Volume 011
November 2021
Pada umur kampus Ganesha yang sudah melampaui 100 tahun, beribu karya ipteks telah mewarnai kemajuan bangsa dan masyarakat. Karya-karya tepat guna ini dimanfaatkan, dirawat, dan diandalkan oleh masyarakat. Melalui penerbitan TERAP, Buletin Bulanan Pengabdian Masyarakat LPPM ITB, cerita para ilmuwan dan akademisi yang mengabdikan ilmunya bagi masyarakat dituangkan dalam narasi populer agar terus terhubung dengan masyarakat lebih luas, untuk makin membuka pintu lebar-lebar, membumi, menjejak di masyarakat. Selamat membaca!
TERAP: ITB untuk Masyarakat
Buletin Bulanan Pengabdian Masyarakat LPPM ITB
Volume 011 / November 2021
Diterbitkan oleh LPPM-ITB
LPPM ITB lppm_itb
LPPM ITB
011 Buletin TERAP
November 2021
Kembaran Digital untuk Pertanian
Internet of things (IoT) seperti membangun digital twins atau kembaran digital. Setiap benda di dunia nyata dibangun kembarannya di dunia maya. Transformasi ke dunia maya ini memungkinkan pembuatan sebuah sistem cerdas sebagaimana kemampuan manusia. Sistem cerdas ini mempunyai kemampuan berkomunikasi dan menganalisis.
Teknologi mulai banyak dimanfaatkan untuk peningkatan hasil pertanian. Jika sebelumnya banyak dikembangkan riset soal otomasi pertanian, kini mulai beranjak pada pemanfaatan internet of things (IoT) untuk peningkatan hasil pertanian. Peneliti ITB mengembangkan teknologi berbasis IoT yang mampu mengontrol parameter fisis pada budi daya tanaman pakcoy dengan sistem pertanian hidroponik.
Tanaman pakcoy (Brassica rapa subsp. Chinensis) merupakan salah satu sayuran yang paling digemari masyarakat Indonesia. Pakcoy banyak dibudidayakan melalui pertanian hidroponik. Tingginya permintaan, selain membuka peluang bisnis juga menuntut produksi yang optimal, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. 1
Tanaman pakcoy (Brassica rapa subsp. Chinensis) merupakan salah satu sayuran yang paling digemari masyarakat Indonesia. Pakcoy banyak dibudidayakan melalui pertanian hidroponik. Tingginya permintaan, selain membuka peluang bisnis juga menuntut produksi yang optimal, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Studi otomasi pertanian hidroponik sebelumnya sudah banyak dikembangkan. Kini studi mulai dikembangkan dengan penggunaan machine learning sehingga korelasi antara parameter dan hasil panen bisa terlihat jelas. Inilah yang dikembangkan oleh Drs. Maman Budiman, M.Eng., Ph.D. dari Kelompok Keahlian Instrumentasi dan Komputasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama timnya.
Ia menjelaskan, IoT merupakan basis teknologi pada Revolusi Industri 4.0 sebagai kelanjutan otomasi dan komputer yang menjadi ciri khas Revolusi Industri 3.0. "Kalau IoT bergerak pada sistem dunia maya. Setiap benda akan dikonversi di dunia maya. IoT sebenarnya adalah membangun digital twins, membangun kembaran. Setiap benda di dunia nyata dibangun kembarannya di dunia maya. Kalau sudah ada kembarannya, kembaran ini saya bisa kendalikan, bisa libatkan dalam berbagai
proses," tutur Maman, Ph.D. saat diwawancara pada Selasa, 9 November 2021.
Transformasi ke dunia maya ini memungkinkan pembuatan sebuah sistem cerdas sebagaimana kemampuan manusia. Sistem cerdas ini mempunyai kemampuan berkomunikasi dan analitis. Kemampuan itu berasal dari big data yang dikumpulkan selama riset. Seluruh data yang terkumpul dianalis menggunakan learning machine.
"Kalau otomasi datanya menggunakan data sekarang. Misalnya ketika suhu naik, maka harus diturunkan. Tidak menganalisis data sebelumnya. Sementara, IoT akan menganalisis data historisnya untuk membangun pengetahuan. Kalau IoT harus ada big data sehingga bisa mengetahui korelasi antarkomponen, antarvariabel, parameter sehingga dengan pengetahuan yang cukup, maka proses kontrolnya bisa lebih cerdas," tuturnya.
Maman, Ph.D. sengaja menggunakan kebun hidroponik untuk komersial sebagai objek penelitiannya, bukan menggunakan instalasi hidroponik skala laboratorium. Harapannya, sistem yang dihasilkan benar-benar bisa digunakan oleh petani hidroponik untuk meningkatkan produksinya. Penelitian ini dilakukan di kebun hidroponik Blessing Farm, Kota Bandung. 2
Ia menjelaskan, ada empat parameter fisis yang
oleh
dikendalikan
membentuk
pada
budi
daya
tanaman
pakcoy
machine
learning.
model
Hasil
sistem
analisisnya
hidroponik
akan
terbaik
di
dengan sistem hidroponik tertutup, yaitu cahaya,
lokasi itu. Korelasi antara setiap parameter dan
temperatur, kelembapan, dan TDS (total dissolved
pertumbuhan tanaman diketahui dari lebar daun
solids). Cahaya memengaruhi proses fotosintesis.
pakcoy menggunakan image processing.
Jumlah
cahaya
yang
tepat
akan
memberikan
pertumbuhan yang optimal. Intensitas cahaya akan
Penelitian kali ini fokus pada pengumpulan data
memengaruhi
sebanyak-banyaknya.
Kelembapan
temperatur menunjukkan
dan jumlah
kelembapan. uap
air
yang
semakin
cerdas
Semakin
sistem
yang
banyak
data,
dihasilkan.
"Untuk
ditahan udara pada suhu tertentu. Sementara, TDS
kelengkapan data ini butuh setahun. Variasi yang
merupakan ukuran kandungan gabungan terlarut
didapat
dari semua zat anorganik dan organik yang ada
variabel yang berubah-ubah," tuturnya.
dalam
cairan
nutrisi.
Konsentrasi
larutan
selama
setahun
cukup
untuk
mewakili
ketika
kelebihan pupuk membuat pertumbuhan lambat
Maman,
dan
lanjutan yang memungkinkan dilakukan intervensi
saat
kekurangan
pupuk
akan
memengaruhi
kualitas pakcoy.
Ph.D.
akan
mengembangkan
penelitian
pada variabel input. Dengan demikian, sistem ini bisa membuat model yang spesifik untuk berbagai
Teknologi IoT digunakan untuk membangun model
jenis tanaman dan lokasi. "Saya bisa memengaruhi
yang menentukan kombinasi faktor terbaik yang
variabel
memberikan pertumbuhan tanaman pakcoy yang
mendapatkan produksi yang selalu optimal. Jadi,
optimal.
ada
"Kami
parameter sudah
fisis
tahu
mengamati ini
bagaimana
terhadap
parameter
dampak
produksinya.
fisis
itu
Kalau
input,
feedback
nutrisi,
hasil
temparatur,
dari
sehingga
machine
kita
learning,"
ujarnya.***
pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman, ke depan kita bisa mengendalikan produksinya," tutur Maman, Ph.D.
Pada
riset
ini
dipasang
sensor-sensor
yang
mengumpulkan data-data dari semua parameter. Data-data tersebut dikumpulkan untuk dianalisis 3
Buletin TERAP
011 November 2021
Demokratisasi Drone untuk Masyarakat Berdaya
Drone biasa digunakan untuk pemetaan udara. Citra udara dari drone bisa digunakan untuk mengenali suatu wilayah sehingga bisa dipetakan apa potensi dan bahaya yang mengancam wilayah tersebut. Dalam manajemen kebencanaan, drone bisa digunakan untuk memantau lokasi yang terdampak. Pendeknya, drone menyediakan data yang lebih baik. Masyarakat kini sudah tidak asing lagi dengan drone. Pesawat tanpa awak yang dikendalikan jarak jauh ini banyak digunakan untuk mendapatkan foto maupun video dari ketinggian. Meski sudah banyak yang merasakan manfaat teknologi ini, tidak semua orang bisa mengaksesnya karena harganya mahal. Tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) mendampingi masyarakat untuk membuat drone berbiaya rendah yang bisa dimanfaatkan untuk pemantauan lingkungan.
Harga jual drone di pasaran memang bergantung pada fitur yang ditawarkan. Semakin canggih fiturnya dan semakin baik foto maupun video yang dihasilkan, harganya semakin mahal. Drone dengan kualitas bagus bisa dibanderol Rp 10-Rp 30 juta. Harga yang tidak bersahabat ini membuat drone baru bisa diakses oleh masyarakat perkotaan dengan kemampuan ekonomi yang cukup, maupun institusi mapan seperti kampus. 4
"Saya
melihat,
ada
banyak
anak
muda
yang
Dari
sana
terlahir
ngoprek. Sayangnya, teknologi seperti ini masih
membutuhkannya. Salah satunya ialah komunitas
bias
yang
perguruan
tinggi
atau
kebetulan
bergerak
teman
pemantauan
komunitas dan aktivis yang tidak punya akses ke
menjalankan
teknologi
"Dulu
punya
pendidikan
yang
seperti
demokratisasi
cukup.
ini.
Kalau
keilmuan
Banyak
bahasa
bisa
saya,
menyebarkan
di
mereka
berhari-hari.
ke
Dwicaksono,
Adenantera, Ph.D.
Keahlian
Ph.D.
Pengelolaan
Pengembangan
dari
Kelompok
Pembangunan
Kebijakan
Sekolah
Selama
ini
ini
mereka
masih
harus
jalan
akan
dan
konvensional.
Wayang
hujan,
yang
bencana
secara
Gunung
Belum drone
komunitas
mitigasi
aktivitasnya
Teknologi
M.Ds.,
bidang
wilayah.
teknologi ini," kata Ketua Tim Peneliti Adenantera S.T.,
kepada
mendekatkan
teknologi
dan
ini
untuk
antusias dengan teknologi, piawai coding, dan suka
kota
drone
gagasan
jalan
berlumpur.
membantu,"
tutur
dan
Arsitektur,
Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan ITB.
Lewat
kegiatan
pengabdian
masyarakat,
tim
peneliti membuat prototipe drone yang nantinya bisa dirakit sendiri oleh masyarakat. Pembuatannya
Dalam tim ini, Adenantera Ph.D. bersama dengan
menggunakan
Augie Widyotriatmo, Ph.D. dari KK Instrumentasi
ditemukan di pasaran, tanpa harus impor. Sebagian
dan Kontrol yang memimpin untuk pengembangan
lagi dicetak dengan bantuan printer 3D. Perangkat
teknologi drone, dan Deni Suwardhi, Ph.D. dari KK
keras dan lunaknya semua memanfaatkan sumber
Inderaja dan Sains Informasi Geografis
terbuka
(open
komunitas Drone Citra
biasa udara
digunakan dari
drone
untuk
pemetaan
udara.
bisa
digunakan
untuk
bahan-bahan
bisa
source).
yang
mudah
"Harapannya
mengembangkan
nanti
sendiri
dan
menyesuaikan dengan kebutuhannya," ujarnya.
mengenali suatu wilayah sehingga bisa dipetakan
Drone
apa potensi dan bahaya yang mengancam wilayah
Citra
tersebut. Dalam manajemen kebencanaan, drone
mengenali suatu wilayah sehingga bisa dipetakan
bisa
yang
apa potensi dan bahaya yang mengancam wilayah
terdampak. Pendeknya, drone menyediakan data
tersebut. Dalam manajemen kebencanaan, drone
yang lebih baik. Dengan teknologi, masyarakat bisa
bisa
memiliki data-data ini. Tidak lagi mengandalkan
terdampak. Pendeknya, drone menyediakan data
data dari pemerintah.
yang lebih baik. Dengan teknologi, masyarakat bisa
digunakan
untuk
memantau
lokasi
biasa udara
digunakan dari
digunakan
drone
untuk
untuk
pemetaan
udara.
bisa
digunakan
untuk
memantau
lokasi
yang
5
memiliki data-data ini. Tidak lagi mengandalkan data dari pemerintah.
Dari sana terlahir gagasan untuk mendekatkan teknologi drone ini kepada komunitas yang membutuhkannya. Salah satunya ialah komunitas yang bergerak di bidang mitigasi bencana dan pemantauan wilayah. Selama ini mereka masih menjalankan aktivitasnya secara konvensional. "Dulu mereka ke Gunung Wayang harus jalan berhari-hari. Belum hujan, jalan berlumpur. Teknologi drone ini akan membantu," tutur Adenantera, Ph.D.
Lewat kegiatan pengabdian masyarakat, tim peneliti membuat prototipe drone yang nantinya bisa dirakit sendiri oleh masyarakat. Pembuatannya menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan di pasaran, tanpa harus impor. Sebagian lagi dicetak dengan bantuan printer 3D. Perangkat keras dan lunaknya semua memanfaatkan sumber terbuka (open source). "Harapannya nanti komunitas bisa mengembangkan sendiri dan menyesuaikan dengan kebutuhannya," ujarnya.
Ia berharap, penguasaan teknologi seperti ini akan membuat masyarakat lebih berdaya. Kemampuan mitigasi dan respons tanggap darurat saat terjadi bencana bisa dilakukan oleh masyarakat sendiri, tidak mengandalkan pemerintah sepenuhnya. Pada Drone yang dibuat menggunakan single board banyak kejadian bencana, kemampuan masyarakat computer Raspberry Pi. Jika dilihat dari lah yang menjadi kunci keberhasilan.
kelengkapannya, drone ini sudah lengkap, termasuk kameranya. Saat diuji, prototipe drone ini "Masyarakat yang didorong oleh aktivis lokal mampu terbang 10-15 menit dengan ketinggian semakin punya skill untuk mendeteksi bencana. hingga 26 meter. Secara kemampuan hanya beda Kalau ini bisa terbentuk dengan sistem yang tipis dengan drone komersial. Kekurangannya terintegrasi, kesiapan masyarakat jadi lebih baik. hanya ukurannya yang lebih besar dan lebih berat Mereka bisa mengantisipasi dan mengonsolidasi dibandingkan drone komersial generasi terakhir sebelum terjadi bencana," ucapnya.***
yang ada di pasaran. Hal itu tidak mengurangi kemampuan drone dengan harga yang jauh lebih rendah dari produk yang ada di pasaran.
Adenantera, Ph.D. mengatakan desain dan teknologi pada drone ini dibuat terbuka sehingga bisa diduplikasi dan dikembangkan oleh masyarakat sendiri. Tim ITB sendiri akan melatih warga agar bisa memanfaatkan teknologi ini secara optimal. Rencananya, pelatihan akan digelar pada pertengahan November ini. Tim ITB menyiapkan buku panduan pengoperasian drone serta pengolahan citra udara yang bisa dijadikan pegangan oleh masyarakat. 6
011 Buletin TERAP
November 2021
Menggemukkan ‘Rasio Konversi Pakan’ Ayam
Daging ayam merupakan sumber protein favorit masyarakat Indonesia. Sayangnya, potensi yang demikian besar tidak serta-merta mampu meningkatkan kesejahteraan peternak ayam broiler yang kebanyakan dijalankan dalam skala kecil. Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan model matematis yang mampu mengoptimalkan waktu panen ayam broiler. Pemanfaatan teknologi internet of things (IoT) diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan peternak ayam. Pada tahun 2021, diperkirakan kebutuhan daging ayam di Indonesia mencapai 3,19 juta ton atau setara dengan 2,7 miliar ekor ayam hidup. Potensi yang sangat besar ini harus ditangkap dengan baik agar memberi keuntungan bagi peternak. Selama ini peternak tidak cukup efektif sehingga sulit meningkatkan keuntungan. Hasil yang didapatkan hanya tersisa sedikit untuk menutup semua ongkos operasional peternakan. Lewat teknologi, tim peneliti ITB berupaya membangun peternakan ayam yang efisien. Semakin efisien, semakin banyak keuntungan yang bisa dinikmati petani.
Ketua Tim Peneliti ITB Mohammad Mi'radj Isnaini, S.T., M.T., Ph.D. dari Kelompok Keahlian Sistem Manufaktur Fakultas Teknologi Industri menjelaskan, kebanyakan peternak ayam tidak mendapatkan 7
tidak mendapatkan keuntungan yang optimal karena mereka tidak langsung menjual ayam ke pasar. Para peternak biasanya sudah bekerja sama dengan pihak lain.
Perusahaan ini yang menentukan waktu dan jumlah ayam yang dipanen. Peternak tidak mempunyai posisi tawar untuk menentukan waktu panen yang paling menguntungkan untuk mereka. Sementara, peternak harus menutupi semua biaya operasional pemeliharaan ayam, mulai dari kandang, pakan, obat dan vaksin, penjarangan, juga menentukan ayam mana saja yang sudah bisa dipanen untuk memenuhi permintaan.
Bersama timnya, ia mengembangkan sebuah sistem yang memungkinkan peternak ayam bisa menentukan waktu panen terbaik. Sistem itu dibangun lewat pemodelan matematika dan IoT. Penelitian ini dilakukan di Desa Cikareo, Kecamatan Cileles, Kabupaten Lebak, Banten. Penelitian ini rencananya dilakukan selama dua tahun dimulai awal 2021. Pada tahun pertama, penelitian fokus pada pembuatan model matematika yang memanfaatkan data-data historis peternakan ayam di lokasi tersebut. Di Desa tersebut terdapat 30 peternak yang masing-masing memiliki setidaknya 50.000 ekor ayam.
"Selama ini (dalam mengelola peternakannya) mereka tidak pernah menghitung, formula saja tidak ada. Kami membuat modelnya, memperhitungkan semua faktor dikaji secara matematis," ujarnya.
"Kalau peternak bisa memprediksi dengan lebih baik, katakanlah perusahaan bilang akan memanen pada hari ke-10 sebanyak 5.000 ekor. Ternyata secara data dan pemetaan IoT yang terbaik sehari setelahnya, jadi bisa bilang tunggu deh sehari lagi. Ini margin keuntungannya lumayan. Harapannya Selanjutnya pada tahun kedua, akan dipasang peternak jadi punya posisi tawar," tutur Isnaini, sensor-sensor di kandang sehingga mendapatkan Ph.D. data langsung secara lebih detail. Semakin data yang didapatkan, semakin baik analisis yang bisa dilakukan. Sensor tersebut untuk melihat kelembapan dan suhu di kandang. Dengan IoT, data bisa dipantau terus-menerus.
Isnaini, Ph.D. menjelaskan, peternak belum mempunyai metode khusus dalam memprediksi keuntungan ketika ayam dipanen. Hal itu membuat keuntungan yang didapat tidak maksimal. Bisa jadi, ayam dipanen tidak di waktu terbaiknya. Penentuan waktu panen ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan data feed conversion ratio (FCR) atau rasio konversi pakan.
"Ibaratnya, kalau kita diberi makan sepiring berapa yang menjadi berat? FCR ini bisa dikendalikan dengan mengendalikan lingkungan. Kalau temperatur kandang terlalu dingin, yang tumbuh itu bulunya, bukan dagingnya. Kelembapan, aliran udara, kandang yang terlalu kotor akan berpengaruh juga. Pada kondisi lain, FCR ini stagnan, kalau diberi pakan berlebih beratnya stagnan, jadi akan rugi di ongkos pakan," tuturnya.
Biaya pakan ternak menghabiskan porsi terbesar dalam operasional peternakan ayam, sekitar 65-75 8
persen dari keseluruhan biaya produksi. Berat ayam yang dipanen akan memengaruhi jumlah keuntungan peternak. Semakin berat jumlah ayam yang dipanen, semakin besar pula pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan.
Perusahaan biasanya juga memberi bonus FCR. Besarannya didapat dari hasil bagi antara berat makanan dan berat ayam. Semakin kecil nilai FCR, semakin efisien konversi pakan ternak serta semakin besar pula bonus yang akan diperoleh. Artinya, makanan bagi ayam untuk mengalami kenaikan berat badan harus semakin sedikit.
Tim peneliti ITB membantu peternak untuk mengoptimalkan waktu panen ayam broiler berdasarkan hasil prediksi perolehan keuntungan. Data FCR digunakan untuk memprediksi pertumbuhan berat badan harian ayam yang akan berpengaruh terhadap harga jual ayam. Dengan mempertimbangkan biaya makanan dan pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan berdasarkan pertambahan berat badan ayam per hari, dapat dilakukan perhitungan untuk memperkirakan besar keuntungan yang diperoleh peternak setiap harinya selama masa pemeliharaan. Perkiraan besar keuntungan tersebut menjadi dasar dalam menentukan waktu panen terbaik yang mampu memberikan keuntungan maksimum.
Model matematika yang telah dikembangkan kemudian diterapkan untuk menghitung keuntungan pada permintaan panen ayam sebanyak 5.000 ekor ketika ayam mencapai usia 14 hari. Ternyata berdasarkan hasil perhitungan, keuntungan maksimum dapat diperoleh dengan menunda waktu panen selama satu hari atau panen dilakukan ketika ayam berusia 15 hari. Penundaan itu diperkirakan mampu meningkatkan perolehan keuntungan hampir Rp 35 juta atau 13% dari besar keuntungan yang diperoleh apabila waktu panen ayam disesuaikan dengan permintaan pembeli.
Membangun sebuah sistem yang efisien merupakan tantangan bagi peneliti teknologi industri. Pemeliharaan ayam, seolah bukan ranah teknologi industri, apalagi Kelompok Keahlian Manufaktur. Tak bisa dimungkiri, peternak ayam banyak yang mengelola usahanya secara tradisional
dengan pengetahuan turun-temurun. "Kalau kita bisa kendalikan pakannya, anak ayamnya, sampai kandangnya, ini disebut industri," tuturnya.
Bagi Isnaini, Ph.D., persoalan yang dihadapi masyarakat seperti peternak ayam broiler di Banten ini bisa diselesaikan dengan ilmu yang dikembangkan di kampus. Ia berharap, penelitian yang dia kembangkan bersama timnya mampu meningkatkan kesejahteraan peternak ayam broiler. Penelitian ini bisa memberi daya tawar untuk peternak sehingga tercipta ruang untuk meningkatkan keuntungan.***
9
011 Buletin TERAP
November 2021
Belajar Asyik dengan Bercerita Gambar Rupa
Gambar rupa biasa digunakan pada gambar-gambar prasejarah, relief candi, juga gambar yang dibuat oleh anak. Elemen dasar pada gambar rupa ialah imaji representatif atau deskriptif. Gambar yang ditampilkan memang merujuk pada benda yang dimaksud, bukan dimaksud sebagai kiasan atau simbolik. Cerita dalam gambar tersebut ditunjukkan lewat komposisinya. Terdapat sekuens gambar untuk menuturkan cerita. Ini yang terlihat pada relief candi. Upaya mencari media pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan konten-konten edukasi anak tak henti-henti dilakukan. Gambar rupa menjadi salah satu media pembelajaran visual yang sedang dikembangkan oleh para peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB). Menggabungkan gambar rupa dengan kamishiba rupanya bisa menciptakan metode pembelajaran interaktif bagi anak. Anak tidak hanya mendengar cerita dan menikmati visual yang ditampilkan, tetapi juga terlibat dalam menginterpretasikannya.
Dr. Alvanov Zpalanzani Mansoor, S.T., M.M. dari Kelompok Keahlian Visual dan Multimedia Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB menggunakan bahasa rupa untuk digunakan sebagai media pembelajaran 10
media pembelajaran visual yang disampaikan dengan teknik mendongeng asal Jepang, kamishiba. Bahasa rupa merupakan penyampaian pesan lewat gambar yang sifatnya representatif. Informasi yang disampaikan sesuai dengan gambar yang ditampilkan. Bukan informasi yang tersembunyi dalam gambar atau subliminal. Jika kata terangkau menjadi bahasa kata, gambar terungkap sebagai bahasa rupa. "Prinsipnya bukan gambar untuk keindahan, tetapi bagaimana agar gambar ini dimengerti oleh audiens. Seperti peta di undangan pernikahan. Kan tidak harus jago gambar yang membuat petanya, yang penting bagaimana peta itu bisa dipahami," tutur Dr. Alvanov.
Gambar rupa biasa digunakan pada gambargambar prasejarah, relief candi, juga gambar yang dibuat oleh anak. Elemen dasar pada gambar rupa ialah imaji representatif atau deskriptif. Gambar yang ditampilkan memang merujuk pada benda yang dimaksud, bukan dimaksud sebagai kiasan atau simbolik. Cerita dalam gambar tersebut ditunjukkan lewat komposisinya. Terdapat sekuens gambar untuk menuturkan cerita. Ini yang terlihat pada relief candi.
Gambar rupa ini kemudian disampaikan kepada anak dengan teknik kamishiba. Dalam bahasa Jepang, kamishiba berarti kertas drama. Masyarakat Jepang menjadikan dongeng sebagai sarana untuk menyampaikan kebaikan. Mereka menggunakan
kertas-kertas yang ditampilkan seperti slide. Kertas tersebut berisi gambar. Biasanya menggunakan gambar sekuens atau berlapis.
Inilah yang kemudian menjadi gagasan utama riset yang dikembangkan Dr. Alvanov dan timnya. Pesan atau konten edukatif anak diwujudkan dalam gambar rupa, kemudian disampaikan dengan teknik kamishiba. "Saat saya tunjukkan ke Sekolah Alam Depok, mereka tertarik untuk melanjutkan program ini," ujarnya. Melalui pendanaan dari LPPM ITB, lahirlah kolaborasi antara ITB dan Sekolah Alam Depok untuk membuat media pembelajaran visual ini. Bersama-sama dengan guru-guru, mereka membuat tema cerita yang akan dibuat visualnya. Guru-guru terbagi menjadi lima tim yang akhirnya menghasilkan lima cerita dengan tema beragam, antara lain tentang penularan penyakit demam berdarah, cerita cengkih, kisah badak, peredaran darah, dan kehidupan laut. Dari cerita tersebut dibuatkan gambar visualnya dengan teori gambar rupa oleh mahasiswa ITB.
Dr. Alvanov menjelaskan, dalam teknik kamishiba, cerita yang disampaikan memiliki lapisan. Nantinya, guru akan menceritakan cerita utama. Pada gambar visualnya sebenarnya ada cerita sampingan yang masih ada hubungannya dengan cerita utama. Di sinilah nantinya siswa mempunyai ruang untuk mengeksplorasi cerita sampingan itu. "Dalam kamishiba ada dua pola, yaitu cerita utama yang berisi inti cerita dan yang kedua untuk berinteraksi dengan murid. Murid diajak untuk melihat cerita lain yang ada pada gambar. Guru bisa menanyakan, apa lagi yang dilihat di gambar itu sehingga anak akan ikut bercerita," katanya.
Agar lebih mudah diterima anak-anak, cerita yang disampaikan menggunakan binatang sebagai tokoh utamanya. Penelitian menuunjukkan, tokoh fabel membuat anak-anak merasa dekat dengan esensi cerita ketimbang menggunakan tokoh anak-anak. Lewat tokoh binatang itu, anak justru bisa merefleksikan dirinya. Untuk menguji metode pembelajaran ini, dibuat kompetisi kecil untuk melihat apakah anak-anak memberi respons seperti yang diharapkan. Cerita yang sudah disusun dan digambar visualnya dituturkan oleh anak kemudian direkam. "Hasilnya menarik, anak bisa 11
menginterpretasikan kisah seperti yang kami harapkan," katanya. Cerita disampaikan dengan mengaitkannya dengan keseharian. Anak juga bisa menggali cerita lain terkait yang disampaikan dalam gambar tersebut. Cerita-cerita yang disusun secara kolaboratif tersebut kini sedang didaftarkan hak cipta bersamanya.
kamishiba. "Saat saya tunjukkan ke Sekolah Alam Depok, mereka tertarik untuk melanjutkan program ini," ujarnya. Melalui pendanaan dari LPPM ITB, lahirlah kolaborasi antara ITB dan Sekolah Alam Depok untuk membuat media pembelajaran visual ini.
Bersama-sama dengan guru-guru, mereka membuat tema cerita yang akan dibuat visualnya. Guru-guru terbagi menjadi lima tim yang akhirnya menghasilkan lima cerita dengan tema beragam, antara lain tentang penularan penyakit demam berdarah, cerita cengkih, kisah badak, peredaran darah, dan kehidupan laut. Dari cerita tersebut dibuatkan gambar visualnya dengan teori gambar rupa oleh mahasiswa ITB.
Metode pembelajaran visual dengan metode kamishiba ini, kata Dr. Alvanov, bisa diterapkan untuk berbagai mata pelajaran, bahkan pelajaran agama sekalipun. "Prinsipnya membuat dua lapis informasi. Informasi utama yang disampaikan, lalu informasi yang memperkaya. Pendongengnya bisa siapa saja," ucapnya. Gambar-gambar ini memungkinkan untuk disampaikan pula dalam versi digital. Misalnya dibuat dalam bentuk rekaman video atau slide.
Dr. Alvanov menjelaskan, dalam teknik kamishiba, cerita yang disampaikan memiliki lapisan. Nantinya, Cerita dengan sekuens mengingatkan kita pada guru akan menceritakan cerita utama. Pada gambar komik. Dr. Alvanov merupakan penggila komik. visualnya sebenarnya ada cerita sampingan yang Tidak berhenti sebagai pembaca, ia mendalaminya masih ada hubungannya dengan cerita utama. Di lewat studi-studi yang ia kembangkan dan sinilah nantinya siswa mempunyai ruang untuk mendirikan studio komik. Ia memang menaruh mengeksplorasi cerita sampingan itu.
perhatian pada metode pembelajaran visual seperti komik, game, juga boardgame.
"Dalam kamishiba ada dua pola, yaitu cerita utama yang berisi inti cerita dan yang kedua untuk Ia mengatakan, berbagai kajian telah menyebutkan, berinteraksi dengan murid. Murid diajak untuk komik merupakan media yang efektif untuk melihat cerita lain yang ada pada gambar. Guru menyampaikan pesan tanpa terkesan menggurui. bisa menanyakan, apa lagi yang dilihat di gambar itu sehingga anak akan ikut bercerita," katanya.
"Pembaca jadi merasa nyaman," ujarnya.
Ia optimistis, metode pembelajaran visual lewat gambar seperti komik ini akan terus relevan sampai kapan pun. Mediumnya bisa berkembang seiring perkembangan teknologi, pesan berupa gambar akan terus berkembang hingga akhir zaman. "Namanya belajar dan berkomunikasi dalam konteks pembelajaran bisa pakai media apa pun. Jadi, jangan gerah kalau ada media yang popular, tetapi tidak bagus untuk edukasi misalnya," tutur penggemar komik Si Cerdik Michael dan komik karya R.A. Kosasih ini.***
Agar lebih mudah diterima anak-anak, cerita yang disampaikan menggunakan binatang sebagai tokoh utamanya. Penelitian menuunjukkan, tokoh fabel membuat anak-anak merasa dekat dengan esensi cerita ketimbang menggunakan tokoh anak-anak. Lewat tokoh binatang itu, anak justru bisa merefleksikan dirinya.
Untuk menguji metode pembelajaran ini, dibuat kompetisi kecil untuk melihat apakah anak-anak memberi respons seperti yang diharapkan. Cerita yang sudah disusun dan digambar visualnya Inilah yang kemudian menjadi gagasan utama riset dituturkan oleh anak kemudian direkam. "Hasilnya yang dikembangkan Dr. Alvanov dan timnya. Pesan atau konten edukatif anak diwujudkan dalam gambar rupa, kemudian disampaikan dengan teknik 12
011 Buletin TERAP
November 2021
Solusi Pertanian Terintegrasi dan Data Science
Pencemaran di Sungai Citarum telah menurunkan mutu airnya. Sehingga meski jumlahnya melimpah, air Sungai Citarum tidak cukup baik untuk dimanfaatkan. Perlu upaya untuk memperbaiki mutu air Sungai Citarum agar layak dimanfaatkan masyarakat setempat. Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) menggunakan biosand filter untuk mendukung penyediaan program air bersih bagi masyarakat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.
Melihat masih rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM) juga tingginya angka stunting di Indonesia, termasuk di Lampung, seharusnya ikan mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sumber protein masyarakat. Stunting menunjukkan kondisi gagal tumbuh sehingga anak-anak lebih pendek untuk usianya. Hal itu bisa terjadi karena kekurangan gizi sejak dalam kandungan dan pada masa awal kehidupannya. Stunting bisa dicegah dengan asupan makanan yang bergizi. Ikan sebagai sumber protein yang tinggi seharusnya bisa jadi pilihan makanan bergizi masyarakat. Artinya, kebutuhan masyarakat mengonsumsi ikan bisa ditingkatkan. Peluang ekonominya terbuka lebar bagi peternak ikan.
Akan tetapi, usaha pemeliharaan ikan tidak mudah. Apalagi untuk skala usaha kecil dengan lahan 13
Peternak sering tidak dapat untung. Mereka harus berhadapan dengan tengkulak. Keuntungan didapat dari menekan biaya pakan.
"Peternak ikan ini jualnya ke tengkulak dengan margin kecil. Hanya sekitar Rp 2.000 per kg, tergerus dengan harga pakan yang mahal," kata Ketua Tim Peneliti Acep Purqon, S.Si., M.Si., Ph.D. dari Kelompok Keahlian Fisika Bumi dan Sistem Kompleks Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB.
Situasi sulit itu diperparah dengan pandemi COVID-19 yang mengacaukan rantai pasok. Pembatasan mobilitas menyulitkan peternak memasarkan hasil panennya. Acep mengatakan, kampus mempunyai teknologi dan keilmuan yang bisa dimanfaatkan para peternak ikan agar bertahan juga bertumbuh. Ia menawarkan integrated farming atau pertanian terintegrasi sebagai solusi persoalan ini. Tak hanya itu, Acep juga memperkenalkan data science kepada para peternak ikan di Lampung, terutama Kabupaten Way Kanan. "Data science ini teknologi yang suka tidak suka, kita akan sampai ke sini. Dulu orang kaya itu kalau punya emas. Tapi, sekarang beralih, orang kaya itu orang yang punya data," ujarnya.
Acep menjelaskan, integrated farming yang ditawarkan ini lewat pemanfaatan lahan sempit untuk usaha pemeliharaan ikan. Lahan yang luas semakin sulit didapatkan di area perkotaan. Lahan sempit yang ada di sekitar rumah bisa dimanfaatkan untuk membudidayakan ikan. "Masing-masing peternak diberi desain ukurannya, juga diajari cara pemilihan dan menebar benihnya," ujarnya. Meski ukuran lahannya kecilkecil, jika dilakukan bersama-sama oleh banyak
orang, akan menjadi kekuatan yang besar. Oleh karena itu, usaha ini tak bisa bergerak sendiri. Salah satunya bisa melalui kelompok tani. Selain soal teknik pemeliharaan, peternak ini juga diajari untuk membiasakan diri mencatat. Mencatat aktivitas yang dilakukan. Mencatat ini sebagai usaha untuk mengumpulkan semua data terkait proses pemeliharaan ikan ini. Meski ini terkesan merepotkan, pendataan sangat penting. "Ini yang dilakukan oleh orang Jepang. Mereka punya kebiasaan mencatat. Meski akan ribet, akan menguntungkan," ujarnya. Pencatatan ini dilakukan secara digital pada sebuah sistem yang berbasis internet. Perkembangan internet of things (IoT) memungkinkan data ini terkumpul dan terpantau dari mana saja. Peternak bisa memantau kondisi peliharaannya meski sedang di lokasi yang jauh. Ia mengatakan, sering kali peternak harus berteriak karena harga ikan yang semakin turun. Penurunan harga itu disebabkan pasokan berlebih di pasaran. Seharusnya kondisi seperti itu bisa terpantau jika ada basis data yang baik. "Ini beda dengan bencana yang tidak bisa diprediksi. Kalau ini bisa diprediksi, siapa saja yang menanam itu tiga bulan lalu, seharusnya bisa diketahui. Maka, pendataan ini jadi penting," tuturnya.
IoT juga bisa dimanfaatkan untuk membangun basis daya yang kuat. Aktivitas di sentra-sentra perikanan bisa terpantau. Kelebihan pasokan di pasar bisa dicegah sehingga harga ikan tak dibiarkan melorot. Para peternak ikan di sana juga diperkenalkan dengan market place. Market place akan menambah saluran penjualan ikan. Situasi pandemi membuat orang lebih memilih transaksi tanpa kontak fisik demi keamanan. Dalam hal pakan yang memerlukan biaya tinggi, tim dari ITB memperkenalkan maggot sebagai sumber pakan ternak yang murah, tetapi berkualitas. Maggot didapatkan dari larva lalat tentara hitam (BSF). Acep mengatakan, kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan bisa mempersatukan kekuatan masyarakat. Petani, termasuk peternak, harus mulai menguasai teknologi. Peran perguruan tinggi diperlukan untuk membantu. Apalagi di situasi pandemi yang berdampak besar pada perekonomian. Pendampingan perguruan tinggi akan memberi kekuatan bagi masyarakat untuk memulihkannya.***
13
Kantor LPPM ITB
Gedung CRCS Lt. 6 - 7
Jl. Ganesha No. 10 Bandung
40132 - Jawa Barat, Indonesia
(022) 86010050 / 86010051
lppm@lppm.itb.ac.id
www.lppm.itb.ac.id
LPPM ITB
lppm_itb
LPPM ITB
lppm_itb