Peramalan OPT Vol 11 No 2

Page 1

ISSN: 2085-5567

Vol.11 No.2 Edisi XIII Okt 2011

3 RAMALAN OPT PADI MT. 2011/2012

Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan

14 PANEN GADU 2011 BERSAMA DIRJEN TP DAN GUBERNUR JABAR

9 PANDUAN PRAKTIS OPT JAGUNG

12 MUNAS MPTHI IX PALEMBANG


BULETIN PERAMALAN OPT

Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan

PELINDUNG Sesditjen Tanaman Pangan

PENANGGUNG JAWAB Kepala BBPOPT PIMPINAN REDAKSI Kabid Pelayanan Teknik Informasi Dan Dokumentasi WK.PIMPINAN REDAKSI Kasi Informasi dan Dokumentasi REDAKTUR PELAKSANA Sarsito Wahono Gaib Subroto Firdaus Natanegara Baskoro Sugeng Wibowo Elwidar Is Antulat Taufiqurahman Edi Suwardiwijaya Lilik Retnowati Urip Slamet Riyadi Devied Apriyanto STAF REDAKSI Aam Mulyani DOKUMENTASI & GRAFIS uripsr@ymail.com

Catatan

P

ara pembaca Buletin Peramalan yang terhormat. Tahun 2011 ini merupakan tahun yang penting bagi BBPOPT dalam meningkatkan kinerjanya. Beberapa event penting telah diikuti baik skala regional maupun nasional, capaian ini merupakan langkah awal yang akan terus ditingkatkan oleh BBPOPT pada tahun-tahun mendatang. Tercatat beberapa kegiatan yang berhubungan dengan civic mission antara lain melakukan gerakan pengamanan produksi melalui pengendalian massal wereng batang coklat di Kecamatan Jatisari, Karawang. Pengawalan pengamanan produksi melalui surveilans OPT Padi secara kontinyu di wilayah Pulau Jawa dan Lampung. Beberapa event pameran yang telah diikuti antara lain berpartisipasi mendukung pameran gelar teknologi yang dilakukan oleh gabungan kelompok tani se- Kabupaten Karawang. Pameran dalam rangka Pencanangan Panen Padi 10 ton per hektar di Karawang. Event tingkat nasioanl yang telah diikuti adalah PENAS XIII di Samarinda. Menyusul pameran MPTHI yang dilaksanakan di Sumatera Selatan.

Kemudian dalam rangka memeriahkan Hari Krida Pertanian (HKP) ke-39, BBPOPT meyelenggarakan Open Turnamen Bola Voli Putra pada tanggal 23-24 Juli 2011. Selain memperingati HKP ke-39, yang utama adalah melakukan ekspose Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) kepada masyarakat luas khususnya masyarakat Karawang dan sekitarnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada mitra swasta yang telah menaruh kepercayaan dan harapan kepada BBPOPT sebagai institusi bagian dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang menjadi garda terdepan dalam pengendalian OPT di Indonesia.***

SIRKULASI Eri Budiyanto ALAMAT REDAKSI Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari Karawang - Jawa Barat (41374) Telp/Fax: (0264) 360581 E-mail: peramal_hama@hotmail.com http://www.deptan.go.id/ditjentan/bbpopt

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

1


BULETIN PERAMALAN OPT Redaksi menerima saran, kritik, atau pendapat dari Anda. Kirimkan surat Anda ke alamat redaksi. Surat dapat juga dilengkapi dengan foto diri. Redaksi menerima kiriman naskah dengan panjang maksimum 3 halaman kuarto dengan spasi 1,5, termasuk foto dari luar. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat, tanpa mengurangi bobot tulisan. Ditunggu kiriman naskahnya. Alamat Redaksi: Buletin Peramalan Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari—Karawang, Jawa Barat (41374) Telp/Fax : (0264) 360581, E-mail: peramal_hama@hotmail.com, bbpopt@gmail.com, Website http://www.deptan.go.id/ditjentan/bbpopt



Kepada Redaksi Buletin Peramalan Di tempat. (Sent via facebook)

Kepada Redaksi Buletin Peramalan Di tempat (sent via facebook)

Saya petani kentang dari dataran tinggi Dieng, saya mau mengaplikasikan agens hayati Verticilium untuk mengendalikan Cacing Emas Dimanakah saya bisa membeli Verticilium ? Seperti yang pernah BBPOPT lakukan pada saat demplot di dataran tinggi dieng th lalu. Terima kasih.

Bagaimana caranya mendapatkan agens hayati Pseudomonas fluorescen (PF), bisakah BBPOPT membantu dalam hal pengadaannya. Kelompok tani kami sangat membutuhkan. Terima kasih.

Kabul Suwoto Petani Kentang tinggal di Banjarnegara Kelompok Tani Perkasa Jawab; Terima kasih mas Kabul atas atensinya, kami teruskan kepada Bpk Suwarman, SP (Staf BBPOPT) yang menangani Verticilium. Berikut No HPnya 081316642290. Silahkan berkoresponden dg Bpk Suwarman. Trima kasih kembali.

Ket Foto: Panen Gadu 2011 di Subang Foto : Urip SR Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

1 2 3 9 11 12 14 17 19 22 25 26 28 29 33 34 37 38

Rd. Muhdi Wijaya Kelompok Tani Perkasa Dieng, Banjarnegara Jawa Tengah. Jawab: Insya Allah permintaannya akan kami teruskan ke Lab. Agens Hayati, mungkin kami hanya bisa memberi 2 tube, selanjutnya silahkan diperbanyak sendiri. Kami percaya kemampuan kelompok tani Perkasa. Selamat beraktifitas…!!!

CATATAN REDAKSI SURAT PEMBACA INFO PERAMALAN PANDUAN PRAKTIS TIPS FOKUS (INFO KHUSUS) REPORTASE TOPIK UTAMA PROFIL PETANI HOT NEWS AGENDA MIMBAR PROTEKSI INTERMEZZO TEKNOLOGI PERLINTAN KLINIKTANAMAN KOLOM NABATI RESEP TRADISIONAL SKETSA 2


BULETIN PERAMALAN OPT

ďƒ˝ Tim GIS: Yoyo Kusprayogie, Ulfah Nuzulullia, Dwitya Rizqillah Gabriel

P

rakiraan serangan kompleks OPT utama padi di Indonesia pada MT.2011 diperkirakan maksimum mencapai sebesar 251.256 hektar. Ramalan luas serangan tertinggi untuk Penggerek Batang Padi mencapai luas 60.255,5 ha menyusul hama Tikus mencapai 90.615,8 ha dan Wereng Batang Coklat mencapai 28.075,5 ha. Untuk penyakit, ramalan serangan tertinggi adalah BLB seluas 44.460 ha menyusul Tungro 15.194,2 ha dan Blas 12.684,9 ha. Secara rinci ramalan serangan OPT utama padi dapat dilihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Kejadian Serangan OPT Utama Padi MT.2010/2011 dan MT. 2011 serta Prakiraan luas Serangan MT. 2012 di Indonesia. No.

OPT

KLTS MT. 2010/11 (ha)

KLTS MT. 2011 (ha)

Ramalan MT. 2011/2012 (ha) Minimum

Rerata

Maksimum

1

PBP

56.784

73.733

47.838,8

53.676

60.225,5

2

WBC

55.675

172.458

16.155,8

21.297,5

28.075,5

3

TIKUS

77.294

87.336

68.739,1

78.923,1

90.615,8

4

TUNGRO

5.828

7177

1.591

4.916,7

15.194,2

5

BLAS

11.916

9170

8.023,6

10.310,7

12.684,9

6

BLB

64.187

46.731

35.316

39.625

44.460

271.684

396.604

177.664

208.749

251.256

Jumlah

STOP PRESSS‌.!!! RALAT... Pembaca yang budiman pada Cover (Halaman Muka) Edisi 1 2011 terdapat kesalahan: tertulis VOL 10 NO.1 EDISI XIII NOP 2011 Yang betul adalah Vol.10 No.1 Edisi April 2011 Dengan demikian kesalahan sudah diperbaiki. Harap Maklum. (Redaksi).***

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

3


BULETIN PERAMALAN OPT

Prakiraan serangan OPT utama padi MT. 2011/2012 pada masing-masing Propinsi di Indonesia secara lengkap disajikan pada tabel 2. Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut: Prakiraan Serangan Penggerek Batang Padi

Prakiraan Serangan BLB/Kresek

Prakiraan serangan penggerek batang padi tertinggi terdapat di 3 (tiga) propinsi yaitu Jawa Tengah mencapai luas maksimum 15.894,3 ha, diikuti Jawa Barat mencapai 12.428,1 ha, dan Sulawesi Selatan 6.669,4 ha. Prakiraan Serangan Wereng Batang Coklat

Tiga propinsi yang diprakirakan terserang penyakit BLB tertinggi adalah propinsi Jawa Barat dengan luas serangan maksimum 16.810,3 ha, Jawa Timur mencapai 10.148,7 ha, dan Jawa Tengah seluas 8.170,9 hektar.

Serangan wereng batang coklat tertinggi diprakirakan akan terjadi di Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di Jawa Timur serangan WBC diperkirakan mencapai luas maksimum 14.356,6 Ha, Jawa Tengah seluas 8.140,4 ha, dan Jawa Barat 1.786,9 ha. Prakiraan Serangan Tikus

Serangan penyakit blas yang tertinggi akan terjadi di 3 (tiga) propinsi, yaitu propinsi Jawa Timur dengan luas maksimum 2.706,2 ha, Jawa Barat seluas 2.460,4ha, dan Jawa Tengah seluas 1.379,4 hektar.

Serangan tikus tertinggi diprakirakan akan terjadi di 3 (tiga) propinsi yaitu di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Di Jawa Barat diramalkan akan mencapai luas maksimum 24.436,3 ha, di Sulawesi Selatan mencapai luas 16.174 ha, sedangkan di Jawa Tengah mencapai luas 15.086,3 hektar.

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Prakiraan Serangan Blas

Prakiraan Serangan Tungro Prakiraan serangan penyakit tungro tertinggi akan terjadi di Propinsi Jawa Barat, NTB, dan Bali. Di Jawa Barat diprakirakan akan mencapai luas maksimum 3.089,4 ha, di NTB mencapai luas maksimum 2.209,3 ha, dan di Bali mencapai luas 1.695,8 hektar.

4


BULETIN PERAMALAN OPT

Tabel 2. Prakiraan Maksimum OPT Utama Padi MT.2011/2012 menurut Propinsi di Indonesia

No.

Propinsi

PBP (ha)

WBC (ha

TIKUS (ha)

TUNGRO (ha)

BLAS (ha)

BLB (ha)

1

NAD

1.565

43,9

5.743

7,9

394,7

1.186,2

2

SUMUT

442

26,3

839,5

85,9

614,4

482,5

3

SUMBAR

27,1

116

648,8

587,3

125,7

25

4

RIAU

209,4

18,4

256,6

5,8

111,9

284,7

5

JAMBI

136,6

15

153,3

5,8

25,1

12,9

6

SUMSEL

1.451

83,4

1.492,1

143,6

560,5

250,6

7

BENGKULU

341,7

31

400,3

516,5

74,1

41,4

8

LAMPUNG

2.416,1

86,9

4.005,1

132,6

1.088,8

613,4

9

DKI

122,4

17,4

4,8

6,7

22,2

102,9

10

JABAR

15.894,3

1.786,9

24.436,3

3.089,4

2.460,4

16.810,3

11

JATENG

12.428,1

8.140,4

15.086,3

1.219,4

1.379,4

8.170,9

12

DIY

1.374

997,8

1.265,6

334,8

12,2

2.025,2

13

JATIM

4.279,9

14.356,6

6.363,9

1.570,8

2.706,2

10.148,7

14

BALI

173,2

371,8

680,5

1.695,8

60,9

122,1

15

NTB

1.045,3

93,8

595,7

2.209,3

991,1

797,2

16

NTT

3.005,9

64,9

759,4

573,2

164,5

18,1

17

KALBAR

721,9

42,5

1.122

12,7

98,1

1,2

18

KALTENG

14

4,2

30,7

5,8

7,6

13,6

19

KALSEL

58

25,7

234,9

469,6

21,6

6,9

20

KALTIM

14,9

4,2

31,8

7,3

19,1

52,6

21

SULUT

559,7

12,1

198,5

348,5

73,3

68

22

SULTENG

1.564,1

166,2

1.291,1

195

24,4

167

23

SULSEL

6.669,4

61,4

16.174

635,2

728,5

557,3

24

SULTRA

1.405,6

67,6

5.393,5

227,4

602,1

38,6

25

MALUKU

18,9

15,8

17,6

5,8

5,7

9,2

26

PAPUA

110,7

4,2

60

238,6

93,1

40,7

27

BANTEN

3.107,3

1.356

1.910,4

537,9

196,6

1.971,9

28

GORONTALO

325,4

4,2

439,3

5,8

2,6

202,7

29

Maluku Utara

12

4,7

9,6

96,8

4

1,2

30

Papua Barat

164,8

28,3

101,3

12,1

4,6

1,2

31

Sulawesi Barat

561,7

19,4

866,4

199,4

6,3

233,7

32

Babel

2,4

4,2

1,7

5,8

2,6

1,2

33

Kep. Riau

2,4

4,2

1,7

5,8

2,6

1,2

Jumlah

60.225,5

28.075,5

90.615,8

15.194,2

12.684,9

44.460,4

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

5


BULETIN PERAMALAN OPT

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI PADA TANAMAN PADI MH.2011/2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT PADA TANAMAN PADI MH.2011/2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

6


BULETIN PERAMALAN OPT

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TIKUS PADA TANAMAN PADI MH.2011/2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN TUNGRO PADA TANAMAN PADI MH.2011/2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

7


BULETIN PERAMALAN OPT

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN BLAS PADA TANAMAN PADI MH.2011/2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA

PRAKIRAAN LUAS SERANGAN BLB PADA TANAMAN PADI MH.2011/2012 MENURUT PROPINSI DI INDONESIA

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

8


BULETIN PERAMALAN OPT

Panduan Praktis

MENGENAL DAN MENGENDALIKAN

OPT JAGUNG

P

anduan praktis yang membahas hama-penyakit tanaman padi dan kedelai sudah selesai dibahas pada Buletin Peramalan edisi yang lalu. Atas permintaan dari pembaca terutama dari kalangan petugas lapang (THL-POPT) dan petani agar dibahas pula pengenalan dan pengendalian OPT Jagung secara umum. Interaksi dari pihak pembaca sangat diperlukan sebagai masukan yang berharga bagi pengelola Buletin ini. Maka pada edisi kali ini mulai ditampilkan OPT Jagung secara bersambung. Pada bagian ke 2 ini akan membahas penyakit penting pada tanaman jagung antara lain (Penyakit bulai, karat, bercak daun, gosong, dan busuk tongkol). Selanjutnya mari kita bahas satu persatu jenis penyakit tersebut satu persatu. Bagian 2 ini sekaligus bagian terakhir. Semoga bermanfaat‌!!! Penyakit Bulai (downy mildew) Disebabkan oleh cendawan Sclerospora maydis. Gejala yang ditimbulkan berbedabeda menurut umur tanaman jagung yang terserang, yaitu: ďƒ„ Tahap yang paling membahayakan saat tanaman jagung berumur 2-3 minggu. Semua daun menguning, kaku dan meruncing. Tanaman yang pada umur 3 -5 minggu tidak akan mati, tetapi hasilnya dapat menurun sampai 50%. Daun yang baru membuka menguning, pertumbuhan lambat, tongkol hanya berbiji sedikit, kadang-kadang tongkol yang terbentuk tidak normal. ďƒ„ Tanaman yang terserang pada masa generatif (lebih dari lima minggu), pada daun terdapat garis-garis klorosis. Tanaman yang terserang pada tahap demikian

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Penyakit bulai yg disebabkan oleh cendawan Sclerospora maydis pada tanaman jagung (Foto: Internet) 9


BULETIN PERAMALAN OPT

Tidak akan membahayakan, tetapi akan mengurangi produksi jagung hingga 30%. Cendawan menyebar dengan konidia melalui infeksi pada stomata atau lentisel. Perkembangan cendawan sangat cepat pada keadaan lembab, curah hujan tinggi, pemupukan N yang berat, dan sifat fisik tanah yang berat/liat. Pengendalian dilakukan dengan mengatur waktu tanam, sehingga pada musim hujan tanaman sudah berumur 5 minggu. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan inang S. Maydis, sehingga tidak tersedia media tumbuh bagi cendawan. Pembakaran tanaman yang telah terserang agar tidak menyebar ke pertanaman yang sehat. Perlakuan benih dengan fungisida yang mengandung belerang atau tembaga, agar konidia yang terbawa oleh benih tidak tumbuh.

Penyakit karat daun jagung yg disebabkan oleh cendawan Puccinia sorghi (Foto: Internet)

Penyakit Bercak Daun Disebabkan oleh cendawan Helmintosporum sp. Gejala yang timbul akibat serangan cendawan ini adalah berupa bercak lonjong atau memanjang yang mula-mula basah, akhirnya mengering dan mati. Gejala awal dimulai pada ujung daun, kemudian menyebar hingga pelepah daun. Gejala yang sama dapat timbul pada bunga jantan. Pengendalian dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang terserang, penyemprotan dengan fungi sida tidak diperlukan karena tidak efektif. Penyakit Gosong (Smut)

Penyakit Bercak daun jagung yg disebabkan oleh cendawan Helmintosporum sp. (Foto: Internet)

Disebabkan oleh cendawan Ustilago maydis. Gejala yang tampak pada tanaman yang terserang cendawan ini yaitu terjadi pembengkakan pada biji jagung, mula-mula berwarna putih, lama-kelamaan biji jagung yang bengkak berwarna hitam (gosong). Klobot yang membungkus jagung akan terdesak ke samping, sehingga sebagian biji jagung yang bengkak tersembul ke luar, akhirnya biji jagung akan pecah, dan tersebarlah spora yang berwarna hitam berhamburan. Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan bagian tanaman yang terserang, perlakuan benih dengan fungisida, dan diusahakan menanam varietas dengan varietas yang resisten.

Penyakit Karat Disebabkan oleh cendawan Puccinia sorghi. Tanaman jagung yang terserang cendawan ini memperlihatkan gejala bercak kuning kemerahan (seperti karatan) pada daun, bunga, dan klobot buah. Jika serangan berat tanaman dapat mengalami kematian. Pengendalian dilakukan dengan membuat bagian tanaman yang terserang. Penyemprotan dengan fungisida tidak perlu dilakukan, karena tidak efektif. Penyakit gosong (smut) pada tongkol jagung yg disebabkan oleh cendawan Ustilago maydis (Foto: Internet) Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

10


BULETIN PERAMALAN OPT

ď‚–ď€ AGAR INTERNET TIDAK LELET alias letoy... Penyakit Busuk Tongkol

Disebabkan oleh cendawan Fusarium sp. (Gibberella sp.). Gejala pada tongkol baru terlihat setelah klobotnya dikupas. Tongkol biji jagung yang terserang berwarna merah atau merah kecoklatan. Pembusukan dimulai pada pangkal tongkol. Pengendalian dilakukan dengan mengadakan pergiliran tanaman, membakar bagian tanaman yang terserang, dan menanam varietas yang tahan. Selain gangguan hama dan penyakit, tanaman jagung pun tidak luput dari gangguan gulma. Beberapa efek negatif dari gulma adalah persaingannya dengan tanaman pokok dalam hal penyerapan unsur hara dan air, sinar matahari, ruang hidup dan sebagainya. Beberapa jenis gulma biasa tumbuh pada pertanaman jagung adalah A geratum conyzoides (babadotan), Mimosa pudica (putri malu), Cyperus rotundus (teki), Echinochloa (jajagoan), dan Cynodon dactilon (kekawatan). Pengendalian gulma dilakukan dengan alat-alat sederhana, yaitu cangkul, koret, arit, dan sebagainya. Penggunaan herbisida pra-tumbuh penting dilakukan untuk pertanaman yang luas dan komersil. Penggunaan mulsa dapat pula menekan pertumbuhan gulma, selain itu kelembaban tanah tetap terjaga. (Tamat)*** Daftar Pustaka: Hama dan Penyakit Tanaman Ir. Nur Tjahjadi (Kanisius 1989)

Kata-kata Mutiara : Salah satu cara agar bisa ikhlas adalah dengan cara menganggap apapun yang dikerjakan bukan sebuah beban, tapi kesenangan. Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

M

enggunakan akses internet secara bijak lebih efektif untuk kelancaran akses internet. Cara ini berpulang kepada pengguna internet yang tidak lebay (berlebihan) dalam menggunakan internet.

1 2 3

Gunakanlah browser yang handal agar internet tidak banyak terganggu oleh program yang tidak stabil di komputer. Bukalah akses internet secukupnya, batasi penggunaan tab baru dan apabila selesai dibaca untuk di tutup. Untuk menyaksikan video di youtube, usahakan untuk menyimpan/ mendownload video ke hardisk karena apabila disaksikan di browser membutuhkan bandwidth yang cukup besar.

4

Apabila koneksi internet di kantor bandwidthnya terbatas, batasi akses ke video streaming atau tv online karena membutuhkan bandwidth yang besar.

5

Kunjungi akses website yang terpercaya karena akses ke situs sampah seperti pornografi, game perjudian dan search engine palsu akan membuka tab-tab perusak yang rawan virus dan tidak kita inginkan.

6

Gunakanlah fasilitas download bawaan browser, penggunaan download bawaan ini tidak selalu lambat karena secara otomatis akan diatur oleh router tergantung berapa banyak pengguna yang mengakses internet.

7

Apabila pengguna internet menggunakan download manajer dengan alasan kemampuan resume download maka batasi kecepatannya dengan limiter misalnya kita set pada angka 35 atau 40 kbps tergantung banyak atau tidaknya pengguna lain yang memanfaatkan akses internet. Tentunya upaya-upaya di atas membutuhkan kesadaran pengguna dengan tujuan agar penggunaan internet dikantor dapat bermanfaat secara optimal dan internet tidak terasa lelet. (Rahmad Gunawan)***

11


BULETIN PERAMALAN OPT

ď€

B

umi Sriwijaya semakin santer dalam pemberitaan setelah dinobatkan menjadi tuan rumah Sea Game ke 26 yang akan dilaksanakan pada tanggal 11—22 November 2011 kesibukan mewarnai sebagian warga ibukota Sumatra Selatan ini, ditambah moment penting masyarakat perlindungan menggelar acara Musyawarah Nasional (Munas) ke IX MPTHI di hotel Swarna Dwipa tanggal 5-7 Oktober 2011. Masyarakat Perlindungan Tumbuhan dan Hewan Indonesia (MPTHI) yang dide klarasikan pada tanggal 8 September 2003 merupakan suatu wadah organisasi profesi yang dapat mengaktualisasikan peran masyarakat perlindungan tumbuhan dan hewan. Dalam arti luas MPTHI tidak hanya mewadahi masyarakat perlindungan tumbuhan dan hewan tetapi diharapkan juga dapat mewadahi perlindungan hutan dan perikanan. MPTHI merupakan partner pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan perlindungan tumbuhan dan hewan, sehingga pembangunan pertanian dapat bersinergi di semua subsektor. Peran MPTHI harus diaktualisasikan melalui implementasi pemikiran dan kegiatan sebagai salah satu alternatif dalam mensosialisasikan pemba ngunan pertanian melalui bidang perlindungan tumbuhan dan hewan.

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

12


BULETIN PERAMALAN OPT

Pada Munas yang ke IX kali ini dengan tema: “Mengantisipasi Krisis Pangan Global melalui Peningkatan Kemandirian Pangan.” Agenda utama bertempat di Hotel Swarna Dwipa adalah Konggres MPTHI, Seminar dan Pameran. Dalam rangka mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional khususnya di bidang perlindungan tanaman, kesehatan hewan dan perkarantinaan, Masyarakat Perlindungan Tumbuhan dan Hewan Indonesia (MPTHI) mengadakan berbagai seminar dan pelatihan antara lain: Seminar Nasional “Krisis Pangan Global”, Diskusi Internal Permasalahan Wereng Batang Coklat (WBC), Temu Wicara, Pelatihan Teknologi Perlindungan, Pameran. Pada hari ke 3 (7/Oktober/2011) diisi dengan seminar nasional Climate Change dan Perekembangan OPT, dan Pelatihan singkat. Seminar terkait permasalahan Wereng Batang Coklat (WBC) menyoroti pengendalian WBC di Jawa Tengah oleh Ir. Aris Budiono (Dispertan Jateng) dan seminar Stop WBC oleh Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, MSc (IPB) dengan pembahas Ir. Widagdo (BPTPH Jawa Timur) Masalah OPT, kata kedua narasumber mengungkapkan bahwa pada saat ini masyarakat perlindungan mendapatkan ujian yang bertubi-tubi. Di tanaman pangan terjadi serangan WBC di wilayah Jawa. Selain merebaknya masalah OPT, masalah yang tidak kalah pentingnya adalah dampak fenomena iklim yaitu kekeringan pada MK saat ini. Dalam wadah MPTHI ini diharapkan bisa memberikan andil yang nyata dalam menangani permasalahan pengamanan produk pertanian di Indonesia. Semoga. (USR)***

Kata-kata Mutiara : Apapun, tergantung dari sudut mana kita memandang, kita pandang positif maka hasilnya positif, pun sebaliknya. Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

13


BULETIN PERAMALAN OPT

ď‚ľď€

Subang,26/09/2011. Beras merupakan komoditas pangan yang sangat strategis dan seringkali mempunyai nilai politis dalam percaturan dunia politik di Indonesia. Keberadaan beras selalu dipantau dan diperhatikan oleh seluruh lapisan masyarakat, mulai tingkat paling bawah, sampai ke tingkat tertinggi di kalangan eksekutif dan legislatif.Permintaan beras terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Di sisi lain dengan adanya perubahan iklim (yang menjadi lebih ekstrim) akibat pemanasan global seringkali menyebabkan proses produksi padi menjadi terganggu. Dengan cadangan beras dunia yang menjdi lebih terbatas (tidak hanya Indonesia yang mengalami gangguan proses produksi), maka kita harus mampu berswasembada beras berkelanjutan harus memiliki cadangan beras yang memadai agar ketahanan pangan dan kemandirian pangan tidak terganggu. Hal lain yang mengakibatkan beras menjadi komoditas yang sangat penting di Indonesia adalah, beras masih sebagai kontributor utama terhadap inflasi, sehingga harga beras harus “terkendali�. Pada saat ini ketersediaan beras sangat penting, karena: konsumsi beras per kapita per tahun penduduk Indonesia masih sangat tinggi (terbesar di dunia), pengeluaran penduduk Indonesia rata-rata 60% adalah untuk pangan dan dari 60% pengeluaran tersebut 25% adalah untuk beras, sehingga masih sangat tinggi ketergantungan (rentan) terhadap beras. Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

14


BULETIN PERAMALAN OPT

Berdasarkan angka ramalan (ARAM) II Badan Pusat Statistik (BPS) produksi padi tahun 2011 sebesar 68,062 ton GKG atau setara dengan 38,27 juta ton beras tersedia untuk konsumsi manusia. Dengan tingkat konsumsi rata-rata nasional sebesar 139,15 kg/kapita/tahun, dengan jumlah penduduk 241 juta jiwa, maka kebutuhan beras untuk penduduk Indonesia tahun 2011 adalah 33,55 juta ton. Dengan demikian pada tahun 2011 secara kumulatif masih surplus 4,72 juta ton beras. Namun bila dibandingkan dengan sasaran tahun 2011 sebesar 70,6 juta ton GKG, pencapaian produksi tersebut baru 96,41%, masih kekurangan produksi 2,538 juta ton GKG. Terkait dengan impor beras oleh BULOG, perlu saya jelaskan bahwa impor beras tersebut semata-mata untuk memenuhi kebutuhan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan raskin yang setiap bulannya memerlukan sekitar 260 ribu ton, dengan harapan untuk menghindari terganggunya stabilitas nasional.

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Dalam sambutannya Dirjen TP yang diwakili oleh Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Ir. Sarsito Wahono Gaib Subroto, MM menginformasikan bahwa dalam rangka mengurangi kerugian petani karena gagal panen (Puso), dalam budidaya padi akibat serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) maupun banjir dan kekeringan, pemerintah pusat telah menyetujui adanya Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP3). Tujuan utama dari BP3 adalah agar petani dapat segera bertanam padi kembali walaupun me ngalami gagal panen. Pemberian BP3 berazaskan : 1) Transparansi artinya setiap tahapan dalam pelaksanaan pemberian bantuan harus terbuka dan diketahui oleh semua pihak yang terkait, mulai dari persiapan, pelaksanaan, pengendalian evaluasi dan pelaporan, 2) Efektifitas dan Efisiensi artinya pemberian bantuan harus dilakukan secara efektif sesuai dengan tujuan dan sasaran serta efisien dalam meka nisme pelaksanaan pengelolaan anggaran, 3) Partisipatif artinya pemberian bantuan harus melibatkan seluruh pihak terkait, baik pemerintah (pusat, propinsi, kabupaten/kota) maupun masyarakat dan 4) Akuntabilitas artinya pemberian bantuan harus dipertanggungjawabkan baik secara administrasi maupun fisik di lapangan. Untuk keperluan tersebut Kementerian Pertanian telah mengeluarkan 1) Pedoman Pelaksanaan BP3, 2) Petunjuk Pelaksanaan Identifikasi Calon Petani Calon Lokasi (CPCL), serta 3) Petunjuk Teknis Penyaluran Dana Bantuan. Dengan telah diterbitkannya pedoman dan petunjuk teknis tersebut diharapkan niat baik pemerintah untuk membantu petani yang mengalami gagal panen (puso) pelaksanaannya menjadi lebih lancer dan tidak menimbulkan multi tafsir, serta pemasalahan baru dikemudian hari.

15


BULETIN PERAMALAN OPT

Tantangan kita dari tahun ke tahun menjadi semakin berat dan kompleks. Jajaran pertanian harus mampu mewujudkan swasembada beras secara berkelanjutan, serta surplus beras 10 juta ton beras pada tahun 2014. Dalam amanatnya Dirjen tanaman pangan mengharap dukungan dari seluruh jajaran pertanian di Propinsi Jawa Barat dan khususnya Kabupaten Subang serta petugas lapangan agar: 1) Segera melakukan percepatan pengolahan tanah dan tanam untuk wilayah yang memungkinkan (air cukup) dengan mengerahkan traktor yang telah ada. Dalam percepatan tanam dan upaya tanam serentak, ada contoh yang baik dari Kabupaten Aceh Barat Daya di Propinsi Aceh. Di Kabupaten tersebut, traktor bantuan Pemerintah Pusat dan daerah dikelola oleh Brigade Pengolahan Lahan. Dengan dibantu oleh TNI dilakukan pengolahan lahan-lahan petani secara bergantian, sehingga pengolahan lahan dapat dipercepat dan dalam satu hamparan dapat dilakukan tanam serentak. 2) Pengawalan dan pengawasan penyediaan sarana produksi sehingga sesuai prinsip 6 tepat, 3) Pengawalan penerapan paket teknologi spesifik lokasi sehingga produktivitas tinggi, 4) Pertanaman yang ada (standing crops) dijaga dan diamankan dari serangan OPT, serta dari kekeringan dan kebanjiran, sehingga ketika dipanen produktivitasnya optimal,

Odong-odong menyambut kedatangan Gubernur Jawa Barat Achmad Haryawan di lokasi panen. (Foto: Urip SR)

Kepala Balai Besar Peramalan OPT yg mewakili Dirjen Tanaman Pangan disambut kesenian tradidional Subang “Odong-odong� (Foto: Urip SR)

5) Pada saat panen dan pasca panen mengoptimalkan peralatan yang telah ada, sehingga mampu menekan kehilangan hasil, 6) Segera menetapkan areal persawahan yang akan dijadika persawahan berkelanjutan, sesuai amanat UU 41 Tahun 2009; 7) Mengurangi konsumsi beras, antara laian dengan tidak makan nasi (one day no rice), seperti yang telah ditetapkan oleh Bapak Gubernur Jawa Barat, tidak makan nasi pada hari Rabu. (uripsr@ymail.com)*** Bahan sambutan Dirjen TP pada Panen Padi Musim Gadu di kampung Sawah Baru Desa Ciasem Hilir, Kec. Ciasem Kab. Subang, Jawa

Barat 26/09/2011.

Panen padi musim gadu MK.2011 di Kampung Sawah Baru, Desa Ciasem Hilir, Ciasem, Subang (Foto: Urip SR) Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Kata-kata Mutiara : Tersenyumlah dalam mengawali hari , karena itu menandakan bahwa kamu siap menghadapi hari dengan penuh semangat. 16


BULETIN PERAMALAN OPT

ď •ď€

M

emenuhi kebutuhan beras bagi 241 juta penduduk Indonesia dewasa ini memerlukan kerja keras dengan melibatkan puluhan juta orang dan berhadapan dengan berbagai faktor alam dan pasar yang tidak selalu bersahabat dan mendukung. Bagi sebagian petani, usaha tani padi sudah berubah dari upaya penyediaan pangan keluarga menjadi usaha ekonomi komersial untuk mendapatkan keuntungan yang layak. Oleh karena itu, usahatani padi sangat peka terhadap pengaruh penurunan harga beras nasional, persaingan dengan beras impor atau selundupan, kenaikan harga sarana produksi (pupuk, pestisida, energy) dan upah tenaga kerja. Di sisi lain, bertanam padi pada lahan sawah, lahan kering, dan lahan rawa sering berhadapan dengan iklim yang “tidak normal�, OPT, kekeringan atau kebanjiran. Karena banyaknya faktor yang ikut mempengaruhi produktifitas padi, upaya penyediaan pangan beras sebenarnya menuntut strategi manajemen produksi dan distribusi yang kompleks, yang perlu didukung oleh banyak pihak. Berdasarkan angka ramalan (ARAM) II Badan Pusat Statistik (BPS) produksi padi tahun 2011 sebesar 68,062 ton GKG atau setara dengan 38,27 juta ton beras tersedia untuk konsumsi manusia. Dengan tingkat konsumsi beras sekitar 139,15 kg/kapita/tahun, dengan jumlah penduduk 241 juta jiwa, maka kebutuhan beras untuk penduduk Indonesia tahun 2011 adalah 33,55 juta ton gabah kering giling (GKG). Dengan demikian pada tahun 2011 secara kumulatif masih surplus 4,72 juta ton beras.

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Patut disyukuri bahwa ketersediaan beras di Indonesia dapat menyesuaikan diri dengan laju pertambahan penduduk yang tercermin dari ketersediaan beras perkapita berdasarkan ARAM II BPS. Namun demikian, laju peningkatan produksi beras nasional sudah mulai melandai karena kurangnya dukungan dari peningkatan luas areal tanam dan panen. Pada saat ini, produksi gabah di Indonesia (4,6 ton/Ha) sudah termasuk tertinggi di antara negaranegara tropis Asia.(FAOSTAT 2007,IIRRI 2007).

17


BULETIN PERAMALAN OPT

Di masa yang akan datang, upaya peningkatan produksi beras akan semakin terbatas oleh berbagai faktor seperti : 1) terjadinya konversi lahan sawah subur menjadi tapak usaha nonpertanian, 2) semakin terbatasnya ketersediaan air pengairan dan sumber air, 3) perubahan iklim akibat pengaruh pemanasan global (Global W arming) yang termanifestasikan pada anomali iklim dalam bentuk kekeringan, kebanjiran, dan suhu yang lebih tinggi, 4) banyaknya infrastruktur pertanian yang rusak, terutama prasarana irigasi dan pendangkalan bendungan, 5) persaingan dalam penggunaa air antara irigasi, perikanan, perkotaan, dan industri, 6) menurunnya minat generasi muda untuk bekerja di pertanian padi dan semakin terbatasnya tenaga kerja di desa, 7) kurangnya insentif ekonomi yang diperoleh pelaku usaha pertanian padi karena sempitnya skala usaha, 8) masih kurangnya akses perolehan kredit untuk modal usaha bagi petani padi, 9) adanya kecenderungan meningkatnya gangguan OPT, dan 10) semakin meningkatnya harga sarana produksi, alat dan mesin pertanian (alsintan), energi dan upah tenaga kerja. Ketersediaan teknologi diharapkan dapat mengatasi permasalahan teknik produksi di lapangan, termasuk kemampuan produktivitas tanaman, kekurangan hara dan kelembaban tanah, serangan OPT, kehila ngan saat panen dan mutu pasca panen. Dengan pengawalan melalui kegiatan surveillance yang dilakukan secara periodik oleh Balai Besar Peramalan Organisme Peng-

ganggu Tumbuhan (BBPOPT) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terus me ngawal, mendukung, dan memberikan panduan dalam Program Peningkatan Produksi Beras Nasional. (BP)*** Pengawalan P2BN melalui surveilan OPT Utama Padi secara periodik (Foto: Dok BBPOPT) Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

18


BULETIN PERAMALAN OPT

 enurunnya minat generasi muda untuk bekerja di pertanian padi dan semakin terbatasnya tenaga kerja di desa, merupakan salah satu faktor pembatas penurunan peningkatan produksi beras. Kurangnya insentif ekonomi yang diperoleh pelaku usaha pertanian padi karena sempitnya skala usaha maka menyebabkan arus urbanisasi tak terbendung lagi. Melihat fenomena tersebut seorang pemuda tani asal Kab. Kuningan, Jawa Barat tergerak hatinya untuk tetap bertahan sebagai petani pelopor di desanya. Ia telah membuktikan bahwa sektor pertanian masih menjanjikan harapan apabila dikelola dengan baik. Kang Maman demikian panggilan seharihari di desanya, ia telah memilih pertanian organik yang telah digelutinya sejak tahun 1987. Kelompok Tani “Harapan Makmur I” yang dibentuk pada tahun 1987 telah menjadi kelompok tani “Pengembang Hayati” di Kabupaten Kuningan.

Kelompok Tani “Harapan Makmur I” sampai saat ini masih sebagai kelompok tani pengembang agens hayati (AH). Jenis AH yang dikembangkan antara lain: Beauveria bassiana, Trichoderma, Metarhizium anisopliae, dan bakteri putih. Setelah mengikuti program penguatan kelembagaan agens hayati dan kelompok tani Harapan Makmur I dijadikan salah satu sub pos pengembang agens hayati, Semua ini tidak terlepas dari peran sang ketua, yang gigih melakukan perbanyakan agens hayati dan diterapkan di lahan sawahnya, Maman Hermawan (36) adalah sang pionir yang konsisten menerapkan budidaya padi ramah lingkungan. Kekonsistenan inilah yang akhirnya ditiru di kelompok tani pada lahan garapan seluas 30 ha. Pola tanam yang diterapkan dalam satu tahun adalah padi-padi-palawija dengan tingkat produktifitas berkisar antara 4-6 ton/ ha.

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Sebagai sosok anak muda yang menjadi panutan di kelompoknya, Maman selalu melakukan inovasi dan rajin memburu informasi sekalipun harus keluar uang pribadi untuk mendapatkan informasi yang berguna bagi kemajuan kelompoknya. Untuk mengetahui agens hayati yang dikembangkan layak atau tidak untuk di aplikasikan, tidak segan-segan ia melakukan uji coba laboratorium seperti ke BBPOPT Jatisari. Setelah mengikuti pelatihan perbanyakan agens hayati ia pun menularkan ilmunya kepada anggota yang lain sebagai wujud pengkaderan di kelompok tani “Harapan Makmur I”. Diakhir obrolan singkatnya sewaktu penulis datangi di lokasi Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Ia berobsesi ingin membentuk kelompok tani yang mandiri, tidak tergantung kepada pupuk dan obatobatan pabrikan, semua bisa dihasilkan sendiri oleh kelompok, dan meningkatkan pendapatan petani melalui kelompok tani yang dipimpinnya.(USR)***

19


BULETIN PERAMALAN OPT

K

elompok Studi Petani (KSP) Bale Pare Desa Pasir Kaliki, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang seperti yang pernah diulas pada Buletin Peramalan Vol.10/ Edisi XIII/April/2011 telah mengalami kemajuan yang pesat setelah memenangkan lomba teknologi tepat guna tingkat Propinsi Jawa Barat sebagai juara II. Seiring berjalannya waktu KSP Bale Pare pun ditunjuk oleh BP4K Kab. Karawang sebagai Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Balepare. Dengan menyandang predikat baru ini ketua sekaligus pendiri KSP Bale Pare H Rohmat Sarman pun menerima tawaran ini. Melalui BP4S ini nantinya KSP Bale Pare dituntut sebagai tempat rujukan agar menjadikan petani cerdas dan mandiri. Sebanyak 25 orang petani asal Kab. Tanjung Jabung Barat Propinsi Jambi dengan didampingi 5 orang petugas dari Dinas Pertanian dan Hortikultura setempat telah melakukan magang selama seminggu di BBPOPT Jatisari. Dalam kunjungan lapangnya peserta magang belajar langsung di P4S Bale Pare (KSP Bale Pare) selama sehari penuh. Kurikulum Sekolah Tani Tentu saja melalui kurikulum pertanian yang meliputi: pemahaman benih padi, ekologi tanah, teknologi PHT, pengembangan bio organik, pengelolaan limbah pertanian, analisa hasil panen, pengenalan teknologi benih, pengenalan penanganan pasca panen, pengendalian mutu, teknologi penyimpanan, pemahaman dasar pemasaran pertanian, sistem informasi pertanian, analisa usaha tani, saluran pemasaran, sosialisasi pertanian dan pedesaan, pengembangan komunitas, dan pengenalan dasar kemitraan pertanian. Jika seseorang mau sukses dalam sebuah pekerjaan, pasti ada formulanya. Nah inilah yang menjadikan KSP Bale Pare maju dan sukses.

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Tidak hanya proses teknik budidaya yang mereka kuasai, tetapi bagaimana me ngendalikan OPT dengan pestisida nabati. Sehingga wajar jika KSP Bale Pare me ngalami kemajuan yang pesat tiap tahunnya. Hasil produksinya pun berlimpah, de ngan menanam padi varietas lokal (si denok, gulabet, maupun Manohara) mampu memanen 5-6 ton/hektar. Kelompok Studi Petani (KSP) Bale Pare yang didirikan oleh H. Rohmat Sarman ini telah merubah pola pikir bagi kelompok tani lainnya. Tidak hanya petani Karawang saja yang dapat menikmati pencerahan ini, namun kelompok tani di luar Karawang pun bias berbagi ilmu disini. Sebut saja dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat Propinsi Jambi, yang mengirimkan 25 orang petani dan 5 orang petugas POPT untuk menimba ilmu disini. Lahirnya P4S Bale Pare tidak lain adalah untuk mencari jalan keluar dari kondisi pelik yang diderita petani saat ini. Dimana posisi petani hingga kini belum beranjak dari lingkaran ketidakberdayaan. Permasalahan pupuk, benih, harga obatobatan, biaya tanam, pengairan, dan harga jual gabah adalah beberapa permasalahan yang kerap kali menghantui kehidupan petani kita,

20


BULETIN PERAMALAN OPT

Permasalahan petani dan sektor pertanian memang tidak bisa dipisahkan dari kebijakan nasional, walaupun pemerintah hingga kini sudah banyak mengeluarkan kebijakan. Meski demikian kebijakan itu (lagilagi) belum membumi dan menyentuh di sektor terkecil dari pertanian kita, yaitu petani. Hal inilah menuntut adanya lembaga swadaya masyarakat yang konsen terhadap pengembangan pertanian. Melakukan mediasi, pendampingan dan pemberdayaan. Minimal, energi sosial yang dulu dimiliki petani kembali tumbuh dan bersemi kembali. Kepada penulis H Rohmat Sarman, ketua KSP Bale Pare menjelaskan bahwa banyak hal yang dapat diperoleh, antara lain: Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap petani dalam pengelolaan usaha pertanian. Mengembangkan keswadayaan petani meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan wawasan usaha. Mengembangkan energi sosial petani belajar dari petani melalui magang di bidang pertanian dan pedesaan. Menumbuhkan energi sosial petani guna mencapai sebuat titik keberdayaan. Membantu pemerintah menumbuhkembangkan petani/kontak tani maju dan mandiri sebagai calon-calon penyuluh pertanian swadaya. Selain itu, KSP Bale Pare ini merupakan tempat untuk bertemu dan berbagi pengalaman antar sesama petani, tempat untuk menggali kembali potensi sinergisitas tiga pilar (POPT, PPL dan Mantri Tani) yang harus dibangun dalam ranah kesetaraan. Selamat kepada KSP Bale Pare yang diberi kesempatan untuk menjadi Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) mewakili Kecamatan Rawamerta. (uripsr@ymail.com)***

Kata-kata Mutiara : Jangan menyerah atas hal yang kamu anggap benar meskipun terlihat mustahil. Selama ada kemauaan , Tuhan akan berikan jalan. Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Peserta magang petani dan petugas dari Kab. Tanjung Jabung Barat berkunjung ke KSP Balepare. (Foto: Urip SR) 21


BULETIN PERAMALAN OPT

S

eandainya ada pertanyaan : “hama apakah yang paling ditakuti oleh petani? Pasti kebanyakan jawabannya adalah wereng.....! Seandainya ada pertanyaan lagi : “hama apakah yang indah?”... Kira – kira jawabannya apa ya? Seandainya pertanyaan tersebut dilontarkan kepada petani di Kepulauan Bangka, pasti mereka tahu jawabannya. Mereka pasti akan menjawab ‘Burung Junai’.

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Burung kekurangan makanan karena pembukaan lahan. Petani menangkap burung tersebut dengan menggunakan jaring. Menurut ahli ornitologi dari LIPI, Muhammad Irham, Burung Junai ini adalah Gallinula chloropus pada umumnya disebut Mandar Batu (Common moorhen).

Foto: Baskoro S Wibowo

Burung Junai saat ini menjadi ‘hama baru’ Di Dusun Tangit, Kelurahan Serdang, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan. Burung ini mulai muncul pada Bulan Maret 2011 dan dianggap sebagai hama karena memakan bulir padi. Sebenarnya burung tersebut merupakan burung liar yang berhabitat di lahan basah. Makanan burung ini adalah serangga dan pucuk tanaman tanaman sejenis rumput. Usut punya usut, ternyata di Kelurahan Serdang sedang dilakukan pembukaan lahan kurang lebih 100 ha. Faktor ini lah yang diduga sebagai salah satu penyebab serangan burung pada tanaman padi.

22


BULETIN PERAMALAN OPT

Burung Junai sebagai berikut :

mempunyai

ciri-ciri

Karakter morfologi : Berukuran sedang (Âą 31 cm), paruh pendek hijau buram dengan pangkal merah. Memiliki perisai merah terang pada dahi, bulu seluruhnya hitam, kecuali coretan garis putih pada sepanjang bagian sisi dan dua bercak putih pada bagian bawah ekor (tampak nyata saat ekor diangkat). Iris berwarna merah, kaki berwarna kehijauan. Habitat Habitat adalah danau, kolam, parit, sawah, perairan payau dengan ketinggian sampai 1.200 dpl. Burung ini kebanyakan hidup di air, berenang perlahan-lahan, dapat menyelam di bawah air untuk waktu yang lama. Burung ini tersebar luas di dunia kecuali Australia. Makanan

Serangga air, tanaman binatang kecil, dan pucuk daun muda. Burung memakan dengan mematuk-matuk serangga dan atau permukaan tumbuhan.

Burung Junai/mandar batu (Gallinula chloropus) hama baru di Kab. Bangka Selatan. (Foto: Baskoro SW)

Telur Sarang dari tumpukan rumput diatas air atau vegetasi mengambang. Telur berwarna kuning pucat berbintik coklat keunguan, jumlah 4-6 butir. Berbiak bulan November-Juli.

Salah satu makanan burung Junai/mandar batu (Gallinula chloropus) berupa pucuk tanaman muda sejenis rerumputan. (Foto: Baskoro SW) Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

23


BULETIN PERAMALAN OPT

Seekor Burung Junai sedang mengerami telur, setiap betina hanya menghasilkan 2 telur setiap musim kawin, sehingga kondisi burung Junai ini patut dilestarikan walaupun sering menjadi hama di Bangka Selatan. (Foto: Baskoro S Wibowo)

Habitat burung Junai di Kab. Bangka Selatan. (Foto: Baskoro SW)

Klasifikasi Burung Junai/Mandar Batu : Kingdon: Animalia Phylum : Chordata Class : Aves Subclass : Neornithes Infraclass : Neognathae Superorder : Neoaves Order : Gruiformes Family : Rallidae Genus : Gallinula Species : G. Chloropus (Linnaeus 1578)

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Sampai saat ini belum ada solusi untuk pengendalian hama burung Junai di Kabupaten Bangka Selatan. Petani hanya mengandalkan perangkap jaring untuk menjebak atau menangkap burung untuk dipelihara atau untuk di konsumsi sebagai lauk pauk. Seperti kebanyakan daging burung apabila diolah mempunyai cita rasa yang gurih sebagai hidangan santap makan.

Karena itu sering diburu oleh petani untuk konsumsi. Burung ini pada dasarnya bukan hama tetapi mempunyai potensi sebagai hama jika habitatnya terganggu, seperti serangan burung di Bangka disebabkan oleh alih fungsi hutan menjadi sawah. Sebaiknya burung yang tertangkap dipindah ke habitatnya supaya tidak punah dan tidak mengganggu pertanian di Bangka Selatan khususnya Kelurahan Serdang, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan. (Ani Widarti & Baskoro S Wibowo)*** 24


BULETIN PERAMALAN OPT



D

alam rapat yang dihadiri oleh Dirjen Tanaman Pangan, Dirjen Perkebunan, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dirjen Hortikultura, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kepala Badan Penyluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kepala Badan Karantina, Kepala Badan Ketahanan Pangan. Dipaparkan realisasi pencapaian (serapan anggaran) yang telah diraih masing -masing unit kerja eselon I Kementerian Pertanian selama TA.2010 dan tahun anggaran berjalan 2011 serta rencana alokasi anggaran untuk TA. 2012. Pada 2010, serapan anggaran di Kementerian Pertanian mencapai 89,67% dengan Badan Karantina dan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan menjadi yang terbaik dengan serapan mencapai 94,81% dan 91,4%. Untuk tahun 2011, secara umum pencapaian di masing-masing unit kerja eselon I Kementerian Pertanian masih dibawah 15%. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, sampai akhir Mei 2011, serapan anggaran baru mencapai 10,67%, namun diharapkan akan terpacu realisasinya pada pertengahan kuartal 2 tahun 2011 dikarenakan pada masa tersebut roda kegiatan pertanian akan kembali berputar dengan cepat.

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Sementara itu untuk tahun anggaran 2012, Kementerian Pertanian akan mendapat dana alokasi sebesar 24,71 triliyun atau 1,5% dari total 10,57 triliyun dana APBN 2012. Jumlah anggaran tersebut meningkat 70% dari tahun 2011 yang berjumlah 16,8 triliyun. Peningkatan anggaran tersebut tentu saja harus diikuti dengan peningkatan kinerja demi tercapainya swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan petani di seluruh nusantara. Menilai paparan yang disampaikan oleh masing-masing pejabat eselon I Kementan, anggota komisi IV DPR RI menarik beberapa kesimpulan, diantaranya: mengapresiasi pencapaian yang telah diraih oleh masing-masing unit kerja eselon I Kementan tahun anggaran 2010, menerima penjelasan rencana alokasi anggaran tahun 2012 dan akan dibahas lebih lanjut pada rapat kerja dengan Menteri Pertanian, dan akan menampung usulan tambahan anggaran dari masing-masing unit eselon I teknis Kementan dengan harapan agar dalam penyusunan program kerja dan anggaran dapat dilakukan secara konsisten. Pada kesempatan ini, dibahas pula beberapa isu-isu dibidang pertanian yang sedang hangat dibicarakan oleh publik. (Devied A) ***

25


BULETIN PERAMALAN OPT

ď‚—ď€

P

erlindungan tanaman merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari system penge lolaan ekosistem pertanian secara keseluruhan berperan dalam pengamanan produksi. Keberadaan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tidak dapat lepas dalam proses produksi, pengendaliannya mengacu pada system Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Salah satu pengendalian OPT yang ramah lingkungan adalah dengan mengembangkan dan memanfaatkan agens hayati. Agens hayati merupakan musuh alami OPT yang keberadaanya sudah terdapat di alam, sehingga diperlukan campur tangan manusia untuk mengembangkannya dan kemudian mengembalikannya ke alam.

Beauveria sp. dan Metarhizium sp. merupakan jamur jenis pathogen serangga yang saat ini telah banyak digunakan untuk mengendalikan serangga hama tanaman. Sedangkan Trichoderma sp. Merupakan jamur antagonis berperan menekan aktivitas pathogen tumbuhan. Ketiga jenis jamur tersebut dapat dikembangkan sendiri oleh petugas bahkan petani (kelompok tani).

Mekanisme infeksi dan karakteristik pathogen. Karakteristik Beauveria bassiana tidak jauh berbeda dengan Metarhizium anisopliae yaitu mempunyai kapasitas reproduksi tinggi, siklus hidup pendek dapat membentuk spora yang bertahan lama di alam, aman, selektif dan kompatibel dengan berbagai insektisida kimia. Keberhalinnya sangat dipengaruhi factor lingkungan (suhu, kelembaban, dan sinar matahari), kerapatan spora dan waktu aplikasi yang tepat. Warna putih merupakan ciri khas dari Beauveria bassiana sedangkan Metarhizium anisopliae berwarna hijau. Proses infeksi dari Beauveria sp. Melalui integument, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Inokulum cendawan yang menempel pada tubuh serangga inang akan berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk menembus kulit tubuh (integument). Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin.

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Cendawan akan berkembang dalam tubuh inang dan menyerang seluruh jaringan tubuh, sehingga serangga mati. Miselia menembus keluar tubuh inang dan menyerang seluruh jaringan tubuh, sehingga serangga mati. Miselia menembus keluar tubuh inang dan tumbuh menutupi tubuh inang dan memproduksi konidia. Gejala serangan akan tampak dengan ditandai tubuh serangga akan mengeras dan miselia cendawan menutupi tubuh inang dan berwarna putih. Sedangkan proses antagonis Trichoderma sp. terhadap pathogen tular tanah adalah proses parasitisme atau antibiosis dengan mengeluarkan enzim yang me ngintervensi aktifitas pathogen. Pengembangan Patogen Serangga Beberapa langkah yang harus ditempuh dan merupakan prosedur umum pengembangan Beauveria sp. Metathizium sp. Dan Trichoderma sp, yaitu:

26


BULETIN PERAMALAN OPT

Eksplorasi Beauveria sp. dan Metarhizium sp. dilaksanakan dengan mengumpulkan serangga terserang dari daerah serangan hama, kemudian diidentifikasi berdasarkan kenampakan visual, seperti aktifitas makan, perubahan warna dan perubahan warna dan perubahan gejala lanjut, sedangkan Trichoderma sp. dengan mengambil sampel tanah yang yang tumbuhannya sehat disekitar tumbuhan yang terserang penyakit.

Identifikasi jenis agens hayati didahului dengan tahapan isolasi. Isolasi dimaksudkan untuk memisahkan mi kroorganisme pathogen dari inangnya, hingga didapat isolate murni untuk memudahkan identifikasi. Identifikasi meliputi 2 aspek yaitu identifikasi status dan identifikasi taksonomi. Identifikasi taksonomi dapat dilakukan dengan memanfaatkan referensi yang ada atau tenaga ahli dengan didasarkan pada bentuk dan ukuran spora, bentuk dan ukuran miselia, warna koloni dan inang identifikasi status dilakukan untuk mengetahui apakah cendawan yang ditemukan merupakan pathogen serangga atau bukan. Identifikasi status ini dilaksanakan dengan menggunakan Postulat Koch. Efikasi, tahapan ini dilakukan denga maksud untuk menguji efektifitas agens hayati yang telah teridentifikasi, dan dapat dilakukan secara langsung dengan mengaplikasikannya pada serangga sasaran dari beberapa daerah yang telah dipelihara sebelumnya. Sesuai dengan mekanisme sebagai jamur pathogen serangga yang menginfeksi melalui kulit, maka uji efikasi Beauveria sp. dan Metarhizium sp harus diaplikasikan dan mengenai tubuh serangga sasarannya. Uji efikasi untuk Trichoderma sp dapat dilakukan melalui uji in-vitro yaitu mengadu antara pathogen dengan Trichoderma sp pada media agar.

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Trichoderma sp berkembang dengan cepat sehingga memenangkan dalam perebutan unsure hara dengan pathogen dan juga mampu mengeluarkan toksin yang mematikan miselia jamur pathogen tanaman. Perbanyakan : tahapan ini dilakukan dengan maksud untuk memperbanyak jumlah agens hayati. Dalam tahapan ini perlu diperhatikan media perbanyakan yang digunakan (mudah didapat dan terjangkau biayanya), teknik perbanyakan (mudah untuk diperbanyak secara sederhana) serta teruji efektifitasnya di lapang. Di tingkat lapang perbanyakan dapat dilakukan secara padat. Beauveria sp dan Metarhizium sp. biasanya menggunakan jagung pecah atau beras merah. Sedangkan Trichoderma sp. Selain dapat menggunakan kedua bahan tersebut juga dapat menggunakan campuran serbuk kayu gergaji yang dicampur dengan dedak dengan perbandi ngan 1 : 1. Aplikasi dilakukan setelah semua tahapan diatas selesai. Dalam tahapan aplikasi perlu diperhatikan waktu, dosis dan teknik aplikasi yang benar agar hasil yang diinginkan tercapai. Secara umum yang dimaksudkan dengan dosis adalah jumlah spora hidup yang terdapat pada bahan perbanyakan tersebut adalah ≼ 106spora/gram. Waktu aplikasi untuk penyemprotan dengan Beauveria sp. dan Metarhizium sp. harus sore hari, untuk menghindari kerusakan jamur pathogen serangga oleh sinar UV. Sedangkan aplikasi Trichoderma sp. umumnya harus dicampur dengan pupuk kandang atau kompos dan diaplikasikan sebelum tanam.

27


BULETIN PERAMALAN OPT

Pemanfaatan

Pemanfaatan Beauveria sp diantaranya untuk mengendalikan : OPT tanaman pangan seperti : Wereng Batang Coklat Walang sangit Penggerek Batang Padi Kepinding Tanah, Wereng Daun Hijau Ulat Grayak Belalang Pengisap polong kedelai/Riptortus Ulat penggulung daun kedelai Pemanfaatan Metarhizium sp. Diantaranya untuk mengendalikan OPT tanaman pangan seperti : Wereng Batang Coklat Wereng Daun Hijau Kepinding Tanah, Kutu daun Walang sangit Belalang Ulat Wereng jagung Ulat tanah Aphis kedelai Pengisap polong kedelai Pemanfaatan Trichoderma sp. pada tanaman padi umumnya diaplikasi dengan pupuk kompos (Trichokompos), khususnya untuk usaha budidaya padi organik.(BP)***

TIDAK MAU TERGANGGU

D

i dalam kereta api, seorang wanita cantik duduk seenaknya sembari membaca buku. Roknya terbuka sehingga seorang laki-laki yang duduk di depannya merasa perlu menegur. “Nyonya…! Boleh saya mengganggu sebentar?” tegur lelaki itu. “Tidak!” jawab wanita itu ketus, karena dikiranya lelaki itu hendak mengajaknya ngobrol, padahal dia sedang asyik membaca. Sejenak mereka berdiam diri. Tapi karena si lelaki sudah tidak tahan lagi, akhirnya dia berkata: “Nyonya. Saya sama seperti Nyonya, tidak mau terganggu. Maukah Nyonya menutupkan rok Nyonya itu dengan baik?” (USR)***

Isolat murni Beauveria bassiana (jamur pathogen serangga) dalam tabung reaksi sebagai bahan untuk perbanyakan (Foto: Dok. BBPOPT) Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

28


BULETIN PERAMALAN OPT

 Oleh : ANI WIDARTI

B

“Corynebacterium? Dangerous? Bahaya?” “Saya takut dengan bakteri Coryn.......!” ”Bagaimana jika Coryn itu bisa merusak kulit kita?’” “Kalau mata kita terkena Coryn apa enggak berbahaya tuh?’” “Kalau Coryn terminum? Takuuut....!”

egitulah, beberapa petugas dan petani masih ada yang ragu – ragu dalam menggunakan Corynebacterium (yang di lapangan sekarang lebih dikenal dengan sebutan Coryn). Mereka takut bakteri ini dapat mengakibatkan sesuatu yang tidak diinginkan terhadap diri mereka seperti iritasi pada mata dan kulit, kerusakan organ tubuh, bahkan kematian. Balai Besar Peramalan Organisme Tumbuhan (BBPOPT) sebagai ‘penemu dan pengembang’ Coryn mempunyai tanggung jawab untuk dapat memberikan jawaban dan bukti yang tegas bahwa Coryn aman bagi manusia dan lingkungan. Selama ini, Coryn terus dikembangkan oleh tim agens hayati BBPOPT Jatisari, dan selama itu pula belum pernah ada peristiwa yang menunjukkan bahwa Coryn mengakibatkan sesuatu yang membahayakan bagi manusia. Sebagai bentuk tanggung jawab, BBPOPT akan membuktikan dan mendokumentasikan.

Untuk itu, dilakukan kajian yang bertujuan untuk :  Pembuktian ‘keamanan’ Corynebacterium terhadap manusia dan lingkungan melalui analisis resiko yang meliputi : Uji LC/LD pada tikus putih mencit (Mus musculus); toksisitas akut oral, toksisitas akut dermal, iritasi pada mata, dan injeksi intraperitonial pada tikus.  Pembuktian ‘keamanan’ Corynebacterium terhadap manusia dan lingkungan melalui uji histopatologi tikusputih mencit (Mus musculus).

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Bagaimana cara mengujinya? Untuk pengujian, digunakan 5 kelompok perlakuan mencit dengan jumlah 5 ekor setiap kelompok perlakuan. Adapun kelompok perlakuan pada mencit adalah P1, P2, P3, P4, dan Kontrol. Pada Perlakuan P1, Jumlah bakteri Corynebacterium pada masing – masing perlakuan adalah 1040 pada P1; 1039 pada P2; 1038 pada P3; 1037 pada P4; dan air biasa pada Kontrol (K). Artinya telah digunakan milyaran bakteri dalam pengujian. Bakteri sejumlah tersebut diperoleh dari 40 isolat (test tube) yang dilarutkan dalam 200 ml air. 29


BULETIN PERAMALAN OPT

4

1

Gambar 1. Larutan Coryn yang digunakan untuk pengujian untuk setiap kelompok perlakuan (Foto: Ani Widarti)

2

Gambar 4. Uji iritasi pada mata dengan cara menyemprotkan larutan Coryn tepat pada mata mencit. (Foto: Ani Widarti)

5

Gambar 2. Uji oral akut melalui air minum (Foto: Ani Widarti)

3

Gambar 5. Uji Lethal dengan cara melakukan pencekokan ke mulut. (Foto: Ani Widarti)

6

Gambar 3. Uji akut dermal dengan cara menyemprotkan larutan Coryn ke tubuh mencit (Foto: Ani Widarti)

Gambar 56 Uji infeksi dengan cara menyuntikkan larutan Coryn pada bagian intraperitonial. (Foto: Ani Widarti) Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

30


BULETIN PERAMALAN OPT

Bagaimanakah Hasilnya? Dari hasil pengujian oral akut, lethal concentrate (LC), dan injeksi intraperitonial, menunjukkan bahwa tidak ada kematian baik pada P1, P2, P3, P4, dan kontrol. Hasil uji iritasi pada mata dan kulit, sampai dengan 8 hari, kondisi kulit dan mata mencit normal. Selain uji yang telah disebutkan, juga dilakukan uji histopatologi, bekerja sama dengan Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB). Uji histopatologi ini untuk mengetahui ada atau tidaknya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh bakteri Coryn. Organ yang diperiksa adalah ginjal dan hepar.

HASIL UJI HISPATOLOGI PADA ORGAN GINJAL MENCIT

Gambar 3. P 2 uji hispatologi pada organ ginjal (Foto: Ani Widarti)

Gambar 1. Perlakuan KONTROL uji hispatologi pada organ ginjal (Foto: Ani Widarti)

Gambar 2. P1 uji hispatologi pada organ ginjal (Foto: Ani Widarti) Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Gambar 4. P 3 uji hispatologi pada organ ginjal (Foto: Ani Widarti)

Gambar 5. P 4 uji hispatologi pada organ ginjal (Foto: Ani Widarti) 31


BULETIN PERAMALAN OPT

HASIL UJI HISPATOLOGI PADA ORGAN HEPAR MENCIT

Gambar 4. P3 uji hispatologi pada organ Hepar (Foto: Ani Widarti)

Gambar 1. Perlakuan KONTROL uji hispatologi pada organ Hepar (Foto: Ani Widarti)

Gambar 5. P4 uji hispatologi pada organ Hepar (Foto: Ani Widarti)

Gambar 2. P1 uji hispatologi pada organ Hepar (Foto: Ani Widarti)

Gambar 3. P2 uji hispatologi pada organ Hepar (Foto: Ani Widarti) Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

Gambar di atas adalah foto sel – sel ginjal dan hepar Mus musculus pada keempat perlakuan dan komtrol. Hasil diagnosa yang dilakukan oleh tim Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor kondisi organ ginjal dan hepar Mus musculus pada berbagai perlakuan adalah normal. Artinya, tidak terdapat kerusakan yang disebabkan oleh Coryn terhadap sel- sel ginjal dan sel-sel hepar Mus musculus. Dengan demikian, Corynebacterium tidak menyebabkan kerusakan organ Mus musculus. Dengan mengacu pada hasil uji terhadap mencit, yang merupakan salah satu hewan uji standar untuk keamanan terhadap manusia, telah terbukti bahwa Coryn aman terhadap manusia. Sehingga tidak ada keraguan dan kekhawatiran untuk menggunakan Corynebacterium. (Ani Widarti)***

32


BULETIN PERAMALAN OPT

Kepada Yth Pengasuh Klinik Tanaman Buletin Peramalan Di Tempat. Saya adalah salah satu petani kedelai di Cipondoh, Tirtamulya, Karawang. Barubaru ini saya menanam kedelai, namun pada daun-daun kedelai terdapat warna kuning pada tepi daun kemudian menjadi merah kekuningan, daun gugur dan pertumbuhannya terlambat sehingga menyebabkan hasil panen menurun. Perlu diketahui, sebelumnya setiap kali menanam pada musim kering belum pernah mengalami kejadian seperti ini. Oleh karena itu, yang ingin saya tanyakan adalah kenapa tanaman saya bisa seperti itu dan bagaimana cara mengatasinya. Demikian pertanyaan dari saya, atas jawabannya saya sampaikan terima kasih. Maksum bin Mochtar Jl. Cipondoh Tirtamulya Karawang, Jawa Barat. Bapak Maksum di Cipondoh Tirtamulya, jika dilihat gejalanya sangat mirip dengan gejala Kahat Magnesium (Mg). Magnesium adalah komponen penyusun klorofil daun sehingga sangat penting dalam proses fotosintesis. Dalam tanaman, Mg termasuk unsure yang mobil sehingga mudah ditranslokasikan dari daun tua, oleh karenanya gejala awal kekahatan akan Nampak pada daun-daun tua.

Kekahatan Mg ditandai adanya klorosis yang berawal dari tepi daun, kemudian menjalar ke bagian tengah di antara tulang daun., Kekahatan yang meningkat menyebabkan perubahan warna tepi daun menjadi merah kekuningan, daun gugur, pertumbuhan terhambat dan hasul rendah. Kahat Mg umum terjadi pada tanah bertekstur pasir, tanah oxisol, ultisol dengan pH masam dengan kejenuhan basa rendah. Batas kritis kandungan Mg dalam tanah adalah 50 ppm Mg. Kisaran nilai cukup pada daun muda kedelai adalah 0,26-1,0%. Kahat Mg pada tanah masam dapat diatasi dengan pemupukan memalui daun dan tanah denga pupuk yang mengandung Mg, seperti kiserit (MgSO4) dan dolomit [CaMg (CO3)2] dosis setara 11-22 kg MgO/ha, dapat juga dengan pemberian pupuk kandang 2-2,5 ton/ha. Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.(BP)***

Daun kedelai yang mengalami kahat Mg (Foto: W.F. Bennet)

Kahat Mg pada pertanaman di lahan masam Lampung (Foto:: A. Taufik Balitkabi)

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

33


BULETIN PERAMALAN OPT

ď€˘ď€ MENGGUNAKAN PESTISIDA NABATI

P

estisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan unruk mengendalikan organism pengganggu tumbuhan (OPT). Pestisida nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antivertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. Secara umum pengertian pestisida nabati adalah sebagai suatu pestisida yang berbahan aktif (bahan dasarnya) berasal dari tumbuhan atau disebut juga pestisida alami. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang. Pestisida nabati bersifat hit and run, yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi. Di Indonesia, terdapat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati, namun sampai saat ini pemanfaatannya belum dilakukan dengan maksimal. Beberapa jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan kemampuannya dalam mengendalikan OPT, walaupun beberapa diantaranya dapat berperan ganda (tidak hanya untuk satu jenis saja). Menurut Grainge et al.,(1985) terdapat lebih dari 1000 spesies dari 380 spesies mengandung zat pencegah makan (antifeedant), lebih dari 270 spesies mengandung zat penolak (repellent), lebih dari 35 spesies mengandung akarisida dan lebih dari 30 spesies mengandung zat penghambat pertumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati antara lain:

1. Picung/Kluwek (Pagium edule) Bahan aktif : asam sianida OPT Sasaran : Walang sangit, Kresek/BLB Bagian yang digunakan : Biji, daun Cara pembuatan ekstrak: Buah picung dihancurkan kemudian direndam dalam air selama satu hari satu malam. Hasil rendaman disaring dan dilarutkan dalam 10 liter air kemudian disemprotkan. Akan lebih efektif dan efisien bila dikombinasikan dengan perangkap “Yuyu/Ketam� lengkuas/kotoran ayam ras, bangkai keong Picung/Kluwek (Pagium edule) tanaman serbaguna selain mas atau bahan perangkap lain. sebagai bumbu dapur juga berpotensi sebagai pestisida nabati. (Foto: Internet)

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

34


BULETIN PERAMALAN OPT

2. Pinus (Pinus merkusii Jungh.&De Vr) Bahan aktif : saponin, flavonoid, polifenol. Bagian yang digunakan: batang. OPT sasaran : WBC Cara pembuatan ekstrak: Serbuk gergaji kayu pinus dijemur sampai kering kemudian disebarkan ke lahan persemaian pada pagi hari.

Pinus (Pinus merkusii)

3. Tephrosia (Tephrosia vogelii)

Bahan aktif : Tephrosin dan deguelin. OPT sasaran : Serangga, tikus, siput murbei, penggerek polong kedelai. Bagian yang digunakan : daun (dibuat ekstrak)

Kacang Babi (Tephrosia vogelii)

4. Kenikir (Cosmos caudatus) Bahan aktif : saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Bagian yang digunakan : daun OPT sasaran : Wereng, serangga Cara pembuatan ekstrak : Daun secukupnya ditambah 3 suing bawang putih, 2 cabai rawit direbus lalu disaring. Penggunaan dicampur dengan air sabun.

Kenikir (Cosmos caudatus)

5. Lengkuas (Alpinia galanga) dan Jahe (Zingiber officinale) Bahan aktif : Minyak atsiri, flavonoid, fenol, terpenoid. Bagian yang digunakan : rimpang. OPT sasaran : ulat grayak kedelai. Cara pembuatan ekstrak : Lengkuas dan jahe ditumbuk atau diparut, kemudian diperas untuk diambil sarinya, Lengkuas (Alpinia galanga) selanjutnya dicampur air secukupnya untuk disemprotkan pada areal tanaman yang terserang.

Cara pengendalian alternatif melalui pemanfaatan tumbuhan yang mengandung alelokimia untuk pengendalian OPT saat ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Potensi ini apabila dikembangkan akan memperoleh hasil pengendalian OPT yang murah dan tidak/ sedikit menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan baik bagi pekerja, hewan maupun lingkungan. Oleh karena itu, dalam pengembangan potensi pestisida nabati tersebut diperlukan usaha keras dari semua pihak. Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

35


BULETIN PERAMALAN OPT

6. Jengkol (Archidendron pauciflorum) Bahan aktif : Asam jengkolat, ureum, belerang. Bagian yang digunakan : buah. OPT sasaran : tikus Cara pembuatan ekstrak : Buah jengkol diiris-iris kecil kemudian disebarkan di sawah yang berair. 7. Jarak (Ricinus communis)

Bahan aktif: Alkaloid dan rocinin. OPT sasaran :: Ulat, pengisap polong. Bagian yang digunakan : Biji. Cara pembuatan ekstrak: 1 kg biji jarak ditumbuk sampai halus lalu dicampur dengan 2 liter air dan dipanasi selama 10 menit. Ditambah 2 sendok makan minyak tanah dan sabun, ramuan disaring dan dilarutkan dalam 10 liter air.

8. Pinang (Areca cathecu) Bahan aktif : Orecoline. Bagian yang digunakan : biji. OPT sasaran : siput murbei. Cara pembuatan ekstrak: Biji pinang ditumbuk lalu disebarkan ke sawah. 9. Bitung (Baringtonia acutangula) Bahan aktif : saponin dan triterpenoids. Bagian yang digunakan : Biji. OPT sasaran : serangga. Cara pembuatan ekstrak : Biji langsung dapat digunakan dengan mencampurnya dengan pelarut atau dibuat tepung.

10. Sembung (Blumea balsamifera) Bahan aktif : borneol, sineol, limonene, D.M. eterfloroasetofenon. Bagian yang digunakan : daun. OPT sasaran : siput murbei. Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

36


BULETIN PERAMALAN OPT

DELIMA (punica granatum L.)

D

elima selain bisa dimakan langsung juga enak sebagai campuran rujak, nama lain dari delima adalah punica malus. Bangsa Myrtales, Suku Lythraceae, Marga punica, spesies Punica granatum. Semua bagian dari tumbuhan ini sangat berguna sebagai obat tradisional.

Kegunaan: 1. KULIT BUAH digunakan untuk sakit perut karena cacing, buang air besar mengandung darah dan lender (disentri amuba), diare kronis, pendarahan seperti wasir berdarah, muntah darah, batuk darah, pendarahan rahim, pendarahan rectum, prolaps rectum, radang tenggorok, radang telinga, keputihan (leukorea), nyeri lambung. 2. KULIT AKAR dan KULIT KAYU digunakan untuk cacingan, batuk, diare. 3. BUNGA digunakan untuk radang gusi, perdarahan, bronchitis.

4. DAGING BUAH digunakan untuk menurunkan berat badan, cacingan, sariawan, tenggorokan sakit, suara parau, tekanan darah tinggi (hipertensi), sering kencing, rematik (arthritis), perut kembung. 5. BIJI digunakan untuk menurunkan demam, batuk, keracunan, cacingan.

Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

37


BULETIN PERAMALAN OPT

ď€

Seputar K ehidupan dan

P

ada tahun 1952, Presiden Soekarno sendiri pernah mengatakan bahwa Bangsa Indonesia akan mengalami celaka dan bencana dalam waktu dekat jika persoalan makanan ini tidak segera dipecahkan. Sebab, menurutnya, persoalan ketersedian pangan ini merupakan masalah hidup dan mati. Oleh karena itu, ia menyerukan untuk melakukan perubahan secara radikal dan revolusioner untuk menyelesaikan masalah perberasan nasional. Para petani sebagai produsen utama beras harus terus mengasah dan membuka diri terhadap model-model pengembangan pertanian padi, baik dari sudut pemikiran, teknologi, maupun manajemen usaha pertanian. Tentu saja yang tidak kalah pentingnya adalah memperkuat kelembagaan di tingkat petani. Sebab, aspek ini juga cukup besar andilnya mengapa petani kita tak berdaya. Tanpa berbagai upaya dan kepedulian serta berbagai perubahan yang radikal dan revolusioner seperti diungkapkan Soekarno, maka jangan pernah berharap perberasan kita akan maju.(BP)*** Vol.11/No.2/ Edisi XIII /Okt/2011

38



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.