2 minute read

Belum Tersedia Masjid Akibat Kurang Lahan

UMS, Koran Pabelan –Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Gigi (FKG) keluhkan fasilitas kampus yang kurang memadai. Salah satunya yakni belum adanya bangunan masjid di dalam gedung FKG akibat kekurangan lahan.

Advertisement

Hasyim Asy'ari selaku Ke- pala Bagian (Kabag) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana (Sapras) membenarkan kondisi tersebut. Ia mengungkapkan ketidaktersediaan masjid tersebut disebabkan tidak banyak lahan yang dimiliki, sehingga belum ada fasilitas masjid di area gedung FKG. “Kalau musala sudah ada. Kalau mau ke masjid, di sisi timur itu ada tetapi bukan punya UMS,” ungkap Hasyim, Sabtu (18/3).

Hasyim menambahkan bahwa masalah kurangnya lahan parkir juga dialami di gedung FKG. Ia mengungkapkan, mahasiswa FKG yang mengendarai mobil harus memarkirkan kendaraannya di Gedung Ramayana sebelah barat gedung FKG. “Par- kir tidak harus di tempat yang sama, yang penting masih bisa dijangkau,” ujarnya.

Dikesempatan lain, salah satu mahasiswa FKG, Akhmad Syarif berpendapat jika fasilitas yang ada di gedung FKG sebenarnya cukup memadai. Namun, menurutnya masih ada beberapa fasilitas yang perlu dibenahi dan ditingkatkan, seperti keterbatasan jumlah toilet dan belum tersedianya tempat wudu yang layak. “Karena itu (tempat wudu kurang layak –red), akibatnya kalau wudu harus mengantre panjang,” ujarnya, Kamis (23/3).

Akhmad menambahkan jika area parkir di gedung FKG biasanya digunakan untuk kendaraan dokter dan dosen pengajar, sedangkan mahasiswa yang membawa mobil diarahkan untuk parkir di Gedung Ramayana. Ia berharap agar pihak kampus dapat memperluas lahan parkir tersebut. “Kadang tempat parkir penuh. Lalu, untuk semua fasilitas agar diperbaiki, supaya dapat menunjang pembelajaran,” tutupnya. [Viona/NPN]

UMS, Koran Pabelan — Program Studi (Prodi) Ilmu

Quran dan Tafsir (IQT)

Fakultas Agama Islam (FAI) mengundang dosen tamu dengan bahasa pengantar bahasa Arab yang didampingi penerjemah dalam proses pembelajaran mata kuliah

Tarbit Tafsir Tahlili.

Pembelajaran dengan metode ini dirasa kurang efektif bagi sebagian mahasiswa.

(Kaprodi) IQT sudah berusaha dihubungi oleh reporter namun tidak bersedia untuk diwawancarai. Khusnia Ainun Nisa selaku mahasiswa Prodi IQT semester empat mengungkapkan, jika proses pembelajaran mata kuliah Tarbit Tafsir Tahlili yang telah dilakukan selama empat kali pertemuan ini dirasa ku-

Kepala Program Studi rang efektif. Menurutnya, pembelajaran dengan mengundang dosen tamu disertai penerjemah ini menyebabkan mahasiswa kurang bisa menangkap pembelajaran yang disampaikan dengan baik. “Meskipun ada penerjemahnya, menurut saya tetap saja kurang efektif terutama bagian mahasiswa yang memang dasarnya tidak ada skill bahasa Arab. Melihat latar belakang mahasiswa IQT yang berbeda-beda yang tidak semua berasal dari pondok pesantren berbasis bahasa Arab,” ujarnya, Jumat (24/3).

Ia menambahkan jika metode pembelajaran ini kurang efektif jika diberikan sejak awal pertemuan. Ia berpendapat jika penggunaan dosen dengan menggunakan pengajaran seluruhnya bahasa Arab seharusnya bisa diberikan setelah mahasiswa mulai memahami dan mendapat pengantar dari mata kuliah tersebut. “Untuk ke depannya ya mungkin jika ada hal seperti ini lagi lebih baik jangan ditaruh di awal-awal pertemuan,” harapnya.

Dihubungi di kesempatan yang berbeda, Ummi Fadhilah, salah satu mahasiswa Prodi IQT juga mengungkapkan pendapatnya terkait pembelajaran mata kuliah Tarbit Tafsir Tahlili. Menurutnya, penjelasan materi dari penerjemah tidak menjelaskan materi secara rinci karena hanya menjelaskan secara garis besar saja yang menyebabkan kurang efektifnya pembelajaran tersebut. “Boleh jadi ini kurang efektif karena kemungkinan belum mewakili apa yang dimaksud oleh pemateri tersebut. Padahal waktu yang digunakan sudah lebih dibanding materi itu disampaikan langsung dalam bahasa

This article is from: