Tabloid Institut 53

Page 1

Edisi LIiI / Februari 2018

LAPORAN UTAMA

LAPORAN KHUSUS

Kalang Kabut SKS

Hal. 2

www.lpminstitut.com

Email: redaksi.institut@gmail.com

Terbit 16 Halaman

Dosen Minim Berikan Pengajaran

LPM INSTITUT - UIN JAKARTA

Telepon Redaksi: 0896 2741 1429

WAWANCARA

Hal. 3

@lpminstitut

UIN Jakarta Ubah Kalender Akademik Hal. 11

@lpminstitut

@Xbr4277p

RUWET JADWAL AKADEMIK

M. Rifqi Ibnu Masy ibnu.masy15@mhs.uinjkt.ac.id

Perubahan Kalender akademik diterapkan. Tak pelak, pelbagai persoalan pun mengiringinya.

Civitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dikejutkan dengan edaran Surat Keputusan (SK) Rektor Nomor 846 Tahun 2017 pada Desember 2017 lalu. SK rektor tersebut menganulir SK Rektor Nomor 630 Tahun 2017 tentang Kalender Akademik (KA), sebagaimana tertera dalam Buku Pedoman Akademik

2017/2018. Imbasnya perkuliahan semester genap pun aktif sebulan lebih cepat dari yang seharusnya, yaitu 1 Februari 2018. Pelbagai persoalan di kalangan mahasiswa pun bermunculan akibat perubahan KA ini. Seperti yang dialami Selon (bukan nama sebenarnya). Mahasiswa semester enam Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik UIN Jakarta ini harus memutar otak terkait waktu pelaksaan magang yang Ia jalani. Pasalnya, sejak awal Februari 2018 hinggga akhir Maret 2018 Ia telah terikat kontrak magang dengan Kementrian Pertahanan (Kemhan) Republik Indonesia (RI). Berbekal lembaran SK Rektor Nomor 846 Tahun 2017 dan SK

Rektor Nomor 630 Tahun 2017 Selon mendatangi koordinator magang Kemhan RI untuk meminta perubahan jadwal magang. Tak terelakkan, Ia pun menuai protes dari pihak Kemhan RI karena tak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Setelah perbincaangan panjang, akhirnya Ia pun memperoleh pengurangan waktu magang menjadi 35 hari

dari Kemhan RI. “Saya sendiri bingung tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena memang ini sudah menjadi keputusan kampus,� tuturnya Rabu, (14/2). Tak hanya itu, perubahan KA ini pun berimbas dalam proses

>> Bersambung ke halaman 15 kolom dua...


LAPORAN UTAMA

2

Kalang Kabut SKS

Foto: Dokumen Pribadi

Salam Redaksi Salam Mahasiswa! Pembaca budiman, hampir satu bulan berlalu rasanya lega melepaskan segala kerinduan suasana kampus, meski tak lama. Kini pada awal bulan perkuliahan setelah melewati pelbagai pikiran yang berkecamuk, bertempat di sekretariat lantai tiga Student Center Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, kami melakukan rapat redaksi pada Jumat (2/2) silam. Di sela penggarapan tabloid, kami pun tengah menyiapkan keperluan untuk pendaftaran anggota 2018. Namun, kembali tetap kami menyuguhkan Tabloid Institut edisi ke-53. Pembaca tercinta, tabloid edisi Februari ini menyampaikan dilema perubahan kalender akademik. Pemilihan isu ini terjadi melalui perdebatan di dapur redaksi Institut. Isu ini diangkat pastinya dengan berbagai fakta di lapangan. Semenjak perubahan jadwal akademik UIN Jakarta diterapkan mahasiswa di beberapa fakultas harus menelan pil pahit. Gamang ketika kebijakan itu berlaku di saat mereka tengah mempunyai agenda terjadwal, kacau! Tak ketinggalan pada rubrik laporan utama kami juga membahas tentang polemik kebijakan Satuan Kredit Semester (SKS) jurusan Akidah Filsafat Islam (AFI). Pasalnya, kebijakan ini merugikan mahasiswa jurusan AFI yang tengah duduk di bangku akhir perkuliahan. Mereka harus mengambil kuliah lagi di saat ruwetnya skripsi. Tak pelak, audiensi mereka lakukan untuk mendapatkan kepastian. Apa boleh buat, hal ini imbas dari penyesuaian SKS jurusan AFI. Kemudian pada laporan khusus kami mengupas berita tentang dosen yang terkesan lalai dengan kewajiban. Dosen seharusnya dapat menghadiri kegiatan tatap muka di kelas. Imbasnya, proses belajar dan mengajar tak optimal. Tak sedikit mahasiswa yang gagal paham karena dosen kurang berikan pengajaran dengan dalih lokakarya dan penulisan jurnal. Pada rubrik laporan khusus lainnya, kami juga membahas tentang kontrol koleksi buku di perpustakaan. Banyak mahasiswa yang meminjam buku namun jarang mengembalikan tepat waktu hingga buku tak kembali. Sehingga sistem kontrol koleksi kian dipertanyakan. Di rubrik kampusiana kami membahas tentang isu kesehatan yang tengah berkembang. Aksi cepat dalam menanggapi wabah difteri diangkat mengingat pihak kampus mengadakan vaksin gratis. Tak hanya itu, kalangan mahasiswa pun banyak yang berkecimpung dalam kegiatan sosial dalam mengisi waktu luang. Keselurahan berita kami ini sajikan sebagai kontrol sosial terhadap kampus. Selamat membaca. Salam Mahasiswa. Baca, Tulis, Lawan!

Tabloid INSTITUT Edisi LIII / FEBRUARI 2018

Kurikulum Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014/2015. Kurikulum ini menjadi acuan dalam pengambilan Sistem Kredit Semester.

Siti Heni Rohamna nana.rohamna@gmail.com Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam dikagetkan kebijakan baru. Pemangkasan Sistem Kredit Semester hingga penambahan mata kuliah pilihan dinilai merugikan. Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014 kaget saat masa pengisian Kartu Rencana Studi. Pasalnya, dalam portal Academic Information System (AIS) tertera satu mata kuliah pilihan yang harus diambil lagi. Lazimnya, mata kuliah pilihan diambil pada semester 5, 6 dan 7. Namun, kini mahasiswa yang telah menginjak semester 8 diwajibkan mengambil satu mata kuliah pilihan. Salah seorang Mahasiswa AFI Ahmad Hujaeri merasa keberatan dengan kebijakan tersebut. Pasalnya, mahasiswa semester 8 itu diwajibkan mengambil satu mata kuliah pilihan lagi tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. “Kebijakannya baru ditetapkan pihak jurusan AFI,” ungkapnya di ruangan Kajur AFI, Selasa (6/2). Tak hanya Ahmad, hal yang sama juga dirasakan oleh Zainuddin. Ia mengeluhkan kebijakan jurusan yang tidak memihak kepada mahasiswa. “Seharusnya saya sudah bisa fokus ke skripsi semester ini, tapi saya harus mengambil satu mata kuliah pilihan lagi,” ucapnya saat ditemui di depan Student Center, Selasa (6/2). Kebijakan itu dikeluarkan oleh Kepala Jurusan (Kajur) AFI Tien Rohmatin. Ia mengubah kebijakan mata kuliah pilihan. Menurut aturan mata kuliah pilihan yang diumumkan sebelumnya, mahasiswa jurusan AFI hanya diwajibkan mengambil 2 mata kuliah pilihan. Kini, mahasiswa AFI diwajibkan mengambil 3 mata kuliah pilihan.

Tak sampai di situ, mahasiswa AFI yang lainnya, Sadad Muhammad mengaku adanya pemangkasan Sistem Kredit Semester (SKS) dari mata kuliah diambil di semester sebelumnya. Sosialisasi kebijakan dari Kajur AFI itu dinilai kurang yang menimbulkan kegaduhan di kalangan mahasiswa AFI. “Ada bobot SKS dari mata kuliah yang dikurangi,” ucapnya saat dihubungi Institut via WhattsApp, Rabu (14/2). Lebih lanjut, Zainuddin mengatakan jumlah SKS yang mereka ambil sudah melampaui target. Hinggi kini, 144 SKS sudah ia peroleh belum termasuk 2 mata kuliah yang nilainya belum masuk dalam AIS. Tak hanya itu, nilai Kuliah Kerja Nyata (KKN) pun belum dimasukkan dalam AIS. “Jika dikalkulasi saya sudah mengambil sekitar 160 sks, lalu kenapa saya harus mengambil satu mata kuliah pilihan lagi?,” keluhnya, Selasa (6/2). Terkait kebijakan ini, mahasiswa AFI pun melakukan audiensi di ruangan Kajur AFI pada Selasa (6/2). Audiensi itu dihadiri oleh Tien Rohmatin. Menurut keterangan Kajur AFI Tien, jika mahasiswa tetap mengambil 162 sks akan menyalahi aturan yang tertera pada Surat Keputusan Rektor UIN Jakarta Nomor 791 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Sarjana UIN Jakarta. SK Rektor tersebut menyatakan jumlah SKS maksimal yang diambil mahasiswa UIN Jakarta sejumlah 150 SKS. “Kalau tidak dipangkas maka akan menyalahi aturan,” katan-

ya saat ditemui di ruangannya, Rabu (7/2). Menanggapi hal ini, Institut menemui Wakil Rektor Bidang Akademik Fadhilah Suralaga menyatakan, kurikulum itu disesuaikan per angkatan sejak kurikulum tersebut diberlakukan. Seperti kurikulum terbaru tahun 2015. “Agar tidak terlalu berat maka kita menetapkan maksimal 150 sks,” kata Fadhilah saat ditemui di ruangannya, Jum’at (10/2). Fadhilah juga menuturkan, jumlah maksimal 150 sks tersebut diberlakukan untuk mahasiswa angkatan 2015, 2016, dan 2017. Kendati demikian, Fadhilah menyatakan jika belum menerima laporan terkait kasus di prodi AFI. “Kalau kurikulum lama memang ada yang mencapai 160 SKS lebih. Tidak masalah jika jumlah SKS tersebut tetap digunakan mahasiswa 2014,” tuturnya, Jum’at (10/2). Sementara itu, Kepala Subdirektorat Pengembangan Akademik Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Mamat Salamet menyatakan dalam kasus AFI, kebijakan yang terjadi bukanlah pemangkasan SKS. Namun kasus ini adalah penyesuaian untuk regulasi SKS. “Dari pemerintah hanya memberi aturan umum. Namun kewenangannya tetap diserahkan pada perguruan tinggi masing-masing,” katanya saat ditemui di Kantor Kementerian Agama, Kamis, (14/2).

Pemimpin Umum: Eko Ramdani | Sekretaris & Bendahara Umum: Atik Zuliati | Pemimpin Redaksi: Alfarisi Maulana | Pemimpin Penelitian dan Pengembangan: Muhamad Ubaidillah Anggota: Ayu Naina Fatiha, Hidayat Salam, Moch. Sukri, M. Rifqi Ibnu Masy, Nurlely Dhamayanti, Nuraini, Nur Fadhillah, dan Siti Heni Rohamna Koordinator Liputan: Nurfadhillah | Reporter: Ayu Naina Fatiha, Nurlely Dhamayanti, Siti Heni Rohamna, Nuraini, Moch. Sukri, M. Rifqi Ibnu Masy, dan Hidayat Salam Editor: Eko Ramdani, Atik Zuliati, Muhammad Ubaidillah dan Alfarisi Maulana | Fotografer: Instituters Desain Visual & Tata Letak: Eko Ramdani, Hidayat Salam, M. Sukri | Desain Sampul: Eko Ramdani | Info Grafis: Nuraini | Editor Bahasa: M. Rifqi Ibnu Masy Alamat Redaksi: Gedung Student Center Lantai 3 Ruang 307 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. H. Djuanda No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan 15412 Telepon: 085891162072/089627411429 | Email: redaksi.institut@gmail.com | Website: www.lpminstitut.com ~~~Setiap reporter INSTITUT dibekali tanda pengenal serta tidak dibenarkan memberikan insentif dalam bentuk apapun kepada reporter INSTITUT yang sedang bertugas~~~


Tabloid INSTITUT Edisi LIII / FEBRUARI 2018

LAPORAN KHUSUS

3

Foto: Abdul Muiz

Dosen Minim Berikan Pengajaran

Hidayat Salam hidayatsalam2016@gmail.com

Nampak seorang dosen sedang mendampingi mahasiswa presentasi dalam perkuliahan mata kuliah Metode Pemahaman Hadis di Fakultas Ushuluddin, Senin (19/2). Tatap muka menjadi salah satu poin yang termasuk ke dalam Beban Kerja Dosen.

Tak hanya mahasiswa, dosen juga dituntut untuk bertatap muka memberikan perkuliahan dengan mahasiswa minimum 75 persen per semester. Bahkan, apabila kurang dari angka minimum, terancam tak bisa menggelar ujian. Waktu menunjukkan pukul 07.30 WIB, salah seorang mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Arumi (nama samaran) menceritakan telah lari—terburu-buru— saat hendak mengejar kelas mata kuliah Islam dan Kesehatan Mental. Nahas, dengan raut wajah kecewa, Arumi mengungkapkan bahwa sesampainya di kelas yang berada di lantai 6 itu perkuliahan mata kuliah tersebut diliburkan. Pengalaman itu Arumi alami saat perkuliahan semester lima silam. Namun, wanita yang kini duduk di semester 6 Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) ini berkata bahwa kejadian tersebut sering ia alami. Alasan diliburkannya perkuliahan secara tiba-tiba, lanjut Arumi lantaran dosen pengampu mata kuliah yang bersangkutan sedang ada kegiatan workshop dan penulisan jurnal ilmiah. “Dosen sering beralasan ada seminar penulisan jurnal,” katanya, Kamis (8/2). Senada dengan Arumi, Muhammad Farhan yang juga mengambil mata kuliah tersebut. Ia terpaksa harus belajar

secara mandiri dengan mengikuti silabus yang diberikan pada awal perkuliahan. Hal ini Ia lakukan agar tetap efektif mata kuliah yang Ia pelajari. “Terkadang belajar sendiri dari bahan materi-materi yang sudah dipresentasikan di kelas,” keluhnya, Kamis (15/2). Terkait keluhan mahasiswa tersebut, dosen mata kuliah Islam dan Kesehatan Mental, Nasichah tak menampik hal tersebut. Ia beralasan pada semester 5 silam— saat perkuliahan mata kuliah yang diampunya berlangsung—dirinya sedang menyelesaikan penulisan

jurnal ilmiah. “Alhamdulillah jurnal sudah seles­­ai dikerjakan akhir tahun kemarin,” ujarnya, via Whatsapp Rabu (14/2). Lebih lanjut, Nasichah mengatakan terkait kegiatan lokakarya menurutnya tidak semua diadakan bersamaan dengan jam mengajar. Akan tetapi apabila berbenturan, Ia akan menginformasikan kepada mahasiswa dan meminta agar diganti dengan waktu lain. “Walau harus mengganti pada hari lain namun materi perkuliahan tersampaikan dengan tuntas,’ katanya, Kamis (15/2). Menanggapi keluhan tersebut, Wakil Rektor Bidang Akademik Fadhilah Suralaga mengatakan bahwa tatap muka dalam perkuliahan harus mencapai minimum 75 persen per semesternya. Hal itu sesuai dengan pedoman Beban Kerja Dosen (BKD) yang berlaku. Fadhilah juga menjelaskan, untuk mengawasi kinerja dosen, pengawasan diberikan kepada masing-masing Program Studi (Prodi). Kemudian Prodi memverifikasi terkait pertemuan mata kuliah tersebut, apakah telah memenuhi batas minimum sebanyak 75 persen pertemuan atau tidak. Senada dengan Fadhilah, Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Sururin pun memaparkan bahwa Prodi bertanggungjawab mengontrol kinerja dosen. Selanjutnya, sebagai bukti dosen telah melakukan kegiatan belajar mengajar maka dosen memasukkan nilai pada Academic Information System (AIS). “Kebe-

tulan dengan adanya AIS lebih mudah melihat dan mengawasi kinerja dosen,” ungkapnya, Jumat (16/2). Selanjutnya sebagai evaluasi, setiap dosen harus melaporkan BKD setiap semester sesuai dengan pedoman yang berlaku. Menurut perempuan yang juga dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam ini menjelaskan, evaluasi BKD dilakukan secara berkala persemester. Dosen melaporkan BKD kepada Dekan, kemudian Dekan kepada Rektor, selanjutnya Rektor kepada Dirjen Pendis Kemenag. “Pelaporan BKD kepada universitas nanti sebagai syarat pencairan dana tunjangan,” tutur Sururin, Jumat (16/2). Terkait BKD, dalam Surat Keputusan Rektor UIN Jakarta nomor 519 tahun 2015 tentang Pedoman Beban Kerja Dosen dan Evaluasi Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, Bab VII Poin BKD dijelaskan bahwa kegiatan memberi kuliah efektivitas tatap muka sebanyak 14-16 kali setiap semester, termasuk Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Apabila tidak memenuhi minimal 75 persen tatap muka, maka dosen yang bersangkutan tidak bisa mengadakan ujian mata kuliah. “Dalam artian, perkuliahan tersebut gagal,” tutup Fadhilah saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (9/2).

Kurangnya Sistem Kontrol Perpustakaan Nuraini n.aini2997@gmail.com

Rak demi rak, Agie Anditia Felangi mencari buku bertema komunikasi. Sayang, buku yang Ia maksud tak kunjung Ia temukan. Dengan rasa berat, ia pun langsung meninggalkan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidikom). Padahal saat mencari buku pada katalog dalam jaringan (daring) melalui komputer perpustakaan fakultas (PF) buku tersebut tercatat “tersedia”. Tak habis akal, Agie segera mengunjungi Pusat Perpustakaan (PP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang persis di depan Fidikom. Hasil sama didapatkan Agie, buku yang Ia cari tak ditemukan. “Enggak kebagian sama yang lain, bukunya susah dicari,” keluhnya, Kamis (15/2). Hal serupa dirasakan Wahyuni. Yuni yang juga mahasiswi semester 6 Fidikom ini terlihat sedang mencari buku di perpustakaan fakultasnya. Sayang pencariannya tak membuahkan hasil. “Bukunya sering enggak ada,” katanya, Senin (12/2). Berdasarkan data yang dihimpun

Institut, dari 51.201 total transaksi terakhir peminjaman di Perpustakaan Fidikom, terdapat 267 buku yang belum dikembalikan. Sedangkan pada Januari 2018 tercatat 736 buku yang terlambat dikembalikan ke PP UIN Jakarta. Menanggapi pengawasan perpustakaan, Kepala PP UIN Jakarta Amrullah Hasbana menjelaskan bahwa PP UIN Jakarta memberlakukan denda Rp500 per hari. Hal ini sebagai bentuk sanksi buku yang dipinjam sudah jatuh tempo. “Denda sebagai cara agar mahasiswa dapat disiplin dan bisa mengembalikan tepat waktu,” terangnya, Senin (12/2). Sistem denda tak berlaku di perpustakaan fakultas. Perpustakaan Fidikom tidak memberlakukan denda bagi peminjam yang terlambat mengembalikan koleksi perpustakaan. Menurut Kepala Perpustakaan Fidikom Yarma, sanksi tidak diterapkan karena merasa kasihan dengan

mahasiswa. “Yang penting bukunya dikembalikan,” ucapnya, Rabu (7/2). Tak hanya itu, Staff Layanan Sirkulasi Perpustakaan Fidikom Nuryadi Fasah pun mengatakan, sistem keamanan di Perpustakaan Fidikom kurang terjamin. Pasalnya, perpustakaan ini belum memiliki alat deteksi buku di pintu keluarnya seperti di PP dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Menurut Nuryadi, hal tersebut memberikan ruang bagi pengunjung membawa buku tanpa melalui proses peminjaman. Dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 pasal 50 tentang Perpustakaan disebutkan bahwa pemeliharaan koleksi termaktub sebagai bentuk pengawasan dari penyelenggara perpustakaan. Pengawasan

Foto: Nuraini/INSTITUT

Sistem pengawasan di perpustakaan UIN Jakarta dinilai masih minim. Mahasiswa pun terkena imbasnya.

Seorang mahasiswa tengah mengambil buku di PP UIN Jakarta, Sabtu (17/2). Sayang, koleksi buku tak lengkap karena masih ada mahasiswa yang belum mengembalikan tepat waktu.

perpustakaan meliputi supervisi yang dilakukan oleh pimpinan perpustakaan dan lembaga perwakilan pihak-pihak. Penyelenggara atau masyarakat melakukan evaluasi terhadap program perpustakaan. Salah seorang Pustakawan Ahli Muda Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) Abdul Rahim mengatakan, pengelolaan dan pemeliharaan koleksi menjadi poin yang sangat krusial. Karenanya

proses peminjaman akan lancar jika sistem manajemen pemeliharannya baik. Kemudian, dalam pemberian peringatan, perpustakaan dapat menghubungi peminjam via telepon. Cara itu dilakukan guna kemudahan dalam mengurus peminjaman. “Perpanjangan peminjaman juga dapat dilakukan via telepon,” jelasnya saat ditemui di Gedung Perpusnas, Jumat (15/2).


4

KAMPUSIANA

Tabloid INSTITUT Edisi LIII / FEBRUARI 2018

Misi Sosial Berbentuk Cek Kesehatan

Nurlely Dhamayanti nurlelyd5@gmail.com

Meningkatnya problematika di masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan dan sosial, secara tidak langsung menuntut mahasiswa untuk lebih kreatif dalam menggelar kegiatan. Mahasiswa yang disebut-sebut sebagai agen perubahan harus berinovasi agar kegiatan tepat sasaran sesuai kebutuhan masyarakat. Hal inilah yang melatarbelakangi mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar kegiatan cek kesehatan bagi masyarakat. Meskipun berasal dari organisasi yang berbeda, kesamana tujuan telah mempersatukan mahasiswa dalam satu wadah kegiatan sosial tersebut. Ketua Jurusan Farmasi Rinaldi Nur Ibrahim mengatakan, masyarakat kurang memiliki pengetahuan dalam bidang kesehatan. Melihat fakta tersebut, Inal (sapaan akrabnya) bersama mahasiswa lain menggelar kegiatan cek kesehatan tersebut. “Disamping menjalankan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi,” ujar Inal, Rabu (7/2). Sambil menyelam minum air. Peribahasa itu tampaknya dip-

raktikkan betul oleh Inal dan kawan-kawannya. Pasalnya, selain menjadi sarana untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya hidup sehat, masyarakat yang memanfaatkan jasanya akan dimintai biaya. Inal menceritakan bahwa dana hasil kegiatan tersebut digunakan untuk menutupi kekurangan biaya kunjungan akademis Jurusan Farmasi ke industri farmasi di dalam maupun di luar negeri. Tak hanya itu, dana pun dialokasikan untuk mengadakan bakti sosial yang diadakan setiap Ramadhan. Hal senada diungkapkan oleh Ketua UIN Syahid Medical Rescue (USMR) Muhammad Ilmul Yaqin Amha. Ia mengatakan banyak manfaat dari kegiatan tersebut. Selain membantu masyarakat memeriksakan kesehatannya, kegiatan ini juga menjadi sarana praktik mahasiswa FKIK. “Untuk menambah edukasi,” tutur Ilmul (panggilan akrabnya), Selasa (6/2). Amha menambahkan dana hasil dari kegiatan pun di alokasikan untuk bakti sosial yang rutin diadakan minimal dua kali

Foto: Dokumen Pribadi

Biaya kegiatan pendidikan yang mahal serta bentuk pembelajaran yang beragam membuat mahasiswa harus mencari alternatif jalan keluar. Membuka jasa check-up kesehatan menjadi salah satu jalan yang ditempuh.

Seorang pasien laki-laki tengah melaksanakan cek kesehatan di Situ Gintung.___ Kegiatan in diadakan oleh beberapa mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta.

setahun. Seperti khitanan massal dan pemeriksaan Inspeksi Visual Asama Asetat (IVA). Biasanya, lanjut Ilmul adanya kegiatan berdasarkan maraknya gejala yang sedang merebak. Community of Santri Scholars of Ministry of Religius Affairs (CSSMoRA) pun tak ingin ketinggalan meramaikan penyelenggaraan cek kesehatan. Ketua CSSMoRA, Syarif Pujiantoro menuturkan bahwasanya tujuan dari dibentuknya kegiatan ini ialah untuk memenuhi kebutuhan finansial

organisasi. Salah seorang pasien, Mochamad Thoriq Assegaf Al-Ayyubi, mengaku pihak penyelenggara yang masih muda menjadi daya tarik sendiri untuknya. “Saya malu kalau ke rumah sakit. Kalau disini tidak, karena petugasnya sepantaran,” ujar Thoriq, Jumat (9/2). Hal inilah yang membuatnya malas pergi kerumah sakit. “Petugas di sini pun sangat terampil dan bersahabat,” tuturnya lewat Line. Menananggapi maraknya ma-

hasiswa membuka jasa cek kesehatan, Dekan FKIK, Arief Sumantri memberikan tanggapan positif. Menurutnya hal tersebut sebagai sarana pengenalan dini profesi kesehatan, sehingga mahasiswa tahu kondisi lapangan. Lebih lanjut, Ia berharap agar kegiatan ini dapat berkesinambungan dan kedepannya dapat menjangkau daerah-daerah lain. “Tidak hanya sekitar kampus,” tutup Arief, Selasa (13/2).

Aksi Tanggap Difteri

Nur Fadillah dilfadillah05@gmail.com

Kasus Difteri yang mewabah 20 provinsi di Indonesia merenggut banyak nyawa. Hingga Desember 2017 tercatat 32 kematian akibat difteri. Sebagai salah satu cara menanggulanginya, Rumah Sakit (RS) Syarif Hidayatullah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Tangerang Selatan mengadakan vaksinasi difteri gratis untuk mahasiswa. Pengadaan Vaksinasi difteri ini sebagai bentuk kepedulian kepada mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Salah seorang mahasiswa yang mengikuti vaksin, Nuurun Nabiilah Masyhud merasa senang dengan adanya vaksin gratis dari RS Syarif Hidayatullah. Terlebih vaksin difteri ini ternyata sudah diharapkan sejak difteri dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia.

“Seneng, ada vaksin gratis,” ungkap mahasiswa semester dua, jurusan Kesehatan Masyarakat (Kesmas) itu. Nuurun menceritakan, untuk mengikuti vaksin gratis, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Pada saat pendaftaran mahasiswa diwajibkan menulis nama, nomor induk mahasiswa hingga fakultas dan jurusan. Menurut Nuurun pencantuman tersebut bertujuan sebagai bukti bahwa yang mendaftar benar mahasiswa UIN Jakarta. Senada dengan Nuurun, Nabila Afifah Apparesya menambahkan bahwa adanya vaksin gratis sangat membantu mahasiswa. ”Dengan vaksin penularan difteri bisa diminimalisir,” tulisnya, Selasa (16/2) melalui via WhatsApp. Selain itu, Nabila menambahkan jarak klinik dengan fakultas tidak terlalu jauh, sehingga memudahkan mahasiswa untuk melaku-

Foto: Dokumen Pribadi

Difteri merebak mengundang perhatian banyak khalayak. Karenanya, Rumah Sakit Syarif Hidayatullah mengadakan vaksin difteri gratis bagi mahasiswa UIN Jakarta sebagai pencegahan.

Seorang pasien terlihat sedang diberikan vaksin difteri di RS Syarif Hidayatullah, Jumat (29/12). Vaksin difteri ini diberikan secara gratis kepada mahasiswa di bawah umur 19 tahun.

kan vaksin. Pelaksanaan vaksinasi difteri gratis dimulai sejak 6 - 15 Februari 2018 itu hanya diperuntukkan mahasiswa di bawah umur 19 tahun. Karenanya, sebagian mahasiswa pun kecewa. Nabila mengatakan temannya tidak bisa mendaptkan vaksin gratis karena persoalan umur. “Disuruh ke puskesmas sama pihak klinik,” tuturnya, Selasa (16/2). Vaksin gratis tersebut dimulai pukul 09.00-12.00 WIB. Mahasiswa bisa datang

langsung ke klinik sesuai hari perfakultas yang terdapat di poster yang tersebar di media sosial. Kepala Sub Bagian Publikasi dan Dokumentasi UIN Jakarta, Feny Arifiani mengamini bahwa vaksinasi difteri hanya terbatas pada mahasiswa di bawah 19 tahun. Ia pun mengungkapkan kebijakan tersebut merupakan aturan dari Kemenkes tidak ada kaitannya dengan UIN Jakarta . “Kalau diatas umur 19 tahun itu bayar,” tegasnya, Rabu (7/2).

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fase Badriah pun turut menanggapi positif pemberian vaksin gratis dari RS Syarif Hidayatullah untuk mahasiswa UIN Jakarta di bawah usia 19 tahun. Ia pun berharap agar ke depannya pihak kampus bisa memfasilitasi vaksinasi difteri lebih luas sivitas akademika. “Vaksinasi difteri baik untuk perlindungan,” tukasnya, Senin (19/02).


SURVEI

Tabloid INSTITUT Edisi LIII / FEBRUARI 2018

Respon Mahasiswa Terhadap Percepatan Kalender Akademik Bulan ramadhan yang semakin maju menjadi dasar dari bagi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mempercepat pelaksanaan kalender akademik Semester Genap 2018. Percepatan ini mulai berlaku pada Februari 2018, dengan harapan li-

buran lebaran tidak mengganggu kegiatan perkuliahan. Kebijakan ini berdampak pada berbagai sektor kegiatan perkuliahan, mulai dari keterlambatan pengisian nilai oleh dosen, pengisian Kartu Rencana Studi yang terhambat hingga pelaksanaan

Excellent Computer:

Praktik Belajar Lapangan yang tertunda bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Berdasarkan hasil survei Lembaga Pers Mahasiswa Institut, 53,9% mahasiswa setuju dengan adanya percepatan Kalender Akademik Semester Genap 2018. Ma-

hasiswa yang merasakan dampak dari adanya kebijakan ini sebesar 79,4%. *Survei ini dilaksanakan sejak 5 sampai 19 Februari 2018, dengan jumlah responden sebanyak 228 dari pelbagai fakultas. 141 orang diantaranya tidak setuju

5

kebijakan ini diterapkan di masa yang akan datang. Metode pengambilan dalam survei ini adalah propotionated stratified random sampling. Hasil ini tidak bermaksud untuk lembaga atau fakultas di UIN Jakarta

REKOMENDASI

Harga Murah Kualitas Oke Laptop atau Notebook anda rusak? Bingung cari tempat servis yang terpercaya? Atau anda sedang mencari laptop dan PC dengan berbagai spesifikasi sesuai kebutuhan anda? Tak perlu bingung dan khawatir lagi karena semua permasalahan anda akan terjawab di Excellent Computer. Berkunjung ke Excellent Computer yang terletak di Jl. Legoso Raya No 06 (Seberang Mahad Ali UIN, Sebelah Toserba Amanah, Belakang Polsek Ciputat), anda akan mendapatkan barang yang berkualitas tinggi dan bergaransi resmi. Apalagi dengan harga yang pas dengan kantong mahasiswa, Excellent Comp menawarkan keunggulan tersebut untuk mempermudah konsumen dalam memenuhi kebutuhannya

dalam bidang komputerisasi. Excellent Comp memberikan layanan servis laptop yang beraneka ragam mulai dari recovery OS Windows 7,8,dan 10, penghapusan virus dan penginstalan program lengkap. Juga melayani servis mati total, tersiram air,serta penggantian komponen laptop seperti keyboard, Charger, LCD Pecah, dll. Excellent Comp juga melayani servis Cleaning Fan Prosessor dan pembersihan komponen internal bagi laptop yang sering Stug, overheat karena kepanasan atau fan laptop yang eror. Excellent Comp, juga melayani pembelian Assesoris komputer dan laptop seperti Flashdisk, Modem, dan aksesoris lainnya yang tentunya ori dan bergaransi. Kami menerima komplain pelanggan

dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Sudah 4 tahun Excellent Comp melayani kebutuhan Masyarakat dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada Maret 2016 lalu, Excellent Comp mengadakan undian berhadiah utama Laptop Asus dan berbagai hadiah menarik lainnya untuk merayakan 4 tahun berdirinya Excellent Comp, nantikan undian berhadiah lainnya dalam waktu dekat. Setiap awal bulan Excellent Comp memberikan diskon

khusus untuk beberapa produk unggulan seperti Flashdisk atau Modem. Khusus Bulan Maret-April 2018 ini, Excellent Comp memberikan Diskon khusus untuk produk Flashdisk Sandisk Blade 16 GB, garansi resmi 1 tahun, Hanya Rp82.000 saja, terba-

tas untuk 500 unit. Jadi, tunggu apalagi langsung saja ke Excellent Computer dan dapatkan layanan berkelas, barang berkualitas, dengan harga bersaing, dan tentunya bergaransi resmi.


6

INFO GRAFIS

Tabloid INSTITUT Edisi LIII / FEBRUARI 2018

Keluarga Besar LPM Institut Mengucapkan


PERJALANAN

Tabloid INSTITUT Edisi LIII / FEBRUARI 2018

jalanan dilanjutkan menuju pusat kotamadya Mataram dengan menggunakan angkutan umum Bus Damri bandara. Tak hanya itu, pengunjung juga dapat menggunakan jasa travel dengan menempuh waktu kurang lebih satu jam tiga puluh menit lamanya.

utarakita.com

Bentek, Miniatur Kebinekaan Indonesia

M. Rifqi Ibnu Masy ibnu.masy15@mhs.uin.jkt.ac.id Berwisata alam sembari mempelajari nilai keberagaman mempunyai daya tarik tersendiri. Desa Bentek di Lombok Utara menyajikan kebinekaan unik dalam kehidupan sosial masyarakatnya. mempunyai latar belakang agama dan budaya berbeda. Sedangkan persentase penduduk Desa Bentek berdasarkan agama tahun 2017 di kantor kelurahan tercatat, Islam 45%, Buddha 45%, Hindu 9,6%, dan Kristen 0,04%. Populasi penduduk Kristiani menurut keterangan Wijaya merupakan bagian kecil pendatang. Desa Bentek mempunyai keunikan tersendiri dalam merawat kebinekaan, terlihat dari cara mereka berinteraksi sosial. Semua penduduk terlihat sama, baik itu umat Islam, Buddha, Hindu, dan Kristen memakai busana yang sama dan saling berbaur tanpa ada batasan agama. Perbe-

Mekha Wahdi, mereka sudah tidak menjumpai perselisihan dan konflik atas dasar perbedaan agama dan kepercayaan. “Derajat kami di atas toleransi, yaitu kekeluargaan,� tutur Mekha, Rabu (25/01).

Persoalan hukum di Desa Bentek berada di bawah peraturan adat, manyarakat lebih menaati peraturan yang dibuat tokoh dari masing-masing agama. Jika terjadi suatu konflik, maka penyelesaian dilakukan melalui jalur perundingan yang dihadiri masing-masing tokoh agama. Karena peraturan adat disusun oleh tokoh-tokoh yang mewakili agama dan kepercayaan di Desa Bentek, maka peraturan tersebut dapat diterima dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat. Untuk menuju Desa Bentek, pengunjung dapat mengunakan jalur transportasi udara melalui Bandara Internasional Lombok. Lalu per-

Dari kotamadya Mataram menuju Desa Benteng menempuh perjalanan 35,6 km, dengan estimasi waktu perjalanan hingga satu jam. Selain itu, di wilayah tersebut tidak tersedia transportasi umum seperti angkutan kota dan sejenisnya ke tempat tujuan. Sehingga wisatawan dapat menyewa transportasi untuk mempermudah perjalanan. Selama perjalanan menuju Desa Bentek, wisatawan akan dimanjakan pandangannya oleh panorama pantai yang membentang di sepanjang jalan. Sesampainya di Desa Bentek, wisatawan akan disambut penduduk dengan ramah tamah, tak jarang mereka mengenakan pakaian adat suku Sasak. Tepat di tengah-tengah pemungkiman desa, terdapat pelbagai bangunan peribadatan yang saling berdekatan. Seorang wisatawan asal Jakarta Manapiah Anadiroh mengatakan, berwisata ke Pulau Lombok memberikan wawasan baru akan pentingnya toleransi. Pelajaran berharga mengenai toleransi Ia dapatkan, salah satunya walau mereka terdiri dari berbagai umat beragama, namun tetap saling menghargai. Keharmonisan yang mereka tunjukan baik itu dari budayanya mereka masing-masing, serta ritual keagamaan juga sangat erat. “Antar umat beragama mereka saling toleransi,� ungkap Ana, Rabu (25/01).

RIFKI/INSTITUT

Ketika berkunjung ke Pulau Lombok, kebanyakan orang hanya menjelajahi pelbagai destinasi wisata alamnya yang indah. Padahal di Lombok, pengunjung juga dapat mengunjungi sebuah desa yang erat akan tradisi dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Salah satunya Desa Bentek di Kabupaten Lombok Utara, sebuah miniatur kebinekaan Indonesia. Label miniatur kebinekaan yang melekat pada Desa Bentek tidak serta-merta ada, melainkan cerminan dari keanekaragaman penduduknya. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Kepala Desa Bentek Warna Wijaya, bahwa penduduk Desa Bentek

daan hanya terlihat dalam ritual dan peribadatan saja, bukan dalam ranah kehidupan sosial. Ada pelajaran menarik dari pola kehidupan masyarakat Desa Bentek, dalam keragamannya mereka mejunjung tinggi nilai gotong-royong. Semua umat beragama harus turut andil dalam pembangunan rumah peribadatan. Apabila umat Buddha hendak membangun wihara, maka harus melibatkan seluruh warga Desa Bentek dari lintas kepercayaan. Begitupun umat Muslim jika hendak membangun masjid, maka seluruh masyarat Desa Bentek dari lintas agama harus ikut andil. Masyarakat Desa Bentek sangat menjunjung tinggi nilainilai kekeluargaan dalam kehidupannya, mereka tidak lagi mempersoalkan toleransi antar sesama. Menurut keterangan salah satu tokoh agama Budha

7

Open Recruitment LEMBAGA PERS MAHASISWA INSTITUT 2018 CP/WA : 082361860317/ DATANG LANGSUNG KE SEKRETARIAT KAMI, DI SC LT.3


OPINI

8

Tabloid INSTITUT Edisi LIII / FEBRUARI 2018

Berdamai dengan Sampah Oleh: Rizky Prio Wicaksono* akan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada. Angka yang sangat fantastis. Permasalahan sampah menjadi sangat akut. Namun, setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Hal itu juga yang harus diupayakan agar kebersihan lingkungan hidup semakin membaik, berdamailah dengan sampah. Berikut beberapa cara yang harus dilakukan dalam menanggulangi sampah. Pertama, reduce (mengurangi produksi sampah). Hal ini bisa kita upayakan dengan menggunakan tas belanja pribadi untuk mengangkut produkproduk yang telah kita beli.

Perlu kita sadari bahwa setiap barang yang kita beli hanya akan kita ambil nilai utamanya saja dan sisanya dari barang tersebut akan menjadi sampah. Kedua, reuse (menggunakan kembali). Tanpa kita sadari bisa saja di gudang atau di lemari kita terdapat barang pribadi yang telah lama tidak digunakan karena telah berkurang nilainya, seperti: pakaian, elektronik, alat olahraga, mainan, bukubuku, dan lain sebagainya. Apa bila barang-barang tersebut masih layak pakai tetapi sudah tidak ingin digunakan kembali alangkah baiknya barang-barang tersebut diberikan kepada orang yang lebih membutuhkannya

untuk bisa digunakan kembali, hal tersebut selain bermanfaat untuk menjaga hubungan sosial juga dapat membuat tempat penyimpanan barang tersebut semakin lega. Ketiga, recycle (mendaur ulang). Sampah biasanya dibedakan atas dua jenis, yaitu sampah organik dan non-organik. Hal itu dibedakan karena sampah organik lebih mudah terurai oleh mikroorganisme dan sampah non-organik sangat sulit terurai oleh mikroorganisme, maka dari itu sampah non-organik perlu didaur ulang secara profesional untuk bisa digunakan kembali. Pemisahan antara kedua jenis sampah ini sangatlah penting,

maka dari itu kita harus teliti dalam membuang sampah, tidak terkecuali ketika di rumah. Kegiatan recycle ini bisa juga kita upayakan di rumah, yang bermula dari kegiatan memisahkan sampah organik dan non-organik. Kita tau bahwa sampah organik seperti: kulit buah, dedaunan, sisa sayur-sayuran, dan lain sebagainya sangat mudah terurai oleh mikroorganisme dan dapat menjadi kompos yang bermanfaat bagi tumbuhan. Untuk melakukan hal tersebut caranya cukup sederhana yaitu dengan mengubur sampah organik tersebut di dekat pohon. Kemudian untuk sampah non-organik seperti: botol, karton, kertas, elektronik, dan lain sebagainya kita bisa menggunakan wadah seperti karung untuk menaruhnya, karena recycle pada sampah nonorganik harus dilakukan oleh orang yang profesional tetapi kita bisa membantu sedikit di proses awalnya. Selanjutnya sampah tersebut sudah dapat kita buang ke tempat pembuangan sampah resmi atau bisa juga kita berikan kepada tukang pemungut barang bekas. *Mahasiswa peneliti kebersihan lingkungan

Ilustrasi: koleksi cahayapapua.com

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, “sampah berarti barang atau benda yang dibuang karena tidak dipakai lagi. kotoran seperti daun, kertas, plastik dan sebagainya.” Kemudian menurut World Health Organization, sampah adalah yang dibuang, tidak dipakai lagi atau tidak disenangi yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.” Sedangkan dalam hemat saya, sampah adalah suatu barang yang telah diambil nilai utamanya dan menyisakan barang yang bukan nilai utamanya (low value). Tetapi kenapa kita harus berdamai dengan sesuatu benda yang rendah nilainya? Sebuah pepatah mengatakan, “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit”. Tampaknya hal itu pula yang terjadi pada volume sampah di negeri ini. Laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai persoalan sampah sudah meresahkan. Indonesia bahkan masuk dalam peringkat kedua di dunia sebagai penghasil sampah plastik ke laut setelah Tiongkok. Dirjen Pengelola Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih mengatakan bahwa total jumlah sampah Indonesia di 2019 akan mencapai 68 juta ton. Sampah plastik sendiri diperkirakan

Mahasiswa dan Perpolitikan Kampus Oleh: Reynaldi Adi Surya*

Dewasa ini bangsa Indonesia seolah-olah krisis kepemimpinan sekaligus krisis akan negarawan yang jujur dan berintegritas. Banyak perbuatan para politikus yang menyebut diri mereka sebagai pemimpin dan wakil rakyat justru tak berbeda dengan seorang pembegal. Sudah bukan rahasia lagi jika korupsi, suap, nepotisme dan hura-hura telah menjadi image yang menempel pada politikus negeri ini. Seolah politik adalah suatu ladang yang menggiurkan sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengais rezeki. Seorang yang terjun kedunia politik praktis sebenarnya adalah orang yang mulia. Orang yang mengabdikan hidupnya didunia politik berarti orang yang mau mengorbankan jiwa dan raganya demi kepentingan orang banyak. Namun kejadian saat ini justru malah sebaliknya, sebagian orang terjun kedunia politik kini justru bukan merealisasikan idealismenya namun untuk menyambung hidup. Pasti kita semua mengutuk dan mengecam tingkah laku para politikus-politikus ini. Kita kecewa terhadap orang yang hanya mengumbar janji namun akhirnya malah menghisap darah rakyat. Sayangnya, sikap dan mental politikus tersebut tidak hanya melan-

da para politisi negeri ini, tetapi juga terjangkit pada mental dan sikap mahasiswa saat ini. Mahasiswa yang seyogyanya adalah harapan masa depan bangsa sekaligus agent of Change kini juga terjangkit penyakit yang sama dengan para politikus negeri ini. Kegiatan dan aktivitas ilmiah kampus telah tercemar oleh kegiatan perpolitik kampus. Student goverment yang bertujuan agar mahasiswa diberikan gambaran tentang proses berdemokrasi, justru menjadi ajang perebutan kursi dan proyek. Kampus yang seyogyanya netral telah menjadi sarana politik para politikus kampus agar kampus atau fakultas sesuai dengan warna atau bendera organisasinya. Dunia ilmiah sudah dikorbankan oleh kegiatan hiruk pikuk politik kampus dan perebutan kekuasaan yang justru merusak citra akademik perguruan tinggi yang bertujuan untuk menciptakan Mahasiswa yang intelek, berpandangan luas dan visioner. Akhirnya mahasiswa yang diciptakan dari kegiatan hiruk pikuk politik kampus hanya mahasiswa yang fanatik, pandai lobi-lobi, pintar orasi namun miskin konsepsi. Bagi para politisi kampus, tugas mahasiswa kini bukan cuma belajar, namun juga menjaring massa seban-

yak-banyaknya untuk mengikuti organisasi mereka dan berusaha memenangkan golongannya di Pemilihan Raya.

Menyiapkan Negarawan Masa Depan Daoed Joesoef, seorang cendekiawan Indonesia sekaligus mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sudah jauh-jauh hari sudah mengingatkan bahwa percampuran politik dalam dunia akademik dapat merusak citra perguruan tinggi yang menjunjung asas ilmiah dan objektivitas. Kegiatan politik kampus akan menghambat mahasiswa dalam proses akademiknya. Sebab tenaga yang dicurahkan untuk menyusun konsep pembangunan dan gagasan, terhambat oleh kegiatan dan persaingan politik kampus. Ujung-ujungnya mahasiswa yang dihasilkan bukanlah seorang yang mampu membaca persoalan dan memecahkan masalah bangsa. Namun apakah mahasiswa harus menjauhi politik? Apakah mahasiswa tidak perlu berorganisasi? Jawabannya adalah mahasiswa perlu berpolitik dan mahasiswa perlu berorganisasi. Namun, menurut Daoed Joesof politik yang dilakukan oleh mahasiswa bukanlah politik sebagaimana para politikus di parlemen. Kate-

gori politik ada dua: 1. Politik aksi, 2. Politik konsepsi. Politik Aksi adalah politik ala para politikus yaitu yang bermain dalam ranah pemerintahan, sedangkan yang dimaksud politik konsep adalah membaca, menganalisis dan mengkritik suatu kebijakan politik pemerintah. Mahasiswa, menurut Daoed Joesof harusnya bermain diranah politik konsepsi, sebab sebagai calon pemimpin, mahasiswa harus tetap bersikap independen, kritis, dan mengupayakan untuk melahirkan suatu gagasan cemerlang. Memang bagi mahasiswa yang gemar ‘hore-horean’ dalam perpolitikan kampus, mereka kerap menuduh mahasiswa-mahasiswa yang rajin baca buku dan diskusi sebagai mahasiswa utopis yang hanya pintar berteori. Justru kenyataannya mahasiswa yang pandai berteori serta merancang suatu gagasan adalah calon pemimpin ideal dimasa depan. Sayangnya mereka yang tenggelam oleh arus politik kampus justru adalah politikus karbitan yang kebanyakan kurang mampu dalam menyusun suatu gagasan dan menganalisis suatu permasalahan secara mendalam, kecuali beretorika dan berorasi. Kita tidak ingin mahasiswa menjadi sosok seperti itu. Kampus dan organi-

sasi seyogyanya didirikan untuk menciptakan seorang mahasiswa yang menjadi pelita bagi negara. Program NKK/BKK yang digagas Daoed Joesoef justru sangat penting dilaksanakan pada masa sekarang ini, dimana bangsa kita tengah mengalami krisis kepemimpinan dan krisis mahasiswa-mahasiswa yang visioner. NKK/BKK seyogyanya bukan alat Orde Baru untuk membungkam sikap kritis mahasiswa. Daoed Joesoef mengatakan bahwa kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Kordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) bertujuan untuk menjaga netralitas dan stabilitas kampus dari hiruk pikuk politik. Tugas mahasiswa saat ini bukanlah berpolitik, tapi belajar dan menyiapkan diri menjadi negarawan serta merumuskan konsep-konsep pembangunan untuk masa depan. Dan tugas organisasi adalah membangkitkan kesadaran politik serta menggembleng mahasiswa untuk menjadi calon pemimpin masa depan. *Ketua Forum Kajian Epistemik Mahasiswa Aqidah Filsafat UIN Jakarta


Tabloid INSTITUT Edisi LIII / FEBRUARI 2018

Editorial

KOLOM

9

Hoax SARA Tahun Politik Oleh Alfarisi Maulana*

Ironi-ironi Libur kuliah semester ganjil 2017 usai. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, Februari 2018 ini mahasiswa harus kembali masuk mengikuti perkuliahan semester genap 2018. Rencana liburan yang sudah disusun hingga Februari usai, terpaksa ditunda atau bahkan dibatalkan sampai masa liburan kembali tiba. Para pengambil kebijakan beralasan—salah satunya, percepetan kalender akademik disebabkan Ramadhan 1439 H jatuh pada Mei, lebih cepat dari biasanya. Sehingga, agar perkuliahan berjalan maksimal dan pelaksanaan ujian tak bersamaan dengan bulan puasa, maka kebijakan tersebut lantas diambil. Imbasnya agenda akademis lain, seperti pemagangan terpaksa ditunda. Bahkan, hingga perkuliahan dimulai, masih ada dosen yang belum input nilai mahasiswa. Akibatnya jumlah SKS yang bisa mahasiswa ambil tak mencapai batas maksimum—24 SKS. Ironi memang. Selain itu, lagi, catatan hitam kinerja dosen juga turut menjadi perhatian kita. Untuk mewujudkan Tridharma Perguruan Tinggi dosen memang dituntut melakukan banyak hal. Memberikan pengajaran seharusnya tak kalah penting dibandingkan penelitian dan pengabdian. Sehingga tak mudah untuk ditinggalkan. Selanjutnya, pengawasan perpustakaan terhadap anggotanya juga banyak catatan. Peminjaman buku yang berlarut tak dikembalikan menjadi pertanyaan banyak kalangan. Apakah memang dibiarkan, agar meraup banyak denda, atau memang peminjam yang enggan mengembalikan?. Pertanyaan yang sulit terjawab. Namun, mungkin tabloid yang ada di tangan pembaca ini bisa sedikit mencerahkan.

Kebanjiran informasi membuat perkara benar dan palsu sulit dibedakan. Dalam realita, informasi palsu atau biasa disebut hoax menjadi masalah utama di pelbagai negara demokrasi. Parahnya lagi, informasi hoax sangat mudah tersebar luas dalam hitungan detik dan menit. Di Indonesia masalah ini sangat akut karena hoax menjadi senjata ampuh propaganda politik berbalut isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Informasi hoax berkonten SARA dimanfaatkan untuk memengaruhi opini publik dalam kepentingan politik. Dalam sebuah survei yang dikeluarkan oleh Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) pada 13 Februari 2017 tentang Wabah Hoax Nasional menyatakan, sebanyak 91,8 persen responden mengaku menerima konten hoax tentang sosial politik, seperti pemilihan kepala daerah dan pemerintahan. Tak hanya itu, isu SARA pun terpaut di posisi kedua dengan angka 88,6 persen. Komposisi isu politik dan SARA lazim dikaitkan antara satu dengan lainnya. Pelbagai Bentuk konten hoax yang paling banyak diterima responden adalah berbentuk teks sebanyak 62,1 persen. Kemudian bentuk gambar sebanyak 37,5 persen lalu video 0,4 persen. Informasi yang disebarkan tak lagi faktual. Survei yang dikeluarkan Mastel ini laiknya notulen dari pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada 2017 lalu. Arena pertarungan media sosial dengan segala informasi hoax bertebaran secara brutal. Wajar saja, bagi banyak partai politik momen ini adalah “start” menuju elektoral presiden 2019. Penyakit Akut Era media sosial membuat orang gemar menyebar informasi hoax. Fakta di lapangan, ketika melihat judul tulisan, tanpa membaca isi tulisan dengan copy atau forward langsung dibagikan ke khalayak. Di sisi lain, hoax marak karena masyarakat tak lagi bisa membedakan informasi benar dan palsu. Pada akhirnya, informasi hoax yang datang beruntun memunculkan paradigma kebenaran, membenarkan informasi yang diterima begitu saja. Sikap enggan tanpa mencari tahu kebenaran akan suatu hal tampaknya linear dengan rendahnya minat baca yang sedikit. Hal ini menjadi salah satu penyebab penyebaran hoax di tengah masyarakat. Dalam riset The World’s

Most Literate Nation pada April 2017 menunjukkan, dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang membaca buku per tahun dengan jumlah 1 buku. Kenyataan itu tidak bisa ditutupi. Masyarakat Indonesia cenderung menutup mata terhadap kebenaran dari informasi yang berkembang. Dewasa ini, masyarakat lebih gandrung terhadap urusan selebritas dan popularitas. Tak jarang, dalam media sosial informasi yang viral pun hanya sekadar kesenangan dan dagelan. Di sisi lain, ketika ada informasi yang diterima, hasrat “memviralkan” pun dilakukan tanpa mempertimbangkan nilai kebenarannya.

SARA Dalam Politik Konflik Pilkada dengan balutan hoax ibarat dua mata pisau. Dalam perspektif teori konflik , Sosiolog Konflik Amerika Lewis Coser (1913-2003) memandang konflik tidak selalu merusak sistem sosial. Karena di dalam konflik, ada proses memperkuat dan memperlemah satu sama lainnya. Lebih lanjut, Coser membedakan dua tipe dasar konflik yang realistik dan nonrealistik. Pertama, konflik realistik memiliki sumber yang konkret atau bersifat material. Dalam konteks ini, jabatan menjadi material dalam perebutan kursi Pilkada. Kedua, konflik nonrealistik didorong oleh ambisi irasional yang bersifat ideologis. Konflik ini sangat rentan jika sudah menggunggat resolusi perdamaian, dalam hal ini mencederai kebinekaan. Konflik yang berasal dari isu agama, etnik, kepercayaan teramat sulit disembuhkan. Konflik nonrealistik akan membuat luka dalam yang menumpuk, kapan saja bisa meledak. Isu SARA memang mudah ‘membakar’ massa, terutama kelompok garis keras yang membuat keputusan berdasarkan kesamaan agama, suku, ras, dan golongan. Syahdan, berawal dari hal tersebut, hoax, hate speech pun terkonsolidasikan secara masif di media sosial. Penyerangan pernyataan tentu sangat wajar selama yang disampaikan menggunakan data dan fakta yang bisa dipertanggungjawabkan. Jika ada pihak yang merasa baiknya membawa hal tersebut ke ranah hukum. Sehingga, pertikaian antara kedua belah pihak dapat diselesaikan dengan beradu di meja hijau. Jika ada pihak yang menyebarkan informasi hoax maka dapat dijatuhkan sanksi sesuai persidangan.

“Ilmu itu bagaikan hasil panen/buruan di dalam karung, menulis adalah ikatannya” (Imam Syafi’i)

Penyebar hoax akan dijerat dengan pasal 28 ayat 1 Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Sesuai ketentuan pasal tersebut, setiap orang dilarang untuk menyebarkan berita bohong. “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.” Lebih lanjut, dalam ayat kedua pada pasal yang sama terdapat larangan bagi masyarakat untuk menyebarkan informasi yang menimbulkan kebencian. Pasal 45 atau 2 UU ITE berbunyi setiap orang yang memenuhi unsur yang dimaksud dalam pasal 28 ayat 1 atau ayat 2 maka dipidana penjara paling lama enam tahun dan atau denda paling banyak Rp1 miliar. Selain pasal 28, penyebar hoax juga bisa dijerat dengan UU Nomor 1 Tahun 1946. Pada akhirnya, semua pihak harus menempatkan isu SARA dengan bijak. Terlebih, dalam konteks kejadian luar biasa belakangan ini, agama sangat diperlukan untuk mendamaikan bukan untuk membakar. Perdebatan selera memilih boleh saja dilakukan namun jangan mengkerdilkan diri dengan menggunakan isu SARA. *Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris UIN Jakarta

Isu SARA memang mudah ‘membakar’ massa, terutama kelompok garis keras yang membuat keputusan berdasarkan kesamaan agama, suku, ras, dan golongan.

berbagi opini, cerpen, puisi, atau hasil liputan kalian dengan yang lain. kirim ke email: redaksi.institut@gmail.com minimal 3000 karakter.maksimal 3500 karakter cantumkan juga identitas kalian, seperti nama, jurusan, dan fakultas atau organisasi kalian. kirim juga keluhan kalian tentang kampus ke 0896 2741 1429


10

TUSTEL

Tabloid INSTITUT Edisi LIII / FEBRUARI 2018

Sampah Pembaharu Foto dan Teks Oleh Muhammad Farras Amali (KMF Kalacitra)

Peribahasa itu cocok untuk menggambarkan perkembangan teknologi saat ini. Filosofinya pun cukup memukau. Barang lama akan musnah, tergerus barang nan baru. Era kemajuan teknologi informasi digadang menjadi musabab utama. Di era teknologi nan mapan, daya beli manusia pun tak stabil. Gonta-ganti barang yang dinilai jadul dengan barang baru yang lebih mutakhir. Seiring perkembangan teknologi pula, kebutuhan masyarakat modern terhadap perangkat teknologi canggih pun kian meningkat. Keinginan untuk memperbarui alat elektronik semakin menggebu-gebu. Kondisi ini perparah dengan penawaran harga di pasaran nan tergolong miring oleh penjual. Tak jarang harga ponsel, laptop, dan televisi dibandrol sedemikian murah. Fenomena ini membuat masyarakat berebut. Bak habis manis sepah

dibuang. Begitu kini nasib barang lama. Tergantikan oleh barang baru. Sudah minim guna dan ketinggalan zaman. Akhirnya pun tergolong tragis, hanya tukang loaklah tempat muaranya. Berdasarkan data BPS 2016 mencatat keseluruhan sampah e-waste di Indonesia mencapai 36.020.493.768 Kg pertahun. Wajar jika tukang loak E-waste sebutan bagi sampah elektronik kini menjamur. Melihat besarnya potensi e-waste, pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup DKI menggalakkan program Ayo Kumpulkan E-waste. Kebijakan ini bertujuan menghimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah elektronik sembarangan. Pasalnya, imbas dari barang sisa elektronik membuat lingkungan tercemar.

Barang Bekas

Gudang Rongsok

Mencoba

Layar TV


WAWANCARA

Tabloid INSTITUT Edisi LIII / FEBRUARI 2018

11

UIN Jakarta Ubah Kalender Akademik Awal tahun ini, UIN Jakarta memulai perkuliahan lebih awal dari biasanya. Dampaknya harus di rasakan beberapa jurusan. Pada 4 Desember 2017 lalu, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menerbitkan penetapan kalender akademik tahun ajaran 2017/2018–2018/2019 melalui Surat Keputusan (SK) rektor nomor 846 tahun 2017. SK rektor ini telah menganulir keputusan rektor sebelumnya tahun 630 tahun 2017 dari halaman 499 sampai 500 yang dinyatakan tidak berlaku. Perubahan kalender akademik tahun ini membawa banyak dampak bagi sivitas akademik. Beberapa di antaranya ialah kurangnya kesiapan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) untuk sarana prasarana laboratorium, kacaunya kontrak magang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), hingga tidak adanya waktu mahasiswa Kesehatan Masyarakat (Kesmas) untuk mempersiapkan seminar profesi karena jadwal Praktek Belajar Lapangan (PBL) diundur. Lantas apa alasan di balik berubahnya kalender akademik? Bagaimana dampaknya terhadap mahasiswa dan sivitas akademik lainnya? Berikut ini hasil wawancara reporter Institut Ayu Naina Fatikha dengan Wakil Rektor Bidang Akademik Fadhilah Su-

ralaga di Gedung Rektorat lantai 2 UIN Jakarta, Sabtu (17/02). Apa alasan perubahan kalender akademik? Kita punya pertimbangan sejak rapat pimpinan kemarin, ada usul mengenai Ramadan yang biasanya dosen dan mahasiswa mempercepat perkuliahan. Pada kalender sebelumnya, jadwal ujian terpotong lebaran. Rektor juga sudah menyetujui hal itu sesuai kesepakatan rapat pimpinan. Bagaimana sosialisasi dari kebijakan ini? Sosialisasi ini kita lakukan secara bertingkat, sesuai dengan kesepakatan rapat pimpinan yang diadakan 2 kali. Barulah setelah usul itu disetujui oleh rektor, kesepakatan itu disampaikan kepada dekanat dan prodi untuk kemudian sosialisasikan kepada mahasiswa. Siapa yang terlibat dalam membuat kebijakan ini? Dalam pembuatan kebijakan ini, yang terlibat ialah mereka yang tergabung dalam rapat pimpinan itu sendiri. Antara lain rektor, wakil rektor, dekanat, kepala biro akademik dan lembaga-lembaga terkait. Kemu-

dian rektor menyetujui sesuai dengan usul yang telah dibicarakan dan disepakati di rapat pimpinan. Perubahan kalender akademik ini mengakibatkan jadwal magang di Fisip dan FKIK terganggu, bagaimana tanggapan Anda? Te r k a i t waktu itu fleksibel. Masa kuliah kita pakai kan 4 bulan saja. Katakanlah satu bulan itu 4 pertemuan, jadi ada 16 pertemuan. Sebenarnya, 12 kali pertemuan saja sudah cukup untuk perkuliahan. Sehingga masih ada sisa waktu 4 kali perkuliahan, yang biasanya sisa pertemuan itu dipakai untuk tugas lapangan, observasi.

Perubahan kalender akademik ini berdampak pada kesiapan Fakultas Sains dan Teknologi (FST), bagaimana solusinya? Perkuliahan dimajukan men-

RALAT

hal-hal yang seperti itu, kita berikan keleluasaan kepada fakultas untuk mengatur.

jadi Febr u ari, jadwal mereka ke depannya yang terganggu. Pasalnya, mereka belum siap sarana prasarana untuk laboratorium. Kebijakan ini kan berkaitan dengan waktu, dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing prodi. Untuk

Kilas

Apakah kebijakan ini akan diberlakukan di tahun-tahun selanjutnya? B e l u m tentu. Untuk semester depan tetap di bulan September mulai p e r ku l i a h an. Perubahan kalender akademik ini kan ada sasaran dan tujuannya. Seberapa banyak prodi yang menggunakan kesempatan itu untuk semester antara. Sehingga nanti akan diadakan evaluasi dahulu. Bisa jadi dengan masalah-masalah seperti yang di FST atau FISIP tadi, atau ternyata semester antara itu tidak terlalu dibutuhkan, perkuliahan kembali dilakukan bulan Maret.

Kilas

Rektor Lantik Pengurus Lembaga Kemahasiswaan 2018 Dalam Tabloid Institut edisi LII/NOVEMBER-DESEMBER 2017 halaman 2 berita Program Bipa Tak Sepenuh Hati paragraf 1 tertulis “Tak kunjung membaik, kerusakan terus melanda gedung baru Fakultas Adab dan Humaniora (FAH). Sivitas akademika pun mengeluhkan fasilitas rusak yang minim perbaikan” seharusnya “Kemampuan Bahasa Indonesia mahasiswa asing yang rendah berimbas pada perkuliahan. Mulai dari angkat kaki hingga tertahan untuk lulus menjadi risiko yang membayangi” Dalam Tabloid Institut edisi LII/NOVEMBER-DESEMBER 2017 halaman 6 tertulis dalam hasil survei pertanyaan No. 3, tertulis “Ya 79,10% dan Tidak 20,90%. Seharusnya “Ya 20,90% dan Tidak 79,10%”

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar pelantikan pengurus lembaga kemahasiswaan di Auditorium Harun Nasution, Senin (5/2). Acara ini digelar untuk meresmikan kepengurusan organisasi kemahasiswaan 2018. Pada acara tersebut, secara bersamaan seluruh pengurus lembaga kemahasiswaan melakukan pembacaan ikrar yang dipimpin oleh salah satu pengurus. Selanjutnya, pengurus 2017 menandatangani berkas penyerahan jabatan kepada kepengurus 2018 yang disaksikan langsung oleh Wakil Rektor bidang kemahasiswaan Yusron Razak. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dede Rosyada berharap dalam kepengurusan lembaga kemahasiswaan ini, mahasiswa bisa mampu berpikir kritis dan memberikan inovasi baru dalam mewujudkan kepengurusan yang baik. “Mahasiswa harus bisa berkomunikasi dengan pemuda dan masyarakat,” Senin (5/2). (Moch. Sukri)

Quote of The Month

“Selama aku memiliki buku, aku dapat tinggal di mana saja” (Bung Hatta)


RESENSI

12

Tabloid INSTITUT Edisi LIII / FEBRUARI 2018

Meluruskan Kesalahpahaman Ijtihad Moch. Sukri sukrimuhammad759@gmail.com

Islamiyah bersifat fiktif karena faktanya tidak terdeteksi di muka bumi ini. Namun, Jamaah Islamiyah ini merupakan kelompok yang dibentuk oleh musuh-musuh Islam, yang tujuannya untuk mendiskreditkan Islam dan menodai cita kaum Muslimin. (Hal.50-51) Febuari 1998, organisasi Jamaah Islamiyah menyerukan “Front Islam dunia untuk jihad melawan Yahudi dan Kristen. Juga wajib untuk melakukan jihad melawan Amerika, baik warga sipil maupun militer dan para sekutu Amerika di mana saja”. Penulis mengemukakan seruan tersebut merupakan bagian jihad atau hasil dari ijtihadnya. Metode ijtihad yang mereka tempuh adalah metode “Tepuk nyamuk,” yaitu ketika ada seekor nyamuk yang menggigit dan menyendot darah seseorang, maka tindakan yang paling cepat adalah menggebuknya. (hal.49) Tanpa perlu berpikir panjang terlebih dulu. Mungkin metode inilah yang digunakan kelompok radikal tersebut saat di tuduh menculik Paus (pemimpin tertinggi agama

Konspirasi Miras di Gujarat

Katolik) saat berkunjung ke Manila, Filipina pada 1994 dan membombardir kedutaan Amerika di Filipina. Hal ini merupakan kewajaran bagi mereka lantaran fatwa mereka mewajibkannya. Dalam buku dijelaskan bahwa organisasi tersebut melakukan ijtihad secara serampangan. Tidak lain karena belum mengetahui bahasa Arab, ilmu al-Quran dan perangkat ijtihad lainnya. Saat itu organisasi tidak mengerti al-Quran dan hadis serta belum memenuhi kualifikasi untuk berijtihad, sehingga organisasi ini memakan ayat mentah-mentah dalam memfatwakannya sesuai dengan hasil ijtihadnya sendiri. Demikian sedikit ulasan dari buku karya Ali Mustafa Yaqub, yang juga naskah pidatonya yang disampaikan dalam sidang PBB di majlis Islam al-A’la Aljazair tahun 2012. Saat itu, Ali Mustafa Yaqub menyampaikan orasinya yang membahas masalah ijtihad terorisme dan liberalisme yang kemdian dibukukan. Buku setebal 63 halaman ini mengungkapkan masa lalu dan masa sekarang. Di mana ijtihad merupakan sesuatu yang diperlukan oleh kaum muslimin. Bahkan, seseorang

Nur Fadhillah dilfadillah05@gmail.com Tak ada bisnis yang kecil, tak ada keyakinan yang lebih besar dari bisnis Gujarat, 1980. Merupakan daerah di India yang saat itu terkenal dengan produksi mirasnya. Masyarakat di Gujarat saling bekerjasama untuk menutupi produksi miras besar-besaran kala itu. Mereka juga bersekongkol dengan polisi demi mengamankan bisnisnya. Raees kecil (Master Subham Chintamani) mempunyai penglihatan kurang baik yang mengharuskan ia menggunakan kacamata. Ia pernah mencuri kacamata patung Ghandi. Di balik itu, Raees dikenal sebagai anak pemberani. Karena kelihaiannya, Raees dan sahabatnya, Sadiq (Master Subham Tukaram) dipercaya oleh Jairat, ketua sindikat pengusaha miras untuk menyelundupkan miras. Hari berlalu, Raees dewasa (Shah Rukh Khan) tumbuh menjadi pekerja keras dan tak pantang menyerah. Ia dipercaya menjadi kaki tangan Jairat dalam bisnis

mirasnya. Di waktu itu juga Raees menemukan potensi bisnis dalam dirinya dan berkeinginan untuk membuka bisnis mirasnya sendiri. Sayang, Jairat tak merestui keinginan Raees dan mempersulit usahanya. Kekesalan Jairat berbuntut pada perintah untuk pelunasan hutang Raees dalam tempo tiga hari. Esoknya Raees menjual domba di kota. Namun masalah baru hadir. Raees kalap saat mendengar julukan mata empat yang dilayangkan padanya saat ia mencari lapak untuk menjual domba. Alhasil pertikaian pun tak dapat dihindari dengan pedagang lain. Akibat kekacauan yang dilakukannya di pasar, Raees dan Sadiq diberi hukuman oleh Musabhai, gengster terkenal di wilayah itu. Setelah menyelesaikan hukuman, Raees menceritakan kesulitannya kepada Musabhai. Ketertarikan Musabhai terhadap Raees muncul saat melihat semangat bisnisnya.

Bantuan diberikan kepada Raees, awalnya menolak namun akhirnya setuju karena tempo waktu pembayaran hutang semakin dekat. Berkat bantuan Musabhai, Raees akhirnya menjadi pebisnis miras sukses. Kabar kehamilan istrinya Aasiya Khan (Mahira Khan) menjadi pelengkap bahagia hidup. Namun, masalah datang ketika Mujmudar, polisi yang tidak bisa disogok hadir dan mengganggu bisnis Raees. Tak hilang akal, Raees dengan cerdik menyusun strategi demi menggagalkan usaha Majmudar. Sayang, usaha Raees gagal ketika ia dikhianati oleh polisi yang selama ini ada di pihaknya, Inspektur CM. Raees harus merasakan

Pengarang :.Prof, KH . Ali Mustafa Yaqub, MA Penerbit : Pustaka Fi rdaus, Jakarta Tebal : 63 Halaman Tahun terbit: 2015 untuk melakukan ijtihad perlu memenuhi beberapa syarat terlebih dulu. Adapun syarat yang harus ditempuh dalam berijtihad yaitu berpengalaman luas tentang al-Qur’an dan Ulumul-Qur’an, memiliki ilmu yang cukup dalam mengenai hadits, menguasai ilmu Ushuluddin (dasar-dasar ilmu agama), dan harus bersifat adil dan taqwa dalam kesalehan serta kedisiplinan. Buku ini juga mencoba mendekam dalam jeruji penjara. Selepas masa t a h a n an, Raees membangun perumahan yang menjadi impian warga, pembangunan tersebut bertujuan u n t u k meningkatkan infrastruktur Gujarat. Sayang, pembangunan terhenti, uang investasi rakyat habis digunakan untuk mengirimkan bahan makanan umat Hindhu yang sedang tertimpa musibah. Sisi humanis yang dimiliki Raees menimbulkan masalah besar untuknya, niat baik Raees justru membuat bisnisnya bangkruk. Raees berinisiatif meminjam uang Musabhai. Pinjaman diberikan Musabhai dengan syarat Raees mengambil paket emas yang diperintahkan. Raees tak mengira paket yang ia ambil nyatanya berisi bom yang dikemudian hari diledakan Musabhai hingga menewaskan ban-

Sumber: Inte

Sejarah mencatat pada tahun 1993 telah terjadi pengeboman dua kedutaan Amerika di Nairobi, Kenya dan Darussalam, Tanzania. Peristiwa tersebut memakan korban lebih dari 300 orang meninggal dunia dan 5000 orang korban luka-luka. Organisasi al-Qaeda dituduh sebagai dalang di balik aksi pengeboman tersebut. Pelaku melakukan aksinya dengan menjatuhkan rudal ke gedung kedutaan. Selain kedutaan, kelompok al-qaeda pun menyerang helikopter tentara Amerika di Somalia pada tahun yang sama. Bahkan, kelompok separatis al-Qaeda juga telah melancarkan tiga kali pengeboman pangkalan-pangkalan militer Amerika yang berpusat di Aden Yaman setahun sebelumnya. Asia Tenggara pun tak lepas dari serangan teror kelompok radikal. Pada tahun 2002, peristiwa pengeboman telah terjadi di pulau Bali Indonesia yang memakan korban meninggal hampir 500 orang. Dalang di balik aksi tersebut ditengarai merupakan jaringan yang bernama Jamaah Islamiyah. Keberadaan gerakan Jamaah

rnet

Melakukan ijtihad tanpa disertai pengetahuan agama luas mengakibatkan kesalahan fatal. Konflik hingga serangan teror brutal menjadi imbas yang tak bisa terelakkan.

mendeskripsikan keseluruhan kesalahpahaman fatal sarana dalam berijtihad hingga mengakibatkan ribuan nyawa tak bersalah menjadi korban. Namun, buku ini masih kurang bisa meyakinkan pembaca karena tidak disertakan nama pakar ahli fiqih dan para ulama yang pendapat-pendapatnya dinukil.

yak orang. Karier Raees semakin buruk karena menjadi buronan dengan tuduhan meledakan bom. Demi keselamatan keluarga dan sahabat dekatnya, ia memilih menyerakan diri ke pihak keamanan. Raees yang merasa bersalah karena ledakan bom itu meminta ditembak mati oleh polisi yang menangkapnya. Film ini memberikan pesan bahwa saling membantu tak hanya diwajibkan dari golongan yang sama. Perbedaan tidak menjadi masalah, karena yang dibantu adalah sesama manusia. Tak hanya sebatas itu, film ini juga menggambarkan bagaimana kepentingan kelompok atau pribadi dapat mengalahkan kepercayaan yang sudah dibangun dengan baik. Namun, film yang diperankan Shah Rukh Khan ini juga menampilkan banyak adegan kekerasan. Penggunaan bahasa yang kasar juga membuat film ini baiknya tidak ditonton oleh anak yang masih di bawah umur.

Judul: Raees , Action Genre: Drama IA ahul DHOLAK Sutradara: R enit Durasi: 161 m Tahun: 2017


SOSOK

13

Inovasi Dakwah Nunuzoo Nuraini n.aini2997@gmail.com Tak perlu di atas mimbar. Kini, berdakwah bisa dilakukan dengan banyak cara, video salah satunya. Era 90-an media tak banyak seperti sekarang. Media untuk mempublikasikan informasi saat itu bersifat konvensional atau cetak seperti selebaran-selebaran, koran atau buletin. Sehingga informasi yang ingin disampaikan kurang variatif juga memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa sampai kepada masyarakat. Namun saat ini hal tersebut mulai tergeser. Memasuki tahun 2000-an media semakin berkembang. Sehingga banyak bermunculan media penyampai informasi yang baru. Seperti internet dan media sosial, baik yang berbagi video ataupun gambar. Keunggulan media saat ini juga lebih efisien dan mempunyai jangkauan global. Informasi yang disiarkan melalui media-media produk teknologi beragam dan nyaris tanpa saringan, mulai dari yang negatif seperti fitnah dan hoaks. Namun ada pula informasi positif seperti berita benar dan informasi-informasi keagamaan atau dakwah. Jika sebelum adanya teknologi dakwah hanya disampaikan

melalui mimbar dan pengajian sekarang bisa disampaikan melalui Youtube atau media sosial lain. Hal ini yang membuat Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) U n ive r s i t a s Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Nurul Azka memanfaatkan media sosial sebagai media dakwah. Di sela-sela kuliahnya, Nunu (begitu teman-teman biasa memanggil) memproduksi video untuk mengajak masyarakat ke arah positif. Konten video yang ia produksi di bungkus dengan nuansa komedi. Nunu mengutarakan bahwa ide video dengan nuansa kome-

di terinspirasi dari Raditya Dika. “Waktu itu Raditya Dika bilang jangan pernah berkeinginan menjadi seperti orang lain, tetapi jadilah berbeda dari orang lain,” tutur N u n u

s a a t ditemui di ruang kelasnya, Rabu (7/2). Video yang diproduksi, Nunu

KOMUNITAS

publikasikan melalui akun Instagram miliknya @Nunuzoo dan channel Youtube dengan nama Nurul Azka. Hingga berita ini diturunkan pengikut Nunu di Instagram mencapai 402 ribu akun. Sedangkan subscriber channel Youtube mencapai 24.696 dan salah satu videonya telah ditonton sebanyak 232 ribu kali. Seiring ­berjalannya waktu, usaha dakwahnya membuahkan apresiasi. Nunu meraih sederet penghargaan seperti meraih juara ketiga pada lomba sinematografi, juara pada lomba video Instagram yang diadakan oleh Syekh Ali Jaber. Tak hanya itu, ia juga dianugrahi sebagai editor terbaik dalam ajang Air Gala Premier komunitas Air Film UIN Jakarta. Tak hanya juara yang Ia raih. Kegemarannya menyebarkan video kreatif tentang dakwah juga membuat wanita kelahiran Jakarta 20 tahun silam ini diundang ke beberapa acara talkshow baik di televisi maupun di seminar-seminar mahasiswa. “Awal-

Nama: Nurul Azka Tempat Tanggal Lahir: 2 November 1997 Pendidikan:

Foto: Dok.Pribadi

Tabloid INSTITUT Edisi LIII / FEBRUARI 2018

1. SDN kartika VIII-3

2. SMPN 20 BR Jakarta

3. SMAS Muhammadiyah 4 Jakarta

4. UIN Syarif Hidayatullah, Jurusan BPI 2015

nya tidak percaya diundang. Tapi saya terima karena mungkin rezeki,” ucapnya. Hasilnya saat ini bukan dicapai dengan cepat. Nunu menceritakan kegagalannya sejak SMA hingga di bangku kuliah sering dirasakan. Seperti tak mendapat nominasi satu pun dalam suatu lomba dan sulitnya mencari ide untuk video. Untuk bisa konsisten menerbitkan karya, lanjut Nunu, dirinya perlu berinovasi setiap harinya, tak jarang harus begadang Bagi Nunu, motivasinya dalam membuat video kreatif tentang dakwah adalah untuk mengingkatkan kepada pada remaja, bahwa dakwah tidak hanya dapat dilakukan oleh dai yang pintar ceramah. Tetapi juga oleh siapa saja dan dengan cara apa saja, bisa dilakukan dengan cara yang santai dan asyik dinikmati.

Terminal Pendidikan Kota Hujan

Kurangnya kesadaran orang tua akan pendidikan membuat pendidikan anak terabaikan. Melihat situasi tersebut, Terminal Hujan hadir mengajak masyarakat untuk memperbaiki pendidikan. Pendidikan menjadi salah satu hal terpenting sebagai alat pembentukan karakter bangsa. Sayangnya, tak semua anak bangsa mendapatkan pendidikan yang sama. Misalnya saja anak-anak yang tinggal di daerah terminal Baranangsiang, Bogor. Mereka yang selayaknya belajar di bangku sekolah justru harus terpanggang teriknya matahari demi mengumpulkan rupiah. Berbekal tutup botol yang telah di rangkai mereka bernyanyi dari bus ke bus. Kurangnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan menjadi salah satu pemicu terabaikannya pendidikan anak. Mulai dari putus sekoloh hingga ikut terlibat dalam tawuran antar pelajar. Berangkat dari situlah, pada Juni 2011 Anggun Pesona Intan Puspita dan kedua temannya membentuk komunitas yang dinamai Terminal Hujan. Nama tersebut diadopsi dari tempat kegiatan yang berlokasi di sebuah terminal dan Bogor yang terkenal dengan sebutan kota “hujan”. Berbagai kegiatan dilakukan oleh komunitas Terminal Hujan. Salah satunya kegiatan belajar setiap Minggu pagi. Diikuti kurang

lebih 180 anak, kegiatan tersebut digelar di halaman Kantor Urusan Agama (KUA) mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Diakui oleh Ketua Terminal Hujan Alfa Nugraha Pradana, dalam menggelar kegiatan ini sempat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. “Mulai dari trotoar jalan hingga kantor kelurahan,” ujarnya, Sabtu (3/2). Bukan hanya anak tingkat Sekolah Dasar (SD) kegiatan tersebut juga diikuti anak Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tak sekadar baca, tulis, dan hitung mereka pun diajari membuat berbagai kerajinan tangan seperti bros. Kegiatan itu juga sebagai ajang bagi-bagi susu untuk anakanak yang ikut serta. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk membantu meningkatkan gizi pada anak. Meskipun demikian, tak hanya memberi berbagi ilmu semata, Terminal Hujan juga memberikan bantuan beasiswa untuk sekolah bagi anak yang memiliki prestasi. Hingga saat ini terdapat 20 anak SD, 8 anak SMP, dan beberapa anak SMA yang menerima beasiswa tersebut.

Sejak 2016 Terminal Hujan memiliki kegiatan pengembangan masyarakat dengan memberdayakan ibu rumah tangga. Kesempatan tersebut digunakan untuk mengenalkan pada mereka membuat suatu peluang usaha. Seperti halnya membuat telur asin, produksi susu jagung, dan kerajinan tangan layaknya bros atau dompet koin. Kegiatan pengembangan ekonomi ini digelar setiap bulan sebanyak dua kali. Hasil karya mereka pun didistribusikan oleh

Terminal Hujan. Relawan Terminal Hujan ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu relawan terikat dan tidak terikat. Relawan terikat inilah yang masuk ke dalam struktur kepengurusan serta aktif disetiap kegiatan yang berlangsung. Sedangkan relawan tidak terikat menjadi sebutan bagi orang yang bersedia membantu dan hadir pada suatu kegiatan tertentu. Tak dibatasi jenis latar belakang, relawan yang bergabung dari berbagai golongan mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga karyawan. Sedangkan untuk pendaftaran relawan tetap dibuka setiap 6 bulan sekali.

Kehadiran Terminal Hujan pun mendapatakan respon positif dari masyarakat. Salah satunya orang tua anak yang ikut serta dalam kegiatan, Suhaeni. Ia mengaku sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini. “Dapat membantu anak saya untuk memahami pelajaran di sekolah,” ungkapnya, Sabtu (3/2). Alfa pun berharap Terminal Hujan untuk kedepannya memiliki inventaris yang lebih memadai. Seperti halnya sekretariat sebagai tempat pelaksanaan belajar mengajar. “Selain itu juga bertambahnya relasi dengan komunitas lain,” ujarnya.

Foto: Dokumen Pribadi

Ayu Naina Fatikha ayunaina24@gmail.com


SASTRA

14

CERPEN

Tabloid INSTITUT Edisi LIII / FEBRUARI 2018

Puisi

Aquarium

Tatedhung

Oleh: Hafidz Pragitya*

Tak pernah terpikir sebelumnya bahwa ia akan sampai di tempat seperti ini. Tempat yang keji dan menakutkan dalam cahaya terang benderang yang indah. Dihiasi bebatuan kecil hitam dan putih serta gambar lautan dengan karang-karang warna-warni di belakangnya yang membuat lingkungan itu seperti aslinya. Jika dilihat dari sisi luar, maka tempat ini membuat sang majikan senang. Ia sering berkata, “Melihatnya membuat saya sangat bahagia.” Dengan warna-warni dari sisik-sisik dan kulit-kulit makhluk hidup di dalamnya, maka memang indah jika dilihat dari luar. Tapi sayang, ia hidup di dalamnya dalam kebinasaan yang akan datang tepat jika ia tidak berpikir dan bergerak. “Jahanam! Kenapa aku yang terpilih?! Dan kenapa aku pula yang ditinggalkan?! Jika kelak ramalan di kehidupan selanjutnya benar bahwa sang korban punya hak untuk membalas dendam, maka aku akan mencabik tubuh si Hartono dan makhluk-makhluk bengis ini.” Yah, Hartono. Sang majikan kecil dari hewan-hewan di dalam sebuah aquarium. Ia sudah membesarkan makhluk-makhluk yang membuat hidupnya bahagia cukup lama. Ia selalu hadir di hadapan mereka setelah kembali dari sekolah yang ia pikir begitu membosankan. Dan yang paling membuatnya riang menurutnya adalah hewan-hewan di dalam aquarium tersebut. ___ Ia adalah seekor ikan mas kecil berumur tiga tahun. Tubuhnya dibaluri sisik-sisik oranye indah dan terang serta dibumbui bercak-bercak hitam yang alami. Ia besar di sebuah aquarium kecil di sebuah toko ikan hias. Dibesarkan bersama kerumunannya yang kerjaannya hanya mendayung sirip dan ekor setiap hari, dan yang paling utama adalah menunggu pellet diberikan oleh sang penjual. Ia tidak pernah tahu nama sang penjual. Orang-orang sering berdatangan, mayoritas adalah anak-anak yang masih duduk di sekolah dasar bersama orangtua yang menuruti permintaan anak-anak mereka untuk membeli ikan. Tapi mereka hanya menyebutnya ‘bang’ atau ‘mas’ atau tidak menyebut apaapa kecuali kata-kata untuk membeli ikan. Setelah hidup bahagia selama tiga tahun di aquarium yang damai bersama keluarga ikan masnya yang lain, datanglah hari naas yang selalu ia berusaha lupakan tapi tidak bisa. Ia dibeli. Spesifikasinya ia dan beberapa temannya. Yah, dibeli oleh seorang anak kecil dengan uang lima ribuan. Dan kata-kata yang masih diingat olehnya adalah, “Bang, beli ikan untuk makanan ikan alligator.” Sambilsang anak menyerahkan uang lima ribuannya itu, sang penjual merauk sekitar lima belas ikan mas kecil seumurannya untuk dijadikan ‘makanan’. Ia dan beberapa lainnya berusaha kabur ketika diciduk dengan sebuah jaring kecil. Tapi tidak berhasil. Tangan sang penjual begitu lihai untuk sisik licin ikan-ikan kecil yang malang itu. Ketika sudah masuk ke dalam plastik bening yang diisi air, semua ikan gugup dan kebingungan. Tapi wajah sang anak begitu riang tanpa dosa. Ia mengambilnya dari tangan sang penjual. Ia berjalan pulang dengan awang-awang bahwa sang alligator dan yang lainnya akan

kenyang dalam dua hari itu. Lalu ia coba lihat ikan-ikan mas kecil yang ada di dalam plastik dengan senyuman yang indah. Sang ikan mas oranye berbercak hitam hanya menghardiknya tanpa ia sadari. “Kenapa kau tersenyum, bangsat! Jangan jadikan aku makanan dari hewan peliharaanmu. Tinggalkan aku di selokan, dan aku tidak akan mengganggu hidupmu. Cepat lepaskan aku!” tapi sang anak hanya tersenyum melihat kerumunan ikan yang megap-megap melihat dirinya dan lingkungan baru sekitar yang lebih kejam. ___ Ia tertekan dengan keaadaan seperti ini. Ia berpikir hanya ikan alligator saja yang menjadi cobaan hidupnya. Tapi ternyata bukan hanya satu. Saudara-saudarinya sudah mati naas di telan tiga makhluk ganas. Ikan alligator, ikan Oscar, dan seekor lobster. Ia tertinggal sendiri siang itu. Sengaja ditinggalkan untuk makan malam tiga makhluk buas yang menurutnya makhluk paling keparat pertama hingga saat itu. Keparat kedua adalah sang majikan, Hartono si bocah sekolah dasar yang selalu senang melihat tiga pemangsa itu memakan ikan-ikan mas kecil di dalam aquarium berukuran sedang yang selalu berkilauan dengan warna-warni kendahan di dalamnya. Sang alligator adalah yang tertua di sana. Hartono memeliharanya ketika ukurannya masih sejungut jari tangan. Dan sekarang ukurannya kurang lebih sudah mencapai tiga puluh centimeter. Ikan mas kecil selalu berpikir ia adalah psikopat sisik perak berdarah dingin yang selalu sergap dan cepat dalam memakan saudara-saudarinya. Meringisnya lagi, jika lapar ia akan menghabiskan tiga ikan mas kecil secara cepat, bahkan empat. Giginya seperti jeruji besi perobek sisik. Tetangga lain hadir sebagai pemangsa juga. Oscar si hitam berbintik lingkaran oranye. Ikan mas kecil pikir bahwa ia adalah ikan yang baik, karena sisiknya adalah kebalikan dari dirinya, dan awalnya ia sangat ramah dalam menyambut ikanikan mas kecil yang baru datang di aquarium tersebut. Bahkan seluruh informasi mengenai makhluk-makhluk di aquarium itu, sang Oscarlah yang menceritakannya kepada mereka. Tapi itu semua kebohongan. Lalu sang ikan mas kecil baru sadar bahwa setiap makhluk mempunyai kebaikan dan kejahatan. Tidak semua baik, tapi semuanya bisa baik. Dan tidak semuanya jahat, tapi semuanya bisa menjadi jahat. Naasnya lagi, jika sang Oscar sudah merasa kenyang ketika makan, ia akan meninggalkan kepala atau sebagian tubuh dari sang mangsa. Tetangga terakhir adalah lobster merah. Hartono sering memujinya karena warna merahnya yang membuatnya seperti lobster mainan. Ia pikir lobster itu lucu. Tapi sang ikan mas kecil berpikir bahwa ia adalah pemangsa berengsek dari tiga pemangsa keparat lainnya. Capitnya membawa ikan-ikan mas kecil ke neraka dunia. Mulutnya yang seperti kaki-kaki kecil seekor kelabang memakan mangsanya secara perlahan. Yah, perlahan. Membuat rasa kematian menjadi lebih perih dan menyakitkan disbanding mati cepat. Sekali lagi, sang ikan mas kecil tertekan. Ia merasakan panas dingin di dalam air yang begitu ten-

ang. Hembusan oksigen yang menggelembung-gelembung membuatnya semakin panik. Pergerakan ketiga pemangsa selalu ia perhatikan, agar ia bisa berenang lebih cepat dari mereka. Minimal bisa bergerak jauh dari mereka atau menyudut hingga tidak ketahuan. Karena tidak ada tempat untuk kabur. Tak ada jalan keluar. Tuhan, untuk inikah aku dilahirkan? Pikirnya. ___ Sepulang sekolah, yang ia pikir sangat-sangat membosankan, ia langsung melihat aquariumnya yang berkilauan. Ia memperhatikan secara teliti semua yang ada di dalamnya. Semuanya dalam keadaan baik. Sang alligator sedang memperhatikan refleksi dirinya di kaca aquarium sebelah kanan, sang Oscar terlihat baik dalam gibasan sirip dan ekornya yang lembut, dan sang lobster sedang memojokkan dirinya di dekat bebatuan hitam-putih. Kecuali ia lupa untuk memberikan sedikit pellet untuk satu-satunya ikan mas kecil yang tertinggal. Ia berikan tiga butir pellet berwarna merah pudar ke dalam aquarium, lalu pellet itu mengambang. “Makanlah ikan kecil, agar kau gemuk.” Seru Hartono. “Makanlah, nak. Jangan siksa tubuhmu.” Ucap sang Oscar dengan nada yang sangat bijak. Sang ikan mas kecil berpikir bahwa suaranya yang sengaja dibuat-buat, seperti suara makhluk yang hidupnya sudah lebih dari seabad dan sudah melewati banyak cobaan hidup. “Jangan siksa tubuhmu, nak. Makanlah apa yang sudah diberikan oleh Tuhan yang dititipkan oleh majikan kita.” “Ucapanmu hanyalah kebohongan pasif yang tidak akan berguna untuk hidupku, pak tua!” jawab sang ikan kecil dengan suara bergetar. “Sadarlah bahwa kau hanyalah seekor ikan keparat yang sudah memangsa saudara-saudariku. Sadarlah, pak tua!” nadanya semakin tinggi ketika berucap. “Hahaha, baiklah jika itu yang kau mau.” Lalu sang Oscar memalingkan wajahnya dari ikan mas kecil yang tubuhnya bergetaran dihadang sebuah ketakutan akut. Posisi sang ikan mas kecil memang membingungkan. Ia tidak bisa keluar dari aquarium keparat itu. Jika meloncat dari tempat itu pun, ia akan mati kehabisan air di atas lantai rumah sang majikan. Pernah sekali dalam hidupnya melihat perjuangan ikan badut kecil bersama teman-temannya untuk keluar dari sebuah aquarium dalam kotak yang bisa memunculkan hal-hal hidup dari layarnya. Tapi ia bukan dalam kotak itu, ia berada di dalam situas berbeda, dan yang paling membuatnya tertekan adalah ia sendiri. Teralienasi dari hewan-hewan satu spesies yang mengkonsumsi hal berbeda. “Makanlah, kawan. Kau akan mati jika tidak makan. Jika kau mati, aku tidak mau memakan bangkai.” Kata sang alligator setelah menyundul-nyundul kaca aquarium dengan moncongnya. “Hahaha! Kau lah yang paling keparat dari yang lain. Makanlah aku sekarang jika kau mau. Seharusnya kau dan kawan-kawan brengsek mu ini menghadapi mayatku dulu, baru kau makan saudara-saudariku. Karena aku akan menang dalam kontes hidup-mati ini! Yah, kontes hidup-mati!”

*Oleh Hafidz Kertas*

“Apa yang kau bicarakan, kawan?” Tanya sang alligator dengan senyuman picik. “Ia sudah mulai berada dalam keadaan tertekan. Kau bisa melihatnya dari wajahnya yang bodoh itu.” ucap sang lobster dari bawah bebatuan. “Tertekan? Yah! Aku sangat tertekan hidup dalam rangkaian kebinasaan ini. Kalian adalah malaikat perenggut maut jahanam. Tapi ingat, ingat di dalam otak udang kalian bahwa aku yang akan memenangkan kontes hidup-mati ini. Ingat itu.” gertaknya dengan mata melotot yang mengguncag seisi aquarium. Tapi tetap saja, tubuhnya gemetaran dalam air yang tenang itu. “Hei, tolong jangan bawa-bawa saudara sepupuku dalam kegilaanmu ini.” Sahut sang lobster. “Ya, dia mulai menggila. Biarkan saja. Biarkan ia berimajinasi sesukanya.” Seru sang Oscar dari sebelah kiri sang ikan mas kecil. “Benar. Benar sekali, Oscar tua. Aku memang menggila.” ___ Ia sangat tahu bagaimana makhluk-makhluk dalam aquarium itu tertidur. Dan selama dua hari terakhir ini, ia pun memperhatikan bagaimana tiga makhluk khianat itu tertidur di setiap malam. sang alligator adalah yang paling agresif. Meskipun dalam keadaan tertidur dengan mata terbuka, metabolisme pergerakannya akan melambat. Tapi jika ada yang mengganggunya ia akan langsung menyerang. Sang lobster tidur seperti mati. Tergeletak hampa dalam mimpi-mimpinya yang indah. Dan sang Oscar tertidur tidak jauh seperti sang alligator, hanya ia lebih lambat. Ia yakin rencananya akan berhasil. Yah, rencana untuk kontes hidup-mati ini. Ia ingat pesan saudaranya yang terakhir. Sebelum ia dimakan, ia bilang bahwa di dalam hidup ada dua pilihan, dimangsa atau memangsa. Dimakan atau memakan. Dan untuk hal ini, sang ikan mas kecil memilih pilihan kedua dari dua opsi itu. ___ Hartono menangis sangat keras pagi itu. Ia mengamuk dan memberantaki semua barang yang ada di dalam rumah. Ayah dan ibunya kebingungan dalam menenangkannya. Karena ia meminta yang sudah tiada. Makhluk-makhluk kesayangannya di aquarium mati. Semuanya tanpa terkecuali. Ia melihat peliharaan-peliharaannya tergeletak di atas bebatuan hitam-putih dengan keadaan yang tragis. Kedua mata mereka hilang. Selain itu, kepala sang alligator hampir terlepas dari bagian tubuhnya. Sirip dan tubuh sang Oscar koyak, dan isi tubuhnya mengambang di permukaan aquarium. Dan sang lobster, seluruh tubuhnya terpisah dan mengambang seperti isi tubuh Oscar. Tapi ada satu yang Hartono tak perhatikan. Sang ikan mas kecil. Ia tergeletak di atas lantai dekat aquarium dengan tubuh masih dalam keadaan sempurna.

*Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, FAH dan anggota aktif di komunitas Rusa Besi UIN Jakarta

Tubuh tersungkur sejengkal dari ingatan, menjadi laut yang gemuruh. Malam pecah tak terbendung dan berselancar di tepi bebatuan. Awan-berawan luruh di tubuh sepi. Menunggu hujan tak kunjung karam. Perahu-perahu bertabrakan menerjang dadaku sendiri hingga semburat dan berarak. Diriku tercucur dalam pekat petir. Maka, berbuih. Malamku malang di atas gundukan tanah, bahkan tersisih. Matanya meleleh. Membendung muara. Mestinya, puisikan puisi pada kekasih, Agar tak melukis petaka. Tatedhung tiba-tiba hadir, menyulam lupa. Tak tersadarkan. Cahaya ‘pun menjerit saat dipetik dan mendadak tunas, kemudian ranggas. Nafas tertancap di sebidang sawah dan mengkerut. Helainya patah. Hendaknya, karang-karang menjadi tebing. Telaga akan tetap terjaga. Tatedhung harusnya dikuburkan di punggung kelelawar Terbangkan menjadi bulan padam Tebaskan hati yang kelam sampai purnama. *Mahasiswa Jurusan AFI, FU, semester 4, UIN Jakarta*

Di Ujung Rencana Senja *Oleh Alif Waisal*

Di ujung rencana senja, aku kembali mengingat katakerja yang selalu ku bawa. Selaksa peristiwa tentang keringat yang menetes, lelah yang menambah, dan kerelaan yang menggiring. Masa lalu selalu menyediakan taman kenangan untuk diceritakan pada penerus diri sendiri, sambil menyesap segelas kopi berisi harapan bagi anak-cucu nanti. Pada akhirnya, memulai dan mengakhiri adalah satu perihal yang perlu dijalani, akan kujaga percika api pemuda dalam diri walau masa tugasku sudah berakhir detik ini. *Mahasiswa aktif Jurusan BSA, FAH , UIN Jakarta*


SENI BUDAYA

Tabloid INSTITUT Edisi LIII / FEBRUARI 2018

15

Foto: Nana/INSTITUT

Jejak Mimpi Sang Penguasa

Siti Heni Rohamna nana.rohamna@gmail.com

Dua belas pemain drama tengah duduk memainkan peran dalam pertunjukan bertajuk “Orkes Madun II Atawa Umang-Umang.” Pagelaran tersebut bertempat di Aula Insan Cita, Selasa (6/3).

Selain menjadi sarana hiburan, seni peran juga sebagai media pembelajaran. Pagelaran “Orkes Madun II Atawa Umang-Umang” mengajarkan untuk mengenal Tuhan melalui diri sendiri. Dua belas pemain tampak duduk berjajar di atas kursi menghiasi panggung berlatar hitam yang disoroti lampu warna warni. Sinar lampu pun mulai redup, hanya proyektor dan lampu kamera yang tampak menyala menyorot panggung sandiwara. Lonceng berbunyi dua kali, rombongan Waska—pemimpin rombongan—mulai muncul dengan memakai kostum nuansa tempo dulu. Jumlah rombongan semakin banyak seiring lonceng yang terus menggema. Seolah-olah sedang mengintip sesuatu, mereka berjajar di atas kursi dalam kegelapan. Merasa bingung, Engkos—salah seorang anggota menanyakan tindakan yang tengah mereka lakukan. Sayang, tindakan tersebut berujung maut, Ia dilempari batu oleh seluruh anggota rombongan hing-

ga tewas. Sebagai pemimpin rombongan, Waska mempunyai rencana besar yang diceritakan pada Ranggong—salah satu anggota rombongan. Ia berkeinginan memimpin suatu operasi besar secara simultan. Seluruh penjuru kota akan diserang dan dirampok habis-habisan. Merampok 130 bank, 400 pabrik, dan 2000 perusahaan. Bagi Waska, anak-anak lapar dan dahaga akan mengancam keheningan langit yang dapat menggetarkan para nabi dan malaikat. Selepas itu, Waska tampak membeku dengan ekspresi senyum kecil diwajahnya. Sakit Waska kian parah. Anggota rombongan pun turut sedih dan menangis melihat Waska yang tengah sekarat. Ketika Japar mencoba mengatupkan kelopak mata

Waska secara perlahan, tiba-tiba Ia bangkit dan menyemburkan ludah ke wajah Japar sembari mengumpat. Waska seakan hilang bak mitos anak yang dilarikan kuntilanak. Sesaat kemudian seniman lewat dengan gesekan biolanya. Semua orang mewartakan kesedihannya. Mendengar kabar itu, Bigayah—kekasih Waska—melamar Waska, namun Waska menolaknya lantaran merasa umurnya masih muda—meskipun sudah berumur 100 tahun. Menurut anggota rombongan, Waska lebih dari sekadar pemimpin. Ia berkharisma. Wajahnya yang hitam tetap bersinar seperti matahari. Melihat Waska sekarat, Borok dan Ranggong pun mendatangi Embah Putri untuk meminta jamu penangkal mati. Embah Putri pun memberikan

resep jamu dadar bayi. Jamu tersebut terbuat dari jantung bayi yang dikeringkan, lalu ditumbuk dan diminum dengan minuman yang panas. Borok dan Ranggong pun mendapat ide untuk membedah jantung bayi yang sudah mati. Mereka menggali kubur, membuka kain kafan kemudian membedah jantung bayi tersebut. Obat itu diberikan kepada Waska, Ia pun segera sembuh dan menggelar pesta untuk merayakan kesembuhannya. Karya Arifien C. Noer ini bercerita tentang menuduhkan magma—penggalian kekayaan sumber daya alam. Kisah ini menuturkan jika seseorang sudah mengenal dirinya maka Ia akan mengenal Tuhan-Nya. Pertunjukan ini diadakan oleh Teater El Ma’na di Aula Insan Cita Ciputat pada Selasa (6/2). Menurut Sutradara Teater El Ma’na Echo Chotib, lakon ber-

perkuliahan. Hal ini dirasakan oleh salah satu Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora, Amaluddin. Melalui ponsel pintarnya, setiap hari Amal mengakses laman Academic Information System (AIS). Saat itu pula lah Amal harus berulang kali menelan pil pahit. Pasalnya, hingga minggu kedua aktif perkuliahan terdapat dua nilai mata kuliah yaitu I’jazul Qur’an dan Nadharyah Adab tak kunjung keluar di AIS. Alhasil Ia pun tidak bisa ambil mata kuliah dengan bobot penuh 24 Satuan Kredit Semester (KRS). “Kalau nilai mata kuliah belum keluar berimbas ke IP, tentu tidak bisa mengambil KRS penuh,” tegasnya, Senin (12/2). Hal yang sama pun menimpa Mahasiswa Fakultas Ilmu Kedok-

teran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), Miftahul Jannatul Madaniyah. Tak kunjung menerima pemberitahuan perihal Praktek Belajar Lapangan (PBL) membuat mahasiswa semester enam ini gamang. Gayung tak bersambut, Ia justru menemui adanya edaran SK KA bahwa perkuliahan semester genap aktif lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya. Ia pun mendapatkan informasi dari Kepala Jurusan Kesehatan Masyarakat terjadinya penundaan pelaksanaan PBL. Miftah mengaku berat hati adanya surat edaran tersebut. Menurutnya, adanya penundaan tersebut menambah beban kuliah mengingat akan diselenggarakannya seminar profesi pada semester enam. “Karena diundurnya PBL, akan mengganggu

persiapan semprop (seminar proposal),” sanggah Miftah, Rabu (14/2). Terkait persoalan tersebut Institut menemui Ketua Program Studi Kesmas Fajar Ariyanti di ruangannya gedung FKIK lantai satu. Ia menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan ditundanya PBL, yaitu belum adanya kesiapan untuk menyelenggarakan PBL baik persiapan teknis maupun observasi lapangan. Selain itu juga, Pertimbangan durasi waktu yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan PBL. “Akibat perubahan KA, maka tidak memungkinkan untuk melaksanakan PBL” tegasnya, Kamis (15/2). Menanggapi pelbagai persoalan mengenai perubahan KA semester genap, ditemui di kantor

kerjanya Wakil Rektor I Bidang Akademik Fadhilah Suralaga menegaskan bahwa perubahan KA memungkinkan di Perguruan Tinggi dengan alasan kondisional. Ia beralasan perubahan KA dilakukan agar perkuliahan tidak bentrok dengan Ramadhan dan Idul Fitri. “Banyaknya dosen dan mahasiswa meminta percepatan perkuliahan jika sudah datang waktu Ramadhan,” ungkapnya, Jumat (2/2). Tak hanya itu, Fadhilah juga menuturkan akan diadakannya semester antara pada libur antara semester ganjil dan genap. “Kita akan memperkenalkan lagi semester antara, sebagaimana dulu dikenal dengan semester pendek,” ujah Fadhilah, Jumat (2/2). Fadhilah membenarkan ter-

Sambungan dari halaman 1...

WWW. LPMINSTITUT.COM UPDATE TERUS BERITA KAMPUS

judul Orkes Madun II Atawa Umang-Umang ini menyajikan karya monumental Arifien C. Noer—yang juga sebagai sutradara film G30SPKI. Echo menyatakan, Arifien baru berhenti menceritakan karya ini pada komik dan kelas Bahasa Perancis. Namun belum sampai pada penulisan naskah drama. “Naskah drama ini karya El Ma’na yang mendapat ide dari Arifien C. Noer,” ucapnya, Selasa (6/2). Konsep yang dipilih dalam panggung sandiwara ini ialah seni dramatic reading—para pemain duduk di kursi membaca naskah dengan tidak terlalu banyak menampilkan adegan. Echo memilih seni dramatic reading lantaran seni ini belum terlalu dikenal di Indonesia, meskipun sudah mulai dirintis. “Dramatic reading itu simpel, tapi mengena,” ucapnya, Selasa (6/2).

dapat beberapa dosen yang telat menginput nilai mata kuliah yang diampu. Oleh karenanya, untuk pembayaran dan pengisisan KRS diperpanjang hingga 1 Februari 2018. “Setelah batas waktu usai, dapat langsung mendatangi kantor Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data,” ungkapnya, Jumat (2/2). Menurut Rektor UIN Jakarta Dede Rosyada perubahan KA semester genap bukan bersifat prinsip, hanya sebatas teknis. Adanya SK tersebut Ia berharap perkuliahan sudah mencapai 14 pertemuan, menimbang Juni sudah lebaran. Ia menghimbau agar semuanya persoalan terkait perkuliahan dapat disesuaikan di internal prodi masing-masing. “Semua permasalahan bisa diselesaikan,” tegasnya, Senin (5/2).


Kursus Bahasa U’L CEE Udrus Learning Center

Jl. Kertamukti, Gang H. Nipan, No. 18, RT. 04, RW. 08, Pisangan, Ciputat Timur, Tangsel. Depan Perumahan Griya Nipah/Dekat Masjid al-Mau’izhah al-Hasanah.

Menu Kursusan U’L CEE Institute

1. Bahasa Arab (Qawaid/Muhadatsah)

(Jaminan Menguasai Bahasa Arab dalam Waktu 2 Bulan, Gratis Mengulang Sampai Bisa Jika Gagal)

2. Bahasa Inggris (Grammar/Speaking)

(Jaminan Menguasai Bahasa Inggris dalam Waktu 2 Bulan, Gratis Mengulang Sampai Bisa Jika Gagal)

3. Bimbingan TOAFL/ TOEFL

(Jaminan Menguasai Strategi Menjawab Soal TOAFL/TOEFL Hanya dalam Waktu 2 Bulan)

4. Bimbingan Belajar & Private

(Membantu Siswa SD, SMP, SMA, & Umum dalam Meningkatkan Kemampuan di Sekolah/ Ujian Nasional )

5. Jasa Penerjemahan dan Bimbingan Menulis (Artikel/Skripsi) (Menerima Jasa Penerjemahan Arab-Indonesia, Inggris-Indonesia dan Sebaliknya)

6. Kajian Islam Komprehensif (Free)

(Al-Qur’an, Ulumul Qur’an, Tafsir, Hadis, Ulumul Hadis, Fikih, Ushul Fikih, Bahasa dan Sastra Arab, dll)

Informasi dan Tempat Pendaftaran Pendaftaran Tempat Pendaftaran Start Kelas Baru Kuota Minimal Kelas Contact Person

Website

Pilihan Hari Belajar Biaya Pendaftaran

: Setiap Hari Kerja : Kantor U’L CEE Institute : Tanggal 10 dan 25 setiap bulannya : 5 Orang/Kelas : 0852-7450-1485 WA/0852-6325-3933 WA BBM : 5C5F17E7 (Whany) : www.ulcee.damai.id Kursus Bahasa U’L CEE Ciputat @u’l_cee : Senin s/d Minggu (08.00-21.00 WIB) : Rp. 50.000,Join Us You Will See How Great You are.!!


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.