Gerakan Sosial di Media Sosial Sebagai Bentuk Partisipasi Publik Alternatif Oleh: Aldo Fernando Ketua Umum LPPMD UNPAD Periode 2015-2016 and
Pendahuluan Di
dalam
demokratis
suatu
partisipasi
negara publik
participation)
penting
dikembangkan
terus-menerus,
partisipasi
publik
dijaga
merupakan
yang (public dan karena fondasi
demokrasi partisipatoris (Aykroyd, 2012).
atas
berjalannya
sistem
pemerintahan negara. Di dalam partisipasi publik kita dapat menemukan dimensi keterlibatan komunitas (community engagement) (Jones L. and Wells K., 2007). Keterlibatan komunitas tersebut dalam tulisan ini akan dijelaskan dalam terang gerakan sosial di media sosial.
Hal ini berkaitan dengan kedudukan rakyat (demos) sebagai kedaulatan tertinggi yang
balance)
Kemajuan komunikasi
teknologi
yang
informasi
semakin
dan
meningkat,
menjadi fondasi, tujuan dan pengontrol
terutama di akhir abad ke-20 dan di awal abad
demokrasi itu sendiri. Partisipasi publik
ke-21 ini, memunculkan kenyataan baru:
sebagai
internet
proses—keterlibatan
masyarakat
dan
media
sosial.
Internet
warga (civil society) dalam pengambilan
mempermudah
keputusan publik—yang hadir dalam gerak
informasi saat ini (namun, internet juga dapat
demokratisasi merupakan salah satu hak
menyebabkan
warga negara (right to public participation).
Ditambah lagi, kemunculan media sosial yang
Dalam hal ini masyarakat warga berperan
semakin beranekaragam (Line, Instagram,
sebagai aktor komunikasi dalam ruang
Path,
publik (public sphere) (Hardiman, dalam
menghapus
Hardiman [ed.], 2010: 9). Keterlibatan
tradisional.1 Kita bisa berkomunikasi dengan
masyarakat warga dalam bentuk partisipasi
legitimasi kebijakan yang akan ditetapkan pemerintah. Selain itu, partisipasi publik dapat menjadi tindakan pengawasan (check
pendangkalan
Facebook,
Twitter,
batas-batas
manusia
atas
pemahaman).
BBM)
seolah
spasio-temporal
Ju lah pe ggu a i ter et di I do esia sepa ja g tahun 2014 naik sebesar enam persen dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut data yang dirilis oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), jumlah pengguna internet pada tahun 2014 sebesar 88,1 juta. Angka tersebut naik dari 71,2 juta di tahu sebelu ya. Lih. Nistanto, Reska K. 2015. Pengguna Internet indonesia Tembus 88 Juta [Online], tersedia di http://tekno.kompas.com/read/2015/03/26/140535
1
publik, salah satunya, dapat meningkatkan
jangkauan
orang lain di tempat yang jauh dari kita. Inilah
Occupy Wall Street adalah contoh kecil dari
yang
dunia
maya
gerakan yang berawal dari “pemakaian
kita
dapat
media sosial dalam momen-momen episodik
berkomunikasi satu sama lain di dalam ruang
perubahan politik� (Hamid, dalam Yatmaka,
yang tidak ada dalam peta geografis—kita
dkk., 2016: LVI). Ditambah lagi, dengan
hadir di dalam ruang yang lain (the other
kejadian Sopir Taksi Terlibat Tawuran
spaces), meminjam istilah milik Michel
dengan Gojek di Sudirman baru-baru ini
sering
kita
(cyberspace2).
sebut
Saat
ini,
Foucault dalam sebuah essainya. Kehadiran membongkar
dunia
sekaligus
yang memancing para pengguna media
maya
telah
memperluas
pola
komunikasi publik konvensional secara global. Dunia maya saat ini berfungsi perluasan ruang publik, yang tentunya berbeda dengan ruang publik yang riil, tempat masyarakat warga berkomunikasi satu sama lain dan terlibat dalam proses sosial-politik secara umum, atau proses pengambilan keputusan publik secara
sosial (yang di dalamnya termasuk pula para kaum intelektual, agamawan, pejabat, orang awam)
untuk
mengkritik sampai
berkomentar,
peristiwa
ada
penulis
mengutuk,
tersebut. yang
Bahkan,
mengaitkan
kejadian tragis tersebut dengan kehadiran logika pasar (neoliberalisme), yang menjadi dasar (substrat) atas terjadinya peristiwa
khusus (Hardiman, dalam Hardiman [ed.],
tersebut:
bahwa
2010: 18).
mengorbankan
pemilik
buruh
modal
demi
profit
Dewasa ini, fenomena dan kejadian
perusahaan, misalnya. Dan juga, peristiwa
sosial-politik dapat dengan mudah dan cepat
pembubaran acara Belok Kiri Fest di Taman
dikomentari, disebarkan, dikritisi, dan pada
Ismail Marzuki (TIM) beberapa waktu lalu
akhirnya akan terjadi gerakan sosial dalam
sempat mengundang protes dan dukungan
bentuk
para
aktivisme
dunia
maya
pengguna
media
potensi
dan
sosial.
Ini
(clickactivism). Hal inilah yang sering
menunjukkan
manifestasi
mewarnai kehidupan sehari-hari kita akhir
tindakan kritis di media sosial. Di bawah ini
ini. Kejadian revolusi Arab Spring dan
kita akan mencoba memahami lebih jauh gerakan sosial di media sosial dalam proses
97/Pengguna.Internet.Indonesia.Tembus.88.Juta (diakses pada 26/03/2016 pukul 13:43 WIB) 2 Menurut Karlina Supelli (dalam Hardiman [ed.], 2010: 337. Lihat catatan kaki no. 8), terma cyberspace merupakan gabungan dari cybernetics + space. Istilah ini dipopulerkan oleh William Ginson dalam novel berjudul Neuromancer (1984).
partisipasi publik, terutama di Indonesia.
Partisipasi Publik
Ruang Publik Maya dan Gerakan Sosial
Partisipasi
publik
(public
participation) merupakan sebuah proses
dalam Media Sosial sebagai Sebuah Partisipasi Publik Alternatif
keterlibatan masyarakat warga (masyarakat sipil,
civil
society)
dalam
pembuatan
Partisipasi publik mengandaikan pula adanya ruang publik (public sphere) dimana
kebijakan publik. Partisipasi ini merupakan
di
sejenis
emansipatif antarelemen masyarakat warga
tindakan
aktif
individu
atau
dalamnya
aktivitas
komunikasi-
sekelompok individu dalam kapasitasnya
dan
sebagai
usaha
Menurut Hardiman (dalam Hardiman [ed.],
memengaruhi proses pembuatan keputusan
2010: 10-11), konsep ruang publik (modern)
publik sehingga keputusan tersebut dapat
merujuk kepada dua arti. Pertama, ruang
bermanfaat bagi seluruh rakyat. Dalam hal
publik
ini, partisipasi
dikatakan
sebagai ruang (riil) yang dapat diakses oleh
sebagai model komunikasi dan pemecahan
semua orang. Dalam arti yang pertama ini,
masalah dwiarah dengan maksud untuk
ruang
mencapai hasil putusan yang lebih baik,
kewarganegaraan dan keadaban publik,
legitim, dan dapat diterima (IAP2, 2007;
berbatasan dengan ruang privat, sebagai
Aykroyd, 2012).
locus intimitas (keluarga dan rumah).
warga
Konsep mengandaikan
negara
dalam
publik dapat
partisipasi adanya
pejabat
pemerintahan
memiliki
arti
publik,
berlangsung.
deskriptif,
yakni
sebagai
locus
publik
Kedua, dalam arti normatif, ruang
keterbukaan
publik—dapat juga disebut sebagai “ruang
pemerintahan (Philiphus M. Hardjon, 1997,
publik
sebagaimana dikutip oleh Griadhi dan Anak
komunikasi para warganegara untuk ikut
Agung Sri Utari, 2008: 2). Dengan adanya
mengawasi jalannya pemerintahan”. Ruang
keterbukaan
masyarakat
publik (politis) ini menjadi tempat-inti bagi
warga dapat ikut terlibat dalam pengusulan
gerakan-gerakan para anggota masyarakat
dan proses pembuatan keputusan publik
warga (yang merupakan aktor gerakan)
bersama dengan stakeholder atau pejabat
dalam hal partisipasi politik di dalam negara
pemerintahan terkait.
hukum demokratis.
pemerintahan,
politis”—adalah
“suatu
ruang
Sebelum adanya internet dan diikuti oleh
menjamurnya
kehidupan
sehari-hari
media
sosial
(everyday
di life),
berabad-abad lampau ruang publik hanya
di dalam kenyataan maya (virtual reality)3
dikaitkan dengan bentuk komunikasi riil di
(Supelli, dalam Hardiman [ed.], 2010: 337).
tempat fisik saja (polis, café, auditorium,
Di
dalam
media
sosial
kita
dst). Saat ini, ruang publik diperluas ke
bercengkrama, berdiskusi, dan berbagi kata,
dunia maya (cyber space), yang melampaui
berbagai informasi dengan orang lain. Di
spasio-temporal konvensional (jarak dan
samping itu, media sosial menyimpan
waktu serta batas-batas negara), yang dapat
potensi untuk menjadi alat kontrol atas
kita sebut ruang publik maya (Hardiman,
pemerintahan. Lewat diskusi dan arus
dalam Hardiman [ed.], 2010: 18). Di dalam
informasi yang melimpah di antara para
ruang
(cyberspace)—atau
penggunanya, media sosial dewasa ini
“kerangkeng tak berhingga” kata Gibson—
menjadi ruang publik maya yang mampu
itulah warga melangsungkan komunikasi
berperan
secara elektronik (Supelli, dalam Hardiman
solidaritas dan gerakan sosial, mulai dari
[ed.], 2010: 337).
gerakan
maya
penting
mencintai
dalam
membangun
lingkungan,
peduli
Di dalam ruang maya (dunia maya),
bencana alam, sampai gerakan mengawasi
ruang eletronik yang memungkinkan kita
jalannya pemerintahan (demokrasi) (Supelli,
menghadirkan dunia aktual sekaligus dunia
dalam Hardiman [ed.], 2010: 344). Contoh
yang kita kehendaki, hadirlah apa yang kita
di
sebut dewasa ini media sosial (social
kriminalisasi pimpinan KPK beberapa waktu
media). Ketika sedang berada di suatu café
lalu, para pengguna media sosial langsung
bersama teman atau kekasih, misalnya, kita
(Twitter dan Facebook) bergerak menggugat
seringkali langsung meng-update status di
kriminalisasi tersebut. Selain itu, pilpres
Path. Atau ketika sedang berlibur di Bali,
2014 lalu menjadi saksi meningkatnya
kita berfoto-ria dan mengunggah foto kita di
aktivisme
Instagram. Path dan Instragram adalah dua
menyemarakkan gerak sekaligus konflik
contoh media sosial yang digemari di
yang mewarnai di dalamnya.
Indonesia, selain Line, Facebook, Twitter dan BBM. Kita tenggelam dalam keseharian
Indonesia,
Belum
misal,
dunia
lagi,
maya
ketika
dalam
ketidakadilan
terjadi
upaya
dalam
bentuk konflik lahan, tambang dan pabrik 3
Tentu saja, menurut Karlina Supelli, istilah kenyataan maya ini aneh dan hampir-hampir contradictio in terminis, namun menarik apabila kita mengkaitkannya dengan gagasan Baudrillard perihal simulakra.
semen antara rakyat jelata dan pemilik
Clark, ibid.) mendefinisikan gerakan sosial
modal di Rembang dan Kendeng, mendapat
sebagai usaha kolektif dalam membangun
tentangan
tatanan kehidupan baru yang dianggap lebih
dan
dukungan
lewat
petisi
Change.org dan Facebook. Contoh lain,
baik. Paska Perang Dunia Kedua, gerakan
dukungan para pengguna Facebook terhadap Prita Mulyasari ata kasusnya beberapa tahun
sosial
lalu dan #SaveJkt movement di Twitter ala
masyarakat barat. Dalam hal ini, tidak hanya
Faisal-Biem menjadi bentuk keterlibatan
melulu soal perjuangan hak dan kelas,
masyarakat warga dalam dunia maya atas
seperti
kenyataan sosial-politik di Indonesia. Yang
melainkan
juga
terbaru adalah sikap simpatik publik di
mencakup
gerakan
media sosial atas kekerasan seksual YY
lingkungan, gerakan feminisme, gerakan
akhir-akhir
dipungkiri,
LGBT, dlsb. Inilah yang disebut para ahli
penggunaan media sosial telah mengubah
dengan gerakan sosial baru ( Clark, 2012:
wajah perpolitikan Indonesia, yang di
12).
dalamnya
ini.
para
Tak
warga
bisa
negara
semakin
dalam
Gerakan
mampu
banyak
terjadi
gerakan
sosial
gerakan
baru
klasik,
sosial
anti-nuklir,
sosial
dalam
yang
gerakan
ini
juga
menyuarakan pendapat dalam hal urusan
mengambil tempat dalam aktivitas di ruang
politik (Nugroho and Sofie Shinta Syarief,
publik maya, yakni di dalam dunia maya.
2012: 10).
Kita dapat menyebutnya dengan istilah
Gerakan sosial (social movements)
aktivisme klik (clickactivism). Aktivisme
saat ini tidak hanya berlangsung di ruang
klik ini, meminjam salah satu judul berita
fisik, melainkan juga di ruang maya. Hal ini
The
mampu menciptakan kemungkinan jenis
minimum
baru partisipasi publik (Clark, 2012: 4).
(walaupun, perlu dikritisi lebih lanjut).
Secara historis, kita sudah sering disuguhi
Contoh-contohnya sudah penulis sebutkan di
data perihal terjadinya gerakan sosial di
atas.
dunia. Revolusi Prancis, yang terjadi di akhir abad ke-18, merupakan salah satu bentuk terbaik gerakan sosial dalam sejarah (Clark, 2012: 12). Herbert Blumer di akhir 1930an (1939, p. 199, seperti dikutip oleh
Jakarta
Post,
yang
merupakan
membuat
usaha
perbedaan
Penutup
warga menggunakan media sosial tersebut
Ada beberapa hal yang menarik untuk
secara politis dan strategis untuk menunjang
disoroti terkait dengan bentuk partisipasi
aktivisme atau partisipasi publik mereka.
publik dalam gerakan sosial di media sosial.
Ketiga, kita perlu melihat titik analisis pada
Pertama, media sosial memang memiliki
faktor manusia yang bermain sebagai peran
potensi besar dalam memberdayakan ruang
kunci
publik (maya), yang di dalamnya banyak
komunikasi media sosial. Karena, naiflah
elemen
berkumpul,
kita apabila kita hanya berhenti menganalisis
beradu pendapat, membangun diskusi dan
aspek teknis dari internet dan media sosial
bersikap kritis akan tatanan dan keadaan
sebagai
politik-pemerintahan yang ada, khususnya di
masyarakat (Nugroho and Sofie Shinta
Indonesia.
sejauh
Syarief, 2012: 95). Singkatnya, gerakan
penggunanya tidak terjebak dalam sejenis
sosial di media sosial harus selalu terpaut
pemberdayaan
melihat
dengan tindakan dan konfrontasi di dalam
kenyataan di luar dunia maya (Supelli,
realitas nyata yang dinamis, agar partisipasi
dalam Hardiman [ed.], 2010: 344).
publik masyarakat warga dapat menemukan
masyarakat
Namun,
warga
hal
ini
semu—tidak
dalam
teknologi
perantara
atas
informasi
gerakan
dan
sosial
Kedua, yang menjadi poin penting
titik tusuknya dengan tepat. Tujuannya tidak
dalam aktivisme masyarakat warga (civil
lain adalah demi kehidupan bernegara yang
society) bukanlah internet atau media sosial
lebih baik (well-being).
per se, melainkan bagaimana masyarakat
Daftar Pustaka Clark, Eric. 2012. Social Movement & Social Media: A Qualitative Study of Occupy Wall Street. Huddinge: Södertörn University. Creighton & Creighton, Inc. 2008. What is Public Participation? [On-line], Available: http://www.creightonandcreighton.com (diakses pada 26/03/2016 pukul 17: 46 WIB) Griadhi, Ni Made Ari Yuliartini dan Anak Agung Sri Utari. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Daerah. J. Kertha Patrika, Vol. 33, No. 1: 1-5. Hamid, Usman, “Kiri 2.0 Mungkinkah?”, dalam Yatmaka, Yayak, dkk., Sejarah Gerakan Kiri Indonesia untuk Pemula, 2016, hlm. LVI-LIX. Hardiman, F. Budi, “Pendahuluan”, dalam Hardiman, F. Budi [ed.], Ruang Publik, Yogyakarta: Kanisius, 2010, hlm. 1-19. International Association for Public Participation. 2007. IAP2 Core Values. [On-line], Available: http://www.iap2.org/ (diakses pada 26/03/2016 pukul 17: 34 WIB) Jones L. and Wells K. 2007. Strategies for academic and clinician engagement in communityparticipatory partnered research. JAMA; 297: 407–410. p. 408. Nugroho and Sofie Shinta Syarief. 2012. Beyond Click-Activism? New Media and Political Processes in Contemporary Indonesia. Berlin: fesmedia Asia. Supelli, Karlina, “Ruang Publik Dunia Maya”, dalam Hardiman, F. Budi [ed.], Ruang Publik, Yogyakarta: Kanisius, 2010, hlm. 329-346.
Situs: Http://www.thejakartapost.com/news/2011/10/02/click-activism-small-effort-makes-adifference.html (diakses pada 26/03/2016 pukul 10:10 WIB) Https://www.epa.gov/international-cooperation/public-participation-guide-introduction-publicparticipation (diakses pada 26/03/2016 pukul 09:56 WIB)
Dinamika Calon Independen dan Partai Politik di Indonesia Oleh: Raynard Pardede Kader LPPMD UNPAD Mahasiswa Ilmu Pemerintahan 2013
Sudah
beberapa bulan ini, media di
warga Jakarta. Titel incumbent sebagai salah satu strategi politik. Keberhasilan
Indonesia dibanjiri berita tentang aksi a la
pembangunan
rambo Basuki Tjahja Purnama dalam
keuntungan
menata
dari
memberikan image positif pada warga
masalah Kampung Pulo, Kali Jodo dan
Jakarta. Figur pemimpin yang tegas adalah
terbaru Reklamasi Pantai Utara. Semua
image yang ingin dikirim Ahok ke benak
dilakukan
masyarakat DKI. Ditambah lagi, antusias
Provinsi
Jakarta.
dengan
Mulai
atas
dasar
pertimbangannya masing-masing. Peristiwa
tersebut
masyarakat
tidak
akan ganda,
akan
memberikan karena
Pilkada
mampu
DKI
2017
bisa
kembali tersengat dengan strategi Ahok
ditinjau dari segi psikologis perilaku saja,
yang ingin memenangkan Pilkada nanti,
tetapi butuh pandangan politis juga, karena
yaitu melalui jalur independen.
setiap aksi para pejabat negara tak akan
Selain
itu,
pencalonan
Ahmad
oleh
PKB
(walaupun
dengan
pernah lepas dari motif politik. Dilihat dari
Dhani
perspektif politis, ada dua alasan mengapa
kemungkinan hanya digunakan sebagai
hal-hal diatas bisa terjadi, dan dua alasan
pelecut antusias warga), Yusril
tersebut akan saling terkait. Pertama,
Mahendra, dari Partai Bulan Bintang dan
sebagai seorang politisi yang terlanjur
pengusaha muda, Sandiaga Uno oleh
mengumbar berbagai janji saat kampanye,
Gerindra, dan dengan segala kontroversi
Ahok jelas berkeinginan untuk mengakhiri
yang menaunginya terkait Panama Papers,
periode pertamanya sebagai Gubernur
akan menambah semarak pesta demokrasi
dengan catatan tinta emas pembangunan
di ibukota Indonesia 2017 nanti.
Jakarta. Kedua, Ahok digadang akan maju
Ihza
Maju sebagai calon independen
dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Bila
sama
pada percobaan pertama, Ahok maju
kepartaian dan pemilu di Indonesia. Bila
sebagai Calon Wakil Gubernur, di pilkada
memenuhi syarat yang sudah ditetapkan,
2017, Ahok akan bertarung sebagai Calon
siapapun
Gubernur.
mencari
Indonesia. Tetapi yang menjadi perhatian
strategi politik untuk memenangkan hati
khusus dari trend calon independen adalah
Ahok pun
mulai
sekali
bisa
tidak
melanggar
menjadi
aturan
pemimpin
di
”Quo Vadis Partai Politik?”. Tamparan
berkemungkinan
keras ini harus diterima partai politik,
melakukan lobi politik ke tokoh-tokoh,
karena para calon independen ini sukses
dan kemungkinan juga ke partai politik di
membuat kader partai politik kalang kabut.
DKI
Partai Politik diibaratkan seseorang yang
mengedepankan independensi atas partai
melintasi jembatan reot dengan membawa
akan nyaring bunyinya. Transaksai politik
beban yang berat. Orang tersebut dipaksa
akan menjadi lingkaran setan yang tak
membuang semua yang dibawanya agar
pernah menemukan ujung: antara partai
bisa selamat menyeberangi jembatan itu.
politik dan calon independen. Dalam alam
Agar “menang” di pemilihan nanti, Partai
pemilu, “mahar” memang menjadi mata
politik mau tidak mau harus mulai
uang resmi dalam transaksi kepentingan.
membuka ruang diskusi dengan calon
Maka dengan itu, menjadi hal yang
perseorangan.
pun
mustahil, bila dukungan NasDem-Hanura
diperkuat melalui fakta Hanura-NasDem
tadi diberikan tanpa berbagai persetujuan
yang mulai mendukung Ahok. Ya, Partai
yang telah disepakati. Mahar tidak melulu
Politik
berbicara uang, dan kedudukan, tapi juga
Peristiwa
“dipaksa”
tersebut
untuk
tunduk
dan
besar
Jakarta.
masih
Jargon-jargon
membutuhkan
yang
mendukung seorang calon independen
pengaruh.
demi nama elektabilitas. Ironis sekali.
operasional dan kedudukan strategis agar
Tren ini bagaikan koin dengan dua
Partai
akan
biaya
partainya tetap eksis.
sisi yang berbeda. Di sisi yang satu,
apapun alasannya, hal ini adalah bentuk
Bagaimana
pelecehan terhadap program kaderisasi
merespon?
partai yang sudah melekat dan menjadi
Di
Partai
tulisan
ini,
penulis
mendefinisikan
Di bagian lainnya, calon Independen juga
organisasi aksi massa yang bekerja sesuai
berkonflik dengan dirinya sendiri. Mereka
kerangka
juga
membuktikan
laiknya organisasi intra maupun ekstra
independensinya. Maka dalam hal ini,
yang ada di lingkungan kampus. Bukan
tidak serta merta menempatkan partai
sebagai kumpulan politisi busuk nan egois
politik sebagai pihak yang dipersalahkan.
yang ingin berkuasa dengan melegitimasi
Calon
Ahok
suara rakyat melalui kendaraan partai
contohnya, ia perlu menggalang suara
politik. Penafsiran yang salah tentang
melalui basis masa politik yang besar di
partai politik hanya akan mencederai
Jakarta
sendi-sendi
mampu
Independen
dan
seperti
membuat
Ahok
ideologinya
sebagai
harus
nafas keberlangsungan partai itu sendiri.
belum
partai
Politik
sebuah
masing-masing
demokrasi
lainnya.
Pemahaman secara holistik, meliputi aspek
calon
independen
sejarah, sosiologi, politik, diperlukan agar
kegamangan
masyarakat tak salah pengertian mengenai
kepemimpinannya bila terpilih nanti.
dalam
yang
memiliki
konsepsi
ideologi
Kedua, pola pemikiran “pimpinan
partai politik. Mengenai tren calon perseorangan,
partai yang harus nyapres” perlu diubah.
ini adalah tugas dari pemimpin dan
Pola pemikiran ini erat kaitannya dengan
organisatoris/kader partai (yaitu, para figur
proses kaderisasi partai. Kekalahan dari
partai
beberapa
serta
kepala
dari
organisasi-
pemimpin partai
politik di
organisasi underbow partai) untuk secara
pemilu 2004 dan 2009 bisa menjadi
efektif mengarahkan partai mereka melalui
contohnya. Pada kala itu, partai politik
kompleksitas dan ketidakpastian yang
berlomba-lomba
melekat dalam lingkungan politik di
petingginya untuk maju dalam pemilihan
Indonesia. Tumbuhnya tren-tren seperti
tanpa
calon independen dan “politik ketokohan”
sebenarnya, ada kader yang layak dan
harus disiasati dengan cerdik oleh partai
mumpuni
politik. Dengan fungsi yang melekat pada
Kemenangan Joko Widodo mungkin bisa
partai politik itu sendiri, harusnya parpol
menjadi sinyalemen bagi partai politik di
mampu
pemilihan-pemilihan selanjutnya, untuk
untuk
mengirimkan
calonnya
ada
meraih
perseorangan.
“ketokohan”.
strategi
yang
baru
deparpolisasi
untuk
terjadi.
mencegah Pertama,
pertimbangan
untuk
tanpa ragu, dengan tidak mendukung calon
Ada beberapa pola pemahaman dan
mencalonkan
para
bahwa
menggantikannya.
elektabilitas
melalui
strategi
Jokowi
mampu
Faktor
menggeser faktor “Mega” di Pemilu 2014 lalu. Seringkali
juga,
partai
politik
mempertajam visi, misi, implementasi dari
hanya “merekrut” kader bukan “mencetak”
ideologi partai. Masyarakat Indonesia
kader. Hal ini dibuktikan dengan banyak
masih melihat partai politik sebagai suatu
partai yang melakukan perekrutan “kader”
kesatuan yang bercorak sama. Irisan
hanya karena ia pengusaha kaya atau
ideologi
Indonesia
purnawirawan perwira tinggi TNI-Polri
sangatlah besar. Membuat ideologi partai-
atau artis papan atas untuk menjadi
partai semakin bias. PDI-P dan Demokrat
pengurus di posisi strategis partainya.
dipandang
azas-azas
Pemikiran ini harus ditinggalkan. Kader
partainya sudah jelas berbeda. Bila benar
yang mumpuni haruslah berasal dari
dilakukan, partai akan memberikan ciri
orang-orang yang memiliki kapabilitas
yang jelas kepada masyarakat, tidak seperti
dalam memimpin. Tugas partai politiklah
partai
politik
sama,
di
padahal
yang mengajaknya bergabung, melatihnya,
dilakukan secara profesional dan sangat
lalu mempromosikannya sebagai kader
terbuka, menunjukkan keinginan untuk
profesional partai.
melibatkan
Model down-top ini
baik diterapkan karena bisa menciptakan
masyarakat
dalam
politik
secara holistik. Akhir kata, respon partai politik
tokoh politik yang kuat secara ideologi dan terkesan “from the people-of the people,�
dalam
yang mana disukai oleh rakyat-rakyat di
independen-lah yang akan menentukan
Indonesia.
siapa pemenang dalam Pilkada DKI
Ketiga, strategi untuk menentukan,
menanggapi
calon-calon
Jakarta nanti. Partai politik yang secara
membela
sejarah sudah menjadi bagian pergerakan
kepentingan partai di pemilihan. Apresiasi
dari massa di Indonesia harus mengambil
tinggi penulis berikan kepada Partai
langkah cermat agar tetap bisa eksis di
Republik dan Demokrat di Amerika
alam demokrasi. Di atas semua itu, partai
Serikat yang saat ini sedang dalam titik
politik akan tetap dibutuhkan, karena suatu
panas dalam acara konvensi masing-
usaha mobilisasi massa sebesar apa pun,
masing partai. Diiringi dengan debat
tidak mungkin dapat digerakkan tanpa
panas, metode konvensi yang dilakukan
diwadahi dalam suatu organisasi yang
partai-partai ini mampu menarik perhatian
mempersatukan, seperti yang dilakukan
masyarakat untuk tetap antusias mengikuti
PNI, PKI, Masyumi di era perjuangan
jalannya perpolitikan di Amerika Serikat.
kemerdekaan
Indonesia
pernah
rekomendasi, buku karya Max Lane
menerapkan metode ini saat pemilihan
berjudul Unfinished Nation patut dibaca
calon presiden Partai Demokrat. Strategi
untuk memberikan penjelasan yang utuh
konvensi ini bisa memberikan sinyal
terkait partai politik dan aksi massa.
siapa
yang
akan
sebenarnya
maju
sudah
positif ke masyarakat dari partai bahwa penjaringan calon pemimpin di partai
dahulu.
Sebagai
Opini Bebas
Mei dan Reformasi Oleh: Ucu Feni
Sekretaris Umum LPPMD UNPAD 2015-2016
Bulan Mei menempati ruang khusus di dalam benak sebagian besar bangsa Indonesia. Banyak peristiwa yang terjadi di bulan Mei yang semakin terkenang ketika ada aksi-aksi melawan lupa terhadap tragedi kelam dalam sejarah Indonesia tersebut. Bulan Mei diidentikkan
sebagai salah satu bulan perjuangan melalui upaya reformasi yang menjadi tuntutan rakyat kala itu. Reformasi merupakan sebuah impian mahal yang ternyata bayarannya adalah nyawa. Seperti yang telah direkontruksikan dalam sejarah, peristiwa pelanggaran HAM di tahun 1998 menjadi catatan hitam yang menyisakan trauma dan tuntutan penyelesaiannya hingga hari ini. Bulan Mei 1998 menjadi sangat penting ketika setiap teriakan menuntut keadilan
dibalas oleh kokang senjata. Inikah representasi demokrasi? Kalau meminjam istilah salah seorang teman saya, demokrasi semacam itu hanyalah demokrasi semu. Seperti diberi kebebasan tapi nyatanya dikekang di sana-sini, tindakan represif sudah menjadi makanan sehari-hari hingga puncak perlawanan meletus di tahun 1998 paska krisis moneter yang memukul semua industri di Indonesia.
Tahun 1998 kiranya menjadi salah satu dari tahun-tahun terpanjang bagi bangsa Indonesia dengan semua krisis dan kerusuhan yang ada. Banyak hal yang dapat dibicarakan mengenai apa yang terjadi ketika 1998, tapi pada tulisan ini saya ingin sedikit mengemukakan kegelisahan mengenai reformasi. Sebuah impian mahal yang diperjuangkan lewat berbagai cara, tidak hanya sekali dua kali, namun berkelanjutan hingga akhirnya janji itu berhasil diraih. Tapi reformasi yang diimpiimpikan nampaknya menguap hanya sebagai janji belaka. Penenang agar kerusuhan mereda, peredam agar amuk massa tak berlarut-larut. Reformasi secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. Rakyat Indonesia membutuhkan perubahan sistem setelah selama tiga dekade lebih di bawah pemerintahan yang represif. Satu pemimpin untuk selang waktu yang sangat lama menurut saya juga tidak mencerminkan dinamika demokrasi yang sehat.
Banyak hal-hal yang memicu lahirnya gerakan menuntut reformasi, di samping yang dikemukakan di atas. Salah satu faktor yang mendorong adalah terhimpitnya kesejahteraan rakyat akibat gelombang krisis ekonomi di sepanjang 1997-1998. Rencana pembangunan nasional yang disusun berkala dan bertahap tak menjamin kesejahteraan rakyat. Berbagai tekanan di tataran sosial politik membuat rakyat tak kuat lagi dan menggeliat mencoba keluar dari kungkungan rezim. Telah banyak peristiwa pengantar kerusuhan 1998. Kasus penghilangan orang secara paksa telah terjadi sepanjang era Suharto. Banyak pelanggaran terhadap kemanusiaan yang dilanggengkan kala itu. Setiap suara yang keluar dibayar dengan melayangnya nyawa. Indonesia di tengah kondisi yang mencekik dan kian mencekam di 1998. Bobroknya pemerintahan yang ada tentunya membuat rakyat gerah dan sangat tidak puas terhadap kepemimpinan Suharto. Suara-suara yang lama terpenjarakan itu akhirnya dikeluarkan sekeras-kerasnya melalui sebuah aksi massa terhebat sepanjang sejarah pergerakan paska kemerdekaan Indonesia. Reformasi lahir dari gerakan massif tahun 1998. Setidaknya terdapat enam poin tuntutan reformasi dalam gerakan 1998, yaitu: 1.
Penegakan Supremasi hukum;
2.
Pemberantasan KKN;
3.
Mengadili Suharto dan kroninya;
4.
Amandemen Konstitusi;
5.
Pencabutan Dwifungsi ABRI/POLRI;
6.
Pemberian otonomi daerah seluas-luasnya.
Salah satu hal yang menimbulkan mosi tidak percaya terhadap tampuk kepemimpinan Suharto adalah langgengnya praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Praktik tersebut membuat kekayaan Negara tercurah begitu saja pada kelompok pejabat sedangkan kesejahteraan rakyat tertinggal jauh di balik program-program pembangunan. Praktik KKN yang menjadi penyakit pemerintahan Suharto menjadi salah satu penambah bobroknya pengelolaan Negara, sehingga ketika reformasi digaungkan, perlawanan dan penghapusan praktik KKN menjadi bagian yang paling kencang diteriakkan. Tetapi lihatlah kondisi sosial politik hari ini, setelah 18 tahun tuntutan reformasi, praktik KKN justru semakin menggila. Apakah perjuangan setiap nyawa yang gugur pada kerusuhan 1998 hanya mampu berujung di batas harapan-harapan yang sekedar digantungkan para penguasa? Apakah setiap teriakan, isak tangis, dan kesedihan akan tragedi kemanusiaan 1998 akan dibiarkan sia-sia, karena hingga hari ini belum semua tuntutan
reformasi dipenuhi. Karena hari ini kita berada di tengah era reformasi tanpa sedikitpun merasakan adanya suatu perubahan sistem secara berarti. Mungkin secara konstitusi kita diberikan kebebasan dan kemerdekaan dalam mengemukakan pendapat ataupun aktivitas yang lainnya. Akan tetapi, di sisi lain, langkah kita pun dihalangi oleh setumpuk kebijakan birokratis yang merepresi pergerakan baik disadari atau tidak. Akan sangat rumit membahas mengenai reformasi 1998 terlebih dengan semua kepentingan politik yang mewarnainya. Terlebih lagi sebuah peristiwa sejarah tentunya harus dilihat dari berbagai perspektif, karena rekonstruksi sejarah berbicara mengenai sudut pandang, bukan soal lurus atau beloknya suatu pengkisahan. Tulisan singkat ini sebetulnya hanya bermaksud mencurahkan kegelisahan akan menguapnya tuntutan reformasi yang dulu disuarakan melalui perjuangan yang tak sedikit. Jangankan menuju tatanan reformasi seperti yang diharapkan dapat memperbaiki stabilitas nasional di segala bidang, tuntutan menuju tahap reformasi pun belum semuanya terselesaikan. Tulisan ini belum akan berbicara mengenai sekelumit permasalahan lainnya di balik tragedi 1998 yang juga turut menguap di udara seperti pertanggungjawaban atas peristiwa penghilangan nyawa, pemerkosaan, serta berbagai kerusuhan lainnya yang membuat jatuhnya korban dalam jumlah besar. Tulisan ini hanya bermaksud mengingatkan kembali bahwa salah satu faktor yang mendorong rakyat pada kemiskinan adalah langgengnya praktik KKN yang kian mengganas hari ini. Pemberantasan KKN sebagai salah satu tuntutan reformasi penting untuk terus dikawal perkembangannya, mengingat semakin hari semakin banyak praktik KKN, utamanya korupsi, di badan pemerintahan. Kawan-kawanku, mahasiswa, jangan biarkan tuntutan reformasi tenggelam dan terlupakan. Menginjak usianya yang ke-18, tuntutan reformasi sudah selayaknya diselesaikan semua, akan tetapi, lain das sollen, lain pula das sein. Keselerasan akan keduanya membutuhkan aksi nyata dari seluruh elemen untuk senantiasa mewujudkan reformasi. Setidaknya ada sikap yang kita ambil sebagai penghormatan terhadap saudara-saudara kita yang menjadi korban kekejaman suatu rezim. Semoga keempat kawan kita yang tertembak pada 12 Mei delapan belas tahun silam tak menangis, melihat bagaimana kerusuhan yang menakutkan hanya berakhir pada meja-meja yang terbentur kekuasaan. Tuntutan-tuntutan keadilan menguap begitu saja tergantikan tuntutan-tuntutan baru yang juga mencekik. Janganlah bersedih, kawan. Kami takkan lupa. Kami menolak lupa, kami mengecam upaya penghapusan ingatan. Salam perjuangan!
Kekalutan intelegensia
Sajak Melawan Lupa Oleh: Ucu Feni Teriakan melawan lupa bukanlah sebuah slogan semata, yang mewarnai kekejaman pemerintah terhadap bangsanya sendiri Dalam kehidupan kami yang sederhana, Kami pun memelihara teriakan itu di dalam kepala Semakin menguat ketika senja tiba Lalu perlahan tapi pasti teriakan itu bersemayam di hati. Kami tak sedang memendam dendam Tapi apa daya, kebencian itu tak kunjung padam Bagaimana bisa kami tak geram, Dianiaya oleh kawan kami sendiri, yang terlihat parlente meneriakkan perjuangan rakyat Omong kosong belaka itu semua, tak ubah tong kosong yang nyaring bunyinya. Di hadapan publik terlihat empati terhadap penindasan Tapi tanpa sadar menindas kami dengan laku angkuh dan nyalak liar Begitu merdeka mengkritik sana sini Tapi lupa bercermin seperti apa rupa diri Duh, kami jadi miris melihatnya Kasihan sekali rakyat di luar sana yang memang membutuhkan pertolongan Namun dihampiri golongan intelek bau ketek yang cuma ikut merongrong bagaimana bisa kami tak benci, Melihat wayang-wayang itu pertantang pertenteng menebar kepedulian penuh ilusi Sementara di sini, kami yang hanya ingin mencari sesuap nasi, dicaci, dimaki Dibilang tak paham gunakan otak biar uang datang berarak Dibilang hina mencari uang berurai keringat Apapula hak mu merecoki urusan kami di sini Kami tak sedikitpun mengganggumu mengapa tak lelahnya campuri urusan kami Bukankah kita sama; berontak ketika perut berteriak? Tak setujukah kau, kawan? Hingga sampai hati mengajari bahwa bekerja pun membutuhkan intelektualitas. Terima kasih, kawan, kami anggap kau mengingatkan Mungkin lapar ini telah membuat kami semakin pikun dan bodoh Tapi kami menolak lupa, kawan. Kiranya kau memiliki intelektualitas itu, engkau takkan mengerubungi apa yang kami jalani Karena kami tahu, bukan kepedulian yang ingin kau bawa, hanya hinaan dan cacian Merasa diri lebih tinggi dan berharga Inikah kiranya cermin para pejuang untuk rakyat? Hahaha rasanya kami tak bisa berhenti tertawa Ah sudahlah kami tak sanggup meneruskannya, kami takut gila Seperti dirimu. Kami menolak lupa, Untuk setiap luka Di kala kau alpa, Di kala kau jumawa.
Cukup di Kelas Saja! Oleh: Annadi M. Alkaf Kadiv Pendidikan LPPMD Unpad 2015-2016
Kelak, jika aku menjadi seorang guru Akan kuajari murid-muridku Tentang wawasan kebangsaan Tentang sosial dan politik Tentang negara dan demokrasi Tapi, cukup dikelas saja Selebihnya, mereka harus tunduk padaku Padaku yang menjadi sang guru Tak boleh ada kritik, Karena aku adalah sang guru Juga tak boleh tak sependapat Karena aku akan mendepaknya Semua kegiatan-kegiatan sekolah Harus sejalan dengan pikiranku Harus sesuai dengan keinginanku Jika tidak, maka tak perlu berkegiatan Dan jika ada yang bilang aku otoriter Bukankah sudah aku katakan, Demokrasi cukup diajarkan di kelas saja tak perlulah dipraktikkan segala. . . . Kelak, jika aku menjadi seorang guru Akan kuajari murid-muridku Untuk mencintai ilmu pengetahuan Akan kuajari murid-muridku Agar mengabdikan ilmu tanpa pamrih Tak perlu mengharap pujian, Apalagi penghargaan Tapi, cukup dikelas saja
Selebihnya, Akan kutuntut murid-muridku Untuk bisa berprestasi berprestasi di satu bidang saja Cukup di bidang akademik Dan jika ada diantara murid-muridku Yang berbakat di bidang lain Maka cukup kubiarkan saja, Silakan ia kembangkan bakatnya sendiri Karena aku takkan begitu peduli Karena targetku, Murid-muridku hanya harus berprestasi akademik Ya, akademik saja Dan semua ini kulakukan Demi penghargaan-penghargaan besar Demi peringkat sekolah Dan demi nama besar sekolah Nama besar di mata masyarakat Pada akhirnya, murid-muridku harus tahu Juga harus mengerti akan realita Dan juga memahami Bahwa semua yang kuajarkan Cukup dipelajari di kelas saja.