Buku rivers toolbox ini menyajikan solusi teknologi dan menginspirasi masyarakat, pengelola sungai, dan masyarakat umum untuk memilih solusi yang tepat untuk pengelolaan sungai. Program Citarum Harum yang didokumentasikan dalam buku ini belum tentu sukses karena keterbatasan waktu proyek atau solusi satu ukuran untuk semua mengingat konteks saling ketergantungan yang luas antara manusia dan sungai.
PENANGGUNG JAWAB:
Dr. Yuli Setyo Indartono
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ITB
PENYUSUN:
Mindriany Syafila Qomarudin Helmy
Yuli Setyo Indartono
Deny Willy Junaidy
Rino Rakhmata Mukti
Mohammad Farid
EDITOR: Islaminur Pempasa
Restorasi Aliran Sungai
MENJAMIN KETERSEDIAAN AIR BERSIH
DAN SANITASI UNTUK MASYARAKAT
TIM EDITOR
Yudi Noorachman
Risa Anggreini
Saffanah Zahirah
FOTOGRAFER: Harry Surjana Ferdyansyah
DESAIN GRAFIS: Irman Nugraha
ILUSTRATOR: Fachri Fauzy Ali Parma
SAMPUL:
Olah AI oleh Irman Nugraha dengan
Midjourney dari sumber foto Sungai
Citarum karya Harry Surjana
ADMINISTRASI: Noviyanti Dian Sumardiana
Nisa Refika Linda Syah Khotimah
Bagian Sekretariat, Keuangan dan Sisfo LPPM ITB
Cetakan pertama: Maret 2024
ISBN: 978-623-297-485-2
e-ISBN:
978-623-297-486-9
Hak Cipta ©2024
Dokumen ini diterbitkan oleh ITB Press. Hak Cipta milik LPPM ITB - Bandung dan dilindungi undang-undang. Tidak diperbolehkan mencetak ulang, mengutip sebagian atau keseluruhan isi tanpa izin.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung
Gedung CRCS Lantai 6 Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132
Jawa Barat, Indonesia (022) 86010050 / 86010051
https://lppm.itb.ac.id
https://pengabdian.lppm.itb.ac.id
Email: lppm@itb.ac.id
SAMBUTAN Menjawab Tantangan
Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D. Rektor ITB 2020-2025
SUNGAI Citarum –seperti layaknya sungaisungai di dunia– mengalir seiring dengan bertumbuhnya kehidupan manusia. Di titik awal, sungai menjadi ibu, meminjam istilah Sunda indung cai, yang melahirkan ekosistem baru, nilai, dan cara hidup. Aliran airnya menghubungkan manusia, tempat, dan bentuk lain kehidupan hingga menumbuhkan peradaban.
Relasi saling membutuhkan membuat sungai menjadi salah satu garis sentral dalam pertumbuhan penduduk. Sungai bukan hanya dimanfaatkan airnya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, tetapi juga aliran energi dan potensi ekonomi. Seiring dengan pertumbuhan muncul tantangan dalam manajemen sungai. Beban sungai semakin tinggi membutuhkan pendekatan multidisiplin, baik secara sosial, kultural, serta sains dan teknologi.
Ketika beban berat yang ditanggung Sungai Citarum memicu inisiatif nasional Citarum Harum, ITB secara langsung menjadi bagian dari upaya menjawab tantangan bersama itu dan secara praktis membentuk Satuan Tugas Citarum Harum
ITB yang menjadi bagian dari program besar tersebut.
Kami melihat Citarum dari perspektif holistik, peran ITB dalam merespons kepentingan nasional dan dinamika pengetahuan global, serta keseluruhan proses transformasi yang mencakup segenap Tridarma Perguruan Tinggi, pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang hanya akan bermakna apabila berdampak secara konkret pada perbaikan kualitas hidup masyarakat.
Dalam konteks pengabdian kepada masyarakat ini, ilmuwan ITB melakukan pendekatan terhadap isu penting Sungai Citarum, yaitu terkait sumber daya air, sanitasi, energi, infrastruktur, persampahan, hingga pemberdayaan ekonomi.
Sejumlah pendekatan, metode, teknologi yang diterapkan pada periode 2018-2022 dan didokumentasikan dalam buku ini diharapkan bukan saja bermanfaat bagi Citarum, tetapi dapat direplikasi dan dieskalasi dalam menjawab tantangan pengelolaan sungai di Indonesia dan dunia.***
RESTORASI ALIRAN SUNGAI 3
SAMBUTAN
Dua Sisi Manfaat
Prof. Dr. Kadarsah Suryadi Rektor ITB 2015-2020
SUNGAI Citarum sejatinya merupakan
berkah bagi setidaknya 27,5 juta masyarakat yang memanfaatkannya secara langsung, terutama di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Belum lagi penerima manfaat dari sekitar 1.880 megawatt dari PLTA yang tersebar di Pulau Jawa dan mungkin juga Bali. Citarum menjadi sumber air minum bagi warga DKI Jakarta dengan 80 persen air dari sungai yang melintasi 10 kabupaten dan kota di Jabar dan DKI Jakarta, selain juga mengairi 420 ribu hektare lahan pertanian.
Tantangan yang dihadapi juga tidak kalah besar. Waktu itu Letjen TNI Doni Mondardo (alm.) mengajak ITB untuk berkolaborasi, selain berbagai perguruan tinggi dan pihak-pihak lain. Ajakan ini kita tangkap langsung karena ITB juga turut bertanggung jawab dalam konteks lingkungan dan sosial lain. Ilmu dan teknologi yang dipelajari harus bisa diterapkan dalam menjawab tantangan yang ada, termasuk dalam keberlanjutan pengelolaan sungai.
ITB memiliki bidang yang relevan dan banyak ilmuwan mempunyai riset terkait dengan Citarum atau pengelolaan sungai lain. Dari segi ilmu pengetahuan, kita bisa sebut di ITB ada Teknik Lingkungan, Biologi dan Teknologi Ilmu Hayati, Teknik Kimia, Farmasi, Geodesi, dan lainnya dalam
meningkatkan budi daya ikan dan akuatik lain hingga pengelolaan limbah.
Kita memulai dengan pendekatan multidisiplin dan menelurkan sejumlah konsep dan teknologi terapan, misalnya zero discharge untuk sampah domestik, teknologi biofilter bioseptictank, proses anaerobic filtertank mengadopsi teknologi Johkasou dari Jepang, biodigester, revitalisasi IPAL industri dan kawasan, bioremediasi, kebun terapung, hingga peningkatan kapasitas manusia melalui pelatihan dan optimasi teknologi bersih.
Penerapan ilmu dan teknologi ini bisa dipandang dua sisi, bahwa melalui Citarum dan masyarakatnya berjasa dalam mendorong pemanfaatan ilmu dan teknologi yang dikembangkan di kampus sekaligus memunculkan sejumlah topik riset baru. Kebermanfaatannya menjadi lengkap, ITB bukan hanya untuk ITB, tetapi ITB juga bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Pengembangan berikutnya salah satunya adalah mendorong riset menjadi entrepreneurial. Riset tidak berhenti di kertas, bertumbuh menjadi produk. Inovasi yang bisa dimanfaatkan masyarakat, memberi nilai tambah ekonomi dan sosial, serta memperbaiki kualitas hidup manusia. Tools sudah tersedia.***
RESTORASI ALIRAN SUNGAI 4
SAMBUTAN
Inter vensi Sungai B erkelanjutan
Dr. Yuli Setyo Indartono Ketua LPPM ITB
PROGRAM Citarum Harum telah diatur
melalui Perpres Nomor 15 Tahun 2018
tentang Percepatan Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. Program Citarum Harum yang digulirkan pemerintah membutuhkan kerja sama penanganan semua pihak. Sejumlah perguruan tinggi di Jawa
Barat termasuk ITB berperan aktif sejak 2018 dengan membantu penanganan Sungai Citarum melalui diseminasi penerapan iptek tepat guna.
Secara khusus ITB membentuk Satgas Citarum
Harum ITB yang diketuai Prof. Mindriany Syafila dalam mengoordinasikan kegiatan penerapan iptek sains untuk diimplementasikan di kawasan Citarum
Harum sejak 2018 hingga 2022. Implementasi program-program tersebut melibatkan mahasiswa sains dan teknik dalam pelaksanaannya sejalan dengan program MBKM Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Program ini juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan. Masuknya MBKM dalam kegiatan pengabdian masyarakat Citarum Harum ITB semakin memperkuat korelasi dengan pengembangan
kurikulum bidang rekayasa keteknikan yang mempertimbangkan aspek-aspek kemanusiaan.
ITB telah menerapkan puluhan karya iptek sains di beberapa sektor DAS Citarum Harum, mulai dari Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab. Bandung Barat, dan Kabupaten Subang. Penerapan iptek seperti bioremediasi, sensor kualitas air termasuk untuk menjaga biota sungai, sanitasi, akuakultur, akuaponik, kompos, upcycling sampah plastik, skimmer sampah otomatis, manajemen bank sampah serta Black Soldier Fly (BSF), maggot, penerapan pikohidro atau hydroelectric power skala kecil, termasuk pembersihan eceng gondok di kawasan Waduk Cirata dengan gangboat hingga eceng gondok yang kemudian diupcycling menjadi briket.
Seluruh program penerapan iptek sains di atas sejalan dengan visi Budaya Ilmiah Unggul (BIU) dalam praktik pengabdian masyarakat sekaligus sebagai ciri khas pengabdian masyarakat di ITB. Produk-produk implementasi tersebut didokumentasikan dalam seri buku yang mencakup topik sumber daya air dan sanitasi, energi dan infrastruktur, serta persampahan dan pemberdayaan ekonomi dengan harapan menjadi inspirasi bagi pengelola dan masyarakat sekitar sungai dalam memilih pendekatan dan perangkat pengelolaan sungai.***
RESTORASI ALIRAN SUNGAI 6
PENGANTAR Mengatasi Limbah dan Pencemaran
Prof. Mindriany Syafila, Ph.D.
Ketua Satuan Tugas ITB untuk Citarum Harum periode 2018-2022
DALAM semangat mewujudkan ITB sebagai a globally respected and locally relevant university serta dalam upaya mendukung program pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, ITB secara aktif berperan melalui Satuan Tugas
Terpadu Restorasi Citarum Harum yang telah dibentuk sejak 2018.
Di bawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), ITB menerapkan hasil kepakaran sivitas akademika dalam bidang iptek untuk penanganan DAS Citarum, seperti penanganan limbah rumah tangga, sanitasi, penanganan lahan kritis, pengelolaan sumber daya air, serta pemberdayaan dan edukasi masyarakat.
Sumber pencemar di Sungai Citarum
dikelompokkan menjadi sumber pencemar domestik dan industri. Sumber pencemar domestik
merupakan gabungan dari air limbah rumah tangga dan sampah. Sementara, sumber pencemar industri merupakan gabungan dari seluruh sumber pencemar institusi, yaitu industri, rumah sakit, hotel, serta industri skala kecil. Ditambahkan juga, sumber pencemar gabungan yang berasal dari tiga penggunaan lahan dominan, yaitu pertanian, hutan, dan lahan terbangun di perkotaan. Berdasarkan perhitungan, beban pencemar di DAS Citarum
berasal dari limbah domestik (62%), limbah peternakan/perikanan (20%), limbah industri (12%), dan limbah pertanian (6%).
Besarnya sumbangan beban pencemaran dari sektor domestik/rumah tangga perlu mendapatkan
perhatian lebih dari berbagai pihak. Hal tersebut karena mayoritas sumber pencemar adalah sumbangsih dari masyarakat/penduduk dengan berbagai karakter, tingkat kesadaran, serta kemauan yang beragam terkait masalah limbah domestik mereka. Ada yang taat membangun pengolahan limbah cair (melalui tangki septik) sesuai dengan aturan, ada pula yang langsung membuang limbahnya ke saluran air/sungai.
Sosialisasi dan pelatihan gerakan hidup sehat dan sanitasi yang dilakukan secara berkesinambungan merupakan langkah penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan sanitasi yang baik. Berbagai kampanye penyuluhan perilaku hidup sehat serta
pendampingan berkelanjutan yang dilakukan sejak 2018, dengan menggandeng mahasiswa untuk terjun aktif di masyarakat, diharapkan mampu memacu antusiasme masyarakat dalam meningkatkan kesadaran akan perilaku hidup sehat.
Buku Restorasi Aliran Sungai ini merangkum beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh sivitas akademika ITB sebagai sumbangsih pengabdian 29nyata kepada masyarakat terkait sosialisasi, pendampingan, serta perbaikan sarana prasarana sanitasi berbasis masyarakat. Mulai dari suplai air bersih dengan pengenalan teknologi biosand filter yang sederhana sampai teknologi membran terintegrasi untuk air minum, pemanenan air hujan menjadi air bersih dan air minum, pengelolaan air limbah rumah tangga dengan tangki septik sampai dengan pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pembuatan akuaponik buatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sayuran rumah tangga.
Kesadaran untuk merawat dan memelihara lingkungan secara baik akan lebih mudah jika kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan sudah tertanam dengan baik. Untuk itu, berbagai program dan kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dengan potensi pendapatan ekonomi diharapkan mampu memicu keterlibatan masyarakat. Pembangunan infrastruktur melalui teknologi tepat guna dan sederhana yang mudah diaplikasikan dan diadopsi oleh masyarakat ini diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.***
RESTORASI ALIRAN SUNGAI 9
l Menjawab Tantangan
l Dua Sisi Manfaat
l Intervensi Sungai Berkelanjutan
l Mengatasi Limbah dan Pencemaran
1 2 3 4
Sanitasi Berbasis Masyarakat
Mengurangi Beban Sungai
Mengelola Limbah Cair Industri
Pengelolaan Air Bersih Sederhana
RESTORASI ALIRAN SUNGAI 10
Prof. Mindriany Syafila, Ph.D., Dr. Qomarudin Helmy, Syarif Hidayat, Ph.D. 15
Qomarudin Helmy, M.T., Dr. Teddy Tedjakusuma, Syarif Hidayat, Ph.D., Dady Surachman, M.Si. 25
Dr.
Dr. Qomarudin Helmy, M.T., Syarif Hidayat, Ph.D., Andri Gumilar, M.T. 37
Dr. Qomarudin Helmy, M.T., Syarif Hidayat, Ph.D. 43
SAMBUTAN
DAFTAR ISI
Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D. Rektor ITB 2020-2025 3
Prof. Dr. Kadarsah Suryadi Rektor ITB 2015-2020 5
Dr. Yuli Setyo Indartono Ketua LPPM ITB 7
PENGANTAR
Prof. Mindriany Syafila, Ph.D. Ketua Satuan Tugas ITB untuk Citarum Harum periode 2018-2022 8
Mengendalikan Pencemaran dari Industri
Dr. Qomarudin Helmy, M.T., Prof. Mindriany Syafila, Ph.D.
Penerapan Slow Sand Filter
Dr. Qomarudin Helmy, M.T., Dady Surachman, M.Si., Syarif Hidayat, Ph.D.
Akuaponik Lahan Basah Buatan
Dr. Taufikurahman, Endra Susila, S.T., M.T., Ph.D.
Teknologi Membran Terintegrasi untuk Air Minum
Prof. Ir. I Gede Wenten, Ph.D., Dr. Khoiruddin
Upcycling Limbah Domestik
Dr. Lulu L. Fitri, Ramadhani Eka Putra, Ph.D.
Suplai Air Bersih dengan Sumur Bor
Biosand Filter untuk Air Bersih Syarif Hidayat, M.T.,
Mengolah Limbah Cair Domestik
Syarif Hidayat, M.T., Prof. Mindriany Syafila, Ph.D.
Memanen Air Hujan
Dr. Mariana Marselina, Prof. Mindriany Syafila, Ph.D.
Membangun Pemanenan Air Hujan Komunal
Dr. Mariana Marselina, Prof. Mindriany Syafila, Ph.D.
RESTORASI ALIRAN SUNGAI 11
51
59
69
73
79
Helmy 89
Teddy Tedjakusuma, Ph.D., Dr. Qomarudin
95
Teddy Tedjakusuma, Ph.D
103
111
127 PROFIL PENULIS 140 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sanitasi Berbasis Masyarakat
Program Sanitasi Berbasis Masyarakat dalam Rangka Mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Kampung
Tarikolot, Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur
Prof. Mindriany Syafila, Ph.D.
Dr. Qomarudin Helmy, Syarif Hidayat, Ph.D.
KK Rekayasa Air dan Limbah Cair, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Kondisi sanitasi di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi sangat memprihatinkan. Masyarakat menggunakan aliran air dari sungai untuk memenuhi kebutuhan kegiatan sehari-hari seperti mencuci, mandi, hingga memasak. Sementara, hampir semua masyarakat di Kampung
Tarikolot tidak memilik tangki septik (septic tank) di rumahnya. Diperlukan upaya dan langkah taktis yang dapat membantu masyarakat di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi dalam meningkatkan akses sanitasi yang baik dan perilaku hidup sehat.
1
Restorasi
Aliran Sungai
AIR bersih dan sanitasi yang layak merupakan kebutuhan dasar yang harus terpenuhi di masyarakat. Kedua hal ini erat kaitannya dengan aspek kehidupan lain seperti kesehatan. Tak hanya untuk dikonsumsi, air juga diperlukan untuk kegiatan sehari-hari lain seperti bertani, memasak, mencuci, dan mandi. Upaya pemenuhan kebutuhan ini akan berjalan lancar jika terlebih dahulu muncul kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kedua hal tersebut.
Berkaitan dengan itu, dilaksanakan kegiatan perbaikan fasilitas sanitasi dalam rangka mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di Desa Cinangsi, Kab. Cianjur. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal membentuk kesadaran masyarakat terkait betapa pentingnya memiliki serta menjaga akses air bersih dan
sanitasi yang layak, khususnya pengaruhnya bagi kesehatan masyarakat ke depan. Kegiatan dilakukan karena keinginan untuk tidak melaksanakan program yang hanya monumental lalu terbengkalai akibat belum munculnya rasa memiliki atau kesulitan mendapatkan bahan baku untuk teknologi yang diterapkan.
Restorasi Aliran Sungai
Mengandalkan
Sembari Mencemari
Kondisi sanitasi di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi sangat memprihatinkan. Masyarakat menggunakan aliran air dari sungai untuk memenuhi kebutuhan kegiatan sehari-hari seperti mencuci, mandi, hingga memasak. Hal ini tentu sangat tidak baik, terutama bagi kesehatan masyarakat yang menggunakan air tersebut. Selain itu, ditemukan air limbah domestik yang langsung dialirkan ke badan air sehingga mencemari badan air penerima.
Dari hasil observasi pendahuluan, hampir semua masyarakat di Kampung Tarikolot tidak memiliki tangki septik di rumahnya. Berdasarkan data dari
Ketua RT Kampung Tarikolot, di RT 04 RW 14 terdapat 110 kepala keluarga yang rumahnya tidak memiliki
tangki septik. Selain itu, masyarakat juga kerap membuang hajat langsung ke sungai yang berada di sebelah tempat pemandian umum. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan mengingat beberapa penduduk sekitar juga menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari.
Untuk itu, diperlukan langkah taktis yang dapat membantu masyarakat di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi dalam meningkatkan akses sanitasi yang baik dan perilaku hidup sehat. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan pola hidup yang lebih bersih dan sehat.
Kondisi pemandian umum dan fasilitas mencuci di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi.
SANITASI BERBASIS MASYARAKAT 17
Restorasi Aliran Sungai
Peningkatan Kesadaran
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Kampung
Tarikolot diusulkan pada tahun 2021. Peningkatan kesadaran masyarakat terkait pentingnya sanitasi yang bersih dan penerapan pola hidup sehat menjadi target utama. Dengan meningkatnya kesadaran tersebut, kesehatan masyarakat Kampung Tarikolot bisa terjaga dengan baik.
Program ini juga diharapkan bisa menjadi contoh yang baik bagi kampung-kampung lain di sekitar Desa Cinangsi sehingga kebermanfaatannya dapat meluas.
Pendekatan terhadap permasalahan kualitas air bersih di lokasi kegiatan dilakukan dengan:
a. Sosialisasi kegiatan pengabdian masyarakat secara umum dan gerakan hidup sehat secara khusus.
b. Demo penggunaan filter sederhana menggunakan botol air minum bekas.
c. Memperbaiki fasilitas sanitasi di beberapa tempat seperti tangki septik di pemandian umum, fasilitas mencuci di beberapa rumah warga, dan saluran/bak penampung air yang digunakan untuk menampung air dari sungai.
Dampak kegiatan ini secara umum diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Selain itu, dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap dunia perguruan tinggi terutama ITB sehingga terjalin hubungan harmonis antara dunia perguruan tinggi dan masyarakat.
Selain juga secara khusus diharapkan dapat memenuhi sebagian kebutuhan dasar terkait akses sanitasi yang baik dan sehat terhadap masyarakat di sekitar Desa Cinangsi.
Sosialisasi Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat dan adaptasi kebiasaan baru di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur.
SANITASI BERBASIS MASYARAKAT 18
Restorasi Aliran Sungai
Sosialisasi Germas dan Adaptasi Kebiasaan Baru
Pada kegiatan pertama dilakukan sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) kepada masyarakat di sekitar Kampung Tarikolot. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan gerakan hidup sehat dan adaptasi kebiasaan baru kepada anak-anak dan perangkat desa sehingga kebiasaan tersebut menjadi pola hidup/kebutuhan sehari-hari.
Materi yang diberikan di antaranya adalah mengenai pentingnya bagaimana mencuci tangan yang baik dan adaptasi kebiasaan baru. Sosialisasi dilakukan baik secara terpusat di pondok pesantren/tempat mengaji salah satu warga maupun menyebarkan leaflet ke rumah penduduk.
SANITASI BERBASIS MASYARAKAT 19
Restorasi Aliran Sungai
Demonstrasi pembuatan filter sederhana.
Penggunaan Filter
Pada kegiatan kedua dilakukan demonstrasi penggunaan filter yang terbuat dari bahan-bahan bekas/tidak terpakai. Kegiatan diawali dengan menjelaskan kepada masyarakat mengenai air bersih dan bagaimana pentingnya untuk kehidupan. Kemudian dijelaskan bahan-bahan penyusun lapisan filter beserta fungsinya.
Setelah itu audiens dibagi menjadi dua kelompok untuk mencoba membuat filter air sederhana secara mandiri dan mengaplikasikannya. Selanjutnya demo dilakukan dengan membandingkan air sampel awal dan air yang telah disaring menggunakan filter sederhana.
SANITASI BERBASIS MASYARAKAT 20
Restorasi Aliran Sungai
Perbaikan dan Penyediaan Sarana
dan Prasarana Sanitasi
Penyediaan sarana sanitasi pembuatan toilet umum/fasilitas umum di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi.
21
SANITASI BERBASIS MASYARAKAT
Restorasi Aliran Sungai
Perbaikan sanitasi berupa MCK yang dilengkapi dengan tangki septik di pesantren di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi pada tahun 2021.
SANITASI BERBASIS MASYARAKAT 22
Jenis keluaran dari kegiatan ini adalah penerapan bangunan/teknologi tepat guna berupa fasilitas sanitasi yang baik seperti tangki septik standar, fasilitas cuci, dan perbaikan bak penampung air bersih. Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini didokumentasikan dalam bentuk laporan dan video yang dipublikasikan di (1) http://research.itb.ac.id dan researchgate, (2) akun Youtube LPPM ITB, Youtube KMIL dan HMTL, IGTV personal dari pelaksana kegiatan.
Kegiatan ini mendapat perhatian dan dukungan penuh dari masyarakat sekitar. Hal ini menunjukkan adanya keinginan masyarakat untuk mengubah pola hidup ke arah yang lebih baik, terutama hal-hal yang menyangkut kesehatan dan lingkungan.
Restorasi Aliran Sungai
Butuh kerja keras untuk mengubah perilaku masyarakat agar terbiasa melakukan pola hidup sehat karena merupakan hal baru bagi sebagian masyarakat di kampung tersebut. Artinya, kegiatan tersebut harus dilakukan secara berulang, tidak cukup hanya sekali.
Sebagian besar masyarakat menggunakan air sungai yang diduga telah terkontaminasi limbah domestik. Air tersebut ditampung di depan rumah-rumah penduduk sehingga perlu pendekatan secara personal untuk mengubah kebiasaan tersebut. Sementara, hal-hal yang bisa memperkuat dan meningkatkan efektivitas kegiatan di antaranya adalah adanya dukungan penuh dari para perangkat desa dan pemangku kepentingan di wilayah tersebut.***
SANITASI BERBASIS MASYARAKAT 23
Mengurangi Beban Sungai
Pengolahan Limbah Domestik untuk Mengurangi Beban
Pencemaran dan Upaya Perbaikan Kualitas Air Sungai
Dr. Qomarudin Helmy
Dr. Teddy Tedjakusuma, Syarif Hidayat, Ph.D., Dady Surachman, M.Si.
KK Rekayasa Air dan Limbah Cair Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Kegiatan ini bermaksud untuk menerapkan teknologi tepat guna dalam mengolah limbah domestik padat (sampah rumah tangga) yang dibuang ke saluran air yang akhirnya menuju badan air sungai. Apa yang dilakukan diharapkan mampu mengurangi beban pencemaran serta sebagai upaya perbaikan kualitas lingkungan masyarakat Desa Cinangsi, Kab. Cianjur. Instalasi yang akan disosialisasikan dan diterapkan adalah komposter sampah rumah tangga yang akan dimanfaatkan sebagai kompos/pupuk alami dalam kegiatan pertanian/perkebunan masyarakat desa.
2
Restorasi Aliran Sungai
DAERAH aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat yang mengalami tekanan sangat kuat akibat pemanfaatan yang melebihi daya dukungnya, di antaranya dari kegiatan domestik, pertanian, perkebunan, dan industri. Kegiatan domestik dan pertanian merupakan dua komponen utama penyebab penurunan kualitas dan kuantitas air sungai. Kondisi ini memengaruhi sistem sanitasi lingkungan sehngga menimbulkan wabah penyakit yang vektornya berasal dari air. Hal ini juga mengakibatkan pendangkalan sungai dan waduk, berkembangannya makrofita dan mikrofita yang merugikan lingkungan, hilangnya jenis ikan di perairan sungai serta kematian ikan budi daya di Waduk Saguling dan Cirata, serta mempercepat laju korosi di instalasi PLTA. Limbah domestik (cair dan padat), pertanian, serta industri meningkatkan masuknya unsur hara yang berlebihan seperti nitrogen dan fosfor serta bahan organik lainnya sehingga menyebabkan rendahnya nilai oksigen terlarut yang berguna bagi kehidupan ekosistem perairan dan tingginya kadar BOD, COD, serta bakteri E. coli.
Composting dan Biofilter
Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur belum terlayani secara teknis oleh Dinas Kebersihan Cianjur terkait pengelolaan limbah padat berupa sampah rumah tangga. Masyarakat membakar sampah secara individu rumah tangga, membuangnya ke areal perkebunan/pekarangan rumah, membuang dan menumpuk sampah di pinggir jalan, serta membuangnya ke saluran air terdekat dengan rumahnya.
Kondisi persampahan di Desa Cinangsi.
MENGURANGI BEBAN SUNGAI 26
Lingkup kegiatan yang dilakukan yaitu survei kondisi persampahan di Desa Cinangsi, pendekatan kepada kelompok masyarakat terkait pengelolaan persampahan, penyuluhan, dan pelatihan kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah secara composting, dan alih teknologi kepada masyarakat terkait teknologi composting dengan menggunakan komposter yang sederhana
MENGURANGI BEBAN SUNGAI 27
Restorasi Aliran Sungai
MENGURANGI BEBAN SUNGAI 28
Dari program ini dilakukan sosialisasi dan pembangunan biofilter untuk mengolah limbah cair domestik rumah tangga. Secara fisik diberikan pula bantuan berupa 10 komposter serta melakukan pelatihan pembuatan kompos dari sampah rumah tangga yang dilakukan oleh warga RT 04 Desa Cinangsi sehingga dapat membantu masyarakat Desa Cinangsi dalam upaya pengelolaan sampah rumah tangga.
Penerapan biofilter oleh masyarakat RT 04 Desa Cinangsi.
MENGURANGI BEBAN SUNGAI 29
Restorasi Aliran Sungai
Restorasi Aliran Sungai
Cara Kerja Teknologi
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PEMBUATAN KOMPOS
DI DESA CINANGSI JAWA BARAT
I. Pengertian Dasar Kompos
Pengertian kompos atau pupuk kompos adalah salah satu pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa bahan organik (tanaman maupun hewan). Proses pengomposan dapat berlangsung secara aerobik dan anaerobik yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Proses ini disebut juga dekomposisi atau penguraian.
Proses pembuatan kompos sebenarnya meniru proses terbentuknya humus di alam. Namun dengan cara merekayasa kondisi lingkungan, kompos dapat dipercepat proses pembuatannya, yaitu hanya dalam jangka waktu 30-90 hari. Waktu ini melebihi kecepatan terbentuknya humus secara alami. Oleh karena itu, kompos selalu tersedia sewaktu-waktu diperlukan tanpa harus menunggu bertahun-tahun lamanya.
II. Manfaat Kompos
Selain menyediakan nutrisi bagi tanaman, pupuk kompos bekerja dengan cara memperbaiki struktur fisik, kimia, dan biologi tanah.
1. Manfaat Fisik
Tanah yang baik adalah tanah yang remah atau granuler yang mempunyai tata ruang udara yang baik sehingga aliran udara dan air dapat masuk dengan baik. Tanah yang buruk ialah apabila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain (tanah pasir) atau saling melekat (tanah liat).
Kompos merupakan perekat pada butir-butir tanah dan mampu menjadi penyeimbang tingkat kerekatan pada tanah. Kehadiran kompos pada tanah juga menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah. Dengan demikian, tanah yang pada mulanya keras dan sulit ditembus air maupun udara, kini dapat menjadi gembur kembali akibat aktivitas mikroorganisme.
MENGURANGI BEBAN SUNGAI 30
Restorasi Aliran Sungai
2. Manfaat Kimiawi
Secara kimiawi, pupuk kompos bisa meningkatkan kapasitas tukar kation dalam tanah. Karena semakin banyak kandungan organik dalam tanah, semakin baik kapasitas tukar kationnya. Kapasitas tukar kation berfungsi melepaskan unsur-unsur penting agar bisa diserap dengan mudah oleh tanaman.
3. Manfaat Biologis
Pada kompos terdapat mikroorganisme yang menguntungkan tanaman. Dalam tanah, kompos akan membantu kehidupan mikroorganisme. Selain berisi bakteri dan jamur pengurai, keberadaan kompos akan membuat tanah menjadi sejuk tidak terlalu lembap dan tidak terlalu kering.
Keadaan seperti itu sangat disenangi oleh mikroorganisme. Dalam hal ini misalnya cacing tanah lebih senang tinggal di tanah dengan kadar organik tinggi daripada tanah yang keras atau berpasir. Cacing tanah dapat menyediakan pupuk alami berupa kascing yang bermanfaat bagi tanaman.
III. Karakteristik Kompos yang Baik
Kompos yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) Baunya sama dengan tanah, tidak berbau busuk.
(2) Warna cokelat kehitaman, berbentuk butiran gembur seperti tanah.
(3) Jika dimasukkan ke dalam air, seluruhnya tenggelam dan air tetap jernih tidak berubah warna.
(4) Jika diaplikasikan pada tanah, tidak memicu tumbuhnya gulma.
IV. Kelebihan Kompos Dibandingkan Pupuk Buatan
Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat menggunakan serangkaian proses kimiawi tertentu dengan memanfaatkan bahan kimia yang memiliki unsur hara tinggi seperti urea. Pupuk buatan memiliki kelebihan dalam mudah larut dan cepat diserap tanaman, tetapi biayanya lebih mahal dan apabila salah takaran dapat merusak lingkungan. Selain itu, penggunaan pupuk buatan tidak bersifat kontinu. Artinya, pupuk hanya menguntungkan untuk proses penanaman saat itu. Ketika tanamannya sudah tumbuh, pupuk tidak berfungsi lagi bagi kebaikan tanah bekas tanaman tersebut.
MENGURANGI BEBAN SUNGAI 31
Restorasi Aliran Sungai
Pupuk kompos yang merupakan pupuk alam memiliki kelebihan sebagai berikut:
(1) Tidak memerlukan biaya dalam pembuatannya.
(2) Mudah untuk diaplikasikan.
(3) Tidak membutuhkan perawatan khusus.
(4) Mengurangi timbulan sampah organik yang ada.
(5) Menyuburkan tanah.
V. Cara Membuat Kompos Sederhana
(1) Siapkan drum atau tempat penyimpanan yang memiliki sirkulasi udara cukup.
(2) Siapkan tanah yang subur dari daerah sekitar.
(3) Siapkan sampah organik dari hasil dapur maupun kotoran hewan.
(4) Siapkan tongkat pengaduk.
(5) Campurkan bahan-bahan yang disebutkan di atas seperti pada gambar berikut:
Diagram komposisi drum kompos
(6) Tambahkan sampah organik dan tanah sebanyak 1-2 genggam untuk setiap ½ kg sampah organik (berlaku kelipatan) setiap hari. Setelah itu tutup kembali drum kompos (komposter).
(7) Setelah 1 minggu aduk isi drum menggunakan tongkat. Keberhasilan pengomposan ini sangat bergantung pada teknik pengadukan drum. Seluruh campuran harus diaduk merata.
(8) Setelah 2 bulan bagian 1/3 paling bawah dari isi drum dapat diambil dan digunakan sebagai pupuk kompos yang siap pakai pada tanaman.
(9) Sebanyak 2/3 bagian lainnya menjadi bagian paling bawah dari isi drum kompos tersebut. Setelah 2 bulan berikutnya, langkah nomor (8) dapat diulangi dengan penambahan kembali sampah organik dan tanah.
tama er Hari P tama anahHariPer edua edua anah Hari K dalam tanah Drum dikubur seten Ta Ta Pipa di T Sampah Hari K T Sampah Penutup gah kubur Drum
Kompos
MENGURANGI BEBAN SUNGAI 32
VI. Metode Menyampaikan Materi Pembuatan Kompos
Mengisi daftar hadir sebagai fungsi pengawasan untuk kunjungan selanjutnya
Menjelaskan apa itu kompos beserta jenis sampah yang bisa digunakan
Memastikan seluruh peserta paham dan sampah terpilah
Menjelaskan manfaat kompos
Menjelaskan karakteristik kompos yang baik
Restorasi Aliran Sungai
Menjelaskan kelebihan kompos dengan pupuk buatan
Menjelaskan tahap-tahap pembuatan kompos
Memulai pembuatan kompos
Memastikan adanya penanggung jawab dari setiap lubang
Pembagian kartu kendali
MENGURANGI BEBAN SUNGAI 33
Restorasi Aliran Sungai
MENGURANGI BEBAN SUNGAI 34 Minggu ke - 1 Tanggal Pengisian Sampah Penanggung Jawab Paraf Minggu ke - 2 Tanggal Pengisian Sampah Penanggung Jawab Paraf 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 Minggu ke - 3 Tanggal Pengisian Sampah Penanggung Jawab Paraf Minggu ke - 4 Tanggal Pengisian Sampah Penanggung Jawab Paraf 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 Kartu Kendali Pengomposan
Restorasi Aliran Sungai
Keterangan:
Kartu kendali ini merupakan salah satu contoh bentuk kendali terhadap pengisian rutin komposter dengan masing-masing penanggung jawab dari setiap lubang. Masyarakat dapat mengikuti salah satu bentuk kendali seperti ini atau dapat menggunakan bentuk kendali lainnya yang diterapkan oleh kepala dusun setempat.
Kartu kendali ini bertujuan agar apabila suatu hari nanti terjadi suatu kegagalan dengan sistem kompos yang dibuat dapat diketahui penyebab kegagalan kompos tersebut.
MENGURANGI BEBAN SUNGAI 35
Minggu ke - 5
Tanggal Pengisian Sampah Penanggung Jawab Paraf Minggu ke - 6
Penanggung
1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7
Tanggal Pengisian Sampah
Jawab Paraf
Penanggung
1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7
Minggu ke - 7 Tanggal Pengisian Sampah Penanggung Jawab Paraf Minggu ke - 8 Tanggal Pengisian Sampah
Jawab Paraf
Kartu Kendali Pengomposan
Mengelola Limbah Cair Industri
Minimasi Beban Pencemaran Sungai Citarum Melalui
Pengelolaan Limbah Cair Industri dengan Pendekatan Good WWTP Operational Practice
Dr. Qomarudin Helmy
Syarif Hidayat, Ph.D., Andri Gumilar, M.T.
KK Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Pengabdian kepada masyarakat ini berupa bimbingan teknis yang diberikan
kepada operator instalasi pengolahan air limbah atau IPAL industri terkait dengan pengelolaan limbah cair dengan pendekatan good WWTP operational practice. Kegiatan ini diharapkan bisa menambah wawasan serta pengetahuan operator terkait dengan pengoperasian IPAL secara optimal. 3
Restorasi
Aliran Sungai
WALAUPUN telah diberlakukan berbagai kebijakan dan peraturan terkait dengan pengendalian pencemaran air, penurunan kualitas badan air masih terus berlangsung. Hal ini disebabkan lemahnya pengawasan dan penegakan hukum maupun teknologi pengendalian pencemaran air yang berbasis pembubuhan bahan kimia masih belum bisa memenuhi kriteria yang diberlakukan. Kontaminasi bahan pencemar yang berasal dari aktivitas industri, pertanian, peternakan, maupun kegiatan rumah tangga telah menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang signifikan pada badan air seperti sungai, danau, dan waduk. Saat ini beberapa kebijakan dan peraturan terkait dengan pengendalian pencemaran air telah diterapkan, di antaranya PP No. 82 Tahun 2001 dan Permen LH No. 13 Tahun 2010. Namun, lemahnya praktik pengawasan dan penegakan hukum menyebabkan penurunan kualitas air di badan air terus berlangsung. Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) merupakan instalasi yang mengolah buangan cair sisa produksi pabrik sehingga tidak mencemari lingkungan sekitarnya. IPAL telah diatur dalam Permen LH No. 5 Tahun 2014 yang dikeluarkan oleh KLH juga Undang-
Restorasi Aliran Sungai
Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mewajibkan setiap perusahaan mempunyai personel dengan sertifikasi profesi operator/staf dan manajer pengelola limbah cair.
IPAL yang besar dan mahal belumlah cukup untuk menjamin kualitas efluennya. Untuk itu, diperlukan operator andal dan memiliki pengetahuan serta keterampilan cukup agar dapat mengoperasikan IPAL dengan baik dan mampu mengatasi kalau timbul permasalahan atau gangguan. Peranan operator ini sangat penting dan menentukan terhadap kinerja IPAL secara keseluruhan. Pada akhirnya hal itu akan berpengaruh positif pada nama baik perusahaan, hotel, dan rumah sakit di masyarakat bila air limbahnya tidak mencemari lingkungan.
Kinerja operator IPAL yang mumpuni bisa berpengaruh pada penilaian peringkat Proper. Pendek kata, seorang operator harus memiliki pengetahuan yang memadai agar kinerja
IPAL bisa berjalan optimal. Dalam kerangka itulah diselenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ITB ini.
Restorasi Aliran Sungai
Optimalisasi Pengelolaan Limbah Cair
Maraknya kasus ”pengecoran” atau penutupan saluran pembuangan limbah cair oleh Tim Satgas Citarum Harum karena efluen yang tidak memenuhi baku mutu menjadikan banyak industri terutama industri tekstil berhenti beroperasi. Hal tersebut disebabkan pengelolaan limbah cair industri yang kurang/tidak optimal sehingga berpotensi merugikan iklim ekonomi. Selain itu, terjadinya kerusakan lingkungan hidup, termasuk lingkungan sosial di sekitar lokasi pembuangan limbah yang tidak memenuhi baku mutu.
Pelatihan pengelolaan air limbah industri dengan pendekatan praktik operasional IPAL yang baik.
MENGELOLA LIMBAH CAIR INDUSTRI 40
Restorasi Aliran Sungai
Fokus pengabdian kepada masyarakat ini yakni melakukan pendekatan kepada pemerintah daerah sebagai regulator, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, serta berbagai industri yang berada di kawasan Kabupaten Bandung Barat. Pengabdian kepada masyarakat ini berupa bimbingan teknis atau pelatihan yang diberikan kepada para operator IPAL industri terkait pengelolaan limbah cair dengan pendekatan good WWTP operational practice.
Pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan wawasan serta kapabilitas operator IPAL industri dalam mengoptimalkan pengelolaan limbah cair industri.
Pelaksanaan kegiatan kepedulian sosial berupa pendidikan, pendampingan, dan penyuluhan. Pemerintah daerah selaku regulator terkait pengelolaan limbah sangat terbantu dengan pelatihan atau bimbingan teknis yang diberikan oleh ITB. Selama ini, pemda kurang mendapat informasi terkait dengan program pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan ITB.
Setelah diadakannya acara pelatihan pengelolaan limbah industri ini, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat mengajak perguruan tinggi untuk sering melakukan kerja sama terkait dengan masalah teknis pengelolaan limbah industri.***
Operator instalasi pengolahan air limbah industri (IPAL).
MENGELOLA LIMBAH CAIR INDUSTRI 41
Pengelolaan Air Bersih Sederhana
Pengolahan Air Bersih Sederhana dalam Rangka Mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
Dr. Qomarudin Helmy Syarif Hidayat, Ph.D.
KK Rekayasa Air dan Limbah Cair Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Dalam kegiatan ini tim melakukan pelatihan dan sosialisasi pengelolaan air bersih sederhana dalam rangka mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) kepada masyarakat di Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur. Harapannya dari kegiatan ini muncul urgensi rasa memiliki sekaligus menjaga sehingga teknologi tepat guna yang diterapkan nantinya tidak terbengkalai. 4
Restorasi Aliran Sungai
Kebutuhan Mendasar
Air bersih dan sanitasi yang layak merupakan kebutuhan dasar manusia. Keduanya erat kaitannya dengan aspek kesehatan. Selain untuk dikonsumsi, air juga digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti bertani, memasak, mencuci, dan mandi. Upaya pemenuhan kebutuhan ini akan berjalan lancar jika terlebih dahulu muncul kesadaran untuk menjaga hal penting tersebut.
Sebagai langkah awal pembentukan urgensi terkait dengan betapa pentingnya memiliki dan menjaga akses air bersih dan sanitasi, khususnya untuk kesehatan masyarakat, tim ITB melaksanakan pengabdian masyarakat di Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur. Di desa yang terletak di DAS Citarum ini tim melakukan pelatihan dan sosialisasi pengelolaan air bersih sederhana dalam rangka mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Harapannya dari kegiatan ini muncul urgensi rasa memiliki sekaligus menjaga sehingga teknologi yang diterapkan nantinya tidak terbengkalai.
Sebelum tercetusnya program ini, tim melakukan beberapa kali survei untuk memastikan potensi dan masalah yang ada. Dari hasil survei ditemukan bahwa untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari warga memperolehnya dari aliran sungai.
Hal yang menjadi perhatian adalah aliran air tersebut pun menjadi saluran buangan limbah domestik warga serta banyak ditemukan sampah. Meski saat ini belum benarbenar dirasakan, pembuangan limbah langsung ke badan air tanpa adanya pengolahan akan berdampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan dalam jangka panjang.
Kondisi Masyarakat
- Terdapat aliran air (anak sungai/kali kecil) yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan kegiatan sehari-hari seperti mencuci, mandi, hingga memasak.
- Aliran air (anak sungai/kali kecil) yang mengitari permukiman warga pun digunakan sebagai pengairan untuk kolam-kolam ikan yang berada di halaman rumah warga.
- Masyarakat memanfaatkan air dari kali kecil tersebut untuk keperluan sehari-hari, termasuk juga perilaku sanitasi yang kurang baik seperti ditemukan limbah domestik (sampah, air cucian, air bekas dapur, dll.) yang langsung dialirkan ke badan air tersebut termasuk juga perilaku buang air besar sembarangan (BABS).
PENGELOLAAN AIR BERSIH SEDERHANA 44
Restorasi Aliran Sungai
Lingkup Pelaksanaan
- Germas dalam adaptasi kebiasaan baru.
- Sosialisasi gerakan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker) kepada murid sekolah diniah.
- Demo filter sederhana menggunakan botol air minum dan bahan sehari-hari untuk dipergunakan sebagai air untuk keperluan sanitasi (mandi, cuci, kakus).
Pelatihan Germas
Kegiatan yang sudah dilaksanakan selama 3 tahun di Desa Cinangsi ini mendapat apresiasi tokoh masyarakat setempat. Manfaat yang paling terasa oleh masyarakat adalah terpenuhinya sebagian kebutuhan dasar masyarakat terhadap kebutuhan air bersih/minum yang layak konsumsi sehingga mampu meningkatkan produktivitas mereka.
Kegiatan pelatihan dan sosialisasi ini dimulai dengan melakukan senam ringan yang dipandu oleh musik. Hal ini dilakukan dengan harapan peserta yang merupakan murid sekolah dasar dapat lebih antusias dan fokus sehingga siap untuk menerima materi yang akan disampaikan. Materi pertama yang diberikan adalah mengenai 7 poin utama Germas, yakni wajib memakai masker dan jaga jarak, cuci tangan pakai sabun, sedia hand sanitizer, makan makanan bergizi seimbang, rajin olah raga, tidak bersalaman dahulu, dan urgensi mandi ketika tiba di rumah.
PENGELOLAAN AIR BERSIH SEDERHANA 45
Restorasi Aliran Sungai
Saringan Air Sederhana
Pelatihan selanjutnya peserta pelatihan dan sosialisasi dibagi menjadi dua kelompok. Pada masing-masing kelompok dilakukan demonstrasi pembuatan saringan air sederhana dari bahan seperti botol plastik, kerikil, sabut kelapa, arang, ijuk, dan spons. Pada demonstrasi tersebut ditunjukkan bahwa air keruh yang melewati saringan air sederhana ini akan berubah menjadi lebih jernih.
Terlebih dahulu dijelaskan mengenai apa itu air bersih dan bagaimana pentingnya untuk kehidupan. Kemudian dipaparkan bahan-bahan penyusun lapisan saringan dan apa fungsinya. Setelah itu, audiens dibagi menjadi dua kelompok untuk mencoba membuat filter air sederhana. Selanjutnya demo dilakukan dengan membandingkan air sampel awal dan setelah disaring.
PENGELOLAAN AIR BERSIH SEDERHANA 46
Restorasi Aliran Sungai
CTPS
Materi terakhir disampaikan pelatihan dan sosialisasi mengenai langkah-langkah cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang benar. Sebelum memulai materi CTPS, dua orang perwakilan peserta diminta untuk mendemonstrasikan cara mereka mencuci tangan.
Demonstrasi tersebut dilakukan dengan kondisi mata peserta tertutup. Peserta menggunakan sarung tangan karet dan digunakan cat minyak berwarna
sebagai sabun. Dengan demikian, dapat dinilai kemampuan peserta dalam melakukan cuci tangan pakai sabun secara menyeluruh. Setelah demonstrasi dari peserta, dilakukan penyampaian materi mengenai langkah-langkah CTPS dengan menggunakan iringan lagu.
Melalui serangkaian kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran peserta mengenai pentingnya sanitasi. Selain sosialisasi secara langsung, juga dilakukan penyebaran poster-poster bekerja sama dengan perangkat desa setempat.
PENGELOLAAN AIR BERSIH SEDERHANA 47
Restorasi Aliran Sungai
Perlu diperhatikan:
1.Air harus dimasak terlebih dahulu bila akan dikonsumsi.
2.Arang diganti maksimal 3 bulan sekali.
3.Bersihkan bahan-bahan secara berkala.
Kerikil Busa
Ijuk
Sabut kelapa Arang
Pasir
1,5cm
Ijuk
17,5cm
Pasir
4,5cm
Kerikil
0,5cm
Ijuk
11cm
8cm Ijuk 7cm
Pasir
Arang
Kerikil
13cm
Pada Kapasitas yang Lebih Besar
Restorasi Aliran Sungai
Perbaikan Fisik
Selain melakukan sosialisasi
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dalam rangka adaptasi kebiasaan baru yang dicanangkan pemerintah, kegiatan pengabdian kepada masyarakat kali ini juga melakukan perbaikan fisik sarana sanitasi. Perbaikan dilakukan pada WC dan tempat wudu di salah satu musala serta membuatkan sarana cuci tangan untuk Taman Pendidikan Quran (TPQ) yang ada di RT 07 Desa Cinangsi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan salah satu dari 15 kegiatan yang didanai melalui skema top down Program PKM-ITB tahun 2020.*
PENGELOLAAN AIR BERSIH SEDERHANA 49
Kondisi fisik bagian luar dan dalam sebelum perbaikan.
Kondisi fisik bagian luar dan dalam setelah perbaikan.
Mengendalikan Pencemaran Industri
Dr. Qomarudin Helmy
Prof. Mindriany Syafila, Ph.D.
KK Rekayasa Air dan Limbah Cair Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Pendampingan diberikan kepada pemangku kepentingan pemerintah daerah di bidang pengendalian pencemaran air dan limbah kawasan DAS Citarum, selain penyuluhan bidang pengendalian pencemaran air dan limbah. Penyuluhan terkait dengan limbah dan sanitasi ini diharapkan semakin meningkatkan kesadaran akan pengelolaan lingkungan sekitar DAS Citarum.
5
Restorasi Aliran Sungai
Pengendalian Pencemaran
Sungai di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Citarum memiliki potensi sebagai sumber daya air yang dapat menjadi sumber air baku bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan semangat Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 pada poin tujuan nomor 6, yaitu memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua.
DAS Citarum yang menjadi sumber air bagi masyarakat telah mengalami kontaminasi oleh bahan pencemar industri. Kontaminasi bahan pencemar dari aktivitas industri di sekitar kawasan DAS Citarum menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang signifikan pada badan air seperti sungai, danau, dan waduk.
Penurunan kualitas badan air masih terus berlangsung meskipun telah diberlakukan berbagai kebijakan dan peraturan yang mengatur pengendalian pencemaran air. seperti PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Air serta regulasi terbaru, yaitu PP Nomor 22
Tahun 2021 tentang PPPLH. Hal tersebut disebabkan masih lemahnya pengawasan dan penegakan hukum maupun teknologi pengendalian pencemaran.
Peningkatan kapasitas (capacity building) bidang pengendalian pencemaran air dan limbah B3 di industri kawasan DAS Citarum
MENGENDALIKAN PENCEMARAN INDUSTRI 52
MENGENDALIKAN PENCEMARAN INDUSTRI 53
Restorasi Aliran Sungai
Restorasi Aliran Sungai
merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan tahun 2019-2020. Kegiatan tersebut yakni pelatihan teknis bagi operator instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk meningkatkan praktik baik dalam mengelola IPAL pada masing-masing industrinya, penyuluhan kepada warga dan aparat desa sekitar, juga terkait dengan pengendalian pencemaran limbah domestik di Kampung Tarikolot, Cianjur pada 2020.
MENGENDALIKAN PENCEMARAN INDUSTRI 54
Restorasi Aliran Sungai
MENGENDALIKAN PENCEMARAN INDUSTRI 55
Pendampingan kepada pemangku kepentingan bidang pengendalian pencemaran air dan limbah pemerintah daerah di kawasan DAS Citarum.
Restorasi
Aliran Sungai
Pendampingan Pemangku
Kepentingan
Berdasarkan hasil survei dan diskusi bersama warga, masyarakat di Kampung Tarikolot membutuhkan edukasi terkait pentingnya sanitasi dan air bersih layak konsumsi pada skala rumah tangga. Selama ini masyarakat masih menggunakan air yang bersumber dari anak Sungai Citarum yang tercemar limbah domestik.
Meskipun tidak dirasakan adanya dampak langsung, sudah mafhum bahwa sanitasi yang buruk akan
berdampak bagi kesehatan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, dilakukan pendampingan kepada pemangku kepentingan di Kampung Tarikolot untuk membangun sanitasi dan sumber air bersih yang memadai. Kegiatan dilakukan dalam bentuk pendampingan dan penyelenggaraan penyuluhan bidang pengendalian pencemaran air dan limbah.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan semakin meningkatkan kesadaran akan pengelolaan lingkungan sekitar DAS Citarum sesuai dengan kebijakan dan regulasi yang berlaku.
Survei awal dan diskusi dengan warga dan aparat desa terkait dengan kondisi sanitasi.
MENGENDALIKAN PENCEMARAN INDUSTRI 56
Restorasi Aliran Sungai
Peningkatan Kapasitas
Kegiatan peningkatan kapasitas dilakukan dengan menggandeng Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat pada 2019 serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2021 dalam melakukan sosialisasi serta pendampingan teknis kepada pelaku industri tekstil di daerah Bojongsoang.***
MENGENDALIKAN PENCEMARAN INDUSTRI 57
Pembangunan sarana sanitasi dilakukan secara gotong royong bersama masyarakat setempat.
Penerapan Slow S an d Filter
Dr. Qomarudin Helmy
Dady Surachman, M.Si., Syarif Hidayat, Ph.D.
KK Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Sekitar 60% penyumbang pencemaran air permukaan bersumber dari limbah cair
domestik yang langsung dibuang ke badan air. Pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar lokasi kegiatan terkait akan pentingnya pengelolaan limbah cair domestik secara baik dan benar perlu dilakukan terus-menerus. Selain itu, diberikan penyuluhan mengenai cara perawatan dan pemeliharaan biosand filter.
6
Restorasi Aliran Sungai
Limbah Cair Domestik
Kegiatan pengendalian pencemaran air ini dilakukan dengan tujuan untuk terus memberikan pengetahuan (lifelong learning) serta melihat kesinambungan/sustainability dari kegiatan pengabdian sebelumnya mengingat kompleksnya permasalahan di bidang pengendalian pencemaran.
Instalasi pengolahan air limbah domestik merupakan instalasi yang mengolah buangan cair sisa kegiatan rumah tangga sehingga tidak mencemari lingkungan sekitarnya. IPAL telah diatur dalam Permen LH No. 5 Tahun 2014 yang dikeluarkan oleh KLH juga Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Walaupun telah diberlakukan berbagai kebijakan dan peraturan terkait dengan pengendalian pencemaran air, penurunan kualitas badan air masih terus berlangsung. Hal ini disebabkan lemahnya pengawasan dan penegakan hukum maupun kesadaran masyarakat terkait dengan pembuangan limbah rumah tangga.
Kontaminasi bahan pencemar yang berasal dari aktivitas industri, pertanian, peternakan, maupun kegiatan rumah tangga telah menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang signifikan pada badan air seperti sungai, danau, dan waduk. Walaupun saat ini telah diberlakukan berbagai kebijakan dan peraturan terkait dengan pengendalian pencemaran air, di antaranya PP No. 82 Tahun 2001 dan terakhir PP No. 22 Tahun 2021, lemahnya praktik pengawasan dan penegakan hukum menyebabkan penurunan kualitas air di badan air terus berlangsung.
Sosialisasi serta pembinaan terus-menerus terkait pentingnya gaya hidup sehat kepada masyarakat menjadi penting karena sekitar 60% penyumbang pencemaran air permukaan bersumber dari limbah cair domestik yang langsung dibuang ke badan air.
Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat pada tahun 2022 adalah kelanjutan dari kegiatan tahun 2018-2021 terkait instalasi fasilitas sanitasi yang telah dilakukan di Desa Cinangsi, Cianjur, yaitu pertama pembinaan dan
PENERAPAN SLOW SAND FILTER 60
Restorasi Aliran Sungai
penyuluhan kepada masyarakat di sekitar
lokasi kegiatan terkait akan pentingnya pengelolaan limbah cair domestik secara baik dan benar. Kedua, memberikan penyuluhan mengenai cara perawatan dan pemeliharaan biosand filter . Ketiga, mengembangkan dan memperbaiki instalasi fasilitas sanitasi yang telah dibangun sejak tahun 2018 di Desa Cinangsi, Cianjur.
Survei dan Purwarupa
Manfaat kegiatan pengembangan dan perbaikan instalasi sanitasi terdahulu sebagai upaya menjaga kesinambungan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Cinangsi. Kegiatan ini dapat menjadi penggerak terhadap pengembangan desa agar menjadi wilayah yang berkualitas dan maju melalui peningkatan kualitas air bersih. Selain itu, membantu meningkatkan pemahaman dan kesadaran dalam aspek air bersih dan sanitasi.
Survei lokasi dilakukan pada 5 Juli 2023. Kunjungan pertama dilakukan dengan hanya melibatkan mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, ITB. Pada kunjungan pertama, mahasiswa melihat kondisi sekitar dengan didampingi ketua
RT dan RW sekitar untuk mendapatkan informasi dari kondisi instalasi sanitasi terdahulu dan lokasi yang berpotensi untuk kegiatan lainnya.
Diskusi bersama warga.
SLOW SAND FILTER 61
PENERAPAN
Restorasi
Aliran Sungai
Pada 27 Agustus 2023 kembali dilakukan kunjungan bersama tim dosen dan mahasiswa untuk validasi lokasi kegiatan. Dalam survei
tersebut tim melakukan sampling air baku untuk dianalisis sehingga didapatkan pengolahan yang tepat untuk digunakan di lokasi.
Mahasiswa membuat alat raga sosialisasi mulai
pada 22 November sampai 26 November. Purwarupa berguna untuk memperjelas mekanisme saat sosialisasi terkait cara kerja alat dan lebih memberikan gambaran kepada warga.
Proses pembuatan alat sosialisasi dan validasi lokasi kegiatan.
PENERAPAN SLOW SAND FILTER 62
Restorasi Aliran Sungai
Perawatan Instalasi
Pada kegiatan ini dilakukan monitoring kondisi kekinian instalasi yang telah dibangun sejak 2018 serta aktivitas warga dalam mengoperasikan instalasi pengolah air bersih dan sarana sanitasi. Monitoring dilakukan untuk mengetahui kebiasaan, adaptasi, serta pengetahuan warga terkait dengan perawatan instalasi yang telah dibangun sehingga diharapkan instalasi dapat beroperasi secara berkelanjutan.
Tim survei mengumpulkan sampel air baku untuk dianalisis.
63
PENERAPAN SLOW SAND
FILTER
Restorasi
Aliran Sungai
Selain itu, dilakukan sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat terkait dengan budaya sanitasi yang baik, termasuk cara pembuatan, operasional, dan perawatan instalasi saringan pasir lambat (slow sand filter) yang merupakan modifikasi dari instalasi pasir cepat yang telah dibangun pada kegiatan tahun sebelumnya.
Diskusi pengembangan dan perbaikan instalasi sanitasi terdahulu.
PENERAPAN SLOW SAND FILTER 64
Restorasi Aliran Sungai
Selain itu, dilakukan perawatan dan penggantian material yang rusak dari instalasi terdahulu berupa keran air, media filter, lampu penerangan, cat, serta instalasi pipa penyalur air bersih menuju MCK umum.
Pemeliharaan dan perbaikan fasilitas sanitasi umum.
PENERAPAN SLOW SAND FILTER 65
Restorasi Aliran Sungai
Pengolahan
Slow Sand Filter (Cara kerja alat):
1. Air dikumpulkan di dalam bak prasedimentasi untuk mengurangi pasir dan lumpur.
2. Air sungai dipompa ke dalam bak pertama untuk dilakukan proses pengendapan menggunakan plate settler yang terbuat dari kepingan genting tanah liat. Tujuan pengendapan adalah menurunkan jumlah partikelpartikel padat dalam air.
3. Air yang telah melalui bak pengendapan kemudian memasuki bak kedua dan ketiga yaitu bak penyaringan yang berisi kerikil dan pasir yang berguna untuk menyaring partikel-partikel kotoran dalam air.
4. Air yang telah melalui proses dari bak pengendapan dan bak penyaringan kemudian masuk ke bak tangki nomor 4 yaitu tangki untuk penyimpanan air.
5. Air bersih siap untuk digunakan dan dikeluarkan melalui keran air.
BakPengendapan menggunakan plate settler (genting tanah liat) untuk menurunkan jumlah partikel-partikel padat dalam air.
PENERAPAN SLOW SAND FILTER 66
Restorasi Aliran Sungai
Bak Penyaringan n y menyaring partike yang berisi kerikil dan pasir untuk el-partikel kotoran dalam air.
Ba un pa ak Prasedimentasi ntuk mengurangi asir dan lumpur.
Airbersih
PENERAPAN SLOW SAND FILTER 67
Akuaponik Lahan Basah Buatan
Penjernihan Air Sungai Menggunakan Prototipe Lahan Basah Buatan dan Pemanfaatannya dalam Akuaponik
Dr. Taufikurahman
KK Sains dan Bioteknologi Tumbuhan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Endra Susila, Ph.D.
KK Rekayasa Geoteknik, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Dalam kegiatan ini dilakukan sosialisasi hasil kegiatan dengan masyarakat sekitar untuk ikut mengedukasi dan mengaplikasikan lahan basah buatan dan sistem akuaponik. Kegiatan ini melibatkan masyarakat Kampung Tarikolot RT 04 RW 03, Dusun 3 dengan manfaat mengurangi polutan yang mencemari DAS Citarum sehingga masyarakat dapat menggunakan airnya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
7
Restorasi Aliran Sungai
Tingginya Pencemaran
Sumber Air
Berdasarkan survei awal, di Kampung
Tarikolot RT 04 RW 03, Dusun 3 terdapat sekitar 120 KK dalam satu rukun tetangga (RT). Sebagian besar masyarakatnya memiliki mata pencarian sebagai petani, buruh, PNS, dan guru. Masyarakat di wilayah ini menggunakan sumber mata air yang berasal dari Sungai Cikundul yang merupakan salah satu DAS Citarum. Air sungai tersebut digunakan oleh masyarakat dalam aktivitas sehari-hari, seperti buang air, mencuci baju, dan mencuci piring.
Kondisi air dari sungai tersebut keruh dan kurang layak digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Jika hujan, air sungai menjadi berwarna cokelat tua karena padatan dari tanah tercampur ke dalam air sungai. Masyarakat juga melakukan pembesaran ikan di dalam kolam-kolam penampungan dan bertani dengan tanaman semusim seperti padi dan palawija menggunakan air sungai tersebut. Ikan yang dibesarkan antara lain ikan nila dan ikan emas. Di sekitar RT 04 ini juga terdapat beberapa usaha seperti peternakan dan perikanan.
Prototipe Lahan Basah Buatan untuk Akuaponik
Pumice/Batu
Ijuk
Pasir Silika
Batu Zeolit
Apung
Tahap penjernihan melalui lapisan ter yang berisi ijuk, silika, zeolit, batu apung.
AKUAPONIK LAHAN BASAH BUATAN 70
Restorasi Aliran Sungai
Cara Kerja Teknologi
Dilakukan pengambilan sampel air untuk uji kualitas air dengan beberapa parameter antara lain, pH, TDS, BOD, COD, NH3, nitrit, dan nitrat. Parameter-parameter tersebut dipilih karena limbah yang mencemari daerah tersebut diduga merupakan limbah organik yang berasal dari aktivitas masyarakat sehari-hari, pertanian, dan perikanan. Perencanaan dan pembuatan desain lahan basah buatan (constructed wetland) dilakukan dengan melakukan studi literatur terhadap pemilihan tanaman dan pemilihan media yang cocok digunakan di Desa Cinangsi. Pembangunan lahan basah buatan dilakukan di lokasi terpilih sesuai dengan survei lapangan sebelumnya. Proses pembangunan dibantu oleh masyarakat sekitar serta disupervisi dan dipantau oleh anggota tim. Pembangunan memakan waktu selama satu minggu.
Masyarakat sekitar diajak untuk ikut mengedukasi dan mengaplikasikan lahan basah buatan dan sistem akuaponik. Tahap pelaksanaan pembuatan lahan basah buatan yaitu:
1. Penjernihan air dilakukan secara bertahap, yaitu dialiri melalui lapisan filter yang berisi ijuk, silika, zeolit, batu apung.
Instalasi akuaponik yang terdiri atas kangkung, selada, bayam.
2. Air kemudian dialirkan ke lahan basah buatan dengan tanaman fitoremediator seperti Typha angustifolia, Canna indica, dan Cyperus papyrus
3. Penyemaian sayuran untuk instalasi akuaponik yang terdiri atas kangkung, selada, bayam yang nantinya dapat dipanen oleh masyarakat sekitar untuk dikonsumsi.
Air dialirkan ke lahan basah buatan dengan toremediator seperti Typha angustifolia, Canna indica, dan Cyperus papyrus.
Masyarakat diberikan panduan berupa booklet yang berisi informasi mengenai sistem fitoremediasi, lahan basah buatan dan sistem akuaponik, media yang dapat digunakan, dan cara pemeliharaan. Banyak pemangku kepentingan yang harus dikoordinasikan terkait dengan pengaplikasian sistem lahan basah buatan dan akuaponik, antara lain warga pemilik kolam ikan dan sawah/lahan serta perwakilan kelurahan (RW/RT).
Target yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu pembangunan prototipe lahan basah buatan dan kemampuan warga membuat sistem akuaponik sederhana di rumahnya masing-masing.
Manfaatnya adalah dengan mengurangi polutan yang mencemari DAS Citarum, masyarakat dapat menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Prototipe ini bisa di-upscale dengan luasan lahan dan volume yang lebih besar.***
AKUAPONIK LAHAN BASAH BUATAN 71
Teknologi Membran Terintegrasi untuk Air Minum
Prof. I Gede Wenten, Ph.D. Dr. Khoiruddin
KK Perancangan dan Pengembangan Proses Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
Unit membran ultrafiltrasi dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan ketersediaan air bersih di berbagai daerah di Indonesia. Unit tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan air bersih dan air minum tidak hanya di Desa Cipatujah, Tasikmalaya, tetapi juga untuk daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau PDAM dan daerah-daerah lainnya yang sulit mendapat air bersih.
8
Restorasi Aliran Sungai
Ketersediaan Air Minum
Kurangnya ketersediaan air siap minum akibat musim kemarau merupakan permasalahan utama yang dihadapi oleh warga di beberapa daerah di Tasikmalaya. Beberapa sumber mengalami kekeringan, sedangkan sumber air yang masih ada tidak layak untuk diminum karena tercemar oleh kontaminan. Untuk mencukupi kebutuhan air bersih untuk minum dan juga kebutuhan lainnya, warga di desa tersebut mengandalkan bantuan pasokan air dari pemerintah Desa Cipatujah.
Teknologi ultrafiltrasi (UF) merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan ketersediaan air bersih tersebut. Membran UF dapat menyisihkan zat besi (Fe3+), koloid, kuman, dan semua partikulat penyebab kekeruhan dalam sumber air permukaan dengan tetap menjaga mineral penting di dalamnya.
Unit ultrafiltrasi dilengkapi dengan modul terintegrasi yang dilengkapi dengan karbon aktif pada tahap awal untuk menghilangkan bau, zat organik, dan klorin bebas.
Nanopartikel ZnO berfungsi sebagai zat anti bakteri dan tahap disinfeksi. Dengan unit ultrafiltrasi terintegrasi tersebut, air bersih dan air layak minum dapat diproduksi sekaligus.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat di Cipatujah, Tasikmalaya hanya mengandalkan bantuan dan mobil-mobil tangki PDAM. Dengan terpasangnya unit UF di desa tersebut, air permukaan (seperti sungai dan sumur) dapat diolah menjadi air layak minum dan memasak. Masyarakat tidak lagi bergantung pada mobil tangki PDAM jika terjadi keterlambatan dalam pengiriman.
Ultrafiltrasi
Pada unit ultrafiltrasi yang dipasang di lokasi, air permukaan dari bak penampung dialirkan ke unit UF sebagai disinfektan untuk menghilangkan bakteri dan virus, kemudian dialirkan lebih lanjut menuju unit karbon aktif untuk mengadsorp
TEKNOLOGI MEMBRAN TERINTEGRASI UNTUK AIR MINUM 74
Restorasi Aliran Sungai
impuritis yang tidak tersaring oleh membran UF. Unit UF diitegrasikan dengan partikel ZnO sebagai agen antibakteri dan biokeramik untuk mengembalikan kesegaran serta mineral penting dalam air. Unit membran UF terpasang dapat dimanfaatkan untuk mengolah air permukaan, seperti air sungai dan air sumur, menjadi air bersih dan layak minum sekaligus. Kegiatan ini dapat membantu memenuhi kebutuhan air minum dan air bersih bagi masyarakat di Cipatujah sehingga masyarakat tidak bergantung pada mobil-mobil tangki PDAM.***
unit membran UF terintegrasi di Cipatujah, Tasikmalaya.
TEKNOLOGI MEMBRAN TERINTEGRASI UNTUK AIR MINUM 75
Instalasi
Upcycling Limbah Domestik
Pendidikan Proses Manajemen dan Upcycling Limbah Domestik dalam Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat
Dr. Lulu Lusianti Fitri
KK Fisiologi, Perkembangan Hewan dan Sains Biomedika, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Ramadhani Eka Putra, Ph.D.
KK Manajemen Sumber Daya Hayati, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Pendekatan terkini dari metode ini adalah pengembangan sistem manajemen limbah organik yang dikenal dengan istilah CORS (Conversion of Organic Refuse by Saprophages). Kesuksesan metode ini dalam mengolah limbah organik permukiman dan pertanian memberikan suatu potensi pemanfaatannya sebagai bagian dari perbaikan lingkungan yang tercemar oleh limbah organik, salah satunya adalah lingkungan perairan Sungai Citarum.
9
Restorasi Aliran Sungai
Masalah Laten Limbah Organik
Salah satu upaya untuk menanggulangi permasalahan laten limbah organik di berbagai daerah bantaran Sungai Citarum adalah kemampuan cerdas manusia yang tinggal di wilayah tersebut untuk mengolah limbah menjadi produk yang bermanfaat.
Tidak seperti limbah “anorganik”, pengolahan limbah organik tidak menghasilkan produk yang bernilai ekonomi tinggi. Hal itu karena keterlibatan manusia yang tinggi dalam pengolahannya serta nilai produk yang relatif rendah sehingga menimbulkan dampak ekonomi yang tidak signifikan.
Salah satu pendekatan yang telah dikembangkan sejak awal tahun 2010 di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, ITB adalah aplikasi proses biokonversi. Biokonversi dilakukan untuk mengubah limbah organik menjadi produk bernilai tinggi (seperti pupuk cair, kompos, pakan ternak) melalui proses dekomposisi oleh larva lalat tentara hitam (Hermetia illucens). Hal itu menurunkan biaya produksi akibat tingginya keterlibatan manusia dalam prosesnya.
Metode ini sudah diaplikasikan secara berkala kepada praktisi pengolahan limbah organik di Kota Bandung, Rancaekek, Ciamis, dan beberapa kota lain sebagai bagian dari program diseminasi teknologi.
Pendekatan terkini dari metode ini adalah pengembangan sistem manajemen limbah organik yang dikenal dengan istilah CORS (Conversion of
Organic Refuse by Saprophages). Aplikasi CORS sudah mulai diaplikasikan pada awal tahun 2019 pada beberapa kelompok tani kopi di daerah Sumedang dan mulai memberikan hasil sebagai dasar dari pembentukan unit-unit produksi baru.
Kesuksesan metode ini dalam mengolah limbah organik permukiman dan pertanian memberikan potensi pemanfaatannya sebagai bagian dari perbaikan lingkungan yang tercemar oleh limbah organik, salah satunya lingkungan perairan Sungai Citarum.
Sungai Citarum merupakan salah satu sumber utama air bagi kegiatan ekonomi dan dikenal sebagai salah satu sungai paling tercemar. Pada beberapa segmen pencemaran berasal dari limbah organik hasil dari kegiatan pertanian dan peternakan sepanjang anak maupun induk dari Sungai Citarum.
Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan aplikasi dari teknologi CORS di beberapa daerah yang diduga sebagai sumber limbah organik yang mencemari anak dan induk Sungai Citarum. Dalam kegiatan ini, pendekatan yang dilakukan adalah aplikasi dari CORS yang diintegrasikan dengan sistem pertanian dan peternakan untuk memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat seperti pemuda, wanita, dan masyarakat dengan kemampuan ekonomi lemah.
Kegiatan yang dilakukan pada program pengabdian masyarakat ini adalah sosialisasi dari aplikasi teknologi ini pada berbagai kalangan masyarakat (sekolah, praktisi penanggulangan sampah, petani,
UPCYCLING LIMBAH DOMESTIK 80
Restorasi Aliran Sungai
peternak, pengelola kegiatan ekonomi penghasil limbah organik, dan industri kecil), di sekitar Sungai Citarum.
Kegiatan ini bertujuan mengelola limbah organik, menghasilkan produk langsung dari limbah organik yang bernilai ekonomi, menghasilkan produk lanjutan dari produk antara (seperti ternak dan hortikultura), dan meningkatan partisipasi masyarakat dalam perbaikan kondisi lingkungan di wilayah sekitar Sungai Citarum.
Bagi ITB kegiatan ini diharapkan dapat memberikan
sumbangsih dalam perbaikan lingkungan dari aliran Sungai Citarum dan memberikan tambahan pengetahuan berkaitan dengan efektivitas dari aplikasi teknologi tepat guna yang telah dikembangkan oleh laboratorium. Selain itu, mendapatkan masukan berupa bentuk kebutuhan para peserta dan ide-ide kreatif dari peserta yang dapat dikembangkan lebih lanjut bersama ITB. Di sisi lain, informasi lebih lanjut dapat menjadi modal dasar yang penting bagi tim dan ITB dalam mengembangkan teknologi pengolahan sampah organik menggunakan konsep biokonversi.
CORS
Kegiatan ekonomi manusia menghasilkan kurang lebih 60% sampah organik. Masalah utama yang dihadapi dalam menangani sampah tersebut di negara berkembang, seperti Indonesia, adalah pengumpulan dan pengolahan yang sering kali hanya mencakup 5070% dari total sampah Pada umumnya sampah ini dikumpulkan di lokasi penampungan sampah yang umumnya bersifat terbuka sehingga memungkinkan penyebaran penyakit dan senyawa toksik pada lingkungan.
Permasalahan menjadi semakin kompleks saat pencemaran limbah organik tersebut mencapai badan perairan. Limbah organik juga dapat menyebabkan perubahan ekosistem yang secara signifikan menurunkan kualitas air. Penurunan kualitas ini dapat menyebabkan peningkatan kerugian ekonomi yang signifikan terkait dengan pengolahan air tersebut bagi kebutuhan konsumsi manusia.
Salah satu contoh dari kasus ini yang menjadi perhatian besar hingga ke level nasional adalah penurunan kualitas dari Sungai Citarum yang merupakan salah satu sungai utama di Jawa dengan fungsi memenuhi kebutuhan air bagi 2 provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, Jawa Barat dan DKI Jakarta.
UPCYCLING LIMBAH DOMESTIK 81
Restorasi Aliran Sungai
Suatu alternatif lain yang dapat dilakukan untuk mengelola sampah organik adalah dengan menggunakan pendekatan proses konversi sampah.
Biokonversi atau juga dikenal dengan istilah biotransformasi merupakan suatu proses dengan menggunakan organisme hidup, umumnya mikroorganisme Untuk melakukan proses kimia yang bila dilakukan menggunakan metode nonbiologis, membutuhkan biaya atau energi yang sangat besar bahkan tidak dapat dilakukan.
Dalam dekade terakhir, tim peneliti ITB telah melakukan serangkaian penelitian terkait dengan proses biokonversi menggunakan larva lalat tentara hitam (Black Soldier Flies/BSF), Hermetia illucens. Larva lalat ini mampu mengubah berbagai macam sampah organik menjadi media tumbuhan dan biomassa yang dapat digunakan bagi produksi pakan ternak berkualitas. Bahkan, berpotensi sebagai sumber protein juga lipida untuk biodiesel. Sementara, lindi yang dihasilkan dapat dikembangkan menjadi pupuk organik cair.
Keuntungan lain dari penggunaan BSF sebagai agen pengelola sampah organik adalah dapat mengontrol keberadaan lalat rumah karena kemampuannya menekan populasi larva lalat rumah melalui predasi telur dan persaingan nutrisi.
Dalam perkembangan lebih lanjut, sekarang mulai dikembangkan proses CORS (Conversion of Organic Refuse by Saprophages) dengan memanfaatkan berbagai jenis hewan yang berperan sebagai saprophag untuk menghasilkan suatu konsorsium dalam sistem pengolahan limbah organik yang lebih
baik. Hal ini disebabkan karakteristik yang berbeda dari setiap hewan Sebagai contoh cacing tanah yang merupakan hewan terbaik untuk mengelola sludge dan ulat hong kong yang berperan paling baik dalam pengolahan limbah dengan kandungan serat yang tinggi.
Berdasarkan pengalaman dalam interaksi dengan praktisi pengolahan limbah dan informasi yang terkait selama interaksi dalam kegiatan pengabdian masyarakat, pengolahan limbah akan berjalan dengan baik bila kegiatan ini menghasilkan produk bernilai ekonomi. Oleh karena itu, dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini selain pengetahuan tentang pengolahan limbah organik, peserta juga mendapatkan pengetahuan mengenai aplikasi dari produk sebagai bagian dari sistem pertanian terintegrasi.
Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di SITH-ITB sejak 2010 terkait dengan teknologi CORS. Teknologi ini sejak tahun 2017 sudah mulai diaplikasikan sebagai bagian dari sistem pertanian terintegrasi pada level kecil dan laboratorium yang dapat diaplikasikan oleh berbagai kelompok masyarakat dan pada tahun 2019 pada level masyarakat pengguna.
Hasil pengamatan, survei, dan wawancara mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan pengolahan limbah domestik adalah limbah domestik merupakan tanggung jawab dari petugas yang mengelola limbah tersebut dan tidak terdapat manfaat langsung dari manajemen pengolahan limbah domestik.
UPCYCLING LIMBAH DOMESTIK 82
Restorasi Aliran Sungai
Cara Kerja Teknologi/Alat
Metode yang ditawarkan:
1. Penyuluhan/workshop
- Memberikan penjelasan menyangkut tentang peran dari masyarakat untuk mengendalikan tingkat pencemaran lingkungan.
- Menyampaikan informasi hasil-hasil temuan atau penelitian seputar aplikasi pengetahuan
pada bidang ilmu hayati dan sistem pengolahan sampah di beberapa kota di Indonesia dan dunia. Informasi ini dapat menambah wawasan bagi para peternak tentang perkembangan sistem manajemen limbah domestik.
- Dasar-dasar dan beberapa model dari bank sampah.
2. Pilot project.
3. Pendampingan
Pemetaan kebutuhan dan kontribusi dari kedua belah pihak dalam program pengabdian masyarakat:
Pemberi manfaat (ITB) Lokasi dan kelompok masyarakat untuk proses implementasi dan trial teknologi sebagai bagian dari pengembangan sains dan teknologi. Informasi mengenai tantangan yang membutuhkan pendekatan sains dan teknologi dalam pemecahannya.
Pengetahuan mengenai manajemen limbah domestik dengan tipe berbeda.
Pelatihan pembentukan dan manajemen bank sampah.
Perubahan paradigma mengenai sampah melalui teknologi dan social engineering.
Penerima manfaat (Kelompok masyarakat)
Pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup melalui proses pemecahan masalah yang dihadapi.
Kelompok masyarakat yang akan memanfaatkan teknologi dan pengetahuan yang diberikan oleh pemberi manfaat.
Memberikan informasi terkait pemanfaatan teknologi dan pengetahuan maupun hal-hal baru yang dapat dijadikan dasar untuk pengembangan pengetahuan dan teknologi baru.
UPCYCLING LIMBAH DOMESTIK 83
Pihak
Kebutuhan
Kontribusi
Restorasi Aliran Sungai
Penyuluhan ini diberikan dalam bentuk pelatihan dan diskusi yang meliputi materi:
1. Overview, dampak limbah domestik terhadap kualitas lingkungan dan hidup dari manusia.
2. Metode-metode dalam pemanfaatan agen hayati pengolah limbah organik, faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan, perawatan koloni, proses pemanenan.
3. Metode berkaitan dengan penggunaan teknologi dan pengetahuan terkait dengan pengelolaan limbah domestik.
4. Persiapan produk hasil pengolahan limbah domestik.
5`. Manajemen ekonomi dari produk hasil pengolahan limbah domestik dalam bentuk bank sampah.
Pilot project
1. Pilot project pendidikan lingkungan dan pengolahan limbah domestik pada lembaga pendidikan.
2. Unit usaha rumah tangga melalui pemanfaatan produk hasil pengolahan limbah domestik.
Tahap kegiatan
a. Penyuluhan di peserta yang menjadi target dari kegiatan
b. Identifikasi masalah kasus per kasus dan alternatif solusi.
Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dari kelompok masyarakat untuk mengelola limbah domestik melalui proses recycling dan upcycling, menyosialisasikan metode manajemen limbah domestik, dan meningkatkan aktivitas dari masyarakat dalam manajemen limbah domestik
Penerima manfaatnya berupa pengetahuan baru dalam pengolahan limbah domestik untuk menghasilkan produk bernilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan. Selain juga peningkatan dalam kualitas lingkungan dalam hal kesehatan fisik dan sosial di mana terdapat model aktivitas baru yang dapat dilakukan oleh kelompok yang belum mendapatkan pekerjaan
UPCYCLING LIMBAH DOMESTIK 84
Restorasi Aliran Sungai
Nilai Ekonomi
Terdapat setidaknya dua kelompok masyarakat yang mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan (ditunjukkan dengan aplikasi dari pengetahuan yang didapatkan pada kegiatan mereka). Produk hasil pengolahan limbah domestik yang memiliki nilai ekonomi yang dapat dijual atau diaplikasikan sebagai bagian dari kegiatan untuk meningkatkan kualitas hidup pribadi atau komunitas.
Lebih lanjut, diharapkan terdapat perbaikan dari kualitas lingkungan aliran Sungai Citarum (ditandai dengan penurunan cemaran limbah domestik di daerah program pengabdian masyarakat dilaksanakan).
Sementara, bagi peserta pelatihan dapat melakukan pengolahan limbah domestik mandiri yang dapat berperan dalam mengurangi total jumlah cemaran limbah pada badan perairan Sungai Citarum.
Peserta pelatihan diharapkan menerapkan teknologi yang didesiminasikan dan dapat memanfaatkan teknologi tersebut sebagai salah satu sumber penghasilan tambahan melalui pengetahuan teori dan aplikasi dari prototipe yang diberikan dapat mengembangkan model-model baru prototipe yang sesuai dengan lingkungan mereka.
Peserta pelatihan mendapatkan perubahan persepsi dan paradigma terkait dengan limbah domestik dan mengembangkan ide-ide kreatif baru berdasarkan pengetahuan yang mereka dapatkan selama kegiatan pelatihan.
Dari kegiatan ini diharapkan para peserta mendapatkan informasi dan kemampuan untuk melakukan
proses manajemen limbah domestik baik yang bersifat biodegradable maupun non-biodegradable untuk menghasilkan peningkatan pada kualitas hidup dan menduplikasi di daerah sekitar. Kemungkinan keberlanjutan dari kegiatan ini adalah melalui:
1. Adopsi teknologi sebagai salah satu kebijakan pengolahan limbah organik pada level komunitas.
2. Adopsi teknologi oleh pihak-pihak industri penghasil limbah organik berdasarkan hasil sosialisasi pada level komunitas.
3. Unit usaha baru dari kelompok pemuda dan wanita yang menghasilkan produk bernilai ekonomi sebagai dampak dari pengetahuan yang diperoleh selama program pengabdian.
4. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penggunaan teknologi.
Replikasi diharapkan dapat terjadi dengan adanya adopsi teknologi sebagai salah satu kebijakan pengolahan limbah organik pada level komunitas dan oleh pihak-pihak industri penghasil limbah organik berdasarkan hasil sosialisasi pada level komunitas.***
UPCYCLING LIMBAH DOMESTIK 85
Restorasi Aliran Sungai
Pemisahan sampah organik
Koleksi sampah organik
Biokonversi sampah organik
dengan serangga
Residu untuk
pupuk
Biomassa serangga untuk pakan ternak
UPCYCLING LIMBAH DOMESTIK 86
Suplai Air Bersih dengan Sumur Bor
Perluasan Aplikasi Biosand Filter untuk Mendukung
Program Penyediaan Air Bersih di Kampung Tarikolot
Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur
Teddy Tedjakusuma, Ph.D.
Dr. Qomarudin Helmy, Syarif Hidayat, Ph.D.
KK Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Dalam rangka membantu memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi, Kec. Cikalongkulon, Kab. Cianjur, pembangunan sistem penyediaan air bersih dilakukan dengan sistem alternatif, yaitu penyediaan air bersih dari air tanah berupa sumur bor. Pekerjaan dapat mencapai hasil berupa air bersih dengan pengeboran mencapai kedalaman 40 meter.
10
Restorasi Aliran Sungai
Kebutuhan Air Bersih
Air bersih merupakan kebutuhan esensial bagi untuk hidup dan beraktivitas.
Masyarakat Kampung Tarikolot memenuhi kebutuhan air bersihnya dari beberapa sumber, khususnya air tanah (sumur dangkal) dan air sungai. Kondisi air sungai yang kurang layak untuk dikonsumsi tanpa pengolahan sebelumnya mendorong tim untuk merencanakan sebuah sistem pengolahan air menggunakan biosand filter.
Untuk mengetahui lebih jauh kondisi ketersediaan air baku dan hal lainnya dilaksanakan survei pendahuluan oleh tim yang terdiri atas dosen ITB, teknisi, dan mahasiswa. Salah satu kegiatan survei yang utama adalah peninjauan dan pengukuran sungai yang direncanakan sebagai sumber air baku untuk air bersih.
Kegiatan ini terdiri atas pengambilan sampel air sungai dan pengukuran debit sungai. Dari survei ini disimpulkan bahwa air sungai kurang layak dijadikan air baku untuk air bersih karena kualitasnya yang terlalu rendah dengan kekeruhan yang tinggi (dinilai secara visual) dan juga adanya potensi luapan air sungai di musim hujan yang dapat merusak bangunan intake bila dibangun. Faktor lainnya adalah adanya pencemaran sungai yang terjadi daerah hulu yang berasal dari aktivitas perikanan.
Dengan beberapa pertimbangan tersebut direncanakan alternatif kegiatan berupa pembuatan sumur bor untuk mendapatkan sumber air baku dari air tanah. Lokasi yang dipilih adalah lahan yang dekat dengan sebuah masjid/madrasah di RT 02 RW 04, Kampung Tarikolot.
Langkah selanjutnya setelah memutuskan rencana pengeboran sungai adalah mencari tenaga pelaksana kegiatan pengeboran. Setelah mendapatkan dua alternatif tim pekerja, yaitu pekerja yang berasal dari wilayah lokasi kegiatan (pekerja lokal) dan pekerja yang berasal dari Bandung. Maka, diputuskan menggunakan jasa pekerja lokal yang memang sudah berpengalaman membuat sumur bor. Tim ini terdiri atas empat orang pekerja, termasuk seorang mandor. Pada pelaksanaannya tim didampingi oleh teknisi dari pihak ITB yang bertugas sebagai pengawas pekerjaan.
SUPLAI AIR BERSIH DENGAN SUMUR BOR 90
Restorasi Aliran Sungai
Cara Kerja Teknologi/Alat
Langkah pertama dalam pelaksanaan pekerjaan adalah mobilisasi alat. Alat utama untuk kegiatan ini adalah mesin bor dengan batang (setang) bor sepanjang 3 meter dan diameter 4 inci. Di samping itu disiapkan pula perpipaan, pompa 0,5 PK merek National, tangki (tandon) 500 liter, tambang plastik diameter 4 mm dan panjang 50 meter, pipa PVC 4 inci 10 batang, pipa PVC 3/4 inci 10 batang, dan kabel tahan air (water proof) 40 meter.
Pengeboran dimulai dengan kedalaman sesuai panjang batang bor yaitu setiap 3 meter dengan diameter sumur sesuai diameter batang bor yaitu 4 inci. Setelah sumur tergali sedalam 20 meter yaitu setelah pekerjaan berlangsung selama sepekan didapatkan air tanah. Namun, aliran (debit) air tanah ini masih kecil sehingga diputuskan untuk melanjutkan pengeboran. Setelah kedalaman sumur mencapai 40 meter, air tanah pun didapatkan dalam debit yang memadai.
Pengeboran diakhiri dengan penyedotan/pembersihan air yang terkumpul di dasar sumur yang masih kotor karena tercampur dengan tanah dari aktivitas pengeboran menggunakan pompa submersible dengan daya 0,5 PK atau 367 watt.
Setelah dasar bersih dimulailah pemasangan casing sumur berupa pipa-pipa PVC dengan panjang 4 meter. Pemasangan dilakukan secara seri dan disambungkan dengan lem pipa. Pipa-pipa diturunkan dengan tambang plastik secara berantai sampai mencapai dasar sumur.
Setelah pemasangan casing selesai, pompa submersible baru dengan kapasitas 0,5 PK (sama dengan kapasitas pompa yang digunakan menyedot air kotor sebelumnya) diturunkan dengan tambang plastik, setelah sebelumnya dipasangi rangkaian pipa PVC seri dengan diameter 4 inci untuk pengaliran air ke atas dan juga kabel tahan-air untuk pengaliran arus listrik ke pompa.
BOR 91
SUPLAI AIR BERSIH DENGAN SUMUR
Restorasi
Aliran Sungai
Mengaliri 100 KK
Pompa dengan panjang 1 meter yang dilengkapi
dengan saringan kawat sepanjang 10 cm ini dipasang lebih kurang 3 meter di atas dasar sumur untuk menghindari kotoran di dasar sumur dan karena pada kedalaman ini permukaan air tanah sudah tercapai. Pipa pengaliran air ini kemudian diteruskan sampai ke tangki 500 liter yang sudah dipasang sebelumnya di atap masjid.
Pipa outlet dari tangki dibagi ke dua lokasi, yang pertama ke tempat wudu masjid yang dipasangi 3 keran dan yang kedua ke MCK yang dibangun bersamaan dengan pekerjaan pengeboran sumur ini dengan jumlah keran 2 buah. Kabel listrik dihubungkan ke sumber listrik di dalam gedung madrasah yang berdaya 900 watt.
Dengan selesainya pemasangan pompa yang dilengkapi dengan perpipaan, berakhir pula
Mesin Bor: Batang (setang) bor 3 m diameter 4 inci.
Mata bor
Bi os an d Filter Alirkan Air Bersih
Penyediaan Sarana Air Bersih dengan Teknologi
Biosand Filter di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur
Syarif Hidayat, Ph.D.
Teddy Tedjakusuma, Ph.D.
KK Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Penyediaan atau pembuatan biosand filter yang digunakan untuk mengolah sumber air
baku yang ada di sekitar warga Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi yang akan digunakan sebagai air higienis dan sanitasi. Keluaran dari kegiatan ini adalah penerapan teknologi
tepat guna berupa biosand filter untuk pengolahan air bersih.
11
Restorasi Aliran Sungai
Air dan Karakterisasi Kemiskinan
Berbicara tentang kemiskinan tidak bisa lepas dari akses terhadap air bersih. Kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan isu pendapatan dan konsumsi yang rendah, tetapi juga akses terhadap pelayanan dasar seperti akses terhadap air bersih, pendidikan, kesehatan, nutrisi, dan sebagainya (CGI, 2000). Abram (1999) membuat karakterisasi kemiskinan yang antara lain akses terhadap pelayanan dasar sangat sulit dan sering kali sangat mahal, perlu upaya yang sangat besar untuk bertahan hidup, taraf kesehatan yang rendah dan rentan terhadap penyakit, biaya minimum
untuk memperoleh pelayanan dasar mengambil proporsi yang besar dari seluruh pengeluaran dan pendidikan, dan tingkat melek huruf yang rendah.
Dengan demikian, daya saing mereka untuk meningkatkan taraf hidupnya menjadi sangat rendah. Artinya, mereka terbelenggu oleh rantai kemiskinan terus-menerus. Kenyataan menunjukkan bahwa 20,2% penduduk Indonesia yang tinggal di perdesaan dapat dikategorikan sebagai miskin, sedangkan untuk perkotaan 13,5% (World Bank-Asia Foundation, 2004).
Sampai saat ini upaya penyediaan air minum oleh pemerintah daerah Cianjur masih terfokus pada
BIOSAND FILTER ALIRKAN AIR BERSIH 96
sistem dengan kapasitas sambungan yang besar atau menengah, seperti PDAM dan IKK. Sementara itu, kurang lebih 80% dari penduduk yang belum mendapat sambungan dari PDAM harus sabar menanti.
Sistem PDAM tersebut memerlukan biaya investasi yang cukup besar. Kondisi kurangnya akses terhadap air bersih PDAM tersebut terlihat cukup jelas di sekitar Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi. Masyarakat sekitar masih mengandalkan pasokan air dari aliran sungai tanpa pengolahan air yang memadai. Masyarakat mengalirkan air dari sungai ke bak penampungan
Restorasi Aliran Sungai
yang berada di depan rumah (biasanya masyarakat sekitar menyebutnya dengan kulak).
Setelah itu air tersebut digunakan untuk kegiatan sanitasi sehari-hari. Berdasarkan kondisi yang ada, serta dengan mempertimbangkan kemampuan pemerintah dalam penyediaan air bersih yang terbatas, diperlukan langkah/upaya taktis yang dapat membantu masyarakat di Kampung Tarikolot dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Dengan demikian, diharapkan kegiatan pengabdian masyarakat yang akan dilakukan ini dapat meningkatkan akses masyarakat Kampung Tarikolot ini terhadap air bersih.
BIOSAND FILTER ALIRKAN AIR BERSIH 97
Kondisi penyediaan air bersih di Desa Cinangsi.
Restorasi Aliran Sungai
Biosand Filter
Pada kegiatan ini dilakukan penyediaan air bersih dengan menggunakan instalasi biosand filter di fasilitas umum dan pesantren yang ada di sekitar Kampung Tarikolot. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bermaksud untuk menerapkan teknologi tepat guna dalam mengolah air baku air bersih yang berasal dari sungai sekitar. Instalasi yang akan dibangun adalah biosand filter yang telah terbukti mampu mengurai senyawa organik dan padatan tersuspensi yang terkandung dalam air baku.
Tujuan dari kegiatan ini adalah pembuatan instalasi pengolahan air bersih berupa biosand filter yang digunakan untuk mengolah air baku di Kampung Tarikolot menjadi air bersih untuk keperluan sehari-hari warga. Selain itu, dilakukan pembuatan standar operasional prosedur dari biosand filter sehingga diharapkan nanti masyarakat dapat terlibat dalam pemeliharaan dari biosand filter tersebut.
Survei pendahuluan, pengukuran, dan sosialisasi kegiatan terhadap warga di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi.
BIOSAND FILTER ALIRKAN AIR BERSIH 98
Restorasi Aliran Sungai
BIOSAND FILTER ALIRKAN AIR BERSIH 99
Penyediaan air bersih di pesantren Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi.
Restorasi Aliran Sungai
Pendekatan terhadap permasalahan kualitas air bersih di lokasi kegiatan adalah dengan melakukan sosialisasi terkait rencana pembuatan alat pengolah air bersih bagi masyarakat serta membangun instalasi alat pengolah air bersih skala rumah di beberapa tempat kulak warga terutama yang digunakan sebagai kulak umum.
Keluaran dari kegiatan ini adalah penerapan teknologi tepat guna berupa biosand filter untuk pengolahan air bersih. Hasil dari kegiatan
pengabdian masyarakat ini didokumentasikan dalam bentuk laporan dan video yang dipublikasikan di http://research.itb.ac.id dan researchgate, akun Youtube LPPM ITB, Youtube KMIL, IGTV personal dari pelaksana kegiatan.
Dampak kegiatan secara khusus diharapkan dapat terpenuhinya sebagian kebutuhan dasar masyarakat di sekitar Desa Cinangsi terhadap air bersih/minum yang layak konsumsi sehingga mampu meningkatkan produktivitas mereka.
Pembangunan sarana sanitasi air bersih.
BIOSAND FILTER ALIRKAN AIR BERSIH 100
Restorasi Aliran Sungai
BIOSAND FILTER ALIRKAN AIR BERSIH 101
Penyediaan air bersih di fasilitas umum Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi.
Mengolah Limbah Cair Domestik
Instalasi Pengolahan Limbah Cair Domestik di Desa Tarikolot, Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur
Syarif Hidayat, Ph.D.
Prof. Mindriany Syafila, Ph.D.
KK Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Pada kegiatan pengabdian masyarakat tahun 2022 ini dilakukan penyediaan sarana air bersih dan pembuatan instalasi air limbah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di antaranya adalah melakukan survei dan observasi lokasi dan kebutuhan pembangunan sarana air bersih dan IPAL domestik di lokasi kegiatan, sosialisasi terkait dengan rencana kegiatan pengabdian masyarakat kepada penduduk sekitar, dan pendampingan berkelanjutan terkait kebiasaan sanitasi yang baik bagi warga sekitar.
12
Restorasi Aliran Sungai
Kesadaran Masyarakat DAS
Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur merupakan desa yang berada di daerah aliran sungai (DAS) Citarum yang merupakan DAS terbesar di Jawa Barat. Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan penyediaan sarana air bersih dan pembuatan instalasi air limbah di kawasan tersebut.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di antaranya adalah melakukan survei dan observasi lokasi dan kebutuhan pembangunan sarana air bersih dan IPAL domestik di lokasi kegiatan, sosialisasi terkait rencana kegiatan pengabdian masyarakat kepada penduduk sekitar, dan pendampingan berkelanjutan terkait kebiasaan sanitasi yang baik bagi warga sekitar.
Tujuan dilaksanakannya pengabdian masyarakat ini adalah untuk mendukung gerakan masyarakat hidup sehat di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi sehingga kondisi kesehatan masyarakat serta lingkungan bisa terjaga dengan baik. Dengan adanya kegiatan ini kesadaran masyarakat untuk terbiasa dengan gaya hidup yang lebih bersih dan sehat. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi percontohan untuk daerah lainnya di sekitar Desa Cinangsi sehingga dampak yang dihasilkan bisa lebih luas.
Masyarakat Kampung Tarikolot memegang peran penting dan menjadi ujung tombak pada kegiatan ini. Kegiatan ini dilakukan dalam jangka waktu sekitar 8 bulan yaitu pada bulan April-November. Pada dua bulan awal (April-Mei) dilaksanakan observasi terlebih dahulu terhadap kondisi sanitasi yang ada di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi. Pada bulan Juni-Juli dilakukan sosialisasi kepada pemangku kepentingan dan masyarakat terkait kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan. Pada Juli-September dilakukan pembangunan fasilitas sanitasi seperti WC umum, tangki septik, dan fasilitas cuci di lokasi yang terpilih.
Pada Oktober-November dilakukan monitoring terhadap keberlangsungan kebiasaan masyarakat seusai pembangunan fasilitas sanitasi tersebut. Pada pengabdian masyarakat tahun 2022 ini juga melibatkan mahasiswa dari program studi Teknik Lingkungan dan Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, baik yang mengambil Mata Kuliah Umum Kampus Merdeka ataupun tidak. Keluaran dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah berupa fasilitas sanitasi umum yang dibangun di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi.
MENGOLAH LIMBAH CAIR DOMESTIK 104
Air dan Kesehatan
Air bersih dan sanitasi yang layak adalah kebutuhan dasar yang harus terpenuhi dalam kehidupan masyarakat. Kedua hal tersebut berkaitan erat dengan aspek kehidupan seperti kesehatan. Selain dikonsumsi, air juga digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti bertani, memasak, mencuci, dan mandi. Upaya pemenuhan kebutuhan ini akan berjalan lancar jika terlebih dahulu muncul kesadaran masyarakat akan pentingnya kedua hal tersebut.
Perbaikan fasilitas sanitasi rangka mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di Desa Cinangsi diharapkan dapat menjadi langkah awal pembentukan urgensi terkait betapa pentingnya memiliki dan menjaga akses air bersih dan sanitasi yang layak, terkhusus untuk kondisi kesehatan masyarakat ke depan.
Kondisi sanitasi di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi sangat memprihatinkan. Masyarakat menggunakan aliran air dari sungai untuk memenuhi kebutuhan kegiatan sehari-hari seperti mencuci, mandi, hingga memasak. Hal ini tentu sangatlah tidak baik terutama bagi kesehatan masyarakat yang menggunakan air tersebut. Selain itu, ditemukan air limbah domestik yang langsung dialirkan ke badan air sehingga mencemari badan air.
Dari hasil observasi pendahuluan, hampir semua masyarakat di Kampung Tarikolot tidak memilik tangki septik di rumahnya. Berdasarkan data dari Ketua RT Kampung Tarikolot, di RT 04 RW 14 terdapat 110 kepala keluarga yang rumahnya tidak difasilitasi tangki septik. Selain itu, di sebelah pemandian-pemandian umum juga terlihat masyarakat membuang hajat langsung ke sungai.
Hal ini tentu saja berbahaya bagi kesehatan penduduk sekitar mengingat beberapa penduduk menggunakan air sungai juga untuk keperluan seharihari. Berdasarkan kondisi di atas, diperlukan langkah/upaya taktis yang dapat membantu masyarakat di Kampung Tarikolot dalam meningkatkan akses sanitasi yang baik dan perilaku hidup sehat.
Restorasi Aliran Sungai
Kondisi sanitasi di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi sangat memprihatinkan.
Masyarakat
menggunakan aliran air dari sungai untuk memenuhi kebutuhan kegiatan sehari-hari seperti mencuci, mandi, hingga memasak.
LIMBAH CAIR DOMESTIK 105
MENGOLAH
Restorasi Aliran Sungai
Sistem Kulak
Sampai saat ini upaya penyediaan air minum
oleh Pemerintah Daerah Cianjur masih
terfokus pada sistem dengan kapasitas sambungan yang besar atau menengah, seperti PDAM dan IKK. Sementara itu, kurang lebih 80% dari penduduk yang belum mendapat sambungan pipa air PDAM harus sabar menanti.
Sistem PDAM tersebut memerlukan biaya investasi yang cukup besar. Kondisi kurangnya akses terhadap air bersih PDAM tersebut terlihat cukup jelas di sekitar Kampung
Tarikolot, Desa Cinangsi. Masyarakat sekitar masih mengandalkan pasokan air dari aliran sungai tanpa pengolahan air yang memadai.
Masyarakat mengalirkan air dari sungai ke bak penampungan yang berada di depan rumah (biasanya masyarakat sekitar menyebutnya dengan kulak).
Setelah itu air tersebut digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Berdasarkan kondisi tersebut serta dengan mempertimbangkan kemampuan pemerintah dalam penyediaan air bersih yang terbatas, diperlukan langkah/upaya taktis yang dapat membantu masyarakat di Kampung Tarikolot dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya. Dengan demikian, diharapkan kegiatan pengabdian masyarakat yang akan dilakukan ini dapat meningkatkan akses masyarakat Kampung Tarikolot terhadap air bersih.
Air Bersih Dukung Aktivitas KBM
Pada kegiatan ini dilakukan penyediaan air bersih berupa air berupa sumur bor, WC umum, dan tangki septik yang digunakan untuk mendukung aktivitas kegiatan belajar mengajar atau KBM di Madrasah Darun Najan dan Masjid Al Ibrahim Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi. Kegiatan ini bermaksud mendukung pemerintah khususnya dan masyarakat Kampung Tarikolot terhadap akses sanitasi yang baik dan sehat.
MENGOLAH LIMBAH CAIR DOMESTIK 106
Restorasi Aliran Sungai
Tujuan dari kegiatan yang diusulkan tahun 2022 ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Kampung Tarikolot akan pentingnya sanitasi yang bersih dan sehat sehingga kesehatan masyarakat bisa terjaga dengan baik. Selain itu, kegiatan ini diharapkan menjadi contoh yang baik bagi kampung-kampung lain di sekitar Desa Cinangsi sehingga kebermanfaatan program ini dapat meluas.
Pendekatan terhadap permasalahan kualitas air bersih di lokasi kegiatan adalah dengan melakukan sosialisasi akan kegiatan pengabdian masyarakat secara umum dan gerakan hidup sehat secara khusus. Selain itu, dilakukan pembangunan fasilitas penyediaan air bersih dan sanitasi seperti tangki septik di pemandian umum, fasilitas mencuci di beberapa rumah warga, dan saluran/bak penampung air yang digunakan untuk menampung air dari sungai.
Survei pendahuluan, pengukuran, dan sosialisasi kegiatan terhadap warga di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi.
MENGOLAH LIMBAH CAIR DOMESTIK 107
Restorasi Aliran Sungai
Penyediaan air bersih di Madrasah Darun Najan dan Masjid Al Ibrahim, Desa Cinangsi.
108
MENGOLAH LIMBAH CAIR DOMESTIK
Restorasi
Aliran Sungai
Jenis keluaran dari kegiatan ini adalah penerapan bangunan/teknologi tepat guna berupa fasilitas sanitasi yang baik seperti tangki septik standar, fasilitas cuci, dan perbaikan bak penampung air bersih. Dampak kegiatan ini antara lain secara khusus diharapkan dapat terpenuhinya sebagian kebutuhan dasar masyarakat di sekitar desa Cinangsi akan akses sanitasi yang baik dan sehat.***
Penyediaan fasilitas sanitasi air limbah di Madrasah Darun
Najan dan Masjid Al Ibrahim, Desa Cinangsi.
109
MENGOLAH LIMBAH CAIR DOMESTIK
Memanen Air Hujan
Pendampingan Masyarakat dalam Rangka
Penyediaan Pemanenan Air Hujan (PAH) di Wilayah
DAS Citarum (Non-Desa Cinangsi)
Dr. Mariana Marselina
KK Teknologi Pengelolaan Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Prof. Mindriany Syafila, Ph.D.
KK Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Pengelolaan wilayah daerah aliran sungai (DAS) terintegrasi mengutamakan pengelolaan
DAS secara on-site, yaitu mengelola air hujan di tempat jatuhnya. Salah satu bentuk
pengelolaan ini adalah dengan pemanenan air hujan (PAH). Pemanenan air hujan ini menampung air hujan secara lokal dan menyimpannya untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan air. Air yang ditampung pada bak PAH di lokasi kegiatan ini diperkirakan dapat memenuhi sekitar 6,4% dari jumlah kebutuhan air sehari-hari masyarakat.
13
Aliran Sungai
Pengelolaan On-site
Pengelolaan secara on-site dengan sistem pemanenan air hujan atau PAH menghadirkan solusi ketersediaan air bagi masyarakat. Dengan pemanenan air hujan, air yang ditampung dan disimpan pada wadah atau bak dapat dipakai oleh masyarakat yang membutuhkannya di kemudian hari.
PAH ini juga merupakan salah satu cara untuk mengontrol aliran limpasan dan sebagai salah satu upaya konservasi air tanah. Bak atau wadah PAH dapat disimpan di atas atau di bawah permukaan tanah sesuai dengan ketersediaan lahan. PAH ini dapat digunakan untuk keperluan masyarakat selain untuk konsumsi air minum, seperti mandi, mencuci, menyiram tanaman, mencuci tangan di saat pandemi COVID-19, dan kebutuhan lainnya.
Hujan sebagai Sumber Alternatif
Indonesia terletak di wilayah tropis yang memiliki curah hujan tahunan yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil rata-rata curah hujan, musim hujan akan terjadi pada bulan November sampai April. Pulau Jawa memiliki curah hujan sedang sampai tinggi, yang berada pada rentang 250 mm/bulan sampai 550 mm/bulan (Multono, 2014; Wahid dan Usman, 2017; Setiawan 2021).
Air hujan yang jatuh akan meresap ke dalam tanah dan kemudian membuat tanah menjadi jenuh air. Setelah tanah jenuh air, akan terjadi aliran limpasan. Air limpasan ini yang dapat menjadi penyebab terjadinya banjir (Annisa, dkk., 2016; Bahunta, 2019). Selain itu, tutupan lahan yang menghalangi proses meresapnya air ke dalam tanah juga dapat menjadi penyebab lain terjadinya limpasan permukaan.
Restorasi
MEMANEN AIR HUJAN 112
Banjir dapat terjadi akibat besarnya limpasan permukaan. Wilayah permukiman, jalanan, dan wilayah lain yang tidak dapat meresapkan air akan menyebabkan tingginya potensi terjadi banjir. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini yaitu dengan membuat sumur resapan atau penampungan air hujan dari tempat jatuhnya hujan.
Salah satu prinsip pengelolaan sumber daya air berkelanjutan yaitu dapat mengidentifikasi sumber air alternatif yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan, tidak selalu memenuhi standar air minum. Air hujan merupakan salah satu sumber air alternatif yang penting, terutama di daerah yang tidak memiliki sistem penyediaan air bersih, kualitas air permukaan yang rendah, dan tidak ada air tanah (Malik, dkk., 2016). Sebagai sumber air alternatif, air hujan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan dengan melakukan pengolahan yang sesuai dengan tujuan penggunaan air hujan tersebut.
Salah satu cara lain untuk mengurangi potensi banjir dan menambah pasokan air di wilayah perkotaan adalah dengan menggunakan sistem pemanenan air hujan. Pemanenan air hujan dilakukan dengan cara menampung, mengalirkan, dan menyimpan air hujan yang turun untuk dapat digunakan di masa datang.
Teknologi PAH dapat digunakan untuk menampung air hujan yang jatuh pada permukaan atap suatu bangunan, permukaan tanah, jalan, atau permukaan lainnya yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pasokan air bersih. Sistem PAH ini bisa dianggap sebagai sistem yang berbiaya rendah dan mudah.
Selain itu, air hujan yang ditampung ini juga dapat digunakan untuk kebutuhan irigasi, melayani pasokan air perkotaan, membantu mengendalikan air di perkotaan dan perdesaan, pemeliharaan lanskap, dan menambah cadangan air tanah (Quinn., dkk., 2020; Suprayogi, dkk., 2019; Malik, dkk., 2016, Asnaning, dkk., 2018 dan Joleha, dkk., 2019).
Pada kegiatan Citarum Harum di tahun 2021 ini, lokasi yang dipilih yaitu di RW 19, Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi. Lokasi ini merupakan bagian dari Daerah Aliran
Sungai Citarum. Pada saat musim hujan, di lokasi ini sering terjadi banjir akibat tingginya aliran limpasan. Sementara, pada saat musim kemarau, sering terjadi kekurangan air.
Restorasi Aliran Sungai
MEMANEN AIR HUJAN 113
Restorasi Aliran Sungai
Lokasi Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi (Marselina, dkk., 2022)
Proyeksi
Kebutuhan Air
Kelurahan Leuwigajah merupakan bagian dari Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, yang memiliki curah hujan rata-rata sebesar 294,75 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata sebanyak 18 hari pada tahun 2018 (BPS, 2019). Jumlah penduduk di Kelurahan Leuwigajah sebanyak 43.477
jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 11049,63 orang/km2. Kelurahan Leuwigajah memiliki luas 3,93473 km2 dan berada pada ketinggian 726 meter di atas permukaan laut (BPS, 2020).
MEMANEN AIR HUJAN 114
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat
Statistik tahun 2021, curah hujan tertinggi pada tahun 2018 terjadi di bulan April yaitu sebesar 221 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli, sebesar 12 mm. Data curah hujan tersebut ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini:
Curah hujan (mm)
Tabel Curah Hujan Kota Cimahi tahun 2018 (BPS, 2020)
Restorasi Aliran Sungai
Jumlah populasi di wilayah RW 19 Kelurahan
Lewigajah pada tahun 2021 berjumlah 1.350 jiwa, yang terdiri atas 730 jiwa laki-laki dan 665 jiwa perempuan. Proyeksi penduduk di RW 19 Leuwigajah ini dihitung dengan menggunakan persamaan:
Pt = Po(1+(r×t))
Pt = populasi tahun ke-t
Po = populasi di tahun pertama
R = laju pertumbuhan penduduk
t = tahun proyeksi
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan Kementerian PUPR, Kota Cimahi termasuk ke dalam kategori kota besar, dengan jumlah total populasi sebanyak 568.400 jiwa. Kebutuhan air per orang per harinya yaitu sebanyak 120 liter/orang/hari. Kebutuhan air bersih dapat dihitung berdasarkan pada persamaan berikut:
120 liter hari orang
q = ×jumlah populasi
Berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas, hasil proyeksi penduduk dan proyeksi kebutuhan air bagi penduduk di RW 19 Kelurahan Leuwigajah dapat dilihat pada tabel berikut:
MEMANEN AIR HUJAN 115
Bulan
Januari 174 Februari 215 Maret 192 April 221 Mei 53 Juni 45 Juli 12 Agustus 22 September 28 Oktober 66 November 76 Desember 56
Restorasi Aliran Sungai
Hasil proyeksi kebutuhan air berdasarkan proyeksi penduduk di RW 19, Kel. Leuwigajah, Kota Cimahi
Desain bangunan PAH disesuaikan dengan kebutuhan air di masyarakat dan ketersediaan air hujan. Berdasarkan desain standar PAH, jika setiap rumah di RW 19 Leuwigajah, Kota Cimahi membangun satu PAH, setiap rumah dapat menampung sekitar 125 m3 seperti yang ditampilkan pada Tabel 3 berikut:
MEMANEN AIR HUJAN 116
Populasi Total Kebutuhan Air (liter/hari) Total Kebutuhan Air (m3/hari) 2022 1.402 168.240 16.824 2023 1.409 169.080 16.908 2024 1.416 169.920 16.992 2025 1.423 170.760 17.076 2026 1.430 171.600 1.716 2027 1.437 172.440 17.244 2028 1.444 173.280 17.328 2029 1.451 174.120 17.412 2030 1.458 174.960 17.496 2031 1.465 175.800 1.758 2032 1.472 176.640 17.664
Tahun
Restorasi Aliran Sungai
Berdasarkan perhitungan tersebut, masyarakat RW 19 Leuwigajah, Kota Cimahi dapat membangun PAH yang dapat menampung air hujan sebanyak 123.870 liter atau 123,87 m3 Bulan
Hasil perhitungan kapasitas PAH untuk setiap rumah di RW 19, Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi
MEMANEN AIR HUJAN 117
Rata-rata hujan (mm) Luas atap (m2) Jumlah air hujan (L) Kebutuhan air bersih (L) Kekurangan Air (L) Jan 31 174 40 6.960 14.880 7.920 Feb 28 215 45 9.675 13.440 3.765 Mar 31 192 45 8.640 14.880 6.240 Apr 30 221 45 9.945 14.400 4.455 May 31 53 45 2.385 14.880 12.495 Jun 30 45 45 2.025 14.400 12.375 Jul 31 12 45 540 14.880 14.340 Aug 31 22 45 990 14.400 13.890 Sep 30 28 45 1.260 14.880 13.140 Oct 31 66 45 2.970 14.400 11.910 Nov 30 76 45 3.420 14.880 10.980 Dec 31 56 45 2.520 14.880 12.360
Jumlah hari
Restorasi Aliran Sungai
Cara Kerja Teknologi
Proses pemanenan air hujan yaitu air hujan yang jatuh ke atap suatu bangunan akan disalurkan ke tempat penampungan yang dapat berupa bak atau tangki. Air hujan tersebut akan disalurkan melalui pipa atau talang air yang terpasang pada atap bangunan. Sebelum masuk ke dalam bak penampung, air hujan akan melalui proses penyaringan sehingga air hujan yang ditampung menjadi lebih bersih untuk dapat digunakan.
Sistem penyaringan ini terdiri atas karbon aktif berukuran 12 mm, marmer giling berukuran 1-2 mm, pasir berukuran 0,4-1,2 mm, dan kerikil berukuran 15-20 mm. Setelah melalui sistem penyaringan ini, air akan ditampung pada bak penampungan.
Pada bak disediakan keran air dan pipa-pipa untuk mengalirkan air ke dalam tanah atau badan air apabila bak penampung PAH tersebut sudah penuh.
Alur pikir sistem pemanenan air hujan (PAH)
Dimensi
3 x 3 x 2 m
Fondasi
Batu kali
Kemiringan
Lantai dasar 2%
Mutu beton
fc’ 14,5 mpa atau K-175
Penulangan
Besi diameter 8 mm jarak 150 mm
Pada kegiatan pembangunan PAH di RW 19, Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi, PAH dibangun di sebelah balai RW 19. Lokasi ini dipilih untuk memudahkan masyarakat menggunakan air hujan yang ditampung. Selain itu, lokasi ini juga berdekatan dengan tempat pembibitan tanaman dan pengolahan sampah organik yang dilakukan oleh komunitas warga RW 19, Leuwigajah, Kota Cimahi.
Bangunan PAH dibangun dengan menggunakan konstruksi bata. Atap baknya ditutup dengan beton dan dilapisi semen plester. Air hujan yang turun di atap bangunan balai RW 19 akan dialirkan menggunakan talang dan pipa, menuju sistem penyaringan di dalam bak. Bak penyaringan dibangun di dalam bak penampung dengan urutan bahan penyaring dari atas ke bawah, karbon aktif, marmer giling, pasir, dan kerikil.
Pada bagian paling bawah bak penyaring dipasangi pipa untuk mengalirkan air ke bak penampung utama. Bak penampung ini juga dilengkapi pipa pembuang untuk mengalirkan kelebihan air yang ditampung ke badan air atau meresapkannya ke dalam tanah.
Pada bangunan PAH ini dilengkapi satu keran utama dan beberapa pipa lain untuk mendistribusikan air ke tempat yang jaraknya lebih jauh.
Restorasi Aliran Sungai
Instalasi bak pemanenan air hujan di RW 19, Leuwigajah, Kota Cimahi. Pipa untuk mendistribusikan air hujan yang ditampung dan kerikil berfungsi sebagai media penyaringan air hujan.
MEMANEN AIR HUJAN 119
Restorasi
Aliran Sungai
Pemanfaatan
Pembangunan PAH yang dilakukan di wilayah RW 19
Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi berhasil menyediakan tambahan persediaan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama selama musim kering. Air hujan yang ditampung juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan saat diadakan berbagai kegiatan di balai RW 19.
Kegiatan pemanenan air hujan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi besarnya aliran limpasan yang terjadi di wilayah perkotaan. Selain itu, merupakan salah satu bentuk upaya konservasi sumber daya air. Maraknya perubahan lahan yang terjadi di wilayah perkotaan mengakibatkan semakin berkurangnya resapan air ke dalam tanah sehingga mengurangi aliran dasar atau baseflow di sungai Hal ini juga yang menjadi salah satu penyebab besarnya aliran limpasan permukaan sehingga dapat menyebabkan banjir.
Tingginya aliran limpasan permukaan yang terjadi di musim hujan dapat mengakibatkan kekurangan air pada saat musim kemarau. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kurangnya air pada musim kemarau yaitu membangun bak atau penampung air hujan. Sistem PAH ini dapat dibangun di setiap rumah karena dapat disesuaikan dengan ketersediaan lahan.
Air hujan dapat ditampung dengan menggunakan tangki atau bak yang dapat diletakkan di permukaan tanah atau juga bisa disimpan di bawah tanah permukaan. PAH ini juga dapat dibangun secara
komunal apabila pembangunan secara mandiri tidak memungkinkan.
Sistem PAH yang dilakukan di wilayah RW 19, Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi ini dapat dijadikan sebagai percontohan bagi masyarakat sekitar. Dengan ukuran bak penampung yang dapat menampung sekitar 8 m3 air hujan, sistem PAH yang dibangun ini dapat memenuhi sekitar 6,4% kebutuhan air sehari-hari masyarakat.
Selain untuk memenuhi kebutuhan harian masyarakat, air hujan yang ditampung ini digunakan untuk memenuhi rumah pembibitan yang baru dibangun di wilayah RW 19 Leuwigajah ini. Pada rumah pembibitan ini terdapat berbagai jenis tanaman, seperti sayuran dan buah-buahan sehingga air hujan yang ditampung ini sangat membantu dalam penyiraman tanaman tersebut.
Dibangunnya sistem PAH ini membuat air hujan yang jatuh ke atap balai RW 19 tidak langsung terbuang dan menjadi limpasan begitu saja. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip manajemen sumber daya air, yaitu mencari alternatif lain yang dapat digunakan sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Air hujan yang meluap dari bak penampung jika bak sudah penuh, akan dialirkan ke saluran dan dibuang ke badan air atau tanah sehingga meresap ke dalam tanah. Hal ini dilakukan dengan tujuan dapat menambah pasokan air di dalam tanah supaya sumber daya air tetap berkelanjutan.
Kegiatan PAH di RW 19, Keluarahan Leuwigajah, Kota
MEMANEN AIR HUJAN 120
Restorasi Aliran Sungai
Cimahi selaras dengan harapan masyarakat. Hal ini karena pembangunan PAH dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih dan menjadi contoh bagi masyarakat RW 19 untuk memanfaatkan air hujan yang turun di wilayahnya. Meskipun belum semua kebutuhan air bersih dapat terpenuhi, setidaknya dengan air hujan yang ditampung pada sistem PAH di RW 19 ini dapat membantu masyarakat yang mendirikan rumah pembibitan di dekat balai RW 19, tempat bak penampungan PAH didirikan.
Pemilihan konstruksi bangunan bak PAH ini memperhatikan ketahanan dan keberlanjutan sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka waktu yang lama. Bak PAH yang dibangun di RW 19 Leuwigajah ini menggunakan konstruksi pasangan bata, dengan kolom dari beton dan diplester. Hal ini dipilih supaya air yang ditampung tidak merembes dan dapat terjaga kebersihannya.
Selain itu, sistem penyaringan air hujan juga dipilih menggunakan material yang mudah dalam perawatan. Untuk membersihkan material penyaring air hujan, dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih sampai material penyaring air hujan menjadi bersih kembali. Material penyaring ini juga dianggap dapat mencegah masuknya serangga atau binatang lain yang terbawa air hujan masuk ke dalam bak penampungan utama.
Material penyaring air hujan ini terdiri atas karbon aktif, marmer giling, pasir, dan kerikil. Bahan-bahan tersebut tersedia cukup banyak di pasaran sehingga
mudah ditemukan dan dapat dibeli dengan harga yang cukup terjangkau. Meskipun air hujan yang ditampung ini belum dapat memenuhi standar kebutuhan air minum, air ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, seperti mencuci, menyiram toilet, mencuci kendaraan, menyiram tanaman, dan sebagainya.
Dengan dibangunnya sistem PAH di balai RW 19, Leuwigajah, Kota Cimahi diharapkan masyarakat akan lebih memahami cara untuk mendapatkan cadangan air di saat musim kemarau dan mengurangi risiko besarnya aliran limpasan permukaan di musim hujan.
Pembangunan sistem pemanenan air hujan di wilayah RW 19 Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi memberikan kontribusi kepada masyarakat berupa tempat penyimpanan cadangan air bersih untuk dapat digunakan di masa yang akan datang atau saat kekurangan air. Selain itu, pembangunan sistem PAH ini memberikan contoh kepada masyarakat sekitar bahwa air hujan yang turun dapat ditampung untuk dimanfaatkan, bukan hanya dibuang begitu saja dan menjadi aliran limpasan permukaan.
Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan sistem PAH ini yaitu ketersediaan lahan. Untuk membangun PAH di setiap rumah, belum semua masyarakat menyetujui karena tidak semua rumah memiliki lahan yang cukup untuk membangun sistem PAH. Namun, cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan membangun sistem PAH secara komunal sehingga dapat digunakan bersama.
Sumber daya yang digunakan dalam pembangunan sistem PAH di RW 19 Leuwigajah ini yaitu dengan
MEMANEN AIR HUJAN 121
Restorasi Aliran Sungai
Sosialisasi rencana pembangunan sistem pemanenan air hujan yang dihadiri oleh Ketua Kelurahan Leuwigajah dan Ketua RW 19.
persetujuan dari Ketua Kelurahan Leuwigajah, bantuan dari Ketua RW 19, serta masyarakat sekitar. Bahan yang digunakan untuk membangun sistem PAH ini didapatkan dari toko material terdekat lokasi pembangunan dan menggunakan material yang terjangkau.
Sistem PAH dibangun di sebelah balai RW 19 atas saran dari Ketua RW 19 dan izin masyarakat pemilik lahan. Sebelum dibangunnya sistem PAH ini, dilakukan sosialisasi kepada perwakilan masyarakat dan juga dibantu oleh Ketua Kelurahan Leuwigajah.
Bangunan PAH ini dipelihara oleh pengurus RW 19 dan karang taruna RW 19. Lokasi di sebelah balai RW 19 dipilih untuk memudahkan dalam monitoring. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi pemanfaatan berlebih oleh salah satu pihak. Masyarakat pun sudah menyetujui hal tersebut. Sebelum digunakan, dilakukan uji coba terhadap bak penampungan, yaitu dengan menampung air selama beberapa hari. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat rembesan pada bak.
Berdasarkan hasil uji coba tersebut, bak PAH yang dibangun di RW 19 ini dapat digunakan dengan baik. Serah terima hasil kegiatan ini dilakukan di kantor Kelurahan Leuwigajah sehingga pihak kelurahan mengetahui pengelolaan sistem PAH yang dibangun ini.
MEMANEN AIR HUJAN 122
Dukung Rumah Bibit
Sistem pemanenan air hujan atau PAH ini bukanlah hal baru yang ada di Indonesia. Terdapat banyak penelitian yang sudah melakukan pembangunan sistem PAH di berbagai wilayah di Indonesia. Meskipun bukan hal yang baru, pembangunan sistem PAH di RW 19 Leuwigajah, Kota Cimahi ini merupakan yang pertama yang dibangun di wilayah Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi.
Dibangunnya sistem PAH di wilayah RW 19 Leuwigajah, Kota Cimahi ini, merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap kegiatan masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang merasakan manfaat dari dibangunnya sistem PAH ini yaitu komunitas masyarakat yang membangun rumah bibit di dekat balai RW 19 ini.
Selain itu, dengan dibangunnya sistem PAH ini, dapat memberikan inisiatif untuk memanfaatkan sumber daya air yang ada dan dapat berkelanjutan. Masyarakat dapat lebih memahami bahwa air hujan yang turun dapat dimanfaatkan dan tidak terbuang begitu saja. Harapan ke depan, banyak masyarakat yang membangun sistem PAH, baik secara mandiri maupun komunal sehingga masyarakat masih memiliki cadangan sumber daya air untuk digunakan saat mereka kekurangan air.***
Dibangunnya sistem
PAH di wilayah RW 19 Leuwigajah, Kota Cimahi ini, merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap kegiatan masyarakat.
MEMANEN AIR HUJAN 123
Restorasi Aliran Sungai
April Maret Februari Januari Cu mm 56 mm 76 mm 66 mm 28 mm 22 mm 12 mm 45 Desember No Okt Sept A Juli Juni Mei 2020) , Cimahi tahun 2018 ota urah Hujan K mm 53 (BPS, gustus ember ober vember 150 100 50 3420 L 2520 Des Nov elura 19 K W umah di R R PAAH Kapasitas P L 10.9 ota Cim K , ahan Leuwigajah, L 12.375 L 14.340 L 13.890 L 13.140 L 11.910 L 80 L 14400 L 14.880 L14.400 L 14.880 L14.400 L 14.880 L 14.880 L 12.360 mahi Okt Apr S Nov Mei Mar Des Feb Jan L 2385 L 2025 L 540 L 990 L 1260 L 2970 3.76 Okt Sep Ags Jul Jun Mei Apr Mar Feb hujan (mm) Rata-rata mm 221 mm 192 mm 215 200 mm 174 A M 174 215 192 221 53 45 12 22 28 88 76 56 L 8640 9945 L 65 L 6.240 L 4.455 L L 12.495 L 13.440 L 14.880 L 14.400 L 14.880 Sep Ags Jun Jul Jan 28-31 Jumlah hari: 40-45m2 Attap: Luas A J L 6960 L 9675 L 7..920 7 L 14.880
ebutuhanK
Berdasar
enduduk
k P
Kelurahan
Leuwigajah 19 R royeksi rkan P an Air W ajah
KotaCimaahi
P Air Hujan Air bersih Filtrasi Air Hujan Penampungan
Menabung Air Hujan Secara Komunal
Dr. Mariana Marselina
KK Teknologi Pengelolaan Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Prof. Mindriany Syafila, Ph.D.
KK Rekayasa Air dan Limbah Cair
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, merupakan bagian dari wilayah DAS Citarum yang memiliki curah hujan wilayah tahunan sebesar 3.339 mm/tahun dan rata-rata curah hujan harian sebesar 50,73 mm/hari. Sebagai salah satu kawasan yang termasuk dalam
Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur berpotensi tinggi mengalami kebanjiran ketika musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau terutama diakibatkan rendahnya tingkat infiltrasi di kawasan tersebut. Pemanenan air hujan (PAH) digunakan sebagai sumber penyediaan air ketika musim kemarau.
14
Restorasi Aliran Sungai
Krisis Sumber Daya Air
DAS Citarum merupakan DAS terbesar dan terpanjang di Provinsi Jawa Barat dengan panjang sungai utama sekitar 269 km. Salah satu wilayah yang juga termasuk bagian DAS Citarum adalah wilayah Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur masih memiliki masalah yang berkaitan dengan krisis sumber daya air.
Pada 2020, musim kemarau yang berkepanjangan menyebabkan warga di enam desa di Kabupaten Cianjur mengalami krisis ketersediaan air baku selama dua bulan. Warga terpaksa menggunakan air kubangan di badan Sungai Cisalak dengan kualitas yang tidak memenuhi baku mutu untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK).
Kemarau yang berkepanjangan menyebabkan daerah aliran sungai (DAS) setempat mengering akibat bendungan irigasi Cikondang jebol dan sumur menjadi kering. Kasus tersebut menunjukkan pentingnya pengelolaan sumber daya air untuk mengatasi ketimpangan air pada saat kekeringan.
Kabupaten Cianjur terletak di bagian tengah DAS Citarum, dekat dengan Waduk Cirata. Berdasarkan data selama 21 tahun terakhir, yakni dari 2000 sampai tahun 2020, rata-rata curah hujan wilayah tahunan yang terbesar terjadi pada tahun 2016, yaitu 3.339 mm/tahun.
Berdasarkan data curah hujan wilayah bulanan di DAS Citarum Tengah, wilayah ini memiliki tipe iklim munsoon yang ditandai dengan puncak hujan yang terkonsentrasi pada bulan basah yaitu bulan Oktober sampai Mei, dan memiliki curah hujan yang relatif kecil pada bulan kering, yaitu berada di bawah 100 mm/bulan, pada bulan Juni sampai September (Waluyo, 2022).
Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan diperoleh informasi bahwa kondisi di lapangan menunjukkan sebagian masyarakat di Kabupaten Cianjur masih belum memiliki akses terhadap air bersih. Akses yang dimaksud yaitu akses terhadap air bersih dengan kuantitas, kualitas, dan kontinuitas yang sesuai dengan Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum sehingga dibutuhkan penyediaan air bersih alternatif di antaranya seperti pemanenan air hujan (PAH) atau biasa juga dikenal sebagai rainwater harvesting (RWH).
MENABUNG AIR HUJAN SECARA KOMUNAL 128
Restorasi Aliran Sungai
PAH Komunal
Pada dasarnya banyak penduduk Indonesia yang menerapkan PAH secara tradisional, yakni meletakkan ember atau bak penampungan di bawah atap untuk menampung air hujan dan kemudian menggunakannya untuk menyiram tanaman. Selain untuk menghemat air dan menjadi solusi untuk daerah yang kekurangan air dari sumber air tanah atau air permukaan, PAH kini sudah banyak diterapkan di kota-kota besar untuk mencegah banjir. Namun, untuk mengenalkan sistem PAH di Desa Cinangsi, dibuatkan sistem PAH yang sifatnya komunal sehingga dapat digunakan bersama-sama untuk memenuhi keperluan masyarakat desa.
Desa Cinangsi yang penduduknya berjumlah 7.190 jiwa pada tahun 2022 (BPS CIkalongkulon, 2022), sebanyak 53,75% masyarakatnya masih mengandalkan sumur atau mata air terlindungi sebagai sumber air utama. Sebanyak 14,04% masyarakatnya menggunakan sumber air dari sumur atau mata air tidak terlindungi, 5,32% menggunakan sumber air dari ledeng, 22,25%, menggunakan sumber air berasal dari sumur bor atau pompa, 0,19% menggunakan sumber air yang berasal dari air kemasan, dan 4,44% menggunakan sumber air lainnya (BPS, 2022).
Tujuan pembangunan PAH ini pun merupakan salah satu wujud upaya konservasi, yaitu air hujan tidak langsung dibuang, tetapi dimanfaatkan terlebih dahulu untuk mengurangi limpasan. Di samping itu sebagai salah satu sarana penyediaan air bersih bagi warga sekitar. Dengan dibangunnya PAH ini diharapkan dapat mengurangi beban penggunaan air dari sumber-sumber air tersebut sehingga sumber daya air dapat berkelanjutan.
Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur merupakan bagian dari wilayah Daerah Aliran Sungai Citarum. Desa Cinangsi berada di bagian tengah wilayah DAS dan dekat dengan Waduk Cirata. Desa ini berada pada ketinggian <500 mdpl dengan luas wilayah sebesar 58,63 km2.
Desa Cinangsi
penduduknya berjumlah
7.190 jiwa pada tahun 2022 (BPS Cikalongkulon, 2022), sebanyak 53,75% masyarakatnya masih mengandalkan sumur atau mata air terlindungi sebagai sumber air utama.
MENABUNG AIR HUJAN SECARA KOMUNAL 129
Restorasi Aliran Sungai
MENABUNG AIR HUJAN SECARA KOMUNAL 130
Letak Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur.
Restorasi Aliran Sungai
Penduduk di Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur, pada tahun 2022 tercatat sebanyak 7.190 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk di Desa Cinangsi sebesar 1,2% dengan kepadatan penduduk sebanyak 12,37 jiwa per km2. Jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap air minum yaitu sebanyak 615.639 KK di tahun 2018 dan kemudian meningkat menjadi 711.020 KK di tahun 2020. Namun, masih terdapat masyarakat yang belum memiliki akses terhadap air bersih.
Proyeksi penduduk dilakukan untuk menghitung populasi penduduk di Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur. Metode perhitungan yang digunakan adalah metode eksponensial. Metode ini dipilih berdasarkan nilai koefisien dan standar deviasi yang diperoleh, yakni pada metode ini proyeksi penduduk dihitung dengan mengasumsikan pertambahan atau pengurangan penduduk tetap atau konstan dari waktu ke waktu. Metode tersebut seperti ditunjukkan pada persamaan di bawah ini.
Pn = Po×ern
dengan: Pn = jumlah penduduk pada tahun proyeksi; PO = jumlah penduduk tahun awal; r = angka pertumbuhan penduduk; dan n = waktu (tahun)
Berdasarkan pada rumus di atas didapatkan hasil proyeksi penduduk di Desa Cinangsi. Jumlah yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk di tahun 2022 dan dilakukan proyeksi jumlah penduduk sampai tahun 2032.
Berdasarkan data hujan selama 21 tahun terakhir, yaitu data tahun 2000 sampai 2020, curah hujan terbesar yang terjadi di wilayah DAS Citarum Tengah terjadi pada tahun 2016, sebesar 3.339 mm/tahun. Curah hujan rata-rata harian di wilayah tengah DAS Citarum ini yaitu sebesar 50,73 mm/hari. Tahun Jumlah penduduk (jiwa)
Hasil proyeksi penduduk Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur tahun 2022–2032
2022 7.306 2023 7.460 2024 7.617 2025 7.776 2026 7.939 2027 8.105 2028 8.275 2029 8.448 2030 8.625 2031 8.806 2032 8.991
MENABUNG AIR HUJAN SECARA KOMUNAL 131
Restorasi Aliran Sungai
Curah hujan wilayah bulanan
DAS Citarum
bagian tengah (Waluyo, 2022)
Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air bersih setiap orang pada umumnya yaitu sebanyak 120 liter/orang/hari. Kebutuhan air bersih di Desa Cinangsi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini.
120 liter hari orang
q = ×jumlah populasi
Dengan menggunakan persamaan di atas dapat diketahui jumlah kebutuhan air bersih penduduk Desa Cinangsi berdasarkan proyeksi jumlah penduduk.
Hasil proyeksi kebutuhan air bersih di Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur
MENABUNG AIR HUJAN SECARA KOMUNAL 132
300 250 200 150 100 50 0 JanFebMarAprMeiJunJulAguSepOktNovDes 236,22 252,05 278,93 233,69 148,62 101,08 69,37 67,21 115,31 184,02 272,92 234,59
2022 7.306 876.720 2023 7.460 895.200 2024 7.617 914.040 2025 7.776 933.120 2026 7.939 952.680 2027 8.105 972.600 2028 8.275 993.000 2029 8.448 1.013.760 2030 8.625 1.035.000 2031 8.806 1.056.720 2032 8.991 1.078.920
Tahun Jumlah penduduk (jiwa) q (l/org/h)
Sistem PAH dibangun dengan mempertimbangkan kebutuhan air di masyarakat, ketersediaan air hujan, serta ketersediaan lahan. Berdasarkan standar desain PAH, untuk memenuhi kebutuhan air di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi perlu dibangun bak PAH dengan kapasitas sebesar 39 m3. Namun, karena keterbatasan lahan, bak PAH yang dapat dibangun di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi ini hanya berkapasitas sebesar 18 m3.
Bulan Curah Hujan
Luas Atap
Jumlah Air Baku
Kebutu-han Air
Defisit Air
Restorasi Aliran Sungai
Berdasarkan perhitungan tersebut, dengan luas area tangkapan curah hujan sebesar 45 m2, dapat menampung sekitar 39 m3 air sehingga dapat menjadi alternatif sumber daya air bagi memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Hasil perhitungan kapasitas PAH yang dapat dibangun di Kampung
Tarikolot, Desa Cinangsi.
MENABUNG AIR HUJAN SECARA KOMUNAL 133
Rata-Rata (mm)
(m²)
(m³)
Baku (m³)
Baku (m³) Jan 236,22 45 837,79 876,72 38,93 Feb 252,05 45 837,79 876,72 38,93 Mar 278,93 45 837,79 876,72 38,93 Apr 233,69 45 837,79 876,72 38,93 Mei 148,62 45 837,79 876,72 38,93 Juni 101,08 45 837,79 876,72 38,93 Juli 69,37 45 837,79 876,72 38,93 Agst 67,21 45 837,79 876,72 38,93 Sept 115,31 45 837,79 876,72 38,93 Okt 184,02 45 837,79 876,72 38,93 Nop 272,92 45 837,79 876,72 38,93 Des 234,59 45 837,79 876,72 38,93
Restorasi Aliran Sungai
Cara Kerja Teknologi
Sistem PAH yaitu menampung air hujan yang jatuh pada area atap bangunan, mengalirkannya menggunakan talang, kemudian dialirkan pada bak penyaringan, dan ditampung pada bak penampungan utama. Sebelum membangun sistem PAH ini terdapat proses perencanaan yang terdiri atas beberapa tahap, yakni:
1. Analisis kondisi kekinian di wilayah perencanaan
Survei lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi kondisi kekinian di wilayah perencanaan yang meliputi intensitas curah hujan, ketersediaan air bersih, kondisi area penangkapan air hujan yang memungkinkan, dan jumlah penduduk yang akan dilayani.
2. Penentuan lokasi pembangunan PAH
Lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang terletak pada daerah kritis dengan curah hujan minimal 1.300 mm per tahun. Lokasi PAH juga harus memenuhi persyaratan seperti terletak di samping atau di belakang bangunan dekat
dengan talang lokasi bangunan, lokasi tanah datar dan keras, serta memungkinkan untuk menyimpan bahan material dan peralatan yang dibutuhkan.
3. Desain PAH
Desain dilakukan berdasarkan kriteria desain dan SNI yang berlaku (sesuai yang dicantumkan dalam Modul Sosialisasi dan Diseminasi Standar Pedoman dan Manual Pemanenan Air Hujan) parameter intensitas curah hujan, luas bidang penangkap, dan periode atau lama waktu hujan. Setelah itu, dilakukan perhitungan kebutuhan material untuk PAH meliputi ferrocement, pasangan bata, fiberglass reinforced plastic (FRP), dan sebagainya.
4. Pengoperasian dan perawatan PAH
Bak PAH setidaknya harus dikuras 1 kali setiap 2 bulan dan pada awal musim hujan. Pemeliharaan PAH dilakukan dengan membersihkan talang, lantai dasar reservoir, dan menguras bak secara berkala.
PAH didesain pada bangunan yang memiliki atap genting supaya mudah untuk memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan ke dalam bak penampungan. Bak PAH ini dapat terbuat dari bahan ferrocement, pasangan bata, dan fiberglass reinforced plastic (FRP), tetapi tidak direkomendasikan dari bahan besi atau drum karena sifatnya yang mudah berkarat.
Bak PAH di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi ini didesain berbentuk persegi dengan menggunakan bahan pasangan bata dengan dengan dimensi bak filter yaitu 0,6 x 0,6 x 2 m. Bak PAH ini dilengkapi dengan dua lubang manhole pada setiap bak yaitu bak filter dan penampungan air.
MENABUNG AIR HUJAN SECARA KOMUNAL 134
Restorasi Aliran Sungai
Bak PAH ini didesain dengan menggunakan fondasi batu kali dengan kemiringan lantai dasar bak sebesar 2%, dan mutu beton fc’ 14,5 mpa atau K-175. Penulangan pada bak PAH ini menggunakan besi diameter 8 mm dengan jarak 150 mm untuk lantai dasar dan dak penutup bak. Untuk mencegah kebocoran, bangunan bak PAH ini diplester dengan perbandingan 1 pc:2 ps atau 1 ember semen berbanding 2 ember pasir.
Fondasi bak PAH, pasangan bata yang merupakan konstruksi bak PAH, pasir yang merupakan salah satu media penyaring pada bak filter, lubang pemantau atau manhole, tampak depan bak PAH di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi, Kab. Cianjur.
MENABUNG AIR HUJAN SECARA KOMUNAL 135
Restorasi Aliran Sungai
Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam upaya mendukung operasi dan pemeliharaan PAH:
1. Masyarakat sebagai pengguna PAH dapat menunjuk individu atau kelompok untuk menjadi pengelola apabila PAH akan dimanfaatkan secara komunal.
2. Pembagian air bersih yang bersumber dari PAH dapat dilakukan dengan menggunakan jadwal yang telah disepakati.
3. Pemeliharaan PAH meliputi pemeliharaan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan oleh pengelola atau masyarakat sebagai pengguna PAH.
4. Pemeliharaan bulanan dilakukan dengan membersihkan media saringan minimum sekali setiap satu bulan, menguras bak penampung, memeriksa keretakan, dan memeriksa kebocoran pada PAH.
5. Pemeliharaan tahunan dilakukan dengan membersihkan PAH setiap awal musim hujan, membersihkan tanaman yang tumbuh di sekitar bak, serta membuang air yang berasal dari hujan pertama. Kegiatan pembangunan sistem PAH di Desa Tarikolot, Desa Cinangsi dapat menyediakan tambahan cadangan sumber daya air. Jumlah air hujan yang dapat ditampung sekitar 18 m3. Meskipun belum memenuhi kriteria air minum, air hujan yang ditampung ini dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, menyiram tanaman, dan sebagainya.
Selain pembangunan bak PAH dilakukan juga sosialisasi atau edukasi mengenai pentingnya air bersih dan fungsi dari bak PAH yang dibangun di Desa Cinangsi. Sosialisasi dilakukan pada siswa sekolah dasar, kelas V dan kelas VI, di SD Negeri Tegalsari, Desa Cinangsi. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini masyarakat menjadi lebih paham mengenai pentingnya memiliki alternatif sumber air bersih sebagai salah satu upaya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.
Sosialisasi dan edukasi mengenai sitem PAH dan sumber daya air di SD Negeri Tegalsari, Desa Cinangsi.
MENABUNG AIR HUJAN SECARA KOMUNAL 136
Mengurangi Limpasan Permukaan
Sistem pemanenan air hujan merupakan salah satu upaya dalam pengelolaan sumber daya air berkelanjutan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi limpasan di permukaan dan memperbesar penyerapan air ke dalam tanah. Dibangunnya PAH menjadi salah satu upaya untuk menanggulangi masalah krisis air di wilayah Kabupaten Cianjur pada musim kemarau.
Masyarakat Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur mayoritas masih mengandalkan sumur atau mata air terlindungi sebagai sumber air bersih mereka dan sisanya mendapatkan sumber air dari sumur atau mata air tidak terlindungi, air ledeng, sumur bor, bahkan dari air kemasan. Sebagai upaya untuk mengurangi beban penggunaan air dari sumber air tersebut dibangun sistem pemanenan air hujan. PAH ini dapat diletakkan di atas atau di bawah permukaan tanah dan disesuaikan dengan
MENABUNG AIR HUJAN SECARA KOMUNAL 137
Restorasi Aliran Sungai
Restorasi
Aliran Sungai
ketersediaan lahan yang ada. Sistem PAH yang dibangun di Desa Cinangsi ini diharapkan dapat menjadi contoh untuk masyarakat sekitar yang ingin membangun sistem PAH sendiri ataupun desa lainnya.
Bak PAH yang dibangun di Desa Cinangsi berukuran 3 x 3 x 2 m, di lahan yang berdekatan dengan pesantren. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar, air hujan yang ditampung pada sistem PAH juga dapat dimanfaatkan oleh santri yang ada di pesantren. Di pesantren tersebut juga sering diadakan kegiatan keagamaan yang mengundang banyak masyarakat sehingga air hujan yang ditampung pada bak PAH dapat digunakan sebagai air wudu.
Dengan dibangunnya sistem PAH di Desa Cinangsi ini membuat air hujan yang jatuh ke atap pondok pesantren tidak langsung jatuh ke tanah dan terbuang begitu saja. Air hujan yang meluap dari bak penampung akan dialirkan ke badan air dan diresapkan ke dalam tanah di area perkebunan sekitar.
Sistem PAH dalam perawatannya tidak memerlukan energi yang besar, hanya perlu melakukan pengurasan selama 1 kali dalam 2 bulan dan pada awal musim hujan. Untuk membersihkan material penyaring dapat dicuci dengan cara mengalirkan air bersih. Dengan adanya lubang pengontrol atau manhole membuat lebih mudah dalam perawatan dan pengecekan kondisi dalam bak penampung.
Sistem pemanenan air hujan yang dibangun di Desa Cinangsi dapat dikatakan sudah memenuhi harapan dari masyarakat desa, khususnya pihak pesantren dan warga sekitarnya. Hal ini karena masyarakat sekitar masih mengandalkan air sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan belum memiliki alternatif sumber daya air lain. Meskipun air hujan yang ditampung belum memenuhi standar kualitas air minum, masyarakat sekitar dapat memanfaatkan untuk keperluan sehari-hari lainnya, seperti mencuci, wudu, dan menyiram tanaman.
Konstruksi bak PAH dipilih dengan menggunakan pasangan bata dan menggunakan fondasi batu kali, serta kemiringan dasar bak sebesar 2%. Konstruksi ini dipilih dengan pertimbangan keamanan dan tanah lama sehingga dapat dimanfaatkan lebih lama oleh masyarakat. Untuk mencegah kebocoran, bangunan bak PAH ini diplester dengan menggunakan perbandingan 1 pc:2 ps atau 1 ember semen berbanding 2 ember pasir. Sistem penyaringan yang disediakan yaitu berukuran 0,6 x 0,6 x 2 m yang material penyaringnya berupa zeolit, karbon aktif, pasir, dan silika. Sistem penyaringan ini digunakan untuk menjamin air hujan yang ditampung layak digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Dibangunnya sistem PAH di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi diharapkan dapat memberikan contoh dan pemahaman kepada masyarakat untuk mendapatkan cadangan air bersih lain selain air sumur serta mengurangi risiko krisis air bersih pada saat terjadinya musim kemarau.
MENABUNG AIR HUJAN SECARA KOMUNAL 138
Kegiatan pembangunan bak pemanenan air hujan di Desa Cinangsi berkontribusi kepada masyarakat sekitar untuk menyediakan sumber daya air alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan seharihari. Selain itu, kegiatan edukasi dan sosialisasi yang dilakukan kepada siswa sekolah dasar juga merupakan salah satu upaya untuk menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya sumber daya air.
Tantangan dalam pembangunan sistem PAH yang dilakukan di Desa Cinangsi ini yaitu berupa ketersediaan lahan untuk pembangunan bak secara mandiri. Keterbatasan lahan yang dimiliki setiap rumah penduduk menjadi kendala sehingga pada kegiatan ini lokasi pembangunan bak PAH berada di atas lahan milik pesantren yang berdekatan dengan permukiman penduduk. Dengan dibangun di atas lahan pesantren ini, selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar, air hujan yang ditampung juga dapat digunakan untuk keperluan kegiatan yang sering diadakan di pesantren tersebut.
Sumber daya manusia yang digunakan pada pembangunan PAH ini yaitu warga sekitar Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi yang diawasi langsung oleh ketua RT setempat. Bahan yang digunakan juga didapatkan dari toko material sekitar lokasi pembangunan bak PAH. Sebelum dilakukan pembangunan bak PAH ini dilakukan sosialisasi dengan penduduk sekitar dan setelah selesai dibangun, dilakukan penyuluhan kepada warga sekitar mengenai kegunaan bak PAH.
Bangunan PAH dipelihara oleh pengurus RT setempat yang dibantu oleh pengurus pesantren. Hal ini dilakukan supaya sistem PAH yang dibangun menjadi tanggung jawab bersama. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memelihara bak PAH di antaranya dengan melakukan pemeliharaan rutin, baik mingguan, bulanan, maupun tahunan. Pemeliharaan rutin ini dapat dilakukan setiap bulan atau pada awal musim hujan. Hal ini bertujuan melihat terjadinya kebocoran pada bak PAH. Pembangunan sistem pemanenan air hujan ini mirip dengan kegiatan yang dilakukan pada tahun sebelumnya di Kota Cimahi.***
Restorasi Aliran Sungai
Tantangan dalam pembangunan sistem PAH yang dilakukan di Desa Cinangsi ini yaitu berupa ketersediaan lahan untuk pembangunan bak secara mandiri.
MENABUNG AIR HUJAN SECARA KOMUNAL 139
Restorasi Aliran Sungai
Prof. Mindriany Syafila, Ph.D.
Merupakan Ketua Satuan Tugas ITB untuk Citarum Harum periode 20182022. Tergabung dalam Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB. Ia menyelesaikan studi sarjana dan masternya di ITB serta meraih gelar doktor dari Victoria University of Manchester (University of Manchester Institute of Science and Technology/UMIST).
Dr. Yuli Setyo Indartono
Merupakan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB sejak tahun 2021. Tergabung dalam Kelompok Keahlian Ilmu dan Rekayasa Termal, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB. Ia menyelesaikan studi sarjana dan master di ITB, sedangkan gelar doktor diperolehnya dari Kobe University, Jepang
Dr. Qomarudin Helmy
Mengisi posisi Ketua Satgas ITB untuk Citarum Harum 2023. Tergabung dalam Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB. Ia menyelesaikan studi master dan doktor di ITB. Ia aktif terlibat dalam pengabdian kepada masyarakat yang mendukung program Citarum Harum, seperti pelatihan pengolahan air sederhana dan pengolahan limbah cair industri dengan pendekatan good WWTP operational
PROFIL PENULIS 140
Restorasi Aliran Sungai
Deny Willy Junaidy, Ph.D.
Mengemban amanah sebagai Sekretaris Bidang Pengabdian kepada Masyarakat, LPPM ITB, ia secara langsung bertanggung jawab atas pelaksanaan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi yang diharapkan berdampak langsung pada masyarakat. Ia menyelesaikan studi sarjana dan magister di ITB, sedangkan pendidikan S-3 dijalani di Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST), Jepang, dan kini tergabung dalam Kelompok Keahlian Manusia dan Ruang Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB.
Mohammad Farid, Ph.D.
Menjabat sebagai Sekretaris Bidang Umum, LPPM ITB. Tergabung dalam Kelompok Keahlian Teknik Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB. Ia menyelesaikan studi sarjana dan masternya di ITB. Sementara pendidikan S-3 ia tempuh di Tohoku University, Jepang.
Dr.rer. nat. Rino Rakhmata Mukti
Menjabat sebagai Sekretaris Bidang Penelitian LPPM ITB sejak 2020. Tergabung dalam Kelompok Keahlian Kimia Anorganik dan Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB. Ia menempuh pendidikan sarjana di ITB. Sementara, pendidikan S-2 dan S-3 di Universiti Teknologi Malaysia dan Technische Universitat Munchen, Jerman. Penelitiannya mengenai materi zeolit membawanya meraih beberapa penghargaan bergengsi.
PROFIL PENULIS 141