Majalah Frasa

Page 1

Edisi 5 Tahun pertama | majalah digital | selasa, 30 oktober 2012

Frasa

Eksistensi Buku

Di Era Digital Cerpen Desi Sommalia Gustina | Puisi Oscar Amran dan Matroni el-Moezany | Cerpen Teenlit Muhammad Dede Firman | Puisi Teenlit Rizki Indah Ferina, Luthfi Bachtiar, Magfiroh Az Zahra dan Sri Nurhayati | Fiksimini Riza Multazam Luthfy | Puisimini Puspita Ann dan Nadia Almira Sagitta Art Cover: Internet


HAL

2

SALAM

Frasa

M a j a l a h

Penanggungjawab Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi Wakil Pemipin Redaksi Tim Redaksi Design Tata Letak Sekretaris Redaksi

D i g i t a l

: 4 Bratvas : Makmur HM : M Asqalani eNeSTe : Delvi Adri : Jhody M Adrowi Makmur HM M Asqalani eNeSTe Delvi Adri Yohana May Moon Nst Nia Nurul Syahara Putu Gede Pradipta : Makmur HM : Jhody M Adrowi

Redaksi menerima tulisan yang bersifat orisinil dan belum pernah diterbitkan di media manapun. Tulisan berupa karya sastra yang terbit akan dibukukan setiap edisi akhir tahun. email: redaksifrasa@yahoo.com Tarif Iklan full colour per edisi 1/4 halaman: Rp150,000 1/2 Halaman: Rp300,000 1 Halaman: Rp500,000 Iklan Sosial: Mulai Rp30,000 - Rp100,000 Alamat Redaksi / kontak Email: redaksifrasa@yahoo.com Phone: 0852 6536 9405 Blog: http://majalahfrasa.blogspot.com/

Redaksi Majalah Frasa saat pertamakali bertemu dan membicarakan pendirian MSD Frasa. Assalamualaikum toko-toko buku. dan salam hangat Frasa Hal-hal seperti diatas itulah untuk kita semua... yang memaksa redaksi untuk mengangkat tema Eksistensi Buku di Era Digital ini. Selain tema utama diatas, Lebih dari satu dekade lalu teknologi Short Message Ser- redaksi juga mencoba berbvice (SMS) muncul, lalu dis- agi pengetahuan mengenai 5 usul dengan surat elektronik Sastrawan Dunia yang Mera(email), messenger, e-book, sakan Dinginnya Sel Penjara e-newspaper, e-tabloid, yang termaktub dalam rubrik e-magazine, dan e-brochure. Sastra Dunia. Kemudian pada rubrik Belum lagi blog, microblogging, dan social networking, Sastra Indonesia, redaksi memudahkan orang untuk mengangkat artikel tentang mencari informasi, tak perlu kegalauan kiblat sastra yang sulit-sulit mencari dan mem- dianut di Indonesia. Pada rubrik Sastra Relibaca buku. Rasanya penggunaan buku atau sesuatu yang gi dan rubrik Sastradukasi, tercetak akan semakin jarang redaksi masih melanjutkan artikel pada edisi 4. dilakukan. Selain itu tentunya karyaHal tersebut tentu menjadi kekhawatiran tersendiri karya ciamik berupa cerpen, bagi perusahaan-perusahaan puisi, cerpen teenlit, puisi percetakan, terutama buku. teenlit, fiksimini dan puiNamun, ternyata kekhawati- simini masih tetap tersuguh ran itu tidak hanya di rasakan sedemikian fresh-nya untuk oleh stakeholder atau peng足 pembaca nikmati dimanapun usaha saja melainkan juga anda berapa. para penulis karena penulis Terakhir, redaksi ucapkan: biasanya sangat mengharapSelamat membaca! kan karyanya terbit dalam Redaksi bentuk buku dan tersedia di

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Frasa


DAFTAR ISI

HAL

3

Halaman 6

Utama: Eksistensi Buku di Era Digital

Halaman 10

5 Sastrawan Dunia yang Merasakan Dinginnya Sel Penjara

Halaman 12

Yang Manakah Sastra Kita Sebenarnya? (Antara Kontekstual dan Universal)

Halaman 14

Sastra Religi: Sastra Islam, Sastra Sufi (bagian 2)

Halaman 18

Komunitas: Catatan Kecil tentang Perjalanan Komunitas Penyair Institute

Halaman 20

Cerpen Desi Sommalia Gustina: Janji Senja

Halaman 24

Puisi Oscar Amran dan Matroni el-Moezany

Halaman 26

Sastradukasi: Nilai Budaya Asing dalam Sastra Anak Terjemahan (bagian 2)

Halaman 28

Lentera Budaya: Kerjajinan Getah Nyatu

Halaman 29

Lentera Budaya: Permainan Tradisional Bekel

Halaman 30

Cerpen Teenlit Muhammad Dede Firman: Kehangatan Mentari dan Kasih Ayah

Halaman 32

Puisi Teenlit Rizki Indah Ferina, Luthfi Bachtiar, Magfiroh Az Zahra dan Sri Nurhayati

Halaman 34

Fiksimini Riza Multazam Luthfy: Mayat Gentong

Halaman 35

Puisimini Puspita Ann dan Nadia Almira Sagitta

Halaman 36

Inspiring: Hadiah untuk Mo Yan (Peraih Nobel Sastra 2012)

Frasa

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

4

NEXT ISSUE

Pendidikan Karakter Lewat Sastra Intisari-Online.com Sastra memiliki peran penting untuk mendorong efektivitas pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan pendekatan menyeluruh. Pendidikan karakter dapat menjembatani dimensi moral pendidikan dengan ranah sosial dan sipil kehidupan siswa. Lalu, Benarkah sastra mempunyai kaitan erat dengan perkembangan karakter individu atau masyarakat?

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Frasa


CORNER

HAL

5

Telah Terbit!

Tangisan Kanal Anakanak Nakal (125 Puisi Pendek) Karya Muhammad Asqalani eNeSTe Spesifikasi Buku Sajak-sajak Muhammad Asqalani eNeSTe mengingatkan pada Presiden Penyair (Sutarji). Di balik diksi yang terkesan nyeleneh dan aneh tersimpan makna yang begitu dalam. Ia juga sangat lihai memasukkan kata-kata asing sehingga semakin kokoh diksi dan maknanya. Judul: Tangisan Kanal Anakanak Nakal (125 Puisi Pendek) (Hardcover) ISBN 978-602-17023-6-9 Hal. xiv+133 Ukuran: 5.6 x 7,7 inch BISAC: Antologi Puisi

harga Rp40.000,Pesan Melalui:

http://minangkabauonline.com/buku

Frasa

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

6

UTAMA

Eksistensi Buku Di Era Digital oleh: Elisabetyas

“

Sebelum sebagian besar penduduk dunia ini menjadi kutu buku, kita telah sampai pada satu masa ketika dunia melesat ke alam audio-visual, virtual, dan multimedia.� (“Pada Mulanya Sebuah Buku�, dalam Bukuku Kakiku) Begitulah kekhawatiran yang diungkapkan Melani Budianta, seorang pengamat budaya dan sastra. Kekhawatiran lainnya adalah dengan adanya zaman digital dan virtual, zaman buku pun perlahan akan punah. Mungkin tidak ada lagi tumpukan buku di perpustakaan suatu hari nanti, tergantikan oleh tumpukan CD berisi konten buku-buku. Dunia telah melalui masa beretorika atau berbicara. Lalu kita pernah masuk ke era percetakan. Tak lama dunia menghadapi era penyiaran yang disajikan oleh televisi. Sekarang kita berada di era digital. Dunia berubah begitu cepat, terutama perubahan teknologi. Itu berpengaruh kepada bagaimana orang berpikir dan bertindak. Tanpa disadari, setiap hari manusia tak bisa lepas dari terpaan pengaruh digital. Lebih dari satu dekade lalu teknologi Short Message Service (SMS) muncul, lalu disusul dengan surat elektronik (email),

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Frasa


UTAMA

HAL

7

messenger, e-book, e-newspaper, e-tabloid, e-mag- oleh masyarakat karena kepraktisannya. Diramalazine, dan e-brochure. Belum lagi blog, microblog- kan bahwa adanya e-book akan lebih efisien karging, dan social networking, memudahkan orang ena tak perlu lagi ada ongkos cetak dan distributsi. untuk mencari informasi, tak perlu sulit-sulit men- Belum lagi harga yang ditawarkan pasti lebih murah cari dan membaca buku. Rasanya penggunaan ketimbang buku yang tercetak. Harga sebuah judul buku atau sesuatu yang tercetak akan semakin e-book bisa 20 persen lebih murah daripada benjarang dilakukan. tuk cetaknya. Satu pertanyaan dasar yang kemudian muncul Pemerintah Indonesiapun ikut berkontribusi di era digital ini, bagaimanakah nasib industri perc- dalam mempromosikan e-book. Untuk buku-buku etakan atau penerbitan? Apakah mereka akan mati pelajaran, pemerintah menyediakan setidaknya 37 perlahan-lahan? judul e-book yang sudah dibeli hak ciptanya dan Di negara maju yang budaya bacanya tinggi, bisa diunduh siapa saja. Amerika Serikat contohnya, setiap tahun setidaknya Beberapa penerbit buku juga telah mengantisiditerbitkan 75.000 judul buku. Di negara berkembang pasi terjadinya penurunan minat masyarakat untuk seperti India—yang menduduki peringkat ketiga membeli dan membaca buku. Bisnis percetakan dunia dalam hal penghasil buku—, jumlahnya men- dan media cetak kini pun turut menyediakan forcapai 60.000 judul buku terbit setiap tahun. mat digital untuk buku dan koran, seperti e-book Bagaimana dengan Indonesia? Memprihatinkan. dan koran digital. Gramedia, salah satu penerbit Meski sama dengan India sebagai negara berkem- terbesar di Indonesia, pun melengkapi produkbang, jumlah buku yang diterbitkan di Indonesia produknya dengan format digital. Setidaknya Graper tahun jauh lebih sedikit, yakni 7.000 judul. media Online menyediakan 60.000 buku. Lin Che Wei, seorang analis keuangan, mengaCEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo, septakan, “Buku-buku yang laku dan populer cend- erti dikutip Kompas.com, mengatakan industri pererung hanya buku fiksi dan novel. Minat orang ter- bukuan di Indonesia kurang tumbuh baik selama hadap buku-buku berpuluhan tahun. Persosifat teknis seperti buku alan minat baca, daya Kemunculan e-book store pertama di manajemen, finance, beli masyarakat yang Indonesia dipelopori oleh Papataka. dan nonfiksi sangat terdan distribusi com yang menggunakan Digital Rights rendah, batas.” (“Peranan Buku yang tidak merata, hingManagement (DRM), seperti dilansir dalam Hidup Saya” ga soal pajak perbukuan dalam Bukuku Kakiku) juga tidak mendapatkan Kompas.com Februari 2011 silam. Kita dapat mem- Modelnya mirip dengan Amazon.com yang solusi. bayangkan jika era Dalam berita berjudul menjual e-book lewat internet. Bedanya “Laju digital sudah mengakar Industri Perbukuan hanya Amazon memiliki eReaders sendiri di Indonesia—ditamSemakin Berat” tersebah lagi buku nonfiksi yaitu Amazon Kindle, sedangkan Papataka. but, Agung Adiprasetyo kurang populer—, maka com masih menggunakan eReaders dari menuturkan, di belahan bukan tak mungkin akan bumi lain pun industri produk luar negeri. semakin sedikit judul perbukuan mengalami buku yang diterbitkan di penurunan. Di era digiIndonesia. Masyarakat akan beramai-ramai mem- tal, perkembangan e-book diperkirakan lebih besar beli e-book melalui internet. dari cetak. Tantangan industri perbukuan makin sulit, bisa jadi semakin banyak usaha toko buku dan E-book di Era Digital Kemunculan e-book store pertama di Indonesia penerbit yang bangkrut. (http://tekno.kompas.com/ dipelopori oleh Papataka.com yang menggunakan read/2010/07/04/17221540/Bisnis.eBook.Store. Digital Rights Management (DRM), seperti dilansir di.Indonesia..Peluang.Besar.Tantangan.Banyak. Namun, khusus di Indonesia, penerbit buku Kompas.com Februari 2011 silam. Modelnya mirip tak perlu takut akan ancaman dari dunia digital dengan Amazon.com yang menjual e-book lewat ini. Hal itu justru menantang penerbit untuk lebih internet. Bedanya hanya Amazon memiliki eReadberinovasi dalam menerbitkan buku-buku bagus ers sendiri yaitu Amazon Kindle, sedangkan Papataka.com masih menggunakan eReaders dari produk yang berkualitas. Pasalnya, reading habit dalam masyarakat Indonesia belum merata. Bagi orangluar negeri. Tak bisa dipungkiri, kehadiran e-book disukai orang yang hidup di perkotaan dan sudah berke-

Frasa

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

8

UTAMA nalan dengan internet, buku mungkin menjadi pilihan kedua. Akan tetapi, masyarakat di pelosok yang belum �akrab� dengan buku, perlu diperkenalkan dengan kebiasaan reading habit dan tentunya buku masih akan sangat dihargai. Peluang itulah yang bisa diambil oleh penerbit buku di Indonesia untuk membangkitkan kembali usaha percetakan buku.

Tidak semua informasi berbentuk digital yang disediakan internet terjamin keakuratannya. Siapa saja bisa mem-posting ide dan pikirannya melalui internet. Tantangan yang harus ditaklukkan generasi muda Buku di Era Digital saat ini adalah mereka harus memiliki Dengan adanya era digital, hampir semua orang critical thinking skill untuk memilih dan berpendapat bahwa banyak kelebihan yang dirasamemilah mana informasi yang benar dan kan. Orang semakin mudah mencari informasi melalui internet. Biaya yang dikeluarkan untuk mendapmana yang salah.

atkan informasi pun relatif lebih sedikit. Belum lagi efisiensi waktu yang ditawarkan era digital dalam menghimpun informasi. Namun di balik semua kecanggihan dan kelebihan yang ditawarkan era digital, masih tersimpan kelebihan mendasar yang ditawarkan oleh buku dan hasil cetak lainnya. Tidak semua informasi berbentuk digital yang disediakan internet terjamin keakuratannya. Siapa saja bisa mem-posting ide dan pikirannya melalui internet. Tantangan yang harus ditaklukkan generasi muda saat ini adalah mereka harus memiliki critical thinking skill untuk memilih dan memilah mana informasi yang benar dan mana yang salah. Sebuah buku menawarkan informasi yang runut. Pola berpikir penulis buku akan terlihat dalam penyajian bab dan tutur katanya, sehingga membantu pembaca lebih paham akan isi buku. Dalam sebuah buku, ditemukan lebih sedikit kesalahan berpikir dan ketidakakuratan informasi dibandingkan sumber dari internet. Aktualisasi menyentuh lembar demi lembar sebuah buku membuat pembaca lebih menghayati dalam membaca, dibandingkan menaik-turunkan kursor dalam membaca e-book di komputer atau laptop. Orang bisa membubuhkan catatan dan menggarisbawahi pokok penting dalam buku—yang mana tidak bisa dilakukan saat membaca e-book. Kita membaca karena banyak alasan: hiburan, pelajaran, dan referensi. Ada banyak cara juga untuk menerbitkan buku. Hal utama yang diberikan revolusi digital kepada kita adalah alternatif pilihan yang banyak dan berkembang. Revolusi ini telah membuka masa depan yang sebenarnya tak terbatas. Media cetak yang ada saat ini—buku, majalah, surat kabar—tidak juga bisa dikatakan kuno. Mereka sekarang didukung, bukan digantikan, oleh media baru, dan media-media baru itu akan memungkinkan kita untuk menerbitkan dalam cara-cara yang baru.***

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Frasa


UTAMA

HAL

9

Telah Terbit!

Aku Puisi,

Puisi-puisi dari Robekan Kertas Karya Makmur HM

Spesifikasi Buku Aku Puisi adalah sekumpulan memori luka duka serta suka cita dalam kehidupan yang digoreskan Makmur HM pada sobekansobekan kertas, sesuatu yang menjadi puisi, yang seharusnya ia lukapan. Judul: Aku Puisi, Puisi-puisi dari Robekan Kertas (Hardcover) ISBN 978-602-17023-5-2 Hal. viii+83 Ukuran: 5.6 x 7,7 inch BISAC: Antologi Puisi

harga Rp38.000,Pesan Melalui:

http://minangkabauonline.com/buku

Frasa

Edisi 4 Tahun I [Jumat, 28 September 2012]


HAL

10

SASTRA DUNIA

5 Sastrawan Dunia yang Merasakan Dinginnya Sel Penjara Oleh: Galih Pakuan

P

enjara bukan tempat yang tepat untuk mem- berkarya dan meninggal dunia di Kota Madrid. batasi dan memagari pemikiran yang merdeka, jujur, tulus, dan berani. Di berbagai negara, 2. Voltaire musuh nomor satu para rezim adalah aktivis, sasVoltaire (1694trawan, dan jurnalis, terlebih di awal-awal abad 20. 1778), atau dikenal Berikut adalah sastrawan yang pernah dipenjara juga sebagai Francoisrezim pemerintah yang tidak menyukai kejujuran Marie Arouet. Dendan keberanian mereka: gan nama Voltaire, ia dikenal sebagai penu1. Cervantes lis yang memberikan Cervantes (1547 – banyak pencerahan. 1616) adalah seorang Dalam bidang filosofi ia novelis dan penyair dikenal sebagai orang yang berkebangsaan yang cerdas, khususSpanyol. Karyanya nya dalam kebebasan dan hak-hak sipil, termasuk yang terkenal adalah di dalamnya mengenai kebebasan beragama. Dia Don Quixote, yang dikenal juga sebagai seorang penulis yang sangat disebut-sebut sebagai rajin dan menghasilkan banyak karya hampir di novel modern perta- setiap bentuk jenis karya sastra, lebih dari 20.000 ma, dan juga dianggap surat dan lebih dari 2.000 buku dan pamflet. Ia adacikal bakal sastra barat lah salah seorang yang vokal dalam menyuarakan klasik. Pada tahun 1570, namanya masuk ke dalam kepentingan rakyat, dan juga mendukung adanya daftar wajib militer, dan menjadi bagian dari resi- reformasi sosial. Seringkali ia melakukan sebuah men infanteri Spanyol selama lima tahun lamanya. perlawanan dengan pendapat yang dikemasnya Pada tahun 1585, ia menerbitkan novel pasto- dalam sebuah satir, saat itu yang menjadi bahan ralisasi, La Galatea. Karena ia mengalami kesulitan kritikannya adalah Institusi Gereja dan pemerintah finansial, ia kemudian bekerja sebagai pengumpul Prancis. Bahkan beberapa kali ia keluar masuk penlogistik bagi armada Spanyol, lalu kemudian menja- jara dan diasingkan. di penagih pajak. Namun pada tahun 1597, sebuah Pada tahun 1717, di awal usianya yang ke 20 penyimpangan terjadi dalam rekening simpanan- tahun, ia terlibat dengan sebuah konspirasi Celnya selama tiga tahun terakhir, dan itulah yang lamare bersama Giulio Alberoni, guna menentang mengantarkannya masuk Penjara Crown di Kota seorang bangsawan Philippe II (Duke Of OrlÊSevilla. Pada tahun 1605, ia tinggal di Kota Val- ans), seorang perwakilan Raja Louis XV di Prancis. ladolid, beberapa saat setelah meraih kesuksesan Ia menuliskan sebuah satire mengenai pemerindari novel Don Quixote bagian pertama. Ia terus tahan otonom yang dipimpin oleh Phililppe II, dan

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Frasa


SASTRA DUNIA mengakibatkan dia masuk ke penjara terbesar dan terkenal di Paris, Bastille, selama 8 bulan.

3. St. Thomas More

HAL

11

sebuah peristiwa terjadi pada tahun 1873, dalam keadaan mabuk, terbakar api cemburu, ia mengarahkan pistol dan menembakannya ke tubuh Arthur Rimbaud. Namun beruntung bagi Rimbaud yang hanya terluka pada pergelangan tangannya saja. Akibat ulahnya itu, Verlaine ditangkap dan dimasukan kedalam penjara di Kot Mons. Di dalam penjara itulah ia kemudian mendalami kembali agama Kristen katolik yang dulu diabaikannya. Setelah bebas dari penjara, ia bepergian ke Kota London, tinggal di sana beberapa tahun dan menjadi seorang pengajar. Ia kembali ke Paris pada 1877, mengajar bahasa Inggris di sebuah sekolah, di Kota Rethel. Ia kembali menulis puisi, sebagai efek dari pertemuannya dengan Lucien Létinois— murid yang menginspirasinya. Namun hidupnya berada dalam kehancuran ketika ia menemukan anaknya tewas akibat penyakit tifus pada 1883. Ia diketahui menjadi seorang pecandu obat-obatan terlarang, alkohol dan hidup dalam kemiskinan.

Saint Thomas More, adalah seorang pengacara, pengarang dan negarawan yang berkebangsaan Inggris. Selama hidupnya, ia banyak memeroleh penghargaan sebagai pemimpin gerakan humanis, dan menjabat berbagai posisi yang berhubungan dengan kemasyarakatan. Ia juga yang memberikan kata “Utopia” untuk sebuah pandangan ideal mengenai bangsa yang hidup di sebuah pulau imajiner dengan sistem politik yang dijelaskan pada bukunya tersebut (1516). Namun sebagai seorang jenius dan disukai kalangan 5. Aleksandr Solzhenitsyn rakyat, ia dibenci pemerintahannya sendiri. Pada Solzhenitsyn (1918 – 2008) adalah seorang nov6 Juli 1535, ia tewas akibat dihukum gantung atas elis, dramawan, sejarawan yang berkebangsaan Rusia. perintah raja, karena menolak menandatangani Melalui sebuah tulisan, surat persetujuan atas Henry VIII untuk menjadi ia membuat mata dunia pemimpin tertinggi gereja di Inggris. tertuju dan mengawasi Sebelum ia dipenggal, penjara terkenal, Tower of sistem kamp tahanan di London, menjadi persinggahannya terakhir, tempat Gulag, Uni Sovyet. Akiia menulis sebagai bentuk pengabdiaannya terhadap bat ulahnya ia diasinggereja. Empat ratus tahun setelah kematiannya, Paus kan dari Uni Sovyet pada John Paul II pada tahun 1980 menganugerahi Thomas 1974. Ia dianugerahi More gelar “Saint” (Santo) sesuai dengan kecakapanpenghargaan nobel di nya di bidang politik dan tata Negara. bidang sastra pada 1970. Selama Perang Dunia II, ia mengabdi sebagai seorang bagian dari tentara 4. Paul Verlaine Verlaine (1844- kebanggaan Uni Sovyet, Red Army. Di garis depan ia 1896) adalah seorang terlibat langsung dalam berbagai pertempuran besar. penyair berkebang- Pada Februari 1945, ketika bertugas di Prussia Timur, saan Prancis yang dia ditangkap akibat membuat sebuah tulisan berbau sering dihubung- sindiran dan hinaan, dalam sebuah surat yang ia tujuhubungkan dengan kan kepada seorang teman, N.D Utkevich. Dalam surat gerakan simbolis. Ia itu ia membahas mengenai perang yang dikomandoi pun dianggap seba- oleh Josef Stalin, yang dia sebut “The Whiskered One,” gai sebuah perwakilan “Khozyain” (The Master) dan “Balabos”, (Odessa, bahasa dari syair/puisi Prancis. yidishnya untuk Tuan”). Dia dituduh sebagai pengusung propaganda anti Pada September 1871, Sovyet, dengan menulis “Article 58” yang menuli 10 kode ia menerima surat pertamanya dari penyair Arthur Rimbaud. Setahun kejahatan Uni Sovyet dan penemuan sebuah organisasi kemudian, ia sudah tidak lagi tertarik melanjutkan musuh. Solzhenitsyn ditangkap dan dipenjarakan di Lubkehidupan rumah tangganya bersama Mathilde, yanka Moscow, di tempat itulah ia mengalami siksaan dan meninggalkan anaknya, hanya untuk mene- dan diinterogasi. Awal masa hukumannya, ia banyak berpindah-pindah tempat tahanan. Selama beberapa tahun mani pengembaraan Rimbaud—kekasih barunya. Perjalan asmara Rimbaud dan Verlain membawa ia hidup di pengasingan, selanjutnya ia mendapatkan mereka ke Kota London, pada tahun 1872. Namun penangguhan hukuman dan kembali ke Russia. (**)

Frasa

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

12

SASTRA INDONESIA

Yang Manakah Sastra Kita Sebenarnya? (Antara Kontekstual dan Universal) Oleh: Sutejo

Setiap saat kita selalu dihadapkan pada pertanyaan klasik, namun bila kita bicarakan akan semakin asyik. Yakni, tentang manakah sastra kita? Sehingga jawabannya akan sangat perspektif sekali, tanpa ada suatu kepastian. Termasuk para ‘’dewa-dewa sastra’’ sekarang tak mampu memberikan jalan tengah. Mereka berpendapat sendiri dengan penuh kesubjektivitasan. Di satu sisi, di dengungkan tentang sastra adiluhung yang mempunyai nilai sastra tinggi, dengan begitu orientasi diarahkan pada lapisan masyarakat tertentu, yakni para kritisi sastra. Sementara, di sisi lain didengungkan tentang sastra yang kontekstual, yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat (sosial, budaya, pendidikan, teritorial daerah, dan seterusnya). Satu hal yang patut kita amati adalah masalah penentuan manakah sastra, dan manakah yang bukan (belum) sastra. Agaknya keputusan masih terletak erat di tangan para kritisi sastra. Efek dari keadaan ini tampak sekali dalam dunia pengajaran sastra di sekolah, yang banyak memanfaatkan vokal para kritisi sebagai senjata andal dan pamungkasnya. Bahkan, tidak jarang dalam mengajarkan sastra mereka mengenakan ‘’seragam apresiasi’’, kemudian dikenakan beramairamai oleh siswa sebagai penikmat sastra. Dan jarang sekali, memilih karya sastra yang bertebaran dan yang telah terpublikasikan di media massa. Inilah kenyataan sekarang. Terkecuali bila pengarangnya sudah mempunyai tahta –sebagai sastrawan yang mapan- bukan sastrawan pemula yang masih banyak mencoba-coba mencari bentuk dan jati diri. Maka dari keadaan ini, tidaklah mengheranka bila pada ‘’pertemuan Sastrawan Muda Jawa Timur’’ tempo hari, ada semacam kesepakatan masalah perlunya

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

respon para kritisi terhadap karya mereka, minimal diperhatikan dan diperhitungkan kehadirannya. Atau, katakanlah, ada semacam kesepakatan dibutuhkannya ‘’keterterimaan’’ atas kehadirannya, bukan antisipasi ataupun ‘’keteracuh-tak-acuhan’’. Barangkali, inilah suatu keironisan panjang yang akan menjadi keriskanan, bila sang kritisi tidak juga mau dan sudi mengerlingkan mata pada sastrawan muda yang mencoba merangkak untuk menemukan sosok sastranya yang ideal, karena mereka ibarat tumbuhan adalah calon-calon benih yang akan tumbuh. ‘’Bagaimana agar mereka tidak mati?’’ tentunya dibutuhkan siraman dan perhatian terhadapnya agar tidak musnah. Sastra Universal Sastra inilah, agaknya yang diidealkan oleh kritisi sastra, yakni ‘’sebuah karya sastra yang berada di awang-awang’’, karena sastra ini dianggap mempunyai nilai rasa universal, yang tidak dibatasi oleh ruang dan

Frasa


SASTRA INDONESIA waktu, yang berlaku kapan saja dan di mana saja. Dan sastra macam ini hanyalah milik orang-orang tertentu. Ambillah contoh, karya sastra yang mendapat Hadiah Nobel, yang penciptaannya cenderung diorientasikan untuk konsumsi bagi konsumen tertentu, yakni para kritisi sastra. Dengan begitu, akan terasa adanya kesenjangan panjang dengan penikmat yang lain. Pada keadaan ini, muncullah problema bahwa sastra kita akan menjadi tidak akrab lagi dengan publik sendiri (masyarakat), tepatnya hanya untuk kalangan tertentu. Sehingga akan terasa menyakitkan bila ketidaktahuan penikmat yang lain, dianggap sebagai suatu keterbelakangan, kebodohan, dan kepicikan apresiatornya. Bukankah sebenarnya sastra kita mempunyai corak tersendiri dengan yang lain? Dan barangkali, sastra yang macam inilah yang diidealkan dalam tulisan sastrawan Bandung ‘’Obsesi Resepsi Sastrawan Muda Jawa Timur’’, dengan menampilkan beberapa tuntutan dalam menentukan kebermaknaan suatu karya, diantaranya (i) sudahkah karya sastra yang dimaksudkan memenuhi harapan si apresiator (Jauss dan Mandelokov) sehingga dengan begitu akan diperoleh adanya perluasan jarak estetis dan penemuan norma baru, (ii) apakah faktor ketidaktentuan (inerden) dan bidang kosong (Iser) dapat dihadirkan oleh sang kreator dan konstruktif, sehingga karya mempunyai pesona untuk diapresiasi. Dalam keadaan ini, agaknya yang patut dicatat adalah apresiator kita yang beragam, sehingga akan muncul kemungkinan bahwa karya itu bermakna bagi yang satu belum tentu bagi yang lain, indah bagi apresiator yang satu belum tentu indah bagi apresiator lain. Padahal, keindahan dan kebermaknaan itu bukankah ada pada karya itu sendiri, penikmat sastra (apresiator), dan keindahan yang ada di luar antara keduanya. Barangkali yang terpenting adalah bagaimana karya itu bisa berinteraksi secara elastis dan fleksibel dengan penikmatnya. Sastra Kontekstual Sastra ini secara ekstrem dapatlah dikatakan sebagai pertentangan dari sastra universal. Sastra yang dibatasi oleh konteks tertentu, mempunyai nilai yang berbeda dari kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, tempat yang satu berbeda dengan tempat yang lain, begitu seterusnya. Mungkin karya sastra yang bertebaran hijau di lahan massa dapat digolongkan dalam sastra ini, di mana sastra yang demikian mempunyai hubungan yang lebih akrab dan menyatu dengan penikmatnya. Bukan saja bentukbentuk yang demikian dapat dikatakan sastra, seperti halnya Yudhistira yang mengatakan bahwa karya sastra adalah sesuatu yang bisa berkomunikasi dengan lingkungan. Dicontohkan salah satu bentuknya

Frasa

HAL

13

sastra dangdut. Bagi Romo Mangun, lebih berbicara masalah keagunan yang menggantikan konsep keindahan secara formal dalam dunia sastra –keindahan adalah formal dalam dunia sastra – keindahan adalah kecerlangan kebenaran (puchrum splendor est veritas), sehingga sastra yang berkualitas baginya adalah sastra yang mempunyai nilai (dimensi) religius. Bila kita apresiasi beberapa karya sastra yang sudah mapan, banyaklah yang dapat kita golongkan ke dalam karya sastra ini. Di antaranya (1) Pengakuan Pariyem (1981) karya Linus Suryadi AG, (2) Ronggeng Dukuh Paruk (1982), (3) Lintang Kemukus Dini Hari (1985), (4) Jantera Bianglala (1986), yang ketiganya karya Ahmad Tohari, (5) Burung-burung Manyar (1981) karya Romo Mangun, dan masih banyak lagi. Pada Pengakuan Pariyem tercermin adanya kepasrahan seorang pembantu yang digauli oleh bendoronya, dia terima dengan kepasrahan lego lilo pasrah sumarah menggambarkan adanya ‘’dunia kecil’’ dan ‘’dunia besar’’. Pada ketiga karya Ahmad Tohari tercermin warna lokal kedaerahannya, yang menggambarkan warna lokal Jawa (tepatnya Jawa Tengah). Sedangkan Burung-burung Manyar Romo Mangun, lebih menonjolkan suatu nilai yang patut dipersembahkan kepada bangsanya, yang mencerminkan keadaan masyarakat (tepatnya masyarakat Indonesia). Kalau kita mau jujur, sebenarnya banyak sastra Jawa yang mempunyai nilai tinggi. Seperti halnya Wayang, yang banyak mengandung nilai filosofis dan mistis tersendiri, bahkan mistis itu begitu tertanam dalam masyarakat Jawa (tepatnya yang masih memegang adat Jawa). Keyakinan akan ‘’candrane pewayangan’’ terhadap seseorang yang lahir pada hari tertentu, misalnya seorang anak yang lahir pada hari Wage, dianggap mempunyai tabiat dan perwatakan yang mirip Bima (=Bayuputro, Werkudoro). Sehingga anak itu, dianggap mempunyai ciri berpendirian teguh, kuat keyakinan, pantang mundur, mempunyai sikap yang sederhana (prasojo), dan seterusnya. Lalu Sastra Kita? Barangkali kita tidak terlalu repot dan bersusahsusah dengan teori Barat kemudian kita paksakan pada sastra kita untuk sekadar menentukan baik atau buruknya. Karena, kita mempunyai ciri karakteristik yang khas pada sastra kita yang berbeda dengan yang lain. Tapi, bukan menutup kemungkinan bahwa sejumlah teori Barat yang dianggap agung bisa diterapkan pada sastra kita, namun jangan disalahkan sastranya. Itu semua adalah sastra kita, milik kita. Mengapa harus memakai ukuran orang lain? Agaknya bukanlah suatu keharusan. *) Sutejo, atau S.Tedjo Kusumo, (dulu) penulis tingggal di Malang.

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

14

SASTRA RELIGI

Sastra Islam, Sastra Sufi (2) Oleh: Poetraboemi

Bersambung dari edisi 4

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Ketiga, jalan kearifan. Seorang pencari setelah mata hatinya terbuka dan dapat melihat jelas realita ciptaannya, maka otomatis kearifan akan menyertai kehidupannya. Jalan makrifat dapat dilalui dengan cara tata cara ibadah yang khusuk, dan latihan-latihan penempaan diri dalam. Tentu setelah melalui jalan cinta. Tapi jika diperhatikan dengan seksama hubungan antara makrifat dan cara memperolehnya, masih nampak ada kesulitan di sini untuk mengerti. Bentuk ibadah sekhusuk apa yang harus dilakukan untuk dapat mencapai kemakrifatan ini.Realita ibadah adalah ritual fisik sedangkan kemakrifatan yang dicapai adalah ruhaniah. Bagaimana ini terhubung? Melihat pola hubungan ini saya hanya dapat sampai pada kesimpulan bahwa makrifat memang dapat dicapai dengan ritual-ritual fisik ibadah yang disertai cinta seperti yang ada pada tahapan sebelum tingkatan ini, yaitu cinta. Kesungguhan hati untuk mencari dilandasi cinta pada yang dicarinya pada akhirnya membuka pintu kearifan ini. Keempat, jalan kebebasan. Jalan ini adalah tahapan para pencari sudah mampu menghilangkan nafsu untuk mendapatkan sesuatu dengan mudah atau dengan ikhtiar biasa. Dalam tingkatan ini kesibukan seorang pencari akan fokus pada hal-hal yang utama dan hakiki. Dia melihat

Frasa


SASTRA RELIGI

HAL

15

segala seakan biasa, tanpa ada yang menakjub- di Balkh. Rumi begitu dikenal karena sajakkan. sajak cintanya yang mengajarkan perdamain. Kelima, jalan Keesaan. Jalan yang menam- Hal ini dapat dilihat dalam salah satu sajaknya pakkan semua pecah tercerai berai dan men- “Nisbinya Keburukan”; jadi satu kembali. Semua Esa dalam kesempurDi dunia ini tiada keburukan yang mutlak: naan Tuhan yang Esa. Semua nampak banyak, keburukan itu nisbiSadarilah kenyataan ini. Di namun satu saja. dunia waktu sesuatu pastilah menjadi pijakan Keenam, jalan hayat atau ketakjuban. bagi seseorang dan belenggu bagi yang lainDalam jalan ini sang pennya.Bagi seseorang meruRumi memiliki Nama Asli Jalal pakan pijakan, bagi yang cari akan mengalami ketakjuban luar biasa al-Din Muhammad. Ia lahir dikota lainnya merupakan belengkarena semua menjadi Balkh pada tanggal 30 September gu; bagi seseorang merupaserba terbalik. Siang jadi 1207 M. Ketika masih remaja ia kan racun, bagi yang lainmalam, malam jadi siang. harus mengikuti orang tuanya nya merupakan manis dan Semuanya serba berubah. laksana gulaBisa pindah ke daerah Nisyapur dan berfanfaat Dari hal ini saya mendamerupakan sumber kehidukemudian ke Bagdad untuk patkan sedikit gambaran bagi ular, namun maut menghindari serangan bangsa pan tentang adanya perubahbagi manusia; lautan meruMoghul di Balkh. Rumi begitu pakan sumber kehidupan an-perubahan ini. perubadikenal karena sajak-sajak han-perubahan ini menubagi binatang laut, namun cintanya yang mengajarkan rut saya merupakan tanda bagi makhluk daratan merperdamain. Hal ini dapat dilihat upakan luka yang mematibahwa pengalaman-pendalam salah satu sajaknya galaman fisis pada kita kan. “Nisbinya Keburukan”; tidak mampu untuk bersSemua yang dibeninergi dengan ke-tetap-an ci menjadi yang dicintai yang akan diraih oleh seorang pencari pada manakala ia membawamu kepada Sang Kekajalan berikutnya. Siang menjadi malam dan sih-mu malam menjadi siang menjadi semacam perSajak ini menjelaskan bahwa apa yang kita ingatan pada para pencari bahwa alam fisis lihat pada dasarnya akan selalu berubah dan itu tidak mampu mengadaptasikan dirinya memiliki keistimewaannya masing-masing. pada kesempurnaan. Ketika sampai pada Tidak perlu kita menyombongkan diri hanlevel ini pengalaman-pengalaman fisis tadi ya karena ketampanan atau kekayaan atau laksana lukisan yang disiram minyak, luntur kelebihan fisik lainnya. Hanya dengan melihat dan tidak jelas lagi bentuknya. kelebihan dengan mata hatilah kita dapat tahu Ketujuh, jalan faqir. Ketika sampai pada lev- kemutlakan apa adanya. Tanpa mata hati kita el ini, sang pencari akan menemukan dirinya selalu tertipu dengan segala bentuk fisik yang secara utuh. Tanpa embel-embel apapun pada menipu. dirinya. Yang ditemukannya hanyalah dirinya Jejak Sastra Sufi Indonesia ada dalam karyadan hakikat dirinya. Setelah tahap inipun sang karya Hamzah Fansuri pencari akan menemukan simurgh yang tak Seperti yang dikatakan Dr. Abdul Hadi W.M, lain adalah hakikat dirinya sendiri. biografi tentang Hamzah Fansuri memang Melalui Musyawarah Burung ini, ‘Attar tetap kabur. Belum ada bukti-bukti yang memmengajarkan pada kita bagaimana menjadi beri penjelasan tentang asal-usul sastrawan seorang pencari sejati. Dan dia pernah mem- sufi ini. Namun yang jelas Hamzah Fansuri buktikannya. adalah tokoh penting yang memberi warna Jalaluddin Rumi Sang Penabur Benih Cinta pada khasanah kesustraan melayu. Selain dari Konya seorang sastrawan, Hamzah Fansuri juga adaRumi memiliki Nama Asli Jalal al-Din lah seorang sufi yang berpengaruh di zamanMuhammad. Ia lahir dikota Balkh pada tang- nya. Lazimnya seorang sastrawan yang dipengal 30 September 1207 M. Ketika masih rem- garuhi oleh spiritual sufi, karya-karya Hamzah aja ia harus mengikuti orang tuanya pindah Fansuri-pun kental dengan unsur-unsur kesuke daerah Nisyapur dan kemudian ke Bagdad fian. Yang pembahasannya tidak akan jauh dari untuk menghindari serangan bangsa Moghul pembahasan Tuhan, cinta, dan asketisisme.

Frasa

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

16

SASTRA RELIGI

Tema-tema yang menandai bahwa Hamzah lainnya, Dr. Abdul Hadi W.M telah memberikan Fansuri memang mewarisi tradisi sastra sufi, 7 kriteria yang dapat dijadikan pegangan. baik yang bercorak Arab maupun Parsi. Selain Pertama, semua sajak Hamzah Fansuri itu beberapa sajak Hamzah Fansuri, kerap mer- menggunakan pola empat baris denga rima ujuk pada tokoh-tokoh sastra sufi, misalnya AAAA Fariduddin ‘Attar, Jalaludin Rumi, dan Ahmad Kedua, dari makna batinnya sajak-sajak Ghazali. Hamzah Fansuri banyak sekali meng- Hamzah Fansuri menggunakan ungkapan hasilkan sajak-sajak sufi yang pada umumnya perasaan fana, cinta ilahi, kemabukan mistik, tidak memiliki judul tersendiri. Bahkan naman- dan pengalaman perjalanan keruhanian. yapun kerap kali tidak dicantumkan dalam Ketiga, terdapat kutipan ayat-ayat muhtasykarya-karyanya itu. Hal inilah yang memuncul- abihat al-Qur’an di dalam puisi-puisi dengan kan kesulitan untuk membedakan karya-karya fungsi religius dan estetis. sastra miliki Hamzah Fansuri dengan sastrawan Keempat, terdapat beberapa penanda keslainnya. Di antara karya-karya yang dinisbatkan ufian seperti anak dagang, anak jamu, anak kepadanya yang karena beberapa hal, karya datu, anak ratu, orang uryani, faqir, thalib, dan sastra berupa sajak-sajak itu diragukan adalah sebagainya. asli karyanya. Sajak-sajak Kelima, terdapat ungkaitu adalah Sya’ir dagang, paradoks di Hamzah Fansuri memiliki karya- pan-ungkapan ikat-ikatan bahr al-Nisa, dan dalam sajak-sajaknya. Syai’r Perahu yang mem- karya yang agak berbeda dengan adanya sejumkarya sastra sufi pendahulunya. lahKeenam, buat namanya dapat dikebaris syair Hamzah FanKarya Hamzah Fansuri memiliki suri yang memiliki kesanang sampai sekarang. Di keunikan pada rima yang diguna- maan dengan baris-baris dalam bagian sajak-sajak ini terlihat ketidakotentikan kannya. Rima yang dipakai dalam syair para penyair sufi Parsi setiap sajak yang dibuatnya karya Hamzah Fansuri. Ketujuh, terdapat kata Hamzah Fansuri memiliki selalu A-A-A-A, satu hal yang unik yang diambil dari bahasa karya-karya yang agak berArab dan Jawa. memang. beda dengan karya sastra Kriteria-kriteria inilah sufi pendahulunya. Karya yang kiranya dapat memHamzah Fansuri memiliki keunikan pada rima bantu dalam melihat dan memahami karyayang digunakannya. Rima yang dipakai dalam karya Hamzah Fansuri. setiap sajak yang dibuatnya selalu A-A-A-A, Penutup satu hal yang unik memang. Kita dapat meliManusia cenderung melihat semuanya hatnya dengan memperhatikan syair Hamzah secara hitam putih. Mereka terkadang tidak Fansuri sebagai berikut: tahu bahwa apa yang mereka katakan benar Dengarkan di sini, hai anak datu mungkin salah, dan apa yang mereka klaim Enkaulah khalifah dari ratu salah mungkin saja benar. Sastra sufi memberiWahid-kan emas dan mutuSupaya dapat tahu kita untuk mengetahui segala sesuatu pandangmu satu Ruh al-quds terlalu payah secara hakiki. Selain itu, dari sastra sufi kita Akhir mendapat di dalam rumah juga diajarkan untuk hidup dalam damai, salJangan engkau cari jauh payah ing mengasihin, dan menghormati. Dan dalam Mahbub-mu dengan sertamu di rumah . konteks keindonesiaan, seorang tokoh bernaHunuskan pedang, bakarlah sarung ma Hamzah Fansuri telah memulai tradisi damai Itsbatkan Allah nafikan patungLaut tawhid tersebut. Kitapun jadi harus belajar dan belajar yogya kau harung lagi untuk memahami diri kita sebagai sebuah Di sanalah engkau tempat beraung bangsa yang besar. Setelah era Dr. Abdul Hadi Meski dalam hal isi syair Hamzah Fansuri W.M. dkk, jarang sekali para sastrawan Indonetidak begitu jauh berbeda dengan syair-syair sia yang mau bergelut dalam dunia Sastra Sufi. Rumi misal, namun dalam hal penataan rima Mungkin bahasannya memerlukan pengaladan baris karya Hamzah Fansuri nampak lebih man batin yang begitu dalam, sehingga anakrapi terlihat, meskipun kita juga harus melihat anak muda masa kini yang lebih cinta hidup konteks bahasa yang dipakai juga. praktis lebih suka meninggalkan cara-cara Untuk membedakan karya-karya sastra hidup merepotkan ala para sastrawan sufi ini. ciptaan Hamzah Fansuri dengan karya-karya Hidupkan sastra sufi Indonesia!***

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Frasa


SASTRA RELIGI

HAL

17

Dapatkan Harga Spesial! Untuk Pembelian

SEPASANG

DWILOGI PUISIMINI: KATA-KATA Karya Makmur HM

hanya Rp60.000,dari harga semula Rp66.000,- (belum termasuk ongkir) Caranya: ketik KATA2_Alamat Lengkap_Nama Lengkap

Kirim ke 0852 6536 9405

Frasa

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

18

KOMUNITAS

Catatan Kecil Tentang Perjalanan

Komunitas Penyair Institute

Penulis: Irfan M. Nugroho

B

erawal dari minat untuk sama-sama berproses dalam menciptakan sebuah karya, kami membentuk sebuah wadah yang bernama “Komunitas Banyu Biru”. Dengan cita-cita yang sama, yakni menginginkan wadah tersebut sebagai Kawah Candradimuka yang nantinya akan melahirkan penulis yang mampu menghasilkan karya-karya yang kratif dan imajinatif. Di dalam perkembangannya, kami menggunakan beberapa konsep dalam mengapresiasikan sebuah karya sastra. Salah satunya adalah forum pengadilan sastra yang dilaksanakan sebagai kegiatan rutin setiap hari minggu. Pengadilan sastra dianggap sebagai forum yang dapat lebih cepat mengembangkan minat dalam mempelajari ilmu sastra. Kami berdiskusi, saling mengkritisi dan memberi masukan. Sampai pada akhirnya merencanakan untuk menerbitkan karya-karya anggota komunitas. Tapi tidak semua anggota memiliki selera yang sama. Ada yang menulis cerpen, ada juga yang menulis puisi. Pada akhirnya kami pun terjebak dalam perdebatan yang saat itu memang tidak bisa diselesaikan. Kami

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

sama-sama mempertahankan selera masing-masing. Artinya, yang menulis puisi menginginkan agar komunitas menerbitkan antologi pertamanya berupa kumpulan puisi, begitu juga sebaliknya. Akhirnya kami sepakat, untuk meninggalkan “Banyu Biru”. Rumah pertama kami. Lantas, saya, Musyaffa Muhammad dan Achmadi ST memilih pada jalur puisi. Dan kami pun sepakat untuk merintis kembali wadah dengan nama “Komunitas Penyair Institute”. Tiga orang anggota bertahan hingga menerbitkan antologi puisi perMusyaffa tama kami yang berMuhammad tajuk Sepasang Mata ketika membaTanpa Kedip pada cakan puisinya bulan Maret 2011. pada saat acara Tak lama kemuMalam Puisi dian, tepatnya setBanyumas. elah acara lounching

Frasa


KOMUNITAS

HAL

19

menulis kepada siswa-siswa di sekolah. Tujuannya, agar ada regenerasi penulis yang lahir dari wilayah Banyumas.

Antara Proyek Penerbitan Buku Puisi dan Pengadaan Bazar Buku

Untuk menerbitkan karya kami secara indie, mungkin masalah yang kami hadapi sama dengan komunitas sastra yang lain. Yaitu dalam hal anggaran dana. Setiap anggota yang notabene belum memiliki pendapatan sendiri, mengumpulkan dana dengan cara melakukan iuran setiap minggu. Itu pun di rasa kurang cukup untuk membayar percetakan. Kalaupun bisa, mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama. Maka Komunitas Penyair Intitute sering menyelenggarakan bazar buku untuk mencari tambahan dana. Dari hasil itu lah kami dapat menutup kebutuhan untuk membiayai proyek buku kumpulan puisi karya anggota. Seperti yang beberapa waktu lalu kami selenggarakan Sembari menunggu proses cetak antologi puisi kedua bertajuk Ziarah selesai. Semoga apa yang menjadi ikhtiar kami terus bertahan dan berkembang. Walaupun pada akhirnya kami mungMalam Puisi Banyumas kin akan berpisah dan mencari jalan masing-masing. Seperti kutipan puisi yang pernah saya tulis : antologi tersebut, banyak yang mendaftarkan diri untuk â€œâ€ŚKita telah berkumpul di dalam satu rumah. menjadi anggota. Diawali oleh Indra KS, lantas disusul Pada suatu saat nanti, kita pun akan berpisah oleh yang lain seperti Eri Setiawan, Hani Kurniasih, Otih untuk saling mencari diri.â€? Kumala, Hendrik Evriadi, Hariyanto Arsa, Fajar Zulfikar, dan Ayu Purnama. Semoga Istiqomah! Dengan bertambahnya anggota, Komunitas Penyair Purwokerto, Oktober 2012 Institute semakin sering mengadakn kegiatan-kegiatan yang bersifat sastra. Mengingat, ruang kegiatan sastra di Banyumas, tempat kami hidup pun sangat terbatas. Kegiatan-kegiatan tersebut di antaranya Malam Puisi Banyumas, Peluncuran dan diskusi buku, dll. Malam Puisi Banyumas sendiri direncanakan akan diadakan secara rutin tiap akhir bulan. Hal ini bertujuan tidak hanya sebagai kegiatan yang sebatas mengisi waktu luang, tetapi juga sebagai ruang komunikasi dan silaturahim para penulis khususnya yang hidup maupun berproses di wilayah Banyumas yang meliputi, Purwokerto, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara.

Pelebaran Sayap

Komunitas Penyair Institute yang lahir sebagai komunitas sastra kampus, tidak mau kegiatan kami terbatas di wilayah kampus saja. Maka kami pun menawarkan kepada sekolah-sekolah di wilayah Banyumas untuk bergabung menjadi anak cabang komunitas, yang nantinya sesuai kesepakatan, di tiap sekolah yang bersedia menjadi cabang komunitas, akan diadakan diklat kepenulisan. Namun, karena kami merasa apa yang kami miliki belum layak untuk diberikan kepada orang lain, kami pun mencari pembimbing yang memang telah memiliki standarisasi kemampuan untuk memberikan dasar-dasar

Frasa

Diskusi Buku Puisi Diksi Para Pendendam Karya Badruddin Emce (Nominator Khatulistiwa Award) Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

20

CERPEN: Desi Sommalia Gustina

Janji

Senja Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Frasa


CERPEN Senja. Merupakan sebuah nama yang tak pernah aku tahu wajahnya. Ia adalah lelaki yang selalu diceritakan Ibu. Kata Ibu lelaki itu adalah Ayahku. Berpuluh-puluh macam cerita tentang kebaikan Ayah ke luar dari mulut Ibu. Cerita yang selalu menjadi pengantar tidurku.

HAL

21

“Ayahmu adalah lelaki pemberani,” kata Ibu pada suatu malam. Aku mendengarkan kisah tentang keberanian Ayah dengan takjub. Saat masih kanak-kanak, dalam benakku Ayah hadir sebagai sosok kesatria, jagoan, seperti di film-film yang sering kutonton yang rata-rata berkisah tentang sosok pahlawan. Aku selalu berharap Ayah datang setiap aku berulang tahun sambil membawa kue tart sembari mengecup keningku. Namun, sampai aku beranjak dewasa Ayah tak pernah datang. Kemudian harapan itu perlahan-lahan hilang. Saat aku melepaskan seragam merah putihku aku meminta pada Ibu agar tak lagi bercerita tentang Ayah ketika aku akan tidur. “Kenapa?” tanya Ibu. “Karena Ayah tak pernah datang,” kataku sambil memandang langit-langit kamar. “Ayahmu berjanji akan datang saat senja.” “Sudah tak berbilang jumlah senja yang kita lalui, namun Ayah tak kunjung datang.” “Ayahmu lelaki yang baik. Ia akan datang menepati janjinya.” “Kenapa ayah menjanjikan datang saat senja? Kenapa tidak pagi atau siang?” aku terus mencecar Ibu. “Karena senja bukan akhir, ia permulaan sebuah hari.” Aku tak mengerti maksud perkataan Ibu. *** Pada senja yang sepoi aku kembali mendapati Ibu duduk di teras rumah dengan sejuta harap yang terpancar dari sorot matanya. Aku memandang Ibu dari jauh. Kuurungkan niat duduk di sampingnya. Namun, saat akan masuk ke dalam rumah Ibu memanggilku. “Duduklah di sini,” Ibu melambaikan tangan padaku. Aku berbalik. Mendekati Ibu. Kutarik kursi di samping Ibu.

Frasa

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

22

CERPEN

Hening sesaat. Sesekali telingaku menangkap hembusan nafas Ibu. “Tidak rindukah kau pada Ayah?” tanya Ibu tiba-tiba. “Rindu. Tapi dulu. Sekarang tidak lagi.” Ibu memandang tajam padaku, “Kenapa?” Tak ada jawaban lidah. Aku membuang pandang dari tatapan ibu. “Karena aku tak lagi menganggap Senja sebagai Ayahku, bagiku dia hanya lelaki yang hanya menitipkan sperma pada Ibu,” sahutku, tapi hanya kuucapkan dalam hati. “Kau tak yakin Ayahmu akan datang?” Ibu mengejarku. “Maaf Ibu, aku bahkan tak yakin Ayah masih ingat pada kita,” kataku takut-takut. Ada yang menggeliat di ulu hatiku. Entah apa namanya. Mata Ibu melotot. “Kau tak akan bicara begitu saat kau dapati Ayahmu datang kala senja,” suara Ibu parau. Aku menatap bola mata Ibu. Pandangan kami bertemu, sorot mata perempuan itu sekarang basah. “Aku tak bermaksud menyakiti perasaan Ibu,” kataku. Ibu tak menolehku. “Tinggalkan Ibu sendiri,” pintanya sembari mengusap mata basahnya. Dengan langkah berat kutinggalkan beranda. Masuk ke dalam rumah. *** Berbilang tahun sudah lewat. Aku sudah tak lagi tinggal bersama Ibu. Aku menetap

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Frasa


CERPEN di kota lain bekerja pada sebuah perusahaan. Ibu menolak ketika kuajak tinggal bersamaku. “Ibu ingin menunggu Ayahmu di rumah ini setiap senja,” tolak Ibu ketika untuk kesekin kalinya aku membujuk Ibu tinggal serumah denganku. “Dimanapun itu kita akan menikmati senja yang sama,” sahutku. Ibu menarik ujung bibirnya, membentuk sebuah senyum. Tapi mulutnya tak mengeluarkan suara. “Ibu bisa menikmati senja bersamaku,” bujukku tanpa putus asa. “Ibu hanya ingin menunggu Ayahmu di sini. Di rumah ini,” keras hati Ibu. Akhirnya aku berangkat sendiri setelah tak berhasil membujuk Ibu. Sekali enam bulan aku pulang kampung menjenguk Ibu. Ibu masih seperti dulu. Menanti kehadiran Ayah saat senja. Kasihan Ibu. Penantian yang tak tahu ujungnya. Ibu perempuan setia. Masih menunggu Ayah meski tak ada kabar. Aku pernah menganjurkan agar Ibu mencari pengganti Ayah. Ibu marah besar kala itu. Ibu langsung berdiri di depanku, dan dengan suara yang keras menembus gendang telingaku Ibu membentak. “Pakai otak!” katanya dengan suara meninggi. Aku memandang Ibu tidak percaya. Ibu melangkah, melewatiku, masuk ke kamar dan mengunci pintu dari dalam. Sehari semalam Ibu tidak keluar kamar. Aku menunggu Ibu keluar dengan perasaan takut-takut. Dalam menunggu itu aku melihat Ibu berdiri di depan pintu dengan tatapan yang tak bisa kuartikan. Kudekati Ibu. “Ibu, maafkan aku,” kataku sembari memeluk tubuhnya. Aku merasakan perlahan-lahan tangan Ibu melingkar di badanku. Ibu mengeratkan dekapannya. Kemudian tangan kanannya mengangkat wajahku. “Ayah terlalu bersih. Ibu tidak mungkin menggantikannya dengan orang lain,”

Frasa

HAL

23

ucapnya. Mendengar perkataan Ibu kristal bening mengalir di pipiku. “Jangan lagi berpikir untuk mencari orang lain sebagai pengganti Ayah untuk Ibu. Karena Ibu yakin Ayahmu akan datang pada suatu senja,” pintanya. Aku mengangguk. Sejak itu aku tak pernah lagi menyinggung tentang kehadiran lelaki lain untuk Ibu. *** Setelah berbilang bulan tak pulang, hari ini aku pulang menjenguk Ibu, sekaligus berniat meminta restu. “Ibu, sekarang aku tak remaja lagi,” aku membuka pembicaraan. “Lalu?” potong Ibu. “Aku ingin menikah,” aku sengaja menggantungkan kalimat berharap Ibu menanggapi. “Sudah ada calon?” tanya Ibu datar. “Ya. Kami sudah lama saling kenal,” kataku hati-hati. Ibu tak menyahut. “Mohon restu dari Ibu,” lanjutku. Diam yang dominan. Aku memainkan ujung jilbabku. “Tapi kau juga harus minta restu pada Senja, Ayahmu,” Ibu berkata tiba-tiba. Aku melongo dengan ekspresi tak paham. “Tinggallah beberapa waktu di sini. Ayahmu pasti datang,” yakin Ibu. Aku mengikuti saran Ibu. Namun, berminggu-minggu senja itu lewat. Dan Ayah tak pernah datang menenuhi janjinya. Masa cutiku sudah usai. Aku kembali ke kota tanpa mengantongi restu Ibu tentang pernikahanku. Saat akan meninggalkan rumah aku melihat Ibu masih menunggu Senja.*** Desi Gommalia Gustina, lahir di Sungai Guntung, Indragiri Hilir, Riau, 18 Desember 1987. Saat ini sedang menempuh pendidikan di Program Pascasarjana Jurusan Ilmu Hukum Universitas Andalas, Padang.

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

24

PUISI

Puisi-puisi Oscar Amran

lempar senyum melepas dahaga siulkan syair cakrawala cinta

O, SIAPA SUDI

*kutipan dari cersil Bastian Tito~ Wiro Sableng. bogor, 08/09/12

mengais dalam kerat kubangan menceraput ilalang mati sungkah rengkah jejak melintang lanyah tinggalkan duka hati

KITA HANYA DEBU

di pematang sisa kecambah hampa dalam lenguh meringis kelu leladang berangus rawa nestapa buah setahun tandas membeku humpus tinggal kenang nyanyian huma merindu kicauan unggas hangat mentari membesut tangis anak bencana tetes embun rindu dedaunan hijau pagi bandang membah menerjang anak negeri bencana datang tiada permisi nyanyian pilu menyapa diri o, siapa sudi dalami duka ini? (bogor, 27/07/12)

PESAN SINGKAT DI PINTU PAGI pesan singkat di pintu pagi seperti membaca angin berhembus lelangit jauh dari mendung di hulu pun tak tampak gabak jurus kunyuk melempar buah * dalam mabuk menghujam tuah sepercik bara di tanah basah bermain api kenapa gelisah? aku bukanlah gunung menjulang tinggi hidup terhampar di sepetak sawah berdiam di sebatang padi berteman musim dan terik gerah membaca pesan singkat di pintu pagi kudiamkan rasa di secangkir kopi

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

bumi ini sebesar telur terlihat dari bulan tidur bila tanah tumpah persada hanya secuil nama pada peta dunia sebesar apakah ibukota negara ini? dan kita sebentuk apa di semesta? (nyaris, bagai debu yang menempel di daunNya) (kotadebu, januari 1983) Oscar Amran Pria kelahiran 27 Oktober 1962 ini, berasal dari kota Debu Indarung Padang Sumatera Barat , sejak tahun 1980 telah aktif menulis puisi. Beberapa puisinya di publikasikan di media- media lokal, dikenal dengan nama pena ‘Oscar Ardi’. Pada tahun 1990 hingga akhir 1992, bekerja di Surat Kabar Harian Singgalang di kota Padang, pernah menjadi Wakil Pemimpin Perusahaan di Tabloid Koran Masuk Sekolah saat itu. Beberapa tulisannya, seperti artikel-artikel sosial dan puisi kembali di publikasikan. Telah menerbitkan buku Antologi Puisi dengan judul “Potret” pada tahun 1991. Pendiri Tabloid Sketsa Bekasi (2010), pernah diminta sebagai Penyuting buku pada Penerbitan buku dengan judul 15 Tahun Kota Bekasi menuju masyarakat mandiri ini (Mei 2012) Bulan Juni 2012 lalu, diminta partisipasi karya-karyanya pada penerbitan Online Antologi Puisi 2 Bahasa di amazon.com, untuk edisi buku ke-1"poetry poetry from 120 indonesian poets: " Diverse” dan edisi buku ke-2."poetry poetry from 228 indonesian poets: Flows into the Sink into the Gutter" (Editor Sdr. Yunizar Nassyam) Sekarang berkegiatan di swasta. Tinggal di Bogor. Email: oscaramran@gmail.com

Frasa


PUISI Puisi-puisi Matroni el-Moezany Hikayat Lembaran Merapi

HAL

25

kan rumah kosong, siapa tahu senja berulang kembali memasuki lubang genteng seperti doa yang tak sempat ia pinta

Jogja, 2011 Lembaran hari sebentar lagi akan sempurna, pohon-pohon di tanam, hijau indah tanpa laksana, hanya langit mengepungnya, pada cela kali ber- WAKTU batu ngilu, rerantingnya tertangkap hujan beku, pohon alpokat menghijau menagih rindu, di rerant- Sebentar lagi waktu akan tiba di matamu ingnya tertulis ribuan anak daun, dari akar gerimis Seperti matahari yang hinggap di pagi bertaburan Dua waktu lagi akan sampai di senjamu Sebelum tarian daun jatuh, membumi, mengubur- Semoga semakin lembab jeritmu kan waktu, lembaran daun itu sebentar lagi semSiapakah engkau yang berlinang di waktuku purna, tertutup hijau daun dan kelopak bunga, Aku setetes linang yang berasal dari tangismu Daun-daun itu mengikuti irama angin, jatuh, terTiga waktu lagi aku tiba di rumahmu bang, ke cakrawala, menjadi awan hujan, Suguhi aku, makani aku, minumi aku, dalam doaBangunan mimpi menjadi hijau, terasa penuh den- mu gan masa dinamika Empat waktu lagi aku tiba di janjimu Jogja, 2011 Peganglah, kuatlah, kapan dimana atau kapan pun

Teras Rumah

Enam waktu lagi aku tiba di hidupmu Nafasi aku, sirami aku, dalam airmatamu

di terus rumah itu, sendiri di senja, ia ayun-ayunk- Tujuh waktu lagi aku tiba di puncakmu an pikiran, berbincang dan setiap ayunan tubuh Menangisi, di lemahi, di hina aku, di cibiri aku Karena aku tak ada apa-apanya daripada waktuku kenangan serasa bermain ia memandang ke masa dulu, melihat matahari, jatuh ke senja di tepi rumahnya, meluncur ke alunalun Pengok bisu ia selalu, sinar senja menukar manja, rasanya pernah kujejaki suara muda dalam usiamu yang pasrah pasti matamulah yang memandang ke jeram lalu, ia terlihat angin menghelai rambut putihnya yang terselip di leher renta di rumah itu, dia terlihat sendiri, entah sendiri? Berdua dengan jiwa, bertiga dengan senja, berempat dengan waktu, berlima dengan telivisi, bersendiri dengan usia Suatu senja aku lewat, tapi tak ada waktu di sana,, ia adalah cinta alam yang berwujud “ia” melawan usia Selepas senja ia pulang ke ranjang dan membiar-

Frasa

Jogja, 2011 MATRONI EL-MOEZANY, nama pena dari Matroni, lahir di Banjar Barat, Gapura, Sumenep, Madura, Jatim. Alumni al-Karimiyyah dan Al-in’an, Aktif menulis di banyak media baik lokal maupun nasional, Kompas Jogja, Kompas. com, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, Suara Karya, Swara Merdeka, Minggu Pagi, Merapi, Solo Pos, Harianjoglosemar, Surabaya Post, Surya, Radar Madura, Lampung Post, Batam Pos, Koran Cyber, dll. Buku antologi bersamanya adalah “Puisi Menolak Lupa” (2010) “Madzhab Kutub” (2010) Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010 Dewan Kesenian Jatim. Suluk Mataram 50 Penyair Membaca Jogja (2011), Menyirat Cinta Haqiqi (temu sastrawan Nusantara Melayu Raya (NUMERA), 2012), dan Rinai Rindu untuk Kasihmu Muhammad (2012) kini tinggal di Yogyakarta.

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

26

SASTRADUKASI

NILAI BUDAYA ASING DALAM

SASTRA ANAK TERJEMAHAN (2) Oleh: Try Octavianus Sinaga

Bersambung dari edisi 4

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Hal lain dari Jack yang ingin ia tiru adalah menjadi pengantar koran. Sebagai seorang remaja belasan tahun, Jack memang bekerja paruh waktu di sela-sela waktu luangnya agar dapat menabung untuk kebutuhannya sendiri. Jika dibandingkan dengan konteks di Indonesia, anak-anak yang menjadi pengantar koran umumnya adalah anak-anak putus sekolah atau anak-anak dari keluarga tidak mampu yang memang harus membantu mencari tambahan penghasilan untuk meringankan beban orang tua. Hal ini mungkin yang banyak kita pahami dan juga dipahami oleh anakanak kita. Akan tetapi, lain halnya dengan di Amerika. Pekerjaan pengantar koran ataupun pekerjaan-pekerjaan paruh waktu lainnya yang banyak dilakukan oleh anak-anak Amerika sejak usia belasan tahun tidak ditujukan untuk mencari tambahan penghasilan bagi keluarga, tetapi lebih ditekankan untuk memberi tanggung jawab dan melatih kemandirian pada anak-anak sejak dini. Hal inilah yang mungkin nyaris tidak pernah kita temui pada keluarga kelas menengah di Indonesia sehingga anakanak yang membaca cerita ini akan memiliki persepsi yang berbeda tentang kemandirian dan dapat belajar dari cerita yang mereka baca. Tradisi Valentine dan Halloween Hal lain yang sering kita temui dalam cerita anak adalah tradisi budaya asing yang tidak dikenal sebelumnya dalam budaya masyarakat kita. Tradisi tersebut mulai dikenal luas dan bahkan diikuti oleh sebagian masyarakat setelah turut dipopulerkan oleh berbagai media, termasuk melalui karya sastra anak terjemahan. Contoh tradisi budaya asing tersebut antara lain adalah Valentine dan Halloween. Tradisi Valentine

Frasa


SASTRADUKASI

HAL

27

yang merupakan perayaan hari kasih sayang tetap saja membawa nilai-nilai budaya asalnya. misalnya bisa kita temui dalam seri komik Ketiga dongeng itu, misalnya, diakhiri dengan SpongeBob dan Valentine yang telah diterje- ciuman cinta sejati dari pangeran impian yang mahkan dalam Bahasa Indonesia. Dalam cerita mengubah hidup Cinderella dari seorang Upik ini, Valentine digambarkan sebagai satu hari Abu menjadi seorang putri (dalam Cindereldimana semua orang merayakan kasih sayang la); membangunkan Putri Salju dari mati suri dengan mengungkapkan rasa cinta mereka (dalam Putri Salju dan Tujuh Orang Kerdil); dan kepada orang yang mereka sayangi. Sebagai membangunkan Putri Tidur dari tidur panjangsahabat, SpongeBob dan Patrick juga ingin nya (dalam Putri Tidur). mengungkapkan perasaan Dari kacamata budaya sayang tersebut dengan timur berciuman bukanTradisi Valentine dan Halloween saling memberi hadiah. lah hal yang biasa dilakuHal lain yang sering kita temui Sementara, tradisi Haldalam cerita anak adalah tradisi kan, apalagi di Indonesia. loween dapat kita temui budaya asing yang tidak dikenal Mencium lawan jenis bagi dalam buku cerita Franklin sebagian orang Indonesebelumnya dalam budaya dan Pesta Helowin yang sia hanya bisa dilakukan masyarakat kita. Tradisi tersebut menceritakan pengalaman pada tempat dan orang mulai dikenal luas dan bahkan tertentu. Bagi orang tua Franklin merayakan pesta Halloween bersama teman- diikuti oleh sebagian masyarakat yang tidak menginginkan setelah turut dipopulerkan oleh anaknya meniru adegan temannya. Mereka menberbagai media, termasuk melalui ciuman ini, tidaklah mudah genakan kostum yang aneh dan seram sebagaimana karya sastra anak terjemahan. menjelaskan adegan tersekebiasaan masyarakat but. Biasanya ketika terdaAmerika dalam merayakan pat adegan tersebut dalam Halloween. Mereka kemudian berkeliling ling- program televisi, salah satu cara yang ditemkungan tempat tinggal mereka dan mengetuk puh adalah dengan menyuruh anak tersebut pintu setiap rumah untuk meminta permen menutup mata agar tidak melihat adegan atau makanan kecil sembari berkata, “Diker- yang dilarang itu. Namun bagaimana jika hal jain atau kasih makanan�. Kata-kata tersebut ini kita temui dalam buku bacaan anak. Di sinimerupakan terjemahan dari ungkapan yang lah diperlukan sensitivitas dalam penerjemamemang menjadi ciri khas dalam perayaan han karya sastra asing, khususnya yang ditujuHalloween, yakni trick or treat. kan bagi pembaca anak. Sebagian anak Indonesia yang membaca 2. Kekerasan cerita-cerita tersebut mungkin tidak begitu Masalah kekerasan dalam komik anak sudah mengenal kedua tradisi yang sangat populer banyak dibahas. Komik seperti Naruto dan di Amerika, khususnya perayaan Halloween Dragon Ball berisi tentang pertarungan para yang memang khas Amerika. Bahkan para jagoan yang tiada habisnya. Kekerasan ini bisa orang tua pun belum tentu paham tentang dikatakan bukan monopoli nilai asing. Maksudtradisi tersebut. Cara mengungkapkan kasih nya, kekerasan juga ada di dalam masyarakat sayang dengan bertukar hadiah di hari Valen- kita. Namun demikian, apabila kita lebih tine dengan orang-orang yang dikasihi atau dalam melihat kasus sastra maka ada sejumlah merayakan Halloween dengan berkostum catatan yang bisa kita simak antara lain: sastra seram memang tidak harus dipahami dengan anak klasik seperti dongeng dan cerita rakyat meniru kebiasaan tersebut. Hal ini bisa disikapi misalnya Putri Salju, Cinderella, dan Pinokio, sebagai sebuah perbedaan yang dapat mem- pada umumnya tidak terlalu menonjolkan kekperkaya pengetahuan anak. erasan; sementara bacaan anak terbitan era Ciuman Sang Pangeran Dongeng-dongeng 2000an, terutama dari Jepang, sangat dominan yang banyak dipopulerkan Disney dari mulai mengusung nilai-nilai kekerasan. Hal ini perlu dalam bentuk buku cerita hingga film layar diwaspadai karena anak-anak adalah peniru lebar seperti Cinderella, Snow White and the ulung sehingga tidak jarang mereka meniruSeven Dwarfs dan Sleeping Beauty juga telah kan adegan atau perilaku tokoh rekaan dalam diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan cerita yang dibacanya. Dengan demikian, nilaisangat digemari oleh anak-anak. Meskipun nilai kekerasan pun perlahan dapat tertanam sudah mendunia, dongeng-dongeng tersebut pada diri anak.***

Frasa

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

28

LENTERA BUDAYA

Kerajinan

K

Getah Nyatu erajinan yang memiliki nilai seni hasil Dari bahan getah nyatu tersebut dibuat berbakarya masyarakat Dayak di Kalimantan gai macam benda seni berupa miniatur perahu Tengah adalah kerajinan getah nyatu. tradisonal (banama) suku Dayak di Kalimantan Tengah. Jenis perahui ini adalah bernama banama tingang.banama nyahu, dan sebagainya. Karena perahu-perahu tradisonal dipakai oleh para dewa (leluhur) yang hidup di alam Atas (Lewu Sangiang) maka mereka hanya digunakan pada upacara sakral. Kerajian dari Getah Nyatu lainnya adalah pantar ihilng sanggaran dahiang.Pantar ihing sanggaran dahiang adalah tonggak dari kayu besi yang didirikan di depan rumah sebagai tempat para leluhur (sahur Parah) si empunya rumah singgah atau tinggal. (www.budaya-indonesia.org)

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Frasa


LENTERA BUDAYA

HAL

29

Permainan Tradisional

Bekel

B

ekel banyak dimainkan oleh anak perempuan. Permainan ini dapat dilakukan sendiri maupun berramai-ramai. Bekel terdiri dari sebuah bola yang terbuat dari karet, dan beberapa biji bekel yang terbuat dari logam (kuningan). Intinya adalah mengambil biji bekel secepat mungkin sebelum bola memantul 2 kali. Pada awalnya biji bekel diambil satu per satu. Kemudian diambil dua dua, dan seterusnya hingga pada akhirnya seluruh biji bekel harus diambil dalam sekali genggaman ketika bola bekel dilempar ke lantai dan memantul kembali. Setelah itu biji bekel harus di susun tegak satu per satu, dua dua dan seterusnya. Setelah itu biji bekel di susun miring ke kiri dan selanjutnya miring ke kanan.

Frasa

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

30

TEENLIT CERPEN

Kehangatan Mentari dan Kasih Ayah Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Frasa


TEENLIT CERPEN Oleh: Muhammad Dede Firman Mentari pagi mulai mengeluarkan kemampuannya untuk membangunkan semua orang dengan kehangatan yang ia miliki. Perlahan mataku mulai terbuka sembari menatapi apa yang ada di sekelilingku, sebuah ruangan kecil bercat biru muda dengan bebagai foto yang tertampang indah di dinding. Itu foto indahku bersama ayah yang sering bermain bersama. Kini sudah waktunya untuk kembali menjalani kehidupan seperti biasanya. Kupaksakan tubuhku untuk bangun dan berdiri. Kemudian langkah kaki turut menyertai untuk mengantarku keluar dari kamar ini menuju ruangan berair, kamar mandi. Setelah bercuci muka dan bersembahyang, kulirik sebentar ibuku yang berada di ruangan keluarga sambil menikmati acara berita yang di tayangkan di televisi. Matanya terlihat layu dengan binarnya air mata. Kenapa beliau terlihat bersedih? Adakah suatu hal yang membuatnya seperti itu? Tanyaku pada hati kecilku. Kucoba untuk menghangatkan kesedihan ibu yang terpancar itu dengan sebuah pertanyaan, “Ayah di mana? Aku mau mengajaknya lari pagi. Sekarang kan hari minggu dan ayah sedang tidak bekerja. Jadi mengapa tidak?” “Kenapa kamu bertanya seperti itu, Randi?” ibu berbalik tanya dan membuatku bingung. Memangnya kenapa kalau aku mempertanyakan keadaan seorang kepala keluarga rumah ini dan mengajaknya berlari pagi. Malah itu hal yang bagus untuk menyehatkan tubuh ayah yang sudah beranjak kepala empat. “Kamu ini bermimpi apa semalam, nak? Kamu sendiri sudah melihat ayahmu itu di ruang mayat, bukan? Apa sudah lupa karena semalam kamu pingsan?” suara ibu terdengar goyang seperti jalan yang tidak rata karena air matanya yang mulai menetes. Ibu menangis. Deg! Apa yang telah ibu ucapkan tadi membuat jantungku seperti berhenti berdetak. Seluruh

Frasa

HAL

31

anggota tubuh terasa lemas dan tidak bisa digerakkan. Semakin lama terasa semakin berat untuk menyangga beban tubuhku ini. Tapi memori otakku memaksakan diri untuk mengingat semua kejadian yang diceritakan angin malam padaku. Bahwa ayah mengalami kecelakaan saat pulang dari kantornya! Hingga, bruk…! Tubuhku terjatuh seperti saat malam itu. *** Pukul 12.00 siang. Aku kembali terbangun sejak beberapa menit yang lalu. Mentari terasa semakin ganas dalam upaya pemberian kehangatannya. Padahal aku merasa orang-orang sudah terbangun dari dunia mimpinya masing-masing, tapi ia masih saja menyinarkan cahaya tubuhnya yang semakin lama semakin panas. Tubuhku terlentang di atas tempat tidur tersayang yang bersinggah di kamar kecil ini. Aku akan selalu merindukan hangatnya kasihmu, ayah. Rinduku padamu ini membuat napasku sesak. Kini dalam hari-hariku hanya akan di temani dengan hangatnya kasih ibu dan mentari itu. Tidak akan ada kehangatan dari ayah lagi. Mungkin aku akan bertindak iri pada temanteman yang masih mempunyai keluarga yang lengkap. Mungkin juga aku akan marah dan menggalau jika ada satu orang pun yang akan menanyakan tentang ayahku. Kuusap-usap wajah ayah tanpa membiarkan satu kotoran pun menempel padanya. Aku hanya bisa menatapi tubuhmu dalam bentuk dua dimensi ini, dalam foto yang aku miliki. Aku hanya bisa mendoakanmu dari sini sambil menitikkan air mata. Dan aku hanya terus membayangkan hal-hal yang akan datang di kemudian hari yang tidak akan pernah kulalui bersamamu lagi, ayah…* Bernama lengkap Muhammad Dede Firman. Saat ini masih menjadi seorang siswa di SMPN 2 Citeureup. Pria berkelahiran Bogor, 24 Mei yang menyukai cerita fantasi ini sudah berhasil melolosi beberapa perlombaan menulis. Karya fantasinya bisa dilihat di buku kumcer “Negeri Dongeng”. Penulis dapat dihubungi di email sastrapena@yahoo.co.id juga di facebook Dedefirman Muhammad.

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

32

TEENLIT PUISI

Darah Keabadian Getar hati tuk selalu merindukan ketenangan. Dengan terpaan air hujan dan hangatnya sang mentari menambah kesan syahdu dalam naungan suciNya. Dalam balutan ukhwah, tali persaudaraan ini. Seonggok daging yang dapat mempersatukan jiwa-jiwa kerinduan. Betapa kesyukuran yang tiada terucap. Yang dipersatukan dalam eratnya persahabatan. Air mata kebahagiaan akan terus mengalir bersama aliran darah dan denyut nadi. Dan menunggu terciptanya oase- oase kehidupan. Yang mengubah ketiadaan menjadi keberadaan. Mengubah kehampaan menjadi keceriaan. Terlahir dari seorang Muhammad Asqalani eNeSTe. Bertabur benih kelembutan dalam hatinya. Dalam nyatanya permadani yang terbentang luas. Dan sang lazuardi menjadi lentera penghangat mekar bunga kehidupan. Walau terpaut jarak yang menjadi tembok penghalang. Tapi, dalam jiwa ini telah terikat darah kesucian yang memaknai bahwa keindahan persahabatan karena hati ‘kan abadi. Abadi tanpa terikat waktu. Kan terlahir pula indahnya kebersamaan. Dalam kidung- kidung tersuci sebagai mantra kalam Illahi. Curahan rahmat dan kasihNya. ‘kan selalu menjadi pelita dalam gelapnya langit hati. Terskenario dalam lingkaran yang menolak kehancuran. Dan menuju tempat terindah dalam naungan dan sentuhan cintaNya 2011 Rizki Indah Ferina (Rizuki Indah Cutee). Adalah darai Imut kelahiran 19 Februari 18 Tahun Silam.Mahasiswi Psikologi Semester 3 Universitas Negeri Semarang(UNNES). Reika Rama Al-Kautsar adalah Adik semata wayang yang memberikan nafas baru bagi hidupnya di Perantauan Ilmu

ROH INI DALAM JIWA Oleh Luthfi, Bachtiar

Selungkup merah aku didalam. Sendirian. Hanya langit yang diam. Tanpa awan. Celah aku cari curi. Terowongan aku gali. Tanpa basabasi. Hanya pucat pasi. Pelupuk mata merekah. Pupil mata melebar. Peluh tidak terhindar. Seperti jantung berhenti berdebar. Aku buka kancing baju. Aku raba dadaku. “Masihkah roh ini dalam jiwa?.” Brebes, 4 Agustus 2012

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Luthfi, Bachtiar- merupakan nama pemberian dari kedua orang tuanya. Lahir dalam suasana senja yang merona pada tanggal 01 Agustus 1992 di dusun kecil bernama Petunjungan. Meski masih jarang torehan prestasi yang diperolehnya, terutama dalam hal tulis menulis, tetapi setidaknya sudah melakukan usaha maksimal dalam menyelesaikan suatu hal. Selain bergiat di Komunitas Penulis dan Jurnalis Kampus, juga bergabung di Community Pena Terbang dunia maya

Andai Saja Aku...

Oleh Magfiroh Az Zahra

Aku teronggok dalam tumpukan sampah tak beguna Aku membusuk dalam tong-tong menjijikkan ini Aku terperangkap Gelap! Aku coba bertannya pada bau busukku, tentang jalan keluar Tapi hanya sunyi

Frasa


TEENLIT PUISI

HAL

33

Aku coba bertannya pada sampah- sampah lain namun hanya cacian kudengar

dari paras layumu. Menjatuhkannya pada dedaunan, bergerak - gerak seolah takut terjatuh dan luruh. Aku kembali terdsudut dalam keindahan menjijik- Sebagian lagi mendarat di gundukan pasir merah, kan ini meninggalkan titik memekat pekat. Aku seperti pasrah namun sungguh aku tak rela Di rindang pohon rerindumu, Kudengar lirik laguAku mendengar namun seperti tuli mu. Melihat namun seperti buta Sendu yang menyatu dengan semilir angin, mencipta harmoni yang mengiris perih. Ahhh Begitu lirih Kau menguak pedih. andai saja dulu aku tak hidup Sedang Aku hanya tergugu, andai saja dulu aku tak diutus Tuhan untuk menjadi menghujani panggung kehidupan yang Kau mainkmanusia an. andai saja dulu aku tak menjadi aku andai saja dulu Ah,mengapa Kau masih saja menutup mata pada keadaan. Kini Bermuka malaikat, di tengah tengah manusia durbilakah Tuhan akan mendengarkanku? ja. bilakah Tuhan akan menjemputku? Hanya karena Kau tak mampu berbuah, bilakah Tuhan akan menemuiku? lantas semerta - merta mereka menjadikanmu bilakah Tuhan dayang di istanamu sendiri. Tempat bermuara caci dan maki. Aku rindu aroma wangi itu Aku rindu udara segar itu "Lihatlah Mentari, sinarmu menyenja di usiamu Aku rindu yang masih sejengkal jarak. Tuhan, aku rindu... Tidakkah Kau ingin beranjak dari kisahmu?" " Besok Aku Akan ke PT. Aku ingin ke Negri FormoAhhh lagi-lagi itu khayal sa, semua sudah terlambat biarlah Ku buang pedihku di sana Ciey" hingga sampai waktu itu tiba aku akan tetap berbau busuk Dan Mentari telah lenyap dari peraduan, aku akan tetap bersama sampah-sampah ini menggelar layar hitam dengan Kerlip manik mansebab aku telah mati iknya. Menyimpan rapi wajah - wajah kita, Maghfiroh Azzahra, Lahir di INDRA GIRIHILIR, pada mengubur lembaran lalu. 10 oktober 1992. Mahasiswi Semeter 5 Agroteknologi Kelak, kita akan berjumpa lagi di sini, mengurai Pertanian, Universitas Riau. kembali jejak - jejak yang telah kita lalui.

Rinai Mentari

Oleh: Sri Nurhayati

Di bawah lembayung senja, kembali Kau merinai. Angin nakal menerbangkan bulir - bulir mutiara

Frasa

Taiwan, 2 oktober 2012 Sri Nurhayati, kelahiran Sumedang 23 tahun silam. Sekarang sedang menjadi BMI di Taiwan dan belajar menulis bersama kawan kawan di Flp Taiwan.

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

34

P

FIKSIMINI Riza Multazam Luthfy

Mayat Gentong

ipis terpaksa ditahan demi menyegerakan penguburan. Kata tetua kampung, arwah korban pembunuhan itu bakal gentayangan, kalau ditanam sehabis magrib. Pelan-pelan empat orang menggotong jenazah dengan wajah bersungut-sungut. Berjalan membawa beban berat sejauh hampir satu kilometer membuat mereka kelelahan. Nafas kembang kempis. Dari pori-pori tubuh menetes keringat sebesar biji jagung. Sesampai di tikungan, salah seorang

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

dari mereka berceletuk, “sial, kenapa sih hari ini mayatnya gemuk kayak gentong, bikin capai saja.” Belum rampung lelaki bernama Buntung tadi menggerutu, si mayat menyahut, “sini, saya gantikan. Kamu yang naik di atas keranda.” Yogyakarta, 30 Oktober 2012 Riza Multazam Luthfy, menulis cerpen, puisi, cernak, esai, dan resensi di berbagai media Nasional.

Frasa


PUISIMINI

HAL

35

Puisimini Nadia Almira Sagitta

Damai Desauan angin Desiran ilalang Dan aku masih dalam dekapanmu‌

Puisimini Puspita Ann

Bendera Putih

BAYU ARDHI

Gelak itu tak ada lagi Berganti durja menghiasi istana ini

--adikku-Kau telan mentahmentah remah Sahaya di sebalik bebatu Dan kupu itu pun hinggap di perdunya pengharapan : senyummu masih tetap satu (Jogja, 2012)

RJ Bagai Romeo-Juliet Mati sengsara, bahagia di surga Bersama selamanya‌

Puspita Ann, tinggal di Solo dan bekerja di salah satu Rumah Sakit Umum di sana. Nadia Almira Sagitta lahir pada 10 Menulis dan Noenatologi adalah dua hal Desember 1994. Seorang remaja yang ingin yang terlanjur dia cintai, dan sampai saat mendalami sastra Indonesia dan pecinta ini masih terus belajar untuk mendalami segala jenis buku, terkhususnya cerita keduanya. cinta/romansa.

Frasa

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

36

INSPIRING

Hadiah untuk Mo Yan

Peraih Nobel Sastra 2012

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Frasa


INSPIRING

HAL

37

P

ENULIS Mo Yan menjadi warga negara Cina pertama yang memenangkan hadiah Nobel untuk sastra, keputusan yang memicu sukacita tetapi juga beberapa kritik di tanah airnya. Media pemerintah merayakan kemenangan Mo dan website Nobel segera diisi dengan komentar dari pengguna-pengguna asal Cina mengekspresikan kebanggaan atas kemenangan Mo. Nama asli penulis berusia 57-tahun ini adalah Guan Moye tapi dia memilih nama pena, yang diterjemahkan sebagai ‘’tidak berbicara,’’ untuk mengingatkan dia tentang bahaya apabila terlalu banyak bicara. ‘’Karyanya selalu unik salah satunya karya novel berjudul Sorghum Merah atau Red Sorghum, selama 30 tahun terakhir seperti miliknya, secara pasti dan konsisten berada pada puncak kreativitas dan itu tidak mudah. Yan Lianke, seorang novelis yang sangat dihormati mengatakan, bahwa penghargaan ini adalah sebuah pengakuan akan kebesaran sastra Cina dan ini adalah perasaan yang meluas di Cina. ‘’Ini akan menjadi dorongan kepercayaan diri yang besar,’’ katanya. Mo Yan (Guan Moye) lahir pada tahun 1955 dan dibesarkan di Gaomi Provinsi Shandong di timur laut Cina. Orangtuanya adalah petani. Selama dua belas tahun saat Revolusi Kebudayaan ia meninggalkan sekolah untuk bekerja, awalnya di bidang pertanian, kemudian di pabrik. Pada tahun 1976 ia bergabung dengan Tentara Pembebasan Rakyat dan selama waktu itu ia mulai belajar sastra dan menulis. Cerita pendek pertamanya diterbitkan dalam sebuah jurnal sastra tahun 1981. Terobosan-terobosannya muncul beberapa tahun kemudian dengan novel Touming de hong Luobo (1986, diterbitkan dalam bahasa Prancis sebagai Le radis de cristal, 1993). Dalam tulisannya Mo Yan mengacu pada pengalaman masa mudanya dan pada aturan- aturan di provinsi kelahirannya. Hal ini terlihat dalam novelnya Hong Gaoliang jiazu (1987, dalam Red Sorghum English 1993). Buku ini terdiri dari lima cerita yang diungkap menjadi jalinan cerita dalam pada dekade gejolak di abad ke-20, dengan penggambaran budaya kekerasan banditisme, pendudukan Jepang dan kondisi yang keras yang dialami oleh buruh tani miskin. Sorghum Merah berhasil difilmkan pada tahun 1987, disutradarai oleh Zhang Yimou. Novel Tiantang suantai zhi ge (1988, dalam bahasa Inggris The Ballads Garlic 1995) dan gelar Jiuguo satir (1992, dalam bahasa Inggris Republik Wine 2000) telah dinilai subversif karena kritik tajam dari masyarakat Cina kontemporer. ‘’Fengru feitun’’ (1996, dalam Payudara Besar dan Pinggul Lebar 2004) adalah sebuah lukisan dind-

Frasa

Mo Yan (Guan Moye) lahir pada tahun 1955 dan dibesarkan di Gaomi Provinsi Shandong di timur laut Cina. Orangtuanya adalah petani. Selama dua belas tahun saat Revolusi Kebudayaan ia meninggalkan sekolah untuk bekerja, awalnya di bidang pertanian, kemudian di pabrik. Pada tahun 1976 ia bergabung dengan Tentara Pembebasan Rakyat dan selama waktu itu ia mulai belajar sastra dan menulis. Cerita pendek pertamanya diterbitkan dalam sebuah jurnal sastra tahun 1981. Terobosanterobosannya muncul beberapa tahun kemudian dengan novel Touming de hong Luobo (1986, diterbitkan dalam bahasa Prancis sebagai Le radis de cristal, 1993).

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

38

INSPIRING

ing historis yang luas menggambarkan abad ke-20 Cina melalui mikrokosmos dari satu keluarga. Novel Shengsi Pilao (2006, dalam Aku Berada di Luar Kehidupan dan Kematian yang Mengenakkan, 2008) menggunakan humor hitam untuk menggambarkan kehidupan seharihari dan transmogrifications kekerasan, sedangkan Tanxiangxing (2004, yang akan diterbitkan dalam bahasa Inggris sebagai Death Sandalwood 2013) adalah kisah kekejaman manusia di Kekaisaran runtuh. Novel terbaru Mo Yan Wa (2009, dalam bahasa Prancis, Grenouilles 2011) menjelaskan konsekuensi tentang Cina dengan kebijakan satu anak. Melalui campuran fantasi dan

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

kenyataan, perspektif sejarah dan sosial, Mo Yan telah menciptakan mengingatkan dunia dalam kompleksitas dari orang lain seperti pada tulisan-tulisan William Faulkner dan Gabriel Garcma Marquez, pada saat yang sama mencari titik keberangkatan dalam literatur Cina kuno dan di tradisi lisan. Selain novel-novelnya, Mo Yan telah menerbitkan banyak cerita pendek dan esai tentang berbagai topik, meskipun kritik sosial sangat terlihat dan ditujukan kepada tanah airnya, namun ia tetap dianggap sebagai salah satu penulis kontemporer terkemuka. Penghargaan ini membuat Mo gembira. Sebab, ia menjadi warga Cina pertama yang memenangkan Nobel Sastra. Sastrawan Gao Xingjian pernah mendapat Nobel Sastra pada 2000, tetapi ia merupakan warga negara Prancis keturunan Cina. ‘’Mo adalah orang ke-109 yang menerima penghargaan bergengsi ini,’’ kata Majelis Nobel, Kamis 11 Oktober 2012. Nobel tahun lalu dimenangkan penyair Swedia Tomas Transtroemer. Yayasan Nobel menyatakan penghargaan hanya diberikan kepada kandidat yang masih hidup. Kemenangan ini membuat Mo berhak membawa pulang duit sebesar 1,2 juta dolar AS atau setara Rp11,5 miliar. Penghargaan Nobel Sastra diumumkan di Stockholm 11 Oktober 2012 lalu, dengan spekulasi nominator antara lain, Alice Munro dari Kanada, Haruki Murakami dari Jepang dan penulis Amerika Philip Roth yang menjadi nominator teratas. Cerpenis Munro sangat termahsyur di kalangan sastra Swedia, sama halnya dengan novelis Jepang Haruki Murakami. Para ahli mengatakan seorang wanita atau penulis Amerika Utara akan menjadi pilihan yang logis. Amerika Serikat belum diberikan hadiah sejak tahun 1993, ketika Toni Morrison menang. Sementara itu, sejak 1901 hanya ada 12 perempuan dari 108 pemenang yang telah diakui oleh panitia Nobel. Para pakar menilai melalui surat kabar bahwa nama-

Frasa


INSPIRING nama seperti Alice Munro, Philip Roth dan Assia Djebar dari Aljazair juga disebutsebut bakal menggondol hadiah nobel ini, sementara itu Murakami dipandang sebagai kandidat yang memiliki peluang terbesar. Meski demikian, beredar pula nama Ismail Kadare dari Albania, Nuruddin Farah dari Somalia dan Salman Rushdie dari Inggris. Penyair Kanada Anne Carson dan novelis feminis Nawal el Saadawi dari Mesir juga masuk dalam daftar. ‘’Benua Afrika menerima Hadiah Nobel Sastra paling sedikit,’’ kata seorang kritikus, Gunnar Bolin, yang mengatakan ingin melihat penulis Nigeria Chinua Achebe dihargai. Nama-nama lain yang dinominasikannya yaitu dari penulis Kenya Ngugi wa Thiong’o dan penulis Afrika Selatan Karel Schoeman. Nominator lainnya yaitu penyair Suriah Adonis, novelis Amerika Joyce Carol Oates dan Don DeLillo, serta penulis Israel Amos Oz dan Cees Nooteboom dari

Frasa

HAL

39

Belanda. Sayangnya, hingga kini daftar calon tidak pernah terungkap dan musyawarah juri sungguh-sungguh bisa dirahasiakan selama setengah abad. Koran Swedia Dagens Nyheter pun menggambarkan kesulitan memprediksi pemenang. Nobel Sastra adalah penghargaan yang diumumkan setelah kedokteran, fisika dan kimia. Sementara itu, hadiah Nobel Perdamaian akan diumumkan di hari-hari berikutnya dan diikuti Nobel Ekonomi. Masing-masing pemenang akan menerima hadiah mereka pada upacara resmi di Stockholm dan Oslo pada 10 Desember 2012 mendatang sesuai hari ulang tahun kematian Alfred Nobel. Dantje S Moeis, perupa senior yang juga rajin menulis karya sastra berupa puisi, cerpen dan esai. Ia juga salah seorang pengasuh Majalah Sagang dan bermastautin di Pekanbaru.

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]


HAL

40

X-COVER

BACA DAN DOWNLOAD MAJALAH FRASA DI http://www.majalahfrasa.blogspot.com/ KIRIM KARYA ANDA KE redaksifrasa@yahoo.com

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Frasa


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.