Actualization Draft: SDGs Goal 11 Indicator Revision

Page 1

RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PNS, KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

“PENYUSUNAN REKOMENDASI PERBAIKAN INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) NOMOR 11 DI SUB DIREKTORAT PERKOTAAN”

Oleh: LUTHFI MUHAMAD IQBAL, ST NIP : 19940423 201903 1 0004

PESERTA PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN XI NON KEMENTERIAN PERTANIAN

PUSAT PELATIHAN MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA CIAWI – BOGOR 2019


LEMBAR PERSETUJUAN

RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PNS, KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

Judul

: Penyusunan Rekomendasi Perbaikan Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Nomor 11 di Subdirektorat Perkotaan

Nama

: Luthfi Muhamad Iqbal

NIP

: 19940423 201903 1 004

Unit Kerja

: Direktorat Perkotaan Perumahan dan Permukiman Kedeputian Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas

Telah diuji didepan Penguji hari Kamis pada tanggal 23 Mei 2019

Mentor

Pembimbing

Mia Amalia, S.T. M.Si., Ph.D

Dr. Ir. Bambang Budhianto

NIP. 19750326 200003 2 001

NIP. 19610320 198703 1 001

Penguji

Dr. Ir. Widi Hardjono, M.Sc. NIP. 19581201 198703 1 001

ii


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya penulis diberikan kesempatan dan kemampuan dalam menyelesaikan rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS, kedudukan dan peran PNS dalam NKRI pada rangkaian Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Non Kementerian Pertanian tahun 2019. Rasa terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan bimbingan sehingga rancangan aktualisasi ini dapat terselesaikan. Secara khusus, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.

Ibu Mia Amalia, S.T. M.Si., Ph.D, selaku Kepala Subdirektorat Perkotaan yang merupakan atasan langsung dan mentor aktualisasi penulis;

2.

Bapak Dr. Ir. Bambang Budhianto, selaku pembimbing (coach);

3.

Keluarga penulis dan Kolega di Unit Kerja yang selalu memberikan dukungan;

4.

Para Widyaiswara dan segenap jajaran penyelenggara Pelatihan Dasar CPNS di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian;

5.

Rekan-rekan Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Kementerian PPN/Bappenas dan Angkatan XI Non Kementerian Pertanian Tahun 2019. Rancangan aktualisasi ini dibentuk berdasarkan tujuan untuk implementasi

dan habituasi nilai-nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi pada saat melaksanakan tugas. Penulis menyadari bahwa rancangan aktualisasi ini masih banyak kekurangan. Karenanya, saran dan kritik membangun masih sangat terbuka agar penulis dapat mengembangkan diri dan meningkatkan kinerja kedepannya. Ciawi, 23 Mei 2019

Penulis

iii


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 7 A.

Latar Belakang ......................................................................................... 7

B.

Tujuan ....................................................................................................... 9

C.

Ruang Lingkup ......................................................................................... 9

BAB II RANCANGAN AKTUALISASI ............................................................. 10 A.

Deskripsi Organisasi ............................................................................... 10

A.1.

Visi Misi Kementerian PPN/Bappenas ............................................... 10

A.2.

Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian PPN/Bappenas ...................... 10

A.3.

Nilai-Nilai Organisasi Kementerian PPN/Bappenas .......................... 13

A.4.

Struktur Organisasi Kementerian PPN/Bappenas............................... 14

B.

Nilai-Nilai Dasar PNS, Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI ......... 16 B.1.

Nilai-Nilai Dasar PNS ........................................................................ 16

B.2.

Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI ........................................... 22

C.

Rancangan Aktualisasi ........................................................................... 24

C.1.

Identifikasi Isu .................................................................................... 24

C.2.

Prioritas Isu ......................................................................................... 29

C.3.

Pemecahan Isu .................................................................................... 31

C.4.

Rancangan Kegiatan ........................................................................... 36

C.5.

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ............................................................. 51

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 52 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 53 LAMPIRAN .......................................................................................................... 55

iv


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Nilai-Nilai Kementerian PPN/Bappenas ............................................ 13 Gambar 2 Struktur Organisasi Kementerian PPN/Bappenas .............................. 14 Gambar 3 Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengembangan Regional ............ 15 Gambar 4 Analisa Sebab-Akibat menggunakan fishbone analysis (6-M) .......... 32 Gambar 5 Analisis Pohon Masalah (Problem Tree Analysis) ............................. 33 Gambar 6 Analisis Pohon Solusi (Solution Tree Analysis) ................................ 34 Gambar 7 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Rekomendasi Perbaikan Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Nomor 11 ................................ 36

v


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Peran dan Fungsi Kementerian PPN/Bappenas................................................... 13 Tabel 2 Komponen Unsur Nilai-Nilai Dasar Akuntabilitas ............................................. 17 Tabel 3 Komponen Unsur Nilai-Nilai Dasar Nasionalisme ............................................. 18 Tabel 4 Komponen Unsur Nilai-Nilai Dasar Etika Publik ............................................... 19 Tabel 5 Komponen Unsur Nilai-Nilai Dasar Komitmen Mutu ........................................ 20 Tabel 6 Komponen Unsur Nilai-Nilai Dasar Anti Korupsi .............................................. 21 Tabel 7 Penjelasan Kriteria A-P-K-L dalam Penetapan Isu ............................................. 25 Tabel 8 Pemilihan Isu dengan Metode A-P-K-L .............................................................. 29 Tabel 9 Penjelasan Kriteria U-S-G dalam Penetapan Prioritas Isu .................................. 30 Tabel 10 Penilaian Prioritas Isu dengan Metode U-S-G .................................................. 31 Tabel 11 Prioritas Gagasan Pemecahan Isu dengan Metode Tapisan Mc Namara .......... 34 Tabel 12 Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi ........................................................................ 51

vi


BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Dalam rangka menyongsong peta jalan menuju Birokrasi Kelas Dunia

(world class bureaucracy) diperlukan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memiliki karakter, kompetensi, dan literasi yang memadai. Karakter tersebut meliputi karakter moral seperti integritas, kejujuran, transparansi, rendah hati serta karakter kinerja seperti kerja keras, disiplin, tekun, cermat. Kompetensi komunikasi, kreativitas, berpikir kritis, dan kolaborasi atau kerjasama. Serta literasi tidak terbatas pada literatur atau minat dan daya baca akan tetapi juga literasi teknologi, literasi budaya dan literasi keuangan. ASN yang unggul (excellence) diharapkan menjadi titik awal bagi terwujudnya world class bureaucracy. Memperhatikan amanat pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (2014), bahwa kedudukan dan peranan ASN dirasa semakin penting namun inklusif dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam usaha mencapai tujuan nasional. Fungsi ASN menurut peraturan perundang-undangan tersebut ialah sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Dengan demikian, dalam penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional, diharapkan ASN dapat melaksanakan kebijakan publik dan pelayanan publik secara profesional, netral, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Kedudukan dan peranan yang penting menuntut ASN untuk memiliki kesetiaan dan ketaatan penuh terhadap bangsa dan negara dalam menjalankan tugas-tugas dan memusatkan perhatian dan tenaga secara berdaya guna dan berhasil guna. Untuk itu perlu dibentuk sosok Pegawai Negeri Sipil yang profesional sebagai salah satu ujung tombak Aparatur Sipil Negara melalui proses pelatihan dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS). Pelatihan dasar ini merupakan sebuah terobosan dan inovasi (breakthrough) dalam penyelenggaraan pendidikan 7


dan pelatihan prajabatan, dimana sebelumnya didominasi oleh ceramah klasikal yang sulit menerapkan nilai-nilai yang diharapkan dapat ditanamkan kepada masing-masing pribadi Calon Pegawai Negeri Sipil. Oleh karena itu, melalui Peraturan Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar CPNS (2018) dirancang sebuah pelatihan yang holistik dan terintegrasi yang memadukan antara pelatihan klasikal dengan nonklasikal serta mengintegrasikan berbagai jenis kompetensi teknis dan sosial kultural yang diperlukan untuk mewujudkan PNS yang profesional dan berkualitas. Dengan demikian dari pengembangan kompetensi CPNS secara terintegrasi, diharapkan CPNS dapat menunjukan sikap dan perilaku bela negara, mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS dalam pelaksanaan tugas jabatannya, mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS dalam kerangka NKRI dan menunjukan penguasaan kompetensi teknis yang dibutuhkan sesuai dengan bidang tugasnya. Metode pelatihan dasar sebagaimana dimaksud memungkinkan peserta dalam menginternalisasi, menerapkan dan mengaktualisasikan serta memupuk proses pembiasaan (habituasi) dan merasakan manfaatnya, sehingga dapat terpatri karakter PNS yang berintegritas moral, jujur, semangat, memiliki karakter kepribadian yang unggul, profesional dan bertanggungjawab. Karenanya perlu disusun sebuah rancangan aktualisasi sebagai tahap awal sebelum melaksanakan habituasi dan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS dan memahami konteks kedudukan serta peran PNS dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di tempat dan lingkungan kerja sehari-hari. Berdasarkan tugas, fungsi peserta dan unit kerja peserta pelatihan dasar, diharapkan aktualisasi dan habituasi ini dapat membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi unit kerja melalui penerapan materi pelatihan yang telah ditanamkan selama mengikuti pelatihan dasar Calon Pegawai Negeri Sipil khususnya mengenai nilai-nilai dasar PNS, serta kedudukan dan peran PNS dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

8


B.

Tujuan Berdasarkan latar belakang kegiatan rancangan aktualisasi diatas, maka

tujuan dari penyusunan rancangan kegiatan aktualisasi ini ialah: 1) Teridentifikasinya suatu kondisi nyata di dalam lingkungan kerja hasil environmental scanning dan pemahaman konteks kedudukan dan peran PNS dalam NKRI yang memerlukan sebuah pemecahan isu; 2) Tersusunnya prakarsa kreatif atau gagasan pemecahan isu sebagai wujud kontribusi pemecahan isu (problem solving) melalui kegiatan yang menghasilkan manfaat bagi individu, organisasi/unit kerja, maupun stakeholder terkait dengan penerapan nilai-nilai dasar PNS pada setiap tahapannya; 3) Teridentifikasinya langkah kerja yang jelas dan rinci mengenai rencana pelaksanaan aktualisasi. C.

Ruang Lingkup Ruang lingkup substansi rancangan ini ialah terkait dengan proses

mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS yakni Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi serta kedudukan dan peran PNS dalam NKRI sesuai dengan isu yang diangkat. Adapun ruang lingkup lokasi aktualisasi ialah di lingkungan Unit Kerja Eselon III Subdirektorat Perkotaan, Direktorat Perkotaan, Perumahan dan Permukiman,

Kedeputian

Bidang

Pengembangan

Regional,

Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), tempat dimana penulis bekerja saat ini. Ruang lingkup waktu aktualisasi rancangan ini ialah selama 38 hari pengerjaan pada rentang 25 Mei 2019 hingga 1 Juli 2019.

9


BAB II RANCANGAN AKTUALISASI

A.

Deskripsi Organisasi Pada bagian ini akan diuraikan mengenai Visi dan Misi; Peran dan Fungsi;

Struktur Organisasi; serta Nilai-Nilai Organisasi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). A.1.

Visi Misi Kementerian PPN/Bappenas Visi Kementerian PPN/Bappenas 2015-2019 yang tercantum dalam

Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 2 Tahun 2017 tentang Rencana Strategis Kementerian PPN/Bappenas 2015-2019 (2017) ialah: “Menjadi Lembaga Perencanaan Pembangunan Nasional yang Berkualitas Sinergis dan Kredibel� Adapun Misi Kementerian PPN/Bappenas ialah sebagai berikut: 1)

Merumuskan dan menetapkan kebijakan perencanaan, penganggaran, regulasi, dan kelembagaan dalam pembangunan nasional yang selaras (antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah, maupun antara pusat dan daerah);

2)

Melakukan pengendalian pelaksanaan perencanaan terhadap program dan kegiatan

untuk

mempercepat

pelaksanaan

pembangunan

yang

dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga/ Daerah sesuai dengan strategi dan kebijakan pembangunan nasional; dan 3)

Melaksanakan tata kelola kelembagaan pemerintahan yang baik dan bersih di Kementerian PPN/Bappenas.

A.2.

Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian PPN/Bappenas Mengingat kedudukan Kementerian PPN/Bappenas sebagai kementerian

dan badan, berikut penjabaran tugas pokok dan fungsi dari masing-masing kedudukan tersebut. 10


1)

Kementerian PPN Kementerian PPN (2015) bertugas menyelenggarakan urusan pemerintah

di bidang perencanaan pembangunan nasional untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan

pemerintahan

negara.

Dalam

pelaksanaan

tugasnya,

Kementerian PPN menyelenggarakan fungsi, antara lain: (a) Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan nasional, strategi pembangunan nasional, arah kebijakan sektoral, lintas sektor, dan lintas wilayah, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, kerangka regulasi, kelembagaan, dan pendanaan. (b) Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan dan penganggaran pembangunan nasional. (c) Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian PPN. (d) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian PPN. (e) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian PPN 2)

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas (2015) bertugas

melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dalam pelaksanaan tugasnya, Bappenas menyelenggarakan fungsi, antara lain: (a) Pengkajian, pengoordinasian, dan perumusan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan nasional, strategi pembangunan nasional, arah kebijakan sektoral, lintas sektor, dan lintas wilayah, kerangka ekonomi makro nasional dan regional, analisis investasi proyek infrastruktur, kerangka regulasi, kelembagaan, dan pendanaan, serta pemantauan, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan pembangunan nasional;

11


(b) Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan perencanaan dan penganggaran pembangunan nasional; (c) Penyusunan rencana pembangunan nasional sebagai acuan penetapan program dan kegiatan Kementerian/Lembaga/Daerah; (d) Penyusunan, pengoordinasian, dan pengendalian rencana pembangunan nasional dalam rancangan anggaran pendapatan belanja negara yang dilaksanakan

bersama

Kementerian

Keuangan

dan

Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional; (e) Penyusunan RAPBN bersama-sama dengan Kementerian Keuangan; (f) Pengoordinasian pelancaran dan percepatan pelaksanaan rencana pembangunan nasional; (g) Pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan rencana pembangunan nasional; (h) Pengoordinasian, fasilitasi, dan pelaksanaan pencarian sumber-sumber pembiayaan dalam dan luar negeri, serta pengalokasian dana untuk pembangunan bersama-sama instansi terkait; (i) Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Bappenas; (j) Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Bappenas; (k) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Bappenas; dan (l) Pelaksanaan pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Bappenas. Dalam mewujudkan kebijakan perencanaan dan rencana pembangunan nasional, tugas dan fungsi Bappenas dikelompokkan menjadi 4 peran (2016), yaitu penyusunan kebijakan/pengambil keputusan; think-tank; koordinator; dan administrator. Disamping sebagai policy makers, think-tank, koordinator, dan administrator, Bappenas dituntut memiliki peran dan fungsi di area perencanaan, alokasi, pengendalian dan enabler untuk memperkuat pengelolaan pembangunan Indonesia kedepan.

12


Tabel 1 Peran dan Fungsi Kementerian PPN/Bappenas Peran

Fungsi 1. 2. 3. 4.

Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional Penyusunan RAPBN Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Policy Maker Pengambilan Keputusan penanganan permasalahan mendesak, skala besar sesuai penugasan 1. Pengkajian dan perumusan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan 2. Penguatan kapasitas perencanaan di pusat dan daerah dalam Think-Tank menciptakan mekanisme pendanaan kreatif dan inovatif 3. Perencanaan partisipatif kerjasama dengan perguruan tinggi, organisasi profesi, dan organisasi masyarakat sipil 1. Koordinasi perumusan kebijakan 2. Koordinasi pencarian sumber pembiayaan dalam dan luar negeri serta pengalokasian dana 3. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan perencanaan Koordinator dan penganggaran pembangunan nasional dan penyiapan rancang bangun sarana dan prasarana 4. Koordinasi kegiatan strategis penanganan permasalahan mendesak dan berskala besar sesuai penugasan 1. Pengelolaan dokumen perencanaan termasuk PHLN 2. Penyusunan dan pengelolaan laporan hasil pemantauan atas pelaksanaan rencana pembangunan Administrator 3. Penyusunan dan pengelolaan laporan hasil evaluasi 4. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum Sumber: Rencana Strategis Kementerian PPN/Bappenas 2015-2019

A.3.

Nilai-Nilai Organisasi Kementerian PPN/Bappenas Nilai-nilai yang terdapat dalam Kementerian PPN/Bappenas disarikan dari

identifikasi dan refleksi terhadap sejarah kelembagaan masa lalu, kondisi, potensi dan karakter Bappenas, serta dampak perubahan kedepan yang diharapkan. Oleh karena itu disusunlah tiga nilai organisasi yakni Berintegritas, Visioner dan Unggul sebagaimana dijelaskan pada gambar sebagai berikut:

Gambar 1 Nilai-Nilai Kementerian PPN/Bappenas Sumber: Sosialisasi dan Internalisasi Nilai Kementerian PPN/Bappenas (2019)

13


A.4.

Struktur Organisasi Kementerian PPN/Bappenas Dalam melaksanakan tugasnya, Menteri PPN/Kepala Bappenas dibantu

oleh 5 (lima) Staff Ahli, Sekretariat Utama, Inspektur Utama, dan 9 (sembilan) Deputi, yang bertugas melakukan pengkajian perencanaan pembangunan, termasuk pengkajian

lintas

bidang

dan

pengarusutamaan

seperti

penanggulangan

kemiskinan, perubahan iklim, dan kesetaraan gender (2016). Untuk memperkuat fungsi perencanaan, Kementerian PPN/Bappenas memiliki 3 (tiga) pusat, yaitu Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren), Pusat Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan (Pusdatinrenbang), dan Pusat Analisis Kebijakan dan Kinerja (PAKK) (2017). Ketiga pusat tersebut bertanggungjawab kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas melalui koordinasi Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas. Berikut merupakan gambaran mengenai struktur organisasi Kementerian PPN/Bappenas:

Gambar 2 Struktur Organisasi Kementerian PPN/Bappenas Sumber: Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PPN/Bappenas

Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, Kementerian PPN/Bappenas menggunakan hierarki jabatan yang terbagi menjadi jabatan struktural, jabatan

14


fungsional tertentu, dan jabatan fungsional umum/pelaksana. Pejabat struktural menempati posisi hingga Eselon III, dan khusus untuk di bawah Sekretariat Kementerian PPN/Sekretariat Utama Bappenas hingga Eselon IV. Sedangkan dari kelompok jabatan fungsional, selain jabatan fungsional perencana, Kementerian PPN/Bappenas juga memiliki jabatan fungsional auditor, jabatan fungsional arsiparis dan jabatan fungsional umum. Adapun penulis sebagai peserta pelatihan dasar CPNS berada pada: (1)

Unit Kerja Eselon I

: Deputi Bidang Pengembangan Regional

(2)

Unit Kerja Eselon II

: Direktorat Perkotaan, Perumahan & Permukiman

(3)

Unit Kerja Eselon III

: Subdirektorat Perkotaan

Berikut merupakan gambaran mengenai struktur organisasi Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas:

Gambar 3 Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengembangan Regional Sumber: Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PPN/Bappenas

Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan pengoordinasian, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, serta

15


pemantauan, evaluasi, dan pengendalian perencanaan pembangunan nasional di bidang perkotaan, perumahan, dan permukiman. Adapun secara khusus, Subdirektorat Perkotaan mempunyai tugas spesifik terkait dengan bidang perkotaan, Subdirektorat Perkotaan menyelenggarakan fungsi fungsi: a. penyiapan bahan pengkajian, pengoordinasian, dan penyusunan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan nasional, strategi pembangunan nasional, arah kebijakan, serta pengembangan kerangka regulasi, kelembagaan, dan pendanaan di bidang perkotaan; b. penyiapan bahan pengoordinasian dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan perencanaan dan penganggaran pembangunan nasional di bidang perkotaan; c. penyiapan bahan penyusunan rancangan rencana pembangunan nasional secara holistik integratif di bidang perkotaan dalam penetapan program dan kegiatan Kementerian/Lembaga/Daerah; d. penyiapan

bahan

pengoordinasian

dan

pengendalian

rencana

pembangunan nasional dalam rangka sinergi antara Rencana Kerja Pemerintah dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di bidang perkotaan; e. penyiapan bahan pengoordinasian pelancaran dan percepatan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan di bidang perkotaan; dan f. penyiapan

bahan

pemantauan,

evaluasi,

dan

pengendalian

atas

pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan di bidang perkotaan. B.

Nilai-Nilai Dasar PNS, Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

B.1.

Nilai-Nilai Dasar PNS Pada bagian dibawah ini akan diuraikan mengenai nilai-nilai dasar PNS

yakni Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA) yang telah diberikan selama masa pelatihan dasar on-campus dengan penekanan kemampuan pemaknaan dan internalisasi untuk kemudian dapat ditindaklanjuti dalam proses aktualisasi dan habituasi secara off campus di tempat kerja peserta.

16


a. Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah: 1) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi; 2) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis; 3) Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik; 4) Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi yaitu untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); dengan membangun suatu sistem yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih luas; Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Komponen unsur nilai sebagai prasyarat untuk menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel diantaranya ialah sebagai berikut: Tabel 2 Komponen Unsur Nilai-Nilai Dasar Akuntabilitas Nilai

AKUNTABILITAS

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Komponen Unsur Nilai Kepemimpinan Transparansi Integritas Responsibilitas Keadilan Kepercayaan Keseimbangan Kejelasan Target Konsistensi

Sumber: (Kusumasari, Dwiputranti, & Allo, 2015)

17


b. Nasionalisme Nasionalisme adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap PNS memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara. PNS akan berpikir tidak lagi sektoral dangan mental blocknya, tetapi akan senantiasa mementingkan kepentingan yang lebih besar yakni bangsa dan negara. pada aktualisasi nasionalisme dan dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai Aparatur Sipil Negara, yakni terkait dengan fungsinya sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik yang berintegritas, dan pemersatu bangsa dan negara. Komponen unsur nilai yang penting diperhatikan dan dihayati ialah sebagai berikut: Tabel 3 Komponen Unsur Nilai-Nilai Dasar Nasionalisme

NASIONALISME

Nilai

Komponen Unsur Nilai 1. Imparsialitas 6. Kekeluargaan 2. Inklusif 7. Persamaan Derajat (Egaliter) 3. Amanah 8. Saling Menghormati 4. Religius/Moral 9. Non Diskriminatif 5. Percaya Diri 10. Beretika 11. Menghargai Keberagaman 15. Musyawarah/Konsensus 12. Gotong Royong 16. Tidak Memaksakan Kehendak 13. Cinta Tanah Air 17. Aspiratif/Partisipatif 14. Rela Berkorban 18. Kepentingan Umum 19. Kerjasama 22. Menghargai Hasil Karya Orang 20. Proporsionalitas/Adil 23. Tenggang Rasa 21. Kesetaraan Kesempatan 24. Kerja Keras Sumber: (Latief, Suryanto, & Muslim, 2015)

18


c. Etika Publik Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Tanpa kompetensi etika, pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai (kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dll) dipraktikan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat atau kebaikan orang lain. Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu. Adapun Kode Etik ASN tercantum dalam UU No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Penerapan etika publik berfungsi sebagai: (1) Ukuran baik-buruk, wajartidak wajar, & benar-salah; (2) Landasan bertindak dalam sebuah kehidupan kolektif yang profesional; (3) Untuk menjalankan visi dan misi lembaga institusi; dan (4) Untuk menjaga citra lembaga/institusi. Komponen unsur nilai-nilai dasar Etika Publik yang penting diperhatikan dan dihayati dalam proses aktualisasi dan habituasi ialah sebagai berikut: Tabel 4 Komponen Unsur Nilai-Nilai Dasar Etika Publik Nilai

ETIKA PUBLIK

Komponen Unsur Nilai 1. Kepatuhan 11. Kecepatan/Tanggap 2. Empati 12. Kepekaan (Proaktif) 3. Kerahasiaan 13. Loyal (Solidaritas) 4. Hormat 14. Sesuai Aturan 5. Sopan 15. Akurat/Informasi Utuh 6. Cermat 16. Profesional/Keahlian 7. Disiplin 17. Non Diskriminatif 8. Tidak Berpihak 18. Santun 9. Kapabilitas Sesuai 19. Menghargai Komunikasi 10. Kinerja Unggul 20. Ketepatan

Sumber: (Kumorotomo, Wirapradja, & Imbaruddin, 2015)

19


d.

Komitmen Mutu Pada era global, orientasi dalam struktur organisasi pemerintahan bukan

semata mata pada penempatan pegawai dalam hierarki birokrasi yang kaku untuk menjalankan rutinitas, melainkan telah bergeser pada upaya memberdayakan dan membangkitkan moral kerja melalui pembentukan jejaring (human networking) yang dinamis, sehingga kinerja lembaga dapat memberi kepuasan kepada stakeholders. Di lain pihak, para pemimpin dapat memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi para pegawainya, sekecil apapun kontribusi yang dapat disumbangkannya untuk institusi. Dengan demikian komitmen mutu menjadi salah satu nilai yang penting dimiliki oleh ASN untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik. Terdapat empat pilar utama komitmen mutu yakni: efektivitas, efisiensi, inovasi, mutu. Efektivitas diukur dari ketercapaian target yang telah direncanakan baik dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja; efisiensi diukur dari penghematan biaya waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan; inovasi ialah adaptasi terhadap perubahan baik secara perlahan (evolusioner) atau cepat (revolusioner), muncul karena dorongan internal atau eksternal, yang dilandasi oleh imajinasi, keberanian inisiatif, kreativitas, dan semangat menjalani proses pembelajaran berkelanjutan sehingga muncul gagasan baru untuk keluar dari rutinitas yang membosankan serta dapat menjadi keunggulan bagi organisasi; Adapun mutu ialah nilai standar kualitas yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Komponen unsur nilai-nilai dasar yang penting diperhatikan dan dihayati ialah sebagai berikut: Tabel 5 Komponen Unsur Nilai-Nilai Dasar Komitmen Mutu Nilai 1. KOMITMEN 2. MUTU 3. 4. 5. 6.

Komponen Unsur Nilai Berorientasi Mutu 7. Inisiatif Komitmen 8. Kreatif – Inovatif Perbaikan Menerus 9. Efektif – Efisien Sistematis 10. Adaptif Kesempurnaan 11. Unggul Kepuasan Klien 12. Produktif Sumber: (Yuniarsih & Taufiq, 2015)

20


e.

Anti Korupsi Korupsi adalah diskresi atau monopoli tanpa adanya akuntabilitas. Korupsi

yang dapat dituntut delik tindak pidana korupsi ialah seluruh tindakan yang menyebabkan kerugian keuangan negara, suap menyuap, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam pengadaan, gratifikasi. Jenis-jenis Korupsi ialah Transaktif, Ekstroaktif, Investif, Nepotistik, Autogenik, Suportif, dan Defensif (2015). Niat, Semangat dan Komitmen Anti Korupsi yang paling utama ialah didasarkan pada spiritual accountability yakni mendasarkan pada perjanjian personal dengan Tuhannya pada saat di alam roh (primordial covenant). Anti korupsi merupakan sikap yang menolak segala bentuk perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama, material, dan mental. Anti korupsi berlandaskan pada nilainilai kejujuran dan kepercayaan orang lain atau publik kepada kita (amanah). Seorang ASN harus mengamalkan nilai anti korupsi dalam setiap pekerjaannya dan kehidupan sehari-hari, serta perlu berkomitmen untuk bergerak memberantas korupsi, membangun tunas integritas (reframing culture and seeding of integrity) mulai dari lingkungannya masing-masing untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dalam mendorong sikap anti korupsi. Komponen unsur nilai-nilai dasar yang penting diperhatikan dan dihayati ialah sebagai berikut: Tabel 6 Komponen Unsur Nilai-Nilai Dasar Anti Korupsi Nilai

ANTI KORUPSI

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Komponen Unsur Nilai Jujur Peduli Mandiri Disiplin Tanggungjawab Kerja Keras Sederhana Berani Adil

Sumber: (Tim Penulis Komisi Pemberantasan Korupsi, 2015)

21


B.2.

Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI Pada bagian dibawah ini akan diuraikan mengenai kedudukan dan peran

PNS dalam NKRI yang telah disampaikan dengan penekanan pada kemampuan berpikir kritis terhadap konsep dan praktik penyelenggaraan pemerintahan meliputi manajemen ASN, pelayanan publik dan whole of government atau WoG. a.

Manajemen ASN Manajemen ASN ialah pengelolaan ASN dalam rangka menghasilkan

pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolupsi dan nepotisme (Fatimah & Irawati, 2017). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki visi untuk mewujudkan ASN yang memiliki integritas, profesional, melayani dan sejahtera. Adapun misi dari undang-undang tersebut ialah memindahkan ASN dari comfort zone atau zona nyaman menuju competitive zone untuk lebih berdaya saing. Adapun tujuan pengaturan utama dalam UU ASN ialah sebagai berikut: 1) Independensi dan Netralitas; 2) Kompetensi; 3) Kinerja dan Produktivitas Kerja 4) Integritas 5) Kesejahteraan 6) Kualitas Pelayanan Publik 7) Pengawasan Aparatur Sipil Negara (ASN) menurut jenisnya terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS ialah WNI yang diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sementara, PPPK adalah WNI yang memenuhi syarat tertentu yang diangkat oleh Pejabat Pembinan Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan (2014). 22


b.

Pelayanan Publik Pelayanan Publik ialah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi tiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (2009). Unsur pelayanan publik (Purwanto, Tyastianti, Taufiq, & Novianto, 2017) terdiri dari: 1) Organisasi Penyelenggara Pelayanan Publik (Instansi Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Lembaga Independen, Organisasi Masyarakat atau Swasta); 2) Penerima Layanan Publik (Orang, Masyarakat, Organisasi); dan 3) Kepuasan Publik yang diberikan oleh penerima layanan (pelanggan). Dasar diselenggarakannya pelayanan publik meliputi hak warga negara, penyelenggaraan dengan pajak yang dibayar oleh warga negara, adanya tujuan untuk mencapai hal-hal strategis, pemenuhan kebutuhan dan proteksi bagi warga negara. Terdapat 7 sikap pelayanan prima yakni: 1) Bersemangat (Passionate); 2) Menggunakan Cara Terbaik (Progressive); 3) Antisipatif, Tidak Menunggu (Proactive); 4) Positif, Tanpa Curiga (Prompt); 5) Sabar (Patience); 6) Tidak Mengada-ada (Proportional); 7) Tepat Waktu (Punctual). c.

Whole of Government WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang

menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagensi (interagency), yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-

23


urusan

yang

relevan.

Nilai-nilai

WoG

diantaranya

ialah:

Kolaborasi,

Kebersamaan, Kesatuan, Tujuan Bersama, Keseluruhan aktor sektor dalam pemerintahan (komunikasi, koordinasi dan kerjasama). Pendekatan semacam ini menjadi penting dan tumbuh menjadi sebuah arusutama (mainstream) dalam penyelenggaraan pemerintahan karena adanya dorongan untuk mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan supaya tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik. Dengan pendekatan whole of government mentalitas silo akan dapat bisa diatasi dan masing-masing sektor dapat berjalan beriringan dalam mencapai tujuan pembangunan. Penerapan WoG dalam pemerintahan dapat ditempuh secara formal maupun informal (Suwarno & Sejati, 2017), antara lain melalui: 1) Penguatan Koordinasi 2) Pembentukan Lembaga Koordinasi Khusus 3) Pembentukan Gugus Tugas / Kelompok Kerja 4) Pembentukan Koalisi Sosial Adapun tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan pendekatan whole of government dalam tataran praksis di unit kerja ialah sebagai berikut: 1) Kapasitas SDM dan Institusi 2) Nilai dan Budaya Organisasi 3) Kepemimpinan C.

Rancangan Aktualisasi Pada bagian Rancangan Aktualisasi ini akan diuraikan dalam tiga tahapan

proses yakni identifikasi isu, prioritas isu, serta gagasan pemecahan isu. C.1.

Identifikasi Isu Setelah menjalani orientasi kerja sebelum proses Pelatihan Dasar CPNS di

Direktorat Perkotaan, Perumahan dan Permukiman selama sebulan lebih, ditemukan sebuah isu besar yakni terkait dengan persoalan ketidaksinambungan kebijakan dan regulasi pembangunan perkotaan pasca ditetapkannya UU No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah (2014) dan disepakatinya berbagai komitmen global seperti SDGs dan New Urban Agenda. Turunan isu tersebut antara lain: 24


(1)

Kurang jelasnya kedudukan legal dari Kebijakan Perkotaan Nasional dalam memberikan arahan pembangunan perkotaan nasional;

(2)

Terbatasnya substansi cakupan pembahasan pada RPP Perkotaan;

(3)

Pengaturan pembiayaan pembangunan perkotaan Indonesia yang cenderung masih tradisional dan konservatif;

(4)

Belum tersedianya data perkotaan (mengenai jumlah, klasifikasi, sebaran dan nama kawasan) diluar data kota sebagai daerah otonom;

(5)

Sulitnya mengukur pencapaian kinerja pembangunan perkotaan Indonesia. Proses penetapan isu dari kelima isu diatas dilakukan dengan menganalisis

isu-isu yang ada menggunakan alat bantu berdasarkan kriteria APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan). Penjelasan kriteria analisis tersebut ialah sebagai berikut: Tabel 7 Penjelasan Kriteria A-P-K-L dalam Penetapan Isu Kriteria A : Aktual P : Problematik K : Kekhalayakan L : Kelayakan

Penjelasan Sebuah isu benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan Sebuah isu memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga harus segera dicarikan solusi permasalahannya Sebuah isu yang diangkat, terkait atau menyangkut hajat hidup orang banyak Sebuah isu yang diangkat, masuk akal dan realistis untuk dipecahkan masalahnya

Dengan menggunakan kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Kelayakan untuk memilih isu dari lima isu yang telah diidentifikasi dapat dijelaskan sebagaimana paragraf isu dibawah ini: Isu 1: “Kurang jelasnya kedudukan legal dari Kebijakan Perkotaan Nasional (KPN) dalam memberikan arahan pembangunan perkotaan nasional� Isu diatas memenuhi kriteria aktual karena benar terjadi di lingkungan Direktorat yang semula dirancang menjadi bagian lampiran dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perkotaan sebagai turunan UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, menjadi tidak jelas setelah pembatasan ruang lingkup

25


pengaturan hanya terbatas pada isu tata kelola saja. Karenanya, hingga saat ini, legalitas KPN masih menjadi pertanyaan apakah akan menjadi Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, terintegrasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2025-2045 atau akan seperti apa kedudukan legal nya. Isu ini tergolong problematik karena memiliki kompleksitas tinggi, melibatkan multisektor dan bersinggungan lintas kewenangan khususnya Kementerian Dalam Negeri sebagai koordinator tim penyusunan RPP Perkotaan. Kriteria Kekhalayakan juga dapat terpenuhi karena apabila KPN ini tidak memiliki legalitas yang jelas, maka arah kebijakan pembangunan perkotaan nasional dan daerah menjadi tidak terkendali dan dapat berdampak buruk bagi masyarakat luas. Selanjutnya aspek Kelayakan, isu ini juga dinilai layak karena memungkinkan ditemukan solusinya dalam jangka waktu yang diberikan serta sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Bappenas sebagai think-tank. Isu 2: “Terbatasnya cakupan substansi pembahasan pada RPP Perkotaan� Isu diatas memenuhi kriteria aktual karena benar terjadi di lingkungan Direktorat yang semestinya RPP Perkotaan mencakup pengaturan secara holistik mengenai pembangunan perkotaan menjadi hanya dibatasi dalam aspek tata kelola saja. Isu ini tergolong problematik karena memiliki kompleksitas tinggi, melibatkan multisektor dan multistakeholder baik di tingkat Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta bersinggungan dengan berbagai Kementerian/Lembaga seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, juga khususnya Kementerian Dalam Negeri sebagai koordinator tim penyusunan RPP Perkotaan. Kriteria Kekhalayakan juga dapat terpenuhi karena RPP Perkotaan ini akan menjadi peraturan perundang-undangan sehingga apabila diundangkan akan bersifat regeling atau mengatur dan dapat berakibat hukum. Selanjutnya aspek Kelayakan, isu ini belum bisa dikatakan layak karena perluasan cakupan pembahasan dalam PP Perkotaan terkendala amanat pada peraturan perundang-undangan yang menjadi rujukannya yakni Undang Undang No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang hanya mengamanatkan persoalan tata kelola, standar pelayanan perkotaan, pembiayaan dan pengembangan

26


perkotaan serta definisi dan karakteristik perkotaan saja. Sedangkan pengaturan mengenai penataan, perencanaan, arah kebijakan, integrasi layanan, keterpaduan dan keselarasan pengaturan kebijakan pusat-daerah tidak diamanatkan secara tersurat sehingga sulit dilaksanakan dalam waktu 30 hari kerja. Disamping itu, Kementerian PPN/Bappenas hanya menjadi anggota Panitia Antar-Kementerian (PAK) yang dikoordinasikan oleh Kementerian Dalam Negeri, sehingga untuk melakukan advokasi perluasan cakupan pembahasan RPP Perkotaan perlu koordinasi di tingkat Menteri secara langsung. Isu 3: “Pengaturan pembiayaan pembangunan perkotaan yang cenderung masih tradisional dan konservatif� Isu diatas memenuhi kriteria aktual karena benar terjadi di lingkungan Direktorat, bahwa ditengah berbagai dinamika dan inovasi alternatif kelembagaan dan skema pembiayaan pembangunan perkotaan, secara pelaksanaan maupun yang tertuang dalam rancangan peraturan masih cenderung bersifat tradisional dan konservatif yakni menopang pembiayaan pembangunan pada Anggaran Pemerintah. Isu ini tergolong problematik karena dengan semakin banyaknya tantangan pembangunan perkotaan dan cepatnya laju urbanisasi, maka tekanan terhadap infrastruktur perkotaan semakin meningkat dan membutuhkan terobosan pembiayaan perkotaan yang kreatif dan inovatif. Kriteria kekhalayakan juga dapat terpenuhi karena pembiayaan pembangunan perkotaan akan berdampak luas pada masyarakat baik sebagai pembayar pajak (taxpayers) maupun sebagai penerima layanan (beneficiaries). Selanjutnya aspek kelayakan, isu ini dapat dikatakan layak karena sesuai tugas pokok dan fungsi Bappenas sebagai think-tank untuk mencari terobosan baru dalam perencanaan dan penganggaran, termasuk diantaranya pembiayaan pembangunan perkotaan. Isu 4: “Belum tersedianya data perkotaan (mengenai jumlah, klasifikasi, sebaran dan nama kawasan) diluar data kota sebagai daerah otonom� Isu diatas memenuhi kriteria aktual karena benar terjadi di lingkungan Direktorat, yakni sampai saat ini kami masih tidak memiliki daftar data perkotaan

27


yang lengkap terdiri dari kota otonom dan kawasan perkotaan. Isu ini tergolong problematik karena dengan tidak adanya data pasti mengenai daftar data perkotaan akan menyulitkan proses analisis dan perencanaan pembangunan perkotaan. Kriteria kekhalayakan juga dapat terpenuhi karena masyarakat perkotaan di kawasan perkotaan yang bukan merupakan daerah otonom seringkali terabaikan dalam program ataupun bantuan pembangunan penataan perkotaan. Selanjutnya aspek kelayakan, isu ini belum dapat dikatakan layak karena proses pemutakhiran data perkotaan sangat berkaitan dengan tugas dan fungsi Badan Pusat Statistik, dimana informasi mengenai karakteristik perdesaan dan perkotaan perlu menunggu proses Sensus Penduduk yang baru akan dilakukan pada tahun 2020, sehingga sulit dilaksanakan dalam kerangka waktu (time frame) pelaksanaan aktualisasi dan habituasi nilai-nilai dasar PNS. Isu 5: “Sulitnya mengukur pencapaian kinerja pembangunan perkotaan� Isu diatas memenuhi kriteria aktual karena benar terjadi di lingkungan Direktorat, yakni sampai saat ini pengukuran kinerja pembangunan perkotaan sulit dihitung secara berkala, apabila dibandingkan dengan indikator pada tujuan yang lain pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), indikator pembangunan perkotaan (Tujuan 11) cenderung sulit diukur. Isu ini tergolong problematik karena dengan tidak dilaksanakannya pengukuran secara berkala maka pencapaian pembagunan perkotaan sulit diukur, hal ini akan mengganggu kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh Kementerian PPN/Bappenas dalam menghasilkan pemantauan dan evaluasi yang berkualitas sebagai masukan bagi penyusunan kebijakan

dan

perencanaan

pembangunan

perkotaan

kedepan.

Kriteria

kekhalayakan juga dapat terpenuhi karena dengan tidak lancarnya proses pengukuran kinerja pembangunan perkotaan, banyak masyarakat yang tinggal di perkotaan dengan layanan yang substandar sulit diidentifikasi untuk dicarikan solusi atau jalan keluarnya. Selanjutnya aspek kelayakan, isu ini dapat dikatakan layak karena sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Bappenas yakni melakukan perencanaan dan pengendalian pembangunan yang berkualitas, sinergis dan kredibel.

28


Tabel 8 Pemilihan Isu dengan Metode A-P-K-L No

Isu

1

Kurang jelasnya kedudukan legal dari Kebijakan Perkotaan Nasional (KPN) dalam memberikan arahan pembangunan perkotaan nasional Terbatasnya cakupan pembahasan pada RPP Perkotaan Pengaturan pembiayaan pembangunan perkotaan Indonesia yang cenderung masih tradisional dan konservatif Belum tersedianya data perkotaan (mengenai jumlah, klasifikasi, sebaran dan nama kawasan) diluar data kota sebagai daerah otonom Sulitnya mengukur pencapaian kinerja pembangunan perkotaan Indonesia

2 3

4

5

Kriteria Isu A P K L v

v

v

v

v

v

v

x

v

v

v

v

v

v

v

x

v

v

v

v

Keterangan: A: Aktual; P: Problematik; K: Kekhalayakan; L: Kelayakan.

Berdasarkan hasil analisis isu dengan metode APKL diatas, dari lima isu yang diidentifikasi, isu nomor (2) dan (4) yang tidak memenuhi kriteria kelayakan. Sehingga dapat ditetapkan isu yang dapat dipilih untuk dilakukan perangkingan prioritas ialah isu nomor (1), (3), dan (5). C.2.

Prioritas Isu Sesuai analisis isu APKL (Aktual, Problematika, Kekhalayakan dan

Kelayakan) sebelumnya, terdapat 3 (tiga) buah isu yang memenuhi kriteria yakni: 1)

Isu 1: Kurang jelasnya kedudukan legal dari Kebijakan Perkotaan Nasional (KPN) dalam memberikan arahan pembangunan perkotaan nasional;

2)

Isu 3: Pengaturan pembiayaan pembangunan perkotaan yang cenderung masih tradisional dan konservatif; dan

3)

Isu 5: Sulitnya mengukur pencapaian kinerja pembangunan perkotaan. Selanjutnya, untuk melakukan penetapan prioritas dilakukan dengan

menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth) yakni tingkat

29


kemendesakan, keseriusan dan potensi pertumbuhan keparahan persoalan kedepan apabila tidak ditangani. Tabel 9 Penjelasan Kriteria U-S-G dalam Penetapan Prioritas Isu Kriteria U : Urgency S : Seriousness G : Growth

Penjelasan Ukuran mengenai seberapa mendesaknya suatu isu untuk segera dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti Ukuran mengenai seberapa serius suatu isu harus segera dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan Ukuran mengenai seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani sebagaimana mestinya

Secara tingkat urgensi (urgency) pemecahan permasalahan isu 5 memiliki kemendesakan yang paling tinggi, mengingat batas waktu akhir Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ialah 2030, sehingga perlu segera dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti. Adapun isu 1 memiliki kemendesakan moderat, karena setiap kebijakan membutuhkan legalitas untuk dapat menjadi acuan dalam pembangunan baik di Pusat maupun Daerah. Sedangkan isu 3 tidak terlalu harus segera dibahas saat ini juga. Dalam aspek keseriusan (seriousness) isu 1 dan 5 memiliki tingkat keseriusan yang sama tinggi, yakni memiliki konsekuensi serius untuk dibahas, sedangkan isu 3 memiliki tingkat keseriusan yang moderat, dalam artian apabila tidak dibahas dan diselesaikan pun praktik business as usual tetap dapat dilaksanakan. Untuk aspek pertumbuhan (growth) isu 1 memiliki potensi rendah dalam hal semakin memburuknya permasalahan apabila tidak diselesaikan. Sedangkan isu 3 memiliki potensi moderat karena semakin cepat laju urbanisasi apabila tidak dicari alternatifnya akan membebani anggaran pemerintah. Adapun isu 5 memiliki potensi sangat tinggi dalam hal semakin memburuknya permasalahan, karena apabila tidak diselesaikan maka pengukuran capaian kinerja pembangunan perkotaan sesuai dengan amanat komitmen global tujuan pembangunan berkelanjutan tidak dapat diukur, dan target untuk membangun kota dan

30


permukiman yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan tidak dapat dicapai pada tahun 2030 sebagaimana sesuai dengan yang direncanakan. Hasil analisis isu berdasarkan kriteria U-S-G diatas ialah sebagai berikut: Tabel 10 Penilaian Prioritas Isu dengan Metode U-S-G No

Isu

1

Kurang jelasnya kedudukan legal dari Kebijakan Perkotaan Nasional (KPN) dalam memberikan arahan pembangunan perkotaan nasional Pengaturan pembiayaan pembangunan perkotaan Indonesia yang cenderung masih tradisional dan konservatif Sulitnya mengukur pencapaian kinerja pembangunan perkotaan Indonesia

3

5

Kriteria Isu U S G

Total Prioritas Skor

4

4

2

10

II

3

2

4

9

III

5

4

5

14

I

Keterangan: U: Urgent; S: Seriousness; G: Growth.

Maka rumusan prioritas isu ialah “sulitnya mengukur pencapaian kinerja pembangunan perkotaan Indonesia�. Meninjau kedudukan dan peran ASN, isu ini termasuk isu whole of government karena SDGs sebagai komitmen global ialah sebuah koalisi sosial yang memiliki tujuan bersama dalam mewujudkan salah satunya kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan (Tujuan 11). Selain itu, isu ini juga berpotensi mengganggu pelayanan publik Kementerian PPN/Bappenas dalam menyediakan informasi capaian pembangunan yang berguna bagi penyusunan kebijakan dan perencanaan pembangunan kedepan baik bagi Kementerian/Lembaga maupun bagi Daerah. C.3.

Pemecahan Isu Dalam bagian ini akan diulas mengenai alternatif gagasan, pemilihan

rancangan gagasan dan susunan atau tahapan rangkaian kegiatan untuk mendukung pelaksanaan gagasan yang dipilih.

31


a.

Alternatif Gagasan Berdasarkan hasil penentuan prioritas isu yang telah dipilih yakni:

“sulitnya mengukur pencapaian kinerja pembangunan perkotaan Indonesia�, selanjutnya perlu dianalisis pemecahan isu dengan melihat faktor penyebab terjadinya isu tersebut. Dengan menggunakan analisis sebab akibat diperoleh gambaran identifikasi faktor penyebab sulitnya mengukur pencapaian kinerja pembangunan parkotaan sebagai berikut:

Gambar 4 Analisa Sebab-Akibat menggunakan fishbone analysis (6-M) Dari identifikasi faktor penyebab hasil analisa sebab akibat diatas, apabila disusun dalam bentuk pohon masalah (problem tree) untuk menemukan gugus/kelompok faktor penyebab. Berdasarkan analisis pohon masalah (problem tree analysis) ditemukan tiga faktor kunci penyebab sulitnya mengukur pencapaian kinerja pembangunan perkotaan, yakni: 1) Belum adanya alat bantu (software/aplikasi) yang dapat membantu SDM perencana dalam memudahkan proses perhitungan capaian kinerja pembangunan perkotaan; 2) Adanya kelemahan indikator yang dijadikan acuan pengukuran karena ketidaktepatan teknik, pendekatan (proxy) dan metode pengukuran yang digunakan dalam menjelaskan suatu kondisi yang diharapkan;

32


3) Belum adanya data yang reguler, kontinyu dan terbuka yang tersedia akibat masih buruknya tata kelola data perkotaan. Lebih lengkapnya dapat ditampilkan sebagaimana gambar berikut:

Gambar 5 Analisis Pohon Masalah (Problem Tree Analysis) Dari ketiga faktor kunci tersebut, digunakan analisis pohon tujuan/solusi (solution tree analysis) untuk mendapatkan alternatif gagasan dalam rangka menyelesaikan isu tersebut, yakni: 1) Membuat rancangan konsep software/aplikasi pengukuran capaian kinerja pembangunan perkotaan; 2) Menyusun rekomendasi perbaikan indikator SDGs Tujuan 11; 3) Menyusun Standar Operasional dan Prosedur Pengelolaan Data Perkotaan. Untuk menentukan prioritas dari ketiga alternatif gagasan pemecahan masalah di atas, perlu dilakukan analisis dengan menggunakan metode tapisan Mc Namara. Analisis tapisan ini melibatkan tiga kriteria yang dinilai dari setiap alternatif gagasan yakni kontribusi, biaya dan kelayakan. Masing-masing kriteria diberikan skala nilai 1-5 dari paling rendah hingga paling tinggi.

33


Gambar 6 Analisis Pohon Solusi (Solution Tree Analysis) Berdasarkan kriteria kontribusi, gagasan (1) hanya akan berguna apabila telah ditemukan indikator yang tepat; sedangkan gagasan (3) boleh jadi tidak berguna apabila indikator yang ada masih memiliki kekurangan. Sehingga gagasan (2) dinilai memiliki kontribusi paling tinggi dibandingkan (1) dan (3). Tabel 11 Prioritas Gagasan Pemecahan Isu dengan Metode Tapisan Mc Namara No 1

2 3

Alternatif Gagasan Membuat rancangan konsep software/aplikasi pengukuran capaian kinerja pembangunan perkotaan Menyusun rekomendasi perbaikan indikator SDGs Tujuan 11 Menyusun Standar Operasional dan Prosedur Pengelolaan Data Perkotaan

Kriteria K B L

Total Prioritas Skor

4

2

3

9

III

5

4

5

14

I

3

4

3

10

II

Keterangan: K: Kontribusi; B: Biaya; L: Kelayakan.

Dari kriteria biaya, gagasan (1) memerlukan biaya paling tinggi karena proses perancangan konsep pengembangan alat bantu pengukuran baik melalui software maupun aplikasi tidaklah sederhana. Selain itu membutuhkan koordinasi yang intensif dengan Pusat Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan sebagai unit kerja yang bertanggungjawab menata pengembangan aplikasi di lingkungan Kementerian PPN/Bappenas, sehingga akan menimbulkan biaya rapat-rapat koordinasi yang tidak sedikit. Sedangkan gagasan (2) dan (3) memiliki besaran biaya yang kurang lebih relatif sama karena kegiatan didominasi oleh studi

34


dokumen, penelaahan dan konsultasi serta sosialisasi. Adapun dari kriteria kelayakan, gagasan (1) dan (2) dinilai kurang sesuai dengan kapabilitas karena terkait teknologi informasi dan perangkat regulasi diluar dari kendali berdasarkan latar belakang pendidikan penulis, juga terbatasnya waktu aktualisasi dan habituasi. Dengan demikian gagasan alternatif pemecahan masalah yang dipilih untuk dijadikan proyek aktualisasi nilai dasar PNS di lingkup Direktorat Perkotaan, Perumahan dan Permukiman ialah gagasan (2) : Penyusunan Rekomendasi Perbaikan Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Nomor 11 di Subdirektorat Perkotaan. Gagasan yang diusulkan apabila dikaitkan terhadap konteks kedudukan dan peran PNS dalam NKRI ini termasuk pada isu pelayanan publik dan Whole of Government. Gagasan ini terkait dengan isu mengenai Pelayanan Publik karena diharapkan dengan diperbaikinya indikator TPB Nomor 11, maka pencapaian pembangunan berkelanjutan di bidang perkotaan pada 2020-2030 dapat dipantau dan digunakan sebagai umpan balik bagi penyusunan kebijakan dan rencana perkotaan oleh internal Bappenas maupun Kementerian/Lembaga/Daerah sebagai penerima layanan eksternal. Selain itu, unit kerja penulis (dalam hal ini sebagai penyedia layanan) kedepannya dapat melakukan penyusunan Voluntary National Reviews (VNR) mengenai pencapaian Tujuan 11 di Indonesia yang dapat diketahui secara berkala oleh komunitas global (sebagai penerima layanan). Adapun terkait whole of government, gagasan ini melibatkan kontribusi berbagai sektor dan sangat terkait dengan berbagai stakeholder sehingga membutuhkan kerjasama, kolaborasi, pemahaman akan pentingnya tujuan bersama, komunikasi baik dalam lingkup internal Direktorat yang melibatkan lintas subdirektorat (tidak hanya direktorat perkotaan, namun melibatkan direktorat perumahan, air minum dan sanitasi), maupun dengan unit kerja lain di internal Bappenas seperti dengan Sekretariat SDGs, direktorat-direktorat lain serta Kementerian/Lembaga yang memiliki kaitan dan dukungan bagi pengukuran capaian TPB Nomor 11.

35


b.

Solusi Pemecahan Isu Berdasarkan prioritas gagasan pemecahan isu yang sudah ditentukan di

atas, disusunlah sebuah rangkaian kegiatan yang terdiri atas beberapa komponen kegiatan untuk menyelesaikan isu tersebut. Kegiatan yang dilakukan antara lain:

Gambar 7 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Rekomendasi Perbaikan Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Nomor 11 C.4. a. 1)

Rancangan Kegiatan Kegiatan 1: Konsultasi dengan Atasan Langsung Tahapan Kegiatan a. Mempersiapkan bahan dan daftar pertanyaan untuk konsultasi b. Membuat janji dengan atasan langsung untuk berkonsultasi

36


c. Melaksanakan konsultasi d. Membuat catatan hasil konsultasi 2) Output/Hasil Keluaran (output) dari kegiatan ini berupa bahan konsultasi, daftar pertanyaan konsultasi serta catatan hasil konsultasi. 3) Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar PNS a. Akuntabilitas Nilai Akuntabilitas pada kegiatan ini diantaranya ialah Kepercayaan, dalam arti konsultasi ini diharapkan dapat membangun kepercayaan pimpinan terhadap pelaksanaan aktualisasi yang dilaksanakan penulis. Karenanya dalam mempersiapkan bahan konsultasi harus dilakukan secara bertanggungjawab dan sesuai porsi tugasnya yang selaras dengan nilai Kesesuaian Tugas. b. Nasionalisme Nilai Nasionalisme pada kegiatan ini Kekeluargaan. Pelaksanaan konsultasi dan pembimbingan yang dilakukan dilaksanakan dalam suasana kekeluargaan. c. Etika Publik Nilai Etika Publik dalam kegiatan ini ialah Sopan yakni meski dilaksanakan dalam suasana kekeluargaan, tetap kesopanan dan etika harus dijaga terlebih lagi kepada pimpinan. Hormat Permohonan izin untuk membuat janji terlebih dahulu wujud penerapan sikap hormat penulis kepada atasan. Selain itu Menghargai Komunikasi, meskipun misal dapat melakukan penelaahan secara mandiri, koordinasi dan komunikasi sangat penting terlebih lagi apa yang sedang dikerjakan ada dibawah tanggungjawab pimpinan sehingga perkembangannya perlu diketahui secara berkala oleh pimpinan sebagai atasan langsung. Serta Disiplin, dalam artian pelaksanaan konsultasi dilaksanakan secara tepat waktu, datang tidak terlambat, sesuai pada janji yang dipegang. 37


d. Komitmen Mutu Nilai Komitmen Mutu dalam kegiatan ini ialah Kehandalan / Reliability, dalam arti penulis menunjukan sikap yang dapat diandalkan selama konsultasi untuk melakukan proses aktualisasi, ditunjukan dari kesiapan bahan yang disiapkan, kejelasan presentasi, keyakinan pelaksanaan, sistematika rencana dan tahapan kegiatan. Selain itu juga diterapkan nilai Perbaikan Menerus, dalam artian setiap masukan hasil konsultasi dengan atasan dicatat dan dijadikan bahan untuk tindak lanjut untuk melakukan perbaikan terhadap rencana kerja aktualisasi. e. Anti Korupsi Nilai Anti Korupsi yang diterapkan yakni Jujur, dalam arti memaparkan secara apa adanya tanpa melakukan penipuan atau upaya manipulasi fakta dalam pelaksanaan konsultasi, termasuk rincian kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan aktualisasi tidak disampaikan secara mengada-ada (mark up) yang dapat menimbulkan potensi kerugian kas negara. 4) Kontribusi terhadap Visi/Misi Organisasi Kegiatan Konsultasi dengan Atasan Langsung mendukung misi pertama yakni untuk memperkuat keselarasan kerja antara unsur pimpinan dan unsur staf dalam penyusunan perumusan kajian yang dapat meningkatkan kualitas kebijakan perencanaan. 5) Penguatan Nilai Organisasi Pada tahapan kegiatan Konsultasi dengan Atasan Langsung dilakukan penerapan nilai Kementerian PPN/Bappenas yaitu Unggul, khususnya aspek komunikatif, sinergi secara egaliter antara pimpinan dan staf dalam mencari solusi yang andal bagi persoalan yang tengah dikonsultasikan.

38


b.

Kegiatan 2: Penelaahan Indikator Global dan Nasional TPB Nomor 11

1)

Tahapan Kegiatan a. Pengumpulan dokumen dan literatur terkait TPB 11 b. Penelaahan indikator global TPB 11 c. Penelaahan dokumen metadata indikator nasional TPB 11 d. Peninjauan literatur terkait konsep ideal kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh, berkelanjutan e. Penyusunan ringkasan hasil penelaahan

2) Output/Hasil Output dari kegiatan ini ialah tersedianya ringkasan hasil penelaahan (review) indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/TPB 11.

3) Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar PNS a. Akuntabilitas Nilai Akuntabilitas pada kegiatan ini diantaranya ialah Integritas, dalam arti ketika melakukan penyusunan hasil telaah seluruh sumber dinyatakan apa adanya secara bertanggungjawab sehingga menghindari praktik plagiarisme. Kejelasan dalam merumuskan target juga diterapkan dalam melakukan penelaahan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan penelaahan yakni untuk mengidentifikasi daftar permasalahan indikator eksisting. b. Nasionalisme Nilai Nasionalisme yang diterapkan pada kegiatan ini ialah Kerja Keras untuk menemukan dan menyusun identifikasi persoalan indikator yang digunakan serta Menghargai Hasil Karya Orang Lain karena penelaahan pada literatur harus mengakui secara terbuka dengan pencantuman sitasi (citation) sesuai ketentuan penulisan ilmiah. c. Etika Publik Nilai Etika Publik yang diterapkan pada kegiatan ini ialah Cermat dan Akurat, yakni dalam identifikasi persoalan indikator betul-betul

39


dilakukan

secara

teliti

dengan

penuh

kecermatan

sehingga

menghasilkan informasi yang benar, tidak menyesatkan, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, serta penerapan nilai d. Komitmen Mutu Nilai Komitmen Mutu pada kegiatan ini ialah Semangat/Passionate dalam arti tidak mengerjakan semata-mata karena formalitas namun tetap mempertimbangkan kualitas dan dilakukan secara sungguhsungguh, serta Hemat yakni menggunakan sumberdaya sesedikit mungkin, zero waste dengan melakukan penelaahan secara elektronik sehingga meminimalkan jumlah kertas yang terbuang dalam pelaksanaan penelaahan. e. Anti Korupsi Nilai Anti Korupsi yang tercermin dalam kegiatan ini ialah Berani dalam memberikan judgement apabila memang sesuai dengan kenyataannya seperti itu, tidak menerapkan perilaku yang tidak objektif, tidak takut menyuarakan kebenaran dalam penelaahan/review. Dengan menerapkan nilai Berani, penulis dituntut untuk mampu melaksanakan penelaahan tanpa rasa takut terhadap tekanan, ancaman, serta berani menolak setiap pemberian atau iming-iming dari pihak manapun yang ditujukan agar penulis bersedia untuk menutupi kebenaran hasil penelaahan. 4) Kontribusi terhadap Visi/Misi Organisasi Kegiatan Penelaahan Indikator Global dan Nasional TPB Nomor 11 mendukung

misi

kedua

yakni

untuk

memperkuat

pengendalian

pelaksanaan perencanaan terhadap program kegiatan dalam rangka mempercepat pelaksanaan pembangunan. Apabila telah berhasil ditelaah maka hasil penelaahan dapat berguna untuk perbaikan indikator TPB Nomor 11 yakni Membangun Kota dan Permukiman yang Inklusif, Aman, Tangguh dan Berkelanjutan serta dapat menjadi feedback bagi pengendalian pembangunan perkotaan.

40


5) Penguatan Nilai Organisasi Pada tahapan kegiatan Penelaahan Indikator Global dan Nasional TPB Nomor 11 dilakukan penerapan nilai Kementerian PPN/Bappenas yaitu Berintegritas, dalam arti penulis melakukan penelaahan teori-teori dan dari berbagai dokumen literatur secara profesional, kredibel, memegang teguh prinsip dan standar kode etik keilmuan. c.

Kegiatan 3: Penyusunan Rancangan Perbaikan Indikator

1) Tahapan Kegiatan a. Menyusun daftar istilah/definisi terkait data dan indikator b. Menyusun daftar metode dan pendekatan (proxy) c. Mengumpulkan data untuk proses pengujian indikator d. Melakukan pengujian pada suatu daerah sampel e. Melakukan penelaahan (review) hasil pengujian f. Menyusun draf dokumen rancangan perbaikan indkator 2) Output/Hasil Keluaran (output) dari kegiatan ini berupa dokumen rancangan perbaikan indikator serta technical notes temuan dan kendala hasil pengujian indikator. 3) Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar PNS a. Akuntabilitas Nilai Akuntabilitas pada kegiatan ini diantaranya ialah Transparansi, yakni keterbukaan, setiap data digunakan sumber yang tersedia secara publik dengan menyebutkan sumbernya dengan demikian penyusunan rancangan yang dilakukan dapat diperiksa validitasnya oleh pihak ketiga (orang lain) dan produk kerja menjadi akuntabel. Netral dalam artian tidak memihak pada suatu kepentingan tertentu. Adapun nilai Konsistensi mengerjakan penyusunan terhadap istilah-istilah indikator yang telah ditetapkan dan disusun pada tahapan awal kegiatan ini.

41


b. Nasionalisme Nilai Nasionalisme pada kegiatan ini ialah Kepentingan Bersama yakni perbaikan rancangan indikator ini dilandasi oleh rasa cinta dan kepedulian penulis supaya Indonesia kedepan dapat melakukan pelaporan

pencapaian

pembangunan

perkotaan

berkelanjutan

berdasarkan pemenuhan target TPB 11. Disamping itu terdapat nilai Persatuan, dalam melakukan pengujian kepada daerah sampel diupayakan mengambil sampel secara representatif tidak hanya dari kota-kota di jawa tapi merata dari berbagai wilayah pulau. c. Etika Publik Nilai Etika Publik yang diterapkan dalam kegiatan ini diantaranya ialah Profesionalitas, yakni mengerjakan perumusan sesuai basis keahlian dan kompetensi penulis. Juga Kepekaan, yakni melakukan perumusan secara peka dengan memperhatikan kondisi, kebutuhan dan kapasitas pengguna layanan dalam melakukan pengukuran indikator, pengguna layanan dalam hal ini ialah pemerintah daerah, kementerian/lembaga atau swasta yang menggunakan indikator TPB 11. d. Komitmen Mutu Nilai Komitmen Mutu yang tercermin dari kegiatan ini ialah Inovatif dalam arti ketika melakukan penyusunan indikator namun data atau sumber pengukurannya belum tersedia, penulis harus dapat secara kreatif dan inovatif mencari jalan keluar seperti dengan menyusun metode pendekatan (proxy) yang dapat dihitung dan memberikan penjelasan. Kesempurnaan, yang artinya penulis mengerjakan penyusunan rancangan perbaikan indikator ini secara perfeksionis dan mengupayakan produk kinerja yang tanpa cacat (zero defect). e. Anti Korupsi Nilai anti korupsi pada kegiatan ini ialah Peduli, dalam artian pelaksanaan penyusunan rancangan perbaikan ini dilandasi kepedulian untuk memudahkan pengukuran indikator, sehingga dapat mencegah tindakan pemalsuan atau suap terkait penilaian keberhasilan capaian.

42


4) Kontribusi terhadap Visi/Misi Organisasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Perbaikan Indikator mendukung misi kedua karena perbaikan indikator diharapkan dapat memperkuat pengendalian dan pada akhirnya dapat berkontribusi bagi penguatan kualitas kebijakan dan rencana sesuai misi pertama yakni merumuskan dan menetapkan

kebijakan

perencanaan,

penganggaran,

regulasi,

dan

kelembagaan dalam pembangunan nasional yang selaras;. 5) Penguatan Nilai Organisasi Pada tahapan kegiatan Penyusunan Rancangan Perbaikan Indikator memperkuat nilai Kementerian PPN/Bappenas yaitu Visioner, karena dalam penyusunannya perlu pandangan yang strategis, jauh, jelas kedepan yakni

mengupayakan

bagaimana

supaya

pengukuran

ini

dapat

menghasilkan informasi yang berkualitas mengenai capaian TPB hingga 2030. Selain itu juga dapat memperkuat nilai Unggul yakni berkemampuan tinggi, inovatif dan solutif dalam mendobrak kebuntuan yang ada. d.

Kegiatan 4: Pemetaan Walidata Indikator

1) Tahapan Kegiatan a. Menyusun identifikasi awal walidata indikator TPB 11 b. Melakukan peninjauan regulasi mengenai struktur organisasi dan tata kerja masing-masing K/L c. Melakukan rekonfirmasi kepada direktorat sektor mitra K/L di Bappenas terkait ketersediaan data dan kesesuaian kewenangan K/L yang didaulat menjadi walidata indikator tertentu d. Menyusun pemetaan stakeholder yang menjadi walidata indikator 2) Output/Hasil Keluaran (output) dari kegiatan ini ialah tersusunnya ringkasan pemetaan stakeholder yang menjadi walidata indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Nomor 11: Menjadikan Kota dan Permukiman yang Inklusif, Aman, Tangguh dan Berkelanjutan.

43


3) Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar PNS a. Akuntabilitas Nilai Akuntabilitas pada kegiatan ini diantaranya ialah Integritas, yakni menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan dalam proses pemetaan walidata. Kejelasan dalam artian merinci secara jelas wewenang, peran dan tanggung jawab walidata dalam pemenuhan datadata pada indikator tertentu sehingga tidak menimbulkan kerancuan yang akan menghambat pelaksanaan tanggung jawab. b. Nasionalisme Nilai Nasionalisme pada kegiatan ini ialah Partisipasi dan Konsensus yakni melibatkan unit kerja direktorat sektor mitra K/L untuk secara bersama-sama membangun konsensus mengenai walidata yang sesuai dengan indikator yang ditetapkan. c. Etika Publik Nilai Etika Publik yang diterapkan dalam kegiatan ini diantaranya ialah Saling Menghormati, yakni prinsip kesetaraan atau ekualitas antara penulis dengan rekan kerja penulis di unit kerja lain dalam meminta konfirmasi terkait walidata yang sesuai. Juga Sesuai Aturan, yakni melakukan pemetaan walidata dengan mengacu pada aturan mengenai struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) masing-masing K/L yang teridentifikasi sesuai dengan indikator yang ditetapkan. d. Komitmen Mutu Nilai Komitmen Mutu yang tercermin dari kegiatan ini ialah Kerjasama Kolegial yakni membangun semangat bersama lintas unit kerja dalam berkomitmen untuk menghasilkan mutu produk dan perbaikan

kinerja

secara

berkelanjutan.

Kredibilitas,

yakni

mengupayakan hasil pemetaan stakeholder yang kredibel dan dapat dipercaya hasilnya. e. Anti Korupsi Nilai anti korupsi pada kegiatan ini ialah Adil, dalam artian melakukan pemetaan sesuai porsi dan tugas masing-masing stakeholder menurut 44


aturan yang ada, tidak menunjukan sikap berat sebelah, memihak salah satu stakeholder tertentu untuk menjadi walidata dengan mengharapkan adanya hadiah, pemberian, ucapan terimakasih sebagai gratifikasi dari keputusan atau kebijkan penentuan walidata indikator ini. 4) Kontribusi terhadap Visi/Misi Organisasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Perbaikan Indikator mendukung misi pertama memperkuat sinergi antarfungsi pemerintahan melalui identifikasi walidata indikator yang dapat memberikan kontribusi pemenuhan data secara berkala dan terukur. 5) Penguatan Nilai Organisasi Pada tahapan kegiatan Penyusunan Rancangan Perbaikan Indikator memperkuat nilai Kementerian PPN/Bappenas yaitu memperkuat nilai Berintegritas, yakni profesional, kredibel, dapat dipercaya dan menerapkan standar etika dalam proses pemetaan walidata. e.

Kegiatan 5: Sosialisasi dan Focus Group Discussion (FGD)

1) Tahapan Kegiatan a. Menyusun bahan tayang FGD b. Berkoordinasi dengan sekretariat terkait waktu pelaksanaan, lokasi dan sumberdaya yang dibutuhkan c. Menyusun undangan FGD d. Berkoordinasi dengan sekretariat untuk menyebarkan undangan FGD e. Rapat persiapan internal mempersiapkan FGD dan melakukan pembagian peran untuk moderator, asisten sorot dan notulis bersama rekan kerja f. Membuat publikasi kegiatan FGD g. Melakukan konfirmasi kehadiran peserta FGD h. Mempresentasikan hasil penyusunan dalam FGD i. Menghimpun masukan dari peserta FGD

45


2) Output/Hasil Keluaran (output) dari kegiatan ini berupa bahan tayang FGD, serta notulensi (catatan rapat) hasil diskusi yang menghimpun berbagai masukan dari peserta forum. 3) Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar PNS a. Akuntabilitas Nilai akuntabilitas pada kegiatan ini diantaranya ialah Kepemimpinan yakni penulis dituntut untuk melakukan pengelolaan (manajemen) mulai dari persiapan/perencanaan, koordinasi, eksekusi hingga evaluasi di akhir. Selain itu nilai Keseimbangan dimana penulis harus menyadari bahwa terdapat peran-peran yang harus dibagi secara seimbang dan sesuai potensi masing-masing bersama rekan kerja misal seperti moderator, notulen dan lain sebagainya. b. Nasionalisme Penerapan nilai Nasionalisme pada kegiatan ini diantaranya ialah Gotong Royong, yakni bekerja bersama melakukan proses persiapan hingga pelaksanaan FGD. Disamping itu terdapat nilai Musyawarah, yakni curah pendapat dari berbagai elemen individu dalam memberikan sumbangsih pemikiran, kritik yang membangun, pertanyaan dan tanggapan dalam FGD. Adapun nilai Religius diterapkan dalam bentuk membuka forum dengan salam serta membaca doa bersama sesuai keyakinan masing-masing peserta forum. Serta Aspiratif dalam artian mempertimbangkan aspirasi dan masukan dari peserta forum. c. Etika Publik Nilai Etika Publik yang diterapkan dalam kegiatan ini ialah Santun, dalam artian penyampaian yang dilakukan memperhatikan standar etika kesopanan dalam berforum baik secara gesture, bahasa, dan lain sebagainya. Juga terdapat penerapan nilai Non Diskriminatif, yakni tidak memberikan perlakuan yang berbeda kepada setiap peserta

46


berdasarkan gender, agama, ras, suku bangsa, kelompok atau golongan seperti antara PNS dan PTT (pegawai tidak tetap). Disiplin, dalam tata cara berforum sehingga pelaksanaan forum menghormati dan memegang teguh etika berforum. d. Komitmen Mutu Nilai Komitmen Mutu yang diterapkan dalam kegiatan ini diantaranya Kreatif, yakni dalam penyusunan bahan tayang serta publikasi sosialisasi yang menarik. Selain itu diterapkan juga nilai Komunikatif yakni secara proaktif tanpa menunggu mempersiapkan dan berkoordinasi dengan pihak pihak yang terkait sehingga dihasilkan mutu pelaksanaan FGD yang maksimal, efektif dan efisien. Perbaikan Menerus, dalam arti masukan dan saran dari peserta FGD akan menjadi bahan perbaikan dalam penyusunan laporan rekomendasi. e. Anti Korupsi Nilai Anti Korupsi yang diterapkan pada kegiatan ini ialah Sederhana yakni melaksanakan FGD, dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia, tidak perlu bermewah-mewahan untuk melakukan FGD di hotel, menggunakan anggaran secara hemat dan wajar namun tepat sasaran dengan menyelenggarakan FGD di kantor dengan makan siang dan snack sesuai standar biaya masukan menurut peraturan, sehingga penggunaan sumberdaya negara lebih efisien tidak ada pemborosan keuangan negara dalam pelaksanaan sosialisasi dan FGD. 4) Kontribusi terhadap Visi/Misi Organisasi Kegiatan FGD mendukung misi pertama yakni untuk memperkuat sinergi antarsektor dalam memberikan kontribusi bagi penyusunan perumusan perbaikan indikator TPB Nomor 11, serta misi ketiga karena pelaksanaan FGD sesuai prosedur pelaksanaan dan pelaporan sesuai aturan yang berlaku akan memperkuat pelaksanaan tata kelola kelembagaan pemerintahan yang baik dan bersih di Kementerian PPN/Bappenas.

47


5) Penguatan Nilai Organisasi Pada tahapan kegiatan FGD ini memperkuat nilai Kementerian PPN/Bappenas yaitu Unggul, yakni berkemampuan tinggi, mampu bersinergi secara egaliter dan komunikatif. f.

Kegiatan 6: Pembuatan Booklet Rekomendasi

1) Tahapan Kegiatan a. Menyusun format booklet b. Mengkompilasi hasil penelaahan dan masukan perbaikan c. Menulis konten booklet d. Melakukan penyuntingan dan tata letak booklet e. Meminta bantuan rekan kerja untuk melakukan proof-reading. f. Melakukan konsultasi akhir dengan atasan langsung g. Melakukan perbaikan hasil konsultasi h. Melakukan pencetakan dan publikasi booklet secara elektronik 2) Output/Hasil Keluaran (output) dari kegiatan ini berupa booklet rekomendasi perbaikan indikator TPB Nomor 11. 3) Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar PNS a. Akuntabilitas Nilai yang terkandung dalam pelaksanaan kegiatan ini ialah Tanggungjawab, dalam arti penulis melakukan penyusunan booklet sebagai bentuk pelaporan, pertanggungjawaban dan akuntabilitas penulis dalam pelaksanaan aktualisasi ini. b. Nasionalisme Nilai Nasionalisme yang diterapkan dalam kegiatan ini diantaranya ialah Cinta Tanah Air, yakni penulisan konten booklet menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Selain itu terdapat nilai Kerjasama, yakni dalam bentuk

48


meminta bantuan rekan sejawat untuk melakukan proof-reading hasil laporan sebelum dicetak. c. Etika Publik Penyusunan laporan dilakukan sesuai standar penulisan pelaporan yang baik. Dalam hal kompilasi hasil telaahan, perlu diterapkan nilai Keutuhan Informasi sehingga seluruh bahan dan masukan bagi rekomendasi perbaikan dapat tercantum dan digunakan sebagai kesatuan informasi yang utuh dalam laporan rekomendasi. Selain itu penerapan nilai Ketepatan juga akan tercermin dalam pelaksanaan kegiatan ini sebagai etika penyampaian data dan informasi pemerintah yang harus kredibel dan dapat diandalkan (reliable). d. Komitmen Mutu Nilai Komitmen Mutu yang diterapkan pada kegiatan ini ialah Efisiensi, yakni melakukan penyusunan format terlebih dahulu untuk memberikan kerangka pengerjaan sehingga meminimalisir kesalahan dan menghemat waktu pengerjaan. Serta Kontrol Kualitas, yakni melakukan proses proof reading sebelum dicetak untuk meminimalisir penggunaan sumber daya yang terbuang hanya untuk draft booklet (zero waste and zero defect). Selain itu terdapat penerapan nilai Kreatif yakni dalam hal penyuntingan akhir serta penataan tata letak (layouting) laporan untuk menciptakan booklet yang berkualitas dan menarik untuk dibaca. Juga orientasi terhadap Kepuasan Klien, yang menjadi klien dalam hal ini ialah pimpinan atau atasan langsung, melaksanakan secara maksimal untuk membuat booklet yang berkualitas. e. Anti Korupsi Proses penyusunan booklet dilaksanakan dengan menerapkan nilai Mandiri untuk memenuhi target dan capaian sesuai dengan yang ditentukan dalam rancangan aktualisasi, dengan menerapkan mandiri maka laporan akan dapat selesai tepat waktu. Tidak membayar orang lain untuk melakukan penyelesaian pekerjaan yang menjadi tanggungjawab pribadi (menghindari perbuatan curang yang menguntungkan pribadi).

49


4) Kontribusi terhadap Visi/Misi Organisasi Kegiatan penyusunan laporan ini mendukung misi ketiga karena pelaporan sesuai aturan yang berlaku akan memperkuat pelaksanaan tata kelola kelembagaan pemerintahan yang baik dan bersih di Kementerian PPN/Bappenas. Serta misi kedua karena hasil rekomendasi perbaikan indikator ini diharapkan dapat memperkuat pengendalian pemantauan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan khususnya pembangunan perkotaan. 5) Penguatan Nilai Organisasi Pada

tahapan

kegiatan

FGD

ini

memperkuat

nilai

Kementerian

PPN/Bappenas yaitu Berintegritas, yakni profesional, kredibel, dapat dipercaya dan memegang teguh prinsip serta standar etika yang berlaku sehingga penyusunan laporan dapat memperkuat kredibilitas Bappenas dalam pengukuran indikator TPB Nomor 11.

50


C.5.

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan aktualisasi dan habituasi dilakukan sesuai jadwal berikut ini: Tabel 12 Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi

No.

Kegiatan

1.

Konsultasi dengan Atasan Langsung Penelaahan Indikator Global dan Nasional TPB 11 Penyusunan rancangan perbaikan indikator Pemetaan walidata indikator Sosialisasi dan Focus Group Discussion (FGD) Rancangan Perbaikan Indikator Penyusunan Booklet Rekomendasi Perbaikan Indikator

2.

3.

4. 5.

6.

27 S

Mei 28 29 S R

10 S

11 S

12 R

13 K

51

14 J

17 S

18 S

Juni 19 20 R K

21 J

24 S

25 S

26 R

27 K

28 J

Juli 1 S


BAB III PENUTUP

Pada aktualisasi yang akan dilaksanakan, berdasarkan hasil analisis, isu yang diangkat untuk diselesaikan di lingkungan kerja penulis ialah mengenai: “Sulitnya mengukur pencapaian kinerja pembangunan perkotaan Indonesia�. Untuk menyelesaikan isu ini telah ditentukan gagasan pemecahan isu yakni Penyusunan Rekomendasi Perbaikan Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Nomor 11 di Subdirektorat Perkotaan. Gagasan isu yang dipilih merupakan refleksi dan aktualisasi konteks kedudukan dan peran PNS sebagai pelayan publik dan whole of government. Pelaksanaan aktualisasi ini diselenggarakan melalui lima (5) kegiatan yang pada masing-masing kegiatan akan diaktualisasikan nilai nilai dasar PNS meliputi Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi. Semoga rancangan aktualisasi ini dapat disetujui untuk selanjutnya dapat direalisasikan dalam pelaksanaan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS, kedudukan dan peran PNS dalam NKRI.

52


DAFTAR PUSTAKA ----------. (2009). Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Jakarta. ----------. (2014). Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Jakarta. ----------. (2014). Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Jakarta. ----------. (2015). Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2015 tentang Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta. ----------. (2015). Peraturan Presiden No. 66 Tahun 2015 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta. ----------. (2016). Peraturan Menteri PPN No. 4 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PPN/Bappenas. Jakarta. ----------. (2016). Peraturan Presiden No. 20 Tahun 2016 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta. ----------. (2017). Peraturan Menteri PPN No. 2 Tahun 2017 tentang Rencana Strategis Kementerian PPN/Bappenas 2015-2019. Jakarta. ----------. (2017). Peraturan Menteri PPN No. 6 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri PPN No. 4 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PPN/Bappenas. Jakarta. ----------. (2018). Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta. Fatimah, E., & Irawati, E. (2017). Manajemen Aparatur Sipil Negara: Modul Pelatihan Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. (2019). Arahan Pelaksanaan Visi dan Nilai Kementerian PPN/Bappenas. Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas. Kumorotomo, W., Wirapradja, N. R., & Imbaruddin, A. (2015). Etika Publik: Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Kusumasari, B., Dwiputranti, S., & Allo, E. L. (2015). Akuntabilitas: Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara RI. Latief, Y., Suryanto, A., & Muslim, A. A. (2015). Nasionalisme: Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

53


Purwanto, E. A., Tyastianti, D., Taufiq, A., & Novianto, W. (2017). Pelayanan Publik: Modul Pelatihan Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Suwarno, Y., & Sejati, T. A. (2017). Whole of Government: Modul Pelatihan Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Tim Penulis Komisi Pemberantasan Korupsi. (2015). Anti Korupsi: Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan I/II/III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Yuniarsih, T., & Taufiq, M. (2015). Komitmen Mutu: Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

54


LAMPIRAN RANCANGAN AKTUALISASI Nama Unit Kerja Identifikasi Isu

: : :

Isu yang diangkat Gagasan Pemecahan Isu

: :

NO

KEGIATAN

1

Konsultasi dengan Atasan Langsung

Luthfi Muhamad Iqbal Direktorat Perkotaan, Perumahan dan Permukiman, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas a. Kurang jelasnya kedudukan legal dari Kebijakan Perkotaan Nasional dalam memberikan arahan pembangunan perkotaan nasional; b. Terbatasnya substansi cakupan pembahasan pada RPP Perkotaan; c. Pengaturan pembiayaan pembangunan perkotaan Indonesia yang cenderung masih tradisional dan konservatif; d. Belum tersedianya data perkotaan (mengenai jumlah, klasifikasi, sebaran dan nama kawasan) diluar data kota sebagai daerah otonom; e. Sulitnya mengukur pencapaian kinerja pembangunan perkotaan Indonesia Sulitnya mengukur pencapaian kinerja pembangunan perkotaan Indonesia Penyusunan Rekomendasi Perbaikan Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Nomor 11 di Subdirektorat Perkotaan

TAHAPAN 1. Mempersiapkan bahan dan daftar pertanyaan untuk konsultasi 2. Membuat janji dengan atasan 3. Melaksanakan konsultasi terkait hasil penelaahan 4. Membuat catatan hasil konsultasi

OUTPUT Tersedianya bahan konsultasi, daftar pertanyaan konsultasi, serta catatan hasil konsultasi

KETERKAITAN SUBSTANSI MATA PELATIHAN Akuntabilitas • Kepercayaan • Kesesuaian Tugas Nasionalisme • Kekeluargaan Etika Publik • Sopan • Menghargai Komunikasi • Hormat • Disiplin Komitmen Mutu • Kehandalan/Reliability • Perbaikan Menerus Anti Korupsi • Jujur

55

KONTRIBUSI TERHADAP VISI MISI ORGANISASI Kegiatan Konsultasi dengan Atasan Langsung mendukung misi pertama yakni untuk memperkuat keselarasan kerja antara unsur pimpinan dan unsur staf dalam penyusunan perumusan kajian yang dapat meningkatkan kualitas kebijakan perencanaan

PENGUATAN NILAI ORGANISASI Pada tahapan kegiatan Konsultasi dengan Atasan Langsung dilakukan penerapan nilai Kementerian PPN/Bappenas yaitu Unggul, khususnya aspek komunikatif, sinergi secara egaliter antara pimpinan dan staf dalam mencari solusi yang andal bagi persoalan yang tengah dikonsultasikan


NO

KEGIATAN

TAHAPAN

OUTPUT

1

Penelaahan Indikator Global dan Nasional TPB 11

1. Pengumpulan dokumen dan literatur terkait TPB 11 2. Penelaahan indikator global 3. Penelaahan dokumen metadata indikator nasional TPB 11 4. Peninjauan literatur terkait konsep ideal kota inklusif, aman, tangguh, berkelanjutan 5. Penyusunan ringkasan hasil penelaahan

Tersedianya ringkasan ringkasan hasil penelaahan (review) indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ TPB 11

3

Penyusunan rancangan perbaikan indikator

1. Menyusun daftar istilah/definisi data dan indikator 2. Menyusun daftar metode dan pendekatan (proxy) 3. Mengumpulkan data untuk proses pengujian indikator 4. Melakukan pengujian indikator 5. Melakukan review hasil pengujian 5. Menyusun draf dokumen rancangan perbaikan indikator

Tersusunnya dokumen rancangan perbaikan indikator dan technical notes terkait temuan dan kendala pengujian indikator

KETERKAITAN SUBSTANSI MATA PELATIHAN Akuntabilitas • Integritas • Kejelasan Nasionalisme • Kerja Keras • Menghargai Hasil Karya Orang Lain Etika Publik • Cermat • Akurat Komitmen Mutu • Semangat/Passionate • Hemat Anti Korupsi • Berani Akuntabilitas • Transparansi • Netral • Konsisten Nasionalisme • Kepentingan Bersama • Persatuan Etika Publik • Profesionalitas • Kepekaan Komitmen Mutu • Inovatif • Kesempurnaan Anti Korupsi • Peduli

KONTRIBUSI TERHADAP VISI MISI ORGANISASI Mendukung misi kedua yakni untuk memperkuat pengendalian pelaksanaan perencanaan terhadap program kegiatan dalam rangka mempercepat pelaksanaan pembangunan. Dapat menjadi feedback bagi pengendalian pembangunan perkotaan

Kegiatan ini mendukung misi kedua karena perbaikan indikator diharapkan dapat memperkuat pengendalian dan pada akhirnya dapat berkontribusi bagi penguatan kualitas kebijakan dan rencana sesuai misi pertama

PENGUATAN NILAI ORGANISASI Memperkuat nilai Berintegritas, dalam arti penulis melakukan penelaahan teori-teori dan dari berbagai dokumen literatur secara profesional, kredibel, memegang teguh prinsip dan standar kode etik keilmuan

Memperkuat nilai Visioner, berpandangan yang strategis, jauh, jelas kedepan, menghasilkan informasi yang berkualitas untuk mengukur capaian TPB 2030. Juga nilai Unggul yakni berkemampuan tinggi, inovatif dan solutif memecahkan masalah

56


NO

KEGIATAN

TAHAPAN

OUTPUT

4

Pemetaan Walidata Indikator TPB 11

1. Melakukan identifikasi awal walidata indikator TPB 11 2. Melakukan peninjauan regulasi mengenai struktur organisasi dan tata kerja masing-masing K/L 3. Melakukan rekonfirmasi kepada direktorat sektor mitra K/L di Bappenas terkait ketersediaan data dan kewenangan K/L yang didaulat menjadi walidata indikator tertentu 4. Menyusun pemetaan stakeholder yang menjadi walidata indikator

Tersusunnya ringkasan pemetaan stakeholder yang menjadi walidata indikator TPB 11

5

Sosialisasi dan Focus Group Discussion (FGD)

1. Menyusun bahan tayang FGD 2. Berkoordinasi dengan sekretariat terkait waktu pelaksanaan, lokasi, dan sumberdaya yang dibutuhkan 3. Menyusun undangan FGD 4. Berkoordinasi dengan sekretariat untuk menyebar undangan FGD 5. Rapat persiapan internal persiapan FGD & pembagian peran 6. Membuat publikasi FGD 7. Melakukan konfirmasi kehadiran peserta FGD 8. Mempresentasikan hasil rancangan 9. Menghimpun masukan dari peserta FGD

Tersedianya bahan tayang FGD, serta notula atau catatan rapat hasil diskusi yang menghimpun berbagai masukan dari peserta forum

KETERKAITAN SUBSTANSI MATA PELATIHAN Akuntabilitas • Integritas • Kejelasan Nasionalisme • Partisipasi • Konsensus Etika Publik • Saling Menghormati • Sesuai Aturan Komitmen Mutu • Kerjasama Kolegial • Kredibilitas Anti Korupsi • Adil Akuntabilitas • Kepemimpinan • Keseimbangan Nasionalisme • Gotong Royong • Musyawarah & Aspiratif • Religius Etika Publik • Santun • Non Diskriminatif • Disiplin Komitmen Mutu • Kreatif • Komunikatif Anti Korupsi • Sederhana

KONTRIBUSI TERHADAP VISI MISI ORGANISASI Kegiatan Pemetaan Walidata Indikator TPB 11 mendukung misi pertama memperkuat sinergi antarfungsi pemerintahan melalui identifikasi walidata indikator yang dapat memberikan kontribusi pemenuhan data secara berkala dan terukur

Kegiatan FGD mendukung misi pertama yakni untuk memperkuat sinergi antarsektor dalam perumusan perbaikan indikator TPB Nomor 11, serta misi ketiga karena pelaksanaan FGD sesuai prosedur pelaksanaan dan pelaporan sesuai aturan yang berlaku akan memperkuat pelaksanaan tata kelola kelembagaan pemerintahan yang baik dan bersih

PENGUATAN NILAI ORGANISASI Pada tahapan kegiatan ini, memperkuat nilai Kementerian PPN/Bappenas yaitu Berintegritas, dengan bersikap profesional, kredibel, dapat dipercaya dan menerapkan standar etika dalam proses pemetaan walidata

Pada tahapan kegiatan FGD ini memperkuat nilai Kementerian PPN/ Bappenas yaitu Unggul, yakni berkemampuan tinggi, mampu bersinergi secara egaliter dan komunikatif.

57


NO

KEGIATAN

6

Pembuatan Booklet Rekomendasi Perbaikan Indikator

TAHAPAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Menyusun format booklet Mengkompilasi hasil penelaahan Menulis konten booklet Melakukan penyuntingan dan tata letak booklet Meminta bantuan rekan kerja untuk melakukan proof-reading Melakukan konsultasi akhir dengan atasan langsung Melakukan perbaikan hasil konsultasi Melakukan pencetakan dan publikasi laporan secara elektronik

OUTPUT Tersusunnya booklet rekomendasi perbaikan indikator TPB Nomor 11

KETERKAITAN SUBSTANSI MATA PELATIHAN Akuntabilitas • Tanggungjawab Nasionalisme • Cinta Tanah Air • Kerja sama Etika Publik • Keutuhan Informasi • Ketepatan Komitmen Mutu • Efisiensi • Kontrol Kualitas • Kepuasan Klien/ Pelanggan Anti Korupsi • Mandiri

KONTRIBUSI TERHADAP VISI MISI ORGANISASI mendukung misi ketiga karena pelaporan sesuai aturan yang berlaku akan memperkuat pelaksanaan tata kelola kelembagaan pemerintahan yang baik dan bersih di Kementerian PPN/Bappenas. Serta misi kedua karena hasil rekomendasi perbaikan indikator ini diharapkan memperkuat pengendalian pembangunan perkotaan.

PENGUATAN NILAI ORGANISASI memperkuat nilai Kementerian PPN/Bappenas yaitu Berintegritas, yakni profesional, kredibel, dapat dipercaya dan memegang teguh prinsip serta standar etika yang berlaku sehingga penyusunan laporan dapat memperkuat kredibilitas Bappenas dalam pengukuran indikator TPB Nomor 11

58


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.