Landscape januari 2015

Page 1

Buletin Mahasiswa FTSP

Ilustrasi : M. Irfan Ardiansyah

Forum Aspirasi Mahasiswa FTSP

Wacana Regulasi Rokok di FTSP Mengungkap Sisi Lain Merokok Hak dan Rokok SOLID / LANDSCAPE EDISI JANUARI 2015


DAFTAR ISI

4

Wacana Regulasi Rokok di FTSP

DAFTAR ISI LANDSCAPE

Di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII sejauh ini belum mempunyai regulasi yang mengatur tentang rokok. Sebelumnya, ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FTSP periode 20132014, Rifkhy Adhi Prasojo melontarkan kritikan terhadap dekan saat itu. Kritikan disampaikan karena adanya keputusan sepihak dari dekan. Menurutnya, tidak seharusnya spanduk larangan merokok dipasang tanpa ada musyawarah bersama. Bagaimana keberlanjutan regulasi tersebut?

Mengungkap Sisi Lain Merokok

6

Di Indonesia, kebiasaan merokok itu muncul saat seseorang itu beranjak remaja. Menarik ungkapan Arief Fahmie selaku dosen Psikologi Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya (FPSB) bahwa rata-rata perokok di Indonesia merupakan remaja atau masa peralihan remaja dan jarang sekali dimulai ketika anak-anak. Faktor lingkungan menjadi penyebab utama merokok.

2 3 8

10 11 12

DAFTAR ISI Sapaan Redaksi EDITORIAL Surat Pembaca GALERI Koran di Minggu Pagi

OPINI Hak dan Rokok IPTEK BBM Mahal? Kini Serbuk Gergaji Bisa Jadi Bensin MATARAMAN Syiar Islam Melalui Sekaten

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberi kami kemauan dan kemampuan untuk menerbitkan LANDSCAPE edisi Januari ini. Sebelumnya, kami mengucapkan selamat tahun baru 2015. Di LANDSCAPE edisi pertama di tahun 2015 ini kami berharap mampu menyajikan sesuatu yang berbeda dari biasanya, namun tetap bisa dinikmati oleh semua pembaca. Kami menyadari masih banyak kekurangan di sana-sini, tapi semoga dari kekurangan itu semua informasi yang kami berikan tetap bisa tersampaikan. Karena itu kritik dan saran yang membangun untuk LANDSCAPE yang lebih baik sangat kami harapkan dari pembaca. Akhir kata, Salam PERSMA!

13 14 15

KARIKATUR RESENSI Peranakan dan Nasionalisme POLING Menyoal Rokok di FTSP

SAPAAN

Alamat Redaksi: Jalan Kaliurang Km 14,5 Kampus Terpadu FTSP UII Basement, Yogyakarta 55581. 2

085729298675 fax 895330

|

@solidftspuii

|

lpmsolidftspuii@gmail.com Instagram

@solidftspuii

JAN 2015

PEMIMPIN UMUM Arya Praditya G PIMPINAN BIRO UMUM Osi Novenda S STAFF BIRO UMUM Luthfiana Rahmasari PEMIMPIN REDAKSI Andi Mufly M.M REDAKTUR PELAKSANA Fathia R.N.Husna REDAKTUR FOTO Iqbal Ramadhan REDAKTUR LAYOUT DAN ILUSTRASI Arifin Agus S STAFF REDAKSI Sofiati Mukrimah, Nurul Fajri, Baiq Raudhatul J, Adi Nugroho PIMPINAN P3 Helmy Badar N STAFF P3 M. Arief Guswandi, Muhammad Irfan A, Bowin Yulianti, Mia Erpinda


EDITORIAL LANDSCAPE

EDITORIAL Menurut Pasal 9 UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Seperti yang kita ketahui di lingkungan kampus Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) ini masih banyak perokok yang kurang memerhatikan situasi dan kondisi di sekitarnya sehingga memengaruhi kualitas lingkungan. Lingkungan yang tercemar asap rokok ini tidak bisa lagi disebut sebagai lingkungan yang sehat karena bisa berdampak buruk bagi kesehatan, terutama bagi yang tidak merokok. Di tahun 2013, Fakultas Hukum (FH) UII telah mengeluarkan kebijakan resmi terkait kawasan bebas asap rokok. Untuk FTSP sendiri baru sebatas memberikan himbauan yang pelaksanaannya pun belum sistematis karena hanya berupa tulisan dan tidak ada tindak lanjutnya seperti teguran. Teguran tidak bisa diberikan karena tidak ada instruksi yang jelas siapa-siapa saja yang diberikan kewenangan untuk menegur. Namun, seringkali perokok yang masih merokok di sembarang tempat berkilah bahwa merokok merupakan hak yang tidak bisa diganggu gugat. Padahal, menurut Eko Riyadi, Direktur Pusat Studi Hak Asasi Manusia (PUSHAM) UII, yang perlu dilindungi oleh institusi adalah mereka yang tidak merokok. Namun, perlindungan ini harus dibarengi dengan penyediaan fasilitas untuk perokok. Lalu, seberapa penting regulasi terkait rokok di FTSP?

JAN 2015

Dari : Mawar - Mahasiswi yang suka di mushola Untuk : Petinggi FTSP Bagian perempuan pada mushola terlalu terbuka sehingga kita tidak bebas untuk berbenah diri setelah beribadah. Tolong beri sekat yang tinggi agar ketika laki-laki lewat tidak dapat melihat bagian perempuan. Sering laki-laki yang sedang nongkrong di depan dapat melihat kami (kan malu mau dandan). Dan mukenanya bau, baunya luar dalam, tolong sering-sering dicuci. Lalu mengenai mahasiswa yang merokok yang sudah nggak bisa dihindarkan, tolong bikin smoking area. Banyak mahasiswa/i yang memiliki penyakit dalam maka dr itu demi kesehatan bersama antara perokok dan pasifer, tolong realisasikan smoking area ini (diharapkan setiap lantai ada) Terima kasih

3

SURAT


LAPORAN UTAMA LAPUT

Wacana Regulasi Rokok di FTSP

LANDSCAPE

Oleh: M.Irfan Ardiansyah Reporter: Sofiati Mukrimah, Mufli M.M, Arifin Agus. S, Luthfiana Rahmasari Foto : Iqbal Ramadhan, M.Irfan Ardiansyah

"Dalam kampus kita yang harus dilindungi oleh kampus adalah mereka yang tidak merokok. Bagi yang merokok seperti apa? Ya tidak apaapa. Silahkan saja itu kan hakmu. Tetapi merokoknya di tempat yang disediakan, yang tidak mengganggu mereka yang tidak merokok." Dua orang karyawan tengah menggunakan salah satu area merokok yang telah di sediakan di

Eko Riyadi- Direktur PUSHAM UII

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.

S

4 JAN 2015

etiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu, negara harus memenuhi hak-hak dan kewajiban masyarakat dengan menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan bagi setiap warganya. Universitas sebagai institusi sepatutnya harus memenuhi hak dan kewajiban mahasiswa yang bertindak sebagai warga di dalamnya. Salah satu Hak Asasi Manusia yang dimiliki mahasiswa adalah hak atas lingkungan yang sehat. Hal ini termaktub dalam UU no. 39 tahun 1999 pasal 9 ayat 3 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun 2003, dikatakan bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat, oleh karena itu perlu dilakukan

berbagai upaya pengamanan. Menurut Titik Kuntari, dosen prodi Teknik Lingkungan (TL) menuturkan bahwa selain berbahaya terhadap kesehatan, rokok juga berdampak buruk pada kualitas lingkungan. Di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII sejauh ini belum mempunyai regulasi yang mengatur tentang rokok. Sebelumnya, ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FTSP periode 2013-2014, Rifkhy Adhi Prasojo melontarkan kritikan terhadap dekan saat itu. Kritikan disampaikan karena adanya keputusan sepihak dari dekan. Menurutnya, tidak seharusnya spanduk larangan merokok dipasang tanpa ada musyawarah bersama. “Waktu saya tanyain, ternyata itu dari dekannya yang nyediain bukan dari rapat sama mahasiswa. Itu keputusan sepihak dari dekan,” ucap mahasiswa yang biasa dipanggil bang Haji. Hal ini dibenarkan oleh Suradi, kepala Bagian

Umum FTSP. Bahkan berdasarkan penjelasannya, dulu saat Mochammad Teguh masih menjabat sebagai dekan FTSP, regulasi tentang rokok hanya tinggal proses tanda tangan. “Kan saya sudah buat surat 3 jurusan tapi belum tanda tangan jadi saya gak tau kok belum ditandatangani. Tidak jadi.” lanjut Suradi. Mochamad Teguh sendiri mengakui bahwa surat edaran atau regulasi saat itu tidak ditandatangani karena tidak adanya regulasi dari UII sendiri. Karena itu, dekan FTSP periode 2009-2014 ini hanya mengandalkan himbauan berupa spanduk dan sanksi moral bagi perokok. Setelah sempat akan dijadikan kebijakan, hingga kini larangan merokok di FTSP masih sebatas himbauan. “Sejauh ini baru sebatas himbauan, belum tertulis secara definitive,” kata Setya Winarno yang menjabat sebagai wakil dekan FTSP. Himbauan ini juga tidak berjalan dengan lancar,


LAPUT LANDSCAPE

mereka yang tidak merokok. Bagi yang merokok seperti apa? Ya tidak apa-apa. Silahkan saja itu kan hakmu. Kami, negara, institusi universitas tidak boleh melarang anda merokok. Silahkan saja anda merokok. Tetapi merokoknya di tempat yang disedia-

Tarmizi Taher Nuhuyanan

kan, yang tidak mengganggu mereka yang tidak merokok,” tambah Eko Riyadi. Regulasi tentang kawasan bebas rokok yang dicanangkan pihak dekanat harus dibarengi dengan penyediaan fasilitas bagi perokok, seperti area dimana perokok bisa bebas merokok tanpa mengganggu orang lain, bukan regulasi yang sekedar melarang hak-hak setiap individu. Seperti yang dikatakan Eko Riyadi bahwa yang perlu dilakukan universitas bukan melarang merokok, karena merokok adalah hak. “Maka UII juga menurut saya jangan melarang orang merokok. Biarkan saja. Tetapi di tempat yang disediakan. Bagi mereka yang ingin merokok di tempat yang disediakan silahkan saja, mau sampai pingsan, silahkan saja, tapi di tempat yang disediakan,” tegas Eko Riyadi pria asal kota susu Boyolali ini.

5

kok. Nah itu gimana nyuruh?” Pada awal tahun 2015 ini, himbauan yang menimbulkan perbedaan pendapat tersebut akan dipertegas lagi. Pihak dekanat bermaksud untuk membuat regulasi tentang rokok, seperti yang disampaikan Setya Winarno,”Jadi Januari 2015 ini kita insya Allah ingin mencoba membuat regulasi tentang rokok, jadi kawasan kita ini kawasan bebas rokok dimana yang mengontrol nantinya adalah pak satpam, mahasiswa yang merokok rokoknya diminta dimatikan. Kecuali di ruang yang sudah disediakan.” Setya juga menambahkan bahwa alasan dibuatnya regulasi ini dikarenakan rokok itu tidak sehat. Namun ketika ditanya terkait sanksi yang diberikan bagi yang melanggar regulasi tersebut wakil dekan belum bisa menjelaskan karena rancangan regulasi tentang rokok memang belum dibahas lebih lanjut. Sementara itu salah satu dosen Jurusan Teknik Sipil Helmy Akbar Bale tidak menyetujui hal tersebut, “Saya kira cukup disediakan saja lokal-lokal (red: ruang-ruang) yang diperuntukan bagi perokok, sediakan saja. Gak usah diregulasi-regulasi seperti itu,” tegas dosen nyentrik ini ketika ditemui di proyek pembangunan gedung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Terlepas dari himbauan dan regulasi, merokok merupakan hak setiap orang. Konsepsi Hak Asasi Manusia (HAM) dan hak memang berbeda,”Kalau HAM itu adalah hak-hak yang sudah diatur oleh konstitusi dan peraturan. Sedangkan hak itu adalah hak yang melekat pada individu atau kelompok masyarakat yang tidak diatur di dalam peraturan perundangundangan maupun konstitusi dan dia tidak bisa diklaim pemenuhannya pada negara. Contohnya adalah hak untuk merokok,” ucap Eko Riyadi yang menjabat sebagai Direktur Pusat Studi Hak Asasi Manusia (PUSHAM) UII. Meskipun perokok pasif berhak atas lingkungan yang sehat, namun perokok aktif juga berhak untuk merokok. “Dalam kampus kita yang harus dilindungi oleh kampus adalah

JAN 2015

pasalnya masih banyak mahasiswa yang merokok sembarangan. Sehingga mahasiswa yang tidak merokok pun terkadang merasa terganggu, “Beberapa kali terganggu di saat-saat butuh konsentrasi, contohnya dalam kelas, tiba-tiba ada yang merokok kan terganggu juga,” kata Tarmizi Taher Nuhuyanan, mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2012 . Di samping itu, Tarmizi yang juga menjabat sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HMTS) UII menilai himbauan tersebut tidak dipatuhi mahasiswa karena tempat yang disediakan untuk perokok dirasa belum layak. Tempat merokok hanya tersedia di beberapa titik dan lokasinya kurang strategis,“Kawasan merokok itu hanya ada di pojok-pojok dan hanya di lantai dua dan lantai tiga, ya mana mungkin anak yang ada di lantai satu mau naik kesana cuma untuk merokok. Dan kebanyakan tempat merokok di samping wc, dan wc cewek pula, nah itu kan nggak enak.” Soal kawasan merokok itu, Suradi menjelaskan bahwa itu inisiatif dari pimpinan lama. Namun soal keoptimalannya, Suradi membenarkan kawasan merokok memang belum optimal karena masih dibuat seadanya. “Di sini kan baru sebatas kaya pengen langsung mengadakan tapi kan sebenernya kurang kondusif lah. Tempatnya aja masih kurang. Masih belum seperti yang diharapkan,” akunya. Senada dengan Tarmizi, Koordinator Satpam FTSP Sutarno juga menilai himbauan ini kurang efektif karena satpam yang bertugas untuk menegur mahasiswa yang merokok sembarangan merasa dianggap remeh oleh kebanyakan mahasiswa, “Tapi kan kalau cuma satpam istilahnya kan diremehkan mahasiswa,” ucap satpam bertubuh tambun ini. Soal kurang efektifnya teguran, Suradi berpendapat lain. Menurutnya, bukan hanya karena fasilitas yang belum lengkap, tetapi satpam sebagai penghimbau juga yang menyebabkan himbauan kurang berjalan. “Yah satpamnya sendiri kadang malah merokok. Di depan aja ngero-


LAPORAN KHUSUS LAPSUS

MENGUNGKAP SISI LAIN MEROKOK Oleh: Bowin Yulianti Reporter: Mia Erpinda, Iqbal Ramadhan, Helmy Badar. N Foto : Iqbal Ramadhan

LANDSCAPE

“Merokok itu bagian dari interaksi sosial, sehingga tidak ada sebenarnya merokok itu karena ingin mendapatkan manfaat." Arief Fahmie-Dekan FPSB

P 6 JAN 2015

erilaku merokok merupakan aktivitas seseorang yang merupakan respon orang terhadap rangsangan dari luar. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari *(Komalasari & Helmi, 2000). Munculnya perilaku merokok ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan

faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya). Di Indonesia, kebiasaan merokok itu muncul saat seseorang itu beranjak remaja. Menarik ungkapan Arief Fahmie selaku dosen Psikologi Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya (FPSB) bahwa rata-rata perokok di Indonesia merupakan remaja atau masa peralihan remaja dan jarang sekali dimulai ketika anak-anak. Hal ini bertolak belakang dengan yang dialami Agus Setiawan, mahasiswa Sipil angkatan 2010. Agus sendiri mulai

*Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja, Jurnal psikologi UGM, Yogyakarta; 2000

merokok sejak kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Faktor lingkungan sosial merupakan faktor menjadi penyebab seseorang merokok. “Lingkungan, permasalahan lingkungan. Sebenarnya sama, kepengen aja banyak melihat orang-orang disekitar rumah merokok,� tutur Agus. Mahasiswa berambut klimis ini mengatakan bahwa dari kecil ia dibesarkan di Temanggung yang merupakan daerah penghasil rokok. Sehingga, faktor lingkunganlah yang dapat menyebabkan ia merokok dari kecil sampai sekarang. Muhammad AD Zikri, mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2012 bercerita


Muhammad AD Zikri tersebut ingin memaksa setiap anggotanya menuruti apa yang menjadi identitas kelompok tersebut. "Rokokpun sudah menjadi identitas di FTSP bahkan dilingkungan teknik umumnya" ujar Arief. Selain karena faktor lingkungan yang terbiasa dengan lingkungan perokok, dapat dikatakan konsep diri dalam perokok belumlah kuat. Konsep diri merupakan sesuatu yang membutuhkan pengalaman dan pendidikan di rumah, sekolah dan masyarakat sebagai tempat seseorang tumbuh, sesuai penjelasan Arief. Namun, Arief menambahkan bahwa konsep diri itu bisa saja berubah sehingga menimbulkan seseorang yang awalnya tidak merokok menjadi merokok. “Konsep diri itu terbentuk tapi masih bisa direkreasi atau recreation, rekreasi bukan dalam artian piknik tapi diciptakan ulang. Menumbuhkan itu tentu dengan banyak

LAPSUS LANDSCAPE

hal salah satunya bahwa memahami efek positif kalo ada dan efek negatif,” Tutur Arief. Terkait menumbuhkan efek positif dan efek negatif itu, Arief Fahmie menambahkan bahwa seseorang yang memiliki konsep diri yang kuat akan memikirkan masa depannya. “Kemudian dengan memahami efek negatif itu mestinya dia mempertimbangkan masa depannya. Itu akan membuat konsep dirinya, mudahmudahan berubah. Maka dia sejak sekarang akan memperhatikan halhal yang berhubungan dengan kesehatan, kebersihan, kemudian juga gaya hidup yang baik, menghormati orang lain, dan seterusnya.” Seperti halnya yang dikatakan oleh Baim. “Pertama masalah ekonomi ya ngabisin uang, kedua masalah kesehatan kalau merokok banyak kesehatan terganggu, ketiga fatwa MUI rokok mendekati haram soalnya merusak tubuh, ketika kita merokok kita harus tahu diri menjaga etika dengan teman,” tutupnya. Oleh karenanya, seseorang yang saat ini tidak merokok, memiliki konsep diri yang kuat. “Itu konsep diri, artinya dia sudah punya values, punya rencana, katakanlah gambaran diri yang ideal, yaitu dia tidak ingin merokok maka apapun yang menjadi faktor eksternal, itu dia mampu menolaknya,” jelas Arief. Menurutnya, gambaran psikologis seseorang yang tidak merokok akan dirasa nyaman saja dan tidak terpengaruh oleh faktor eksternal apapun. Kondisi tersebut merupakan gambaran dinamika psikologis seseorang, dimana orang tersebut merasa nyaman dengan lingkungannya. Bagi pria yang memakai dasi biru dongker ketika diwawancarai ini, menyatakan bahwa yakinlah rokok tidak selalu identik dengan mahasiswa teknik. Senada dengan yang dikatakan AD Zikri, AD mengatakan bahwa anak teknik tidak di identikkan dengan merokok. "Kalo menurut aku enggak juga sih, enggak setuju kalo ngerokok itu keren buat anak teknik. Ngerokok ya karena enak, karena pengen," jelasnya.

7

kan identitas konvormitas, dimana faktor-faktor orang sekitar dapat mempengaruhi. “Jadi gampangannya adalah ikut-ikutan agar diterima oleh kelompoknya, nah ketika dia mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari suatu kelompok, maka otomatis konvormitas itu lebih kuat,” terang Arief Fahmie. Selanjutnya, pria yang menjabat sebagai Dekan FPSB ini menjelaskan apabila suatu kelompok tersebut sangat kuat maka akan melakukan Social Ring Porcement dimana para pemimpin kelompok

JAN 2015

alasannya kenapa ia bisa merokok. “Kalo aku sih nyoba-nyoba, ngikutin kakak kelas, terus karena keseringan ngumpul, yang lain pada ngerokok akhirnya nyoba ngerokok juga,” kata mahasiswa berkacamata ini. Senada dengan AD, Arief Fahmie berpendapat kebiasaan merokok ini juga muncul karena adanya interaksi antar sesama makhluk sosial. “Merokok itu bagian dari interaksi sosial, sehingga tidak ada sebenarnya merokok itu karena ingin mendapatkan manfaat.” Arief menambahkan bahwa seseorang yang awalnya coba-coba karena terpengaruh oleh tementemannya dapat dikatakan sebagai Identitas Konvormitas. Konvormitas merupakan tindakan yang dilakukan untuk menyesuaikan dengan perilaku kelompoknya. Ibrahim, mahasiswa Arsitektur 2012 berpendapat bahwa seseorang merokok dikarenakan pergaulan yang tidak sesuai. “Faktor lingkungan, entah pergaulannya yang salah, atau kecanduan diajak temen-temen. Kalau udah salah pergaulannya ya dia ikut tapi saya tidak mengatakan kalau merokok anak nakal ya. Mungkin dia anak baik-baik tapi muncul dari kebiasaan lingkungan,” jelas mahasiswa yang akrab disapa Baim ini. Selain ling- kungan umum, lingkungan kampus juga merupakan faktor penyebab seseorang merokok. Khususnya di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) ini. Seperti halnya dikatakan oleh AD bahwa pergaulan dari dalam kampus juga menjadi salah satu faktor, dimana jika sedang berkumpul pasti ada saja yang merokok. Salah satu cara untuk berbaur dengan sesama menurutnya dengan cara ikut merokok. Mengenai lingkungan di FTSP ini, AD menuturkan bahwa penyebab seseorang yang baru merokok selain sistem persaudaraan juga ditambah intensitas rapat sampai larut. “Mungkin banyak juga yang baru ngerokok pas kuliah. Karena ya lingkungan FTSP ya gini. Apalagi ditambah intensitas rapat yang sampai pagi,” imbuhnya. Kebiasaan ‘ikut-ikutan’ merupa-


GALERI

Koran di M

M

Foto dan Teks: Ba

embaca koran merupakan salah sa cara untuk mendapatkan informasi. jual pertahunnya mencapai 7 juta e media regional di indonesia. Namun beberapa internet lebih digemari karena memiliki akses cetak. Selain itu internet juga unggul dalam k ekonomis. Media digital ini menjadi sangat p untuk mendapatkan informasi langsung dari g inginkan informasi. Penelitian yang dilakukan 2013 menyatakan jumlah pembaca koran yan berkurang menjadi 15% saja. Walaupun peran geser, membaca koran tetap menjadi pilihan b rita terbaru di tengah kesibukan mereka. Berik daan koran di pasar minggu pagi atau kerap d


Minggu Pagi

aiq Raudhatul Jannah

atu kebiasaan masyarakat indonesia sebagai . Di Indonesia sendiri jumlah koran yang dieksemplar dari berbagai media nasional dan a tahun belakangan ini, media digital seperti informasi yang lebih luas dan baik dari media kecepatan informasinya dan tentu saja lebih populer karena hanya perlu koneksi internet gadget masing-masing indivudu yang mengn Serikat Perusahaan Pers (SPS) pada tahun ng mulanya 25% dari penduduk Indonesia kini nannya sebagai sumber informasi sedikit terbagi sebagian orang untuk mendapatkan bekut hasil jepretan awak solid tentang keberadisebut Sunday Morning (Sunmor).


OPINI OPINI

Hak dan Rokok Oleh: Luthfiana Rahmasari

LANDSCAPE

M

10 JAN 2015

enurut UU No. 39 tahun 1999 pasal 9 ayat 3, setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Namun hal ini tidak tercermin di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaa (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII). Pasalnya masih banyak mahasiswa atau warga FTSP merokok secara sembarangan tanpa mengindahkan hak manusia lain. Bagi mereka yang tidak merokok dengan alasan menjaga kesehatan pun sia-sia, dikarenakan menjadi perokok pasif. Seperti yang dikatakan dr. Titik Kuntari bahwa notabene perokok pasif resiko terganggu kesehatannya lebih besar dari perokok aktif. Hak Asasi Manusia (HAM) tidaklah bersifat mutlak. Setiap hak asasi manusia akan dibatasi oleh hak asasi manusia yang lain. Namun, hal ini tidak dapat dianalogikan ke dalam masalah rokok. Merokok adalah hak dan bukan merupakan HAM, sedangkan bernapas dan mendapat lingkungan hidup yang sehat adalah HAM. HAM merupakan hak-hak yang sudah diatur oleh konstitusi dan peraturan. Dimana jika HAM dilanggar, maka korban bisa mengklaim pemenuhannya pada negara atau institusi. Sedangkan hak hanyalah hak yang melekat pada individu atau kelompok masyarakat yang tidak diatur di dalam peraturan perundang-undangan maupun konstitusi dan tidak bisa diklaim pemenuhannya. Jika ditilik dari perbedaan tersebut, untuk masalah rokok seharusnya yang diutamakan adalah mereka yang mempunyai hak asasi manusia yakni hak atas udara segar dan lingkungan yang sehat.

Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Indonesia (UII) misalnya, telah meregulasikan larangan merokok di kawasan kampus. Peraturan ini diatur dalam Peraturan Dekan FH UII No. 01 Tahun 2013 mengenai kawasan bebas merokok di lingkungan kampus FH UII. Tujuan dari peraturan ini adalah diantaranya menurunkan angka kesakitan dan/ atau angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat kampus untuk hidup sehat, mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap rokok, dan lain sebagainya seperti yang tercantum pada pasal II peraturan Dekan FH UII tersebut. Ini semua tentunya untuk melindungi hak asasi manusia yang dimiliki oleh mereka yang bukan perokok agar mendapat lingkungan hidup yang sehat. Dari pernyataan sebelumnya terkait hak dan HAM, maka mereka mengatur perokok, bukan melarang. Didasarkan atas pernyataan sebe-

lumnya terhadap lingkungan hidup yang baik dan sehat, maka diatur juga UU Kesehatan No. 36 tahun 2009. Dalam pasal 115 ayat 1, disebutkan bahwa kawasan bebas asap rokok adalah fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan. Dari pasal tersebut, kampus yang merupakan salah satu tempat proses belajar mengajar juga termasuk dalam kawasan bebas merokok. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 109 Tahun 2012 pasal 50 ayat 4 juga menyatakan jika pimpinan atau penanggung jawab tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Sedangkan untuk mengatasi hak perokok, maka diatur juga dalam PP No. 109 Tahun 2012 pasal 51 yang mengatur bahwa Kawasan Tanpa Rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dan pasal 51 ayat 2 yang menjelaskan terkait tempat khusus merokok. Dari uraian peraturan di atas, dimana kewajiban petinggi FTSP adalah melindungi hak asasi mereka yang bukan perokok. Kebiasaan merokok sembarangan juga akan hilang jika regulasi bersama sanksi dan teguran disahkan ditegakkan dengan benar. Namun, mengingat hak merokok tidak dapat dilarang maka diharapkan FTSP juga menyediakan tempat khusus merokok yang sesuai kriteria peraturan di atas. Dengan demikian hak-hak setiap warga FTSP dapat terpenuhi secara beriringan.


LANDSCAPE

BBM Mahal? Kini Serbuk Gergaji Bisa Jadi Bensin

Ilustrasi: M. Irfan Ardiansyah

IPTEK

IPTEK

Chemistry and Catalysis, cara konversi ini adalah metode bio-penyulingan yang baru. Timnya sendiri tengah menantikan hak paten atas penelitian ini. Dr. Bert menjelaskan, dengan suhu dan tekanan yang tepat, hanya diperlukan waktu setengah hari untuk mengubah selulosa menjadi rantai hidrokarbon jenuh atau alkana. Hasilnya adalah produk intermediet (setengah jadi) yang membutuhkan sebuah proses sederhana sebagai proses terakhirnya. Hasil akhirnya bisa disebut sebagai ‘bahan aditif hijau’ yang bisa dimanfaatkan untuk mobil, selama mobilnya masih menggunakan bensin cair. Namun ternyata pada aplikasinya ‘hidrokarbon hijau’ ini bisa juga dimanfaatkan untuk produksi etilena, propilena dan benzene, blok bangunan untuk plastik, karet, busa isolasi, nilon, pelapis dan sebagainya. Karena itulah Dr. Bert beranggapan bahwa selulosa memiliki banyak potensi. Apalagi, selulosa sangat mudah ditemukan. Metode yang digunakan oleh tim dari University of Massachusetts sedikit berbeda. Para peneliti di UMass mengidentifikasi kondisi−kondisi reaksi yang diperlukan untuk mengontrol pirolisis dari serbuk selulosa dan

karbohidrat berbasis biomasa lainnya yang dicampur dengan serbuk halus katalis zeolit. Selulosa pertama-tama akan terdekomposisi menjadi bahan organik volatil teroksigenasi yang secara selanjutnya memasuki pori-pori zeolit dan secara selektif mengalami serangkaian reaksi dekabonilasi, dehirasi, oligomerisasi dan reaksi lainnya. Huber mengatakan, proses mereka memakan waktu kurang dari 2 menit pada suhu 600°C didalam reaktor yang didesain khusus yang dapat menghailkan senyawa-senyawa aromatis berupa naphthalena, ethylbenzene, toluena, dan benzena; produk samping termasuk arang, H2O, CO, dan CO2. Namun proses ini masih memiliki beberapa kekurangan saat ini. Sebagai contoh, para peneliti masih memakai selulosa murni sebagai bahan awal pirolisis. Tambahan lain, regulasi di US menetapkan jika campuran bensin harus mengandung senyawa aromatis lebih kecil dari 25% termasuk kurang dari 1% untuk bensin. Lebih lanjut lagi, Dr. Bert merasa ‘hidrokarbon hijau’ ini bisa dijadikan alternatif untuk mengatasi kesulitan dalam menyaring rantai hidrokarbon. • Science Daily, cen.acs.org

JAN 2015

B

aru-baru ini peneliti dari KU Leuven’s Centre for Surface Chemistry and Catalysis telah berhasil mengubah serbuk gergaji dari bahan bangunan menjadi bensin. Hal ini dimungkinkan karena serbuk gergaji mengandung selulosa. Selulosa adalah substansi utama dalam tanaman dan terdapat di bagian kayu yang tidak dapat dimakan, jerami, rumput, kapas, dan kertas tua. Selulosa inilah yang memungkinkan serbuk gergaji untuk dikonversi menjadi rantai hidrokarbon. Hidrokarbon ini dapat menjadi zat aditif untuk bensin atau sebagai komponen dalam plastik. Peneliti lainnya, George W. Huber dari University of Massachusetts melaporkan soal proses pirolisis katalitik selektif. Pirolisis adalah sebuah metode baku yang melibatkan pemanasan material padat organik, termasuk limbah pertanian dan industri pada suhu tinggi dan kedap oksigen. Proses ini akan mendekomposisi material tersebut menjadi campuran hidrokarbon cair. Proses ini, untuk pertama kalinya, mampu mengubah secara langsung selulosa ke dalam senyawa yang untuk membuat bensin. Menurut Dr. Bert Lagrain Sels dari tim KU Leuven’s Centre for Surface

11

Oleh: Sofiati Mukrimah


MATARAMAN MATARAMAN LANDSCAPE

Syiar Islam Melalui

Sekaten Oleh:Nurul Fajri

S

Gapura tempat diadakannya acara Sekaten

12 JAN 2015

ekaten merupakan suatu kegiatan seni dan budaya sebagai peringatan kelahiran Nabi Muhammad dalam bentuk upacara adat yang digelar oleh Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Upacara adat ini berupa Miyos Gongso, Kondur Gongso, Grebeg Maulud. Kegiatan sekaten ini adalah peringatan sekaligus syiar agama Islam karena kegiatannya bertujuan untuk syiar. Sepeti halnya khutbah, gamelan yang dimainkan dengan lagu-lagu religi, serta kesenian yang diadakan di panggung rakyat. Menyimak sejarahnya, sekaten ini berasal dari kata syahadatain atau dua kalimat syahadat yang artinya Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammmad utusan Allah. Kegiatan ini rutin diadakan setiap tanggal 5 bulan Jawa Mulud (Rabiul awal tahun Hijriah). Awalnya, sekaten dimulai pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16) dan merupakan sebentuk upaya dakwah yang dilakukan para wali melalui pendekatan seni-budaya. Pada masa-masa permulaan perkembangan agama Islam di Jawa, salah seorang dari Wali Songo, yaitu Sunan Kalijaga, mempergunakan instrumen musik Jawa Gamelan, se-

Nurul Fajri

bagai sarana untuk memikat masyarakat luas agar datang untuk menikmati pergelaran karawitannya. Untuk tujuan itu dipergunakan 2 perangkat gamelan, yang memiliki laras swara yang merdu yaitu Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Sekaten hanya berlangsung selama tujuh hari. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini dikemas menjadi kegiatan yang mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan diadakannya Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) sekaligus menjadi pesta rakyat. Sekaten dimulai dengan miyos gongso, di mana gamelan menjadi unsur penting dalam upacara ini. Gamelan Sekaten terdiri dari dua perangkat, yakni gamelan Kyai Nogowilogo dan gamelan Kyai Guntur Madu. Diawali dengan iring-iringan yang bermula dari pendopo Ponconiti menuju masjid Agung di alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton pada sore hari. Alun-alun utara dinilai sebagai tempat untuk menyambut masyarakat dan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat dari manapun yang datang ke Yogyakarta. Gamelan Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari masjid Agung, sementara Gamelan Kyai Gunturmadu akan berada di Pagong-

an sebelah selatan masjid. Gamelan ini akan dimainkan secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud selama tujuh hari berturut-turut. Kecuali pada malam Jumat hingga selesai shalat Jumat siangnya. Pada malam hari terakhir, yaitu tanggal 11 Maulud (Rabiulawal), mulai pukul 20.00 WIB, Sri Sultan datang ke Masjid Agung untuk menghadiri upacara Maulud Nabi Muhammad SAW yang berupa pembacaan naskah riwayat maulud Nabi yang dibacakan oleh Kyai Pengulu. Setelah semua selesai kedua gamelan ini akan dibawa pulang ke dalam Kraton tepat pada pukul 24.00 WIB, acara ini dinamakan kondur gongso. Setelah itu, pada 12 Rabiul Awal (Mulud) bertepatan dengan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, digelar prosesi Gerebeg Gunungan atau Gerebeg Mulud sebagai puncak Sekaten di keraton. Pada pagi hari dengan dikawal oleh 10 macam Bregodo atau Kompi (prajurit Kraton) : Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan Bugis, sebuah gunungan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju masjid Agung.


PMPS dimulai sejak tanggal 28 November sampai 3 Januari 2015. Di dalamnya banyak pedagang mulai dari makanan hingga kebutuhan seharihari. Ada juga hiburan seperti korakora dan ontang-anting, stand-stand Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kecamatan, hingga stand tiap kabupaten yang ada di Yogyakarta, serta panggung daerah yang menampilkan tarian, ketoprak, jathilan, dan lain-lain. Tim Pengembangan Objek Daya Tarik Pariwisata di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Yogyakarta, Sigit Istiarto, menerangkan bahwa kegiatan ini adalah media untuk syiar agama Islam seperti khutbah, gamelan yang dimainkan dengan lagu-lagu religi.

“Tujuh hari dirasa kurang cukup bagi sultan untuk mendatangkan orang sebanyak-banyaknya. Pasar malam ini diadakan untuk menjadi daya tarik masyarakat. Selain itu nasi gurih dan telor merah juga menjadi daya tarik sendiri dalam perayaan sekaten ini.�. Acara ini digelar berkerja sama dengan banyak pihak di antaranya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga Kementrian Agama. Pasar malam ini juga tidak dipungut biaya sepeser pun kecuali jika ingin menikmati permainan dan menjajakan penganan yang ada. Untuk panggung hiburan sendiri dipertunjukan secara gratis.

LANDSCAPE

Setelah dido’akan, Gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari Gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Gunungan sendiri merupakan istilah untuk aneka penganan yang disusun menyerupai gunung, yang melambangkan kesuburan dan kersejahteraan. Aneka penganan dalam gunungan berupa hasil bumi, seperti beras ketan, buah-buahan, sayumayur, kue-kue, dan lain sebagainya. Selain menjadi peringatan Sekaten juga menjadi pesta rakyat yang sangat meriah. PMPS berlangsung lebih lama dari kegiatan sekaten yang sebenarnya. Pada tahun 2014 ini

Sumber:blog.ugm.ac.id/2010/11/15/ upacara-sekaten-di-keraton-yogyakarta/

KARIKATUR

Bidang seorang sarjana adalah berpikir dan mencipta yang baru. Mereka harus bisa bebas dari arus masyarakat yang kacau, tapi mereka tidak bisa lepas dari fungsi sosialnya, yakni bertindak jika keadaan mulai mendesak. Kaum intelektual yang diam disaat keadaan mulai mendesak, telah melunturkan semua kemanusiaannya.

-Soe Hok Gie-

JAN 2015

LPM SOLID Menerima Hak Jawab Atas Segala Tulisan yang Dimuat dalam Buletin Kami

13

Ilustrasi: Iqbal Ramadhan


RESENSI BUKU

Peranakan dan Nasionalisme

RESENSI

Oleh: Helmy Badar N

LANDSCAPE

Judul: Biografi A.R Baswedan “Membangun Bangsa merajut Keindonesiaan� Penulis : Didi Kwartanada Penerbit :PT Kompas Media Nusantara Tebal : 308 halaman

D

14 JAN 2015

ewasa ini makin banyak pemuda yang berkoar-koar atas nama nasionalisme. Saat ini banyak pemuda yang masih belum paham tentang makna nasionalisme. Nasionalisme selalu identik dengan masyarakat asli ataupun penduduk pribumi yang membela bangsanya sendiri. Nasionalisme bisa diartikan sebagai bentuk dari masyarakat yang memang anti penjajahan atau penindasan pada masa lampau. Perlu adanya kajian kembali terkait makna nasionalisme. Nasionalisme hanya dipahami oleh kalangan yang memang mereasa memiliki “wajah� Indonesia. Makna pluralisme hanya sebatas agama saja, pluralisme terkait sikap nasionalisme juga perlu ditanamkan pada pemuda Indonesia saat ini yang lambat laun mulai terkikis akibat globalisasi zaman. Membangun Bangsa Merajut Keindonesiaan adalah buku yang menceritakan kisah hidup Abdur Rahman Awad Baswedan yang merupakan peranakan bangsa Arab. Lahir di Ampel, Surabaya 106 tahun silam. A.R Baswedan hidup dalam masa penjajahan Belanda dimana pada saat itu sedang membendung semangat nasionalisme yang tumbuh akibat berdirinya organisasi Budi Oetomo pada tahun 1908. Bangsa Indonesia saat itu banyak didatangi oleh bangsabangsa asing seperti Tiongkok, India dan Arab di hampir seluruh negeri. Setelah sekian lama tinggal di Indonesia bangsa-bangsa tersebut merasakan derita yang dialami Indonesia yang telah dijajah oleh bangsa Belanda. Kemudian mereka mempunyai semangat untuk berjuang me-

lawan penjajahan Belanda. Melihat keadaan tersebut Belanda merasa takut akan bangsa-bangsa asing yang membantu perjuangan bangsa Indonesia. Akhirnya belanda menjalankan Politik devide et empera Belanda dengan membagi masing-masing bangsa berdasarkan kelasnya 1. Golongan Eropa: adalah orang eropa beserta kaum Indo ditambah bangsa non eropa yang dianggap sejajar, 2. Golongan Timur Asing yang terdiri atas orang Tionghoa, Arab, dan yang terakhir adalah golongan Bumiputera/ pribumi (Inlander). Sejak dijalankan politik devide et empera, bangsa-bangsa ini hidup dalam eksklusifitasnya masing-masing, seolah mereka bukan bagian dari tanah yang mereka pijak, tanah ibu pertiwi. Melihat kondisi seperti ini A.R Baswedan mecoba melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan tersebut. Anggapan yang diyakini adalah tanah nenek moyang sana bukan tanah air yang mereka tinggali saat ini yang telah memberikan mereka penghidupan. 1 Agustus 1934 terbentuklah Persatuan Arab Indonesia (PAI) yang didirikan oleh A.R. Baswedan. PAI adalah wadah untuk peranakan- peranakan Arab untuk bersatu melawan penjajahan Belanda dan medukung kemerdekaan Indonesia. Berdirinya PAI ini merupakan tonggak awal persatuan golongan Ar Rabitah dan Al Irsyad. Pada tanggal 4 oktober 1934 terjadi peristiwa yang menggemparkan pada saat itu. A.R Baswedan memimpin peranakan Arab untuk melakukan kongres sumpah pemuda Arab. Setelah mendirikan PAI, A.R. Baswedan dipilih untuk mengikuti sidang

BPUPKI dan termasuk ke dalam salah satu bapak bangsa dari peranakan Arab. Kelebihan dari buku ini adalah menceritakan awal mula hidup A.R Baswedan tanpa membuat pembaca bosan. Ditambah buku ini juga menceritakan awal-pula bangsa Arab dan kaum-kaum asing masuk ini ke Indonesia yang tidak diceritakan dalam buku sejarah-sejarah lain yang beredar. Sayangnya buku ini tidak dapat membawa pembaca terjun ke dalam kehidupan Baswedan. Dalam buku ini seolah A. R tidak bercerita sendiri kepada kita. Dari segi bahasa pun terkesan berbelit-belit karena menggunakan kata ganti orang ketiga. Dalam buku ini penulis juga mengajak kita untuk membandingkan kehidupan perpolitikan Indonesia saat ini yang masih membandingkan kelompok, golongan, suku ataupuin agama. Sudah saatnya kita di zaman globalisasi ini terlepas dari belenggu golongan, suku ataupun agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sikap nasionalisme atau cinta tanah air tidak timbul dari muka, suku, kulit atau RAS akan tetapi sebagaimana ia memahami bangsanya sendiri. Sastrawan Indonesia Pramoedya Ananta Toer penah mengatakan bahwa kita bisa menjadi benar-benar asing bagi terhadap bangsa sendiri ketika kita tidak mau tahu dan kenal terhadap kebudayaan bangsa kita sendiri.


POLING

Menyoal Rokok di FTSP

POLLING

LANDSCAPE

Info grafis: Arifin Agus S

15

Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, Pasal 9 ayat 3 UU 36 tentang HAM. Merujuk pada undang-undang tersebut, untuk menciptakan lingkungan yang baik dan sehat di kampus, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) akan membuat regulasi yang jelas untuk mahasiswa maupun dosen yang merokok. Salah satunya ialah perihal kawasan area khusus untuk perokok. Seperti yang tertera dalam pasal 115 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan terdapat ketentuan yang menegaskan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, dan tempat lainnya menyediakan tempat khusus untuk merokok. FTSP baru-baru ini sudah menyediakan area merokok sebagai fasilitas mahasiswa dan dosen yang merokok. Tim bidang penelitian SOLID dalam hal ini mengadakan penelitian untuk mengetahui pandangan mahasiswa FTSP terhadap rokok di lingkungan FSTP. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif melalui 100 kuisioner yang dibagikan kepada mahasiswa FTSP secara acak (accidential sample).

JAN 2015

Oleh: Mia Erpinda



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.