Majalah Frasa

Page 1

E d i s i 2 Ta h u n p e r ta m a | m a j a l a h d i g i ta l | r a b u , 2 0 j u n i 2 0 1 2

Frasa Cerpen Ummul Khaier El-Syaf: Luka Dukaku Puisi Dimas Indianto S dan Selendang Sulaiman Cerpen Teenlit Yoan Fa: Genta

Fiksimini Ayu Ira Kurnia marpaung: Jembatan Kenangan Puisimini Muhammad Asqalani eNeSTe Puisi Teenlit: Nadia Almira Sagitta dan M Taufik Hidayatullah

Social Network neraka atau nyawa baru sastra Cover: Nick Giorgiou


HAL

2

SALAM

Frasa

M a j a l a h

Penanggungjawab Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi Wakil Pemipin Redaksi Tim Redaksi Design Tata Letak Sekretaris Redaksi

D i g i t a l

: 4 Bratvas : Makmur HM : M Asqalani eNeSTe : Delvi Adri : Jhody M Adrowi Makmur HM M Asqalani eNeSTe Delvi Adri Yohana May Moon Nst Nia Nurul Syahara : Makmur HM : Jhody M Adrowi

Redaksi menerima tulisan yang bersifat orisinil dan belum pernah diterbitkan di media manapun. Tulisan berupa karya sastra yang terbit akan dibukukan setiap edisi akhir tahun. email: redaksifrasa@yahoo.com Tarif Iklan full colour per edisi 1/4 halaman: Rp150,000 1/2 Halaman: Rp300,000 1 Halaman: Rp500,000 Iklan Sosial: Mulai Rp30,000 - Rp100,000 Alamat Redaksi / kontak Email: redaksifrasa@yahoo.com Phone: 0852 6536 9405 Blog: http://majalahfrasa.blogspot.com/

Salam hangat, Para pembaca yang budiman.. ehem.... akhirnya edisi kedua bisa nampang juga. Dari awal bulan Juni ini kami sudah berusaha mmempersiapkan berbagai bacaan di dapur kami yang terus terang masih pindahpindah ini. Hmmm, mengingat cuaca yang panas, nas, nas , nas .. di Kota Pekanbaru ini yaitu bisa 30 derajat celcius perharinya, kami lebih milih kumpal-kumpul di ruangan tertutup aja alias indoor. Sambil ngopi-ngopi buka laptop lalu diskusi tentang sastra. Azippp dech. Hari ke hari menjadi minggu ke minggu dan tak terasa sudah 4 minggu sejak penerbitan Frasa edisi perdana. Maka di penghujung Juni kali ini Frasa kembali hadir dengan tema “Social Media, Neraka atau Nyawa Baru Sastra�. Perkembangan internet memang sangat pesat. Siapa saja mulai dari anak kecil hingga orang dewasa bahkan manula di Indonesia sudah melek internet. Data dalam angka menunjukkan Indonesia berada di urutan kedua sebagai pemakai facebook terbanyak setelah Amerika Serikat. Berdasarkan top10.web.id pengguna FB di Indonesia tahun 2011 mencapai 41 juta orang lebih dari 250 juta total penduduk. Sebanyak 41% berasal dari usia 18-24 tahun, sebanyak 21% berusia 25-34 tahun. Wah, wah kalau begitu pengguna FB memang banyak dari kalangan muda. Makanya baik di sekolahan, kampus, resto, atau tempat umum sering kita lihat anak muda yang berbbm-

an ria, internetan ria. Apalagi sekarang wi-fi sudah ada dimana-mana. Bahkan ada yang 24 jam nggak bisa hidup tanpa gadget. Nah kalau sudah begini, mau diapain sich buku-buku yang ada. Apakah itu buku pelajaran, majalah, atau novel yang biasanya menjadi bacaan sebelum tidur. Kini menjadi pemajang ruangan saja? Apa benar nggak ya kalau gadget, internet, dan jejaring sosial sudah menggusur keberadaan sastra? Jangan langsung setuju dulu yach. Toh, banyak juga kok pengguna internet yang memanfaatkan ‘alam maya’ ini buat mempublikasikan karya sastranya baik itu puisi maupun cerpen. Seperti halnya yang dilakukan oleh Frasa. Bahwa sastra nggak sekedar tulisan ataupun orat-oret di kertas. Dengan berkembangnya kemajuan internet nggak ada salahnya memanfaatkan dunia digital untuk bersastra ria? Are u agree? . Redaksi Yoan Fa

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Frasa


DAFTAR ISI

HAL

3

Halaman 6

Utama: Social Media, Neraka atau Nyawa Baru Sastra

Halaman 10

Sastra Dunia: Dari Festival Penyair Korea-ASEAN II: Suara Asia yang Tersembunyi

Halaman 12

Sastra Indonesia: Mengenang Polemik Gaya Tuan STA

Halaman 14

Sastra Religi: Sastra Yang Berhulu pada Al-Quran

Halaman 18

Komunitas Rabu Langit Lombok Timur: Jawaban atas Kehausan Dunia Tulis Menulis

Halaman 20

Cerpen Ummul Khaier El-Syaf: Luka Dukaku

Halaman 24

Puisi Dimas Indianto S dan Selendang Sulaiman

Halaman 28

Lentera Budaya: Budaya Indonesia yang Terlupakan

Halaman 30

Cerpen Teenlit Yoan Fa: Genta

Halaman 32

Puisi Teenlit: Nadia Almira Sagitta dan M Taufik Hidayatullah

Halaman 34

Fiksimini Ayu Ira Kurnia marpaung: Jembatan Kenangan

Halaman 35

Puisimini Muhammad Asqalani eNeSTe

Halaman 36

Inspiring Allamah Sir Muhammad Iqbal: Penyair yang Pemikir

Frasa

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

4

NEXT ISSUE

Teenlit Sebagai Cermin Budaya Remaja Perkotaan Masa Kini Disusun oleh: R.S. Kurnia Kalau ditanya apa genre novel yang tengah populer pada masa kini, mungkin jawabnya adalah “teenlit”, alias “teen literature”. Karya fiksi ini mendapat sambutan yang luar biasa dari penggemarnya. Buktinya, karya-karya fiksi berlabel “teenlit” ini sampai dicetak berkali-kali. Sebut saja “Dealova” karya Dyan Nuranindya yang langsung ludes 10 ribu eksemplar hanya dalam tempo sebulan. Malahan, “Dealova” juga telah diangkat ke layar lebar. Genre yang mulai merebak sekitar tahun 2000-an ini memang boleh dikatakan fenomenal. Pangsa pasarnya berkisar di lingkungan remaja putri, dapat dikatakan bersaing dengan genre yang “sedikit” lebih dewasa, “chicklit”, atau “chick literature”. Perkembangannya pun boleh dikata hampir beriringan. Bila “chicklit” lebih mengarah pada sosok wanita muda protagonis yang mandiri, lajang, bergaya hidup kosmopolit, dengan pelbagai problematika percintaan (Anggoro 2003), “teenlit” cenderung mengarah pada kaum remaja putri, kehidupan sekolahan, pesta “sweet seventeen”, dan juga percintaan (Sulistyorini 2005).

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Frasa


CORNER

HAL

5

Alfan Arifuddin Munculnya beragam social media merupakan dampak dari era yang bertajuk modernisasi, yang merubah format manual menjadi format digital, yang merubah istilah goresan pena menjadi tarian lentik jemari di atas keyboard. Begitu pula dalam dunia sastra yang turut serta menjadi neraka bagi para pegiat sastra dan surga bagi para plagiat. namun, terlepas dari itu semua.. hal yang lebih penting dalam mencipta sebuah karya adalah kepuasan batin,,,dimana hal ini tidak mungkin ditemukan dalam jiwa plagiaterplagiater media

Beri komentar terbaikmu pada setiap issu yang akan kami angkat pada edisi berikutnya di

http://www.facebook.com/majalahfrasa komentar terpilih akan dimuat di rubrik CORNER

Frasa

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

6

UTAMA

Social Media, Neraka atau Nyawa Baru Sastra FENOMENA SASTRA INDONESIA MUTAKHIR: KOMUNITAS DAN MEDIA Oleh: Nanang Suryadi

“kelompok-kelompok yang secara sukarela didirikan oleh penggiat dan pengayom sastra atas inisiatif sendiri, yang ditujukan bukan terutama untuk mencari untung (nirlaba), melainkan untuk tujuantujuan lain yang sesuai dengan minat dan perhatian kelompok atau untuk kepentingan umum.” (Iwan Gunadi, 2006)

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Komunitas Sastra Meneropong sastra Indonesia mutakhir, tidak cukup hanya berbicara perkembangan satu dua tahun terakhir. Walaupun mungkin selama setahun dua tahun terakhir ada suatu perkembangan hebat yang terjadi. Fenomena komunitas sastra, misalnya, sebenarnya bukan merupakan hal yang baru di jagad sastra Indonesia. Lebih dari sepuluh tahun lalu Komunitas Sastra Indonesia sudah mengidentifikasi berbagai komunitas sastra (seni dan budaya) yang ada di tanah air. Komunitas Sastra Indonesia memberikan definisi komunitas sastra sebagai: “kelompok-kelompok yang secara sukarela didirikan oleh penggiat dan pengayom sastra atas inisiatif sendiri, yang ditujukan bukan terutama untuk mencari untung (nirlaba), melainkan untuk tujuantujuan lain yang sesuai dengan minat dan perhatian kelompok atau untuk kepentingan umum.” (Iwan Gunadi, 2006) Dengan melihat definisi tersebut, jika kita tengok dari perjalanan sastra Indonesia baik yang tercatat maupun yang tidak sebenarnya komunitas-komunitas sastra ini sudah berkembang sejak dahulu, walupun mungkin tidak secara resmi menggunakan kata-kata “komunitas.” Menurut saya Pujangga Baru merupakan sebuah komunitas, walaupun nama Pujangga Baru adalah nama sebuah majalah sastra. Namun di situ antara redaksi, penulis dan pembacanya ada suatu keterikatan emosional, sehingga muncullah sebut-

Frasa


UTAMA

HAL

7

tan angkatan “PujangContoh komunitas sastra melalui mailing jalankan aktivitas komuga Baru”. Pada tahun nitas, maka komunitas list yang berdiri di akhir 90an adalah: 1940-an Chairil Anwar itu akan berjalan. penyair@yahoogroups.com, puisikita@ dkk berinteraksi dalam Sekarang kita lihat yahoogroups.com, gedongpuisi@yahooGelanggang Seniman fenomena apa yang Merdeka, yang melahir- groups.com, bungamatahari@yahoogroups. membedakan komunikan Surat Kepercayaan tas sastra pada beberapa com, bumimanusia@yahoogroups.com Gelanggang. Pada 1950terakhir dengan musyawarah_burung@yahoogroups.com, tahun 1960-an, kita juga bisa komunitas-komunitas dan banyak mailing list lain yang menyusul sastra di tahun 90-an dan menemui Lekra, Lesdi tahun 2000an, seperti sastra_pembe- sebelumnya. Teknologi bumi, yang walaupun basan@yahoogroups.com dan apresiasi_ informasi membawa berpatron pada partai atau ormas, bisa kita dampak perubahan tersastra@yahoogroups.com. sebut sebagai komuhadap pola interaksi di nitas juga. Kelompok masyarakat. Pada akhir diskusi Wiratmo Soekito yang diikuti oleh Goe- 90-an teknologi informasi berupa internet memnawan Mohamad dkk merupakan sebuah komu- berikan peluang kepada masayarakat luas untuk nitas, yang pada akhirnya melahirkan Manifesto dapat berkumpul dalam suatu komunitas tanpa Kebudayaan. Dari beberapa contoh yang kebet- harus hadir secara fisik. Melalui jaringan internet, ulan tercatat dalam sejarah sastra Indonesia itu, para peminat sastra membentuk komunitas yang dapat dikatakan bahwa komunitas sastra apapun melintasi batas geografis. Komunitas komuninamanya sudah berkembang sejak dahulu. tas sastra di dunia maya mulai muncul sejak akhir Sebuah komunitas sastra, menurut saya, tidak tahun 90an melalui mailing list. Contoh komunitas harus memiliki struktur organisasi yang jelas. sastra melalui mailing list yang berdiri di akhir 90an Saya memandang bahwa jika ada lebih dari satu adalah: penyair@yahoogroups.com, puisikita@ orang melakukan aktivitas rutin bersama dengan yahoogroups.com, gedongpuisi@yahoogroups. minat yang sama yaitu “sastra” maka dapat dika- com, bungamatahari@yahoogroups.com, bumimatakan itulah komunitas sastra. Walaupun Afrizal nusia@yahoogroups.com musyawarah_burung@ Malna pernah juga mendirikan komunitas yang yahoogroups.com, dan banyak mailing list lain yang anggotanya dia sendiri, yaitu “Komunitas Sepatu menyusul di tahun 2000an, seperti sastra_pembeBiru.” basan@yahoogroups.com dan apresiasi_sastra@ Aktivitas menulis karya sastra merupakan hal yahoogroups.com. yang sangat individual. Pengakuan atas karya sastra pada umumnya merupakan pengakuan Media Sastra Mutakhir terhadap karya individu penulis. Sebuah cerpen, Gerakan Sastra Internet yang diusung pada akhir puisi atau novel jarang sekali dibuat oleh lebih 90-an oleh cybersastra.net (Yayasan Multimedia Sasdari satu orang (jarang, bukan berarti tidak ada). tra) merupakan tonggak sejarah yang turut mewarnai Maka dimana peran atau pengaruh komunitas perkembangan sastra di Indonesia. Banyak penulis dalam penulisan karya sastra, jika menulis adalah sastra Indonesia saat ini merupakan penggiat sastra di aktivitas individu? internet, khususnya penulis-penulis yang pernah berPergesekan pemikiran dalam komunitas mem- interaksi dengan cybersastra.net dan beberapa mailberikan wawasan bagi para penulis yang terlibat ing list komuntas maya di atas. di dalamnya. Kecakapan-kecakapan menulis dapat Perkembangan sastra di internet saaat sangat ditularkan dengan saling belajar pada rekan satu luar biasa. Setelah cybersastra.net tidak aktif pada komunitas. Inilah peran dari adanya sebuah komu- tahun 2005, banyak situs-situs sastra baru bernitas, saling belajar dan saling berbagi. munculan seperti: fordisastra.com, kemudian.com, Komunitas-komunitas sastra yang ada memiliki duniasastra.com, sastra-indonesia.com, mediasasciri yang hampir sama, yaitu: komunitas itu akan tra.com, jendelasastra.com,dan masih banyak lagi terus hidup jika ada individu yang sukarela meng- yang lain. Selain itu fasilitas gratis yang disediakan gerakkan komunitasnya. Paling tidak ada satu sam- provider Twitter.com, Facebook.com, Multiply.com, pai tiga orang yang memiliki semangat untuk men- Blogspot.com, WordPress.com menjadi media yang

Frasa

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

8

diminati beberapa tahun terakhir. Penulis sastra, book, blog, milist sangat mungkin muncul kembaik yang terkenal maupun tidak, banyak menggu- bali di Koran, majalah dan buku. Kecenderungan nakan media-media tersebut. itu sudah banyak. Misalnya:12 tahun lalu, milist Dari sekian banyak situs jaringan sosial, yang bumimanusia yang diasuh Eka Kurniawan dan saya amati dan sekaligus menjalani adalah Linda Christanti telah menerbitkan beberapa situs Facebook.com dan Twitter.com. Sepan- buku. Pada masa yang sama, rekan-rekan di milist jang pengamatan dan pengalaman saya dengan penyair, puisikita, gedongpuisi yang tergabung adanya kedua situs tersebut mendorong sese- dalam cybersastra -YMS membuat antologi puisi. orang untuk kembali menulis, sebebas-bebasnya Buku serial antologi puisi “Dian Sastro for Presisemau penulis. Saya akan berikan gambaran ked- den” (3 jilid) juga merupakan hasil interaksi dari uanya. Facebook memberikan ruang untuk mem- berbagai mailing list. Buku untuk munir, perinbuat catatan yang lebih besar, selain sekedar gatan gempa di Yogyakarta dan Padang, tsunami membuat status yang 240 karakter. Twitter hanya Aceh merupakan hasil interaksi dari para penulis memberikan ruang 140 karakter. Terlalu sering di internet. Buku-buku yang lain, sangat mungkin mengupdate status di merupakan hasil dari facebook bisa dimarahi “Komunitas semacam facebook, jika tak karya-karya yang munpara friends. Sedangcul di fesbuk, twitter, berhati-hati bisa bikin mabuk. Kenapa? kan di twitter semakin milist dan blog. Setiap mempublish puisi, esai, atau sering update semakin Draft awal tulisan ini apapun juga terkesan dihadapi (diresepsi, dibuat langsung di facedisuka. Menulis karya diapresiasi) secara meriah dengan aneka book.com dan twitter. di Facebook bisa panjang lebar. Jika di twitpuja-puji, minimal mengacungkan jempol com. Mungkin hal yang ter harus dipotong-posama pernah dilakukan tanpa kata-kata. Komunitas facebook tong kalau karya puisi oleh banyak penggiat harus dicermati antara ada dan tiada. atau cerpennya pandan twitter. Adanya komunitas itu baru berguna bila facebook jang. Friends di faceMereka langsung menuada keseriusan dalam melakoni hidup dan lis dan pada beberapa book terbatas, sedangkan di Twitter bisa kehidupan berkarya. Tiadanya komunitas di menit berikutnya dipubsebanyak-banyaknya. ruang maya ini bisa jadi disebabkan lantaran lish. Kecenderungan Di twitter ada mentions, orang-orang yang berkerumun di situ tidak yang sama dapat dilidi facebook ada tag. hat pada sekitar sepuada tali pengikatnya yang jelas (suka datang Sama-sama menarik luh tahun lalu pada dan pergi tak kembali, suka-suka hati).” saat mailing-mailing list perhatian rekan untuk membacanya. Mana marak dan ramai diguyang lebih disukai? Bagi yang suka online terus nakan, para anggota mailing list langsung menulis menerus Twitter mungkin lebih disuka. Berkicau di emailnya masing-masing untuk saling menangsepuasnya. Membaca Time line terus menerus. gapi tulisan rekan-rekannya, bisa berupa opini atau Bagi yang suka memajang foto, membuat cata- karya puisi. Berbalas puisi di mailing list sudah tertan panjang, facebook mungkin lebih disukain- jadi sepuluh tahun lalu. Berbalas puisi dan menuya. Mengomentari catatan rekan dan tentu saja angkan opini di kolom komentar facebook dan chat.Bagi seorang penulis yang akan memasar- blog merupakan kecenderungan terbaru. Contoh kan bukunya, mana yang lebih cocok? Twitter komentar dari seorang penggiat sastra di facebook atau Facebook? Selama ini saya belum pernah (yang saya amati sangat produktif menulis di facemenemukan iklan di twitter seperti di facebook. book.com), yaitu Dimas Arika Miharadja: Kecuali dari teman yang kita follow, sesekali. Di “Komunitas semacam facebook, jika tak berfacebook, seseorang bisa memasang foto produk hati-hati bisa bikin mabuk. Kenapa? Setiap memyang akan dia jual. Kadang-kadang memaksa publish puisi, esai, atau apapun juga terkesan dihfriends untuk melihatnya dengan men-tag. Di adapi (diresepsi, diapresiasi) secara meriah dengan twitter tidak bisa memasang foto dan tulisan aneka puja-puji, minimal mengacungkan jempol panjang. Maka follower diarahkan ke url di situs tanpa kata-kata. Komunitas facebook harus dicerlain Karya-karya yang muncul di Twitter, Face- mati antara ada dan tiada. Adanya komunitas itu

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Frasa


HAL

9

baru berguna bila ada keseriusan dalam melakoni hidup dan kehidupan berkarya. Tiadanya komunitas di ruang maya ini bisa jadi disebabkan lantaran orang-orang yang berkerumun di situ tidak ada tali pengikatnya yang jelas (suka datang dan pergi tak kembali, suka-suka hati).” Apakah ruang maya ini menambah produktivitas, intensitas, dan kualitas karya? Sabar, nanti dulu mas, masak terburu-buru. Soal produktivitas, intensitas, dan kualitas karya tentu saja bergantung siapa personilnya. Ada lumayan banyak yang serius berkarya, menjaga produktivitas, memupuk intensitasnya, serta meningkatkan karyanya. Tetapi jika dikaitkan dengan ketersediaan data, mungkin sebatas 10% saja. Selebihnya, lebih banyak bermain-main keriangan penuh keisengan di ruang maya ini. Melalui media maya ini juga mulai dapat diidentifikasi beberapa person yang bisaa memanfaatkan media ini sebagai sosialisasi-komunikasiinteraksi karya yang digubahnya. Lantaran karya sastra itu peronal atau individual sifatnya, aneka respon terhadap karya yang dipublish haruslah diiringi sikap berhati-hati. Puja-puji bisa memandegkan kreativitas, mabuk pujian, dn lepas kontrol. Sebaliknya, penyampaian kecaman atau asal kritik tanpa argumentasi yang jelas bisa jadi akan menghentikan produktivitas bagi yang tidk siap dan tidak tahan banting. Intinya, Komunitas dan Media maya, keduanya sama-sama semu. Semua bergantung pada individu pelakunya” Inilah salah satu contoh, bagaimana interaksi di dunia maya dapat berlangsung cepat. Opini bisa dibalas opini dalam waktu singkat. Sedangkan media konvensional seperti koran cetak, majalah cetak, jurnal cetak (segala yanmg harus dicetak) membutuhkan waktu yang cukup lama, paling tidak sehari. Komentar dari Dimas Arika Mihardja ini hanya sekitar 5-10 menit sejak artikel saya publikasikan di facebook. Usulan Pengembangan Komunitas dan Media Sebagai penutup tulisan ini, saya mengusulkan beberapa hal untuk pengembangan komunitas dan media saat ini dan di masa mendatang. Tanpa menafikan keberadaan koran, majalah dan buku sebagai media sastra, saya mencoba mengusulkan pengembangan sastra melalui komunitas sastra di internet. Teknologi internet yang semakin terjang-

Frasa

kau oleh semua kalangan memberikan peluang yang besar untuk semakin menggairahkan para penulis sastra untuk menulis. Penulis sastra dari generasi yang lahir tahun 70-an dan 90-an merupakan generasi-generasi yang sangat melek internet. Mereka bisa online internet sepanjang hari menggunakan handphonenya. Berdasar pengalaman berinteraksi di berbagai jaringan komunitas sastra di internet selama ini saya menemukan banyak penulis pemula yang ingin belajar menulis di internet. Para pemula ini mencari guru yang mau mengajari mereka menulis. Tapi para penulis “mapan” di dunia nyata susah untuk diminta ilmunya (pengalaman 10 tahun lalu, dan mungkin sekarang). Mungkin kesibukan para penulis “mapan” yang menyebabkan mereka susah untuk ditanya ini itu hal hal teknis tentang penulisan. Pengalaman waktu di cybersastra, ada suatu forum akhirnya para pemula ini saling membantai karya teman-temannya (tanpa guru!). Saya melihat pembantaian karya antar teman itu bisa menjadi gesekan kreatif yang mendorong menjadi lebih baik. Beberapa alumni forum cybersastra karya-karyanya sudah banyak tampil di pentas sastra Indonesia. Mungkin kalau saling membantai karya menjadi suatu yang mengerikan, bisa dicari format lain. Tuntutan para sastrawan “mapan” 12 tahun lalu terhadap sastra di internet menurut saya terlalu cerewet. Mereka meminta karya sastra yang berbeda dengan karya sastra media koran, majalah dan buku. Mereka meminta untuk karya-karya yang selektif yang hadir di internet. Seperti karya yang muncul di koran dan majalah. Tapi tantangan itu harus diterima! Ada upaya rekan-rekan penggiat sastra di internet untuk memaksimalkan media yang ada, misalnya dengan mengotak atik HTML, script dll. tapi masih belum menemukan sesuatu yang benar-benar baru. Perkawinan berbagai media seperti video, audio, teks bisa menjadi arah pengembangan ke depan. Selain itu satu hal yang penting, yang mungkin jarang kita perhatikan, ketersediaan bahan bacaan dalam teks digital dari beberapa terbitan cetak sastra Indonesia masih sedikit ditemui. Saya mengimpikan suatu ketika kita memiliki perpustakaan maya (semacam PDS HB Jassin di dunia nyata) , juga database biografi dan karya-karya para penulis sastra di Indonesia, yang dapat diakses hanya menggunakan jaringan internet melalui handphone. Saya percaya, itu akan terjadi!***

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

10

SASTRA DUNIA

Dari Festival Penyair Korea-ASEAN II: Suara Asia yang Tersembunyi Oleh: Taufik Ikram Jamil Sastrawan. Tinggal di Pekanbaru

H

UJAN puisi di Riau, mungkin tidak berlebihan dikatakan untuk menunjukkan begitu banyaknya karya sastra tersebut ditampilkan di provinsi ini dalam hanya beberapa hari di tengah musim hujan yang awal. Tak hanya dalam bahasa Indonesia/ Melayu, hampir 400 puisi ditulis dalam bahasa Korea, Myanmar, Vietnam, Thailand, Tagalog, tentu juga bahasa Inggris. Dibaca sendiri oleh sekitar 70 penyair dari berbagai negara ASEAN dan Korea Selatan (Korsel) pada waktu pagi sampai tengah malam —selalu pula diiringi hujan—aksara yang ditampilkan juga beragam sesuai bahasa ibu penyair. Ini masih ditambah dengan hadirnya tiga buku sajak yang dikemas mewah masing-masing lebih dari 450 halaman. Kesemuanya itu dibungkus dengan nama KAPLF II (Korea-ASEAN Poets Literature Festival) yang selain dilaksanakan di Pekanbaru, juga diadakan pada dua kabupaten di Riau lainnya yakni Siak dan Kampar, 25-29 Oktober lalu —semuanya atas naungan Yayasan Sagang. Acara serupa pertama kali dilakukan di Seoul tahun 2010, dari Indonesia diwakili Nirwan Dewanto dan Rida K Liamsi. Direncanakan, Brunei Darussalam akan menjadi tuan rumah KAPLF III tahun 2012. Pada tahun ini, KAPLF yang bernuansa Melayu juga diwarnai dengan perjanjian kesepakatan kerja sama antara majalah sastra Sipyung (Korsel) dengan Majalah Seni Budaya Sagang (Riau, Indonesia). Bayangkan saja, belum lagi acara dibuka secara resmi oleh Gubernur Riau Dr (HC) HM Rusli Zainal MP, Rabu (25/10), beberapa penyair sudah memba-

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

cakan sajak mereka di Universitas Lancang Kuning. Malam pembukaan itu pula, seperti menjadi pawai penyair Korea-ASEAN karena pembacaan sajak baru berakhir pukul 23.30 dengan kemunculan Sutardji Calzoum Bachri sebagai pemuncak. Besoknya, pagi-pagi lagi mereka sudah berangkat ke Siak Sri Indrapura —membaca sajak di Istana Kerajaan Siak yang seolah-olah mewakili suatu masa kejayaan Melayu-Islam abad ke-19. Menjelang malam, mereka sudah tampil pula di sebuah restoran Melayu sambil santap malam. Lalu seperti sebelumnya, giliran peserta KAPLF berangkat ke Kampar, tepatnya membaca sajak di Candi Muaratakus yang diperkirakan dibangun abad ke-7 sebagai jejak awal kehadiran agama Budha di tanah Melayu. Di lain waktu, mereka juga menyaksikan orkestra Melayu, pembacaan sastra (baca: tradisi) lisan masyarakat Riau pedalaman di kediaman budayawan Dr (HC) Tennas Effendi. *** TIDAK seperti acara sastra sebelumnya yang kadang-kadang lebih sebagai arena pengamat sastra sebagaimana yang sempat diamati selama ini, kegiatan-kegiatan di dalam KAPLF II, memang terasa berbeda. Para penyairlah yang menjadi bintang; membacakan karya-karya mereka pada setiap kesempatan dan memperkatakan apa yang sedang mereka geluti. Mereka jugalah yang menjadi peserta kolokium dan penonton pembacaan sajak sekaligus. Kalaupun ada penonton lain, hal itu seperti terjadi dengan sendirinya karena tanpa undangan, apalagi “pengerahan massa”.

Frasa


SASTRA DUNIA Peserta memang tergolong cukup tekun dengan kepanyairan. Dari Indonesia, antara lain terlihat Zaim Rofiqi, Marhalim Zaini, Hasan Aspahani, Raudal Tanjung Banua, Aan Mansyur, Gunawan Maryanto, Dimas Arika Mihardja, dan Nurhayat Arif Permana. Peserta dari negara lain pun tak kepalang tanggung. Sebutlah semacam Isa Kamari (Singapura), Marsli NO (Malaysia), Abdul Rakib (Thailand), Do Thi Khanh Phuong (Vietnam), Michael M.Coroza (Filipina), Hashim Hamid (Brunei Darussalam), Maung Pyiyt Min (Myanmar), Ko Hyeong Ryeol (Korsel). Diinapkan di hotel berbintang lima, peserta terbanyak memang dari Indonesia yakni 19 orang, disusul Korsel 10 orang, sedangkan negara lain berjumlah 1-3 orang. Tak ada kesimpulan karena memang tidak ada kesepakatan kreatif yang dapat dibuat kecuali bagaimana agar tetap berkarya. Tapi seperti yang dapat diduga, wilayah hati masih menjadi “taruhan” dalam helat ini. Perbedaan memang masih amat kentara terutama pada daya ucap masingmasing penyair. Seperti yang disebut Michael M Coroza (Filipina), penyair Indonesia misalnya, lebih ekspresif dan lugas mengungkapkan sesuatu, tidak sebagaimana penyair dari negara lain. Bau darah, rintihan ketidakadilan, terasing, dan tragedi manusia, amat kentara pada sajaksajak yang ditampilkan dalam KAPLF II. Fikar W Eda misalnya, melaungkan Aceh yang berdarah dengan rencongnya, tetapi Dimas Arika Mihardja menyulamnya dalam peristiwa tsunami di serambi Mekah yang pilu itu sebagaimana juga dilakukan Hasyuda Abadi (Malaysia). Tapi tak sedikit pula percikan perenungan yang kadang-kadang tidak terduga. Dalam sajak Kim Tae Hyung (Korsel) dengan latar belakang Siberia berjudul Diaspora misalnya disebutkan : Sebab aku sepi/ Karena aku tak bisa sendirian/ Sebab aku menderita/ Karena aku tak sempat rindu padamu. *** MUNGKIN banyak yang diharapkan dari sajak-sajak KAPLF II tersebut. Selintas adalah wajar, lewat sajak mau juga ditangkap gegap gempita bagaimana manusia Korsel menjulang teknologi sehingga disegani di dunia, bahkan menjadi idola baru bagi remaja Indonesia lewat film dan musiknya terkini. Mungkin juga mau didengar suara bagaimana Vietnam bangkit setelah sekian tahun luluh-lantak, tapi hanya dalam waktu terbilang pendek masih mampu mengimbangi negara jirannya dalam beberapa hal termasuk Indonesia. Warga Singapura yang harus keluar negeri untuk melihat wujud sebuah kampung misalnya, mungkin bukan sebagai sesuatu yang biasa bagi kebanyakan orang di negara peserta KAPLF. Barangkali pula, demikianlah cara Asia melam-

Frasa

HAL

11

piaskan perasaannya yakni dengan sedikit menggeserkan perhatian dari suatu obyek yang sedang dihadapi, sehingga suaranya terkesan tersembunyi. Tapi bagaimanapun, suara tersebut sudah dilaungkan melalui KAPLF. Dan untuk sampai ke tahap ini pula, telah menelan waktu yang tidak pendek— tentu saja dengan sekian banyak suka dan dukanya. Setidak-tidaknya, KAPLF merupakan salah satu telor yang muncul dibenak Ko Hyeong Ryeol setelah pulang ke Korsel dari pertemuan penyair di Jepang tahun 1960-an. Baru eksis tahun 2000, ia mendirikan suatu komunitas yang dinamakan The Poet Society of Asia (TPSA), sekaligus menjadi presidennya. Dengan lembaga itu, penyair dengan puluhan penghargaan dari Korsel tersebut, telah memperkenalkan sekitar 300 orang penyair Asia kepada pembaca Korsel lewat Majalah Sastra Sipyung. Tercatat tujuh kali pula kegiatan sastra dengan melibatkan penyair Asia dilakukannya. “Asia adalah satu dan sekaligus tidak satu. Asia adalah kehidupan sekaligus pekuburan,” kata Ryeol. Ia kemudian mengatakan, “Benua Asia adalah tempat rahasia Timur, dari sanalah setiap pagi dimulai. Dunia bahasa leluhur yang bijaksana masih berada nun jauh di sana dan terlalu tinggi bagi kita. Kita semua mengalami sejarah penjajahan yang sama,” tuturnya, sambil menjelaskan penjajahan di Korsel, malahan tragedi bernegara sampai tahun 70-an. Tentu saja, persoalannya tidak hanya sampai di situ karena Asia menghadapi masa depan yang menarik. Sebagaimana banyak disebut, abad ke-21 ini adalah abad Asia-Pasifik dengan titik porosnya di ASEAN dan Asia Timur termasuk Korsel. Dalam kancah ini, Korsel sudah jauh lebih maju dibandingkan negara ASEAN, malahan mampu menempatkan diri sebagai delapan besar negara pengekspor di dunia. Bandingkan penduduk ASEAN yang mencapai 300 juta jiwa —tentu saja sasaran empuk pasar— dengan Korsel yang hanya sekitar 50 juta jiwa. Lalu mana Cina, India, dan Jepang dalam komunitas KAPLF ini —mereka tentu masih di Asia yang memiliki kearifan terbilang, kan? Bagaimanapun, terlalu naïf kalau ucapan Ryeol dengan latar belakang Asia pada tahun-tahun mendatang di atas, mengingatkan orang pada slogan Jepang yang ingin mengibarkankan bendera Asia Raya di kawasan Asean sekarang ini dan menempatkan dirinya sebagai saudara tua tahun 1940an. Lha, sekarang kan puisi, bukan senjata seperti tahun 40-an… Wallahualam bissawab. Sumber: Riau Pos

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

12

SASTRA INDONESIA

Mengenang Polemik Gaya Tuan STA Oleh: Kurie Suditomo, SJS

“Saya dapat menerima bahwa mungkin sate yang dibakar di pemanggangan tua dan berdaki itu sangat enak. Tapi saya menganjurkan Goenawan makan sate yang dimasak memakai oven listrik yang paling modern, bersih, berkilat-kilat.� (STA, 1986) Goenawan menulis kolom Beberapa Tusuk Sate dan Segelas Rum. Gunawan menggunakan metafora sate dan rum. Menurut Goenawan, sate yang dibakar di pemanggangan tua-yang penuh bekas lemak-justru akan lebih lezat. Sedangkan rum, seperti pernah dicicipi Claude Levi Strauss

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Sutan Takdir ternyata memiliki selera humor. Taman Ismail Marzuki, 18-20 Maret 1986, dan ratusan undangan menjadi saksi polemik seru yang diselenggarakan dalam Pertemuan Sastrawan Jakarta yang merefleksikan 50 tahun Polemik Kebudayaan. Diskusi seru itu dilanjutkan di majalah ini. Pada 17 Mei 1986, Takdir menulis kolom di majalah Tempo berjudul Polemik Kebudayaan, Sesudah 50 Tahun. Kolom itu ditanggapi oleh Arief Budiman, Umar Kayam, Abdurrahman Wahid, Daoed Joesoef, Goenawan Mohamad, Taufik Abdullah, dan Sutardji Calzoum Bachri. Seluruh pemikiran itu kemudian dijawab kembali oleh Takdir dalam tulisan: Menutup Polemik Kebudayaan, Membuka Lapangan Pemikiran Baru, yang dimuat di majalah Ilmu Budaya, Agustus 1986. Ia menangkis satu per satu. Untuk mengkritik pemikiran Takdir yang ingin membangun kebudayaan baru dengan sama sekali meninggalkan tradisi, Goenawan menulis kolom Beberapa Tusuk Sate

Frasa


SASTRA INDONESIA

HAL

13

dan Segelas Rum. Gunawan menggunakan meta- sikap anti-intelektualisme, individualisme, anti-mafora sate dan rum. Menurut Goenawan, sate yang terialis. dibakar di pemanggangan tua-yang penuh bekas Dalam artikel Nationaal-Onderwijs-Congres, lemak-justru akan lebih lezat. Sedangkan rum, sep- dr Sutomo menjawab dengan mengatakan baherti pernah dicicipi Claude Levi Strauss, lebih enak wa pesantren bisa menjadi pilihan, karena sekodisuling dari peralatan abad ke-18 daripada dengan lah Belanda seperti HIS hanya menghasilkan 30 tanki-tanki enamel putih dan pipa kronium pabrik. persen lulusan yang meneruskan pendidikan. Tapi Takdir tetap keras kepala. Ia tetap ber- Takdir membalas argumen itu dalam artikel Penpendapat bahwa kelak tradisi harus ditinggalkan didikan Barat dan Pesantren, yang menekankan sepenuhnya. Kepada Goenawan ia menjawab, bahwa pendidikan Barat lebih unggul daripada bila merasakan sate yang dipanggang di oven lis- pesantren. Sutomo menjawab lagi, dengan opini trik: “Barangkali Goenawan akan merasakan ken- berjudul Perbedaan Levensivie. Menurut Sutoikmatan yang belum pernah dirasakan seumur mo, banyak pemimpin lulusan sekolah Belanda hidupnya.” yang tak anti-tradisi Timur. “Cipto MangunkusuGaya Takdir menangkis mengingatkan kita mo, umpamanya, “tidur” dengan Baghawad Gita,” bagaimana ia berpolemik pada 1935 melawan demikian tulis Sutomo. Takdir membalas dengan Dr Sutomo, Sanusi Pane, artikel Kata Penutup: Kepada Adinegoro, Ki Hajar, Poerdr Sutomo. Takdir tetap keras kepala. Ia batjaraka, dan Dr Amir. Adinegoro turut campur tetap berpendapat bahwa Polemik dimulai dari tiga dalam debat itu, dengan menukelak tradisi harus ditinggalkan lis Kritik atas Kritik. Intinya ia naskah Takdir yang dimuat di Pujangga Baru, antara sepenuhnya. Kepada Goenawan melihat kultur Timur tidak bisa lain Menuju Masyarakat dan dijadikan kultur Barat, tetapi ia menjawab, bila merasakan Kebudayaan Baru Indonecivilisatie Barat bisa dipindahsate yang dipanggang di oven sia, Semboyan Tegas, Pekerkan ke dunia Timur. Tulisan itu listrik: “Barangkali Goenawan dijawab Takdir dengan artikel: jaan pembangunan bangsa sebagai pekerjaan pendidi- akan merasakan kenikmatan yang Synthese Antara “Barat” dan kan. belum pernah dirasakan seumur “Timur”-yang menyangsikan Naskah pertama, Menuju adanya sintesis demikian hidupnya.” Masyarakat Kebudayaan Baru Jawaban Takdir terhadap Indonesia, ditanggapi oleh argumennya memang menuSanusi Pane dan Poerbatjaraka. Inti tulisan itu, tup mata terhadap kemungkinan eksplorasi traTakdir menganggap karya seperti Borobudur dan disi. Seperti juga terlihat pada saat Takdir menPrambanan sesungguhnya bukan mencermink- jawab kolom Sutardji Calzoum Bachri di majalah an Indonesia, tapi pre-Indonesia, zaman jahili- ini, 9 Juni 1986, berjudul Zeus, Eros, Siti Jenar, yah Indonesia. Sanusi Pane membalas dengan dan Parikesit, di mana Sutardji menganggap traartikel: Persatuan Indonesia. “Tuan STA agaknya disi justru bisa menjadi pangkal kemodernan. tak tahu kenyataan sejarah itu ialah sebuah rantIa mencontohkan karya Rendra dan Putu ai…. Dalam artikel itu muncul ungkapan terkenal Wijaya. Saat itu kita tahu teater modern IndoneSanusi, agar kita seharusnya menggabungkan sia banyak bereksperimen dengan tradisi. Arifin spirit Faust dan Arjuna. C. Noer, misalnya, menimba inspirasi dari orkes Naskah kedua, Semboyan Tegas, karya Takdir madun di Cirebon, Jawa Barat. sepulang ia mengikuti Kongres Permusyawaratan Tapi jawaban Takdir memang memperlihatkan Perguruan Indonesia di Solo, Juni 1935. Ia mengkri- Takdir tak menyaksikan pertunjukan teater kita-dan tik visi pendidikan dr Sutomo, Radjiman Wedyodin- memahaminya dari dekat. Sebab, bila ia menyakingrat, dan Ki Hajar. sikannya, Takdir pasti tak akan menulis demikian: Dalam kongres tersebut, Dr Sutomo menampil- Kalau Sutardji berkata karya-karya Danarto, Arikan pemikiran yang optimistis terhadap pendidi- fin, bersumber pada akar tradisi, maka hal itu saya kan pesantren. Takdir menganggap ini sebuah sangsikan***

Frasa

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

14

SASTRA RELIGI

Sastra Yang Berhulu pada Al-Quran Oleh: Ilham Yusardi

S

etiap malam ke-17 dalam bulan Ramadhan, kita, umat muslim dengan semarak memperingati Nuzul Al-Quran. Pada malam itu, sebagaimana yang telah diterangkan dalam sejarah turunnya Al-Quran, merupakan malam pertama bagi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT, dengan perantara Ruh Kudus, yaitu Malaikat Jibril. Siapa diantara kita hari ini yang sanggup membayangkan seorang manusia biasa seperti Muhammad SAW bertemu dengan mahkluk gaib malaikat jibril? Muhammad yang waktu itu adalah manusia biasa sebagaimana kita, pun dibuat gemetar, hingga terbit peluh dingin beliau dan menderita demam tinggi. Muhammad SAW mereima Wahyu pertama saat berusia empat puluh tahun. Pada masa itu, merupakan periode pertama bagi beliau untuk lebih banyak mengerjakan Tahannuts (bersunyi diri untuk bertafakkur). Pada bulan Ramadhan beliau membawa bekal lebih banyak dari biasanya. Pada malam ke-17 Ramadhan bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 Masehi, di gua Hira, datanglah Malaikat Jibril membawa Wahyu untuk pertama kalinya dan menyuruh Muhammad SAW membacanya, Jibril berkata Iqra! (bacalah!) Muhammad yang ummi, (yang tidak bisa tulis baca) pun gemetaran. Dengan lugu dan jujurnya Muhammad menjawab, aku tidak dapat

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Frasa


SASTRA RELIGI

HAL

15

membaca. Beberapa kali Nabi direngkuh Malaikat terdapat pada ayat 224. Secara detail dan khusus Jibril, hingga Muhammad SAW gemetaran, hingga Allah SWT menyebutkan kedudukan penyair-pesesak nafas. Dan kembali Jibril mengatakan Iqra!, nyair di tujuh ayat terakhir surat ini. tapi nabi kembali menjawab dengan perkataan Sebelum ayat ini turun, dalam sejarah sastra yang sama aku tidak dapat membaca hingga Arab, kedudukan penyair sangatlah penting dan perbincangan demikan berulang hingga tiga kali. sangat terhormat dalam istana maupun dalam Dan akhirnya Muhammad SAW dengan rasional masyarakat. Penyair dihormati karena para penyair bertanya Apa yang kubaca? diyakini memiliki kemampuan Para penyair-penyair itu Maka dalam peristiwa ini khusus yang tidak dimiliki turunlah lima ayat yang terda- mempunyai sifat-sifat yang jauh orang banyak. Penyair diangpat dalam surat Al-Alaq ayat berbeda dengan para rasul-rasul gap berkemampuan suprasebelumya; mereka diikuti oleh natural (kegaiban), mereka 1-5 itu sebagai wahyu pertaorang-orang yang sesat dan ma Alquran. Yaitu: (1) Bacalah mampu berkomunikasi denmereka suka memutar balikkan gan mahkluk gaib seperti dengan (menyebut) nama lidah. Perbuatan mereka tidak jin. Penyair berkomunikasi Tuhanmu Yang menciptakan, sesuai dengan apa yang mereka dengan jin dengan merapal(2) Dia telah menciptakan ucapkan. Selain itu Penyair manusia dari segumpal darah. kan bermacam mantra sihir. penyair pada kala itu ditakuti oleh Kemudian Penyair-penyair (3) Bacalah, dan Tuhanmulah masyarakat karena mereka bisa arab pra-Islam senang melakuYang Maha Pemurah, (4) Yang berbuat jahat dengan perantara kan pengembaraan dari suatu mengajar (manusia) dengan jin jahat (iblis). perantaran kalam (tulis baca). tempat ke tempat lain untuk (5) Dia mengajar kepada mencari nafkah kehidupan. manusia apa yang tidak diketahuinya. Mereka terbiasa bersikap munafik dengan senDengan demikian dapatlah kita tarik kesimpulan gaja menyanjung penguasa tempat-tempat atau awal bahwa kehidupan yang sedang berlangsung istana yang mereka singgahi agar diberi sangu hanya dapat kita perlajari jika kita membaca selu- dan dilayani dengan istimewa oleh istana. Ketika ruh ayat-ayat Allah yang tersurat dalam kitab-kitab- kaum kafir menguasi Ka’bah, syair-syair mereka nya (kauliah), maupun ayat-ayat alah yang tersirat yang berisi puji-pujian pada penguasa, syair-syair dalam alam ini (kauniah). yang dirapalkan dalam penyembahan pada berJangkauan Al-Quran sebagai tuntunan hidup hala dipajang didinding Ka’bah. Sebagian penyairManusia di muka bumi sangat luas. Al-Quran adalah penyair itu suka mempermainkan kata-kata dan pedoman sekalian persoalan yang telah maupun tidak mempunyai tujuan yang baik yang tertentu yang belum dialami manusia. Al-Quran menjang- dan tidak punya pendirian. kau seluruh aspek kehidupan. Tidak ada persoalan Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat kehidupan manusia yang luput Allah mengaturnya. yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul sebeTermasuk persoalan yang ada di ruang kita atau lumya; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat hadapan kita ini, yaitu sastra. Berangkat dari ini- dan mereka suka memutar balikkan lidah. Perbualah kita coba tarik benang merah persoalan sastra tan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka dalam kitab Al-Quran. ucapkan. Selain itu Penyair penyair pada kala itu Bagaimana tuntunan Al-Quran dalam bersastra? ditakuti oleh masyarakat karena mereka bisa berDan bagaimana kedudukan sastrawan dalam Al- buat jahat dengan perantara jin jahat (iblis). Quran? Pertanyaan inilah yang coba kita urai disini. Kondisi inilah dikisahkan dan dijelaskan Dengan keyakinan yang mantap dan penuh Alquran surat Asy Syu’araa: (221) Apakah akan dapat penulis katakan bahwa sastra(wan) mem- Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitanpunyai tempat yang istimewa dalam Al-Quran. Hal syaitan itu turun? (222) Mereka turun kepada ini dapat kita buktikan dengan adanya surat Asy tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, (223) Syu’araa yang terdiri dari 227 ayat. Dinamakan Asy mereka menghadapkan pendengaran (kepada Syu’araa karena (kata jamak dari Asy Syaa’ir yang syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa yang orang-orang pendusta. (224) Dan penyair-pe-

Frasa

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

16

SASTRA RELIGI

Menggeluti bidang sastra merupakan bidang yang unik. Menjadi penulis sastra adalah sebuah jalan untuk berdakwah dengan cara yang menyenangkan. Kita tahu tidak semua orang mempunyai kemampuan mencipta karya sastra yang baik. Kemampuan pribadi seorang penulis sastra meliputi kemampuan mencerna berbagai ilmu pengetahuan, pendalaman dan pemahaman akan kompleksitas kehidupan manusia dengan akal dan perasaannya. Kemudian sastrawan dengan kreatifitasnya menciptakan sebuah dunia lain yang sudah diproses dalam inajinasi. Jadi kemampuan ini adalah kemampuan yang luar biasa yang dimiliki seorang sastrawan. Dengan Kepandaian berbahasa ia tuangkan imajinasinya tersebut untuk dapat dibaca dan dihikmati oleh khalayak.

nyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. (225) Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah. (226) dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? Ketika Ayat ini turun dan disampaikan Muhammad SAW pada para Hafiz, seketika sebagian penyair pengikut Muhammad SAW, seperti Abdullah Ibnu Rawahah, menjadi dibuat patah arang dan ketakutan menyimak ayat tersebut. Abdullah Ibnu Rawahah saat itu berpikiran bahwa ayat tersebut telah menegaskan bahwa kegiatan bersyair dan menjadi penyair dilarang dalam agama Islam. Bersegaralah Ia menemui Rasul, dan menanyakan perihal ayat tersebut. Maka, dengan tersenyum Nabi Muhammad SAW menjelaskan dengan membaca ayat terakhir (ke-227) dalam surat tersebut, yang mengatakan: (227) kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. Maka, menjadi jelaslah persoalan itu dan lepaslah ketakutan Abdullah Ibnu Rawahah. Sejak itu tanpa ragu makin semangat Ia membuat syair yang bertendensi dakwah, ajakan berbuat baik, memompa semangat juang para Mujahidin dalam berperang, maupun syair-syair yang mengagungan Allah SWT. Tugas Sastrawan Muslim Sebagai Kalifatullah Manusia diciptakan Allah SWT sebagai Kalifatullah di muka Bumi. Menjadi kalifah yang dimaksud adalah sebagai wakil Tuhan, yang mencermin kualitas ke-illahi-an manusia di muka bumi. Seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakan manusia tersebut dapatlah diatarik ketegasan perihal tugas para sastrawan dalam kehidupan ini, yaitu berdakwah. Berdakwah tidak pula diartikan dalam pengertian yang sempit, mungkin pengertian dakwah yang tersedia dalam keseharian kita adalah menyampaikan pengajaran dalam mesjid, pemberi ceramah saat pengajian saja. Namun sesunguhnya, pengertian dakwah dapat dijabarkan dalam pengertian yang luas dan luwes. Dakwah sebagai tabligh. Tabligh artinya menyampaikan, Materi dakwah bisa berupa ket-

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Frasa


SASTRA RELIGI erangan, informasi, ajaran, seruan atau gagasan. Kemudian dakwah berarti mengajak, Ada dua bentuk visi ajakan, yaitu: makro dan mikro. visi makro cukup jelas yaitu mengajak manusia kepada kebahagiaan dunia akhirat, sedangkan visi mikro bisa dicontohkan dengan sifat dan sikap yang kongkrit dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya dakwah sebagai pekerjaan menanam. Berdakwah juga mengandung arti mendidik manusia agar mereka bertingkahlaku sesuai dengan nilai-nilai Islam. Mendidik adalah pekerjaan menanamkan nilainilai ke dalam jiwa manusia. Nilai-nilai yang ditanam dalam dakwah adalah keimanan, kejujuran, keadilan, kedisiplinan, kasih sayang, rendah hati dan nilai-akhlak mulia lainnya. Layaknya pekerjaan menanam, benihnya harus unggul, tanahnya harus subur, disiram dan dijauhkan dari hama serta butuh waktu lama hingga benih itu tumbuh berkembang menjadi rumput hijau yang indah atau menjadi pohon tinggi yang rindang dan berbuah. Begitu pula hendaknya dalam karya sastra yang kita tulis dan kita tanam, semestinya haruslah karya yang bermutu, yang membawa pencerahan bagi kehidupam masyarakat. Kita mengetahui bahwa sesunguhnya tugas berdakwah merupakan tugas seluruh umat muslim, tanpa kecuali. Tentu saja dakwah yang dilakukan sesuai kemampuan dan bidang masing-masing. Dalam pengertian ini, dapat pula kita telusuri bagaimana dakwah yang dapat dilakukan oleh sastrawan? Menggeluti bidang sastra merupakan bidang yang unik. Menjadi penulis sastra adalah sebuah jalan untuk berdakwah dengan cara yang menyenangkan. Kita tahu tidak semua orang mempunyai kemampuan mencipta karya sastra yang baik. Kemampuan pribadi seorang penulis sastra meliputi kemampuan mencerna berbagai ilmu pengetahuan, pendalaman dan pemahaman akan kompleksitas kehidupan manusia dengan akal dan perasaannya. Kemudian sastrawan dengan kreatifitasnya menciptakan sebuah dunia lain yang sudah diproses dalam inajinasi. Jadi kemampuan ini adalah kemampuan yang luar biasa yang dimiliki seorang sastrawan. Dengan Kepandaian berbahasa ia tuangkan imajinasinya tersebut untuk dapat dibaca dan dihikmati oleh khalayak. Lalu karya sastra yang bagaimanakah yang

Frasa

HAL

17

bisa dikatakan karya sastra yang bertujuan dakwah? Sekali lagi penulis tegaskan, kata dakwah itu bukanlah kata yang memiliki arti yang sempit. Karya sastra yang bisa menyentuh menggerakkan hati manusia tanpa pandang agama, suku, dan ras adalah karya yang berdakwah. Islam bukanlah agama hanya untuk sekelompok ras saja. Islam adalah agama Rahmat Semesta Alam. Jadi seorang sastrawan muslim semestinya mampu menghadirkan karya yang menampilkan wajah kebenaran yang illahiah, kebenaran yang universal. Dalam pengertian ini, tugas sastrawan dengan karya sastranya tak lain adalah bertanggung jawab terhadap perbaikan kualitas kehidupan umat manusia. Perjuangan sastrawan adalah perjuangan katakata dan perjuangan sikap. Menyusun kata-kata dalam tulisan saja tidaklah cukup. Misal, kita terkadang begitu sibuknya kita menyusun kata-kata terbaik dalam sebuah sajak, kita terkadang sengaja berumit-rumit dengan kata-kata, sehingga tanpa kita sadari kita terperangkap sendiri dalam labirin kata-kata itu sendiri. Kita menganggap keraguan kita adalah modal untuk mencapai sebuah kebenaran. Namun sayang, keraguan kita sering menjadi keraguan yang permanen karena keraguan itu selalu kita abaikan. Tidak pernah kita tuntaskan sebagi sebuah keyakinan personal (ideologi). Keraguan kita sering tidak berakhir pada keyakinan, yaitu iman. Sebagai seorang muslim, para sastrawan muslim harus mampu mengaktualisasikan apa yang ditulisnya. Sehingga ia tidak termasuk pada golongan penyair (baca: sastrawan) munafik, lagi pendusta; penyair yang tidak berpendirian; penyair yang sekedar mencari sensasi dengan mempertontonkan permainan kata-kata. Sebuah kisah di akhir pembahasan ini: Pada suatu hari, Rasulullah Muhammad SAW sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba datanglah Abdullah Ibnu Rawahah hendak menuturkan syairnya. Maka sebelum syair dibacakan, Rasulullah bertanya pada Abdullah Ibnu Rawahah, Apa yang Anda lakukan jika anda hendak mengucapkan syair? Maka, menjawablah Sang penyair Abdullah ibnu Rawahah, Hamba renungkan dulu, kemudian baru Hamba ucapkan. Maka dengan senang hati Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabat mendengarkan ia bersyair.***

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

18

KOMUNITAS

KOMUNITAS RABU LANGIT LOMBOK TIMUR

JAWABAN ATAS KEHAUSAN DUNIA TULIS MENULIS Penulis: Yogi S. Memeth

R

abu Langit berasal dari dua suku kata “rabu” dan “langit”. Rabu berarti hari sedangkan langit berarti pelindung/ atap, jadi rabu langit dari segi bahasa berarti “hari yang berlindung dibawah langit”. Komunitas yang berdiri sejak tanggal 20 desember 2012 ini sebenarnya disyahkan pada awal januari 2012 tepatnya tanggal 1 januari 2012. komunitas ini didirikan atas dasar pemikiran untuk menjawab kehausan dalam dunia tulis menulis, [kilas balik] hari itu adalah pertemuanku dengan seorang bernama Fatih kudus jaelani di rumahnya. Bukan pertemuan pertama akan tetapi pertemuan yang sedikit ganjil, bisa dibilang. Sebagian pemikiranku dengan saudara fatih [panggilan akrab fatih kudus j] adalah sama dalam konsep berorganisasi, hal inilah yang kemudian mempertemukan kami dalam sebuah kesepakatan untuk membentuk sebuah komunitas bernama rabu langit. Hari rabu menjadi sangat istimewa, sebab hari itu tiga buah peristiwa yang sangat luar biasa dan ada yang sangat mengganggu pemikiranku, tiga peristiwa itu adalah 1) terbentuknya komunitas rabu langit sendiri, 2) teman-teman penyair NTB

Proses diskusi promo pertama buletin kapass. Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Salah seorang siswa mengapresiasi puisi komunitas rabu langit. memanggilku sebagai penyair moge [motor gede] karena memang aku sedikit suka dengan motor gede dan yang ke tiga meresmikan sebuah bangunan sederhana untuk dijadikan markas besar. Sebagai langkah awal pendirian organisasi ini adalah memberikan perhatian yang serius terhadap perkembangan dunia kepenulisan sastra di lombok timur dengan mengadakan pendidikan MENULIS GRATIS dan menerbitkan buku sastra sebagai satu-satunya media sastra yang ada di lombok timur. Selanjutnya saya bersma fatih berencana mendirikan HALTE SASTRA (taman baca khusus sastra untuk masyarakat) dalam upaya untuk memberikan penyadaran tentang pentingnya bersastra khususnya kepada kalangan muda, pemikiran ini tidak muncul begitu saja, akan tetapi melalui perjuangan dan pertimbangan yang sangat panjang. Perkembangan dunia sastra di Lombok Timur bisa dibilang sangat payah dan menyedihkan, tidak seperti diwilayah-wilayah lain, selalu ada penulis-penulis handal dan media serta wadah untuk mengembangkan diri dalam dunia kepenulisan. Dalam bahasa lain, komunitas rabu langit memiliki keyakinan dan tekad untuk memfasilitasi generasi muda selanjutnya sebagai tongkat estapet untuk perkembangan kesastraan Lombok Timur. Komunitas yang

Frasa


KOMUNITAS awalnya hanya berdiri sebab dua pemikiran orang ini yaitu Yogi s. Memeth dan Fatih kudus jaelani kemudian berkembang sangat pesat dalam waktu singkat, hal inilah yang kemudian memotifasi kami untuk mencoba memperkenalkan diri kepada media-media luar yang memiliki kolom sastra agar menjadi motifasi bagi anggota-anggota lainnya. Komunitas rabu langit memfokuskan diri dalam dunia tulis menulis terutama sastra dengan anggota awal dua orang sebagai pendiri yang selanjutnya diikuti baru lima orang anggota saja. Sebagai tindakan lanjut keseriusan dalam kegiatan berkesastraan komunitas rabu langit mengadakan kegiatan yang bertajuk “ngeder sastra” yang bisa ditermahkan dalam bahasa indonesia “mengurasi sampai akar-akar sastra” pada setiap hari rabu dan segala kegiatan-kegiatan diskusi selalu difokuskan pada hari rabu, inilah alasan mendasar mengapa komunitas ini bernama “rabu” dan “langit” sebagai naungan. Dalam penerima­an anggota baru, komunitas ini tidak memerlukan formulir, pas fotho atau apapun yang lumrah digunakan dalam persyaratan untuk masuk sebuah organisasi. Komunitas ini hanya menerima anggota yang menunjukkan karya mereka sebagai bukti keseriusan untuk menjadi seorang penulis, adapun mereka yang ingin masuk tapi belum bisa menulis mereka tetap diterima sebagai anggota akan tetapi mereka harus mempunyai skill yang dekat dengan dunia kepenulisan, semisal ahli dalam layout ataupun seorang wartawan dengan maksud agar hasil kerja dalam komunitas menjadi profesional. Dan yang paling mendasar adalah siapapun bisa bergabung.***

Frasa

HAL

19

Arahan-arahan dari kepala sekolah SMAN 1 Sikur tentang prestasi siswa.

Bedah karya kepada peserta diskusi.

Kepala sekolah dalam mengapresiasi karya yang terbit di kapass.

Pembukaan blog buletin kapass untuk menunjukkan karya-karya yang terbit.

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

20

CERPEN: Ummul Khaier El-Syaf

LUKA, DUKAKU

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Frasa


CERPEN

HAL

21

Sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang sabar… Itulah sepenggal kata yang selalu ku tanam dalam hatiku. Saat Kau jemput ibunda tercintaku kerumahMu sebab kanker paudara yang menggerogotinya, bukan aku tak sedih Allah… hatiku terasa pilu, sangat… bahkan aku tak lagi bisa membendung hujan yang membanjir di pipiku. Aku juga tak mampu untuk mengusir mendung yang memelukku erat teringat akan adik perempuanku yang masih terlalu dini dan lugu. Ia masih sangat membutuhkan ibunda untuk berteduh, iapun juga masih kekurangan pelukannya Tuhan…. Adik perempuanku yang sungguh lebih malang nasibnya dariku. Saat ini ia baru berumur 3 tahun, 3 tahun Allah… mengapa Kau setega itu padanya?, maafkan aku yang selalu menuntutMu, namun mengapa harus dengan usia yang sedini itu sudah harus sepi tanpa kasih sayang bunda. Bermain sendiri tanpa ditemani bunda, aku, dan ayah. Bunda telah pergi jauh, sedang ayah saat ini sekarat di rumah sakit, dan aku! aku sibuk dengan pekerjaan yang saat ini tak seberapa penghasilannya untuk memenuhi hidup, obat ayah, dan mainan adikku pula. Sedang aku hanyalah anak yang masih tergolong dini, akupun tak tahu harus bekerja apa, hingga pada suatu ketika aku melamar kerja menjadi seorang pembantu rumah tangga walau aku lelaki, suatu pekerjaan yang sangat hina di mata manusia yang lain. Namun aku mencoba menikmatinya walau sebenarnya aku sangat terpaksa. Tapi tak mengapa, toh ini adalah pekerjaan yang halal. Aku butuh tempat untuk berteduh, dan juga butuh makan untuk tetap bertahan hidup. Seperti pagi-pagi sebelumnya: sebelum adzan subuh berkumandang, saat adikku masih terlelap dalam mimipinya, dan majikanku masih terlelap juga. Aku bangun mengambil wudhu’, shalat, dan berdo’a padaMu, aku tak pernah dan tak akan pernah lelah untuk meminta dan memohon agar ayahku sembuh dan aku kembali seperti dulu lagi walau tanpa bunda. Aku tak pernah lelah Tuhan… tak pernah. Sebab aku yakin Engkau akan mengabulkan do’aku suatu saat nanti walau bukan sekarang dan besok. Aku yakin pada saat dimana Engkau meridhai untuk itu. Aku yakin itu, sangat Allah…. Seusai shalat, berdzikir, dan berdo’a. aku menyenandungkan kitab suciMu sembari menunggu adzan subuh menggema dari samping rumah yang ku tinggali saat ini. Tak sepantasnya aku teringat ayah dan bundaku saat membaca ayat suciMu hingga akhirnya hujan mengalir dari dua kutub mataku membasahi kitabMu Allah… aku telah lancang Allah… maafkan aku… namun aku sudah tak sanggup lagi untuk membendungnya. Tanpa idzin dan tanpa di inginkan ia mengalir begitu saja. Maafkan aku Allah… maafkan aku pula karena aku terpaksa menghentikan bacaanku sebab suaraku telah parau karena tangis mencumbuiku nakal. Hhh… aku mencoba menenangkan diriku sejenak. Selang beberapa saat adzanpun terdengar jua. Setelah adzan usai, dengan segera aku menunaikan ibadah shalat subuh agar cepat beraktivitas dengan tugas yang sudah biasa setiap harinya: menyiapkan makanan untuk majikanku sebelum mereka berangkat ke kantor, menyapu halaman, meyirami kebun, dan masih banyak aktivitas lain. Shalat berlalu, tak pernah lupa aku menangis, berdo’a, mengeluh, dan meminta padamu. Karena hanya Engkaulah yang aku miliki. Aku masih mam-

Frasa

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

22

CERPEN pu berdiri sebab Engkau Allah…. Akan ku katakana pada masalahku bahwa aku memilikiMu disini. Di hatiku. Aku menghapus air mataku dengan segera saat tangan kecil nan mungil adikku menyentuh pundakku dari belakang, rupanya ia telah bangun sepagi ini. Aku membalikkan badan, wajahnya tampak lucu, polos, lugu, dan menggemaskan. Aku menyentuh pipinya. Hangat dan lembut. “Adiek? Adiek dah bangun?” Tanyaku konyol, ia menjawabnya hanya dengan anggukan kepala. “Kakak kenapa?” Tanyanya kemudian, “Nggak… kakak nggak apa-apa kok, sana adiek mandi dulu, setelah mandi langsung main sendiri dulu ya… soalnya kakak harus masak, menyapu, dan macammacam” Ucapku melembutkan hatinya, lalu ia mengangguk polos, aku mencium pipinya yang lembut sebelum akhirnya berlalu dari harapanku. Terkadang hatiku miris olehnya. Tapi… aku tak bisa berbuat apa-apa, dan akupun tak bisa untuk menolak takdirMu dan meminta kembali bunda yang telah pergi jauh dari hidup kami. Tiga puluh menit sebelum jam kantor tiba semua masakan harus telah matang dan sudah siap pula di meja makan untuk tuan Frederick dan nyonya Alice. Hem… aku menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan. Lega. Akhirnya telah siap juga makanannya. Kemudian aku melihat mereka menuruni anak tangga dengan penampilan telah siap menuju kantor. Viecent anak sulung mereka yang masih berumur delapan tahun juga telah rapi dengan seragam sekolah musiknya, begitupun dengan Rose anak sulung mereka yang masih berumur lima tahun telah rapi juga dengan seragam sekolahya. Tanpa menyapaku yang berdiri di pojok meja makan karena telah meyelesaikan tugas, mereka langsung duduk dan makan dengan lahapnya. Aku senang meski tak di ajak oleh mereka, karena aku sadar itu tidak mungkin. Aku senang mereka menyukai masakanku. Aku berlalu dari hadapan mereka, namun, saat ku langkahkan kakiku yang kanan tiba-tiba aku tersandung pada kaki Viecent yang saat itu duduk di kursi dekatku berdiri. Brukk…. Aku jatuh tersungkur kelantai, agh… pasti tuan dan nonya akan geram padaku, langsung aku berdiri dan menunduk. Tuan juga berdiri dari tempat duduknya, aku gemetar ketakutan, kepalaku menunduk seperti ada beban 10 kg di atas kepalaku. Takut, ya, aku takut beliau menyekapku di gudang berhari-hari hanya karena permasalahan sesepeleh ini. Darr… tangan beliau memukul meja makan. “Kamu ini gimana sich? Kerja nggak becus! Membuatku tidak selera makan saja. Sudah pergi sana” Bentak tuan dengan geram padaku. “Iya, lo gimna sich? Uda sana pergi, ngapain masih disini?” Timpal Viecent. Aku berlalu tanpa kata dan tetap

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Frasa


CERPEN dengan kepala yang terbebani. Sesampainya di dapur tiba-tiba hatiku perih… sangat. Sakit dan menjerit. Sekilas terbayang masa yang indah silam bersama ayah, bunda, dan adikku. Lagi-lagi hujan datang, matakupun berkacakaca, dan aku tak mampu membendungnya. Boleh di bilang aku adalah lelaki tercengeng di dunia ini. Aku menuju kamar mandi dan berwudhu’ untuk menenangkan hati walau sejenak. Setelah aku benar-benar merasa lebih tenang, aku berjalan menuju dapur untuk mengambilkan adikku nasi dengan lauk-pauk seadanya. “Diek Olief…” Teriakku dari dapur, tak lama adikku datang dengan membawa aliran gerimis dimata dan isak yang membuatku pilu, entah mengapa?. “Adiek… adiek kenapa?” Tanyaku lembut dan menjongkok di depannya. kuusap air matanya pelan, namun ia tetap tak menjawab menikmati tangisnya. “Adiek kenapa? Sudah… jangan nangis… nanti jelek lo… ayo cerita sama kakak” Hiburku. “Olief… hiks.. hiks.. O..Olief ju..ju..ga.. pe..ngen makan bareng ayah dan bunda seperti mereka” jawabnya terbata-bata sebab tangis sambil menunjuk kearah tuan dan nyonya. Hatiku kembali pilu, dan air mata kembali mengalir dari dua kutub mataku, akhirnya aku memelukknya erat, menyatukan seluruh kekuatan yang kami miliki karena belum sanggup menerima kenyataan yang ada. Kenyataan saat harus kehilangan bunda dan ayah yang saat ini sekarat di rumah sakit. Aku menghapus air mataku dan melepaskan pelukannya pelan. “Sudah… nanti kalau ayah sudah sembuh kita pasti bisa makan bareng seperti dulu lagi, dan sekarang… Olief harus makan sama kakak biar bisa ketemu ayah nanti, sebentar lagi kakak mau ke rumah sakit menjenguk ayah, adiek mau ikut?” aku menenangkannya, kemudian ia mengangguk dan tersenyum padaku. Allah… betapa sejuk hatiku melihat senyumnya, tolong jangan Kau bunuh bunga itu di bibir merahnya. @@@ Bising, ya, bising oleh suara tangis yang menggema menghiasi setiap sudut gedung putih ini. Aku berjalan bersama Olief menyusuri trotoar rumah sakit menuju kamar ayah di rawat, sepanjang perjalanan banyak wajah yang berjubah sedih, duka, cemas, dan luka. Begitupun dengan hatiku dan Olief. Kami begitu cemas dengan keadaan ayah yang mencium maut. Kami tak ingin kehilangan harta satu-satunya yang kami miliki saat ini. Tolong jangan Kau bawa ayahku pergi setelah Bunda

Frasa

HAL

23

menghadapMu, aku masih tak sanggup dengan semua itu, apalagi Olief. Iya masih terlalu kecil dan lugu untuk kehilangan mereka. Tolong Tuhan… tolong. Sesampainya di depan pintu ayahku di rawat, kami berhenti. Tak sabar rasanya ingin melihat perubahan sampai mana maju kesehatan ayahku. Langsung aku membuka pintu dengan senyum yang sudah kusediakan untuk ayah. Tapi… tibatiba darahku berhenti mengalir, tubuhku kaku, rasanya aku seperti tak punya kekuatan hanya untuk berdiri saja. Aku ingin berteriak sekeras-kerasnya agar dunia mendengar rintihan dan kesedihan hatiku. Hujan kembali lagi memelukku, entah ini sudah yang keberapa kali dalam hidupku. Aku mengusap air mata dan mencoba tersenyum pada Olief, aku tak ingin ia sedih. Tidak! Aku tak ingin itu. Aku berjalan lunglai mendekati ranjang ayah, seorang dokter hanya berdiri di samping ranjang ayah dengan wajah duka. Aku membuka pelan kain putih yang menutupi tubuh yang terbaring kaku di depanku. Tidak! Ini tidak mungkin. Tidak mungkin ayah juga pergi meninggalkan aku dan Olief, tidak Tuhan… aku tidak mau…, tolong kembalikan ayah dan bundaku kembali pada kami. Tuhan… seandainya aku tidak berdosa menuntutMu, maka aku akan menuntut untuk Kau kembalikan ayah dan bunda kepadaku. Air mataku kembali pecah, dan aku memeluk Olief yang mulai terisak. Ia mulai mengerti dengan apa yang terjadi, aku memeluknya erat, sangat… erat. Aku mencoba menenankan dan memberinya kekuatan walau sebenarnya aku sendiri juga rapuh dan nyaris tak sanggup menerima cobaan yang kau beri padaku. Isak tangis kami mewarnai ruangan putih perawatan ayah. Allah… , hamba yakin, apapun yang Kau gariskan untuk hidupku dan Olief adalah yang terbaik darimu. Aku yakin Allah… sangat… semua ini pasti ada hikmah yang dapat ku petik, dan semua juga pasti akan kembali padaMu hanya dengan saat yang berbeda. Dan hamba selalu menanam dalam hati bahwa Engkau akan selalu bersama orang-orang yang sabar termasuk diriku saat tak mengeluh. Tuhan… tempatkanlah ayah-bundaku dalam syurga firdausMu yang mulia. Semoga. Amien…. Sebelah ruang inspirasi, 07-Mei-2012 Ketua Sanggar Sareyang, sekaligus siswa kelas XI IPS 1 MA 1 Pi Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura (69463) e-mail khaierelsyaf@yahoo.co.id.

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

24

PUISI: Dimas Indianto S

Meditasi Katak Dalam hujan yang tak berangin, Seekor katak berdiam dalam pesujudan panjang Menunggui pelangi yang belum juga Menampakkan batang hidungnya Dan saat air menetes di kelopak matanya Ia masih dalam diam Bahkan, mengencangkan tasbihnya. Pondok Pena, 2011 Di Kelam Malam 1 Terdengar riuh gemuruh di kelam malam Seorang perempuan menggulung ombak Di hatinya, Lalu buih-buih putih dijelmanya doa abadi Agar kelak hidup menjadi lebih birahi Sepanjang laut malam yang amatlah sunyi 2 Seorang perempuan mengepulkan asap doa

Dari bibir merah rekahnya Sambil sesekali menghisap Sebatang rokok yang Ia simpan di sela kembar payudaranya 3 Seorang mucikari resah Sebab Tuhan enggan menyuarakan aroma syurga Yang tertebar bersama dinginnya malam Lalu ia datang kepada seorang pawang meminta mantra-mantra Penangkal hujan. Darinya, lalu malam serupa padang rembulan Seorang perempuan menanggalkan Bajunya, lalu sekujur tubuhnya Tengadah pada langit, matanya nanar menahan nganga luka di jiwa 4 Sepertiga malam Darah tercecer menggenang semesta Hujan kini lebih rintih dari biasanya Sepotong mata sayu meneteskan embun abadi Dalam sungkur sujud bumi. Pondok Pena, 2012 Mengeja Gerimis Gerimis mencubit-cubit mukaku Sore itu, di sebuah halte Dimana engkau memastikan kehadiran terang. Yang nyatanya bayangannya saja enggan menghinggap Di kepalaku. Barangkali aku terlalu bodoh untuk ini, Daun kehilangan Sayap. Senyap. Hanya angin yang melintas dihadapanku Membawa sabda. Dan aku tak mampu membaca kharakatnya. Pondok Pena, 16 Maret 2011

Dimas Indianto S lahir di Brebes, 20 Desember 1990. Mahasiswa jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto. Puisinya dibukukan dalam antologi puisi : Pilar Penyair (OBSESI Press, 2011), Rendezvous (TBJT pendhapa 12, 2011), Suarasuara Dari Pinggiran (Komunitas Danau Angsa, 2012), Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia (kosakatakita, 2012) dan Kosong=Ada ( puisi religi 108 penyair Indonesia dan Malaysia, 2012). Karyanya yang lain dimuat di beberapa media seperti Minggu Pagi, Radar Banyumas, Merapi dan beberapa majalah lokal maupun Nasional seperti majalah Obsesi, Mayara, dan Misykat. Sekarang mempersiapkan buku puisi tunggal pertamanya bertajuk “Nadhom Cinta”. Bergiat di Komunitas “Wedang Kendhi”, komunitas “Beranda Budaya” dan “Teater Didik” STAIN Purwokerto.

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Frasa


PUISI: Selendang Sulaiman

HAL

25

Selendang Hujan Angin mendesir di kepala Bisikan daun lembab dilumat bebatuan Dari senar gitar yang putus terdenting Bunga-bunga liar bersiul semacam luka Sementara hujan merintik sebentar-sebentar Menyaksikan opera langit berpesta kegelapan Segelas puisi tumpah dari tangan gemetar Kata-kata berserak musnah ke dalam hutan Terasa sepoi angin datang membelai bebatuan Dan rintik seperti jarum manusuk bunga-bunga

Hikayat Ayat Penyair Ayat-ayat hikayat sang hayat Melingkar ular di lubuk mata tersayat Huruf-huruhnya menjalma api Menjalari sampah-sampah janji Tetapi sepadam api Arang tak gagal menjadi abu

Yang luka meneteskan darah di kepala Menderaskan air payau di bibir penyulam selendang

Lalu yang hitam dan legam Menjadi suara gentayangan Dari dada gusar seorang pemimpi Dari mulut malam bergerigi

Kebun Laras, Januari 2012

Yogyakarta, Januari 2012

Selendang Sulaiman Lahir di Pajhagungan, gapura, Sumenep 1989. Mahasiswa Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Puisinya dimuat diberbagai Media Masa: Seputar Indonesia, Suara karya, Metro Riau, Majalah Literasia, Advo-pos, Jurnal Maddana, Buletin Sampan. Dan beberapa antologi bersama; Sang Penyair (Perpust Press 2007), Mazhab Kutub (Pustaka Pujangga 2010), 50 Penyair Membaca Jogja; Suluk Mataram (MP 2011), Bima Membara (Halaman Moeka 2012), Presidin Untuk Presidenku (SANY Publishing 2012), Jembatan Sejadah (SP 2012). Saat ini selain mengelola Divisi Satra di Sanggar Nuun Yogyakarta juga menjadi Lurah Sanggar Jepit Yogyakarta.

Frasa

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

26

SASTRADUKASI

Sebenarnya sastra itu... Kata Sastra itu sendiri berasal dari kata Sanskerta: ???????, dibaca shastra. Kata ini merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta sastra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar sas- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Idealnya sastra berupa teks yang terdapat di dalamnya pedoman-pedoman atau nilai-nilai yang diinstruksikan oleh pengarang atau penulisnya. Dalam bahasa Indonesia kata sastra ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Bukan teks yang mengandung instruksi atau pedoman yang diambil dari definisi awalnya. Bahasa Indonesia menggunakannya sebagai seni dalam segala kepenulisan. Pemakaian istilah sastra dan sastrawi dinilai cukup bias. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra. Jadi ada pendalaman arti kata yang sedikit berbeda antara sastra itu tunggal dengan sastrawi yang kini sudah semakin populer. Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Jadi istilah awal sastra yang aslinya teks, menjalari bidang lain yakni secara oral(lisan). Kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Dapat ditemui beberapa kategori Sastra yaitu: novel, cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.***

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Frasa


KILAS SASTRA

HAL

27

CERPEN TERTUA Cerpen tertua di dunia ditemukan dalam lembar daun lontar yang diperkirakan ditulis sekitar tahun 3000 SM. Selain itu ditemukan pula flash-flash di nisan-nisan kuburan tua di Mesir. Di Yunani, cerpen klasik berupa fabel yaitu cerita yang pelakunya para binatang yang dimanusiakan. Fabel ini mulai beredar di masyarakat sekitar 500 SM tetapi baru ditulis dengan rapi pada abad II. Pada abad ke-8, lahirlah serial cerpen lisan klasik 1001 Malam. Cerpen klasik bertema romabtik ini pertama kali dipublikasikan dalam bentuk buku pada tahun 1704 di Prancis. Sejak itulah cerpen memasyarakat dan lahirlah cerpen modern. Karya tersebut dipublikasikan di berbagai media cetak, khususnya majalah sastra. Cerpen berkembang pesat sejak pertengahan Abad XIX, tidak hanya di Eropa tapi juga di Amerika Serikat.***

Frasa

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

28

LENTERA BUDAYA

budaya indonesia

yang terlupakan Oleh: Muhamad Nu’man Afandy Banyak sekali kebudayaan yang sangat unik dan menarik dari Indonesia. Sebagai negara kepulauan dengan banyak provinsi dari Sabang hingga Merauke, Negara tercinta Indonesia patut bangga dengan keanekaragaman seni dan budaya yang tersebar di setiap daerah dan provinsi.

T

api anehnya, sebagai anak bangsa kadang kita tidak mengetahui dan kadang melupakan kebudayaan sendiri, sementara orang luar negeri malah tertarik dengan kebudayaan Indonesia yang unik, menarik dan khas. Bahkan sebagian budaya Negara tercinta kita diklaim oleh negara lain mulai dari reog ponorogo, dari batik, rendang, hingga lagu rasa sayange. Sebenarnya jika kita lebih bisa mencintai dan mengenal Indonesia lebih dekat lagi maka tidak akan terjadi hal seperti ini dan Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan keanekaragaman flora dan fauna serta hasil tambang dan hasil alam yang berlimpah dan ada yang menyebut negara Indonesia sebagai pulau Atlantis. Harusnya generasi muda yang meneruskan budaya yang sudah mulai terlupakan Namun para pemuda cenderung mencintai budaya negeri lain yang tak selalu membawa dampak positif bagi kita. Free sex, dugem, merupakan kegiatan yang paling disenangi pemuda kita saat ini. Film tentang cinta menjadi tontonan wajib bagi pemuda bangsa kita. Sayangnya ketika ada segelintir pemuda yang mencoba mempelajari budaya kita sendiri, teman temannya malah menjerumuskan mereka pada hal yang buruk. Banyak alasan untuk membuat mereka berhenti mencintai negara kita sendiri. Mulai dari gak gaul sampai ndeso en katrok banget jadi alasan yang dipakai mereka. Sekarang kita cari tahu yuk daftar kebudayaan Indonesia yang unik. Berikut ini sebagian seni dan budaya di Indonesia yang termasuk unik, dan bisa

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

menambah wawasan dan pengetahuan kita untuk lebih mengenal kebudayaan sendiri. Upacara Tabuik Sumatera Barat Upacara tabuik Sumatra barat termasuk satu dari sekian banyak keunikan kebudayaan yang ada di Indonesia. Kata ‘tabut’ sendiri asalnya dari bahasa Arab artinya adalah mengarak, upacara Tabuik ini merupakan salah satu tradisi bagi masyarakat yang ada di pantai barat, provinsi Sumatera Barat. Upacara Tabuik sudah diselenggarakan secara turun menurun. Upacara Tabuik ini sering diadakan pada hari Asura yang jatuh pada setiap tanggal 10 Muharram, bulan penanggalan Islam. Upacara Tabuik ini merupakan simbol dan sebagai bentuk ekspresi warga sebagai rasa duka yang sangat dalam dan juga rasa hormat dari umat Islam yang ada di Pariaman kepada cucu Nabi Muhammad SAW. Setiap penyelenggaraan upacara Tabuik sangat meriah sehingga Pemda setempat pun memasukkan upacara menarik Tabuik ini ke dalam agenda wisata di Sumatera Barat dan diselenggarakan setiap tahun. Makepung, Balap Kerbau Masyarakat Bali Umumnya masyarakat Indonesia lebih mengenal karapan sapi yang berasal dari Madura. Sedangkan di Bali ada juga upacara Makepung. Kalau di Madura menggunakan hewan sapi, sedangkan Makepung menggunakan kerbau. Tradisi Makepung ini awalnya merupakan permainan bagi para petani yang dikerjakan di sela-sela kegiatan membajak sawah di musim panen. Waktu itu para petani ini saling

Frasa


LENTERA BUDAYA beradu cepat dengan memacu kerbau yang sudah dikaitkan pada sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang joki. Karena kegiatan ini sangat menarik dan di sukai banyak warga, kini upacara Makepung sudah menjadi satu bagian budaya Bali yang sangat unik dan banyak menarik minat wisatawan asing. Dan sekarang ini lomba pacu kerbau inipun telah menjadi agenda tahunan wisata di daerah Bali dan sudah dikelola secara profesional. Atraksi Debus Banten Kalu atraksi debus yang berasal dari Banten ini, pastinya juga sudah di kenal luas, karena memang debus manjadi salah satu seni dan budaya dari Banten yang sangat khas dan menarik dan tentu saja unik sekali. Atraksi debus merupakan atraksi yang sangat berbahaya sekali, dan konon kesenian debus ini berasal dari daerah al Madad. Perkembangan selanjutnya seni bela diri debus ini makin tumbuh besar disemua kalangan masyarakat yang ada di Banten dan menjadi seni hiburan untuk masyarakat setempat. Karapan sapi Masyarakat Madura Jawa Timur Karapan sapi Madura merupakan perlombaan pacuan sapi dari Madura, Jawa Timur. Karapan sapi menjadi salah satu kebudayaan indonesia yang unik dan berasa dari madura. Setiap kali karapan sapi di adakan para penonton tidak cuma disuguhi atraksi adu cepat sapi serta kelihaian para joki yang mengendalikannya, tetapi sebelum di lansungkan karapan sapi, para pemilik biasanya akan melakukan ritual berupa arak-arakan sapi disekelilingi pacuan dan disertai dengan alat musik seronen yaitu perpaduan alat musik khas Madura. Untuk jarak rute yang di pakai untuk lintasan karapan sapi panjangnya antara 180 meter hingga 200 meter, dan untuk jarak tersebut dapat ditempuh dalam waktu 14 detik sd 18 detik. Agar sapi bisa melaju kencang pada pangkal ekor sapi dipasangi sabuk penuh dengan paku yang sangat tajam. Joki akan melecutkan cambuknya yang sudah diberi dengan duri tajam kearah bokong sapi. Cara ini memang tergolong kejam, tapi akan membuat sapi

Frasa

HAL

29

berlari dengan lebih kencang. Akibatnya tentu akan menimbulkan luka disekitar pantat sapi. Upacara Kasada Bromo Bromo menyimpan banyak keindahan, di sini juga ada kebudayaan unik berupa upacara Kasada Bromo. Upacara ini dilakukan oleh warga masyarakat Tengger yang tinggal di Gunung Bromo Jawa Timur. Masyarakt setempat melakukan ritual Kasada Bromo ini untuk mengangkat seorang Tabib atau dalam bahasa setempat di sebut dukun. Sebelum pelaksanaan upacara Kasada Bromo ini dimulai, mereka mempersiapkan aneka sesaji dan nantinya akan dilempar ke dalam Kawah Gunung Bromo. Pada waktu malam yang ke 14 di bulan Kasada, warga masyarakat yang ada di Tengger akan berbondong bondong dan membawa ongkek yang isinya adalah sesaji hasil dari pertanian dan ternak. Kemudian mereka akan membawanya sesaji tersebut ke Pura. Sementara menunggu kedatangan Dukun sepuh yang dihormati, mereka menghafal dan melafalkan mantera-mantra, dan pada waktu tepat tengah malam diadakanlah upacara pelantikan dukun dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir gunung bromo. Sebenarnya masih banyak budaya di Indonesia dan sebagai warga negara Indonesia kita harus menjaga Kebudayaan indonesia, budaya indonesia yang unik, kebudayaan unik khas indonesia, kebudayaan yang menarik di indonesia, budaya indonesia yang menarik dan khas. Sayangnya ketika ada segelintir pemuda yang mencoba mempelajari budaya kita sendiri, teman temannya malah menjerumuskan mereka pada hal yang buruk. Banyak alasan untuk membuat mereka berhenti mencintai negara kita sendiri. Mulai dari gak gaul sampai ndeso dan katrok banget jadi alasan yang dipakai mereka. Namun saat ini mereka tidak sadar apa yag mereka perebutkan, kita ini sebenarnya masih punya itu semua, hanya saja tak dimanfaatkan dengan baik, dan ketika dimanfaatkan dengan baik oleh orang lain kita tidak terima. Cintailah negeri kita, kelak Indonesia akan berubah menuju Negara yang lebih baik jika kita semua warga Negara Indonesia mencintai Negara Indonesia tercinta kita.***

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

30

TEENLIT CERPEN Masih setengah tujuh. Tapi kantin sudah rapi. Meja dan kursi terlihat sudah mengkilap. Gelas-gelas cling terpampang di atas meja bertaplak biru itu. Ibu terlihat tengah asyik mengaduk-aduk soto di belakang. Gorengan sudah siap tersaji. Kalau ada anak-anak yang lapar atau tidak sempat sarapan bisa mengganjal perut dulu dengan goreng pisang atau greng tempe gurih buatan Bu Yus. Meski kantin di sekolah, kantin Bu Yus rasanya enak banget. Tak heran bila kantin Bu Yus selalu ramai dikunjungi anak-anak pada saat istirahat. “Piringnya sudah diangkat Genta?” ujar ibu dari dapur. “Sudah Bu. Kalau begitu Genta masuk kelas dulu ya , sudah mau jam tujuh nech,” ujar Genta seraya berjalan ke kelasnya. SMA Gita Buana adalah salah satu yayasan pendidikan ternama di kotanya. Meskipun sekolah swasta prestasi sekolah ini tidak kalah dengan sekolah negeri lainnya. Kalau bukan karena nilai yang bagus tak mungkin Genta bisa lolos di sekolah ini. Anak-anak pejabat pun mesti punya nilai yang oke agar bisa masuk di sekolah ini. Meski punya banyak uang, jangan harap bisa masuk ke sekolah ini kalau tidak punya kepintaran. Di kelas. “Wahhh,, bagus banget Nik, lo dapet dimana? “ “Hmmmm,, ini asli dari Singapura. Bokap gue yang bawain kemarin. Barang kayak gini mana ada di Jakarta,” ujar Niken sambil memamerkan jam tangan Gucci-nya. “Bagus banget,” ujar Diaz agak ngiri. “Ya iyalah,, gue kan Cuma mau pake barang yang ori. Yang KW nggak bangetlah. Malu-maluin,” kembali Niken dengan kesombongannya. “Iya sih,”Sintia mengamininya padahal sedikit merasa tersindir. Ia merasa Niken nyindir banget. Tas Channel seharga sejuta lebih miliknya itu belum apaapa. Kata Niken itu KW alias barang aspal. Percakapan seperti itu sudah tidak asing memang bagi Genta maupun siswa lainnya di

Genta

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Frasa


TEENLIT CERPEN Gita Buana. Niken adalah anak donatur yang paling besar menyumbangkan dana di sekolah ini. Tak heran kalau penampilan Niken sangat wah dibandingkan yang lainnya. Dan tak heran pula sampai saat ini dia belum punya pacar. Siapa sih cowok yang sanggup menandingi kekayaan orang tua Niken? Kalau sepertinya belum mendingan nggak usah ngedeketin Putri tunggal Pak Sumitro itu. Bagi Genta, aksi pamer-pameran itu sudah biasa. Nggak Cuma cewek tapi cowok-cowok di sekolah ini juga pada suka pamer. Pamer motor Ninja paling barulah. Beli mobil sport. Pasty dan bla bla bla. Ia Cuma mendengar hal itu sebagai hiburan saja. Sebagai anak ibu yang jagain kantin Genta cukup bersikap tau diri. Penampilannya sangat standar di bawahnya. Namun bisa sekolah di Gita Buana saja sudah bagus, jadi tak perlu bermimpi yang macam-macam lagi. Apalagi ibunya bisa berjualan di sekolah ini sangat menopang perekonomian keluarga. Sejak kelas 4 SD, Genta sudah kehilangan ayahnya. Kala itu ayahnya menderita sakit stroke dan akhirnya meninggal. Sehingga dari kecil ia sudah terbiasa hidup mandiri. Jam pelajaran Bu Marlina berjalan seperti biasa. Jelang pukul 10.00 anak-anak udah pada 10 watt. Bahkan ada yang 5 watt. Bagi kelas X(Sepuluh) Tiga, pelajaran sejarah adalah waktunya dongeng. Suara Bu Marlina yang sayup-sayup makin melambaikan mata anak-anak yang didukung cuaca pagi yang sedikit lembab kali ini. Saatnya istirahat. Suara bel seperti semangat ketika menang lotre berlipat ganda. Menyenangkan. Akhirnya lepas juga dari pelajaran Ibu Marlina yang membosankan. Di kantin. Niken cs sudah mengambil tempat. Meja yang menghadap ke lapangan basket. Tempat yang strategis. Melihat Aryo sang kapten basket sedang menyusun strategi atau sekedar memantulkan bola ke ring. Akankah Niken akan berbagi kisah hidupnya dengan Aryo. Akh,, terlalu lebay dech. Memang sich Aryo cowok keren. Kapten tim basket SMA Gita Buana, bersama rekan satu tim ia berhasil mengantarkan SMA Gita Buana sebagai juara basket se-kota. Apalagi orangtuanya salah satu kepala dinas di kota ini. Keluarganya cukup disegani di kota ini. Sebenarnya Niken sedikit menaruh hati. Tapi Niken sepertinya terlibat gengsi yang masih mengalahkan perasaannya. Dengan gaya borjunya Niken pun mengambil kosmetik yang ada di dalam tasnya. Bedak bermerk yang sebetulnya belum waktunya ia pakai tampak asyik dipolesnya ke muka. Ia ingin sekedar menegur sang kapten basket. Ia pun beranjak dari tempat duduknya menuju

Frasa

HAL

31

lapangan basket. Saking senangnya dalam hatinya tanpa sadar ia menyenggol Genta yang membawa nampan soto. Soto itu pun jatuh di lantai kantin. “Kalau jalan lihat-lihat donk‌ Untung saya nggak kena,â€? Niken sedikit membentak Genta yang tengah membereskan piring-piring yang berjatuhan. Bahkan ada yang pecah. Genta terdiam. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Sementara Bu Yus hanya memandangi dari kejauhan. Menyaksikan soto yang tumpah itu. Padahal Genta tak berniat menabrak Niken. Itu tidak sengaja. Genta sudah cukup keberatan membawa 3 mangkok soto itu sekaligus di atas nampan. Niken yang berjalan melenggak-lenggok tanpa memperhatikan sekitarnya membuat Genta tak mampu lagi untuk menghindarinya. Alhasil terjadilah insiden ini. Niken yang hampir kehilangan kesabaran cepatcepat diajak Diaz untuk segera cabut. Ia benar-benar sebal . Bu Yus tak mampu berbuat apa-apa. Kepada Genta ia meminta untuk mengganti sotonya. Sementara anak-anak yang lainnya pada setengah bisikbisik. Mau ngomong takut. Siapa sih Niken? Semua tau itu. Dia nggak akan pernah menjadi yang kalah. Jadi jangan coba-coba untuk membakar api bila tak mau terbakar sendiri. Sehari, tiga hari, seminggu , sepuluh hari , bahkan sudah lebih dari dua minggu. Niken masih sebal dengan Genta. Ia tak menganggap genta sedikitpun. Dia melihat Genta serasa jijik padahal mereka sekelas. Padahal yang terkena tumpahan kuah soto adalah Genta bukan Niken. Tapi ternyata amarahnya lebih kuat ketimbang rasa bersalahnya telah memaki-maki anak ibu kantin itu. Genta pun menerima tak dianggap oleh Niken. Bukannya merasa rendah diri atau kenapa. Genta tidak ingin mencari keributan. Ia tahu dengan kekuasaan dan wewenang orang tua Niken pasti kantin ibunya akan tergusur. Apalagi belakangan ini santer desas desus bahwa di sekolah ini akan dibangun kantin yang lebih modern. Menghadirkan makanan Italia seperti spaghetti. Tahu tempe nggak bakal dianggap lagi. Mendung dan lembab masih menggelayuti awan. Hingga sore di musim penghujan ini tak tampak jua matahari sekedar singgah menatap sekejap. Ibu-ibu di sekitar rumah petak itu tampak resah karena pakaian bayinya belum juga kering. Persediaan celana sudah menipis. Di langitpun Guntur sudah mulai terdengar . Gluduk-gluduk yang makin lama makin ramai. Pedagang kaki lima pun sudah banyak mulai menggeser dagangannya ke dalam kardus. Takut kena hujan. Bisa-bisa baju jualannya rusak terkena air hujan dan akhirnya berujung kerugian.

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

32

TEENLIT PUISI

Persimpangan jalan pun mulai sepi.Mendadak mobil x-over berwarna merah itu mati padahal tidak kehabisan bensin. Betul-betul naas ditambah handphone blackberry yang sudah mati karena lupa mengecasnya. Tidak ada bengkel terdekat. Guruh , Guntur dan petir yang berak pinak mulai sahut menyahut. Niken mulai dilanda kepanikan. Sepulang berbelanja di mal mendadak mobil itu mati di persimpangan. Entah minta tolo ng siapa. Mau pulang naik taksi? Mobil ditinggal begitu saja? Gila. Tidak mungkin , karena konon di jalan ini rawan perampokan. Sambil berdiri mondar-mandir gelisah ia berharap seseorang menemukannya. “Maaf mobilnya rusak ya,boleh aku bantu” “Kamu,” Niken terlihat kaget. “Hari sepertinya akan hujan, sekitar dua ratus meter ada bengkel.Kalau kamu mengizinkan aku akan periksa kerusakannya,” Tatapan itu lembut, sangat tulus. Apalah pilihan. Tak ada pilihan kali ini. Memang sebaiknya lebih cepat ke bengkel sebelum hujan benar-benar deras. Benarkan Genta akan membantunya setelah apa yang dilakukan Niken terhdap genta. Tanpa menunggu lagi persetujuan Niken , Genta mencoba mengambil kunci mobil itu. Niken mengikutinya. “Sepertinya kalau didiorong sedikit bisa jalan nih..

minimal kamu sampai ke bengkel mobil,” Genta mencoba menjelaskan sambil mempersilakan Niken memasuki mobil karena hujan mulai menurunkan rinainya. Rintik yang semakin besar. Tak menyurutkan langkah Genta untuk menolong Niken. Seperti mereka tak pernah ada masalah. Setelah didorong sekitar 50 meter mobil itu berjalan. Sambil menoleh lewat spion Genta tampak mengacungkan jempolnya. Selekas ia pergi. Tampak oleh Niken ia memunguti sayuran yang basah terkena hujan. Mungkin ia pulang dari pasar. Besoknya di kelas. Ayu dewi. Hadir. Beni ahmad. Hadir. Didi Sulistiyo . Hadir. Genta Setiawan. Sakit. Sakit! Mendadak Niken terdiam. Tersirat pekat di benaknya. Genta yang kehujanan . Ia biarkan berlalu . Padahal susah payah ia mendorong mobil Niken. Bahkan berterima kasih pun tidak. Ia sangat malu. Orang yang ia maki-maki, dianggapnya hina, nggak level. Telah menjadi malaikat penolongnya di saat susah . Sangat memalukan. Dalam hati ia berjanji akan meminta maaf kepada Genta. “Akhh,, Genta kamu emang cowok yang gentleman,” isak Niken di dalam hatinya. Yoan Fa Awal Juni 2012, Semangat terus ya …

Nelayan Gurat garis wajah kelelahan Berbasah peluh seluruhtubuh Beranjak pulang ke singgasana Bulan sabit mundur perlahan, tinggalkan alam semesta Diiringi kokokan si jantan, memecah kehingan di tengah subuh Berjalan sendiri menyusur pesisir Tarik bongkahan kayu berbentuk perahu Termangu sejenak, merasakan sesuatu Sakit, perih, tertusuk Kemudian mengaduh, mengerang, merintih Memegang dada, mengusap jantung Detak-detik hidup ada di ujung kuku Jatuh merunduk jatuh terduduk! Berselimutkan butiran pasir juga deburan ombak Nadia Almira Sagitta. adalah seorang (calon) alumni SMA yang mencintai dunia tulis menulis. Bercitacita menjadi seorang penulis dan dosen sastra Indonesia. Lahir pada tanggal 10 Desember 1994. Menyukai warna biru dan buku.

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Frasa


TEENLIT PUISI SENYUMAN CINTA DI PALESTINA

M U A L L A F

Titik-titik kesengsaraan berlumuran Menjamahi sekujur wajahnya Tetes-tetes keperihan terselimut erat Membaluti kalbunya yang rapuh. Peluh keringat pengorbanan Bercucuran tetes demi tetes Menjalari kedua pipinya yang tipis

Aku melangkahkan kakiku Di atas pasir kegersangan Di bawah sengatan kekejaman sang surya

Langkahku yang bimbang Mencoba mengayun mendekati dirinya Dalam badannya yang lemah Di balik selembar gamis putihnya Yang telah bersimbah darah perjuangan Jemariku merayap di atas punggung tangannya Senyuman kecil terbit dari bibirnya Berseri indah dengan penuh kekuatan Berusaha melawan keganasan takdir Ilahi Sepasang bola matanya yang cokelat Merangkak pelan menemui sepasang mataku yang basah Gadis Palestina itu menitikkan setetes air mata cinta Yang mengalir suci dari hati yang putih Rintihan duka dalam jiwa Seolah berteriak mengoyak dinding jantungku Aku menatap gadis itu Dengan segenap cinta yang tulus Kelopak matanya yang disambar seutas peluh Perlahan terpejam dengan lembut Badanku seolah lumpuh Tulang-tulangku ibarat retak Bibir gadis itu bergetar pelan Sepenggal syahadah meluncur indah dari bibirnya Mengagungkan asma Ilahi Darah yang segar ini Menjadi saksi hembusan nafas terakhir Gadis Palestina itu. Jilbab hitamnya yang berlumur darah Menjadi saksi kebiadaban Israil Dengan penuh cinta Kusyairkan selembar doa Untuk menyelubungi raga gadis malang itu Yang telah pergi Menemui wajah kekasihnya. Dalam serajut senyuman cinta di bibirnya

Frasa

HAL

33

Tak mudah bagiku Untuk menemukan mata air yang bening Untuk menggapai cinta yang suci Dalam genggaman anugerah iman sejati Langit dan bumi menjadi saksi Tumpahan air mata ini menjadi bukti Dan syahadah ini menjadi janji Bersatunya hidupku dalam satu hati Aku telah menemukan pelabuhan terakhirku Sepasang bola mataku telah berhasil merengkuhmu Langkahku diselimuti cahaya Mengembara mencari cinta yang hakiki Daun-daun pohon bertasbih memuji keagungan-Mu Riak gelombang di lautan bertakbir menjunjung asma-Mu Bumi berputar seraya bersujud kepada-Mu Seluruh alam bertahmid kepada-Mu Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah Dan aku bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah Mataku berkaca-kaca Menatap kilauan kubah masjid besar ini Yang disepuh sinar mentari di kala Dhuha Kini aku adalah seorang Muslim Kini aku adalah bagian dari kaum Muslimin Akan kupegang Allah selalu di hatiku Akan ku lantunkan sholawat untuk junjunganku Akan ku tegakkan pilar keyakinan baruku Dalam hembusan setiap nafasku Yang terbentang lebar Dalam kesaksian lafaz syahadah Janji suciku pada agama baruku

M Taufik Hidayatullah. Kelahiran Pekanbaru, 26 Juli 1998. Kini duduk dibangku Kelas IX RSBI SMPN 1 Pekanbaru. Meraih Penghargaan atas keikutsertaannya dalam The International Standart Of Abacus Mental Arithmethic, Juara I Lomba Penulisan Cerpen Remaja Tingkat Pelajar se-Riau 2010 yang diselenggarakan oleh Xpresi Riau Pos. Buku Antologi perdananya adala SALAD BOWL ’ajaib’

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

34

FIKSIMINI

Jembatan Kenangan “Wow, amazing. Sungguh indah banget suasananya Ros.” “Yups! Kamu benar inilah daerah kelahiranku. Aku sudah sangat merindukannya.” “Aku punya ide brilian, Ros. Tapi…” “Apa? Kenapa ragu mengatakannya. Come on.” “Hmmm. Aku ingin ini jadi tempat preweeding kita nanti. Aku ingin kita mengulas secuil keindahan ini untuk melengkapi kebahagian kita nanti.” Airmata mengucur di ujung kelopak mata indah Rosa. Hatiku berdecak kagum dengan pria yang ada dihadapannya. Sungguh ini di luar logikanya. Pria itu menyukai keindahan daerahnya. “Kenapa menangis? Kau tak setujukah dengan usulku. Maaf…” ujarnya lirih. Aku menubruk kepelukannya. Menumpakan semua kebahagiannya yang baru saja dia dengar. “Aku setuju, Mas. Sangat setuju,” ujarku dalam isak tangis. *** Aku menjerit histeris dan mengacak-acak rambutku. Perasaanku hancur lebur. Mas Doni telah berpulang ke rumah-Nya terlebih dahulu. Janji yang sempat terlontar kala itu membuat aku despresi.

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Bagaimana tidak? Mas Doni mengalami kecelakaan maut, hingga nyawanya tak tertolong lagi. Saatsaat yang seharusnya akan menjadi kebahagian kami. Jembatan itupun seakan menangisi kepedihanku. Ia telah menjadi saksi bisu saat Mas Doni akan melamarku. Kini aku benar-benar gila. Setiap melintas jembatan itu. Aku selalu tertawa, menangis dan kemudian menjerit histeris. Seakan bumi telah menelan tubuhku dalam-dalam. Tanjung Balai, 4 Mei 2012 Ayu Ira Kurnia marpaung adalah nama lengkapnya. Biasa dipanggil Ay. Putri bungsu dari pasangan Ayah Batak dan Ibu Jawa lahir pada tanggal 20 Juni 1991, di Kota Tanjung Balai Asahan. Memiliki hobi menulis dan olahraga. Beberapa puisinya telah dimuat di Koran Lokal dan memiliki beberapa antologi. Aktif di dunia Kepenulisan Online Cendol dan Cermat untuk Wilayahnya. Jika ingin menyapanya lebih dekat dapat Add akun facebooknya di Ayuslalu43@yahoo.co.id atau twitter @AyuIraKurnia1.

Frasa


PUISIMINI

HAL

35

kelimpungan capung bermain dalam rumah tanpa ruangan mencari badan yang tak pernah ada baying

hilang 1/3 hatihati yang terkunci di malam hari 3 jam sebelum dini

ainal mafar? yang keguguran janinnya yang melerai susuannya benarlah tuhan tuan tujuan

ibu ibu‌ jangan biarkan abu menyentuh tubuhku berikan aku hujan airmata paling doa itu

99 itulah namanama tuhan di masingmasing dada pemilik taman

anak ganjil malam hilang Ramadhan, takbir lebaran bersatu sahutan Eak juga ia dari rahim yang dibesarkan bulan ke sepuluh

Muhammad Asqalani eNeSTe atau Ibnu Thamrin Al-Asqalani A.G. Cita-citanya menjadi Penyair Sufi Cinta. Meski di antara titik nadir sekali pun ia tetap Menulis Puisi, baginya Puisi adalah Istri dari rusuk paling kiri. Kini mulai memungut Puisi-puisinya untuk Kumpulan Puisi tunggal ke-3 yang ia beri judul “Menikahi Puisi�

Frasa

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

36

INSPIRING

Muhammad Iqbal adalah sosok besar dalam khazanah kebudayaan Islam. Pemikirannya dikemasnya dalam bentuk puisi, dan itu membuatnya abadi. Muhammad Iqbal, lahir 9 November 1877. Dia adalah seorang filsuf, pemikir, cendekiawan, ahli perundangan, reformis, politikus, dan yang terutama: penyair. Dia berjuang untuk kemahuan umat Islam dan menjadi “bapa spiritual� Pakistan.

Allamah Sir Muhammad Iqbal

Penyair yang Pemikir Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Frasa


INSPIRING

HAL

37

I

qbal adalah saksi dari zamannya yang saat itu sedang dalam titik terendah kesuraman. Negerinya, sebagaimana negeri Islam lainnya saat itu, sedang dalam keadaan terjajah, miskin, bodoh, dan terbelakang. Dan Iqbal, dengan kecerdasan intelektual, emosional,dan spiritual yang dianugerahi Tuhan, bergerak dan melesat, khususnya dalam hal penulisan dan pemikiran, bahkan tenaga dan waktu. Dia menulis dan terus menulis, dalam bahasa Urdu, Parsi, dan Inggeris. Dia berkelana ke Eropah, bergaul dengan banyak pemikir dan intelektual, untuk bekal perjuangannya. Iqbal berjuang di All-India Muslim Leage di awal 1930an. Bersama Muhammad Ali Jinnah, dia merumuskan konsep Negara bagi Muslim India, dan tak pernah melihat berdirinya Pakistan tahun 1947 kerana sudah wafat pada 1938. Iqbal juga dijuluki Muffakir-e-Pakistan (Pemikir dari Pakistan) dan Shair-i-Mashriq (Penyair dari Timur), dan hari lahirnya dirayakan sebagai hari cuti umum dan dinamai Iqbal DayĂŻ di Pakistan. Iqbal lahir di Sialkot. Ayahnya, Shaikh Nur Muhammad adalah seorang penjahit yang taat beragama, dan mendalami tasawuf. Ibunya, Imam Bibi, pun seorang muslimah yang taat. Iqbal menyelesaikan sekolah rendahnya di Sialkot. Bakatnya sebagai seorang penyair dimulai di sini, dan mulai dirasakan gurunya, Syed Mir Hasan. Iqbal pun lulus Scotch Mission School pada 1892 dan melanjutkan ke jurusan Liberal Arts di Scotch Mission College (Murray College) dan lulus ujian pada 1895. Setelah itu, ia melanjutkan ke Governtment College, Lahore dan mendapatkan gelaran Bachelor of Arts tahun 1897 untuk jurusan Filsafat, Bahasa Arab, dan Sastera Inggeris, dan gelaran Master of Arts pada 1899. Iqbal turut menerima pingat emas kerana menjadi satu-satunya calon yang sukses di bidang filsafat. Setelah itu, Iqbal mendalami bahasa Arab di Oriental College, Lahore, sebelum menjadi penolong profesor mata pelajaran Filsafat dan Sastera Inggris di Government College, Lahore, pada 1903. Saat mendapatkan gelaran Master inilah, Iqbal bertemu dengan Sir Thomas Arnold, seorang cendekiawan yang pakar filsafat moden, yang kemudian menjadi jambatan Iqbal ke peradaban Barat, dan mempengaruhinya untuk melanjutkan pendidikan di Eropah. Pada 1905, Iqbal pergi ke Inggeris untuk belajar di Trinity College, Cambridge University, dan juga belajar ilmu hukum di Lincoln Inn. Dia meraih gelar Bachelor of Arts dari Cambridge University tahun 1907, dan meraih gelaran Ph.D. di bidang filsafat dari Fakulti Filsafat di Ludwig-Maximilians University di Munich di tahun yang sama. Gelaran doktoralnya ini diraihnya dengan disertasi The Development of Metaphysics in Persian dengan bimbingan Prof Dr Friedrich Hommel. Saat di Eropah inilah, Iqbal mulai menulis puisi dalam bahasa Parsi, kerana boleh dimengerti lebih banyak orang, seperti di Iran dan Afghanistan. Dan, saat di Inggeris, untuk pertama kalinya, Iqbal terjun ke politik. Tahun 1908, ia terpilih menjadi ahli jawatankuasa eksekutif The Muslim League cawangan Inggeris. Bersama Syed Hassan Bilgrami dan Syed Amir Ali, dia ikut membuat konsep perlembagaan Muslim League. Iqbal memang sedang ingin berjuang untuk martabat bangsa dan umatnya. Saat itu, bangsa Muslim berada dalam kemunduran dan penjajahan Barat. Iqbal merasa terpanggil untuk memperbaiki nasib bangsa dan umatnya itu, salah satunya dengan pembaharuan pemikiran Islam agar kontekstual dengan jiwa zaman saat itu. “Ses-

Frasa

Iqbal lahir di Sialkot. Ayahnya, Shaikh Nur Muhammad adalah seorang penjahit yang taat beragama, dan mendalami tasawuf. Ibunya, Imam Bibi, pun seorang muslimah yang taat. Saat di Eropah inilah, Iqbal mulai menulis puisi dalam bahasa Parsi, kerana boleh dimengerti lebih banyak orang, seperti di Iran dan Afghanistan.

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

38

INSPIRING

ungguhnya sudah masanya bagi kita saat ini untuk penyair terkenal, Iqbal menerima gelar bangsawan memelihara asas-asas Islam,” serunya. Dengarlah dari Kerajaan Hindia-Belanda kerana antologi puisi semangatnya: Asrar-i-Khudi. Bangunlah, hai Muslim, hembuskan hidup yang Pada 1931, Mohammad Ali (Jauhar) wafat, dan baru Pada segenap jiwa yang hidup Bangkitlah dan Muhammad Ali Jinnah hijrah ke London untuk nyalakan semangat Orang yang bernyawa Bangkit- memimpin organisasi di sana, maka secara automalah dan letakkan kakimu di jalan lain tik Iqbal memimpin umatnya, setidaknya sampai Pada 1908, Iqbal pulang, dan sejak itu dia meni- kepulangan Ali Jinnah pada 1935. Tak berlama-lati karier di bidang akademik, perundangan, dan, ma, pada 1931 dan 1932, Iqbal mengadakan diskuyang paling didalaminya: puisi. Dia bekerja seba- si dalam bentuk Persidangan Meja Bulat di Inggeris gai penolong profesor di Government College, untuk membincangkan nasib India. Lahore, yang kemudian dilepaskannya pada 1909 Bahkan, pada 1930, Iqbal sebenarnya sudah kerana niatnya untuk memberi tumpuan penuh memperkenalkan konsep sebuah negara Mussebagai peguam. Tapi, lim yang terpisah dari dalam perjalanannya, Pada 1908, Iqbal pulang, dan sejak itu dia India, yang menjadi Iqbal tidak dapat memasas kepada pembenmeniti karier di bidang akademik, perunberikan fokus sebagai tukan Pakistan. Tepatseorang peguam, tetapi dangan, dan, yang paling didalaminya: puisi. nya, pada 29 DisemDia bekerja sebagai penolong profesor di ber 1930, pada sebuah membahagi waktunya untuk perundangan Government College, Lahore, yang kemudian acara All-India Muslim dan perkembangan League, di Allahabad. dilepaskannya pada 1909 kerana niatnya intelektual serta spiritHal serupa, khususnya untuk memberi tumpuan penuh sebagai ualnya. soal nasionalisme Muspeguam. Tapi, dalam perjalanannya, Iqbal Tahun 1911, Iqbal lim di India, dipertegas membacakan pusinya lagi saat pertemuan tidak dapat memberikan fokus sebagai Shikvah (Keluhan) pada seorang peguam, tetapi membahagi waktunya tahunan pada 21 Mac pertemuan tahunan 1932. untuk perundangan dan perkembangan dari organisasi AnjuSelama di Inggeris intelektual serta spiritualnya. man Himayat-e-Islam, itu, Iqbal merenung dan Lahore. Dan, pada 1913 menulis. Javid Nama puisinya Javab-e-Shikyah (Jawaban dari Keluhan) adalah salah satu karyanya yang terkenal yang dibuat dibacakan di Mochi Gate, Lahore. tahun 1932, dan dianggap sebagai Divine Comedia Asrar-i-Khudi (Rahsia Diri) terbit pada 1915. Ini- dari Timur. Iqbal terpengaruh Ibnu Arabi, Marri, dan lah antologi puisi pertama Iqbal, dan ditulis dalam Dante. Iqbal, dipandu oleh Rumi sang guru, berjalan bahasa Parsi. Bukan sekadar puisi, tapi terkandung menembus langit menuju Sang Maha Tinggi. Ada filsafat agama. Isinya berisi tentang pentingnya Ego. berbagai permasalahan hidup yang dibahas, dan Bagi Iqbal, jawapan atas pertanyaan-pertanyaan dijawab. Pada karya ini, si “aku” melakukan perjalanan esensial berkenaan dengan Ego sangatlah penting ke langit, melewati langit demi langit sampai ke tanguntuk persoalan moral, baik untuk individual atau- ga tertinggi. Pada masing-masing langit, Iqbal menpun masyarakat. empatkan sejumlah tokoh (Barat dan Timur) yang Rumuz-i-Bekhudi (Rahsia Kedirian), dibuat dalam menpengaruhi pemikirannya, mereka “ditempatkan” bahasa Parsi tahun 1918. Tema utamanya berisi sesuai pencapaian pemikirannya dalam ehwal manutentang masyarakat ideal, etika dan prinsip sosial sia bereksistensi penuh. dalam Islam, dan hubungan antara individu dan Tokoh-tokoh itu tak sekadar dihadirkan dan masyarakat. Di sini, Iqbal juga menjelaskan aspek- ditempatkan, melainkan juga dikritik dan dipelaaspek penting dari agama lain. Iqbal melihat baha- jari tingkat “kesalahannya” dalam menempuh jalan wa individu dan masyarakatnya sebenarnya saling kemanusiaan. Nietzsche, misalnya, sebagai manumencerminkan satu dengan lainnya. Individu harus sia Barat yang hanya sampai pada “penolakan”, menjadi jiwa yang kuat sebelum bersatu dengan namun disayangkan tak sempat mengenyam “penmasyarakatnya. Dan, dengan berinteraksi dengan emuan”. Nietzsche hanya menyatakan kematian anggota masyarakat lainnya, Ego belajar menerima Tuhan, tanpa merumuskan gagasan baru mengebatas-batasan kebebasannya dan makna cinta. nai Tuhan. Terakhir, dia berbicara untuk kaum muda Pada 1919, dia terpilih sebagai Setiausaha Agung dan semacam membimbing generasi baru. Anjuman Himayat-e-Islam. Dan tahun 1923, sebagai Simaklah puisinya:

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Frasa


INSPIRING Apakah kau sekadar debu? Kencangkan simpul pribadimu Pegang selalu wujudmu yang alit Betapa keagungan memulas pribadi seseorang Dan menguji cahayanya di kehadiran suria Lalu pahatkan kembali rangka lama kepunyaanmu Dan bangunlah wujud yang baru Wujud yang bukan semu Atau pribadimu cuma lingkaran asap Dia juga bertemu dengan filsuf Perancis, Henri Louis Bergson dan diktator Itali, Benito Mussolini. Dan, kedatangannya ke Sepanyol membuatnya menulis tiga puisi indah, yang terkumpul dalam Bal-i-Jibril (Sayap Jibril) terbitan 1935. The Reconstruction of Religious Thought in Islam adalah karya bukan-fiksinya yang ketiga setelah Ilm Al-Iqtisad (Ilmu Ekonomi, 1903) dan disertasinya. Buku kumpulan ceramahnya dari Madras, Hyderabad, dan Aligargh ini adalah Magnum Opus-nya di bidang filsafat dan menjadi pegangan bagi pemikir Islam hingga saat ini. Isinya adalah “Pengetahuan dan Pengalaman Keagamaan”, “Konsep Tuhan dan Makna Doa”, “Manusia-Ego”, “Pradestinasi dan Kehendak Bebas”, “Semangat Kebudayaan Muslim”, dan “Prinsip Gerakan dalam Islam (Ijtihad)”. Iqbal meracik pengetahuan Islam tradisional dengan filsafat Barat dengan gaya dan fikirannya sendiri, tanpa terpengaruh oleh bangsa Barat. Sekembalinya dari perjalanan ke Afghanistan tahun 1933, kesihatan Iqbal menurun, namun pemikiran keagamaan dan politiknya makin cemerlang, dan popularitinya berada dalam puncaknya. Salah satunya adalah idea mendirikan Idara Dar-ulIslam, sebuah institusi tempat pendidikan khusus Ilmu Sosial Mutakhir dan Islam Klasik. Tampaknya, Iqbal ingin sekali menjadi jambatan bagi filsafat dan pengetahuan popular dengan ajaran Islam. Iqbal berhenti dari pengamal perundangan pada tahun 1934, kerana kesihatannya menurun. Dan, akhirnya Iqbal wafat pada 21 April 1938 di Lahore�yang kemudian menjadi bahagian dari Pakistan. Sesaat sebelum wafatnya, sang penyair besar itu menggoreskan sajak: Bila beta telah pergi meninggalkan dunia ini, Tiap orang kan berkata ia telah mengenal beta Tapi sebenarnya tak seorang pun kenal kelana ini, Apa yang ia katakan Siapa yang ia ajak bicara Dan darimana ia datang. Namanya diabadikan menjadi nama Lapangan Terbang Pakistan, Allama Iqbal International Airport. Dan generasi setelahnya, tidak hanya Muslim, mengenangnya sebagai seorang pemikir besar yang mengabadikan fikirannya dengan puisi. Kerana, Iqbal begitu menghargai seni, khususnya puisi.

Frasa

HAL

39

Puisi, menurut Iqbal, adalah cahaya filsafat sejati dan pengetahuan yang lengkap. Tujuannya membantu manusia dalam perjuangannya melawan semua keburukan dengan mengimbau kepada unsur-unsur kemuliaan. Peranan seni adalah bersifat sosial. Ia adalah penuntun kemanusiaan. Dan, yang patut dicatat, Iqbal anti dengan konsep “Seni untuk seni”. Rabindranath Tagore, setelah mendengar kematiannya, berkata bahawa kematian Iqbal menimbulkan keekosongan dalam kesusasteraan, yang seperti luka parah dan memerlukan waktu untuk menyembuhkannya. “India yang tempatnya di dunia begitu sempit, boleh menanggung derita akibat hilangnya seorang penyair yang sajak-sajaknya mengandung imbauan universal”, ujarnya. Seorang kritikus sastera ternama, A.K. Brohi mengulas: “Jika mahkota burung merak menjadi sebab bagi kebanggaan Iran, Kooh-I-noor bermakna kejayaan dan martabat bagi mahkota Inggeris, maka Iqbal, kalau perlu, menjadi penghias dari halaman puitis setiap negeri.” Sementara ideolog Ali Shari’ati menyatakan bahawa: “Nasihat terbesar Iqbal kepada kemanusiaan adalah: Mempunyai hati seperti Isa, fikiran seperti Sokrates, dan tangan seperti tangan Caesar, tapi semuanya berada dalam satu diri manusia, dalam satu makhluk kemanusiaan, berdasarkan satu semangat, untuk mencapai tujuan. Itulah, menjadi seperti Iqbal.”***

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

40

X-COVER

BACA DAN DOWNLOAD MAJALAH FRASA DI http://www.majalahfrasa.blogspot.com/ KIRIM KARYA ANDA KE redaksifrasa@yahoo.com

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Frasa


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.