Buku rivers toolbox ini menyajikan solusi teknologi dan menginspirasi masyarakat, pengelola sungai, dan masyarakat umum untuk memilih solusi yang tepat untuk pengelolaan sungai. Program Citarum Harum yang didokumentasikan dalam buku ini belum tentu sukses karena keterbatasan waktu proyek atau solusi satu ukuran untuk semua mengingat konteks saling ketergantungan yang luas antara manusia dan sungai.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
MENGELOLA SAMPAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
PENANGGUNG JAWAB:
Dr. Yuli Setyo Indartono
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ITB
PENYUSUN:
Mindriany Syafila Qomarudin Helmy
Yuli Setyo Indartono
Deny Willy Junaidy
Rino Rakhmata Mukti
Mohammad Farid
EDITOR: Islaminur Pempasa
TIM EDITOR
Yudi Noorachman
Risa Anggreini
Saffanah Zahirah
FOTOGRAFER: Harry Surjana Ferdyansyah
DESAIN GRAFIS: Irman Nugraha
ILUSTRATOR: Fachri Fauzy Ali Parma
SAMPUL:
Olah AI oleh Irman Nugraha dengan
Midjourney dari sumber foto Sungai
Citarum karya Harry Surjana
ADMINISTRASI: Noviyanti
Dian Sumardiana
Nisa Refika Linda Syah Khotimah
Bagian Sekretariat, Keuangan dan Sisfo LPPM ITB
Cetakan pertama: Maret 2024
ISBN:
978-623-297-483-8
e-ISBN:
978-623-297-484-5
Hak Cipta ©2024
Dokumen ini diterbitkan oleh ITB Press. Hak Cipta milik LPPM ITB - Bandung dan dilindungi undang-undang. Tidak diperbolehkan mencetak ulang, mengutip sebagian atau keseluruhan isi tanpa izin.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung
Gedung CRCS Lantai 6 Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132
Jawa Barat, Indonesia (022) 86010050 / 86010051
https://lppm.itb.ac.id
https://pengabdian.lppm.itb.ac.id
Email: lppm@itb.ac.id
SAMBUTAN Menjawab Tantangan
Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D. Rektor ITB 2020-2025
SUNGAI Citarum –seperti layaknya sungaisungai di dunia– mengalir seiring dengan bertumbuhnya kehidupan manusia. Di titik awal, sungai menjadi ibu, meminjam istilah Sunda indung cai, yang melahirkan ekosistem baru, nilai, dan cara hidup. Aliran airnya menghubungkan manusia, tempat, dan bentuk lain kehidupan hingga menumbuhkan peradaban.
Relasi saling membutuhkan membuat sungai menjadi salah satu garis sentral dalam pertumbuhan penduduk. Sungai bukan hanya dimanfaatkan airnya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, tetapi juga aliran energi dan potensi ekonomi. Seiring dengan pertumbuhan muncul tantangan dalam manajemen sungai. Beban sungai semakin tinggi membutuhkan pendekatan multidisiplin, baik secara sosial, kultural, serta sains dan teknologi.
Ketika beban berat yang ditanggung Sungai Citarum memicu inisiatif nasional Citarum Harum, ITB secara langsung menjadi bagian dari upaya menjawab tantangan bersama itu dan secara praktis membentuk Satuan Tugas Citarum Harum
ITB yang menjadi bagian dari program besar tersebut.
Kami melihat Citarum dari perspektif holistik, peran ITB dalam merespons kepentingan nasional dan dinamika pengetahuan global, serta keseluruhan proses transformasi yang mencakup segenap Tridarma Perguruan Tinggi, pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang hanya akan bermakna apabila berdampak secara konkret pada perbaikan kualitas hidup masyarakat.
Dalam konteks pengabdian kepada masyarakat ini, ilmuwan ITB melakukan pendekatan terhadap isu penting Sungai Citarum, yaitu terkait sumber daya air, sanitasi, energi, infrastruktur, persampahan, hingga pemberdayaan ekonomi.
Sejumlah pendekatan, metode, teknologi yang diterapkan pada periode 2018-2022 dan didokumentasikan dalam buku ini diharapkan bukan saja bermanfaat bagi Citarum, tetapi dapat direplikasi dan dieskalasi dalam menjawab tantangan pengelolaan sungai di Indonesia dan dunia.***
SAMBUTAN Dua Sisi Manfaat
Prof. Dr. Kadarsah Suryadi Rektor ITB 2015-2020
SUNGAI Citarum sejatinya merupakan
berkah bagi setidaknya 27,5 juta masyarakat yang memanfaatkannya secara langsung, terutama di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Belum lagi penerima manfaat dari sekitar 1.880 megawatt dari PLTA yang tersebar di Pulau Jawa dan mungkin juga Bali. Citarum menjadi sumber air minum bagi warga DKI Jakarta dengan 80 persen air dari sungai yang melintasi 10 kabupaten dan kota di Jabar dan DKI Jakarta, selain juga mengairi 420 ribu hektare lahan pertanian.
Tantangan yang dihadapi juga tidak kalah besar. Waktu itu Letjen TNI Doni Mondardo (alm.) mengajak ITB untuk berkolaborasi, selain berbagai perguruan tinggi dan pihak-pihak lain. Ajakan ini kita tangkap langsung karena ITB juga turut bertanggung jawab dalam konteks lingkungan dan sosial lain. Ilmu dan teknologi yang dipelajari harus bisa diterapkan dalam menjawab tantangan yang ada, termasuk dalam keberlanjutan pengelolaan sungai.
ITB memiliki bidang yang relevan dan banyak ilmuwan mempunyai riset terkait dengan Citarum atau pengelolaan sungai lain. Dari segi ilmu pengetahuan, kita bisa sebut di ITB ada Teknik Lingkungan, Biologi dan Teknologi Ilmu Hayati, Teknik Kimia, Farmasi, Geodesi, dan lainnya dalam
meningkatkan budi daya ikan dan akuatik lain hingga pengelolaan limbah.
Kita memulai dengan pendekatan multidisiplin dan menelurkan sejumlah konsep dan teknologi terapan, misalnya zero discharge untuk sampah domestik, teknologi biofilter bioseptictank, proses anaerobic filtertank mengadopsi teknologi Johkasou dari Jepang, biodigester, revitalisasi IPAL industri dan kawasan, bioremediasi, kebun terapung, hingga peningkatan kapasitas manusia melalui pelatihan dan optimasi teknologi bersih.
Penerapan ilmu dan teknologi ini bisa dipandang dua sisi, bahwa melalui Citarum dan masyarakatnya berjasa dalam mendorong pemanfaatan ilmu dan teknologi yang dikembangkan di kampus sekaligus memunculkan sejumlah topik riset baru.
Kebermanfaatannya menjadi lengkap, ITB bukan hanya untuk ITB, tetapi ITB juga bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Pengembangan berikutnya salah satunya adalah mendorong riset menjadi entrepreneurial. Riset tidak berhenti di kertas, bertumbuh menjadi produk. Inovasi yang bisa dimanfaatkan masyarakat, memberi nilai tambah ekonomi dan sosial, serta memperbaiki kualitas hidup manusia. Tools sudah tersedia.***
SAMBUTAN
Inter vensi Sungai B erkelanjutan
Dr. Yuli Setyo Indartono Ketua LPPM ITB
PROGRAM Citarum Harum telah diatur
melalui Perpres Nomor 15 Tahun 2018
tentang Percepatan Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. Program Citarum Harum yang digulirkan pemerintah membutuhkan kerja sama penanganan semua pihak. Sejumlah perguruan tinggi di Jawa
Barat termasuk ITB berperan aktif sejak 2018 dengan membantu penanganan Sungai Citarum melalui diseminasi penerapan iptek tepat guna.
Secara khusus ITB membentuk Satgas Citarum
Harum ITB yang diketuai Prof. Mindriany Syafila dalam mengoordinasikan kegiatan penerapan iptek sains untuk diimplementasikan di kawasan Citarum
Harum sejak 2018 hingga 2022. Implementasi program-program tersebut melibatkan mahasiswa sains dan teknik dalam pelaksanaannya sejalan dengan program MBKM Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Program ini juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan. Masuknya MBKM dalam kegiatan pengabdian masyarakat Citarum Harum ITB semakin memperkuat korelasi dengan pengembangan
kurikulum bidang rekayasa keteknikan yang mempertimbangkan aspek-aspek kemanusiaan.
ITB telah menerapkan puluhan karya iptek sains di beberapa sektor DAS Citarum Harum, mulai dari Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab. Bandung Barat, dan Kabupaten Subang. Penerapan iptek seperti bioremediasi, sensor kualitas air termasuk untuk menjaga biota sungai, sanitasi, akuakultur, akuaponik, kompos, upcycling sampah plastik, skimmer sampah otomatis, manajemen bank sampah serta Black Soldier Fly (BSF), maggot, penerapan pikohidro atau hydroelectric power skala kecil, termasuk pembersihan eceng gondok di kawasan Waduk Cirata dengan gangboat hingga eceng gondok yang kemudian diupcycling menjadi briket.
Seluruh program penerapan iptek sains di atas sejalan dengan visi Budaya Ilmiah Unggul (BIU) dalam praktik pengabdian masyarakat sekaligus sebagai ciri khas pengabdian masyarakat di ITB. Produk-produk implementasi tersebut didokumentasikan dalam seri buku yang mencakup topik sumber daya air dan sanitasi, energi dan infrastruktur, serta persampahan dan pemberdayaan ekonomi dengan harapan menjadi inspirasi bagi pengelola dan masyarakat sekitar sungai dalam memilih pendekatan dan perangkat pengelolaan sungai.***
Pengolahan Sampah dan Pemberdayaan Masyarakat
Prof. Mindriany Syafila, Ph.D.
Ketua Satuan Tugas ITB untuk Citarum Harum periode 2018-2022
DALAM semangat mewujudkan ITB sebagai a globally respected and locally relevant institut, serta dalam upaya mendukung program Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Percepatan
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai
Citarum, ITB secara aktif berperan melalui Satuan Tugas Terpadu
Restorasi Citarum Harum yang telah dibentuk sejak 2018. Di
bawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, ITB menerapkan hasil kepakaran sivitas akademik dalam bidang ipteks untuk penanganan DAS Citarum seperti penanganan limbah rumah tangga, sanitasi, penanganan lahan kritis, pengelolaan sumberdaya air, serta pemberdayaan dan edukasi masyarakat.
Pesatnya perkembangan jumlah penduduk dan semakin meningkatnya tingkat konsumsi, mengakibatkan semakin tingginya timbulan dan beragamnya jenis sampah yang dihasilkan.
Berdasarkan data dari Dinas Perumahan dan
Pemukiman Provinsi Jawa Barat tahun 2018, timbulan sampah di DAS Citarum sebesar 3512 ton/hari bersumber dari 8 (delapan) kabupaten/kota.
Pendekatan penting lain dalam mendorong masyarakat sekitar sungai mampu memelihara sungai, terutama adalah dengan peningkatan pencaharian dengan mengoptimalkan proses daur ulang sampah melalui peningkatan kapasitas masyarakat sekitar sungai. Model pendekatan pembangunan yang berpusat pada masyarakat lebih menekankan pada pemberdayaan, yaitu menekankan kenyataan pengalaman masyarakat yaitu masyarakat yang inovatif, kreatif dan berdaya saing.
Oleh karena itu masyarakat adalah sumberdaya pembangunan yang paling penting, dimana tujuan pemberdayaan masyarakat adalah pencapaian kesejahteraan material dan spiritual. Sejalan dengan hal tersebut, pengelolaan lahan di masyarakat sempadan sungai juga harus memiliki kesimbangan antara nilai ekonomis dan lingkungan. Peran penting sistem kelola lahan harus dapat memberikan efek bagi penurunan erosi ke badan sungai serta dapat memberikan nilai ekonomi dan pendapatan bagi masyarakat. Konsep pembangunan ini adalah memberantas kemiskinan, peningkatan partisipasi masyarakat, menggunakan kearifan lokal yang dipahami masyarakat lokal dan
berfokus pada kelompok-kelompok dalam masyarakat marginal.
Buku Daur Pemberdayaan Masyarakat ini merangkum beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh sivitas akademik ITB sebagai sumbangsih pengabdian nyata kepada masyarakat terkait penerapan teknologi dalam pengelolaan persampahan dan pemberdayaan ekonomi, yaitu Skimmer sampah berbasis IoT, kemandirian mengolah sampah permukiman, pengelolaan sampah berbasis masyarakat, pendekatan partisipatif pengolahan limbah padat domestik, produksi pupuk hayati berbahan baku sampah, dan mendorong partisipasi dengan bank sampah.
Dalam pendekatan pemberdayaan ekonomi, penerapan ipteks dilakukan juga sejalan dengan mitigasi bencana, yaitu cara tumpang sari melawan erosi yang mengoptimalkan peran lembaga desa, penerapan tepung singkong terfermentasi, selain juga diterapkan agroforestri berbasis masyarakat, peningkatan kapasitas warga dalam produksi probiotik, menanggulangi limbah perikanan dengan akuaponik, hingga produk kreatif dari sampah plastik.
Sungai Citarum yang dulu menyandang predikat sungai paling tercemar di dunia, kini mulai tertangani. Selama satu tahun berjalannya program ini, optimisme dalam menghidupkan kembali Sungai Citarum dinilai telah tumbuh. Beberapa kalangan menilai program tersebut telah menghidupkan kepedulian banyak pihak akan pentingnya merawat sungai dan lingkungan.***
l Pengolahan Sampah dan Pemberdayaan Masyarakat
Produksi Pupuk Hayati Berbahan Baku Sampah
Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha, Dr. Mustika Dewi, Azizah Nur Fitriani, S.Si 59
Mendorong Partisipasi dengan Bank Sampah
Dinda Annisa Nurdiani, M.T., Dr. I Made Wahyu Widyarsana 72
Cara Tumpang Sari Melawan Erosi
Pathmi Noerhatini, M.Si., Prof. Dicky Rezady Munaf, Ph.D., Amanna Dzikrillah L.L. AL Hakim, MAB, Yeyet Setiawati, M.P. 77
Tingkatkan Ekonomi dengan
Tepung Singkong Terfermentasi
Prof. Tjandra Setiadi, Ph.D., Prof. Dr. Made Tri Ari Penia Kresnowati 99
Menerapkan Agroforestri Berbasis Masyarakat
Dr. Sopandi Sunarya, Prof. Endah Sulistyawati, Ph.D., Dr. Susana Paulina Dewi 109
Peningkatan Kapasitas Warga dalam Produksi Probiotik
V. Sri Harjati Suhardi, Ph.D. 123
Menanggulangi Limbah Perikanan dengan Akuaponik
Dr. Taufikurahman, Endra Susila, Ph.D., Andira Rahmawati, M.Si. 129
Produk Kreatif dari Sampah Plastik
Meirina Triharini, Ph.D., Dr. Arianti Ayu Puspita, Prananda Luffiansyah Malasan, Ph.D. 133
Skimm er Sampah Berbasis IoT 1
Dr. Nina Siti Aminah
Prof. Dr.Ing. Mitra Djamal
KK Fisika Instrumentasi dan Komputasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Sampah yang dikumpulkan dari Sungai Citarum pada 2021 mencapai 15.838 ton/hari dengan sampah plastik sebesar 15,35%. Dibutuhkan skimmer sampah yang dapat mengumpulkan sampah plastik di permukaan air sebagai solusi untuk membersihkan Sungai Citarum.
Dirancang sebuah skimmer sampah yang mampu mengangkut sampah di permukaan air dengan menggunakan sistem komunikasi berbasis modul radio frekuensi, sistem penggerak yang terdiri atas rangkaian konveyor dan propeler, dan sistem monitoring berbasis internet of things IoT yang terdiri atas rangkaian sistem peringatan kapasitas sampah, rangkaian sistem pamantauan daya, dan rangkaian sistem pelacakan lokasi terkini.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Skimmer Sampah Plastik
Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah
Nasional (SIPSN), pada tahun 2021 Indonesia menghasilkan timbulan sampah sebesar 28,69 juta ton/tahun dan 15,6% di antaranya merupakan sampah plastik. Jawa Barat sebagai provinsi dengan penduduk terbanyak di Indonesia menjadi penyumbang sampah terbesar. Pengelolaan sampah yang masih belum maksimal mengakibatkan banyaknya penduduk yang membuang sampah ke sungai, termasuk Sungai Citarum.
Pada 2021 sampah yang dikumpulkan dari Sungai Citarum mencapai 15.838 ton/hari dengan persentase sampah plastik sebesar 15,35%. Oleh karena itu, dibutuhkan skimmer sampah yang dapat mengumpulkan sampah-sampah plastik di permukaan air sebagai solusi untuk membersihkan Sungai Citarum.
Pada penelitian ini dirancang skimmer sampah yang mampu mengangkut sampah di permukaan air. Dengan menggunakan sistem komunikasi berbasis modul radio frekuensi, sistem penggerak yang terdiri atas rangkaian konveyor dan propeler dan sistem monitoring berbasis internet of things yang terdiri atas rangkaian sistem peringatan kapasitas sampah, rangkaian sistem pamantauan daya, dan rangkaian sistem pelacakan lokasi terkini.
Seluruh purwarupa berbobot 42 kg. Untuk menyuplai listrik, skimmer sampah ini menggunakan panel surya yang memiliki kapasitas 50 WP. Komponen sistem komunikasi skimmer sampah bagian pengirim sinyal terdiri atas rangkaian joystick dan transmitter serta sistem komunikasi skimmer sampah bagian penerima sinyal terhubung dengan sistem penggerak skimmer sampah dan sistem pengangkutan sampah.
Skema sistem komunikasi skimmer sampah, bagian pengiriman sinyal, dan bagian penerima sinyal.
JOYSTICKTRANSMITTER
TRANSMITTER
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Sistem penggerak skimmer sampah adalah sistem yang berfungsi untuk menjalankan badan skimmer sampah di permukaan air. Sistem ini memberikan perintah untuk bergerak maju ke depan, maju ke kanan, dan maju ke kiri. Sistem pengangkutan sampah adalah sistem yang berfungsi untuk memindahkan sampah yang berada di permukaan air menuju ke penampungan yang terdapat di badan skimmer sampah.
Sistem ini juga dilengkapi dengan monitoring secara real-time. Sistem monitoring terdiri atas sistem pemantauan daya yang tersisa untuk menjalankan skimmer
sampah, sistem peringatan kapasitas pengangkutan sampah, sistem monitoring posisi, serta sistem jangkauan transmitter-receiver skimmer sampah. Melalui sistem ini, pengguna dapat memantau jangkauan, kapasitas sampah, daya tersisa, dan posisi skimmer sampah dengan mengakses dashboard Grafana API.
Pada proses pengujian, seluruh sistem gerak skimmer sampah telah berjalan dengan baik. Skimmer sampah mampu bergerak di perairan tenang dengan kecepatan 0,2 m/s. Massa sampah maksimal yang dapat diangkut sebesar 6,5 kg untuk setiap pengoperasian atau volume sampah maksimal sebesar 0,016 m3.
Cara Kerja Teknologi
Skimmer sampah yang telah dibuat memiliki ukuran dan dimensi sebagai berikut:
Panjang: 220 cm
Lebar: 125 cm
Tinggi: 55 cm
Massa: 65 kg
Purwarupa skimmer sampah.Rangkaian Sistem Penggerak-
Panjang : 100 cm
Lebar : 80 cm
Tinggi : 60 cm
Massa : 42 kg
Rangkaian Sumber Daya
Solar panel 50 WP Kontroler pengisi daya Baterai 3,7V Skimmer Modul Joystick Modul RF-transmitterRangkaian
Motor Propeler Motor Konveyor Motor Driver Modul ESC 30A Baterai 3,7V 1000 mAh Baterai 3,7V 1000 mAh Arduino Uno Sistem Penggerak-ReceiverDaur Pemberdayaan Masyarakat
Untuk menyuplai listrik, skimmer sampah ini menggunakan panel surya yang memiliki kapasitas 50 WP. Sistem rangkaian sumber daya terdiri atas beberapa komponen, yakni panel surya, solar charge controller, baterai, dan juga skimmer sampah.
Rangkaian sumber daya.
Rangkaian sistem penggerak-transmitter yang terdiri atas Arduino Uno, modul joystick, dan modul RF-transmitter.
Komponen sistem komunikasi skimmer sampah bagian pengirim sinyal terdiri atas rangkaian joystick dan transmitter dan sistem komunikasi skimmer sampah bagian penerima sinyal terhubung dengan sistem penggerak skimmer sampah dan sistem pengangkutan sampah. Modul RF 433 MHz digunakan untuk komunikasi data antara joystick yang terhubung dengan dengan receiver yang terletak pada badan purwarupa.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Sistem Penggerak
Sistem penggerak skimmer sampah adalah sistem yang berfungsi untuk menjalankan badan skimmer sampah di permukaan air (rangkaian propeler) dan menggerakkan konveyor untuk pengangkutan sampah pada skimmer sampah (rangkaian konveyor).
Rangkaian propeler dan konveyor terhubung pada sistem komunikasi skimmer sampah (receiver). Sistem penggerak-receiver terdiri atas 2 motor ESC 60A, 2 motor brushless SSS 56114 KV500, dan 2 propeler. Sumber daya yang digunakan untuk sistem penggerak berasal dari baterai.
Modul RF-receiver akan menerima pesan dari modul RF-transmitter yang telah dikirimkan. Perintah maju ke depan dari transmitter akan menjalankan motor propeler secara bersamaan sehingga skimmer sampah akan berjalan ke depan. Perintah maju ke kanan akan menjalankan motor propeler bagian kiri, sedangkan motor propeler bagian kanan akan mati sehingga skimmer sampah akan berbelok ke kanan.
Rangkaian sistem penggerak-receiver yang terdiri atas Arduino Uno, modul RF-receiver, motor konveyor, motor propeler, ESC, dan modul L298N.
Perintah maju ke kiri akan menjalankan motor propeler bagian kanan, sedangkan motor propeler bagian kiri akan mati sehingga skimmer sampah akan berbelok ke kiri. Perintah menyalakan konveyor akan menggerakkan motor konveyor sehingga dapat mengangkut sampah dari permukaan air menuju ke tempat penampungan sampah pada skimmer sampah.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Sistem Monitoring
Sistem ini juga dilengkapi dengan monitoring secara real-time. Sistem monitoring terdiri atas sistem pemantauan
daya yang tersisa untuk menjalankan skimmer sampah, sistem peringatan kapasitas pengangkutan sampah, sistem monitoring posisi, serta sistem jangkauan transmitter-receiver skimmer sampah.
Sistem monitoring skimmer sampah dibuat untuk mengukur parameter kondisi robot saat digunakan. Komponen yang digunakan untuk sistem ini adalah mikrokontroler NodeMCU ESP8266, ADC modul MCP3008, sensor tegangan DC 0-25 V, sensor level air, sensor ultrasonik modul HC-SR04, buzzer, sensor GPS modul GPS NEO-6M.
Sistem monitoring tersebut dirangkai sebagai berikut.
Rangkaian sistem monitoring skimmer sampah.
Sensor-sensor dipasang ke NodeMCU ESP8266. Pada rangkaian tersebut terdapat penambahan ADC MCP3008 sebagai penambahan pin analog karena pada penelitian ini sensor analog yang digunakan terdapat 4 buah, sedangkan pin analog default dari NodeMCU hanya satu. Setelah itu rangkaian akan dinyalakan dengan menyambungkan NodeMCU ke sumber tegangan 5V. Kemudian proses pengiriman data sensor menuju database dan divisualisasikan menggunakan program Grafana.
Raspberry Pi (Node-RED)
Sensor-sensor Node
Flowchart sistem pengiriman data monitoring skimmer sampah.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Sensor akan mengirimkan data melalui NodeMCU lalu NodeMCU akan mengirimkan data tersebut menuju server menggunakan protokol MQTT dengan broker Mosquitto. Selanjutnya Raspberry Pi akan bertindak sebagai subscriber atau penerima data menggunakan program Node-RED.
Pada program Node-RED data dikirim ke database InfluxDB. Selanjutnya sistem monitoring menggunakan program Grafana dengan database dari InfluxDB dibuat.
Sistem monitoring skimmer sampah pada program Grafana.
Melalui sistem ini pengguna dapat memantau jangkauan, kapasitas sampah, daya tersisa, dan posisi skimmer sampah dengan mengakses dashboard Grafana API. Tampilan pada bagian kiri terdiri atas pelacakan lokasi terkini menggunakan modul GPS NEO-6M, sedangkan pada bagian kanan atas terdapat sistem peringatan kapasitas pengangkutan sampah.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Sistem Peringatan
Sistem peringatan kapasitas sampah memiliki beberapa kondisi berdasarkan nilai sensor level air yang diterima pada basis data. Berikut hasil tampilan sistem peringatan kapasitas sampah skimmer sampah pada program Grafana.
Sistem peringatan kapasitas sampah: kondisi aman, kondisi peringatan, dan kondisi penuh.
Sementara itu, data sistem pemantauan daya skimmer sampah didapatkan melalui sensor tegangan yang dikirim ke basis data. Batas sisa daya 20% dipilih karena dianggap mampu memulangkan skimmer sampah dari tengah sungai ke titik awal. Berikut hasil tampilan sistem pemantauan daya skimmer sampah pada program Grafana.
Sistem pemantauan daya sampah skimmer pada Grafana: (a) saat 46%, (b) saat 30%, & (c) saat 15%.
Sistem peringatan jangkauan monitoring skimmer sampah diambil berdasarkan perubahan nilai time of flights yang dikonversi menjadi jarak. Jarak yang terlalu jauh akan memberikan peringatan untuk kembali. Sistem ini mencegah agar tidak terjadi putus komunikasi saat skimmer sampah digunakan.
Sistem Jangkuan monitoring pada program Grafana: (Atas) Kondisi zona aman dan (Bawah) kondisi zona jauh.
Pada proses pengujian, seluruh sistem gerak skimmer sampah telah berjalan dengan baik. Skimmer sampah mampu bergerak di perairan tenang dengan kecepatan 0,2 m/s. Massa sampah maksimal yang dapat diangkut sebesar 6,5 kg untuk setiap pengoperasian atau volume sampah maksimal sebesar 0,016 m3
Luaran yang telah dihasilkan adalah purwarupa skala laboratorium dan telah dipresentasikan di 6th International Conference on Technology and Social Science 2022 (ICTSS 2022) pada tanggal 25-28 Dec. 2022 secara daring di Kiryu, Jepang. Saat ini sedang dibuat purwarupa skala produk dan akan dicoba di Sungai Ciherang bersama Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat.***
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Mengolah Sampah Permukiman 2
Dr. I Made Wahyu Widyarsana
KK Pengelolaan Udara dan Limbah, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Dalam rangkaian kegiatan ini disusun konsep perencanaan pengelolaan sampah, termasuk desain fasilitas pengolahan sampah mandiri di masing-masing desa yang diberi nama pusat daur ulang (PDU). Selain itu, memberikan sosialisasi dan edukasi kepada pihak aparat kecamatan, desa, masyarakat, pengelola bank sampah, sektor informal, serta petugas kebersihan setempat. Sebagai implementasi bantuan fisik berupa barang, dibangun sejumlah unit contoh komposter dan biodigester skala kecil.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Desa Prioritas
Sungai Citarum selain dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk air minum digunakan pula sebagai sumber air irigasi serta pembangkit listrik untuk Pulau Jawa dan Bali. Aliran DAS Citarum melintasi 13 kabupaten/kota dan saat ini mengalami pencemaran dan kerusakan lingkungan yang mengakibatkan kerugian dalam sektor ekonomi, sosial, kesehatan, ekosistem, dan sumber daya lingkungan.
Tingginya aktivitas domestik dan industri menjadi penyebab utama tercemarnya Sungai Citarum. Pencemaran Sungai Citarum diakibatkan oleh pencemaran industri, limbah pertanian, limbah peternakan, limbah perikanan, limbah domestik, dan sampah domestik.
Berdasarkan UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pesatnya perkembangan jumlah penduduk dan semakin meningkatnya tingkat konsumsi mengakibatkan semakin tingginya timbulan dan beragamnya jenis sampah yang dihasilkan.
Berdasarkan data dari Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Jawa Barat tahun 2018, timbulan sampah di DAS Citarum sebesar 3512 ton/hari bersumber dari delapan kabupaten/kota. Sebesar 77,7% sumber timbulan sampah berasal dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat. Timbulan terbesar kedua bersumber dari Kabupaten Karawang sebesar 12,7% dan sisanya sebesar 9,6% bersumber dari Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Cianjur.
Berdasarkan Rencana Aksi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum 2019-2025, strategi untuk mengatasi masuknya sampah ke Sungai Citarum terdiri atas dua bagian besar, yaitu menangani sampah yang berada di Sungai Citarum dan menangani sampah rumah tangga yang saat ini belum terkelola dengan cepat dan tuntas. Terdapat 629 desa prioritas yang tersebar di aliran DAS Citarum.
Desa prioritas merupakan desa yang berada di pinggiran Sungai Citarum. Kecamatan Pameungpeuk memiliki empat desa prioritas, yaitu Desa Langonsari, Desa Sukasari, Desa Rancatungku, dan Desa Rancamulya. Oleh karena itu, diperlukan usulan konsep pengelolaan sampah permukiman mandiri yang sesuai dengan kondisi saat ini guna mengurangi sampah yang masuk ke Sungai Citarum.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Timbulan Sampah
Timbulan sampah di wilayah penelitian masing-masing adalah Desa Sukasari 0,21 kg/orang/hari, Desa Langonsari 0,18 kg/orang/hari, Desa Rancatungku 0,17 kg/orang/hari, dan Desa Rancamulya 0,23 kg/orang/hari.
Komposisi sampah untuk tiap daerah seragam, yaitu didominasi oleh sampah organik sebesar 54,19-58,12%, sampah plastik sebesar 19,6-23,09%, dan sisanya berada di bawah 9%. Karakteristik sampah organik memiliki kadar air sebesar 77,99% dan rasio C/N mendekati 30. Karakteristik sampah “anorganik” memiliki kadar air sebesar 21,15% dan kadar volatile 56,21%.
Pola penanganan sampah di daerah penelitian pada umumnya dibakar. Sebanyak 51% responden menggunakan jasa pengumpul sampah dan sisanya sebanyak 49% responden membakar sampahnya secara mandiri. Sampah yang telah dikumpulkan oleh petugas juga dibakar di tempat pengumpulan sampah.
Berdasarkan pengisian kuesioner hanya 15% masyarakat yang melakukan pemilahan sampah berupa pemisahan antara sampah yang bernilai ekonomis dan tidak, tetapi sisanya sebanyak 85% responden tidak melakukan pemilahan.
Berdasarkan hasil sampling, uji coba di lab, dan perhitungan, perlu adanya pengelolaan sampah secara mandiri oleh masyarakat. Perencanaan pembangunan PDU adalah salah satu sistem alternatif pengolahan sampah secara mandiri yang dapat dilakukan. Untuk memaksimalkan pengelolaan sampah didesain pengelolaan sampah secara desentralisasi, setiap desa direncanakan akan membangun satu PDU.
Sampah organik diolah dengan metode BSF, pencacahan, pemadatan, dan pembuatan pelet plastik. Sampah yang tidak memiliki nilai dibakar dengan insinerator. Berdasarkan analisis data diperoleh implementasi teknologi pengelolaan sampah berupa biodigester dan komposter Takakura. Selain teknologi, dilakukan sosialisasi kepada pengelola bank sampah, pengurus desa, RT, RW, dan masyarakat. Sosialisasi berupa pelatihan, modul, dan leaflet/brosur/alat peraga.
Komposisi sampah
untuk tiap daerah seragam, yaitu didominasi oleh sampah organik sebesar 54,19-58,12%, sampah plastik sebesar 19,6-23,09%, dan sisanya berada di bawah 9%.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Sosialisasi Penerapan Teknologi
Pembuatan teknologi pengelolaan sampah berupa komposter dan biodigester skala rumah tangga dilakukan oleh warga setempat agar dapat membantu perekonomian. Selain itu, komposter dan biodigester dari bahan bekas tersebut diberi lukisan agar menarik perhatian warga dan tidak menimbulkan kesan kotor pada teknologi yang ada.
Penerapan teknologi pengolahan sampah ditujukan kepada masyarakat, khususnya yang berada di dekat badan air agar sampah yang ada tidak memasuki badan air. Proses serah terima teknologi tersebut dilakukan dengan pihak pemerintah setempat kemudian setelahnya diserahkan kepada pihak pengelola sampah.
Sosialisasi pengelolaan sampah dilakukan kepada masyarakat, terutama kepada petugas pengelola TPS dan pengelola bank sampah yang nantinya akan menggunakan komposter dan biodigester. Sosialisasi yang diberikan berupa dasar-dasar pengelolaan sampah, pengenalan teknologi, dan tata cara pemakaian teknologi. Sosialisasi dilakukan secara bertahap dan langsung kepada petugas agar informasi tersampaikan dengan baik.
Komposter
Komposter adalah alat pengolahan sampah organik rumah tangga melalui pengomposan dengan memanfaat kantong bekas yang dibenamkan ke dalam tanah. Komposter dapat mengolah sampah dapur yang berupa sisa makanan (bukan sampah dapur berupa bungkus makanan). Sampah dapur akan mengalami pembusukan dengan bantuan mikroorganisme dari sampah dan yang berada dalam tanah.
Kapasitas dari komposter adalah 60-100 liter (200 kg sampah) dan dapat dioperasikan untuk penampungan sampah antara 7-12 bulan per KK (56 orang). Lama proses pengomposan yaitu 4-6 bulan setelah terisi penuh.
Biodigester
Biodigester adalah alat yang digunakan untuk mengubah sampah basah menjadi biogas yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk energi listrik.
Manfaat dari pengolahan menggunakan biodigester
● Dapat menghemat biaya listrik dengan menggunakan bahan bakar biogas dari hasil pengolahan menggunakan biodigester.
● Terbebas dari bahaya pengelolaan sampah yang tidak baik.
● Sisa lumpur dari proses pengolahan dapat dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Sampah apa saja yang bisa diolah dengan cara ini?
Sampah basah (organik), contoh:
● Sisa makanan.
● Kotoran hewan.
● Hasil pertanian yang berkualitas buruk.
Kegunaan biogas:
● Sumber gas untuk memasak.
● Sumber gas untuk pemanas air.
● Menghasilkan energi listrik.
Teknologi pengelolaan sampah mandiri komposter dan biodigester.
Cara Kerja Biodigester
Sampah organik dicacah
Sampah organik dimasukkan ke dalam tabung biodigester
Proses fermentasi anaerob sampah organik
Proses fermentasi anaerob --> proses perombakan sampah basah menjadi biogas tanpa adanya bantuan udara (tangki biodigester dibuat tertutup dan kedap udara)
Tangki penyimpanan gas biogas yang dihasilkan disimpan di bagian atas fermentor, tepat di atas biomassa yang difermentasi
Fermentor
Dalam wadah ini biomassa dipecah oleh mikroorganisme dalam kondisi tanpa cahaya dan oksigen. Proses fermentasi ini menghasilkan metana dan karbon dioksida-biogas.
Biomassa yang sudah difermentasi disimpan di gudang sisa fermentasi untuk selanjutnya digunakan sebagai pupuk berkualitas tinggi.
Komposisi sampah di DAS Citarum
sisanya dibawah 9%
Sampah plastik 19,6-23,09%
Timbulan Sampah
21,15%77,99%
Sampah organik 54,19-58,12%
Cara Kerja Komposter
ORGANIK NON-ORGANIK
Pisahkan sampah organik dan non-organik
Skema Komposter
Tutup komposter
Potong kecil sampah organik menjadi sekitar 1-2 cm
Masukkan sampah organik yang telah dipotong kecil ke dalam komposter
Segel komposter
Semprot sampah organik dengan bioaktivator
Tempat pengomposan
Pintu pengambilan kompos
Tempat penampungan cairan
Tutup rapat komposter
Keran untuk mengeluarkan cairan
Diamkan
selama + 14 hari agar terjadi proses pengomposan
Mengelola Sampah Berbasis Masyarakat 3
Dr. I Made Wahyu Widyarsana
KK Pengelolaan Udara dan Limbah, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Tingginya aktivitas domestik dan industri menjadi penyebab utama tercemarnya Sungai Citarum. Untuk itu, ITB menyiapkan kegiatan untuk dua sasaran, yakni keberlanjutan sasaran pada desa yang telah dibina sebelumnya di kawasan Sungai Citarum, yakni Kampung Tarikolot dan desa lainnya di sekitar kawasan aliran Sungai Citarum, yaitu Cinangsi dan Waduk Cirata. Kampung Tarikolot memerlukan usulan konsep pengelolaan sampah permukiman mandiri serta contoh implementasinya yang sesuai dengan kondisi saat ini guna mengendalikan/mengurangi sampah yang dibuang ke Sungai Citarum.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Identifikasi
Penerapan berbagai teknologi mulai dari pengolahan
limbah rumah tangga, pengelolaan budi daya ikan, pengolahan bioremediasi hingga monitoring sensor kualitas air diperlukan kesinambungan dalam penanganannya.
Berdasarkan Rencana Aksi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum 2019-2025, strategi untuk mengatasi masuknya sampah ke Sungai Citarum terdiri dari 2 bagian besar, yaitu menangani sampah yang berada di
Sungai Citarum dan menangani sampah rumah tangga yang saat ini belum terkelola dengan cepat dan tuntas.
Terdapat 629 desa prioritas yang tersebar di aliran DAS
Citarum. Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur termasuk dalam pengelolaan Satgas
Citarum Harum Sektor 12 Subsektor 3. Rumusan masalah dari kegiatan ini yaitu menentukan timbulan sampah, densitas, komposisi, dan karakteristik sampah serta menganalisis potensinya; menentukan karakteristik masyarakat dalam mengelola sampahnya melalui kuesioner, wawancara, dan observasi; perencanaan pengelolaan sampah permukiman; menentukan desain pengelolaan sampah permukiman; implementasi konsep teknologi pengelolaan sampah mandiri.
Dalam rangka penegakan Perpres Nomor 15 Tahun 2018 pada tanggal 14 Maret 2018 tentang Percepatan Pengendalian Percemaran dan Kerusakan Daerah Aliran
Sungai Citarum, Satgas Citarum Harum Sektor 12 Subsektor 3 Cikalong kulon mencakup koordinasi pengelolaan anak Sungai Cikundul yang beralamat di Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
Cinangsi
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Cinangsi adalah desa di Kecamatan Cikalongkulon, Kab. Cianjur, Jawa Barat. Jumlah penduduk: 7.123 Luas: 586,26 Hektare
Empang
Permukiman
Kebun
Sawah
Vegetasi non budi daya
Perdagangan dan Jasa
Hutan Batas wilayah
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Lanskap Sungai Citarum di perbatasan kabupaten. Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Dokumentasi kegiatan pengabdian masyarakat LPPM ITB terkait pengelolaan sampah di Desa Cinangsi pada tahun 2018.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Mengelola Sampah
Salah satu permasalahan di Desa Cinangsi adalah belum terlayani oleh Dinas Kebersihan Kota sehingga pengelolaan sampah, terutama sampah rumah tangga, masih menjadi kendala. Upaya edukasi terkait 3R, reduksi sampah di sumber, pemilahan sampah, dll. diharapkan menjadi kegiatan berkesinambungan dengan adanya infrastruktur pengelolaan sampah yang baik dan benar. Pengelolaan sampah skala komunal seperti bank sampah, 3R dan reduksi sampah dari sumber, pemanfaatan sampah menjadi kompos, pengolahan sampah dengan Black Soldier Fly (BSF), serta produksi maggot dari sampah dapur untuk dijadikan pakan ikan dapat diaplikasikan.
Upaya peningkatan kapasitas pengelolaan sampah di Kampung Tarikolot dengan 3R dan reduksi sampah dari sumber dengan mengoptimalkan upaya pemilahan sampah. Ruang lingkup aktivitas yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Bertempat di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur.
2. Mengestimasi timbulan sampah, komposisi sampah, berat jenis, dan karakteristik sampah melalui sampling di lapangan untuk perencanaan.
3. Menganalisis karakteristik masyarakat di Kampung Tarikolot dalam mengelola sampahnya melalui kuesioner, wawancara, dan observasi.
4. Penentuan opsi teknologi pengelolaan sampah permukiman mandiri.
5. Perencanaan teknis rancangan tempat pengelolaan sampah meliputi:
- Perhitungan kebutuhan lahan.
- Penentuan lokasi rencana tempat pengelolaan sampah.
- Perencanaan unit teknologi pengelolaan sampah.
- Perancangan sarana dan prasarana di tempat pengelolaan sampah.
- Penyusunan konsep operasi dan peme-
liharaan di tempat pengelolaan sampah.
- Gambar-gambar teknis sesuai dengan rancangan dan perhitungan teknis tersebut.
- Rancangan anggaran biaya untuk instalasi pengelolaan sampah mandiri.
6. Contoh implementasi pengelolaan sampah, mencakup sosialisasi pengelolaan sampah yang baik, pembentukan bank sampah, pemberian contoh model teknologi pengelolaan sampah mandiri (seperti: tempat pengumpulan sampah komunal terpilah dan komposter individual/ komunal, dll.), dengan target terjadi pengurangan pembuangan sampah ke sungai atau lingkungan oleh masyarakat.
7. Menjalin komunikasi (network) dengan perusahaan-perusahaan terutama terkait CSR perusahaan yang potensial berkontribusi lebih lanjut dan lebih luas di daerah tersebut, baik bantuan fisik maupun non-fisik untuk menjamin pengelolaan sampah di daerah tersebut dapat berkelanjutan.
Cara Pemecahan Masalah
Pendekatan dan cara pemecahan masalah adalah dengan melakukan observasi dan estimasi sampah langsung di permukiman wilayah studi untuk menentukan timbulan sampah, densitas, komposisi, dan karakteristik sampah wilayah Kampung Tarikolot, serta selanjutnya dapat menganalisis potensinya. Kemudian dilakukan survei kuesioner, wawancara, dan observasi untuk menganalisis karakteristik masyarakat di Kampung Tarikolot dalam mengelola sampahnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari survei di atas, selanjutnya menentukan perencanaan pengelolaan sampah permukiman dan desain pengelolaan sampah permukiman di Kampung Tarikolot. Berdasarkan analisis data dan perencanaan pengelolaan sampah sebelumnya akan ditindaklanjuti dengan mengimplementasikan contoh konsep teknologi pengelolaan sampah mandiri di Kampung Tarikolot.
Contoh implementasi pengelolaan sampah mencakup sosialisasi pengelolaan sampah yang baik, pembentukan bank sampah, pemberian contoh model teknologi pengelolaan sampah mandiri (tempat pengumpulan sampah komunal, komposter individual/komunal, dll), dengan target terjadi pengurangan pembuangan sampah ke sungai oleh masyarakat.
Upaya menjalin komunikasi dengan perusahaan-perusahaan, terutama terkait CSR perusahaan yang potensial berkontribusi lebih lanjut dan lebih luas di daerah tersebut, baik bantuan fisik maupun non-fisik untuk menjamin pengelolaan sampah di daerah tersebut dapat berkelanjutan.
Dampak (outcome) yang diharapkan adalah terwujudnya pemulihan, pengendalian, dan pemanfaatan ruang agar fungsi kawasan DAS Citarum terbebas dari timbulan sampah dan pencemaran, serta terbangunnya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air yang terkelola dengan baik.
Penerima kegiatan ini adalah masyarakat Kabupaten Cianjur khususnya di Desa Cinangsi. Manfaat dari kegiatan ini membantu penyediaan fasilitas bagi kebersihan lingkungan, terciptanya lingkungan yang lebih sehat yang berdampak pada penurunan penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, peningkatan perekonomian masyarakat akibat berkurangnya biaya yang timbul karena kondisi yang tidak sehat.***
Pendekatan Partisipatif Pengolahan Limbah Padat Domestik 4
V. Sri Harjati Suhardi, Ph.D.
KK Bioteknologi Mikroba Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Melalui pendekatan berbasis timbulan limbah domestik dan partisipasi masyarakat, dikembangkan prototipe aplikasi teknologi pengomposan berbasis sumber daya lokal untuk mengolah limbah padat domestik menjadi pupuk kompos. Kegiatan ini bertujuan menghasilkan data teknis, parameter proses, dan SOP untuk mengoperasikan sistem ini. Strategi penyelesaian masalah dibagi menjadi dua bagian, yakni strategi berbasis timbulan limbah domestik dan strategi berbasis partisipasi masyarakat.
Pendekatan Partisipatif
Kualitas air Sungai Citarum yang merupakan daerah
aliran sungai (DAS) terbesar di Jawa Barat mengalami penurunan drastis akibat aktivitas manusia. Limbah domestik, pertanian, peternakan, dan industri telah mencemari sungai ini secara serius. Dampaknya sangat merugikan ekosistem dan masyarakat setempat. Tantangan ini ditempuh dalam konteks Undang-Undang Pengelolaan Sampah 18/2008 yang mendorong pengurangan limbah melalui konsep 3R (reduce, reuse, recycle) dan pengelolaan limbah yang lebih tepat.
Tujuan utama kegiatan ini adalah memberikan kontribusi positif pada lingkungan melalui pemanfaatan sumber daya iptek untuk pemberdayaan masyarakat di Desa Cinangsi, Kec.
Cikalongkulon, Kab. Cianjur. Melalui pendekatan terpadu berbasis timbulan limbah domestik dan partisipasi masyarakat, kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan prototipe teknologi pengomposan berbasis sumber daya lokal untuk mengolah limbah padat domestik menjadi pupuk kompos. Selain itu, kegiatan ini berfokus pada menghasilkan data teknis yang lebih baik, parameter proses yang teruji, serta standard operating procedure (SOP) yang efektif untuk mengoperasikan sistem ini.
Pendekatan penyelesaian masalah dibagi menjadi dua bagian yang saling melengkapi. Pertama, strategi berbasis timbulan limbah domestik melibatkan tahapan pemilahan, pengolahan, dan pemanfaatan limbah padat domestik. Kedua, strategi
berbasis partisipasi masyarakat melibatkan peran aktif dari masyarakat, pimpinan masyarakat, dan institusi pendidikan.
Kegiatan ini direncanakan berlangsung selama beberapa bulan, dimulai dari Februari hingga November. Tahapan meliputi persetujuan proposal, perencanaan pekerjaan, persiapan lokasi dan izin, persiapan reaktor dan peralatan, uji coba, pemantauan, pengambilan sampel, analisis, serta pembuatan laporan dan SOP.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini sangat signifikan. Pertama, akan ada instalasi pengolahan limbah padat domestik dengan metode Takakura yang termodifikasi. Ini akan membawa manfaat besar dalam mengatasi masalah pencemaran lingkungan akibat limbah padat. Kedua, kegiatan ini akan menghasilkan modul pelatihan dan penyuluhan. Hal ini akan mendukung peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang benar. Dengan demikian, masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam upaya pemulihan Sungai Citarum.
Melalui pendekatan ini, diharapkan kualitas air Sungai Citarum akan mengalami perbaikan berkelanjutan. Selain itu, pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah akan membangun kesadaran lingkungan yang lebih baik dan memberikan manfaat ekonomi melalui pemanfaatan pupuk kompos yang dihasilkan. Proposal ini berkomitmen untuk mencapai dampak positif jangka panjang pada lingkungan, masyarakat, dan ekosistem Sungai Citarum.
Pemkot Bandung dan DLH mempunyai gerakan Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan (Kang Pisman) guna membangun kesadaran melakukan pemilahan dan pemanfaatan sampah. Untuk mendukung gerakan tersebut program pengabdian ini menerapkan beberapa teknik pengolahan sampah terpadu yang diperkenalkan kepada masyarakat.
Instalasi pengolahan limbah padat domestik yang bersifat organik yang banyak digunakan di beberapa daerah adalah pengomposan. Metode ini memberikan keberhasilan di beberapa daerah dengan kunci keberhasilannya adalah pelatihan dan pendampingan. Kelebihan dari pemanfaatan sampah organik untuk pengomposan adalah solusi yang tuntas, tidak diperlukan lagi pengolahan lanjutan setelah proses selesai.
Pemanfaatan limbah plastik dengan ecobrick telah banyak dilakukan di dalam dan luar negeri. Kelebihan dari pendekatan ini adalah perolehan materi yang dapat dimanfaatkan untuk membuat konstruksi sederhana dan murah.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Pelatihan pengolahan limbah minyak rumah tangga.
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH
Strategi ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
Strategi berbasis timbulan limbah domestik
1.Tahap Pemilahan
2. Tahap Pengolahan
3. Tahap Pemanfaatan
Sampah Domestik Organik
Takakura Operasional Pemantauan Kompos Berhasil Gagal Limbah Padat Domestik OrganikKertas dan Logam Komposter Kompos Pemanfaatan Plastik EcobrickLimbah Padat Domestik (Anorganik)
Strategi Pengolahan Sampah
Strategi Berbasis Partisipasi Masyarakat
Ketua LPPM
Kertas Logam
Daur ulang
Ketua Tim Pengabdian
Plastik
Pemanfaatan pihak ketiga
Lainnya
Ketua RT/RW
Ecobrick
Pemanfaatan pihak ketiga
Memilah
Mengolah
Fasilitator
Memanfaatkan
Pengawas Kegiatan
Penyusun SOP
Masyarakat Tim SITH PenyeliaDaur Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan bertujuan memberikan kontribusi pada masyarakat dalam bidang lingkungan melalui sinergi kegiatan yang baik antara sumber daya iptek dan pemanfaatannya secara khusus bagi masyarakat di Desa Cinangsi, Kec. Cikalongkulon, Kab. Cianjur. Kontribusi masyarakat dalam program pengabdian ini adalah memilah dan mengolah limbah padat domestik yang berasal dari rumah tangga mereka sendiri.
Hasil pengolahan limbah padat domestik berupa pupuk kompos dapat dimanfaatkan oleh masyarakat itu sendiri baik untuk pertanian maupun perkebunan. Ketua RT/RW dilibatkan sebagai fasilitator kegiatan sekaligus pengawas keberjalanan program. Adapun Target dan sasaran dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, yaitu:
1. Sebuah prototipe aplikasi teknologi pengomposan berbasis sumber daya lokal yang dapat digunakan untuk mengolah limbah padat domestik rumah tangga.
2. Data-data teknis dan parameter proses untuk pengoperasian sistem dan perancangan dalam skala prototipe
3. Pembuatan SOP untuk mengoperasikan sistem.
Partisipasi Aktif
Dalam konteks pembangunan dan kemajuan sosial, proposal ini memiliki dampak yang signifikan.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum menjadi simbol perhatian serius terhadap masalah lingkungan yang merusak. Penurunan kualitas air di Sungai Citarum yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, termasuk limbah domestik, pertanian, peternakan, dan industri, memengaruhi tidak hanya lingkungan, tetapi juga kehidupan manusia secara langsung.
Partisipasi aktif masyarakat di Desa Cinangsi dalam upaya mengelola limbah padat domestik melalui program ini memiliki implikasi yang luas. Kontribusi langsung masyarakat dalam memilah dan mengolah limbah padat dari rumah tangga mereka adalah langkah nyata menuju pengelolaan yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan. Program ini
juga memiliki potensi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang urgensi pengelolaan limbah yang benar. Pendidikan dan penyuluhan yang terintegrasi dalam kegiatan ini dapat menciptakan transformasi sosial dalam pandangan dan perilaku masyarakat terhadap sampah.
Pemisahan sampah domestik.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Kesadaran akan dampak negatif dari limbah terhadap lingkungan dan kesehatan manusia akan tumbuh. Pada akhirnya budaya peduli lingkungan di masyarakat akan terbentuk. Dalam jangka panjang hal ini dapat berdampak positif pada pola konsumsi dan produksi yang lebih berkelanjutan.
Selain itu, peran aktif dan terlibatnya pemimpin
Dampak Lingkungan
masyarakat, seperti ketua RT/RW/kelompok PKK dalam pelaksanaan program menunjukkan komitmen pemerintah dan komunitas lokal untuk mengatasi masalah lingkungan. Hal ini dapat menciptakan kerja sama yang lebih erat antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Dari segi lingkungan, program ini memiliki dampak positif yang signifikan. Instalasi pengolahan limbah padat domestik dengan metode Takakura termodifikasi dapat membantu mengatasi masalah pencemaran limbah padat. Pengomposan limbah organik merupakan solusi yang ramah lingkungan karena mengurangi volume limbah dan menghasilkan pupuk kompos yang bermanfaat untuk pertanian dan perkebunan. Keberhasilan metode ini di beberapa daerah dengan pelatihan dan pendampingan yang efektif menunjukkan potensinya untuk berkontribusi pada solusi pemulihan lingkungan.
Pemanfaatan limbah plastik “anorganik” dengan pendekatan ecobrick juga merupakan inovasi yang menjanjikan dalam pengurangan dampak lingkungan limbah plastik. Dengan mengubah limbah plastik menjadi bahan konstruksi sederhana, program ini tidak hanya mengurangi volume limbah plastik yang mencemari lingkungan, tetapi juga memanfaatkannya untuk tujuan yang lebih produktif. Hal ini dapat mengurangi kebutuhan akan bahan baku baru dalam pembangunan yang pada gilirannya dapat mengurangi tekanan pada sumber daya alam
Selain itu, pelaksanaan program ini memiliki potensi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan mengurangi volume limbah dan mempromosikan praktik pengelolaan limbah yang lebih berkelanjutan. Dengan mengurangi kebutuhan akan pembuangan limbah ke tempat pembuangan akhir, penghematan energi dalam proses pengangkutan dan pengolahan limbah juga dapat tercapai.
Program ini selaras dengan harapan masyarakat terhadap pembangunan berkelanjutan. Masyarakat kini semakin sadar akan urgensi menjaga lingkungan dan menciptakan gaya hidup yang berkelanjutan. Dengan fokus pada pengelolaan limbah dan solusi berbasis teknologi, program ini memberikan jawaban konkret terhadap isu lingkungan yang tengah mendesak.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Dalam kerangka konsep reduce, reuse, recycle, program ini mendorong pengurangan limbah melalui pemilahan dan pengolahan yang tepat. Hal ini sesuai dengan harapan akan adopsi pola konsumsi yang lebih bijak, yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, melalui partisipasi aktif masyarakat, program ini membangun hubungan yang harmonis antara individu, masyarakat, dan lingkungan. Masyarakat di Desa Cinangsi diajak untuk mengambil peran aktif dalam pengelolaan limbah yang sejalan dengan semangat partisipatif dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam jangka panjang, program ini berpotensi menciptakan budaya peduli lingkungan yang turut memengaruhi harapan masyarakat terhadap masa depan yang lebih baik.
Aspek kesehatan, keselamatan, dan lingkungan (K3L) menjadi prioritas dalam pelaksanaan program ini. Mengelola limbah dengan benar tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada kesehatan dan keselamatan masyarakat. Melalui pengurangan, pemilahan, dan pengolahan limbah, risiko terhadap kesehatan masyarakat dapat ditekan.
Limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi tempat berkembang biak bagi penyakit dan patogen yang berpotensi merugikan kesehatan manusia.
Selain itu, program ini juga berkontribusi pada keselamatan masyarakat dengan mengurangi potensi kecelakaan atau bencana terkait limbah. Pengolahan limbah yang kurang efektif dapat mengakibatkan pencemaran udara, tanah, dan air yang berpotensi membahayakan lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Dengan melibatkan
Pengolahan limbah padat domestik dengan metode keranjang Takakura termodifikasi.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
masyarakat dalam proses pengelolaan limbah, program ini membantu mengedukasi tentang risiko dan praktik pengelolaan yang aman.
Dalam konteks lingkungan, program ini memiliki dampak positif dalam mengurangi beban limbah padat yang masuk ke tempat pembuangan akhir atau lingkungan alam. Penyediaan instalasi pengolahan limbah padat domestik melalui metode pengomposan dan pendekatan ecobrick membantu menghambat arus limbah yang mencemari lingkungan. Ini berarti potensi kerusakan lingkungan akibat limbah akan berkurang yang pada gilirannya berdampak positif pada ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Program memiliki kontribusi signifikan pada pembangunan masyarakat di berbagai aspek. Melalui pendekatan yang melibatkan masyarakat secara aktif, program ini memberikan kesempatan kepada warga Desa Cinangsi untuk berpartisipasi dalam solusi terhadap masalah lingkungan. Kontribusi ini tidak hanya terbatas pada pengelolaan limbah, tetapi juga pada pengembangan kesadaran lingkungan dan keterampilan praktis. Melalui pelatihan dan penyuluhan, masyarakat dapat memahami dampak dari perilaku mereka terhadap lingkungan dan mempraktikkan solusi yang lebih berkelanjutan. Namun, dalam perjalanannya, program ini juga menghadapi sejumlah tantangan. Tantangan utama adalah mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat terhadap sampah. Mengajak masyarakat untuk memilah dan mengolah limbah memerlukan perubahan kebiasaan yang tidak selalu mudah. Pengelolaan teknologi dan pelatihan juga
memerlukan investasi waktu dan sumber daya yang signifikan. Tantangan ini dapat diatasi melalui pendekatan partisipatif yang kuat, penyuluhan berkelanjutan, serta peran pemerintah dan pemimpin masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program.
Konsep dan pendekatan yang digunakan dalam program ini memiliki potensi untuk diadopsi oleh perusahaan atau organisasi serupa dalam berbagai konteks. Pengelolaan limbah yang berkelanjutan dengan pendekatan metode 3R merupakan strategi yang relevan untuk semua entitas yang menghasilkan limbah. Metode pengomposan dan pemanfaatan ecobrick juga dapat diterapkan dalam skala yang lebih besar, seperti di perusahaan atau komunitas yang lebih luas.
Dengan memanfaatkan limbah organik sebagai sumber daya untuk pertanian, program ini mengubah pandangan konvensional terhadap sampah menjadi peluang produktif. Inovasi ini berkontribusi pada efisiensi sumber daya, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, dan meningkatkan kesuburan tanah, yang berdampak positif pada pertanian lokal.
Selain itu, pendekatan ecobrick juga mencerminkan kreativitas dalam mengatasi masalah limbah plastik. Mengubah limbah plastik menjadi bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan dalam proyek konstruksi adalah langkah inovatif dalam mengurangi dampak negatif plastik terhadap lingkungan. Selain mengatasi masalah pencemaran, ini juga memberikan alternatif ekonomi bagi masyarakat lokal dalam memanfaatkan limbah plastik.*
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Pengembangan Partisipatif
Program ini bertujuan untuk mengatasi tantangan penurunan kualitas air Sungai Citarum yang disebabkan oleh aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Fokus utama program ini adalah mengurangi dampak pencemaran air dari limbah domestik dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah.
Penurunan kualitas air sungai terutama disebabkan oleh limbah antropogenik seperti limbah domestik, pertanian, peternakan, dan industri. Gambaran visual tentang polusi sungai, terutama plastik, memberikan gambaran nyata tentang situasi ini.
Kegiatan antropogenik terutama terjadi di daerah hulu dan hilir sungai. Oleh karena itu, upaya pencegahan diperlukan di kedua wilayah tersebut. Program ini memusatkan perhatian pada pencegahan di daerah hulu sungai yang merupakan langkah penting dalam pemulihan Sungai Citarum.
Pendekatan dasar program ini adalah mengurangi sumber pencemar dari aktivitas pertanian, peternakan, dan permukiman di daerah hulu sungai. Fokus inisiatif ini adalah pemisahan dan pengolahan limbah domestik yang dianggap sebagai penyumbang signifikan terhadap pencemaran sungai. Program ini merupakan kelanjutan dari upaya sebelumnya, yaitu bioremediasi efluen perikanan di DAS Citarum.
Ecobrick dan kompos
Desa Cinangsi, Kabupaten Cianjur, dipilih sebagai lokasi program karena adanya kebutuhan akan upaya berkelanjutan dan dukungan kuat dari masyarakat serta pemerintah setempat. Tujuan utama program ini mencakup pemisahan limbah domestik menjadi organik dan non-organik, pemanfaatan limbah non-organik untuk ecobrick, pengolahan limbah organik menjadi kompos, MOL, dan ekoenzim, serta pemanfaatan produk-produk ini dalam pertanian lokal.
Program ini mengadopsi strategi Kang Pisman dari Pemerintah Kota Bandung dengan prinsip “Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan”. Untuk mengurangi penggunaan plastik, program ini mengajak masyarakat menggunakan alternatif seperti keranjang belanja berulang-ulang yang dapat membantu mengurangi sampah plastik.
Pemisahan sampah organik dan non-organik juga ditekankan untuk memudahkan pengelolaan sampah. Sampah non-organik akan diubah menjadi ecobrick untuk mengurangi volume sampah. Sampah organik akan diolah menjadi tiga produk kompos, MOL, dan ekoenzim, yang memiliki manfaat dalam pertanian dan perkebunan lokal.
Program ini memiliki rencana kegiatan yang melibatkan pengenalan program, pengenalan Kang Pisman dan ekoenzim, monitoring hasil,
pembuatan MOL dan pengomposan, monitoring partisipasi masyarakat, pemanenan hasil kompos, pemanfaatan produk, dan pelaporan.
Hasil yang diharapkan termasuk partisipasi masyarakat dalam pemisahan sampah, panduan praktis, produksi ecobrick, serta produk-produk pengolahan sampah organik. Program ini diharapkan juga mendapatkan perhatian melalui liputan media elektronik.
Dalam rangka menjaga dan memulihkan kualitas air Sungai Citarum, program ini mewakili upaya nyata untuk mengurangi dampak limbah domestik melalui partisipasi aktif masyarakat dan strategi efektif dalam pengelolaan sampah. Dengan fokus pada daerah hulu sungai dan kolaborasi berbagai pihak, program ini memberikan kontribusi
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Diskusi dan monitoring program.
berkelanjutan terhadap pemulihan ekosistem sungai yang penting bagi keberlanjutan lingkungan dan kehidupan masyarakat sekitar.
Pada tahun pertama telah dilakukan pelatihan pengolahan efluen perikanan di Desa Cinangsi sehingga efluen tidak mencemari sungai. Pada tahun kedua dilakukan pengolahan sumber pencemar antropogenik lainnya, yaitu limbah domestik (rumah tangga).
Pertimbangan lainnya adalah antusiasme warga yang tinggi. Selain itu, dapat dilakukan kolaborasi dengan pemerintah setempat (kantor desa).
Kolaborasi juga dapat dilakukan dengan komunitas lingkungan setempat yang dapat membantu dalam beberapa aspek mengingat imbauan pengurangan mobilisasi.
Fokus Partisipasi
Program ini memiliki dampak yang signifikan terhadap pengembangan dan kemajuan sosial di wilayah DAS Citarum. Melalui fokus pada partisipasi masyarakat dalam mengelola limbah domestik dan merawat Sungai Citarum, program ini mendorong kesadaran dan tanggung jawab lingkungan yang lebih besar di kalangan warga setempat.
Dengan mengedukasi dan melibatkan masyarakat dalam praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan, program ini membantu membangun pola pikir dan perilaku yang lebih ramah lingkungan. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan akan pentingnya pemisahan limbah, pengolahan organik, dan manfaat dari produk-produk hasil pengolahan sampah juga dapat menginspirasi warga lainnya di luar Desa Cinangsi untuk mengadopsi praktik yang sama.
Selain itu, program ini berperan dalam memperkuat kerja sama antara masyarakat, pemerintah setempat, dan komunitas lingkungan. Kolaborasi ini membuka peluang bagi integrasi solusi berkelanjutan dalam lingkup yang lebih luas. Partisipasi pemerintah dan komunitas sebagai mitra dalam program ini tidak hanya memberi manfaat dalam pengelolaan limbah, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan mempromosikan tanggung jawab bersama terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini menciptakan fondasi yang lebih kuat untuk perkembangan komunitas yang berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat. .
Mendukung Kondisi Ekologis
Program ini memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kinerja lingkungan dan energi. Dengan fokus pada pengelolaan limbah domestik dan pengurangan dampak pencemaran air, program ini berkontribusi pada pelestarian ekosistem Sungai Citarum dan lingkungan sekitarnya. Langkah-langkah seperti pemisahan limbah dan pengolahan organik mengurangi jumlah limbah yang mencemari sungai, mengurangi risiko kesehatan masyarakat, dan mendukung kondisi ekologis yang lebih baik.
Penerapan prinsip “Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan” dari program Kang Pisman memiliki dampak positif pada pengurangan sampah plastik dan volume sampah keseluruhan. Penggunaan ecobrick sebagai alternatif limbah non-organik membantu mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir. Selain itu, konversi limbah organik menjadi produk-produk seperti kompos, MOL, dan ekoenzim mendukung praktik pertanian dan perkebunan yang berkelanjutan, mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia yang berpotensi merusak lingkungan.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Program ini juga menginspirasi efisiensi energi melalui pendekatan berkelanjutan dalam pengelolaan limbah. Dengan mengubah limbah menjadi sumber daya berguna seperti pupuk dan bahan bangunan alternatif seperti ecobrick, program ini membantu mengurangi konsumsi energi yang seharusnya diperlukan untuk produksi bahan-bahan serupa. Dengan demikian, program ini memberikan dampak positif pada aspek lingkungan dan energi, berkontribusi pada upaya pelestarian lingkungan yang lebih luas.
Program ini sesuai dengan harapan masyarakat terkait pembangunan berkelanjutan. Dengan mengatasi permasalahan serius seperti pencemaran Sungai Citarum melalui pengelolaan limbah domestik dan partisipasi aktif masyarakat, program ini memenuhi aspirasi masyarakat untuk lingkungan yang lebih sehat dan lestari. Melalui edukasi, pelatihan, dan penerapan praktik berkelanjutan, program ini menjembatani
kesenjangan antara pemahaman masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah dan perlindungan lingkungan.
Dengan melibatkan masyarakat secara langsung dalam upaya ini, program ini memastikan bahwa solusi yang diusulkan sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai lokal, memungkinkan masyarakat merasa terlibat dan berkontribusi pada perubahan positif.
Dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam praktik pengelolaan sampah yang aman dan efektif, program ini mengurangi risiko kecelakaan terkait limbah berbahaya. Selain itu, penanganan yang tepat terhadap sampah organik melalui proses pengolahan mengurangi produksi gas metana yang merupakan gas rumah kaca berpotensi merusak lingkungan.
Program ini mendemonstrasikan komitmen terhadap prinsip keselamatan dan kesehatan masyarakat serta perlindungan lingkungan. Melalui kolaborasi dengan pemerintah setempat dan komunitas lingkungan,
Persiapan pengolahan sampah organik.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Pelatihan pemanfaatan sampah organik.
program ini memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil mengikuti standar keselamatan yang tepat dan menghasilkan dampak positif dalam jangka panjang terhadap kesehatan masyarakat dan ekosistem.
Program ini memberikan peluang ekonomi kepada masyarakat setempat sambil mengurangi pencemaran dan dampak negatif lingkungan. Namun, tantangan muncul dalam mengubah kebiasaan dan pola pikir masyarakat terkait pengelolaan sampah serta dalam mengatasi keterbatasan sumber daya dan infrastruktur untuk pengolahan yang lebih efektif.
Program ini mendukung inisiatif pengembangan komunitas dengan memberikan solusi konkret terhadap isu-isu keberlanjutan lokal. Dukungan yang diberikan oleh program ini membantu menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga dan membangun keberlanjutan lokal, memberikan dampak positif jangka panjang pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.***
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Pelatihan terkait pemisahan limbah domestik menjadi sampah organik dan “anorganik”.
Produksi Pupuk Hayati Berbahan Baku Sampah
Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha
Dr. Mustika Dewi, Azizah Nur Fitriani, S.Si.
KK Bioteknologi Mikroba
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Sampah organik merupakan salah satu polutan yang memiliki persentase tinggi dalam mencemari lingkungan. Penanganan sampah yang umum digunakan adalah dengan metode 3P (pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan). Sampah yang dikumpulkan dari sumbernya kemudian akan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
Daur Pemberdayaan Masyarakat
DALAM upaya mengurangi pembuangan sampah organik, dapat dilakukan pengolahan sampah yang dimulai dari skala kecil yaitu rumah tangga. Salah satu solusi yang potensial untuk dilakukan adalah pengolahan secara biologis melalui proses fermentasi. Sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk cair. Pengolahan secara biologis memiliki kelebihan yaitu mudah, murah, menguntungkan, dan ramah lingkungan.
Selain permasalahan lingkungan, di tahun 2020 Indonesia dan dunia mengalami pandemi akibat adanya virus Sars-Cov-2 atau dikenal dengan istilah COVID-19. Dengan adanya COVID- 19 ini, banyak sektor kehidupan yang terdampak, seperti sektor pertanian dan ekonomi. COVID-19 membuat pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) wilayah yang berimbas pada menurunnya aktivitas masyarakat, termasuk aktivitas jual beli.
Hal ini berakibat juga pada daya beli masyarakat yang menurun, khususnya pada komoditas sayuran. Penurunan ini mengakibatkan produksi sayuran yang tinggi, tetapi daya beli sayuran yang rendah. Hal ini tentu akan merugikan petani. Selain itu, efek pandemi juga dirasakan oleh para pengemudi ojek online yang kehilangan penumpang akibat adanya pembatasan wilayah.
Oleh karena itu, untuk mengatasi beberapa permasalahan di atas, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini mencoba untuk memberdayakan para petani sayur dan pengemudi ojek online yang terdampak COVID-19. Dengan demikian, kedua pihak dapat tetap memiliki pekerjaan dan permasalahan tingginya produksi sayuran juga dapat teratasi.
Produk Sayur Tidak Terserap
Kondisi kelompok tani di Lembang dan Kertasari yang mengalami penumpukan produk sayur yang tidak terserap pasar, pengemudi ojek online yang mayoritas kehilangan penghasilan akibat tidak adanya penumpang, serta masyarakat dan beberapa pihak seperti kebun binatang yang mengalami
kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari menjadi fokus utama pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat I.
Pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat II, kondisi mitra, dalam hal ini Pesantren Kampoeng Quran Cendekia, memiliki potensi sumber daya manusia dan lahan yang sangat baik untuk dikembangkan dalam bidang pertanian dan budi daya.
Di sekitar pesantren terdapat kelompok petani sayuran yang juga sangat berpotensi untuk dapat mengolah dan mengembangkan pupuk cair secara mandiri. Namun, kedua pihak tersebut belum pernah mencoba untuk memanfaatkan limbah organik menjadi pupuk cair dan masih bergantung pada penggunaan pupuk kimia.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Pelatihan dan pembinaan meliputi materi:
a. Pentingnya menjaga lingkungan.
b. Pengetahuan dasar mengenai sistem alam dan mikroorganisme.
c. Pengetahuan dasar mengenai pupuk dan sistem pertanian di Indonesia.
d. Pelatihan pembuatan inokulum pupuk.
e. Pelatihan scale up pupuk cair.
f. Aplikasi pupuk cair pada lahan.
Pemberdayaan Petani Sayur dan Ojol
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini terdiri atas dua rangkaian kegiatan. Pada kegiatan pertama dilakukan perubahan topik pengabdian kepada masyarakat karena adanya kebijakan PSBB dan menimbang tingginya kasus COVID-19 di Jawa Barat sehingga diubah menjadi “Pemberdayaan Petani Sayur dan Ojek Daring Saat Pandemi COVID-19”. Target kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah petani sayur, pengemudi ojek online (ojol), serta masyarakat dan pihak terdampak pandemi lainnya. Dalam kegiatannya, pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan:
1. Membeli sayuran dari petani-petani sayuran yang terdampak pandemi karena produk sayuran yang tidak laku di pasaran akibat daya beli masyarakat yang turun.
2. Pendistribusian sayuran. Sayuran yang telah dibeli selanjutnya didistribusikan menggunakan jasa pengemudi ojol yang juga terdampak pandemi. Sebelumnya telah dilakukan pendataan alamat dan daftar nama penerima sayuran yang akan dikirim.
3. Target pengiriman sayuran terdiri atas dosen, staf ITB, satpam ITB, yayasan panti asuhan dan panti jompo di sekitar kawasan Kota Bandung dan Cimahi, Kebun Binatang Bandung, serta masyarakat sekitar yang membutuhkan.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan para petani sayur saat pandemi.
Pembuatan Pupuk Cair
Pada kegiatan tahap II dilakukan dengan adanya pelatihan pembuatan pupuk cair langsung kepada masyarakat. Namun, dengan masih mempertimbangkan tingginya kasus COVID-19, dilakukan penyesuaian lokasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat menjadi di sekitar Kota Bandung. Kegiatan tahap II ini dilakukan di Pesantren Kampoeng Quran Cendekia, Desa Cihanjuang, Kec. Parongpong, Kab. Bandung Barat.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Distribusi sayuran kepada masyarakat oleh pengemudi ojol.
Distribusi sayuran kepada pegawai dan staf ITB untuk panti asuhan, panti jompo, dan Kebun Binatang Bandung.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Pesantren ini memiliki sumber daya manusia dan juga lahan yang cukup untuk dikembangkan sehingga kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini sangat cocok untuk bisa dilakukan di sana. Kegiatan dirancang seperti berikut:
1. Kuliah (20%): berupa pendahuluan dan penjelasan terkait dengan topik pelatihan. Pada kuliah ini disampaikan beberapa hal terkait pentingnya menjaga lingkungan, pengetahuan dasar mengenai sistem alam dan mikroorganisme, dan pengetahuan dasar mengenai pupuk dan sistem pertanian di Indonesia.
2. Praktik (60%): peserta pelatihan didampingi oleh asisten diajarkan bagaimana membuat pupuk cair hayati dari limbah organik. Pelatihan yang dilakukan berupa:
a. Persiapan
- Pemilahan limbah organik.
- Pemilihan sumber mikroorganisme.
Akar tanaman kacang-kacangan, putri malu, kacang mimosa, akar tanaman Arachis pintoi. Akar ini berfungsi sebagai sumber mikroba yang mampu menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman, meningkatkan imunitas tanaman, dan menyuburkan tanaman.
- Pemilihan sumber nutrisi (media pertumbuhan) dan komposisinya.
b. Pembuatan inokulum pupuk cair hayati
Pada proses ini masyarakat diajarkan untuk membuat inokulum pupuk cair dari bahan dan sumber mikroba yang sudah disiapkan. Masyarakat diajarkan bagaimana prinsip-prinsip dasar dan alat-alat apa saja yang dibutuhkan. Masyarakat juga diperkenalkan pada bioreaktor sederhana yang dibutuhkan untuk proses aerasi saat pembuatan inokulum pupuk.
c. Pembuatan pupuk cair hayati
d. Proses scale up pupuk cair hayati
Pada proses ini masyarakat diajarkan untuk dapat meningkatkan jumlah produksi pupuk cair dengan proses scale up. Masyarakat diajarkan bagaimana prinsip-prinsip dasar dan alat-alat apa saja yang dibutuhkan untuk memproduksi pupuk cair pada skala yang lebih besar.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
e. Aplikasi pupuk cair hayati
Pada proses ini dijelaskan bagaimana cara mempreservasi pupuk cair yang telah dibuat dan metode aplikasinya pada lahan dan tanaman.
MEMBUAT INOKULUM (BIANG) PUPUK BIOORGANIKCAIR
Alatyang dibutuhkan
Blender
Timbangan
Botol air mineral 1,5 liter
Stik balon
Selang aerator
Aerator
Saringan santan
Gelas ukur 1 liter
Sumber listrik
Pompa sirkulasi
Saringan
Ember
Pengaduk
100 gr kecambah + 1 liter air diblender dan disaring
250 gr sayuran/buah-buahan + 1 liter air diblender dan disaring
100gr akar tanaman + 1 liter air diblender dan disaring
Komponen
Molase/gula merah 5% (w/v)50 gram
Jus kecambah (taoge) 2.5% (v/v)25 mL
Jus sayuran dan buah/kompos 20% (v/v)200mL
Jus akar-akaran sebagai sumber bakteri10 % (v/v)100 mL
Masukkan 100 ml jus akar, 25 ml jus kecambah taoge, 200 ml jus sayuran atau buah, serta 50 gram gula merah ke dalam blender, dan dihaluskan hingga semua komponen tercampur
Campuran ditepatkan volumenya hingga 1 liter
Masukkan campuran ke dalam botol air mineral 1,5 liter dan rangkai bioreaktor
Nyalakan aerasi bioreaktor
Campuran diinkubasi selama 2 hari dengan pompayang selalu menyala
Dakron Air Kultur selangMEMBUAT PUPUK BIOORGANIKCAIR
Alatyang dibutuhkan
Blender
Timbangan
Botol air mineral 1,5 liter
Stik balon
Selang aerator
Aerator
Saringan santan
Gelas ukur 1 liter
Sumber listrik
Pompa sirkulasi
Saringan
Ember
Pengaduk
Aplikasi Pupuk Bioorganikke Lahan
1.Pupuk bioorganikyang sudah siap diencerkan dengan air dengan tingkat pengenceran 10-100 kali.
2.Untuk penyimpanan dapat dilakukan dalam wadah tertutup dengan tidak menutup kedap selama proses fermentasi masih berjalan aktif untuk menghindari pembentukan gasyang dapat menyebabkan wadah menggembung.
3.Untuk aplikasi awal, tingkat pengenceran dilakukan 10 kali dengan menggunakan 1 liter pupuk bioorganik lalu menambahkan air sebanyak 9 liter.
4.Untuk pemakaian pada pemupukan ke 2 dapat dilakukan dengan pengenceran 25 kali sedangkan untuk aplikasi ke 3 dapat dilakukan dengan tingkat pengenceran 50 kali.Pupuk bioorganikyang telah diencerkan tinggal disiramkan (disemprotkan) ke lahan perkebunan.
5.Komposisi pemakaian terlebih dahulu dilakukan percobaan untuk melihat persentase optimum pengenceran pupuk cair bioorganik. (Pengenceran pada no. 4 dan 5 belum berdasarkan percobaan).
Komposisi
Jus sayuran-buah
%Volume
50%3,5 liter
Larutan molase/gula merah5%350 gram
Biang pupuk (inokulum)
Air
Urin ternak
Pasangkan pompa sirkulasi di dasar ember/stoples
Campuran lalu disaring dan dimasukkan ke dalam ember produksi
Tambahkan 700ml biang pupuk, diaduk sampai merata
10%700 mililiter
% 2,1 liter 30
% 350 ml 5
Haluskan gula merah (350 gram) menggunakan blender dicampur dengan jus sayuran dan buah, lalu saring
Masukkan urine sapi, campurkan gula merah-jus sayur, dan air ke dalam wadah, aduk hingga merata
Pompa sirkulasi
MIXING
Media + Inokulum
Tutup ember/stoples dan nyalakan pompa celupPeningkatan Produktivitas Tanaman
Penggunaan pupuk anorganik dalam kegiatan pertanian memang memberikan peningkatan produktivitas tanaman, tetapi memiliki dampak negatif pada lingkungan, seperti merusak kualitas fisis dan biologi tanah di samping pencemaran terhadap ekosistem perairan. Penggunaan pupuk anorganik secara intensif dapat menurunkan porositas, daya ikat air dan mengakibatkan tanah menjadi keras dan kompak.
Pemakaian pupuk anorganik secara intensif juga dapat menurunkan keragaman dan kelimpahan mikrobiota tanah yang justru memainkan peran vital terhadap eksistensi tanaman. Secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan pupuk anorganik secara intensif tidak mendukung keberlangsungan sistem budi daya dalam jangka panjang.
Penggunaan pupuk organik dan pupuk bioorganik dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk anorganik secara intensif. Pupuk bioorganik mengandung mikroorganisme yang menghasilkan berbagai enzim sehingga dapat melakukan pengikatan nitrogen udara, dekomposisi materi organik menjadi unsur hara dan fitohormon, melarutkan unsur dari batuan mineral. Selain itu, meningkatkan kapasitas penyerapan akar terhadap unsur hara dalam tanah yang secara keseluruhan dapat menjaga kesuburan tanah secara berkesinambungan.
Dalam produksi pupuk bioorganik, dapat memanfaatkan limbah organik rumah tangga sebagai sumber materi organik dan sumber nitrogen yang dapat diproses oleh mikroba menjadi sumber karbon, nitrogen, mineral, hormon pertumbuhan, dan komponen lain yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Pemanfaatan limbah sayuran, gula merah, dan akar-akaran sebagai sumber mikroba menjadikan pupuk bioorganik dapat lebih murah dalam produksinya dibandingkan dengan produksi pupuk anorganik.
Penggunaan pupuk bioorganik dalam pertanian juga meningkatkan sifat karakteristik tanah khususnya dalam electrical conductivity tanah, kandungan fosfor tanah, dan pH tanah. Dengan perbaikan karakteristik tanah tersebut, asupan nutrisi hara tanaman dapat lebih optimal dan berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman sawit.
Selain itu, penggunaan pupuk bioorganik terbukti mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia buatan, dan menghemat biaya produksi.
Harapannya dengan pembuatan pupuk cair dari sampah organik ini dapat meningkatkan kualitas produk tani dan juga membuat sampah organik menjadi bermanfaat. Dengan melakukan hal tersebut akan mendorong dan memutar perekenomian kelompok tani dan dapat menjaga kelestarian lingkungan.***
Mendorong Partisipasi dengan Bank Sampah
Dinda Annisa Nurdiani, M.T.
Dr. I Made Wahyu Widyarsana
KK Pengelolaan Udara dan Limbah
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Pembentukan program bank sampah di Desa Cinangsi merupakan satu kesatuan dengan
program pengelolaan sampah pada program pengabdian kepada masyarakat Citarum
Harum yang diusulkan. Program ini bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memilah sampah sehingga sampah tersebut bisa lebih mudah untuk dikelola dan tidak mencemari lingkungan.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Sampah Belum Terkelola
Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur termasuk dalam 629 desa prioritas yang tersebar di aliran DAS Citarum yang saat ini dikelola Satgas
Citarum Harum Sektor 12 Subsektor 3. Sejak digulirkannya program Citarum Harum, masyarakat di desa ini sudah berusaha untuk tidak mencemari Sungai Citarum. Namun, dengan segala keterbatasan yang ada, sampah di Desa Cinangsi masih belum terkelola dengan baik.
Dalam proses pengembangan partisipasi melalui bank sampah dilakukan identifikasi langsung jumlah timbulan, densitas, komposisi dan nilai jual, observasi, wawancara dan kuesioner untuk mengidentifikasi kondisi kekinian aliran material (material flow) sampah serta untuk mengetahui karakteristik pemangku kepentingan (seperti masyarakat, pengepul sampah, dll.) yang terlibat dalam pengelolaan sampah.
Pada tahap berikut, dijalin komunikasi dengan pemangku kepentingan terkait dengan pengelolaan sampah di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi. Pada tahap berikut, direncanakan model bisnis bank sampah serta melakukan diskusi dan pelatihan pengelolaan bank sampah untuk kemudian dilakukan edukasi dan kampanye kegiatan pemilahan sampah.
Kondisi Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah di Kampung Tarikolot belum terintegrasi dengan baik. RW 02 belum terlayani oleh pengumpulan sampah sehingga warga membuang sampahnya ke lingkungan. Selain itu, walaupun RW 03 sudah terlayani oleh pengumpulan sampah, yang terkelola hanya sampah “anorganik”-nya. Sisanya dibakar.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
di sumber
anorg
k sampah engangk e
Pen “anorganik” Sampah ga
anorganik” Sampah “
sampa Pembakara ah an tidak dan s Sampah t k sa organik
Sampahd W0 sumber R Sampah d di h n t 3 “ Sam k Penampun bank an mpah ngan/ sampah pembakaran Teempat T gumpulan sampah PembakaranDaur Pemberdayaan Masyarakat
Cara Kerja Teknologi
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat:
1. Studi banding bank sampah
Studi banding dilakukan sebagai upaya untuk mengambil lesson-learned dari bank sampah yang sudah ada.
2. Survei pendahuluan
Survei pendahuluan untuk mengetahui kondisi yang ada terkait dengan isu yang diangkat.
3. Edukasi siswa SD
Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan kesadaran akan pengelolaan sampah dan budaya hidup bersih. Selain itu, siswa diperkenalkan pada jenisjenis sampah yang ada.
4. Edukasi dan focus group discussion (FGD) warga
Kegiatan edukasi yang sama juga dilakukan kepada warga. Selain itu, dilakukan FGD untuk jajak pendapat sistem bank sampah yang akan diterapkan.
5. Simulasi bank sampah
Simulasi ini dilakukan untuk uji coba sistem bank sampah yang direncanakan. Selain itu, sebagai sarana pelatihan untuk pengurus bank sampah.
Sistem Barter
Model bank sampah yang dipilih adalah model sampah dengan sistem barter. Petugas bank sampah akan berkeliling setiap 2 minggu sampai 1 bulan sekali ke rumah warga dan warga akan menukar sampahnya dengan sembako sesuai nilai jual sampah.
Dari simulasi yang dilakukan rata-rata sampah yang dikumpulkan dari satu RW setiap 2 minggu sekali adalah sekitar 50 kg dengan keuntungan yang didapat oleh bank sampah sekitar Rp50.000,00. Bank sampah ini selanjutnya akan dikelola oleh pihak RW dikoordinasi oleh Ketua RT 1 dengan bantuan warga, yaitu Pak Adi.
Cara Tumpang Sari Melawan Erosi
Strategi pemeliharaan hutan dari bencana longsor melalui tumpang sari
tanaman edible flower dengan kopi di Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kecamatan Pasirjambu dan Ibun, Kabupaten Bandung
Pathmi Noerhatini, M.Si.
Prof. Dicky Rezady Munaf, Ph.D.
KK Ilmu-Ilmu Kemanusiaan, Fakultas Seni Rupa dan Desain
Amanna Dzikrillah L.L. AL Hakim, MAB
Universitas Nusa Putra
Yeyet Setiawati, M.P.
KK Sains dan Bioteknologi Tumbuhan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Menanam edible flower yaitu bunga telang (Clitoria ternatea) sebagai tanaman tumpang sari kopi dan pohon kehutanan bertujuan menambah penghasilan masyarakat sehingga mereka turut memelihara tanaman kehutanan. Bunga telang berwarna biru/keunguan, seperti kupukupu dan umumnya digunakan sebagai tanaman hias yang juga bermanfaat untuk pewarna alami dan minuman kesehatan. Program pendampingan meliputi penanaman bunga telang yang ditumpangsarikan dengan kopi dan penanganan pascapanen bunga telang dan kopi.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
SALAH satu strategi pemeliharaan hutan di Jawa Barat adalah penanaman kopi oleh anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di bawah tegakan pohon kehutanan. Pada tahun 2019-2020, disosialisasikan penanaman edible flower yaitu bunga telang yang ditumpangsarikan dengan kopi di bawah tegakan pohon kehutanan Hal tersebut agar para petani kopi tidak menebang pohon dan mendapat tambahan penghasilan karena bunga telang lebih cepat dipanen (lima bulan setelah tanam, sedangkan kopi tiga tahun setelah tanam).
Pada umumnya bunga telang digunakan sebagai pakan ternak dan tanaman hias. Tanaman ini telah ditanam masyarakat sejak lama dan digunakan untuk pengobatan tradisional. Bunga telang bermanfaat untuk penambah kesuburan tanah, pewarna alami, dan minuman kesehatan karena mengandung antioksidan. Bahkan, pemasarannya sudah tersedia, seperti eksportir di Yogyakarta dan beberapa e-market.
Inovasi sistem penanaman tumpang sari bunga telang dengan tanaman kopi di bawah tegakan pohon kehutanan merupakan ide yang orisinal. Inovasi yang diaplikasikan pada program ini adalah green economy berupa aplikasi sistem agroforestri, yaitu sistem pertanian yang mengombinasikan budi daya tanaman kehutanan, pertanian (kopi) dengan tumpang sari bunga telang untuk pencegahan longsor dan banjir. Pelaksanaan aplikasi teknologi yang diimplementasikan yaitu aspek teknologi di lahan, aspek teknologi pengolahan pascapanen, dan aspek peningkatan kapasitas kelompok tani
Model pendekatan pembangunan yang berpusat pada masyarakat lebih menekankan pada pemberdayaan, yaitu menekankan kenyataan pengalaman masyarakat yang inovatif, kreatif, dan berdaya saing. Oleh karena itu, masyarakat adalah sumber daya pembangunan yang paling penting Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah pencapaian kesejahteraan material dan spiritual.
Konsep pemberdayaan masyarakat setidaknya ada dua, yaitu pada perseorangan dan kelompok. Konsep pada perseorangan memberi penekanan pada dukungan dan membangun usaha swadaya kaum miskin agar mereka bisa menangani kebutuhan dasarnya. Sementara, konsep pada kelompok adalah penguatan kelembagaan di masyarakat dalam usaha membangun kemampuan untuk
Daur Pemberdayaan Masyarakat
menjadikan usaha mereka menjadi produktif dan memperbaiki kualitas hidup mereka.
Tujuan dari kedua konsep pembangunan ini adalah memberantas kemiskinan, meningkatkan partisipasi masyarakat, menggunakan kearifan lokal yang dipahami masyarakat lokal dan berfokus pada kelompok-kelompok dalam masyarakat marginal.
Proses dan manajemen inovasi menggunakan teori difusi inovasi. Difusi dapat didefinisikan sebagai proses sebuah inovasi baru dikomunikasikan dalam jangka waktu tertentu kepada petani kopi melalui interaksi sosial dan media sosial. Difusi juga dilakukan di antara para anggota suatu sistem sosial seperti LMDH yang menjelaskan atau penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Selanjutnya dilakukan
pembentukan komunikasi di antara para anggota sebagai proses para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar informasi untuk mencapai pengertian bersama.
Program ini menghasilkan luaran berupa standard operating procedure-good agriculture practices (SOPGAP) atau praktik budi daya tumpang sari bunga telang dengan kopi, SOP-GAP budi daya bunga telang monokultur, juga produk bunga telang kering yang dihasilkan melalui proses dengan standard operating procedure-good handling practices (SOPGHP) atau praktik penanganan pascapanen yang baik. Luaran lainnya berupa artikel yang dipublikasikan di pameran poster, konferensi internasional, dan jurnal penelitian.
Penanggulangan Bencana
Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Salah satu jenis bencana di Indonesia adalah bencana alam berupa longsor. Tahapan penanggulangan bencana tersebut adalah pada prabencana, saat bencana, dan pascabencana (Kusumasari, 2014). Tahapan prabencana meliputi pencegahan dan mitigasi yaitu tindakan yang diambil sebelum bencana terjadi dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan dampak bencana terhadap masyarakat dan lingkungan serta kesiapsiagaan seperti pengecekan daerah secara rutin dan peringatan dini.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu upaya untuk menanggulangi bencana tahapan prabencana longsor, Pemerintah
Kabupaten Bandung melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terus melakukan pengecekan terhadap daerah-daerah yang biasa terjadi longsor dan banjir sebagai langkah antisipasi terhadap datangnya musim hujan. Mayoritas desa di Kabupaten Bandung berpotensi rawan longsor, yaitu desa yang terletak di Kecamatan Ibun, Kertasari, Rancabali, Pasirjambu, Ciwidey, Cimenyan, dan Pangalengan.
Langkah antisipasinya dengan meningkatkan kedisiplinan masyarakat agar jangan sampai terjadi penebangan pohon di wilayah dataran tinggi. Salah satu kecamatan yang terletak di dataran tinggi adalah kecamatan Ibun, yaitu di sekitar puncak Gunung Guntur. Bupati Bandung telah menjalankan program penanaman pohon (reboisasi) di wilayah rawan longsor dan banjir tersebut. Keberhasilan program ini juga ditentukan oleh partisipasi aparat desa dan masyarakat desa melalui organisasi
LMDH dan PKSM di tingkat kabupaten maupun kecamatan.
LMDH diperkenankan menanam tanaman keras seperti kopi di bawah tegakan hutan atau di antara tanaman kehutanan dari program reboisasi. Hal ini merupakan kearifan lokal dan antusiasme masyarakat dalam menyukseskan program prabencana. Budi daya tanaman kopi ini dapat menambah penghasilan anggota LMDH sehingga diharapkan mereka tidak menebang pohon. Namun, ada kelemahan dari program tumpang sari tanaman kehutanan dengan kopi yaitu anggota LMDH relatif lebih lama menunggu hasil panen kopi karena kopi akan mulai panen setelah berumur 2-3 tahun.
Tim pengabdian kepada masyarakat LPPM 2019 mengusulkan untuk menanam tanaman edible flowers seperti bunga telang (Clitoria ternatea). Bunga telang mengandung triterpenoid, glikosida flavonol, antosianin, dan steroid (http://www.krbogor.lipi.go.id/id/Kembang-Telang-Bunga-Cantik-yang-BerkhasiatObat-.html). Manfaatnya untuk penyembuh konjungtivitas pada mata, juga untuk pewarna alami es lilin, hijauan pakan ternak (Sutedi, 2013) minuman penjaga kesehatan mata atau peluruh katarak (Kusrini et al., 2017).
Bunga telang akan dikeringkan dan diolah menjadi serbuk. Pemasaran serbuk ini sudah ada yaitu dipasok ke eksportir di wilayah Yogyakarta. Oleh karena itu, anggota LMDH akan mendapatkan penghasilan yang lebih cepat sambil menunggu tanaman kopi panen.
Kopi dan Bunga Telang
Penanaman bunga telang dilakukan secara tumpang sari dengan kopi (kopi di bawah tegakan pohon atau penanaman kopi di area penanaman pohon kehutanan berumur di bawah dua tahun. Panen bunga telang setelah tanaman berumur empat bulan lalu dikeringkan. Tim LPPM memberi pelatihan dan pendampingan kepada anggota LMDH yang mempunyai kebun kopi telah masuk usia panen. Namun, untuk anggota LMDH yang mempunyai tanaman kopi dalam fase vegetatif, akan mendapat pelatihan untuk menanam kopi sesuai SOP-GAP.
Keterlibatan anggota LMDH dalam program ini menyebabkan keterlibatan para petani di sekitar lokasi kegiatan untuk mencoba tumpang sari bunga telang dengan pertanaman sayuran. Hal ini menghasilkan sinergi yang baik antara para petani.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Pembinaan dari tim LPPM
Anggota LMDH di Kecamatan Pasirjambu dan Ibun, Kabupaten Bandung
Tegakan pohon kehutanan
Kopi yang telah tertanam
Penanaman bunga telang
SOP-GHP untuk biji kopi yang telah panen Pasar kopi olahan
SOP-GHP untuk bunga telang Pasar bunga telang
Strategi pencegahan bencana longsor melalui tumpang sari tanaman kehutanan, kopi, dan bunga telang.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Cara kerja teknologi tumpang sari
a. Pembuatan plot percontohan tumpang sari bunga telang dengan kopi dan pembibitan bunga telang dan kopi.
b. Pembuatan SOP-GAP tumpang sari bunga telang dan kopi dengan cara pembuatan lahan percobaan tumpang sari bunga telang dengan kopi yang melibatkan anggota LMDH sehingga mereka dapat membuat hal yang sama di lahan masing-masing.
c. Pembibitan kopi dilakukan pada awal program.
Pemeliharaan bibit kopi.
Setelah dibuat pengolahan lahan untuk menjadi plot penanaman tumpang sari dilakukan pembibitan bunga telang.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Pemeliharaan bibit bunga telang umur 21 hari.
Tumpang sari
tanaman bunga telang dengan kopi pada kemiringan (30%).
Tumpang sari
tanaman bunga telang dengan kopi pada lahan datar.
TUMPANG SARI TANAMAN BUNGA TELANG DENGAN KOPI
Pembinaan dari Tim LPPM
Tegakan pohon kehutanan
Anggota LMDH di Kecamatan Pasirjambu dan Ibun, Kabupaten Bandung
Kopi yang telah tertanam
Penanaman bunga telang
SOP GHP untuk biji kopi yang telah panen
Pasar kopi olahan
Pembuatan SOP-GAP tumpang sari bunga telang dan kopi
•Pemeliharaan bibit kopi umur 8-12 bulan.
•Persiapan lahan dengan membuat terasering untuk simulasi penanaman kopi di kemiringan lahan sebesar > 30%.
•Pembuatan lubang tanam kopi, diberi pupuk kandang 10 kg, kapur 0,1 kg dan pupuk NPK 0,05 kg per lubang tanam. Selanjutnya dilakukan penanaman bibit kopi dengan jarak tanam 3 meter ke arah sepanjang terasering.
•Pembibitan bunga telang 30 hari sebelum tanam dalam polybag diameter 10 cm
•Pembuatan tegakan bunga telang sepanjang 3 meter dengan menggunakan batang bambu, lalu dipasang jaring/net.
•Penanaman bunga telang (sebelumnya dimasukkan pupuk kandang 3 kg, kapur 0,1 kg dan pupuk NPK 0,025 kg ke lubang tanam).
•Pemeliharaan tanaman.
•Panen bunga.
•Panen benih bunga telang pada 70-80 hari setelah tanam, polong dikeringkan dan dipipil. Benih dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam kantong plastik.
SOP GHP untuk bunga telang
Pasar bunga telang
Pembuatan SOP-GAP bunga telang (monokultur)
•Persiapan lahan dengan membuat terasering untuk simulasi penanaman kemiringan lahan sebesar > 30%.
•Pembibitan bunga telang 30 hari sebelum tanam dalam polybag diameter 10 cm.
•Pembuatan tegakan bunga telang sepanjang 3 meter dengan menggunakan batang bambu, lalu dipasang jaring/net.
•Pembuatan lubang tanam untuk bunga telang lalu dimasukkan pupuk kandang 3 kg, kapur 0,1 kg dan pupuk NPK 0,025 kg, selanjutnya dilakukan penanaman bunga telang.
•Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit dan pengikatan cabang bunga telang ke jaring.
•Panen bunga telang dilanjutkan dengan pengeringan.
•Untuk mendapatkan benih bunga telang, dengan cara melanjutkan perkembangan bunga menjadi polong. Pada 70-80 hari setelah tanam, polong dipanen lalu dikeringkan. Selanjutnya dilakukan pemipilan benih dari polongnya. Benih dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam kantong plastik.
Tahapan pembuatan bunga telang berbentuk bunga kering
Panen bunga (mekar penuh)
Pengemasan
Sortir
Penyusunan bunga di wadah plastik
Pengeringan bunga di screenhouse (2 x 24 jam)
Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung
SOP Penanganan Pascapanen yang Baik (SOP GHP) Buah Kopi
Panen Buah Masak
Lorem ipsum
Sortasi 1 (Pemisahan kotoran, kerusakan dan berpenyakit)
Sortasi 2 (Pemisahan berdasarkan Kematangan Buah)
Pengusapan kulit menggunakan depulper
Pencucian
Penjemuran
Pengupasan Kulit Tanduk menggunakan mesin Huller
Green Bean
Penyimpanan
Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Tahapan pembuatan bunga telang berbentuk bunga kering.
Pengemasan bunga telang.
Pembuatan Greenhouse untuk pengeringan bunga dan kopi.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Pendampingan LMDH
Berdasarkan perhitungan berat, diperoleh hasil bunga kering adalah 13 gram untuk 150 kuntum bunga. Harga jual bunga telang kering ditetapkan minimal Rp1 juta (toko online menjual Rp 1,2 juta per kg) dan benih bunga telang Rp13.000 per 100 butir benih (toko online menjual Rp15.000).
Bunga telang kering yang siap dijual.
Tim melakukan sosialisasi dengan mengunjungi tokoh masyarakat, penyuluh kehutanan swadaya, ketua, dan anggota LMDH di Kecamatan Pasirjambu dan Ibun.
Sosialisasi program pengabdian masyarakat tentang tumpang sari bunga telang dengan tanaman kopi.
Pemetaan LMDH Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu
LMDH Tenjolaya
Anggota 313 orang, Luas lahan kopi 355,9 hektare.
LMDH Tenjolaya mempunyai enam kelompok binaan:
Kelompok Tarabas, Tani Mandiri, Tarsan, Celak, Pasirluhur, dan Arhasan.
Keterbatasan:
1 Teknologi pada proses pengolahan kopi yang masih sederhana sehingga kualitas hasil olahan kopi belum baik.
2 Informasi/akses pasar kurang.
3 SOP-GAP budi daya kopi belum diterapkan.
4 Modal untuk budi daya kopi dan bunga telang belum tersedia.
5 Lahan untuk pengolahan kopi terbatas.
6 Alat-alat pengolahan kopi belum tersedia.
7 Penyuluhan dari pemerintah belum maksimal.
8 Akses untuk promosi masih kurang.
Kebutuhan:
Panduan berupa SOP-GAP, panduan berupa SOP-GHP, alat pascapanen, akses pasar (kopi dan bunga telang), permodalan dan pendampingan.
Anggota
Laki-laki (94%) Perempuan (6%)
Usia anggota 18-30 tahun 20%, usia > 30 tahun 80%
BANDUNG
Stadion Si Jalak Harupat
Pemetaan Petani Kopi di Kecamatan Ibun (2019)
LMDH Bukit Monteng 1 dengan luas lahan: 300 ha
Kopi yang telah dipanen : 180 ha
Kopi yang vegetatif : 20 ha
Kopi baru tanam : 100 ha
LMDH Dukuh Munggaran dengan luas lahan: 250 ha
Kopi yang telah dipanen : 200 ha
Kopi yang vegetatif : 20 ha
Kopi baru tanam : 30 ha
LMDH Bukit Monteng 2 dengan luas lahan: 50 ha
Kopi yang telah dipanen : 40 ha
Kopi yang vegetatif : 5 ha
Kopi baru tanam : 5 ha
LMDH Mekar Wangi dengan luas lahan: 200 ha
Kopi yang telah dipanen : 170 ha
Kopi yang vegetatif : 10 ha
Kopi baru tanam : 20 ha
LMDH Cibuliran dengan luas lahan: 200 ha
Kopi yang telah dipanen : 170 ha
Kopi yang vegetatif : 5 ha
Kopi baru tanam : 25 ha
LMDH Neglasari dengan luas lahan : 300 ha
Kopi yang telah dipanen : 250 ha
Kopi yang vegetatif : 10 ha
Kopi Baru tanam : 10 ha
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Hasil wawancara:
Seberapa besar pengetahuan petani kopi tentang tumpang sari bunga telang dan kopi. Kami melakukan wawancara kepada beberapa petani kopi terkait pemahaman terhadap tumpang sari bunga telang dengan kopi.
Tabel Potensi, Kebutuhan dan Keterbatasan LMDH, serta Informasi Bunga Telang (Kasus: Petani Kopi di Kecamatan Ibun tahun 2019)
No Nama, umur (tahun)
Jenis Komoditas Keterbatasan Kebutuhan Info Bunga Telang
1 Dahlan, 45 Kopi
2 Aja, 45 Hortikultura dan Kopi
3 Udan Sundana, 43 Hortikultura dan Kopi
4 Iin Supriatna, 45 Kopi
5 Undang S, 51 Kopi dan Hortikultura
Kurangnya penyuluhan dari pemerintah dan akses informasi yang terbatas bagi petani
Modal dan Informasi mengenai Pascapanen kopi yang baik
Kurangnya penyuluhan dari pemerintah dan akses informasi yang terbatas bagi petani
Modal, alat-alat pascapanen kopi, panduan mengenai pascapanen kopi yang baik. Kualitas hasil kurang seragam, belum terstrukturnya akses pasar yang baik
Kurangnya penyuluhan dari pemerintah, lahan untuk pengolahan pascapanen kopi, akses informasi yang terbatas bagi petani, pasar yang belum jelas
6 Aceng, 47 Kopi Beragamnya penanganan pascapanen kopi
7 Ayi Juhana, 51 Kopi
Beragamnya penanganan pascapanen kopi
8 Atang, 44 Kopi Beragamnya penanganan pascapanen kopi, belum adanya pasar yang tetap
9. Mamat, 46 Kopi dan Hortikultura
Kurangnya penyuluhan dari pemerintah dan akses informasi
dan GHP (pascapanen) kopi
SOP GAP, GHP kopi, alat yang mendukung budi daya tanaman
SOP-GHP pascapanen kopi, alat yang mendukung untuk proses pascapanen kopi
SOP dan GHP pascapanen kopi, bimbingan mengenai akses pasar
SOP dan GHP pascapanen kopi
SOP dan GHP pascapanen kopi
SOP dan GHP pascapanen kopi, pembekalan mengenai akses pasar
SOP dan GHP pascapanen kopi
Baru tahu dan tertarik
Baru tahu dan tertarik
Baru tahu dan tertarik
Baru tahu dan tertarik
Baru tahu dan tertarik
Baru tahu dan tertarik
Baru tahu dan tertarik
Baru tahu dan tertarik
No Nama, umur (tahun)
10 Taryat, 47 Kopi dan Hortikultura yang terbatas bagi petani
11 Iri, 49 Kopi
12 Odin, 49 Kopi
13 Eye, 45 Kopi Kopi
14 Aman, 46 Kopi
15 Irin, 46
Pelatihan dan diskusi
Kurangnya penyuluhan dari pemerintah, akses informasi yang terbatas bagi petani serta lahan yang terbatas
Beragamnya penanganan pascapanen kopi
Modal, lahan yang terbatas, dan informasi mengenai pascapanen kopi yang baik
Modal, lahan yang terbatas, dan informasi mengenai pascapanen kopi yang baik
Beragamnya penanganan pascapanen kopi, belum adanya pasar yang tetap
Kurangnya penyuluhan dari pemerintah dan akses informasi yang terbatas bagi petani yang menyebabkan proses pascapanen yang kurang maksimal, pasar yang belum jelas
Berdasarkan hasil kunjungan ke lapangan dan wawancara, tim melakukan pelatihan sebagai berikut:
- Pelatihan manajemen produksi yaitu pelatihan dasar kewirausahaan/perencanaan skala produksi (Juni 2019 dan September 2019).
- Pendampingan dilakukan meliputi pelatihan sebagian diikuti oleh generasi muda untuk mengajarkan ke para orang tua dan diskusi dengan anggota LMDH secara grup dan perseorangan.
- Pelatihan pembibitan, penanaman di lapang, dan pemeliharaan bunga telang tidak dilakukan karena
Daur Pemberdayaan Masyarakat
SOP dan GHP Pascapanen Kopi
SOP dan GHP pascapanen kopi
SOP dan GHP pascapanen kopi
SOP dan GHP pascapanen kopi
SOP dan GHP pascapanen kopi
SOP dan GHP pascapanen kopi
Baru tahu dan tertarik
Baru tahu dan tertarik
Baru tahu dan tertarik
Baru tahu dan tertarik
Baru tahu dan tertarik
Baru tahu dan tertarik
para anggota sudah dapat mengerjakannya sendiri (karena budi dayanya hampir sama dengan tanaman buncis). Mereka sudah mengerti, apalagi ketika melihat demplotnya (plot percontohan) seperti menanam buncis dengan tegakan ajir bambu yang tegak lurus.
- Pengembangan kapasitas anggota LMDH untuk mencoba pelatihan akses pasar.
- Pendampingan kelompok tani dalam pelaksanaan pascapanen/olahan bunga telang (bunga kering) yang diikuti anggota perempuan untuk penguatan posisi kelompok sebagai pelaku dalam rantai pasok bunga telang dan kopi.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Pelatihan, diskusi, dan kunjungan anggota LMDH ke lahan percontohan tumpang sari bunga telang dan kopi.
Model Pemberdayaan
Model pendekatan pembangunan yang berpusat pada rakyat lebih menekankan pada pemberdayaan, yaitu menekankan kenyataan pengalaman masyarakat dalam sejarah penjajahan dan posisinya dalam tata ekonomi internasional (Hamid, 2018).
Model pemberdayaan ini menekankan pembangunan berpusat pada rakyat, yaitu masyarakat yang inovatif, kreatif, dan berdaya saing.
Oleh karena itu, masyarakat adalah sumber daya pembangunan yang paling penting. Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah pencapaian kesejahteraan material dan spiritual. Konsep pemberdayaan masyarakat setidaknya ada dua yaitu pada perseorangan dan kelompok.
Konsep pada perseorangan memberi penekanan pada dukungan dan membangun usaha swadaya kaum miskin agar mereka bisa menangani
LMDH Tenjolaya mengikuti pameran kopi di Bandung (2019).
kebutuhan dasarnya. Sementara, konsep pada kelompok adalah penguatan kelembagaan di masyarakat dalam usaha membangun kemampuan untuk menjadikan usaha mereka menjadi produktif dan memperbaiki kualitas hidup mereka.
Tujuan dari kedua konsep pembangunan ini adalah memberantas kemiskinan, peningkatan partisipasi masyarakat, menggunakan kearifan lokal yang dipahami masyarakat lokal dan berfokus pada kelompok-kelompok dalam masyarakat marginal.
Masyarakat Jawa Barat meyakini kopi yang dihasilkan di Jawa Barat dikenal dengan nama kopi Arabika Java Preanger yang sudah terkenal ke seluruh dunia sejak abad ke-18 yang menandakan bahwa ekspor kopi pertama kali dari Jawa Barat. Masyarakat petani kopi Jawa Barat pada umumnya petani yang telah berusaha untuk menghasilkan kopi arabika dengan mutu yang sesuai standar nasional Indonesia.
Kriteria mutu biji kopi yang meliputi aspek fisik, cita rasa, dan kebersihan serta aspek keseragaman dan konsistensi sangat ditentukan oleh perlakuan pada setiap tahapan proses pengolahannya (Zakaria, Aditiwati dan Rosmiati, 2017). Berdasarkan hal ini, pemberdayaan masyarakat petani kopi berbasis teknologi atau inovasi berupa tumpang sari bunga telang dan kopi akan lebih mengadopsi lebih cepat jika bermanfaat untuk penghidupan mereka.
Program tumpang sari ini menambah kesuburan lahan kehutanan dan kopi karena bunga telang mampu memfiksasi nitrogen sehingga pemeliharaan hutan menjadi lebih baik. Oleh karena itu, dilakukan pengujian kesuburan tanah setelah empat tahun pada lahan tumpang sari bunga telang dengan kopi.
Tabel Hasil Uji Kesuburan Lahan Tumpang Sari Bunga Telang dengan Kopi. (Data diambil pada 2021)
Parameter Uji Satuan Penanaman tumpang sari bunga telang-kopi (2021)
-
rasio - 7
P2O5 tersedia ppm 769
K2O tersedia mg/100 gr 219
Keterangan: Penanaman awal pada Juni 2019 di LMDH Tenjolaya, Kec. Pasirjambu, Kab. Bandung. Sumber: Balai Penelitian Teh dan Kina (Gambung, Kab. Bandung), 2021
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Kemasaman tanah, C-organik, N total, kandungan P2O5 tersedia dan K2O tersedia menunjukkan nilai yang mencukupi untuk pertumbuhan tanaman kopi dan kehutanan (BPTK Gambung, 2021). Hal ini menunjukkan adanya kemanfaatan secara ekologi. Aplikasi pupuk organik dari hasil pemakanan maggot BSF (Black Soldier Fly; Helmetia illusens) pada tumpang sari bunga telang dan kopi telah kami lakukan pada tahun 2021 dengan dana pengabdian pada masyarakat dari LPPM ITB.
Hasil Uji Kesuburan Lahan pada Tumpang Sari Bunga Telang dengan Kopi
Parameter Uji Satuan Sebelum Aplikasi BSF (Mei 2021) Sesudah Aplikasi BSF (November 2021)
H2O - 6,10 6,30
% 3,03 3,54 N-total % 0,432 0,533
C/N rasio - 7 7 P2O5 tersedia ppm 769 987 K2O tersedia mg/10 0 gr 219 229
Tujuan untuk mengaplikasikan biokonversi limbah kulit kopi oleh BSF adalah mengurangi input pupuk organik dari luar daerah, mengurangi limbah kulit kopi, meningkatkan pendapatan petani kopi dari pengurangan biaya produksi, dan penjualan ayam
ternak (Noerhatini dkk, 2022). Jadi, pada teknologi tumpang sari bunga telang dan kopi dapat diaplikasikan teknologi lainnya seperti aplikasi BSF. Oleh karena itu, teknologi pemupukan berbasis
biokonversi kulit buah kopi dapat meningkatkan kemanfaatan inovasi tumpang sari bunga telang dengan kopi secara ekonomi dan kesehatan dari peternakan ayam kampung.
Tanggap Inovasi
Teknologi penanaman tumpang sari bunga telang dengan kopi dapat diaplikasikan ke LMDH di Jawa Barat yang jumlahnya sebanyak 1.260 LMDH pada tahun 2019 dan jumlah LMDH semakin bertambah (https://opendata.jabarprov.go.id). Masyarakat petani yang telah terbiasa menanam bunga telang di halaman rumah akan lebih mudah mengikuti prosedur penanaman ini di lahan tumpang sari kopi dengan tanaman kehutanan.
Keberhasilan tumpang sari ini akan dipengaruhi oleh permintaan pasar dan sosialisasi pada manfaat bunga telang secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Selain itu, karakter petani kopi Jawa Barat yang selalu berusaha untuk menghasilkan produksi kopi yang berkualitas tinggi, maka petani kopi akan mencoba inovasi tumpang sari bunga telang dengan kopi ini.
Sumber daya hutan adalah sumber daya hayati yang mencakup sumber daya genetik, organisme atau bagiannya, populasi atau komponen biotik-ekosistem-ekosistem lain dengan manfaat atau nilai nyata atau potensial untuk kehidupan manusia (Renggi dkk., 2015). Selanjutnya berdasarkan konsep yang dikembangkan Reggi dkk. (2015), pengelolaan sumber daya hutan berbasis inovasi ini berdasarkan objek pemanfaatannya dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu kawasan dan layanan ekosistem.
Berbasis inovasi tumpang sari bunga telang dengan kopi di bawah tegakan pohon kehutanan menunjukkan bahwa kawasan merupakan ruang tumbuh untuk budi daya tanaman bunga telang dan kopi yang dikelola untuk memperoleh manfaat lingkungan, sosial, dan ekonomi secara optimal. Sementara, untuk layanan/jasa ekosistem merupakan salah satu bentuk jasa/layanan yang dihasilkan oleh hutan sebagai sumber air, pencegah banjir dan longsor, pengendali iklim, dan keanekaragaman hayati.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Inovasi tumpang sari bunga telang dengan kopi secara tidak langsung memberikan layanan sebagai pencegah bencana longsor dan banjir karena petani kopi mendapatkan penghasilan secara mingguan dari budi daya tanaman bunga telang sehingga tidak akan menebang pohon kehutanan.
Ada dua pendorong utama keberhasilan teknologi pertanian di negara-negara berkembang. Pertama adalah ketersediaan dan keterjangkauan teknologi. Kedua adalah ekspektasi petani bahwa adopsi akan tetap menguntungkan. Keduanya menentukan sejauh mana petani menghindari risiko. Faktor pribadi petani yang mendorong harapan di atas adalah pendidikan, pengalaman, gender, dan luas lahan. Faktor lainnya adalah profitabilitas usaha pertanian, perubahan iklim, modul atau kurikulum pelatihan, harga atau kontrak pertanian, peran pemerintah dan agen pembelajaran seperti akademisi dan para penyuluh.
Inovasi tumpang sari bunga telang dengan kopi dapat diterapkan pada LMDH lainnya karena karakteristik petani kopi Jawa Barat yang tanggap terhadap inovasi jika inovasi ini mudah dilakukan, juga kemanfaatan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang besar. Alasan lainnya adalah karakteristik lahan hutan yang memberikan ruang tumbuh bagi budi daya tanaman telang yang ditumpangsarikan dengan kopi di bawah tegakan pohon kehutanan.
Proses dan sistem manajemen dalam adopsi inovasi di lokasi yang lain mengikuti teori difusi inovasi. Difusi dapat didefinisikan sebagai proses sebuah inovasi baru dikomunikasikan dalam jangka waktu tertentu kepada petani kopi melalui interaksi sosial dan media sosial. Difusi juga dilakukan di antara para anggota suatu sistem sosial seperti LMDH yang menjelaskan atau penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru.
Selanjutnya dilakukan pembentukan komunikasi di antara para anggota sebagai proses para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar informasi untuk mencapai pengertian bersama. Informasi sangat penting dalam proses difusi inovasi. Oleh karena itu, perincian informasi harus dibuat dengan tingkat pendidikan petani kopi dan masyarakat di sekitarnya.
Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana cara informasi dari inovasi ini disebarluaskan melalui media tertentu kepada masyarakat. Baik atau buruk komunikasi dapat dilihat dari berhasil atau tidaknya proses difusi inovasi sehingga penyusunan materi informasi dari inovasi ini harus berdasarkan pemetaan lahan penanaman kopi, juga pemetaan potensi dan kebutuhan para petani kopi.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Dampak Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Pengelolaan hutan sebaiknya berdampak secara sosial, ekonomi, dan lingkungan bagi masyarakat sekitar hutan. Oleh karena itu, beberapa program pemberdayaan masyarakat terus dikembangkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar hutan dan juga menambah penghasilannya. Teknologi tumpang sari bunga telang-kopi-tanaman kehutanan merupakan inovasi yang orisinal bagi pemeliharaan hutan dari bahaya longsor.
Tanaman bunga telang biasanya ditanam di halaman rumah, pekarangan atau lahan di perkampungan. Pemanfaatannya juga belum secara komersial dan belum diarahkan khusus untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pada inovasi tumpang sari bunga telangkopi-tanaman kehutanan di dataran tinggi menimbulkan dampak berupa peningkatan kesuburan tanah sekitar tumpang sari tersebut, meningkatkan pendapatan petani kopi, menambah kesehatan masyarakat dan pemeliharaan hutan, yang berdampak tidak langsung terhadap penurunan bahaya longsor.
Dukungan terhadap inisiatif pengembangan masyarakat untuk mengatasi isu-isu keberlanjutan lokal yang memberikan peluang sosial dan ekonomi kepada masyarakat tuan rumah/lokal. Pengembangan masyarakat berbasis tumpang sari bunga telang dengan kopi dapat menjadi salah satu solusi bagi peningkatan penghidupan masyarakat.
Pengembangan masyarakat dalam perspektif kemandirian lokal merupakan perwujudan dalam tatanan masyarakat yang dilakukan secara mandiri oleh tatanan itu sendiri guna meningkatkan kualitas tatanan dengan tetap memelihara kelestarian alam dan nilai-nilai budaya lokal, serta sumber daya hutan yang ada. Selama ini pengembangan masyarakat ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi guna memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, saat ini pemberdayaan masyarakat menggunakan community approach atau community based development. Dalam hal ini, masyarakat lokal yang membangun, memiliki, dan mengelola langsung sumber daya hutan serta pelayanannya sehingga masyarakat diharapkan dapat menerima secara langsung keuntungan ekonomi serta tuntutan bagi partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.***
Tingkatkan Ekonomi dengan Tepung Singkong Terfermentasi
Prof. Tjandra Setiadi, Ph.D.
KK Perancangan dan Pengembangan Produk Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Prof. Dr. Made Tri Ari Penia Kresnowati
KK Teknik Pangan dan Kemurgi, Fakultas Teknologi Industri
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini ditujukan untuk produsen tepung singkong termodifikasi atau modified cassava flour/mocaf skala rumah tangga. Usaha ini masih bergantung pada starter mikroba yang dibeli dari pihak lain dengan harga yang cukup mahal sehingga menjadi salah satu komponen biaya produksi yang tinggi. Kegiatan ini meliputi pengembangan metode pemeliharaan dan penyiapan starter mikroba secara mandiri sehingga industri tidak bergantung lagi pada starter komersil.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Ketergantungan Starter Mikroba
CV Karunia Maha Cipta/KMC adalah sebuah usaha kecil menengah di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, yang bergerak dalam bidang produksi tepung singkong termodifikasi atau biasa disebut modified cassava flour/mocaf. Tepung dengan merek dagang “Mocaf Bandung” ini diproduksi dari singkong yang telah dikupas dan dipotong kemudian difermentasi dengan penambahan starter mikroba.
Fermentasi ini mampu meningkatkan kandungan nutrisi pada tepung yang dihasilkan sekaligus meningkatkan aroma dan warna tepung mocaf. Tepung yang dihasilkan laku di pasaran sebagai alternatif tepung terigu yang bebas gluten sehingga aman dikonsumsi penderita celiac disease maupun konsumen yang memilih tidak mengonsumsi gluten dengan alasan kesehatan.
Saat ini, CV KMC masih bergantung pada pihak luar yang menyediakan starter mikroba. Kebutuhan starter ini cukup besar, yaitu 1,5 kg untuk setiap memproduksi tepung mocaf dari 1.500 kg singkong mentah. Akibatnya, pembelian starter ini menjadi salah satu komponen biaya operasional yang paling besar dalam memproduksi mocaf di CV KMC.
Untuk membantu CV KMC, tim pengabdian kepada masyarakat dari LPPM ITB pun terlibat agar perusahaan ini mampu memproduksi starter mikroba secara mandiri. Melalui proses isolasi terhadap starter yang biasa digunakan di CV KMC diperoleh 8 jenis mikroorganisme yang terdiri atas
6 jenis bakteri dan 2 jenis jamur. Mikroba inilah yang dijadikan sebagai starter yang dapat dipakai dan diproduksi secara mandiri oleh CV KMC.
Prosedur produksi starter kemudian disusun dengan mempertimbangkan keterbatasan sumber daya manusia dan fasilitas yang ada di perusahaan. Setelah itu, prosedur yang telah disederhanakan tersebut disosialisasikan dan langsung diuji coba pada proses produksi tepung mocaf. Starter yang dihasilkan memiliki kualitas unggul yang tidak kalah dengan starter komersial sehingga hasil produksi mocaf pun tidak berubah baik dari segi aroma, warna, maupun rasa.
Melalui aplikasi prosedur produksi starter ini, kemajuan ekonomi dapat tercapai, baik secara langsung bagi pemilik dan para karyawan di CV KMC maupun tidak langsung untuk para petani singkong di daerah Kabupaten Bandung Barat yang hasil panennya digunakan oleh CV KMC untuk memproduksi tepung mocaf. Harga jual tepung mocaf pun stabil dengan ditekannya biaya produksi dari pembelian starter sehingga tepung ini tetap dapat bersaing dengan harga jual tepung terigu yang merupakan tepung impor karena gandum tidak tumbuh di Indonesia.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Tahap Produksi
Tahap awal yang dilaksanakan adalah identifikasi jenis-jenis mikroorganisme yang ada di dalam starter yang biasa digunakan CV KMC. Dari proses isolasi terhadap starter yang digunakan diperoleh 8 jenis mikroorganisme yang terdiri atas 6 jenis bakteri dan 2 jenis jamur yaitu Rhizopus oryzae dan Aspergillus oryzae Mikroba-mikroba inilah yang akan dijadikan sebagai starter yang dapat dipakai dan diproduksi secara mandiri oleh CV KMC.
Tahap kedua dalam pelaksanaan kegiatan adalah penyusunan prosedur produksi starter dan pemelihataan kultur isolat yang mudah dimengerti oleh sumber daya manusia yang tersedia di perusahaan. Prosedur juga didesain cukup sederhana agar dapat dilaksanakan dengan fasilitas yang tersedia di perusahaan tanpa harus banyak mengubah kebiasaan atau rutinitas produksi di CV KMC.
Tahap ketiga pada kegiatan ini adalah uji coba starter yang dihasilkan pada proses produksi mocaf
di CV KMC. Hasil tepung mocaf yang dihasilkan dari starter buatan sendiri ini tidak kalah dengan mocaf yang diproduksi dengan starter komersial sebelumnya. Tidak teridentifikasi perbedaan warna dan aroma yang signifikan antara keduanya sehingga prosedur pembuatan starter mandiri ini dapat langsung diaplikasikan pada proses produksi rutin di CV KMC.
Dengan demikian, luaran kegiatan ini berupa diaplikasikannya teknologi tepat guna produksi starter secara mandiri di CV KMC telah tercapai. Biaya produksi dari komponen pembelian starter pun kini dapat ditekan.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Penyederhanaan Proses
Salah satu tantangan terbesar dalam penerapan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah penyederhanaan proses pembuatan starter. Jika proses pembuatan terlalu rumit, para karyawan yang awalnya hanya perlu menambahkan starter komersial secara langsung dan praktis akan enggan untuk memproduksi sendiri starter yang digunakan.
Prosedur yang dirancang untuk CV KMC ini telah disederhanakan, tetapi dengan tetap menjaga kualitas starter yang dihasilkan agar tidak mengganggu kualitas produk mocaf yang diproduksi.
Jika proses produksi starter ini akan dipakai oleh produsen mocaf lainnya di Indonesia, diperlukan modifikasi sesuai dengan jenis starter yang akan diproduksi karena ada kemungkinan jenis mikroorganisme yang ada pada starter yang digunakan perusahaan lain berbeda. Tahap isolasi mikroba diperlukan untuk mengidentifikasi jenis mikroorganisme tersebut dan kemudian proses produksi starter dapat disesuaikan.
Keberlangsungan Petani
Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, peningkatan ekonomi lokal dapat terjadi dengan tercapainya luaran berupa penurunan biaya operasi produksi tepung mocaf CV Karunia Maha Cipta. Turunnya biaya operasi menjamin keberlanjutan produksi tepung mocaf di tengah inflasi yang melanda Indonesia.
Unit usaha ini ini tetap dapat berproduksi dengan membeli singkong dari para petani singkong di daerah Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Harga jual tepung mocaf pun dapat dijaga stabil sehingga tetap dapat bersaing dengan harga jual tepung terigu yang merupakan tepung impor karena gandum tidak tumbuh di Indonesia.
Program ini sejalan dengan beberapa poin pada Sustainable Development Goals/SDGs yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB, yakni:
1. SDG 8 (Decent Work and Economic Growth): pengembangan industri bernilai tambah dari sumber daya alam lokal yaitu singkong melalui usaha kecil menengah. Pertumbuhan ekonomi dapat tercapai dan berefek ganda, baik untuk para petani singkong yang hasil panennya dibeli untuk memproduksi mocaf maupun bagi pemilik dan karyawan dari CV KMC.
2. SDG 9 (Industry, Innovation, and Infrastructure): mendukung usaha kecil menengah untuk terus berinovasi dalam proses produksi untuk memangkas berbagai biaya produksi. Harapannya inovasi pembuatan starter ini dapat menginspirasi CV KMC untuk terus melakukan pengembangan dan inovasi untuk mencapai keberlanjutan dari segi lingkungan, sosial, dan ekonomi.
3. SDG 12 (Responsible Consumption and Production): dalam prosedur produksi starter yang diberikan kepada pihak CV KMC, kebutuhan bahan kimia dan air sudah dihitungkan dan dioptimasi agar pemakaian bahan-bahan tersebut tidak berlebihan yang akhirnya dapat menyebabkan pencemaran air.***
Menerapkan Agroforestri Berbasis Masyarakat 9
Peningkatan Produktivitas dan Konservasi Lahan Kritis Melalui Aplikasi Model Agroforestri Berbasis Masyarakat di Desa Mentengsari, Kabupaten Cianjur, Sub-DAS Cikundul
Dr. Sopandi Sunarya
Prof. Endah Sulistyawati, Ph.D., Dr. Susana Paulina Dewi
KK Teknologi Kehutanan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Kegiatan ini ditujukan untuk membangun model agroforestri yang dapat memberikan efek bagi peningkatan produktivitas lahan masyarakat sekaligus memberikan efek bagi perbaikan lingkungan. Metode pembangunan model agroforestri dilakukan dengan menentukan status lahan terkategori lahan kritis. Selanjutnya, dilakukan model interaksi interaktif dengan masyarakat dalam memilih jenis-jenis tanaman model agroforestri. Model agroforestri terbangun merupakan dua model, yakni model agroforestri border line dan model murni.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Lahan Kritis
Teknik pengelolaan lahan di masyarakat sekitar Sungai Citarum memiliki peran penting dalam mengantisipasi permasalahan kelestarian Sungai Citarum. Paradigma pengelolaan lahan yang eksis di masyarakat telah berubah dari waktu ke waktu menjadi lahan-lahan yang dikelola lebih mementingkan nilai ekonomis dalam jangka pendek dibandingkan dengan nilai lingkungan dan nilai ekonomis dalam jangka panjang.
Hal ini telah memunculkan efek terhadap peningkatan lahan kritis dan terjadinya degradasi lahan, terutama pada lahan-lahan masyarakat di sekitar sungai.
Peningkatan lahan kritis atau lahan terdegradasi dicatat oleh Kurnia et al., (2010) telah meningkat tiga kali lipat selama periode 7 tahun (2000-2007). Dari 23,25 juta ha pada tahun 2000 sampai dengan 77,8 juta ha pada tahun 2007.
Peningkatan lahan kritis berupa degradasi lahan akibat erosi telah dihitung pula secara ekonomis oleh Margrath dan Arens (1989), bahwa di Pulau Jawa telah menyebabkan kerugian sekitar 341-406 juta dolar AS/tahun. Dengan demikian, lahan kritis harus mendapat perhatian dan diantisipasi agar dapat terhindar dari bencana dan efek-efek negatif yang terjadi atas pengelolaan lahan di masyarakat.
Balai Pengelolaan DAS Jawa Barat (2022) mencatat luas lahan kritis Jawa Barat mencapai 616.913,75 ha terkategori kritis dan sangat kritis. Selanjutnya, areal terkategori rawan bencana tercatat seluas 1.020.722,42 ha dengan kategori limpasan (ekstrem dan tinggi) dan longsor (sangat rawan dan rawan).
Hasil analisis spasial dengan menggunakan citra landsat telah mengindikasikan bahwa di Dusun Citampele, Desa Mentengsari, Kecamatan Cikalong kulon, Kabupaten Cianjur dengan posisi yang memiliki kontribusi terhadap kelestarian Sungai Citarum akibat erosi yang terjadi. Tingginya erosi dari lahan-lahan masyarakat telah diyakini akan menciptakan tingginya sedimentasi pada badan sungai. Dusun tersebut merupakan wilayah penyusun DAS Citarum, tepatnya berada di Sub-DAS Cikundul.
Sistem kelola lahan yang produktif, tetapi masih memberikan kontribusi terhadap penurunan erosi adalah sistem kelola lahan yang dapat mengeliminasi erosi dan
memberikan pendapatan cukup tinggi terhadap masyarakat. Solusi tepat untuk kondisi tersebut dengan membangun model agroforestri. Model agroforestri dikatakan sebagai solusi tepat karena pada sistem kelola lahan mengedepankan dua pilar, yakni produktif (dari hasil panen) dan menciptakan konservasi tanah dan air.
Produktif diperoleh dari hasil yang variatif, sedangkan konservasi tanah dan air diperoleh atas kondisi struktur tegakan yang memiliki layer yang kompeks akibat variasi komposisi jenis penyusunnya. Model agroforestri ini menjadikan model cukup bijak untuk diaplikasikan di lahan masyarakat.
Terdapat tiga pilar utama dalam implementasi pembangunan model agroforestri, yakni pilar lingkungan, pilar ekonomi, dan pilar sosial budaya. Pilar ekonomi ditunjukkan oleh hasil panen yang harus diperoleh pelaku agroforestri (di mana lahan yang dikelola harus dapat meningkatkan peran perbaikan lingkungan). Pilar ekonomi dicirikan dengan model terbangun harus dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat dengan hasil panennya. Sementara, pilar sosial budaya dicirikan dengan dapat menciptakan kondisi sosial lebih baik dan menjadi budaya masyarakat dalam sistem kelola lahan.
Berbagai tipe dan pola agroforestri telah banyak dibangun dan dikembangkan, baik di Indonesia maupun dunia. Namun, kondisi sosial-ekonomibudaya masyarakat telah memberikan pengaruh siginifikan terhadap berbagai variasi model terbentuk/terbangun dan memberikan khazanah
berbagai tipe dan pola agroforestri. Oleh karena itu, model-model terbangun akan sangat dipengaruhi oleh karekateristik sosial, ekonomi, budaya masyarakatnya.
Demikian halnya dengan model agroforestri di dusun/desa yang dibangun. Meskipun dalam satu hamparan sistem kelola lahan, memiliki ciri khas tertentu sebagai efek atas partisipasi masyarakat maupun budaya masyarakat setempat.
Tujuan dan target pelaksanaan pengabdian masyarakat ini adalah membuat rancangan penanaman dan membuat model pengolahan lahan yang produktif dan berfungsi dalam menurunkan erosi di lahan masyarakat sekitar Sungai Citarum (Desa Mentengsari, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur, Sub-DAS Cikundul).
Dampak yang diharapkan adalah diperoleh desain rancangan dan model pengolahan lahan di masyarakat berkriteria produktif (pendapatan masyarakat meningkat) serta model rancang bangun lahan berkriteria rendah erosi sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu model pengelolaan lahan yang berkontribusi pada kelestarian Sungai Citarum. Dampak yang diharapkan antara lain memberikan solusi berbasis sain dan aplikasinya dalam mencari solusi atas permasalahan pengelolaan lahan di sekitar Sungai Citarum sekaligus memberikan kontribusi bagi pembuat kebijakan dalam mengantisipasi lingkungan fisik, sosial, ekonomi masyarakat sekitar Sungai Citarum.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Cara Kerja Pelaksanaan
Cara kerja/pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat melalui pendekatan yang digunakan agar model agroforestri dapat mencapai tujuan dan sasaran. Tahapan pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan lahan masyarakat di wilayah sasaran. Lahan-lahan terpilih merupakan lahan kritis dan terkategori memberikan peluang terhadap tingginya laju erosi serta berlokasi di sempadan sungai atau subsempadan sungai. Lahan terpilih harus merupakan satu kesatuan utuh dengan DAS Citarum.
2. Kriteria lainnya adalah lahan yang terkategori non-produktif dan terdegradasi. Kriteria ini diidentifikasi melalui observasi lapang. Lahan terpilih secara sain masih memungkinkan untuk ditingkatkan produktivitasnya dan konservasi tanah dan airnya.
3. Lahan terpilih diintroduksi dengan model agroforestri dengan integrasi antara tanaman hutan dan tanaman pertanian. Untuk mengakomodasi partisipasi masyarakat, pemilihan jenis untuk pembangunan model diselenggarakan dengan teknik wawancara. Masyarakat diberikan kesempatan untuk menentukan jenis tanaman penyusun model agar dalam praktiknya memiliki rasa memiliki atas model terbangun. Jika dipandang terdapat jenis yang kurang pas, dilakukan dialog untuk mencari solusi terbaik dalam penentuan jenis tanaman penyusun model.
4. Membuat rancangan desain lahan dengan mengatur tata letak dan jarak tanam antartanaman di lapangan. Output pada tahap ini diperoleh rencana tata letak tanaman dan jumlah tanaman yang dibutuhkan dalam pembangunan model.
5. Model terbangun dijadikan sebagai inisiasi model penanaman pada lahan kritis.
6. Model terbangun merupakan model dalam skala plot yang dijadikan dasar bagi pengembangan model selanjutnya. Diharapkan dengan terbangunnya model ini akan memberikan inspirasi terhadap masyarakat lainnya sehingga pada akhirnya akan memberikan efek berubahnya budaya masyarakat dalam mengelola lahan.
7. Model terbangun dijadikan sebagai model dalam teknik budi daya tanaman hutan maupun tanaman pertanian.
Berbasis skematis di atas, tujuan akhir terbangunnya
model agroforestri adalah menciptakan model yang produktif dan rendah erosi di lahan-lahan kritis yang dikelola oleh masyarakat di sekitar DAS Citarum.
Model terbangun harus dikembangkan secara masif dan secara terus-menerus agar menjadi sosiokultur di masyarakat.
Pengembangan model merupakan tahapan yang harus terus dilakukan agar model terbangun menjadi model yang diadopsi terus oleh masyarakat. Adopsi model oleh masyarakat akan menciptakan kondisi
budaya masyarakat yang secara tidak sengaja menjadi budaya yang akan dipraktikkan masyarakat
dalam sistem kelola lahannya. Untuk menciptakan model ideal, model terbangun harus terus dievaluasi dan dimonitoring untuk memberikan feed back bagi pengembangan model di masyarakat sekaligus melakukan perubahan-perubahan ataupun rekayasarekayasa bagi rancangan desain selanjutnya.
Penanaman sebagai insiasi model merupakan desain tanaman dalam skala plot sebagai dasar untuk terus mengembangkan model ideal dan selalu dapat diadopsi oleh masyarakat. Bukti nyata model terbangun biasanya dijadikan sebagai referensi masyarakat untuk pengembangan model terbangun.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Penerapan Model Agroforestri
Hasil deskripsi lokasi dengan menggunakan analisis spasial untuk mendapatkan lokasi sesuai dengan target diperoleh informasi bahwa lokasi berada di lahan kritis dengan penutupan lahan berupa perkebunan masyarakat.
Secara detail hasil analisis peta menunjukkan lokasi pelaksanaan PPM berbasis kekritisan lahan (Desa Mentengsari) terdiri dari: 1). Sangat Ringan (236,75 ha); 2). Ringan (205,353 ha); 3). Sedang (205,961 ha); 4). Berat (82,04 ha); dan 5). Sangat Berat (6,39 ha).
Hasil spasial kekritisan lahan dan penutupan lahan Desa Mentengsari sebagaimana gambar dibawah ini. Berdasarkan kondisi kekritisan lahan plot model agroforestri berada pada kondisi lahan Kritis Sedang (penempatan model agroforestri hasil observasi lapang) masih memungkinkan untuk berkontribusi pada perbaikan kekritisan lahan secara umum.
Model agroforestri memiliki peran penting untuk terus dikembangkan dalam mengantisipasi kondisi kekritisan lahan karena di Desa Mentengsari lahan kritis mencapai sekitar 11,96% areal yang terkategori kritis (Berat dan Sangat Berat). Teknik mengantisipasi kekritisan lahan melalui pengembangan model akan memberikan efek pada menurunnya kekritisan lahan di Desa Mentengsari.
Hal ini dapat tercapai jika tanaman telah memiliki fungsi dalam perbaikan kondisi lingkungan. Untuk jenis tanaman hutan dan tahunan membutuhkan waktu relatif lama dalam berkontribusi bagi perbaikan lingkungan.
Kondisi tutupan lahan lokasi model agroforestri termasuk dalam kategori tutupan lahan berupa perkebunan. Hasil ground check lapang, kondisi
Daur Pemberdayaan Masyarakat
tutupan lahan berupa kebun masyarakat dengan sistem kelola yang telah lebih baik karena masyarakat telah mengombinasikan berbagai jenis tanaman produktif berupa buah-buahan dan tanaman hutan.
Namun, secara spesifik lokasi model agroforestri existing-nya masih berupa tanaman yang didominasi oleh jenis tanaman hortikultura. Oleh karena itu, untuk menciptakan kondisi lahan yang produktif dan perbaikan lingkungan harus dilakukan upaya rekayasa sistem kelola lahan. Rekayasa yang ditawarkan dengan menambah variasi jenis tanaman serta menambahkan tanaman hutan.
Secara umum, kondisi tutupan lahan di Desa Mentengsari berupa: 1). Kebun sawit (72,43 ha); 2). Lahan terbuka (9,82 ha); 3). Perkebunan (294,96 ha); 4). Ladang (177,37 ha); dan 5). Sawah (194,54 ha).
Peluang pengembangan model masih memiliki peluang besar terutama pada kondisi tutupan lahan terbuka, perkebunan dengan kondisi lahan terbuka, dan ladang yang masih memerlukan tutupan yang lebih baik. Peluang pengembangan model agroforestri masih memungkinkan di sekitar 64,36% wilayah Desa Mentengsari.
Aplikasi model dilakukan melalui pendekatan partisipatif, yakni masyarakat diberikan keluangan dalam menentukan jenis-jenis tanaman yang akan ditanam. Hasil interaksi dengan masyarakat, pilihan jenis penyusun model agroforestri adalah sengon (Paraserianthes falcataria), alpukat (Persea americana), sawo (Menilkara zapota), dan durian (Durio zibethinus). Keempat jenis tersebut merupakan jenis produktif
karena diduga akan memiliki hasil panen yang variatif.
Hasil kayu akan diperoleh dari tanaman hutan berupa sengon, sedangkan hasil panen berupa buah-buahan (MPTs) berupa buah alpukat, sawo, dan durian. Hasil panen sengon diprediksi sekitar 6 tahun pascatanam. Hal ini berdasarkan hasil studi literatur bahwa umur panen sengon selama 6 tahun. Pada tahun kedua sampai dengan keempat, hasil panen akan diperoleh dari tanaman alpukat.
Hasil panen sawo akan diperoleh pada saat umur sawo antara 3-5 tahun. Sementara, panen durian dapat diprediksi pada tahun kedelapan. Memperhatikan hal tersebut, dapat diduga bahwa hasil panen akan mulai terjadi pada tahun kedua dan akan variatif pada tahun kelima sampai kedelapan. Hasil panen sementara dengan durasi waktu yang pendek diperoleh dari hasil tanaman hortikultura yang ditanam secara mandiri oleh masyarakat, yakni kacang panjang ( Vigna unguiculata ), bayam ( Amaranthus caudatus ), buncis (Pasheolus vulgaris), pisang (Musa paradisiaca), dan jagung (Zea mays).
Seusai penentuan jenis tanaman penyusun model dilakukan penanaman di lapang. Tahapan penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam berukuran 4 x 4 m untuk sengon dan untuk tanaman MPTs disesuaikan dengan jumlah tanaman yang ditanam. Hasil desain dan observasi lapang jarak tanam MPTs relatif lebih lebar daripada tanaman hutan.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Pramodel agroforestri
Pascamodel agroforestri
Existing model agroforestri sebelum dan sesudah
Desain rancangan model agroforestri terdiri atas dua model, yaitu model agroforestri murni (tanaman hutan sangat dominan) dan model agroforestri border line. Model agroforestri murni merupakan bentuk model yang disusun lebih dominan oleh tanaman sengon dengan hanya sebagian kecil ditanam bersama sawo dan alpukat. Sementara, model agroforestri border line merupakan penyusunan model yang mempraktikkan tanaman hutan ditempatkan di sekitar lahan. Sementara itu, MPTs ditanam di tengah lahan dan dibagi menjadi blok alpukat dan sawo.
Pembangunan model agroforestri border line memberikan informasi yang cukup baik pada saat panen tanaman hutan. Dengan bentuk model demikian, kerusakan tegakan akibat pemanenan dapat dieliminasi. Arah rebah pohon dapat diarahkan ke luar lahan sehingga tanaman tidak akan terganggu oleh pohon yang ditebang. Demikian pula jika arah rebah pohon ke dalam lahan, masih terdapat ruang cukup untuk pohon yang ditebang (jarak antartanaman MPTs masih relatif lebar).
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Desain model agroforestri terbangun.
Berdasarkan kedua model, dapat diduga bahwa model agroforestri border line merupakan model yang lebih baik daripada model agroforestri murni. Kelebihannya adalah panen lebih variatif dan keamanan kerusakan saat pemanenan dapat ditekan. Sementara, model agroforestri murni relatif kurang baik karena hasil panen kurang variatif serta terhadap fungsi konservasi tanah dan air juga kurang baik.
Interaksi antarpenyusun model juga relatif lebih baik model agroforestri border line. Kompetisi terhadap sumber daya lingkungan rendah akibat kebutuhan jenis tanaman relatif beda. Sementara, pada model agroforestri murni kebutuhan terhadap sumber daya lingkungan relatif homogen.
Produktivitas dan Konservasi
Target/luaran pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat Citarum Harum ini adalah terbangunnya model agroforestri murni dan border line seluas + 1,5 ha. Terbangunnya model ini diharapkan akan mendukung pada peningkatan produktivitas lahan (ekonomi tinggi) dan konservatif (mendukung konservasi tanah dan air) di lahan masyarakat. Di samping itu, diharapkan akan berkontribusi juga dalam mengantisipasi lahan kritis di masyarakat Desa Mentengsari.
Kontribusi yang dapat dijadikan tolok ukur terhadap pembangunan melalui pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat Citarum Harum ini dapat memberikan dampak terhadap peningkatan
Daur Pemberdayaan Masyarakat
ketahanan pangan masyarakat, peningkatan pendapatan/ekonomi masyarakat, perbaikan kondisi lingkungan dan terciptanya kelembagaan pengelolaan lahan serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dan sosial di masyarakat.
Ketahanan pangan dapat ditingkatkan jika model terbangun telah memberikan kontribusi terhadap hasil panen. Meskipun, dalam skala plot atau demplot akan tetapi masyarakat mendapat contoh riil dalam sistem kelola lahan. Hasil panen berupa buah-buahan dan sayuran akan memberikan dampak terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat (baik sebagai pelaku maupun sebagai pemanfaat).
Hasil panen yang kontinu juga akan memunculkan dampak terhadap pendapatan/ekonomi masyarakat jika hasil panen dapat dijual. Pendapatan masyarakat dapat diperoleh dari hasil panen jangka pendek berupa tanaman hortikultura. Panen jangka menengah dapat berasal dari tanaman MPTs yang akan terus berlangsung tiap musim. Panen MPTs juga dapat menjadi pendapatan jangka panjang selama periode biologis tanaman MPTs. Hasil panen jangka menengah juga dapat diperoleh dari hasil panen tanaman hutan berupa sengon.
Perbaikan kondisi lingkungan dapat terjadi jika umur tanaman penyusun model telah dapat menjalankan fungsi konservasi tanah dan air.
Perbaikan lingkungan dampaknya terhadap sediaan bahan baku air yang saat ini sudah cukup mengkhawatirkan. Dengan struktur dan komposisi tegakan terbangun diharapkan dapat memberikan
dampak terhadap kelestarian penyediaan air bagi kebutuhan hidup masyarakat.
Perbaikan lingkungan pula dapat berefek terhadap penurunan lahan kritis di wilayah tersebut. Penurunan lahan kritis merupakan aspek penting dalam proses pembangunan karena mengantisipasi lahan kritis sudah merupakan target regional Provinsi Jawa Barat dan nasional. Perbaikan lingkungan lainnya berupa turunnya erosi yang terjadi pada lahan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan laju sedimentasi di Sub-DAS Cikundul. Turunnya sedimentasi di Sub-DAS Cikundul tentu akan berdampak terhadap penurunan laju sedimentasi di DAS Citarum.
Pembangunan sosial di masyarakat dicirikan dengan tujuan untuk mengantisipasi kondisi kemiskinan di masyarakat. Melalui pembangunan model yang masif, dampak yang terjadi dapat meningkatkan pendapatan/ekonomi masyarakat, sekaligus akan memberikan dampak terhadap turunnya kemiskinan di masyarakat.
Peningkatan pendapatan masyarakat akan diimbangi dengan peningkatan peran aktif masyarakat dalam sistem kelola lahan karena pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini telah mengimplementasikan peran serta masyarakat dalam pelaksanaannya. Peran serta masyarakat dalam kata lain partisipasi masyarakat merupakan faktor penting dalam proses pembangunan sosial.
Hal ini terkait dengan masyarakat bukan hanya sebagai objek dalam proses pembangunan, tetapi juga harus menjadi subjek. Pembiasaan pelibatan masyarakat
dalam proses pembangunan akan memberikan dampak terhadap masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung harus terus dikedepankan karena sebagai objek masyarakat harus dapat berubah taraf hidup dan kehidupannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas dampak selanjutnya adalah dapat tergapainya performa lingkungan, baik secara bio fi sik maupun sosial.
Secara bio fi sik dengan terciptanya kondisi lingkungan lebih baik, manfaat lingkungan dapat dirasakan oleh sebagian besar masyarakat. Performa lingkungan yang dapat menciptakan nilai kenyamanan di masyarakat dengan terciptanya kondisi iklim mikro menjadi performa lingkungan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Performa lingkungan lainnya, seperti perbaikan erosi, terantisipasinya sedimentasi, berkurangnya lahan kritis merupakan performa-performa yang sangat dibutuhkan pada saat ini.
Performa lingkungan sosial di masyarakat kinerjanya dapat diperbaiki dengan terpenuhinya keutuhan hidup masyarakat. Pemenuhan kebutuhan hidup akan meningkatkan kinerja sosial karena masyarakat telah terpenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, pada akhirnya dapat pula memberikan dampak terhadap kinerja sosial melalui berkurangnya kejahatan sosial di masyarakat. Performa sosial harus terus ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan/ekonomi masyarakat untuk mewujudkan masyarakat sejahtera.
Dinamika sosial melalui peningkatan performa sosial kemasyarakatan harus terus ditingkatkan melalui pengembangan model agroforestri dalam mencapai tujuan teoretis agroforestri, yakni kelestarian, produktif, dan mudah diadopsi. Peningkatan pemahaman dan mengubah mindset menjadi faktor kunci bagi pengembangan di masyarakat agar masyarakat memiliki peran dalam menciptakan keseimbangan lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya. Pelestarian budaya dengan input inovasi terkini akan menjadi modal untuk mencapai pembangunan dan sosial di masyarakat.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Performa lingkungan sosial di masyarakat kinerjanya dapat diperbaiki dengan terpenuhinya keutuhan hidup masyarakat.
Pemenuhan kebutuhan hidup akan meningkatkan kinerja sosial karena masyarakat telah terpenuhi kebutuhan hidupnya.
Kontribusi Model Agroforestri
Kontribusi yang dapat diperoleh dengan terbangunnya model agroforestri di masyarakat dapat dilihat pada 3 tiga pilar yang merupakan ciri khas agroforestri, yakni perbaikan kondisi lingkungan melalui pembentukan sistem kelola lahan multi struktur dan komposisi, peningkatan pendapat melalui hasil panen yang berkelanjutan, serta dinamika sosial kelompok masyarakat dan bertahannya budaya di masyarakat.
Tantangan yang muncul dalam pengembangan model agroforestri ini adalah peningkatan pemahaman masyarakat untuk lebih bijak dan cerdas dalam sistem kelola lahan. Hal ini dapat dilakukan melalui interaksi dan interelasi dengan masyararakat secara berkelanjutan. Introduksi hasil-hasil riset dan informasi ilmiah harus terus diaplikasikan di masyarakat agar perkembangan kekinian atas inovasi, ilmu, dan teknologi dapat dirasakan oleh masyarakat.
Pengembangan lebih jauh untuk tujuan pembangunan lebih massif memiliki tantangan tersendiri karena tiap lokasi maupun wilayah memiliki karakteristik spesifik dalam sistem kelola lahan. Budaya juga memiliki perbedaan-perbedaan sehingga pendekatan di Desa Mentengsari ini menjadi dasar untuk sistem pengembangan di lokasi-lokasi lain.
Karakteristik masyarakat yang berbeda akibat level pendidikan, cara hidup, maupun budaya harus disesuaikan dengan kondisi lokasi yang berbeda. Namun, secara general praktik pengembangan
model agroforestri akan relatif mirip dalam implementasinya karena sebenarnya hanya perlu untuk disesuaikan dengan kondisi lokal spesifik di lokasi baru.
Sistem bertanam masyarakat pada dasarnya telah eksis di setiap lokasi sehingga penyesuaian akan relatif lebih mudah. Kondisi demikian dipacu oleh ciri khas agroforesti bahwa dalam praktiknya harus merupakan teknik praktis yang mudah diadopsi oleh masyarakat.
Pengelolaan sumber daya harus terus ditingkatkan dari mulai masyarakat secara sendiri sebagai pengelola, kelompok dalam satu kesatuan lebih luas, maupun dalam bentuk badan usaha. Peningkatan pendapatan/ekonomi harus terus dikembangkan melalui pendekatan kelompok tani hutan (KTH) dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Capaian sistem kelola lahan demikian di masyarakat akan memberikan dampak terhadap terbangunnya sistem usaha yang lebih baik dalam sistem kelola lahan yang berorientasi usaha.
Pembentukan kelompok dalam arti keorganisasian di masyarakat dalam sistem kelola lahan untuk menciptakan sistem manajemen sumber daya lahan masih belum dilaksanakan akibat pembangunan model agroforesri masih dalam taraf inisiasi. Ke depannya diperlukan evaluasi dan monitoring untuk terus memperbaiki sistem terbangun sebagai feedback atas kegiatan yang telah dilaksanakan. Permasalahan-permasalahan harus terus dieksplor sebagai dasar dalam perbaikan model terbangun. Peningkatan peran seluruh masyarakat dalam
Daur Pemberdayaan Masyarakat
pengelolaan model terbangun akan sangat penting untuk menjaga dinamika, keutuhan, dan mencapai sistem kelola lahan lebih luas.
Pengembangan dan kemampuan pengembangan model terbangun memiliki fleksibitas tinggi karena model terbangun merupakan perbaikan atas model yang eksis di masyarakat. Sistem pembangunan model berbasis partisipasi masyarkaat juga menjadi acuan standar untuk dapat fleksibel jika dikembangkan di tempat, lokasi, dan wilayah lainnya.
Pilihan Model Agroforestri
Proses sistem manajemen yang harus dikedepankan adalah pembangunan karakter masyarakat, penyebarluasan model dengan penyesuaianpenyesuaian kondisi masayrakat, peningkatan dinamika kelompok untuk membangun kelembagaan kelompok yang lebih baik, dan peningkatan kapasitas dan pemahaman melalui introduksi inovasi, sain, dan teknologi. Proses dan sistem manajemen harus terus dilakukan secara kontinu untuk mewujudkan model ideal yang mengakomodasi kearifan lokal setempat.
Kreativitas/inovasi yang dihasilkan atas model agoforestri terbangun terlihat pada pola dan sistem tanam pada model agroforestri. Inovasi pembangunan model agroforestri border line ternyata telah memunculkan suatu sistem tata kelola lahan yang dapat meminimalkan kerusakan model agroforestri saat pembalakan tanaman hutan. Diprediksi, model agroforestri border line tidak akan merusak tanaman lainnya saat panen tanaman hutan karena ruang rebah pohon dapat diarahkan untuk tidak menganggu tanaman lainnya.
Secara panen, masyarakat telah terbuka untuk periode waktu sangat panjang. Tegakan akhir merupakan tegakan yang diorientasikan untuk menghasilkan buah-buahan selama daur biologis tanaman MPTs. Orisinalitas model terbangun merupakan hasil karya masyarakat dengan sedikit polesan dari akademisi. Orisinalitas terlihat dari sistem kelola kebun masyarakat setempat yang mendapat input dengan meningkatkan variasi jenis-jenis yang ditanam. Pada bidang lahan lainnya, telah eksis model agroforestri masyarakat yang dominan ditanami oleh jenis MPTs yang relatif variatif dan berbeda jenis. Pada model agroforestri terbangun disisipi oleh jenis tanaman hutan yang akan memberikan tambahan keaneragaman hayati maupun hasil panen pada sistem tersebut.
Dukungan inisiatif pengembangan mengatasi isu-isu keberlanjutan telah diakomodasi melalui pembangunan model agroforestri ini. Telah disinggung di bagian atas bahwa model terbangun merupakan model yang diarahkan untuk mengantisipasi isu-isu yang terjadi saat ini di masyarakat, yakni isu lingkungan (erosi, banjir, lahan kritis, dan sedimentasi), ekonomi/pendapatan (melalui variabilitas produk yang berkelanjutan), serta mengakomodasi sosial budaya masyarakat setempat.***
Peningkatan Kapasitas Warga dalam Produksi Probiotik 10
V. Sri Harjati Suhardi, Ph.D.
KK Bioteknologi Mikroba
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Kampung Tarikolot di Desa Cinangsi memiliki potensi pengembangan di perikanan air tawar dan pertanian. Penduduk lokal mayoritas petani dan pembudi daya ikan air tawar yang didukung aliran sungai di kampung. Metode budi daya ikan konvensional menyebabkan polusi sungai akibat limbah. Untuk mengatasinya, dlakukan penerapan probiotik selama budi daya ikan. Probiotik membantu mengurai sisa makanan, senyawa organik, dan limbah ikan, meningkatkan kesehatan, pemulihan ikan, serta menjaga kualitas air.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Pengembangan Probiotik
Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut di bidang perikanan air tawar dan pertanian. Kondisi tersebut juga didukung dengan adanya aliran sungai yang mengalir terusmenerus melalui Kampung Tarikolot.
Penduduk setempat juga menggunakan air sungai tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, mereka masih melakukan budi daya perikanan secara konvensional sehingga berdampak terhadap limbah yang dihasilkan mencemari aliran sungai yang berada di Kampung Tarikolot.
Salah satu upaya untuk mengurangi limbah perikanan tersebut adalah dengan penggunaan probiotik selama budi daya perikanan. Penggunaan probiotik berfungsi untuk menguraikan sisa pakan, senyawa organik dari pakan yang terlarut, dan kotoran ikan. Sifat probiotik dari bakteri yang menguntungkan bagi ikan juga dapat menekan pertumbuhan bakteri jahat (patogen).
Probiotik akan membantu ikan untuk lebih sehat, membantu proses penyembuhan ikan yang sakit, dan menjaga kualitas air sehingga tidak keruh ataupun berbusa. Di samping itu, penduduk Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi juga memiliki mata pencarian sebagai petani.
Program pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan sebelumnya melakukan pengolahan sampah domestik setempat untuk dijadikan pupuk organik yang bermanfaat bagi tanaman. Sebagai upaya
lanjutan untuk memperkaya dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, perlu dilakukan perlakuan tambahan dengan memberikan zat probiotik.
Probiotik yang paling sering digunakan yaitu Bacillus sp. yang bermanfaat dalam proses fiksasi nitrogen atau proses mengubah nitrogen yang ada di udara menjadi nitrogen yang bisa digunakan oleh tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pada kegiatan kali ini akan dilakukan pelatihan pembuatan probiotik untuk hewan (ikan) yang bertujuan untuk mengurangi dampak limbah pencemaran dari kotoran ikan. Dibuat juga probiotik dari tanaman yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Cara Kerja Teknologi
Cara pemecahan masalah setempat yaitu dilakukan kegiatan sosialisasi program yang akan dilakukan, pelatihan terkait pembuatan probiotik hewan (ikan) dan tanaman, dilakukan produksi probiotik ikan dan tanaman serta pengaplikasiannya. Sosialisasi dan pelatihan dilakukan secara langsung dengan menjaga protokol kesehatan.
Program ini melibatkan beberapa proses dan sistem pengelolaan, seperti:
1. Pelatihan: merupakan tahap penting dalam program ini. Pelatihan harus dirancang dengan baik, disesuaikan dengan tingkat pemahaman masyarakat, dan dilaksanakan dengan metode yang efektif.
2. Produksi Probiotik: pengelolaan produksi probiotik melibatkan proses pengulturan bakteri, pemantauan kondisi produksi, dan pemastian kualitas produk.
3. Pengaplikasian: penggunaan probiotik dalam pertanian dan perikanan memerlukan pemahaman yang baik tentang dosis, frekuensi, dan metode aplikasi yang tepat.
4. Partisipasi masyarakat: Manajemen partisipatif penting untuk menjaga keterlibatan dan dukungan masyarakat sepanjang program.
5. Pemantauan dan evaluasi: proses pemantauan dan evaluasi terus-menerus diperlukan untuk mengukur dampak program serta mengidentifikasi area yang perlu perbaikan.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Praktik dilakukan sesuai langkah kerja (SOP) pembuatan probiotik. Lalu diikuti oleh praktik langsung oleh warga setempat dengan pendampingan dan monitoring tim Citarum Harum. Setelah mampu membuat probiotik, petani/pelaku utama dan pelaku
usaha harus mau mengaplikasikannya secara intensif pada lahan pertaniannya. Manfaat probiotik luar biasa baik dari segi kualitas tanaman dan kualitas tanah secara berkelanjutan yakni menggemburkan tanah karena kaya akan mikroorganisme.
Dampak Siginifikan
Program ini memiliki dampak positif yang signifikan terhadap pembangunan sosial dan kemajuan masyarakat di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi. Dari segi peningkatan keterampilan, program pelatihan dalam pembuatan probiotik memberikan penduduk setempat keterampilan baru yang dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar tenaga kerja. Keterampilan ini juga dapat diterapkan dalam usaha mandiri, membantu mengurangi tingkat pengangguran, dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
Melalui pelatihan dan alat untuk memproduksi probiotik, terbuka peluang kepada mereka untuk mengembangkan usaha pertanian dan perikanan yang lebih produktif. Hal ini dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan di kawasan tersebut. Masyarakat juga dapat bekerja bersama-sama dalam sebuah proyek yang bermanfaat. Ini akan memperkuat rasa persatuan dan kerja sama di antara anggota komunitas, meningkatkan hubungan sosial dan solidaritas.
Dengan memahami pentingnya penggunaan probiotik dalam pertanian dan perikanan yang ramah lingkungan, penduduk setempat akan mendapatkan pengetahuan baru tentang praktik-praktik berkelanjutan. Ini akan mendorong kesadaran lingkungan dan pola pikir yang lebih proaktif terhadap perlindungan lingkungan.
Program ini juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan dan kinerja energi, yaitu pengurangan limbah. Penggunaan probiotik dalam budi daya perikanan akan membantu menguraikan sisa pakan, senyawa organik, dan kotoran ikan. Ini mengurangi jumlah limbah organik yang masuk ke sungai, membantu mencegah pencemaran air. Hal ini berdampak positif pada kualitas air dan ekosistem sungai. Dari segi konservasi tanah dan air, praktik pertanian yang lebih berkelanjutan dengan menggunakan probiotik membantu menjaga kualitas tanah dan air. Probiotik membantu memperbaiki struktur tanah dan mengurangi erosi tanah serta aliran limpasan permukaan yang dapat mencemari sungai. Penggunaan probiotik dalam pertanian dapat mengurangi
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Program yang diusulkan merupakan lanjutan dari program yang telah berjalan sebelumnya dengan target warga yang sama, yaitu warga Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur. Tujuan kegiatan adalah mening-
katkan keterampilan penduduk setempat dalam pembuatan probiotik dan memproduksi probiotik untuk diaplikasikan dalam budi daya perikanan dan pertanian oleh penduduk setempat.
ketergantungan terhadap bahan kimia pertanian yang dapat mencemari tanah dan air serta membahayakan kesehatan manusia.
Dengan meningkatkan produktivitas pertanian dan perikanan melalui penggunaan probiotik, program ini dapat membantu mengoptimalkan penggunaan sumber daya seperti lahan, air, dan energi. Hal ini mengarah pada efisiensi yang lebih tinggi dalam produksi pangan lokal.
Aspek kesehatan, keselamatan, dan lingkungan adalah hal yang sangat penting dalam implementasi program ini. Dengan mendorong penggunaan probiotik dalam budi daya perikanan dan pertanian, program ini dapat membantu meningkatkan kesehatan ikan dan tanaman. Ikan yang lebih sehat cenderung memiliki dampak positif pada kesehatan konsumen. Selain itu, dengan mengurangi penggunaan bahan kimia pertanian yang berpotensi berbahaya, program ini juga berkontribusi pada kesehatan petani dan masyarakat yang bergantung pada hasil pertanian.
Program ini memberikan kontribusi nyata peningkatan pendapatan dan kemandirian ekonomi. Masyarakat dapat mengembangkan usaha pertanian dan perikanan mereka sendiri, mengurangi ketergantungan pada sumber daya luar, dan meningkatkan stabilitas ekonomi.
Namun, program ini juga dihadapkan pada beberapa tantangan, seperti pendidikan dan kesadaran. Mengubah praktik konvensional menjadi praktik berkelanjutan memerlukan perubahan sikap dan pengetahuan. Mungkin dibutuhkan waktu untuk memastikan bahwa semua anggota masyarakat memahami pentingnya dan cara melaksanakan praktik baru ini.
Selain itu, terdapat keterbatasan sumber daya, tantangan finansial, teknis, atau infrastruktur dapat memengaruhi pelaksanaan program. Mungkin diperlukan investasi awal untuk membangun kapasitas dan mendapatkan sumber daya yang diperlukan.***
Menanggulangi Limbah Perikanan dengan Akuaponik 11
Dr. Taufikurahman
Andira Rahmawati, M.Si.
KK Sains dan Bioteknologi Tumbuhan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Endra Susila, Ph.D.
KK Rekayasa Geoteknik, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Akuaponik merupakan salah satu alternatif untuk menanggulangi pencemaran limbah perikanan. Sistem akuaponik dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan limbah efluen perikanan di kawasan Cianjur yang merupakan salah satu wilayah DAS Citarum. Perusahaan budi daya perikanan yang membuang limbah hasil produksinya ke sungai tanpa pengolahan didorong untuk membangun sistem akuaponik sebagai salah satu alternatif pengolahan limbah tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Masyarakat sekitar juga diedukasi untuk mencontoh pembuatan sistem akuaponik di rumah.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
DESA Cinangsi merupakan desa yang berada di Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur. Desa ini berada di sekitar DAS
Citarum, tepatnya di DAS Cikundul yang merupakan kawasan budi daya perikanan. Pengusaha di kawasan ini menggunakan air permukaan tanah sebagai media untuk membudidayakan ikan karena air yang berasal dari Sungai Citarum tidak dapat digunakan akibat tingginya polutan yang terkandung di dalamnya.
Hal yang menjadi latar belakang tema pengabdian kepada masyarakat ini karena adanya permasalahan yang ada di Desa Cinangsi, yaitu ketersediaan air bersih yang cukup minim serta pencemaran yang terjadi akibat aktivitas budi daya perikanan. Kegiatan budi daya ikan merupakan usaha yang sangat potensial untuk mengembangkan perekonomian masyarakat, tetapi membawa dampak yang lain bagi lingkungan.
Limbah hasil budi daya ikan mengandung berbagai macam zat polutan yang dapat menurunkan kualitas air. Oleh karena itu, diperlukan teknologi terapan yang dapat menanggulangi permasalahan ini tanpa merusak tatanan yang sebelumnya telah ada. masyarakat, khususnya perusahaan ini membuang limbah hasil budi daya perikanan langsung ke sungai. Tidak ada upaya untuk mengurangi kadar polutan yang dibuang ke sungai. Sebagian besar masyarakat bertani di lahan yang cukup luas dan berpotensi longsor.
Akuaponik sebagai salah satu alternatif untuk menanggulangi pencemaran limbah perikanan. Sistem akuaponik sebagai solusi untuk mengatasi
permasalahan limbah efluen perikanan di kawasan Cianjur yang merupakan salah satu wilayah DAS Citarum.
Pelaksanaan kegiatan ini melingkupi anjuran kepada perusahaan budi daya perikanan di Cianjur yang membuang limbah hasil produksinya ke sungai tanpa pengolahan untuk membangun sistem akuaponik sebagai salah satu alternatif pengolahan limbah tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Masyarakat sekitar juga diedukasi untuk mencontoh pembuatan sistem akuaponik di rumah untuk mengurangi polutan yang mencemari DAS Citarum. Dengan demikian, masyarakat dapat menggunakan airnya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan yang telah dicapai yaitu memasang instalasi akuaponik (hidroponik) di kawasan budi daya perikanan Cianjur.
Masyarakat telah diimbau untuk mencontoh apa yang telah dibangun sehingga dapat diaplikasikan pada skala rumah tangga untuk meminimalkan pencemaran sungai dari limbah organik. Data yang diperoleh dari kegiatan ini dapat digunakan untuk kegiatan bioremediasi sehingga air olahan yang dihasilkan meningkat kualitasnya dan dapat dimanfaatkan masyarakat luas.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, ada beberapa kendala yang ditemui. Salah satunya adalah jadwal kerja/operasional perusahaan yang harus disesuaikan oleh peneliti sehingga tidak mengganggu operasional kantor. Selain itu, kondisi iklim lingkungan Cianjur yang kurang sesuai untuk pengembangan hidroponik (tanaman kurang subur). Oleh karena itu, harus diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Cara Kerja Teknologi
1. Survei awal
Survei dilakukan pertama kali pada awal bulan Mei, kegiatan kunjungan ke perusahaan di antaranya menentukan lokasi pemasangan instalasi dan pengukuran kondisi awal limbah
2 Uji coba aplikasi floating matt pada outlet keluaran
Survei kedua yaitu uji coba penggunaan floating matt dengan menggunakan tanaman yang sudah jadi untuk mengukur tingkat toksisitas limbah terhadap tanaman.
3 Pemasangan instalasi akuaponik di efluen kolam ikan
Instalasi akuaponik dipasang dengan sistem NFT menggunakan talang sebagai media aliran air. Setelah terpasang, beberapa tanaman yang sudah disemai ditempatkan ke dalam lubang- lubang hidroponik.
4 Penyemaian tanaman sebagai stok
Benih tanaman disemai di atas rockwool kemudian ditempatkan pada floating matt agar dapat menarik nutrisi yang berasal dari limbah ikan.
5 Workshop akuaponik
Pemberian materi dan penjelasan kepada masyarakat sekitar serta karyawan perusahaan dan pemiliknya tentang penggunaan akuaponik dalam skala yang lebih sederhana. Masyarakat meninjau sistem hidroponik yang dibangun.
Pro duk Kreatif dari Sampah Plastik 12
Meirina Triharini, Ph.D.
Dr. Arianti Ayu Puspita, Prananda Luffiansyah Malasan, Ph.D.
KK Manusia dan Desain Produk Industri Fakultas Seni Rupa dan Desain
Masyarakat Desa Cinangsi didorong untuk dapat mengolah sampah “anorganik” secara mandiri dan memberikan nilai tambah ekonomi pada sampah yang telah diolah kembali dengan teknologi yang sederhana. Pada penyerahan alat pencacah sampah plastik dan oven tim juga melakukan workshop untuk praktik pembuatan produk yang berbahan sampah plastik yang diikuti oleh warga.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Sampah “Anorganik”
Desa Cinangsi, Kab. Cianjur, Jawa Barat memiliki sebuah tempat pembuangan sementara (TPS) yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat sekitar. Kemunculan TPS ini diinisiasi oleh ketua RT setempat sebagai respons dari penyuluhan dan pembinaan program PM ITB terdahulu agar masyarakat tidak membuang sampah di kali. Sampah “anorganik” sejumlah rata-rata 4 kuintal per minggu yang berasal dari setiap RT. Dulu sampah tersebut hanya dibuang langsung ke kali dan menyebabkan airnya menjadi dangkal serta kotor sehingga tidak lagi dapat dimanfaatkan untuk mencuci dan mandi.
Masyarakat Kampung Tarikolot sudah terbiasa untuk membagi sampah ke jenis organik dan “anorganik”. Sampah organik ada yang diolah menjadi pupuk, ada juga yang dibuang secara langsung. Sementara, sampah “anorganik” dikumpulkan oleh petugas yang
ditunjuk oleh RT dengan menggunakan gerobak kecil. Pengumpulan sampah dilakukan pada hari Selasa dan Sabtu setiap minggunya. Sampah “anorganik” dikumpulkan oleh petugas dan dibawa ke TPS.
Dari sampah “anorganik” yang dikumpulkan tersebut petugas akan memilah-milah lagi mana sampah yang dapat dimanfaatkan kembali seperti botol plastik, botol kaca, dan sampah plastik yang sudah sangat kotor dan rusak sehingga tidak mungkin untuk dimanfaatkan. Sampah plastik dan kaca yang dapat dimanfaatkan kembali pun pada akhirnya dijual kepada pengepul karena petugas dan masyarakat tidak dapat mengolahnya sendiri.
Di sisi lain, sampah plastik yang sudah telanjur kotor dan tidak bisa dijual kemudian semakin lama makin menumpuk. Akhirnya kepala RT memutuskan untuk membuat pembakaran karena khawatir sampah makin menumpuk dan menimbulkan masalah baru.
Cara Kerja Teknologi/Pendekatan
1. Melakukan survei awal untuk mengetahui jenis sampah “anorganik” yang belum terkelola di Desa Cinangsi.
2. Memetakan permasalahan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat setempat untuk mencari tahu kemungkinan berbagai arah penyelesaian permasalahan yang paling berdampak positif pada masyarakat.
3. Pembuatan atau perancangan produk pengolah sampah “anorganik” dan atau produk kreatif dari sampah “anorganik” yang dapat diproduksi dan dikelola oleh masyarakat setempat.
4. Penyerahan dan kepada masyarakat pelatihan untuk mengolah sampah “anorganik”.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan ini bertujuan untuk mencari solusi penanganan sampah “anorganik” yang belum terselesaikan bagi masyarakat Kampung Tarikolot.
Target dari kegiatan ini adalah pemberdayaan bagi masyarakat Desa Cinangsi untuk dapat mengolah sampah anorganiknya secara mandiri dan memberikan nilai tambah ekonomi pada sampah yang telah diolah kembali dengan teknologi yang sederhana.
Kegiatan penyerahan alat pencacah sampah plastik dan oven dilakukan pada 28 November 2022. Pada saat penyerahan alat, tim melakukan workshop untuk praktik pembuatan produk yang berbahan sampah plastik yang diikuti oleh warga Kampung Tarikolot.
Tahapan Kegiatan:
1. Riset lapangan terkait pengolahan sampah plastik di Desa Cinangsi melalui wawancara dan observasi.
Daur Pemberdayaan Masyarakat
3. Pelatihan desain dan pengembangan produk berbahan plastik daur ulang dengan tahapan sbb:
- Pemilahan sampah plastik berdasarkan jenis dan membersihkannya.
- Penghancuran plastik dengan jenis yang sama menggunakan alat penghancur.
- Mencampur potongan plastik dengan limbah serbuk kayu sebagai bahan pengikat.
- Melelehkan campuran plastik dan serbuk kayu
Daur Pemberdayaan Masyarakat
menggunakan oven listrik dan nampan aluminium sebagai cetakan.
- Mendinginkan lelehan plastik dan melepaskan dari cetakan.
- Membentuk dan menghaluskan plastik yang telah dicetak menggunakan ampelas listrik.
- Memasang dudukan plastik pada rangka bangku menggunakan bor dan baut.
- Finishing produk. ***
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Prof. Mindriany Syafila, Ph.D.
Merupakan Ketua Satuan Tugas ITB untuk Citarum Harum periode 20182022. Tergabung dalam Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB. Ia menyelesaikan studi sarjana dan masternya di ITB serta meraih gelar doktor dari Victoria University of Manchester (University of Manchester Institute of Science and Technology/UMIST).
Dr. Yuli Setyo Indartono
Merupakan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB sejak tahun 2021. Tergabung dalam Kelompok Keahlian Ilmu dan Rekayasa Termal, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB. Ia menyelesaikan studi sarjana dan master di ITB, sedangkan gelar doktor diperolehnya dari Kobe University, Jepang
Dr. Qomarudin Helmy
Mengisi posisi Ketua Satgas ITB untuk Citarum Harum 2023. Tergabung dalam Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB. Ia menyelesaikan studi master dan doktor di ITB. Ia aktif terlibat dalam pengabdian kepada masyarakat yang mendukung program Citarum Harum, seperti pelatihan pengolahan air sederhana dan pengolahan limbah cair industri dengan pendekatan good WWTP operational
Daur Pemberdayaan Masyarakat
Deny Willy Junaidy, Ph.D.
Mengemban amanah sebagai Sekretaris Bidang Pengabdian kepada Masyarakat, LPPM ITB, ia secara langsung bertanggung jawab atas pelaksanaan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi yang diharapkan berdampak langsung pada masyarakat. Ia menyelesaikan studi sarjana dan magister di ITB, sedangkan pendidikan S-3 dijalani di Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST), Jepang, dan kini tergabung dalam Kelompok Keahlian Manusia dan Ruang Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB.
Mohammad Farid, Ph.D.
Menjabat sebagai Sekretaris Bidang Umum, LPPM ITB. Tergabung dalam Kelompok Keahlian Teknik Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB. Ia menyelesaikan studi sarjana dan masternya di ITB. Sementara pendidikan S-3 ia tempuh di Tohoku University, Jepang.
Dr.rer. nat. Rino Rakhmata Mukti
Menjabat sebagai Sekretaris Bidang Penelitian LPPM ITB sejak 2020. Tergabung dalam Kelompok Keahlian Kimia Anorganik dan Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB. Ia menempuh pendidikan sarjana di ITB. Sementara, pendidikan S-2 dan S-3 di Universiti Teknologi Malaysia dan Technische Universitat Munchen, Jerman. Penelitiannya mengenai materi zeolit membawanya meraih beberapa penghargaan bergengsi.