EDISI LIX/ MARET 2019
Terbit 16 Halaman
LAPORAN UTAMA Menanti Kiprah Rektor Terpilih
Email: redaksi.institut@gmail.com
LAPORAN KHUSUS MP Menolak Pindah
LPM INSTITUT - UIN JAKARTA
WAWANCARA Menyikapi Sistem Pemilihan Hal. 3
Hal. 2
www.lpminstitut.com
Telepon Redaksi: 085817296629
@lpminstitut
Hal. 11
@lpminstitut
@Xbr4277p
Ika Titi Hidayati ikatitihidayati999@gmail.com
Sejatinya Pemira terlaksana di akhir tahun 2018, namun jadwal pelaksanaan terus berganti. Hal tersebut mewariskan banyak persoalan.
Kekalutan mengiringi pelaksanaan Pemilihan Umum Raya (Pemira) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pemira sejatinya sebagai ajang pemilihan pimpinan kepengurusan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema), Senat Mahasiswa (Sema) tingkat universitas dan fakultas, juga Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) menuai banyak persoalan. Dari jadwal pelaksanaan tak menentu dan berubah-ubah, hingga kerusuhan memperkeruh Pemira kali ini. Awalnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) UIN Jakarta resmi menetapkan jadwal pelaksanaan Pemira pada 17 Desember 2018. Namun, hingga pertengahan Desember ajang tahunan ini belum terlaksana. Pelaksanaan Pemira pun ditunda hingga 7 Januari 2019, hal tersebut menuai protes keras dari berbagai pihak. Dalih tak puas dengan ketidak jelasan pelaksanaan Pemira, mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Pemira (Ampera) menghelat aksi tuntutan depan Sekretariat Sema Universitas (Sema-U) pada Jumat (21/12). Tak puas dengan ket-
Kalut-Marut Pemira erangan pihak KPU, aksi Ampera berujung bentrok antar mahasiswa. Kericuhan terjadi ketika ruang sekretariat Sema-U sedang digunakan KPU untuk mengumpulkan berkas pendaftaran. Bentrok aksi Ampera berujung petaka, dua mahasiswa terluka. Seorang mahasiswa mengalami cedera di bagian mata dan lainnya mengalami luka di bagian belakang kepala terkena lemparan batu. Korban diketahui bernama Dzulhikam Masyfuqil Ibad dari Fakultas Dirasat Islamiyah dan Maulana Subekti dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Aksi baru berakhir setelah satuan pengaman melerai massa, bahkan mereka pun menjaga tempat perka-
ra hingga massa meninggalkan lokasi. Menanggapi pelbagai persoalan Pemira, Wakil Rektor (Warek) Bidang Kemahasiswaan masa bakti 2015-2019 Yusran Razak turut angkat bicara. Menurutnya, kendala utama pelaksanaan Pemira dikarenakan pihak Sema-U tidak memaparkan aturan secara rinci mengenai peleraian konflik, sanksi dan pelanggaran-pelanggaran. “Sema-U tidak memuat secara jelas tentang pelaksanaan Pemira,” tegasnya saat ditemui di Gedung Rektorat, Jumat, (14/12/18). Senin (7/1), Rektor UIN Jakarta masa bakti 2015-2019 Dede Rosyada resmi meletakan tahta
kepemimpinan digantikan Amany Burhanuddin Umar Lubis. Namun, hingga pergantian Rektor UIN Jakarta masa bakti 20192023 Pemira belum terlaksana. Hal tersebut menjadi warisan pekerjaan rumah bagi rektor terpilih. Tak lama pasca pelantikan rektor, Rapat Pimpinan (Rapim) dengan pembahasan agenda khusus Pemira dilaksanakan, Senin (21/1). Dipimpin langsung Rektor UIN Jakarta Amany Burhanuddin Umar Lubis, Rapim memutuskan dua perkara penting. Sistem Pemira berbasis pemungutan suara elektronik dan ke depannya UIN Jakarta meniadakan Pemira dengan pergantian sistem perwakilan. “Ini sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Nomor 4961 Tahun 2016,” tegas Amany, Senin (21/1). KPU UIN Jakarta akhirnya resmi menerbitkan jadwal Pemira yang dijadwalkan terlaksana pada 19 Maret 2019. Bersamaan dengan hal tersebut, Rektor UIN Jakarta Amany Burhanuddin Umar Lubis bersama Warek Bidang
>> Bersambung ke halaman 15.....