Peramalan OPT Vol 16 No 2

Page 1

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

1


Media Komunikasi Masyarakat Perlindungan

Pelindung Kepala BBPOPT

Penanggung Jawab Kepala Bidang Pelayanan Teknis Informasi Dan Dokumentasi

Pimpinan Redaksi Kepala Seksi Informasi dan Dokumentasi

Wk. Pimpinan Redaksi Kepala Seksi Pelayanan Teknis

Redaktur Pelaksana Bambang Kuncoro Mustaghfirin Lilik Retnowati Wayan Murdita Memed Jamhari Suwarman Urip S. Riyadi

Staf Redaksi Dulhalim

Dokumentasi & Grafis uripsr@ymail.com

Sirkulasi & Distribusi Eri Budiyanto

Alamat Redaksi Jl. Raya Kaliasin Tromol Pos 1 Jatisari Karawang - Jawa Barat (41374)  : (0264) 360581, 360368 : bbpoptjatisari@pertanian.go.id Majalah ini dapat diunduh di : http://bbpopt.tanamanpangan.pertanian.go.id/ artikelku/media-publikasi/majalah

ERA BARU BUAT PETANI

P

residen RI Joko Widodo telah beberapa kali dalam beberapa kesempatan yang berbeda menginginkan agar para petani kecil bisa membuat korporasi. Dengan korporasi itu skala usaha tani menjadi lebih besar dan efisien. Bidang usaha yang dikelola dalam korporasi juga meluas hingga ke pengolahan dan pemasaran produk pertanian. Tujuannya agar petani bisa menikmati nilai tambah dari produk yang dihasilkan dan lebih sejahtera. Dalam usaha tani padi, korporasi yang dimaksudkan Presiden bisa dilakukan dengan mengkonsolidasikan lahan-lahan sawah yang dimiliki petani. Kita tahu penguasaan lahan petani padi kita di P. Jawa berkisar 0,35 ha atau 3.500 m2. Konsolidasi lahan bisa dilakukan dengan membongkar pematang sawah dan memperkuat legalitas administrasi batas sawah milik per petani. Sampai petani tidak ragu tentang batas tanah sawah yang dimiliki. Konsolidasi tanah seperti itu sudah kita temukan di Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah. Pengalaman teknis dari konsolidasi lahan di Sukoharjo, batas lahan bisa dilakukan dengan memasang patok permanen yang tidak mengganggu operasional alat mesin pertanian seperti traktor dan combine harvester atau rice transplanter. Batas tanah juga bisa dibuat secara digital berupa batas koordinat yang dikuatkan dengan surat legal tanah. Apapun batas tanah yang dipilih, secara teknis budidaya, pematang sawah dalam skala tertentu masih diperlukan. Terutama agar pengairan dan pemupukan berjalan efektif dan efsien. Lebih dari itu, kelembagaan korporasi milik petani harus dibenahi dan dicarikan yang cocok secara lokalita dan kekinian. Di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah ada model korporasi milik petani dalam bentuk koperasi, dengan nama koperasi Appoli (Aliansi Petani Pertanian Organik Boyolali). Koperasi ini dikelola oleh para profesional dari dari desa itu yang rata-rata bergelar sarjana. Mereka dapat gaji karena mengelola koperasi ini. Gambaran model korporasi pertanian padi itu bisa kita sebut sebagai era baru petani Indnesia. Selain, para petani tersebut akan tetap bertani, padi dengan hasil ekonomi yang lebih menjanjikan, mereka juga punya waktu luang yang lebih banyak. Waktu luang ini bisa mereka gunakan untuk pekerjaan lain. Tujuannya, agar petani juga bisa mendapatkan pendapatan di luar usaha pertaniannya. Hal ini bisa diwujudkan, bila orientasi pembangunan pedesaan punya rancangan yang jelas, terarah dan terukur untuk menopang dan mensukseskan program korporasi usaha tani yang digagas Presiden Joko Widodo. (Sinta 3721/Okt/2017)*** MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

2


Daftar isi

3

SURAT PEMBACA Masih Seputar Kerdil Rumput

15 INFO DARI DAERAH Mengenal Lebih Dekat Brigade Proteksi Tanaman

17 TEKNOLOGI PERLINTAN

4

Barrier Crop sebagai Penghalang Kutu Kebul (Serangga Vektor)

TIPS Pengelolaan OPT Utama Padi

19 KLINIK TANAMAN Bagaimana Atasi Bercak Daun pada Pisang

20 INFO IPTEK Teknik Rekayasa Genetika

21 HOT NEWS Waspada..! Virus Kerdil Rumput

11

REPORTASE Gerak Cepat Antisipasi Serangan WBC, Kerdil Rumput, & Kerdil Hampa

23 MIMBAR PROTEKSI #1 Kenali & Kendalikan Hama Jagung

Cover depan : Mentan Panen Padi di Kec. Tapin Selatan, Kab. Tapin Kalimantan Selatan (Foto : Humas TP)

24 INFO DEM-AREA Pengendalian WBC melalui Budidaya Tanaman Sehat

33 INFO KHUSUS Peran Refugia dalam Penguatan Agroekosistem

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

3




Masalah : Menurut pengamatan, hampir semua jenis tanaman padi yang tumbuh di wilayah saya menunjukkan pertumbuhan yang kurang sempurna. Ada yang mengatakan bahwa tanaman tersebut terserang penyakit kerdil rumput. Akibat kerdil, tanaman menjadi tidak keluar malai. Pertanyaan saya adalah : “Apakah penyakit kerdil rumput itu?” Mohon penjelasan. Terima kasih Sugiyanto Kaliwedi - Cirebon Solusi : Kerdil rumput ditularkan oleh wereng batang coklat (Nilaparvata lugens). Virus kerdil rumput bersifat persisten dalam tubuh serangga. Virus ditularkan setelah 4 hari berada dalam tubuh serangga. Virus tidak dapat ditularkan melalui telur atau keturunan wereng batang coklat (WBC). Namun demikian, jika WBC telah mengandung virus, maka virus tersebut tetap berada dalam tubuhnya walaupun berganti kulit. Penyakit kerdil rumput biasanya timbul secara epidemik setelah terjadi eksplosi WBC. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tidak semua individu WBC yang ada di dalam suatu populasi mampu menularkannya, yaitu hanya sekitar 20% - 40% individu populasi WBC yang mampu menularkan. Tanaman inang virus kerdil rumput adalah padi liar (Oryza nivara). Penyakit kerdil rumput tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Tanaman yang terserang kerdil rumput berwarna kuning muda, daun menyempit, kaku dan tegak. Pada bagian daun terdapat bintikbintik warna coklat. Tanaman tumbuh pendek, jumlah anakan banyak dan tidak menghasilkan malai. Infeksi kerdil rumput dapat terjadi di persemaian atau tanaman muda di lapangan. Tanaman yang sudah berumur lebih dari 4 minggu setelah tanam (MST) lebih tahan terhadap penyakit virus daripada tanaman muda. Saat ini berkembang dilapangan kerdil rumput tipe-2 dengan ciri-ciri tanaman kaku berwarna kuning oranye dengan disertai bintik-bintik coklat di daun. SOP pengendalian wereng batang coklat dan penyakit virus kerdil rumput (KR) dan virus kerdil hampa (KH) silahkan baca rubrik “Hot News” halaman 20. (USR)***

Hubungan virus kerdil rumput terhadap Wereng Batang Coklat (WBC) : NNo.

Uraian

Kerdil Rumput

1

Wereng penular aktif

20-40%

2

Waktu kejangkitan tercepat

15 menit

3

Periode laten

5-28 hari

4

Waktu inokulasi tercepat

5-15 menit

5

Lama WBC utk tetap menjadi vektor

Selamanya

6

Hubungan vektor - virus

7

Pola penularan setiap hari

8

Penularan antar stadia

Ya

9

Penularan melalui telur

Tidak

Persisten Sebentar-sebentar

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

4


1. Wereng Batang Coklat

2. Tikus Sawah

Pratanam - Pengolahan tanah :  Sanitasi lahan, pemusnahan singgang, pola tanam dan perencanaan pergiliran tanaman, pergiliran varietas dengan biotipe dan musim tanam. Persemaian :  Pemantauan populasi Wereng Batang Coklat dan musuh alami, pada daerah endemis berat dapat digunakan insektisida butiran (granule). Pertanaman :  Penggunaan insektisida yang diizinkan dan efektif pada populasi > 10 ekor/rumpun tanaman berumur < 40 hari Hst, populasi > 40 ekor/rumpun tanaman berumur > 40 Hst.

Pratanam - Pengolahan tanah :  Gropyokan, sanitasi lingkungan, pengumpanan beracun, pengemposan asap beracun, pelestarian musuh alami (ular, burung hantu). Persemaian :  Pemagaran persemaian dengan plastik dikombinasi pemasangan bubu tikus, gropyokan, pengumpunan beracun, pengemposan dengan asap belerang. Tanaman Muda (Tanam - Anakan Maksimum) :  Pengumpanan beracun bila ada gejala serangan, sanitasi lingkungan, jarak tanam tidak terlalu rapat, pemupukan berimbang, pengemposan asap belerang, pemasangan pagar plastik dikombinasikan dengan pemasangan bubu tikus. Tanaman Tua (Primordia - Berbunga) :  Pengemposan asap belerang, pelestarian musuh alami, pemasangan perangkap, dan pengeringan berkala. Pematangan Bulir ( Pengisian bulir - Panen) :  Pengemposan asap belerang, pemasangan perangkap bumbung bambu, pelestarian musuh alami.

WBC makroptera

WBC brakhiptera

Gbr 1. Wereng batang coklat sayap panjang (makroptera) dan Gbr 2. sayap pendek (brakhiptera)

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

5


4. Penyakit Kresek/BLB Pratanam - Pengolahan tanah :  Sanitasi tanaman inang, penanaman varietas tahan (Code dan Angke).

Persemaian :  Penggunaan benih sehat, sanitasi inang pada salu-

Serangan Penggerek Batang Padi pada fase generatif/ beluk (Foto © doelhalim)

3. Penggerek Batang Padi Pratanam - Pengolahan tanah :  Pengolahan lahan dan pengolahan tanah untuk persemaian dilakukan bersamaan agar ulat berdiapause dapat terbunuh, penundaan waktu sebar benih (untuk PBPP) minimal 10 hari setelah puncak penerbangan ngengat dari tunggul, pemotongan jerami < 5 cm dari permukaan tanah.

ran irigasi, hindari penggenangan terlalu dalam, perendaman benih menggunakan agens antagonis Paenibacillus polymyxa selama 15 menit dosis 5 cc/liter dan aplikasi di persemaian. Tanaman Muda (Tanam - Anakan Maksimum) :  Pemupukan berimbang sesuai anjuran setempat,

sanitasi rerumputan sumber pathogen, pengeringan berkala yaitu 1 hari diairi dan 3-4 hari dikeringkan, aplikasi agens antagonis Paenibacillus polymyxa pada saat umur 14, 28, dan 42 Hst dosis 2,5 liter/Ha dengan larutan semprot 500 liter/Ha.

Persemaian :  Pengumpulan dan inkubasi kelompok telur agar

parasitoid yang muncul dapat dilepaskan kembali, pemasangan lampu petromaks atau lampu listrik untuk penangkapan ngengat dikombinasikan dengan pemasangan bak yang berisi air yang dicampur dengan minyak tanah dengan perbandingan 1:40, eradikasi selektif tanaman terserang.

Kresek

Tanaman Muda (Tanam - Anakan Maksimum) :  Pengumpulan dan pemeliharaan kelompok telur

untuk pelepasan parasitoid, penggunaan insektisida yang diijinkan dan efektif bila serangan sundep > 6%. Tanaman Tua (Primordia - Berbunga) :  Pencabutan beluk segar sampai bagian bawah

malai, penggunaan insektisida yang diizinkan bila beluk >10%. Pematangan Bulir ( Pengisian bulir - Panen) :  Pencabutan beluk segar.

Hawar Serangan penyakit hawar daun bakteri/BLB menghasilkan dua gejala khas yaitu kresek dan hawar. Kresek adalah gejala yang terjadi pada tanaman muda sedang hawar merupakan gejala pada fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan.

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

6


5. Penyakit Blas Pratanam - Pengolahan tanah :  Pembenaman jerami sakit sampai membusuk

yang dilakukan sambil pengolahan tanah.

Persemaian :  Penggunaan varietas tahan, penggunaan benih

sehat, pada daerah serangan padi gogo dapat dilakukan perlakuan benih (seed treatment), Perendaman benih menggunakan Paenibacillus polymyxa (15 menit) dosis 5 cc/liter. Tanaman Muda (Tanam - Anakan Maksimum) :  Pengaturan jarak tanam sistem legowo (jajar

legowo 2:1 atau 3:1), dan aplikasi agens antagonis Paenibacillus polymyxa pada saat umur 14, 28, dan 42 Hst dosis 2,5 liter/Ha dengan larutan semprot 500 liter/Ha.

Tungro merupakan salah satu penyakit penting tanaman padi yang disebabkan oleh virus patogen yang ditularkan oleh Wereng Daun Hijau (gbr insert). Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil dan mempunyai sedikit anakan. (Foto : Bbpopt)

Tanaman Tua (Primordia - Berbunga) :

6. Penyakit Tungro

 Penggunaan fungisida efektif dan diizinkan pada 2

Pratanam - Pengolahan tanah :

minggu sebelum keluar malai, pemakaian pupuk N secara optimal untuk daerah serangan endemis paling tinggi 90 kg N/Ha.

 Pengolahan tanah secara baik sehingga lahan

bersih dari sisa tanaman terserang atau singgang yang terinfeksi virus, sebar benih minimal 5 hari setelah selesai pengolahan tanah, pengaturan waktu yang tepat agar saat populasi wereng daun hijau tinggi tanaman telah berumur lebih 65 Hst sehinggga tanaman terhindar dari puncak penerbangan, pergiliran varietas tetua ketahanannya. Persemaian :  Hindari penggunaan bibit dari daerah endemis

tungro, musnahkan bibit yang terserang, bila dianggap perlu pergunakan carbofuran sebelum menyebar benih secara topsoil incorporation (benamkan kedalam tanah) dengan dosis 4 kg/500M2 , persemaian berkelompok. Tanaman Muda (Tanam - Anakan Maksimum) :  Musnahkan tanaman yang terserang tungro

Gejala blas pada daun merupakan bercak coklat kehitaman, berbentuk belah ketupat, dengan pusat bercak berwarna putih (Foto © Cahyadi Irwan)

secara selektif (dibenamkan ke dalam tanah/ lumpur). Selamat Mengendalikan..!!!

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

7


B

alai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT Jatisari) mencanangkan gerakan pengendalian Wereng Batang Coklat (WBC) yang menyerang persawahan sisa musin tanam MT. 2017 di Kabupaten Karawang (18/10). Gerakan pengedalian dilakukan di 12 kecamatan meliputi 1) Kec. Cilamaya Wetan, 2) Kec. Cilamaya Kulon, 3) Kec. Batujaya, 4) Kec. Pakisjaya, 5) Kec. Rengasdengklok, 6) Kec. Tirtajaya, 7) Kec. Kutawaluya, 8) Kec. Cilebar, 9) Kec. Tempuran, 10) Kec. Jayakerta, 11) Kec. Pedes, dan 12) Kec.Cibuaya. Selain gerakan pengendalian juga dilakukan sosialisasi teknologi budidaya tanaman sehat, sosialisasi penggunaan pestisida yang baik dan benar sesuai kaidah 6 tepat (jenis, volume semprot, dosis, sasaran, cara, dan waktu aplikasi). Petani juga diharapkan bisa tanam padi serempak untuk dapat memutus siklus hama dan penyakit padi. Jika ada serangan hama, segera laporkan ke petugas pengamat hama atau penyuluh yang ada di desa. segera tangani bersama, bergotong royong melakukan gerdal, gropyokan, niscaya serangan hama akan tertangani. Sementara itu musim tanam April-September (Asep) tahun ini, serangan hama dan penyakit pertanian naik cukup signifikan, terutama hama WBC. Perubahan cuaca dan anomali iklim menjadi salah satu penyebab merebaknya hama WBC. Gerakan pengendalian hama WBC di Kab. Karawang seluas 730 ha, dengan membagikan larutan semprot yang sudah siap aplikasi, petani hanya datang membawa tangki hand sprayer dan mengisinya sendiri untuk mengaplikasikan dilahan sawahnya masing-masing. Seperti diketahui, WBC merupakan salah satu hama berbahaya pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. kerusakan secara langsung terjadi karena hama ini mempunyai kemampuan mengisap cairan tanaman yang menyebabkan daun menguning, kering dan akhirnya mati yang dikenal dengan gejala hopperburn. serangan WBC juga menyebabkan perkembangan akar merana dan bagian bawah tanaman yang terserang menjadi terlapisi oleh embun jelaga. Selain itu, serangan WBC juga menimbulkan kerusakan secara tidak langsung karena serangga ini merupakan vektor penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa. WBC merupakan hama yang sejak tahun 1985 telah mengancam target swasembada beras. WBC merupakan hama padi yang paling berbahaya dan paling sulit dikendalikan. sulitnya mengendalikan hama padi ini lantaran WBC mempunyai daya perkembangbiakan yang cepat dan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.

Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengendalikan serangan, diantaranya, pengamatan hama secara berkala, langkah pencegahan melalui gerakan tanam serempak, penanaman refugia (tanaman pengendali hama) juga bantuan insektisida untuk pengendalian jika sudah terjadi serangan seperti yang telah dilakukan oleh Brigade Proteksi, Dinas Pertanian Kab. Karawang, dan BBPOPT Jatisari. WBC merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. WBC memang hama laten yang dapat menyerang pada setiap musim tanam bila petani lengah memantau lahan padinya. Lengah sedikit saja menyebabkan pengambilan keputusan terlambat sehingga berdampak puso alias gagal panen. Kerusakan secara langsung terjadi karena hama ini mempunyai kemampuan mengisap cairan tanaman yang menyebabkan daun menguning, kering dan akhirnya mati yang dikenal dengan gejala hopperburn. MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

8


Dalam suatu hamparan, gejala tersebut terlihat sebagai bentuk lingkaran yang menunjukkan pola penyebaran wereng batang coklat yang dimulai dari satu rumpun individu kemudian menyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran. Dalam keadaan demikian populasi wereng batang coklat sudah sangat tinggi. Kerusakan secara tidak langsung terjadi karena serangga ini merupakan vektor virus kerdil rumput tipe 1 dan tipe 2, serta virus kerdil hampa (VKH). Pada saat vegetatif, VKH menyebabkan daun rombeng, atau bergerigi (Twisting), tumbuh kerdil, saat keluar malai tidak penuh, daun bendera terdistorsi, saat pematangan buah menjadi hampa. Oleh karena itu WBC merupakan hama penting tanaman padi di Indonesia yang sejak tahun 1985 telah mengancam target swasembada beras. Faktor utama yang berkontribusi terhadap meningkatnya populasi dan serangan WBC dalam beberapa tahun terakhir ini adalah potensi biotik wereng batang cokelat yang tinggi, faktor abiotik dan sistem budidaya padi yang mendukung berkembangnya populasi WBC. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Perbaikan agroekosistem dengan menggunakan pupuk organik sebanyak-banyaknya, untuk mendorong peningkatan populasi predator dan patogen. Perbaikan agroekosistem akan meningkatkan provitas dan mutu produk. 2.

Pesemaian adalah gudang serangga ( bank insect ) di pesemaian banyak hama tetapi juga banyak musuh alami sandingkan pesemaian dengan tumpukan jerami tutupi pesemaian dengan jerami yang telah disemprot dengan PGPR lakukan pemantauan hama dan musuh alami dengan jaring sweeping, pematang ditanami refugia untuk mengundang parasitoid.

Dalam upaya untuk konservasi keanekaragaman hayati, pelestarian perbedaan genetik merupakan prioritas utama. Konservasi musuh alami merupakan salah satu upaya dalam pelestarian perbedaan genetik tersebut. Dalam konservasi musuh alami ini, tumbuhan liar sangat dibutuhkan. Tumbuhan liar potensial dimanfaatkan sebagai tanaman refugia bagi musuh alami. Refugia adalah pertanaman beberapa jenis tumbuhan yang dapat menyediakan tempat perlindungan, sumber pakan atau sumberdaya yang lain bagi musuh alami seperti predator dan parasitoid. Refugia berfungsi sebagai mikrohabitat yang diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam usaha konservasi musuh alami. Di daerah tropis, peranan musuh alami dalam mengendalikan populasi WBC cukup besar.

Cyrtorhinus lividipennis (Foto Š IRRI)

Predator pemangsa wereng coklat (Foto Š IRRI)

Berdasarkan cara memangsanya, maka musuh alami ini digolongkan ke dalam berbagai jenis antara lain : 1) Predator Musuh alami dari golongan ini memangsa WBC dengan cara berburu dan membunuhnya secara llangsung. Beberapa jenis serangga yang termasuk predator WBC, yaitu : a) Laba-laba harimau (Lycosa sp.) Serangga ini dianggap sebagai predator utama WBC, karena setiap harinya mampu memangsa 10-20 ekor WBC dewasa atau 15-20 nimfa. b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stafilinid (Paederus fuscipes)/Tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata) e) Kumbang Coccinelid (Synharmonia octomaculata) 2) Parasit telur Serangga parasit hidup dengan cara memarasit telur WBC. Beberapa jenis parasit yang sudah diketahui antara lain : Anagrus sp., Gonatocerus sp. dan Oligosita sp. 3) Patogen serangga. Musuh alami dari golongan ini membunuh WBC dengan cara penetrasi sehingga WBC sakit kemudian mematikannya secara perlahan. Beberapa jenis agens cendawan yang sudah populer dikembangkan sebagai sarana pengendalian yang bersifat ramah lingkungan antara lain Cendawan Metarhizium sp. yang koloninya berwarna hijau tua dan Cendawan Beauveria bassiana yang koloninya berwarna putih. Telah banyak dilaporkan bahwa sistem tanam legowo juga memberikan kontribusi positif dalam hal pengendalian hama dan penyakit padi. Adanya legowo atau ruang kosong mampu mempengaruhi keberadaan dan aktivitas hama dan penyakit padi di hamparan, wereng menjadi kurang aktif berpindah antar rumpun. Variasi iklim mikro yang terjadi di lingkungan ekosistem padi, diduga kurang mendukung secara biologis maupun ekologis, sehingga populasi atau tingkat serangan menurun. Adapun tanaman padi sekarang diciptakan mempunyai banyak anakan sehingga jarak tanam harus menyesuaikan dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat lewat sistem jajar legowo 2:1 atau 3:1. Perlu diingat pula bahwa penggunaan pestisida sebaiknya mengikuti kaidah-kaidah Pengendalian Hama Terpadu (PHT), artinya tepat jenis, tepat dosis dan tepat waktu, karena jika melanggar justru turut memicu ledakan serangan hama WBC. (USR)*** MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

9


H

ingga akhir tahun 2014 Gapoktan Mekarwangi Desa Kundangwangi Kecamatan Ujung Jaya Kabupaten Sumedang provitas padi hanya mencapai 3 Ton/ha akibat serangan hama tikus yang sulit dikendalikan. Kegagalan panen akibat serangan hama tikus mencapai 45-55 Ha per musim dari 550 Ha luas pertanaman padi Desa Kundangwangi. Itu artinya kehilangan hasil akibat serangan tikus Desa Kundangwangi mencapai 600 ton per tahun dengan asumsi 3 ton per ha provitas dan dua kali panen setahun. Berbagai hal pernah dicoba dalam mengendalikan hama tikus seperti gerakan Kalagumarang (gropyokan), setrum listrik di persemaian dan pemanfaatan racun tikus namun tidak pernah mendapatkan hasil yang baik. Petani malas diajak gerakan, lahan usahatani yang disewakan karena tidak menjanjikan dan luas lahan usaha lebih rendah sekitar (40:60) dibanding luas areal pemukiman dan hutan sehingga menyulitkan upaya pengendalian tikus. Kawasan pemukiman dan hutan inilah yang menjadi habitat yang cocok untuk hama tikus sehingga terus berkembang dengan pesat dan sulit dikendalikan hingga penanganan tidak pernah tuntas. Berawal dari Tyto alba memangsa tikus Data historis perkembangan serangan hama tikus tiga tahun terakhir di Desa Kundangwangi Kecamatan Ujung Jaya menunjukkan trend tetap dan berulang setiap tahunnya. Berawal dari ditemukannya kotoran serta Burung hantu/ Koreak (Tyto alba) sedang memangsa tikus di sebuah bangunan kosong bekas rumah makan “Gemini” di Desa Ujung Jaya Sumedang oleh Hikmat Sumantri (53) seorang Mantri Hama Kecamatan Ujung Jaya. Maka timbullah ide bagaimana mengendalikan tikus dengan memanfaatkan Tyto alba yang nampaknya sesuai dengan karakter petani saat itu yang malas mengendalikan tikus karena berbagai hal. “Barangkali dengan memanfaatkan burung hantu dapat meminimalisir serangan dan kerugian oleh tikus dapat diatasi” demikian fikir Hikmat. Orang yang kali pertama didekati dan diajak serta merespon dengan baik adalah Ujang Muhammad Arifin Ketua Gapoktan “Mekar Wangi” Desa Kudang Wangi Ujung Jaya Sumedang. Berbekal tekad dan modal semangat Hikmat dan Ujang mulai menggali informasi dari berbagai media hingga ke Jatisari (BBPOPT) dan Tlogoweru, Demak, Jawa Tengah. Kemudian Hikmat, ujang dan beberapa orang anggota kelompok membentuk tim investigasi dan Tim rumah burung hantu (rubuha).

Hikmat Sumantri POPT Kec. Ujungjaya, Sumedang (Foto : © Memed Jamhari)

Hasilnya bekas rumah makan “Gemini” yang ditinggal pemiliknya dipastikan merupakan sumber awal ditemukannya populasi Tyto alba sekitar 3 pasang. “Karakter burung hantu berbeda dengan jenis burung lainnya, untuk berkembang biak dia hanya mampu memanfaatkan bekas sarang burung lainnya atau bangunan tinggi semacam menara atau dikolong jembatan, Tyto alba tidak bisa membuat sangkar sendiri” Kata Ujang penuh semangat “Hal inilah yang kami manipulasi sebagai campur tangan manusia dengan membuat rubuha sebagai sarang buatan” tuturnya.

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

10


Tahun 2014 merupakan star awal kegiatan dan tentunya dengan sumber daya yang sangat terbatas, untuk beberapa membuat rubuha saja kelompok tani tersebut kesulitan apalagi introduksi burung hantu yang memerlukan anggaran yang cukup besar. “Kami tidak melakukan introduksi burung hantu karena selain biaya mahal dan penanganannya sulit, akan tetapi kami melakukan manipulasi sarang atau Rubuha (Rumah Burung Hantu) agar burung hantu berkembang biak di sarang yang baru atau istilahnya Konservasi, karena kami yakin di Ujung Jaya populasi burung hantu cukup banyak” Kata Hikmat menggebu gebu. Membangun rubuha di areal pertanaman padi di Desa Kundang wangi merupakan suatu hal yang aneh dan menjadi bahan tertawaan masyarakat sekitarnya bahkan beberapa orang menganggap suatu hal yang gila. Perjuangan makin berat dan sulit dengan mitos Burung Hantu sebagai burung kematian yang masih melekat di pandangan masyarakat Ujungjaya waktu itu, tentunya semakin sulit bagi kami untuk bergerak. Dua minggu setelah pemasangan rubuha belum ada tanda tanda kehadiran burung hantu namun kurang dari sebulan kekhawatrian Hikmat dan kawan kawan mulai mencair karena tanda tanda kehadiran burung hantu mulai terlihat yaitu dengan ditemukannya kotoran khas burung hantu berwarna putih dan kepala tikus yang berserakan di bawah tonggak rubuha. “Pada awalnya Saya sangat meragukan ide Pak Hikmat karena suatu hal yang mustahil populasi dan kerusakan tikus di Kudang Wangi dapat diatasi oleh Burung Hantu, Tetapi kenyataannya areal swah yang dibangun Rubuha serangan tikusnya dipastikan berkurang banyak bahkan nyaris tidak ada” demikian Kata Ujang yang terus tandem mendampingi Hikmat. Perjalanan memang berliku dan penuh hambatan namun secara meyakinkan Gapoktan Kundang Wangi dapata memberikan gambaran keberhasilan konservasi Burung Tyto alba kepada masyarkat di Kecamatan Ujung Jaya, Tujuh dari Sembilan desa di Kecamatan Ujung Jaya sampai dengan Oktober 2017 sudah menerpakan konservasi Burung Tyto alba. Dua desa lainnya belum menerapkan karena serangan tikusnya relatif aman sampai saat ini. Penerapan konservasi Burung Tyto alba menyebar juga ke beberapa kecamatan di Kabupaten Sumedang, Garut, Majalangka dan Indramayu. Beberapa kelompok tani berkunjung langsung ke Kantor Konservasi di Ujung Jaya atau mengundang menjadi nara sumber dan bahkan mentoring pembuatan Rubuha. Manfaat konservasi Burung Tyto alba yang paling penting adalah menyelamatkan jumlah bulir yang selama ini hilang oleh serangan tikus dan meningkatkan produktifitas yang selama ini hanya 3 ton per ha menjadi 5 ton per ha suatu hasil kerja yang nyata dan selama kurun waktu tiga tahun serangan tikus terus menurun. “Alhamdulillah sekarang rubuha bertambah menjadi 144 unit dan yang terakhir 10 unit kami buat sebagian sudah terisi dengan Burung hantu” kata Momo Taruna Ketua Poktan Muda Makmur Desa Ujung Jaya yang baru dua tahun mengembangkan konservasi Burung Tyto alba.

Ujang Muhammad Arifin Ketua Gapoktan “Mekar Wangi” Desa Kudang Wangi (kanan) dan Momo Taruna Ketua Poktan Muda Makmur Desa Ujungjaya, Sumedang petani pelestari Burung Hantu (Tyto alba) (Foto © Memed Jamhari)

Dukungan datang dari berbagai lemen masyarakat Haji Aan Anhari (45 Tahun) Kepala Desa Kudang Wangi Kecamatan Ujung Jaya Sumedang sangat mengapresiasi konservasi burung hantu yang dilakukan oleh kelompok tani Mekar Wangi di wilayahnya, “dulu ketika malam datang maka yang hilir mudik di jalan desa adalah tikus, maka sekarang kalau malam yang ramai adalah burung hantu”. Maka sebagai bentuk dukungan terhadap perkembangan pertanian rencananya pada tahun anggaran 2018 akan dialokasikan dana sekitar 30 Juta rupiah untuk membangun sekitar dua puluh unit rubuha (rumah burung hantu) permanen, karena beberapa rubuha sudah lapuk dimakan usia. Terima kasih kepada Hikmat Sumantri dengan berbagai ide idenya yang begitu cemerlang dan sekarang menjadi populer di kalangan petani dan petugas di Ujung Jaya. Bahkan Pemprov Jawa Barat memberikan apresiasi sebagai terbaik kedua dalam Lomba Inovasi teknologi Ramah Lingkungan tahun 2017. Sebelumnya memang Hikmat pernah memperoleh predikat terbaik ke-3 lomba Inovas Teknologi PHT Nasional tahun 2015 serta sebagai POPT teladan Kementerian Pertanian tahun 2003.(MJ)***

Penulis : Memed Jamhari Kasi Informasi & Dokumentasi BBPOPT - Ditjen TP

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

11




S

erangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) atau hama penyakit tanaman pangan yang terjadi di beberapa sentra produksi padi harus diantisipasi sejak dini. Upaya mengatasinya pun harus dengan cepat. Karena itu Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman melalui Ditjen TP meminta kepada Pemerintah Daerah agar cepat melaporkan kondisi serangan hama dan penyakit (OPT. “Kalau kabupaten tidak punya anggaran, segera laporkan. Tidak perlu surat-suratan, langsung telepon ke saya atau esselon satu. Kalau perlu revisi anggaran untuk selamatkan petani,” kata Amran saat rapat koordinasi Antisipasi Hama Penyakit serta Dampak Perubahan Iklim, di Jakarta, Senin (4/9). Amran menilai masalah hama penyakit sangat penting. Karena itu, cara mengatasinya harus dengan gerakan cepat. Sebab, serangan hama penyakit bisa menyebabkan kehilangan hasil panen. “Jangan kita setengah mati bantu perbaiki irigasi, turunkan alat mesin pertanian (alsintan) dan perluas areal tanam, tapi karena serangan hama penyakit kita kehilangan panen cukup besar. Jadi hama mutlak dikendalikan,” ujarnya. Amran mengatakan pengendalian WBC sudah dilakukan sejak Januari hingga kini di 20 provinsi, 164 kabupaten dengan menerjunkan 203 personel pusat, bersinergi antara pemerintah pusat, pemda provinsi, bersama petani dan TNI.

“Arahan Presiden untuk mengawal tanaman sampai Desember dengan tindakan preventif sejak awal. Karena kehilangan bisa cukup banyak akibat serangan hama,” katanya. Setidaknya ada tujuh provinsi yang perlu dikawal yakni provinsi di Pulau Jawa, Sulawesi dan NTB.

Mentan menilai masalah hama penyakit sangat penting. Karena itu, cara mengatasinya harus dengan gerakan cepat.

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

12


Lima Penyebab Hasil monitoring dan pengendalian Wereng Batang Coklat (WBC) di lapangan menunjukkan ada lima penyebab utama meningkatnya serangan WBC pada tahun ini, yakni sebagai berikut : Terjadinya kemarau basah pada tahun 2016 ditambah selama periode April - Juni 2017 dengan curah hujan bulanan diatas 200 milimeter dengan kelembaban diatas 90 derajat celcius. Kondisi ini sangat menguntungkan dan menjadi pemicu perkembangan populasi WBC pada periode April Juni 2017. Terbatasnya jumlah Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) dan lambatnya pelaporan populasi WBC. Saat ini satu POPT memegang 2-3 kecamatan. Akibatnya saat terjadi serangan OPT dibeberapa lokasi tidak bisa dikendalikan. Penanaman varietas rentan WBC seperti ketan, menthik wangi, menthik susu, beras merah, pandan wangi dan varietas lokal lainnya menjadi sumber inokulum bagi berkembangnya populasi WBC. Penggunaan jenis, sasaran, konsentrasi/dosis, mutu, waktu dan cara aplikasi pestisida yang tidak sesuai dengan anjuran. Hal itu memicu resistensi WBC. Dukungan Pemda dalam penyediaan SDM dan sarana pengendalian yang terbatas menyebabkan terlambatnya penanganan OPT.

1

2 3 4

5

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementerian Pertanian, Sumarjo Gatot Irianto bersama wakil ketua komisi IV DPR-RI Herman Khaeron dan Penanggungjawab Upsus Jawa Barat Banun Harpini, mengunjungi lokasi terkena dampak wereng batang coklat (WBC) di kecamatan Kaliwedi, Arjawinangun dan Susukan di Kabupaten Cirebon. Sekaligus melaksanakan gerakan pengendalian WBC, Kerdil Rumput, Kerdil Hampa di Desa Guwa Lor, Kec. Kaliwedi, Desa Karangsambung Kec. Arjawinangun, dan Desa Ujung Gebang, Kec. Susukan. Langkah yang dilakukan dalam waktu dekat dengan melakukan eradikasi (potong, bersihkan dan olah). Setelah itu tanam harus dilakukan secara serempak. Dirjen TP dalam sambutannya akan memberi bantuan olah tanah, kapur/dolomit, pupuk organik dan benih inpari 33 yang tahan WBC. Dirjen TP meminta petani menunda dulu menanam padi lokal seperti ketan karena merupakan sumber inokulum. Kadis Pertanian Kabupaten Cirebon dan POPT harus mengawal secara intens, para petani juga akan diberdayakan menjadi petani pengamat untuk mengamati populasi WBC. Jajaran dinas Kabupaten harus lebih proaktif karena mereka yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Ke depannya akan didorong kembali sekolah lapang (SL-PTT) dan (SL-PHT) di wilayah endemis agar terjalin komunikasi yang intens antara POPT-PPL-UPTD, dan petani kata Wakil Ketua komisi IV Herman Khaeron disela sambutannya. (Diolah dari Sinta No.3718, FB. Ditjen TP)***

Plt Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Ditjen Tanaman Pangan, Yanuardi mengatakan, tindak lanjut yang pemerintah lakukan untuk mengendalikan OPT, khususnya WBC adalah intensifikasi gerakan pengendalian di 20 provinsi, 164 kabupaten dan perluasan gerakan pengendalian di wilayah potensi WBC. Selain itu kata Yanuardi, pihaknya melakukan penambahan petani pengamat OPT swadaya, sehingga satu kecamatan, satu pengamat/POPT. Pemerintah juga memberikan bantuan benih padi varietas tahan/toleran WBC seperti Inpari 31 dan Inpari 33 sebanyak 500 ton ditambah bantuan benih sumber. “ Kita juga bersinergi dengan Korem/Kodim setempat untuk menggerakkan pemerintah kabupaten/kota dalam pengendalian WBC. Kita memaksimalkan pelaporan online melalui sistem informasi perlindungan tanaman pangan dan mengikutsertakan petani dalam program asuransi pertanian,� tuturnya. Kunjungan lapangan Dirjen TP dalam rangka Dem Area pengendalian Wereng Batang Coklat di Kab. Cirebon.

Wakil ketua komisi IV Herman Khaeron didampingi Dirjen TP Gatot Irianto mengingatkan agar komunikasi yang intens antara petugas dan petani ditingkatkan (Foto : Humas Ditjen TP)

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

13


D

alam upaya menyukseskan Program Upsus Padi, Kementerian Pertanian melakukan berbagai upaya, termasuk pengendalian hama penyakit tumbuhan. Seperti yang tengah terjadi di beberapa sentra produksi padi yakni serangan hama wereng batang coklat (WBC). Untuk mengantisipasi wabah serangan hama tersebut Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sudah jauh-jauh hari menginstrusikan tim pengendalian hama lingkup kementerian pertanian berkoordinasi dengan pemerintah daerah mengawasi agar serangan hama tanaman padi itu tidak meluas. Meski serangan hama wereng belum menjadi ancaman besar, Amran tetap meminta jajarannya untuk tetap waspada dan sigap bergerak menangani permasalahan WBC di lapangan. Data Ditjen Tanaman Pangan Kementan yang diolah dari hasil pengamatan pihak internal maupun petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) di daerah, total luas lahan yang terkena hama wereng dari januari-juli adalah 67.749ha. Sementara lahan puso (gagal panen) yang di akibatkan wereng seluas 746,71 ha. “Luas lahan yang di serang sangat kecil di bandingkan luas keseluruhan lahan di Indonesia. Serangan hama hanya sekitar 60 ribu-an ha sedangkan kenaikan tambah tanam hingga hari ini sudah 700 ribu ha,� Kata Amran saat panen raya dan penyerahan Alsintan di Kampung Sutam, Desa Sumbersari, kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, beberapa waktu lalu. Tapi lanjut dia, pengendalian serangan hama WBC sekecil inipun harus segera di lakukan sejak dini guna mengantisipasi meluasnya ledakan serangan hama agar tidak mengganggu produk padi. Untuk itu, Menurut Amran, kiat-kiat pengelolaan pertanaman padi di lapangan perlu di lakukan. Nah, untuk mencegah serangan WBC makin meluas, Amran meminta jajarannya melakukan berbagai usaha meningkatkan perakitan varietas tahan, rekayasa ekologi dan agroekosistem. Selain itu, pelaksanaan PHT intesif pada percepatan perluasan pengelolaan Tanaman Terpadu.

Bahkan Amran juga meminta semua unit kerja POPT bergerak. Balai-balai pertanian di daerah segera berkoordinasi dengan pemda setempat untuk mencari spot-spot daerah yang terdampak wereng. “Saya meminta tiap hari daerah terdampak wereng dimonitor, dan segera dilaporkan, Insya Allah segera teratasi,� tegasnya.

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

14


Amran menegaskan, gangguan hama tersebut harus dihilangkan dengan pengendalian secara serempak baik mulai dari pertanaman serentak, penggunaan pestisida hingga pengendalian hama. Bahkan, untuk pengendalian hama pengadaan pestisidanya sudah tak menggunakan sistem tender lagi. Sebab, kalau masih menggunakan sistem tender tersebut akan sulit. “Sekarang, kalau ada wereng, malamnya bisa langsung bergerak nggak perlu nunggu tender, kalau dulu nunggu tender, habis tanamannya baru pestisidanya datang” katanya. Kerja sama dengan Babinsa Penanggung jawab Upsus Jawa Barat, Banun Harpini menambahkan, pengamanan tanaman sangat penting saat musim gadu. Sebab jika tanaman sudah terserang hama, maka bisa merugikan banyak pihak. “Kita latih Babinsa karena pendampingan juga dilakukan mereka. Mereka dilatih untuk penyemprotan pestisida dengan baik dan benar , sehinngga bila ada serangan bisa dikendalikan,“ tuturnya. Banun mengakui, daerah pantura seperti Karawang dan Indramayu menjadi salah satu daerah yang terdampak. Namun untuk daerah tersebut masih bisa diantisipasi dengan mengistirahatkan tanah (bera) 10 Hari. Setelah itu, ditanam kembali dengan varietas berikutnya. “Ini akan dimassalkan, dan kita buat Dem-Farm “ ujar Banun. Penggiliran varietas juga akan dilakukan pihaknya untuk daerah yang sudah terkena dampak serangan hama. Dalam waktu dekat akan ada lahan petani seluas 2 ribu ha untuk demfarm penanggulangan hama. “Hama wereng batang coklat bisa di kendalikan dengan pergiliran varietas yang lebih tahan, misalnya dengan Inpari,” tuturnya. Meskipun kawasan pantura sudah terkena dampak serangan hama, pemandangan berbeda di kabupaten Bandung, Tisna Umaran mengungkapkan pihaknya Bersama pusat sudah melakukan koordinasi untuk mengaktifkan Brigade Proteksi Pengendalian WBC di musim pancaroba. Brigade Proteksi Tanaman (BPT) ini dibentuk secara swadaya dan berasal dari alumni Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT). “setiap desa ada tiga orang. Mereka inilah yang kemudian memantau di masing-masing Desa,” Kata Tisna. Tisna menganalisa, serangan hama tersebut juga dipicu kurang tepatnya pengendalian oleh petani secara swadaya. Di lapangan ditemukan petani yang tidak sesuai dalam menggunakan pestisida.

Penanggung jawab Upsus Jawa Barat, Banun Harpini pengamanan tanaman sangat penting saat musim gadu. (Foto : Repro)

Misalnya, jenis pestisida tidak tepat, pencampuran pestisida dengan berbagai jenis pencampur seperti deterjen, oli, dan lainnya yang justru akan memicu terjadinya resistensi WBC. “Karena itu, diperlukan orang-orang yang mampu mengerti mengendalikan hama agar tidak meluas dengan cara yang baik dan benar,” tuturnya. Sementara kepala Dinas Pertanian Purbalingga, Lily Purwati mengapresiasi berbagai upaya oleh semua pihak, sehingga serangan wereng di Purbalingga mampu dikendalikan. Serangan yang awalnya mencapai 150 ha dari total pertanaman seluas 15 ribu ha, kini tinggal 95 ha. “Keberhasilan ini tidak terlepas dari kerjasama yang kuat antara pemerintah daerah bersama-sama dengan badan Litbang Pertanian Kementan, Universitas Jenderal Soedirman, TNI, dan penyuluh,“ Ungkap Lily. Kerjasama dengan Badan Litbang Pertanin ini di wujudkan dengan penerapan teknologi. Teknologi tersebut yakni, Bio protektor, Bio-Decomposer, dan sistem tanam Jarwo Super. “Teknologi yang di bawa Badan Litbang Pertanian ini cukup ampuh dalam mengendalikan wereng batang coklat,” tambah Liliy Saat ini Menurut Lily, serangan hama WBC bisa di kendalikan dan berada pada level aman dalam keseimbangan ekologi. “Saatnya kita menanam dan melestarikan musuh alami WBC, yakni parasitoid, jamur atau tanaman refugia yang menghasilkan nektar sebagai makanan parasitoid,” katanya.

(Gsh/Yul/Ditjen PSP )***

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

15


ď •ď€

B

rigade proteksi tanaman (BPT) merupakan suatu unit pelaksana pengendalian yang mempunyai tugas pokok membantu petani dalam pengendalian OPT di daerah sumber serangan dan daerah yang mengalami eksplosi serangan OPT, .dalam pelaksanaannya BPT dapat dibantu oleh Regu Pengendali Hama (RPH)/petani setempat. Peran BPT dilapangan sangat penting dalam mengambil / menentukan langkah operasional pengendalian untuk mengatasi kondisi tertentu khususnya pada daerah yang permasalahan OPT nya belum dapat diatasi oleh petani secara mandiri. Mengacu pada UU No.12 / 1992 tentang sistem budidaya tanaman,bahwa pada dasarnya perlindungan tanaman merupakan tanggungjawab masyarakat / petani dan pemerintah. Petani sebagai pemilik berkewajiban mengendalikan gangguan OPT di lahannya, segala tindakan dan usaha perlindungan menjadi tanggung jawab masyarakat. Sejauh mungkin dalam menangani permasalahan perlindungan tanaman dikembangkan kearah pemecahan masalah di tingkat lapangan. Pemerintah berkewajiban dalam memotivasi agar petani menyadari, mau dan mampu melaksanakan sistem perlindungan tanaman secara efektif, efisien dan aman. Upaya tersebut harus dilakukan secara terus menerus melalui penyuluhan dan bimbingan serta penyediaan teknologi pengendalian yang tepat guna.

Pendistribusian sarana pengendalian merupakn faktor yang sangat menentukan keberhasilan pengendalian. Sehubungan dengan hal tersebut perlu sebuah institusi / unit khusus untuk pengendalian OPT yang selalu siap digunakan apabila diperlukan. Pedoman operasional BPT merupakan suatu pedoman/acuan dalam pelaksanaan/operasional BPT yang meliputi kebijakan, kelembagaan, pengelolaan sumber daya manusia (SDM), penerapan teknologi pengendalian dan operasional pengendalian.

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

16


BPT merupakan suatu unit pelaksana pengendalian OPT di lapangan yang bertujuan : a. Menyediakan bahan dan alatb (sarana dan prasarana) yang diperlukan dalam pengendalian OPT. b. Menyediakan tenaga terampil dalam pengendalian OPT c. Melaksanakan pengendalian OPT secara cepat dan tepat terutama bila terjadi eksplosi serangan. d. Membantu dan bekerjasama dengan petani dalam menekan perkembangan OPT dengan cepat dan tepat. Brigade Proteksi Tanaman Unit VI Ciamis Brigade Proteksi Tanaman (BPT) Wilayah VI Ciamis berdiri sejak tahun 1997 dan secara struktur organisasi berada dibawah Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat. Namun berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat No. 061/Kep/321/Pegisa tanggal 17 April 2014 tentang Pembentukan, Pelimpahan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Brigade Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura BPT secara struktur organisasi dilimpahkan kepada Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH). BPT unit VI Ciamis mempunyai wilayah kerja meliputi Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Pangandaran, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. BPT Unit VI Ciamis berkedudukan di Jl. Mr. Iwa Kusuma Somantri No. 8 Kertasari Ciamis dengan jumlah kecamatan binaan sebanyak 89 dan desa binaan sebanyak 741 desa. Sesuai dengan Tupoksinya yang salah satu nya adalah menginventarisir dan menyimpan sarana pengendalian OPT, BPT Unit VI Ciamis dilengkapi dengan gudang penyimpanan pestisida dan gudang peyimpanan alsintan. Selama kurun waktu bulan Januari sampai dengan Juli 2017, BPT Unit VI Ciamis sudah banyak membantu mengendalikan areal persawahan yang terserang OPT.

Menurut Bapak Rojak, SP; pimpinan BPT Wilayah 5 Ciamis OPT yang banyak menyerang di wilayahnya adalah penyakit kresek yang banyak menyerang di Kab. Tasikmalaya, dan Ciamis, selebihnya adalah WBC dan Tikus. BPT mempunyai Tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :  Melaksanakan operasional pengendalian OPT

tanaman pangan dan hortikultura.  Menginventarisir, menyimpan, dan memelihara

 

  

sarana pengendalian OPT tanaman pangan dan hortikultura baik bahan/pestisida maupun peralatan. Menyusun rencana dan melakukan gerakan pengendalian OPT tanaman pangan dan hortikultura bersama-sama dengan Sub Unit Pelayanan POPT di wilayah kerjanya. Melakukan pembinaan Regu Pengendali OPT (RPOPT) di tingkat kelompok tani Mendistribusikan bantuan pestisida ke wilayah kerja sesuai dengan permohonan dari kelompok tani/ gapoktan Membuat laporan secara rutin kepada BPTPH Provinsi Jawa Barat meliputi kegiatan yang telah dilaksanakan serta keadaan/stock bahan/pestisida dan peralatan pengendalian OPT Menjaga keamanan sarana dan prasarana pengendalian OPT Melakukan pembinaan/bimbingan saat pengendalian OPT di lapangan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap wilayah kerja yang telah dilakukan pengendalian OPT di lapangan. (Doelhalim)***

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

17


ď€ BARRIER CROP SEBAGAI PENGHALANG KUTU KEBUL (SERANGGA VEKTOR)

K

utu kebul (Bemisia tabaci Genn.) merupakan salah satu jenis hama yang sangat penting. Hama ini disebut kutu kebul karena apabila keberadaan imago pada tanaman terganggu (misalnya karena gerakan tumbuhan oleh angin atau sentuhan manusia), maka imago tersebut akan beterbangan seperti kebul (Indonesia : asap). Kutu kebul (kutu putih) terdistribusi luas di daerah tropik dan subtropik serta di daerah temperatur ditemukan di rumah kassa. Bemisia tabaci bersifat polifagus dan menghisap tanaman sayuran hingga gulma. Kondisi kering dan panas sangat sesuai bagi perkembangan kutu kebul, sedangkan hujan lebat akan menurunkan perkembangan populasi kutu kebul dengan cepat. Hama ini aktif pada siang hari dan pada malam hari berada di bawah permukaan daun. Kutu kebul selain sebagai hama tanaman juga sebagai serangga hama vektor virus. Hama ini bersifat polifag (mempunyai banyak jenis tanaman inang) sehingga sulit dikendalikan. Kisaran inang kutu kebul diantaranya tanaman gerbera, anggrek, lili, anthurium, mentimun, semangka, brokoli, lobak, kentang, tomat, cabai, kedelai, dll. Gejala serangan kutu kebul menimbulkan sejumlah dampak pada tanaman di antaranya akibat cairan daun yang dihisapnya menyebabkan daun menjadi becak nekrotik karena rusaknya sel-sel dan jaringan daun. Ekskresi kutu kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung normal. Selain itu, serangan kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sekitar 20 – 100 %. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain: Chrysanthemum stunt virus (Viroid) (CSVd), virus Gemini, virus Clostero, virus Nepo, virus Carla, virus Poty, virus Rod-shape DNA.

Kegiatan pengendalian virus yang ditularkan oleh serangga vektor seperti kutu kebul yaitu diantaranya : a. Tanam bibit tanaman di dalam rumah kasa (50–64 mesh)/ rumah sere/ naungan atau rumah plastik b.

Menggunakan perangkap perangkap/ 50–100 m2

kuning

rerata

1–2

c.

Bersihkan gulma pada areal pembibitan untuk mengurangi inang alternatif kutu kebul

d.

Gunakan tanaman penghalang dengan menanamnya terlebih dahulu di pinggiran seperti jagung, sorgum atau jagung manis untuk mengurangi infestasi kutu kebul

e.

Menggunakan bibit tanaman yang sehat (tidak mengandung virus) atau bukan berasal dari daerah terserang

f.

Melakukan rotasi/ pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan dari famili Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang, tembakau, dan famili Cucurbitaceae seperti mentimun)

g.

Rotasi tanaman akan lebih berhasil apabila dilakukan paling sedikit dalam satu hamparan, tidak perorangan, dilakukan serentak tiap satu musim tanam, dan seluas mungkin.

Kutu kebul (Bemicia tabaci) serangga vektor (Foto :Repro)

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

18


h.

Pemasangan perangkap kuning untuk memantau sekaligus mengendalikan kutu kebul. Melakukan sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan tumbuhan pengganggu/ gulma berdaun lebar dari jenis babadotan, gulma bunga kancing, dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus

i.

Penggunaan mulsa perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi serangga pengisap daun

j.

Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan dimusnahkan supaya tidak menjadi sumber penularan ke tanaman lain yang sehat.

k.

Diperlukan peran aktif para petani dalam mengamati/ memantau kutu kebul dan pengendaliannya mulai dari pembibitan sampai di pertanaman agar diketahui.

Cara pengendalian serangga vektor yang dapat dilakukan secara terpadu yaitu pemanfaatan barrier crop (tanaman penghalang) untuk menekan infeksi virus. Berdasarkan hasil penelitian Aji et al. (2015) menyatakan bahwa penerapan sistem barrier dapat menekan populasi kutu kebul sehingga berdampak pada penurunan intensitas penyakit kerupuk pada tembakau. Barrier crop merupakan tanaman sekunder atau tanaman penghalang atau pinggiran yang dapat melindungi tanaman primer dari infeksi virus yang terbawa oleh vektornya. Barrier crop berfungsi untuk mengalihkan vektor kutu daun makan pada tanaman barrier, hal ini memungkinkan kutu daun menularkan virus yang di bawanya ke tanaman penghalang (barrier crop). Jika serangga vektor pindah ke tanaman utama, serangga vektor tersebut sudah bebas virus, virus yang terbawa vektor baik secara persisten maupun secara non-persisten akan segera hilang virusnya pada saat serangga vektor menusukkan stiletnya di tanaman penghalang. Manfaat lainnya dari tanaman penghalang yaitu tanamannya masih dapat berproduksi dan dimanfaatkan hasilnya karena bukan merupakan inangnya (Hadidi et al., 1998).

Tanaman penghalang yang digunakan yaitu tanaman dengan varietas yang memiliki ukuran tanaman tinggi dan umur bisa lebih dari 2 bulan, dimana pada waktu itu penerbangan serangga vektor lebih tinggi. Tanaman yang biasanya dijadikan barrier crop yaitu tanaman jagung. Tanaman penghalang harus ditanam lebih dahulu dari tanaman utama. Jarak waktu tanam sekitar 4-5 minggu. Tanaman jagung ditanam dengan cara mengelilingi tanaman utama tanpa menghalangi cahaya matahari masuk ke tanaman utama. Jarak tanam tanaman penghalang dibuat rapat dengan jarak tanam 25 cm.

Pemasangan perangkap kuning untuk memantau sekaligus mengendalikan kutu kebul. (Foto : Repro)

Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan dimusnahkan supaya tidak menjadi sumber penularan ke tanaman lain yang sehat. (Foto : Repro)

Penulis : Umi Kulsum POPT Ahli Pertama BBPOPT Barrier crop berfungsi untuk mengalihkan vektor kutu daun makan pada tanaman barrier, hal ini memungkinkan kutu daun menularkan virus yang di bawanya ke tanaman penghalang (barrier crop). (Foto : Repro)

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

19


 BAGAIMANA ATASI BERCAK DAUN PISANG ?

Kepada Yth. Pengasuh Klinik Tanaman Di. Tempat Tanaman pisang yang ada di pekarangan rumah saya tiba -tiba meranggas. Mula-mula timbul bercak-bercak hitam pada daun. Saya sudah berusaha menyemprot dengan berbagai obat pertanian, namun belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pertanyaan saya adalah : “Hama atau penyakit apakah yang menyerang tanaman pisang tersebut dan bagaimana cara mengendalikannya?” Mohon penjelasan. Terima kasih. (Ahmad Muklis, Pringsewu, Lampung) Salah satu penyakit pada tanaman pisang di Indonesia yang menyebabkan kerugian dan harus diwaspadai adalah penyakit bercak daun sigatoka. Walaupun demikian, penyakit ini hingga sekarang masih kurang mendapat perhatian. Penyakit bercak daun sigatoka menyebabkan tanaman meranggas dan dapat berakibat kehilangan hasil. Fungsi daun untuk fotosintesis berkurang karena daun tanaman meranggas, sehingga menghasilkan buah yang kecil-kecil, pemasakan buah tertunda, dan menyebabkan buah jatuh. Penyakit bercak daun sigatoka disebabkan oleh cendawan Mycosphaerella musicola R. Leah ec. J.L. Mulder (Sigatoka kuning) dan Mycosphaerella fijiensis M. Morolet (Sigatoka hitam). Penularan penyakit (sumber inokulum) adalah konidium dan askospora. Konidium dapat menyebarkan penyakit melalui angin dan lelehan atau percikan air dari tanaman sakit. Sedangkan askospora dapat menyebarkan penyakit dari jarak jauh melalui aliran udara.  Sigatoka kuning : gejala awal berupa bercak daun terlihat pada daun ketiga atau keempat dari tanaman yang terserang, yaitu timbulnya bercak kecil berwarna kuning terang sejajar dengan tulang daun.Beberapa hari kemudian, panjang bercak menjadi 1-2 cm dan berwarna coklat tua dengan abu-abu terang di tengahnya. Bercak yang berdekatan menyatu, kemudian bercak membesar dan menyebabkan jaringan daun menjadi kering. Setelah jantung atau bunga ke luar, seluruh daun dapat terserang dan menyebabkan tanaman meranggas.

2.

3.

Sigatoka hitam : gejala awal berupa bintik kecil berwarna coklat kemerah-merahan pada bagian bawah permukaan daun. Kemudian, bintik memanjang dan meruncing seperti garis berukuran 20 x 2 mm, berwarna coklat kemerah-merahan sejajar dengan tulang daun. Warna dari garis di permukaan daun menjadi coklat tua sampai hitam. Garis dapat melebar atau menyatu menjadi bercak. Pada tingkat serangan yang berat, seluruh daun dapat menghitam dan menyebabkan tanaman meranggas. Perkembangan Penyakit : penyakit bercak daun sigatoka disebarkan oleh konidium dan askospora dari tanaman pisang yang sakit dengan perantaraan percikan (lelehan) air dan angin. Infeksi oleh konidium menyebabkan timbulnya bercak setelah mengalami perkecambahan spora dan penetrasinya melalui stomata daun. Perkecambahan kedua spora tersebut tergantung dari adanya air. Konidium terdapat pada daun dalam jumlah yang banyak.

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

20


Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh varietas pisang yang ditanam, umur tanaman, dan faktor iklim. Varietas pisang yang rentan terhadap penyakit sigatoka, antara lain pisang ambon, barangan, nangka, dan raja sere. Sedangkan varietas pisang yang tahan terhadap penyakit sigatoka adalah pisang kepok dan pisang klutuk. Penyakit sigatoka mulai menyerang tanaman pisang berumur sekitar 3-4 bulan setelah tanam Intensitas serangan meningkat bila keadaan lingkungan mendukung. Setelah jantung atau keluar bunga, seluruh daun daat terserang. Umumnya infeksi secara merata terjadi pada musim hujan. Pengendalian penyakit bercak daun sigatoka pada tanaman pisang antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : Pengendalian secara kultur teknis :

 Penggunaan varietas pisang yang tahan terhadap penyakit bercak daun sigatoka, misalnya pisang kepok dan pisang klutuk.

 Menggunakan benih pisang yang sehat, mengurangi

kerapatan tanaman, membuat drainase kebun dengan baik (blok penanaman didesain agar dapat membuang air dengan cepat dan menghindari penanaman di daerah-daerah basah atau dekat dengan daerah resapan), pemberian mulsa (berupa sekam padi dan serbuk gergaji kayu), dan pemberian pupuk organik dan anorganik secara berimbang.

Pengendalian secara fisik/mekanis :

 Pemangkasan daun sakit secara terus menerus sepanjang tahun dan memusnahkannya. Pengendalian kimiawi :

 Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif, misalnya propikonazal, mankozeb atau klorotaloni. Pengendalian dengan Karantina :

 Larangan membawa media atau bahan tanaman sakit dari daerah serangan ke daerah lain yang masih bebas penyakit dan pengawasan lalu lintas benih pisang antar daerah/wilayah.

Selamat Mengendalikan !!! ***

 Teknik Rekayasa Genetik

Hasilkan Varietas Unggul Sudah saatnya Indonesia mengembangkan secara intensif teknik rekayasa genetika untuk menghasilkan varietas unggul. Apalagi hasil penelitian atas produk pangan dari teknik rekayasa genetika aman konsumsi.

P

erakitan varietas tanaman melalui teknik rekayasa genetika telah menghasilkan varietas unggul yang tahan terhadap masalah dan kendala biotik dan abiotik dengan kualitas dan stabilitas yang tinggi. Pengembangan tanaman hasil rekayasa genetika diharapkan dapat mendukung ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan. Melalui rekayasa genetika, telah dihasilkan beberapa varietas unggul, diantaranya adalah kedelai tahan hama penggerek polong, tomat tahan penyakit tomato yeloow leaf curl virus dan cucumber mosaic virus, kentang tahan penyakit hawar daun, serta pepaya yang memiliki sifat tunda matang. Menurut Prof. Dr. Ir. M. Herman MSc seorang profesor riset bidang bioteknologi pertanian, : “Varietas unggul produk rekayasa genetika diharapkan berkontribusi dalam meningkatkan produksi dan penyediaan bahan pangan dalam negeri.” Pengembangan tanaman produk rekayasa genetika di Indonesia memerlukan paling tidak empat dukungan kebijakan. Pertama, dukungan kebijakan pengembangan tanaman produk rekayasa genetika. Kedua, dukungan kebijakan penelitian dan pengembangan, terutama SDM dan fasilitas. Ketiga, dukungan kebijakan bagi advokasi, sosialisasi, penyusunan pedoman pengembangan regulasi produk rekayasa genetika, dan berkoordinasi kelembagaan terkait. (Bersambung ke Hal.27) MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

21


K

erdil rumput atau petani setempatnya menyebutnya “Klowor” ditularkan oleh wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stal). Virus kerdil rumput bersifat persisten dalam tubuh serangga. Virus ditularkan setelah 4 hari berada dalam tubuh serangga. Virus tidak dapat ditularkan melalui telur atau keturunan Wereng Batang Coklat (WBC). Namun demikian, jika WBC telah mengandung virus, maka virus tersebut tetap berada dalam tubuhnya walaupun berganti kulit. Penyakit kerdil rumput biasanya timbul secara epidemik setelah terjadi eksplosi WBC. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tidak semua individu WBC yang ada di dalam suatu populasi mampu menularkannya, yaitu hanya sekitar 20% - 40% individu populasi WBC yang mampu menularkan. Penyakit kerdil rumput tersebar di seluruh Indonesia. Tanaman yang terinfeksi berat akan menjadi kerdil dengan jumlah anakan banyak, sehingga tampak seperti rumput. Daun tanaman padi menjadi sempit, pendek, kaku, berwarna hijau pucat sampai hijau tua, kadang-kadang terdapat bercak karat. Tanaman yang terinfeksi biasanya dapat hidup sampai fase pemasakan tetapi tidak memproduksi malai. Stadia pertumbuhan tanaman yang paling rentan adalah pada saat tanam pindah sampai bunting. Penyakit disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh WBC, dan tanaman inangnya hanya padi.

KERUSAKAN TANAMAN AKIBAT WBC, KERDIL RUMPUT (KR) DAN KERDIL HAMPA (KH)

a. Apabila populasi >200 ekor/rumpun, warna daun dan batang tanaman berubah menjadi kuning, kemudian berwarna coklat jerami dan akhirnya seluruh tanaman mengering (hopperburn).

d. Tanaman yang terserang Kerdil hampa dengan gejala tanaman menjadi kerdil, daunnya terpuntir dan pendek, kaku sobek–sobek, terdapat puru, anakan bercabang.

1

2

3

b. WBC selain sebagai hama juga dapat menularkan penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa.

c. Tanaman yang terserang kerdil rumput dengan gejala tanaman menjadi kerdil, beranak banyak, daun sempit, kaku, ruas menjadi pendek, dan tidak bermalai.

Gambar 1. Virus kerdil rumput (VKR), 2. Virus Kerdil Hampa (VKH), 3. Campuran VKR dan VKH (Foto : Repro)

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

22


Cara Pengendalian : 1.

Pengaturan pola tanam : pengolahan tanah secara sempurna dengan disingkal untuk memperbaiki struktur tanah dan dapat memusnahkan sumber inokulum penyakit KR/KH. Lakukan perendaman pada lahan yang sudah diolah selama Âą 14 hari.

2.

Buat persemaian setelah pengolahan tanah pertama selesai (hari ke 15).

3.

Tambahkan pupuk organik 1 ton/ha, berikan kaptan (kapur pertanian) jika pH < 5, dengan dosis sesuai kondisi setempat.

4.

Penggunaan varietas tahan WBC antara lain Inpari31, 32, 33, 42 dan Inpari-43. Lakukan pergiliran varietas.

5.

Hindari pembelian bibit yang sudah siap tanam, lakukan seleksi benih dengan perendaman air garam (dosis 2-3 sendok makan/liter air), benih yang mengapung dibuang.

6.

Cuci bersih benih yang tenggelam rendam selama 24 jam kemudian peram selama 1 malam.

7.

Sebelum benih disebar lakukan perendaman pada benih yang sudah berkecambah dengan agens pengendali hayati (APH) seperti Paenibacillus polymyxa, atau PGPR selama 15-20 menit dengan dosis 5 cc/ liter air.

8.

Tanam tanaman refugia (kedelai dan tanaman yang berbunga lainnya) di pematang setelah pengolahan tanah.

9.

Tanam padi dengan menggunakan sistem jajar legowo.

Pengolahan tanah secara sempurna dengan cara disingkal (Foto : Istimewa)

Seleksi benih dengan perendaman air garam (dosis 2-3 sendok makan/liter air), benih yang mengapung dibuang. (Foto : Istimewa)

10. Lakukan pengamatan rutin sejak persemaian sampai menjelang panen untuk mengetahui populasi dan intensitas serangan OPT. 11. Lakukan aplikasi dengan APH jika populasi WBC di bawah ambang pengendalian, jika populasi WBC di atas ambang pengendalian aplikasi dengan pestisida anjuran sesuai 6 tepat. 12. Lakukan eradikasi selektif pada tanaman bergejala KR/KH (dibenamkan dalam lumpur sesuai rekomendasi). 13. Lakukan eradikasi total apabila serangan KR/KH > 50% pada fase vegetatif dan > 85% pada fase generatif. 14. Atur penggunaan air di pertanaman sesuai kebutuhan. 15. Lakukan pemupukan di pertanaman dengan dosis sesuai anjuran. Demikian SOP pengendalian kerdil rumput (KR) dan kerdil hampa (KH). Selamat Mengendalikan..!!!

Varietas tahan Wereng Batang Coklat antara lain Inpari-31, Inpari-32, Inpari-33, Inpari-42 dan Inpari-43. (Foto : Bb-Padi)

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

23


ď‚—ď€

S

alah satu kendala dalam upaya peningkatan produksi jagung adalah serangan berbagai hama. Di Indonesia tercatat tidak kurang dari 50 jenis organisme pengganggu yang dapat menjadi hama pada tanaman jagung. Pengetahuan dan ketrampilan petugas lapang tentang hama pada tanaman jagung dan pengendaliannya saat ini dirasa masih kurang. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petugas lapang dalam pengamanan produksi jagung dari serangan hama, Majalah Peramalan OPT edisi 2/ Okt/2017 kali ini mengupas tuntas “Hama pada Tanaman Jagung�. Tulisan ini diharapkan dapat membantu para petugas lapang khususnya PHP-POPT dalam mengatasi masalah OPT tanaman jagung di wilayahnya. Kenali dan atasi Hama utama jagung : 1. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein) Siklus Atherigona exigua biasanya meletakkan telur pada pagi hari atau malam hari. Telur-telur tersebut diletakkan secara tunggal di bawah daun, axil daun, atau batang dekat permukaan tanah. Telur menetas pada malam hari minimal 33 jam atau maksimal empat hari setelah telur diletakkan (CPC 2001, dalam Nonci et al., 2014). Larva terdiri atas tiga instar dengan stadia larva 618 hari Larva spesies ini terdiri atas 12 ruas (satu ruas kepala, tiga ruas thorax, dan delapan ruas abdomen). Panjang larva mencapai 9 mm, berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap (Nonci et al., 2014). Pupa terdapat pada pangkal batang atau di bawah permukaan tanah. Imago keluar dari pupa setelah 5-12 hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat kemerahan sampai coklat dengan panjang 4,1 mm. Segmentasi tidak dapat dibedakan (Nonci et al., 2014).

Imago lalat bibit (Foto : Repro)

Gejala serangan lalat bibit (Foto : Bisi)

Gejala serangan

Daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati (Surtikanti, 2011). MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

24


Imago akan terbang satu jam setelah keluar dari pupa. Populasi tidak terjadi pada beberapa hari setelah muncul dari pupa (Nonci et al., 2014). Serangga dewasa sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru tumbuh. Imago berukuran kecil dengan panjang 2,5 -4,5 mm, caput agak lebar dengan antena panjang, thorax berambut, abdomen berwarna kuning dengan spot hitam pada bagian dorsal. Imago betina mulai meletakkan telur 3-5 hari setelah kawin dengan jumlah telur 7-22 butir atau bahkan dapat mencapai 70 butir. Imago betina meletakkan telur selama 3-7 hari (Nonci et al., 2014). Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara 5-23 hari, masa hidup betina dua kali lebih lama daripada jantan. Siklus hidup telur hingga menjadi dewasa adalah 21-28 hari (Nonci et al., 2014).

Siklus hidup Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis)

Fase

Stadium (Hari)

Telur

3-4

Larva instar I - VI

17-30

Pupa

6-9

Imago

7-11

Total Siklus Hidup

33-34

Pengendalian Untuk pengendalian hama lalat bibit menggunakan varietas tahan dan seeds treatment melalui tanah pada waktu tanam atau diberikan pada kuncup daun pada umur satu minggu dengan dosis 0,24 kg ha-1 (Surtikanti, 2011). 2. Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) Siklus hidup Imago mulai meletakkan telur pada tanaman yang berumur dua minggu. Puncak peletakan telur terjadi pada stadia pembentukan bunga jantan sampai keluarnya bunga jantan. Betina penggerek batang lebih suka meletakkan telur di bawah permukaan daun utamanya pada daun ke 5 sampai daun ke 9 (Legacion and Gabriel, 1988). Jumlah telur yang diletakkan tiap kelompok beragam antara 30 sampai 50 butir atau bahkan lebih dari 90 butir (Kalshoven, 1981). Seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 300-500 butir. (Lee et al. 1980 ). Gejala serangan Menurut Culi (2001) dalam Abdullah et. al. (2011) bahwa penggerek batang jagung, larvanya menggerek didalam batang jagung dan menyebabkan tergangguya transportasi air dan hara tanaman, sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil, matinya titik tumbuh, atau kelayuan seluruh tanaman, yang mengakibatkan penurunan hasil panen jagung.

Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) (Foto : Repro)

Pengendalian Pengendalian hayati Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid, cendawan, predator, bakteri, dan nematoda mampu menekan serangan (Gambar 4). Parasitoid telur yang dapat menekan infestasi serangga ini adalah Trichogramma spp. T. evanescens efektif memarasit telur O. furnacalis di laboratorium dengan persentase parasitasi mencapai 97,68% (Pabbage et al. 1999). Cendawan yang berperan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae. Pada pengujian laboratorium, mortalitas larva instar II dari O. furnacalis yang diinokulasi cendawan B.bassiana dengan konsentrasi 5 x 107 konidia/ml mencapai 62,5%, instar III 55%, instar IV 57%, dan instar V 55%. Hal ini menunjukkan bahwa cendawan ini cukup efektif mengendalikan penggerek batang jagung. Pengujian di lapangan menunjukkan bahwa cendawan M. anisopliae mampu mengendalikan penggerek batang yang terindikasi dari rendahnya kerusakan daun (13,3%) dan bunga jantan (5,3%) dibanding kontrol dengan kerusakan daun dan bunga jantan masing-masing mencapai 24,3% dan 27,0% pada 6 MST (Baco dan Yasin 2001). Predator yang biasa memangsa hama penggerek batang jagung adalah Micraspis sp. dan Cecopet (Euborellia annulata) (Gambar 5). Laba-laba dari famili Argiopidae, Oxyopidae, dan Theriidae dan semut Solenopsis germinata memangsa larva muda hama penggerek batang (Hasse and Litsinger 1980). MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

25


Bakteri yang digunakan untuk mengendalikan spesies ini adalah Bacillus thuringiensis subspecies Kurstaki. Nematoda dari famili Steinernematidae juga efektif mengendalikan O. furnacalis (Ching et al. 1998). Pengendalian kultur teknis Serangan penggerek batang berfluktuasi dari waktu ke waktu. Waktu tanam yang baik untuk menghindari serangan penggerek batang adalah pada awal musim hujan, dan paling lambat empat minggu sejak mulai musim hujan. Kultur teknis berupa tumpangsari jagung dengan kedelai atau kacang tanah akan mengurangi tingkat serangan (Hasse and Litsinger 1980). Hasil penelitian Nafus dan Schreiner, (1987) menunjukkan bahwa 40-70% larva berada pada bunga jantan, sehingga pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris) dapat menekan serangan penggerek batang. Pengendalian kimiawi Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, dikhlorofos, dan karbofuran efektif menekan serangan penggerek batang jagung (Ruhendi et al. 1985). Aplikasi insektisida dianjurkan apabila telah ditemukan satu kelompok telur per 30 tanaman. Insektisida cair atau semprotan hanya efektif pada fase telur dan larva instrar I-III, sebelum larva masuk ke dalam batang. Pengendalian dengan insektisida granul yang bersifat sistemik yang diaplikasikan melalui pucukdaun atau akar dapat mengendalikan penggerek batang pada semua stadium (Pabbage et al. 1999). 3. Penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera) Siklus hidup Seekor ngengat betina mampu bertelur 300-500 butir dalam bentuk berkelompok, satu kelompok bervariasi jumlahnya.Setelah 6-9 hari baru menetas, ulat-ulat yang baru menetas disebut larva instar I masih bergerombol, kemudian berpencaran menyebar menuju bunga jantan, dan ada pula yang langsung menggerek tulang daun yang telah terbuka.Larva-larva instar II dan III menuju batang dan akan menggerek batang membentuk lorong menuju ke atas, setelah menuju bagian atas, larva akan turun kebuku bagian bawah untuk berubah menjadi pupa di dalam batang. Hal inilah yang dapat menyebabkan batang tanaman patah, kemudian mati karena translokasi hara dari akar ke daun terhambat. Siklus hidup dari penggerek tongkol berkisar 2245 hari (Kalshoven,1981).

Gejala serangan Ulat penggerek tongkol jagung, menyerang setelah tanaman berumur 50 hari setelah tanam, dengan gejala serangan pada kuncup buah jagung yang masih muda rusak dan apabila seludangnya dibuka didalamnya ditemukan ulat. Bagian dari biji-biji jagung yang sudah terserang ulat tersebut menjadi hampa. Biji hampa dalam keadaan seludang terbuka memudahkan terkontaminasi jamur sehingga menjadi busuk. Biji busuk hingga berwarna hitam disebabkan terserang jamur aspergillus sp (Sarwono et ai. 2003). Menurut Pathak 1978, bahwa jamur aspergillus sp. menyerang buah muda melalui luka pada tempat yang terbuka dan mengakibatkan busuk. Pengendalian Pengendalian hayati Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Trichogramma spp. yang merupakan parasitoid telur, di mana tingkat parasitasi pada hampir semua tanaman inang H. armigera sangat bervariasi dengan angka maksimum 49% (Mustea 1999). Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) juga merupakan parasitoid pada larva muda. Dalam kondisi kelembaban yang cukup, larva juga dapat diinfeksi oleh M.anisopliae. Agen pengendali lain yang juga berpotensi untuk mengendalikan serangga ini adalah bakteri B. bassiana dan virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV). Kultur Teknis Pengolahan tanah secara sempurna akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya. Kimiawi Agak sulit mencegah kerusakan oleh serangga ini karena larva segera masuk ke tongkol sesudah menetas. Untuk mengendalikan larva H. armigera pada jagung, penyemprotan harus dilakukan setelah terbentuknya silk dan diteruskan (1-2 hari) hingga jambul berwarna coklat. Untuk itu dibutuhkan biaya yang cukup mahal (Baco dan Tandiabang 1998).

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

26


4. Wereng jagung (Peregrinus maidis) Siklus hidup Bentuk dan ukuran serangga dewasa mirip dengan hama wereng coklat dewasa yang meyerang padi. Siklus hidup 25 hari, masa telur 8 hari, telurnya berbentuk bulat panjang dan agak membengkok (seperti buah pisang), warna putih bening yang diletakkan pada jaringan pelepah daun secara terpisah atau berkelompok (Lilies 1991, dalam Surtikanti 2011). Nimpa mengalami 5 instar, instar pertama berwarna kemerah-merahan kemudian berangsur-angsur berubah menjadi putih kekuning-kuningan. Disepanjang permukaan atas badannya terdapat bintik-bintik kecil berwarna coklat (Gabriel 1971, dalam Surtikanti 2011). Instar pertama menyukai daundaun yang baru tebuka, pelepah daun, kelopak daun dan bunga jantan yang masih muda dan lunak (Saranga 1980). Tubuh wereng dewasa berwarna kuning kecoklatan, sayap bening dan kedua mata berwarna hitam. Terdapat duri pada tibia belakang yang dapat berputar (Saranga dan Fachruddin 1978, dalam Surtikanti 2011). Serangga dewasa ada yang mempunyai sayap panjang dan ada pula bersayap pendek. Mempunyai bintik pada ujung sayap dan bergaris kuning pada belakangnya. Sedangkan yang bersayap pendek mempunyai sayap transparan dengan bintik warna gelap. Keduanya mempunyai karakteristik dengan corak warna hitam dan putih pada bagian ventral abdomen (Kalshoven 1981).

Belalang kembara menyerang bagian daun tanaman jagung. Pada kondisi tertentu, serangga ini memakan tulang daun dan batang. Spesies ini dapat merusak tanaman hingga 90%. Seekor betina mampu bertelur sebanyak 270 butir. Telur bewarna keputih-putihan dan berbentuk buah pisang, tersusun rapi di tanah pada kedalaman sekitar 10 cm, dan menetas setelah 10-50 hari. Seekor betina menghasilkan 6-7 kantong telur dalam tanah sebanyak 40 butir per kantong. Nimfa mengalami lima kali ganti kulit (lima instar), stadium nimfa terjadi selama 38 hari. Imago betina memiliki warna coklat kekuningan, siap meletakkan telur setelah 5-20 hari, bergantung pada suhu. Imago betina hanya membutuhkan satu kali kawin untuk meletakkan telurnya dalam kantong telurnya. Imago jantan berwarna kuning mengkilap dan berkembang lebih cepat daripada imago betina. Lama hidup dewasa 11 hari. Siklus hidup rata-rata 76 hari, sehingga dalam setahun menghasilkan 4-5 generasi di daerah tropis, terutama di Asia Tenggara. Di daerah subtropis, serangga ini hanya menghasilkan satu generasi per tahun.

Foto : Š Cahyadi Irwan

Foto : Š Urip SR

5. Belalang Kumbara (Locusta migratoria manilensis)

Gejala serangan Gejala serangan pada tanaman jagung, daun tampak bercak bergaris kuning, garis pendek terputus sampai bersambung pada tulang daun kedua dan ketiga. Daun tampak bergaris kunng panjang, begitu juga pada pelepah daun. Pertumbuhan terhambat menjadi kerdil, tanaman menjadi layu dan mengering (hopper burn) (Surtikanti, 2011). Pengendalian Menurut Surtikanti (2011) pengendalian dilakukan secara kultur teknis dan kimia. Penegndalian secara kultur teknis dilakukan dengan penanaman yang serentak, waktu tanam dilakukan pada akhir musim penghujan. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida carbufuran 3%, pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan bijaksana.

Belalang Kembara mampu memakan hampir seluruh bagian daun, termasuk tulang daun jika populasinya tinggi, tanaman yang disukai adalah tanaman Jagung (Foto Š Agroplus)

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

27


Dalam kehidupannya, koloni belalang kembara mengalami tiga fase pertumbuhan populasi yaitu soliter, translen, dan gregaria. Pada fase soliter, belalang hidup sendiri-sendiri dan tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan bagi tanaman. Pada fase gregaria, belalang kembara hidup bergerombol dalam kelompok-kelompok besar, berpindah-pindah tempat, dan menimbulkan kerusakan bagi tanaman secara besar-besaran. Perubahan fase dari soliter ke gregaria, dan sebaliknya dari gregaria ke soliter dipengaruhi oleh iklim, melalui fase yang disebut transien. Tanaman yang paling disukai belalang kembara selain jagung adalah padi, tebu, alang-alang, gelagah, dan berbagai jenis rumput. Selain itu, belalang dapat memakan daun kelapa, daun bambu, daun kacang tanah, petsai, sawi, dan kubis daun. Tanaman yang tidak disukai antara lain adalah kacang hijau, kedelai, kacang panjang, ubi kayu, tomat, ubi jalar, dan kapas. Gejala serangan Bagian pertama yang diserang biasanya daun. Hama ini mampu memakan hampir seluruh bagian daun, termasuk tulang daun jika serangannya parah. Spesies ini dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jika populasinya tinggi dengan sumber makanan terbatas. Pengendalian

Hayati:

Agens hayati Metharriium anisopliae var. acridium, Beauveria bassiana, Enthomophaga sp., dan Nosuma cocustal dibeberapa negara terbukti dapat mengendalikan belalang kembara pada saat populasinya belum meningkat. Pola tanam: Mengatur pola tanam dengan tanaman alternatif yang tidak atau kurang disukai belalang atau penanaman tumpang sari pada areal yang sudah terserang belalang. Mekanis: Melakukan pengendalian mekanis secara massal, sesuai dengan stadia populasi. Pengendalian dapat pula dengan cara pengumpulan kelompok telur melalui pengolahan tanah sedalam 10 cm, kelompok telur diambil dan dimusnahkan, kemudian lahan segera ditanami kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang. Nimfa dikendalikan dengan cara memukul, menjaring, membakar atau memperangkap. Kimiawi: Pengendalian dengan insektisida ditempuh jika cara-cara yang lain belum memberikan hasil yang diharapkan. Pengendalian dengan insektisida akan efektif jika dilakukan sejak fase nimfa kecil, karena nimfa tersebut lebih peka terhadap insektisida. Penyemprotan dilakukan siang hari. Apabila terpaksa, pengendalian imago dapat dilakukan malam hari pada saat belalang beristirahat. Jenis insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan belalang adalah yang berbahan aktif organofosfat, seperti Fenitrotion.(Wayan Murdita)***

Sambungan dari halaman 20 Teknik Rekayasa Genetika Keempat, dukungan kebijakan terhadap kajian dampak pengembangan tanaman produk rekayasa genetika dan regulasinya. Menurut Herma, pemanfaatan teknik rekayasa genetika di Indonesia diarahkan untuk memperbaiki sifat tanaman dengan memanfaatkan sumber daya genetik sebagai tetua dalam perakitan varietas unggul yang memiliki sifat yang dikehendaki, seperti tahan hama dan penyakit serta toleran kekeringan. Penguat Pemuliaan Konvesional Teknologi rekayasa genetika merupakan penguat dan pendukung pemuliaan konvesional terutama jika sumber gen interes yang ingin disilangkan tidak tersedia atau belum dijumpai pada koleksi sumber daya genetik tanaman. Perbaikan sifat tanaman melalui pemanfaatan teknik rekayasa genetika diarahkan untuk ketahanan erhadap cekaman biotik, abiotik, peningkatan kualitas an pemantapan hasil komoditas unggulan pertanian yang memiliki sumber gen yang terbatas. Menurut Herman pemanfaatan produk rekayasa genetika bukanlah suatu hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Study Joint Research Centre dari European Commision menunjukkan bahwa produk pangan dari tanaman produk rekaya genetika terbukti tidak berpengaruh terhadap keshatan manusia, tidak menimbulkan alergi, dan tidak mengandung racun. “Di Indonesia penduduk yang telah mengonsumsi pangan berupa tahu dan tempe, yang sebagian terbuat dari kedelai produk rekayasa genetika yang diimpor dari Amerika Serikat dan Brasil, ternyata tidak mengalami alergi atau keracunan,� kata Herman. Namun demikian, tambah Herman, kemungkinan timbulnya resiko yang dikhawatirkan akibat pemanfaatan tanaman produk rekayasa genetika perlu diantisipasi dan minimalisasi melalui pendekatan kehatihatian guna mewujudkan keamanan hayati. Semua itu dengan mempertimbangkan kaidah agama, etika, sosial budaya, dan estetika. Pengkajian terhadap risiko keamanan hayati produk rekayasa genetika harus dilakukan lebih dahulu agar tanaman produk rekayasa genetika yang akan dikembangkan memperoleh sertifikat aman lingkungan, aman pangan dan aman pakan sebelum dikomersialisasi. (SW/Sains Indonesia)***

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

28


ď‚¤ď€ Demontrasi Area

Pengendalian WBC melalui Budidaya Tanaman Sehat

I

ndonesia merupakan salah satu negara penghasil serta pengkonsumsi beras terbesar di dunia. Tingginya kebutuhan beras meningkatkan peluang terjadinya kegiatan budidaya padi yang intensif (2-3 kali setahun). Apabila kegiatan budidaya tersebut tidak dikelola dengan benar dapat menurunkan kualitas lahan budidaya padi akibat ketidakseimbangan ekosistem. Budidaya padi intensif berpotensi meningkatkan serangan OPT, diantaranya Wereng Batang Coklat (WBC) serta penyakit yang ditularkannya yaitu Kerdil Rumput/Hampa. Untuk mengatasi serangan OPT tersebut dilakukan upaya-upaya pengelolaan sesuai prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT), antara lain budidaya tanaman sehat dan pelestarian musuh alami. Dalam melakukan budidaya tanaman sehat, perlu dilakukan pengolahan tanah secara baik dan benar untuk mengembalikan kesuburan tanah. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan pemberian pupuk organik dan mengembalikan pH tanah menjadi netral.

KAMUS PERTANIAN : Pengendalian OPT adalah upaya pengelolaan untuk mencegah dan mengurangi timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup akibat serangan OPT.

Untuk mengembalikan pH tanah asam agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman padi, dapat dilakukan dengan pemberian dolomit/kapur pertanian (kaptan). Disamping itu, pemberian dolomit/kaptan dan pupuk organik juga mampu memperbaiki sifat fisik, biologi, dan kimia tanah sehingga dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap serangan OPT, termasuk WBC dan penyakit kerdil rumput/hampa. Untuk menekan perkembangan serangan WBC, musuh alami berperan penting dalam mengendalikan populasi WBC. Oleh karena itu, pelestarian dan pemanfaatan musuh alami perlu dikelola secara berkelanjutan di tingkat lapangan dengan penanaman tanaman refugia. Tanaman refugia dapat meningkatkan biodiversitas (keanekaragaman hayati) sehingga agroekosistem menjadi lebih stabil dan akan mencegah terjadinya ledakan serangan (outbreak) WBC. MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

29


Teknologi budidaya tanaman sehat dan pelestarian musuh alami dapat diadopsi petani dalam skala yang luas, oleh karena itu perlu dilakukan percontohan teknologi terapan dalam bentuk Demonstrasi Area (Dem-Area). Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melaksanakan kegiatan Bantuan Dem-Area/ Pengendalian WBC Budidaya Tanaman Sehat sebagai model yang inovatif bagi petani dalam usaha budidaya padi intensif yang aman dari gangguan WBC. Kegiatan dilaksanakan di daerah sentra produksi padi yang endemis WBC yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten.

Bentuk Bantuan

Tujuan

2. Sarana pendukung lainnya seperti tanaman refugia, APH, dll. diupayakan secara swadaya.

a. Menyediakan acuan pelaksanaan kegiatan bantuan Dem-Area/Pengendalian WBC/budidaya tanaman sehat TA. 2017.

b. Mendukung pelaksanaan pengendalian OPT khususnya WBC yang efektif dan efisien dalam areal yang luas.

1. Bantuan kegiatan diberikan melalui transfer uang ke rekening kelompok tani/gabungan kelompok tani untuk pembelian sarana pendukung kegiatan bantuan dem area/ pengendalian WBC budidaya tanaman sehat. Sarana pendukung kegiatan tersebut adalah dolomit/kapur pertanian dan pupuk organik.

Mekanisme Penyaluran a. Pemberian bantuan sarana dilakukan secara langsung dari rekening kas negara ke rekening penerima bantuan

Penyaluran bantuan Dem-Area/Pengendalian WBC Budidaya Tanaman Sehat

b. Pencairan bantuan sarana dilaksanakan berdasarkan perjanjian kerjasama antara PPK dengan penerima bantuan yang telah ditetapkan dalam surat keputusan PPK.

Kriteria CPCL

c. Perjanjian kerjasama yang dimaksud memuat:

a. CPCL Dem Area ditentukan dengan kriteria sebagai berikut : b. Petani/kelompok tani/gabungan kelompok tani yang melakukan budidaya tanaman padi dalam satu kawasan/hamparan minimal 50 ha. c. Lokasi adalah lahan pertanaman padi intensif dengan pH tanah relatif rendah dan endemis serangan WBC.

d. CPCL memiliki nomor rekening bank atas nama kelompok tani/gabungan kelompok tani Penetapan CPCL 1. CPCL diusulkan oleh Kepala Dinas Pertanian kabupaten/kota kepada Direktur Perlindungan Tanaman Pangan dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Kepala Dinas Pertanian provinsi.

2. CPCL usulan Dinas Pertanian kabupaten/kota ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran.

 Hak dan kewajiban kedua belah pihak;  Jumlah

dan nilai barang yang akan dihasilkan / dibeli;  Jenis dan spesifikasi barang yang akan dihasilkan/dibeli;  Jangka waktu penyelesaian pekerjaan;  Tata cara dan syarat penyaluran;  Pernyataan kesanggupan penerima bantuan

untuk menghasilkan/membeli barang sesuai dengan jenis dan spesifikasi;  Pengadaan akan dilakukan secara transparan dan akuntabel;  Pernyataan kesanggupan penerima bantuan untuk menyetorkan sisa dana yang tidak digunakan ke Kas Negara;  Sanksi; dan  Penyampaian laporan pertanggungjawaban

bantuan kepada PPK setelah pekerjaan selesai atau akhir tahun anggaran.

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

30


Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan Tanah Pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah keadaan tanah agar memperoleh struktur tanah yang sesuai untuk tanaman yang akan dibudidayakan. Pengolahan tanah dibagi dalam 3 tahapan, yaitu : 1. Pengolahan Tanah I , dilakukan dengan bajak/ singkal sedalam ± 30 cm. Proses pembajakan dilakukan dengan cara membalikkan lapisan olah tanah agar sisa-sisa tanaman (jerami), rumput dapat terbenam. Setelah tanah dibajak dibiarkan beberapa hari, agar terjadi proses fermentasi untuk membusukkan sisa tanaman di dalam tanah. 2. Selama proses pembusukan sebaiknya ditambahkan pupuk organik dan dolomit (untuk tanah asam). Penggunaan pupuk organik dan kaptan/dolomit disesuaikan dengan kondisi lahan. Penggunaan pupuk organik di lahan bertujuan agar kandungan hara dan pertumbuhan mikroba dalam tanah meningkat, sehingga kesuburan tanah dan kadar bahan organik tanah juga meningkat. 3. Pengolahan Tanah II, dilakukan proses penggemburan atau proses pencampuran antara bahan organik dengan tanah. Proses ini dimaksudkan agar bahan organik dapat menyatu dengan lapisan olah tanah. Pada proses pencampuran ini, air di lahan harus mencukupi, tidak kering dan tidak basah. Proses pencampuran ini dilakukan sampai bahan organik menyatu dan melumpur dengan lapisan olah tanah. Proses ini dilakukan sekitar 1 minggu.

4. Pengolahan Tanah III, dilakukan proses perataan permukaan tanah dengan bantuan rotari. Proses ini bertujuan agar lapisan olah tanah benar-benar siap untuk ditanami padi pada saat tanam dilaksanakan. Proses pengolahan tanah secara keseluruhan, waktunya berkisar antara 15 – 21 hari. Waktu pengolahan tanah sebaiknya disesuaikan dengan persiapan pesemaian.

Benih yang dibutuhkan untuk tanam pada lahan seluas 1 ha sebanyak 25 kg, benih yang tenggelam yang digunakan untuk proses persemaian. (Repro)

Pesemaian 

Buat bedengan dengan lebar 1-1,2 m dengan panjang disesuaikan dengan keperluan.

Lahan untuk pesemaian sebelumnya harus diolah dahulu. Pengolahan dengan cara dicangkul hingga tanah menjadi lumpur dan pastikan tidak terdapat bongkahan tanah.

Lahan yang sudah halus lumpurnya, dibuat petak-petak. Antara petak-petak dibuat parit untuk memudahkan pengaturan air.

Luas pesemaian untuk 1 ha diperlukan lahan seluas 400 m2 (4% dari luas tanam) dan pastikan drainase baik.

Pesemaian dilakukan selama 15-21 hari sebelum tanam. Pesemaian dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami. Hal ini bertujuan agar bibit yang sudah siap dipindah mudah diangkut, cepat sampai dan tetap segar.

Benih yang dibutuhkan untuk tanam pada lahan seluas 1 ha sebanyak 25 kg.

Benih yang akan disemai diseleksi dengan penggunaan air garam. Benih yang mengambang dan setengah mengambang dibuang, benih yang tenggelam yang digunakan untuk proses pesemaian.

Benih hasil seleksi dengan air garam dibilas kemudian rendam dengan air semalam, dan peram selama satu hari sampai timbul calon batang serta akar.

Benih yang telah keluar calon batang dan akar sebaiknya direndam dengan agens antagonis Paenibacillus polymyxa selama 10-15 menit.

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

31


Sebar benih di bedengan, sebaiknya diberi pagar plastik sekeliling bedengan pesemaian dan beri bubu tikus pada pojok-pojok pesemaian.

Penyebaran benih harus merata agar benih tidak terjadi penumpukan.

Penggunaan pupuk anorganik disarankan sesuai dengan kebutuhan.

Pupuk lahan pesemaian dilakukan satu minggu setelah benih disemai.

Pengaturan jarak tanam dengan menggunakan model jajar legowo 2:1

Amati keberadaan OPT dipesemaian secara rutin.

Lakukan aplikasi dengan agens hayati jika ditemukan populasi hama dibawah ambang pengendalian. Jika populasi hama sudah diatas ambang pengendalian gunakan insektisida kimia.

Lakukan pengendalian sesuai anjuran. Jika populasi rendah, gunakan agens hayati (patogen serangga) atau pestisida nabati. Jika populasi sudah diatas ambang pengendalian, gunakan insektisida kimia.

Lakukan penyiangan, jika gulma sudah mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya. Umumnya penyiangan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu umur 14 hst dan 30 hari setelah tanam/hst

Tanam 

Tanam bibit dengan umur 15-25 hari setelah sebar (hss). Pastikan saat mencabut bibit dari bedengan akar terbawa semua (tidak rusak).

Atur pengairan dengan pola intermiten/berselang, dan padi tidak perlu penggenangan secara terus menerus.

Pastikan bibit bebas dari OPT, pertumbuhan tanaman maksimal.

Panen

Tanam bibit, 1-2 bibit per lubang dengan posisi tegak dengan kedalaman sekitar 2 cm. Jika kurang dari 2 cm, dikhawatirkan bibit mudah hanyut.

Waktu panen ditentukan berdasarkan kenampakan padi yaitu bulir gabah sudah mencapai 90-95% berwarna kuning atau kuning keemasan atau umur 100 – 110 hst.

Lakukan pengaturan jarak tanam dengan menggunakan model jajar legowo 2:1 atau 4:1.

agar

Pemeliharaan Tanaman 

Penggunaan pupuk organik dan anorganik disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, ketersediaan hara dalam tanah dan rekomendasi setempat.

Aplikasikan dengan agens antagonis Paenibacillus polymyxa dengan waktu aplikasi pada saat tanaman umur : 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam.

Lakukan pengamatan secara rutin agar diketahui keberadaan OPT dari awal.

Pemasangan pias parasitoid Trichogramma sp. untuk antisipasi serangan OPT Penggerek Batang Padi (PBP) di lokasi Dem-Area (Foto : Bbpopt)

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

32


Refugia Refugia merupakan pertanaman beberapa jenis tumbuhan yang dapat menyediakan tempat perlindungan dan sumber pakan bagi musuh alami (predator dan parasitoid) atau sebagai mikrohabitat bagi musuh alami, dan diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam konservasi musuh alami. Penanaman Tanaman Refugia dilakukan sebelum pengolahan tanah. Hal tersebut dimaksudkan agar masa pembungaan tanaman refugia bersamaan dengan masa persemaian atau penanaman padi. Tanaman refugia berfungsi sebagai tempat singgah dan sumber nutrisi bagi musuh alami OPT (predator dan parasitoid). Serangga dan musuh alami sangat tertarik pada tanaman berbunga. Musuh alami dapat memanfaatkan nektar dari bunga untuk kelangsungan hidupnya.

Pertemuan Petani Kegiatan dem area merupakan kegiatan yang menuangkan semua teknologi, baik teknologi budidaya maupun teknologi pengendalian OPT. Pertemuan petani dilaksanakan secara swadaya dengan pendampingan petugas yang terdiri dari :  Pertemuan Sosialisasi dan Persiapan  Pertemuan Perencanaan, meliputi: pemetaan masalah, penelusuran budidaya tanaman, dan rencana aksi  Pertemuan Evaluasi Hasil Pengamatan  Pertemuan Rencana Tindak Lanjut (RTL) Pengamatan dilaksanakan 1 (satu) minggu sekali selama satu musim tanam. Pengamatan dilakukan dengan mengamati 10 plot dalam 1 hamparan (75-100 ha). Setiap 1 plot diamati 30 rumpun, diambil secara acak dengan menggunakan metode pengamatan yang sudah ada. Pengamatan dilakukan oleh petani didampingi petugas. Setiap hasil pengamatan dilakukan analisa agroekosistem dalam rangka mengambil keputusan untuk menentukan tindakan.

Monitoring  Monitoring dilakukan oleh petugas pusat dan daerah untuk memantau pelaksanaan kegiatan di lapangan sesuai petunjuk teknis yang telah ditetapkan. Evaluasi dan Pelaporan  Evaluasi dilakukan oleh petugas pusat dan daerah untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan di lapangan dan capaian output kegiatan.

Kegiatan Bantuan Dem Area/Pengendalian WBC Budidaya Tanaman Sehat merupakan salah satu bentuk bantuan pemerintah dalam penanganan serangan OPT, khususnya WBC. Kegiatan tersebut diharapkan dapat mendorong petani untuk melaksanakan budidaya tanaman padi secara baik. Semoga berhasil! (Ditlin TP)***

Tanaman refugia berfungsi sebagai tempat singgah dan sumber nutrisi bagi musuh alami OPT (predator dan parasitoid). (Foto : © urip) MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

33


Foto : Budi Santoso

ď€

P

engendalian hama serangga pada tanaman padi atau sayuran tak selamanya harus melakukan penyemprotan pestisida, pengendalian secara alami dengan memanfaatkan serangga musuh alami terkadang lebih efektif, efisien dan ekonomis serta berdampak lingkungan yang lebih baik. Serangga musuh alami pada tanaman padi dan sayuran secara alamiah sebetulnya sudah ada namun karena lingkungan yang tidak memadai, maka terjadi ketidakseimbangan perkembangan serangga musuh alami dan hama tanaman. Lambatnya perkembangan serangga musuh alami berdampak terjadi ledakan hama yang membutuhkan perlakukan penyemprotan menggunakan pestisida kimia, nabati maupun hayati. Penggunaan serangga musuh alami untuk mengendalikan hama tanaman saat ini sedang gencar dianjurkan. Serangga musuh alami hama tanaman maupun hama tanaman itu sendiri secara naluri menyenangi tanaman yang mengeluarkan nektar. Bau nektar akan menarik serangga musuh alami maupun hama tanaman sehingga pada tanaman yang mengeluarkan nektar akan berkumpul serangga musuh alami maupun hama tanaman yang berakibat serangga musuh alami tersebut memakan hama tanaman. Pada tanaman yang mengeluarkan nektar tersebut terjadi pengendalian hama tanaman secara alamiah sehingga terjadi keseimbangan lingkungan.

Refugia tanaman yang berfungsi sebagai mikrohabitat dari serangga musuh alami dan penarik hama tanaman disebut Refugia. Tanaman yang berbunga seperti kenikir, jengger ayam, tapak dara, bunga matahari, bayam dan kembang kertas masuk golongan tanaman refugia. Bunga tanaman tersebut akan mengeluarkan nectar yang baunya menarik serangga musuh alami maupun serangga hama tanaman untuk datang. MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

34


Foto : Budi Santoso

Penanaman Refugia Penanaman refugia pada lahan sawah dan sayuran atau sekitarnya merupakan suatu usaha konservasi serangga musuh alami. Hal tersebut dimaksudkan supaya tercipta agroekosistem di lahan pertanian bisa terjaga. Apabila agroekosistem lahan pertanian stabil maka populasi hama akan seimbang dengan populasi serangga musuh alami. Penanaman tanaman refugia pada tanaman padi diusahakan sesaat pembuatan galeng selesai sehingga pada saat tanaman refugia berbunga padi sudah mulai tumbuh sehingga dapat terhindar dari hama tanaman. Untuk tanaman sayuran sebelum pengolahan lahan selesai dapat dilakukan penanaman refugia sehinggga pada saat tanaman sayuran sudah besar tanaman refugia sudah mulai berbunga. Serangga-serangga musuh alami dan hama sangat tertarik dengan tanaman yang berbunga. Serangga yang sering melakukan kunjungan adalah kumbang, lalat, lebah, semut, thrips dan kupu-kupu. Ternyata dalam menggunakan metode kunjungan tidak didominasi penyuluh saja akan tetapi serangga juga melakukan kunjungan rutin untuk mendapatkan nektar. Pemanfaatan tanaman refugia sebagai microhabitat serangga hama dan musuh – musuh alami dapat diterapkan di lahan persawahan maupun lahan sayuran untuk mengendalikan hama secara almiah. Penanaman refugia akan mengurangi biaya usaha tani untuk pengendalian hama sehingga keuntungan petani dapat meningkat dan lingkungan terjaga secara berimbang. Menurut penuturan ketua Kelompok Tani “Tirta Jaya I� Desa Mijen Kecamatan Kebonagung, Kab. Demak bahwa dengan penanaman refugia bisa meningkatkan produksi sampai 1-2 Kwintal dan biaya penggunaan pestisida sebelum ada penanaman refugia bisa mencapai 2-3 juta sekarang dengan adanya refugia biaya pembelian pestisida sangat kurang, yakni Rp. 500 ribu per ha. Bahkan ada yang tidak sama sekali menggunakan pestisida Selain menjaga keseimbangan lingkungan juga dapat menyejukkan mata manakala lahan pertanian yang subur dengan dikelilingi tanaman bunga yang mekar. Bilamana dalam luasan yang cukup tanaman refugia ini tumbuh bersanding dengan tanaman dilahan pertanian akan membuat suasana agrowitasa dan keadaan seperti ini akan membuat petani betah di lahan hatipun senang. (Budi Santoso)***

Penulis : Budi Santoso POPT LPHP Semarang Tarubudaya, Ungaran, Jateng

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

35


ď€ Modernisasi Pertanian Jadi andalan Kementan menghadapi Globalisasi Jakarta - Seiring berlakunya pasar bebas alias globalisasi, arus barang termasuk produk pertanian seperti halnya bahan pangan pokok akan semakin bebas dan mudah memasuki wilayah Indonesia. Ini menjadi potensi ancaman bagi petani lokal dan berpotensi menimbulkan ketergantungan pangan kita kepada asing.

M

enurut Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Herman Khaeron, kunci menghadapi globalisasi tersebut adalah efisiensi usaha tani. Potensi ancaman tersebut dapat dihadapi dengan 3 langkah yang bersifat mikro yaitu meningkatkan jumlah produksi sehingga tercapai kecukupan pangan nasional, dan meningkatkan efisiensi biaya produksi sehingga produk pertanian memiliki daya saing harga. "Kemudian meningkatkan kualitas sehingga produk pertanian memiliki daya saing kompetitif serta mengupayakan kontinuitas suplai pangan. Secara makro misalnya perlunya regulasi sektor pertanian dan perlindungan yang lebih baik kepada petani termasuk perlindungan dari berbagai bencana alam serta pengembangan sarana dan prasarana pertanian termasuk pengembangan industri alsintan dalam negeri," ujar Wakil Herman Khaeron. Semua langkah tersebut, jelas Herman, tidak terlepas dari keberhasilan implementasi teknologi pertanian modern.

Melalui kebijakan pemerintah yang mengutamakan keberpihakan kepada petani di antaranya dengan meningkatkan fasilitasi bantuan alat mesin pertanian (alsintan) secara signifikan, telah menggeser kegiatan usaha pertanian dari sistem tradisional menuju pertanian yang modern "Modernisasi pertanian dapat dilihat pada penggunaan metode budidaya yang lebih baik dan efektif, penerapan alat mesin pertanian dengan teknologi tepat guna dari mulai pengolahan lahan, pemanenan dan penanganan pasca panen, penggunaan benih unggul, pemupukan yang tepat guna dan mencukupi, penggunaan SDM pertanian yang lebih berkualitas, serta efisiensi penggunaan sumberdaya alam terutama air irigasi, sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga," paparnya. Herman menambahkan, modernisasi juga melingkupi aspek pasca panen seperti sistem panen, pengolahan hasil dan pembuatan kemasan modern dan aman, tata niaga yang efisien, serta terus menerus menyempurnakan kebijakan pemerintah yang kondusif bagi kegiatan usaha pertanian.

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

36


"Modernisasi pertanian juga mesti mampu menjamin ketersediaan suplai berdasarkan penataan masa panen dan teknik pengemasan hasil yang baik. Modernisasi pertanian juga termasuk skim pembiayaan pada petani dan sistem penjaminan usaha tani melalui asuransi, sehingga petani mampu berproduksi dengan optimal," tuturnya. Kementerian Pertanian (Kementan) melihat pentingnya penerapan alsintan modern agar petani lebih berdaya saing menghadapi pasar bebas MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Pada tahun 2010-2014 jumlah bantuan alsintan yang dibagikan hanya kurang dari 50.000 unit dan pada tahun 2015–2017 jumlah bantuan alsintan berbagai jenis yang dibagikan pemerintah kepada petani berjumlah lebih dari 321.000 unit atau naik lebih dari 600%. "Melalui modernisasi pertanian terbukti bisa meningkatkan produktivitas pangan sehingga proses produksi beras bisa lebih efisien. Modernisasi pertanian yang tepat guna dan efisien akan mampu menangkal dampak buruk globalisasi, dan menjadi salah satu kunci sukses menghadapinya," jelas Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Pending Dadih Permana. Menurut data Kementan, produksi GKG tahun 2015 mencapai 75,55 juta ton, setelah petani menggalakkan penggunaan alsintan, produksi meningkat 4,66% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 70,85 juta ton, dan pada tahun 2016 lalu produksi GKG mencapai 79 juta ton GKG. Tahun 2017 ini produksi GKG sebesar 85,5 juta ton atau setara 55,5 juta ton beras, sedangkan konsumsi sebesar 32,7 juta ton beras sehingga masih terdapat surplus konsumsi yang diharapkan bisa diekspor. Adapun target produksi jagung adalah 30,5 juta ton serta kedelai target produksinya 1,2 juta ton. Menurut hitungan sederhana, lanjutnya, penggunaan alsintan dari mulai olah sawah, penanaman, pembersihan gulma, pemupukan sampai pemanenan menggunakan combine harvester, dapat meningkatkan efisiensi biaya antara 30% - 40%.

"Apabila 1 Ha biaya produksi padi secara manual adalah Rp 6.500.000,- per musim, maka dengan alsintan ini dapat menghemat sampai 40% yaitu sekitar Rp 2.600.000,- juta per Ha per musim sehingga biaya produksi hanya Rp 3.600.000,- juta per Ha," paparnya. Dari tahun 2015 sampai dengan 2017, Kementan telah membagikan lebih dari 321.000 unit Alsintan dari berbagai jenis seperti traktor roda 2 dan roda 4, transplanter, combine harvester, pompa air, dryer, power thresher, dan corn sheller. "Diperlukan pendampingan dan pengawalan dalam pemanfaatannya agar bantuan alsintan tepat arah, sasaran, dan tujuan. Jika pemanfaatan bantuan alsintan dapat optimal, diharapkan akan mampu mengungkit atau mengangkat produksi padi, jagung, dan kedelai," jelas dia. Pending menambahkan, untuk mendukung pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia diperlukan dukungan kebijakan lintas sektor terutama dengan Kementerian Perindustrian, sangat dibutuhkan dukungan dalam pengembangan bengkel alsintan dan industri spare part oleh industri UKM. "Selain itu juga diperlukan dukungan kemudahan untuk investasi di bidang industri alsintan, yaitu seluruh sektor terkait alsintan disinergikan menuju kemandirian Indonesia dalam memproduksi alsintan atau bahkan sebagai ekportir alsintan," tambahnya. (Sumber : Biro Humas dan Informasi Publik, www.pertanian.go.id)***

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

37


M

ohammad Soleh lahir di Ponorogo 24 Juli 1974. Bertempat tinggal di Desa Lengkong RT. 003 RW. 002 Kec. Sukorejo Kab. Ponorogo, Moh Sholeh merupakan petani pengembang agens hayati yang konsisten menjalankan budidaya pertanian ramah lingkungan di daerahnya. Sholeh begitu panggilannya merupakan alumni SLPHT. Prinsip hidupnya sederhana, ingin berbuat baik terhadap sesama dalam hal ini dapat memberikan manfaat banyak pada orang lain. Sebab, Sholeh berpendapat satu dari tiga perkara yang tak akan putus setelah meninggal adalah ilmu yang berguna dan bermanfaat bagi sesama. Ilmu yang berguna dan bermanfaat itu Soleh praktikkan dalam pengembangan agens hayati dalam wadah Klinik PHT Alam Lestari di desa Lengkong, Sukorejo. Satu contohnya pengembangan Biogas yang berhasil mengatasi masalah sumber energi biogas dari kotoran sapi. Selain itu, menghasilkan pupuk Kascing dan kompos dari sisa biogas dari ternak sapi yang ia kelola secara swadaya. Sementara itu, kegiatan pertanian yang berhasil dilakukan Soleh adalah pelopor penggunaan air seni sapi (Urine Sapi) untuk pemupukan tanaman sayuran. Kemudian hal itu ia lanjutkan dengan penggunaan air seni sapi untuk pestisida alami. Sampai saat ini, di desa Lengkong telah menggunakan air seni sapi untuk pupuk dan pengendalian hama-penyakit tanaman padi dan sayuran. Kegiatan Soleh lainnya adalah memimpin rembug tani, mengadakan teknis budidaya tanaman sayuran, dan temu lapang yang terkait pengembangan budidaya tanaman sayuran dan pengendalian hama penyakit. Di atas itu semua, Sholeh juga terkenal sering memberikan penyuluhan rutin pada petani bersama petugas lapang lainnya POPT dan PPL setempat di Kec. Sukorejo. Soleh (43) memang dikenal sebagai petani muda yang ulet. Dirumahnya sekaligus sebagai bengkel kerjanya menghasilkan sumber listrik bio gas dari feces sapi untuk kebutuhan penerangan dan memasak, ternak cacing yang menghasilkan pupuk kascing, PPC Urine sapi yang ia kembangkan Bersama PPAH “Alam Lestari”. Berkat keuletannya Sholeh berhasil mengembangkan produk agens hayati seperti PGPR, Jamur Patogen Serangga Beauveria sp, Paenibacillus polymyxa, Bio Vermy, dan Trichoderma sp. Selain itu juga diproduksi pestisida nabati, pupuk kompos plus dan melayani pesanan benih, jasa tanam padi, jasa panen padi dan jasa traktor lahan.

Ia memang tidak pernah berhenti berusaha mengembangkan pertanian. Komunikasi intensif dengan pihak-pihak terkait, terutama LPHP Madiun, Dinas Pertanian dan perusahaan benih, ia manfaatkan benar-benar. Hasilnya, dengan pengalamannya, melalui Usaha Dagang Putra Gading dan Klinik PHT Alam Lestari pun menjadi kelompok tani panutan di Kab. Ponorogo dan sekitarnya. Atas dasar itu, ia selalu ditunjuk menjadi leader diantara teman-temannya sesama petani untuk menjadi petani pengamat swadaya. (USR)***

Agens Pengendali Hayati (APH) produksi Klinik PHT “Alam Lestari” yang dinakhodai Soleh mampu memenuhi kebutuhan APH di wilayah Ponorogo. (Foto : Urip SR)

MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

38


B

uah tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) yang rasanya manis, asam, dan sifatnya sedikit dingin memiliki segudang khasiat untuk pengobatan. Buah tomat bisa digunakan untuk mengatasi sakit wasir, gangguan penceraan, seperti perut kembung, tidak nafsu makan, susah buang air besar(sembelit). Buah tomat juga bisa digunakan untuk mengobatai sakit kuning, radang hati, radang saluran nafas (bronchitis), dan sesak nafas (asma bronchial). Penyakit lainnya yang dapat disembuhkan oleh buah tomat adalah radang usus buntu, radang gusi, gusi berdarah, sariawan, ulkus lambung, tekanan darah tinggi (hipertensi), kadar kolestrol darah tinggi (hiperkolestrolemia), lemas akiba kadar glukosa darah rendah, tomat juga berBuah Tomat yang biasa ditanam di fungsi untuk mengobati demam, rasa haus, rematik, pekarangan rumah mempunyai segout, dan memar akibat benturan. Daun tanaman tomat berkhasiat sebagai penyejuk. gudang khasiat untuk pengobatan, anta-

ra lain mengatasi sakit wasir, radang gusi, hipertensi, dan demam.

Cara pemakaiannya tidak sulit. Makan buah masak dalam keadaan segar, bisa juga direbus dengan air secukupnya, lalu lumatkan dan saring. JIka tidak menderita kencing manis (diabeter mellitus) boleh ditambahkan gula pasir secukupnya dan diminum setelah dingin. Untuk pemakaian luar, digiling halus buah masak atau daun segar, setelah itu dibubuhkan ke tempat yang sakit, seperti kulit yang terbakar sinar matahari, jerawat, radang kulit, kurap, luka, dan borok kronis. Jus tomat juga bisa digunakan sebagai masker untuk mengencangkan dan melembutkan kulit wajah. Praktik pengobatannya tidak sulit. Untuk mengatasi jerawat bisa di lakukan dengan beberapa langkah ini. Tambah jus tomat (100 ml) dengan 25 ml alkohol 70%, kocok hingga merata. Gunakan campuran untuk menggosok muka yang berjerawat. Lakukan 2-3 kali sehari. Sembuhkan Demam

Sedangkan pengobatan demam bisa ditempuh cara ini. Cuci tomat (3 buah), lalu di potong-potong seperlunya. Lumatkan dalam setengah cangkir air masak dan satu sendok makan madu murni. Panas dan saring, lalu diminum. Lakukan itu tiga kali sehari. Khusus penderita diabetes mellitus dilarang menambahkan madu murni agar kadar glukosa darah tidak meningkat.

Menurut Ayo Mengenal Tanaman Obat yang diterbitkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, untuk pengobatan radang gusi atau gusi berdarah bisa dilakukan langkah sederhana ini. Cuci bersih buah tomat yang sudah masak, lalu dimakan. Lakukan itu secara rutin sehari dua kali selama sekitar satu bulan. Tomat yang masuk dalam kelas Solanaceae ini dikenal dengan nama beragam di berbagai daerah. Di Sumatera dikenal dengan nama terong kaluwat dan di lingkungan Suku Sunda disebut dengan kemir, leunca komir. Orang Jawa bisa menyebut dengan nama ranti bali, terong sabran,dan tomat. Mereka yang tinggal di Sulawesi menyebutnya kamantes, samate, samatet, tamato, tamati, tomate. Tanaman tomat ini tidak tahan hujan, sinar matahari terik, serta menghendaki tanah yang gembur dan subur. Buah biasa dimakan langsung, tapi sekarang juga populer dengan disajikan dengan untuk minuman jus. Namun, buah tomat bisa juga dikonsumsi dan dimasak di dapur, seperti dalam wujud sambal tomat atau acar tomat. Pucuk atau daun muda bisa disayur. Buah tomat yang umum ada di pasaran bentuknya bulat. Yang berukuran besar, berdaging tebal, berbiji sedikit, dan berwarna merah disebut sebagai tomat buah. Tomat enis ini bisa disantap dalam bentuk buah segar. Yang berukuran lebih kecil dikenal sebagai tomat sayur karena digunakan untuk pelengkap bumbu masakan. Yang kecil-kecil sebesar kelereng disebut tomat ceri dan digunakan untuk campuran membuat sambal atau pelengkap hidangan selada. Selamat Mencoba‌! (USR)*** MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

39


MAJALAH PERAMALAN OPT Vol.16, No.2. Oktober 2017

40


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.