Tabloid Edisi XXIX November 2013

Page 1

LAPORAN UTAMA

LAPORAN KHUSUS

Dosen Kurang, Kompetensi Akademik Dipertaruhkan

Sejak didirikan 28 tahun lalu, LPM INSTITUT selalu konsisten mengembangkan perwajahan pada produk-produknya, semisal pada Tabloid INSTITUT, Majalah INSTITUT, dan beberapa tahun ini secara continue mempercantik portal lpminstitut.com.

Susur Diri Bersama Mada

Sudarnoto: Ini Bukan Plesiran

Hal. 3

Pasang Iklan

RESENSI

Hal. 5

Hal. 13

Edisi XXIX/ November 2013 - Diterbitkan Lembaga Pers Mahasiswa INSTITUT UIN Jakarta - www.lpminstitut.com

Space iklan menjadi salah satu yang terus dikembangkan LPM INSTITUT. Oleh sebab itu, yuk beriklan di ketiga produk kami. Kenapa? Ini alasannya:

Tabloid INSTITUT

Terbit 4000 eksemplar setiap bulan Pendistribusian Tabloid INSTITUT ke seluruh universitas besar se-Indonesia dan Instansi pemerintahan (Kemenpora, Kemenag dan Kemendikbud)

INSTITUT Online

Memiliki portal online dengan sajian berita seputar kampus dan nasional terbaru dengan kunjungan 800-1000 per hari

Majalah INSTITUT sajian berita bercorak investigatif dan terbit per-semester Hub: Aprilia Telp: 081297027691/ 089685857411 Twitter: @RempahRanum e-mail: aprilia_karsowijoyo@yahoo.com

Dosen Eksodus, Intelektual Pupus Ahmad Sayid Muarief

Dosen sebagai tenaga pendidik seharusnya bisa mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Hal tersebut tertera dalam UUD No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Namun pada kenyataannya, peran dosen di perguruan tinggi bergeser, mereka lari ke dunia politik, bisnis, dan mengejar jabatan administratif di kampus. Perihal di atas diungkapkan sejarawan sekaligus dosen Pendidikan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada (UGM) Agus Suwignyo. Ia menjelaskan, kampus-kampus di Indonesia belakangan ini kosong karena eksodus para dosen ketiga ranah tersebut.” Saya kira ada problem besar dunia kampus dalam menyikapi dinamika dan perubahan besar di sekelilingnya,” ungkapnya kepada INSTITUT, Jumat (22/11). Agus mengatakan, meskipun banyak akademisi yang nyambi sebagai politisi yang akhirnya berlabuh di penjara karena korupsi, namun hasrat hijrah ke pusaran tersebut terus meningkat. “Bahkan rekan saya sesama dosen yang baru menjadi doktor ingin menjadi politisi pada pemilu 2014,” ujarnya. Selain itu, kata Agus, sebagian dosen yang tetap di kampus umumnya tak lagi menggeluti tradisi intelek-

tual, melainkan mengejar jabatan struktural kampus. “Orientasi dosen-dosen tersebut bukan lagi pada karya penelitian, publikasi ilmiah, dan pelayanan bermutu kepada mahasiswa, melainkan posisi manajerial,” katanya. Tak hanya itu, mereka umumnya semakin tidak menunjukkan gereget kerja akademik yang menginspirasi. Bagi Agus, profil kecendekiawanan tereduksi menjadi sebatas terpenuhinya tuntutan administrasi karir, yang memang berdampak pada gaji dosen. “Dalam konteks ini, lenyapnya watak kecendekiawanan tecermin dalam pelanggaran etika akademik, misalnya plagiarisme. Hal itu merupakan akibat, bukan sebab, dari merosotnya mutu profesionalitas dosen sebagai akademisi,” tuturnya. Agus menuturkan, gelombang eksodus dosen me-

negaskan bahwa pendidikan tinggi Indosesia sedang menghadapi problem delegitimasi parah. Hal itu juga menunjukkan bahwa kampus-kampus di Indonesia kosong dari nilai-nilai dan standar moral. Bergesernya Nilai Asketisme Menurut Agus, kampus kosong karena adanya pergeseran nilai asketisme intelektual. Yaitu etos kerja akademik yang menuntut ketekunan dan kesetiaan dalam pencarian kebenaran ilmiah. “Pergeseran nilainilai tersebut ditandai migrasi akademisi dari elite fungsional menjadi elite politik,” paparnya.

Bersambung ke hal. 12 kol. 2


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.