Teman Seperjalanan Edisi 17

Page 1



Daftar Isi REDAKSIONAL REDAKSIONAL

Daftar Isi & Redaksional ................................ 1 Goresan Tentang Aku, Masa Lalu dan Harapan......... 3 Biografi Gerardus Koelman SJ....................................4 Kolom Utama Melihat Pelangi di Tahun Emas Imamat......9 Ketaatan yang Meneguhkan Imamat..........11 Setia dalam Perutusan.................................15 Romo Koelman, Ketulusan Menjadi Kekuatan........................................................17 Sharing Frater Romo Londo yang Bijak, Dewasa, dan Matang Secara Rohani...............................................21 Menjadi Sopir ‘Berkat’ Bagi Sesama.........24 Coolman? Cullmen? Koelman!..................27 Berita Menggali Semangat Ekaristi dalam Temu UFO 2012.......................................................30 Puisi Elegi Buat Romo Koelman............................34 Cerpen “Jangan Lepas Jubah Itu!”...........................35 Historia Domus ..............................................38

Moderator: RD Petrus Tunjung Kesuma Koordinator Umum: Fr. Bernardus Dimas Indragraha Ketua Redaksi: Fr. Albertus Monang Anggota Redaksi: Fr. Pius Novrin, Fr. Joseph B. Mattovano, Fr. Bonifasius Lumintang, Fr. Budi Nahiba, Fr. Alonzo Jethro, Fr. Nemesius Pradipta dan Fr. Padre Pio; Bendahara: Fr. Camellus Delelis; Redaktur Artistik: Fr. Ambrosius L, Fr. Andreas Subekti; Sirkulasi & Iklan: Fr. Yohanes Prasetyo Alamat Redaksi: Seminari Tinggi Yohanes Paulus II-KAJ, Jl. Cempaka Putih Timur XXV No. 7-8, Jakarta Pusat 10510. Telp. (021) 4203374/4207480 Fax (021) 4264484 E-mail: tseperjalanan@yahoo.com Blog : temanseperjalanan.blogspot.com

Rekan Seperjalanan yang terkasih, Rekan Seperjalanan yang terkasih, saat saat Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun kekemerdekaannya yang ke-67 dan Warga Jakarta merdekaannya yang ke-67 dan Warga Jakarta sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti pilkada putaran kedua, Majalah Teman seperjalanan pilkada putaran kedua, Majalah Teman seperjalanan merayakan pesta emas Ulang Tahun Imamat Romo merayakan pesta emas Ulang Tahun Imamat Romo Koelman. Dalam rangka itu, redaksi membuat edisi Koelman. Dalam rangka itu, redaksi membuat edisi khusus 50 tahun Imamat Romo Koelman. khusus 50 tahun Imamat Romo Koelman. Dalam edisi khusus ini, kami menyajikan Dalam edisi khusus ini, kami menyajikan sejumlah artikel yang menceritakan kisah perjalanan sejumlah artikel yang menceritakan kisah perjalaimamat Romo Koelman. Selain itu, kami juga nan imamat Romo Koelman. Selain itu, kami juga mempersiapkan banyak artikel yang berisikan kesan, mempersiapkan banyak artikel yang berisikan kesan, pesan, dan pelajaran yang didapatkan dari orangpesan, dan pelajaran yang didapatkan dari orangorang yang pernah memiliki pengalaman menarik orang yang pernah memiliki pengalaman menarik bersama Romo Koelman. Mulai dari romo-romo, bersama Romo Koelman. Mulai dari romo-romo, para frater, dan juga ada Bapak Agung Adiprasetyo para frater, dan juga ada Bapak Agung Adiprasetyo yang merupakan mantan murid Romo Koelman yang merupakan mantan murid Romo Koelman di SMA De Britto. Tidak lupa, laporan khusus di SMA De Britto. Tidak lupa, laporan khusus dari dari perhelatan Temu Unio Frater Projo 2012 perhelatan Temu Unio Frater Projo 2012 melengmelengkapi edisi khusus ini. kapi edisi khusus ini. Melalui edisi khusus ini, kami ingin Melalui edisi khusus ini, kami ingin menmengajak pembaca untuk mensyukuri rahmat Allah gajak pembaca untuk mensyukuri rahmat Allah yang nyata dalam perjalanan setengah abad imamat yang nyata dalam perjalanan setengah abad imamat Romo Koelman. Selain itu, kami berharap melalui Romo Koelman. Selain itu, kami berharap melalui artikel ini banyak pelajaran dan inspirasi yang bisa artikel ini banyak pelajaran dan inspirasi yang bisa dipetik dari kehidupan seorang imam yang berasal dipetik dari kehidupan seorang imam yang berasal dari Belanda tapi membaktikan hidupnya demi dari Belanda tapi membaktikan hidupnya demi GeGereja Katolik Indonesia. reja Katolik Indonesia. Proficiat Kepada Romo Koelman. Proficiat Kepada Romo Koelman. Altijd gelukkig!!! Altijd gelukkig!!!

Overleefd lezing.... Overleefd lezing....

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

1


Sketch by: Fr. Alonzo

2

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012


GORESAN

Tentang Aku, Masa Lalu dan Harapan Terhempas aku dari negaraku yang nan jauh di sana. Negeri seribu kincir angin yang kutinggalkan membuatku membuka kembali lembaran kisah klasik. Ini negeri kincir angin. Bukan...itu negeri di mana Tuhan meletakkan diriku. Sekian waktu berlalu, aku terhempas bagai baling-baling yang lepas dari kincirnya. Semua karena jubah yang membalut tubuhku. Warnanya hitam, gelap, penuh misteri dibaliknya. Misteri? Kedengarannya menyeramkan dan menakutkan. Mungkin menyeramkan bagi banyak orang. Tapi, tidak bagiku. Jubah ini menghantarku pada sejuta pengalaman penuh makna. Ke negeri mana aku akan berlayar? Aku pun tidak tahu. Hanya Tuhan-lah yang tahu. Lihatlah kapal besar itu. Ia sudah dekat dengan diriku, hendak menjemputku. Gemuruh mesinnya menggetarkan sekujur tubuhku. Semakin keras, semakin cemas menyelimuti setiap jengkal harapan hidupku. Berharap akan kepastian dan kejelasan pada masa depanku. Cemas akan kesepian yang semakin mendekat. Tarikkan jangkar kapal semakin mendegupkan detak jantungku. Ditambah lagi, khayalak ramai yang turut melambaikan tangan menjadi pertanda kesepianku dimulai. Tiga minggu sudah kuarungi ganasnya gelombang samudera. Tanah Batavia kini sudah tampak samar-samar di ujung cakrawala. Entah mengapa kesepianku mulai memudar dan mereda layaknya gelombang ombak yang mendekati pantai. Tanpa berpikir panjang kutapakkan kakiku pertama kali di tanah misi ini. Ke mana lagi aku harus melangkah? Lagilagi tangan Tuhan yang menggandengku. Ribuan tanda tanya tentang masa depan dan harapanku di tanah asing ini mulai menghujani pikiranku. Bumi Girisonta, tanah Jawa.... Ya, di sanalah aku ditempa layaknya keris Jawa yang semakin mengenal dirinya. Aku pun mulai bercengkerama dengan tanah yang awalnya kuanggap asing ini. Tanah asing ini tidak lagi membuatku terdiam dan membisu. Tiap kata, sapa, senyum senantiasa menorehkan indahnya hidupku. Goresan aksara Jawa memang tidak banyak kutorehkan di atas kertas putih. Namun goresan kesaksian dan kehidupan telah meninggalkan bekas di hati khalayak ramai. Secercah masa depanku di tanah misi ini mulai nampak. Bagai kabut yang terkoyak perlahan-lahan oleh sentuhan hangat sinar mentari. Waktu demi waktu yang kulewati kini menjadi sejarah. Kuterus melangkah, setahap demi setahap, pada setiap kenyataan di balik kabut itu. Kenyataan akan hidup yang hanya bisa aku persembahkan kepada Tuhan lewat perjumpaanku dengan domba-domba-Nya. Tanpa terasa, sekian tahun sudah kutinggalkan tanah kelahiranku demi tanah misi yang dijanjikan Tuhan kepadaku untuk ditabur, digarap, dan dituai. Š Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

3


BIOGRAFI

Gerardus Koelman SJ Biografi Singkat Rm. Koelman SJ

Romo Gerardus Joannes Cassianus sana, ia banyak bergaul dengan para romo Theodorus Koelman Sj lahir sebagai anak dan frater dari Serikat Jesus. pertama dari keluarga Katolik tulen pada 24 Minatnya untuk menjadi seorang Juni 1931 di Amsterdam. Ia memiliki enam imam Serikat Jesus tumbuh setelah dia saudara kandung, empat laki-laki dan dua bekerja mendampingi anak-anak terlantar perempuan. Meskipun lahir dan tumbuh di di Amsterdam selama dua tahun. Minatnya Belanda, sebagian besar hidupnya dibaktikan tumbuh karena pengaruh para Romo Jesuit sebagai misionaris Jesuit di Indonesia. yang dirasakannya sejak di Kolese Ignatius. Dia memiliki dua orang paman yang Dia mencoba untuk bergabung dengan menjadi imam Projo Belanda. Kakak dari Serikat Jesus. Namun, banyak anggota kekakeknya adalah seorang Uskup di Belanda. luarganya yang tidak menyetujuinya karena Ayahnya pun dulu pernah masuk seminari, Ordo Serikat Jesus belum terlalu populer namun keluar setelah menjalani pendidikan dibandingkan dengan imam diosesan Bedi seminari menengah. landa. Hal ini tidak dapat dok. pribadi Ibunya sering mengajak menghalangi niat Romo Romo Koelman yang Koelman untuk menjadi masih kecil untuk pergi ke seorang Jesuit. Akhirnya Gereja setiap pagi dengan dia pun bergabung dengan berjalan kaki selama 20 meSerikat Jesus berdasarkan nit dari rumahnya. Hal-hal atas keinginannya sendiri ini menyebabkan panggilan dan bukan atas paksaan dari untuk menjadi imam dalam keluarganya. keluarga Romo Koelman Memasuki tahun bukan merupakan hal kedua novisiat, Pimpinan yang asing. Perlahan-lahan, Provinsi Jesuit Belanda benih panggilan tumbuh meminta Romo Koelman dalam diri Romo Koelman untuk berkarya di Negara muda. Indonesia. Tidak pernah Pada usia 12 tahun, ada niat dalam diri Romo Romo Koelman dimasukKoelman untuk berkarya di Romo Koelman saat kecil kan ke seminari menengah. Indonesia. Bahkan, ia sama Sang ayah mengijinkannya sekali tidak pernah melamar meskipun menurut sang ayah, masuk semiuntuk bertugas ke Indonesia. “Di mana nari adalah hal yang sia-saia seperti pengalasaja saya dibutuhkan dan diutus, saya harus man hidupnya di masa lampau. Koelman pergi. Itulah janji kesetiaan Serikat Jesus!�, muda masuk ke Kolese Ignatius, Belanda. Di ucap Romo Koelman. Di usianya yang ke-

4

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012


20, Romo Koelman berangkat menuju ke Indonesia meninggalkan keluarga dan Belanda, tanah kelahirannya yang tercinta. Dia berangkat bersama enam orang temannya yang juga berstatus novis seperti dirinya. Ketika tiba di Indonesia pada tahun 1951, Romo Koelman harus belajar Bahasa Jawa selama dua tahun pertama demi meneruskan pendidikannya untuk menjadi imam. Proses pendidikan untuk menjadi imam dijalankannya selama 11 tahun. Dia ditahbiskan menjadi imam pada Tanggal 31 Juli 1962, di Gereja Kota Baru, Jogjakarta. Sekarang ini di usia imamatnya yang ke-50, Romo Koelman tetap menjadi imam yang siap diutus untuk melayani sesama dan menghadirkan Kristus di tengah masyarakat Indonesia. “Sampai dengan saat ini, saya sudah 17.000 kali memimpin Perayaan Ekaristi.�, kata Romo Koelman ketika berkhotbah saat merayakan misa pada Hari Ulang Tahun Imamatnya yang ke-50 di Kapel Seminari Tinggi.

Perjalanan Karya Imamat Rm. Koelman SJ: 31 Juli 1962, menerima tahbisan imamat di Kota Baru, Yogyakarta bersama dengan 9 frater Yesusit lainnya. 1962-1963, menyelesaikan studi Teologi di Yogyakarta 1963-1964, menjalani masa tersiat di Belgia. 1964-1973, berkarya di SMA Kolese De Britto sebagai pamong dan guru 1973-1976, berkarya di Pastoran Mahasiswa, Yogya (Asrama Realino) 1976-1982, berkarya di SMA Kolese Ignatius Loyola sebagai pamong dan guru 1982-1988, berkarya di Rumah Retret Sangkal Putung, Klaten 1988-1995, berkarya menjadi staf Seminari Tinggi Inter Diosesan, Malang 1995-2003, berkarya mendampingi kelompok Karismatik di Keuskupan Agung Jakarta 2003-sekarang bertugas sebagai staf Seminari Tinggi Yohanes Paulus II Keuskupan Agung Jakarta.Š Dok. Pribadi

Romo Koelman di Pelabuhan sesaat sebelum berangkat ke Tanah Misi Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

5


KOLOM UTAMA

Melihat Pelangi di Tahun Emas Imamat Sebuah Kisah Perjalanan Imamat Romo Koelman Oleh : Fr. Bernardus Dimas Indragraha

Pada 31 Juli 2012, Romo Gerardus Koelman merayakan ulang tahun imamatnya yang ke-50. Beliau bersama delapan orang frater lainnya menerima tahbisan imamat di Kota Baru tepat setengah abad yang lalu. Tahbisan inilah yang mengawali langkahnya untuk menghadirkan Kristus di dunia melalui Perayaan Ekaristi dan mendidik kader-kader Katolik Indonesia demi perkembangan Gereja Indonesia. Berbagai macam tugas perutusan dan karya telah dijalaninya sampai saat ini. Perjalanan 50 tahun imamat ini tentu memberikan banyak inspirasi bagi banyak orang. Tulisan sederhana ini akan mencoba mengungkap berbagai kisah perjalanan imamat Romo Koelman berdasarkan hasil wawancara langsung dengan beliau. Menyelesaikan Studi Teologi dan Tersiat Setelah menerima tahbisan imamat, Romo Koelman mendapatkan tugas perutusan untuk menyelesaikan studi teologi dengan menjalani kuliah di Kota Baru. Setiap hari Minggu, beliau pergi ke stasi-stasi untuk melayani misa dan berjumpa dengan umat stasi tersebut. Pengalaman misa di stasi-stasi ini merupakan pengalaman yang menyenangkan karena Romo Koelman dapat mengenal umat yang beraneka ragam. Setelah menyelesaikan studi teologi, Romo Koelman menjalani masa tersiat di Belgia selama satu tahun. Pada

6

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

masa itu, beliau berkesempatan untuk mengunjungi keluarganya di Amsterdam dan mengadakan misa perdana di rumah dan paroki Amsterdam. Setelah masa tersiat ini, beliau harus kembali ke Indonesia untuk melanjutkan tugas perutusan di Indonesia. Menjadi Pendidik “Mendidik itu bukan memaksa orang untuk masuk ke dalam skema atau standar tertentu, tetapi membantu orang untuk menemukan dirinya sendiri.� Kalimat di atas disampaikan oleh Romo Koelman ketika beliau menjawab pertanyaan seputar tugasnya di sekolah Katolik. Sekembalinya dari tersiat, Romo Koelman ditugaskan menjadi pamong di SMA De Britto selama sembilan tahun, lalu ditugaskan di Asrama Realino selama tiga tahun, kemudian bertugas di SMA Loyola selama enam tahun. Ketiga tugas pertama ini memberikan kesempatan bagi Romo Koleman untuk menjadi seorang pendidik, pendamping, sekaligus teman bagi muridmurid di sekolah ini. Di sekolah, baik De Britto maupun Loyola, Romo Koelman mendapat tugas untuk menjadi pamong disiplin dan mengajar agama. Baginya, suasana di sekolah itu begitu enak. Relasi antara para imam dan para guru cukup baik dan dekat. Mendampingi anak-anak dalam menemukan dirinya sendiri merupakan hal yang sungguh


Dok. Pribadi

Romo Koelman, Cerutu dan Kopi

mengesankan bagi beliau. Meskipun demikian, Beliau harus beberapa kali menghadapi anak-anak yang nakal maupun menghadapi masyarakat yang memiliki pandangan berbeda dengannya. Sebagai contoh, suatu ketika di De Britto, banyak polisi datang dan mencari anak yang masuk dalam kategori kriminal dan gondrong. Romo Koelman menghadapi para polisi itu dan bertanya, “Apa kriteria dari gondrong?” Polisi itu menjawab bahwa gondrong adalah sesuatu yang tidak biasa dan hal itu tidak baik. Pandangan polisi ini sungguh berbeda dengan pandangan Romo Koelman. Bagi beliau, hal yang baik adalah yang menumbuhkan sesuatu yang menghidupkan sehingga apabila ada hal yang tidak biasa itu tidaklah masalah. Akhirnya, polisi itupun mengurungkan niatnya mencari anak-anak yang dimaksud. Dalam menghadapi anak-anak nakal, Romo Koelman selalu meyakini bahwa mereka memiliki suatu penyebab atas kenakalan mereka. Oleh karena itu

mereka perlu dikenali lebih jauh latar belakangnya, kehidupan keluarganya, dan relasinya dengan teman-teman. Hal ini membuat Romo Koelman sering melakukan kunjungan ke rumah-rumah muridnya guna mengenal situasi kehidupan dari murid tersebut. Setelah mengenal mereka, Romo Koelman menemukan cara yang tepat untuk mendampingi anak tersebut. Beberapa cara untuk menghadapi murid yang nakal kerap tidak lazim untuk digunakan pada saat ini. Seringkali ketika ada suasana tegang anatara dua orang murid, Romo Koelman meminta mereka untuk berkelahi dan beliau menjadi wasit dari perkelahian itu. Bahkan pernah ketika suasana kelas begitu ribut karena tidak ada guru, Romo Koelman masuk ke kelas dan menempeleng siswa yang duduk paling depan. Kemudian beliau berkata, “ Ini untuk seluruh kelas.” Kelas itupun menjadi tenang dan tidak ada murid yang berani untuk bersuara. Pengalaman berbeda didapatinya ketika bertugas di Asrama Realino sebagai pendamping mahasiswi yang tinggal di sana. Asrama Realino mengumpulkan mahasisiwi untuk hidup bersama dengan mahasiswi dari beraneka ragam suku, agama, dan kelompok lainnya. meskipun berbeda-beda, jarang terjadi ketegangan dalam asrama ini. Semua mahasiswi dapat hidup secara harmonis dan mendukung suasana untuk studi. Menurut Romo Koelman, di asrama ini terbentuk kebiasaan untuk saling menghargai dan menghormati antarbudaya dan antaragama yang berbeda-beda. Uniknya, selama mendampingi mahasiswi di Realino, hanya satu orang saja yang dibaptis oleh Romo Koelman. “Tentu, kami mengumpulkan mahasisiwi ini bukan untuk membaptis mereka.” kata Romo Koelman. Menjadi pendidik dan pendamping bagi anak-anak dan mahasiswa membuat Romo Koelman memiliki banyak kesempatan untuk mendidik kader-kader Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

7


Katolik demi masa depan Gereja Indonesia. Dengan gayanya yang sederhana dan dekat dengan para murid, Romo Koelman tidak segan-segan untuk bergaul dengan anakanak. Dia tidak hanya duduk di kantor , tetapi mau masuk ke dalam dunia para murid. Dengan cara seperti ini, Romo Koelman memberikan semangat dan teladan bagi para muridnya untuk mau melayani dan berkarya bagi Gereja. Hal ini disadari oleh Romo Koelman apabila beliau bertemu dengan mantan muridnya yang sebagian besar aktif dalam kegiatan pelayanan Gereja.

cita itu dievaluasii oleh teman-temannya sehingga bisa masing-masing retretan dapat memperoleh gambaran jelas mengenai diri dan masa depan yang akan dijalaninya. Hal yang unik dari kegiatan ini adalah tidak pernah ada satu orang retretan pun yang menuliskan ingin menjadi seorang imam atau guru. Romo Koelman selalu melakukan upacara pembaptisan di kolam rumah retret. Beliau mencelupkan anak ke dalam kolam sambil berkata, “Kepadamulah aku berkenan”. Upacara ini dilakukan untuk mengawali retret dengan membantu anak-anak untuk semakin menyadari kasih Allah yang besar dalam perjalanan hidup mereka. Dengan menyadari kasih Allah yang besar, anakanak kemudian diajak untuk menyelami diri dan mulai merangkai masa depan mereka. Bagi Romo Koelman, memberikan retret merupakan hal yang menyenangkan karena beliau bisa membantu anak-anak ataupun guru-guru untuk masuk ke dalam tahap kehidupan selanjutnya.

Menjadi Pemberi Retret Selanjutnya, Romo Koelman mendapat tugas peutusan untuk berkarya di Rumah Retret Sangkal Putung, Klaten. Hampir setiap minggu beliau memberi retret kepada anak-anak sekolah dan juga kepada guru-guru. Hampir seluruh anak sekolah Katolik di Jawa Tengah, Bandung, dan Cirebon pernah didampinginya dalam retret. Baginya, tugas ini memiliki pengaruh yang cukup besar bagi Dok. Pribadi perkembangan Gereja. Moderator Karismatik di “Anak-anak sekolah yang Jakarta didampingi dalam retret “Saya tidak tahu sama adalah masa depan Gereja sekali apa itu karismatik.” Indonesia”, ungkapnya. Kalimat inilah yang Dalam setiap terucap ketika Romo retret, Romo Koelman Koelman mendapatkan selalu mendampingi tugas sebagai moderator para retretan untuk karismatik di Keuskupan mengenal dirinya Agung Jakarta. Dia tidak sendiri, merangkai tahu harus melakukan apa masa depannya, dan dalam tugas ini. Beliau mensyukuri kasih juga tidak sempat untuk Allah. salah satu sesi bertanya kepada Mgr. dalam retret yang Soekoto, apa harapannya dibawakannya adalah ketika memberi tugas ini Romo Koelman dan Adiknya mendiskusikan cita-cita kepadanya. Dia sama sekali para retretan. Setiap bukan orang karismatik, anak diberi kesempatan untuk menulis tetapi bermodalkan ketaatan beliau pergi cita-citanya di papan tulis. Lalu, citake Jakarta dan menjalani tugas perutusan

8

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012


tersebut. Moderator Karismatik adalah seorang imam yang ditambahkan oleh Gereja ke dalam gerakan awam. Dengan ketidaktahuannya akan karismatik, Romo Koelman menjalani tugas ini dengan menjadi pendamping apabila ada acara karismatik. Berbeda dengan moderator sebelumnya yang seringkali menjadi penggerak kegiatan-kegiatan karismatik, Romo Koelman hanya mengikuti saja kegiatan karismatik tersebut. Melalui kegiatan tersebut, beliau belajar akan peranan Roh Kudus dalam perkembangan Gereja dan juga umat Katolik. Pada akhirnya, beliau menyadari bahwa penugasan ini memaksa dirinya yang bukanlah orang karismatik sebagai penyeimbang dalam perkembangan karismatik Katolik di Keuskupan Agung Jakarta. baginya, karismatik memberikan warna tersendiri bagi Gereja Katolik dengan adanya dorongan dari Roh Kudus yang mempengaruhi semangat umat Katolik untuk melayani dan mendalami iman mereka. Menjadi Staf Seminari “Seminari adalah sekelompok orang yang sedang mempertimbangkan dirinya apakah mau menjadi imam atau tidak, seperti halnya pacaran.” Itulah arti seminari bagi Romo Koelman. Beliau berkarya selama lebih dari 15 tahun sebagai staf seminari (6 tahun di Seminari Tinggi Interdiosesan Malang dan 9 tahun di Seminari Tinggi Keuskupan Agung Jakarta). Selama bertugas di seminari, Romo Koelman mendapatkan tugas sebagai pendamping spiritual bagi para frater. Selain itu, beliau juga sempat mengajar mata kuliah Spiritualitas di STFT Widya Sasana, Malang. Ketika menjadi staf di Seminari Tinggi Interdiosesan Malang, Romo Koelman mendamping 120 frater dari berbagai keuskupan. Para frater ini

dilihatnya sebagai masa depan Gereja Indonesia. Perkembangan Gereja Indonesia bergantung pada para calon imamnya. Salah satu pengalaman yang menggembirakan bagi Romo Koelman adalah ketika melihat murid-muridnya kini sudah menjadi imam dan membangun Gereja di keuskupannya masing-masing. “Kami memiliki 45 frater dari Timor Leste dan sekarang hampir semua imam projo di sana adalah bekas murid saya,” kata Romo Koelman. Menjadi pendamping spiritual bagi para frater di Seminari Tinggi Keuskupan Agung Jakarta merupakan tugas yang sedang dijalani oleh Romo Koelman saat ini. Beliau merasa para frater perlu untuk melihat imam-imam di paroki dan membandingkan dengan hidup mereka sendiri, apakah cocok atau tidak. Apabila cocok, hal ini bisa menjadi tanda panggilan. Romo Koelman sangat senang dengan adanya tugas asistensi paroki yang dijalankan para frater. Tugas ini penting untuk melihat para romo di paroki, meskipun tugas ini juga bisa mengganggu studi bagi para frater. Kehadiran Romo Koelman di seminari tentu memberikan warna tersendiri bagi kehidupan para frater. Para frater dapat belajar banyak dari pengalaman hidupnya dan semangatnya dalam melayani umat Katolik. Tentu saja, kesetiaan terhadap tugas perutusan merupakan salah satu teladan yang bisa dipelajari oleh para frtaer dari kehidupan imam yang merayakan pesta emas imamatnya ini. Melihat Perkembangan Gereja Indonesia “Pertama kali saya datang ke sini (Jakarta-Red), hanya ada 9 paroki, dengan pastor dari Londo dan umat juga kebanyakan dari Londo. Sekarang, sudah lebih dari 61 paroki lepas dari stasi-stasi dengan begitu banyak pastor Indonesia sampai saya tidak Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

9


pernah mendapatkan kesempatan misa di paroki.� Romo Koelman menjadi saksi hidup perkembangan Gereja di Indonesia. Beliau mengalami secara nyata bagaimana karya Roh Kudus mengembangkan Gereja Indonesia. Hal ini sesuai dengan harapan dan keinginannya sebagai seorang misionaris Jesuit Belanda. Beliau ingin Gereja Indonesia berkembang dan dikelola oleh orang-orang Indonesia sendiri. Beliau selalu berusaha mewujudkan harapan ini dalam tiap tugas perutusannya. Dia bersyukur bisa mendidik dan mempersiapkan kaderkader Gereja Katolik dari bawah melalui pendampingan di sekolah, retret, karismatik, dan seminari. Setelah menjalani 50 tahun imamat, Romo Koelman bisa melihat apa yang diharapkannya menjadi kenyataan. Gereja Indonesia berkembang pesat dan menjadi Gereja yang mandiri tanpa perlu bantuan dari para misionaris lagi. Pastorpastor Indonesia yang masih muda bekerja dengan giat membantu dan perlahan-lahan menggantikan mereka yang sudah tua serta memberikan nuansa baru bagi Gereja Indonesia. “Saya sangat senang dengan perkembangan Gereja Indonesia.� ujar Romo Koelman. Pada akhir wawancara, Romo Koelman menyampaikan dua pesan

10

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

bagi para frater yang sedang mengolah panggilannya. Pertama, para frater harus semakin memperdalam kehidupan rohani. Hal ini sangat penting agar para frater dapat mempercayai dengan sungguh-sungguh siap yang mereka ikuti dan memiliki relasi yang dekat dengan-Nya. Kedua, para frater juga harus mencari pengalaman mengenai kehidupan para imam dengan mengamati kehidupan imam di paroki. Hal ini menjadi pertimbangan bagi para frater untuk tetap bertahan dalam panggilan karena cocok atau merasa tidak cocok dan meninggalkan jalan ini. Kedua hal itu diperkaya dengan studi teologi yang sangat penting karena para frater ini akan mengajarkan ajaran-ajaran Gereja bukan ajaran pribadi mereka. Demikianlah kisah perjalanan imamat dan pesan singkat dari Romo Koelman untuk para frater. Bagaikan memandang pelangi di pesta emas (50 tahun) imamatnya, Romo Koelman telah melakukan karya yang besar dan panjang untuk menghadirkan Kristus di Indonesia dengan mendidik kader-kader Katolik demi masa depan Gereja Indonesia. Semoga kisah perjalanan imamat ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. Selamat Ulang Tahun Imamat Ke-50, Romo Koelman! Kami akan selalu mendoakan dan meneladanimu. Š


KOLOM UTAMA

Ketaatan yang Meneguhkan Imamat Artikel Wawancara dengan RP. Sugiri, SJ

Perjalanan imamat Romo Koelman yang kini telah menginjak tahun ke-50 memberikan kesan tersendiri bagi RP. Sugiri, SJ rekan misionaris Jesuit yang juga berasal dari Belanda. Kedua teman sebaya ini memiliki jarak waktu tahbisan yang sangat dekat, yaitu dua tahun. RP. Sugiri, SJ ditahbiskan dua tahun setelah Romo Koelman karena ia menjalani masa novisiat di Indonesia. Berbeda dengan RP. Koelman SJ yang pada waktu bersamaan datang sebagai frater filosofan. Pada tanggal 11 Juli 2012, Majalah Teman Seperjalanan mewawancarai RP. Sugiri, SJ yang kini bertugas sebagai pastor Paroki St. Theresia, Menteng. Beliau berkenan membagikan pengalaman dan kesannya tentang Romo Koelman. Wawancara ini dibagi dalam enam topik bahasan. Apa pengalaman berkesan yang romo rasakan bersama Romo Koelman? Yang berkesan adalah pengalaman saat belajar Filsafat bersama. Setelah makan

siang, kami tidak langsung siesta (tidur siang - red). Kebiasaan yang kami lakukan adalah berjalan bersama untuk berbagi cerita seperti pengalaman mengajar. Sayangnya, kebiasaan itu tidak berlanjut sampai tahap teologi karena tempatnya sudah berbeda. Bagaimana gambaran khas yang dilihat dari sosok RP. Koleman, SJ? Romo Koelman dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap Dok. Pribadi aturan. Bilamana ada aturan baru, dia memiliki kecenderungan untuk membantah dengan berbagai argumennya. Ciri khas yang terlihat saat ia beragumen adalah gerakan tangannya yang seirama dengan kata-kata yang diucapkan. Selain itu, Romo Koelman juga dikenal mempunyai bakat berteater. Ekspresi wajahnya mudah dibaca oleh lawan bicara. Terkadang ia memainkan peran, seperti bersandiwara, terutama pada saat bersenda gurau. Apa keutamaan yang romo lihat dari sosok Romo Koelman? Romo Koelman dikenal sebagai sosok yang suka membaca. Sering kali, Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

11


Dok. Pribadi

Romo Koelman sedang memimpin Misa

ia menggunakan waktu luang untuk membaca majalah, koran, dan berbagai bacaan umum lainnya. Keutamaan lain yang bisa dilihat darinya adalah berbagi rasa (sharing). Saat diberi kesempatan untuk mempersembahkan misa atau mendampingi retret, ia sering menggunakannya sebagai waktu berbagi rasa. Namun, satu hal yang jarang ditemui dari darinya adalah kebiasaan menulis. Sosok Romo Koelman juga dikenal sebagai sosok yang sederhana. Hal itu terlihat dari kebiasaannya menulis dengan tangan, karena mempunyai kesulitan mengetik di komputer. Selain itu, kesederhanaannya juga terlihat dari perangkat teknologi yang digunakan. Perangkat yang bisa digunakannya sampai saat ini hanyalah telpon genggam Nokia N3530 yang sudah ketinggalan zaman. Dalam penggunaannya pun, ia memerlukan waktu lama agar terbiasa. Romo Koelman memiliki sisi konservatif apabila berhadapan dengan kemajuan teknologi. Dia sudah tidak peduli lagi dengan perkembangan komunikasi yang semakin efektif. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaannya menulis surat yang kemudian dikirimkannya melalui jasa pos, padahal pada saat ini hal itu bisa dilakukan dengan lebih

12

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

mudah, yaitu melalui email. Namun, hanya lewat suratlah ia mampu berkomunikasi dengan keluarganya di Belanda sebulan sekali.

Menurut romo, bagimana cara Romo Koelman menjalani tugas perutusannya? Romo Koelman adalah pribadi yang taat pada setiap tugas yang dipercayakan padanya. Hal ini terlihat ketika ini diberi tugas menjadi Moderator Karismatik menggantikan saya. Ketika pertama kali menjalani tugas itu, nampaknya ia merasa berat karena kurang cocok dengan gaya karismatik. Bagian awal perjalananya sebagai Moderator Karismatik dijalani atas dasar ketaaatan saja. Akan tetapi setelah mengenal lebih banyak tentang karismatik, ia mulai dapat menerima dan membiasakan diri dengan gaya karismatik. Saat ini, Romo Koelman sudah tidak lagi menjabat Moderator Karismatik. Namun, ia masih bersedia untuk mempersembahkan misa apabila dimintai bantuan oleh Shekinah. Perutusannya yang sekarang adalah menjadi Pembimbing Rohani bagi para frater di Seminari Tinggi Yohanes Paulus II Keuskupan Agung Jakarta. Apakah kesan romo tentang Romo Koelman? Romo Koelman adalah pribadi yang luar biasa karena tetap kuat dan setia menjalani imamatnya sampai tahun yang ke-50. Dia juga mampu memandang secara positif perkembangan Gereja yang semakin proaktif. Walaupun begitu, dalam dirinya masih ada rasa was-was terhadap gerakan aktif kaum awam yang mulai menggeser


peran imam, seperti pendampingan retret. Prinsip keteguhan Romo Koelman sudah bertahan dalam pelayanan misi di Indonesia selama lebih dari 50 tahun, kendati hingga sekarang belum diakui keberadaannya sebagai warga Negara Indonesia. Selain itu, ia juga dikenal mimiliki sikap tidak memilih-milih makanan. Dalam kalangan umat, Romo Koelman dikenal sebagai sosok bapak yang ramah dan terbuka. Pengalaman Romo Koelman sebagai pastur di Sekolah Loyola dan De Britto juga membantunya untuk bersikap fleksibel dalam pergaulan dengan orang muda.

Apa pesan romo untuk Romo Koelman? Sekarang adalah saat baginya untuk menikmati masa tua dengan bijaksana. Kesehatannya perlu dijaga kendati secara fisik masih cukup baik, kecuali masalah pendengaran yang sudah mengalami kemunduran. Namun, hal yang patut disyukuri pada saat ini adalah berhentinya kebiasaan merokok. Kekuatan dari Romo Koelman sebagai gembala yang baik adalah kehadirannya. Nilai yang terkandung dalam kehadirannya adalah dukungan moral yang nyata. Kini kehadirannya dalam perutusan adalah membimbing para frater Diosesan Jakarta. Š

Sketch by: Fr. Alonzo Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

13



KOLOM UTAMA

Setia dalam Perutusan

Artikel Wawancara dengan RP. Anton Gunardi, MSF

Menjadi seorang imam adalah citacita terdalam RP. Anton Gunardi, MSF. Keterpangilan itu muncul ketika bimbingin panggilan di kelas II SMA Kolese De Britto, dalam sebuah retret bersama Romo Koelman. Pada permenungan selanjutnya, disadari bahwa kesetiaan Romo Koelman telah menjadi nilai yang sangat berharga bagi RP. Anton Gunardi, MSF yang kini berkarya di Paroki Santo Yakobus, Kelapa Gading.

kendati terkadang tidak mengerti apa yang telah diajarkan. Alhasil, karena didorong ketertarikannya pada pelajaran yang diampu Romo Koelman itu, RP. Anton Gunardi, MSF selalu mendapatkan nilai yang baik pada pelajaran itu, yaitu sembilan. Selain itu, hal yang menarik dari Romo Koelman selama Dok. Pribadi di Kolese De Britto ialah kekonsistenannya mengenakan jubah saat mengajar. Kiranya dari gaya Romo Koelman inilah muncul keinginan Perjumpaan di Kolese De menjadi seorang imam. Britto Bagi RP. Anton Gunardi, RP. Anton Gunardi, MSF, pengalaman tiga tahun MSF mengenal Romo bersama Romo Koelman Koelman ketika bersekolah di Kolese De Britto di Kolese De Britto. Di sana, menghangatkan kembali Romo Koelman menjabat panggilan hidupnya untuk RP. Anton Gunardi, MSF sebagai Pamong Umum menjadi seorang imam yang Kolese De Britto. Hal yang apabila ditilik secara lebih sangat diingat oleh RP. Anton Gunardi, mendalam pernah ia rasakan di waktu kecil. MSF ialah ketika ia melihat sosok Romo Pengalaman yang juga berkesan bagi Koelman memimpin koor misa pembuka RP. Anton Gunardi, MSF ialah ketika ia tahun ajaran. Itulah perjumpaan pertama memutuskan masuk MSF (Missionarii Sacra yang sangat berkesan. Familiae). Ketika itu, RP. Anton Gunardi, Di Kolese De Britto, Romo MSF meminta surat pengantar kepada Koelman mengajar pelajaran Agama untuk Romo Koelman SJ perihal keputusannya kelas 1 dan kelas 3 SMA. Bagi RP. Anton itu. Saat itu, wajah Romo Koelman, SJ Gunardi, MSF, Romo Koelman tidak pernah nampak sedikit ragu. Dalam hatinya, RP. membosankan dalam mengajar. Dengan Anton Gunardi, MSF merasa bahwa Romo gaya yang energik dan semangat, Romo Koelman, SJ seolah berkata, “Kamu menjadi Koelman membuat para siswa bersemangat imam. Apa bisa ya?� Akan tetapi RP. Anton dan tidak bosan mengikuti pelajaran, Gunardi, MSF tetap bersemangat menjalani Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

15


jalan panggilannya hingga ia ditahbisakan menjadi seorang imam dan berkarya. Bertemu Kembali ketika Menjadi Seorang Imam Pada tanggal 6 Januari 1982, RP. Anton Gunardi, MSF ditahbiskan menjadi seorang imam. Dalam perjalanan imamatnya, Imam yang sudah berkarya selama 30 tahun ini diutus ke Jakarta pada tahun 1998. RP. Anton Gunardi, MSF ditugaskan di Paroki Keluarga Kudus, Rawamangun. Pada saat ini juga, RP. Anton Gunardi, MSF ditunjuk sebagai Ko-moderator Pembaharuan Karismatik yang ternyata, di dalamnya, Romo Koelman menjabat sebagai Moderator. Bagi RP. Anton Gunardi, MSF, hal ini merupakan rahmat yang luar biasa karena bisa bertemu dengan Romo Koelman, bahkan dalam satu penugasan yang sama. Romo Koelman mengatakan bahwa awalnya ia tidak terlalu suka dengan gaya karismatik. Namun, nilai ketaatan tetap menjadi yang utama baginya. Kendati tidak terlalu tertarik masuk ke dalam komunitas karismatik, ia senantiasa hadir. Kadangkala sebagai Ko-moderator, RP. Anton Gunardi, MSF merasa bingung. Ia berkata, “Ko-moderator itu kan tugasnya membantu moderator jika sedang “macet”. Yah, mungkin sama saja seperti co-pilot yang membantu pilot. Akan tetapi Romo Koelman ga pernah “macet”, ketika ia menjadi seorang moderator.” RP. Anton Gunardi, MSF terkesan dengan kesetiaan dan ketaatan yang dijalankan Romo Koelman dengan luar biasa. Dalam penugasannya, awalnya ia mengeluh, setelahnya ia sangat mencintainya. Romo Koelman selalu enjoy dengan tugas perutusannya. Justru ia nampak sangat menyesal ketika selesai berkarya di karismatik.

16

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

Kesan terhadap Romo Koelman Romo Koelman, SJ adalah seorang yang setia pada kehadiran dan tugas serta periang. Tugas perutusan Romo Koelman saat ini ialah mendampingi para Frater Seminari Tinggi Keuskupan Agung Jakarta di Cempaka Putih Timur. Romo Koelman awalnya merasa bahwa ia tidak bisa mengerti bahasa para frater karena perbedaan umur yang jauh. Oleh karena itu, Romo Koelman sangat senang jika dimintai bantuan memimpin perayaan Ekaristi di Shekinah, walaupun ia sendiri sudah tidak selincah dulu seperti di De Britto. Romo Koelman pun kerap menjadi langganan pemberi Sakramen Tobat di Kelapa Gading. Hal lain yang diingat oleh RP. Anto Gunardi, MSF ialah kadang Romo Koelman mengomel karena tidak diundang untuk merayakan Ekaristi dan Sakramen Tobat. Selalu gembira, tidak pernah sedih, dekat dengan murid, dan suka memakai Vespa merupakan kekhasan dari Romo Koelman. Kegembiraan dalam menjalani tugas perutusan merupakan nilai yang cukup menonjol dari Romo Koelman. Kiranya nilai tersebut meresap dalam kehidupan imamat yang dijalani oleh RP. Anton Gunardi, MSF. Itulah yang selama ini diharapkannya. Perjalanan imamat hingga tahun yang ke-50 merupakan sebuah karunia yang sungguh besar. Oleh karena itu, bagi RP. Anton Gunardi, MSF, Romo Koelman telah mewariskan sebuah teladan yang sungguh baik kepada umat yang pernah digembalakannya, bahkan secara khusus kepada para frater. Dari pengalaman yang perjumpaan yang istimewa dengan Romo Koelman, RP. Anton Gunardi, MSF menutup sharing pengalamannya dengan kata-kata dari sebuah lagu, yaitu: “Kau selalu ada di hatiku (Bapa yang baik)”.©


KOLOM UTAMA

Romo Koelman, Ketulusan Menjadi Kekuatan Oleh : Bpk. Agung Adiprasetyo*

“Apa kamu sudah punya tempat Loyola, apakah menurut Pater saya sanggup untuk mengajar?” Begitu pertanyaan Romo meneruskan hobi saya?” Koelman ketika bertemu saya di depan Pater menjawab: “Yaaaaaacchh.... tergantung ruang pamong Kolese Loyola tahun 1982, kamu sendiri bisa menyimpan uang atau persis setelah saya menyelesaikan sekolah tidak. Gaji guru di Loyola ini memang tidak guru di IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta. sangat tinggi, tetapi pasti lebih tinggi dari Waktu itu pemerintah mengubah sistem guru negeri”. pendidikan dari Diskusi akhirnya saya http://palembang.tribunnews.com/foto/berita/2010/11/4/AGUNG.JPG model sarjana muda tutup dengan jawaban: dan doktoral untuk “Pater, saya akan coba meraih gelar sarjana. dulu cari penghasilan Sistem itu kemudian lain, supaya saya bisa diubah menjadi membelikan buku model sarjana empat untuk anak saya juga. tahun. Jadi saya Nanti setelah saya “agak mendadak” merasa sanggup, saya menjadi sarjana. baru akan mengajar”. Karena perubahan Romo menimpali: sistem itu, saya hanya “Yaaaacchhh... jadi guru tinggal menyelesaikan bukan untuk cari uang beberapa mata kuliah ya..!” dan menuntaskan Setelah itu, paper untuk saya tak pernah menyelesaikan gelar bertemu dengan sarjana. Akibatnya, Romo Koelman. Bpk. Agung Adiprasetyo saya belum memiliki Baru 29 tahun rencana apa pun kemudian, tepatnya setelah selesai kuliah. Karena masih di tahun 2011 kami bertemu lagi dalam menganggur dan belum tahu akan kemana, kesempatan pemberkatan rumah sekaligus saya pergi saja kesana kemari mengunjungi reuni beberapa teman Loyola yang lulus teman, termasuk mengunjungi kembali tahun 1977. Romo sudah lupa dengan saya, sekolah tempat saya dilatih menjadi penyu bahkan lupa cerita tentang tawaran untuk besar yang siap dilepaskan ke laut lepas. mengajar di Loyola. Namun saya perlu Diskusi waktu itu berlanjut dengan bercerita kembali ke Romo, karena saya jawaban saya: “Pater, saya punya hobi pernah berhutang janji dengan Romo. Saya membeli buku. Kalau saya menjadi guru di sampaikan janji saya sudah saya penuhi Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

17


karena saya sudah menjadi guru di Akademi Grafika Trisakti Jakarta selama dua puluh tahun. Ini saya ceritakan sekadar untuk menunjukkan Romo Koelman memang sangat dekat dengan semua murid. Kita merasa bebas bercerita dan berdiskusi apa saja tanpa jarak dan tanpa perasaan sungkan, malu, atau jengah. Hebatnya, ketika bertemu kembali, Romo Koelman masih sama dengan kebiasaan ketika dulu masih bersekolah di Loyola. Romo merangkul dengan keras. Kita seperti terbenam diantara dada dan lengannya yang besar hingga kita susah bernafas. Bayangkan saja, badan Romo seperti tokoh dalam film seri Bonanza berbadan subur bernama Don Bloker. “Saya benar-benar sudah tak ingat lagi siapa kamu! Biasanya saya hanya ingat anak-anak yang bandel-bandel”, begitu kata Romo. Walaupun sedih tak diingat lagi oleh Romo Koelman, namun saya bergembira, karena artinya saya tidak termasuk kelompok anak bandel. Setelah itu Romo banyak bercerita tentang pengabdian dari Loyola, ke Klaten, hingga terdampar ke Jakarta mengurus frater-frater di Cempaka Putih Timur. Disela-sela cerita itu Romo menyelipkan kalimat yang lucu sambil tertawa khas Romo Koelman. Romo Koelman memang sahabat berdiskusi yang menyenangkan. Bahkan di kelas, Romo Koelman adalah sosok guru yang memberi kesempatan untuk berdiskusi. Romo Koelman bukan tipe orang yang menunjukkan otoritas keilmuan lebih dari murid yang diajar. Lebih-lebih karena Romo sebagai seorang pastor dan guru agama, sebenarnya masuk akal juga bila kemudian Romo memaksa dan memegang “kebenaran pribadinya” sendiri. Namun nyatanya Romo tidak menjadi legacy yang berbicara satu arah. Romo tidak memaksakan pendapat dan tidak cenderung menggurui. Romo memberi kesempatan setiap orang untuk

18

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

bepikir, bahkan berpikir aneh sekalipun menurut cara berpikir rasional. Bayangkan, mengajar pelajaran agama pada anak remaja yang “sok rasional”, yang mempunyai naluri menentang dan sedang suka memberontak. Ketika kita ingin tahu banyak hal, Romo dengan senang hati mengakomodir keingintahuan itu. Akibatnya, pertanyaan tidak selalu dijawab dengan jawaban klise seorang pastor:”Kamu harus banyak berdoa dan membaca kitab suci...” Sesuatu yang menyebalkan untuk remaja, karena justru pertanyaan-pertanyaan itu muncul karena semakin banyak membaca kitab suci. Diskusi dengan Romo selalu memberi makna. Setiap diskusi yang bersifat filosofis atau teologis di tangan Romo menjadi gampang dimengerti. Ini juga menjadi keunggulan Romo Koelman. Bukan juga kemudian membuat semua menjadi praktis pragmatis, namun selalu saja ada jalan keluar untuk membumikan satu dua kalimat yang tidak mudah dimengerti awam. Beliau tidak membungkus pelajaran agama hanya dengan kalimat-kalimat ajakan yang bagus, baik dan benar semata, namun beliau lebih banyak memberi pemahaman. Saya masih ingat ketika ada pelajaran kosong karena kebetulan guru yang seharusnya mengisi pelajaran dikelas kami sedang sakit. Seperti biasa murid diminta belajar sendiri. Dan bisa ditebak, yang namanya murid diminta belajar sendiri sudah nyaris pasti tak akan melakukannya. Lebih seru ngobrol dan bermain. Salah satu tingkah favorit kami waktu itu adalah memainkan musik meja. Kami memukulmukul meja untuk dijadikan instrumen musik. Kebetulan Romo mengajar dikelas sebelah. Karena sangat terganggu, Romo keluar dari kelas sebelah, lalu berdiri didepan jendela kelas kami. Dia tidak mengatakan sepatah katapun, hanya melihat serius ke kelas kami, sekadar menunjukkan wajah tak suka. Kami semua terdiam, dan Romo


berlalu dari balik jendela. Namun setelah itu, kami hanya berani bicara berbisik-bisik. Saat itu kami tidak merasa takut, namun kami dipaksa merasa bersalah, dan setelah itu kami menurut. Itu juga yang dilakukan Romo ketika menangkap basah beberapa kawan yang sedang merokok. Mungkin juga karena Romo Koelman perokok yang tak pernah putus, bahkan sering bicara dengan rokok menempel di bibir, Romo tidak cenderung menghukum dan menghardik, namun membuat kita merasa bila hal itu tak seharusnya dilakukan. Romo adalah pribadi yang hangat bersahabat dan sangat humanis. Dia juga sekaligus menjadi ayah bagi banyak kawan. Suatu ketika ada salah satu teman yang bertanya ke Pater karena mendengar di Kolese De Britto murid boleh ke sekolah memakai sandal. “Ter, boleh ndak kita ke sekolah pakai sandal jepit?” Sambil tersenyum Pater Koelman menjawab, “Kalau kau anggap sekolahmu ini WC, ya silahkan saja” Jawaban sangat sederhana, namun seingat saya belum pernah ada teman seangkatan saya yang kemudian pergi ke sekolah memakai sandal jepit. Romo Koelman juga menjadi sosok egaliter. Ketika berdoa pagi setelah masuk kelas, Romo Koelman berdoa sambil membersihkan mata. Selesai berdoa, salah seorang teman kami mengangkat tangan untuk mengoreksi:”Pater koq berdoa sambil membersihkan mata. Apakah boleh berdoa sambil membersihkan mata?” Dan Pater menjawab:”Yaaacchh... tentu saja tidak sopan ya” jawab Romo Koelman sambil tertawa

terkekeh-kekeh. Romo tidak marah dan tidak juga berkelit karena dikoreksi oleh murid. Gaya Romo memang apa adanya, tak banyak dibungkus basa-basi apalagi kepura-puraan hanya untuk menunjukkan beliau seorang pastor yang baik dan pastor yang tingkah lakunya layak diteladani. Kebaikan Romo Koelman terpancar dari dalam. Ketulusan memberi warna sangat kental dan menjadi kekuatan luar biasa dari seorang sosok pastor Belanda yang jauh dari sikap zakelijk dan formal. Saya tersenyum membaca undangan misa teman-teman De Britto yang saya dapatkan dari Google:”Ini perayaan misa kudus bersama mantan Pangdam De Britto lho, Romo Londo gendeng sing seneng ajak boxen..... “ Saya yakin kalimat ini dibuat teman-teman De Britto justru karena merasa sangat dekat dengan Beliau Kami merasa beruntung pernah mendapat guru sekaligus Pater bersosok ayah yang mengerti bagaimana memasukkan sikap nilai terpuji yang harus dimiliki anak muridnya. Selamat merayakan pesta imamat ke-50 Pater Koelman. Semoga Tuhan senantiasa memberi kesehatan dan menyertai langkah dan karya Pater setiap saat. ©

*Penulis adalah CEO Kompas-Gramedia Group, Wakil Pemimpin Umum Harian KOMPAS, dan mantan murid RP. Koelman, SJ di SMA de Britto.

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

19



SHARING FRATER

Romo Londo yang Bijak, Dewasa, dan Matang secara Rohani Sekelumit Kisah tentang Rm. G. Koelman, SJ Oleh: Fr. Rafael Y. Kristianto

Waktu berjalan dan terus berjalan menelusuri segala sisi kehidupan manusia. Angka 50 tahun dari perjalanan hidup merupakan waktu yang cukup matang dalam peziarahan hidup manusia, apalagi jika itu merupakan 50 tahun peziarahan mengarungi hidup imamat dan hidup kerohanian. Ada banyak pengalaman rohani dan pelajaran hidup berharga yang bisa diambil dibalik segala peristiwa misteri hidup manusia. Di balik misteri hidup manusia yang kadang tidak terpecahkan tersirat kehendak Allah yang selalu hadir untuk menyingkapkan misteri itu, dan Allah hadir sebagai teman seperjalanan manusia yang menuntunnya agar mencapai kebenaran yang sejati. Hanya pribadi yang bijak, dewasa dan matang secara rohani-lah yang mampu melihat Allah sebagai teman seperjalanan dalam peziarahan hidupnya dan mampu menjadikan peristiwa hidupnya sebagai butir-butir “mutiara yang berharga� bagi perkembangan hidup dan bagi kebahagiaan sesamanya. Dalam perayaan 50 tahun imamat Rm. G. Koelman, SJ yang tahun ini dirayakan, sudah sepantasnyalah penulis menyebut beliau sebagai bapa rohani yang sudah bisa mendekati pribadi bijak, dewasa dan matang secara rohani (seperti yang penulis deskripsikan di atas). Penulis bisa mengatakan itu berangkat dari pengalaman penulis sebagai anak bimbingan rohaninya atau pun sebagai anggota komunitas yang pernah hidup bersama selama 4 tahun.

Penulis mencoba menelaah pribadi Rm. Koelman dalam 4 tahap: 1) seorang pribadi yang totalitas, 2) kebapaan, 3) gembira, dan 4) penuh kesetiaan. Pertama, Bayangkan seorang pemuda yang baru berumur 20 tahun diutus ke negeri asing yang tak dikenal dunia dan penuh tantangan serta bahaya sebab Indonesia saat itu belum merdeka. Namun, Koelman muda saat itu menjawab tugas itu dengan tegas tanpa rasa takut. Ia berani keluar dari comfort zone menuju risk zone. Hal itu mulai ditunjukkannya saat awal perjalanan misinya ke Indonesia. Perjalanan misinya itu harus ditempuh selama tiga minggu dari negaranya, Belanda menuju Indonesia dengan kapal laut dan itu tidak membuatnya gentar untuk menjalani tugas misinya yang berat. Selama lebih dari 50 tahun ia mengabdikan hidupnya di Indonesia demi perkembangan iman Katolik di tanah Indonesia. Bahkan ia lebih mengenal budaya Indonesia ini dengan lebih baik di banding dengan sebagian besar orang muda yang saat ini mulai krisis budaya karena terhanyut dengan budaya pop dari luar negeri. Itulah totalitas seorang Rm Koelman, SJ sejak masa mudanya. Beliau adalah pejuang iman angkatan awal yang ikut merintis dan memelihara iman katolik di Indonesia agar jangan gugur dimakan tantangan arus zaman. Totalitasnya juga terlihat ketika beliau menjalani tahun-tahun perutusannya Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

21


di mana pun. Ketika ia menginginkan itu tidak bisa digantikan oleh apa pun. untuk mencicipi menjadi pastor paroki, ia Eksistensi itu justru dimaknainya dengan malah diutus ke tempat pendidikan, yaitu kehadirannya secara fisik. Kehadiran yang di SMU Loyola, Semarang dan SMU John mungkin tidak mengeluarkan kata-kata yang de Britto, Yogyakarta. Saat ia buta dan banyak, bahkan hanya diam dengan bahasa tidak tahu-menahu tentang karismatik, ia tubuh saja justru dapat menjadi kekuatan justru diutus untuk mendampingi kelompok bagi orang yang sedang kalut(down). Itulah karismatik di Jakarta. Setelah itu ia diutus kekuatan kehadiran seseorang dalam misteri kembali ke tempat pendidikan di Seminari hidup manusia. Seperti kehadiran sahabat Tinggi Malang, dan hingga kini bertugas yang memberi semangat dan kekuatan di Seminari Tinggi Yohanes Paulus II, kepada sahabatnya saat ia berlomba dalam Keuskupan Agung Jakarta. Semuanya itu kejuaraan dunia. beliau jalankan dengan sepenuh hati dan Kehadiran itu menjadi sangat total. penting di dunia modern ini, sebab media Totalitas Rm. Koelman, SJ memang teknologi hanya bisa menjauhkan yang tidak diragukan lagi sebab dari sanalah dekat, tanpa bisa menggantikan kehadiran ia menaburkan benih-benih rohani dan fisik seseorang. Kehadiran romo yang benih-benih kebaikan bagi orang-orang suka nasi goreng ini membuat kita belajar muda untuk dapat hidup dengan lebih bagaimana pentingnya arti kehadiran dalam baik. Kiranya pribadi dan totalitas pastor hidup bersama di komunitas, keluarga atau misionaris ini bisa dijadikan sebagai cermin hidup menggereja (pastoral). bagi para imam zaman ini untuk lebih lepasKetiga, Kegembiraan yang begitu bebas diutus ke mana pun dan kapan pun menonjol dalam diri Rm. Koelman juga tanpa rasa gentar. merupakan modal utama bagi hidup karya Kedua, dan misi romo Dok. Pribadi Sisi kebapaan Rm Belanda ini. Koelman terlihat Kegembiraan dari perhatiannya menjadi tugas yang penuh utama yang kepada siapa pun. diemban Kristus Perhatiannya ke dalam dunia. yang penuh itu Yesus membawa ditunjukkannya kegembiraan dengan bagi orangmemberi arti orang yang pada kehadiran terpinggirkan, secara fisik. Ya, bagi para Rm. Koelman bersama Saudara-Saudarinya kehadiran secara tawanan, dan fisik. Bagi orang bagi orangmodern zaman ini mungkin eksistensi orang yang selama ini dianggap sebagai manusia bisa digantikan dengan teknologi “masyarakat kelas dua� oleh kaum Farisi dan yang ada melalui sapaan di SMS, e-mail, ahli Taurat. Bukankah Firman yang telah BBM (BlackBerry Messeger), twitter, facebook, menjelma menjadi daging itu adalah Kabar dan jejaring sosial lainnya. Meskipun Sukacita? Tepat, Injil secara etimologi adalah demikian bagi Rm. Koelman, eksistensi suatu kabar sukacita bagi dunia, khususnya

22

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012


bagi mereka yang selama ini ditindas oleh aturan dunia yang dibuat oleh tangan manusia yang serakah. Kabar gembira yang bisa penulis lihat dari pribadi Rm. Koelman yaitu kepribadiannya yang gembira serta tutur katanya yang ringan dan bisa membuat orang tertawa dengan gaya Belandanya yang khas. Penulis selalu ingat ketika ia berhomili, Rm Koelman pasti selalu mengeluarkan celotehan atau bahasa tubuh yang lucu khas orang Londo. Cerita-ceritanya mungkin biasa tapi menjadi lucu karena gayanya yang lucu. Di sana bisa terlihat pribadi Rm. Koelman yang menggembirakan. Tentu saja dalam pergaulan, beliau juga merupakan orang yang gembira, apalagi saat bergaul dengan para frater yang usianya berbeda berkisar 50-60 tahun, seperti opa dan cucunya. Kegembiraan dalam diri Rm. Koelman memberi isyarat bagi orang-orang zaman ini yang dipenuhi oleh stress karena pelbagai macam tugas dan beban hidup yang ditanggung. Belajar dari pribadi romo Londo ini, para pembaca diajak untuk melihat hidupnya dengan penuh optimistis dan kegembiraan. Sebab, jika hidup ini dijalani dengan gembira, apa pun tugas dan beban hidup akan terselesaikan dengan sikap gembira itu. Orang-orang di sekitar kita menjadi lebih senang jika kita menebarkan senyum kan? Atmosfer itu yang juga membuat hidup menjadi gembira. Hidup menjadi lebih

ringan dengan senyuman dan kegembiraan. Namun, jangan senyum-senyum dalam kesendirian. Keempat, Pribadi yang penuh Kesetiaan tampak dalam perayaan 50 tahun imamat Rm. Koelman, SJ ini. Di usianya yang ke-81 tahun tentu tersirat banyak kerutan-kerutan kulit di wajahnya, dan kerutan itu menandai betapa panjang kesetiaannya pada panggilan imamatnya dan kesetiaannya dalam menjalani tugasnya sebagai seorang pastor misi. Angka 50 menandai betapa panjang perjuangan hidup rohani dan hidup pribadinya sebagai seorang bapa spiritual. Dalam perayaan 50 tahun imamatnya ini, para frater yang didampinginya atau pun para imam teman sekoleganya dan para umat yang dilayaninya seharusnya bisa berefleksi bahwa kesetiaan itu bukan hanya dibuktikan dengan kata-kata, namun perlu ditampilkan dalam kesaksian hidup yang nyata. Rm. Koelman telah membuktikan kesaksian hidup itu di sini dan sekarang ini, di Indonesia, negara yang menjadi pilihannya untuk membaktikan hidupnya seumur hidupnya. Terima kasih Rm. Koelman atas Kesaksian Hidup yang engkau ajarkan kepada kami. Selamat Perayaan 50 tahun Imamat. Berkat Tuhan selalu menyertai hidup imamat romo. Proficiat!! Kentungan, 29 Juli 2012 Š

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

23


SHARING FRATER

Menjadi Sopir ‘Berkat’ Bagi Sesama Antara Cempaka dan Puruhita Oleh: Fr. Andreas Subekti

mobil sampai hari ini. Kadang orang sering bertanya Pengalaman pada saat pertama kali kepada saya, “Frater, sejak kapan sudah bisa meng”iya”kan untuk menyetir mobil tidak menyetir?” Ketika mendengar jawaban dari terbayangkan dalam diri saya akan menjadi mulut saya, kebanyakan dari mereka terkejut blessing in disguise(berkat yang terselubung) dan terlontarlah pertanyaan kedua, “Kok untuk membantu dan melayani sesama bisa?” dan orang lain dalam berbagai kesempatan Ya, pengalaman mengendarai mobil dan bisa menyetir adalah saat saya berusia 10 baik dalam kehidupan keluarga maupun tahun atau saat itu ketika saya belajar di kelas komunitas seminari. Saya mensyukuri keputusan untuk Dok. Pribadi 4 SD. Untuk menjawab menyetir pada pertanyaan “kok bisa” saat kecil dalam itu saya pun sampai pengalaman saat ini merasa sulit menjemput dan untuk menjawabnya. mengantar orang lain Kesulitan itu muncul selama saya menjalani karena saya sendiri formatio di Tahun tidak pernah secara Rohani dan Tingkat khusus diajarkan oleh Satu. Salah satu orang tua atau orang pengalaman menarik lain. Kelebihan ini yang saya sharingkan saya dapatkan ketika dalam menyetir mobil bapak mengajari ibu adalah ketika saya menyetir mobil setiap diminta oleh Romo hari Sabtu setelah saya Albertus Sahdyoko, pulang sekolah. Saya SJ(Direktur Tahun sebenarnya hanya RP. Koelman, SJ bersama Orang Tua Baptis Orientasi Rohani – duduk di belakang TOR) untuk menjemput dan mengantar sembari melihat bapak memberikan Romo Koelman dari Wisma Cempaka ke instruksi dan teknik-teknik menyetir. Wisma Puruhita untuk memimpin misa Pada suatu kesempatan, bapak menawari dalam bahasa Inggris setiap hari Rabu pukul saya untuk mencicipi bagaimana rasanya 6 pagi. menyetir. Secara spontan saya meng”iya”kan Setiap hari Rabu, saya berangkat tawaran bapak untuk mengendarai mobil. pukul 5 pagi dari Klender menuju Cempaka Dari saat itulah saya mulai mengendarai

24

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012


Putih bersama dengan seorang teman frater mengembangkan kehidupan rohani selama yang secara bergantian menemani saya. saya menjalankan tugas ini. Selama saya Lalu kembali ke Puruhita dengan perkiraan berada di TOR, praktis saya tidak dapat waktu sekitar satu jam untuk menjemput mengikuti ibadat pagi bersama karena saya dan kembali lagi ke wisma Puruhita. Dalam menjalankan tugas menjemput. Tetapi perjalanan kami saling bercerita, saya dari sanalah saya juga berlatih bagaimana bercerita mengenai pengalaman saya di saya mengembangkan hidup rohani Tahun rohani, misalkan cerita mengenai tidak terikat dengan tempat dimana saya kunjungan keluarga, kunjungan paroki, berada. Walaupun berada di dalam mobil rekoleksi, dan kegiatan lainnya yang kami dan bercerita bersama Romo Koelman, alami di Wisma di sanalah Dok. Pribadi Puruhita. Romo saya dapat Koelman juga menemukan menceritakan Tuhan di pengalamannya dalam tugas bersama yang saya para frater jalankan. di Cempaka. Pengalaman Pengalaman ini menjadi romo rahmat dan mendampingi anugerah bagi para frater saya sehingga latihan kotbah, di masa Rm. Koelman bersama saudara-saudarinya ataupun depan kelak, kegiaatansaya sudah kegiatan yang lakukan di tempat lain. memiliki pengalaman bagaimana di tengah Yang saya sering dengar adalah kesibukan, ketika tugas dipercayakankan cerita pada saat Romo Koelman berangkat kepada saya, saya tetap mengusahakan dari Belanda ke Indonesia untuk pertama untuk menjalin relasi dengan Yesus Kristus. kalinya. Beliau selalu bersemangat ketika Kecemasan menjadi semangat berjuang menceritakan kisahnya pada saat ia Memasuki dunia yang baru terombang-ambing di kapal selama tiga setelah satu tahun mengolah kehidupan minggu bersama teman misionaris lainnya. rohani bukanlah suatu hal yang mudah Pengalaman Romo mengunjungi berbagai dalam memasuki tahun filosofan. Saya negara yang disinggahinya sebelum sampai mengalami proses yang tidak mudah untuk ke Indonesia. Dan cerita yang paling sering menyesuaikan diri dengan kehidupan studi diceritakannya adalah ketika ia pertama yang sekarang menjadi tugas utama saya kalinya memakan buah pepaya di Singapura yaitu studi filsafat. Setelah menjalani studi yang membuat ia begitu jatuh cinta dengan hampir satu semester, saya merasa cemas buah pepaya sampai pada hari ini. ketika mengetahui dan mengira-ngira bahwa Pengalaman antar-jemput Romo hasil studi saya tidak terlalu memuaskan. Koelman selama hampir dua tahun baik Perasaan cemas ini menjadi momok bagi ketika di TOR maupun tahun studi diri saya sendiri. Di dalam diri saya muncul filsafat ini membuat saya belajar banyak ketakutan-ketakutan yang kadang kala hal. Pertama adalah bagaimana saya bisa membuat diri saya tidak dapat berkembang. Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

25


Di dalam kecemasan inilah saya merasakan sosok Romo Koelman yang terbuka dan membimbing dengan hatinya. “Romo, saya sedang cemas nieh, karena hasil studi saya tidak memuaskan dibandingkan dengan teman-teman yang lain” cerita saya kepada Romo Koelman. Dengan gaya khasnya saat berbicara ia hanya menyatakan, “Yaaa........, apakah hasil itu berbeda jauh dengan teman-teman seangkatan kamu?” “Tidak terlalu jauh romo” jawab saya “Kalau seperti itu, ya tidak perlu dicemaskan, toh tidak terlalu berbeda dengan teman-teman lainnya, sekarang kamu harus berusaha lebih keras supaya kecemasan dan ketakutanmu dapat teratasi” ucap Romo Koelman. Saya selalu ingat dengan perkataan Romo Koelman saat itu yang sedikit banyak mengubah semangat saya dalam studi dan mengatasi kecemasan dan ketakutan yang saya alami. Saya merasakan

bagaimana Romo Koelman melihat sisi positif dari setiap pribadi yang ditemuinya. Bukan hal mudah untuk dilakukan, paling tidak itulah yang saya alami. Dalam membimbing Romo Koelman bukan hanya mengunakan pikiran ataupun emosinya, saya merasa ia menggunakan hatinya untuk membimbing para frater. Setiap komentar dan perkataannya selalu membuat hati saya merasakan rahmat Allah yang begitu dasyat. Pengalaman-pengalaman bersama Romo Koelman adalah pengalaman berharga dalam perjalanan hidup saya. Tahun ini genap 50 tahun Romo Koelman merayakan imamatnya, banyak pengalaman yang sudah dialaminya dan dibagikan kepada saya. Sosok Romo Koelman sebagai seorang kakek bagi saya memberikan nilai yang amat positif dalam diri saya. Terima Kasih Romo Koelman atas cerita dan nasihat kepada saya selama perjalanan antara Cempaka dan Puruhita.©

Sketch by: Fr. Alonzo

26

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012


SHARING FRATER

Coolman? Cullmen? Koelman! Oleh: Fr. Surya Nandi

Ketika mengikuti Open House Koelman itu bagi saya sangat berkesan, Seminari Tinggi Yohanes Paulus II di tahun karena semakin menguatkan jalan panggilan 2009, untuk pertama kalinya saya bertemu yang kupilih, terlebih ketika beliau berkata dengan Romo Koelman, SJ. “Dengan pengalamanmu itu saya rasa kamu “ Hello! “ sahut beliau kepada saya, sebuah bisa menjadi Imam”. perjumpaan singkat dengan genggaman tangan yang kuat serta senyum simpul Romo Koelman dalam Ekaristi diwajahnya. Di dalam hati saya mengatakan, Setelah diterima di Tahun Orientasi Romo ini romo yang baik. Rohani KAJ, saya semakin intens bertemu Selanjutnya, betapapun saya sering dengan beliau. Satu minggu sekali dengan ke Wisma Cempaka (sebutan lain untuk senang hati beliau memimpin misa bahasa Seminari Tinggi Yohanes Paulus II) untuk Inggris di Wisma Puruhita (wisma yang bimbingan rohani, diperuntukkan bagi Dok. Pribadi saya belum mendapat Tahun Orientasi Rohani kesempatan khusus KAJ), untuk melayani untuk sekadar kami para frater TOR. ngobrol dengan Biasanya pukul 06.15 beliau. Baru ketika WIB beliau telah tiba di solisitasi diadakan Wisma Puruhita dengan (proses penerimaan dihantar oleh frater calon imam yang Cempaka. baru) saya mendapat Saya sungguh terkesan kesempatan itu dalam dengan semangatnya RP. Koelman, SJ bersama Adik-adiknya bentuk wawancara. selama merayakan Yang Ekaristi dan bagaimana menarik adalah bahwa, ketika wawancara cara beliau membawakannya. Saya kagum berlangsung, kami justru seperti sharing. dengan cara beliau membacakan bacaan Sungguh berbeda dengan pengalaman Injil, Ia tidak hanya membaca begitu saja saya wawancara kerja ketika “diluar” dulu, tetapi, dapat mengekspresikan apa yang Ia dimana saya dicecar dengan berbagai baca lewat mimik dan gerakan tangannya, pertanyaan dan dengan segala cara saya sehingga bacaan terasa begitu hidup. harus memperlihatkan segala kelebihan Pun juga dengan kebiasaannya untuk bahkan menutupi kekurangan diri. Dengan memberi waktu hening setelah menerima beliau saya merasa nyaman untuk mentubuh dan darah Kristus. Saya seringkali sharing-kan pengalaman panggilan dan memandangnya dan bertanya-tanya, kiranya kelebihan serta kekurangan saya sebagai apa yang sedang direnungkan Romo sepuh calon Imam KAJ. Wawancara dengan Rm. ini? Walau terkadang atau bahkan seringkali

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

27


banyak kata-kata beliau yang tidak kutangkap karena kendala bahasa, saya tetap merasa dapat menghayati Ekaristi ketika yang beliau memimpinnya. Bagiku beliau mampu menghadirkan Kristus dalam perayaan Ekaristi dan membawa umat juga dapat bertemu dengan-Nya. Romo Koelman dalam Keseharian Romo Koelman patut dikagumi karena kerendahan hatinya. Walaupun sudah sepuh, beliau tidak sungkan untuk berbaur dengan para frater yang masih muda-muda (kecuali yang sudah tua) . Saya sendiri selalu merasa enjoy bersama beliau. Romo Koelman tidak segan-segan menyapa dan mengajak ngobrol baik diruang makan maupun di ruang rekreasi untuk membaca Koran maupun majalah. Karena kemampuan bahasa Inggris yang dimilikinya, seringkali saya secara tidak langsung juga terbantu untuk mengasah kemampuan speaking saya sesuai dengan arahan Dosen di Lembaga Bahasa Indonesia. Beliau juga pribadi yang humoris. Saya teringat ketika saya makan siang bersama Romo Koelman, Romo Sulis dan beberapa frater yang lain. Ketika itu kami dihidangkan buah pepaya sebagai menu penutup, kemudian Romo Sulis menghangatkan suasana makan siang dengan memperdebatkan asal muasal pepaya. Pada saat itu juga Rm. Sulis meminta pendapat Romo Koelman tentang asal muasal buah pepaya. Dengan entengnya Romo Koelman menjawab “Saya tidak tahu pepaya itu dari mana, tapi saya tahu dengan pasti pepaya ini akan kemana” sambil memakan pepaya yang tertancap di garpunya. Hanya satu hal yang perlu saya “catat” ketika bersama beliau, yaitu berbicara sekeras mungkin, karena sistem pendengarannya yang mulai menurun dalam menangkap suara. Akan tetapi karena hal itu, saya pun dapat belajar untuk melatih suara saya yang memang cenderung pelan dan sekaligus

28

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

melatih artikulasi bicara sehingga dapat terdengar lebih jelas. Setelah kurefleksikan, itulah hebatnya Romo Koelman, beliau tetap dapat memberi melalui kekurangannya. Dari Romo Koelman saya juga belajar akan kasih dan kemurahan hati. Saya melihat kesetiaan itu dari hal yang kecil. Ketika para frater hendak menuju ke tempat rekreasi dengan menggunakan bus, Romo Koelman punya kebiasaan menunggu kami di depan pintu gerbang Wisma Cempaka sampai pada akhirnya bus berangkat meninggalkan Wisma Cempaka. Kebiasaan beliau itu membuatku terharu, dengan senyumnya seolah-olah Ia mau berkata “Selamat jalan, aku mengasihimu anakku, doaku menyertaimu”. Saya pun beryukur pula atas pesta emas Imamat Romo Koelman, yang sungguh memberi teladan atas kesetiaan khususnya dalam menghayati panggilan. Koelman yang coolman Beberapakali aku salah melafalkan nama Romo Koelman dengan pelafalan Inggris sehingga menjadi Coolmen (dibaca: kulmen), untunglah teman frater yang lain buru-buru mengkoreksinya dengan pelafalan yang benar menjadi Kulman. Meskipun begitu kurasa sebutan Coolmen tidaklah salah untuk beliau, karena jika diartikan secara harifiah artinya orang keren. Beliau bukan keren karena muda, tampan, dandanan perlente, kekar-berotot, dengan tunggangan Ferrari, dll, tetapi beliau keren justru karena relasinya dengan Yesus Kristus yang ditunjukkan dalam ungkapan cara hidupnya lewat kesederhanaan, kebaikan hatinya, serta kesetiaannya membuat beliau KEREN. Dan semuanya itu menginspirasiku untuk juga menjadi keren. Mengakhiri tulisan ini saya mengutip jargon iklan sebuah produk kendaraan. I’m Coolman; how about you? ©



BERITA

Menggali Semangat Ekaristi dalam Temu UFO 2012 Oleh: Fr. Pius Novrin Arimurthi

Siape kite…siape kite….kite ini Frater Projo Mau ape…mau ape…kite ingin ikut UFO Ke mane..ke mane…yang jelas ke Jakarte Bawa ape…bawa ape…bawa tampang-tampang kece Gubahan dari lagu “Iwak Peyek” yang dipopulerkan oleh grup penyanyi “Trio Macan” ini dengan begitu semangat dilantangkan oleh para frater peserta temu UFO 2012. UFO di sini bukanlah nama dari benda terbang luar angkasa yang tidak dikenal, melainkan sebuah singkatan dari Unio Frater Projo. UFO merupakan acara tahunan yang mempertemukan para frater (calon imam) diosesan dari sejumlah daerah. Dalam kesempatan ini, para frater yang ikut serta adalah mereka yang berasal dari Regio Jawa, ditambah dengan perwakilan para frater dari regio Kalimantan serta Makasar. Kali ini, yang bertindak sebagai tuan rumah dalam UFO 2012 ini adalah para frater dari Keuskupan Agung Jakarta. Temu UFO yang berlangsung dari tanggal 19-25 Juli 2012 ini memiliki dua tujuan. Pertama, pertemuan ini merupakan kesempatan berharga bagi kami, para frater untuk saling berkenalan serta berbagi cerita tentang kehidupan panggilan kami di keuskupan masing-masing . Kedua, kami pun ingin belajar untuk mengadakan sebuah

30

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

penelitian pastoral. Penelitian pastoral yang kami adakan ini bertema “Ekaristi yang Berdaya Sapa dan Berdaya Ubah”. Dari penelitian ini, kami ingin belajar serta melihat bagaimana peran serta pengaruh Ekaristi dalam hidup keseharian umat beriman. Tema ini kami pilih berkaitan juga dengan gerakan dalam Gereja Semesta yang menjadikan tahun ini sebagai Tahun Ekaristi. Tempat penelitian yang kami pilih adalah Paroki St. Matias Rasul, Kosambi Baru, Jakarta Barat. Paroki ini kami pilih karena sebagian besar umatnya merupakan keluarga muda. Diharapkan, penelitian yang diadakan di antara keluarga muda ini dapat menghasilkan suatu paparan mengenai Gereja Jakarta di masa depan. Berikut ini kami sajikan penggalan peristiwa dari temu UFO 2012 yang kami rangkum dari hari ke hari. Kilas balik UFO Hari pertama (19 Juli 2012) Para peserta berdatangan dari berbagai daerah. Kami semua berkumpul di Wisma Samadi, Klender, Jakarta Timur. Total peserta yang hadir adalah 69 orang. Mereka berasal dari Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Malang, Keuskupan Bogor, Keuskupan Bandung, Keuskupan Purwokerto, dan perwakilan dari tiap


Keuskupan Regio Kalimantan yaitu Keuskupan Pontianak, Keuskupan Sanggau, Keuskupan Sintang, Keuskupan Ketapang, Keuskupan Palangkaraya, Keuskupan Samarinda, Keuskupan Tanjung Selor, dan ditambah keikutsertaan dari frater-frater Keuskupan Agung Makasar. Temu UFO ini dibuka secara resmi dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh RD Petrus Tunjung Kesuma, staf Seminari Tinggi Yohanes Paulus II-KAJ, di Kapel Wisma Samadi. Lalu, acara dilanjutkan dengan malam kebersamaan. Setiap kontingen dari masing-masing keuskupan membawakan tampilan perkenalan mereka dengan cara yang khas dan unik, antara lain: tari “cappucino”, gubahan lagu Jawa, drama singkat, dan yel-yel.

mewawancari responden. Selain itu, kami pun diajari untuk membuat coding atas jawaban-jawaban dari para responden untuk nantinya diolah dengan komputer. Selepas itu, siangnya kami pun berangkat dari Wisma Samadi, Klender, menuju ke Paroki St. Matias Rasul, Kosambi. Kami mendapat sambutan hangat dari umat serta romo-romo di paroki tersebut. Setelah mendapatkan sesi mengenai Ekaristi dari RD Jack Tarigan, kami pun dipencar ke sejumlah rumah orang tua live in yang tersebar di 15 wilayah dalam Paroki Kosambi. Hari Ketiga (21 Juli 2012) Kami memulai penelitian kami dengan terjun langsung ke lapangan dan mewawancarai umat. Setiap frater ditargetkan mendapat 7 orang responden. Komposisi umat yang diwawancarai cukup beragam. Romo Purwanto SCJ mengharapkan kami semua untuk dapat Dok. Pribadi mencari responden secara acak mulai dari usia 13 sampai 60 tahun.

Hari kedua (20 Juli 2012) Di dalam temu UFO ini, selain mengakrabkan diri di antara frater-frater, kami juga berencana untuk mengadakan sebuah penelitian mengenai “Ekaristi yang Berdaya Sapa dan Berdaya Ubah” di Hari Keempat Paroki St. (22 Juli 2012) Matias Rasul, Pertemuan Kosambi, pada hari Jakarta keempat ini Barat. Dalam dibuka dengan penelitian Misa Hari Foto bersama di Paroki Kosambi itu, kami Minggu bersama didampingi oleh Romo Francis Purwanto dengan umat Paroki St. Matias Rasul, SCJ. Beliau adalah dosen teologi dogmatik Kosambi. Sementara itu, penelitian kami di Fakultas Teologi Wedabhakti, Universitas lanjutkan dengan melakukan coding serta Sanata Dharma, Yogyakarta. memasukkan data hasil penelitian ke dalam Kami mendapatkan masukan program Ms. Excel. Setelah data selesai materi dari beliau mengenai dasar-dasar dimasukkan dan dikoreksi, pengolahan data dari teknik penelitian. Salah satu yang hal pun kami lanjutkan dengan memasukkannya yang ditekankan adalah bagaimana cara ke dalam program SPSS. Dari situ keluarlah Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

31


tabel-tabel yang menunjukkan hasil input data yang telah dilakukan. Setelah proses input data ini selesai, sore harinya, sejumlah peserta ada yang menghadiri acara kebersamaan dengan Orang Muda Katolik (OMK) di wilayah tempat mereka live in. Hari Kelima (23 Juli 2012) Setelah data diperoleh, kami pun kemudian menganalisis data tersebut. Dalam proses analisis data ini, kami mendapat input session pula dari Rm. Krispurwarna Cahyadi SJ. Beliau, pada tahun ajaran yang lalu, adalah dosen teologi dogmatik di STF Driyarkara, Jakarta. Romo Kris membahas data itu dari sudut identitas kristiani dan konteks kehidupan umat Katolik di Jakarta. Selain itu, kami diberi masukan juga dari Bapak Paulus Wirutomo. Beliau adalah guru besar Sosiologi dari Universitas Indonesia. Pak Paulus membantu kami untuk membaca data dan melihat gejala sosiologis dari data yang telah kami kumpulkan. Analisis data pun dilanjutkan dengan pembuatan artikel. Kami dibagi menjadi dua kelompok besar. Masing-masing kelompok diwajibkan menyelesaikan sebuah artikel yang berisi analisis data umat dengan tiga poin tekanan yakni Identitas Kristiani, Ekaristi yang Berdaya Sapa, dan Ekaristi yang Berdaya Ubah. Hari Keenam (24 Juli 2012) Pembuatan artikel masih dilanjutkan hingga sore hari. Selepas itu, kami mengadakan evaluasi singkat tentang pelaksanaan acara UFO 2012 ini. Tak terasa, penelitian kami pun akhirnya selesai. Jam 6 sore, acara UFO secara resmi ditutup dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Agung KAJ. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan ramah tamah dan perpisahan bersama dengan Bapa Uskup, Romo Paroki, Dewan

32

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

Paroki, Orang tua Live in, serta sejumlah umat yang hadir. Hari Ketujuh (25 Juli 2012) Inilah saatnya beristirahat setelah enam hari lamanya kami bekerja. Kami bermain sepuasnya di Dunia Fantasi, Ancol. Sehubungan dengan suasana puasa di bulan Ramadhan, pengunjung di Dufan ini begitu sedikit. Para frater dengan leluasanya mencoba berbagai wahana permainan di tempat ini tanpa perlu mengantri! Salah satu rekor yang tercatat adalah seorang frater yang bermain bom-bom car hingga 14 kali kesempatan. Luar biasa! Setelah lelah bermain, sebelum pulang, kami dihibur dengan pertunjukkan musik reggae, juga di area Dufan. Kami semua kembali lagi ke Seminari Tinggi Yohanes Paulus II, KAJ, di bilangan Cempaka Putih. Ada peserta yang memutuskan untuk langsung pulang ke daerah masing-masing. Ada pula yang masih menginap di Seminari Tinggi. Hari Kedelapan (26 Juli 2012) Sejumlah peserta diajak lagi untuk berkeliling Kota Jakarta, sembari menunggu jam keberangkatan kereta api yang mereka tumpangi. Dengan naik Bus Metromini, mereka berkeliling di kawasan Monumen Nasional dan sekitarnya. Sayonara teman-teman! Terima kasih atas keikutsertaan anda semua di UFO 2012. Sampai jumpa pada temu UFO 2013 di Keuskupan Bogor!! Sepercik Kisah di balik layar UFO 2012 Ketika mendapat kepercayaan untuk menjadi Koordinator UFO 2012, muncul sedikit keraguan dalam hati saya. Bagi saya, ini adalah sebuah acara yang cukup besar, melibatkan banyak pihak, dan perlu disiapkan dengan serius. Untuk itulah, kami membagi para frater KAJ menjadi


dua tim. Para frater KAJ yang tinggal di Kentungan, Yogyakarta, bertindak sebagai Steering Committee. Tugas utamanya adalah merancang penelitian bersama dengan Romo Purwanto SCJ. Lalu, para frater KAJ yang tinggal di Wisma Cempaka Putih, Jakarta, bertugas sebagai Organizing Committee. Tugas utamanya adalah menyiapkan segala keperluan dan kondisi teknis yang berhubungan dengan acara UFO. Salah satu tantangan besar dalam hal ini adalah bagaimana cara mengoordinasi tim SC dan OC tersebut. Perbedaan tempat antara Yogya dan Jakarta terkadang membuat proses persiapan UFO menjadi terhambat. Hal lain yang juga menjadi tantangan sekaligus pengalaman baru bagi kami adalah proses pencarian dana. Biaya untuk terselenggaranya acara ini tidak sepenuhnya ditutup oleh keuskupan. Muncul inisiatif dari kami untuk mencari tambahan pemasukan dana dari RomoRomo UNIO KAJ. Ternyata, Romo-Romo UNIO KAJ begitu baik hati kepada kami, adik-adiknya. Mereka dengan sukarela mendonasikan dana untuk membantu kelancaran acara UFO ini. Semakin mendekati “hari H�, keraguan saya justru semakin menipis. Saya melihat teman-teman panitia begitu solid dan bekerja keras menyiapkan acara temu UFO ini. Di sela-sela kesibukan kuliah dan kehidupan harian di wisma, kami mengusahakan pula langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan agar acara UFO dapat berjalan dengan baik. Kerja sama di antara panitia beserta dengan doa yang tak kunjung putus inilah yang menjadi kekuatan kami untuk bekerja. Kala acara UFO berlangsung, geliat semangat dari teman-teman panitia begitu terlihat. Kenyataan di lapangan terkadang tidak berjalan sesuai dengan rencana. Diperlukan kepekaan dan

Dok. Pribadi

Foto bersama di Dunia Fantasi

kecepatan untuk beradaptasi dengan situasi terbaru yang dibutuhkan. Dan, di sinilah letak pembelajaran kami dalam UFO kali ini. Seperti gado-gado a la Jakarta, ada pergulatan emosi, lompatan pikiran, serta variasi tindakan yang terangkum dalam kinerja kepanitiaan. Usulan, kritik, serta saran yang membangun kami terima sebagai bagian dari proses pembelajaran. Ini semua sungguh pengalaman yang tak ternilai harganya. Dan kami pun merasa puas dan bangga ketika seluruh acara UFO akhirnya dapat berlangsung dengan baik. Ada sejumlah keutamaan yang dapat kami timba dari pengalaman temu UFO 2012 ini, antara lain kerja sama, ketelatenan, kesabaran, ketelitian, keberanian, kreativitas, dan tanggung jawab. Kami pun semakin menyadari bahwa Tuhan akan selalu menyertai setiap langkah dan usaha yang kami semua lakukan. Tuhan memakai kami semua untuk dapat menjadi perpanjangan tangan-Nya. Dan, kasih Tuhan ini kami rasakan mulai dari awal persiapan acara hingga berakhirnya UFO ini. Kami bersyukur atas segalanya itu. Terima kasih kawan-kawan. Selamat dan sukses untuk kita semua! Sampai jumpa di Keuskupan Bogor dalam acara temu UFO 2013! Š

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

33


PUISI

Elegi Buat Romo Koelman ( setengah abad perjalanan imamat )

Wajahmu menoleh lambat dibingkai Mencoba mengolah dunia dalam jerat teralis nirwana Matamu mengartikan arti dan sudut hidup Mengosongkan raga ’tuk halaukan keduniawian dan nikmat Kau buat gambar penuh lentera Lentera yang tahu dan tak tahu kapan padamnya Tubuh nan suci kau tarik garis penuh pelangi Buatkan termangu sekejap disudut altar Ilahi Lembayung ungu masih semburat di kaki langit Mengenduskan lilin mengampuni kata Tak ubah engkau debu dalam gulungan pasir dilaut Dan tak ubah engkau setitik air dalam samudra gurun Ilahi Sang mata dewa tenggelam perlahan Diruji puji dalam dekapan-Nya Kau coba untuk lepaskan, berlari sendiri mencari asa pribadi Titian panjang setengah abad dalam perjalanan kasih Illahi Mencoba meletakkan dan mengurai belenggu yang Dia beri Dengan kidung syukur kau rebahkan syair Mendaraskan dogma di barisan tahta Illahi Permadani kasih-Nya menyapa perlahan dilukamu Mengaiskan gemuruh awan gemawan Kau bersimpuh, kau peluk Matahari sejati-Nya pun menohok kau teramat dalam Kau bertatih menuju mezbah kudus Tak apa jika raga membungkus tulang Yang seakan muksa ke ranah surgawi ’Tuk bisa rasakan hembusan nafas-Nya dalam rongga ragamu Hadirkan syukur yang tak berujung dalam perjalanan cinta kasihmu Cinta yang tak bersyarat, tak bernoda dan kekal Dalam balutan kasih-Nya Fr. Patrick Slamet Widodo

34

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012


CERPEN

“Jangan Lepas Jubah Itu!” Oleh: Fr. Albertus Ade Pratama

Pagi yang indah, pagi yang cerah, pagi yang berbunga, pagi ini milik Vero. Bahkan Matahari pun terlambat tersenyum karena senyuman sudah terpapar di wajah cantik nan ramah milik Vero. Wajar saja Vero sudah mengulum senyum pagi ini, selain motto Vero “Awali hari dengan senyum!”, hari ini adalah hari yang sudah dinanti olehnya. Hari ini Vero ada jalan (baca:kencan) dengan pria yang ia kagumi. Vero bergegas mandi dan bersolek. Seakan tak mau menutupi keindahannya dengan riasan ia hanya memilih sepasang anting untuk menemani kedua daun telinganya dan ia kaus berwarna kuning kesukaannya. Ia ingat perkataan prianya bahwa riasan hanya menutupi kecantikannya. Perkataan itu adalah salah satu hal yang membuatnya mengagumi sang pria yang baginya lugas, jujur, dan mengerti perasaannya. “Duh.. anak mama cantik banget hari ini, ada acara apa sih?”, Tanya sang ibu sembari membuat susu putih bagi putrinya. Wajar saja ibu bertanya, anaknya kali ini tampil cantik dan sedikit berbeda dari harihari biasanya. Anaknya yang berhidung mancung ini tidak biasa memakai anting. Rambutnya yang ikal pun hanya digerai ketika ia tampil bermain biola di acara penting di SMA-nya waktu itu. Insting kewanitaan sang ibu mengatakan bahwa putrinya mencoba untuk tampil dengan seluruh kecantikannya. Firasat keibuannya berbisik bahwa sang anak sedang jatuh cinta. Seakan menular, senyum dari Vero

terpampang pula di wajah ibu. “Ma, pulang dari kuliah hari ini aku pergi jalan-jalan yah.. kemungkinan pulang sesudah makan malam” ucap Vero tanpa melepas senyum. “Oh ya? Mau ke mana? Sama siapa?” kata itu terlontar begitu saja tanpa maksud menghalangi keinginan putri yang sedang kasmaran itu. “ada deh.. urusan orang muda.. he he he..,” balas Vero. Seusai menghabiskan susu putih, Vero mencium ibunya dan menuju garasi. Senyuman dan senandung mengiringi langkahnya menuju mobilnya di garasi. *** Vero sudah sampai di Mall tepat pada waktu makan siang, tapi tentu saja ia datang sebelum Dika, pria-nya. Hal ini biasa terjadi mengingat kesibukan Dika dengan tugas-tugasnya yang luar biasa banyak di akhir pekan. Terkadang Vero frustasi untuk mengajak Dika pergi. Namun ia tidak pernah berhenti meminta. Karena hal itu pula Vero bahagia pada hari ini, usahanya menemui hasil yang menggembirakan. Di tengah hiruk-pikuk orang-orang yang sedang makan siang hari ini, Vero terperangkap dengan memorinya. Memori indah yang menghantarnya pada pertemuan yang akan terjadi pada hari ini. Ini adalah memori pada saat pertemuannya dengan Dika untuk pertama kalinya. Pada saat itu ada acara di kampus Vero, Acara pentas seni dalam rangka pesta nama pelindung Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

35


universitas di mana Vero belajar. Dika dan teman-temannya menjadi salah satu pengisi acara di pentas itu. Selain menghibur sebenarnya tujuan mereka adalah menawarkan suatu jalan yang berbeda dan unik bagi mahasiswa di Universitas itu. Entah apa yang mereka tawarkan pada saat itu, yang menarik perhatian Vero hanyalah sosok Dika, yang bermain gitar sambil bernyanyi. Penjiwaannya mampu menggetarkan para pendengar di situ, ya setidaknya itulah yang dirasakan oleh Vero. Hal yang paling menyentuh Vero adalah ketika pandangan mereka bertemu. Tatapan mata Dika yang memandang penuh arti seakan tahu kalau ia sedang dikagumi. Tatapan mata yang bermakna sama dengan lagu More Than Words milik Extreme yang dibawakan oleh Dika saat itu. Peri cinta seakan sedang mengintai Vero dan Dika saat mereka bertemu di sebuah Counter makan sesudah Dika tampil. Mereka berkenalan dan......Poufftt!! Panah sang cupid menembus jantung hati mereka. Seakan lupa dengan jalan hidup selibat sebagai calon imam yang ditawarkan dan dijalani Dika, Vero pun tidak mau melewatkan kesempatan untuk bersama dengan pujaan hatinya ini. Begitu pula Dika, seperti kupu-kupu yang menemukan sumber nektar di kuncup bunga yang baru, langsung ia menghampiri bunga itu. “Selamat siang, Bu!”, goda Dika membawa Vero kembali dari lamunannya, “Nunggu siapa ya?” lanjutnya. “nunggu pelayan.. nih baru dateng, pesan Cappuccino satu, Mas “, Vero tak mau kalah, “bercanda Dik, duduklah!” Perbincangan pun berlanjut ditemani makan siang dan sesuai rencana, mereka menonton film bersama di Bioskop. Dika berusaha sebisa mungkin membuat hari ini menjadi milik mereka berdua. Setidaknya sampai tiba waktunya nanti. ***

36

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

Ketika sepasang kasmaran sedang menikmati cinta, dunia menjadi berputar begitu lambat. Waktu pun serasa enggan berlalu dan putaran jarum jam menjadi bersahabat untuk memperlambat putarannya. Derai-derai kesenangan asmara mengalir deras tanpa henti membasahi bunga-bunga cinta yang haus akan kesegaran, memberikan damai bagi pemilik bunga yang sudah lama menantikan mekar sang kuncup. Bahkan di tengah keramaian taman, bunga yang sedang mekar mencuri perhatian setiap orang yang lalu lalang sambil memandang. Namun ketika mendung mengintip di balik cakrawala, masihkah para pemandang bisa tersenyum? Makan malam berlangsung di tempat indah nan romantis yang memang sengaja dipesan oleh Dika di tepi danau yang eksotis di pinggiran kota Jakarta. Pilihan cerdas dari Dika karena Vero mencintai ketenangan yang romantis itu. Mendengarkan suara biola yang sayu-sayu seakan mengurai setiap rasa yang ada pada hidangan, membuat mereka merasakan nikmatnya makan malam secara perlahan. Vero pun bertanya akankan ini bertahan selamanya? Ini pertanyaan yang menghantui kegembiraan Vero. Mengadakan acara berdua dengan Dika saja terasa seperti menanti Hari Raya Natal. Yang lebih mengkhawatirkan Vero adalah ketika ia mengingat jalan hidup yang Dika pilih. “Dika adalah seorang Frater!” kalimat itu muncul seperti bisikan dari kejauhan namun menggema menembus usaha Vero untuk mengalihkan pikiran. Ego bertarung dengan logika, cinta berhadapan dengan fakta. Menyedihkan. “Vero, bengong ya?”, tegur Dika dengan senyumnya yang khas. “Ehh, maaf-maaf, kamu tadi ngomong apa?”,Vero tidak bisa menyembunyikan kikuknya. Pikirannya terhenti tepat pada saat-saat yang menyedihkan itu. Apa boleh


buat..

“Aku belom ngomong apa-apa kok. Ge-er deh, ha ha ha.”, Tukas Dika. “tapi memang ada yang ingin disampaikan sih”, sontak atmosfer terasa berubah. “Sudah lama kita bersama-sama, dan sepertinya tidak ada waktu yang tidak menyenangkan untuk dikenang.” Kenang Dika, “Untuk itu semua aku berterima kasih. Kamu sudah memberi warna untuk hidupku, dan warna itu indah sekali. Namun rasanya sudah cukup bagi kita untuk terus menjalani ini. Aku tidak bisa untuk memberi kamu harapan lebih jauh dari pada yang sudah aku lakukan ini. Aku tidak bisa membuat kamu terluka lebih dalam lagi.” Dika berhasil mengutarakan perkataan itu dengan jelas, meskipun semua itu terasa berat di dalam hatinya dan meskipun mengatakan itu sama saja merobek hatinya sendiri. Vero termangu. Tidak ada kata untuk diucapkan, tidak ada lagi usaha untuk melawan pikiran yang menakutinya itu, juga tidak ada lagi usaha untuk menahan air mata yang menyusuri hidung indah dan pipi yang sudah pudar cerahnya. Lagi-lagi pandangan mereka bertemu, dan pandangan itu masih bermakna dan menggetarkan hati. Mereka pun pulang ke tempat masingmasing. Dika dengan usahanya untuk tetap tegar dan berlangkah dengan tegak. Vero terkejut akan semua hal yang baru saja terjadi dan spucuk kertas pemberian Dika

yang belum ia sadari ada di dalam tasnya. Tapi dia butuh seorang yang bisa menjadi tempatnya berlabuh dari perjalanan yang berat ini, ibunya. *** “Dika.. ada telepon tuh..”, Rossie menyampaikan. “Hallo Dik,” suara yang menyentuh relung hati Dika. Mengajutkan tapi senang, gembira namun takut. Detak jantung memacu. “Vero?” nama itupun terucap,”gimana kabarmu?” “Baik kok, kamu?” “Makin baik setelah denger suara kamu” “Bisa aja deh.. aku udah baca surat kecil dari kamu, Thanks ya.. Ada satu hal yang aku mau sampaikan. Jangan lepas jubah itu, Dik!” Kali ini Vero sudah bisa tersenyum. Di balik telepon Dika pun turut tersenyum, “Terimakasih vero.. kuliah lancar?” *** Cinta itu selalu indah, jika kita benar-benar merasakannya begitulah isi surat kecil yang ada ditangan Vero saat ini. Itu juga merupakan kalimat yang bisa menggambarkan kisah indah antara Dika dan Vero.©

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

37


HISTORIA DOMUS 4 Mei 2012 Acara Jumat Pertama di Wisma Cempaka mengundang RD. Yustinus Aridianto untuk berbagi pengalaman studinya di Filipina. Rm. Yus menceritakan tentang pengalaman studinya sebagai tanda ketaatan terhadap uskup. Perjuangan studinya untuk segera cepat selesai mendorong para frater untuk tetap semangat dalam proses belajar juga. 17 Mei 2012 Hari Raya Kenaikan Isa Almasih. Setelah merayakan misa, para frater merayakan kenaikan Tuhan dengan menaiki tower air. Hari ini kesempatan untuk membersihkan wadah penampungan air di menara (tower) dan bak penampung air di bawah. Para frater menaiki tower setinggi 10 meter dan masuk ke dalam bak penampungan air. 19 Mei 2012 RD. Tunjung merayakan ulang tahunnya ke-49. Beliau sangat senang dengan hadiah dari para frater berupa foto dirinya dengan tampilan seragam militer. Ide ini dikembangkan oleh Fr. Pio dengan penjelasan bahwa Romo Tunjung adalah perwira dan laskar Kristus. 26-27 Mei 2012 Rekoleksi komunitas bersama RD. Samuel Pangestu dengan bahasan menguak kembali semangat panggilan dan Lectio Divina (bacaan rohani). 28 Mei-6 Juni 2012 Hari-hari yang terasa panjang bagi para frater karena ini adalah masa Ujian Akhir Semester.

38

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

7 Juni 2012 Setelah perjuangan melewati masa UAS, maka tahun akademik 2011-2012 ditutup dengan perayaan misa penutupan tahun akademik bersama di STF. Penutupan ini juga menjadi tanda dimulainya masa tanpa kuliah sampai Agustus mendatang. 8-13 Juni 2012 Para frater diperkenankan untuk berkunjung ke rumah keluarganya dan kembali pada Rabu siang (13/6). 14-22 Juni 2012 Retret akhir tahun para frater di Wisma Tugu Wacana, Cisarua. Retret kali ini didampingi oleh RP. Tan Thian Sing, MSF. Selama delapan hari para frater menggali kembali keutamaan-keutamaan hidup melalui meditasi Kristiani. Meditasi ini juga membantu para frater untuk tetap fokus dan menemukan nilai keheningan yang membantu ketenangan jiwa. 23-28 Juni 2012 Para frater diperkenankan untuk berkunjung ke rumah keluarganya dan kembali pada Kamis siang (28/6). 29 Juni 2012 Hari ini para frater tingkat empat yang berjumlah empat orang secara resmi dilantik sebagai lektor-akolit oleh RD. Subagyo selaku Vikjen KAJ. Mereka juga siap untuk menjalani tugas Tahun Orientasi Pastoralnya, yaitu : Fr. Bayu Golo di Seminari Mertoyudan, Magelang; Fr. Wahyu di Seminari Wacana Bakti, Jakarta; Fr. Valentino di Paroki Batu Licin, Kalimantan; dan Fr. Rosihan di Paroki Pematang Siantar, Sumatera. Sore harinya


para frater ikut dalam misa pontifical paus di Katedral dengan selebran utamanya adalah Duta Besar Vatikan, Mgr. Filipazzi. Misanya cukup menarik karena dibawakan dalam tiga bahasa, yaitu: Latin, Inggris dan Indonesia. 6-8 Juli 2012 Rekreasi dan refleksi bersama Seminari Tinggi Yohanes Paulus II KAJ pada tahun ini memilih Lembang, Bandung. Salah satu acara yang menarik yaitu outbond bersama Treetop, Cikole Lembang. Acara ini memberi sensasi yang memacu adrenalin dengan memanjat pohon, berjalan di tali pada ketinggian + 50 meter, sampai flying fox sampai + 100 meter. Malam harinya, para frater mengadakan refleksi bersama dan menerima tugas perutusan untuk setiap tingkat. Setelah refleksi, para frater memanjakan tubuh dengan berendam air panas di Wisata Air Panas Sariater. 19-25 Juli 2012 Para frater menyelenggarakan acara Temu Unio Frater Projo (UFO) Regio Jawa ++. Para frater yang terkumpul sampai 70 orang mengadakan penelitian di Paroki St. Matias Rasul, Kosambi. Tema penelitian yang diangkat adalah Ekaristi yang Berdaya

Sapa dan Berdaya Ubah dengan sasarannya adalah orang muda katolik. Acara ini didampingi oleh RP. Fransis Purwanto, SCJ. Hasil dari penelitian ini diserahkan langsung kepada Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo. RP. Krispurwarna, SJ dan Bapak Paulus Wirutomo membantu para frater untuk membaca hasil penelitian UFO 2012. Selama melakukan penelitian, para frater disebar untuk live in di ke-15 wilayah Paroki Kosambi. Acara Temu UFO ditutup dengan rekreasi bersama di Dufan, Ancol. 27 Juli 2012 Rapat komunitas dengan bahasan menutup perbidelan periode 2011-2012. Dalam rapat ini, Fr. Pras terpilih sebagai bidum dan Fr. Vano sebagi wabidum untuk periode Agustus 2012-2013. 28 Juli 2012 Penutupan Tahun Orientasi Rohani (TOR) TA 2011-2012 di Wisma Puruhita. Mereka yang berhasil menyelesaikan masa TOR adalah Fr. Deta, Fr. Surya, Fr. Patrick, Fr. Rinto, Fr. Guntur, dan Fr. Bara. Mereka akan siap untuk menjalani masa filosafan dan tinggal bersama di Wisma Cempaka.

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012

39


Sketch by: Fr. Alonzo

40

Teman Seperjalanan XVII/ Agustus-Oktober 2012




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.