Tabloid institut 55

Page 1

Edisi LV / APRIL-Mei 2018

Terbit 16 Halaman

LAPORAN UTAMA Ragam Kendala KKN Internasional

Hal. 2

LAPORAN KHUSUS Dampak KKNI di FITK

LPM INSTITUT - UIN JAKARTA

www.lpminstitut.com

M. Rifqi Ibnu Masy & Moch. Sukri Ibnu.masy15@mhs.uinjkt.ac.id sukrimuhammad759@gmail.com

>> Bersambung ke halaman 15 kolom dua...

@lpminstitut

Hal. 3

capai Rp10 juta per kelompok. Berdasarkan pengalaman seniornya, meski dana KKN diberikan, namun belum cukup untuk memenuhi akomodasi dan kebutuhan program KKN. Terlebih jika tidak adanya dana KKN tentu akan membebani peserta. Senada dengan Rafida, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Faisal Ma’ruf pun merasakan hal yang sama. Menurutnya, jika pendanaan KKN ditiadakan akan mempersulit mahasiswa. “Harus ada dialog terbuka antara mahasiswa, PPM dan rektorat,” ungkap Ma’ruf, Kamis (19/4). Menanggapi hal tersebut, Kepala PPM UIN Jakarta Djaka Badranaya angkat bicara. Ia mengatakan pendanaan KKN hanya dialokasikan untuk dosen pembimbing, pembekalan KKN, dan survei lokasi oleh dosen. Sedangkan pendanaan untuk akomodasi dan program kerja KKN ditanggung peserta. Ia pun menegaskan, dana KKN sebenarnya dana pengabdian dosen yang diintegrasikan dengan KKN mahasiswa. Lebih lanjut, Djaka mengatakan pemberian dana KKN itu sudah berlangsung sejak lima tahun yang lalu. Dana KKN itu sesungguhnya biaya Program

Telepon Redaksi: 0896 2741 1429

WAWANCARA Telisik Sistem KKN Hal. 11

@lpminstitut

DANA KKN SURAM

Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) tak mendapatkan alokasi dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Oleh karenanya, Program Pengabdian Dosen Terintegrasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa 2018 disinyalir tak memiliki dana. PPM Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta melalui Surat Pengumuman Nomor 01/LP2M-PPM/ PP.06/56/2018 resmi menetapkan daftar kelompok dan lokasi KKN 2018. Pengumuman itu dipublikasikan pada Selasa (10/4) yang memuat 200 kelompok KKN yang bertempat di Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Bogor. Penetapan kelompok KKN sontak menjadi bahan pembicaraan mahasiswa pelbagai jurusan. Sebagai calon peserta KKN 2018, Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum Rafida Fauzia berantusias untuk melaksanakan program pengabdian itu. Segala persiapan pun dibincangkan kelompoknya. Namun, ia keberatan dengan informasi yang beredar terkait dana KKN yang tidak diberikan kampus. Menurut Rafida, KKN sebagai program wajib seharusnya disubsidi kampus. Pasalnya, dalam merealisasikan program kerja pasti membutuhkan dana. Selain itu, tidak semua mahasiswa mampu untuk membiayai segala keperluan KKN. “Saya keberatan,” ungkap Rafida, Kamis (19/4). Rafida tak sembarang bicara, pada KKN 2017 dana yang diberikan pihak kampus men-

Email: redaksi.institut@gmail.com

@Xbr4277p


LAPORAN UTAMA Salam Redaksi

Salam Pers Mahasiswa! Pembaca yang budiman, pada April ini Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut kembali hadir dalam Tabloid Institut. Berita seputar kampus kami sajikan khusus untuk Anda yang telah menantikan berita tanpa bohong dan terbaru. Dengan narasumber pilihan dan terpercaya kami berikan kepada pembaca sebuah bacaan nan mencerdaskan. Dikemas dari sudut pandang akademisi yang akan memberikan referensi terpercaya di tengah terpaan berita bohong di sosial media. Mengikuti jejak langkah tradisi di LPM Institut, pada hari Jumat di pekan pertama April ini kami bersila bersama. Membahas isu menarik untuk disuguhkan kepada pembaca. Memakan satu malam dan puluhan gelas kopi, kami tentukan berita pilihan yang bakal kami terbitkan pada akhir bulan dan awal Mei 2018 ini. Dari halaman muka hingga tiga kami memilihkan topik Kuliah Kerja Nyata (KKN) juga evaluasi pengelolaan parkir Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Program KKN menjadi agenda tahunan yang dijalankan UIN Jakarta. Mahasiswa dari berbagai fakultas dijadikan satu kelompok dan diharapkan membangun desa yang mereka tempati. Anggaran yang tak mendukung membuat KKN terkesan sebagai pelebur kewajiban saja. Laporan KKN ini bisa pembaca dapatkan di berita utama dan wawancara khusus kami dengan Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat UIN Jakarta. Perparkiran di UIN Jakarta juga tak kalah menjadi perhatian. Sejak berpindah pengelolaan ke tangan pihak swasta, UIN Jakarta berharap parkirnya menjadi lebih baik. Keamanan dan kerapian merupakan target sejak awal kehadiran perusahaan swasta di UIN Jakarta. Di perjalanan tiga tahun ini, evaluasi kurang memuaskan dihasilkan dari pihak kampus. Tak kalah asyik dengan suguhan berita utama, kami menghadirkan berita ringan. Mulai dari program bank sampah mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Program yang telah dijalankan beberapa tahun belakangan dirasa efektif mengurangi sampah yang terbuang. Juga ada tustel. Rubrik foto bulanan Tabloid Institut hadir dengan tema perempuan. Sebagai refleksi perayaan hari Kartini, kami menyuguhkan potret perempuan Badui di Kabupaten Lebak, Banten. Semua berita dalam Tabloid Institut kami suguhkan dengan istimewa. Menghadirkan berita yang kami harap dapat mengundang kembali sikap kritis mahasiswa atas keadaan sekitar.. Salam pers mahasiswa!

Tabloid INSTITUT Edisi LV/april-mei 2018

Ragam Kendala KKN Internasional

Salah seorang peserta KKN Internasional sedang memberikan pengajaran kepada anak-anak di Sabah Malaysia. Namun, dalam pelaksanaanya mendapat berebagai hambatan.

Foto: Hasbi

2

Nurlely Dhamayanti & Hidayat Salam nurlelyd5@gmail.com & hidayatsalam@gmail.com Berbagai hambatan dialami kelompok KKN Internasional. Mulai dari proses administrasi hingga nihilnya anggaran KKN Internasional. Demi menyempurnakan pendidikan di perguruan tinggi, sudah menjadi kewajiban mahasiswa agar Tri Dharma Perguruan Tinggi dilaksanakan sesempurna mungkin. Setelah pendidikan dan penelitian terwujud, pengabdian kepada masyarakat merupakan hal yang tak boleh dikesampingkan. Keinginan mengabdi masyarakat tak terbatas dalam negeri saja, tetapi berskala global. Seperti Akhir Maret 2017 silam, Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta mengeluarkan informasi terkait proses pendaftaran Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional. Mengetahui hal ini, Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Nana Supena segera menyiapkan berbagai persyaratan yang dibutuhkan. Dalam memenuhi semua persyaratan, Nana Supena menjelaskan bahwa kelompoknya mengalami kendala dalam hal mengurus administrasi. Lebih lanjut menurutnya untuk mendapatkan perizinan dari PPM butuh proses lama. Ia lebih dulu mengirim surat kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia. Setelah mendapat izin dari KBRI, baru pihak kampus dan PPM memberi dukungan. ”Persiapan kita dari Desember 2016 untuk KKN Internasional 2017” ucap mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum ini, Senin (16/4). Tak berhenti di situ, kendala juga terjadi dalam pencarian anggota kelompok Internasional. Ini dikarenakan pihak PPM hanya membuka pendaftaran jika ada permintaan. Hal ini membuat Nana harus menjaring anggota demi KKN Internasional tetap terlaksana. Menurut Nana, min-

imnya informasi mengenai KKN Internasional menjadi faktor utama peminat KKN Internasional sedikit. Permasalahan dana juga menjadi pelik karena UIN Jakarta tak menyiapkan dana untuk KKN Internasional sepeser pun. Nana mengaku setiap orang harus merogoh kocek sendiri, iuran Rp3 juta. “Beruntung, ada bantuan dari provider komunikasi sebesar Rp.20 juta,” tutur mahasiswa yang mengikuti KKN Internasional di Sabah, Malaysia. Terkait penyelenggaraan KKN Internasional, Kepala PPM Djaka Badranaya memberikan tanggapan. Menurutnya KKN Internasional yang dilaksanakan pada tahun lalu melalui banyak pertimbangan, salah satunya aspek keamanan tempat KKN dan kesiapan kelompok yang diberangkatkan. Djaka menuturkan alasan tetap terselenggaranya KKN Internasional pada tahun kemarin adalah kesiapan kelompok sudah matang. “Sudah siap dalam berbagai aspek, akhirnya kita setujui saja keberangkatan mereka—kelompok KKN Internasional,” tutur pria yang juga Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini, Senin (16/4). Perihal dana, lebih lanjut Djaka menjelaskan anggaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan KKN Internasional diserahkan kepada kelompok masing-masing. PPM tidak menyiapkan anggaran untuk keberangkatan kelompok KKN Internasional. Sehingga pada tahun 2018 ini, PPM mengubah KKN Internasional menjadi KKN Internasional Mandiri. “Kita menamakan KKN Internasional Mandiri, karena semuanya mandiri,” ujarnya saat ditemui di Hotel Soll Marina Serpong. Menanggapi hal tersebut, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN Jakarta Ali Munhanif pun ikut

memberikan tanggapan. Pria yang dilantik menggantikan Arskal Salim ini berkeinginan agar pelaksanaan KKN Internasional tidak memberatkan mahasiswa maupun keluarga. Menurutnya, permintaan KKN Internasional banyak sekali, sehingga ia menyarankan hal semacam ini harus ada dalam pendanaan kampus. Selain itu, tambah Ali untuk pemilihan tempat KKN Internasional juga harus didasari pada relasi yang dimiliki UIN Jakarta dengan pihak di luar negeri. Seperti bekerjasama dengan tokoh masyarakat maupun organisasi di negara tujuan. Namun, dirinya mengakui bahwa kerja sama penempatan KKN Internasional belum berbasis government to government. “Kami lebih fokus kepada jaringan antara kampus khususnya LP2M dengan tokoh masyarakat di sana,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya Gedung Rektorat Lantai 3, Selasa (17/4). Salah satu anggota KKN Internasional Muhammad Hasbi Hilmi menuturkan tertarik mengikuti KKN Internasional. Menurutnya KKN Internasional mempermudah dirinya mengenalkan budaya Indonesia, sebab banyak yang tak tahu. Ia menceritakan bahwa di Malaysia orang Indonesia banyak yang tak tahu kebudayaan Indonesia. “Mereka tidak hafal Lagu Indonesia Raya,” tutur Hasbi, Kamis (12/4). Sementara itu, tambah Hasbi untuk pengawasan KKN Internasional sendiri, pihak PPM menjelaskan bahwa pengawasan dilakukan oleh dosen pembimbing. Sedangkan anggaran sang dosen dibebankan kepada kelompok. “Dosen pembimbing disediakan oleh PPM, namun dananya dari mereka,” tutupnya.

Pemimpin Umum: Eko Ramdani | Sekretaris & Bendahara Umum: Atik Zuliati | Pemimpin Redaksi: Alfarisi Maulana | Pemimpin Penelitian dan Pengembangan: Muhamad Ubaidillah Anggota: Ayu Naina Fatikha, Hidayat Salam, Moch. Sukri, M. Rifqi Ibnu Masy, Nurlely Dhamayanti, Nuraini, Nur Fadhillah, dan Siti Heni Rohamna Koordinator Liputan: Hidayat Salam | Reporter: Ayu Naina Fatikha, Nurlely Dhamayanti, Siti Heni Rohamna, Nuraini, Moch. Sukri, M. Rifqi Ibnu Masy, dan Hidayat Salam Penyunting : Alfarisi Maulana, Atik Zuliati, Eko Ramdani dan Muhamad Ubaidillah | Fotografer: Instituters Desain Visual & Tata Letak: Hidayat Salam, M. Sukri dan Alfarisi Maulana | Desain Sampul: Nuraini dan Alfarisi Maulana | Info Grafis: Muhamad Ubaidillah | Penyelaras Bahasa: Muhamad Ubaidillah Alamat Redaksi: Gedung Student Center Lantai 3 Ruang 307 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. H. Djuanda No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan 15412 Telepon: 089627411429/082365277388 | Email: redaksi.institut@gmail.com | Website: www.lpminstitut.com ~~~Setiap reporter INSTITUT dibekali tanda pengenal serta tidak dibenarkan memberikan insentif dalam bentuk apapun kepada reporter INSTITUT yang sedang bertugas~~~


LAPORAN KHUSUS

Tabloid INSTITUT Edisi LV / APRIL-MEI 2018

3

Dampak KKNI di FITK Nuraini & Siti Heni Rohamna n.aini2997@gmail.com& nana.rohamna@gmail.com

tersebut menimbulkan ketidaknyamanan tersendiri bagi mahasiswa. Pasalnya, tidak semua sekolah yang ditempati mahasiswa PPKT menerima dengan baik. “Teman saya ada yang disuruh nyuci piring, salah sedikit diomelin,” ungkapnya, Selasa (17/4). Terjadinya perubahan kurikulum ini sesuai Peraturan Presiden No. 08 Tahun 2012 tentang KKNI. Penerapan KKNI, prodi harus bisa menawarkan mata kuliah yang dikombinasikan dengan praktik lapangan. Sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menyatakan mahasiswa harus memiliki kompetensi terkait pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Pelaksanaan PLP, poin yang didapat ialah pendidikan dan penelitian. Sementara itu, pengabdian bagi mahasiswa dapat diintegrasikan dengan KKN. Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris A’yun Hamima mengungkapkan kurang adanya sosialisasi terkait KKN di FITK. A’yun mengatakan informasi terkait KKN tersebut telah lama diperbincangkan para dosen. Namun, hingga kini A’yun berterus

Seorang mahasiswa FITK tengah melakukan pengajaran pada program PPKT. Program tersebut berlangsung di SMK Grafika Lebak Bulus pada akhir 2016 lalu.

terang belum ada sosialisasi secara pasti dari pihak jurusan. Nahasnya, ia mendapatkan informasi terkait pendaftaran KKN dari teman di fakultas lain. “Saya dikasih tahu kalau harus daftar KKN, itupun daftarnya sehari sebelum penutupan,” katanya, Selasa (10/4). Selain itu, Mahasiswa Pendidikan Biologi Zaenudin juga mengeluhkan adanya KKN di FITK. Lokasi KKN yang terlalu jauh menjadi kendala. Tempat Zaenudin KKN di daerah Bogor, sedangkan sebagai pengajar dan penjual buku ia bekerja di Ciputat. “Masa saya harus mengundurkan diri gara-gara KKN?” ucapnya, Selasa (17/4). Ia juga mengungkapkan, kurangnya persiapan pelaksanaan PLP. Seperti halnya belum ada sosialisasi terkait PLP yang masih asing di kalangan sekolah. Alhasil, PLP yang

harusnya berlangsung di semester ini pun terpaksa di tunda pada waktu libur semester mendatang. Wakil Dekan III FITK Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Fauzan mengungkapkan, seharusnya FITK mempunyai desain khusus terkait program pengabdian. Namun Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) menerapkan KKN FITK bersamaan dengan fakultas lain. Mengenai perubahan PPKT menjadi PLP dan KKN, Kepala Bagian Akademik Eddy Suandi angkat bicara. Menurutnya, PPKT menjadi PLP hanya perubahan nama saja. Tetapi program tetap sama yaitu mengajar. Eddy juga menjelaskan PLP sebagai proses pendidikan keguruan. Oleh karena itu, ia mewajibkan mahasiswa FITK UIN Jakarta melaksanakan kegiatan PLP. “Tidak

Omong Kosong Fasilitas Parkir

memuaskan. UIN juga sudah pernah memanggil pihak GB untuk memenuhi fasilitas, namun hingga kini masih belum juga terpenuhi. Untuk nantinya, setelah kontrak kerja GB habis UIN akan merapatkan kembali untuk pemilihan pengelola parkir selanjutnya. “Kami berharap untuk kinerja selanjutnya akan lebih baik.” tutupnya, Senin (23/4).

Ayu Naina Fatikha & Nur Fadhillah ayunaina24@gmail.com & dilfadillah05@gmail.com

Fasilitas parkir tak kunjung terpenuhi. Evaluasi pihak Universitas Islam Negeri (UIN) sebut kinerja GB tak memuaskan.

Sudah hampir tiga tahun lamanya Gerbang Berkah (GB) Parking beroperasi di UIN Jakarta. Dengan adanya pengelolaan parkir tersebut, besar harapan mahasiswa UIN dalam hal parkir, mulai dari ketertiban hingga keamanannya. Namun harapan itu tak jarang menyisakan kekecewaan, pasalnya masih banyak kasus kehilangan yang terjadi di kalangan mahasiswa. Salah seorang mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Intan Safitri mengungkapkan kekecewaannya terhadap sistem keamanan GB Parking. Intan menceritakan, saat ia hendak pulang kuliah siang hari, didapati jok motornya sobek dan helm merek bogo yang baru dibelinya raib. Ia pun menemui petugas GB Parking yang ada di depan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan guna melaporkan kehilangannya. Namun kecewa ia dapatkan ketika petugas tak menanggapi dengan serius pelaporannya, justru menanggapinya dengan canda. “Kecewa saya, ini sudah yang ke tiga kali helm bogo saya hilang,” ungkapnya, Kamis (19/04).

Pengalaman serupa pernah dialami oleh Arya Andika, mahasiswa Jurnalistik semester 6. Sudah dua kali dirinya kehilangan helm, padahal ia sudah menyangkutkan helmnya di jok. Namun sial menimpa, tali pengait helm digunting dan raib entah ke mana. Dia juga merasa kecewa dengan respons dari petugas GB Parking yang bertugas di perpustakaan. “Kata petugas GB itu bukan tugas saya,” keluhnya, Jumat (20/04). Terkait kasus kehilangan motor dan helm area parkir UIN Jakarta, sistem keamanan GB Parking mulai dipertanyakan oleh mahasiswa. GB Parking yang beroperasi mulai jam 6 pagi hingga 7 malam masih dinilai kurang dalam keamanan serta pelayanan. Hal tersebut menimbulkan kekecewaan tidak hanya bagi mahasiswa melainkan diungkapkan juga oleh staf UIN Jakarta. Kepala Bagian (Kabag) Umum

mungkin seorang guru tanpa ada praktik mengajar sebelumnya,” ujarnya, saat ditemui di Gedung Akademik, Kamis (19/4). Terkait keluhan mahasiswa, Kepala PPM Djaka Badranaya menjelaskan program PPKT enam Satuan Kredit Semester (SKS) ini dinilai belum efektif. Oleh sebab itu, PPKT di pecah menjadi PLP dan KKN. “PLP tiga SKS dan KKN tiga SKS,” jelasnya, Senin (16/4). Lebih lanjut, Djaka mengatakan, PPKT meningkatkan kapasitas individu. Kebanyakan sekolah mitra yang ditempati mahasiswa PPKT sudah tergolong mapan. Kondisi ini membuat mahasiswa kurang mengintegrasikan nilai pengabdian. “Kecuali jika PPKT di tempat terpencil, itu baru pengabdian,” terangnya saat ditemui di Hotel Soll Marina BSD Serpong.

Tampak mahasiswa sedang membayar parkir kepada petugas, Selasa (23/4). Di UIN Jakarta, sistem keamanan dan perparkiran diserahkan kepada GB Parkir sebagai pengelola sejak 3 tahun silam.

UIN Jakarta, Encep Dimyati pun turut mengeluhkan kinerja GB Parking selama ini. Dirinya kerap kali menegur petugas GB. Akan tetapi, justru pihak GB salah paham dengan beranggapan bahwa Encep sedang memerasnya. Encep juga sering kali mendengar keluhan mahasiswa terkait sistem keamanan GB Parking. “Kami sudah beberapa kali menegur, sudah bosan,” tegasnya saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (17/04). Encep sudah setahun menjabat sebagai Kabag Umum menggantikan Suhendro Tri Anggono. GB Parking merupakan lanjutan dari kerja sama di masa jabatan Suhendro. Sebagai Ka-

bag Umum, Encep pun tak bisa berkutik karena terikat kontrak sampai tahun 2019 dengan pihak GB Parking. Menyoal kehilangan helm yang dikeluhkan mahasiswa. Encep menjelaskan, helm yang hilang bukan tanggung jawab dari GB Parking. Ia menambahkan dalam kontrak GB Parking hanya menjamin kehilangan motor. Mahasiswa yang kehilangan motor berarti kelalaian dari penjaga parkir, dalam hal ini GB Parking. Senada dengan Encep, Wakil Rektor IV Bidang Kerja sama Murodi mengatakan hasil evaluasi pihak UIN terkait kinerja GB Parking ini kurang

Di awal keberadaan GB Parking dalam Tabloid Institut Edisi XLIII/ MEI 2016 diharapkan dapat membenahi sistem parkir di UIN Jakarta. Terpilihnya GB atas dasar kesediaannya memperbaiki sistem parkir, menambah fasilitas, serta menjamin asuransi dan keamanan melalui tender yang dilakukan. “Dari tiga perusahaan (Maharani Parking, NIS Parking dan GB Parking) yang presentasi, GB Parking itu paling masuk akal dari segi harga dan fasilitas yang ditawarkan,” terang Suhendro selaku Kabag Umum pada Rabu, (9/5/16). Sedangkan dari pihak GB Parking sendiri menolak untuk memberikan tanggapan terkait kinerja mereka. Pihak GB Parking yang ditemui di ruangannya lantai dasar FITK justru merekomendasikan Yandi selaku pengawas GB di UIN Jakarta. Namun Yandi menolak menjawab terkait sistem keamanan GB Parking. “Langsung saja tanya ke pusat GB Parking,” pungkasnya, Jumat (20/04).

Foto: Irfan

Pada 2015 lalu, Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) mulai diterapkan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal tersebut berdampak pada perubahan sistem pengabdian mahasiswa yang termuat dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Salah satunya di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)—yang dulu menggunakan sistem Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT)— kini mulai memberlakukan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Perubahan kebijakan tersebut menuai kritik di kalangan mahasiswa. Menurut Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab angkatan 2014, Acep Misbah Nurul, sistem PPKT yang diterapkan sebelum KKNI masih memuat beberapa kendala. Acep mengaku metode yang dipelajari saat Micro Teaching berbeda—dari segi persiapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)—dengan fakta lapangan saat proses pembelajaran di sekolah. “Kita udah persiapan PPKT, tapi ketika di lapangan aplikasinya berbeda,” ucapnya, Selasa (17/4). Senada dengan hal itu, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ari Ardiansyah juga mengeluhkan waktu PPKT yang terlalu lama. Hal

Foto: Windi Irmawan

Kurikulum baru Kerangka Kualifikasi Indonesia (KKNI) mulai diterapkan. Sistem pengabdian mahasiswa pun mengalami perubahan.


4

KAMPUSIANA

Tabloid INSTITUT Edisi LV/april-mei 2018

Bank Sampah: Alternatif Kebersihan

Nur Fadillah dilfadillah05@gmail.com

Sejak 2017 lalu, mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat (HMPSKM) merancang program bank sampah. Kegiatan itu guna mengurangi sampah di Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Target nasabahnya merupakan mahasiswa FIK. Dalam perjalanannya, program ini tak hanya diminati mahasiswa asal Kesmas saja, tapi juga jurusan lain. Selain memberi manfaat kepada mahasiswa, juga pada petugas kebersihan. Jika bagi mahasiswa menambah pendapatan, juga dapat mengurangi sampah yang terbuang sia-sia. Bank sampah terinspirasi Public Health For Country dari program himpunan mahasiswa sebelumnya yang berupa pengolahan sampah. Dari kegiatan itu, HMPSKM mendapat kerja sama dengan Dinas lingkungan Hidup (DLH) Tangerang Selatan. Menurut Ketua Departemen Sosial Masyarakat HMPSKM Miftahul Jannatul Madaniyah, bank sampah dibentuk pada perten-

gahan kepengurusan periode 2016/2017. “Ada setelah evaluasi paruh waktu tahun lalu” jelasnya, Kamis (5/4). Bank sampah yang diadakan tahun ini, Miftah menambahkan, tidak berbeda jauh dari tahun sebelumnya. Hanya saja tahun ini nasabah tidak hanya dari prodi Kesmas. Mahasiswa Farmasi dan Ilmu Keperawatan pun turut berkontribusi. Jika dibandingkan dalam segi jumlah nasabah, tahun ini mengalami peningkatan. Tahun sebelumnya ada sekitar 30 nasabah, sedangkan kini tercatat 45 nasabah baik individu maupun kelompok. Terdapat dua jenis nasabah, individu dan kelompok. Akan tetapi keduanya tetap mendapatkan hak yang sama sebagai nasabah. Untuk nasabah kelompok diharuskan menyetor satu nama sebagai penanggung jawab. Nasabah kelompok maupun individu diberikan uang dari hasil pengumpulan sampah. Nasabah yang menabung tiga kali akan menjadi nasabah tetap. Program bank sampah dilanjutkan hingga kini karena melihat

antusias mahasiswa yang tinggi. Melihat manfaat serta keuntungan dari bank sampah, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FIK Irma Nurbaeti menyambut baik program tersebut “Program ini sangat membantu di lingkungan kampus” ungkapnya, Jumat (6/4). Sebagai bentuk apresiasi dari pihak kampus, Dekanat FIK akan melakukan penyuluhan pengolahan sampah di Musyawarah Besar Mahasiswa yang akan diadakan April. Irma berharap HMPSKM dapat mengembangkan bank sampah dengan memanfaatkan sampah organik sebagai kompos. “Semoga kampus kita jadi go green dengan adanya bank sampah” tambahnya, Jumat (6/4). Jika mahasiswa ingin menjadi nasabah hanya perlu mengumpulkan sampah non-organik seperti plastik dan kertas. Pengumpulan sampah dilakukan dua minggu sekali pada hari Jumat. Pemilahan sampah dilakukan pukul empat sore dan pengepul dari DL akan mengambilnya pada pukul enam sore. Salah satu nasabah Naura

Bina Desa Salurkan Asa

Foto: HMPSKM

Bicara mengenai sampah memang tak ada habisnya. HMPSKM hadir menawarkan program Bank Sampah sebagai jalan keluar.

Tampak beberapa mahasiswa mengelola bank sampah, Kamis ()12/04). Bank sampah menjadi program rutinan HMPSKM setiap 2 minggu sekali.

Safarina Nasution menuturkan adanya bank sampah membuat kampus lebih bersih. Selain itu, hasil yang didapatkan dari bank sampah menambah pendapatan mahasiswa. “Enggak ada lagi sampah berserakan,” jelas mahasiswi Kesmas angkatan 2015 ini, Kamis (5/4).

Mendapat sambutan yang baik untuk bank sampah dari pihak mahasiswa dan fakultas, Ketua HMPSKM Selvi Audina Sari berharap program ini dapat menginspirasi organisasi lain. Tak hanya sebatas menjaga lingkungan agar lebih bersih, tapi juga meningkatkan nilai ekonomis dari sampah.

Hidayat Salam hidayatsalam2016@gmail.com

Bukan hanya mengikuti belajar di kelas, mahasiswa juga dituntut untuk menjadi agen perubahan di mana pun berada. Berbagai macam bentuk kegiatan dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat. Bahkan perguruan tinggi pun menyediakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang fungsinya untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengabdian kepada masyarakat pun tak hanya berbentuk KKN saja. Bahkan beberapa organisasi mahasiswa telah membuka tempat mengabdi dengan menyelenggarakan desa binaan. Tak jarang, inisiatif kegiatan disebabkan karena kondisi masyarakat setempat yang memprihatinkan. Seperti kondisi pendidikan, kesehatan sosial serta lingkungan desa tersebut yang perlu mendapat binaan. Maka, mahasiswa yang punya kepedulian sosial yang tinggi meluncurkan program desa binaan. Hal itulah yang membuat mahasiswa yang tergabung dalam Beastudi Etos Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan kegiatan desa binaan yang bernama Desa Produktif Rengas. Menurut Ketua Desa Produktif Ach. Wasila Amin desa

binaan mereka sudah berjalan dari tahun 2015. Wilayah yang menjadi tempat binaan yaitu Desa Rengas, Tangerang Selatan, Banten. Lebih lanjut, menurut mahasiswa penerima beasiswa Beastudi Etos itu pemilihan tempat desa binaan tersebut berdasarkan pelbagai aspek. Pemilihan desa pun berdasarkan Assessment Area kemudian menyusun rencana strategis untuk menjadikan Desa Rengas yang mandiri. “Kita melihat dari segi aspek pendidikan, ekonomi, budaya dan sosial,” ujar Wasila, Rabu (11/4). Desa binaan bisa kembali menghidupkan budaya yang positif. Menurut Wasila, mahasiswa yang jadi relawan Desa Rengas dapat melakukan pengajaran dua kali dalam seminggu di Taman Pengajian Alquran. Bahkan setiap hari Jumat selalu diadakan program marawis. “Desa Rengas itu kan punya potensi Marawis, kita ingin menghidupkannya kembali,” tutur mahasiswa semester enam itu, Rabu (11/4). Tak hanya Desa Produktif Beastudi Etos, kegiatan yang sama juga dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Farmasi. Di bawah Departemen Pengabdian

Masyarakat (Pemas), para mahasiswa Farmasi menyelenggarakan desa binaan di Kampung Dungus Biuk Desa Babakan Kecamatan Tenjo Bogor. Adapun program binaan di Desa Babakan yaitu edukasi kepada masyarakat setempat. Menurut Ketua Departemen Pemas Laila Tsani kegiatan tersebut salah satunya pengajaran bahasa Inggris yang ditunjukkan kepada siswa Madrasah Tsanawiyah. “Jadi pengajarannya yang kita berikan bersifat keilmuan,” ungkap mahasiswa semester enam itu, Jumat (13/4). Selain itu, terdapat juga pembinaan bagi kaum hawa tentang cara menanam tanaman obat. Ke depannya, lanjut Laila, di Desa Babakan akan didirikan mandi cuci kakus bagi masyarakat. Untuk itu, Departemen Pemas pun akan mencari donatur untuk mewujudkan program tersebut. Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syarif Hidayatullah (Syahid) pun juga mempunyai program desa binaan. Menurut Ketua Koordinator Ikhwan Pos Solidaritas Umat (PSU) Ahmad Baydhowi bahwa fokus pada pembinaan pendidikan

Foto: Kinan

Implementasi Tridarma Perguruan Tinggi tak selalu Kuliah Kerja Nyata (KKN). Membina desa pun salah satu bentuk pengabdian.

Dua orang mahasiswi sedang memberikan pendidikan kepada anak-anak di desa Babakan, Tenjo Bogor (21/4). Kegiatan ini merupakan ini merupakan program desa binaan yang diberdayakan oleh Himpunan Mahasiswa Farmasi.

anak-anak. Selain itu, nantinya terdapat pembinaan ekonomi kreatif. Desa binaan LDK Syahid terletak di Jalan Mawar Ciputat. Mayoritas masyarakat setempat bermata pencaharian pemulung. Oleh karena itu, mahasiswa yang terlibat di desa binaan tersebut memberikan materi pendidikan dengan mengajar kepada anak-anak. Baydhowi pun menambahkan setiap Idul Adha menyelenggarakan kurban untuk dibagikan kepada warga sekitar. Adanya desa binaan yang dikelola mahasiswa mendapat tanggapan dari Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) Djaka

Badranaya. Menurut Djaka kegiatan semacam ini perlu diberi ruang oleh PPM seperti tidak perlu mengikuti KKN. “Saya yakin mahasiswa UIN banyak memiliki kecenderungan untuk menjadi relawan,” ujarnya, Senin (16/4). Akan tetapi menurut Djaka, KKN yang menggunakan konsep sebagai relawan tidak dapat berjalan lancar. Ia pun pernah mengajukan konsep ini pada 2015 namun tidak mendapat dukungan dari pihak rektorat. Bahkan penolakan konsep ini juga terdapat dalam internal seperti dari administrasinya yang sulit serta secara teknis juga sulit untuk dilaksanakan.


Tabloid INSTITUT Edisi LV/april-mei 2018

JAJAK PENDAPAT

5

Menakar Kinerja GB Parking Pada Agustus 2015 silam, pengelolaan sistem perpakiran Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta berpindah tangan dari UIN Parking ke Gerbang Berkah (GB) Parking. Berbagai janji pun terlontar, mulai memperbaiki sistem parkir, menambah fasilitas, hingga menjamin asuransi dan keamanan. Bak angin segar, hadirnya GB Parking diharapkan mampu membenahi semrawutnya sistem perpakiran di UIN Jakarta. Pelbagai kebijakan pun diterapkan guna mencapai cita-cita GB Parking. Hingga kenaikan harga parkir pun terjadi, semula Rp500 menjadi Rp1 ribu untuk motor dan Rp1 ribu menjadi Rp2 ribu untuk mobil. Palang otomatis pun dipasang berjajar. Antre-

an motor mengular menjadi pemandangan baru tiap menjelang sore hari. Pergantian sistem pengelolaan parkir baru ini pun menuai respons di kalangan mahasiswa. Pasalnya, perubahan kebijakan tersebut tak dibarengi dengan fasilitas yang di dapatkan, sering kali kehilangan pun terjadi, helm misalnya. Tak terasa, hampir tiga tahun sudah (GB) Parking bergulat dalam perpakiran UIN Jakarta. janji-janji manis GB Parking pun terus di tagih hingga saat ini tak ada perubahan yang berarti, mahasiswa pun kembali mengeluhkan kinerja dan kebijakan GB Parking. Peristiwa kehilangan yang terus berulang membuat mahasiswa geram.

Beberapa mahasiswa mengaku kerap kehilangan helm saat memarkirkan kendaraannya. Tak hanya sekali, bahkan berulang kali. Sebagian dari mereka mengadukan hal tersebut kepada petugas parkir yang tengah berjaga. Sayang, alih-alih mendapatkan ganti rugi respons positif pun tak didapat. Tak hanya mahasiswa, Kepala Bagian (Kabag) Umum UIN Jakarta, Encep Dimyati pun turut mengeluhkan kinerja GB Parking selama ini. Dirinya kerap kali menegur petugas GB. Tak berbalas, justru pihak GB salah paham dengan beranggapan bahwa Encep sedang memerasnya. Wakil Rektor IV Bidang Kerja sama Murodi pun angkat bicara. Ia mengakui hasil evaluasi pihak UIN atas kinerja GB Parking ini kurang

memuaskan. UIN juga sudah pernah memanggil pihak GB untuk memenuhi fasilitas, namun hingga kini masih belum juga terpenuhi. Berdasarkan hasil jajak pendapat yang dilakukan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut UIN Jakarta dari 176 responden, sebanyak 54% mahasiswa merasa sistem parkir di UIN Jakarta kurang baik. Sedangkan sebanyak 32,4% mahasiswa mengaku sistem parkir UIN Jakarta cukup baik. Tak hanya itu, perihal pelayanan yang diberikan GB Parking selama kurang lebih tiga tahun ini sebanyak 52% mahasiswa UIN Jakarta merasa kurang puas. Tak sebanding dengan mahasiswa yang merasa puas sebanyak 27%.

QUOTE OF THE MONTH

Kendati demikian, sebagian besar mahasiswa merekomendasikan GB Parking untuk tetap memegang kendali sistem parkir UIN Jakarta, yaitu sebanyak 61% mahasiswa. Sebaliknya sebanyak 38% mahasiswa enggan merekomendasikan GB Parking untuk kembali mengelola sistem parkir untuk tahun berikutnya usai putus kontrak kerja. *Jajak pendapat ini dilakukan oleh Litbang Institut pada 19-21 April 2018 kepada 176 responden dari mahasiswa di seluruh fakultas kecuali Fakultas Adab dan Humaniora. Metode pengambilan dalam jajak pendapat ini adalah propotionated stratified random sampling. Hasil ini tidak bermaksudkan untuk mengevaluasi lembaga dan fakultas di UIN Jakarta.

Hidup ini cair. Semesta ini bergerak. Realitas berubah. (Dee Lestari)


6

Sumber : PPM UIN Jakarta

INFO GRAFIS

Tabloid INSTITUT Edisi LV/april-mei 2018


PERJALANAN

Tabloid INSTITUT Edisi LV/april-mei 2018

7

Foto : infowisata.

Jalawastu, Tanah Suci Penuh Tradisi

M. Rifqi Ibnu Masy ibnu.masy15@mhs.uinjkt.ac.id

Foto : infowisata.co.id

Jalawastu memiliki pesona berbeda dibandingkan desa-desa lainnya di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Umumnya, desa-desa di Brebes sudah terpengaruh oleh arus modernisasi. Namun tidak demikian dengan Jalawastu, letaknya cukup terpencil dihimpit perbukitan membuat Jalawastu kental dengan adat budaya. Masyarakat desa di dusun Jalawastu hidup rukun karena berpegang teguh kepada ajaran leluhur. Dusun Jalawastu terletak di Desa Ciseureuh, Kecamatan Ketanggungan tepatnya di lereng Gunung Kumbang. Pengunjung yang ingin ke sana sebaiknya melakukan perjalanan tatkala cuaca baik. Tak mudah menuju Jalawastu, selain akses jalan rusak, trek yang dilalui pun cukup terjal naik turun perbukitan. Jarak ke dusun Jalawastu dari kota kabupaten sekitar 50 kilometer dengan waktu tempuh 2 jam 30 menit. Untuk sampai di Jalawastu, pengunjung dapat menggunakan

transportasi umum dari kota Brebes. Pada musim tanam, di sepanjang jalan pengunjung akan dimanjakan dengan hamparan bawang merah yang daunnya menghijau. Sesampai di Ketanggungan, perjalanan harus dilanjutkan ke tujuan menggunakan ojek melewati jalan naik turun perbukitan. Mendekati Jalawastu, suasana asri pepohonan rindang akan didapatkan pengunjung. Tak hanya itu, monyet yang bergelantungan di pepohonan siap menyapa pengunjung. Tak sembarangan untuk bisa memasuki kawasan Jalawastu. Pengunjung harus mendapatkan izin dari kepala adat. Tak hanya itu, terdapat peraturan adat yang harus dipatuhi. Pengunjung dilarang mengunakan alas kaki dan celana dalam. Kaitannya dengan busana yang diterapkan, menurut penduduk setempat tanah Jalawastu merupakan tanah suci. Pada waktu-waktu tertentu, pengunjung dapat menyaksikan berbagai tradisi yang dilaksanakan

Foto :Infowisata

Masih ada masyarakat adat yang eksis menjaga tradisi warisan leluhur. Jalawastu menjadi penjaga nilai-nilai tradisi lama yang bertahan hingga kini.

masyarakat adat Jalawastu. Seperti Upacara Ngangsa diadakan setiap Selasa Kliwon pada Mangsa Kesanga. Ritual Ngangsa dipercaya penduduk sebagai perwujudan rasa syukur kepada Batara Windu Buana yang dianggap sebagai pencipta alam. Pada Upacara Ngangsa, pengunjung akan melihat masyarakat Jalawastu berbondong-bondong menuju pusat tanah adat di lereng Gunung Sagara (Gunung Kumbang). Upacara adat dimulai pukul 05.00 WIB ditandai dengan arak-arakan penduduk mengenakan busana adat. Kaum adam mengenakan baju dan celana serba putih lengkap dengan ikat kepala. Sedangkan kaum hawa mengenakan kebaya putih yang menutupi hampir semua aggota tubuhnya dengan bawahan kain tapih.

Selama arak-arakan berlangsung, para wanita menjinjing rantang berisi berbagai makanan pokok berupa jagung, dedaunan dan umbi-umbian. Menjadi sebuah larangan bagi mereka untuk memakan nasi. Terlebih makanan yang bernyawa seperti daging hewan ternak hingga aneka ikan pun menjadi daftar larangan. Konon, menurut Kepala Adat Jalawastu Dastam jika masyarakat Jalawastu melanggar aturan akan mendatangkan malapetaka. Sesampainya di pusat tanah adat, mereka membuat lingkaran besar menghadap Pemangku Adat Jalawastu. Semua makanan diletakkan di tengah-tengah lingkaran mengunakan tikar anyaman. Setelah semua siap, pemangku adat membuka acara dengan membaca ajian. Acara dilanjutkan dengan Kaulinan Tradisional yang diakhiri dengan menyantap makanan bersama.

Jika pengunjung memerhatikan bangunan Jalawastu, maka suasana masa lampau akan amat terasa. Tak ada bangunan berarsitektur modern. Bahkan bangunan di desa tersebut tak satu pun menggunakan semen sebagai materialnya. Masyarakat Jalawastu mendirikan rumah dari kayu yang beratapkan susunan kelaras. Rumah mereka tak padat hanya beberapa saja yang terpusat di lereng perbukitan. Namun sangat disayangkan, jika pengunjung ingin berlama-lama di Jalawastu harus kembali ke kota Brebes. Pasalnya, di kawasan Jalawastu belum ada hotel atau pun penginapan. Walau pun begitu, Jalawastu yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat menjadikannya memiliki kesan tersendiri bagi pecinta, peneliti atau pun wisata tradisi Jawa.


OPINI

8

Tabloid INSTITUT Edisi LV/april-mei 2018

Menjadi Pemimpin Santun Oleh: M. Ubaidillah*

Ilustrasi: pixabay.com

Dua tahun ke depan, kita akan disuguhi intrik perang urat syaraf antar tokoh dan partai politik dalam pertarungan memperebutkan kekuasaan. Masyarakat dicekoki janji manis yang begitu utopis, bak oasis di tengah gurun, begitu menyegarkan. Framing kesederhanaan yang pro rakyat jelata dibentuk. Mereka yang berebut, rela blusukan hingga ke pedalaman, begitu indah dan sedap dipandang mata. Tak hanya blusukan, biasanya foto-foto dan atribut partai dan calon pun begitu ramai menghiasi dinding jalan, papan reklame, pepohonan, dan tiang listrik hingga iklan sedot wcpun kehilangan pamornya. Tak ketinggalan, janji manis disematkan di sampingnya, persis sep-

erti penjual yang sedang menjajakan dagangan. Janji menghilangkan kesenjangan sosial, pengentasan kemiskinan, harga bahan pokok murah, pemberantasan korupsi, dan menguasai kekayaan alam sendiri untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia seutuhnya pun diumbar. Namun hal itu hilang setelah hangatnya kursi jabatan dirasakan. Janji-janji seperti itu selalu bermunculan saban 5 tahun, namun minim bukti.

B e b e ra p a waktu lalu, warganet d i ra m a i ka n dengan pidato salah satu kandidat capres tahun de-

pan yang mengatakan Indonesia akan bubar di tahun 2030, saat ini antek-antek asing merajalela, elite-elite mafia menggerogoti negeri ini dan lain-lain, silakan lihat di Youtube saja. Dalam sebuah diskusi, Pakar Hukum Tata Negara Mahfud MD menilai jualan janji menjelang tahun politik itu dari dulu selalu ada. Wajar kalau seseorang yang digadang akan nyapres mengatakan ini itu, juga Indonesia akan bubar tahun 2030, yang disayangkan tak berdasar dan tak ilmiah.

Namun kita harus mengambil pesan dari isi pidato sang tokoh. Bahwa Indonesia harus tetap waspada dengan segala ancaman yang ada. Masyarakat perlu menjaga kestabilan negara, tak hanya aparatur negara. Meski banyak survei mengatakan Indonesia akan menjadi negara maju di tahun-tahun mendatang, kita tak boleh terlena. Pengalaman 98 harus dijadikan contoh. Di mana saat itu banyak survei mengatakan Indonesia akan maju secara ekonomi namun realitas di lapangan membuktikan sebaliknya. Akan tetapi

seorang tokoh besar juga negarawan tak sepatutnya menyebarkan pesimisme. Pemerintah salah silakan dikritik, suatu hal yang kurang baik silakan diberikan masukan agar diperbaiki. Hidup bernegara dan saling menghormati satu sama lain kan santun. Meski situasi politik panas, hati harus tetap dingin. Bukankah dalam Islam Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan sikap pemimpin yang baik. Mementingkan kepentingan umat daripada kepentingannya sendiri, berbudi pekerti sempurna, dan selalu mengobarkan semangat dan optimisme di kalangan umat muslim pada zaman itu. Hingga Islam tersebar ke pelosok negeri dan tak terkalahkan. Tak bisakah kita mencontohnya?, barang sekelumit, jika tak mampu mencontohnya secara lengkap.

Bahkan Silas—seorang Kristen pada abad awal Masehi— memberikan konsep kepemimpinan yang Asih, Asah, dan Asuh. Asih merupakan sikap moral yang memperlihatkan rasa kasih sayang yang tulus. Dengan maksud mewujudkan kebahagiaan bagi masyarakat. Asah yakni mencerdaskan, dan memperluas wawasan lahir dan batin dalam meningkatkan kualitas masyarakat dalam segala aspek. Asuh bermakna membimbing,

menjaga, mengayomi, memperhatikan, mengarahkan, dan membina secara seksama. Ki Hadjar Dewantara pun membuat konsep kepemimpinan yang terkenal yakni Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani. Meski konsep ini lebih sering digunakan sebagai pengingat seorag guru harus menjadi apa, namun bagi saya pemimpin juga seorang guru, yang harus membimbing bawahannya dan atau masyarakatnya pun mesti memahami konsep Ki Hadjar tersebut.

Ing ngarso sung tulodo bermakna pemimpin di depan harus memberi contoh yang baik. Lalu Ing Madyo mangun karso, pemimpin harus mampu menjadi penyeimbang dan menyenangkan semua pihak. Sedang Tut wuri handayani, seharusnya pemimpin mampu memberikan kekuatan serta dorongan moril pada masyarakatnya. Sehingga masyarakat merasa aman dan optimis, bukan pesimis. *Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Haruskah Kita Menulis (?) Oleh: Alfi Huda* Dalam memori setiap umat, akan selalu tersimpan jasa baik orang-orang besar yang telah menorehkan karya dan sejarah dalam bidang ilmu apa pun. Di antara mereka adalah M. Natsir (1908-1993). Natsir yang pernah menjabat perdana menteri dikenal sebagai tokoh yang cakap berpidato sekaligus terampil menulis. Dia telah menerbitkan lebih dari 35 judul buku. Dua judul di antaranya adalah Islam sebagai Dasar Negara dan Capita Selecta. Bagi aktivis Islam, dua buku Natsir tersebut masih dibaca dan dikaji hingga kini. Lalu siapa M. Natsir? Dia seorang ulama, intelektual, pejuang, dan negarawan. Mantan menteri penerangan itu sangat suka membaca buku dan

“

S em p a t kan waktu untuk menulis, tulislah apa pun itu, bahkan meski tiada yang perlu ditulis.

sering menulis. Sejak muda Natsir punya minat yang sangat besar pada falsafah dan kajian keislaman. Hanya pada zaman itu, untuk mendapatkan referensi tidak mudah. Misalnya, perpustakaan sangat terbatas dan belum ada fasilitas internet. Namun, di tengah keterbatasan tersebut, Natsir tak mundur untuk mendapatkan referensi. Dia tetap rajin mencari buku. Bisa dengan meminjam kepada perorangan atau ke perpustakaan. Kebiasaan Natsir dalam memburu buku itu bahkan diteruskannya sampai berusia lanjut. Yusril Ihza Mahendra bercerita bahwa dirinya adalah salah seorang yang sering diminta M. Natsir untuk mencari berbagai buku yang ingin

dibacanya. Untuk itu, Yusril mencari buku-buku tersebut di berbagai toko buku, perpustakaan, atau mendatangi beberapa tokoh seperti Prof Osman Raliby, Prof Zakiah Darajat, Prof Deliar Noer, M Yunan Nasution, dan Zainal Abidin Ahmad. Setelah buku didapat Natsir membacanya dengan antusias. Menulis, Menulis! Menulis itu mirip dengan berbicara, sama-sama keterampilan produktif. Yang berbeda hanya mediumnya. Berbicara dengan medium Bahasa lisan, menulis Bahasa tulis. Dengan terus-menerus melatih menulis, kualitas tulisan akan meningkat, mencerminkan kualitas pikiran yang semakin kritis.

Sempatkan waktu untuk menulis, tulislah apa pun itu, bahkan meski tiada yang perlu ditulis. Ketika tubuh anda fokus pada tulisan dalam waktu dan tempat yang sama setiap hari, akhirnya pikiran anda akan melakukan hal yang sama pula. Saya masih ingat seorang teman yang sangat rajin menulis di media masa. Dia tekun menulis baik dimuat atau tidak. Lalu dalam benak saya berpikir inilah orang cerdas yang selalu mengasah kepekaan dan kepahamannya. Menulis mengubah pola pikir diri sendiri dan orang lain. Orang yang senang dan banyak membaca, pasti mempunyai persediaan kata dan ungkapan yang baik dan menarik, sehingga ada pendapat bahwa membaca

adalah menabung perbendaharaan kata dan menulis adalah mengamalkan hasil tabungan perbendaharaan kata tersebut. Oleh karena itu, banyak membaca dianjurkan bagi anda yang akan menulis. Hikmah harus diambil. Pertama, bagi kita yang belum terbiasa dengan teknik menulis, selagi kita tahu apa yang kita tulis, maka mari praktikan menulis bebas. Dalam hal ini, kita tak perlu terlalu memikirkan tentang organisasi tulisan dan bahasa yang kita gunakan. Untuk sementara, kita tancap saja istilahnya jangan tolah-toleh. Masalah ketetapan bentuk tulisan bisa dibenahi nanti setelah pembuatan draf ini tuntas. Kedua, agar ide di atas dapat berjalan lebih bagus, kepada kita, bagus mendeteksi hati dan niat menjadikan menulis sebuah “kewajiban� sebab orang yang mampu menulis setiap hari lazim memiliki passion yang sangat kuat berkat kecintaan dan panggilan jiwa untuk menulis. Untuk menulis setiap hari, kita harus membudayakan membaca, agar kaya informasi, data, atau pengetahuan yang memperkaya tulisan. Terakhir, kita harus bisa menulis sesuai target melatih diri sedikit demi sedikit. *Mahasiswa Aqidah Filsafat Universitas Darussalam Gontor


KOLOM

Tabloid INSTITUT Edisi LV/april-mei 2018

Editorial

Paradoks Dana KKN Dalam Surat Pengumuman Nomor 01/LP2M-PPM/PP.06/56/2018 termuat daftar kelompok dan lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2018. Pengumuman yang dikeluarkan oleh Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu menetapkan sebanyak 200 kelompok KKN. Seperti biasa, bagian dari euforia KKN, penetapan kelompok menjadi pembicaraan hangat mahasiswa. Hal receh hingga krusial dibicarakan, termasuk masalah anggaran yang mengambang. Disinyalir KKN 2018 yang akan dilaksanakan di Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Bogor ini tak memiliki alokasi dana sama sekali.

Kepala PPM UIN Jakarta Djaka Badranaya pun sigap menanggapi isu itu. Ia menyatakan pendanaan KKN hanya dialokasikan untuk dosen pembimbing dan survei lokasi yang dilakukan oleh dosen. Sedangkan sisanya digunakan untuk pembekalan KKN. Alhasil, pendanaan untuk akomodasi dan program kerja KKN ditanggung peserta. PPM UIN Jakarta menyebutnya sebagai Program Pengabdian Dosen Terintegrasi KKN. Sekali pun terintegrasi namun porsi aktivitas mahasiswa lebih besar di dalamnya. Evaluasi KKN dari tahun ke tahun selalu memprihatinkan, selalu ada dosen pembimbing yang tak mampu berintegrasi dengan baik. Alhasil, dana tak diberikan secara utuh kepada mahasiswa namun laporan KKN menjadi data penelitian. Penelitian dosen terintegrasi. Jika integrasi diartikan kerja sama, maka seyogyanya dana KKN untuk dosen juga harus dibagi rata kepada mahasiswa. Tentu dengan standar kerja sama yang disesuaikan. Beda lagi kalau mahasiswa menumpang program kepada dosen, toh yang KKN kan mahasiswa? Apakah dosen terlibat secara penuh dan utuh di lapangan?

9

Memperbaiki Demokrasi: Libatkan Rakyat Langsung tidak berarti apa-apa. Wakil rakyat lebih sering dianggap menyusahkan rakyat lewat undang-undang yang mereka buat. Pun parpol dinilai lebih banyak memperjuangkan kepentingan sendiri untuk mendapat jabatan atau kekuasaan ketimbang memperjuangkan kepentingan rakyat

Oleh: Makhruzi Rahman* Buruh Tulis Alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Partai Solidaritas Indonesia masih muda betul. PSI berani menjamin bahwa mereka jauh beda dengan partai politik zaman old. Oleh sebab itu banyak anak muda yang melihat PSI sebagai oase yang memberi kesegaran di tengah kancah perpolitikan arus utama.

Hal tersebut disebabkan lantaran hampir separuh jumlah masyarakat Indonesia menilai partai politik buruk. Indobarometer menemukan sebanyak 51,3 persen masyarakat menilai politik buruk. Sementara itu, sebanyak 62,9 persen masyarakat merasa tidak dekat dengan partai. Akibatnya, masyarakat tidak percaya pada lembaga legislatif yang mayoritas dijalankan oleh kader dari partai politik. Pada pilpres tahun 2014, jumlah golput mencapai 57 juta lebih. Hal serupa juga terjadi di pilkada serentak 2015. Tingkat partisipasi pemilih mencapai hanya 70% pemilih yang memberikan suara mereka. Sedangkan tingkat Golput dalam Pilkada serentak 2015 mencapai 30%. Pada 2019 nanti, bukan tak mungkin terjadi hal yang sama. Partai politik dianggap sebagai biang kerok permasalahan di negeri ini. Partai politik dituding tidak transparan. Pun tidak ada rakyat yang menganggap partai politik sebagai tempat aduan kalau sedang tertindas. Rakyat tidak merasakan sedang diwakilkan oleh wakil rakyat di DPR maupun DPRD. Rakyat merasa kalau anggota dewan

Namun PSI berani melawan arus utama, paling tidak, mengaku tidak mengikuti jejak partai lama. PSI menjamin bahwa partai ini tidak lagi tersandera dengan kepentingan politik lama, klientalisme, rekam jejak yang buruk, beban sejarah dan citra yang buruk terhadap partai politik sebelumnya, seperti yang tertulis dalam pernyataan PSI di situs resminya. Grace Natalie, Ketua Umum PSI, kepada Tempo.co, mengatakan, “kita sama-sama kecewa dengan kinerja parlemen dan terlihat dari survei-survei kepercayaan masyarakat terhadap DPR paling rendah posisinya dibandingkan TNI, KPK, dan lain-lain,” katanya. Artinya PSI akan bersikap menjadi antitesa partai lama yang sudah tidak lagi dipercaya rakyat. Apa yang dikatakan oleh Grace perlu diamini. Namun Grace sama sekali tidak menyebut perlunya melibatkan gerakan akar rumput secara langsung. Atau mengajak rakyat dari segala golongan untuk bergerak bersama PSI, meski mereka memperjuangkan keragaman. PSI dan partai-partai baru sepertinya sama saja. Pernyataan soal tidak akan seperti partai lama adalah promosi barang dagang saja. Tengok saja sepak terjang mereka sejak berdiri. Kapan kita melihat mereka menggerakkan rakyat untuk ikut terlibat langsung bersama mereka memperbaiki Indonesia? Rakyat, bagi mereka hanya lumbung suara, tidak lebih. Libatkan rakyat langsung

Sejak awal, demokrasi punya konsep sebagai ‘kebaikan bersama’. Demokrasi kemudian berkembang sesuai masa dan

kepentingan di suatu negara. Bahkan Indonesia, sejak merdeka pernah menggunakan beberapa macam model demokrasi. Demokrasi tentu hal yang baik, jika sesuai dengan konsep untuk ‘kebaikan bersama’ bagi komunitas kecil maupun yang terbesar seperti negara. Jika demokrasi hanya dibajak oleh sebagian kalangan, demokrasi tidak lagi untuk kebaikan bersama.

Alih-alih dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, demokrasi malah merampas wewenang rakyat itu sendiri. Rakyat tidak diberi kuasa untuk menentukan hak sendiri. Jika seperti itu, kita bisa mendefinisikan demokrasi sebagai dari logarki, oleh oligarki, dan untuk oligarki. Secara politik, oligarki berarti hanya segelintir orang saja yang punya kuasa. Para oligarki inilah yang menentukan segala keputusan politik yang mengatur hidup orang banyak. Sementara itu, secara ekonomi, oligarki berarti hanya sebagian kecil orang saja yang menguasai kekayaan di satu negara. Tak heran ada jurang ketimpangan yang lebar di negara ini. Selama ini, struktur negara dan kekayaan bangsa hanya dikuasai oleh para oligarki. Memperbaiki negara tampaknya percuma kalau tidak melibatkan rakyat secara langsung. Gerakan rakyat dianggap tidak berarti selain lumbung suara saja. Rakyat, dikerdilkan dan dianggap tidak mampu mengurus negara. Hal tersebut berjalan sesuai keinginan para oligarki. Membangun gerakan lewat partai politik adalah bentuk demokrasi. Sebaiknya, parpol yang baru tidak lagi meniru apa yang dilakukan oleh parpol lama. PSI dan partai-partai baru sebaiknya melibatkan gerakan akar rumput. Rakyat bukan hanya lumbung suara saja. Buat apa bikin partai kalau hanya menjadi oligarki baru. *

Bang Peka

Begitu juga dengan anggaran KKN 2018, dari penuturan Kepala Biro Perencanaan (BP) UIN Jakarta Kuswara tak adanya dana KKN karena imbas dari pengurangan dana BOPTN 2018. Sehingga Program Pengabdian Dosen Terintegrasi KKN Mahasiswa murni menggunakan dana BLU. Pengurangan dana BOPTN karena adanya blokir anggaran belanja dari Kementerian Keuangan.

Pemblokiran anggaran diduga adanya manuver keuangan yang buruk. Tak heran, jika Kepala Subbidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Suwendi mengatakan UIN Jakarta tak patuh manuver Diktis. Tak menganggarkan 10% dari dana BOPTN untuk pengabdian. Manuver apa yang digunakan UIN Jakarta? Lalu ke mana anggaran yang sudah diatur BOPTN untuk penelitian?

kunjungi lpminstitut.com Update terus berita kampus


10

TUSTEL

Jejak Wanita Badui Foto oleh Rafida Fauzia (Kalacitra) Teks oleh Moch Sukri (LPM Institut)

Badui merupakan suku yang hidup di pedalaman Banten. Memiliki kekayaan alam, lingkungan asri dan budaya yang masih dipertahankan. Kaum perempuan Badui tak sebatas mengurusi urusan rumah tangga, ia juga membantu denyut nadi perekonomian keluarga. Pasalnya, kaum perempuan merupakan sosok yang kuat dalam keluarga. Mereka setiap hari membantu suami bekerja di ladang, serta memiliki keahlian menenun kain untuk dijual di pasar. Bukan itu saja, perempuan Badui juga mengatur dalam keuangan rumah tangga.

Foto : foto.inilah.com

Kampung Badui terletak di Desa Cibeo, Kabupaten Lebak. Banyak wisatawan berkunjung untuk melihat permukiman sederhana dan tidak memiliki banyak fasilitas modern. Misalnya saja listrik, televisi, bahkan telepon.

Tabloid INSTITUT Edisi LV/april-mei 2018


WAWANCARA

Tabloid INSTITUT Edisi LV/april-mei 2018

11

Telisik Sistem KKN

Kilas

program KKN. Mereka hanya tinggal membuka website PPM. Apa saja syarat mengikuti KKN? Saat ini lebih fokus pada pelaksanaan KKN Reguler. Persyaratan ini meliputi jumlah kualifikasi Satuan Kredit Semester (SKS). Untuk itu PPM memastikan bahwa mahasiswa yang mengikuti KKN harus memenuhi standar SKS yaitu berjumlah 110 SKS. Adapun untuk 110 SKS ini memakai perhitungan, karena biasanya mahasiswa semester satu rata-rata mengambil 20-24 SKS. Kalau dijumlahkan hingga semester enam, jumlahnya antara 134-144 SKS. Sedangkan ada beberapa mahasiswa yang sudah semester enam masih di bawah 100 SKS. Bagaimana proses seleksi dosen pembimbing KKN? Dari PPM mengadakan Open Recruitment, sistem ini sudah berjalan dari tahun 2017. Setiap dosen dapat mendaftar menjadi dosen pembimbing kecuali dosen yang sudah mendapat catatan hitam pada laporan tahun sebelumnya. Bagaimana sistem penentuan lokasi KKN? Kalau penentuan lokasi KKN masih menggunakan mekanisme yang lama. Ada dua lokasi KKN yaitu Bogor dan Tangerang. UIN Jakarta hanya menentukan tempat KKN pada bagian kabupaten/kota saja. Sedangkan untuk penentuan

Kilas

Kilas

Adu Rasa Liga UKM

desa KKN diserahkan kepada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah yang bersangkutan. Sumber dana KKN berasal dari mana? Setiap tahunnya perkelompok mendapat dana bantuan yang berbeda. Seperti pada 2015 mendapat Rp10 juta, 2016 mendapat Rp5 juta, 2017 mendapat Rp10 juta. Sedangkan untuk 2018 masih belum diketahui berapa jumlah dana yang diberikan kepada setiap kelompok. Dana bantuan itu bersumber dari Badan Operasional Perguruan Tinggi Negeri. Bantuan ini dinamakan sebagai pengabdian dosen terintergrasi KKN. Kemudian dana itu diserahkan ke dosen pembimbing dan mengalokasikan untuk program KKN. Namun selain dana bantuan, mahasiswa dipersilakan mencari dana sendiri dalam melaksanakan semua kegiatan KKN seperti mencari sponsor. Bagaimana jenis laporan KKN? Semua bentuk KKN itu harus memiliki manajemen pengetahuan. Agar tidak menjadi sia-sia, perlu dicatat dalam konteks berupa buku. Semua KKN harus menggunakan buku dalam pelaporan kegiatannya. Pada 2017 cukup dengan buku yang sudah disetujui oleh dosen dan tidak perlu memakai nomor buku standar internasional. Hal ini karena berdasarkan evaluasi pada 2016 silam. Namun untuk sistem pelaporan buku tahun ini tidak ada perbedaan dari tahun sebelumnya.

Foto : Ayu/INSTITUT

penentuan kelompok dan tempat pelaksanaan KKN? Berikut ini hasil wawancara reporter Institut Hidayat Salam dengan Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) Djaka Badranaya di Hotel Soll Mariana Bumi Serpong Damai, Senin (16/4). Apa saja macam KKN yang ditawarkan oleh PPM? Sesuai pedoman KKN yang dikeluarkan PPM terdapat macammacam KKN seperti bentuk KKN Reguler. Saat ini lebih memfokuskan pelaksaan program jenis KKN Reguler. Selain itu terdapat KKN Kebangsaan yang bersifat regional yaitu dengan bekerja sama dengan beberapa kampus lain. Selanjutnya KKN In Campus yang bersifat sebagai jalan keluar Program tahunan KKN UIN Jakarta siap digelar. Adapun macam sistem- jika terdapat keterbatasan pada mahasiswa. Misalkan mahasiswa nya yang dapat mahasoswa pilih sebagai pengabdian. ada yang sakit ataupun ketika instansi kampus sedang membutuhkan karyawan. Dan, Program Kuliah Kerja Nyata pada 2016, 2017 hingga sekarang terakhir KKN Internasional yang (KKN) Universitas Islam Negeri 2018. Perbedaan sistem tersebut baru berjalan dari tahun kemarin. (UIN) Syarif Hidayatullah meliputi penentuan anggota Bagaimana cara sosialisasi merupakan bentuk pengabdian kelompok KKN. Ketika 2015 PPM tentang macam KKN yang mahasiswa guna menjalankan mahasiswa yang menentukan ditawarkan? Tri Dharma Perguruan Tinggi. sendiri anggota kelompok KKN Untuk sosialisasi, PPM lebih Bahkan, pada 2018 terdapat sedangkan mulai 2016 anggota menggunakan website dalam penambahan fakultas yang kelompok telah dipilihkan memberikan informasi seputar melaksanakan program KKN kampus. KKN. Lebih lanjut Program KKN yaitu Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Program KKN 2018 hendak ini merupakan mata kuliah wajib Keguruan. dilaksanakan pada Juli hingga di beberapa fakultas. Jadi kalau Sistem KKN pada 2018 kali ini Agustus. Lantas seperti apa mahasiswa sudah semester berbeda dengan KKN pada 2015 macam KKN serta bagaimana pula enam, maka sudah mengetahui silam. Perbedaan ini dirasakan pada semester tujuh nanti ada

Kilas

Alih Fungsi Lantai Dasar FU

Pada 24 April lalu, Forum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan Liga UKM. Kegiatan ini mengusung tema “Di Liga Kita Bertarung, di UKM Kita Berkeluarga.” Kegiatan tahunan ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi antar UKM di UIN Jakarta. Menurut Ketua Pelaksana Liga UKM 2018 Dio Ihkamuddin mengatakan Liga UKM ini digelar dengan berbagai macam perlombaan. Seperti lomba futsal, tarik tambang, balap karung, makan kerupuk. Selain lomba, Liga UKM juga mengadakan acara Isra’Mi’raj yang bertempat di Aula Student Center UIN Jakarta pada Kamis (25/4). Lebih lanjut, Dio menyatakan, acara Liga UKM yang telah berlangsung pada 24 April sampai 2 Mei ini kurang sesuai dengan rencana awal. Pasalnya, rencana pelaksanaan akan diadakan pada 16 April lalu berbenturan dengan acara Pestarama Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. “Mereka memproses disposisi surat lebih dulu,” ungkapnya saat ditemui di Sekretariat UKM Teater Syahid, Selasa (17/4). (Siti Heni Rohamna)

Lantai dasar Fakultas Ushuluddin (FU) bagian timur—yang dulunya ruang tanpa sekat—kini beralih fungsi menjadi ruang dosen. Hal tersebut menuai kontra di kalangan mahasiswa. Salah satunya Mahasiswa Ilmu AlQur’an dan Tafsir Ahmad Hudori, menurutnya ruangan baru tersebut membatasi kegiatan mahasiswa. “Selepas kuliah mahasiswa tidak bisa diskusi di lantai dasar itu lagi,” ucapnya, Selasa (17/4). Menurut Dekan Fakultas Ushuluddin Masri Mansoer, keputusan mengubah ruang itu lantaran banyaknya mahasiswa yang melakukan kegiatan tanpa izin pemakaian tempat. Terlebih, setelah melakukan kegiatan di lantai tersebut tidak ada yang bertanggung jawab membersihkannya. Lebih lanjut, Masri menjelaskan dibangunnya ruangan dosen karena jumlahnya masih dinilai kurang. Ruang Dosen FU yang hanya ada di lantai dua tidak memenuhi seluruh kebutuhan dosen. Kebijakan tersebut ia tetapkan agar dosen bisa memberikan pelayanan yang lebih bagi mahasiswa. “Biar bimbingan bisa di ruang dosen, tidak hanya di kelas,” ucapnya, Rabu (10/4). (Sti Heni Rohamna)

RALAT

Pada kolom II Sambungan Berita FKIK Terpecah di halaman 15 lima tertulis Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum dan Kerja Sama seharusnya Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan Pada halaman 11 rubrik Wawancara tertulis Direktur Pendidikan Agama Islam seharusnya Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Agama dan Keagamaan


RESENSI

12

Tabloid INSTITUT Edisi LV/april-mei 2018

Perjuangan Diplomasi di Tanah Mesir M. Rifqi Ibnu Masy Ibnu.masy15@mhs.uinjkt.ac.id Pengakuan de jure pasca kemerdekaan sangat penting untuk kedaulatan suatu negara. Agus Salim hadir sebagai pembuka hubungan diplomatik Indonesia di mata internasional. Kemerdekaan bukanlah akhir dari sebuah perjuangan bangsa Indonesia, pengakuan de facto dan de jure pun menjadi misi selanjutnya untuk mendapatkan kedaulatan yang utuh. Tugas tersebut diemban Agus Salim dan ketiga kawannya Abdurachman Baswedan (Viki Rahmat), Mohammad Rasjidi (Satria Mulia), dan Nazir Sutan Pamunjak (drh. Ganda) yang dijuluki dengan sebutan Tiga Serangkai. Mereka didapuk sebagai delegasi Indonesia untuk melakukan perjalanan ke Mesir. Pelbagai usaha diplomatik ditempuh pasca Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 1945. Dua tahun kemudian, Kementerian Luar Negeri Indonesia pun dibentuk dengan misi memperoleh dukungan dari dunia internasional atas kemerdekaan bangsa Indonesia. Tak hanya itu, pada April 1947 rombongan Agus Salim melakukan ekspedisi ke Mesir. Perjalanan tersebut dilakukan dalam rangka memperoleh pengakuan dan dukungan atas kemerdekaan yang telah diproklamasikan.

Setiba di Mesir, Mereka pun berencana untuk menemui Perdana Menteri Mesir Mahmud Fahmi El Nokrashy Pasya (Mark Sungkar) melalui Sekretaris Jenderal Liga Arab Abdul Hassan Azzam Pasya (James Dixon). Sayang, rencana tersebut batal akibat menuai perlawanan politik dari Duta Besar Belanda untuk Mesir Willem Van Recteren Limpurg. Berbagai macam manuver politik dilancarkan Willem untuk menggagalkan misi diplomasi Indonesia di Mesir. Dibantu ahli strategi Cornelis Adriaanse, Willem melakukan lobi politik dengan Perdana Menteri Mesir Nokrashy. Bahkan cara licik pun ditempuh Willem dengan menyusupkan mata-mata ke dalam kelompok delegasi Indonesia. Atas strategi politik Willem, Perdana Menteri Mesir Nokrashy mulai ragu mendukung pengakuan kedaulatan penuh Indonesia. Bahkan pihak Belanda pun mengancam stabilitas politik Mesir jika Nokrasy memberikan pengakuan de jure atas kemerdekaan Indonesia. Alhasil, Nokrasy pun

Kupas Media Bercorak Agama

menunda kerja sama bilateral dengan Indonesia sebagai tanda legitimasi kedaulatan Indonesia di kancah internasional. Penundaan kerjasama tersebut membuat Agus Salim dan Tiga Serangkai terjebak dalam kondisi yang tak pasti. Keadaan kian memburuk, setelah mendengar kabar adanya invasi NICA (Netherlands Indies Civil Administration) mengepung Jawa dan Madura yang telah mengingkari perjanjian Linggarjati. Di lain sisi, orang-orang yang terindikasi membantu misi delegasi Indonesia mendapatkan teror hingga pembunuhan sadis dari oknum Belanda. Keadaan tersebut lantas membuat pihak yang semula mendukung Indonesia pun bungkam. Satu per satu delegasi Indonesia kehilangan harapan, namun tidak demikian dengan Agus Salim. Berbagai ancaman yang ada tak lantas menyurutkan semangat Agus Salim dalam menuntaskan misi yang ia emban. Setelah bermacam strategi menemui Nokrashy menuai kegagalan, Agus Salim melakukan pendekatan secara pribadi. Berbekal pena dan selembar kertas, Agus Salim menuliskan surat untuk Nokrashy. Surat tersebut berisi pandangannya tentang Islam, kehadiran Islam sebagai agama yang memposisikan sesama muslim bentuk persatuan. Menurut Islam nasib kaum muslim menja-

Nuraini n.aini2997@gmail.com Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, media di Indonesia dan Malaysia mengalami islamisasi yang signifikan. Agama dijadikan identitas media hingga pangsa pasar yang menggiurkan. Meskipun prinsip-prinsip jurnalisme—kebenaran, verifikasi, keseimbangan, dan kemandirian dari kekuasaan—bisa dibilang universal, di beberapa media prinsip itu ditafsirkan melalui prisma budaya lokal negara tempat media mengudara. Seperti lima organisasi berita di Indonesia dan Malaysia menyarankan berbagai pendekatan untuk memahami hubungan antara jurnalisme dan Islam. Sebagai contoh para penulis di Majalah Sabili—1984 sampai 2013—mereka dipekerjakan atas kemampuan mereka berdakwah. Mereka percaya bahwa jalan keluar dari penyakit-penyakit masyarakat modern terletak dari penerapan syariat Islam. Juga Republika, sebuah koran Indonesia yang didirikan untuk melayani komunitas Muslim. Sabili merupakan media yang pertama kali menerbitkan tulisannya pada 1984 dan gulung tikar April 2013. Jenis Islam yang

dipresentasikannya disebut skripturalis, literalis bahkan fundamentalis. Politik Majalah Sabili dapat digambarkan secara beragam, sensasional, provokatif dan cenderung menawarkan teori konspirasi pendukung Perang Salib dan Zionis. (hal. 38) Seperti pada Mei 2002, sampul depan Sabili menampilkan gambar bangunan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tajuk utama “IAIN: Ingkar Allah, Ingkar Nabi.” Juga menuduh kelompok studi di IAIN seperti Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci) mendukung sekularisasi, menolak penerapan syariat, mendukung pernikahan orang beda agama, dan mengabaikan perintah agama untuk mengajak pada kebaikan dan melarang perbuatan jahat. Hal tersebut membuat pihak IAIN Syarif Hidayatullah bereaksi. Rektor periode 1998-2006

Azyumardi Azra datang menemui seorang pemilik Sabili Rahmat Ismail untuk meminta klarifikasi. Lalu Azra juga bertanya apakah Majalah Sabili sengaja menyebutnya murtad?. “Rahmat meminta maaf dan memohon ampun.” Azra pun memberikan nasihat “Tahan dirilah dari perbuatan menjelek-jelekkan orang lain.” Janet Steele menilai, contoh kasus tersebut mengisyaratkan

di tanggung jawab bagi muslim lainya. Akhirnya Nokrashy pun bersedia menandatangani perjanjian kerja sama Indonesia dengan Mesir sebagai bentuk pengakuan penuh a t a s kedaul a t a n Indonesia. Mendengar kabar tersebut, membuat Willem marah dan mencoba membunuh Nokrashy dengan mengirim pembunuh bayaran. Aksi belum sempat diluncurkan, Hisyam berkhianat sebagai mata-mata Belanda. Ia pun menyelamatkan Nokrashy dari ancaman pembunuhan tersebut untuk membayar rasa bersalahnya.

ise Judul: Moonr Over egypt y Genre: Histor a andu adiputr :p Sutradara ret 2018 Tahun: 22 ma

Moonrise Over Egypt hadir sebagai film bergenre sejarah yang patut ditonton oleh pelbagai kalangan masyarakat. Menyuguhkan tontonan film sejarah paduan nasionalisme dan

islamisme pada sosok Agus Salim. Namun di sisi lain, film tersebut juga tak lepas dari kekurangan. Sebagai film sejarah perpaduan keindonesiaan dan Islam, namun unsur-unsur Islam tidak begitu ditonjolkan.

bahwa berita di Sabili sama sekali tidak berimbang. Menanggapi hal tersebut, Pemimpin Redaksi terakhir Sabili Eman Mulyatman berpendapat bahwa media lain juga melakukan hal yang sama “Mereka juga berpihak.” Tempo berpihak dan Sabili tentu punya misi sendiri. Visi dan misinya adalah kebijakan editorial. (hal. 68) Lain hal dengan Malaysiakini. Salah satu media Malaysia ini lebih mempresentasikan Islam dalam konteks sekuler, meski mereka menolaknya. Juga menolak disebut islami, bahkan editor Malaysiakini selalu menjaga agar diskusi tentang agama berada di luar ruang redaksi. Berita yang disajikan oleh Malaysiakini bersifat multi etnis, ras, dan agama. Mereka menolak membicarakan agama dalam konteks laporan-laporannya. Wajar jika reporter di Malaysiakini tetap akan diminta menulis topik-topik kemurtadan agama

tertentu meski hal itu membuatnya gelisah, lantaran akan tidak disukai oleh pembacanya yang masih terkait dengan agama yang ditulis. Malaysiakini selalu menyoroti politisasi Islam di Malaysia dalam segala laporan-laporannya. Mantan editor Malaysiakini berkata “Ada islamisasi dalam segala hal. Fokus kami selalu dianggap cenderung anti-pemerintah, tetapi sebenarnya juga anti-islamisasi. Dan orang Melayu di Malaysiakini adalah Melayu liberal.” Namun, beberapa reporter Malaysiakini menyatakan seorang Islam yang konservatif dan menganggap bahwa Agama selalu melatarbelakangi pemikirannya. Meskipun di Malaysiakini Ia tetap bekerja dengan sensor yang ketat dan tetap melaporkan berita dengan fakta-fakta yang seharusnya. Demikian ulasan dan fakta yang disajikan Janet Steele dalam buku laporannya Jurnalisme Kosmopolitan di Negara-Negara Muslim Asia Tenggara. Buku ini hasil penelitiannya di Indonesia dan Malaysia kurun 20 tahun. Penelitian ini menggunakan wawancara dan pengamatan partisipan di lima penerbitan yang mewakili hubungan yang berbeda antara jurnalisme dan Islam. Buku penelitian ini tetap enak dibaca. Akan tetapi, karena buku ilmiah laporan penelitian jadi penyusunan bahasa perlu dipahami ulang.


SOSOK

Tabloid INSTITUT Edisi LV/april-mei 2018

Nurlely Dhamayanti nurlelyd5@gmail.com Menggeluti dunia bisnis sejak bangku sekolah, Mawar miliki label hijab sendiri. Life Hijab pun kian melejit di kalangan mahasiswa. Menggeluti bidang wirausaha sejak duduk di bangku sekolah, Mawar Fatmala tetap konsisten menjalankan bisnisnya hingga masa kuliah. Ia pun melebarkan sayap dengan membangun produk jilbab yang dinamai Life Hijab. Kini, jilbab tersebut menjadi salah satu merek populer di kalangan mahasiswa. Usaha yang dirintis sejak awal 2016 silam ini merupakan buah dari tabungan Mawar sejak Sekolah Menengah Atas (SMA). Mulanya, ia gemar mengoleksi jilbab panjang. Namun, karena mahalnya jilbab di pasaran ia pun mendesain sendiri jilbab yang dipakainya. Hingga menjadikan jilbab sebagai ladang usaha. Sempat tersendat dalam pendanaan, Mawar jadikan mengajar sebagai alternatif menambah pundi-pundi rupiah. Ia mengajar privat mulai tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga SMA. “Jadi tiap

hari tidak pernah diam di indekos,” tuturnya, Rabu (18/4). Dalam menjalankan usaha, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) ini seorang diri. Mulai dari pemilahan bahan hingga desain jilbab. Berbagai cara ia lakukan untuk menggaet pembeli. Mawar memanfaatkan media sosial seperti Instagram hingga gabung dalam toko online terkenal, seperti Tokopedia dan Shopee. Membuat gebrakan baru, Februari lalu Mawar membentuk program Koin untuk Merah Putih Ku. Program tersebut sebagai bentuk kepedulian Mawar terhadap lingkungan sosial. Setiap pembelian hijab, pembeli juga sekaligus berdonasi Rp500. Uang tersebut nantinya akan digunakan untuk kegiatan berbagi nasi bungkus di bulan Ramadan mendatang. “Sehingga, tak hanya berguna bagi diri sendiri, namun juga ikut

Rusabesi, Diskusi Merawat Sastra

kontribusi bagi masyarakat sekitar,” ujarnya, Rabu (18/4). Menggeluti bisnis tak membuatnya luput dari prestasi akademik. Kerap kali ia meraih juara pertama lomba cerdas cermat hingga tingkat nasional. Hal ini pun berlanjut hingga kuliah, terhitung dua kali Mawar terpilih menjadi delegasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Provinsi Banten dalam acara kepemudaan nasional yang digelar di Lombok dan Bali. Pengalaman pahit pun sempat ia rasakan. Mawar harus berlapang dada ketika ia tidak bisa masuk kuliah di jurusan yang ia idamkan, Matematika. Tak hanya itu, ia juga sempat berulang kali menelan pil pahit karena tidak diterima di beberapa Perguruan Tinggi Negeri. Alhasil, Mawar pun memutuskan menunda kuliah selama satu tahun dan memilih memperdalam kemampuan bahasa Inggris di Pare, Kediri.

KOMUNITAS

pas dari keinginannya untuk memiliki uang jajan sendiri. Berasal dari keluarga sederhana, mendorong Mawar untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan. “Kadang, hasil berjualan saya berikan ke Ibu di rumah,” ujarnya sambil tersenyum, Rabu (18/4). Semasa SD, gadis berdarah Jawa ini menjual kerupuk bangka bersama temannya. Keuntungan dari berjualan digunakannya untuk memenuhi kebutuhannya Tak cukup sampai di situ, Mawar pun berjualan baju bersama kakak perempuannya. Mahasiswa asal Pemalang ini memberi pesan agar para pemuda yang ingin mengembangkan usahanya agar tidak mudah menyerah dan putus asa. Ia yakin bahwa usaha tidak akan menghianati hasil. Mawar pun berharap dapat selalu berinovasi mengembangkan produk-produk jilbabnya, “Tak menutup kemungkinan akan merambah ke produksi pakaian,” tutur Mawar saat ditemui di FISIP Lantai 1, Rabu (18/4).

Sumber Foto: Mawar

Jilbab Ladang Bisnis

13

Saat ini, bisnis hijab yang Mawar bangun kian berkembang seiring meningkatnya pelanggan. Ia pun merancang pembuatan website sebagai wadah promosi model terbaru jilbabnya. Dengan begitu, pelanggan akan fokus pada produknya di salah satu media. Tak cukup sampai di situ, Mawar pun berkeinginan membuat stiker berisi tulisan tentang kecantikan seorang muslimah. Kesuksesan Mawar tidak terle-

Siti Heni Rohamna nana.rohamna@gmail.com

Berawal dari keresahan akan sempitnya ruang diskusi sastra di lingkungan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Ari Setiawan, Rahmat Edi Sutanto dan M. Adhi Kurnia mendirikan komunitas diskusi. Mereka berusaha menginisiasi komunitas ini untuk melangsungkan diskusi sastra yang bebas dari campur tangan politik. Dalam ruang lingkup kampus, kebanyakan komunitas justru mati karena membawa misi politik tertentu. Untuk itu, Zaki beserta kedua kawannya ingin menghadirkan komunitas diskusi dengan membawa misi kajian sastra dan budaya tanpa mengedepankan unsur politik. Bagi mereka, ruang diskusi akademis yang netral dan bebas dari intervensi sangatlah penting. Faktanya, intervensi politik dapat mengeruhkan kegiatan yang berbasis sastra dan budaya. Dengan mengusung visi belajar sastra dan kebudayaan bersama-sama tanpa intervensi politik praktis, Komunitas Rusabesi berdiri tepat 11

Oktober 2014 dengan mengusung beberapa program kerja. Salah satunya diskusi rutin setiap Kamis yang bertempat di selasar Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Legoso, dan selasar Auditorium Harun Nasution. Melalui diskusi rutinan dan tadarus puisi, mereka menyalurkan kecintaan para anggota komunitas untuk membedah karya sastra. Salah satunya “Tarian Bumi Karya Oka Rusmini: Sastra Sebagai Media Kritik Budaya” pernah menjadi pembahasan. Sebelum diskusi berlangsung, terlebih dulu dibuat silabus yang menentukan topik pembicaraan dan daftar karya sastra yang akan dibedah. Pembicara dalam forum berasal dari anggota komunitas Rusabesi sendiri. Karya sastra dibedah dan dikaji secara kompleks, mulai dari fenomena, teori, hingga tokoh pengarang karya sastra pun tak ketinggalan dikupas. Selain diskusi, Rusabesi juga sering menggelar musikalisasi puisi dalam bentuk teatrikal. Menurut Koordinator Komunitas Rusabesi Adam Alhadi, Rusabesi pernah diundang untuk

Foto: Rusa Besi

Di tengah redupnya diskusi mahasiswa, Rusabesi tetap bertahan dengan coraknya. Tak heran jika berbagai karya sastra telah mengudara.

Pegiat sastra Rusabesi tengah melangsungkan diskusi di Lantai Dasar Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada 2017 lalu. Berbagai karya sastra didiskusikan mulai dari teori, tokoh hingga fenomena tak luput menjadi pembahasan.

membawakan musikalisasi puisi dalam acara yang diadakan berbagai fakultas di UIN Jakarta. “Kita juga pernah diundang dalam ASEAN Literacy Festival di Taman Ismail Marzuki,” ucapnya saat ditemui di Selasar FAH, Kamis (5/4). Selain kegiatan diskusi mingguan, komunitas juga rutin menerbitkan Jurnal Rusabesi setiap 4 bulan sekali. Untuk memperingati hari jadi, Komunitas Rusabesi rutin menggelar syukuran setiap tahunnya. “Sudah dua tahun terakhir acara Syukuran Hari Jadi lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya,” ungkapnya. Rangkaian acara Syukuran Hari Jadi diadakan selama seminggu. Mereka mengadakan pameran dan be-

dah buku. Demi memeriahkan acara tersebut Rusabesi berafiliasi dengan para seniman tanah air, salah satunya Imam Budiman. Melalui acara ini mereka belajar bagaimana seniman merespons karya sastra yang kemudian divisualkan. Sementara itu, mengenai perekrutan anggota, Rusabesi tidak memberlakukan sistem yang ketat. Mereka mempersilakan bagi siapa saja yang ingin mengikuti diskusi untuk datang ke tempat yang telah ditentukan. Berdasarkan data yang terhimpun dalam grup WhatsApp, Adam mengaku, kini tercatat ada 63 orang yang telah menjadi anggota. “Biasanya kami sebar flyer terkait agenda kami,” katanya. Mayoritas anggota komunitas

ialah Mahasiswa UIN Jakarta yang tertarik dengan kajian sastra. Bahkan Rusabesi juga terdiri dari Dosen, Musisi, Perupa, Penerjemah, Penyair, Esais dan Cerpenis. Selain dari UIN Jakarta, juga ada anggota dari kampus lain yang turut berkontribusi dalam komunitas. Komunitas yang berorientasi pada kesenian dan kebudayaan kontemporer ini juga pernah menorehkan beberapa prestasi. Dalam tingkat lokal, Rusabesi pernah menjadi Peserta Malam Puisi Tangerang, Blok S Festival. Pada taraf Internasional, komunitas ini juga pernah menjadi salah satu peserta Asean Literary Festival di Taman Ismail Marzuki.


SASTRA

14

Tabloid INSTITUT Edisi LV/april-mei 2018

CERPEN

Saung Impian Kakek Iman Oleh: Putri Dewi Puspita*

Langit sore ini begitu temaram, seolah sang mentari ingin terbenam lebih cepat dari biasanya. Alih-alih takut diterpa hujan, Ridho, Ujang, dan Hanif menuju kebun pisang untuk mengambil beberapa lembar daun pisang sebagai penghalau butiran hujan yang mengenai badan mungilnya. “Ayo buruan jang, sebentar lagi hujan turun nih, kamu jangan lama-lama lahh..” seru Ridho dengan berpayungkan daun pisang. Ujang segera bergabung dengan Ridho dan Hanif yang sudah lebih dulu siaga dengan payung daun pisangnya. Jarak antara kebun pisang dengan saung kakek Iman masih sekitar 2km lagi, akhirnya tiga sekawan itu harus menembus jutaan butir air hujan dengan daun pisang seadanya. Sesampainya di saung kakek Iman, ketiganya langsung merangsek ke dalam saung tanpa peduli dengan kakinya yang sudah dipenuhi gundukan tanah karena becek di sepanjang jalan. “Hei, kalian sudah datang? Kan masih hujan?” tanya kakek Iman dengan sedikit tertawa melihat tingkah tiga sekawan tersebut. “Iya kek, kita mah gak takut kalo hujannya cuma air doang, hehe” jawab Ujang sekenanya. “Hushh.. kamu ini ya, kakek nanyanya serius itu, yang serius juga dong jawabnya!” sambung Hanif dengan nada ketus. Kakek hanya mengangguk santai dan mempersilahkan ketiganya untuk duduk di ‘bale-bale’ lalu menawarkan teh hangat yang sudah disiapkan sebelumnya. “Kalian bertiga memang berbeda, semangat belajar kalian luar biasa. Ketika hujan lebat seperti ini, anak-anak yang lainnya akan memilih untuk bergelut di tempat tidur, tapi kalian lebih memilih untuk datang ke saung kakek” puji kakek sambil menyunggingkan senyum khasnya yang menampakkan gigi gingsulnya yang indah. Tiga sekawan tersebut hanya tersipu malu sambil terus menyeruput teh hangat yang disiapkan kakek. Sepuluh menit berlalu dengan obrolan empat orang laki-laki dalam satu atap saung yang sudah lapuk termakan usia. Sayupsayup terdengar adzan berkumandang dari masjid, namun tidak ada tanda-tanda bahwa hujan akan berhenti. Akhirnya mereka memutuskan untuk shalat berjamaah di saung kakek Iman. Air hujan pun menjadi pilihan favorit untuk berwudhu. Lagi-lagi Ujang membuat ulah yang menggelitik kakek dan kedua temannya. Ia bukannya bergegas untuk berwudhu, tetapi malah berlagak bak pemeran iklan shampoo yang sedang keramas sambil mengacak-acak rambutnya yang cukup lebat. Saat ditegur oleh Hanif, ia menjawab polos dengan logat sundanya yang begitu khas, “emangnya kenapa teh nif? Ujang teh udah lama ga main hujan-hujanan.“ Kakek mulai memberikan isyarat dengan iqamah yang membuat tiga sekawan itu mempercepat geraknya. “Siapa yang mau menjadi imam?” tanya kakek. Dengan sigap Ridho menjawab, “saya aja, kek.” Desir angin menambah sejuk suasana sore itu dan membuat mereka semakin khusyuk dalam shalatnya. Usai shalat asar, kakek mempersilahkan ketiganya untuk kembali duduk dan mulai membuka pembicaraan. Biasanya kakek

mengajari mereka mengaji atau pelajaran umum yang kakek dapatkan ketika mengikuti Sekolah Rakyat (setara SD) di jaman penjajahan dahulu. Namun kali ini tidak, raut wajahnya terlihat lebih serius dari biasanya. “Ridho, Ujang, Hanif.. mari merapat ke kakek, nak” pinta kakek sambil menghela nafas panjang. “Baik, kek” jawab ketiganya serempak. Setelah cukup rapih, kakek mulai memberikan wasiat kepada ketiganya.

“Ridho, Ujang, Hanif.. cucu yang kakek sayangi. Tak terasa sudah bertahun lamanya kalian menimba ilmu dari kakek. Walaupun tidak seberapa, tapi kakek selalu berharap hal itu akan bermanfaat buat kalian dan menjadi bekal untuk berjuang di masa depan kalian. Ketahuilah nak, di luar sana tantangan akan lebih berat, suatu saat nanti kalian akan menghadapi kehidupan yang lebih sulit daripada menggembala kambing-kambing di desa ini. Kalian lihat urat-urat kakek yang sudah bermunculan ini, kelak ia akan menjadi saksi perjuangan kakek dalam membela bangsa ini ketika dulu kakek menjadi veteran. Begitupun dengan kalian, lihatlah betismu yang membesar setelah sekian tahun menempuh perjalanan untuk menuju saung kakek dan menimba ilmu, kelak ia juga akan menjadi saksi perjuanganmu sebagai bekal untuk menjadi pemimpin bangsa di masa depan.” Tiga sekawan itu terus mendengarkan wasiat kakek dengan seksama. Ujang terlihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ridho dan Hanif hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil terus menyimak. Kemudian kakek menambahkan :

“Ketahuilah nak, saung reyot ini akan menjadi saksi perjuangan calon pemimpin bangsa seperti kalian. Kakek sangat bahagia bisa berbagi ilmu yang sangat sedikit ini dengan kalian, tapi setelah ini kakek harap kalian bisa menlanjutkan perjuangan kakek untuk bangsa ini. Kelak kalian akan menjadi pemimpin bangsa ini, maka lanjutkanlah perjuangan kemerdekaan negeri ini. Karena sesungguhnya kemerdekaan belum kita raih seutuhnya, kita hanya terbebas dari penjajahan Jepang dan Belanda saja, namun rakyat masih banyak yang belum merdeka dari kemiskinan sampai hari ini. Setelah sekian lama, kakek ingin sekali hari ini mendengar kalian mendeklarasikan cita-cita kalian untuk negeri kita tercinta, Indonesia.” Hanif yang biasanya bersikap ketus, namun tegas, kali ini terlihat lebih santai dari biasanya. Ia terlihat amat terpukau dengan wasiat kakek yang cukup menyentuh hati. “Oke kek, Hanif mau mendeklarasikannya lebih dulu” ucapnya penuh semangat sambil beranjak dari tempat duduknya. Sesaat kemudian, ia telah berada di atas ‘bale-bale’ sambil berdiri dan mengepalkan tangan layaknya seseorang yang hendak berpidato di hadapan umum.

“Saudara-saudara, hari ini saya Hanif Kusuma Munandar dari desa Malangsari akan mendeklarasikan cita-cita saya. Kelak jika sudah besar, saya ingin menjadi presiden Indonesia dan membuat negeri ini lebih maju. Saya bersedia menjamin

bahwa setiap warga akan mendapatkan haknya sesuai Undang-Undang yang berlaku dan menindak tegas setiap perbuatan yang menyalahi aturan dari Undang-Undang tersebut. Sekian, terimakasih.” Setelah menyampaikan deklarasinya, ia kemudian membungkukkan badannya seraya pamit untuk turun dari ‘bale-bale’ layaknya seseorang yang hendak turun dari podium. Walau terkesan singkat, namun riuh tepuk tangan dari kakek dan kedua temannya menandakan bahwa cita-cita tersebut sudah cukup hebat dan membuat mereka terpukau. “Kamu hebat nak, negeri ini butuh presiden yang tegas sepertimu, agar tidak ada lagi konstitusi yang sia-sia dan hanya melahirkan pejabat-pejabat tamak seperti hari ini” kakek menanggapi deklarasi Hanif dengan singkat, namun cukup menambah kepercayaan diri Hanif. Setelah Hanif, kali ini Ujang dengan wajah polosnya mengangkat tangan dan berinterupsi bahwa selanjutnya ia akan mendeklarasikan cita-citanya. “Kamu mau naik ke atas panggung juga jang, seperti Hanif?” tanya kakek sambil tersenyum melihat wajah polos Ujang. “engga ah kek, atuh Ujang teh ga sopan kalo di atas.. kan kakek di bawah” jawabnya polos. Mendengar pernyataan tersebut, Hanif dan Ridho tertawa terpingkal-pingkal. Kakek hanya mengusap kepala Ujang sambil tersenyum, lalu mempersilahkannya.

“Selamat sore, teman-teman.. Ujang teh bingung mau gimana deklarasiin cita-cita Ujang. Intinya mah Ujang mau jadi menteri ekonomi, biar rakyat Indonesia teh gaada lagi yang kelaparan dan rumahnya reyot kayak kita. Ujang juga mau bikin peraturan biar nanti teh pejabat-pejabat mau komitmen untuk tidak korupsi, kan kasian rakyatnya kalo uangnya dimakan sama pejabat, padahal mereka udah kaya. Udah itu aja ya, deklarasi Ujang, sekian dan terimakasih.” Hanif dan Ridho yang sebelumnya tertawa terpingkal-pingkal karena tingkah polos Ujang, mulai memperhatikan kawannya tersebut. Kali ini mereka terlihat kagum, walau tak bisa menyembunyikan tawanya. “MasyaAllah.. mulia sekali cita-citamu nak.. negeri ini butuh menteri yang arif bijaksana dan berhati ikhlas sepertimu nak” ucap kakek sambil menepuk bahu Ujang. Ia tersipu malu, karena sangat jarang berbicara di depan umum seperti itu. Selanjutnya tanpa banyak bicara, Ridho bergegas menuju podium sederhana yang terbuat dari rajutan rotan yang sangat kokoh, yaitu ‘bale-bale’ kakek Iman.

“Baiklah saudara-saudara, perkenankanlah saya Ridho Nur Muhammad untuk mendeklarasikan cita-cita saya. Jika sudah besar nanti, saya ingin menjadi seorang pengusaha dan membuka lapangan kerja bagi banyak orang. Karena saya yakin, sebuah negeri bisa maju bukan hanya karena kualitas pemimpinnya. Tetapi bisa juga dari partisipasi rakyatnya, seperti saya yang ingin membangun Indonesia dari segi ekonomi dengan membantu mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Tentunya para pekerja tersebut akan saya bina menjadi peker-

ja yang memiliki integritas dan loyalitas tinggi, sekian dan terimakasih.” Ujang terlihat menggaruk kepalanya dan menanggapi deklarasi Ridho. “kamu teh keren banget do, tapi Ujang ga ngerti maksudnya, Bahasa kamu ketinggian sih, hehe” ucap Ujang sambil nyengir kuda. Kakek terlihat sangat terpukau dengan deklarasi dari Ridho yang selama ini terlihat lebih pendiam dibandingkan kedua temannya. Ternyata di balik diamnya, ia memiliki impian besar dan mengeluarkan kata-kata indah seperti itu. “hebat kamu nak, kakek memang melihat potensimu sebagai calon pengusaha. Selama ini kamu yang paling semangat kalo cari dana untuk kegiatan sosial di desa ini dengan berjualan. Indonesia butuh pengusaha-pengusaha seperti kamu” ucap kakek. Setelah ketiganya selesai mendeklarasikan cita-citanya, kakek memberikan kalimat penutup sebagai tanda berakhirnya pertemuan hari itu.

“Ridho, Ujang, Hanif.. Kakek mungkin ga akan lama lagi di dunia ini. Ingat pesan kakek ya, kalian harus melanjutkan perjuangan kakek untuk kemerdekaan negeri kita tercinta. Cita-cita kalian sangat luar biasa, sudah mewakili mimpi jutaan rakyat Indonesia sejak ratusan tahun lalu. Suatu saat nanti, wujudkanlah mimpi kalian dan bertemulah di bangku kesuksesan. Tetapi, tetap utamakan agama dan keluarga ya, karena sebaik-baiknya perbuatan baik adalah yang kau lakukan untuk keluarga terdekatmu” Setelah selesai mengucapkan kalimat penutup tersebut, kakek memeluk ketiganya satu per satu. Suasana begitu haru hingga tanpa disadari mereka berempat menangis.

“Pak Ridho, ayo bangun pak.. hari sudah mulai sore dan mendung, sebaiknya kita segera pulang” ucap supir pribadi Ridho. Kini ia terbangun dari mimpinya, setelah ia bertemu dengan kedua temannya di masa kecil yang juga telah merealisasikan mimpinya hingga mereka tertidur di “saung impian” yang menjadi tempat bersejarah di mana awal mimpi mereka dimulai. Ridho kemudian membangunkan Hanif dan Ujang sambil menyeka air matanya yang masih tersisa di pelupuk mata. Mereka (Ridho dan Hanif) terperanjat saat dibangunkan oleh Ridho, kini mereka pun sadar bahwa itu hanyalah sebuah mimpi mereka di masa kecil. Kini kakek Iman telah berada di pangkuan Sang Pencipta. Raganya memang sudah tidak bersama mereka, namun ilmu yang ia berikan akan selalu melekat dan berkesan di hati ketiganya. Akhirnya mereka kembali ke rumahnya masing-masing. Sebelum meninggalkan saung tersebut, mereka berjanji akan merenovasi saung tersebut dan menjadikannya sebagai sebuah tempat belajar bagi anak-anak yang kurang mampu, semuanya gratis tanpa biaya. Mereka akan memberi nama tempat tersebut dengan nama “Saung Impian Kakek Iman.” *Mahasiswi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta

Puisi

Laksana Kartini

Oleh: Siska Irma Diana*

Sejarah adalah matahari kesadaran Bahwa kesetaraan ialah perjuangan Negeriku, negerinya para pejuang Laksana putri jawa yang tak lekang dikais kata Ku sebut ia puspa bangsa Hadirmu kini menyemai rindu Dari semua wanita yang setanah air denganmu Kau hadiahkan ‘setara’ untuk rumah bernama Indonesia Teruntukmu kini, wanita yang tak pernah berhenti mewujudkan mimpi Teruslah berlari mengejar terangnya hari Kibarkan panji emansipasi Tetaplah kau tangguh, setangguh kartini

*Mahasiswi UIN Jakarta

Ragam Oleh: Alfarisi Maulana*

Negeri ini tampak pincang Khalayaknya terguncang Saling menendang Hingga keadilan tak lagi dipandang

Aspirasi harus disalurkan dari hilir ke hulu Ketimpangan harus ditekan tanpa pandang bulu

Memasuki tahun kompetisi Jangan merusak kondisi Elektabilitas yang diekshibisi Jangan dijadikan mesiu partisi Indonesia sangat beragam Jangan dipaksa tuk seragam Indonesia pancalogam Jangan disulut tuk berdegam

Karenanya, memberi jalan bukan sekadar harapan Pengejawantahan haruslah ke semua sektarian Bukankah Indonesia rumah kita bersama? Marilah mesra bercengkrama

*Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta


SENI BUDAYA

Tabloid INSTITUT Edisi LV / APRIL-MEI 2018 Ayu Naina Fatikha ayunaina24@gmail.com Kehilangan seseorang yang berarti merupakan bagian terberat dalam hidup. Tak ubahnya kehilangan Bima, kesedihan yang melanda hanya sekadar momental.

Hidup yang Tak Diinginkan

Bima seraya membawa bunga. Di depan peti Bima, sang istri berbicara seakan Bima masih hidup yang hendak bepergian. Istri Bima bahkan meminta buah tangan dan berpesan agar Bima cepat kembali ke rumah. Kemudian anak perempuan Bima menyadarkan ibunya kalau Bima sudah mati, namun istri Bima masih menolak kenyataan jika suaminya telah tiada. Tak berselang lama, sang istri pun terjatuh di depan peti. Ia berteriak histeris kemudian menangis sejadi-jadinya meminta Bima untuk tidak pergi meninggalkan keluarganya. Berbeda dengan sang ibu, anak mereka ingin membacakan sajak untuk Bima sebelum ia dikebumikan. Namun, anaknya meminta pembacaan sajak itu dilakukan dengan keadaan peti jenazah yang terbuka. Sontak permintaan itu menuai penolakan dari keluarga

Pengabdian Dosen Terintegrasi KKN Mahasiswa. Kebetulan, banyak dari dosen mengalokasikan dana tersebut di saat mahasiswa sedang melakukan KKN. “Pola tersebut membuat mahasiswa ketergantungan terhadap dana bantuan,” ujar Djaka di Hotel Soll Marina Bumi Serpong Damai, Senin (16/4). Dalam pelaksanaan KKN tahun 2018, pihak PPM selaku pengelola KKN hanya mendapatkan dana dari Badan Layanan Umum (BLU) UIN Jakarta sebesar Rp1,5 miliar. Tidak ada sokongan dana yang bersumber dari BOPTN sepeser pun. Berbeda dengan tahun 2015, setiap kelompok KKN mendapatkan dana Rp10 juta, 2016 berkisar Rp5 juta, dan 2017 kembali ke nominal Rp10 juta. Djaka menambahkan, pada 2017, PPM mendapatkan sumber dana Program Pengabdian Dosen Terintegrasi KKN Mahasiswa dari BOPTN sebesar Rp3,2 miliar dan BLU sebesar Rp 1,5 miliar. Namun, untuk KKN 2018, PPM hanya mendapatkan Rp1,5 miliar dari dana dari BLU saja. “Kami tetap akan mengusahakan agar ada bantuan dana,” tegas Djaka.

Tidak adanya anggaran bantuan Program Pengabdian Dosen Terintegrasi KKN Mahasiswa dari BOPTN, Kepala Biro Perencanaan (BP) UIN Jakarta Kuswara turut bicara. Jika tahun sebelumnya satuan kerja UIN Jakarta secara keseluruhan mendapatkan dana BOPTN kisaran Rp92 miliar, namun tahun 2018 terjadi pengurangan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menjadi Rp 46.656.012.000 termasuk dipotong 30% untuk dana penelitian. Dari penuturan Kuswara, tak adanya dana KKN karena imbas pengurangan dana BOPTN 2018. Sehingga Program Pengabdian Dosen Terintegrasi KKN Mahasiswa menggunakan dana BLU. Tak hanya itu, UIN Jakarta sebenarnya dapat mengajukan penambahan dana BLU. Namun, pengajuan itu terhambat karena harus menunggu pembukaan blokir anggaran belanja dari Kemenkeu. Lebih lanjut, Kuswara menuturkan sebesar Rp25 miliar dana yang dianggarkan UIN Jakarta diblokir oleh Kemenkeu. Ia tak tahu alasan pemblokiran tersebut, menurutnya UIN Jakarta sudah mengajukan anggaran

Foto: Aini/INSTITUT

Batu nisan tampak berjajar di sepanjang jalan menuju panggung. Dedaunan kering yang berserakan menambah kesan mencekam suasana makam. Di tengah remangnya pencahayaan, dua sosok pemuda sedang menari mengikuti irama jaran goyang. Suara musik itu terus menerus diputar mengisi keheningan. Dua pemuda itu terus berjoget hingga seperempat jam lamanya. Kemudian tiga kali pukulan gong menggema. Iring-iringan yang membawa peti mati disertai isak tangis masuk ke latar panggung. Penjaga kubur yang melihat iringan lantas mematikan musik dan turut serta membantu menurunkan peti jenazah. Bima, nama orang yang di dalam peti jenazah tersebut. Saat suara isak tangis masih bersahutan, seorang wanita tua yang mengenakan tapih dan kebaya merah maju ke depan. Wanita itu menganggap Bima sebagai orang yang baik. Nenek Bima menyalahkan tuhan atas kematian cucunya. Nenek Bima terus membicarakan hidup sang cucu sampai mulutnya terkatup. Kemudian seorang lelaki setengah baya pun membenarkan nenek itu. Sosok itu adalah ayah kandung Bima. Sama halnya dengan si nenek, ia terus membanggakan Bima yang semasa hidupnya membantu khalayak. Tak hanya itu, iringan jenazah juga membawa tiang yang berisi puluhan piagam prestasi Bima. Ayah Bima pun menyuruh dua orang hansip menancapkan tiang itu di sisi peti agar jasa Bima dikenang. Tak lama kemudian, masih dengan isak tangis, muncul lagi rombongan Istri dan anak-anak

Sambungan dari halaman 1...

15

Dua orang penjaga kubur tengah menghalau entitas yang hendak membawa Bima. Adegan itu merupakan lakon GERR Unit Kegiatan Mahasiswa Teater Syahid yang diadakan di Aula Aula Madya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (5/4).

maupun sanak yang hadir. Setelah melalui perdebatan sengit, akhirnya permintaan itu dikabulkan. Peti itu dibuka atas persetujuan sang nenek. Ketiga anak Bima pun mulai membacakan sajaknya. Si bungsu pun membacakan sajak sedangkan dua anak lainnya menangis di depan peti jenazah Bima. Di tengah pembacaan sajak, tiba-tiba Bima bangkit dari peti jenazahnya. Seketika Bima mengusap kepala anak-anaknya, ia meminta anaknya agar berhenti menangis. Kejadian tak terduga itu membuat keadaan kacau, ada yang menjerit, menangis, bahkan pingsan. Karena keadaan yang begitu semrawut, keluarga Bima menyuruh hansip untuk segera menutup kembali peti Bima. Perlawanan dari Bima pun muncul. Suara gaduh dalam peti terdengar sangat jelas. Keluarga Bima yang menganggapnya sudah

secara rinci namun tetap mengalami pemblokiran. “Saya tak tahu penyebab pemblokiran, padahal anggaran secara rinci sudah diajukan,” ujar Kuswara di ruangan BP UIN Jakarta, Senin (16/4). Sepuluh hari setelah mewawancarai Kuswara, pada Jumat (27/4) Institut mendapatkan konfirmasi dari Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Kemenkeu Republik Indonesia. Pihak DJA Kemenkeu membantah adanya pemotongan dana BOPTN 2018. Pembagian dana BOPTN ke setiap satuan kerja diserahkan sepenuhnya kepada Kementerian Agama (Kemenag). Sehingga pemotongan anggaran disandarkan kepada prioritas Kemenag yang berdampak pada alokasi BOPTN UIN Jakarta lebih kecil dari tahun sebelumnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 6 Tahun 2018 Pasal 2 disebutkan dana BOPTN digunakan untuk penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di PTN dan PTS. Sedangkan sisanya digunakan untuk anggaran nonpenelitian. Namun berdasarkan data DJA Kemenkeu, aloka-

mati malah gusar. Istri Bima pun memberontak, ia menolak Bima hidup kembali. Anak-anaknya berkata bahwa jasad Bima telah dirasuki setan. Di saat bersamaan, seorang laki-laki yang mencintai istri Bima yaitu Koko meyakinkan kalau Bima seharusnya sudah mati. Koko meyakinkan Bima kalau ia akan menjaga istrinya. Tak ada yang menerima kehidupan Bima kembali. Seluruh orang yang hadir baik keluarga, sanak hingga aparat keamanan dibuat bingung karenanya. Lalu, nenek Bima pun menyuruhnya untuk mati. Tindakan berbeda dilakukan dua orang penjaga kubur. Mereka bersusah payah untuk meyakinkan Bima agar jangan mati. Namun, apa boleh buat, rasa putus asa telah memuncak. Pada kenyataan, keluarga Bima tidak ada yang bisa menerima kehidupannya. Akh-

irnya Bima pun memilih untuk mati kembali. Lakon GEER karya Putu Wijaya ini bercerita tentang kisah sebuah keluarga yang penuh dengan keikhlasan, keadilan, rela berkorban, mencintai, dan menyayangi, namun perasaan itu hanyalah kebohongan belaka. Pertunjukan ini diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Teater Syahid pada 5-8 April 2018. Lakon yang disutradarai oleh Aseng Komaruddin ini diadakan di Aula Madya Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut salah satu satu penonton Nurul Afifah Ridwan, lakon GEER memberikan kesan yang tak biasa. Berlatar belakang pemakaman, membuat dirinya takut. Namun rasa itu tak menghentikan niatnya untuk terus menonton. “Pertunjukannya keren dan berkesan,” ungkapnya, Jumat (13/4).

si BOPTN 2018 UIN Jakarta untuk pengabdian kepada masyarakat sebesar Rp 6.350.000 sedangkan untuk penelitian Rp 11.440.000.000.

diberikan sepenuhnya kepada seluruh PTKIN di Indonesia. “Kami hanya mengelola 20% dana ilmiah,” ujar Suwendi, Rabu (18/4). Namun pendanaan Pengabdian Dosen Terintegrasi KKN 2018 di UIN Jakarta hanya bersumber dari BLU berkisar Rp 1,5 miliar. Menanggapi hal demikian, Suwendi menduga UIN Jakarta tidak menggunakan manuver BOPTN sebagaimana Diktis terapkan. Sedangkan mestinya, dari total 30% dana BOPTN tidak hanya digunakan untuk penelitian saja, namun juga untuk pengabdian. “Setidaknya 10% dari dana BOPTN digunakan untuk pengabdian,” tegas Suwendi. BOPTN telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi. Pada Pasal 89 ayat 5 tertera, “Pemerintah mengalokasikan dana BOPTN dari anggaran fungsi pendidikan.” Sedangkan penggunaannya, diatur dalam ayat 6, “Pemerintah mengalokasikan paling sedikit 30% dari dana sebagaimana yang dimaksud pada ayat 5 untuk dana Penelitian di PTN dan PTS.”

Berbeda Manuver Sementara itu, terkait BOPTN 2018 UIN Jakarta, Kepala S ubbidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Suwendi angkat bicara. Dalam pengelolaan BOPTN, Diktis membagi menjadi dua bagian yaitu 30% untuk penelitian, pengabdian, dan publikasi (PPP). Sedangkan sisanya 70% untuk keperluan yang lainnya di masing-masing PTKIN. Suwendi menuturkan, total anggaran BOPTN Diktis pada tahun 2018 berkisar Rp800 miliar. Dari total anggaran BOPTN tersebut, 30% atau setara dengan Rp240 Miliar dialokasikan untuk PPP. Ada pun pengelolaan anggaran PPP, Diktis pusat hanya menggunakan 20% sekitar Rp48 miliar untuk dana ilmiah. Sedangkan 70% anggaran PPP setara dengan Rp152 miliar


Kursus Bahasa U’L CEE Udrus Learning Center

Pasang Iklan

Jl. Kertamukti, Gang H. Nipan, No. 18, RT. 04, RW. 08, Pisangan, Ciputat Timur, Tangsel. Depan Perumahan Griya Nipah/Dekat Masjid al-Mau’izhah al-Hasanah.

Menu Kursusan U’L CEE Institute

1. Bahasa Arab (Qawaid/Muhadatsah)

(Jaminan Menguasai Bahasa Arab dalam Waktu 2 Bulan, Gratis Mengulang Sampai Bisa Jika Gagal)

2. Bahasa Inggris (Grammar/Speaking)

(Jaminan Menguasai Bahasa Inggris dalam Waktu 2 Bulan, Gratis Mengulang Sampai Bisa Jika Gagal)

3. Bimbingan TOAFL/ TOEFL

(Jaminan Menguasai Strategi Menjawab Soal TOAFL/TOEFL Hanya dalam Waktu 2 Bulan)

4. Bimbingan Belajar & Private

(Membantu Siswa SD, SMP, SMA, & Umum dalam Meningkatkan Kemampuan di Sekolah/ Ujian Nasional )

5. Jasa Penerjemahan dan Bimbingan Menulis (Artikel/Skripsi) (Menerima Jasa Penerjemahan Arab-Indonesia, Inggris-Indonesia dan Sebaliknya)

6. Kajian Islam Komprehensif (Free)

Sejak didirikan 33 tahun silam, LPM Institut selalu konsisten mengembangkan perwajahan pada produk-produknya, semisal Tabloid Institut, Majalah Institut, dan beberapa tahun ini secara continue mempercantik portal www.lpminstitut.com. Space iklan menjadi salah satu yang terus dikembangkan LPM Institut. Oleh sebab itu, yuk beriklan di ketiga produk kami! Kenapa? Ini alasannya:

(Al-Qur’an, Ulumul Qur’an, Tafsir, Hadis, Ulumul Hadis, Fikih, Ushul Fikih, Bahasa dan Sastra Arab, dll)

Informasi dan Tempat Pendaftaran Pendaftaran Tempat Pendaftaran Start Kelas Baru Kuota Minimal Kelas Contact Person

Website

Pilihan Hari Belajar Biaya Pendaftaran

: Setiap Hari Kerja : Kantor U’L CEE Institute : Tanggal 10 dan 25 setiap bulannya : 5 Orang/Kelas : 0852-7450-1485 WA/0852-6325-3933 WA BBM : 5C5F17E7 (Whany) : www.ulcee.damai.id Kursus Bahasa U’L CEE Ciputat @u’l_cee : Senin s/d Minggu (08.00-21.00 WIB) : Rp. 50.000,Join Us You Will See How Great You are.!!

Tabloid Institut Terbit 4000 eksemplar setiap bulan Pendistribusian Tabloid Institut ke seluruh universitas besar se-Indonesia dan instansi pemerintahan (Kemenpora, Kemenag dan Kemendikbud) Institut Online Memiliki portal online dengan sajian berita seputar kampus dan nasional terbaru dengan kunjungan 800-1000 per hari Majalah Institut Sajian berita bercorak investigatif dan terbit per semester. CP: Nurlely Dhamayanti No HP: 0895 3472 19690


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.