Peramalan OPT Vol 8 No 1

Page 1

Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT)

Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan Tanaman

BANGKIT KEDELAI REVITALISASI TANAMAN KEDELAI WASPADAI…! OPT UBIJALAR

KLINIK TANAMAN Identifikasi Penyakit Padi


BULETIN PERAMALAN

® Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan

PELINDUNG Sesditjen Tanaman Pangan PENANGGUNG JAWAB Kepala BBPOPT PIMPINAN REDAKSI Kabid Pelayanan Peramalan WK.PIMPINAN REDAKSI Kasi Informasi dan Dokumentasi REDAKTUR PELAKSANA Ir. Harsono Lanya, MS Ir. Joko Priyono Ir. Firdaus Natanegara, MM Ir. Sugandhi Z Ir. Baskoro S. Wibowo Edi Suwardiwijaya, SP Urip Slamet Riyadi Devied Apriyanto, SP

Catatan

W

aktu yang terus berputar dengan tidak terasa kita memasuki tahun 2008 dengan segala harapan dan tantangan baru yang pasti akan dihadapi bersama. Berbagai prediksi dan sasaran program yang akan dicapai pada tahun 2008 ini telah diurai banyak pakar dalam berbagai sektor kehidupan baik yang bernada positif maupun negatif. Semua berharap dan mencanangkan tahun ke depan harus lebih baik dari tahun sebelumnya, ini adalah teori umum walau terkadang tak sesuai dengan pembuktiannya. Memasuki tahun 2008, Buletin Peramalan yang terus konsisten memperbaiki kualitas penyajian, melalui media ini diharapkan ikut andil untuk mensosialisasikan penanganan Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (P3OPT) sebagai wujud ikut serta dalam mendukung Program Pembangunan Pertanian. Kita memang paham betul bahwa di dunia ini haruslah selalu dinamis, perlahan tapi pasti dunia akan terus berubah dari waktu ke waktu, sehingga dunia saat ini terus mengalami pembaruan. Kita hidup di dunia yang terus baru. Inilah yang dinamakan dinamika hidup. Tak terkecuali Buletin Peramalan ini pada tahun anggaran (TA) 2008 mengalami perubahan terbit, yang biasanya terbit 2 kali (2 Edisi) setiap tahun anggaran sekarang hanya mampu terbit sekali (1 Edisi) saja. Kita semua maklum dengan alasan terbatasnya anggaran sehingga perlu efisiensi di berbagai bidang termasuk penghematan penerbitan Buletin. Kalau boleh berimajinasi kepingin rasanya merangkul stake holders untuk berperan serta membangun pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT lewat media advertensi (baca: iklan) yang sesuai dengan misi Buletin Peramalan. Sekarang hampir semua hal mulai dari teknologi, informasi dan ilmu pengetahuan, akan menjadi barang komoditas. Namun, ada satu hal yang menurutnya tidak akan menjadi komoditas. Hal ini adalah imajinasi.

STAF REDAKSI Teti Sri Mulyati

Pak Einstein pernah bilang, imajinasi lebih tinggi derajatnya ketimbang ilmu pengetahuan (knowlodge). Imajinasi ada yang positif dan ada yang negatif. Imajinasi positif menghasilkan sesuatu yang kreatif, sementara imajinasi negatif terkadang bersifat menghancurkan (destruktif).

DOKUMENTASI & GRAFIS Urip Sl@met Riy@di

Tantangan yang harus kita hadapi di dunia “telanjang” seperti sekarang ini adalah bagaimana kita semua memiliki imajinasi yang dapat memberikan dampak positif bagi orang lain.

SIRKULASI Indriastuti, BA

Sekali lagi kami berimajinasi kapan ada iklan yang mau pasang di media ini agar bisa terbit 4 kali dalam setahun sehingga media ini melalui peningkatan informasi materi Teknologi Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Teknologi P3OPT) dapat lebih terasa berpartisipasi aktif untuk suksesnya Program Ketahanan Pangan Nasional, yang kita semua komit ikut mengawal program tersebut. Selamat mengarungi Tahun 2008.(USR)***

ALAMAT REDAKSI Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari Karawang—Jawa Barat (41374) Telp/Fax: (0264) 360581 E-mail: peramal_hama@hotmail.com

Sidang Redaksi, membahas isi materi dan lay out Buletin Peramalan edisi 2008.

EDISI TAHUN 2008

1


BULETIN PERAMALAN Redaksi menerima saran, kritik, atau pendapat dari Anda. Kirimkan surat Anda ke alamat redaksi. Surat dapat juga dilengkapi dengan foto diri. Redaksi menerima kiriman naskah dengan panjang maksimum 3 halaman kwarto dengan spasi 1,5, termasuk foto dari luar. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat, tanpa mengurangi bobot tulisan. Ditunggu kiriman naskahnya. Alamat Redaksi: Buletin Peramalan Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari—Karawang, Jawa Barat (41374) Telp/Fax : (0264) 360581, E-mail: peramal_hama@hotmail.com



MOHON BANTUAN INFORMASI

Setelah kami mengikuti Penas KTNA XII di Sembawa Banyuasin, 7 – 12 Juli 2007 yang lalu dan membaca bahan publikasi terbitan Balai Besar Peramalan OPT, diantaranya leaflet keong mas, tikus dan lain-lainnya, Kami sangat tertarik dan berminat sekali untuk mengetahui lebih lanjut mengenai OPT lain dan cara pengendaliannya. Sebagai informasi di desa kami, sekarang OPT yang paling banyak menyerang tanaman padi adalah keong mas, ulat, kepik, walang sangit dan tikus. Besar harapan kami kiranya Bapak dapat berkenan memenuhi permohonan tersebut. Demikian atas bantuan dan kerjasamanya diucapkan terima kasih. SYARIFUDIN ABDUL SANI LSM Parung Lestari Hijau Masyarakat Madani Jl. Raya Palembang SP. Padang KM 19 Desa Gelebak Dalam, Kec. Rambutan, Kab. Banyuasin. Permintaan Bapak akan diupayakan untuk dipenuhi dan setiap ada penerbitan baru akan selalu dikirim. Terima kasih atas atensinya kepada Buletin Peramalan (BBPOPT). Salam Pedesaan….! (Redaksi).

1. 2. 3. 14. 18. 20. 21. 23. 25. 27. 30. 31. 34. 36. 37. 38. 39. 40.

CATATAN REDAKSI SURAT PEMBACA INFO PERAMALAN : Ramalan OPT MK. 2008 TOPIK UTAMA : Penguatan Perlintan Pangan 2008 TEKNOLOGI PERLINTAN : Waspadai OPT Ubijalar KLINIK TANAMAN : Identifikasi Penyakit Padi REPORTASE : Kunjungan ke PPO Purwakarta MIMBAR PROTEKSI : Pengembangan Pola SRI KOLOM NABATI : Sri Kaya, Pestisida Nabati PROFIL PETANI : Sali Sang Motivator HOT NEWS: Tanggapan berita di Kompas INFO KHUSUS : Otomatisasi SMPK dengan AWS LINGKUNGAN : Penanggulangan Pencemaran Pertanian RESEP TRADISIONAL : Pengobatan Diabetes Mellitus INTERMEZZO POJOK KARTUN SEKILAS INFO: Ajang Pameran Agrinex 2008 SKETSA

4 Sisi Potensial yang dimiliki manusia : 1. Self awareness, sikap mawas diri. 2. Conscience, mempertajam suara hati supaya menjadi berkehendak baik, seraya memunculkan keunikan serta memiliki misi dalam hidup. 3. Independent will, pandangan independen untuk bekal bertindak dan kekuatan untuk mentrandensi. 4. Creative imagination, berpikir transeden dan mengarah ke depan/ jangka panjang untuk memecahkan aneka masalah dengan imajinasi, khayalan, serta memacu adaptasi yang tepat. Sumber: Stephen Covey (First Thing First) Gempita 2-10/04

EDISI TAHUN 2008

2


BULETIN PERAMALAN

ďƒ˝ Oleh Kelompok Fungsional GIS/BBPOPT Jatisari

R

amalan OPT utama tanaman padi MK.2008 masih didominasi oleh OPT klasik, karena setiap musim tanam OPT jenis ini selalu hadir, yang tentu saja kehadirannya membuat geram para petani. Apa saja OPT tersebut, tentunya si monyong (TIKUS), Wereng Batang Coklat (WBC), Penggerek Batang Padi (PBP), Blas, dan Tungro (WDH sebagai vektor). Angka-angka Ramalan yang paling aktual ini hasil analisis Kelompok GIS Balai Besar Peramalan OPT, Jatisari. Angka ramalan disajikan dalam bentuk tabel, dengan harapan untuk mempermudah dan persiapan antisipasi di daerahnya masing-masing sebagai peringatan dini (early warning system) karena bagaimanapun lebih baik selalu siaga daripada kecolongan terjadi ledakan OPT. Betul tidak? Betul. Bagaimana tindakan korektif terhadap angka-angka ramalan ini?, dan dengan nilai ramalan daerah serta memperhatikan potensi OPT, para petugas bersama petani di masing-masing daerah untuk selalu mempersiapkan segala bentuk tindakan pengendalian agar dapat dilaksanakan secara dini, tidak terlambat, sesuai dengan keadaan dan kondisi lingkungan setempat, serta prasarana dan sarana yang tersedia di masingmasing daerah, dengan tetap berpedoman pada falsafah penerapan PHT. Berikut Redaksi sajikan tabel ramalan provinsi untuk seluruh wilayah di Indonesia. Tabel 1. Kejadian Serangan OPT Utama Padi MK.2007 dan MH.2007/2008 serta Ramalan Luas Serangan MK.2008 di Indonesia. No.

OPT

KLTS MK. 2007 (ha)

KLTS MH. 2007/08 (ha)

Ramalan OPT Utama Padi MK. 2008 (ha) Minimum

Rerata

Maksimum

1

PBP

92.889

64.973

49.798

57.176

65.647

2

WBC

18.049

9.906

3.786

4.991

6.579

3

TIKUS

55.727

44.470

35.624

40.902

46.961

4

TUNGRO

7.231

2.355

2.522

3.102

3.817

5

BLAS

6.639

4.707

1.536

1.847

2.220

180.534

126.411

93.266

108.017

125.224

JUMLAH

EDISI TAHUN 2008

3


BULETIN PERAMALAN

Tabel 2. Ramalan Maksimum OPT Utama Padi MK.2008 menurut Provinsi di Indonesia No.

Propinsi

PBP (ha)

WBC (ha

TIKUS (ha)

TUNGRO (ha)

BLAS (ha)

1

NAD

846

27

1.978

2

45

2

SUMUT

417

126

888

28

86

3

SUMBAR

35

2

350

45

18

4

RIAU

129

3

107

2

30

5

JAMBI

194

17

294

6

8

6

SUMSEL

478

5

405

49

70

7

BENGKULU

203

10

1.082

134

42

8

LAMPUNG

2.679

58

2.398

139

144

9

DKI

216

4

26

2

4

10

JABAR

21.098

3.031

10.856

985

510

11

JATENG

15.484

1.927

8.676

517

170

12

DIY

1.755

36

729

31

7

13

JATIM

3.760

488

2.852

377

192

14

BALI

593

4

473

464

11

15

NTB

632

39

38

209

55

16

NTT

968

65

644

70

44

17

KALBAR

392

82

981

3

90

18

KALTENG

36

7

76

2

9

19

KALSEL

116

86

317

10

45

20

KALTIM

469

7

422

12

41

21

SULUT

841

2

403

169

20

22

SULTENG

1.410

2

963

69

4

23

SULSEL

6.588

78

8.207

118

211

24

SULTRA

2.363

2

2.733

5

212

25

MALUKU

24

4

3

4

4

26

PAPUA

283

3

19

181

7

27

BANTEN

2.669

456

941

171

136

28

GORONTALO

924

5

73

7

3

29

MALUKU UTARA

46

2

31

8

5

65.647

6.579

46.961

3.817

2.220

Jumlah

EDISI TAHUN 2008

4


BULETIN PERAMALAN

PETA PRAKIRAAN LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK. 2008 MENURUT PROVINSI DI INDONESIA

E

1 4

5 0 0

0

3

°

°

°

°

°

MM a a l lu u k k u u U U t t a a r r a a

E

E

E

E

E

E

DD KK I I BB a a nn t t ee n n J J a a ww a a BB a a r r aa t t

MM a a l lu u k k u u

S S u u l la a ww e e s s i i T T e e nn g g g g a a r r a a

L L a a mm p p u u n n g g

PP a a p p u u a a

JJ a a ww a a TT e e n n gg a a h h J J a a ww a a T T i i mm u u r r D D I IY Y

BB a a l li i

R a m a la n S e ra n g a n (H a )

NN u u s s a a T T ee n n g g gg a a r r a a BB a a r r a a t t T T I IM M O O R R T T I I M M U U R R

W B C M K .2 0 0 8 (2 ) (2 ) (1 ) (2 4 )

WERENG BATANG COKLAT

2 5 0

5 0 0

0

3

°

°

MM a a l lu u k k u u U U t t a a r r a a

E

E

E

E

E

E

K K a a l li imm a a n n t t a a n n T T e e n n g g a a h h

J J a a mm b b i i

GG o o r r o o n n t t a a l loo

°

°

°

°

S S u u mm a a t t e e r r a a B B a a r r a a t t

6

9

2

5

K K a a l li imm a a n n t t a a n n B B a a r r a a t t

kilo m e te r s

S S u u l l a a ww e e s s i i U U t t a a r r a a

K K a a l li imm a a n n t t a a n n T T i imm u u r r

R R i ia a u u

0

4

3

MM A A L L A A Y Y SS I IAA

S S u u mm a a t t e e r r a a U U t t a a r r a a

1

1

2

1

1

1

1

0

N N AA D D

1

1

7 °N

S S u u l la a ww e e s s i i T T e e n n g g a a h h

S S u u mm a a t t e e r r a a S S e e l la a t t a a n n

SS u u l la a ww e e s s i i SS e e l la a t t a a n n

B B e e n n g g k k u u l lu u

S S u u l la a ww e e s s i i T T e e nn g g g g a a r r a a

L L a a mm p p u u n n g g DD KK I I BB a a nn t t ee n n J J a a ww a a BB a a r r aa t t

R a m a la n S e r a n g a n ( H a ) T IK U S M K . 2 0 0 8 0 to 5 ,0 0 0 to 1 ,0 0 0 to 5 0 0

°

3

6

9

2

°

GG o o r r o o n n t t a a l loo

2 5 0

kilo m e te r s

SS u u l la a ww e e s s i i SS e e l la a t t a a n n

B B e e n n g g k k u u l lu u

> 5 ,0 0 1 ,0 0 0 5 0 0 1

S S u u l la a ww e e s s i i T T e e n n g g a a h h

S S u u mm a a t t e e r r a a S S e e l la a t t a a n n

EDISI TAHUN 2008

1

1

2

1

1

1

1

5

K K a a l li imm a a n n t t a a n n T T e e n n g g a a h h

J J a a mm b b i i

0

S S u u l l a a ww e e s s i i U U t t a a r r a a

K K a a l li imm a a n n t t a a n n B B a a r r a a t t

7 °S

0

PENGGEREK BATANG PADI

0

R R i ia a u u S S u u mm a a t t e e r r a a B B a a r r a a t t

> 5 0 0 2 5 0 to 5 0 0 1 0 0 to 2 5 0 1 to 1 0 0

4

T T I IM M O O R R T T I I M M U U R R

K K a a l li imm a a n n t t a a n n T T i imm u u r r

7 °S

1

NN u u s s a a T T ee n n g g gg a a r r a a BB a a r r a a t t

MM A A L L A A Y Y SS I IAA

S S u u mm a a t t e e r r a a U U t t a a r r a a

1 4 °S

E

BB a a l li i

1

N N AA D D

0 °N

°

J J a a ww a a T T i i mm u u r r D D I IY Y

(2 ) (1 ) (6 ) (2 0 )

7 °N

PP a a p p u u a a

JJ a a ww a a TT e e n n gg a a h h

P B P M K .2 0 0 8

1 4 °S

MM a a l lu u k k u u

S S u u l la a ww e e s s i i T T e e nn g g g g a a r r a a

R a m a la n S e r a n g a n ( H a ) 0 0 to 1 0 ,0 0 0 to 5 ,0 0 0 to 1 ,0 0 0

3

DD KK I I BB a a nn t t ee n n J J a a ww a a BB a a r r aa t t

0 °N

3

SS u u l la a ww e e s s i i SS e e l la a t t a a n n

L L a a mm p p u u n n g g

> 1 0 ,0 5 ,0 0 0 1 ,0 0 0 1

5 0 0

S S u u l la a ww e e s s i i T T e e n n g g a a h h

S S u u mm a a t t e e r r a a S S e e l la a t t a a n n B B e e n n g g k k u u l lu u

7 °S

MM a a l lu u k k u u U U t t a a r r a a

E

E

E

E

K K a a l li imm a a n n t t a a n n T T e e n n g g a a h h

GG o o r r o o n n t t a a l loo

2 5 0

kilo m e te r s

°

°

°

°

K K a a l li imm a a n n t t a a n n B B a a r r a a t t

J J a a mm b b i i

6

9

2

5

R R i ia a u u

0

S S u u l l a a ww e e s s i i U U t t a a r r a a

K K a a l li imm a a n n t t a a n n T T i imm u u r r

S S u u mm a a t t e e r r a a B B a a r r a a t t

1 4 °S

1

2

1

1

1

MM A A L L A A Y Y SS I IAA

S S u u mm a a t t e e r r a a U U t t a a r r a a

0 °N

1

0

N N AA D D

1

1

7 °N

(3 (5 (6 (1 5

) ) ) )

MM a a l lu u k k u u

PP a a p p u u a a

JJ a a ww a a TT e e n n gg a a h h J J a a ww a a T T i i mm u u r r D D I IY Y

BB a a l li i

NN u u s s a a T T ee n n g g gg a a r r a a BB a a r r a a t t T T I IM M O O R R T T I I M M U U R R

TIKUS

5


BULETIN PERAMALAN 1 ° E

BB a a l li i

NN u u s s a a T T ee n n g g gg a a r r a a BB a a r r a a t t T T I IM M O O R R T T I I M M U U R R

TUNGRO

0

3

°

°

MM a a l lu u k k u u U U t t a a r r a a

E

E

E

S S u u l la a ww e e s s i i T T e e nn g g g g a a r r a a

L L a a mm p p u u n n g g DD KK I I BB a a nn t t ee n n J J a a ww a a BB a a r r aa t t

R a m a la n S e ra n g a n (H a ) 0 to 5 0 0 to 1 0 0 to 5 0

5 0 0

SS u u l la a ww e e s s i i SS e e l la a t t a a n n

B B e e n n g g k k u u l lu u

B L A S M K .2 0 0 8

2 5 0

S S u u l la a ww e e s s i i T T e e n n g g a a h h

S S u u mm a a t t e e r r a a S S e e l la a t t a a n n

7 °S

E

E

E

K K a a l li imm a a n n t t a a n n T T e e n n g g a a h h

J J a a mm b b i i

GG o o r r o o n n t t a a l loo

°

°

°

°

K K a a l li imm a a n n t t a a n n B B a a r r a a t t

S S u u mm a a t t e e r r a a B B a a r r a a t t

6

9

2

5

R R i ia a u u

kilo m e te r s

S S u u l l a a ww e e s s i i U U t t a a r r a a

K K a a l li imm a a n n t t a a n n T T i imm u u r r

0

4

3

MM A A L L A A Y Y SS I IAA

S S u u mm a a t t e e r r a a U U t t a a r r a a

1

1

2

1

1

1

1

0

1

1

N N AA D D

0

J J a a ww a a T T i i mm u u r r D D I IY Y

(2 ) (9 ) (2 ) (1 6 )

7 °N

4

E

PP a a p p u u a a

JJ a a ww a a TT e e n n gg a a h h

T U N G R O M K .2 0 0 8

1 4 °S

°

R a m a la n S e ra n g a n (H a )

> 5 0 1 0 0 5 0 1

3

E

E

E

E

DD KK I I BB a a nn t t ee n n J J a a ww a a BB a a r r aa t t

0 °N

MM a a l lu u k k u u U U t t a a r r a a

MM a a l lu u k k u u

S S u u l la a ww e e s s i i T T e e nn g g g g a a r r a a

L L a a mm p p u u n n g g

0 to 5 0 0 to 1 0 0 to 5 0

5 0 0

SS u u l la a ww e e s s i i SS e e l la a t t a a n n

B B e e n n g g k k u u l lu u

1 4 °S

3

GG o o r r o o n n t t a a l loo

2 5 0

S S u u l la a ww e e s s i i T T e e n n g g a a h h

S S u u mm a a t t e e r r a a S S e e l la a t t a a n n

7 °S

kilo m e te r s

°

°

°

°

K K a a l li imm a a n n t t a a n n T T e e n n g g a a h h

J J a a mm b b i i

6

9

2

5

K K a a l li imm a a n n t t a a n n B B a a r r a a t t

S S u u mm a a t t e e r r a a B B a a r r a a t t

0

S S u u l l a a ww e e s s i i U U t t a a r r a a

K K a a l li imm a a n n t t a a n n T T i imm u u r r

R R i ia a u u

> 5 0 1 0 0 5 0 1

1

2

1

1

1

MM A A L L A A Y Y SS I IAA

S S u u mm a a t t e e r r a a U U t t a a r r a a

0 °N

1

0

N N AA D D

1

1

7 °N

MM a a l lu u k k u u

PP a a p p u u a a

JJ a a ww a a TT e e n n gg a a h h J J a a ww a a T T i i mm u u r r D D I IY Y

BB a a l li i

NN u u s s a a T T ee n n g g gg a a r r a a BB a a r r a a t t T T I IM M O O R R T T I I M M U U R R

(1 ) (6 ) (4 ) (1 8 )

PENYAKIT BLAS

Upaya antisipasi serangan dan pengendalian hama penyakit Tanaman Padi

S

ebagaimana yang diamanatkan UU No.12/1992 dan PP No.6/1995, kebijakan pemerintah dalam Perlindungan Tanaman adalah penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) yang merupakan suatu cara pendekatan atau filosofi tentang pengendalian OPT yang didasarkan atas pertimbangan ekologi dan ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem produktif yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Teknologi pengendalian OPT padi didasarkan atas penerapan prinsip PHT (budidaya tanaman sehat, pemanfaatan dan pelestarian musuh alami, pengamatan intensif dan petani sebagai manajer usahatani ahli PHT yang mandiri). Dalam operasionalnya berupaya untuk menerapkan kombinasi komponen teknologi secara optimal, dengan lebih mengedepankan pengendalian preemtif atau lebih menekankan penerapan teknologi untuk: a) meningkatkan kekekaran tanaman yang menyeluruh (general vigor) untuk meningkatkan resistensi tanaman dari aspek mekanisme preferensi dan toleransi, b) mengupayakan terjaganya peran musuh alami OPT (pelestarian dan penambahan agens hayati), dan c) manipulasi mikro habitat agar tidak kondusif bagi OPT (melakukan pengelolaan mikro habitat agar unsur fisik iklim/ cuaca kelembaban, suhu, radiasi matahari, dan gerakan udara, serta pengelolaan air lahan) untuk menghambat perkembangan OPT. Upaya penerapan kombinasi teknologi pengendalian OPT padi yang dapat dilakukan meliputi: EDISI TAHUN 2008

6


BULETIN PERAMALAN 1. Upaya meningkatkan pengendalian alami: a. Menghindari aplikasi teknologi yang berdampak merugikan atau mematikan perkembangan musuh alami OPT baik terhadap predator, parasitoid, patogen serangga, maupun agens antagonis. Tindakan pertama adalah jangan gunakan racun apabila OPT belum mencapai ambang pengendalian. Contoh: dalam keadaan lingkungan normal (tidak ada infestasi/populasi migran yang tinggi dari penggerek batang dan WBC) maka jangan gunakan racun di pesemaian maupun pertanaman muda. b. Memasukkan agens hayati pengendali OPT ke dalam ekosistem, meliputi pelepasan parasitoid, predator, aplikasi patogen serangga, maupun agens antagonis. Untuk mengantisipasi serangan penyakit kresek (di daerah endemis) dilakukan aplikasi Corynebacterium sp. (agens antagonis untuk kresek); perendaman benih sebelum disemai atau pada pesemaian berumur paling lambat 7 hari sebelum pencabutan bibit, kemudian diulang pada umur 14, 28 dan 42 hst dengan dosis 2,5 liter/ha. Untuk mengantisipasi serangan hama PBP, pemasangan pias Trichogramma sp. (parasitoid telur PBP) dilakukan sejak pesemaian berlanjut selama masa pertanaman. Pemasangan pias parasitoid pada pertanaman dilakukan secara bertahap sesuai dengan keberadaan kelompok telur PBP. Untuk mengantisipasi serangan hama wereng batang coklat, apabila dijumpai ada populasi hama di pesemaian atau tanaman muda/vegetatif dapat dilakukan aplikasi patogen serangga seperti Beauveria bassiana, Metarrhizium sp., bakteri patogen serangga hama. 2. Pengelolaan ekosistem melalui usaha/cara bercocok tanam, bertujuan untuk menciptakan lingkungan pertanaman (mikro habitat) yang kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangbiakan atau pertumbuhan OPT serta mendorong peranan agens pengendali hayati. Usaha bercocok tanam ini meliputi : a. Penempatan padi hibrida hendaknya menghindari lokasi endemis OPT, tetapi berpengairan teknis (pada musim kemarau) agar dapat mengupayakan cara-cara budidaya tanaman sehat. b. Pengolahan tanah yang baik untuk mengeradikasi, sanitasi inang dan meningkatkan kesuburan dan vigor pertumbuhan tanaman. c. Penggunaan benih sehat dan bermutu (berlabel/ bersertifikat, tidak kedaluarsa) sehingga didapatkan pertanaman yang sehat. d. Penetapan masa tanam (pergiliran tanaman, pola tanam, dan waktu tanam, pergiliran varietas/ hibrida pada musim kemarau) untuk mengkondisikan tanaman yang dibudidayakan agar terhindar dari akumulasi populasi, infestasi atau infeksi OPT. Upaya tanam serentak, untuk memperpendek masa perkembangan dan pertumbuhan populasi/inokulum OPT. EDISI TAHUN 2008

e.

f.

g.

3. 4.

5.

6.

Masa bera yang cukup waktu (sesuai kondisi OPT) untuk memutus siklus dan menghindari perpindahan populasi/ inokulum OPT. Penanaman dengan tandur jajar legowo (pengaturan jarak tanam) untuk menciptakan kondisi lingkungan mikro (manipulasi mikro habitat untuk menciptakan faktor kondisi unsur fisik iklim/cuaca (kelembaban, suhu, radiasi matahari, dan gerakan udara) yang menghambat perkembangan OPT. Bersinergi dengan pengelolaan air lahan (intermitten), upaya mengurangi persaingan hara dan penambahan hara yang dapat memperkuat kekekaran jaringan tanaman, yang juga akan bersinergi dengan (upaya) terjaganya faktor pengendali hayati. Pemupukan berimbang plus (NPK + unsur mikro) yang dapat mendorong atau meningkatkan kemampuan tanaman untuk mewujudkan ketahanan yang dimiliki tanaman sendiri (meningkatkan kekerasan jaringan tanaman, kemampuan kompensasi). Pemberian nitrogen (N) tidak berlebihan atau harus didasarkan pada kebutuhan tanaman (indikator BWD), penambahan pupuk K (KCl) dan P yang optimal, dan atau juga menggunakan pupuk yang mengandung unsur penguat jaringan dan meningkatkan produksi yang telah direkomendasi. Sanitasi sumber serangan (populasi, inang terinfeksi), untuk menurunkan jumlah populasi OPT/sumber infeksi dini pada awal masa pertanaman. Pengamatan intensif untuk peringatan dini agar dapat melakukan pengendalian dini. Pengendalian secara mekanis (seperti pengumpulan individu OPT secara langsung, gropyokan, dll) bertujuan untuk mengurangi populasi OPT. Pengendalian secara fisik: menciptakan unsur fisik iklim/ cuaca pada mikro habitat yang tidak sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan OPT, akibat aktivitas fisiologi serangga hama/perkembangan penyakit yang tidak optimal sehingga akan menurunkan laju pertumbuhan dan perkembangan hama/ penyakit. Penggunaan pestisida jika dan hanya jika diperlukan (sesuai konsep PHT), yaitu dilakukan berdasarkan hasil pengamatan, analisis ekosistem dan pengambilan keputusan (ambang pengendalian). Pestisida yang digunakan harus yang sudah terdaftar dan diizinkan untuk tanaman padi. Penggunaan pestisida berdasarkan ketentuan ambang pengendalian, dan jika perlunya hanya aplikasi secara spot (spot treatment) maka jangan seluruh lahan pemilikan dilakukan aplikasi. Pelaksanaan aplikasi harus memenuhi ketentuan/syarat 6 tepat (tepat jenis dan mutu, dosis, konsentrasi, volume semprot, cara, waktu, dan sasaran individu/stadia populasi OPT). Permasalahan serangga hama yang selalu muncul dan berkembang diduga karena di lapangan masih banyak aplikasi insektisida oleh petani yang kurang berpedoman pada ketentuan, konsepsi, dan prinsip PHT. Aplikasi insektisida secara kalender/ sembarangan, dan tidak berpedoman pada 6 tepat akan berdampak mematikan kompleks musuh alami, sehingga OPT berkembang leluasa.(HL)  *** 7


BULETIN PERAMALAN

7 °N

MM AA LL AA YY SS I IAA 0

SS uu mm aa t t ee r r aa UU t t aa r r aa KK aa l li imm aa nn t t aa nn TT i imm uu r r

RR i iaa uu

0 °N

GG oo r r oo nn t t aa l loo

MM AA LL AA YY SS I IAA 250

500

0

SS uu mm aa t t ee r r aa UU t t aa r r aa

MM aa l luu kk uu UU t t aa r r aa

KK aa l li imm aa nn t t aa nn TT i imm uu r r

RR i iaa uu

0 °N

SS uu l laa ww ee ss i i TT ee nn gg aa hh

KK aa l li imm aa nn t t aa nn TT ee nn gg aa hh

GG oo r r oo nn t t aa l loo

500

MM aa l luu kk uu UU t t aa r r aa

SS uu l laa ww ee ss i i TT ee nn gg aa hh

KK aa l li imm aa nn t t aa nn TT ee nn gg aa hh

JJ aa mm bb i i SS uu l laa ww ee ss i i SS ee l laa t t aa nn SS uu l laa ww ee ss i i TT ee nn gg gg aa r r aa

SS uu l laa ww ee ss i i SS ee l laa t t aa nn

SS uu mm aa t t ee r r aa SS ee l laa t t aa nn BB ee nn gg kk uu l luu

PP aa pp uu aa

MM aa l luu kk uu

LL aa mm pp uu nn gg

SS uu l laa ww ee ss i i TT ee nn gg gg aa r r aa

PP aa pp uu aa

MM aa l luu kk uu

LL aa mm pp uu nn gg

DD KK I I JJ aa ww aa TT ee nn gg aa hh BB aa nn t t ee nn 7 °S JJ aa ww aa TT i imm uu r r BB aa l li i JJ aa ww aa BB aa r r aa t t DD I IYY K is a ra n L u a s S e ra n g a n (H a ) NN uu ss aa TT ee nn gg gg aa r r aa TT i imm uu r r P B P M T .2 0 0 8 /2 0 0 9 TT I IMM OO RR TT I IMM UU RR NN uu ss aa TT ee nn gg gg aa r r aa BB aa r r aa t t > 1 0 ,0 0 0 (1 ) 5 ,0 0 0 to 1 0 ,0 0 0 (1 ) 1 ,0 0 0 to 5 ,0 0 0 ( 1 1 ) 1 to 1 ,0 0 0 ( 1 6 )

DD KK I I JJ aa ww aa TT ee nn gg aa hh BB aa nn t t ee nn 7 °S JJ aa ww aa TT i imm uu r r BB aa l li i JJ aa ww aa BB aa r r aa t t DD I IYY K is a r a n L u a s S e ra n g a n (H a ) NN uu ss aa TT ee nn gg gg aa r r aa TT i imm uu r r T IK U S M T . 2 0 0 8 / 2 0 0 9 TT I IMM OO RR TT I IMM UU RR NN uu ss aa TT ee nn gg gg aa r r aa BB aa r r aa t t > 8 ,0 0 0 (2 ) 2 ,0 0 0 to 8 ,0 0 0 (4 ) 5 0 0 to 2 ,0 0 0 ( 1 0 ) 1 to 5 0 0 ( 1 3 )

1 4 °S

1 4 °S

Peta penyebaran serangan PBP MH.2008/09 di Indonesia 7 °N

MM AA LL AA YY SS I IAA 0

SS uu mm aa t t ee r r aa UU t t aa r r aa KK aa l li imm aa nn t t aa nn TT i imm uu r r

RR i iaa uu

7 °N

GG oo r r oo nn t t aa l loo

MM AA LL AA YY SS I IAA 250

500

0

SS uu mm aa t t ee r r aa UU t t aa r r aa

MM aa l luu kk uu UU t t aa r r aa

KK aa l li imm aa nn t t aa nn TT i imm uu r r

RR i iaa uu

0 °N

SS uu l laa ww ee ss i i TT ee nn gg aa hh

KK aa l li imm aa nn t t aa nn TT ee nn gg aa hh

NN AA DD

k ilo m e t e r s

SS uu l laa ww ee ss i i UU t t aa r r aa

KK aa l li imm aa nn t t aa nn BB aa rr aa t t

SS uu mm aa t t ee r r aa BB aa r r aa t t

Peta penyebaran serangan TIKUS MH.2008/09 di Indonesia

NN AA DD

GG oo r r oo nn t t aa l loo

KK aa l li imm aa nn t t aa nn TT ee nn gg aa hh

250

500

k ilo m e t e r s

SS uu l laa ww ee ss i i UU t t aa r r aa

KK aa l li imm aa nn t t aa nn BB aa rr aa t t

SS uu mm aa t t ee r r aa BB aa r r aa t t

JJ aa mm bb i i

MM aa l luu kk uu UU t t aa r r aa

SS uu l laa ww ee ss i i TT ee nn gg aa hh

JJ aa mm bb i i

SS uu l laa ww ee ss i i SS ee l laa t t aa nn

SS uu mm aa t t ee r r aa SS ee l laa t t aa nn BB ee nn gg kk uu l luu

SS uu l laa ww ee ss i i TT ee nn gg gg aa r r aa

SS uu mm aa t t ee r r aa SS ee l laa t t aa nn BB ee nn gg kk uu l luu

PP aa pp uu aa

MM aa l luu kk uu

LL aa mm pp uu nn gg

SS uu l laa ww ee ss i i SS ee l laa t t aa nn SS uu l laa ww ee ss i i TT ee nn gg gg aa r r aa

MM aa l luu kk uu

PP aa pp uu aa

LL aa mm pp uu nn gg

DD KK I I JJ aa ww aa TT ee nn gg aa hh BB aa nn t t ee nn 7 °S JJ aa ww aa TT i imm uu r r BB aa l li i JJ aa ww aa BB aa r r aa t t DD I IYY K is a ra n L u a s S e ra n g a n (H a ) NN uu ss aa TT ee nn gg gg aa r r aa TT i imm uu r r W B C M T .2 0 0 8 /2 0 0 9 TT I IMM OO RR TT I IMM UU RR NN uu ss aa TT ee nn gg gg aa r r aa BB aa r r aa t t > 1 ,0 0 0 (2 ) 5 0 0 to 1 ,0 0 0 (1 ) 1 0 0 to 5 0 0 (1 3 ) 1 to 1 0 0 (1 3 )

DD KK I I JJ aa ww aa TT ee nn gg aa hh BB aa nn t t ee nn 7 °S JJ aa ww aa TT i imm uu r r BB aa l li i JJ aa ww aa BB aa r r aa t t DD I IYY K is a r a n L u a s S e r a n g a n ( H a ) NN uu ss aa TT ee nn gg gg aa r r aa TT i imm uu r r T U N G R O M T .2 0 0 8 /2 0 0 9 TT I IMM OO RR TT I IMM UU RR NN uu ss aa TT ee nn gg gg aa r r aa BB aa r r aa t t > 1 ,0 0 0 5 0 0 to 1 ,0 0 0 1 0 0 to 5 0 0 1 to 1 0 0

(1 ) (7 ) (8 ) (1 3 )

1 4 °S

1 4 °S

Peta penyebaran serangan WBC MH.2008/09 di Indonesia 7 °N

MM AA LL AA YY SS I IAA 0

SS uu mm aa t t ee r r aa UU t t aa r r aa KK aa l li imm aa nn t t aa nn TT i imm uu r r

RR i iaa uu

GG oo r r oo nn t t aa l loo

KK aa l li imm aa nn t t aa nn TT ee nn gg aa hh

250

500

k ilo m e t e r s

SS uu l laa ww ee ss i i UU t t aa r r aa

KK aa l li imm aa nn t t aa nn BB aa rr aa t t

SS uu mm aa t t ee r r aa BB aa r r aa t t

Peta penyebaran serangan TUNGRO MH.2008/09 di Indonesia

NN AA DD

0 °N

250

k ilo m e t e r s

SS uu l laa ww ee ss i i UU t t aa r r aa

KK aa l li imm aa nn t t aa nn BB aa rr aa t t

SS uu mm aa t t ee r r aa BB aa r r aa t t

JJ aa mm bb i i SS uu mm aa t t ee r r aa SS ee l laa t t aa nn BB ee nn gg kk uu l luu

0 °N

NN AA DD

k ilo m e t e r s

SS uu l laa ww ee ss i i UU t t aa r r aa

KK aa l li imm aa nn t t aa nn BB aa rr aa t t

SS uu mm aa t t ee r r aa BB aa r r aa t t

7 °N

NN AA DD

MM aa l luu kk uu UU t t aa r r aa

SS uu l laa ww ee ss i i TT ee nn gg aa hh

JJ aa mm bb i i SS uu l laa ww ee ss i i SS ee l laa t t aa nn

SS uu mm aa t t ee r r aa SS ee l laa t t aa nn BB ee nn gg kk uu l luu

SS uu l laa ww ee ss i i TT ee nn gg gg aa r r aa

MM aa l luu kk uu

PP aa pp uu aa

LL aa mm pp uu nn gg DD KK I I JJ aa ww aa TT ee nn gg aa hh BB aa nn t t ee nn JJ aa ww aa TT i imm uu r r BB aa l li i JJ aa ww aa BB aa r r aa t t DD I IYY

7 °S

K is a r a n L u a s S e r a n g a n ( H a ) B L A S M T .2 0 0 8 /2 0 0 9 > 500 2 5 0 to 5 0 0 1 0 0 to 2 5 0 1 to 1 0 0

NN uu ss aa TT ee nn gg gg aa r r aa BB aa r r aa t t

NN uu ss aa TT ee nn gg gg aa r r aa TT i imm uu r r TT I IMM OO RR TT I IMM UU RR

(3 ) (6 ) (7 ) (1 3 )

1 4 °S

Peta penyebaran serangan BLAS MH.2008/09 di Indonesia

MENYAMBUT PPN III 2008 BB-PADI

STOP PRESS

EDISI TAHUN 2008

“Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Perubahan Iklim Global Dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan” Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB-Padi) terus bersolek menyambut hajatan empat tahunan Pekan Padi Nasional III 2008 (National Rice Week III 2008) yang merupakan episode lanjutan dari PPN I 2002 dan PPN II 2004. Kegiatan rutinan milik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian khusus padi ini merupakan tanggung jawab moral penelitian untuk mendukung dan membangun Negara dari sudut ketahanan pangan padi. Kegiatan tersebut dilaksanakan di BB-Padi yang akan diselenggarakan pada tanggal 22 – 24 Juli 2008 yang akan dihadiri dan dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). PPN III 2008 kali ini dengan tema: “Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Perubahan Iklim Global Dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan”. Menurut sumber di BB-Padi tema tersebut mengandung arti yang sangat dalam dari permasalahan internasional untuk antisipasi pemanasan global dan perubahan iklim serta permasalahan nasional mendukung dan mensukseskan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Acara yang digelar dan terbuka untuk umum ini juga akan dihiasi dengan Widya Wisata Padi seperti jalan-jalan menikmati keindahan panorama padi di sawah, memandang keindahan kolam burung sambil menikmati alunan musik live, pasar murah (bazaar) dan lain-lain yang menarik untuk dinikmati. (USR)*** Sumber: Panduan PPN III 2008 BB-PADI

8


BULETIN PERAMALAN

U

ntuk meramalkan saat munculnya suatu organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan padat populasinya pada musim tanam mendatang, diperlukan pengetahuan tentang bioekologi OPT tersebut, selain itu pemantauan yang intensif juga diperlukan untuk dapat memberikan gambaran tentang pola keberadaan suatu OPT di dalam suatu musim tanam. Darimana dan bagaimana OPT tersebut berkembang dan menyebar serta faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan OPT tersebut. Demikian juga dengan wereng batang coklat (WBC), untuk dapat meramalkan muncul dan kerusakan yang ditimbulkan oleh WBC diperlukan pemantauan yang intensif tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan bioekologi WBC baik faktor biotik maupun faktor abiotiknya. Dinamika Populasi Populasi WBC yang berkembang di sawah dimulai dari populasi migran (pendatang) yang umumnya terjadi pada awal fase pembentukan anakan tanaman padi. Setelah menetap WBC akan berkembang biak secara eksponensial untuk satu atau dua generasi pada tanaman padi fase vegetatif, tergantung kapan migrasi tersebut terjadi. Apabila migrasi terjadi pada saat tanaman berumur 2 atau 3 MST (minggu setelah tanam), WBC dapat berkembang sampai dua generasi. Puncak populasi nimfa generasi pertama (G1) dan kedua (G2) berturut-turut muncul pada saat tanaman berumur 5-6 MST dan umur 10-11 MST. Apabila migrasi terjadi setelah tanaman berumur 5-6 MST puncak generasi nimfa hanya dijumpai satu kali, yaitu pada saat tanaman berumur 9-10 MST. EDISI TAHUN 2008

WBC dewasa yang muncul pada saat tanaman berumur 7 MST umumnya berbentuk brakhiptera (dewasa bersayap pendek). Pada tanaman fase generatif WBC yang muncul umumnya berbentuk makroptera (dewasa bersayap panjang) yang kemudian pindah dari pertanaman tersebut. Akibatnya populasi WBC pada tiap rumpun berkurang dengan cepat selama fase pemasakan tanaman padi. Hal ini juga dapat berperan sebagai pemicu penyebaran serangan WBC, sebagai contoh, apabila pada hamparan yang sama terdapat sawah yang baru ditanami, maka akan terjadi penumpukan populasi pada pertanaman baru, yang berasal dari pertanaman padi fase generatif di sekitarnya tersebut. KAMUS: Peramalan OPT adalah kegiatan yang diarahkan untuk mendeteksi dan memprediksi populasi/serangan OPT serta kemungkinan penyebaran dan akibat yang ditimbulkan dalam ruang dan waktu tertentu.

9


BULETIN PERAMALAN

Spot hopper burn oleh WBC di persemaian (Foto: Harsono Lanya)

Pendugaan timbulnya kerusakan Langkah pertama dalam pendugaan serangan wereng batang coklat adalah mengetahui kecenderungan padat populasinya pada setiap lokasi dan musim tanam. Banyaknya migran pada waktu-waktu tertentu dicatat secara cermat dan teratur. WBC betina brakhiptera yang muncul pada generasi berikutnya merupakan kunci utama pendugaan populasi dan kerusakan yang ditimbulkannya. Migrasi WBC dapat terjadi setiap saat tergantung padat populasi WBC pada pertanaman sumber. Apabila migrasi tersebut terjadi pada persemaian dengan kepadatan populasi 50 betina makroptera per 25 kali ayunan jaring, dapat diperkirakan bahwa kerusakan akan terjadi pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam (HST). Keadaan ini umumnya terjadi apabila waktu tanam/umur tanaman bervariasi pada suatu lahan, karena perpindahan serangga makroptera dalam jumlah besar akan leluasa berpindah-pindah dari petak sawah yang sedang dipanen ke petak sawah yang baru saja ditanami. Dalam hal ini generasi penyebab puso adalah generasi pertama (G1), yaitu keturunan dari populasi migran. Pada pola ini kunci utama dalam peramalan kerusakan adalah pengamatan terhadap padat populasi generasi migran (G0). Pada pola yang lain, apabila migrasi terjadi pada saat tanaman berumur 20–30 HST dengan padat populasi migran 2–5 betina per rumpun, diperkirakan kerusakan berat akan terjadi pada saat tanaman berumur 50–60 HST. Generasi perusaknya adalah keturunan generasi migran (G1). Dalam pola ini generasi migran masih memegang peranan penting sebagai kunci utama dalam peramalan, dalam arti bahwa dengan mengetahui saat dan padat populasi generasi migran dapat kita perkirakan akan terjadinya kerusakan di lapang.

EDISI TAHUN 2008

Pada pola ketiga, migrasi terjadi pada saat tanaman berumur 20-30 HST dengan padat populasi migran 0,2-0,5 betina per rumpun. Berdasarkan keadaan tersebut sulit untuk menduga timbulnya kerusakan di lapang hanya dengan mengetahui padat populasi generasi awal. Hal ini berarti bahwa padat populasi generasi migran (G0) bukan merupakan kunci utama dalam pendugaan timbulnya kerusakan di lapang. Untuk itu perlu dilihat juga bagaimana laju pertumbuhan padat populasinya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam pola pendugaan ketiga ini perlu dilihat padat populasi generasi pertama (G1) dan generasi keduanya (G2) atau padat populasi pada saat tanaman berumur 50–60 HST. Sehingga apabila padat populasi pada saat tanaman berumur 20–30 HST dan 50–60 HST masing-masing adalah 0,2 –0,5 makroptera betina dan 2–5 brakhiptera betina per rumpun, diperkirakan kerusakan akan terjadi setelah pembungaan. Hal ini berarti bahwa laju pertumbuhan padat populasi menempati posisi lebih tinggi dibandingkan dengan padat populasi generasi migran. Model-model ramalan OPT ada pada Pedoman Peramalan OPT (BBPOPT, 2003). Contoh 1, ramalan kausal WBC pada Musim Kemarau: hasil pengamatan lapang pada umur ± 35 hst diketahui populasi WBC rata-rata 20 ekor/rumpun (= G1), dan populasi laba-laba 10 ekor/rumpun (= S1), Berapa prakiraan populasi WBC pada generasi puncak (G2)? Model: Log G2 = Log (G1) - 0,98 Log (S1) + 1,29; (R2=0,82). Log G2 = Log (20) - 0,98 Log (10)+1,29 = 1,301 - 0,98 + 1,29 = 1,611 Jadi pop.G2 = 10 1,611 = 40,8 ekor/rumpun. Contoh 2, ramalan kausal WBC pada Musim Hujan: hasil pengamatan pada tanaman muda diketahui populasi G0 = 0,2 ekor/rumpun, Berapa populasi WBC pada generasi puncak (G2) umur 60 - 90 hst ? Model: Log G2 = 2,403 + 0,61 Log (G0); (R2 = 0,80) = 2,403 + 0,61 (-0,699) = 1,977 Jadi pop.G2 = 10 1,977 = 94,8 ekor/rumpun.

Contoh 3, ramalan kausal WBC pada Musim Hujan: hasil pengamatan lapang pada tanaman umur 4-6 minggu diketahui populasi WBC 20 ekor/rumpun (=G1). Berapa populasi WBC pada generasi puncak (= G2) ? Model: Log G2 = 1,273 + 0,566 Log (G1); (R2 = 0,89) = 1,273 + 0,566 (1,301) = 2,009 Jadi pop.G2 = 10 2,009 = 102,09 ekor/rumpun. Apabila pada varietas rentan diramalkan populasi G2 akan mencapai sekitar ≥ 100 ekor/ rumpun, sehingga apabila tidak dikendalikan segera akan terjadi hopperburn. Untuk itu informasi peringatan dini dan upaya-upaya pengendalian perlu dilakukan agar tidak terjadi kerusakan.

10


BULETIN PERAMALAN

WAKTU KRITIS PENGAMATAN PERAMALAN

Wereng datang Induk bersayap

Induk tidak Minggu Setelah Tanam

2 0,4 Ekor PENDATANG (G-0)

4

6 10 - 20 Ekor KETURUNAN KE I (G-1)

8

WERENG TERBANG & MENYEBAR

bersayap 10

12

14

400 – 800 Ekor/rumpun (Tanaman kering/puso) KETURUNAN KE II (G-2) BBBPOPT JATISARI

Teknik Pengendalian Usaha pengendalian OPT dilaksanakan melalui sistem PHT yang komponennya meliputi pengaturan pola tanam, penanaman VUTW, budidaya sehat, pemanfaatan dan pelestarian musuh alami, cara mekanik, fisik, sanitasi, eradikasi, dan penggunaan pestisida, dipadukan secara serasi dalam suatu kesatuan program sehingga populasi hama dapat ditekan di bawah ambang ekonomi dan aman terhadap lingkungan. Pengendalian melalui pola tanam, pergiliran tanaman dimaksudkan untuk memutus siklus hidup WBC, karena sampai saat ini hama ini hanya hidup pada tanaman padi. Sehingga dengan meniadakan tanaman padi pada beberapa saat, diharapkan hama ini tidak dapat bertahan hidup di lapangan. Pelaksanaanya dengan mengupayakan waktu tanam secara serentak dan dalam areal yang sangat luas, serta adanya masa bera yang cukup agar populasi WBC punah. Pengendalian dengan cara penanaman varietas unggul tahan wereng (VUTW) yang merupakan upaya para pemulia tanaman untuk mendapatkan varietas yang secara genetis mempunyai ketahanan terhadap adaptasi/ serangan WBC, agar WBC tidak menyukai kualitas makanannya sehingga perkembangan populasi terhambat bahkan mungkin tidak berkembang sama sekali. Ketahanan lapangan idealnya harus selalu dikaji setiap musimnya. Cara praktis untuk mengetahui ketahanan lapangan suatu varietas terhadap populasi WBC di suatu daerah adalah dengan metode “rice garden” pada dasarnya merupakan uji preferensi dengan menanam berbagai varietas padi di lapangan kemudian diamati perkembangan populasinya (tidak ada perlakuan pestisida). Dengan cara ini kita akan dapat mengetahui reaksi ketahanan varietas terhadap WBC, hasil ini merupakan bahan rekomendasi penggunaan dan pergiliran varietas tahan di wilayah tersebut, sekaligus untuk tindaklanjut kegiatan pengamatan, peramalan dan kesiapan pengendalian lainnya.

EDISI TAHUN 2008

Foto : Repro IRRI

Nimfa (Anak wereng)

WAKTU PENGENDALIAN

Pengendalian dengan menggunakan musuh alami telah mulai banyak dilakukan, yang dalam pelaksanaannya bersifat pelestarian atau menghindari tindakan yang memusnahkan musuh alami, maupun melalui perbanyakan dan pelepasan di lapangan, sehingga perannya lebih meningkat. Musuh alami WBC di ekosistem sawah diketahui sangat banyak ± 50 jenis. Beberapa musuh alami seperti Beauveria sp dan Metharizium sp, telah mampu diperbanyak secara massal di tingkat kelompok/petani yang kemudian dimanfaatkan sebagai agens hayati pengendali WBC.

Musuh alami (predator) wereng batang coklat Sejarah mencatat bahwa insektisida yang digunakan secara kalender dan berlebihan dalam pengendalian WBC akhirnya banyak menimbulkan dampak buruk, diantaranya mematikan/menekan populasi musuh alami WBC. Oleh karena itulah saat ini penggunaan pestisida harus didasarkan atas hasil pengamatan rutin. Pemilihan jenis pestisida yang akan digunakan juga merupakan hal yang sangat penting dalam usaha pengendalian WBC, karena apabila faktor tersebut kurang diperhatikan, dikhawatirkan timbul resurgensi (populasi WBC tersebut meningkat lebih pesat), hama menjadi kebal/resisten, dan dapat muncul hama sekunder. Karena itu jangan menggunakan insektisida yang bukan untuk padi, tetapi gunakan pestisida yang terdaftar dan diijinkan untuk WBC, harus tepat konsentrasi, volume semprot, dosis, cara, waktu, dan tepat sasaran. Nah, kunci suksesnya adalah hindari tanam varietas rentan, jangan semprot racun pada pesemaian dan tanaman muda, pestisida hanya digunakan apabila melampaui ambang pengendalian, dan perlu pengamatan rutin/ setiap minggu agar keberadaan populasi WBC terdeteksi lebih dini sehingga dapat diprediksi dan tindakan pengendalian dapat dilakukan tepat waktu, dan tidak terlambat.  ***

11


BULETIN PERAMALAN

Oleh: Ir. Baskoro Sugeng Wibowo, Ir. Lilik Retnowati

U

saha meningkatkan produksi pertanian dan khususnya produksi pangan, seringkali menghadapi faktor-faktor penghambat. Salah satu diantaranya adalah adanya penyakit tanaman. Penyakit tanaman merupakan respon secara terus menerus sel atau jaringan tanaman terhadap gangguan mikroorganisme patogenis atau faktor lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam bentuk, fungsi atau integritas tanaman atau menyebabkan gangguan sementara atau matinya tanaman atau bagian tanaman (Agrios. 1997). Menurut Wibowo, BS (1997) terjadinya penyakit pada tanaman sebenarnya adalah hasil interaksi positif 3 faktor yaitu tanaman inang, lingkungan dan patogen, yang dikenal dengan nama segitiga penyakit. Penyakit tanaman dibagi menjadi 2, yaitu penyakit patogenesis atau dikenal juga dengan penyakit tanaman yang bersifat menular dan penyakit fisiologis atau penyakit tanaman yang tidak menular. Patogen penyebab penyakit patogenesis merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam cendawan, bakteri dan virus. Sedangkan penyakit fisiologis disebabkan oleh kekurangan unsur hara atau keracunan oleh genangan air, logam berat dan garam (NaCl). Bagaimana cara mendiagnosis penyakit-penyakit tanaman padi tersebut? Kegiatan diagnosis baik di tingkat lapang maupun di laboratorium sangat diperlukan. Diagnosis yang cepat dan tepat dari penyakit yang menyerang tanaman padi sangat penting, sebelum suatu tindakan pengendalian dilakukan atau suatu anjuran pencegahan diberikan.

Diagnosa di lapang Diagnosa di lapang bertujuan untuk mengenali dengan cepat penyakit tanaman yang ada. Untuk membedakan kerusakan akibat infeksi penyakit tanaman di lapang para petani/ petugas diharapkan mampu mengenali tanda dan gejala penyakit. Tanda-tanda penyakit adalah bagian organ patogen yang terdapat pada tanaman yang sakit, misalnya adanya benang-benang halus (miselia), eksudat bakteri yang ditemukan pada permukaan tanaman yang terinfeksi. Gejala penyakit adalah reaksi tanaman terhadap infeksi patogen, reaksi tersebut biasanya bentuknya spesifik yang dapat membedakan gejala penyakit satu dengan yang lain. Bagian tanaman yang terinfeksi oleh patogen mulai dari perakaran, batang, pelepah, ranting, daun, bunga, buah bahkan pasca panen. Keterampilan khusus untuk mengenali gejala penyakit di lapang sangat diperlukan agar supaya diagnosa penyakit tepat dan akurat. Dengan demikian, rekomendasi untuk pengambilan tindakan pengendalian tidak akan salah sasaran.

EDISI TAHUN 2008

Metoda diagnosa di lapang membutuhkan perlengkapan lapangan, perlengkapan yang minimum adalah : Loupe perbesaran 10 x yang berkualitas baik, pisau saku, amplop, kertas untuk menyusun spesimen. Kamera digital untuk mengambil foto close up. Apabila survey di sawah untuk mendapat spesimen penyakit pada tanaman padi, perlu dicatat : 1) lokasi, 2) tanggal pengamatan, 3) varietas yang ditanam, dan 4) Prakiraan penyakit. Langkah -langkah yang perlu dilakukan di lapang adalah: 1. Tempat dimana persawahan berada apabila memungkinkan catat lokasi geografisnya (longitude dan latitude) dan nama tempat (kab, kec, desa, hamparan). kalau ada orang yang menyerahkan perlu pula dicatat alamat dan nama orang yang bersangkutan. 2. Identifikasi tanaman inang, khususnya untuktanaman padi di persawahan dapat dilakukan identifikasi varietas padi yang ditanam. Hal ini penting karena ada varietas yang tahan dan adapula yang rentan terhadap serangan. 3. Gejala-gejala di lapang bila perlu dicatat atau mungkin dari catatan orang yang menyerahkan spesimen tersebut.

12


BULETIN PERAMALAN 4. 5.

6.

Kondisi kultur teknis, hal-hal yang menyangkut kultur teknis seringkali merupakan faktor utama, khususnya dalam kasus gangguan non parasit. Pengamatan gejala-gejala dari dekat seharusnya sudah dapat menunjukkan tipe umum penyakit. Misalnya bercak-bercak daun, bercak-bercak pada batang, busuk akar dan lain-lain. Diagnosa dengan menggunakan Pedoman Identifikasi yang bergambar dengan mencocokan buku pedoman tersebut segera dapat didiagnosa penyakit padi yang ada di lapang, hal ini perlu pengalaman dan kecermatan.

Diagnosa di laboratorium Kadang-kadang gejala penyakit padi di lapang sangat kompleks, sehingga sulit untuk didiagnosa dan ditentukan penyakitnya di lapang. Untuk itu perlu dilakukan diagnosa di laboratorium. Diagnosa di laboratorium memerlukan peralatan dan keahlian sendiri. Untuk mengetahui penyebab penyakit di laboratorium dapat dilakukan dengan mengamati morfologi penyebab penyakit tersebut dengan bantuan peralatan (khususnya mikroskup). Diagnosa dapat dilakukan dengan pengamatan patogen (penyebab penyakit). Beberapa patogen penyebab penyakit yang telah dikenal antara lain adalah jamur, bakteri, virus, nematode dan lain-lain. Penyakit oleh jamur dapat didiagnosa dengan mengamati bentuk sporanya, penyakit oleh bakteri dapat didiagnosa dengan adanya eksudat yang terdapat pada jaringan tanaman.

EDISI TAHUN 2008

Gejala-gejala tanaman terserang penyakit yang mudah diamati di lapangan antara lain adalah sebagai berikut : Akibat adanya infeksi sistemik Infeksi sistemik merupakan penyebaran patogen yang melalui tubuh tanaman. Beberapa gejala yang ditujukkan adalah : 1) kelayuan, merupakan tanaman yang kehilangan ketegaran sehingga bagianbagian tanaman terkulai, 2) damping off, kematian awal yang umum terjadi pada tanaman yang berumur muda, gejalanya mudah dilihat yaitu tanaman muda, batangnya lunak dan berjamur, warna berubah coklat, menyusut yang akhirnya mati, 3) kerdil, pertumbuhan tanaman yang terhambat yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normalnya. Gejala yang ditunjukkan tanaman lebih pendek dengan jumlah anakan yang kurang, 4) perubahan warna, berubahnya warna tanaman terutama bagian daun dan batang. Gejala bercak-bercak daun Bercak daun yang terbentuk adalah akibat adanya bagian sel daun yang mati, disebabkan oleh adanya patogen atau faktor non parasit pada bagian tersebut. Cendawan dan bakteri merupakan patogen yang sering menimbulkan gejala-gejala tersebut. Di bawah ini ditunjukkan ilustrasi gambar penyakit berupa bercak-bercak daun yang khas.

13


BULETIN PERAMALAN

 PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2008

D

alam rangka memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat, baik untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk maupun untuk keperluan industri dan pakan ternak, tugas dan tanggung jawab perlindungan tanaman pangan ke depan dalam pengamanan produksi tanaman pangan semakin berat dan kompleks. Khusus untuk komoditas padi, upaya pencapaian peningkatan produksi antara lain ditempuh akselerasi produktivitas melalui penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) maupun Non PTT, pengembangan padi hibrida, dan perluasan areal tanam. Untuk mendukung program tersebut, pemerintah memberikan berbagai bantuan/ subsidi antara lain berupa benih dan pupuk kepada kelompok tani SLPTT, lokasi Laboratorium Lapangan, dan pertanaman lainnya, serta bimbingan pengawalan untuk pemecahanan masalah lapangan. Pengamanan produksi melalui pengamatan dan pengawalan perlu lebih intensif untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya serangan OPT dan DFI seperti banjir, kekeringan, dan bencana alam lainnya. Untuk itu kinerja perlindungan tanaman pangan terus ditingkatkan, diantaranya melalui penguatan dan pengembangan SDM, penguatan kelembagaan dan penerapan teknologi secara spesifik lokasi, serta sarana kerja, sebagai berikut:

1. Penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan SDM melalui pelatihan-pelatihan. b. Mempekerjakan kembali Tenaga Harian Lepas (THL) tenaga bantu POPT–PHP yang bertugas melakukan pengamatan OPT dan DFI serta melakukan pengawasan pupuk dan bahan pengendali OPT di tingkat lapang. c. Memberikan penghargaan kepada POPT–PHP berprestasi. d. Melakukan pembinaan dan bimbingan teknis perlindungan tanaman pangan. e. Memberikan Biaya Operasional (BOP) kepada POPT–PHP (PNS, Honorer dan THL POPT– PHP). 2. Penguatan Kelembagaan PHT a. Pemberdayaan kelembagaan laboratorium perlindungan tanaman pangan di daerah. b. Memfasilitasi sarana kerja Pos Pengembangan/Pelayanan Agens Hayati (PPAH) berupa bantuan alat dan bahan di wilayah kerja LPHP. c. Standarisasi operasional kelembagaan dan kegiatan sesuai potensi dan kebutuhan di tingkat lapangan (LPHP, LAH, BPT, RPH, PPAH). 3. Pengembangan Teknologi Perlindungan Tanaman a. Inovasi dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman pangan. b. Penerapan, pengembangan, dan pemasyarakatan PHT: SLPHT, SLPTT, SLI, SRI c. Pengembangan SIM OPT dan DFI. d. Pelatihan teknis/magang. 4. Penguatan Sarana dan Fasilitas Kerja a. Bantuan sarana operasional LPHP/LAH. b. Sarana penunjang operasional PHT. Sumber: Pedoman Umum Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2008.

EDISI TAHUN 2008

14


BULETIN PERAMALAN

Operasional kegiatan pelaksanaan dan pengembangan peramalan OPT serta rujukan proteksi tanaman, meliputi: 1. Penguatan kemampuan teknis SDM perlindungan tanaman di bidang peramalan, pengamatan dan teknologi pengendalian OPT terapan, meliputi: a). Pelatihan teknis, b). Diseminasi teknologi dan informasi, c). Bimbingan teknologi, dan d). Peningkatan pelayanan teknologi/magang. 2. Penguatan teknologi peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT terapan, serta pemetaan. 3. Penguatan pelembagaan, meliputi: a). Data-base OPT dan DFI, b). Penguatan kerjasama, jejaring kerja dan teknologi informasi. 4. Peningkatan operasional laboratorium, khususnya penyediaan isolat, penjagaan mutu agens hayati pengendali OPT, serta koleksi spesimen. 5. Peningkatan operasional identifikasi, pemantauan, evaluasi, dan pemecahan masalah lapangan.

Corynebacterium sp.

Sumber: kegiatan Balai Besar Peramalan OPT, tahun 2008.

Operasional Perlindungan Tanaman Pangan Program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam pengamanan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan DFI di daerah harus di sinergikan dengan program di daerah. Kegiatan pengamanan produksi pada dasarnya dilakukan di seluruh wilayah/areal pertanaman, sedangkan untuk daerah-daerah dengan program khusus kegiatan perlu dilaksanakan secara spesifik untuk mendukung Program Tanaman Pangan di tiap Kabupaten yang telah disepakati. Sumber: Pedoman Umum Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2008. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2008 EDISI TAHUN 2008

15


BULETIN PERAMALAN

B

agi masyarakat Indonesia, kedelai sumber protein utama, karena selain harganya murah juga mudah ditemui, dari pasar becek hingga pasar modern. Kedelai juga memiliki nilai dan arti yang sangat strategis, khususnya dalam membangun kecerdasan anak bangsa. Sayang hingga saat ini, sumber gizi itu punya kerentanan yang tinggi, karena lebih dari 70 persen kedelai bahan baku tahu dan tempe masih impor. Bahkan, pada 2003 produksi tinggal 671.600 ton. “ Ini dikarenakan petani enggan untuk menanam kedelai, karena harganya memang semakin tidak menjanjikan seiring dengan derasnya arus kedelai impor akibat kebijakan bea masuk (impor) 0 % dan adanya subsidi ekspor kedelai dari Amerika, “kata Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriyantono. Memang setelah itu, tanda-tanda kebangkitan mulai terasa. Pada tahun 20042006 misalnya, produksi mulai meningkat lagi. Namun sangat lamban. Pada 2004, produksi masih 723.483 ton. Dan 2005 meningkat, sehingga mencapai 808.353 ton. Tetapi, 2006 turun lagi, sehingga hanya mencapai 746.611 ton. “ Malah 2007 menurun 20 persen. Sehingga, jumlah produksi hanya 608 ribu ton,� jelas Mentan. Akibatnya bisa ditebak. Arus impor kedelai pun deras mengalir. Sebelum 1990 misalnya, impor masih dibawah 500 ribu ton dengan nilai rata-rata dibawah US$ 1 = Rp. 3000-Rp.4000). Tetapi setelah itu, terus meningkat. Pada tahun 2000 impor mencapai 1,3 juta ton atau senilai US$ 300 juta. Bahkan, selama 2000-2005 rata-rata mencapai 1,1 juta ton dengan nilai rata-rata US$ 358 juta atau sekitar Rp. 3,58 triliun jika dikonversi kurs US$ = Rp. 10.000,Kondisi itu jelas tak bisa dibiarkan. Kondisi itu menjadikan industri dalam negeri rentan terhadap gejolak harga dan tidak berpihak pada petani. Oleh karena itu, Departemen Pertanian (Deptan) membuat serangkaian kebijakan yang komprehensif mulai dari peningkatan produksi, penguatan kelembagaan petani, hingga mengusulkan alternatif dalam tata niaga kedelai.

EDISI TAHUN 2008

16


BULETIN PERAMALAN

Program dan Aksi Peningkatan Produksi Kedelai Nasional tahun 2008, dengan sasaran produksi sebesar 1,064 juta ton di areal seluas 800 ribu hektar (ha) diluncurkan. Deptan juga menyelenggarakan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) kedelai seluas 200 ribu ha di 70 kabupaten di 20 propinsi. Selain itu, kemitraan penanaman kedelai juga dijalin untuk areal 100 ribu ha, di 71 kabupaten dan 19 propinsi. Begitu pun dengan perluasan areal, dilakukan di 206 kabupaten di 30 propinsi pada areal 160 ribu ha.

Upaya lainnya, pengendalian serangan hama dengan menyediakan bahan pengendali OPT serta memobilisasi 3.038 orang Petugas Pengamat Hama (PHP) dan Penyuluh. “ Yang jelas, produktivitas kedelai kita masih bisa ditingkatkan, bahkan dari dua ton menjadi tiga ton per hektar. Ini sudah terbukti di Grobogan, Jawa Tengah, “ ujar Mentan. Sementara, penguatan kelembagaan dilakukan dengan membangun sinergi antara lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta dengan kelompok-kelompok petani dalam budidaya kedelai. “ Untuk dukungan pembiayaan, kami lakukan melalui kredit ketahanan panganenergi (KKP-E), maupun Kredit Usaha Rakyat,” kata Mentan. Dalam hal tata niaga kedelai, Deptan mengusulkan agar Bulog menjadi importir penyeimbang dan bertugas hanya menutup kekurangan produksi dalam negeri. Usulan lain, penerapan tarif bea masuk jika harga di luar negeri turun, sehingga harga produk impor tidak menekan harga produk petani. Dan importir produsen atau industri besar, diwajibkan bermitra dengan petani untuk menanam kedelai, “ tutur Mentan. Yang jelas, dengan serangkaian langkah ini, Mentan mengaku optimis ketergantungan terhadap kedelai luar negeri secara berangsur bisa dikurangi, dan pada akhirnya berhenti. Walhasil pemenuhan gizi masyarakat pun berjalan aman. Disisi lain, kesejahteraan petani juga terangkat, sebab mereka mendapatkan harga yang cukup menjanjikan. Semoga!  *** Sumber : Inforial Departemen Pertanian/Koran Tempo 15/04/2008

EDISI TAHUN 2008

17


BULETIN PERAMALAN

Foto : Istimewa

ď€

JAKARTA — BULETIN PERAMALAN. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian menargetkan produksi komoditas ubi jalar ( Ipomaea batatas ) pada tahun 2008 dengan total produksi 2,250 juta ton umbi basah dari sasaran luas tanam 0,215 juta hektar. Upaya untuk meningkatkan produksi tersebut dilakukan melalui pengamanan, meliputi pengamatan, peramalan, dan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Faktor pembatas budidaya ubijalar

OPT yang seringkali muncul pada musim hujan adalah akibat jamur yang menyebabkan terjadinya penyakit kudis ( Elsinoe batatas ) pada daun dan batang dan busuk hitam pada ubi yang disebabkan oleh jamur Ceratocystis fumbriata. Sebaliknya pada akhir musim kemarau kerusakan ubi lebih banyak ditimbulkan oleh hama boleng Cylas formicarius. Penyakit busuk hitam dan hama boleng keduanya sangat menurunkan mutu, sehingga tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi maupun untuk bahan industri. Biasanya oleh petani ubijalar yang terserang busuk hitam maupun hama boleng dibuang begitu saja di lahan. Padahal kebiasaan petani seperti ini sangat merugikan karena dapat menjadi sumber infeksi pada musim berikutnya. EDISI TAHUN 2008

Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama boleng pada musim kemarau panjang dapat mencapai 50%, khususnya di daerah yang beriklim kering pada tanah yang agak berlempung. Di tanah berpasir, serangan hama boleng relatif lebih rendah. Penyakit kudis yang disebabkan oleh jamur E. batatas/Sphaceloma adalah penyakit penting pada tanaman ubijalar. Penyakit lainnya adalah layu fusarium dan virus. Penyakit ini tersebar luas di beberapa Negara produsen ubijalar terutama yang beriklim tropis. Penyakit ini berkembang lebih cepat pada cuaca lembab dan sejuk, oleh karena itu pengairan yang berlebihan harus dihindari. Penyakit kudis menyerang tulang-tulang daun, batang dan pucuk, yang dicirikan dengan daundaun menjadi keriting. Pada serangan berat pucuk menjadi kerdil dan akhirnya mati.

18


Keengganan petani dalam pengendalian OPT pada ubijalar, karena mereka beranggapan salah bahwa ubijalar dapat memberikan hasil tanpa pemberian input yang memadai. Budidaya yang ala kadarnya sehingga hasil produksi ubijalar pun tidak optimal. Seharusnya ubijalar dapat memberikan hasil yang cukup optimal apabila pengelolaan budidayanya diperlakukan lebih baik, misalnya, pemupukan yang berimbang, pengamatan OPT yang rutin, dan dilakukan pengendalian OPT. Niscaya hasilnya akan lebih baik dan keuntungan dari ubijalar pun akan dinikmati.

Pengendalian OPT Pengendalian OPT pada tanaman ubijalar ( Ipomaea batatas ) adalah penerapan sistem pengendalian hama terpadu (PHT). OPT pada ubijalar dapat dikelompokan menjadi tiga golongan besar, yaitu gulma, hama, dan penyakit. Gulma (tumbuhan pengganggu) pada ubijalar akan menimbulkan gangguan, khususnya pada awal pertumbuhan sampai umur 1,5 bulan, bila tidak dilakukan penyiangan/pengendalian. Jenis gulma pada tanaman ubijalar tergantung pada jenis dan tingkat kesuburan tanah, iklim, serta jenis rotasi tanaman. Hama dan penyakit umumnya dikendalikan apabila ada serangan. Bahkan di tingkat petani, hama dan penyakit belum disadari sebagai penyebab rendahnya tingkat produktivitas yang dicapai. Pengendalian OPT secara terpadu pada prinsipnya merupakan pemanfaatan secara optimal berbagai komponen, baik yang bersifat preventif, kultur teknis, biologi, dan cara kimiawi merupakan alternatif terakhir apabila semua cara tidak tidak ada yang efektif. Dalam budidaya ubijalar pengendalian OPT dilakukan mulai dini, dari saat penyiapan lahan, pemilihan stek dari persemaian sampai usaha sanitasi setelah panen (penanganan pasca panen). Hama ubijalar meliputi serangga perusak daun, perusak batang/umbi. Hama boleng Cylas formicarius merupakan serangga hama yang paling ditakuti petani, serangga dewasa (imago) makan tunas, daun, dan umbi. Larva/ulat merupakan stadia yang paling merusak, makan di dalam ubi ditandai oleh adanya lubang-lubang kecil pada kulit luar ubi. Ubi yang rusak berbau khas dan pahit sehingga tidak layak untuk dimakan. Kerusakan yang berat terjadi pada musim kemarau, dimana sering terjadi keretakan tanah akibat kekeringan sehingga memudahkan infeksi oleh hama Cylas. Musuh alami Cylas adalah Cocopet Euborellia philippinensis, Jamur Beauveria bassiana, Bacillus thuringiensis, serangga tabuhan Microbracon cylasovarus dan parasitoid Bassus cylasovarus.

EDISI TAHUN 2008

Foto : Istimewa

BULETIN PERAMALAN

Pengendalian penyakit pada tanaman ubijalar adalah dengan penggunaan bibit/stek yang sehat, bebas penyakit, penanaman varietas tahan, rotasi tanaman bukan inang, sanitasi dan eradikasi tanaman pada saat panen. Pemberian mulsa jerani dapat mengurangi serangan penyakit, karena mengurangi percikan air hujan dan siraman yang membawa patogen dari bagian bawah tanaman kebagian atas tanaman, selain itu pengguguran daun stek pada saat tanam, bertujuan untuk mengurangi sumber inokulum. Penggunaan varietas unggul merupakan cara pengendalian yang aman dan mudah, sampai saat ini ada lima varietas unggul yang dimiliki oleh Balitkabi yang agak tahan terhadap beberapa jenis OPT. Dari 321 koleksi plasma nutfah ubijalar yang dimiliki Balitkabi terpilih 5 klon berpotensi unggul, mereka masing-masing diberi nama varietas Sari, Boko, Sukuh, Jago, dan Kidal. Kelima varietas yang dilepas pada tahun 2001 ini agak tahan terhadap hama boleng, hama penggulung daun dan tahan penyakit kudis dan bercak daun. Dengan pemahaman OPT dan cara pengendalian yang benar diharapkan mampu memberikan solusi kepada petani ubijalar yang tersebar di sentra produksi seperti di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Karang Anyar Jawa Tengah, dan Mojokerto Jawa Timur, sehingga sasaran produksi yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebesar 2,250 juta ton umbi basah bisa terpenuhi. Semoga! (USR) *** Referensi: Pedoman Umum Perlindungan Tanaman Pangan 2008. Ditjen Tanaman Pangan.2008 Majalah Pangan hal. 25. Vol.I – No.02/Nop 2003. Majalah Trubus No. 403 – Juni 2003. Hal.84

19


BULETIN PERAMALAN

Kepada Yth. Kepala Balai Besar POPT di Jatisari. Hasil pengamatan kami di lapangan dan para petugas di Kecamatan Rawamerta, telah ditemukan penyakit/ kelainan pada tanaman padi, dan hasil pengamatan kami secara visual sulit untuk menentukan penyakit tersebut. Kemunculan penyakit tersebut cukup meresahkan para petani, khususnya antara pemilik huller dan petani. Sebagian petani beranggapan bahwa penyakit tersebut diakibatkan oleh keberadaan mesin huler yang terletak di dekat sawah. Lokasi di Desa Sekarwangi, luas diperkirakan 25 Ha, varietas Ciherang umur tanaman 75 85 hari setelah tanam (HST) (ajuan petani Desa Sekarwangi yang terkena penyakit tersebut). Gejala yang dapat diamati secara visual adalah sebagai berikut : bulir mulai pecah, ditumbuhi semacam jamur yang berwarna oranye. Dalam satu malai biasanya terdapat satu atau lebih gejala tersebut. Atas dasar tersebut kami mohon bantuan bapak untuk mengidentifikasi penyakit tersebut secara Laboratorium untuk dijadikan bahan klarifikasi dan penyuluhan kami kepada para petani, bersama ini kami bawakan sampel tanaman padi yang terserang sebgai bahan untuk identifikasi. Demikian atas perhatian bapak kami sampaikan terima kasih. ACHMAD NURDIN PHP-POPT Kec. Rawamerta D/A. Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karawang.

Jawaban : Berdasarkan hasil pengamatan sampel tanaman padi, wawancara dan pengamatan laboratorium BBPOPT, hasil resumenya adalah sebagai berikut : Hasil pengamatan secara visual :  Sampel yang dibawa : Malai padi varietas Ciherang, umur tanaman 75-85 HST.  Gejala : beberapa bulir pecah dan diselimuti seperti tepung yang berwarna oranye. Tepung tersebut akan beterbangan apabila disentuh. Beberapa bulir hampa, dengan lokasi yang bervariasi diujung, ditengah dan pangkal malai. Hasil pengamatan di Laboratorium: Pertumbuhan pada media : Tumbuh jamur . Berdasarkan wawancara: Menyatakan bahwa pada saat pembungaan terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi dan waktu yang lama (sering hujan seharian). Dari hasil pengamatan secara visual, laboratorium, dapat disimpulkan sebagai berikut:

EDISI TAHUN 2008

Foto : Urip SR

IDENTIFIKASI PENYAKIT TANAMAN PADI

1. Bulir yang diselimuti seperti tepung merupakan bulir yang terinfeksi oleh jamur patogen Ustilagonoidea virens (Penyakit False Smut) atau Noda Palsu. Penyakit ini statusnya bukan penyakit utama (minor pest), meskipun demikian akhir-akhir ini penyakit ini sering muncul, hal ini antara lain disebabkan oleh perubahan agroekosistem, antara lain oleh dampak fenomena iklim dan penggunaan varietas yang unggul tetapi rentan penyakit. 2. Bulir yang hampa, disebabkan oleh faktor fisiologis. Khususnya kondisi kelembaban dan curah hujan yang tinggi pada saat pembungaan (pk.09.00—10.00) akan mengakibatkan bulir-bulir padi hampa. Ustilagonoidea virens gejalanya terlihat nyata sewaktu bulir mulai masak. Bulirbulir secara individu berubah bentuk menjadi massa spora berwarna kehijau-hijauan pada bagian luarnya dan oranye kuning pada bagian dalam. Bola-bola spora yang masih baru terbentuk berukuran 1 cm dan menjadi lebih panjang sewaktu matang. Chlamydospore tidak mudah dilepaskan dari bola smut karena adanya bahan yang lekat. Biasanya hanya sedikit untaian anak bulir dalam malai yang terinfeksi. Demikian hasil identifikasi penyakit padi, agar dapat dipergunakan seperlunya. (Red)!***

20


BULETIN PERAMALAN

Foto : Urip SR



PURWAKARTA — BULETIN PERAMALAN. magang petugas dan petani Desa Sungai Rambai Kecamatan Pangabuan yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Propinsi Jambi selama seminggu ( Tgl 24—31 Maret 2008) di BBPOPT Jatisari berlangsung penuh keakraban. Magang yang dilaksanakan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 sudah menjadi agenda rutin Dinas tersebut untuk mengirimkan petugas berikut petaninya untuk mengembangkan kualitas SDM pertanian, khususnya petani muda yang prospektif. Waktu seminggu terasa lebih cepat karena materi yang cukup padat disamping kunjungan praktek lapang langsung ke petani organic, diharapkan antara teori dan praktek seimbang. Kunjungan ke petani yang sukses agar peserta lebih termotivasi. Materi yang diberikan dalam kelas antara lain:  Pemanfaatan agens antagonis dalam pengendalian OPT tanaman pangan dan hortikultura.  Pemanfaatan patogen serangga dalam pengendalian OPT tanaman pangan dan hortikultura.  Panduan praktek pestisida nabati.  Pengenalan umum pemanfaatan agens hayati.  Pemanfaatan agens antagonis dan patogen serangga.  Pemanfaatan parasitoid. Sedangkan materi praktek adalah mengunjungi Paguyuban pertanian Organik di Kabupaten Purwakarta. Barangkali inilah yang paling berkesan melakukan kunjungan lapang ke pelaku agribisnis pertanian organik di Desa Pasawahan Kidul Kec. Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, dimana mereka mendapat penjelasan secara langsung dari pelaku yang bersangkutan. Seperti H. Dadi Suryadi (73) seorang purnawirawan TNI AD yang menggeluti pertanian organik. Begitu semangatnya dia menjelaskan tentang ekologi tanah sebagai ilmu dasar pertanian organik. Usia tua tidak menjadi penghalang bagi dia untuk terus menggeluti pertanian organik.

Program

EDISI TAHUN 2008

Seperti pengalamanya selama menjadi petani organik bagaimana piawainya ia menerangkan ekologi tanah dengan memperagakan simulasi ekologi tanah kepada peserta magang, antara lain dengan menyediakan 3 buah pot yang masing-masing berisi pasir, tanah biasa, dan tanah plus kompos selanjutnya disiram dengan air. Peserta magang pun dengan antusias mengamati perubahan masingmasing pot. Kemudian tahap analisis peserta magang diajak untuk menganalisis kenapa air disiramkan ke pasir cepat larut karena butiran air tidak mengikat air sehingga air berlalu begitu saja, selanjutnya tanah yang disiram air nampak basah namun beberapa menit kemudian cepat kering dan yang terakhir tanah plus kompos disiram air ternyata tanah basah, lembab dan lebih lama kelembabannya sehingga yang terakhir merupakan media yang baik untuk pertanian organik selain menyuburkan tanaman padi juga memperbaiki struktur tanah. (tanah + kompos mampu menahan/ menggenggam air/nutrient). Untuk pestisida nabati yang diperkenalkan kepada peserta magang adalah pemanfatan daun mimba, buah maja (brenuk), biji mahoni, dan gulma babadotan (Ageratum conizoides), semua peserta magang dibagi tiga kelompok untuk mengerjakan tugasnya masing-masing sehingga efisiensi waktu cukup efektif selanjutnya per kelompok bertukar pengalaman kepada kelompok lain. Materi yang terakhir adalah mengenai System Rice Intensification (SRI), bagaimana pengembangan SRI dilakukan oleh Paguyuban Pertanian Organik (PPO) di Kecamatan Pasawahan, seperti yang diutarakan oleh ketua PPO, Kuswana. “ Proses SRI dan penguatan sains petani yang dilakukan oleh PPO adalah: memilih benih yang berkualitas, persemaian, pengolahan tanah dan pemupukan, tanam dan jarak tanam, penyiangan, selanjutnya pengendalian hama. Baca : Rubrik Mimbar Proteksi Pengembangan Pertanian Organik Pola SRI Halaman 23.

21


BULETIN PERAMALAN

Kunjungan petani Kabupaten Tanjung Jabung Barat ke paguyuban pertanian organik Purwakarta sudah ketiga kalinya. Hal ini terlaksana karena telah dibuktikan oleh teman-teman mereka yang datang lebih dulu bahwa dengan menerapkan padi organik bisa meningkatkan hasil seperti hasil panen yang tadinya 3 ton per hektar naik menjadi 8 ton per hektar. Seperti dituturkan Tunggak (61) Kepala Desa Sungai Rambai, Kecamatan Pangabuan, Kab. Tanjung Jabung Barat yang menjadi peserta magang teknologi tepat guna di BBPOPT. “ Kami mengerjakan sawah hanya sambilan, utamanya ada di kebun kelapa dan pinang,” “Sedang di sawah begitu tanam dibiarkan, hanya H. Dadi Suryadi (73) sedang menerangkan ekologi tanah penyiangan seperlunya, dari situ mendapatkan ke peserta magang. (Foto; Urip SR) hasil panen 2,5 - 3 ton per hektar.” Menurut Kuswana luas areal sawah yang diolah Dia berharap setelah mendapat pelatihan ilmunya dengan sistem organik di Purwakarta meningkat mau diterapkan dilahannya agar produksi perdari 24 hektar menjadi 120 hektar dalam dua seten- taniannya bisa optimal seperti petani di daerah Pugah tahun ini. Adapun jumlah petani yang terlau Jawa lainnya, terutama pola budidaya padi orgabung bertambah dari 40 orang pada tahun 2005 ganik seperti yang diterapkan di Purwakarta. Kamenjadi sekitar 200 orang saat ini. lau dikelola dengan intensif areal sawah di daePenuturan Suherman (56) petani lain yang rahnya mampu menghasilkan panen yang berlipat tergabung di Paguyuban Pertanian Organik (PPO) karena tanahnya yang masih subur. menambahkan pengalamannya. “Sebagian petani “Makanya saya ikut magang, agar bisa bercocok organik memilih menjual dalam bentuk beras kare- tanam padi organik seperti di Purwakarta, saya na keuntungannya yang berlipat, saya katakan menggenjot produksi padi dari 3 ton menjadi 9 ton demikian agar bapak-bapak termotivasi”. per hektar dengan pola padi organik, kami juga Satu kilogram beras organik dijual Rp. mengucapkan trima kasih kepada Dinas Pertanian 7500,- hingga Rp.8000,- per kg tergantung jenis dan Peternakan Kab. Tanjung Jabung Barat yang padi. Suherman menambahkan sebagian petani memfasilitasi kelompok tani untuk magang di organik bahkan memilih menyimpan hasil panen BBPOPT Jatisari, juga kepada seluruh staf karena menunggu harga gabah naik. BBPOPT yang telah memberikan materi sesuai “Mudah-mudahan ini bisa merangsang dengan kebutuhan kami di lapang.” katanya bersepetani lain untuk menanam padi secara organik pola mangat. SRI. Selain menguntungkan pertanian organik juga (Urip SR/Baskoro SWBuletin Peramalan)*** memperbaiki struktur tanah yang rusak karena pupuk dan pestisida kimia “, ujar Kuswana sang ketua yang sehari-harinya sebagai PHP-POPT Kecamatan pasawahan, Kab. Purwakarta, Jawa Barat.

Kuswana PHP-POPT Kec. Pasawahan Purwakarta yang juga Ketua Paguyuban Pertanian Organik, mudah-mudahan petani lain menanam padi secara organik mengikuti jejaknya.

EDISI TAHUN 2008

Tunggak (61) Kepala Desa Sungai Rambai, Kecamatan Pangabuan, Tanjung Jabung Barat, bertekad menerapkan pola padi organik di daerahnya.

22


BULETIN PERAMALAN

ď‚—ď€ Bila

anda berfikir tentang kesehatan anda, pikirkanlah hubungan antara Tanah Sehat dengan Makanan Sehat, oleh karena itu mulailah: kembangkan perhatian anda untuk kehidupan ini dan ini kembali berhubungan dengan tanah, senangilah belajar memahami tanah, peliharalah tanah, sayangilah tanah. Apa yang kita makan dan BAGAIMANA mereka tumbuh? Oleh karena itu banyak yang perlu dilakukan agar hidup kita sehat, berapa lama kita hidup dan bagaimana kita rasa baik? Tuhan melalui tanah memberi kita sangat banyak tetapi kita mengembalikan kepadaNya sangat sedikit. Oleh karena itu rawatlah tanah dengan pikiran, perasaan dan hatimu yang paling dalam.

Renungan tersebut diatas perlu kita hayati bersama sebagai mahluk hidup yang sering berhubungan dengan tanah, alanglah bijaksana apabila kita memperlakukan tanah dengan baik artinya segala aktifitas yang berhubungan dengan tanah yakni bercocok tanam maka sepantasnya kita berusaha tani yang ramah lingkungan seperti pertanian organik. Dan ini telah diterapkan di Paguyuban Pertanian Organik (PPO) Pasawahan, Purwakarta. Kegiatan pengembangan pertanian organik di Paguyuban pertanian Organik, Purwakarta, menerapkan pola SRI (System Rice Intensification). Bagaimana pengembangan SRI dilakukan di Paguyuban tersebut, berikut catatan yang penulis rangkum dalam proses SRI dan penguatan sains petani di paguyuban tersebut, sebagai berikut: Memilih benih yang berkualitas. Benih yang dipakai adalah produksi sebuah perusahaan benih, namun demikian untuk mendapatkan benih yang lebih berkualitas dengan cara perendaman benih di air campuran garam. Bahan yang diperlukan: benih padi, wadah benih/ transparan (plastik), ember, saringan, garam dapur, telur dan air secukupnya. Masukkan air ke wadah transparan lalu masukkan telur, aduk perlahan, tambahkan garam dapur sedikit demi sedikit, sehingga telur terangkat kira-kira ≤ 450 ( BJ : 1,13). Ambil telurnya, lalu masukkan gabah yang akan diseleksi ke dalam larutan garam tersebut. Gabah yang bernas dan bagus akan tenggelam di dasar wadah. Gabah yang didasar wadah segera diambil lalu dicuci dengan air bersih. Sebelum dikecambahkan direndam lagi selama 15 menit dengan larutan Agens antagonis Corynebacterium untuk mencegah dari serangan penyakit tular benih/terbawa benih (seed treatment). Setelah direndam dengan larutan agens antagonis, ditiriskan kemudian dilembabkan untuk diperam.

1

EDISI TAHUN 2008

2

Persemaian, pada prinsipnya dilakukan sama sesuai dengan pola SRI, yaitu penanaman persemaian pada besek (wadah dari anyaman bambu) atau box kayu, cara ini memudahkan untuk pemeliharaan dan dapat ditempatkan dimana saja, termasuk halaman rumah dengan cara ini maka sangat memudahkan perawatan dan pada saat ditanam tanaman akan segar karena box benih (media persemaian) bisa dibawa dari halaman ke lahan dalam keadaan segar karena benih dapat dibawa ke lahan tanpa harus kehilangan air karena proses penguapan, benih tidak rusak dalam perjalanan, dan hal lain yang menguntungkan adalah benih/pembibitan terisolir dari serangan hama dan penyakit karena jauh dari lingkungan sawah. Ukuran besek atau box benih 60 cm x 40 cm dengan tinggi tanah dalam box 10 cm, kebutuhan box untuk lahan pertanaman 420 m2 adalah 3 box, atau per 100 bata/tumbak adalah 6-9 box, sehingga untuk 1 (satu) ha lahan memerlukan 42-63 box pembibitan, kebutuhan benih per luasan lahan pertanaman 420 m2 adalah 750 gram, untuk lahan 100 bata adalah 2250 gram, sehingga untuk 1 (satu) ha diperlukan 15.740 gram (15,75 kg = ini hitungan maksimal) umur benih yang ditanam adalah 1014 hari, persyaratan benih.

3

Pengolahan tanah dan pemupukan, pengolahan tanah sama dengan pola SRI, namun demikian PPO mencoba memadukan gagasan dalam peningkatan kesehatan dan kesuburan tanah, yaitu SRI dalam pemahaman petani paguyuban adalah menitik beratkan pada pengkayaan proses aerasi udara dalam tanah (yaitu dengan treatment penyiangan dan jarak tanam), konsep ini telah memberikan ilustrasi teknis tentang tanah sehat yaitu struktur tanah mestinya mengandung 45 % mineral-mineral, 5 % organik dan 50 % komposisi air dan udara.

23


BULETIN PERAMALAN

Pengaturan aerasi dicapai dilakukan dengan penyiangan. Ide dari proses itu dikembangkan dimana hasil kajian W ater Holding Capacity dan Nutrien Holding Capacity, dan kajian struktur tanah dengan proses pengguyuran tanah maka tanah yang mengandung banyak bahan organik mampu menahan menggenggam air/nutrient cukup baik/melepaskan air dengan baik, (Praktek ekologi tanah, hal 19.), dan tingkat kepadatan yang baik, ketika tanah tampak kering tetapi masih mengandung air karena struktur tanah tidak padat (tata ruang tanah sangat baik). Atas dasar pemahaman tersebut maka SRI diandalkan hanya menggunakan pupuk organik.

5

Pengendalian OPT (Hama dan Penyakit). Untuk pengendalian OPT dilakukan dengan proses pengelolaan unsur agroekosistem sejalan dengan penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara utuh. Sebagai contoh pengendalian penyakit kresek dengan menggunakan agens hayati yakni bakteri antagonis Corynebacterium, pengendalian wereng batang coklat dengan jamur patogen serangga Beauveria bassiana, parasitoid Trichogramma sp. untuk mengendalikan penggerek batang padi, atau penggunaan pestisida nabati yang efektif untuk OPT tertentu.  ***

4

Proses penanaman dilakukan setelah benih berumur 14 hari, dan bibit yang ditanam setelah dicabut dari box tidak lebih dari 15 menit sampai tanam, hal ini menjaga agar kesehatan benih tidak terganggu karena penguapan, karena ini juga mengapa benih ditanam dalam box tidak lain agar benih bisa ditanam langsung setelah dicabut. Kondisi tanah pada saat penanaman dalam keadaan macak-macak dan permukaan tanah rata. Jarak tanam 25x25 cm dengan jumlah bibit per lubang 1 tanaman. Cara ini pertama kali ditertawakan banyak orang, karena selain bibit yang ditanam hampir tidak kelihatan. Dilihat pada saat umur 1 sampai umur 4 minggu tanaman masih relatif sedikit jumlah tunasnya, tetapi pada saat tanaman fase primordia (berbunga) sampai menjelangpanen tanaman ini banyak dipuji petani yang lain.

Penanaman padi pola SRI dengan system legowo dengan jumlah bibit 1 tanaman per lubang.

PENERAPAN PHT UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING PETANI

D

ampak globalisasi ekonomi dan informasi mengakibatkan terjadinya pergeseran kekuasaan dalam pasar. Keadaan sebelumnya produsen yang menentukan produk dan jasa apa yang harus disediakan di pasar, dan konsumen tinggal memilih akan membeli produk-produk apa yang dihasilkan dan disediakan oleh produsen. Kecenderungan sekarang telah berubah menjadi konsumen yang menentukan produk dan jasa yang mereka butuhkan dan produsen harus menghasilkan dan melayaninya. Konsemenlah yang memegang kendali bisnis. Mengingat kecenderungan perubahan pola pasar tersebut di atas, maka dalam era perdagangan bebas suatu produk yang dapat dihasilkan secara efisien dan kualitas mutu terjamin dan dengan proses produksi yang berwawasan lingkungan akan mempunyai daya saing yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan produk konvensional yang dihasilkan dengan cara yang tidak efisien, mutu kurang terjamin dan dihasilkan dengan proses yang mengotori lingkungan hidup. Apabila kita menerapkan dan mengembangkan PHT secara lengkap dan komprehensif maka sebenarnya tujuan PHT tidak hanya mengendalikan populasi hama namun PHT sebagai suatu system pengelolaan ekosistem pertanian mempunyai beberapa tujuan yaitu: produksi tanaman mantap tinggi, peningkatan penghasilan dan kesejahteraan petani, mempertahankan populasi hama dalam tingkat keseimbangan dengan populasi musuh alami, melestarikan dan memanfaatkan keanekaragaman hayati, membatasi dan mengurangi penggunaan pestisida sintetik, mengurangi resiko keracunan pekerja dan konsumen oleh pestisida, mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.(BP)*** EDISI TAHUN 2008

24


BULETIN PERAMALAN

ď€

S

rikaya merupakan perdu tahunan atau berupa pohon kecil dengan tinggi 2-7 meter. Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis di tanah berbatu, kering dan terkena cahaya sinar matahari langsung. Srikaya dapat tumbuh pada ketinggian 1- 800 meter dpl. Daun tunggal, kaku, bertangkai, letak berselingan, bentuk elips memanjang, ujung tumpul, tepi rata, panjang 6-17 cm, lebar 2,5-7,5 cm, dan berwarna hijau. Buah majemuk berbentuk bola dengan garis tengah 5-10 cm, permukaannya berbenjol-benjol, berwarna hijau, dan daging buahnya berwarna putih. Diantara daging buahnya terdapat biji berwarna hitam mengkilap jika sudah masak. Akar tunggang, perbanyakannya dengan biji. Bagian tumbuhan yang digunakan biji, untuk mengendalikan OPT sasaran hama gudang Callosobruchus analis.

Senyawa aktif

Senyawa aktif utama yang bersifat antifeedan dan insektisida adalah asimisin dan squamosin (golongan acetogenin. Tumbuhan dari keluarga annonaceae mengandung alkaloid, karbohidrat, lemak (42-45%), asam amino, protein, polifenol, minyak atsiri, terpen, dan senyawa-senyawa aromatik seperti tumbuhan pada umumnya. Senyawa-senyawa yang bersifat bioaktif dari kelompok tumbuhan annonaceae dikenal dengan nama acetogenin. Selain bijinya, bagian tanaman lain yang mengandung bahan aktif yang efektif sebagai pestisida nabati adalah buah mentah, daun, dan akar. Kandungan aktif bekerja sebagai racun kontak, racun perut, repellent, dan antifeedan

EDISI TAHUN 2008

Hama yang dikendalikan Serbuk daun srikaya diketahui dapat digunakan untuk mengendalikan hama gudang. Di Cina dan Filipina, tepung biji srikaya digunakan sebagai bahan insektisida. Laporan lain menyatakan bahwa 1% tepung srikaya yang dicampurkan dalam biji kacang hijau dapat mengendalikan hama gudang Callosobruchus analis dan dapat menghambat proses peletakan telur serangga hama pada biji kacang hijau. Kamus Pertanian: Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian pada tanaman pangan termasuk didalamnya adalah hama, penyakit, dan gulma.

25


BULETIN PERAMALAN

DEPOT IDE RAMUAN PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN WBC

RAMUAN (1)

Biji buah Srikaya yang telah kering sangat prospektif Pestisida Nabati (Foto: Djoko Priyono IPB.)

sebagai

Cara aplikasi Biji/kulit kayu dikeringkan, dikuliti dan ditumbuk. Biji yang sudah berupa tepung direndam dengan pelarut aquades atau etanol dalam alat ekstraksi. Kemudian disaring. Untuk memperoleh ekstrak 4,5 liter diperlukan 7,5 kg biji. Ekstrak biji srikaya yang dibuat dengan eter atau petroleum eter dapat meningkatkan tingkat racunnya sampai 50-100 kali lipat.

Bahan : Umbi gadung Daun mimba kering Daun tembakau kering Buah Mahoni

Cara membuat : Semua bahan ditumbuk halus dilarutkan dalam 10 liter air matang diaduk rata dan diberi 1 liter tetes tebu sebagai pengawet dan penambah aroma. Ramuan itu dibiarkan selama 14 hari. Sesudah mengendap, encerkan 20-25 CC air ramuan dalam 10 liter air. Aduk rata dan semprotkan pada tanaman. Interval penyemprotanan 5-7 hari. Pestisida nabati mampu mencegah dan mengatasi serangan hama padi atau sayuran.

RAMUAN (2)

OPT sasaran lainya Selain untuk ulat daun kubis dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan OPT antara lain: A phis gosypii, Epilachna varivestris, Aedes aegypti, Acalimma vittatum, dan Drosophila melanogaster. Potensi pestisida nabati ini apabila dikembangkan akan memperoleh hasil pengendalian OPT yang murah dan tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan baik bagi pekerja, hewan, maupun lingkungan. Oleh karena itu, dalam pengembangan potensi pestisida nabati tersebut diperlukan usaha keras dari semua pihak antara lain lembaga penelitian dan perguruan tinggi yang berkewajiban untuk melakukan penelitian dasar mulai aspek kimia sampai formulasinya dan komitmen dari industri bahan perlindungan tanaman dalam membantu mengembangkan pestisida nabati. (BP)***

1 ons 1 ons 1 kg 10 biji

Bahan:

Urine/kencing sapi Kunyit Kencur Jahe Temu ireng

100 liter 10 kg 10 kg 10 kg 10 kg

Cara membuat: Kunyit, jahe, kencur, temu ireng dihaluskan, dicampur dengan urine sapi didiamkan selama 4 (empat) hari. Kemudian disemprotkan di areal persawahan dengan menggunakan sprayer, hasilnya hama wereng dan penggerek batang mati dalam 2-3 hari. Selamat Mencoba.*** Sumber: Majalah Trubus No.416/VII/04 Penyunting: Indriastuti

Daftar Pustaka: Pengenalan Pestisida Nabati Tanaman Hortikultura, Direktorat Perlindungan Tanaman. 2000. Kardinan, A. 2000. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. PT. Penebar Swadaya. 80p.

EDISI TAHUN 2008

26


BULETIN PERAMALAN

ď ‰ď€

S

osoknya seperti pada umumnya petani di tanah air, sederhana dan berbicara apa adanya. Namun dibalik kesederhanaannya itu tercuat semangat yang tak pernah luntur untuk terus berkiprah membangun desanya. Itulah mbah Sali, petani dari Desa Bulu, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Wilayah tersebut merupakan wilayah pertanian non teknis, karena pengairannya mengandalkan sumber air dari dalam tanah dengan membuat sumur pompa di tengah areal persawahan. Mbah Sali tidak sendirian. Bersama dengan petani lainnya yang berjumlah sekitar 30 orang yang terhimpun dalam wadah Kelompok tani Subur Makmur telah mampu meraih prestasi sebagai juara II tingkat Propinsi Jawa Timur pada tahun 2007. Berkat visi yang diembannya yaitu menjadikan daerahnya sebagai sentra penggerak agribisnis terhadap kelompok tani lainnya melalui SL-PHT maupun Program Prima Tani yang ada di Desanya. Kelompok tani yang diketuainya ini benar-benar mampu mewujudkan prestasi, sehingga tidak heran apabila program CF (Cooperative Farming) memberikan bantuan seperangkat alat-alat mekanisasi Pertanian lengkap dari Traktor sampai Rice Milling Unit (RMU). Kata Mutiara : Hargailah mereka yang bekerja keras untuk suatu kesempurnaan . Biasanya mereka lebih bijaksana daripada kebanyakan orang.

EDISI TAHUN 2008

RMU berdiri megah ditanah miliknya dibangun secara swadaya melibatkan anggota kelompok tani lainnya dengan bimbingan teknis dari Dinas pertanian setempat. Selain mengurus kelompok tani “ Subur Makmur “ juga melaksanakan pengadaan sarana produksi, manajemen agribisnis binaan BPTP Jawa Timur lewat program Prima Tani dan pembuatan agens hayati dan pestisida nabati yang dibina langsung oleh BBPOPT Jatisari bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan BPTPH Jawa Timur. Selain pembuatan agens hayati (Corynebacterium) pengendali penyakit padi utama yaitu kresek yang secara rutin dilakukan tiap kali musim tanam tiba, kegiatan lainnya adalah gotong royong perbaikan saluran, pengaturan pola tanam, mengusahakan ternak sapi, memberdayakan RMU milik kelompoknya serta kegiatan lainnya yang bersifat membangun desa. 27


BULETIN PERAMALAN

Mbah Sali sedang diwawancarai oleh Dirjen Tanaman Pangan (Ir. Sutarto Alimoeso, MM) dalam rangka Field Day Kegiatan Diseminasi Pengamatan Peramalan Pengendalian OPT & Pemberdayaan Petani di Kab. Nganjuk, Jawa Timur.

Adanya kepentingan bersama Kelompok Tani “ Subur Makmur “ terbentuk atas dasar keinginan dan kepentingan bersama. Kebersamaan itu terbentuk karena adanya kebersamaan dalam usaha tani dan domisili, adanya kepentingan dalam pengelolaan air tanah sebagai satu-satunya pengairan di lahannya dan pengadaan sarana produksi pertanian serta adanya kepentingan bersama dalam pengelolaan budidaya, pengendalian OPT, pengelolaan panen, pemasaran dan pengembangan usaha. Adapun khusus untuk kelompok tani “ Subur Makmur “ memiliki cakupan lahan seluas 112 hektar. Meskipun dengan lahan yang terbatas, berkat kegigihan dan kerja keras, kelompok tani tersebut selain telah mampu meningkatkan taraf hidup anggotanya, juga menjadi contoh kelompok tani daerah lainnya di seputar Jawa Timur. Hal ini diharapkan akan lebih banyak lagi kelompok-kelompok tani lainnya di Nusantara ini yang menjadikan kelompok tani mandiri, kuat, berdaya saing tinggi dan produktif sehingga mampu menyumbang target penambahan produksi beras nasional sebanyak 2 juta ton, atau meningkat di atas 5 % tiap tahunnya. Semoga.!(Urip SR/BBPOPT) ***

Kata Mutiara: Tak ada resep sukses. Yang ada hanya kerelaan diri untuk menerima hidup dan segala konsekuensinya dengan apa adanya. Arthur Rubenstein (1886-1982)

EDISI TAHUN 2008

Banyak petani atau pengusaha tani memproduksi tanaman dengan baik, namun hasil yang diperoleh sulit dipasarkan. Posisi tawar menawar petani selama ini sangat lemah, karena umumnya mereka kurang memperhitungkan pasar. Seorang petani dalam berusaha tani harus mampu melihat dan menilai kesempatankesempatan bisnis yang berkembang untuk dunia pertanian ataupun yang terkait dengan pertanian. Caranya yaitu dengan mengumpulkan informasi dan sumberdaya yang dibutuhkan, guna mengambil keputusan dan tindakan yang tepat, untuk memastikan sukses atau tidaknya usaha yang akan dikembangkan. Langkah yang diperlukan dalam memulai suatu usaha pertanian.

1

Petani harus mempunyai sifat wirausaha yaitu mampu melihat peluang pasar. Petani wirausaha akan memproduksi tanaman atau ternak yang akan memberikan keuntungan (nilai tambah) yang tinggi dan berkesinambungan dari usahanya. Aspek-aspek yang harus diperhitungkan oleh seorang petani dalam mengelola usaha tani dalam menganalisa kekuatan dan kelemahan untuk pengelolaan usaha : a. Jaminan hasil usaha tani atau ternak atau produk-produk olahannya akan diterima oleh pasar dengan harga yang layak. Kecenderungan pasar ini harus benar-benar diperhitungkan secara seksama.. b. Sumberdaya lahan yang mendukung dan cocok dengan komoditi yang dikembangkan. c. Teknologi untuk memproduksi/ mengelola usaha pertanian tersebut tersedia dan dapat dikuasai oleh seorang wirausaha.

28


BULETIN PERAMALAN

d. Sarana produksi dan permodalan dapat mendukung pengembangan agribisnis. e. Kondisi keuangan yang dimiliki. f. Saluran-saluran distribusi pemasaran yang berlaku untuk komoditi tersebut. g. Pesaing-pesaing yang ada, untuk menjaga agar tidak sampai oversupply. h. Peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

2

Seorang petani wirausaha memilih komoditi yang akan diusahakan. Komoditi yang dipilih harus berorientasi pasar dengan menetapkan skala prioritas bidang agribisnis yang akan dijalankannya berdasarkan kriteria 1) terjaminnya pasar 2) sumberdaya manusia yang tersedia cukup memadai, serta 3) penguasaan teknologi.

Penuh resiko tapi menantang Mengembangkan usaha di bidang pertanian merupakan kegiatan usaha yang penuh resiko. Tapi sebagai seorang yang berjiwa wirausaha sejati mempunyai sifat mampu mengambil resiko dan suka tantangan. Kiat yang tertanam pada jiwa petani wirausaha yaitu “ hanya memproduksi yang dibutuhkan oleh pasar “ (Disarikan kembali dari “Berwirausaha Mengembangkan Komoditi Unggulan” Departemen Pertanian 1997.) Gempita, 2-10/04.(USR)***

3

Menguasai teknologi pengelolaan budidaya dan pasca panen dari komoditi yang dipilih. Bila belum memahami dengan betul, maganglah di tempat orang-orang yang berhasil dalam memproduksi komoditi yang sama. Selain itu ketahuilah sebanyak mungkin seluk-beluk dari aspek-aspek penting yang terbaru menyangkut komoditi yaitu teknologi produksi, pengolahan hasil, maupun pemasaran.

4 5

Melaksanakan riset pasar untuk menentukan berapa banyak dan bagaimana kualitas produk yang diminta pasar, serta dimana lokasi distribusi pada waktu penyerahan produk. Taksirlah berapa besar yang dapat dijual kelak setelah produksi, kapan produksi dibutuhkan, kualitas seperti apa yang dibutuhkan. Tetapkan lokasi dan besar usaha. Apabila belum memenuhi skala usaha yang dibutuhkan untuk mensuplai pasar, maka bergabunglah dengan petani sekitar.

Riset pasar sangat penting untuk menentukan berapa banyak dan bagaimana kualitas produk yang diminta oleh pasar. (Foto: Urip SR).

6 7

Siapkan rencana bisnis secara matang. Apabila modal belum tersedia (mencukupi), dapat memanfaatkan kredit-kredit yang tersedia. Lakukan pengelolaan agribisnis dari komoditi yang dikelola dengan manajemen yang efisien, baik menyangkut penyediaan sarana produksi, proses produksi (budidaya), pasca panen (pengolahan) maupun pemasaran. Apabila petani belum memenuhi skala usaha ekonomi, berhimpunlah dengan petani lain dan gunakanlah prinsip “ beli bersama jual bersama “. Petani wirausaha akan memproduksi tanaman yang akan memberikan keuntungan (nilai tambah) yang tinggi dan berkesinambungan dari usahanya dan dibutuhkan oleh pasar.(Foto : Repro)

EDISI TAHUN 2008

29


BULETIN PERAMALAN

 B

erita di sejumlah media massa, akhir-akhir ini, begitu gencar menyorot wajah pembangunan pertanian. Salah satunya adalah berita di harian Kompas tanggal 10 Maret 2008 yang mengangkat isyu bahwa Produksi beras pada musim panen Januari – April 2008 diperkirakan tidak akan mencapai target. Hal itu disebabkan banyak gabah yang hampa atau terkena penyakit kresek, kegagalan panen akibat banjir, dan penundaan panen karena penanaman ulang/ replanting. (Kompas 10/3/2008). 5 (Lima) Tanggapan atas berita di harian KOMPAS tersebut antar lain:

1

Sasaran produksi pada tahun 2008 sebesar 60 – 61 juta ton GKG merupakan hasil pertanaman oktober 2007 s/d September 2008, dimana berdasarkan angka ramalan I BPS tahun 2008 sebesar 58,27 juta ton GKG atau 58,52 – 97,12 % dari sasaran. Angka Aram I 2008 belum menggambarkan produksi riil di lapangan karena baru menggambarkan atas dasar pertanaman Oktober s/d Desember 2007 (Luas tanaman akhir bulan Desember 2007) dan ramalan luas panen (Januari s/d Desember 2008). Apabila dibandingkan produksi tahun 2008 dengan rata-rata produksi 5 tahun terakhir (2003 s/d 2007) sebesar 54.376.133 ton GKG terdapat peningkatan produksi sebesar 3,89 juta ton GKG atau 2,20 juta ton beras.

2

Berdasarkan realisasi tanam padi Oktober 2007 s/d Januari 2008 mencapai 5,89 juta ha dengan perkiraan luas panen Januari dan April 2008 sebesar 5,52 juta ha akan memproduksi padi sebesar 25,71 juta ton GKG (Aram I BPS 2008) atau setara dengan 14,56 juta ton beras. Dengan jumlah penduduk 226,78 juta jiwa dengan konsumsi perkapita 139,15 kg/tahun maka terdapat kekurangan beras pada bulan Januari sebesar 1,5 juta ton dan bulan Februari 104 ribu ton, sedangkan untuk bulan Maret terdapat kelebihan produksi sebesar 2.536 ribu ton dan April 3.133 ribu ton dengan puncak panen pada bulan April 2008.

EDISI TAHUN 2008

3

Luas areal tanam rata-rata 5 tahun terakhir (2003-2007) mencapai 12.454.805,2 ha, sedangkan luas serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) utama padi (tikus, penggerek batang padi, wereng batang coklat, tungro, blas dan BLB/ Kresek) selama 5 tahun terakhir pada periode yang sama rata-rata 297.817 ha (terkena mencapai 294.578,8 ha dan puso 3.238,2 ha). Apabila dibandingkan dengan luas areal tanam, luas kerusakan tanaman padi yang disebabkan oleh OPT utama hanya berkisar antara 0,026 – 2,34 %, sedangkan luas kerusakan yang disebabkan oleh BLB/kresek adalah seluas 44.667 ha atau 0,36%. Persentase luas serangan akibat serangan OPT masih dibawah angka toleransi kehilangan hasil sebesar 5 % dari luas tanam ke luas panen.

4

Luas areal tanam Propinsi Jawa Barat rata-rata 5 tahun terakhir (2003-2007) mencapai 1.952.130 ha, sedangkan luas serangan OPT utama padi (tikus, penggerek batang padi, wereng batang coklat, tungro, blas dan BLB/Kresek) selama 5 tahun terakhir pada periode yang sama rata-rata puso 784,6 ha. Dengan demikian kerusakan tanaman akibat serangan OPT utama hanya mencapai 0,04 %, sedangkan luas kerusakan (puso) yang disebabkan oleh BLB/Kresek adalah seluas 8 ha atau 0,0004%.

5

Berdasarkan hal tersebut di atas produksi tahun 2008 diperkirakan akan meningkat dibandingkan dengan ARAM I BPS 2008, karena dukungan anggaran tahun 2008 untuk program SL-PTT seluas 1,5 juta ha yang tersebar di 32 propinsi, iklim yang mendukung (La-Nina, kemarau relatif basah), penyediaan benih unggul bermutu (bantuan benih dan subsidi), bantuan pupuk dan subsidi pupuk, pengamanan produksi melalui pemberdayaan petugas lapang (POPT dan THL TB POPTPHP) yang lebih intensif, sehingga kerusakan tanaman akibat serangan OPT tidak akan mempengaruhi pencapaian produksi secara nasional tahun 2008. *** Sumber : Direktorat Perlindungan Tanaman

30


BULETIN PERAMALAN

ď€

P

eralatan yang mulai rusak dan belum ada penggantian alat serta sistem pencatatan data manual, kemungkinan terjadi data hilang sebelum sempat tercatat pada buku data kemudian faktor manusia (petugas) dapat disebabkan karena kealpaan petugas atau petugas yang terbatas jumlahnya sehingga tidak ada pergantian jika pengamat tersebut berhalangan. Demikian alasan mengapa data cuaca di beberapa daerah tidak lengkap, seperti itulah gambaran stasiun cuaca Stasiun Meteorology Pertanian Khusus (SMPK) seperti yang dituturkan oleh petugas SMPK dari BBPOPT Jatisari Karawang. Seringkali dijumpai data cuaca yang tersedia pada saat diperlukan, ataupun data tersedia namun sangat meragukan disebabkan pengukuran manual yang sangat tergantung pada keterampilan si pengamat atau peralatan yang sudah usang. Sebagian peralatan pengukuran cuaca kondisinya sangat memprihatinkan, seperti di SMPK Jatisari hanya ada alat pencatat suhu udara, kelembaban udara dan curah hujan yang masih tersisa itupun kondisinya kurang prima. Bahkan beberapa alat lainnya seperti alat pencatat radiasi surya sudah hilang dicuri orang dasawarsa lalu. Menurut A. Imroni petugas pengamat SMPK Jatisari disamping peralatan yang masih manual, kondisinya sudah memerlukan perbaikan, alat-alat tersebut merupakan barang impor sehingga kesulitan suku cadangnya.

Saat ini tenaga pengamat iklim yang terampil masih terbatas sedangkan pelatihan tenaga pengamat cuaca sangat jarang dilakukan. Petugas di SMPK Jatisari saja hanya ada satu orang, kondisi seperti ini mungkin tentu membuat kejenuhan bagi para petugas sehingga keakuratan datanya kadang dipertanyakan orang, kemudian peralatan cuaca manual sangat memerlukan komitmen tenaga pengamat cuaca jika diinginkan kualitas data yang baik. Sebagai contoh, pengamatan cuaca harus dilakukan pada jam-jam tertentu secara kontinu setiap hari.

EDISI TAHUN 2008

Seorang petugas pengamat cuaca dengan sistem manual dituntut keterampilan khusus, yaitu memahami sistem kerja alat-alat ukur meteorologi seperti radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan curah hujan. Melihat keterbatasan-keterbatasan tersebut di atas maka sudah saatnya diperlukan otomatisasi stasiun cuaca di Jatisari (BBPOPT) dengan bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan memasang AWS (automatic weather station).

31


AWS ini merupakan alat pemantau cuaca otomatis yang canggih, karena data cuaca yang terekam sudah berupa data digital. Wah..hebat kan (memang sudah saatnya kita mengenal IT biar tidak gaptek). Di Negara maju pengamatan cuaca otomatis sudah lazim dilakukan, namun untuk tenaga pengamat cuaca di Negara kita yang tingkat pendidikannya masih terbatas, penggunaan AWS juga akan menimbulkan masalah. Hal ini disebabkan bahwa untuk mengambil hasil rekaman data diperlukan kemampuan komputer yang memadai. Untuk itu AWS dioperasionalkan perlu diadakan pelatihan bagi staf yang akan menangani terlebih dahulu karena untuk menunjang pengadaan data cuaca yang terpercaya diperlukan keterampilan pengamat cuaca dalam memahami teknik pengambilan data, analisis serta transfer data tersebut. Apa itu AWS ? Automatic weather station disingkat AWS adalah merupakan alat pemantau cuaca otomatis yang canggih, karena itu data cuaca yang terekam sudah berupa data digital. AWS ini terdiri dari 3 (tiga) komponen utama: 1) Integrated Sensor Suite (ISS), 2) Transmitter, 3) Receiver (Konsol). ISS adalah sensor terpadu yang berfungsi muntuk mengirimkan parameter cuaca

EDISI TAHUN 2008

Foto:Urip SR

BULETIN PERAMALAN

seperti: suhu udara, kelembaban relatif, curah hujan, kecepatan angin, tekanan udara, radiasi solar dan radiasi ultraviolet. Transmitter berfungsi untuk mengirimkan parameter cuaca yang telah terekam oleh sensor AWS menjadi data cuaca ke Receiver (Konsol). Sedangkan Receiver (konsol) berfungsi sebagai penerima data cuaca. Pada konsol ini kita dapat membaca berbagai data cuaca seperti yang telah terekam oleh sensor AWS. Data cuaca yang tersimpan dalam konsol ini secara otomatis dapat juga dimasukkan (download) ke komputer dengan bantuan software pengolah data, analisis dan display cuaca yaitu melalui Software Weather Link. AWS yang terpasang di BBPOPT merupakan salah satu AWS yang dipasang oleh BPPT, Serpong untuk menangkap signal dari Radar Harimau yang saat ini sedang dikembangkan. Daya pancar Radar Harimau(Hydrometeorological ARray for Intraseasional variation Monsoon AUtomonitoring) dengan radius berkisar antara 100—200 km). Pengembangan yang dilakukan oleh BPPT untuk mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional dan Mitigasi Bencana/Dampak Fenomena Iklim di Indonesia.

32


BULETIN PERAMALAN

Manfaat AWS Manfaat AWS secara langsung adalah optimalisasi pencatatan faktor-faktor iklim (suhu, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin, arah angin dan intensitas sinar matahari). AWS akan meng up-date datanya setiap 6 menit, apabila terjadi perubahan-perubahan. Dengan demikian data “real time” dapat diketahui setiap saat, disamping itu tidak perlu operator/ pengamat yang setiap waktu tertentu harus mengamati seperti pada SMPK konvensional. Data iklim tersebut dapat direkam pada komputer bahkan pesawat computer dapat mengakses dari jarak ± 20 mil. Radar Harimau (Hydrometeorological ARray for Intraseasional variation Monsoon AUtomonitoring) data dapat diakses melalui internet yang dipancarkan dari BPPT Serpong, Tangerang kemudian divalidasi oleh AWS, dengan jarak jangkauan sampai dengan 200 km dan dapat menggambarkan faktor iklim secara detail seluas 1 km2. Hal ini tentunya akan sangat membantu untuk melakukan pemantauan keadaan pertanaman, keadaan OPT dan iklim yang pada akhirnya dapat berguna untuk mengembangkan model peramalan OPT yang lebih akurat. Masalah informasi cuaca/iklim berkaitan dengan peralatan pengukuran cuaca yang terbatas atau mulai rusak sehingga memerlukan perbaikan, serta masalah sumberdaya manusia, serta teknologi yang berhubungan dengan pengukuran, transfer data serta manajemennya. Perbaikan stasiun cuaca serta pemasangan peralatan pengukur cuaca otomatis (AWS) memang suatu kebutuhan untuk menunjang pengembangan system informasi meteorologi pertanian secara nasional guna menunjang perencanaan dan pembangunan pertanian. Saat ini jumlah stasiun klimatologi yang pernah ada di Indonesia sekitar 4.000 stasiun, 87 diantaranya adalah SMPK yang dikelola oleh Depertemen Pertanian dan data tersebut selalu dilaporkan secara berkala ke BMG.

EDISI TAHUN 2008

Dengan dipasangnya AWS di BBPOPT Jatisari kerjasama dengan BPPT sebagai pilot project pemasangan stasiun cuaca otomatis jangka pendek. Sedangkan program jangka panjang meliputi pengembangan sistem informasi meteorologi pertanian nasional serta mendorong riset-riset pada bidang ini untuk menunjang pertanian modern menuju agroindustri yang berkelanjutan. (USR/DAS/BSW)  *** Bahan bacaan: Cuaca Untuk Menunjang Kegiatan Pertanian. Dari berbagai Sumber di Internet.

Perakitan AWS dilakukan oleh tenaga ahli dari BPPT (Foto: Urip SR/INDOK)

33


BULETIN PERAMALAN

ď Šď€ Masalah

pencemaran lingkungan baik yang disebabkan oleh kegiatan industri maupun oleh kesalahan praktek pertanian semakin disoroti akhir-akhir ini. Pembuangan limbah industri ke daerah persawahan melalui air/sungai atau saluran irigasi telah dilaporkan meningkatkan kandungan logamlogam berat dan bahan kimia beracun lainnya di dalam tanah. Pencemaran ini dalam jangka panjang dapat membahayakan kehidupan petani, yang secara langsung mengkonsumsi produk pertanian yang dihasilkan dari lahan yang tercemar termasuk masyarakat lain yang mengkonsumsi produk tersebut. Selain itu, kegiatan pertambangan yang menggunakan bahan-bahan kimia dalam upaya memperoleh hasil tambang, juga dapat menyebabkan tercemarnya lahan pertanian akibat limbah pertambangan tersebut dibuang ke sungai yang digunakan atau merupakan sumber pengairan lahan pertanian di sekitar daerah pertambangan. Di dalam tanah pada lahan tanah tersebut akan terjadi akumulasi bahan-bahan kimia berbahaya akibat lahan pertanian tersebut menggunakan air yang tercemar, sebagai sumber air pengairan, dan ini dapat berakibat lebih jauh terhadap produk pertanian yang dihasilkan ikut tercemar.

Mitigasi Gas Metana dengan Menggunakan Varietas Padi Isu pemanasan bumi global disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfir, salah satunya adalah gas metana (CH4). Besarnya emisi gas metana di atmosfir yang bersumber dari lahan persawahan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain varietas, pengelolaan hara, pengelolaan air atau rejim air. Laju emisi gas metana antar varietas unggul padi adalah beragam tergantung pada sifat morfologi dan fisiologi, sistem perakaran termasuk jumlah eksudat dan daya oksidasi akar, dan besarnya jaringan paerenkhima pada varietas padi. Kondisi air lahan persawahan menentukan besarnya gas metana yang dilepaskan ke atmosfir. Beberapa varietas unggul yang berpotensi tinggi menurunkan emisi gas metana yaitu IR-64, Way Apoburu, Tukad Balian, Tukad Petanu, Ciherang, Cisantana, dan Fatmawati, selain berdaya hasil tinggi. Potensi penurunan emisi gas metana pada varietas tersebut secara berurutan masing 0 – 60; 37 – 44; 53; 35; 30 – 38; 46; dan 21%. Diantara ke-7 varietas tersebut, Way Apoburu relatif konsisten melepaskan gas metana rendah ke atmosfir baik pada ekosistem sawah irigasi maupun tadah hujan.

EDISI TAHUN 2008

34


BULETIN PERAMALAN

Mitigasi Emisi Gas Metana dengan Pupuk ZA Pengelolaan pupuk nitrogen secara tepat dapat menurunkan emisi gas metana sekaligus meningkatkan hasil tanaman padi. Penggunaan pupuk N mengandung sulfur seperti ZA nyata menurunkan emisi gas metana. Sebaliknya pupuk N konvensional (urea pril) justru menyebabkan peningkatan emisi gas metana. Pupuk ZA dapat meningkatkan hasil gabah padi berkisar 73 – 81 % dibandingkan tanpa pupuk N sekaligus menurunkan emisi gas metana sebesar 16 – 48 %. Sedangkan urea pril meningkatkan emisi sebesar 13 – 84 %. Penelitian 1996 – 1999 melaporkan bahwa emisi gas metana ratarata pada pemberian pupuk ZA, urea tablet, urea pril, dan tanpa pupuk N masing-masing adalah 27 – 31, 30, 35, dan 56 kg CH4 per ton gabah.

Di lain pihak praktek budidaya pertanian yang menggunakan input bahan agrokimia yang tinggi dan tidak terkendali seperti pupuk dan pestisida, juga ikut memberikan kontribusi terhadap pencemaran lingkungan. Kondisi ini tidak saja membahayakan keselamatan tetapi juga telah menyebabkan ketidakefisienan penggunaan input di dalam budidaya pertanian. Oleh karena itu, penelitian secara intensif perlu dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi wilayah-wilayah pertanian yang telah mengalami pencemaran, dan mencari alternatif pemecahan dan penanggulangan masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri, pertambangan dan pemakaian bahan agrokimia yang tidak tepat dan kurang terkendali.*** Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat 2001 – 2004 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian

Bumi

sebagai ekosistem kini telah berubah, penggunaan hampir 95% minyak bumi di segala aspek kehidupan menghasilkan CO2/ karbondioksida yang sangat besar. Pembangkit listrik, pabrikpabrik, dan kendaraan bermotor adalah penyumbang terbesar gas CO2. Berkurangnya lahan “hijau” sebagai penetral CO2 semakin memperburuk kondisi ini. CO2 yang terperangkap di atmosfer tidak ubahnya seperti selimut hangat yang menutupi bumi. Kenaikan suhu bumi yang diakibatkan oleh penggunaan minyak bumi ini mengakibatkan kenaikan tinggi air laut, perubahan suhu dan cuaca, migrasi virus, badai katastropi, population displacement, dan gangguan kesehatan. Hal ini sangat mempengaruhi pola dan kualitas hidup kita. Sudah saatnya kita sebagai bagian dari ekosistem turut menjaga bumi agar tetap berperan sebagai rumah kita hingga anak cucu kita. Sebagai pelaku pertanian mari kita :

Pilih makanan organik

Pertanian organik tidak menggunakan bahan kimia yang merusak lingkungan. Iklan Layanan Masyarakat ini disampaikan oleh: Buletin Peramalan/Balai Besar Peramalan OPT

EDISI TAHUN 2008

35


BULETIN PERAMALAN

P

enyakit kencing manis atau kencing gula disebabkan oleh pancreas (kelenjar ludah perut) yang terganggu (rusak), sehingga tidak cukup mengeluarkan fermen pencernaan yang disebut insulin. Akibat kelenjar insulin, maka gula dan hidrat arang (glukosa) yang dikandung makanan dan minuman sebagian besar terbuang sebab tidak dapat dirubah jadi glukosa. Kadar glukosa dalam darah lebih tinggi dari keadaan normal sehingga glukosa dalam darah lebih tinggi dari keadaan normal sehingga glukosa masuk ke dalam air kencing.

Beberapa alternatif pengobatan (pilih salah satu) antara lain : 

 

  

Daun lidah buaya 2 pelepah, durinya dibuang dan dicuci bersih dan dipotong seperlunya. Rebuslah dalam air bersih 3 gelas. Sesudah dingin, saring lalu minum sehabis makan 2-3 kali sehari ½ gelas. Makanlah tiap hari keripik gadung sebagai makanan kudapan pada waktu minum teh atau kopi (2-3 kali sehari sebanyak yang diperlukan). Serbuk biji petai cina 1 sendok teh, diseduh dengan air panah ½ gelas, suam-suam kuku diminum 3 menit sebelum makan (2-3 kali sehari 3 sendok makan). Buah mengkudu yang telah masak 2 buah, dicuci lalu diparut. Beri air garam 1 sendok makan, diperas dan disaring. Minumlah sesudah makan 2-3 kali sehari 2 sendok makan. Disamping mengkonsumsi obat-obat herbal tersebut, lebih baik diikuti dengan olah raga ringan (jalan, lari kecil) setiap hari 15—30 menit. Menjaga makanan (khususnya berkadar gula tinggi) wajib dilakukan. Konsultasi ke dokter secara rutin.

Resep obat tradisional adalah sistem pengobatan yang mayoritas menggunakan ramuan dari tumbuhtumbuhan. Dengan demikian ramuan ini ada di masyarakat terutama yang tinggal di pedesaan. Tanaman obat yang dikenal dengan apotik hidup bisa ditanam di pekarangan yang sekaligus berfungsi menghijaukan lingkungan. Selamat mencoba.! (USR)  ***

EDISI TAHUN 2008

Biji petai cina yang ditumbuk berkhasiat menurunkan kadar gula dalam tubuh.

Mengkudu (Morinda citrifolia) selain mampu mengobati hypertensi juga berkhasiat menyembuhkan diabetes mellitus.

36


BULETIN PERAMALAN

 PABRIK KOMPOS DI PERUT SAPI

N KOTORAN SAPI RASA VANILA

P

ernah merasakan sirup dan es krim rasa vanilla? Rasanya enak khan? Tapi kalau kotoran sapi rasa vanilla? Idiiih.., Jangan gila doong..! Siapa yang mau mencicipi? Mayu Yamamoto adalah ilmuwan dari International Medical Center di Jepang. Yamamoto merupakan orang Jepang keduabelas yang mendapatkan penghargaan dari Ig Nobel Prize Chemistry. Ia mendapatkan hadiah karena mengembangkan metoda untuk mendapatkan rasa dan wangi vanilla dari kotoran sapi. Ig Nobel Prize adalah penghargaan yang diberikan kepada para peneliti yang awalnya penemuannya dianggap tidak lazim namun pada akhirnya dapat membuat orang berpikir terhadap penemuan tersebut. Hal ini sesuai dengan keinginan para donatur dari Annals of Improbale Research yang merupakan majalah science humor. Tamagotchi, mainan asal Jepang yang popular di Indonesia di kalangan remaja pada tahun 1990-an pernah mendapatkan Ig Nobel Prize Economic. Pada saat penerimaan penghargaan di Harvard University, Yamamoto menyampaikan harapannya agar penemuannya dapat mendukung kelestarian lingkungan dan dapat mencegah global warming. “Aya-aya wae orang nipong neh”. (evset/Warta Sanbe-Vet No. 29. Jan 2008)***

EDISI TAHUN 2008

ah, kali ini kita beralih ke Indonesia, ini benar-benar made-in Indonesia asli lho? Pabrik kompos di perut sapi bukan hanya istilah, tetapi sebuah kenyataan. Inovasi teknologi Biotetes yang dikembangkan oleh David Andi, putra Gorontalo telah mampu mewujudkan kalimat tersebut. Biotetes yang bersifat feed supplement berbahan herbal ini mampu mengoptimalkan proses pencernaan sapi dan penyerapan sari-sari makanan. Sehingga makanan yang masuk ke dalam perut sapi akan langsung terdekomposisi dengan baik dan diserap optimal, akibatnya sari makanan terserap menjadi daging, sisa kotoran yang keluar betul-betul ampas, tidak berbau, tidak mengandung gas metana, serta langsung dapat digunakan untuk pupuk tanaman. Kata sang penemu David Andi, feed supplement mampu meningkatkan proses metabolisme ternak ruminansia, sehingga mampu mengatasi pencemaran lingkungan akibat bau (gas metana) dari kotoran ternak. Nah, gimana kalau diujicoba pada manusia? Aya-aya wae Sang Inovator teh !?.***

37


BULETIN PERAMALAN

Kartun, sesuai dengan sifatnya akan mengungkap secara ringan dan lucu. Karena itu humor merupakan hal yang penting dalam kartun. Humor dianggap jembatan komunikasi. Kalau orang sudah tersenyum, lebih mudah bagi kita untuk mulai membuka pembicaraan. Penggunaan kartun dengan maksud sebagai sudut ruang “pelepas lelah� ditengah padatnya teks berita yang serius. Kartun lelucon dapat membantu perwajahan agar berkesan ringan. (Redaksi)

EDISI TAHUN 2008

38


BULETIN PERAMALAN

ď žď€ Agrinex

2008 merupakan event pameran tahunan yang bertujuan untuk menampilkan wajah agribisnis Indonesia dikalangan masyarakat luas baik di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, maupun bisnis pendukung dan produk konsumen mulai dari hulu hingga hilir. Agrinex Indonesia 2008 kali ini memiliki tema "Go Green" sebagai bentuk dukungan sektor pertanian untuk menghasilkan sumber pangan dan energi yang ramah lingkungan.

Agrinex Expo tahun 2008 ini diselenggarakan pada tanggal 21-24 Maret 2008 dan dapat berlangsung atas kerjasama Performax, Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dengan dukungan Dekopin dan Deptan serta media massa. Penyelenggaraan Agrinex 2008 mengambil lokasi seperti penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya di Hall A dan B Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. Peserta Agrinex 2008 kali ini meliputi semua elemen yang bergerak dalam bidang agribisnis di Indonesia mulai dari perusahaanperusahaan besar sampai UKM dan Litbang serta Perguruan Tinggi yang memiliki fakultas yang terkait dalam agribisnis. Agrinex Expo dikunjungi oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan. Mayoritas pengunjung pada event ini adalah dari kalangan pengusaha dan pelaku agribisnis, kelompok mahasiswa serta masyarakat umum baik dari dalam maupun luar negeri. Selain ajang pameran, untuk menarik minat pengunjung event Agrinex 2008 juga menyelenggarakan talkshow, Focus Group Discussion & ldquo; Blueprint Agribusiness Indonesia & rdquo; Symposium Rempah, Business Plan Competition, Quiz & Doorprize, dan Edutainment.

EDISI TAHUN 2008

Agrinex 2008 dibuka secara resmi oleh Menteri Pertanian RI. Dalam sambutannya Mentan menyampaikan bahwa pertanian Indonesia perlu mendapat dukungan masyarakat baik swasta, pemerintah, perguruan tinggi, dan litbang dalam rangka membangun agribisnis yang menjamin kemandirian pangan, peningkatan sumber daya manusia berkualitas, peningkatan kualitas lahan produktif, penyerapan tenaga terdidik, dan pemerataan pertumbuhan ekonomi pedesaan yang kuat sehingga pada akhirnya akan menghasilkan peningkatan kualitas hidup masyarakat serta kestabilan ekonomi dan politik. Selama pameran berlangsung, pengunjung yang mayoritas berkecimpung di bidang pertanian sangat antusias dengan materi-materi yang ditampilkan oleh Ditjen Tanaman Pangan. Info guide memberikan penjelasan setiap pertanyaan yang diajukan oleh pengunjung. Selain menunjukkan keberhasilan peningkatan produksi beras nasional, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan juga menampilkan berbagai macam bahan pangan alternatif yang belum dikenal luas masyarakat, seperti ganyong (Canna edulis Kerr) dan kacang koro (Canavalia ensiformis DC). Ganyong adalah tanaman yang cukup potensial sebagai sumber karbohidrat. Hasilnya selain dapat digunakan untuk penganekaragaman menu rakyat, juga mempunyai aspek yang penting sebagai bahan dasar industri. Ganyong (Canna edulis Kerr) adalah tanaman herba yang berasal dari Amerika Selatan. Pengenalan komoditas pangan sebagai pangan alternatif sudah saatnya dikenalkan kepada masyarakat, selanjutnya yuuk kita konsumsi. Hasil liputan selama mengikuti pameran Agrinex. (BP2008)  ***

39


BULETIN PERAMALAN

ď€

Seputar K ehidupan dan

S

elain ahli dalam mengidentifikasi OPT (hama & Penyakit) tanaman padi, petani juga diharapkan ahli dalam penanganan pasca panen dan pemasaran gabah/beras. Sasarannya adalah penurunan kehilangan losses sebesar 3% dari losses rata-rata nasional 20,51% menjadi 18,5% dan meningkatnya rendemen giling sebesar 1,5%. Terjaminnya harga gabah kering panen (GKP), gabah kering giling (GKG) dan beras petani minimal sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP). Foto & Teks : Urip SR/Buletin Peramalan.

EDISI TAHUN 2008

40


BULETIN PERAMALAN

PENGENDALIAN WBC Pratanam ( persiapan - persemaian)  Persipan benih VUTW unggul bermutu.  Pengamatan populasi WBC sejak persemaian.

Wereng Batang Coklat dewasa

Fase tanaman muda (tanam sampai < 40 hst)  Tanam serentak. Hindari menanam varietas peka,  Tanam sistim legowo dan pemupukan NPK berimbang, agar lingkungan mikro tidak cocok untuk OPT, dan untuk meningkatkan kekekaran tanaman,  Tanaman terserang WBC berat dilakukan sanitasi selektif/eradikasi, apalagi ada muncul gejala virus kerdil rumput dan kerdil hampa lakukan sanitasi ataueradikasi.

Kelompok Telur WBC

Telur disisipkan ke dalam pelepah daun/batang padi

PENYEBAB TIMBULNYA SERANGAN WBC

 Penggunaan insektisida efektif untuk WBC, terdaftar & diijinkan untuk tanaman padi. Aplikasinya pada saat mencapai ambang pengendalian: populasi ≥ 10 ekor/rumpun pada tanaman berumur < 40 hst.

 WBC berukuran kecil, hidup dan menghisap cairan tanaman di bagian pangkal batang/pelepah tanaman, apabila populasi tinggi WBC sampai di daun terutama dewasa bersayap panjang yang siap terbang bermigrasi.

Fase Primordia, ≥ 40 hst - menjelang panen

 Kemampuan berkembang biaknya sangat tinggi, bertelur banyak (100-600 butir), siklus hidupnya pendek (± 28 hari, yaitu stadium telur ± 8 hari, nimfa ± 18 dewasa pra-bertelur ± 2 hari), masa hidup dewasa ± 8 hari, mempunyai daya sebar cepat, dan daya serang ganas. Laju perkembangbiakan pada varietas peka dengan lingkungan optimum dalam satu musim tanam dapat mencapai 2.000 kali.

 Kerapkali aplikasi insektisida menjadi tidak efektif dan tidak efisien karena populasi sudah terlampau tinggi. Juga jangan sekali-kali mencampur-campur racun,

 Adanya penanaman varietas peka dan pola tanam yang tidak teratur, sebagai pemicu perkembangan dan penyebaran WBC.  Kurangnya perhatian terhadap keberadaan populasi wereng.  Kebanyakan menggunakan urea/hanya urea saja, tanaman menjadi lebih peka.  Terbunuhnya musuh alami akibat sembarangan dalam penyemprotan insektisida pada pesemaian dan tanaman muda. Amati dulu apakah werengnya ada?, kalau ada wereng nyemprotnya harus di pangkal batang.

EDISI TAHUN 2008

 Tanaman yang terserang berat – puso sanitasi/eradikasi selektif.

dilakukan

 Penggunaan insektisida apabila populasi ≥ 20 ekor/rumpun pada tanaman berumur ≥ 40 hst.

 Penggunaan insektisida harus memenuhi kriteria 6 tepat (tepat jenis dan mutu, dosis, konsentrasi, sasaran, waktu, dan cara aplikasi). Ingat penyemprotan harus pada pangkal batang padi dimana wereng berada, dan semburan semprot harus mengena werengnya. Lampung

 DKI

Banten Pandeglang

Serang

Karawang Bekasi

Subang

Indramayu

Purwakarta

Lebak

Jawa Barat

Cirebon Majalengka

Jawa Tengah

Lamongan

Pekalongan

Purbalingga

Tasikmalaya

Rembang

Pemalang

Brebes Tegal

Sukabumi

Temanggung Wonosobo

Boyolali Jombang

Ciamis Kulonprogo

WBCMH

Endemis (18) Sporadis (41) Potensial (111) Aman (61)

Situbondo

Sleman

Kriteria daerah:

Jawa Timur

DIY

Jember Banyuwangi

0

100

200

kilometers

PETA DAERAH ENDEMIS COKLAT PADADI PADI MUSIM HUJAN PETA DAERAH ENDEMIS WBCWERENG MUSIM HUJAN PULAU JAWA MENURUT KABUPATEN / KOTA DI PULAU JAWA

41


BULETIN PERAMALAN

EDISI TAHUN 2008

42


PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) ADALAH TONGKAT PEMBIMBING PENYUSUNAN STRATEGI PENGENDALIAN OPT DALAM PENGAMANAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.