Majalah Frasa

Page 1

E d i s i 3 Ta h u n p e r ta m a | m a j a l a h d i g i ta l | s a b t u , 2 8 j u l i 2 0 1 2

Frasa

Cerpen Mawaidi D. Mas: Nasikucing Minten | Puisi Anwar Noaka, Aldy Istanzia Wiguna dan Irfan M. Nugroho | Cerpen Teenlit Najmatuzzahra: Naminara | Puisi Teenlit: Nasta’in Achmad Attabani dan Mawar Rovita Sari | Fiksimini Lailatul Kiptiyah: Lelaki Subuh | Puisimini: Subaidi Pratama

Teenlit Sebagai Cermin Budaya Remaja Perkotaan Masa Kini

Art Cover: Internet


HAL

2

SALAM

Frasa

M a j a l a h

Penanggungjawab Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi Wakil Pemipin Redaksi Tim Redaksi Design Tata Letak Sekretaris Redaksi

D i g i t a l

: 4 Bratvas : Makmur HM : M Asqalani eNeSTe : Delvi Adri : Jhody M Adrowi Makmur HM M Asqalani eNeSTe Delvi Adri Yohana May Moon Nst Nia Nurul Syahara Putu Gede Pradipta : Makmur HM : Jhody M Adrowi

Redaksi menerima tulisan yang bersifat orisinil dan belum pernah diterbitkan di media manapun. Tulisan berupa karya sastra yang terbit akan dibukukan setiap edisi akhir tahun. email: redaksifrasa@yahoo.com Tarif Iklan full colour per edisi 1/4 halaman: Rp150,000 1/2 Halaman: Rp300,000 1 Halaman: Rp500,000 Iklan Sosial: Mulai Rp30,000 - Rp100,000 Alamat Redaksi / kontak Email: redaksifrasa@yahoo.com Phone: 0852 6536 9405 Blog: http://majalahfrasa.blogspot.com/

Redaksi Majalah Frasa saat berpose di taman pertigaan Jalan Arifin Ahmad/depan Purna MTQ, Pekanbaru. Assalamualaikum dan salam hangat Frasa untuk kita semua... Keterlambatan penerbitan sepertinya memang sudah ‘harus’ bagi Majalah Frasa, karena 100 persen redaksinya punya kegiatan utama masingmasing dan beberapa memang berada di provinsi yang berbeda sehingga wajar jika sering terjadi keterlambatan. Tapi, atas kelemahan kami tersebut, terlalu naif pula jika kami tidak meminta maaf kepada para pembaca yang -mungkin- sangat menantikan hadirnya majalah ini. Pada edisi kali ini, kami telah mengangkat tema utama “Teenlit Sebagai Cermin Budaya Remaja Perkotaan Masa Kini”. Teen Literature atau yang akrab kita sebut Teenlit, semakin pesat perkembangannya di Indonesia. Karya fiksi ini mendapat sambutan yang luar biasa dari penggemarnya. Buktinya, karya-karya fiksi berlabel “teenlit” ini sampai dicetak berkali-kali. Karya

fiksi ini mendapat sambutan yang luar biasa dari penggemarnya. Fakta tersebut menggambarkan potensi yang dimiliki para penulis lokal kita tidaklah kalah dengan para penulis luar. Setidaknya, mereka berhasil meraih pasar dalam negeri. Pada sebuah “teenlit”, remajalah yang menjadi sentralnya. Kehidupan mereka berada di seputar sekolahan, pergaulan dengan teman-teman sebaya mereka, hobi dan minat anak remaja. Dunia remaja juga dimeriahkan dengan percintaan, umumnya dengan teman-teman sebaya mereka; mulai dari menaksir seseorang dan jatuh cinta, patah hati, sampai pada kenakalan remaja. Semua itu tercermin dalam sejumlah “teenlit”. Dengan demikian, secara tidak langsung, sebuah “teenlit” bisa dianggap sebagai cermin budaya para remaja.

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

Redaksi

Frasa


DAFTAR ISI

HAL

3

Halaman 6

Utama: Teenlit Sebagai Cermin Budaya Remaja Perkotaan Masa Kini

Halaman 10

Sastra Dunia: Tomas Transtroemer Pemenang Nobel Sastra 2011

Halaman 12

Sastra Indonesia: Getar Sajak-Sajak Anwar

Halaman 14

Sastra Religi: Islam Poetika Al-Qur’an, dan Sastra

Halaman 18

Komunitas: Sejarah Tinta FLP Riau yang tak Pernah Kering

Halaman 20

Cerpen Mawaidi D. Mas: Nasikucing Minten

Halaman 24

Puisi Anwar Noaka, Aldy Istanzia Wiguna dan Irfan M. Nugroho

Halaman 28

Lentera Budaya: Tari Saman dan Tari Rateb Meuseukat yang Mendunia

Halaman 30

Cerpen Teenlit Najmatuzzahra: Naminara

Halaman 32

Puisi Teenlit: Nasta’in Achmad Attabani dan Mawar Rovita Sari

Halaman 34

Fiksimini Lailatul Kiptiyah: Lelaki Subuh

Halaman 35

Puisimini: Subaidi Pratama

Halaman 36

Inspiring: Buya Hamka (1908-1981); Ulama, Politisi dan Sastrawan Besar

Frasa

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

4

NEXT ISSUE

KELEMAHAN KARYA-KARYA MASA KINI www.sastra-indonesia.com Dengan terbukanya kebebasan mencipta, kita menyaksikan membanjirnya tulisantulisan dalam berbagai media massa, juga yang terbit dalam bentuk buku. Lembaga penerbitan buku juga tumbuh menjamur di mana-mana. Gejala seperti itu mungkin membesarkan hati kita. Tetapi apakah dengan demikian kesusasteraan kita mengalami kemanjuan atau perkembangan yang berarti?

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

Frasa


CORNER

HAL

5

Usup Supriyadi Saat ini genre teenlit begitu menggigit. Pertama kita haruslah bersyukur, berarti remaja di Indonesia pada dasarnya gemar membaca. Dan saya dapati juga beberapa novel teenlit dari segi ejaan, tanda baca dan kaidah bahasa Indonesia baik dan benar (i.e. editornya bekerja dengan sepatutnya), walaupun tentu saja ada bahasa prokemnya. Itu wajar saja. Dan, ternyata masih mending novel teenlit dibanding dengan apa yang ditayangkan oleh televisi berupa sinetron-sinetron remaja. Sebab saya pernah baca beberapa novel teenlit tidak sekadar menyorot sepintas lalu kehidupan atau budaya remaja perkotaan, tetapi juga ada nilai ajarannya, dimana ada solusi yang ditawarkan pengarang. Dan logika ceritanya itu logis-logis saja saya kira. Beda sekali dengan sinetron remaja di televisi itu. Dan itu baik, agar tidak jadinya remaja yang di pedesaan merasa dimarjinalkan. Saat membaca karya tersebut. Apalagi saya pernah dapati, di beberapa novel teenlit si pengarang juga memasukkan budaya gemar membaca karya sastra, misalnya tokohnya digambarkan begitu gemar membaca ramayana dan mahabarata, lalu dijabarkan dengan sangat gaul. Itu kan artinya pengarang teenlit tak hanya modal dengkul. Semoga semakin banyak karya, dan remaja yang terus giat membaca! Beri komentar terbaikmu pada setiap issu yang akan kami angkat pada edisi berikutnya di

http://www.facebook.com/majalahfrasa komentar terpilih akan dimuat di rubrik CORNER

Frasa

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

6

UTAMA

Teenlit Sebagai Cermin Budaya Remaja Perkotaan Masa Kini Oleh: R.S. Kurnia

K

alau ditanya apa genre novel yang tengah populer pada masa kini, mungkin jawabnya adalah “teenlit”, alias “teen literature”. Karya fiksi ini mendapat sambutan yang luar biasa dari penggemarnya. Buktinya, karya-karya fiksi berlabel “teenlit” ini sampai dicetak berkali-kali. Sebut saja “Dealova” karya Dyan Nuranindya yang langsung ludes 10 ribu eksemplar hanya dalam tempo sebulan. Malahan, “Dealova” juga telah diangkat ke layar lebar. Genre yang mulai merebak sekitar tahun 2000an ini memang boleh dikatakan fenomenal. Pangsa pasarnya berkisar di lingkungan remaja putri, dapat dikatakan bersaing dengan genre yang “sedikit” lebih dewasa, “chicklit”, atau “chick literature”. Perkembangannya pun boleh dikata hampir beriringan. Bila “chicklit” lebih mengarah pada sosok wanita muda protagonis yang mandiri, lajang, bergaya hidup kosmopolit, dengan pelbagai problematika percintaan (Anggoro 2003), “teenlit” cenderung mengarah pada kaum remaja putri, kehidupan sekolahan, pesta “sweet seventeen”, dan juga percintaan (Sulistyorini 2005).

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

Frasa


UTAMA BERAKAR DARI BARAT SUKSES DI LOKAL Meski demikian, akar dari kedua genre ini sesungguhnya sama: sama-sama buatan Barat. “Buku Harian Bridget Jones” (terjemahan “Bridget Jones` Diary”; juga telah dilayarlebarkan) merupakan buku pertama dari genre tulisan populer ini yang muncul di Indonesia pada 2003. Namun, ketika “teenlit” dan “chicklit” terjemahan sepertinya mulai mendominasi, para penulis lokal pun turut menggeliat. Karya-karya mereka yang sampai dicetak hingga jutaan kopi menunjukkan bahwa “teenlit” dan “chicklit” lokal pun bisa menggeser dominasi “teenlit” dan “chicklit” Barat. Sebut saja “Cintapuccino” yang dalam sebulan sudah harus dicetak tiga kali dan terjual 11.000 eksemplar sejak diluncurkan; “Dealova” sejumlah 10.000 eksemplar, juga sebulan setelah dirilis; “Fairish” yang sampai 2005 sudah terjual 29.000 eksemplar. Fakta tersebut menggambarkan potensi yang dimiliki para penulis lokal kita tidaklah kalah dengan para penulis luar. Setidaknya, mereka berhasil meraih pasar dalam negeri.

HAL

7

Pertama, keberhasilan para penulis muda ini bisa mendorong siapa saja untuk mulai mengikuti jejak mereka. Tidak heran bila kemudian ada lebih banyak lagi penulis untuk genre baru ini. Kedua, fakta bahwa beberapa novel berangkat dari sebuah buku harian bisa menegaskan kembali bahwa menulis tidak serumit yang dibayangkan kebanyakan orang. Semua bisa diawali dari diri sendiri.

CERMINAN BUDAYA PARA REMAJA Pada sebuah “teenlit”, remajalah yang menjadi sentralnya. Kehidupan mereka berada di seputar sekolahan, pergaulan dengan teman-teman sebaya mereka, hobi dan minat anak remaja. Dunia remaja juga dimeriahkan dengan percintaan, umumnya dengan teman-teman sebaya mereka; mulai dari menaksir seseorang dan jatuh cinta, patah hati, sampai pada kenakalan remaja. Semua itu tercermin dalam sejumlah “teenlit”. Dengan demikian, secara tidak langsung, sebuah “teenlit” bisa dianggap sebagai cermin budaya para remaja. BERMULA DARI BUKU Lihat saja, misalnya HARIAN “Looking for Alibrandi” Gaya bahasa gaul, yang sebenarnya Sebagai salah satu menggambarkan merupakan bahasa Indonesia dialek Jakarta yang genre tulisan, “teenlit” kehidupan anak remdan “chicklit” mungkin turut hadir dalam novel genre ini. “Loe-gue” aja. Novel yang ditulis yang dihadirkan tidak sekadar membuat dengan gaya penulisan bisa dibilang tidak terlalu rumit. Alur cerita “teenlit” begitu terasa dekat dengan para buku harian ini isinya yang mudah ditelusuri; tidak jauh dari kehiduremaja, tapi justru dunia remaja yang gaya bahasa yang sanpan sekolah, jatuh cinta demikian itulah yang tercermin lewat gat mengena; fenomena (baca: naksir), dan pesta “teenlit”. Belum lagi cara penyajiannya yang yang diangkat terkesan ulang tahun. Sementara sangat dekat; semua itu menyerupai penulisan buku harian, lebih itu, gambaran kehidumemungkinkan peneri- membangkitkan keterlibatan para pemba- pan remaja yang natumaan bagi genre yang ral, dengan kekonyolan, canya (Santoso 2005) boleh disebut relatif kejahilan, dan keanehan baru dalam khazanah lainnya bisa juga dilihat sastra Indonesia. Hal ini pulalah yang menjadi daya pada “Fairish”. tarik bagi kalangan remaja sebagai kalangan yang Lalu aspek yang rasanya juga jelas terlihat paling menggemari “teenlit” dan “chicklit”. ialah aspek bahasa. Gaya bahasa gaul, yang Isi cerita yang demikian bisa dimaklumi karena sebenarnya merupakan bahasa Indonesia dialek kebanyakan penulis genre ini ialah anak-anak rem- Jakarta turut hadir dalam novel genre ini. “Loeaja. “Dealova”, misalnya, ditulis ketika penulisnya gue” yang dihadirkan tidak sekadar membuat masih duduk di bangku SMP. Sementara “Me Versus “teenlit” begitu terasa dekat dengan para remaHigh Heels” ditulis oleh siswi SMU. Sebagian karya ja, tapi justru dunia remaja yang demikian itulah ini malah diangkat dari buku harian dengan modi- yang tercermin lewat “teenlit”. Belum lagi cara fikasi di sana-sini demi menghasilkan rangkaian penyajiannya yang menyerupai penulisan buku cerita yang menarik. harian, lebih membangkitkan keterlibatan para Tidak dapat dimungkiri, fenomena ini mem- pembacanya (Santoso 2005). beri dampak positif, setidaknya dalam dua hal. Sebagai cermin budaya remaja, “teenlit” juga

Frasa

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

8

UTAMA

turut menghadirkan efek positif. Kita mengakui kalau masa-masa remaja tidak sekadar masamasa ceria belaka, tetapi juga masa-masa kritis pencarian jati diri. Santoso melihat bahwa sejumlah “teenlit” dan “chicklit” turut memberikan alternatif pencarian identitas diri, mulai yang normatif, sampai yang memberontak. Para pembaca bisa menggunakannya sebagai salah satu pertimbangan pilihan identitas diri.

apkan. Maka yang ditampilkan ialah warna-warni kehidupan yang meniru gaya Barat. Sehingga rok pendek dan baju ketat turut menjadi tren masa kini. Demikianlah kira-kira gugatan yang disampaikan lewat sebuah Debat Sastra yang diselenggarakan di Universitas Nasional, 7 September 2005 tentang “teenlit”. Gugatan ini bisa dianggap cukup berlebihan. Karena kalau kita mencermati, gaya hidup remaja sejak sebelum genre ini merebak, tidaklah berbeda GUGATAN TERHADAP “TEENLIT” jauh. Aspek bahasa mungkin tidak seheboh saat ini, Meski fenomenal, pro-kontra terhadap genre namun sudah tercermin sejak lama. Demikian pula ini tetap saja mencuat. Sebagian kalangan dalam hal pergaulan. Apalagi pengaruh budaya beranggapan bahwa karya satu ini adalah karya Barat sudah meresap di negeri ini sejak lama. Denyang terlalu ringan. Sama sekali tidak mengang- gan kata lain, transisi budaya itu tidak terjadi ketika kat fenomena krusial dalam masyarakat. “Teenlit” “teenlit” atau “chicklit” hadir. (demikian pula dengan “chicklit”) juga dianggap hanya menawarkan sisi manis kehidupan, sesuatu “TEENLIT” MASA DEPAN yang tidak bisa dianggap sebagai kondisi global Meski dinilai miring oleh sejumlah kalangan, kehadmasyarakat Indonesia. iran “teenlit” itu sendiri memang bukannya tanpa nilai Gugatan demikian pada satu sisi memang ada positif. Selain membakar semangat para penulis muda benarnya. Kalau kita bandingkan, misalnya dengan untuk berani berekspresi, “teenlit” terbukti mampu novel “Bunga” karya Korrie Layun Rampan, “teenlit” meramaikan dunia perbukuan di Indonesia. Terlebih jelas tidak seimbang. Korlagi, dengan membanrie tidak sekadar menyaji- “teenlit” juga dianggap sebagai genre yang jirnya jenis bacaan yang kan dengan bahasa yang merusakkan bahasa. Meskipun ragam lisan sangat mudah dicerna “taat kaidah”, tapi juga menjadikan “teenlit” sangat dekat dengan ini, minat baca remaja indah. Isu yang diangmeningkat. “Teenlit” pembacanya yang notabene merupakan turut kat juga cenderung lebih juga cukup berhasil menkaya dan berbobot. Hal remaja, ragam itu cenderung tidak disajikan gangkat kehidupan remdengan daya didik yang tinggi. Malah ini menyebabkan “teenlit” aja (meski masih terbatas tidak akan bertahan lama. keberadaan bahasa Indonesia terkesan tidak pada remaja perkotaan) Selain itu, “teenlit” permukaan, sekaligus terencana dan tidak terpola dengan baik. ke juga dianggap sebagai menawarkan alternatif jati Termasuk pula keberagaman bahasa dan diri, sebagaimana dikegenre yang merusakkan warna-warni percakapan yang dipandang mukakan Santoso di atas. bahasa. Meskipun ragam lisan menjadikan “teenSelain itu, tidak dapat tidak dapat dipola dan hampir tidak lit” sangat dekat dengan terkendali. Selain itu, dari segi politik bahasa dimungkiri pula bahwa pembacanya yang notacukup berhasil nasional, novel “teenlit” dianggap tidak “teenlit” bene merupakan remaja, mengangkat kehidupan memedulikan bahasa Indonesia ragam itu cenderung remaja ke permukaan. tidak disajikan dengan Memang fenomena yang daya didik yang tinggi. Malah keberadaan bahasa diangkat masih berupa kehidupan remaja perkotaan. Indonesia terkesan tidak terencana dan tidak terpoHanya saja, sebuah tulisan yang cenderung berla dengan baik. Termasuk pula keberagaman bahasa sifat menghibur umumnya tidak akan bertahan dan warna-warni percakapan yang dipandang tidak lama. Apalagi bila tidak memiliki nilai yang dalam. dapat dipola dan hampir tidak terkendali. Selain Tidak heran apabila genre “teenlit” suatu waktu itu, dari segi politik bahasa nasional, novel “teenlit” akan tergerus oleh waktu dan tergantikan dengan dianggap tidak memedulikan bahasa Indonesia. genre tulisan yang lain. Oleh karena itu, “teenlit” Dari segi isi, “teenlit” juga dituduh sebagai genre masih harus bertransformasi untuk mempertahankyang menganggap bahwa nilai-nilai pergaulan sep- an keberadaannya. Mungkin sudah saatnya untuk erti di Barat (berciuman dengan lawan jenis, mem- menghadirkan aspek-aspek lain, misalnya substansi bicarakan seks, pesta-pesta) wajar-wajar saja diter- pergeseran budaya masyarakat agraris ke urban.***

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

Frasa


UTAMA

HAL

9

Frasa

M a j a l a h

D i g i t a l

Mengucapkan Marhaban ya Ramadhan

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1433 H / 2012 M

Mari kita sucikan hati dengan ibadah ttd Redaksi

Frasa

Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]


HAL

10

SASTRA DUNIA

Tomas Transtroemer Pemenang Nobel Sastra 2011

S Tomas Transtroemer

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

TOCKHOLM - Yayasan Nobel Kerajaan Swedia memberikan hadiah nobel pada penyair lokal Swedia bernama Tomas Transtroemer. Karya-karya psikolog yang pernah mengalami stroke pada 1990 dan berdampak pada kemampuannya untuk berbicara itu dinilai panitia memberikan gambaran segar atas realitas hidup. Puisi-puisinya yang diterbitkan Publishers Weekly dan mengungkapkan misteri hidup yang “mistis dan sedih” telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 50 bahasa. Transtroemer terkenal karena karya surealisnya yaitu tentang rahasia jiwa manusia. Sejak menderita serangan jantung pada tahun 1990, pria berusia 80 tahun itu hidup menyendiri di kota kelahirannya Stockholm. Terakhir pada tahun 2004, Transtroemer mempublikasikan kumpulan sajaknya “Teka Teki Besar”. Ia menjadi penulis ke -108 yang mendapat hadiah sastra nobel dan berhak atas hadiah uang sebesar 10 juta kronor atau sekitar Rp 12,8 miliar. Syair-syairnya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh dua teman dekatnya penyair Amerika Robert Bly dan penyair Skotlandia Robin Fulton. Fulton mengatakan Transtroemer akan terus dikenang karena gambarannya yang sangat tajam dengan metafor dan sejumlah kejutan pada puisipusinya menyangkut kehidupan. Fulton mengakui, Transtroemer memang

Frasa


SASTRA DUNIA

HAL

11

sudah sering difavoritkan akan meraih hadiah Nobel. Ia termasuk warga Eropa ke delapan yang menang hadiah Nobel Kesusasteraan dalam 10 tahun terakhir ini dan menjadi warga Swedia pertama yang menang sejak Eyyind Johnson dan Harry Martinson mendapatkan nobel yang sama pada 1974. Transtroemer lahir di Stockholm April 1932. Ia mengambil kuliah psikologi, sejarah sastra dan agama pada tahun 1950-an. Koleksi pertama puisinya adalah “Puisi Tujuh Belas” yang diterbitkan saat ia berusia 23 tahun.(Deb / Deb)

usnya bangga memberikan kehormatan kepada penyair yang sangat berarti bagi dunia. Sementara pihak yang menentang mempersoalkan keputusan Komite Nobel yang lagi-lagi memilih pemenang dari Eropa. Dalam 10 tahun terakhir,Tomas menjadi penulis Eropa kedelapan peraih Nobel. Pihak Akademi Nobel menilai karya-karya Transtromer sangat kaya perlambang serta gambaran alam negerinya, yang diolahnya intens lewat tema kematian, kesepian dan penebusan. Kemenangan Nobel untuk penyair ini tentulah sebuah hadiah berarti bagi negerinya, yang selama ini hanya dikenal luas karena penulis kriminal Henning Mankel Mengenal Nobelis Sastra 2011: dan kelompok musik pop ABBA. Tomas Transtromer Dalam perkembangannya, puisi-puisinya berSetelah kumpulan puisi pertamanya 17 Dik- cerita tentang perjalanannya ke Balkan, Spater (17 Puisi) diterbitkan pada 1954 saat masih nyol, dan Afrika, juga keresahannya atas konflik di bangku kuliah, kini di usia 80 tahun ia disebut Baltik yang ia gambarkan sebagai pertentangan sebagai penyair paling antara lautandaratan. Pihak Akademi Nobel menilai karya-karya Meskipun memakai terkenal dan berpengaruh di Swedia yang karya- Transtromer sangat kaya perlambang serta bahasa sederhana karyanya telah diterje- gambaran alam negerinya, yang diolahnya (yang belakangan mahkan ke dalam lebih intens lewat tema kematian, kesepian dan ditentang oleh Neil dari 50 bahasa. Penyair Astley, editor Bloodaxe penebusan. Kemenangan Nobel untuk ini kemudian di kawasan yang barupenyair ini tentulah sebuah hadiah berarti Books Skandinavia terkenal baru ini menerbitkan bagi negerinya, yang selama ini hanya dengan sebutan Master kumpulan puisi Tranof Mysticism karena ser- dikenal luas karena penulis kriminal Henning strömer’s New ColMankel dan kelompok musik pop ABBA lected Poems seperti ing mempersembahkan kesadaran seperti mimdikutip The Guardian), pi. Dialah Tomas Transtromer, peraih nobel sastra puisi-puisi Tomas Transtromer seperti bernyanyi 2011. dan berlapis- lapis. Pilihan kata yang digunakan Perdana Menteri Swedia Fredrik Reinfeldt Tomas dalam puisi-puisinya seringmemiliki banmenyambut gembira terpilihnya Tranströmer den- yak tafsir. gan mengatakan minat baca diharapkan meningTranstromer, yang juga menggemari musik (ia kat di negerinya. “Saya gembira dan bangga. Saya bermain piano dengan tangan kirinya) sudah pertahu bahwa telah lama banyak orang berharap nah masuk nominasi hajatan akbar itu pada 1993. Ia untuk ini,” katanya. lahir pada 15 April 1931, dari pasangan ibu seorang Buku-buku kumpulan puisinya antara lain The guru dan ayah seorang jurnalis. Penyair Amerika Great Enigma: New Collected Poems (New Direc- Serikat, Robert Hass, mengomentari karya-karya tions, 2006), The Half-Finished Heaven (2001); Tomas Transtromer sebagai “Memberi rasa yang pas New Collected Poems (1997), For the Living and tentang bagaimana rasanya menjadi orang kebanthe Dead (1995), Baltics (1975), dan Windows and yakan yang menjalani hidup di saat segala sesuatu Stones (1972). berjalan sebagaimana mestinya.” Tapi, meski diunggulkan, kemenangan Tomas Swedia sebetulnya pernah pula menyabet Nobel Transtromer yang diumumkan tetap menuai kon- Sastra pada 1974 lewat Eyvind Johnson dan Harry troversi, dari yang bersorak kegirangan hingga yang Martinson. Hanya saja kemenangan itu kemudian gusar. Pendukung Tomas menyebut kemenangan- menyulut kontroversi, pasalnya mereka ternyata nya sebagai sebuah keharusan. Paul Muldon sep- bagian dari Akademi Nobel yang membawahi hajaerti dikutip New Yorker berpendapat Swedia sehar- tan tersebut. ***

Frasa

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

12

SASTRA INDONESIA

Getar Sajak-Sajak Anwar Oleh: Alex R Nainggolan

GETAR sajak-sajak Chairil Anwar, penyair besar, masih terasa sampai sekarang, 63 tahun setelah kepergiannya. Penyair yang meninggal pada 28 April 1949 itu mewariskan bait kata-kata yang `mengabadi’, acap menggaung--jauh dalam rentang jarak umur yang dimilikinya, 27 tahun. Kata-kata dalam sajaknya seperti terus bersemayam di dalam benak. Ia, sebagai pelopor angkatan 45, yang ditahbiskan HB Jassin, seperti tak pernah lekang dalam ingatan. Untuk hal yang satu ini, Milan Kundera agaknya bisa jadi salah, sebab Anwar terus diingat dan tak mudah dilupakan. Nyatanya, manusia (baca: khalayak sastra Indonesia) telah mampu untuk melawan lupa. Anwar, dengan sajak-sajaknya, masih tetap lekat dalam ingatan. Sajak-sajaknya memang mandiri, sejumlah kata-kata asli yang juga memberdayakan kemurnian sebuah puisi. Mulanya lewat sajak Aku Anwar memang bergerak dalam ranah pribadi, hanya dalam getir perasaan. Pun dalam sajak Nisan ia lebih bertumpu pada hubungan manusia dengan manusia, entah dalam persoalan asmara ataupun lainnya. Sejumlah sajak cintanya tidak picisan. Sajak itu tegar, tapi tetap digelayuti banyak getar sehingga saat membacanya ada semacam debar yang tak bisa dirumuskan. Padanan diksi yang apik membuat sajak-sajaknya tak lagi memiliki celah. Ia membelah (memangkas habis) semua kepanjangan kalimat, membuat kata-kata begitu rapat, sekaligus akrab.

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

Anwar pun seperti menguliti selapis demi selapis sakit yang dimilikinya. Ia menyentuh kedalaman kata itu sendiri. Simak Sajak Putih. Bagi saya, itu sajak yang begitu tabah, yang mampu `menyihir’ di beranda pembukanya: bersandar pada tari warna pelangi/kau depanku bertudung sutra senja/di hitam matamu kembang mawar dan melati/harum rambutmu mengalun bergelut senda//. Terasa ada `gaung’ yang tumbuh dalam sajaknya. Kata-kata yang memadat, seperti bergema, memantul-mantul, dan membangunkan kesadaran diri dari dalam. Untuk itu, saya setuju dengan Acep ZamZam Noor, penyair asal Tasikmalaya, jika ukuran puisi yang baik ialah bulu kuduk. Jika dapat membuat bulu kuduk bergetar, puisi itu memang baik. Puisi tersebut bisa membuat segala indra tubuh tetap bergolak. Itu sebagaimana yang dicatat Sutardji Calzoum Bachri. Dalam menyair, Anwar selalu bersungguhsungguh (Isyarat¸ Indonesiatera, hal 387). Kerja kepenyairannya begitu serius. Untuk mencari satu kata dalam sajaknya, ia membutuhkan waktu yang

Frasa


SASTRA INDONESIA lama, dengan demikian terasa totalitasnya. Begitu besar energi yang ditempuhnya untuk merampungkan sebuah sajak. Dengan demikian, sajak-sa jaknya dipenuhi energi, tidak lapuk oleh usia, dan acap membahana. Menurut Sutardji dalam Wawancara Imajiner dengan Chairil Anwar, bagi seorang penyair menulis sajak itu pekerjaan paling serius, paling sulit, dan paling berkeringat. Apabila ada yang bilang menulis sajak itu gampang, ya, memang gampang kalau menulis sajak itu tujuannya untuk lucu-lucu, untuk beraneh-aneh, sekadar perintang waktu. Oleh sebab itu, kedudukan penyair yang bersikap menggampangkan puisi juga tersepelekan dalam kancah perpuisian.

Sikap Penyair

Chairil Anwar ialah seorang penyair yang mempunyai sikap. Ia seorang pribadi yang teguh, yang cenderung mengikuti kata hatinya. Kebenaran yang dirasakan, baginya, memang terkadang tidak be itu mengasyikkan bagi kehidupannya sendiri. Hal itu dapat dilihat dalam sejumlah sejarah hidupnya yang bohemian, cenderung urakan-yang juga membuatnya, sebagaimana yang ditulis Sapardi Djoko Damono, sebagai lambang seniman di Indonesia. Sikapnya dengan keseriusan terhadap puisi pula yang membuatnya bisa melampaui apa-apa yang digagas sebelumnya. Itu melewati seluruh pemikiran zamannya. Ia menulis sajak bagaikan sebuah ladang perburuan kata. Ia penyair yang menuliskan sajaknya dengan keringat dan air mata. Ia pun fokus pada setiap penciptaannya. Demikianlah, membaca Anwar ialah membaca sajak-sajak yang tertib kata-kata. Sebagaimana yang pernah ditulis Hasif Amini, `Puisi, tenaga rahasia kata yang bangkit dari susunan gambar-bunyi dan latar sunyi, yang merangkum makna atau melampauinya, adalah tilas dan proses yang memang punya sukacita dan kepedihan tersendiri. Ia tak bisa diharapkan datang dari hiruk-pikuk atau kalang kabut yang umum. Atau dari amarah yang menggembung jadi monster, yang cuma mengenal gerah dan gatalnya sendiri. Puisi: setrum yang memercik dari pergesekan huruf hidup dan mati, puting beliung yang menggila dari bukit dan lembah sepi, kelopak-kelopak majas yang mekar dari dada dan kepala yang merindu yang mencari’. Terbukti, apa yang dikerjakannya begitu dahsyat. Menurut hemat saya, ia telah melompat jauh

Frasa

HAL

13

jika dibandingkan dengan para pendahulunya. Itu sebuah gebrakan yang membuatnya tersohor. Hal tersebut tak lepas pula dari sejumlah sajaknya, mengingatkan saya akan kalimat K Usman dalam buku yang diberikan kepada saya, `Seorang pelopor apabila berhasil ia akan tersohor. Tapi seorang pengekor tak akan pernah jadi nomor satu’. Memang tak cuma ihwal cinta/asmara yang dipetiknya dalam puisi. Sajak-sajaknya berkisah banyak. Dari pelbagai sudut kehidupan. Anwar juga mencari Tuhan, persoalan bangsa, ataupun masalah sosial masyarakat yang terekam di masa ia hidup. Ia bisa saja berkisah tentang religiositas: doa, surga, masjid, Isa, dsb. Atau, aksi heroik dalam sajak sadurannya Karawang-Bekasi atau Diponegoro dan Persetujuan dengan Bung Karno. Anwar, bersama kesungguhan yang dimiliknya, telah meninggalkan jejak semangat dalam sajaksajaknya. Semangat yang mengakar tak pernah pudar dalam menuliskan sajak-sajaknya. Pencariannya `penuh seluruh’, meminjam ungkapannya dalam sajak Doa. Ia bilang ke Jassin dalam surat bertiti mangsa 10 April 1944: `Yang kuserahkan padamu-yang kunamakan sajak-sajak!-itu hanya percobaan kiasan-kiasan baru. Bukan hasil sebenarnya! Masih beberapa tingkat percobaan musti dilalui dulu, baru terhasilkan sajak-sajak sebenarnya’ (Chairil Anwar Aku Ini Binatang Jalang, GPU, hal 98). Lewat dirinya, peta puisi Indonesia berubah. Melalui dirinya, pembendaharaan kata yang dimiliki bangsa ini melompat dengan jauh. Barangkali sajak-sajaknya akan tetap abadi. Gema seribu tahun lagi yang dituliskannya akan terbukti. Masa 28 April adalah tanggal kematiannya. Kematian yang muda. Meski, Soe Hok Gie--yang juga mati muda-dalam catatannya menulis, `Berbahagialah orang-orang yang mati muda’. Di tengah gaung globalisasi saat kata-kata menyeruak di antara iklan media massa, slogan atau janji, SMS/BBM, pun pada hamparan katakata di sejumlah jejaring sosial, apakah sajaksajak Anwar masih layak diingat, dicatat, dan mendapat tempat? Namun, ketika membaca sajak-sajaknya, kembali terasa diksi-diksi rapatnya terus bersinar penuh pijar. Sajak-sajaknya telah berhasil mengatasi kesementaraan waktu sehingga bergema lantang: Ingin hidup seribu tahun lagi! Ah, Anwar, kata-kata dalam sajakmu masih terus bergetar, penyair!***

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

14

SASTRA RELIGI

Islam Poetika Al-Qur’an, dan Sastra Oleh: Abdul Hadi WM

W

alaupun telah dinyatakan dengan jelas dalam surah al-Syu’ara namun nisbah Islam dengan sastra tetap saja sering diperdebatkan. Begitu pula walaupun karya bercorak Islam dijumpai dalam jumlah besar di negeri-negeri Islam, dan sebagian besar temanya berkaitan dengan cabang-cabang ilmu Islam seperti ilmu fiqih, sejarah, tasawuf dan falsafah, tetapi kaitan karya-karya itu dengan Islam sering diragukan. Malahan tidak sedikit di antara karya-karya itu merupakan hasil dari tafsir penulisnya menggunakan metode ta’wil (hermeneutika kerohanian dan kesejarahan) terhadap ayat-ayat alQur’an, yang hasilnya kemudian ditransformasikan ke dalam ungkapan estetik sastra. Pandangan dan anggapan yang meragukan nisbah Islam dengan sastra, dan kesangsian bahwa terdapat sastra Islam dengan tema, corak pengucapan dan wawasan estetik serta pandangan dunia tersendiri pada umumnya timbul untuk menafikan sumbangan Islam terhadap kebudayaan dan peradaban umat manusia. Sebagian lagi anggapan itu berkembang didasarkan semata-mata terhadap kurangnya perhatian orang Islam dewasa ini terhadap sastra dan tiadanya apresiasi di kalangan ulama, pemimpin dan cendekiawan Muslim. Namun demikian tidak dapat dinafikan sumbangan besar sastrawan Muslim sepanjang sejarahnya terhadap penyebaran agama Islam dalam wilayah yang luas dan di negeri-negeri yang latar belakang

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

kebudayaan masyarakatnya berbeda-beda Karya mereka tidak hanya berperan sebagai media dakwah dalam artian sempit, tetapi juga menjadi sarana pengajaran dan fundasi bagi kebudayaan kaum Muslimin. Melalui karya sastralah kesadaran sejarah penghayatan religius ditanamkan secara mendalam di lubuk kalbu umat Islam, dan melalui karya sastra pula nilai-nilai, pandangan hidup dan gambaran dunia (weltanchaung) Islam disebarkan ke khalayak luas pemeluk Islam. Karena pentingnya peranan dan fungsi sastra maka tidak mengherankan apabila dalam masa yang panjang karya sastra diapresiasi dan dihargai kalangan Muslim yang berpendidikan. Apalagi di antara penulisnya terdapat ulama, ahli tasawuf, wali dan cendekiawan yang begitu dihormati dalam masyarakat. Karena kedudukan sastra dan peranannya penting dalam perkembangan kebudayaan maka sastra dijadikan mata pelajaran utama di lernbaga-lembaga pendidikan Islam. Tidak heran pula daripadanya lahir segolongan ulama dan cendekiawan yang kreatif dan prolifik di bidang penulisan serta mempunyai wawasan yang luas. Hanya dalam satu setengah abad terakhir ini sastra diabaikan di Dunia Islam bersamaan dengan penyempitan arti ulama sebagai ilmuwan untuk bidang fiqih dan ushuluddin saja. Sejak itu tidak banyak lagi ulama dan ahli tasauf rajin merawat dan mengasah kalam untuk penulisan karya kreatif. Di samping itu sastra dan kajian sastra men-

Frasa


SASTRA RELIGI

HAL

15

duduki tempat penting oleh karena ia merupakan hal ini syair dan seni lain seperti musik dan seni suara, disiplin bantu utama dalam mengembangkan ilmu cukuplah saya memberi contoh penyebaran Kasidah Tafsir atau Tafsir al-Qur’an. Dan orang Islam yang Burdah dan Kasidah Barzanjii. Kedua untaian syair benar-benar terdidik secara Islam tahu bahwa Tafsir ini mengisahkan kehidupan dan perjuangan Nabi merupakan asas dan induk ilmu-ilmu Islam yang Muhammad SAW selaku rasul Allah yang diturunklain. Tanpa semaraknya kajian filologi, poetika Arab, an sebagai rahmat bagi sekalian alam. Dua kasidah semantik, tatabahasa dan hermeneutik (ta’wil) ini sangat populer sampai sampai sekarang di lingpada awal tarikh Islam maka kungan masyarakat Muslim di perkembangan ilmu Tafsir dan dunia dan dinyanyikan Khazanah sastra Islam sangat seluruh sejarah Islam mungkin akan pada setiap perayaan Maulid melimpah. Ia meliputi karya sangat terhambat. Nabi Muhammad SAW. Cukup popular seperi Alf Layla wa Layla di sini kita kemukakan penDi luar kebudayaannya (Seribu Satu Malam), Hikayat sendiri sastra Islam tidak sedikit jelasan Zainuddin al-Ma’bari, sunmbangannya terhadap kes- Bayan Budiman dan Khalifah wa seorang ulama tasawuf dan Dimnah sampai karya alegoris ahli sejarah terkenal pada abad usastraan Dunia. Sejak zaman seperti Hayy Ibn Yaqzan karya ke-15 M. Dalam bukunya Tuhfat Renaisan sampai awal abad Ibn Tufayl, Mantiq al-Tayr karya al-Mujahidin dia mengatakan ke-20 sastra Islam tidak henFariduddin ‘Attar, Gulistan ti-hentinya mempengaruhi bahwa keberhasilan dakwah perkembangan sastra Eropa. Di Islam di India dan Asia Tenggakarya Sa’di, Matsnawi (Rumi), lain hal al-Qur’an, dengan gaya ra, khususnya Malabar, banyak Syair Burung Pingai (Hamzah bahasanya yang indah, berhasil Fansuri), Javid-namah (Iqbal), dibantu oleh pembacaan kisah menyadarkan orang Islam akan Nabi dengan cara memikat, Ahl al-Kahf (Tawfik el-Hakim) pentingnya sastra dan ilmu melalui pembacaan syair dan lain-lain. Keanekaragaman yaitu bahasa serta seni dan poetika. yang dinyanyikan seperti Kasicorak dan jenisnya, serta tema Al-Qur’an penuh dengan hikBurdah dan Kasidah Bardan permasalahannya dari yang dah mah dan kisah-kisah menarik zanji. khusus sampai universal, hanya yang setiap kali dapat dijadikan sastra Islam sanmungkin lahir dari rahim ajaran gatKhazanah sumber ilham dan rujukan kremelimpah. Ia meliputi agama yang universal pula alivitas sastra. Dapat dikatakan karya popular seperi Alf Layla bahwa sastra tidak mungkin wa Layla (Seribu Satu Malam), berkembang dalam Islam tanpa disulut oleh seman- Hikayat Bayan Budiman dan Khalifah wa Dimnah gat poetik dan estetik al-Qur’an. sampai karya alegoris seperti Hayy Ibn Yaqzan karya Peranan penting sastrawan dalam penyebaran Ibn Tufayl, Mantiq al-Tayr karya Fariduddin ‘Attar, agama Islam sangat banyak buktinya dalam seja- Gulistan karya Sa’di, Matsnawi (Rumi), Syair Burung rah. Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini Pingai (Hamzah Fansuri), Javid-namah (Iqbal), Ahl alperanan penting sastrawan Muslim dalam menulis Kahf (Tawfik el-Hakim) dan lain-lain. Keanekaragaman dan menyebarkan kisah Nabi Muhammad S.A.W. corak dan jenisnya, serta tema dan permasalahannya dan nabi-nabi Islam yang lain. Kisah-kisah itu dap- dari yang khusus sampai universal, hanya mungkin at menarik perhatian masyarakat sebab disajikan lahir dari rahim ajaran agama yang universal pula. dalam bentuk karya sastra dan membantu menumIslam mengajarkan tanggungjawab individu dan buhkan kesadaran religius dan kesadaran sejarah kedudukan manusia sebagai khalilaf Tuhan di muka umat Islam. Begitu pula halnya dengan penyebaran bumi, yang sekaligus juga hamba-Nya, ini menumkisah para Sahabat, Wali dan pahlawan-pahlawan buhkan kesadaran bahwa setiap karya sastra mesti Islam terkemuka dalam sejarah, peranan sastrawan dipertanggungjawabkan oleh masing-masing pensangat menonjol. Para sastrawan pulalah yang garang selaku pribadi, dan pertanggungiawaban itu berada di garda depan dalam mentransformasikan termasuk isinya. Penulis memperoleh kebebasan yang simbol-simbol al-Qur’an dan sejarah Islam menjadi luas dalam memilih tema dan bahan penulisan, serta simbol budaya masyarakat Muslim. Melalui simbol- bebas pula memilih aliran dan gaya pengucapan. simbol budaya itu umat Islam yang berbeda-beda Yang penting ia harus mempertanggungjawabkan etnik, bangsa dan latar belakang kebudayaan dapat bentuk ekspresinya itu secara estetik, dan kandundipersatukan secara batin yaitu dengan kesadaran gannya mesti dipertanggungjawabkan_secara moral budaya dan adab yang sama. dan kultural. Dengan demikian sastra memperoleh Mengenai efektifnya penggunaan sastra, dalam otonomi, dalam arti bahwa walaupun sastra seba-

Frasa

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

16

SASTRA RELIGI

gai bidang kegiatan terkait dengan agama, namun nyiaran dalam masyarakat Arab dan masyarakat bentuk dan gaya ucapnya harus berbeda dari karya pagan lain, sering bertalian dengan ilmu sihir. Cukbukan sastra. up banyak penyair yang berperan sebagai pawing dan ahli sihir dan menulis mantera-mantera. Dalam Surah al-Syu’ara Sebagaimana ayat-ayat al-Qur’an yang lain, ayat- kitab Dala’il al-Ijaz karangan Abdul Qahir al-Jurjani, ayat tentang kedudukan dan peranan penyair dalam seorang ahli bahasa dan teoritikus sastra Arab abad surah al-Syu’ara, diturunkan dengan konteks filosofis ke-12 M, dibicarakan panjang lebar kaitan penyair dan moral atau sosiologis tertentu yang luas dan dan profesi tukang sihir. Untuk memperkuat hujahsenantiasa relevan. Konteks tersebut sering tidak nya al-Jurjani mengutip sabda Nabi yang maksuddiperhatikan dan sering orang hanya membaca apa nya, “Sebagian puisi itu merupakan hikmah, dan yang tersurat dalam ayat tersebut tanpa rnencari sebagian lagi ialah sihir.” Peranan menonjol penyair yang lain ialah sebaiktibarnya secara lebih mendalam. Tidak sedikit pula gai jurubicara kabilah. Syair-syair yang mereka tulis yang berhenti pada ayat yang berisi laknatan terhadap penyair yang berjalan dari lembah ke lembah diikuti sebagian besar berkenaan dengan kehidupan di oleh orang-orang sesat, dan kemudian berpendapat sekitar kabilah seperti peperangannya dengan kabibahwa Islam tidak memberi banyak ruang bagi keg- lah lain, cinta penyair pada gadis-gadis cantik yang iatan penulisan sastra. Tetapi apabila kita mau mem- dikenalnya di lingkungan kabilahnya dan lam-lain. perhatikan ayat-ayat yang mendahului laknatan itu Permusuhan kabilah yang satu dengan kabilah yang dan selanjutnya membaca ayat-ayat berikutnya yang lain sudah pasti juga mengilhami penyair menulis merupakan penutup, kita akan dapat memahami leb- sajak. Sajak yang ditulisnya sudah tentu pula memih arif dan jernih tentang peranan penting sastrawan bela kabilah dari mana penyair termasuk ke dalamnya dan tidak jarang sajak semacam itu sarat dengan ejeatau penyair dalam Islam. Ayat-ayat yang mendahului laknatan terhadap kan dan penghinaan terhadap kabilah lain. Jenis sajak penyair sesat menceritakan nasib yang menimpa lain yang digemari ialah sajak cinta berahi yang tidak kaum terdahulu, yaitu kaum Nabi lbrahim, Nabi jarang mengarah ke pornografi, serta sajak khamriyah Musa, Nabi Saleh, Nabi Luth, Nabi Syuaib dan yaitu pemujaan berlebihan kepada arak atau anggur. lain-lain, yang menolak risalah agama Tauhid. Set- Sering keindahan gelas anggur dan rasa nikmat angelah memaparkan nasib yang menimpa kaum yang gur diumpamakan atau disamakan dengan kecantianiaya dan kufur itu, surah al-Syu’ara ditutup den- kan seorang gadis dan kenikmatan yang diperoleh dari mencintainya. gan delapan ayat sebagai berikut: Penyair-penyair seperti itulah yang dalam alSesungguhnya Dia Maha Mendengar dan MengeQur’an dinyatakan “berjalan dari lembah ke lemtahui bah”. Al-Qur’an menolak peranan penyair seperti itu. Apakah Aku memberi tahu kepadamu Namun penyair yang beriman dan beramal saleh, Kepada siapa setan-setan itu turun? banyak berzikir dan mempunyai simpati kemanuSetan turun kepada setiap pendusta (ahli sihir) siaan yang luas, dikecualikan dari penolakan alYang dosanya sangat banyak. Qur’an. Pengaruh surah al-Syu’ara tidak kecil bagi Mereka menghadapkan pendengaran mereka (Kepada setan) dan kebanyakan mereka itu pen- perkembangan sastra Arab dan Persia, walaupun kecenderungan mengulang peranan penyair seperdusta. Dan (ingatlah!) penyair-penyair itu diikuti orang ti pada zaman Jahiliyah selalu muncul dalam banyak babakan sejarah kesusastraan Arab dan Persia. sesat Tidak kaulihat mereka berjalan dari lembah ke Terutama pada masa timbulnya krisis politik, yang diikuti dengan timbulnya degradasi moral. Tidak lembah jarang hal itu terulang justru ketika masyarakat (Tanpa tujuan jelas dan pendirian pasti) Muslim sedang menikmati kemakmuran yang berMereka mengatakan apa yang tidak diperbuat. Kecuali orang-orang beriman, beramal saleh dan limpah, yang segera diikuti dengan menjangkitnya hedonisme dan materialisme. banyak berzikir. Kembali ke ayat-ayat dalam surah al-Syu’ara. MerMereka mendapat pertolongan setelah dizalimi ujuk kepada ayat-ayat tersebut para penulis Muslim Dan orang-orang yang zalim itu Tidak tahu akan ke mana mereka kembali (berpal- memandang kreativitas sastra sebagai bagian daripada ibadah. Ahli Hadis terkemuka al-Suyuti mising). alnya mengutip sebuah Hadis berbunyi, “SesungKonteks sosiologis dan moral ayat di atas cukup guhnya Allah menjadikan puisi yang sejati sebagai jelas. Ketika ayat tersebut diturunkan profesi kepe- sarana ibadah dan orang-orang zalim menjadikan-

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

Frasa


SASTRA RELIGI

HAL

17

nya sebagai sarana untuk mendatangkan bencana sastra al-Qur’an. Wahyu pertama yang diturunkan kepabagi orang lain” da Nabi (surah al-’Alaq) dimulai dengan seruan “Baca!” Hendaklah dicatat bahwa sebelum agama Islam (Iqra’) yaitu menyimak wacana dengan pemahaman muncul di tanah Arab, kesusastraan khususnya puisi, yang mendalam sehingga daripadanya lahir pengetatelah berkembang pesat di lingkungan masyarakat huan dan wawasan budaya yang luas, juga mendorong padang pasir. Walaupun sebagai bangsa pengemba- perkembangan budaya baca tulis. Lagi pula al-Qur’an ra mereka jarang menuliskan karya para penyairnya, memandang tinggi hasil perbuatan kalam (pena). Malanamun tidak berarti mereka tidak mengenal budaya han al-Qur’an memandang alam semesta sebagai kitab tulis. Malahan karya para penyair terkemuka yang agung, sebuah karya sastra yang maha indah, yang ditudianggap penting ditulis pada lembar kain yang lis oleh Sang Maha Pencipta di atas lembaran yang terbagus dengan tinta emas, kemudian menggantung- pelihara (al-lawh al-mahfudz). kannya di dinding Ka’bah. Puisi-puisi yang digantung Pada periode selanjutnya, khususnya sejak abad di dinding Ka’bah itu disebut mu’allaqat dan bentuk ke-10 dan 11 M bersamaan dengan maraknya studi sajaknya ialah qasidah (puji-pujian). Di antara penulis terhadap falsafah Yunani dan kebangkitan sastra Persia, mu’allaqat terkenal ialah Imrul Qais. perkembangan sastra bertambah subur lagi. PendorTradisi lama ini membekali ongnya ialah kegairahan mengbangsa Arab untuk mencintai kaji sastra di kalangan ilmuwan Di antara filosof dan ahli teori dan melahirkan karya-karya dan filosof dan munculnya bersastra terkemuka yaag telah yang bermutu tinggi, dan bagai teori sastra yang inspiratif mengandung kesadaran baru, memberi sumbangan besar dalam bagi penciptaan. Di antara filosof teori dan kajian sastra ialah pada zaman datangnya Islam. dan ahli teori sastra terkemuka al-Farabi, lbn Sina, Qudamah, Pada zaman Islam bukan lagi yaag telah memberi sumbanAbdul Qahir al-Jurjani, al-Baq- gan besar dalam teori dan kajian kemontokan tubuh gadis canillani dan lain-lain. Dalam teori sastra ialah al-Farabi, lbn Sina, tik yang dipuji, dan juga bukan cuma rasa kesukuan yang mereka dikemukakan pentingnya Qudamah, Abdul Qahir al-Jurjani, sempit. Puji-pujian kini ditujual-Baqillani dan lain-lain. Dalam imaginasi (takhyil) dalam kan kepada pribadi Rasulullah. penciptaan karya seni. Mereka teori mereka dikemukakan pentIni melahirkan genre yang dis- juga menemukan bahwa kekuatan ingnya imaginasi (takhyil) dalam ebut al-mada’ih al-nabawiyah penciptaan karya seni. Mereka bahasa al-Qur’an disebabkan (pujian) dalam bahasa Persia. menemukan bahwa kekuabanyak ayat-ayatnya menggu- juga Sedangkan mengenai kepahltan bahasa al-Qur’an disebabkan nakan bahasa figuratif (majaz), banyak ayat-ayatnya menggunaawanan yang menerima pujian ialah kepahlawanan citraan visual (tamsil), pengucapan kan bahasa figuratif (majaz), citsimbolik (mitsal) dan metafora raan visual (tamsil), pengucapan membela risalah agama yang (isti’ara) benar, membela kaum yang simbolik (mitsal) dan metafora dianiaya dan ditindas, men(isti’ara). egakkan simpati kemanusiaan dalam arti luas. Sejak abad ke-13 M pembahasan teoritis tentang Pada zaman Islam, sesuai dengan perkembangan sastra dilanjutkan oleh para penulis Sufi. Para Sufi sepmasyarakat madani yang dibangun Nabi di Madinah erti Imam al-Ghazali, lbn ‘Arabi dan Rumi menambahsetelah hijrah, penulisan karya sastra mulai berkem- kan teori tentang alam imaginal (‘alam al-mitsal) sebabang. Di antara pelopornya ialah Ali bin Abi Thalib, gai landasan konseptual penciptaan realitas imaginer yang khotbah-khotbah dan wejangan-wejangannya dalam karya sastra. Alam imaginal ini, dalam kehidudituturkan dalam bahasa sastra yang indah, dan dihim- pan spiritual manusia, berperan sebagai penghubung pun dalam kitab bermutu sastra Nahj al-Balaghah Ali alam nyata (‘alam al-syahadah) dan alam kerohanian/ bin Abi Thalib juga dapat dikatakan sebagai pelopor transendental (‘alam al-malakut). penulisan sajak bernafaskan Islam. Salah satu hal paling signifikan yang menandakan Bahwa sastra diberi kedudukan penting dalam pembaharuan dalam sastra ialah dikaitkannya sastra Islam tersirat dalam Hadis Nabi yang diriwayatkan dengan adab, terutama pada zaman pemerintahan oleh Bukhari, “Sebaik-baik penyair ialah Labid yang Bani Abbasiyah di Baghdad (750-1258 M). Bahkan di masa berkeyakinan bahwa segala sesuatu lenyap selain kemudian sastra diidentikkan dengan adab, seorang Allah SWT. Bersama-sama Kaab, Labid ialah pelopor penulis karya sastra disebut al-adib. Dalam kesusastraan penulisan sajak-sajak pujian kepada Nabi. Melayu Islam karya-karya yang disebut sastra adab ialah Kecintaan masyarakat Muslim pada sastra juga semua karangan berkenaan dengan etika, sosial, politik, berkaitan dengan kegairahan mengkaji bahasa dan nilai hukum, pemerintahan dan ketatanegaraan.***

Frasa

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

18

KOMUNITAS

SEJARAH TINTA FLP RIAU YANG TAK PERNAH KERING “Beginilah Kami Berbakti Kepada Melayu� Penulis: Jumardi*

T

ahun 1999 merupakan tahun bersejarah bagi FLP Riau. Pada tahun itulah awal mulanya angin segar di bumi lancang kuning ini berhembus. Akan dibentuk sebuah forum kepenulisan dari perpanjangan tangan Forum Lingkar Pena yang didirikan oleh Helvi Tiana Rosa pada tahun 1997. Ketika itu Majalah Annida yang merupakan majalah yang didirikan Helvi membuka pengumuman pendaftaran untuk menjadi anggota FLP di setiap provinsi di Indonesia. Hasil dari pendaftaran tersebut majalah Annida mengumumkan bahwa untuk provinsi Riau terdapat lebih kurang 42 orang yang mendaftar sebagai anggota termasuk Rinawati dan Rima yang kemudian ditunjuk sebagai koordinator untuk FLP Riau. Dari 42 orang tersebut yang berdomisili di Pekanbaru ada 13 orang. Sisanya menyebar di Kota Dumai, Rengat, Batam, dan Tanjung Pinang. Pada tahap awal disusunlah struktur organisasi

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

FLP di Pekanbaru. Sedangkan dengan FLP di kota lain diadakan hubungan melalui surat menyurat. FLP di kota/kabupaten ini selanjutnya disebut dengan FLP Cabang. Peresmian FLP Riau bersamaan dengan peresmian FLP Sumbar di Padang pada bulan Agustus 2000. FLP Riau diwakili oleh Rinawati, Yosse dan Elin Syawalina. Saat itulah FLP Riau mulai mengadakan diskusi-diskusi rutin setiap minggunya. Mulai juga mengikuti beberapa lomba kepenulisan seperti cerpen, puisi, dan penulisan novel. Cerpen Lelaki di Nagoya karya Rinawati (ketua FLP Riau pertama) masuk final dalam lomba Cipta Cerpen Islami FLP Award dalam rangka Milad FLP ke-5 tahun 2000 dan dibukukan dalam Cerita Remaja dengan judul Cinta, Ya Cinta. Pada tahun 2005 barulah FLP Riau mengadakan Musyawarah Wilayah Pertama tepatnya pada tanggal 19 Juni 2005. Hasil Muswil pertama itu menunjuk saudara Joni Lis Effendi sebagai ketua umum dan Rosnadeli Kartini S. sebagai sekretaris. Selama kepengurusan Joni Lis beberapa agenda dilaksanakan, seperti Bedah Novel Meretas Ungu karya

Frasa


KOMUNITAS Pipiet Senja, Pelatihan Kepenulisan, Seminar Penulisan dan pernikahan bersama M. Fauzil Adhim dan Pipiet Senja, Bekerja sama dengan Riau Pos dalam rubrik Bengkel Fiksi, Kerjasama dengan Riau Tribun untuk rubrik bengkel Cerpen, Kerjsama dengan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Riau untuk menumbuhkan minat baca dan tulis masyarakat dengan melakukan berbagai even kepenulisan. Selain itu kepengurusan ini juga pernah mengikuti Temu Sastra Sumatera I di Padang, menerbitkan buletin Orassi, dan tak kalah hebatnya pernah memenangi lomba penulisan fiksi dan nonfiksi baik tingkat lokal maupun nasional. Masa pengurusan Joni ini juga berhasil mengepakkan sayap cabang di Pekanbaru, Dumai, dan Kuantan. Kepengurusan ini berlangsung hingga tahun 2007. Pada tahun 2008 hingga 2010 kepemimpinan FLP Riau diserahkan ke Saudara Wamdi. Pada masa Wamdi ini juga tidak jauh beda gerakan kepenulisan yang diadakan oleh FLP. Beberapa lomba tingkat nasional dimenangkan oleh anggota FLP Riau, seperti juara Penulisan Cerpen Rohto, dan lainnya. Hampir semua media lokal maupun nasional set-

HAL

19

iap minggunya diisi oleh karya-karya anggota FLP Riau, seperti Riau Pos, Majalah Sagang, Majalah Girlie Zone, Tabloid Ar-Royan, Bahana Mahasiswa, Expresi Riau Pos, Koran Riau Mandiri, Majalah Sabili, Annida, Ummi, Story, Aklamasi, dan lain-lain baik cetak maupun Online. Pada Tahun 2011 kemaren pada jabatan Wamdi yang kedua kalinya salah seorang anggota FLP berhasil mendapat anugerah sagang bidang penelitian sastra dengan hadiah 20 juta rupiah. Prestasi FLP Riau dibidang kepenulisan tidak hanya sampai disitu, dari tahun ke tahun hingga sekarang (2012) FLP terus menerus menerbitkan buku baik solo maupun antologi. Hingga sekarang tercatat hampir ratusan buku sudah diterbitkan oleh penulis-penulis FLP. Begitulah, FLP Riau terus ikut andil mengembangkan minat baca dan tulis anak melayu dengan merekrut anggota setiap tahunnya. Harapannya anak melayu tidak surut tintanya menuliskan sejarah kejayaan melayu. Mari wujudkan penulis berbudaya. Mencerahkan juga mensejahterakan. *Kaderisasi FLP Pekanbaru

RALAT EDISI 2 TAHUN PERTAMA (RABU, 20 JUNI 2012) Kepada yang terhormat, pimpinan redaksi dan semua staf majalah frasa. Menanggapi media bapak/ ibu edisi #2 di tahun pertama, perihal tulisan saya yang bapak/ ibu tampilkan pada halaman “KOMUNITAS” halaman 18. Pada halaman tersebut, tertulis “Rabu Langit berasal dari dua suku kata “rabu” dan “langit”. Rabu berarti hari sedangkan langit berarti pelindung/atap, jadi rabu langit dari segi bahasa berarti “hari yang berlindung dibawah langit”. Komunitas yang berdiri sejak tanggal 20 desember 2012 ini sebenarnya disyahkan pada awal januari 2012 tepatnya tanggal 1 januari 2012.” [tulisan saya]. Tiga kali saya bolak balik majalah bapak/ ibu untuk membaca isinya sebelum memutuskan untuk membaca tulisan dalam komunitas itu. Ini bukanlah kesalahan yang ditimbulkan oleh pihak redaksi, akan tetapi kesalahan ini dilakukan oleh penulis sendiri. Pada paragraf kedua dari surat pembaca ini disebutkan “Komunitas yang berdiri sejak tanggal 20 desember 2012 ini sebenarnya disyahkan pada awal januari

Frasa

2012 tepatnya tanggal 1 januari 2012.” Yang seharusnya berbunyi “Komunitas yang berdiri sejak tanggal 20 desember 2011 ini sebenarnya disyahkan pada awal januari 2012 tepatnya tanggal 1 januari 2012.”. Maka, atas dasar itu. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan pada diri dan jari saya, karena waktu membuat tulisan itu saya benar-benar khilaf. Ini tentu menjadi pembelajaran bagi saya, bahwa mengetik sepuluh jari saya masih agak nakal atau mungkin saya terlalu PE-DE menyebut tulisan itu sudah tidak perlu di refisi, semoga ini juga menjadi bahan pertimbangan bagi teman-teman atau para penulis lainnya yang “mungkin” sama dengan saya mengandalkan jari sepuluhnya di kybord tanpa melakukan pemeriksaan dengan teliti. Paling tidak untuk mengurangi tingkat kesalahan, karena saya fikir. Sebuah kesalahan adalah hal yang wajar, akan tetapi tidak menjadi wajar bila di biarkan. [salam maaf ] yogi s. memeth. MoGe

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

20

CERPEN: Mawaidi D. Mas

Nasikucing Minten

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

Frasa


CERPEN Kokok ayam terdengar bersahut-sahutan di pekarangan rumah warga, ada yang berkokok di dalam kandang yang ditaruh di depan rumah. Pada saat itu aku bangun dari tidur malamku dan segera meluncur ke masjid menggelar subuh.

Frasa

HAL

21

Sehabis kugelar subuh, siap-siap aku berangkat ke rumah warga yang sudah jadi langgananku; mengangkut sampah. Dengan tubuh kurus begini, aku siap menerima konsekuensi terhadap keadaan yang akan menimpaku; sakit atau mati sekalipun. Tak ada kata rugi dalam menjalankan ibadah. Terlebih menolong orang lain. Tidak hanya mereka yang pernah mencium hajar aswad yang mendapat jaminan surga dari Allah. Sederhananya, orang seperti aku juga mendapat jaminan surga jika mampu melakukan kebaikan kepada orang lain. *** Aku adalah lelaki yang setiap hari berjalan melewati sepanjang jalan raya Gedungkuning di waktu matahari belum bersarang di atas kepala. Untuk kenal dengan orang seperti aku cukup menandai dengan gerobak yang kudorong ke sana kemari. Nyaris tidak sepertinya orang sepertiku. Di dalam gerobakku isinya adalah tumpukan sampah dan serajut keikhlasan di dalam dadaku. Ini pengalamanku mengenal hiruk pikuk kota, lalu lalang motor dan mobil, dan hilir mudik orangorang yang berjalan menuju tujuan masing-masing. Setiap pagi, pada separuh keberangkatanku di perjalanan, seorang perempuan yang tidak terlalu tua kerap kali membuntuti langkahku. Suatu hari perempuan itu kepergok dan kujejali dia dengan berbagai pertanyaan. Rupanya aku sudah salah sangka, perempuan itu ternyata adalah pemulung. Alkisah pemulung tak jauh dari profesiku saat ini sebagai pengangkut sampah. Kasihan perempuan itu. Selalu saja muncul di benakku tentang siapa suaminya, anaknya dan keluarganya. Bila aku melihat perempuan yang tak selayaknya berada di tempatnya, mata ini akan memercikkan air mata. Dada ini akan sesak dengan penyesalan. Sungguh ya, Allah, maafkanlah hamba. *** Aku berteriak-teriak. Melewati sepanjang jalan raya dan membelah keramaian. Ketika memasuki daerah perumahan, perempuan itu tidak ikut, tidak lagi membuntuti aku. Aku tidak tahu ke mana dia, yang jelas menurutku dia ingin berpencar ke rumah-rumah daerah Gedungkuning. Entah sehabis dia jelajahi daerah Gedungkuning, mungkin saja sampai ke daerah Timoho atau Maguwoharjo. “Sampah-sampah. Sampah!� Para ibu rumah tangga bergegas keluar pagar. Mengulum senyum yang kutahu itu adalah hadiah untukku. Biasanya mereka menyapaku dengan bermacam pujian. Selanjutnya aku kembali mendorong gerobak setelah para ibu rumah tangga itu menambah isi gerobakku dengan sisa makanan, plastik

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

22

CERPEN

dan lain sebagainya. “Minggu depan bulanan ya, Bu?” “Iya, Kang. Kalau tidak ada orang panggil saya di belakang nggak apa-apa.” Orang-orang sangat menyambut ramah ketika kuingatkan setoran bulanan. Tanpa kuminta berkali-kali, para ibu rumah tangga itu akan mudah memberikan uang sebesar lima belas ribu kepadaku. Ternyata, menjadi tukang sampah bagiku sangat istimewa. Aku berjalan mendorong gerobak sampahku menuju Gang Irawan, Arimbi dan Harjuna. Leherku mulai berkeringat. Aku masuk ke jalan yang berkelok-kelok. Roda gerobak sesekali menubruk polisi tidur. Riak air comberan dari belakang rumah-rumah mengalir ke selokan. Tak henti-henti aliran air itu setiap waktu. “Sampah, ibu-ibu! Sampah!” “Kang Rohim. Tunggu, sini Yu punya pepes pisang buat Kang Rohim,” panggil Yu Lisa dari belakang. Alhamdulillah, seruku dalam hati. Kuusap dadaku sambil membaca tasbih. Aku mendongak ke langit. Aku makin semangat dan keranjingan menjadi tukang sampah. Ternyata, tidak semua yang orang jijik dengan pekerjaanku. Bila lewat jalan Gedongkuning Gang Irawan lalu menuju ke arah Gang Harjuna pasti bertemu dengan Yu Lisa. Rumahnya pas di samping kiri jalan dengan warna rumah merah nomor 306. Di depannya ada sebuah warung menghadap ke jalan. Yu Lisa pendiriannya baik. Kerap kali bila aku lewat

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

Frasa


CERPEN di sini Yu Lisa akan memanggilku dengan suara agak lantang. Dia orang yang selalu membuat pagi hariku semakin semangat ‘45 untuk mengangkut sampah. Di beranda, Yu Lisa dan aku berbincang-bincang. Aku disuruh lama-lama di kediamannya itu. Katanya Yu Lisa kasihan melihat aku yang setiap pagi keliling rumah warga mengangkut sampah. Hingga pada akhirnya kebaikan itu berujung Yu Lisa menyuguhku pepes pisang. “Tiap hari kok beda-beda, Yu makanannya? Kemarin arem-arem, lusanya pisang goreng, harihari sebelumnya rebus singkong?” “Yah, memang begitu. Kan Yu beli juga sama ibu-ibu di sebelah halte itu,” jawab Yu Lisa. Tangannya menuju ke arah posisiku yang bersebelahan. Aku mengangguk dan mengiyakan pernyataan Yu Lisa. Kunikmati hidangan pagi dari Yu Lisa. Pepes pisang yang enak, dan panas-panas jangan. Tidak bisa dibayangkan betapa lezat dan gurihnya pepes pisang yang di beli Yu Lisa. Aku juga pernah makan pepes pisang, sewaktu pulang kampung. Tapi pepes pisang di kampung tak seenak pepes pisang khas Jogja. Kental. Terasa lama berbincang, aku pamit. Yu Lisa mengizinkan aku untuk bekerja kembali. “Eh, Kang. Kamu tidak cari teman ngangkut sampah? Sendirian ora repot po?” “Nggak juga, Yu. Susah, jaman sekarang cari orang untuk bekerja ngangkut sampah tak ada yang mau. Hmm, tapi ada sih, perempuan pencari bekas kertas yang selalu membuntutiku. Tapi, sekarang dia entah ke mana, dia sekarang berpencar.” Yu Lisa kemudian mengangguk-ngangguk. Tak lupa perempuan sebayaku itu mengingatkanku untuk kembali singgah ke rumahnya besoknya. *** Hari-hari berlalu begitu cepat. Gerobak sampah yang kudorong semakin hari semakin banyak. Lumatan kertas-kertas dan tumpukan kardus-kardus terbiarkan begitu saja. Hari-hariku sepi berjalan sepanjang jalan menghadapi malas dan rasa capek tiap kali melewati perumahan warga. Aku kehilangan teman perempuanku. Tidak ada lagi yang mau meringankan isi gerobakku itu. Ya, bila dia ikut mencari kertas bekas dan semacamnya, otomatis dia juga mengurangi isi gerobakku. Kertas dan koran tambah plastik jajanan semakin menumpuk. Belum lagi sisa makanan orang-orang yang banyak uangnya. Aku gelisah. Teman perempuanku itu kabarnya sudah alih profesi. Sekarang dia menjadi penjual

Frasa

HAL

23

nasi didekat kantor PLN dekat lampu merah selatan. Tiba-tiba muncul rasa iri mendengar kabar itu. Begitu mudah rejeki teman perempuanku itu, baru jadi pemulung sudah jadi penjual nasi. Bagaimana kalau jadi penjual nasi? Apa dia akan jadi pengusaha nasi kemudian membuka restoran? Mujur nian nasib perempuan karibku itu. “Sampah, sampah!” “Kang Rohim,” panggil suara itu. Itu suara khas milik Yu Lisa. Tanpa banyak basa-basi, seperti hari kemarin aku memarkir gerobakku di bibir jalan. Lalu aku masuk ke berandanya. “Yu, ini makanan apa lagi? Nasikucing ya, Yu?” “Iya. Nasikucingnya Bu Minten.” Yu Lisa tergelak kecil. “Tuh, sarapan dulu, Kang.” Suruh Yu Lisa. “Siapa yang jual, Yu?” tanyaku lagi. “Itu, Bu Minten yang warungnya di depan kantor PLN itu.” “Di lampu merah sana?” telunjukku mengarah ke selatan. “Iya, Kang. Tenan!” Yu Lisa bersungguh. “Serius, Yu?” aku masih tidak percaya. “Iya. Serius itu sudah.” Yu Lisa menatapku. “Sejak kapan Minten membuka angkringan, Yu?” “Baru-baru ini sepertinya. Kenapa, Kang? Dari tadi seperti orang bingung.” “Minten sebaya dengan Yu itu dan agak lebih tua sedikit?” masih kubanding-bandingkan perempuan yang dimaksud Suminten tadi. “Jadi, Kang Rohim pernah beli juga to?” Mataku terbelalak. Aku teringat dengan perempuan yang sering ikut aku mencari sampah. Persis seperti apa yang diungkapkan Yu Lisa. Dari sifatnya, karakter dan ciri-cirinya. Aku hanya menduga dan berpikir koran yang dibuat bungkus nasikucingnya ini adalah koran bekas sewaktu cari sama aku. Itu bisa terjadi, terjadi pada orang-orang yang tidak punya modal. Pemerintah sudah tidak bijak lagi untuk menamakan modal kepada rakyat miskin. Walau bagaimana pun, pantas saja jika angkringan bukan tempat makan orang kaya. “Aku nggak jadi makannya, Yu.” Yogyakarta, 2010-2012 Mawaidi D. Mas, studi di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS, UNY. Tulisannya tersebar di pelbagai media lokal dan nasional. Sekarang giat di Komunitas Rabu Sore, Night Sunday Community (NSC) dan Pegiat Sastra Garawiksa Institute.

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

24

PUISI Puisi-puisi Anwar Noaka

Upacara 1

kehidupannya. Ciparay, 2012

Rindu Pada Waktu Perpisahan Dulu tiang-tiang seremonia dipancang. perayaan marak digelar berkibar. dibayangi geliat pesta rahasia malam-malam pekat. bersulang dan tertawa melintasi 1/ pergantian. membauri kedatangan juga kepergian Rindu ini adalah matahari yang menanak mimpi dalam gaib kehidupan. Uraikan rindu dalam pusaka lirih yang di altar, bias sinar terus pudar membuyar. dibenam memuja dan memuji semesta di ujung khalayak. Terdiam dalam pesan bisu sang maut yang berlalu dalam kisahberagam kelakar kelam berlarut dendam kisah pamrihku. Menuturkan lembar kehidupan diantara manuskrip hanya merangkai ribuan makna Upacara 2 doa-doa tumbang. dihantam kesiur angin yang sumbang berkali-kali tata laku prosesi mandul. tanah merah menggundul dengung gaung mantera-mantera, hisib pelindung gairah cabul munajat sekarat. rute-rute peta terpampang buta terbaca digerus gumpalan-gumpalan asap dupa yang dipaksa. dengus desis bergulung-gulung, terselubung tetaskan rasa berkabung!

2/ Aku telah menulis pagi dalam rangkaian perpisahan yang tandang di beranda rumahku. Menghiasi pekuburan paragrafku kala usang hanya menjadi catatan liarku. Dan aku kembali merindu pada waktu perpisahan dulu ketika namamu terurai dalam bijak suasana itu. Ciparay, 2012

Mengeja Hujan Dalam Genggaman

Penulis lahir di Madura tanggal 11 Juni. Pernah aktif Hanya masalah waktu yang mendung di beberapa kegiatan sastra, antara lain Sanggar Aku terpekur dalam catatan hujan itu Andalas dan Sanggar Kapas (Sumenep). Kini bergiat di Lesehan Minggu Malam. Hanya masalah waktu yang gelisah Aku mengeja namamu pada rintik hujan kesukaanku

puisi-puisi Aldy Istanzia Wiguna Ketika Indonesia Memilih Menjadi Ibu

Hanya masalah waktu yang tak suka menangis Aku genggam suara hujan yang mengeja namanya dalam riak keabadian

Ada cerita duka ketika aku bertemu Indonesia. Dan hanya masalah waktu yang tak mau aku pulang Mencoba meraih makna dalam lirih segala sua- Aku melepas baju kehidupanku yang kelak gaib sana. Membaca segala gejolak yang mengangkasa pada akhirnya diantara padang waktu yang rimbun dalam gegap Ciparay 2012 gempita diri. Melukis sebuah irama perdu diantara keajaiban yang membawakan aku pada setiap waktu di padang rembulan. Tentang Indonesia yang memilih menjadi ibu dari segala soal dan petaka yang tercipta. Membaca Indonesia yang ingin melahirkan ribuan generasi baru penerus gerak kebijakan yang tak sekalipun bijak. Dan aku kembali mengirim banyak rindu tak terlukis. Kala menyaksikan Indonesia memilih menjadi ibu dari detak waktu yang tak pernah menyuarakan banyak harap mereka yang menjadi anak-anak

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

Lahir di Bandung, 20 Maret 1991, sekarang tercatat sebagai Mahasiswa Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah 2009 FKIP UNIBBA. Beralamatkan di Jln Moch Ramdhan RT 05/12 Desa Mekarsari Ciparay Kab. Bandung Jawa Barat 40381. Beberapa puisinya dapat dinikmati dalam beberapa antologi yang masih dalam proses terbit maupun sudah terbit diantaranya : Menembus Batas Cakrawala ( Ultimus, 2012), Jalan Setapak Kita Dalam Kata (Nulisbuku, 2012), Merindu Rasul Dalam Sajak (Seruni Creative Publishing, 2012), Jembatan Sajadah, Kabar Dari Seberang (Umahaju Publisher, 2012) dll.

Frasa


PUISI

HAL

25

puisi-puisi Irfan M. Nugroho Pesan yang Tak Sempat Terjawab di dalam ayatmu telah mengalir kebeningan sungai yang menyimpan riwayat adam sampai almasih penebas dajal dan kau telah pesankan cinta kepada nur yang pal- Di Depan Klenteng -Sokaraja ing kekasih hingga adaku di depan klenteng, tempat bis menurunkan pentapi tak pernah kubalas pesanmu dengan kereka- umpang aku selalu menunggumu dari seberang han mawar bersandar pada sebatang besi yang menjadi tanda bahkan cendawan yang tumbuh di perbukitan jalanan hanya melahirkan nestapa meski terkadang perjumpaan merupa pedagang sampai kau kirim isyarat mendoan lewat angin dan badai yang terlanjur mengaduk tepung ketika hujan, tapi agar aku ingat tibatiba menjadi reda janji percintaan pada detik alastu dan kini kusujudkan kembali kening bersama lantunan syair-syair yang terucap demi pesan cinta yang berjuta abad tak sempat terjawab

di belakang punggungku, jembatan yang rebah di atas kali kecoklatan setia mengukur jarak pandang, dimana tanda mata seringkali membuahi kangen yang cemas

Purwokerto, 2012

pada halaman hari yang lain, aku melihat perempuan mengenakan rambut hitam Di Bukit Ini, Aku Mengingatmu sebahu dengan leher terikat kalung salib berwarna - Cipendhok perak-kristal, di bukit ini, tumpukan batu-batu selalu basah mer- tangannya menggenggam tangan berotot katak, tentu itu kau yang tak ingin lagi kupandang atapi dingin sebab waktu mengirim kabut dalam iklim nestapa Purwokerto, 2012 sementara daun gugur, seumpama ingatan tiap helai perjumpaan Lahir di Purwokerto, 16 Agustus 1992. Mahasiswa yang usianya tak pernah lebih dari jarak setiap dahan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Bergiat di Sanggar Lemah Pager dan Diskusi Angdi sebuah kedai tempat orang-orang memesan kringan Malam Senin. Aktif di Himpunan Mahasiswa kopi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Tulisanaku menatap nanar punggungmu yang mulai hilang nya dipublikasikan pada beberapa media seperti punggung yang sejenak rebah pada kulit-daging Minggu Pagi, Merapi, Cempaka, Majalah Mayara, seperti hujan yang melihai jemari si perupa Satelit Post, Riau Post, dan Buletin Serayu. Dan merubah jejaknya menjadi pisau tajam tergabung dalam antologi bersama seperti Mata Menatap Mata (Teater Saron, 2010) dan Pilarisme di bukit ini, sungai membawa jernih airmata (An-Najah Press, 2012) Alamat rumah: Jln. Sarwodadi dari julang-curug yang tak pernah berbahasa kata Rt : 03 Rw : 08 Kel. Purwokerto Kidul, Kec. Purwokerto dan dirimu pelan terhanyut oleh sebilah arus Selatan, Kab. Banyumas. Kode Pos : 53141. Nomor Hp: 089654154131. Email: irfan.nugroho10@yahoo. selembar daun jatuh dengan suara yang hening com. Rekening: Bank BRI cabang unit Dukuhwaluhsebab hari-hari hanya tinggal retak-sejarah Purwokerto, nomor rekening: 6829-01-008372-53-6, atas nama Irfan Ma’sum Nugroho. Purwokerto, 2012

Frasa

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

26

SASTRADUKASI

GEJALA BAHASA INDONESIA I. Problem Gejala Kontaminasi

Kontaminasi adalah suatu gejala bahasa yang rancu atau kacau susunan, baik susunan kalimat, kata, atau bentukan katanya. Problem tersebut dapat di atasi jika kalimat yang rancu tersebut dikembalikan kepada dua kalimat asal yang betul strukturnya. Demikian juga dengan susunan kata/ frasa atau bentukan kata. Gejala bahasa ini dalam bahasa Indonesia di namakan kerancuaan atau disebut juga kekacauan. Yang dirancukan ialah susunan, atau penggabungannya. Misalnya dua kata yang digabungkan dalam satu gabungan baru yang tidak berpadanan. Gejala kontaminasi ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Problem Kontaminasi kalimat Pada dasarnya kalimat yang kacau (rancau) dapat dikembalikan kepada dua kalimat asal yang benar susunan (struktur) nya. Susunan tersebut juga bisa berupa susunan kata dalam suatu frasa yang rancu. Penyebab timbulnya gejala kontaminasi ini ada dua hal, yaitu: (a) penguasaan penggunaan bahasa seseorang dalam menyusun kalimat, frasa atau menggunakan imbuhan dalam membentuk kata kurang tepat dan (b) seseorang dalam menggabungkan dua bentukan itu melahirkan susunan yang kacau. Contoh: Kalimat rancu a. Di dalam kelas anak-anak dilarang tidak boleh ramai. b. Nanti sore akan bertanding bulu tangkis antara Indonesia melawan Malaysia. c. Kepada yang merasa kehilangan kunci mobil, harap datang di pos satpam. Kalimat-kalimat di atas dikembalikan kepada kalimat asalnya (baku) nya: a. Di dalam kelas anak-anak dilarang ramai. Di dalam kelas anak-anak tidak boleh ramai b. Nanti sore akan diadakan pertandingan bulu tangkis antara Indonesia melawan Malaysia. c. Kepada yang merasa kehilangan kunci mobil, diberitahukan supaya mengambilnya di pos satpam. 2. Problem Kontaminasi Kata Di dalam pemakaiaan bahasa sehari-hari, kita sering menjumpai bentukan kata seperti: ’barang kali’ dan ’sering kali’. Bentukan kata ‘barang kali’ tersebut kalau dikembalikan kepada asalnya terjadi dari kata-kata ’berulangulang’ dan ’berkali-kali’. Demikian pula bentukan ’sering kali’ kontaminasi dari sering dan banyak kali atau kerap kali atau acap kali. Selain dari kontaminasi, tampak pula bentukan sering kali berupa gejala ’pleonasme’, karena sering artinya banyak kali. Kata-kata seperti di belakang kali seperti yang ser-

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

ing terdengar,seharusnya di kemudiaan hari. Mungkin itu dirancukan dengan pengaruh kata lain kali. Contoh: a. Ani sudah berulang-ulang ayah nasehati, tetapi tidak juga berubah kelakuannya. ( berkali-kali). b. Sering kali anak itu melanggar tata tertib sekolah. (kerap kali). c. Jangan biarkan adik makan makanan yang pedas, karena kesehatannya belum pulih benar. (tidak boleh). 3. Problem Kontaminasi imbuhan Kata Kontaminasi bentukan kata ini sering dijumpai pada bentukan kata dengan imbuhan (afiks). Contoh kata dipelajarkan, dalam kalimat: Di SMA kami dipelajarkan beberapa keterampilan. Bentukan untuk kalimat di atas yang benar adalah diajarkan. Kata dipelajarkan dirancukan bentuk diajarkan dengan dipelajari. Kata dasar kata bentukan ke samping diberi awalan me- dan akhiran –kan, jadi me + kata + kan menjadi mengatakan, bukan mengkatakan karena hanya fonem /k/ pada awal kata ’kata’ yang luluh menjadi bunyi sengau /ng/ pada kata perlu diluluhkan. Jadi, bentuk mengkatakan adalah rancu dari bentuk-bentuk mengatakan.

II. Problem Gejala Pleonasme

Kata ’pleonasme’ berarti kata-kata yang berlebihlebihan. Kata tersebut berasal dari kata ’ploenazein’ (bahasa Grika) atau berasal dari kata ’plenasnus’ (bahasa latin). Oleh sebab itu, gejala pleonasme dalam bahasa Indonesia berarti pemakaiaan kata yang berlebih-lebihan, yang sebenarnya tidak perlu. Penyebab timbulnya problem gejala pleonasme tersebut karena beberapa kemungkinan antara lain: 1) Pembicara tidak tahu bahwa kata-kata yang digunakannya mengungkapkan pengertian yang berlebih-lebihan. 2) Pembicara dengab sengaja sebagai salah satu bentuk gaya bahasa untuk memberikan tekanan pada arti. 3) Pembicara tidak sadar bahwa apa yang diucapkannya itu mengandung sifat berlebih-lebihan. Ada beberapa contoh gejala pleonasme sebagai berikut: 1. Di dalam satu frasa dua atau lebih kata yang searti,misalnya: Sejak dari Jakarta ayah sudah kelihatan lemah badannya. (sejak= dari; kata tersebut dipakai salah satu saja). 2. Di dalam satu frasa yang berbentuk jamak masih lagi dinyatakan dua kali, misalnya: a. Semua anak-anak wajib mengikuti upacara pada hari senin. b. Para hadirin harap duduk kembali. Bentukan ”para hadirin”. Bentukan tersebut ter-

Frasa


SASTRADUKASI masuk gejala pleinasme. Yang di maksudkan gejala pleonasme adalah suatu penggunaan unsure-unsur bahasa secara tidak efektif. Kata-kata: semua, para di atas, mengandung pengertian jamak, oleh karenanya kata benda yang mengikuti kata-kata tersebut tidak perlu lagi dibuat jamak dengan perulangan.

III. Problem Gejala Hiperkorek

Gejala hiperkorek ini sebagai proses bentukan betul dibalik betul. Problemnya, bentukan yang sudah betul kemudian dibetulkanlagi akhirnya menjadi salah. Gejala hiperkorek selalu menunjukkan sesuatu yang salah, baik ucapan maupun di dalam ejaan(tulisan). Timbulnya gejala hiperkorek ini ada beberapa alasan yang menyebabkan hal tersebut di antaranya: 1. Orang tidak tahu mana yang asli, yang betul, lalu meniru saja yang diucapkan atau yang dituliskan oleh orang lain. 2. Karena gengsi(gagah), ingin hebat. 3. Dari segi linguistik ( f, kh, sy, z) bukan fonem-fonem bahasa Indonesia asli. Itu sebabnya variasi antara f – p, kh – k, sy – s, z – j, tidak menimbulkan perbedaan arti. Contoh: a. Sy/ diganti dengan /s/ atau sebaliknya Syarat dijadikan sarat atau sebaliknya, padahal kedua kata itu masing-masing mempunyai arti yang berbeda. Syarat artinya ketentuan, sarat artinya penuh. - Kita harus mengikuti syarat itu. - Mobil itu sarat muatan. Beberapa contoh gejala hiperkorek dalam bahasa Indonesia yaitu: 1. Gejala hiperkorek /s/ dijadikan /sy/ Contoh: sah – syah, sahadat – syahadat, setan – syetan. 2. Gejala hiperkorek /z/ dijadikan /j/ Contoh: zaman – jaman, izin – ijin, izasah – ijasah, ziarah – jiarah, zenasah – jenasah. 3. Gejala hiperkorek /h/ dijadikan /kh/ Contoh: ihtiar – ikhtiar, hayal – khayal, husus – khusus, ahir – akhir 4. Gejala hiperkorek dengan /au/ pengganti /o, e/ Contoh: taubat – tobat, sentausa – sentosa, tauladan – teladan, taurot – torat, taupan – topan.

IV. Beberapa gejala Bahasa yang lain

a. Gejala Bahasa Metatesis Metatesis artinya pertukaran (urutan atau tempat) fonem di dalam sebuah kata. Misalnya: berantas menjadi banteras, kerikil menjadi kelikir, kaca menjdi acak, milih menjadi limih. b. Gejala bahasa adaptasi Artinya penyesuaian kata-kata serapan yang diambil dari bahasa asing berubah bunyinya sesuai dengan pen-

Frasa

HAL

27

erimaan pendengaran atau ucapan lidah orang indonesia. Misalnya: lobi dari loby(bahasa inggris), klaim dari claim(bahasa inggris), majelis dari majlis (bahasa arab), akal dari a’qal (bahasa arab), karier dari carrier (bahasa belanda), seluler dari celluair (bahasa belanda). c. Gejala Bahasa Kontraksi Artinya penghilangan. Gejala kontraksi ini memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang dihilangkan. Misalnya: rembulan menjadi bulan, mahardika menjadi merdeka, matahari menjadi mentari. d. Gejala penambahan fonem Gejala penambahan fonem dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu: -gejala protesis adalah penambahan fonem di depan. Misalnya: mas, lang, sa menjadi emas, elang esa. -gejala epentesis adalah penambahan fonem di tengah. Misalnya: sapu, mukin, sajak menjadi sampu, mungkin, sanjak. -gejala parogo adalah penambahan fonem di belakang. Misalnya: hulubala, sila, ina menjadi hulu baling, silah, inang. e. Gejala Penghilangan Fonem Gejala penghilangan fonem juga dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: penghilangan fonen pada awal kata disebtu afaresis, penghilangan fonem di tengah kata disebut sinkp, penghilangan fonem di akhir kata disebut apokop. Contoh: Gejala afaresis: umaju menjadi maju.esa menjadi sa. Gejala sinkop: bahasa, sahaya, kelemarin memjadi basa, saya, kemarin. Gejala apakop: eksport menjadi ekspor, import menjadi impor. f. Gejala bahasa yang lain • Protesis (penambahan di awal) Contoh: mas menjadi emas, lang ? elang • Efentesis (penambahan di tengah) Contoh: kapak ? kampak, tubuh ? tumbuh • Paragog (di akhir) Contoh: hulubala ? hulubalang Pengulangan atau penghilangan fonem • Afanesis Contoh: stani ? tani, telentang ? tentang • Hapologi (berkurang dua fonem di tengah) Contoh: baharu ? baru • Sinkop Contoh: sahaya ? saya, bahasa ? basa • Apakop Contoh: tidak ? tida, Import ? impor • Assimilasi total Contoh: ad+simiatio ?assimilasi ? asimilasi al+salam ? assalam ? asalam • Asimilasi parsial/sejalan Contoh: in+perfect ? imperfect ? imperfek

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

28

LENTERA BUDAYA

TARI SAMAN DAN TARI RATEB MEUSEUKAT

yang mendunia T

ari Saman adalah tari asli dari daerah Gayo Lues, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Biasanya tarian ini ditampilkan untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kebersamaan dan kekompakan. Pada umumnya tari saman ditarikan oleh belasan laki-laki yang jumlahnya harus ganjil. Tarian ini mempunyai dua gerakan dasar yaitu tepuk dada dan tepuk tangan, selain itu tari ini dilakukan dengan posisi duduk bersimpuh dan berlutut dengan barisan rapat. Sangat membutuhkan konsentrasi tinggi dan latihan yang serius karena sulitnya ragam gerak dan ketepatan waktu dalam menarikan tari Saman. Tari Saman telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia tak

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

Frasa


LENTERA BUDAYA

HAL

29

benda sejak tanggal 24 November 2011. Sekarang di Indonesia khususnya di Ibu Kota Jakarta, tari saman sangatlah terkenal. Banyak perlombaan tari Saman digelar, selain itu tarian ini sangat digandrungi oleh siswisiswi sekolah menengah se-Jabodetabek. Namun sebetulnya mereka salah mengartikan, tarian yang dikenalnya dengan Tari Saman itu sebenarnya adalah tari Rateb Meuseukat. Tari Rateb Meusekat ditarikan oleh sekelompok wanita dengan memakai pakaian adat Aceh. Tari Rateb Meusekat dilakukan dalam posisi duduk dan berdiri, tari ini juga mempunyai gerakan dasar menepuk dada dan menepuk tangan. Pada mulanya Rateb Meuseukat dimainkan sesudah selesai mengaji pelajaran agama malam hari, dan juga sebagai media dakwah. Saat ini, tari ini merupakan tari yang paling terkenal di Indonesia. Keterkenalan tarian ini seperti saat ini tidak lepas dari peran salah seorang tokoh yang memperkenalkan tarian ini di pulau Jawa yaitu Marzuki Hasan atau biasa dipanggil Pak Uki. Perbedaan utama antara tari Rateb Meuseukat dengan tari Saman ada 3 yaitu, pertama syair lagu tari Saman menggunakan bahasa Gayo, sedangkan tari RatÊb Meuseukat menggunakan bahasa Aceh. Kedua tari Saman dibawakan oleh sekelompok laki-laki, sedangkan tari Rateb Meuseukat dibawakan oleh sekelompok perempuan. Ketiga tari Saman tidak diiringi oleh alat musik, sedangkan tari RatÊb Meuseukat diiringi oleh alat musik, yaitu rapa’i.*** putriarifira

Frasa

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

30

TEENLIT CERPEN

NAMINARA Angin berhembus kencang siang ini. Aku duduk di bangku taman menunggu istri yang sangat aku cintai. “Happy Anniversery Raisa” kataku lirih. Terimakasih atas cinta yang kamu berikan kepadaku selama ini Raisa” Istriku terkesima dan tidak kuasa menahan haru tangisnya. “Terimakasih Dimas. Kami bernostalgia mengingat kenangan indah kami di masa lalu. Setelah itu kami bergegas pulang ke istana kecil kami bersama aku, Raisa, dan putri kami Naminara.

“Dimas, kamu di panggil oleh pak Surya untuk ke ruangannya sekarang juga”. “Sip Dani, makasih” “Ada apa bapak memanggil saya?” “Begini Dimas, kamu dan Rani akan saya utus untuk mewakili perusahaan ke Korea Selatan. Tugas kalian yaitu kalian harus untuk membuat tamu saya yang dari Kalimantan bersedia menandatangani pembelian Resort perusahaan kita yang ada di Korea Selatan. “ “Apa Bapak serius?” aku hanya diam terpaku mendengar tawaran ini “Iya Dimas, saya serius. Saya sudah memberitahukan hal ini kepada Rani. “ “Raisa!! Aku mendapat pekerjaan yang sangat istimewa dari pak Surya” “Pekerjaan apa Dimas?” Raisa dengan wajah lugunya hanya bengong menatap aku. Aku sangat menyukai wajah Raisa ini “Aku di utus oleh perusahaan untuk ke Korea Selatan. “Selamat Suamiku, kamu memang hebat. Tapi kamu kesana hanya seorang diri?” pertanyaan Raisa membuat bibirku kelu. “Iya sayang, aku ke Korea hanya seorang diri.” Malam ini kami menghabiskan waktu bercerita satu sama lain mengenang masa indah kami sewaktu kami bertemu di Naminara, Korea Selatan 10 tahun silam. Naminara tidak pernah berubah sejak kedatanganku 10 tahun silam. Naminara adalah sebuah pulau kecil yang sangat indah di Seoul, Korea Selatan. Pulau cinta bagi penduduk Korea dan sekitarnya. Dan lamunanku di buyarkan oleh seseorang yang menepuk pundakku. “Hey Dimas! Kamu masih takjub dengan Naminara?” Tanya Rani. Rani adalah rekan kerjaku sekaligus wanita yang mempunyai arti di masa laluku.

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

“Hey R a n i ! Apa kabar kamu? Aku kaget banget bisa kerja sama dengan kamu haha. Oiya, sebentar kamu bisa ngga nemanin aku untuk urus segala keperluan Ibu Tina dan Ibu Lina? “Kabar Aku baik Dimas. Haha aku juga kaget banget pas pak Surya cerita bahwa aku dan kamu satu tim buat publikasikan Resort di Naminara ini. Oke deh sip, sekarang kita antar Ibu Tina dan Ibu Lina melihat Resort kita, dan kita lanjutkan planning agar mereka takjub dengan Resort kita” “Terima kasih karena Pak Dimas dan Rani telah menunjukkan tempat yang sangat indah ini kepada kami. Resort kalian pun sangat strategis dan sangat cocok sebagai tempat tinggal yang nyaman. Dan kami memutuskan akan membeli Resort kalian.” Akhirnya aku dan Rani berhasil menjalankan proyek ini “Dimas bagaimana kabar Raisa dan putri kalian, Naminara?” “Kabar mereka baik, Rani. Bagaimana kabar kamu

Frasa


TEENLIT CERPEN selama ini? Kata teman – teman yang lain kamu tinggal di luar negeri?” “Iya aku tinggal di London untuk beberapa bulan ini. Dimas kamu ingat 8 tahun yang lalu, di waktu yang sama seperti siang ini dan di Naminara ini juga kamu nembak aku dengan bunga mawar putih kesukaanku? Dan di Naminara ini juga kamu melukis wajah aku dan melamar aku? Haha kenangan manis yang tak akan pernah terlupakan. Cinta ” Aku tertegun mendengar kata – kata yang terlontar dari bibir Rani. Memang Rani adalah cinta pertamaku tapi Rani juga yang membuatku merasakan patah hati karena Cinta. Rani memutuskan hubungan pertunangan kami tanpa sebab dan alasan yang pasti “Iya aku mengingat semua itu Rani.” “Dimas, aku sangat menyesal akan kejadian 8 tahun silam. Aku minta maaf telah meninggalkanmu tanpa alasan yang pasti. Jujur aku tidak pernah sama sekali ingin meninggalkanmu. Aku di vonis terkena Kanker serviks. Air mata Rani menggenang dan meleleh membasahi pipinya Aku memberanikan diri memeluknya berharap agar cobaan yang ia derita sedikit berkurang. Saat cairan bening itu mulai menganak sungai, rintikan hujan mulai membasahi wajah kami. Hujan menyamarkan semua kepedihan yang Rani derita. Mentari kembali menunjukkan sinarnya. Naminara kembali sejuk seperti sedia kala. Aku kembali teringat peristiwa semalaman saat Rani mengatakan semua alasan mengapa ia meninggalkan ku dulu. Lamunanku buyar ketika handphone ku berdering. Oh dari Raisa, gumamku . “Halo Istriku, apa kabar? “ Sejenak suara Raisa tertahan di ujung pembicaraan kami. “Kenapa kamu tidak jujur kepada aku bahwa kamu ke Naminara bersama Rani? Semua foto – foto kegiatan kamu bersama Rani di Naminara sudah ada di rumahkita. Aku sangat kaget mendengar semua hal yang dikatakan Raisa. Siapa yang melakukan hal ini terhadap kami? Aku berpikir tentang Rani. Seketika Ranisangat kaget mendengar halitu. Hanphone Rani berdering. Pesan singkat dari mantan Rani, Aras Rani aku masih mencintaimu. Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku tidak bisa melihatmu bersama Dimas. Aku ingin kamu tetap bersama ku. “Aku yakin Aras yang mengirim foto-foto kamu dan aku ke Raisa, Dimas! Aku merasa sangat bersalah ke Raisa. Kamu harus cepat kembali ke Jakarta “Tetapi bagaimana dengan kamu Rani? Apa kamu tetap ingin di Naminara?” “Untuk sementara ini, aku tetap akan disini. Aku ingin menyelesaikan urusanku dengan Aras.” * Aku pun kembali ke Jakarta. Sesampaiku di rumah, aku langsung menceritakan semua hal mengenai aku

Frasa

HAL

31

dan Rani kepada Raisa. Aku memperlihatkan semua pesan yang Aras kirim ke Rani. “Aku mempercayaimu Dimas. Maafkan aku yang sempat tidak percaya kepadamu.” Beberapa hari sejak kejadian itu, kami menerima kabar bahwa Rani meninggal dunia di Naminara. Aku memejamkan mata di depan pusara Rani, mendoakan Rani agar dapat di terima oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sebelum kami meninggalkan pusara Rani, ada seseorang yang menghampiri aku dan Raisa. Aras. Cinta Lama Rani. “Ini adalah surat yang Rani buat sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya. Aku sangat meminta maaf kepada kalian atas kelakuanku yang membuat hubungan kalian retak. Rani sangat beruntung telah mengenal kalian. Kalian akan selalu menjadi kenangan yang terindah bagi Rani.” Kubaca tulisan tangan Rani itu pelan – pelan Dimas apabila kamu membaca surat ini mungkin aku sudah tidak ada lagi di dunia. Aku sangat beruntung pernah mengenalmu. Senyummu, tingkahmu yang aneh membuat diriku semakin jatuh cinta kepadamu. Maafkan diriku yang dulu meninggalkanmu. Aku tidak ingin kamu menikahi perempuan yang berpenyakitan sepertiku. Jujur aku sangat senang bertemu kembali denganmu di Naminara ini. Aku berupaya menahan rasa sakitku agar pertemuan kita yang terakhir kalinya bisa menjadi kenangan terindah untuk sisa hidupku ini. Dimas, aku sangat bahagia mendengar pernikahanmu bersama Raisa. Aku tau bahwa Raisa akan menjadi cinta sejatimu. Dan aku semakin bahagia ketika aku mendengar bahwa kalian memiliki seorang putri cantik bernama Naminara. Aku sangat menyukai nama itu, Naminara. Tempat itu adalah tempat bersejarah buatku. Tempat di mana aku bertemu kamu dan jatuh cinta kepadamu. Dan tempat dimana kamu memberikanku sebuah kenangan yang sangat indah. Cinta. Aku berharap kamu akan tetap mengingatku. Dimas, tolong cintai Raisa dan Namira. Aku akan selalu berdoa untuk kalian. “Aku akan selalu mengingatmu Rani. Kamu akan selalu menjadi kenangan cinta yang terindah di hidupku. Aku juga akan selalu mengingat Naminara. Di sana akan selalu terukir kisah aku dan kamu yang mengesankan. Selamat jalan Rani, semoga kamu selalu bahagia dan mendapat tempat terindah di sisi Tuhan Yang Maha Esa untuk selama – lamanya . “ NAJMATUZZAHRA adalah alumni SMAN 17 Makassar yang akan melanjutkan pendidikan di Jogjakarta. Hobinya menulis blog dan menuangkan semua gagasannya dalam bentuk tulisan. Lahir pada tanggal 25 Juli 1994. Sangat menyukai diary karna diary dapat membantunya merekan kejadian sepanjang hari. Warna kesukaannya Pink dan ungu

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

32

TEENLIT PUISI

Isyarat Hati

Penantian Tiada Guna Aliran darah terkikis dalam sepi Terurai amarah dibawah mendung pagi Keramaian hanya ilusi mata mewarnai Penantian hari ini Harapan penuh habis lagi seperti esok kembali Namun tiada lagi Tuhan lenyapkan penantian ini Ku pasrahkan semua padaMu Keyakinan pasti tumbuh keajaiban Di balik peluh keringat ribuan usaha dan do'aku selama ini Sampit,Juli 2012

Hembusan derai angin membawa harum itu Bisikan tirani kasih saat jauh Ambang mimpi terukir tampakan bayangmu Melukis wajah lugumu Redamkan puing-puing rindu Andaikan waktu bisa kirimkan isyarat hti untukmu Yang ada di singgah sana Ku pastikan ragaku kembali padamu tuk teduhkan gejolak jiwaku Merenung Sepi Menanti sang waktu menyapu Seluruh nafas kan ku persembahkan padamu Dalam ikatan batin halal dan bersatu Sampit,Juli 2012

Nasta'in Achmad Attabani adalah nama pena Achmad Nasta'in yang lahir 19 April 1993 di Tuban. Seorang penulis pemula yang terus berusaha berkarya. Sejak kelas dua SLTA dan sudah mengirimkan karya ke berbagai event dan media. Bergabung dalam berbagai komunitas kepenulisan online. santai, serius, sukses adalah moto yang di tanamkan lulusan Pesantren Sunan Drajat Lamongan untuk mewujudkan mimpinya menjadi penulis terutama penyair yang terkenal dan bermafaat. Karyanya tergabung di majalah online dan puluhan antologi.

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

Frasa


TEENLIT PUISI

HAL

33

Gemuruh Hati yang Menanti lautan masa lau terbentang di haribaan waktu membawa sebongkah kepingan cerita usang yang mencuat ke permukaan mengenangku pada sepercik rindu yang tertawan setetes duka dan bahagia yang bergemirincing menggetarkan gelombang rindu yang tertaut pada kharisma setangkai azalea sepasang kenari dan mega-mega saling berkejaran dan membiaskan gemuruh rindu seekor kenari bersiul merdu menyampaikan pesanmu, “aku menantimu di ujung jalan� Jiwaku berdesir dan kebas

Penyamun Malam sebilah pedang dan setetes ciu menjadi pelaku penyamun atas hilangnya sepenggal kepala di lelah malam yang menggigil tangisku pecah dan sekarat bukan lagi berwarna pasi tapi merah saga dalam telaga malam ini selembar jiwa membeku dalam tangis

Wanita Renta Berselendang Duka seorang wanita renta berjalan tertatih menyusuri selasar lorong-lorong jalan yang bisu selembar selendang duka tersampir di pundak bongkoknya tertegun di ujung rembulan pualam menahan haru dan getir sambil menyeka telaga air yang mengalir dari sela-sela wajah yang kemarau inilah samudera kehidupan tempat berlinangnya darah dan air mata dalam sebuah perang dingin demi memperebutkan sebutir beras kebas di tangannya di gilas oleh kesedihan yang tumpah ruah ia luluh dan merepih

Mawar Rovita Sari. Lahir di Pekanbaru, 31 Agustus 1993. Alumni SMAN 1 Kerjo Karanganyar, Solo, Jateng. Saat ini bekerja di RSIA Eria Bunda Pekanbaru. Ia aktif di Lembaga Peduli Pelajar Remaja (LP2R) Karanganyar, redaktur majalah cendekia, dan tergabung dalam wadah kepenulisan nasional Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia wilayah Pekanbaru yang berpusat di Pare, Kediri, Jatim. Puisinya pernah di muat di Majalah sastra Horison dan Koran Cyber.

Frasa

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

34

FIKSIMINI lailatul kiptiyah

Lelaki

Subuh Sedari lepas subuh ia mulai mengayuh sepeda tuanya menyisiri jalanan sepi berkabut ke arah timur laut. Embun-embun pun masih menggenangi ruas-ruas rumput. Namun dingin udara yang menggigit permukaan kulit tak pernah membuat niat dan tekadnya melesap seperti panas bayi yang tiba-tiba mengendap di bawah baluran daun-daun dadap. Angin meniupkan aroma semriwing mengelus lembut kopiah lusuh yang mencakup rambut-rambut putihnya, mengelus wajahnya, telinganya dan hatinya. Ia mengenakan atasan koko berwarna krem dengan bawahan sarung kotak-kotak dengan paduan warna hijau lumut, gari-garis ungu dan warna dasar juga krem. Sandal yang ia kenakan adalah sandal sederhana model slop merk lily berwarna hijau lumut bening. Semua yang ia kenakan itu adalah hadiah lebaran dari anak gadisnya yang merantau ke kota. Ah, sebenarnya ia selalu khawatir terhadap anak gadisnya itu yang hidup di kota besar sendirian. Tapi ia selalu yakin dan percaya bahwa anak gadisnya akan selalu dalam lindungan Tuhan. Kakinya terasa selaras mengayuh pedal sepedanya meniti jalanan lengang. Dalam hatinya ia mengibaratkan jalanan itu tak ubahnya sajadah panjang yang dengan lapang membuka dirinya untuk di lewati, di kenali dan di cintai. Ah, ia tersenyum dengan sendirinya-untuk kemudian mengingat isterinya yang telah dinikahinya puluhan tahun lalu. Seorang putri juragan sawah tempatnya ia mengabdi dengan tabah. Entah lantaran apa dulu juragannya itu menghendaki ia menikahi putrinya. Waktu itu putri juragannya masih sangat muda berpaut usia jauh dengannya dan memiliki sifat yang keras. Bahkan hingga sekarang sifat itu tidak juga hilang apalagi terkikis tandas. Namun ia mahfum tak akan bisa merubah sifat atau watak seseorang yang telah di gariskan. Jadi ia sering diam jika ia dan istrinya mulai berselisih faham. Baginya bersabar itu seperti sebuah tantangan dari Sang Maha Rahman apakah

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

ia sanggup mengalahkan dan memenangkan. Atau terkalahkan dan terugikan. Untungnya anak gadisnya itu lebih mewarisi sifat- ayahnya ketimbang sifat ibunya. Kemudian ingatannya mengembara ke petak-petak sawahnya. Sawah yang ia sengguh dengan sepenuh tekun itu mampu memarakkan bulir-bulir padi yang ia panen untuk kemudian di simpan dalam lumbung. Padipadi yang sanggup membantunya sekeluarga bertahan dalam menjaga musim paceklik yang kerap kali panjang bertandang. Dulu ketika masih mengabdi kepada juragan sawah itu, ia mengumpulkan sen demi sen upah hasil jerihnya, ia simpan dalam kantung baju yang selalu bergantung di dinding biliknya dan tak se-sen pun ia mengambilnya hingga musim tanam berikutnya. Maka dengan berkumpulnya sen demi sen uangnya itu ia mampu melebarkan beberapa petak sawahnya yang walau tidak lah luas namun baginya itu sudah lah cukup Lalu ia teringat pula kepada sapinya. Hewan berkulit merah itu telah menjadi sahabat sekaligus seperti anak lelaki yang tak ia miliki. Tak jarang ia mengomeli sapinya ketika diberi rumput yang kurang disukainya, sapinya menjadi malas memamah. Kalau sudah begitu ia combor sapinya itu dengan dedak halus dicampur air dan garam dalam timba guna membuat sapinya kembali bergairah untuk memamah rumput-rumput di dalam kandangnya. Ah, pikirannya yang terus melayang-layang membuat zikirnya pun hilang. Seketika ia tertunduk malu. Dan meneruskan apa yang sedari awal ia niatkan memulai lelaku. Jari-jari sepeda tua itu menderitkan irama kerinyut dan terus membawanya ke arah timur laut, menghalau kabut dan menghirup aroma wangi embun-embun yang menggenangi ruas-ruas rumput. Menuju sebuah masjid. Dimana seorang Kyai Sepuh selalu menunggunya untuk bersama-sama memulai kuliah subuh, pelajaran pagi yang mereka umpamakan sebagai peralatan tempuh. ----Jakarta, 2011

Frasa


PUISIMINI

HAL

35

Pertemuan Ke-Dua

-buat Awan’S

Mey,! Izinkan kubawa lari cinta suci ini Sampai diujung nafas Biar tercipta pertemuan ke-dua Di halaman surge Malang, 16-12-2011

Kau Yang Airmata Kau yang airmata, Darahku, darahmu, darah bumi, darah alam Tiba-tiba hujan pergi dari mataku Pun sesekali sidrah kebawah laut Kebulan tenggelam jadi arang ; cinta-kasih sayang dan seluruhnya tetap kau yang airmata Malang, 20-07-2011

Lebah Rindu

-Buat Perempuan Berkalung Bulan Rei,! Matamu lebah rindu Mengalir madu Dan aku Tawon jantan mencarimu Sekian waktu HIMAKOM, 25 -1O-201

Subaidi Pratama, lahir di Jadung, Dungkek, Sumenep Madura, pada tanggal 11 Juni 1992. Karya Puisi dan cerpennya pernah dimuat di majalah lokal dan nasional, diantaranya Majalah Sastra Horison/ kakilangit, Radar Madura (Jawa Pos Group), Buletin JEJAK Bekasi Jawa Barat. Koran Harian “Sumut Pos” Sumatra. Puisinya Terkumpul dalam antologi “Festival Bulan Purnama” Trowulan Mojokerto 2010, antologi “SEPTEMBER” terbit 2012, dan “Seratus Penyair Untuk Pelacur”. Antologi TIRTA bersama penyair muda Annuqayah. Puisinya terpilih sebagai karya favorit dalam rangka lomba cipta puisi Anjangsana Komunitas Serambi Sastra (AKSS). Juara 1 UMB (unitri Mencari Bakat) 2012. Juara 3 (tiga) cipta puisi sekabupaten Sumenep 2010 sanggar KOTEMANG MA 1 Annuqayah. Dan karya Cerpennya Yang Berjudul “Kemala Hati” Mendapat anugerah tebaik ke-2 dari Forum Sastra Bekasi (FSB) Buletin Jejak Jawa Barat. Dan terhimpun dalam Blog. Penyair Nusantara Jawa Timur. Dan menulis buku antologi “Kado Rindu Untuk Rei”. Pernah aktif di sanggar ANDALAS Annuqayah Lubangsa. Pada tahun 2009 merintis komunitas PERSI (Penyisir sastra Iksabad) di PP. Annuqayah Lubangsa.

Frasa

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

36

INSPIRING

Buya Hamka (1908-1981)

Ulama, Politisi dan Sastrawan Besar Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

Frasa


INSPIRING

HAL

37

B

uaya Hamka seorang ulama, politisi dan sastrawan besar yang tersohor dan dihormati di kawasan Asia. HAMKA adalah akronim namanya Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Lahir di kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta 24 Juli 1981.Dia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayah kami, atau seseorang yang dihormati. Ayahnya, Syeikh Abdul Karim bin Amrullah, disapa Haji Rasul, seorang pelopor Gerakan Islah(tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah 1906.HAMKA mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga Darjah Dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ HAMKA mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. HAMKA juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjoparonto dan Ki Bagus Hadikusumo.Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padangpanjang pada tahun 1929. HAMKA kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padangpanjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi). Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Surjoparonoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal. Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui pertubuhan Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Beliau menyusun

Frasa

Nama: Haji Abdul Malik Karim Amrullah Panggilan: Buya Hamka Lahir: Molek Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 Meninggal: Jakarta, 24 Juli 1981 Ayah: Syekh Abdul Karim bin Amrullah

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

38

INSPIRING

kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950. Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya meletak jawatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.Kegiatan politik HAMKA bermula pada tahun 1925 apabila beliau menjadi anggota parti politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang kemaraan kembali penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerila di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, HAMKA dilantik sebagai ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964 hingga tahun1966, HAMKA telah dipenjarakan oleh Presiden Sukarno kerana dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakanlah maka beliau mula menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya.

Setelah keluar dari penjara, HAMKA dilantik sebagai ahli Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majlis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia. Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, HAMKA merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an lagi, HAMKA menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. HAMKA juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid) dan antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Kaabah dan Merantau ke Deli. Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antarabangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelaran Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno daripada pemerintah Indonesia. Hamka telah pulang ke rahmatullah pada 24 Juli 1981, namun jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sasterawan di negara kelahirannya, malah jasanya di seluruh alam Nusantara, termasuk Malaysia dan Singapura, turut dihargai.

Daftar Karya Buya Hamka

- Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab. - Si Sabariah. (1928) - Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq),1929. - Adat Minangkabau dan agama Islam (1929). - Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929). - Kepentingan melakukan tabligh (1929). - Hikmat Isra’ dan Mikraj. - Arkanul Islam (1932) di Makassar. - Laila Majnun (1932) Balai Pustaka. - Majallah ‘Tentera’ (4 nomor) 1932, di Makassar. - Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

Frasa


INSPIRING - Mati mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi) 1934. - Di Bawah Lindungan Ka’bah (1936) Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. - Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. - Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. - Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi. - Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940. - Tuan Direktur 1939. - Dijemput mamaknya,1939. - Keadilan Ilahy 1939. - Tashawwuf Modern 1939. - Falsafah Hidup 1939. - Lembaga Hidup 1940. - Lembaga Budi 1940. Majallah ‘SEMANGAT ISLAM’ (Zaman Jepun 1943). - Majallah ‘MENARA’ (Terbit di Padang Panjang), sesudah revolusi 1946. - Negara Islam (1946). - Islam dan Demokrasi,1946. - Revolusi Pikiran,1946. - Revolusi Agama,1946. - Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946. - Dibantingkan ombak masyarakat,1946. - Didalam Lembah cita-cita,1946. - Sesudah naskah Renville,1947. - Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947. - Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi, Sedang Konperansi Meja Bundar. - Ayahku,1950 di Jakarta. - Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950. - Mengembara Dilembah Nyl. 1950. - Ditepi Sungai Dajlah. 1950. - Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir 1908 sampai tahun 1950. Kenangan-kenangan hidup 2. - Kenangan-kenangan hidup 3. - Kenangan-kenangan hidup 4. - Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938 diangsur sampai 1950. - Sejarah Ummat Islam Jilid 2. - Sejarah Ummat Islam Jilid 3. - Sejarah Ummat Islam Jilid 4. - Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan ke 2 tahun 1950. - Pribadi,1950. - Agama dan perempuan,1939. - Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang. - 1001 Soal Hidup (Kumpulan karangan dr Pedo-

Frasa

HAL

39

man Masyarakat, dibukukan 1950). - Pelajaran Agama Islam,1956. - Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952. - Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1. – Empat bulan di Amerika Jilid 2. - Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia (Pidato di Kairo 1958), utk Doktor Honoris Causa. - Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM. - Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M. Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta. - Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta. - Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang. - Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970. - Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang. - Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri), 1963, Bulan Bintang. - Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968. - Falsafah Ideologi Islam 1950(sekembali dr Mekkah). - Keadilan Sosial dalam Islam 1950 (sekembali dr Mekkah). - Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam (Kuliah umum) di Universiti Keristan 1970. - Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat. - Himpunan Khutbah-khutbah. - Urat Tunggang Pancasila. - Doa-doa Rasulullah S.A.W,1974. - Sejarah Islam di Sumatera. - Bohong di Dunia. Muhammadiyah di Minangkabau 1975,(Menyambut Kongres Muhammadiyah di Padang). - Pandangan Hidup Muslim,1960. - Kedudukan perempuan dalam Islam,1973. - Tafsir Al-Azhar [1] Juzu’ 1-30, ditulis pada saat dipenjara Aktivitas lainnya - Memimpin Majalah Pedoman Masyarakat, 19361942 - Memimpin Majalah Panji Masyarakat dari tahun 1956 - Memimpin Majalah Mimbar Agama (Departemen Agama), 1950-1953 RujukanKenangan -kenangan 70 tahun Buya Hamka, terbitan Yayasan Nurul Islam, cetakan kedua 1979. sumber: http://urangminang.wordpress.com/

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]


HAL

40

X-COVER

BACA DAN DOWNLOAD MAJALAH FRASA DI http://www.majalahfrasa.blogspot.com/ KIRIM KARYA ANDA KE redaksifrasa@yahoo.com

Edisi 3 Tahun I [Sabtu, 28 Juli 2012]

Frasa


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.