Buletin Edisi 5 Desember 2021
Sino Ilmiah
Stunting dan Negara Berkembang Pimpinan Umum Muh. Syahrial B.
Pemimpin Redaksi Febby Diah Syahputri
Divisi keredaksian Trisna Asma Sakti L.L. Aminah Karima Aridya Resky Amalia Sumarta Septrina Kurniartika Maria Alvenia Chaterina Maria Dyota Bagus K. Anggista Dwi Maharani S. Muh. Aldi Rizaldi
Koordinator Teamwork Septrina Kurniartika
Reporter Trisna Asma Sakti L.L. Muh. Aldi Rizaldi
Editor Hijrah
Layouter Zulfany Azzahra Sumardin
Sumber gambar: Detik.com
Stunting adalah sebuah kondisi abnormal dimana terjadi
kekurangan
gizi
sejak
di
dalam
kandungan
sehingga mengakibatkan anak memiliki tinggi badan yang rendah menurut usianya. Kondisi ini baru nampak setelah anak berusia 2 tahun. Stunting dapat dilihat pada anak usia 0-59 bulan dengan nilai z-score-nya kurang
dari
(severely
-2SD
stunted).
(stunted)
dan
Penyebab
kurang
dari
dari
stunting
–3SD pada
dasarnya multifaktorial, diantaranya adalah :
BULETIN BULANAN EDISI 4 LPM SINOVIA
1
Sino Ilmiah 1. Faktor keluarga dan maternal Ada
8
faktor
menyebabkan
maternal
stunting,
yang
diidentifikasi
diantaranya:
kehamilan
dapat remaja,
perawakan ibu yang pendek, gizi buruk selama prakonsepsi, kehamilan growth
dan
laktasi,
restriction
kelahiran
Kesehatan
(IUGR)
pendek,
dan
hipertensi,
mental
ibu,
kelahiran infeksi
intrauterine
prematur,
selama
jarak
kehamilan.
Adapun faktor keluarga meliputi: praktik pengasuhan anak yang
buruk,
sanitasi
kerawanan utamanya
dan
pangan,
air
minum
pendidikan
pendidikan
ibu,
keluarga
pengasuh
kesejahteraan
yang
yang
buruk, rendah
keluarga,
pihak
ayah bertubuh pendek, rumah tangga yang padat, orang tua merokok.
2. Pemberian makanan pendamping ASI yang tidak memadai Hal
ini
dapat
pendamping
yang
pangan
air,
dan
kita
tinjau
berkualitas
dan
latihan
dari
3
buruk, memberi
hal
yaitu
makanan
keamanan makan
sumber
yang
tidak
adekuat. Makanan yang berkualitas buruk dilihat dari kualitas mikronutriennya rendah,
yang
konsumsi
buruk,
sumber
keragaman
pangan
kandungan makanan yang rendah energi. makan
juga
memberi
harus
makan
diperhatikan,
dapat
makanan
hewani
karena
mengakibatkan
yang
kurang,
serta
Latihan memberi kurangnya
latihan
pemberian
makan
yang tidak memadai selama dan setelah sakit, konsistensi makanan yang
yang
tidak
encer,
mencukupi,
pemberian dan
makanan
pemberian
dalam
makan
responsif.
2
BULETIN BULANAN EDISI 4 LPM SINOVIA
jumlah
yang
tidak
Sino Ilmiah 3. Menyusui Menurut menyusui
World
yang
tidak
Health
Organization
memadai
seperti
(WHO)
praktik
penundaan
inisiasi
menyusui, menyusui non-eksklusif, dan penghentian menyusui dini juga menjadi penyebab terjadinya stunting.
4. Infeksi Menurtu WHO infeksi enterik (penyakit diare, enteropati lingkungan, dan cacingan), infeksi saluran pernapasan serta malaria
bisa
menyebakan
nafsu
makan
berkurang
dan
berakhir pada terjadinya stunting.
5. Komunitas dan masyarakat Lingkungan mempengaruhi
sekitar risiko
tempat
anak
terjadinya
tumbuh
stunting.
juga
Hal
ini
sangat dapat
ditinjau dari segi ekonomi politik, kesehatan dan perawatan kesehatan, pendidikan, masyarakat dan budaya, pertanian dan sistem pangan.
Stunting tidak hanya berdampak pada tinggi badan anak, tetapi juga memberikan dampak lain bagi kehidupan anak di usia dewasa. Menurut WHO, dampak dari stunting terbagi atas dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang. Dampak jangka pendek meliputi : Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian. Perkembangan
kognitif,
motorik,
dan
verbal
pada
anak tidak optimal. Peningkatan biaya kesehatan.
BULETIN BULANAN EDISI 4 LPM SINOVIA
3
Sino Ilmiah Adapun dampak jangka panjang meliputi : Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa
(lebih
pendek dibandingkan pada umumnya). Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya. Menurunnya kesehatan reproduksi. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.
Melihat penyebab dari stunting yang telah diuraikan, dapat
disimpulkan
bahwa
penyebab
terjadinya
stunting
sangat berkaitan dengan kesejahteraan seseorang sehingga tidak heran pada negara berkembang stunting sangat sering ditemukan. Hal ini sesuai dengan data pada tahun 2017 yang menunjukan presentasi bayi stunting tersebar di Benua Asia sebesar tersebut
55% dan Benua Afrika 39%, dimana kedua benua merupakan
berkembang sebagai ketiga
paling
negara dengan
benua
dengan
banyak.
Indonesia
berkembang prevalensi
Tenggara/South-East
Asia
termasuk
komposisi sendiri ke
tertinggi Regional
di (SEAR)
rata prevalensi balita stunting di Indonesia
dalam
juga
negara
regional
Asia
dengan
rata-
tahun 2005-2017
adalah 36,4%.
Sumber : Child stunting data visualizations dashboard, WHO, 2018
4
negara
yang
BULETIN BULANAN EDISI 4 LPM SINOVIA
Sino Ilmiah Dari
data
berkembang,
di
atas
khususnya
kejadian stunting
telah
negara
yang
cukup
terlihat
bahwa
Indonesia
tinggi.
negara
memiliki
Jika
angka
angka
ini
tidak
turun, maka dampak jangka panjang dari stunting berupa penurunan kuliatas sumber daya manusia juga dapat terjadi dan
menghambat
karena
itu,
perkembangan
pemerintah
Negara
Indonesia
Indonesia.
telah
Oleh
menggiatkan
berbagai macam intervensi untuk megurangi angka stunting di
Indonesia.
Kerangka
intervensi
tersebut
terbagi
atas
2
yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
Intervensi gizi spesifik meliputi: Intervensi gizi spesifik dengan sasaran Ibu hamil, berupa Pemberikan untuk
Makanan
mengatasi
Tambahan
kekurangan
(PMT)
energi
pada
dan
ibu
protein
hamil kronis,
mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat, mengatasi kekurangan iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil serta melindungi ibu hamil dari malaria.
Intervensi gizi spesifik dengan sasaran Ibu menyusui dan anak
usia
0-6
bulan.
Intervensi
ini
dilakukan
melalui
beberapa kegiatan yang mendorong Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
terutama
melalui
pemberian
ASI
jolong
serta
mendorong pemberian ASI langsung.
Intervensi gizi spesifik dengan sasaran Ibu menyusui dan anak
usia
keberlanjutan
7-23
bulan,
pemberian
dengan
ASI
cara
hingga
mendorong
berusia
23
bulan.
Kemudian, setelah bayi berusia di atas 6 bulan didampingi oleh
pemberian
menyediakan zink,
Makanan
obat
melakukan
Pendamping
cacing,
fortifikasi
menyediakan
zat
besi
ke
ASI
(MP-ASI),
suplementasi
dalam
makanan,
memberikan perlindungan terhadap malaria, memberikan imunisasi
lengkap,
serta
melakukan
pencegahan
dan
pengobatan diare.
BULETIN BULANAN EDISI 4 LPM SINOVIA
5
Sino Ilmiah Intervensi gizi sensitif meliputi: Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih. Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi. Melakukan fortifikasi bahan pangan. Menyediakan
akses
kepada
layanan
kesehatan
dan
Keluarga Berencana (KB). Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal). Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) universal. Memberikan pendidikan gizi masyarakat. Memberikan
edukasi
kesehatan
seksual
dan
reproduksi,
serta gizi pada remaja. Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
Melihat pemerintah
betapa
giatnya
melakukan
langkah
penanganan
stunting,
seharusnya
kita
sudah sebagai
mahasiswa dan masyarakat juga mendukung kegiatan ini dengan memberikan pada
nutrisi
1000
pertama sebab pertama
hari
dari 1000
yang
seorang hari
tersebut
baik
kehidupan anak
kehidupan merupakan
masa krusial bagi perkembangan Sumber gambar: Canva.com
tumbuh kembang seorang anak.
Sumber : WHO. 2014. WHO Global Nutrition Target: Stunting Policy Brief. Geneva. United Nations Children’s Fund, World Health Organization, World Bank Group. 2018. Levels and Trends in Child Malnutrition: Key Findings of The 2018 Edition of The Joint Child Malnutrition Estimates WHO. Child Stunting Data Visualizations Dashboard. http://apps.who.int/gho/data/node.sdg.2-2-viz-1?lang=en Tumilowicz, A., Beal, T. and Neufeld, L. M. (2018) ‘A review of child stunting determinants in Indonesia’, (October 2017), pp. 1–10. doi: 10.1111/mcn.12617. Fikru, M. and Doorslaer, E. Van (2019) ‘SSM - Population Health Explaining the fall of socioeconomic inequality in childhood stunting in Indonesia’, SSM Population Health. Elsevier Ltd, 9, p. 100469. doi: 10.1016/j.ssmph.2019.100469. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinanan.2017.100 Kabupaten/Kota Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta : Sekretariat Wakil Presiden Indonesia
6
BULETIN BULANAN EDISI 4 LPM SINOVIA
Sino Komentar
P2KD
Program Inovasi Pencegahan Stunting di Indonesia Bagaimana menurut dokter terkait keefektifan program Pembentukan dan Pengembangan Karakter Dokter (P2KD) dalam pertumbuhan dan perkembangan anak ? Program dengan efektif
kembangan
pada
bila
untuk
dijalankan
dan
anak,
mahasiswa
karena utama
dapat
perkembangan
dalam
mendeteksi
sangat
menunjang
pertumbuhan
"pion"
Dr. dr. Ema Alasiry, Sp. A (K)
P2KD
sungguh-sungguh
sebagai
program secara
ini dini
gangguan pertumbuhan dan per-
seorang
anak
sehingga
dapat
segera
diatasi dan tidak berdampak jangka panjang.
Apakah yang menjadi faktor risiko atau penyebab terjadinya masalah gizi kronis pada anak stunting? Dan apakah hal tersebut ada hubungannya dengan program P2KD yang diselenggarakan FK-UH? Faktor risiko masalah gizi kronis pada anak sangat banyak dan kompleks. Mulai dari masalah sosial, ekonomi, politik, dll. Tetapi bila dipersempit ke dalam lingkup kesehatan bisa mulai dari : Kesehatan remaja, wanita usia subur, dan ibu hamil yang kurang baik (terutama mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) dan anemi) Kelahiran BBLR terutama pertumbuhan janin terhambat. Asupan yang tidak cukup dari jumlah, komposisi, kualitas dan keragamannya dapat terjadi karena faktor ekonomi atau pengetahuan orang tua.
BULETIN BULANAN EDISI 4 LPM SINOVIA
7
Sino Komentar Pola asuh termasuk pola pemberian makan. Bayi yang tidak mendapat Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) yang tepat. Penyakit infeksi berulang. Pertumbuhan yang tidak dipantau. Penyediaan air bersih dan sanitasi yang kurang memadai.
Apa saja dampak dari masalah gizi kronis pada anak? Dampak darimasalah gizi kronis pada anak ada yang jangka pendek,
seperti
mengganggu
kognitif,
motorik,
bicara
dan
bahasa pada anak. Dan juga dampak Jangka panjang seperti penyakit metabolik di usia dewasa muda.
Bagaimana cara mencegah stunting dan menangani masalah gizi kronis pada anak stunting? Stunting dapat dicegah melalui program 1000 hari pertama kehidupan dengan memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup sejak hamil, kemudian dapat dilanjutkan dengan pemberian
ASI
MPASI
tepat.
yg
secara Ibu
langsung
sampai
diharapkan
rutin
usia
6
bulan
memantau
dan
tumbuh
kembang anak, melengkapi imunisasi, menjaga sanitasi, serta segera membawa anak ke fasilitas kesehatan bila anak sakit.
Bagaimana pendapat teman-teman terkait keefektifan program P2KD ? Menurut
saya,
P2KD
merupakan
salah
satu mata kuliah non-blok yang dimana mahasiswa turun langsung ke masyarakat khususnya
pada
ibu
hamil
dan
mendampinginya selama 1000 hari awal kehidupan
dari
bayi.
Pada
masa
pandemi, tentunya pelaksanaan program ini
berbeda
dengan
tahun-tahun
sebelumnya. Walaupun begitu, keefektif-
8
Shafa Nabilah Arif Mahasiswa Pendidikan Dokter Umum FK-UH Angkatan 2018
BULETIN BULANAN EDISI 4 LPM SINOVIA
Sino Komentar annya tidak terpengaruhi. Apalagi sekarang di era digital kita bisa
berkomunikasi
dari
jarak
jauh
melalui
telepon
ataupun
pesan. Selain itu, mahasiswa juga mendampingi ibu hamil yang berada di daerah sekitarnya sehingga memudahkannya dalam pendampingan.
Secara
tujuan
program
ini
dan
tentu
konsep
akan
dari
berdampak
baik terhadap pencegahan stunting, dimana ditujukan
mahasiswa kepada
memang
dibekali
dan
masyarakat
yang
belum
pengetahuan khususnya
terpapar
terkait
stunting,
masyarakat
sosioekonomi
menengah
dengan ke
bawah,
namun dalam pelaksanaannya masih
Muhammad Faudzil Mahasiswa Pendidikan Dokter FK-UH Angkatan 2019
perlu diperketat dari segi pembekalan dan pengawasan mahasiswa, begitu
juga dibutuhkan komitmen setiap dosen pembimbing untuk memantau
dan
tercapainya
mengarahkan
target
secara
masing-masing
kontinu
hingga
mahasiswanya.
Saya
harap untuk program ini kedepannya agar tetap dilaksanakan setiap tahun, dengan pembekalan dan pengawasan program yang lebih baik dan ketat.
Pelaksanaan P2KD masih belum langsung memiliki dampak ke pencegahan
stunting,
karena
masih
banyak
dalam
pelaksanaannya yang perlu diperbaiki dari segi follow up dan pembekalan ke mahasiswa, serta masih banyaknya mahasiswa yang merasa terbebani, dalam artian mereka tidak ikhlas dal-
BULETIN BULANAN EDISI 4 LPM SINOVIA
9
Sino Komentar am
menjalankan
penilaian-penilaian
dan juga belum mengerti apa tujuan dari
P2KD
itu
sendiri.
Kedepannya,
diharapkan sistemnya bisa diperbaiki, mungkin
dari
sendiri
bisa
mahasiswa
mahasiswanya dibatasi,
yang
itu
misalnya
memang
sedang
menjalani mata kuliah P2KD saja agar dokter
dan
terfokus
juga
ke
pengamat
mahasiswa
bisa
tersebut.
Tetapi tidak apa-apa juga jika target itu semua angkatan, namun lebih baik mahasiswanya sedikit tetapi terarah, dalam
artian
memantau
dokter-dokter progres
juga
Muhammad Ilham Mubarak A.R. Bando Mahasiswa Pendidikan Dokter Umum FK-UH Angkatan 2019
mahasiswa
tersebut dalam menjalani P2KD.
Indrayani Ibu Hamil Program P2KD Menurut saya, program ini membantu dalam masa kehamilan saya,
kedatangan
mengetahui
adik
pentingnya
sangat
penting
edukasi
bagi
mengenai
saya
untuk
pencegahan
stunting karena dengan edukasi ini saya dapat mengetahui bagaimana persiapan untuk menghadapi persalinan dan juga membantu dalam 1000 hari pertama kehidupan yang dimulai sejak dalam kandungan sampai dengan melahirkan nanti.
med.unhas.ac.id/sinovia
@LPM_Sinovia
@lpmsinovia
LPM Sinovia
Sekretariat Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10 Gedung Student Center (Lt. 2) Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
@tbr6748d
10
BULETIN BULANAN EDISI 4 LPM SINOVIA