A K S I
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menetapkan cacar monyet atau monkeypox sebagai public health emergency international concern atau keadaan darurat kesehatan global. Menurut Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, cacar monyet ditetapkan sebagai keadaan darurat karena sudah terjadi di lebih dari 70 negara. Monkeypox adalah penyakit akibat virus yang bersifat zoonosis (dapat menular dari hewan ke hewan dan dari hewan ke manusia) dari virus monkeypox dalam genus orthovirus, famili poxviridae. Penularannya melalui kontak langsung, seperti melalui cairan tubuh, lesi pada kulit atau permukaan mukosa seperti mulut atau tenggorokan, droplet pernapasan, dan objek yang terkontaminasi. Monkeypox dapat menular melalui hewan pengerat (tikus, tupai, dan lain – lain) dan primata non manusia. drh. Nurul Mukhlisah, S.KH, M.Si atau yang biasa disapa dr. Lisa menuturkan bahwa gejala monkeypox dapat timbul sekitar 5-21 hari setelah terpapar dengan gejala umum seperti demam, sakit kepala, kelelahan, pembengkakan lymphonodus (kelenjar getah bening). Setelah itu mulai muncul ruam dan lesi, terutama pada tangan dan wajah. Namun, pada outbreak ini lesi lebih terlokalisasi disekitar genitalia dan tampak lebih seperti tonjolan. Tanda yang paling khas yang bisa ditemukan pada monkeypox adalah terjadinya lymphadenopathy
Secara umum, kelompok usia lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit monkeypox terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan tingkat keparahan komplikasi.
Infeksi monkeypox dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
1.
2.
Periode invasi / prodromal (0-5 hari), ditandai dengan demam, nyeri kepala hebat, lymphadenopathy, nyeri punggung, myalgia, dan asthenia. Periode erupsi kulit (1-3 hari setelah muncul demam), ditandai dengan ruam yang muncul di sekitar wajah (95% kasus), telapak tangan, dan kaki (75% kasus).
dr. Idrianti Idrus, Sp.KK, M.Kes atau akrab disapa dr. Eche Idrus menambahkan bahwa hampir 99% penyakit ini terjadi pada laki – laki dan 98% terjadi pada laki – laki yang melakukan hubungan homosex / male sex male atau bisexual. Selain itu, orang dengan gangguan sistem imun (immunocompromised), seperti pasien HIV, berpeluang besar tertular monkeypox.
“Pada orang normal dengan sistem imun baik, infeksi jamur, virus, dan bakteri menimbulkan efek yang tidak begitu signifikan. Tetapi pada pasien immunocompromised, infeksi jamur, virus, dan bakteri bisa sampai masuk ke organ bagian dalam seperti paru – paru dan bahkan bisa menyebabkan kematian”, tutur dr. Eche. Selain itu, dr. Eche juga menambahkan bahwa monkeypox ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus sehingga bersifat self-limited disease, yaitu penyakit
yang sembuh secara spontan, dengan atau tanpa pengobatan khusus. Pada kebanyakan kasus, tidak diperlukan intervensi khusus untuk menghilangkan penyakit ini. Yang harus kita lakukan adalah mengontrol agar gejala yang ditimbulkan tidak berat dan melakukan isolasi mandiri jika terinfeksi untuk mencegah outbreak kasus ini.
Untuk mendiagnosis monkeypox harus dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Sampel yang digunakan merupakan sampel dari ruam, kulit, cairan, atau krusta (koreng).
Di akhir diskusi, dr. Eche dan dr. Lisa menambahkan bahwa kita tidak perlu panik, tapi tetap harus waspada. Sebisanya hindari kontak langsung dengan orang ataupun hewan yang dicurigai terinfeksi dan lakukan isolasi mandiri pada hewan dan orang yang dicurigai terinfeksi monkeypox.
Rute penyebaran tersering dari hewan ke manusia adalah melalui kontak langsung sehingga kita harus sering mencuci tangan. Pengobatan yang tersedia saat ini hanya bersifat simptomatik yakni hanya bisa mengobati gejala yang timbul.