesia terkait dengan International Monetary Fund (IMF). Presiden Clinton berupaya untuk membantu mengatasi krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia, dan meminta kepada Presiden Soeharto untuk menandatangani satu MoU dengan IMF pada 15 Januari 1998 yang disaksikan petinggi IMF.

Setelah dipastikan menang Pemilu, Joe Biden tak lama lagi akan segera bercongkol di tampuk kekuasaan. Segudang wacana mengenai proyeksi kebijakannya telah diprediksi oleh para pakar, terlebih lagi mengenai dampaknya bagi Negara Indonesia. Berselang 2-3 bulan kemudian, Indonesia menjadi terpuruk karena Presiden Soeharto sudah tidak bisa menguasai keadaan di Indonesia, pergolakan terjadi di hampir seluruh kota, sehingga pada puncaknya terjadilah peristiwa pada bulan Mei 1998 di mana Soeharto pada akhirnya mengundurkan diri karena masalah ekonomi dan politik yang menekan di dalamnya. Selain itu, pada masa Bill Clinton Indonesia juga mengalami tantangan, karena menghadapi tuduhan pelangaran hak asasi manusia yang terjadi di Timor Timur, sehingga pada saat itu AS melakukan embargo kepada Indonesia dengan tidak memberikan suku cadang pesawat F-16 buatan AS, karena dituduh telah melakukan pengeboman di Timor Timur. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Partai Demokrat dalam hal ini Presiden Bill Cllinton lebih mengutamakan isu-isu yang bersifat soft power, seperti demokrasi, good governance, HAM, dsb. Akankah Joe Biden mengikuti garis kebijakan para pendahulunya dari Partai Demokrat? Pada masa Obama, tercipta suatu upaya meluruskan persepsi yang selama ini keliru bahwa Islam adalah teroris, dan teroris itu adalah Islam—yang terjadi pada masa George W Bush. Presiden Obama menyatakan dalam pernyataannya di Kairo pada 2009, bahwa perlu diwujudkannya suatu babak baru hubungan antara dunia Islam dengan barat, karena adanya mispersepsi keliru yang selama ini ditujukan AS pada masa George W Bush. Pendekatan dari Presiden Obama yang mewakili Partai Demokrat, sebagaimana yang terjadi dengan Presiden Bill Clinton lebih pada pendekatan yang bersifat prinsipil, yaitu masalah yang berkenaan dengan masalah toleransi beragama. Diperkirakan Presiden Joe Biden akan mengikuti garis kebijaksanaan dari kedua pendahulunya yakni Obama dan Clinton untuk menciptakan kerukunan umat beragama dan HAM, good governance, demokrasi, lingkungan hidup, dsb. Apa efek terpilihnya Biden terhadap masa depan masyarakat muslim dunia, khususnya Indonesia? Diperkirakan upaya-upaya pendekatan juga akan dilakukan Biden dengan kelompok-kelompok muslim di berbagai belahan dunia termasuk di Asia-Pasifik—

dalam hal ini termasuk di Indonesia. Menarik perhatian bahwa di dalam salah satu pidatonya di depan Council on Foreign Relations, capres Joe Biden pada saat itu menyatakan bahwa di Asia-Pasifik ada beberapa negara yang menjadi mitranya, dan disebutkan empat negara—Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia. Disebutnya nama Indonesia secara eksplisit ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat melihat faktor bahwa Indonesia adalah penting. Yang jelas, Presiden Joe Biden sesudah terpilih nanti menyatakan bahwa ia akan mengubah kebijakan Presiden Donald Trump yang melarang Sembilan negara muslim untuk memasuki AS, dan ini sesuatu yang tentu diharapkan dalam waktu dekat akan ada satu pernyataan, dan lazimnya itu disampaikan presiden pada satu pidato yang disebut State of Union Address pada 20 Januari 2021 nanti, saat Biden dilantik sebagai Presiden AS. Apa harapan Anda dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS selanjutnya? Apa yang diharapkan dari Joe Biden tentu saja pendekatan dengan negara-negara yang selama ini diabaikan, atau diacuhkan oleh Trump akan dibina dan dirintis oleh Biden. Sehingga diperkirakan AS akan melakukan pendekatan yang lebih erat dengan Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina dalam upaya untuk mengimbangi pengaruh Cina di kawasan Asia-Pasifik. Segala upaya investasi Cina yang berlangsung di negara tersebut diperkirakan akan diimbangi AS dalam upayanya untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara di Asia Tenggara. Sehingga diperkirakan pada masa Presiden Biden mendatang akan banyak sekali perubahan-perubahan kebijakan yang lebih mempunyai dampak positif bagi Indonesia. Kita juga harus membuat suatu pelajaran dari apa yang dihadapi Indonesia pada masa Obama maupun Clinton. Jadi, yang kita harus waspadai dan cermati adalah apabila Indonesia dihadapkan dengan isu-isu pelanggaran demokrasi, HAM, pemerintahan yang bersih, lingkungan hidup, dsb. Pendekatan-pendekatan soft power yang dikemukakan Biden dari Partai Demokrat ini akan mengikuti pola sebagaimana yang telah dilakukan presiden-presiden Demokrat sebelumnya. Maulana Ali Firdaus


12 Edisi LXV

NOVEMBER 2020

RESENSI

Paradoks Media Sosial Media sosial membawa dampak pada perubahan perilaku sosial. Ia begitu perkasa dalam mempengaruhi keadaan psikologi penggunanya.

K

ehadiran media sosial telah memicu lahirnya migrasi wahana sosialisasi dari pancaindra yang aktual menuju ke dalam dunia virtual. Kemunculan raksasa teknologi seperti Google, Facebook, Twitter dan Yahoo! telah mengubah lanskap perkembangan teknologi komunikasi, yang imbasnya melahirkan revolusi dalam dimensi sosio kultural. Media sosial, selain diciptakan untuk memudahkan penggunanya dalam berbagi informasi, ia juga memungkinkan manusia dapat mengeksplorasi dunianya lebih luas. Lahirnya era disrupsi menggiring manusia menuju langgam komunikasi dalam arena yang baru. Saat ini, media sosial kerap menjadi pemicu lahirnya pelbagai konflik. Kenyataan ini bertolak belakang dengan imaji awal mengapa media sosial diciptakan—yang katanya dibuat untuk berbagi kebahagiaan secara virtual. Kehadiran media sosial nyatanya telah mengubah cara pandang serta perilaku manusia dalam berinteraksi. Tristan Harris begitu frustasi dengan industri teknologi masa kini. Har-

ris adalah mantan pakar etika desain Google yang pernah bertugas dalam divisi Google-Mail atau G-Mail. “Aku merasa frustasi dengan industri teknologi secara umum, karena kita seolah-olah tersesat.” Begitulah sepenggal pernyataannya saat ia menuturkan kisahnya selama bekerja di Google. Media sosial dianggap bertanggung jawab atas menurunnya tingkat interaksi nyata antara individu dengan individu. Untuk menggambarkan hal itu, The Social Dilemma menyajikan ilustrasi tentang kehidupan sebuah keluarga yang memiliki masalah dalam komunikasi. Barbara Gehring yang berperan sebagai Ibu mencoba berbagai cara untuk menghentikan putrinya—Isla (Sophia Hammons)— dan putranya—Ben (Skyler Gisondo)— dari kecanduan gawai. Isla hampir tak pernah melepaskan ponsel dari tangannya di mana dan ke mana pun dirinya berada. Candu media sosial membuatnya bak terperangkap dalam dunianya sendiri, seolah mengalihkan pandangan dari dunianya yang nyata. Sementara itu, Ben mengalami

frustasi lantaran mantan pacarnya mengumumkan pacar baru lewat postingan di media sosial. Segelintir ilustrasi di atas adalah contoh bagaimana media sosial memiliki power dalam mempengaruhi keadaan psikologi penggunanya. Tak sampai di situ, media sosial juga dinilai memberikan efek domino yang telah menginfiltrasi wahana percaturan politik, penggiringan opini publik, bahkan bertanggung jawab atas lahirnya polarisasi di masyarakat. Meski bertipe film dokumenter, The Social Dilemma dibingkai dalam sajian visual sinematik yang cukup memanjakan mata. Film ini menghadirkan para narasumber dari beragam latar pekerjaan di perusahaan teknologi raksasa, seperti Google, Facebook, Twitter, Instagram, dan Pinterest. The Social Dilemma memberikan jawaban atas segala paradoks yang bertanggung jawab di balik realitas sosial yang dunia kita hadapi saat ini. Maulana Ali Firdaus

R E S E N S I

F I L M

Social Dilemma The

Sutradara Produksi Produser Rilis Durasi

: Jeff Orlowski : Netflix Studios : Larissa Rhodes : 26 Januari 2020 : 1 jam 34 menit

Memori Pahit Penari Banyuwangi Bayang-bayang masa lalu masih saja menghantui langkah Sari. Meski dalam kondisi sulit sekalipun ia tetap harus berjuang menguak kebenaran, dibalik peristiwa pembantaian ayahnya.

K R E S E N S I

B U K U

Perempuan Bersampur Merah Penulis : Intan Andaru Penerbit : PT Gramedia : Pustaka Utama Tebal : 209 halaman Terbit : 2019

ota Banyuwangi mulai menghadapi keadaan krisis dengan adanya teror maut pada tahun 1988. Teror maut paling parah dalam sejarah modern kala itu dituduhkan tanpa alasan jelas kepada para ‘dukun santet’ dengan dalih penghapusan para penganut ilmu hitam. Pembantaian tersebut menjadi sebuah malapetaka di luar batas kemanusiaan. Orang-orang tak bersalah pun turut menjadi korban amuk masa tanpa kenal ampun. Peristiwa nahas terus menjadi bayang-bayang kesedihan Ayu, pada malam itu ayahnya terbunuh di depan matanya sendiri. Ayahnya yang melolong meminta bantuan tak digubris sama sekali. Ayu tertunduk tak kuasa melihat ayahnya dihakimi segerombol masa tanpa ampun. Padahal ayahnya hanyalah seorang dukun suwuk atau dukun penyembuh. Entah kabar darimana yang berhembus yang menyebutkan bahwa ayahnya seorang dukun santet, hingga akhirnya para ninja itu menyerbu kediaman Ayu. Tak hanya merasakan kepedihan kehilangan sosok ayah, Ayu juga harus tabah menerima olokan orang-orang yang memanggilnya dengan sebutan “anak dukun santet”. Maka di kemudian hari Ayu mengganti namanya menja-

di Sari. Ia terus saja mengingat kejadian pahit yang menimpa keluarganya, Ayu bahkan mengajak kedua sahabatnya, Ahmad dan Rama untuk menyelediki orang-orang dibalik kasus pembunuhan ayah kandungnya. Ketika semangat Sari dan kedua sahabatnya terus menggebu demi menyelediki dalang pembunuhan, justru Rama dilarang oleh ayahnya untuk bergaul dengan Sari. Ayah Rama tak sudi anaknya bergaul dengan keluarga dukun santet. Padahal dibalik itu semua, persahabatan mereka diam-diam menimbulkan cinta segitiga. Rama dan Ahmad menyimpan sebuah rasa pada Sari sedangkan Sari sendiri menaruh hati pada Rama. Langkah penelusuran mereka tak berhenti gitu saja, menginjak remaja Sari bertemu dengan Mak Rebyak. Sari memutuskan menjadi murid tari Mak Rebyak demi menggali informasi akan masa lalunya. Di sanggar tari ia berkenalan dengan Mbak Nena yang kemudian memberikan sampur berwarna merah untuknya. Meskipun selama di sanggar tari ia tidak banyak mendapatkan informasi, namun dengan kemampuan menari dapat menjadi penyambung hidup bagi Sari di kehidupan selanjutnya. Kedua sahabatnya pun terus memperhatikan

Sari. Rama berniat melanjutkan studinya hingga sarjana untuk membantu mengungkap kasus terbunuhnya ayah Sari kemudian selepas itu Rama berniat mempersunting Sari. Lain halnya dengan Ahmad, ia telah melamar Sari lebih dahulu ketimbang Rama, namun Sari menolak lamaran tersebut sebab ia masih setia menunggu Rama. Di ujung penantian yang panjang, akar masalah masa lalu Sari terungkap. Kenyataan yang begitu pahit menimpa Sari dan Rama. Sari begitu terpukul usai mengetahui kebenaran bahwa ayah kandung sang pujaan hatinyalah yang menjadi dalang provokator bagi warga setempat untuk membunuh ayahnya sendiri. Sejarah yang telah lama berlalu berhasil dihidupkan kembali oleh sang penulis dalam novel ini. Dengan narasi-narasi yang apik, novel karya Intan Andaru ini mampu membawa pembaca hanyut dalam alur ceritanya. Selain itu penulis juga mampu menggambarkan unsur sosial dan nilai-nilai kebudayaan masyarakat Banyuwangi pada saat itu. Namun novel ini sedikit disayangkan karena terdapat beberapa bahasa daerah yang kurang dipahami oleh pembaca. Fitha Ayun Lutvia Nitha


Edisi LXV

SOSOK 13

NOVEMBER 2020

Belajar Kitab, Raih Prestasi Tak semua orang bisa membaca kitab kuning, kitab berbahasa Arab tanpa harakat yang berisi ajaran-ajaran agama Islam. Bagi Shofi, kemampuan tersebut menghasilkan prestasi atas bukti kompeten dirinya.

S

hofiyatul Ummah, seorang Mahasiswi Perbandingan Madzhab Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Perempuan kelahiran Sumenep, Jawa Timur ini belum lama mendapatkan Student Achievement Award dari kampus. Tentu, penghargaan tersebut Shofi dapat atas kerja keras yang ia tempuh selama ini. Shofi memenangi Lomba Baca Kitab Nasional oleh Fraksi Partai Kesejahteraan Sosial Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Kitab kuning yang ia baca dalam lomba tersebut ialah Kitab Fath’ul Mu’in. Sebelumnya, Shofi juga berhasil memenangi juara kedua dalam Lomba Baca Kitab pada acara Fakultas Syariah se-Indonesia di Medan, Sumatra Utara. Berbagi pengalamannya, perempuan yang akan genap berumur 24 tahun pada Maret 2021 ini

menjelaskan, perlombaan yang ia ikuti terbilang cukup berat. Lomba dilaksanakan secara terbuka baik dari kalangan kampus atau pesantren tingkat nasional. Bukan hanya itu, kitab yang digunakan dalam lomba juga merupakan kitab yang cukup sulit, yakni I’anatut Thalibin, syarah kitab dari Fath’ul Mu’in, serta Al-Muwafaqat Fi Ushulil Syari’ah. Kitab-kitab tersebut merupakan salah satu Kitab Ushul Fikih yang cukup besar. Alur perlombaannya pun memakan waktu yang cukup lama. Terdapat beberapa babak yang dilalui seperti babak penyesihan, perempat final, hingga grand final. “Tapi pada akhirnya, saya bisa berkesempatan merebut juara,” ujar Shofi, Minggu (15/11). Menurut Shofi, alasan yang paling berarti mengikuti beberapa perlombaan ini ialah pengalaman di balik perjuangan itu. Seperti halnya, diuji oleh orang-orang yang sangat kompeten dalam me-

nguasai kitab tersebut. “Sebagai anak Fakultas Syariah dan Hukum, hal itu menjadi nilai plus tersendiri untuk saya, pun sekalian menguji sejauh mana kemampuan diri untuk dapat bersaing dengan seluruh peserta se-Indonesia,” imbuhnya. Mahasiswa lulusan Pondok Pesantren Lirboyo Jawa Timur ini juga mengaku, orang tualah motivasi utamanya dalam mengikuti berbagai lomba yang ia menangi. Shofi ingin menjadi sarjana yang

benar-benar kompeten di bidangnya. Untuk menggapai harapannya, ia pun menyalurkan ilmunya dengan mengajar kitab di Sekolah Tinggi Ilmu Fikih Banten untuk mahasiswa tingkat awal hingga akhir. Shofi mengajar di sana mulai dari awal tahun ajaran baru silam hingga saat ini. Selama di Pondok Pesantren Lirboyo silam, Shofi aktif dalam forum musyawarah antar pondok se-Jawa. Shofi menjelaskan, pro-

ses belajar kitab semenjak ia berada di pondok bukanlah sesuatu yang mudah. “Untuk sampai ke titik sekarang ini, usahanya tidak mudah,” ujar mahasiswa semester 5 tersebut, Selasa (17/11). Nurlailati Qodariah

KOMUNITAS

Berkarya Seni melalui

Media Film

Forum Lenteng berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan akan seni dan budaya di kalangan masyarakat. Melalui media film, kesenian Indonesia semakin berkembang sesuai dengan kemajuan zaman dan tetap bertahan hingga generasi saat ini.

I

ndonesia memiliki beragam kesenian, sosial, dan budaya yang khas dan penting untuk dilestarikan agar tak hilang ditelan masa. Melihat kondisi ini, Forum Lenteng memiliki peran penting dalam mengembangkan kesenian dan budaya Indonesia melalui media film. Komunitas Forum Lenteng menampung masyarakat, seniman, atau penulis yang sebagaian besar merupakan pecinta seni dan film. Komunitas ini terbentuk sebagai tempat untuk mempelajari seni, media, sosial budaya, dan film. Komunitas Forum Lenteng didirikan pada 2003 oleh mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yakni Hafiz, Otty Widiasari, Andang Kelana, dan teman-teman dari mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) IKJ. Bermula dari membentuk Ru-

angrupa, yaitu artists initiative atau inisiatif seniman seni rupa kontemporer hingga dibentuk Forum Lenteng dengan diketuai Hafiz. Mulanya, ide mendirikan komunitas ini sebagai bentuk respon dari adanya kebebasan untuk membentuk komunitas dan kebebasan media pers pasca reformasi 1998, di mana media pada awalnya berada di bawah kontrol pemerintahan. Forum Lenteng ini lebih berfokus pada bidang film, video, dan kepenulisan. Komunitas yang didirikan oleh mahasiswa IKJ ini memiliki program yang beragam, namun masih terikat oleh cabang-cabang seni. Kegiatan yang diselenggarakan diantaranya 69 Performance Club yaitu studi dan berkarya seni dalam bentuk performa, Milisifilem atau membuat karya rupa, video, dan film. Ke-

mudian terdapat program menulis di Akumassa dan menulis kritik film di Jurnal Footage. Selain itu, juga ada Belajar Sinema Indonesia yang mempelajari sejarah sinema Indonesia serta La Jetee yang mempelajari sinema dunia. Acara terbesar sebagai ajang tahunan dalam Forum Lenteng ialah International Documentary and Experimental Film Festival atau biasa disebut ARKIPEL. Acara ini berupa festival film yang melibatkan seluruh anggota Forum Lenteng dalam pelaksanaannya. Dalam festival film ini terdapat berbagai kegiatan diantaranya, pemutaran film, diskusi publik, dan kajian sosial. Sejak 2017, masyarakat atau pemuda yang ingin berpartisipasi dalam komunitas Forum Lenteng harus terlebih dahulu mengikuti program Milisifilem. Selama enam

bulan mengikuti program Milisifilem ini, mereka akan mempelajari pengetahuan dasar seperti sejarah seni rupa dan film. Menurut salah satu anggota Forum Lenteng Dhuha Ramadhani, hingga saat ini total anggota yang aktif dalam Forum Lenteng sekitar 30 sampai 40 orang dan pendaftar Milisifilem biasanya sekitar 15 orang. “Nantinya juga akan berkurang dengan seleksi alam, karena memang diminta komitmen dan energinya cukup besar untuk belajar,” ujarnya ketika diwawancarai via WhatsApp Minggu, (15/11). Dhuha menambahkan, Selama pandemi hampir semua aktivitas fisik dalam komunitas yang memerlukan tatap muka beralih menjadi kegiatan online. Kemudian untuk membangun awareness di publik, mereka pun membuat

pameran-pameran secara online melalui Instagram @forumlenteng. “Tidak terlalu terkendala juga sebetulnya, cuman perlu adaptasi saja,” tambah Dhuha. Menurut Dhuha selama menjadi anggota Forum Lenteng, dia mendapat berbagai pengetahuan, referensi untuk skripsinya, dan mengetahui cara melihat film dengan sudut pandang lebih politis. Terlebih setelah mengikuti Milisifilem, ia jadi bisa melihat lebih dalam karya-karya seni. “Untuk kedepannya, sangat menunggu keterlibatan anak-anak yang lebih muda atau segenerasi saya dalam ranah ini.” Pungkasnya. Roshiifah Bil Haq


14 Edisi LXV

NOVEMBER 2020

Angkara Angin di Ujung Nafas

F

raksi diriku tidak lebih baik daripada makhluk aslinya, bercermin pada air jernih dari air terjun yang mengaliri sungai dengan bebas dan berirama. Kulihat daundaun segar ikut bercermin pada air sungai yang belum tercemar oleh apapun, seolah ikut bersedih atas kehilangan yang aku alami. Angin pun ikut berbisik di telingaku, membuat seluruh bulu kuduk di tengkukku berdiri dengan spontan. Dia benar, alam tidak bersedih atas aku, tetapi bersedih atas apa yang sudah hilang karena aku. Seiring dengan langit yang mulai kelabu karena matahari kalah akan awan kumulus yang bergerombol tidak sabar untuk menampakkan diri, wajah wanita itu muncul tiba-tiba bersama dengan fraksi diriku di air sungai. Senyum tipisnya sangat jelas teringat olehku, betapa menyedihkannya dia hidup bersamaku selama ini. Penyesalan yang mungkin dia rasakan selama hidupnya adalah telah melahirkan seorang anak manusia dengan hati yang yang tidak pernah penuh akan kebaikan. Wanita yang dikenal sebagai paraji atau dukun beranak di desaku sangat tampak terlihat jelas di bawah sungai, dengan ulasan senyum tipis tanpa gincu dan kulit yang sudah keriput karena kesengsaraan. Benar, dia ibuku, ibu kandungku yang belum lama pergi meninggalkan kefanaan dan kebengisan dunia beberapa minggu lalu. Baru kurasakan betapa hancurnya dunia tanpa sosok paraji yang disegani masyarakat desa, kecuali aku, anaknya sendiri. Semakin gelap, suara gagak hitam yang berkicau dengan nyaring seakan membuat sorakan kebencian kepadaku. Suara air terjun yang entah mengapa rasanya semakin deras juga ikut bercerita mengenai kilas balik kejadian menjijikkan yang aku lakukan pada seorang paraji yang bernama ibu. Senja semakin larut, air terjun semakin deras. Wajahku menengadah ke arah langit untuk mendapatkan siraman kemarahan dari jingga yang menampakkan amarah. Perlahan kulangkahkan kaki besar yang sudah salah arah terlalu jauh menuju air terjun yang tanpa merasa bersalah mendadak menurunkan ribuan liter airnya sangat deras ke wajahku. Aku berdiri di bawah siraman air terjun yang deras, kepalaku terasa amat sakit dan mati rasa karenanya, mataku kupejamkan dengan segala amarah dan penyesalan yang terlalu sia-sia untuk aku pikirkan terus menerus. Kiranya, air terjun mulai membawa kawannya, angin yang lebih banyak mengeluarkan murka ke arah telingaku. Angin berputar di kepalaku de-

ngan cepat, membuat sebuah kilasan memori balik kala itu. Kebodohan yang dilakukan oleh anak laki-laki yang menganggap dirinya sebagai manusia yang lebih tinggi derajatnya dari seorang ibu yang justru jauh lebih tinggi kedudukannya berada di langit sana. Anak laki-laki sebagai aku saat itu sedang menunjukkan telunjuknya tanpa rasa bersalah ke seorang wanita tua yang seharusnya dihormati, mulutku komat-kamit tidak tentu arah, sedangkan wanita itu hanya menunduk seolah menurut. Tidak banyak yang aku ingat sampai pada akhirnya angin mencoba mengingatkan bahwa kalimat yang keluar dari mulutku adalah, “Aku malu! Aku seorang dokter muda yang baru saja bekerja, sedangkan Ibu hanyalah seorang dukun beranak yang melakukan praktik ilegal tanpa pengawasan medis. Mereka mau bilang apa tentang aku? Ibu hanya merusak reputasiku!” Bodoh. Hina. Durhaka. Itulah aku. Usahaku untuk sampai pada titik ini pun terbantu oleh profesi ibu menjadi seorang paraji di desa. Dia mengajari banyak hal tentang bagaimana seorang wanita yang akan melahirkan, membantu persalinan, dan merawat seorang bayi merah yang akan terus menangis dengan suara melengking sampai dini hari. Dia bahkan lebih cerdas dari seorang dokter amatir seperti aku yang hanya mengandalkan gelarku dan menganggap ibuku rendahan. Aku dan ibu sebenarnya sama, hanya saja pilihan jalan kami yang berbeda. Melihat air mataku yang kian turun semakin deras dan tertutup oleh air yang terjatuh bebas dari air terjun, angin pergi, lalu kembali bersama memori yang terdahulu. Berputar kencang di seluruh kepalaku, melukiskan betapa buruknya aku kepada ibu. Angin membawa ingatan kapan terakhir kalinya aku hampir berinteraksi dengan ibu. Dua bulan yang lalu, aku di tengah lampu-lampu kota yang terang dengan awan yang tertutup oleh kefanaan. Berjalan lunglai setelah bekerja, mengambil ponsel yang masih berbau toko dari saku celanaku. Aku ingat, nama ibu yang tertera di sana. Tangan yang begitu kasarnya hanya mengabaikan panggilan tersebut dan kembali berjalan lunglai menuju kontrakan 3×3 yang berada di ujung gang. Kali ini angin mengembuskan keahliannya dengan sangat kencang ke arahku, begitu pula dengan air terjun yang begitu deras membuat seluruh wajahku nyeri. Angin pergi lagi dan aku menunggu memori apa yang akan dia bawa untukku sebagai pengingat betapa buruknya seorang anak laki-laki yang memperlakukan wanita tua yang dahulu melahirkannya. Seorang anak dengan

Puisi

Oleh: Annisah Nurrahmatilah*

kesombongan hati yang membuat iblis pun enggan mendekati. Angin datang kembali dengan suara yang lebih lembut, tetapi tetap dapat kurasakan putaran dirinya yang menembus ke dalam kulit kepalaku. Mengantarkan sejumlah ingatan tentang apa yang aku alami perihal kehilanganku hari ini. Hari itu, kesibukan di klinik tempat aku bekerja, seorang laki-laki kepala tiga yang aku kenal dari desa, dia adalah kepala desaku yang berjalan terengah-engah untuk menemui seorang dokter muda di klinik ini, tentu saja aku. Dia berbicara dengan pelan dan ragu, sampai di akhir ceritanya, tubuhku tertarik ke belakang dan meraih gagang pintu karena lemas. “Ibumu tiada.” Maka, saat itu pula aku mendengar kabar terakhir ibu dengan rasa penyesalan dan kesedihan yang tidak bisa aku jabarkan dengan jelas bagaimana rasanya. Melihat wanita yang akhirnya aku lihat setelah setengah tahun tidak bertemu. Pertemuan yang menyakitkan, ibu sudah terbaring dengan kaku di dipan yang beralaskan kain bermotif batik. Wajahnya seakan menangis, di akhir hidupnya dia sebatang kara, tanpa suami yang sudah pergi beberapa tahun silam, tanpa anaknya yang semata wayang yang hanya sibuk untuk bekerja tanpa peduli apapun. “Ibumu sakit apa?” aku ingat betul seorang ibu yang menggendong anak bersusia lima tahun, dahulu anaknya dilahirkan dengan bantuan ibuku. “Aku tidak pernah tahu, Ibu tidak pernah memberi tahu.” Jawabku dengan pasrah. “Kamu pun tidak pernah pulang. Tegakah kamu membiarkan ibumu yang sudah renta sendirian? Bahkan dia tidak menerima kelahiran seorang bayi lagi, dia benar-benar kesepian.” Sambung seorang wanita yang menggendong anak berusia tiga tahun, anak itu pula dulu dilahirkan di rumah kami. Mulutku mendadak seakan terjahit tidak bisa bicara. Banyak hal yang tidak aku tahu tentang ibuku sendiri, dia benar-benar berhenti menjadi seorang paraji. Dia pun tidak pernah memberitahukan aku tentang apa yang dialaminya seorang diri. Aku pun tidak pernah menghubunginya lebih dulu, aku pun yang tidak pernah kembali ke tanah lahirku semenjak mendapatkan kerlap-kerlip lampu kemewahan yang kiranya hanya sesaat. Ingatan itu kabur seiring dengan semakin panasnya wajahku karena kesakitan yang aku buat sendiri, ditambah oleh derasnya air terjun mengenai tubuhku dengan bebas, serta alam yang berteriak kepadaku dengan kemarahannya. Mengejekku dengan

cacian yang paling buruk yang pantas aku terima, aku tidak marah, hanya saja aku kecewa kepada diriku sendiri. Mengapa baru sekarang aku mengecewakan diriku sendiri? Langit sudah tidak jingga lagi, melainkan gelap yang pekat merayakan penghukuman alam untuk anak durhaka. Air terjun semakin deras mengenai punggung dan kepalaku, angin semakin kencang berputar di telinga. Elang yang tidak diundang pun bertengger gagah di kanopi pohon jati di ujung bukit. Langkah kaki yang lemas kubawa lebih ke atas lagi, hampir setara dengan tinggi sumber air terjun turun dengan deras. Berdiri di ujung batu yang licin melihat, ke arah bawah dengan sungai yang mengalir deras yang bahkan tidak mau menerima tubuh seorang manusia yang mengalir darah penyesalan di seluruh tubuhnya. Tanpa perhitungan yang tepat, tubuhku melayang ke bawah dengan gerakan bebas. Kepala terbentur batu tajam, kaki patah karena membentur batu yang tua, perut yang kesakitan karena terjatuh tepat di bawah kerikil sungai yang tajam. Aku begitu pasrah mengikuti aliran sungai yang akan membawaku, tenggelam di sungai dangkal yang dibantu dengan arusnya yang tiba-tiba menjadi sangat deras. Kemudian hujan turun untuk membantu sungai membawa jasad anak durhaka menuju tempat yang semestinya. Sampai pada akhirnya aku menyadari bahwa organ tubuhku sudah tidak berfungsi, tubuhku mulai berada di permukaan air dengan sendi yang kaku. Kiranya pantas untuk aku, menebus kesalahan pada ibuku dan meminta maaf jika dipertemukan di alam yang berbeda. Jika boleh, aku pun akan meminta kepada Sang Kuasa agar aku dapat terlahir kembali dari rahim ibuku dengan sifat yang akan aku ubah dengan baik. Namun, alam menertawaiku, siasia ucapan maafku, sudah terlambat, dan aku akan berseberangan dengan ibu, dia berada di taman yang penuh keindahan, sedangkan anaknya berada di tungku penghukuman.

*Penulis merupakan mahasiswi Fakultas Sains & Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SASTRA

Cinta & Dosa Manusia Oleh: Akrom

Dalam helaan nafas pertama, Aku berharap tidak sedang membicarakan cinta Membicarakan cinta hanya membuat akal sukar menerima takdirnya Aku lebih suka percakapan kita yang bukan tentang kita Seperti ikan paus dan lumba-lumba Pun kakek dan nenekmu waktu masih muda Terkadang semesta memang suka bercanda Dalam helaan nafas kedua, Aku ingin menjelma laba-laba Yang mahir menyulam luka tanpa aba-aba Namun benangku telah habis dan aku harus mencarinya Sebab kalau masih ku tusukan jarumjarum itu Bisa-bisa hatimu menjerit karenanya Maaf, Aku meninggalkanmu yang tak berdaya Tapi menjanjikan rasa sayang selamanya Sehingga kecewa adalah anak dari keduanya Dalam helaan nafas sebelum koma, Aku pernah berkata Cintaku lebih besar dari dosa-dosa manusia! Kemudian setan tertawa, Malaikat kecewa, Dan aku terbunuh nafsu menyisa air mata Dalam helaan nafas terakhir, Aku berharap bisa kembali mencinta Tidak perlu sebesar dosa-dosa manusia Tapi aku ingin mencintaimu karena dia; Dia yang menghapus dosa-dosa manusia.

Dalam Dompet Dhuafa Oleh: Vera Nurfarhiyatin

Wajah Pattimura terlipat kusut di dompet Ditemani logam kencringan hasil mengamen Mengais kepingan rupiah di antara debu jalanan Disapu habis cerobong kendaraan para jutawan Bermili-mili keringet keluar melewati pelipis Hasil perasan panggangan semesta di kepala Melewati pekikan dan makian pengguna jalan Mencari selembar Pattimura dan kawankawan Hanya seribu, dua ribu, logam emas serta putih Penghuni dompet yang lapuk dimakan zaman Berkali-kali mendesak keluar dari sarang Sekadar menyambung hidup dari kerasnya jalanan Begitulah isi dompet para duafa Selalu setia kepada rupiah hingga tutup usia Tak pernah sekalipun berkhianat mengganti Dengan kartu sakti maupun dolar Amerika Adakah yang paling setia dari para duafa? Mengambil logam-logam yang dibuang di jalanan Menjaga Pattimura yang mulai dipinggirkan Merawat dalam lipatan dompet usam


Edisi LXV

SENI BUDAYA 15

NOVEMBER 2020

Mengkritisi

Perubahan Sosial

dengan Seni

Pandemi menyebabkan berbagai perubahan sosial di tengah masyarakat. Melalui pameran ini, para perupa merespons dinamika sosial yang sedang terjadi.

S

ebanyak 35 karya seni berupa lukisan, grafis, mixed media, mural, fotografi, serta video art sarat makna terpampang kala memasuki situs web galnasonline.id/kota/jelajahkarya. Penjelasan mengenai karya yang ditampilkan pun akan muncul ketika pengunjung mengeklik gambar. Latar belakang berwarna hitam semakin membuat penikmat karya menjadi fokus pada gambar. Tak semua lukisan dibuat di atas kanvas. Ada juga mural karya Diana Dee Mohy yang terletak di pojok kiri atas layar. Lukisan tersebut digoreskan pada dinding samping pos pelayanan terpadu bercat putih dengan gambar tiga dimensi. Pada dinding tersebut, dilukis pohon dengan daun berwarna merah serta rumput dengan bunga warna-warni. Tak lupa, terdapat gambar jendela berwarna biru dan lampu taman. Gambar air mancur

R

yang airnya tumpah hingga ke tanah membuat gambar terkesan hidup. Ketika layar digulir ke sisi kanan, terdapat potret karya seni dari Yakub Elka yang menampilkan bakiak putih dengan gambar wajah abstrak yang dilukis dengan cat akrilik. Bakiak tersebut diletakkan di atas media berlatar belakang putih disertai aneka kalimat. Kalimat yang dituliskan ialah seperti “Wabah pasti berlalu” dan “Lawan dengan seni”. Kemudian di sisi atas, terdapat lukisan bergambar masker hitam serta lukisan wajah orangorang yang mengenakan masker. Kali ini, Widyani Edelwis—sang seniman—melukis karya tersebut menggunakan cat akrilik di atas kanvas. Dalam gambarnya, ia memberi pesan untuk berdamai dengan keadaan adaptasi kebiasaan baru dan tetap menjaga diri serta terus optimis untuk menyong-

song kehidupan yang lebih baik lagi kelak. Suatu hal yang menarik, terdapat lukisan cat minyak bergambar harimau putih yang tampak mengaum di tengah-tengah layar. Terlihat pula daun-daun berwarna merah dan kuning gugur menjatuhi harimau itu. Namun di antara daun berguguran tersebut, virus Corona juga turut berjatuhan. Mas’ud Dalhar memberi judul “Musim Gugur di Tengah Pandemi”, memaknakan rasa takut lebih dahsyat terhadap pandemi dibanding harimau. Pandemi memang mengubah segala bentuk aspek kehidupan, tak terkecuali pameran seni rupa. Pameran Daring Komunitas Perupa Kota Tua (KOTA) bertajuk “LAWAN!!!” ini diselenggarakan secara dalam jaringan melalui situs web galnasonline.id sejak Selasa (10/11). Kurator Pameran “LA-

kait pengembangan fasilitas seharusnya masuk ke Rekening BLU. Namun dalam proposal, malah Rekening Panitia Pembangunan Asrama Mahasiswa UIN Jakarta yang tertera untuk menerima dana bantuan. Fuad selaku pihak UIN Jakarta Watch mengaku, ia harus menunggu kurang lebih 8 jam dari pukul 10.30 hingga 20.00 saat proses pelaporan. Ia pun harus melalui beberapa bagian hingga akhirnya mencapai bagian reskrim umum. Penyelidikan Kepala Polda Metro Jaya membutuhkan waktu dua sampai tiga hari untuk proses pemanggilan berikutnya. Fuad menambahkan, pengaduan pada minggu ketiga November ditolak karena tak mendapat surat laporan dan hanya berupa penaruhan surat. Pihaknya kemudian melaporkan kembali pada Senin (30/11) dengan melengkapi semua berkas. Oknum yang akan ia laporkan adalah atas nama Panitia Pembangunan Asrama Mahasiswa yakni Mundzier Suparta. “Untuk melaporkan rektor, kami belum dapat bukti yang kuat,” ujar Fuad terkait alasannya mengubah target oknum yang akan dilaporkan, Kamis (26/11). Institut pun mengonfirmasi terkait pembangunan Asrama Mahasiswa UIN Jakarta kepada Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Masri Mansoer. Ia mengungkapkan, sebelumnya pihak kemahasiswaan tak mengetahui adanya pembangunan tersebut. Masri kemudian baru mengetahui hal itu setelah mendapat informasi dari BPKH. “Tepatnya ketika adanya Surat Permohonan Klarifikasi Proposal Kemaslahatan dari BPKH,” ungkap Masri, Kamis (26/11).

Adapun Wakil Rektor Bidang Kerja Sama Andi M. Faisal Bakti menyatakan, tak ada tindak lanjut dari pihak UIN Jakarta terkait pelaporan rektor kepada Polda Metro Jaya. Ia juga mengatakan, dirinya sudah diwawancarai oleh pihak UIN Watch sebelumnya. “Saya ditanya oleh mereka, apakah saya tahu terkait bantuan ini? Saya jawab, tidak,” ungkap Andi melalui WhatsApp, Kamis (26/11). Sementara itu, Ketua Panitia Pembangunan Gedung Asrama Mahasiswa UIN Jakarta Mundzier Suparta membantah dugaan-dugaan UIN Watch dalam pers rilisnya. Ia mengatakan, proposal yang diajukan ke BPKH pada Jumat (14/6) itu memang keliruan perihal stempelnya. Maka pada Sabtu (15/6), ia mengirim lagi surat dan proposal yang sudah diralat. “Saya sadari itu keliru, maka segera saya revisi,” jelas Suparta, Sabtu (28/11). Terkait nomor rekening pada proposal, Suparta menyatakan rekening Bank Syariah Mandiri merupakan rekening permintaan dari pihak BPKH. Padahal sebelumnya, ada pula bantuan dana dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang dikirimkan melalui Rekening BLU UIN Jakarta. “Jadi, itu memang permintaan pihak pemberi dananya. Hingga saat ini, pihak BPKH pun belum menyetujui permohonan dana yang kami ajukan,” imbuh Suparta. Suparta mengaku, UIN Jakarta Watch tidak pernah sama sekali menanyakan kebenaran kronologi secara langsung kepadanya. Tanpa klarifikasi, Suparta menyayangkan sikap UIN Watch yang tergesa-gesa melakukan pelaporan.

WAN!!!” Citra Smara Dewi mengungkapkan, tajuk yang dipilih merupakan sikap positif dari para perupa dalam menyikapi berbagai perubahan sosial. “Sebagian besar mengangkat aspek sosial politik seperti pencarian identitas kultural, merespons era milenial, budaya urban, dan fenomena pandemi,” ungkap Citra seperti yang tertulis pada kuratorial, Jumat (6/11). Selain itu, kurator lainnya yak-

ni Heru Hikayat mengungkapkan, pameran ini adalah cara untuk mengajak para Perupa KOTA guna menimbang ulang cara pandang terhadap zaman ini. “Seni, semestinya mampu membuat kita berpikir ulang tentang hal-hal yang biasanya kita lumrahkan, begitu saja,” katanya dalam kuratorial, Jumat (6/11).

Baginya, tak masalah jika UIN Jakarta Watch melapor ke pihak mana pun. “Saya tidak menipu atau menyalahgunakan wewenang,” pungkas Suparta ketika Institut wawancara di kediamannya.

lah Jakarta seluas 500 meter persegi yang terletak di Jalan Tarumanegara, Ciputat Timur. Kemudian pada 24 Juli 2017, Rektor UIN Jakarta Periode 2015—2019 Dede Rosyada melakukan adendum surat perjanjian yang mengizinkan PMII Ciputat untuk memanfaatkan tanah seluas 1.106 meter persegi. Gedung yang dibangun di atas tanah hak guna tersebut nantinya terdiri dari dua bangunan gedung, yakni Padepokan Aswaja NUPMII dan Asrama Pemuda Mahasiswa UIN Jakarta. Penamaan Gedung Asrama Pemuda Mahasiswa UIN Jakarta itu sendiri atas dasar permintaan dari Kemenpora sebagai pemberi dana bantuan. “Dana pembangunan gedung tersebut sepenuhnya dari Kemenpora,” tambah Suparta. Sedangkan itu, dana pembangunan Padepokan Aswaja NU-PMII bersumber dari berbagai kontribusi Alumni PMII. Pembentukan Panitia Pembangunan Asrama Pemuda Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sendiri dilaksanakan oleh Dede Rosyada pada 2017 silam, kemudian diperbaharui oleh Amany Lubis pada 2019. Hingga berita ini ditulis, Amany Lubis masih belum memberi tanggapannya terkait dugaan penyimpangan, pemalsuan keterangan, penyalahgunaan wewenang, dan korupsi yang dilaporkan UIN Watch kepada Polda Metro Jaya.

Rizki Dewi Ayu

Sambungan dari halaman 1...

ektor Universitas Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Amany Burhanuddin Umar Lubis dilaporkan kepada Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) atas dugaan tindak korupsi, Kamis (19/11). Sang pelapor ialah pihak UIN Jakarta Watch, sebuah perkumpulan orang yang bertujuan mengawasi pelanggaran hukum oleh pemangku kebijakan dalam kampus. UIN Jakarta Watch memperoleh bukti pelaporan dari ­ e-mail demokrasimukidi@ protonmail.com yang mengindikasi penyalahgunaan kekuasaan dan pemalsuan keterangan atas pembangunan asrama mahasiswa. Dugaan tersebut berawal dari adanya Surat Permohonan Klarifikasi Proposal Kemaslahatan dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang dilayangkan kepada Rektor UIN Jakarta pada Senin (12/10). Pasalnya, proposal permohonan dana yang dikirim menggunakan dua stempel berbeda. Sebelumnya, pihak pemohon dana menggunakan stempel Panitia Pembangunan Asrama – Pembangunan Gedung Padepokan Aswaja-NU PMII Tangerang Selatan. Namun kemudian, ditemukan proposal permohonan dana dengan stempel Panitia Pembangunan Gedung Pondok Pemuda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bukan hanya itu, terdapat nomer rekening yang dinilai janggal. Pasalnya, proposal tidak mencantumkan Rekening Badan Layanan Umum (BLU) UIN Jakarta sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Semua uang ter-

Kronologi Pelaksanaan Pembangunan Gedung Sesuai lampiran yang Institut peroleh dari Suparta, pelaksanaan pembangunan gedung itu sendiri bermula sejak September 2014. Pada awalnya, Suparta meminta Rektor UIN Jakarta Periode 2006—2015 Komaruddin Hidayat untuk memberi kompensasi atas tanah hak guna pakai Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ciputat yang digunakan oleh UIN Jakarta untuk gedung perkuliahan. Jauh mundur ke belakang, PMII Cabang Ciputat telah diberi izin hak pakai tanah seluas 1000 meter persegi oleh Yayasan Badan Wakaf Al-Islam Jakarta di Ciputat pada 1970. Tanah tersebut dulunya merupakan Jalan Nurul Huda, Kampung Utan yang sekarang ialah pagar Kampus I UIN Jakarta. Kemudian pada 8 Oktober 2014, terbitlah Surat Keputusan (SK) Rektor UIN Jakarta Nomor Un.01/R/KS.01.1/531/2014 tentang Penunjukan Pengguna Lahan Kementerian Agama casu quo (c.q.) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada hari itu pula telah dilakukan penandatanganan surat perjanjian antara Pembina PMII Ciputat dengan Kementerian Agama c.q. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam surat perjanjian tersebut, UIN Jakarta memberi izin kepada PMII Ciputat untuk memanfaatkan tanah milik Kementerian Agama c.q. UIN Syarif Hidayatul-

Ika Titi Hidayati, Roshiifah Bil Haq, & Sefi Rafiani


Ketentuan Media Partner Mengajukan surat permohonan kepada LPM Insitut melalui surel: perusahaaninstitut@gmail.com Ikuti akun Instagram dan kanal YouTube LPM Institut sebanyak jumlah panitia Memberikan sertifikat berbingkai sebagai cenderamata Mencantumkan logo LPM Institut pada produk/selebaran acara

Baca, Tulis, Lawan!

Kunjungi portal berita dan media sosial LPM Institut! YouTube

youtube.com/c/lpminstitut

Instagram

@lpminstitut

Website

www.lpminstitut.com

Twitter

@lpminstitut Alamat Redaksi: Gedung Student Center Lantai 3 Ruang 307 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. H. Djuanda No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan 15412 Telepon: +62 877-1465-7821 Email: redaksi.institut@gmail.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.