Daftar Isi REDAKSIONAL REDAKSIONAL
Daftar Isi & Redaksional ................................ 1 Kolom Utama Menghayati Kekuatan Doa Bapa Kami dalam Kehidupan Sehari-hari......... 2 Tong Iman dalam Tahun Iman...7 Pasang Surut Hidup Beriman.......9 Sharing Pastoral Tahun Iman dalam Kontekstualisasi Hidup Sehari-hari: Antara Tantangan dan Harapan..................................13 Sharing Frater Para Malaikat-Malaikat Kecil ....................17 Imanmu Telah Menyelamatkan Engkau....19 Mari Bercinta................................................23 Cerpen Bicaralah.................................................25 Historia Domus ..............................................28 Persona Imam Engkau Adalah Imam Untuk Selamanya .......30
Moderator: RD Josep Susanto Koordinator Umum: Fr. Andreas Subekti Ketua Redaksi: Fr. Albertus Monang Anggota Redaksi: Fr. Albertus Ade P, Fr. Joseph B. Mattovano, Fr. Rinto Krisjandika, Fr. Robertus Guntur, Bendahara: Fr. Camelus Dellelis; Redaktur Artistik: Fr. Patrick Slamet, Fr. Andreas Subekti; Sirkulasi & Iklan: Fr. Yohanes Prasetyo, Fr. Surya Nandi Alamat Redaksi: Seminari Tinggi Yohanes Paulus II-KAJ, Jl. Cempaka Putih Timur XXV No. 7-8, Jakarta Pusat 10510. Telp. (021) 4203374/4207480 Fax (021) 4264484 E-mail: tseperjalanan@yahoo.com Blog : temanseperjalanan.blogspot.com Percetakan : Sumber Jaya Offset Telp : (021) 424 84 74
Rekan Seperjalanan yang terkasih, saat Rekan Seperjalanan, pada Indonesia merayakan Hari tanggal 13 Maret 2013, pukul Ulang Tahun kemerdekaannya 19.00 waktu Vatikan, putih yang ke-67 dan Warga asap Jakarta mengepul dari cerobongdiri kapel sedang mempersiapkan Sistina. HABEMUS PAPAM, untuk mengikuti pilkada Paus baru telah terpilih. Ya, putaran kedua, Majalah Teman Paus Fransiskus terpilihpesta sebagai seperjalanan merayakan peneruh Santo Petrus. Selamat untukDalam kita emas Ulangtahta Tahun Imamat Romo Koelman. semua... rangka itu, redaksi membuat edisi khusus 50 tahun NamunKoelman. dengan digantinya Paus BenedikImamat Romo tus XVI dengan Fransiskus berarti Dalam edisiPaus khusus ini, kamibukan menyajikan apa yang telahyang kitamenceritakan sudah renungkan sejumlah artikel kisahmengenai perjalanan TahunRomo Iman Koelman. berganti. Perayaan Iman maimamat Selain itu,Tahun kami juga sih harus kita banyak renungkan terus menerus. Mungkin mempersiapkan artikel yang berisikan kesan, di Indonesia, geliatyang Tahun Iman tidak pesan, dan pelajaran didapatkan daribanyak orangdirasakan, tapi di wilayah eropa permenungan orang yang pernah memiliki pengalaman menarik mengenai Tahun Iman sangat menggeliat. bersama Romo Koelman. Mulai dari romo-romo, frater,Dalam Edisi IXX Agung ini, kami ingin ikut para dan juga adakeBapak Adiprasetyo ambil bagian dalam perayaan TahunKoelman Imam yang yang merupakan mantan murid Romo oleh Gereja secara umum di dilaksanakan SMA De Britto. Tidak lupa,Universal laporan khusus dan Gereja Keuskupan Agung Jakarta secara dari perhelatan Temu Unio Frater Projo 2012 khusus. Para merefleksikan germelengkapi edisipenulis khususmencoba ini. akan Tahun kehidupan MelaluiIman edisi dalam khususgeliat ini, kami ingin yang mereka pembaca hadapi dan alami di tengah rahmat metropolitan mengajak untuk mensyukuri Allah ini.nyata dalam perjalanan setengah abad imamat yang SemogaSelain refleksi, pencerahan, Romo Koelman. itu, kami berharapkesadaran, melalui dan sharing inipelajaran dapat membantu kita yang untukbisa ikut artikel ini banyak dan inspirasi pula merasakan dan seorang tergerakimam untukyang mendalami dipetik dari kehidupan berasal iman kita masing-masing. Semoga kitademi semua dari Belanda tapi membaktikan hidupnya menjadi semakin beriman, semakin bersaudara, Gereja Katolik Indonesia. dan semakin berbela rasa. Koelman. Proficiat Kepada Romo Altijd gelukkig!!! Amin.....
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
1
KOLOM UTAMA
Menghayati Kekuatan Doa Bapa Kami Dalam Kehidupan Sehari-hari RD Josep Susanto
Salah satu dimensi kehidupan orang beriman adalah doa. Doa seolah menjadi alat komunikasi antara orang beriman dengan Allah yang mereka imani. Doa bukan hanya sekedar kata-kata maupun rumusan. Di lain pihak doa juga bukan melulu soal perasaan. Dalam doa, keduanya menjadi sangat penting tanpa meniadakan satu dengan yang lainnya. Inti doa adalah komunikasi intim antara manusia dengan Allahnya. Mengingat betapa pentingnya peran doa, maka dalam tulisan ini kita akan membahas lebih jauh kaitan doa dengan kehidupan konkret orang beriman, baik itu sebagai orangorang terpanggil maupun dalam seluruh dimensi kehidupan orang kristen. Kita akan menyoroti sebuah doa yang sangat agung yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridNya, termasuk kita. Diharapkan dengan memahami setiap makna dari kata-kata dalam doa Bapa Kami, kita akan semakin menyadari kekuatan doa tersebut dan semakin mencintai doa sebagai kekuatan kita untuk semakin beriman. Di dalam Injil Matius kita bisa menemukan bagaimana Yesus memberi penekanan tertentu kepada murid-muridNya dalam setiap pengajaranNya. Para murid dipanggil dan dipersiapkan dengan seksama untuk suatu misi yang sangat besar di kemudian hari. Yesus berjalan bersama menemani para muridNya dalam suatu proses perkembangan iman para murid. Yesus mempersiapkan para muridNya untuk mempunyai suatu relasi Bapaanak dalam kehidupan harian mereka. Para murid perlahan namun pasti diundang
2
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
masuk kedalam suatu ikatan intim dengan Allah sebagai Bapa, yaitu sebagai ANAKANAK ALLAH. Sebutan Allah sebagai “BAPA” (πατερ baca: ”pater”) dalam Injil Matius menjadi kata kunci yang sangat penting untuk memahami pola pemuridan yang diterapkan Yesus kepada para muridNya. Dalam pembahasan kali ini kita akan menggali beberapa teks dalam Injil Matius khususnya dalam bagian kotbah di bukit di mana Allah disebut sebagai Bapa dari para murid sebagai suatu proses “MENJADI ANAK-ANAK ALLAH” meski mereka masih berziarah di dunia. 1.RELASI BAPA-ANAK DALAM KOTBAH DI BUKIT (Mat 5-7) Kotbah di bukit adalah kumpulan dari beberapa pengajaran pokok Yesus di dalam Injil Matius. Kotbah di bukit bisa disebut juga syarat utama untuk menjadi murid Yesus. Di sana Yesus memberikan pernyatanNya kepada kedua belas muridNya dan juga kepada “orang banyak” yang mengikutiNya,tentang apa artinya menjadi seorang “murid” atau pengikut Yesus. Di dalam pengajaranNya kali ini Yesus berbicara panjang lebar tentang identitas para murid, gaya hidup yang dituntut kepada mereka, relasi mereka dengan Bapa, dengan Yesus, dengan saudara-saudarinya dan termasuk juga relasi mereka dengan harta duniawi. Di dalam Kotbah di bukit, Allah disebut sebagai Bapa sebanyak 17 kali. Yang menarik adalah 10 di antaranya berada di bagian Mat 6:1-18 yang merupakan
jantung dari Kotbah di Bukit. Relasi para dari para muridNya adalah suatu hal yang murid dengan Bapa dikontraskan dengan luar biasa. “orang-orang munafik” dan “orang-orang yang tidak mengenal Allah”. Para murid BAPA KAMI YANG ADA DI SURGA diperkenalkan kepada perbuatan-perbuatan Doa diawali dengan sebuah seruan, di benar agar layak memperoleh upah di mana Yesus berseru memanggil BAPANya surga. Di bagian inti inilah kita menemu(harafiahnya: O Bapa atau Ya Bapa). Yang kan sebuah ajaran Yesus tentang doa yang menarik adalah di Injil Matius, bentuk sudah sangat sering kita kenal dan doakan seruan seperti ini hanya muncul dalam 3 yaitu DOA BAPA KAMI. peristiwa penting hidup Yesus di mana Sebelum kita berbicara tentang digambarkan Yesus sedang berdoa (11:25 makna kata Bapa dalam Doa Bapa Kami, “Ajakan Juru Selamat”; 26:39.42 “Di taalangkah baiknya bila man Getsemani”). kita juga melihat sekiYang menarik adalah las bagaimana Matius dalam kesempatan menggunakan kata Bapa ini Yesus menyebut (πατερ) dalam Injilnya. Allah dengan sebutan Matius sangat sering BAPA KAMI, bumenggunakan sebutan kan BAPAKU. Kata BAPA (πατερ) yang di“KAMI” adalah unperuntukan kepada Allah. dangan Yesus kepada Fakta ini cukup mencenpara muridNya untuk httprenunganyouth.blogspot gangkan karena di dalam ambil bagian dalam Perjanjian Lama sendiri penggunaan relasi yang dimiliki Yesus sebutan Allah sebagai Bapa sangatlah sedengan BapaNya. Yesus mengundang para dikit. Kata BAPA (πατερ) adalah terjemamuridNya juga untuk mengingat relasi han bahasa Yunani dari bahasa Ibrani (akar persaudaraan mereka dengan sesamanya, kata : Ab). Kata BAPA dalam Perjanjian bahwa mereka semua adalah satu keluLama hampir selalu mengacu kepada arti arga yaitu Keluarga dari Bapa yang sama. dunawi (relasi antar manusia). Kata “ab” Inilah dimensi doa yang sejati, selain muncul 1250 kali dalam PL dan hanya 21 berkomunikasi dengan Allah, kita juga kali mengacu kepada arti Allah sebagai disadari akan dimensi communio dengan Bapa, khususnya ketika PL berbicara tenumat lainnya. tang keselamatan dan relasi antara Allah Sebutan “Yang ada di surga” dan Israel. Yang menarik tidak ada satu menunjukkan kemuliaan Allah, bahwa pun kutipan di mana Allah disapa sebagai Allah yang kita sebut Bapa ini jauh me“BAPAKU”. lebihi segala Bapa yang ada di dunia ini. Dunia Perjanjian Lama memaNamun bukan cuma itu saja, kata ini juga hami Allah sebagai pribadi yang berjarak, membuka suatu rahasia baru bahwa para maka tidaklah heran pemahaman relasi murid meskipun masih tinggal di dunia, antara Allah dan umatNya sangatlah jarang karena mereka kini sudah menjadi anak menggunakan penggambaran relasi intim dari Bapa, maka mereka juga disebut seperti Bapa dan Anak. Maka dari itu tinanak-anak surga. Mereka punya suatu dakan Yesus Kristus yang menyebut Allah hubungan dengan surga, merekalah pemisebagai BapaNya sendiri dan juga Bapa lik atau pewaris Kerajaan Surga kini dan Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
3
kelak. DIMULIAKANLAH NAMAMU Permohonan pertama yang harus diucapkan Anak adalah memuliakan Bapa. Dalam dunia Perjanjian Lama, “Nama” Allah mewakili pribadi Allah sendiri, melambangkan kehadiran Allah dan kekuasaanNya (Kej 21:33, Luk 20:7, Im 24:11, Bil 6:27, Ul 12:5). “Nama” Allah juga seringkali menjadi objek yang dipuji oleh para pemazmur karena mereka kagum atas kemahakuasaan karya Allah di tengah umatNya yang sungguh dirasakan oleh pemazmur. Kemuliaan tidak bisa dipisahkan dari pribadi Allah, keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tindakan memuliakan Allah mempunyai arti “MENGENAL DAN MENERIMA” siapa Allah dengan segala kekuasaanNya. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel harus memuliakan Allah. Namun tindakan itu selalu berkaitan dengan melakukan kehendak dan peraturan Allah. Tindakan memuliakan Allah ini kuasadoa.com menekankan lagi-lagi soal RELASI antara Allah dan umatNya, bahwa Israel adalah bangsa yang diselamatkan dan dipilih oleh Allah. Inilah yang menjadi dasar mengapa Israel harus memuliakan Allah. Tindakan memuliakan Nama Allah juga mengandung arti bahwa para murid diajak untuk menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya sebagai manusia yang sifatnya terbatas. Hanya Allahlah yang mampu melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh manusia. Lawan dari tindakan memuliakan nama Allah adalah membuat nama Allah menjadi cemar atau profan belaka. Tin-
4
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
dakan mencemarkan nama Allah dalam Perjanjian Lama seringkali menjadi perjuangan Allah dan para nabiNya untuk menjauhkan bangsa Israel dari tindaka seperti menyembah berhala (Im 18:21), melakukan tindakan kejahatan dan ketidakadilan (Yer 34:16, Amos 2:6-7). DATANGLAH KERAJAANMU Setelah memuliakan Nama Bapa, para murid diajak untuk memohon datangnya Kerajaan Bapa. Kata “Kerajaan” di dalam Injil Matius muncul hanya 55x. Pewartaan Yohanes pembaptis dan Yesus adalah “Kerajaan Allah yang sudah dekat”. Perumpamaan-perumpamaan Yesus berbiacara tentang Kerajaan Allah. Kata “kerajaan” di sini tidak berbicara tentang “kerajaan duniawi” dengan segala kekuasaan politik dan teritori tertentu. Kata “Kerajaan” di sini mengacu pada kemahakuasaan dan kemuliaan Allah terhadap alam semesta. Dunia dengan segala isinya berasal dari Allah dan milik Allah, sudah saatnya Allah mengambil alih milikNya, yang terampas karena manusia jatuh ke dalam dosa. Saatnya Allah sebagai RAJA memimpin umatNya dan mengambil apa yang menjadi miliknya sejak semula. Allah membebaskan umatNya dari segala kekuatan lain yang membelenggu hidup manusia. Kata-kata “datanglah KerajaanMu” juga mengandung makna terselubung yaitu ajakan Yesus kepada para murid untuk terus menerus mempunyai harapan agar mereka menjadi warga kerajaan Allah. Selain itu juga ajakan Yesus kepada para murid untuk mulai mengubah cara hidup mereka yang tidak membuat mereka tidak bisa masuk ke dalam kerajaan Allah. Dengan kata lain, ungkapan “datanglah
KerajaanMu” adalah suatu ajakan PERTOBATAN. JADILAH KEHENDAKMU, DI ATAS BUMI SEPERTI DI DALAM SURGA Ketika Kerajaan Allah datang dan hadir di muka bumi, Allah dengan segalagalanya akan diatur oleh kehendak Allah. Kata “Kehendak Allah” mengingatkan kita pada doa Yesus di taman Getsemani (Mat 26:42). Kata “kehendak” mengandung arti: harapan, keinginan, tujuan yang mau dicapai. Bila seseorang menginginkan sesuatu, ia akan berusaha dengan segala cara untuk memperoleh apa yang dia inginkan itu. Ia akan menyusun program dan strategi yang mendukung untuk terwujudnya keinginan itu. Keinginan atau harapan Allah tidak lain tidak bukan adalah MENEBUS UMAT MANUSIA DARI DOSA DAN KEMATIAN. Allah tidak ingin satu dari umatNya hilang. Allah sebagai BAPA berjuang untuk menyatukan kembali KELUARGANYA. Dengan ungkapan “Di atas bumi seperti di dalam Surga” di sini mau ditekankan bahwa betapa para murid diajak untuk ikut berjuang agar kehendak Allah itu dapat benar-benar terlaksana, bukan hanya nanti di akhir jaman atau di surga tetapi juga di bumi selama mereka masih hidup di dunia. Caranya adalah dengan membuat SINKRONISASI antara kehendak mereka dengan kehendak Allah sendiri. BERILAH KAMI REJEKI (ROTI) PADA HARI INI/SEHARI-HARI Bagian ini adalah bagian kedua dari Doa Bapa Kami, di mana permohonan mulai beralih kepada kebutuhan hidup para murid. Dimulai dengan “permohonan atas rejeki (roti). Apa maksudnya dari kata “rejeki” atau “roti”, apa manfaatnya bagi para murid?
Kata “hari ini” menjadi perdebatan keras di atara para ahli bahasa. Terjemahan pertama mengacu pada “makanan harian” atau “makanan untuk besok”. Makanan ini adalah yang dibutuhkan seseorang saat ini dan di sini. Terjemahan kedua adalah “makanan” yang bersifat eskatologis, yaitu apa yang mereka butuhkan untuk sampai pada hidup kekal yang akan datang. Kedua terjemahan ini masuk akal dan bisa diterima. Yang pertama mengacu pada hidup para murid di dunia, sedangkan yang kedua mengacu pada hidup para murid ketika mereka masuk ke dalam Kerajaan surga. Namun, kata “roti” dalam Injil Matius muncul 21x dan semuanya mengacu kepada makanan manusia sehari-hari. Roti atau makanan adalah kebutuhan manusia, situasi tanpa makanan membuat manusia menjadi begitu lemah dan ringkih sampai ancaman kematian. Tanpa makanan manusia bisa menjadi budak dari sesamanya bahkan membuat manusia jatuh dalam dosa seperti mencuri atau membunuh (melanggar perintah Allah). Dari fakta ini kita, permohonan tentang “roti atau rejeki sehari-hari” mengandung lagi-lagi ajakan untuk menyadari keterbatasan manusia. Kata “kami” juga merupakan ajakan untuk menyadari bahwa rejeki atau makanan yang kita terima dari Bapa bukanlah bersifat individu melulu, melainkan juga rejeki yang kita terima untuk bersama orang lain sebagai satu keluarga Allah. Kata “pada hari ini” bukan “semua hari atau setiap hari” juga menekankan bahwa betapa setiap orang memperoleh hak yang sama untuk menerima rejeki itu. Ini adalah ajakan untuk berbagi. Rejeki yang kita punya harus kita berikan juga kepada mereka yang berkekurangan.
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
5
AMPUNILAH KESALAHAN KAMI SEPERTI KAMIPUN MENGAMPUNI YANG BERSALAH KEPADA KAMI Kalimat ini terdiri dari dua bagian. Yang pertama adalah permohonan agar para murid diampuni oleh Allah karena dosa dan kesalahan mereka. Sedangkan yang kedua adalah keinginan para murid untuk mengampuni sesamanya yang bersalah kepada mereka. Dalam ayat 14-15 Yesus sekali lagi menegaskan betapa pentingnya bagian yang kedua, karena menjadi syarat untuk memperoleh pengampunan dari Allah. Dalam Mat 18 tentang perumpamaan pengampunan juga lagi-lagi. Rahasia yang terkandung dalam kalimat ini adalah para murid diajak untuk menyadari identitas mereka sebagai ANAK dari BAPA. Kehendak Bapa adalah menebus dan mengampuni dosa manusia. Para murid diajak untuk mempunyai sikap seperti Bapa mereka. Jadi identitas bukan hanya tempelan belaka tetapi sebagai undangan untuk menjadi sempurna seperti Bapa yang maha pengampun. Bapa itu maha baik dan pengampun, Anak-anaknya juga harus demikian. DAN JANGANLAH MASUKAN KAMI KE DALAM PENCOBAAN TETAPI BEBASKAN KAMI DARI YANG JAHAT. Ini adalah permohonan yang terakhir dari doa Bapa Kami. Dibagi menjadi 2 bagian. Yang pertama permohonan agar Bapa tidak memasukan mereka kedalam pencobaan. Yang kedua adalah permohonan untuk dibebaskan dari yang jahat. Bagian yang pertama menimbulkan perdebatan teologis yang hebat: apakah Bapa membawa anak-anakNya kedalam pencobaan? Dalam Perjanjian Lama, Allah memasukan umatNya ke dalam pencobaan untuk menguji iman mereka (Kej 22:1; Kel 15:25; 16:4, dll). Yesus sendiri dalam
6
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
Mat 4:1 juga dicobai oleh iblis sebagai bagian dari kehendak Bapa. Apakah Bapa sungguh tega memasukan anakNya ke dalam pencobaan, terlebih ketika pencobaan itu beruba pengalaman yang tidak menyenangkan. Tetapi Kitab Suci menggarisbawahi bahwa tidak ada satupun terjadi pada anak-anak, tanpa sepengetahuan Bapa. Bapa akan memberi kekuatan kepada anak untuk berjuang melawan cobaan yang datang. Permohonan yang pertama ini mengungkapkan kesadaran bahwa para murid masih sangat lemah dan penuh dengan keterbatasan. Mereka diajak untuk menyadari “kemanusiaan” mereka dengan segala kelemahannya. Para murid diajak untuk meminta Bapa untuk melindungi mereka dari pencobaan dan keadaan terpisah dari Bapa. Permohonan pertama dihubungkan dengan permohonan yang kedua dengan kata “TETAPI”. Para murid diminta untuk memohon kepada Bapa untuk melindungi dari yang jahat (harafiah: roh jahat, Inggris: EVIL). Roh jahat inilah yang terus menerus berusaha memisahkan Anak dari Bapa. Penutup Dari penuturan di atas kita telah melihat penjabaran panjang lebar tentang setiap makna dari kata-kata yang terdapat dalam doa Bapa Kami. Ternyata Doa Bapa Kami yang setiap hari kita doakan mengandung suatu kekuatan dasyat yang mampu menuntun kita sebagai orang beriman yang lebih baik, yaitu masuk dalam suatu relasi antara Bapa-Anak. Semoga dengan semakin menghayati doa Bapa Kami, kita yang mengaku sebagai orang beriman dapat semakin menampakkan dimensi iman itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Tuhan Yesus memberkati.
KOLOM UTAMA
TONG IMAN DALAM TAHUN IMAN Dkn. Lucky Nikasius
Tak sedikit nama “Iman” diguXVI (kini Paus emeritus) membuka Tahun nakan untuk menjadi nama pribadi. PalIman pada 11 Oktober 2012. Tahun Iman ing tidak nama itu disebut dalam tokoh diharapkan menjadi kesempatan untuk “Tong Iman” yang akrab di majalah AMI memperdalam iman dengan merenung(Anak Manis Indonesia). Entah majalah kan ajaran Gereja dan menghayatinya itu masih ada atau tidak secara baru dalam konteks namun ketika aku duduk di kehidupan yang senanSekolah Dasar, cerita Tong tiasa berubah. Dengan dahi Iman selalu menjadi baberkernyit tentu kita akan caan favoritku. Awal kisah bertanya apa kaitan tokoh biasanya Tong Iman yang Tong Iman dengan Tahun berbadan gendut tampil Iman? Jawabnya bukan sebagai orang yang sembrosekedar karena sama-sama no, nakal, dan malas. Namenggunakan kata iman. mun di akhir kisah terjadi Namun makna dari nama pertobatan yang berbuah www.indonesianpapist. Tong Iman yang berarti kebaikan dan nilai-nilai memegang iman atau beriman teguh rohani lainnya. Menarik untuk disimak senada dengan maksud Tahun Iman diadaadalah penamaan tokoh Tong Iman. Tentu kan. penamaan ini bukan tanpa arti atau makna. Untuk dapat beriman teguh, penuh Kata Tong dalam bahasa Inggris berarti to dan utuh diperlukan penghayatan. Kata seize, hold, or manipulate with tongs. Intidasar dari penghayatan adalah hayat yang nya kata Tong berhubungan dengan menjeberarti hidup. Iman harus dihayati dan dipit, memegang, atau mengenggam sesuatu. hidupi. Jangan sampai penghayatan iman Nama Tong Iman bisa jadi berarti memelengser yang berujung kematian iman. gang iman atau dengan kata lain beriman Agar kita dapat menghayati iman perlulah teguh. Mungkin penulis cerita Tong Iman untuk memahami arti kata iman. Terlalu mengharapkan agar pembacanya menjadi cepat apabila iman dimengerti hanya semakin beriman dari kisah-kisah yang sebatas tanggapan manusia atas wahyu Aldisampaikan. lah. Bagi ku iman adalah anugerah Allah. Kisah Tong Iman menjadi titik Firman Allah kepada Yeremia, “Sebelum pijak ku dalam merefleksikan Tahun Iman Aku membentuk engkau dalam rahim (Year of Faith) yang dicanangkan oleh ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan Gereja universal. Dalam rangka mempersebelum engkau keluar dari kandungan, ingati limapuluh tahun pembukaan Konsili Aku telah menguduskan engkau” (Yer Vatikan II dan duapuluh tahun publikasi 1:5). Kutipan ini tertoreh dalam sanubari Katekismus Gereja Katolik, Benediktus ku dan menegaskan bahwa Allah telah Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
7
lebih dahulu menyapa, mengasihi dan menguduskan manusia. Berkat rahmat Allah, manusia dengan kehendak bebas menjawab “Ya” kepada Allah. Penghayatan iman terungkap dalam keseharian hidup. Di sinilah aku mencoba merenungkan makna iman yang aku hidupi. Makna iman itu semakin kentara manakala iman kita dihadapkan pada misteri ilahi. Ya...begitu berat ku rasakan saat harus mengimani kehendak ilahi berhadapan dengan pengalaman wafatnya ayahanda terkasih. Ingin rasanya meneriakkan gejolak emosi yang tertahan di hati namun aku tak sampai hati. Jum’at, 2 September 2011, pukul 12.45 WIB, ayah menghembuskan nafas terakhirnya. Kala itu waktu seolah diam. Sementara sekujur tubuh ku bergetar. Dalam kesunyian aku mencoba menenangkan diri namun ketenangan diri menjadi langka kala itu. Menarik nafas panjang dan memejamkan mata tidak membawa dampak sedikit pun pada perasaan yang sungguh berkecamuk. Walau sudah setahun lebih berselang, pengalaman kehilangan ayah meninggalkan luka dalam. Pikiran dan doa yang ku ungkapkan bisa mengatakan “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan”. Namun hati ku tersayat pedih. Aku sungguh merasa terbantu untuk memulihkan diri berkat pengalaman adorasi yang rutin ku lakoni. Pengalaman kehilangan, pahit dan menyedihkan perlahan berubah menjadi pen-
galaman iman yang penuh pengharapan dan memberi kekuatan. Hening dihadapan sakraman Mahakudus mengobati luka dan menyembuhkan duka. Hingga aku bisa meneteskan air mata haru dan bahagia saat litani para kudus pada upacara tahbisan diakon. Kala itu pikiran ku melayang dan menghantar pada perjumpaan dengan sosok papa tercinta yang merangkul ku sambil mengucapkan selamat. Papa berbisik, “Selamat dan jadi imam yang baik yah”. Seketika itu derai air mata membasuh pipi ku begitu juga kini saat aku menuliskan kisah ini. Namun air mata itu bukan air mata kesedihan melainkan air mata iman. Ungkapan pengharapan penuh pada Allah yang sungguh mengasihi ku. Tema majalah “Teman Seperjalanan” kali ini terkait Tahun Iman. Bagi ku Tahun Iman bukan sekedar menjadi kumpulan teori prihal maksud dan penjelasan diadakannya Tahun Iman. Bukan pula berisi serangkaian analisis dengan pelbagai metode terkait surat apostolik Porta Fidei (Pintu Iman) yang dikeluarkan Benediktus XVI saat memaklumkan Tahun Iman. Makna Tahun Iman terungkap ketika relasi intim dengan Tuhan semakin terjalin mesra. Relasi intim itu dapat disinyalir melalui penghayatan iman dalam Ekaristi, Doa, dan pengalaman hidup sehari-hari. Apakah di Tahun Iman ini kita sudah menjadi Tong Iman (beriman teguh)? Mari kita temukan jawabannya.
“Tanda kemurahan hati Ilahi adalah damai dalam wajah kita, dalam mata kita, dalam kegembiraan kita, dalam sapaan hangat kita” Bunda Teresa
8
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
KOLOM UTAMA
Pasang Surut Hidup Beriman Fr. Joseph Biondi Mattovano
Pengantar Suatu kali seorang frater pernah ditanya oleh seorang pembimbing spiritual, “ Siapakah Yesus bagimu? Dari mana kamu mengenal Yesus untuk pertama kalinya?” Lantas sang frater tertegun sejenak dengan pertanyaan ini. Nampaknya sang frater agak kesulitan untuk menjawab. Ia buka kembali lembaran kisah masa lalu hidupnya dan ia memulai dengan memorinya sewaktu bayi ketika ia dibaptis. Rekaman memori inilah yang memberanikan sang frater untuk menjawab pertanyaan pembimbing spiritual itu bahwa kedua orangtuanya yang pertama kali memperkenalkan sesawi.net Yesus kepadanya. Lalu pertanyaan selanjutnya dengan mudah dijawab, Yesus baginya adalah seorang sahabat yang selalu ada di sisinya kapanpun dan di manapun. Ilustrasi kecil di atas menggambarkan sebagian kecil dari proses hidup menjadi seorang beriman Kristiani. Ketika kita sebagai seorang Kristiani ditanya “Siapakah Yesus bagiku?” jawaban ini tentu tidak bisa dijawab seperti kita menjawab pertanyaan dalam ujian matematika. Artinya, jawaban dari pertanyaan ini bukanlah suatu jawaban dari materi yang sudah kita pelajari dan dipadukan dengan rumus-rumus. Jawaban dari pertanyaan ini membutuhkan pengalaman iman. Pengala-
man kita sebagai manusia berelasi dengan Yesus Kristus yang adalah Tuhan bagi umat Kristiani. Hakekat dan Subjek Iman Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita melihat hakikat pengertian dan subjek iman itu sendiri. Iman (Bahasa Latin: credere [dipecah menjadi cor + dare] cor- berarti hati dan dare- berarti memberi) berarti memberikan atau menganugerahi hati. Pengertian dasar dari iman adalah sikap atau pernyataan percaya bahwa segala apa yang diwahyukan Allah adalah benar, bukan pertama-tama karena bisa dipahami secara masuk akal oleh budi manusia, namun terlebih karena pengakuan akan otoritas Allah yang menyatakannya. Oleh karena itu, iman adalah “dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (bdk. Ibrani 11:1). Tentu saja kalau mau ditelaah satu per satu hakikat pengertian dari iman mempunyai begitu banyak makna. Pertanyaan yang acapkali mengusik hati kita sebagai seorang beriman adalah “Bagaimana saya bisa percaya kepada Allah yang tidak terlihat?” Manusia sebagai subjek dari iman mempunyai dua aspek yang membantu manusia sampai
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
9
pada pengakuan pada wahyu Allah, yakni Jakarta, penulis semakin dihadapkan aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif dengan pertanyaan kritis yang menyangkut dalam hidup beriman memang membupertanyaan atas hidup beriman. Dengan tuhkan peran dari akal budi (ratio), namun demikian, menghayati iman untuk sampai apa yang diwahyukan Allah tidak serta kepada hidup beriman yang sejati masih merta dapat dipahami secara nalar dan akal menjadi suatu perjuangan dan pergumusehat. Di sini aspek afektif mempunyai lan. Gereja sendiri menaruh harapan yang peranan yang berarti dalam hal pengakuan besar pula pada proses studi filsafat bagi akan kehadiran dan peran serta Allah yang pembinaan (calon) imam. Tinjauan studi tidak kelihatan. Segi afektif yang dimiliki filsafat hendaknya menghantar para semisetiap manusia menggerakkan hati untuk naris untuk sampai pada pengertian yang mencari pengetahuan dan menemukan mantap dan koheren tentang manusia, dupengalaman akan Allah di balik pengalania, dan Allah (Optatam Totius 15). Denman hidup sehari-hari. Sekigan kata lain, studi filsafat ranya baik kalau kita “menyeyang dijalankan oleh para derhanakan” pemahaman hidup calon imam diharapkan beriman kita dengan meminjam sampai pada integritas istilah Anselmus dari Cantebury total dalam relasinya denyang termashyur “fides quaegan Tuhan, manusia, dan rens intellectum” (iman mencari alam. Filsafat mengajak pengetahuan). Anselmus mesiapa saja yang mempenambahkan pula bahwasanya lajari dan mendalaminya iman itu memiliki dua ciri atau untuk mencintai (philo-) dimensi: objektif dan subjektif; kebijaksanaan (-sophia). tindakan iman (fides qua) dan isi Kebijaksanaan ditemukan iman (fides quae). melalui kebenaran yang Isi dari iman (fides harus dicari, dikaji dan quae) mengacu pada kebenaran dibuktikan melulu menuobjektif apa yang kita imani. rut kenyataan, sementara Sekalipun kedua ciri atau dibatas-batas pengetahuan gustava-situmorang.com mensi iman ini tidak bisa dipmanusiawi diakui dengan jujur isahkan. Akan tetapi, penulis membatasi (OT 15). Terus terang, mempelajari filsafat tulisan ini dengan suatu tawaran bagaimamenyita banyak waktu untuk membaca, na membangun sikap dan tindakan sebagai memahami, dan akhirnya menuliskan seorang beriman (fides qua). Hal ini mekembali apa yang telah menjadi sejarah mang lebih mengarah pada dimensi subpemikiran dari zaman Yunani kuno sampai jektif dari iman. Pendek kata, bagaimana masa kini (kontemporer). Lantas, pemikikita bertindak dan bertingkah laku secara ran-pemikiran yang telah membentuk konkret dengan Tuhan dan sesama dalam dunia filsafat ini diterapkan dan dikaitkan hidup sehari-hari amat menentukan kedengan kehidupan manusia, dunia, alam dalaman iman kita. semesta, dan Allah. Beriman dan Belajar Memasuki tahun kedua studi filsafat, sebagai calon imam Keuskupan Agung
10
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
”Credo ut intelligam” Ungkapan yang pernah disampaikan oleh Anselmus dari Cantebury
ini berarti “Saya percaya agar saya bisa memahami”. Anselmus sedikitnya mau menunjukkan dua hal penting dari ungkapannya ini, yakni: perlunya iman dalam pengetahuan akan kebenaran religius dan kebenaran moral, serta perlunya akal budi supaya tidak buta dalam iman. Perjalanan refleksi iman Anselmus pada masa abad pertengahan sedikit banyak menghibur penulis yang sedang bergulat dan bergumul dengan studi filsafat dan membangun hidup beriman. Kesibukan studi filsafat yang menywartamaranata.blogspot ita banyak waktu acapkali membuat penulis lupa dan bahkan meninggalkan hidup doa. Di sinilah muncul pergumulan yang terus menerus menjadi bahan refleksi pribadi yang amat kontekstual dengan kehidupan di Jakarta. Belum lagi, untuk memahami teks bacaan para filsuf tertentu yang terlampau sulit dan menguras otak seringkali juga memunculkan kecemasan hebat menjelang ujian. Segala rasio (akal budi) betul-betul diasah ketika mendalami filsafat sampaisampai waktu menjadi amat relatif karena terasa cepat berlalu. Tidak jarang ketika bergulat dengan teks bacaan atau pemikiran filsafat, kita mempertanyakan sesuatu yang mungkin bagi kita tidak perlu ditanyakan atau tidak pernah terpikir untuk dipertanyakan, seperti “Apa itu ada?” Bahkan, pertanyaan yang mendasar dalam dunia filsafat juga bisa membawa kita sampai pada pertanyaan “Apakah Tuhan itu benar-benar ada?” Sebagai orang beriman, pertanyaan tentang adanya Tuhan tentu bisa disanggah. Akan tetapi, kalau tidak hati-hati, yang terjadi justru malah
sebaliknya. Lagi-lagi, pernyataan ini masih perlu dikaji lebih dalam tataran kognitif dalam hidup beriman. Kita kembali lagi dengan ungkapan iman dari Anselmus, “Saya percaya agar bisa memahami.” Kalau ungkapan ini ditelaah, rasa-rasanya iman ditempatkan sebagai tujuan utama untuk sampai pada kepercayaan akan Tuhan. Penulis percaya terlebih dahulu kepada Tuhan, setelah itu pengetahuan dan pemahaman akan Tuhan dikembangkan melalui kemampuan intelektual. Hal-hal tersebut dapat dilakukan seperti membaca bukubuku rohani, mengikuti kuliah teologi, seminar, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, yang lebih diutamakan dan perlu lebih dikembangkan dalam penghayatan iman adalah pengalaman bersama Tuhan dalam hidup keseharian penulis sebagai seorang calon imam Keuskupan Agung Jakarta. Kebiasaan untuk merefleksikan pengalaman hidup sehari-hari membantu penulis untuk sampai pada pengalaman dan perjalanan bersama dengan Tuhan. Tentu saja, kebiasaan untuk refleksi perlu diintegrasikan dengan kebiasaan membangun hidup rohani seiring dengan menumbuhkan semangat dan komitmen pribadi. Artinya, secara sadar selalu berusaha untuk menyediakan waktu untuk Tuhan di tengah kesibukan belajar filsafat. Dari pergumulan inilah, penulis semakin menghayati bahwa tidak ada pengalaman hidup yang sia-sia kalau terus menerus direfleksikan sebagai suatu perjalanan bersama dengan Tuhan.
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
11
“Kalau kita sibuk untuk menilai dan mengadili orang lain, kita tidak mempunyai waktu untuk mencintai� Bunda Teresa Simbol “Salib� sebagai Semangat Hidup Beriman Sebagaimana pemazmur dengan sangat indahnya menggunakan kiasan/ simbol untuk mengungkapkan imannya supaya siapa saja yang merenungkannya dalam hati menjadi tersentuh. Secara sederhana, penulis sering menggunakan simbol hidup beriman itu dengan bentuk salib. Bentuk salib sangat sarat dengan perpanjangan garis lurus vertikal (atas ke bawah atau bawah ke atas) dan horisontal (menyamping, membentang). Garis vertikal melambangkan relasi antara Allah dengan manusia. Allah mewahyukan diri melalui Yesus Kritus kepada manusia. Lantas, manusia menanggapi wahyu yang diturunkan oleh Allah sebagai iman. Perpanjangan garis horisontal yang melintang dan membentang melambangkan bagaimana relasi manusia dengan sesama manusia. Relasi antara sesama manusia dapat semakin diwujudnyatakan dalam persaudaraan sejati. Antara iman dan persaudaraan sejati dapat ditarik tali pertemuannya dalam KASIH. Iman itu bertumbuh apabila ia dihidupi sebagai pengalaman kasih yang sudah diterima, juga bila ia dikomunikasikan sebagai suatu pengalaman rahmat dan kebahagiaan (Porta Fidei 7). Kasih yang kita terima sebagai umat beriman secara nyata terwujud dalam pribadi Yesus Kristus yang tergantung di kayu salib. Tiada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang sahabat yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (bdk. Yohanes 15:13). Di sinilah
12
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
letak keutamaan teologal (iman, harapan, dan kasih) yang perlu dikembangkan sebagai seorang Kristiani. Penutup Akhirnya, penulis boleh mensyukuri perutusan studi filsafat yang dijalaninya sebagai suatu pengalaman rahmat dan kasih. Sebagai seorang beriman, pengalaman rahmat dan kasih ini menjadikan penulis sebagai pribadi manusia yang dimampukan oleh kekuatan Tuhan untuk menjalani perutusan. Dari hari ke hari, penulis merasa semakin dimampukan oleh Tuhan untuk melampaui segala rasa suka-tidak suka, senang-tidak senang mempelajari filsafat. Harapan selanjutnya, kiranya penulis diajak olehNya untuk semakin hari menjadi pribadi yang semakin rendah hati dan taat dalam menjalani perutusan apapun yang dipercayakan oleh formator. Dengan menjadi pribadi yang semakin rendah hati, penulis kembali diingatkan bahwa iman kepercayaan menuntut pertanggungjawaban sosial atas apa yang diimani. Seorang Kristiani tidak pernah boleh berpikir bahwa beriman adalah urusan pribadi saja (PF 10), namun erat pula dalam membangun relasi dengan teman sepanggilan, formator, keluarga, umat, dan masyarakat. Dengan demikian, hidup beriman di tengah pasang surutnya, tetap harus dijalani sebagai suatu proses perjuangan yang tidak pernah selesai sampai kita mempertanggungjawabkannya di hadapan Dia yang kita imani. SEKIAN
SHARING PASTORAL
Tahun Iman dalam Kontekstualisasi Hidup Sehari-hari: Antara Tantangan dan Harapan RP. Y.B. Isdaryanto, SVD
Pengantar Selama Tahun Iman yang dimulai 11 Oktober 2012 lalu sampai dengan 24 November tahun ini, ada banyak kegiatan yang dilakukan oleh umat Katolik. Mulai dari kegiatan sederhana sampai dengan kegiatan berat yang sifatnya ilmiah serta digagas oleh kelompok tertentu. Itu semua baik dan memang harus dibuat supaya iman semakin memiliki makna di dalam hidup manusia. Tetapi tentu saja tidak boleh berhenti pada wacana. Iman harus berbicara didalam hidup sehari-hari, membantu manusia menemukan makna hidupnya dan akhirnya sampai kepada pengalaman pribadi akan cinta Allah. Judul yang tertulis itu merupakan tawaran dan sekaligus permintaan dari redaksi majalah “Teman www.wallsave.com Seperjalan.� Pada intinya mau bicara soal iman di dalam Tahun Iman ini. Masalah iman memang begitu kompleks. Poin-poin yang akan dibahas dalam tulisan ini antara lain berkaitan dengan iman itu sebagai anugerah dari Tuhan, iman yang tidak terpisahkan dari dua keutamaan teologal harapan dan kasih, iman itu hendaknya kontekstual (sesuai konteks), iman itu akan menjadi kuat kalau ada tantangan. Tanpa tantangan iman itu akan mandul. Dan akhirnya saya akan menarik kesimpulan yang merupakan refleksi dari apa yang telah saya bahas.
Iman itu Anugerah Tuhan Dari mana munculnya iman? Apakah iman itu dari manusia atau dari Allah? Lalu bagaimana peran Allah setelah manusia memiliki iman? Mengapa manusia perlu beriman? Dan mengapa ada manusia yang tidak beriman? Dan sebagainya. Itulah beberapa pertanyaan yang kadang kita dengar dan dari pertanyaanpertanyaan tersebut kita bisa melangkah lebih dalam lagi di dalam mengerti dan mendalami iman. Iman sering muncul dari kesaksian akan hidup seseorang yang memiliki hubungan intim dengan Tuhan dan juga dari pendengaran akan kisah pengalaman hidup. Pendengaran muncul dari Sabda Tuhan. Tidak seorang pun yang dapat datang kepada Yesus kalau Bapa tidak berinisiatif. Ini berarti bahwa iman itu datangnya bukan dari manusia pertama-tama, tetapi dari Allah. Mungkin baik kita kembali kepada dinamika pewahyuan dan iman. Allah adalah kasih (1 Yoh 4: 8 ... Deus est caritas) dan Ia ingin kasihNya itu dialami oleh manusia dan ciptaan (bdk. Yoh 3: 16 “Begitu besar kasih Allah kepaa dunia sehingga Ia memberikan PuteraNya yang tunggal supaya manusia memeroleh hidup yang berlimpah atau penuh!). Kasih itu dinyatakan kepada manusia oleh Tuhan. Prosesnya lama dan panjang, awalnya lewat utusan-utusan AlTeman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
13
lah seperti para nabi dan tokoh-tokoh suci, dan pada akhirnya Allah berbicara lewat anakNya yang terkasih, yaitu Yesus (Ibr 1: 1-4). Inilah pewahyuan atau revelasi dan manusia menjawab serta menanggapi wahyu Tuhan dan inilah iman. Dan iman itu adalah anugerah Tuhan. Sebagai anugerah, sudah selayaknya iman perlu disyukuri dan dikembangkan serta dipertanggungjawabkan kembali kepada SangPemberi iman. Caranya yaitu dengan membiarkan iman itu berkembang, berbuah melimpah, disirami dengan sabda Tuhan dan Roh Kudus. Dengan demikian bukan hanya sang penerima iman itu yang akan menikmati hasilnya, tetapi juga lingkungan di mana ia tinggal. Buah-buah iman itu ibarat tanaman buah-buahan yang semakin baik akan semakin menyegarkan dan menjadi kekuatan batin (inner power) bagi yang memilikinya maupun inspirasi bagi yang hidup bersamanya. Kalau kita mengambil bahasa energi, iman itu ibarat energi sentri fugal (dari pusat menyebar ke segala penjuru). Iman, Pengharapan dan Kasih Santo Paulus mengatakan bahwa ada banyak karunia tetapi dari Roh yang satu dan sama serta karunia-karunia itu selalu untuk pembangunan jemaat (1 Kor 12: 4-7). Namun ada tiga hal yang besar dan penting, yaitu iman, pengharapan, dan kasih; dan yang terbesar adalah kasih (1 Kor 13: 13). Itulah yang disebut sebagai tiga keutamaan teologis. Yaitu keutamaan atau kekuatan yang diberikan oleh Tuhan untuk membuat hidup manusia semakin sempurna dan semakin ilahi. Semakin ilahi, manusia itu juga semakin manusiawi. Kasih adalah hukum tertinggi di dalam Kerajaan Allah, di dalam kehidupan murid-murid Yesus. Maka tidak mengherankan bila Paus Emeritus Bendictus XVI mengeluarkan ensiklik pertamanya dengan
14
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
judul Allah adalah Kasih (Deus est Caritas). Setelah itu menyusul ensiklik mengenai Pengharapan yang menyelamatkan atau diselamatkan dalam pengharapan (Spe Salvi) dan ensiklik ketiga yaitu “Caritas in Veritate� atau Cinta Kasih di dalam Kebenaran. Ketiga Ensiklik jelas berkaitan. Harapan itu menuju ke depan, menuju ke hidup yang akan datang. Dan yang namanya waktu yang akan datang itu tidak pernah jelas seratus persen kecuali satu, yaitu kematian. Itulah masa depan kita yang paling pasti dan paling jelas. Pengharapan membuat orang optimis menghadapi waktu yang akan datang. Imanlah yang membuat orang punya pengharapan kuat dan juga kasih itu membuat orang berani berkorban dan memberikan diri secara tuntas. Itulah yang dilakukan Sang Kasih dan Sang Pemberi iman dan Harapan, yaitu Yesus Tuhan kita. Seluruh perjalanan atau peziarahan kita adalah untuk meneladan Dia. Maka kita perlu beridentifikasi dengan Nya (identifikasi = membuat sama) dalam hal perasaan, pemikiran dan dalam menanggapi realitas. Biarpun kita sebagai manusia penuh dengan keterbatasan, tetapi Tuhan memampukan kita dengan keutamaankeutamaan teologis tersebut. Iman itu Kontekstual Yang dimaksudkan dengan iman itu kontekstual adalah bahwa iman itu berkembang tidak pernah jauh dari lingkungan atau habitat di mana orang yang beriman itu tinggal. Iman selalu terkait dengan realitas. Ini berkaitan dengan pengalaman pribadi akan Allah. Allah menyatakan diri selalu kontekstual, tidak jauh dari dunia di mana pribadi beriman itu berasal atau hidup. Misalnya: Musa dipanggil dalam situasi dan konteks bangsanya. Sama dengan pewahyuan Tuhan
selalu kontekstual juga. Allah memanggil seseorang sesuai dengan kondisi orang tersebut. Allah tidak mau orang terasing dari dirinya dan lingkungannya. Maka kalau orang lupa atau menyangkal asalusulnya, ini sebenarnya awal dari krisis dalam hidupnya. Identitas menjadi kabur dan pasti akan sulit menemukan jati dirinya siapa dia. Karena itu skema tiga R (3R) yaitu realitas, refleksi dan respons penting untuk tumbuh dan berkembangnya iman seseorang. Apa yang dimaksudkan dengan skema 3R? Kita bisa menjelaskan dengan memberi contoh. Misalnya: situasi wilayah KAJ adalah sangat kompleks yang diwarnai dengan adanya multi etnis (hampir semua suku yang ada di Indonesia ada ditambah dari bangsabangsa lain), kejahatan yang tingkatnya sudah parah dan bermacammacam, situasi politik yang pasang surut, jurang antara yang pascalinaworpress kaya dan yang miskin lebar dan dalam, banyak orang di wilayah KAJ yang individualistis, konsumtif gaya hidupnya, dsb. Itulah realitas wilayah KAJ. Pribadi beriman perlu menghadapi realitas tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana imanku berbicara menghadapi realitas masyarakat dan situasi yang ada di KAJ saat ini? Apa yang bisa dibuat oleh orang beriman dalam situasi KAJ semacam itu? Iman merefleksikan situasi tersebut. Barulah refleksi yang keluar itu sebagai jawaban atas kebutuhan situasi tersebut. Maka Arah Dasar KAJ dan Aksi Puasa Pembangunan tahun 2013 ini dirumuskan demikian:“Makin beriman, makin bersaudara dan makin berbela rasa.�Dan umat beriman di KAJ bisa
merespons lain yang lebih banyak lagi. Dan mestinya juga masih banyak hal yang bisa dibuat sebagai perwujudan imannya. Tantangan Yesus dulu dan kita pada jaman sekarang polanya sama, hanya beda zaman. Belarasa (compassion) tetap dibutuhkan bukan hanya paa jaman Yesus tetapi juga pada jaman sekarang ini. Sehingga kalau cara berefleksi memakai 3R itu merasuk dalam diri pribadi beriman, maka iman itu akan makin berbicara. Ibaratnya seperti spiral, makin dalam dan makin kuat dan makin berbicara serta kontekstual. Sehingga anjuran dari penulis surat Yakobus ini (Yak 2: 14-26) akan terwujud melalui orang-orang beriman di wilayah KAJ. Iman Diuji dalam Tantangan Paul G. Stoltz dalam bukunya “Adversity Quotient� memerkenalkan satu kecerdasan lain, yaitu kecerdasan terhadap tantangan. Tantangan itu bisa membuat orang loyo dan tidak punya semangat, tetapi bisa juga membuat orang kuat dan tahan banting. Dalam bahasa spiritualitas mungkin inilah yang disebut dengan spiritualitas salib. Salib sering dipakai secara dangkal. Sedikit kesulitan dalam hidup dengan gampangnya disebut sebagai salib. Seseorang baru kena sakit flu dan sudah mengatakan bahwa itu salib hidupnya yang harus dia pikul. Salib baru merupakan salib kalau tidak ada jalan ke luar; ibaratnya orang maju kena mundur kena. Dan salib baru merupakan salib kalau memberi kehidupan dan pengharapan pada seseorang atau orang lain serta lingkungan. Kalau hal itu tidak memberikan kehidupan dan harapan, itu bukan salib, tetapi beban hidup. Sehingga orang Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
15
bukan lagi memanggul atau memikul salib malahan, tetapi “menyeret salib.� Ibarat emas atau keramik yang indah itu bermutu atau tidak setelah diuji di dalam api yang panas, demikian pula iman itu diuji melalui kesulitan dan tantangan dalam hidup. Sebagaimana sebuah pohon besar pasti lebih tahan angin, demikian pula iman yang kuat pasti sudah teruji melalui sekian banyak kesulitan. Orang-orang yang bermutu dan matang biasanya juga lahir dari tantangandan kesulitan. Misalnya Beato Yohanes Paulus II menjadi kuat karena tekanan komunis dari Rusia dan Polandia waktu itu. Penutup Kita sudah menjalani dan mengisi Tahun Iman dalam beberapa bulan. Tahun Iman tidak selesai nanti pada 24
16
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
November 2013 (Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam). Sebagai suatu program dan gerakan bersama memang sampai tanggal tersebut, tetapi yang jelas iman akan terus berbicara di dalam hidup orang beriman murid-murid Yesus. Imanlah yang akan membuat orang berani berubah, bertobat, manatap masa depan dengan penuh optismisme. Semoga Tahun Iman yang digagas oleh Paus Emeritus Benedictus XVI ini menjadi awal dan sekaligus motivasi bagi kita untuk semakin beriman. Beriman secara bersungguh-sungguh memang indah tetapi tidak gampang, tetapi mari kita optimis karena Tuhan selalu menyertai kita. Dialah nahkoda kapal hidup kita yang kadang terombang-ambing.
SHARING FRATER Para Malaikat-Malaikat Kecil Menuntun ‘kegalauanku’ dalam membimbing Legio Yunior Pengalaman asistensi pendampingan presidium yunior di Cilincing Fr. V. Budi Nahiba Saya teringat ketika saya pertama kali datang ke Paroki Salib Suci-Cilincing dalam rangka asistensi weekend paroki pada tahun 2011 yang lalu, salah satu tugas asistensi yang diberikan oleh pastor paroki adalah pendampingan Legio Maria(LM). Setelah saya mendapatkan tugas perutusan dari romo paroki, dalam hati kecil terbesit bahwa saya akan mempunyai sedikit kemudahan dalam berpastoral dengan LM. Hal ini disebabkan karena saya merasa telah mempunyai pengalaman dalam LM (saya pernah bergabung dengan presidium mahasiswa Atma Jaya dan alumni mahasisiwa sepuluh tahun yang lalu). Namun, semua perkiraan akan kemudahan dalam menangani LM menjadi tersendat-sendat. Saya menjadi sedikit shock(kaget) dengan yans80.blogspot keadaan awal presidium senior di sana. Ketika saya bertemu dengan perwira presidium, saya menanyakan kepada perwira tersebut, berapa jumlah anggota LM dan kapan kita bisa rapat LM? Mereka menjawab, ”frater, kami sedang bingung dalam menentukan rapat LM dan juga tidak bisa menentukan secara pasti berapa jumlah anggota LM? Kemudian, saya mencoba untuk mempromosikan LM kepada orang muda Katolik(OMK) di Salib Suci. Setiap minggunya,saya tidak jemu-jemu untuk
mengajak mereka untuk ikut LM, akan tetapi tidak ada satupun OMK yang tertarik dengan LM. Setelah saya melihat dan menyaksikan keadaaan presidium ini, saya menjadi “galau” akan situasi dan kondisi presidium ini. Saya bertanya dalam hati, apa yang bisa saya lakukan untuk mereka? Dalam kegalauan akan Legio Maria disana, tiba-tiba saya teringat akan asisten pembimbing rohani legio saya dulu ketika di presidium Atma Jaya, Suster Irene, SFIC (yang sekarang menjadi provinsial SFIC). Presidium kami dulu juga pernah mengalami kemunduran dan krisis anggota serta perwira. Suster Irene hanya datang untuk rapat setiap minggu dengan kesetiaannya dan berdoa bersama kami. Dari pengalaman awal kegalauan bersama Legio Maria Salib Suci ini, saya baru menyadari bahwa posisi saya sekarang adalah asisten pembimbing rohani dan bukan seorang perwira aktif seperti dulu di Atma Jaya. Tugas utama asisten pembimbing adalah mendampingi para anggota dalam suka dan duka serta berdoa bersama mereka dalam kegembiraan atau kesulitan. Terima kasih Tuhan, Terima Kasih Bunda Maria, melalui pengalaman kekecewaan dalam mengurusi kekrisisan anggota LM, Engkau menyadari diri saya bahwa saya adalah seorang frater(calon imam) dan asisten pembimbing rohani untuk presidium yang sedang mengalami krisis Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
17
keanggotaan dan kerohanian. Saya merasa seakan-akan saya ditampar oleh Allah bahwa bukan saya mengatur LM tapi Allah yang punya kuasa untuk mengatur LM. Bukan saya yang merancang LM tapi Allah yang merancang LM. Rancangan-Ku bukan rancanganmu Budi!!! Datanglah Malaikat kecil Setiap minggu kami berusaha mencari anggota yang baru dengan berbagai cara. Namun, hasil yang kami dapatkan sia-sia. Tidak ada satupun anggota baru yang kami dapatkan. Namun, setelah para perwira berusaha setelah tiga bulan, mereka mendapatkan inspirasi dengan mengajak anak bina iman remaja(BIR) dalam mengikuti rapat LM. Mereka melakukan ‘turba’(turun ke bawah) dengan menjemput anak BIR di rumahnya masing-masing serta meminta ijin kepada orang tuanya (ternyata orang tua BIR itu mantan legioner sehingga perijinan menjadi mudah dan gampang). Bunda Maria mengirimkan ‘malaikat-malaikat kecil’ anggota-anggota baru yang terdiri dari anak-anak SD Pada awalnya yang datang hanya tiga anak, kemudian berkembang menjadi tujuh sampai sembilan anak, dan sekarang para yunior tersebut menjadi tulang punggung presidium Tahta Kebijaksanaan. Kami mengadakan rapat LM setiap hari Sabtu jam empat di Gua Maria. Dan pada waktu yang sama itu juga ada kegiatan olahraga futsal yang diadakan oleh misdinar dan OMK. Kadang kala, saya menjadi “galau”, apakah saya mengikuti rapat LM bersama dengan anak yunior atau bermain futsal dengan misdinar. Dalam pergulatan kegalauan dalam mengikuti kedua kegiatan tersebut, tiba-tiba ibu dapur yang ada di pastoran Cilincing, memberitahukan kepada saya bahwa jam setengah empat yang lalu, ada anak-anak yang mengetok pintu pastoran dan menanyakan apakah
18
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
frater sudah ada di pastoran atau tidak. Oh, ternyata Tuhan mengirimkan malaikatmalaikat kecil(anak-anak yunior) untuk mengingatkan saya akan LM. Kegalauan ketiga - Alukusio Setelah presidium kami kedatangan para malaikat kecil, saya sendiri mengalami kesulitan dalam menyampaikan alukusio kepada anak-anak dan perwira presidium. Sejujurnya saya tidak mempersiapkan diri untuk memberikan renungan kepada presidium yunior. Saya sendiri menjadi ‘galau’ akan suasana rapat yang hiruk pikuk ini. Akan tetapi, para perwira LM selalu mengingatkan kepada saya, “frater, maklum presidium kita banyak anak-anak, dulu kami juga seperti mereka, kita perlu sabar dan enjoy...”. Ketika saya menyampaikan komplain tentang kesulitan untuk menyampaikan alukusio. Para perwira memberikan saran kepada saya untuk menyampaikan renungan dengan memberikan contoh-contoh atau cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan pesan Injil. Dalam kegalauan dalam alukusio untuk yunior, saya teringat akan pesan Santo Ignasius Loyola,’Masuk dari Pintu mereka dan keluar dari pintu kita”. Dari refleksi alukusio ini, saya belajar untuk siap sedia dan tanggap untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi lapangan yang real pada saat itu. Berbagai ilmu pengetahuan teologi, Kitab Suci dan filsafat yang saya dapatkan dari bangku kuliah perlu diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan presidium. Bukan presidium yang mengikuti selera saya, namun saya yang perlu ‘adjust’ dengan presidium yunior. Terima kasih Tuhan, Terima Kasih Bunda Maria Engkau mengirimkan malaikat-malaikat kecil untuk menuntun panggilanku menjadi Abdi-MU
SHARING FRATER
Imanmu Telah Menyelamatkan Engkau (Refleksi Probasi Luar Sebagai Kuli Bangunan) Oleh: Fr. Stefanus Tino D. Prasetiyo
Don’t Be Afraid “Don’t be afraid”, merupakan ungkapan yang cukup populer dari Beato Yohanes Paulus II. Ungkapan tersebut, saya batinkan selama menjalani masa probasi luar (semacam praktek kerja) sebagai kuli bangunan di Perumahan Permata Buana, Puri Kembangan-Jakarta Barat. Saya belum pernah membayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang kuli bangunan, tetapi pada kesempatan masa probasi luar ini, Tuhan memberi kesempatan kepada saya menjadi kuli bangunan. Dengan demikian, kini saatnya untuk tidak lagi berpikir dan membayang-bayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang kuli bangunan tetapi wujud konkretnya telah kualami dalam masa probasi luar ini. Selama 28 hari yang dimulai dari tanggal 1-28 Februari 2013, saya menjalani masa probasi luar bersama Fr. Bondi dan Fr. Reja. Setelah mengetahui bahwa saya akan menjalani probasi luar di Perumahan Permata Buana, Puri Kembangan-Jakarta Barat, tidak banyak hal yang saya persiapkan. Hanya hal-hal sederhana saja yang saya persiapkan, salah satunya adalah persiapan batin yang disertai dengan doa. Dari awal, saya memang tidak tahu perkejaan apa yang akan saya kerjakan nantinya, bagaimana kondisi dan situasi di tempat kerja, dan sebagainya. Demikian usaha saya untuk membatinkan sebuah ungkapan don’t be afraid dari Beato Yohanes Paulus II yang membuat saya terus melangkahkan kaki menuju tempat probasi. Tugas perutusan probasi luar
semacam ini adalah pengalaman pertama dalam hidup saya. Sebelum berangkat, sempat “terbesit” dalam benak pikiran saya demikian, “apakah nantinya saya mampu menjalani tugas perutusan probasi luar ini selama kurang lebih satu bulan penuh?” Segera setelahnya, saya menyadari bahwa pikiran demikian muncul atas dasar gerakan dan bisikan roh jahat yang justru membuat saya semakin terkungkung dalam pikiran negatif. Kesadaran ini mengingatkan pada sebuah motto penjubahan angkatan saya yakni “In Finem Omnia” (= mencapai garis atau tujuan akhir). Dalam hal ini, In Finem Omnia saya artikan sebagai suatu usaha yang maksimal dalam diri saya selama menjalani tugas perutusan probasi luar sampai selesai. Motto ini senantiasa saya batinkan dalam hati sebagai bentuk motivasi yang kuat selama menjalani tugas perutusan probasi luar ini. Pada Awalnya Jumat, 1 Februari 2013, kira-kira pk. 08.00 WIB, saya tiba di tempat probasi yaitu Perumahan Permata Buana, Jl. Pulau Genteng Blok Q1/17, Puri Kembangan-Jakarta Barat. Kalau dilihat dari fisik bangunan, sebuah rumah tinggal di tempat probasi sedang dalam tahap finishing. Meski demikian, masih banyak hal yang perlu dibenahi, di cat ulang, di semen, dan sebagainya. Awal perjumpaan dengan para pekerja, saya dan kelompok dikenal sebagai utusan dari gereja. Dalam perjalanan waktu, ada beberapa pekerja Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
19
lain yang bertanya mengenai identitas dan kami memperkenalkan diri sebagai mahasiswa yang sedang menjalankan tugas PKL (Praktik Kerja Lapangan). Kuliah di STF jurusan ilmu sosial dan tinggal nge-kost di daerah Rawasari. Dalam bidang kerja proyek bangunan ini, ada banyak pekerjanya dan dibagi dalam dua kategori yang dikenal dengan istilah tukang dan kenek. Pada hari pertama datang, saya langsung bekerja dan Pak Sarna (salah seorang yang dituakan yang menjadi wakil mandor) meminta saya untuk memilahmilah barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi (sisa potongan kayu & besi, puing-puing marmer, sampah makanan & kertas semen, kawat, pipa, dan lain-lain) yang ada di depan pelataran kolam ikan. Pada prinsipnya bekerja dengan hati-hati dan pelan-pelan karena bekerja longhafiz.com di sebuah proyek bangunan rentan tergores atau bahkan menginjak benda-benda tajam seperti paku, potongan marmer yang kecil & tajam apalagi berkarat. Setelah selesai, saya menyapu lantai di lantai tiga dan harus pelan-pelan supaya kotoran debunya tidak terbang ke manamana. Jam kerja dimulai pk. 07.30 – 16.30 dan diberi waktu makan siang & istirahat selama satu jam (12.00-13.00). Pernak-pernik Probasi Luar “Sekarang tolong angkat adukan semen ke mang Atim di area kolam renang, ya!� Begitulah salah satu contoh pekerjaan yang saya lakukan. Selain itu, masih ada aneka ragam pekerjaan lainnya, misalnya membersihkan dan memindahkan sisa puing marmer, mencangkul tanah, membersihkan ruangan-ruangan di lantai tiga dan empat, dan masih banyak lagi lainnya.
20
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
Harus saya akui bahwa ketahanan fisik sangat diperlukan dan dibutuhkan dalam pekerjaan seperti ini. Beratnya adukan semen, naik-turun tangga, panasnya terik matahari yang menyengat kulit, kondisi fisik yang menurun terkadang membuat saya merasa lelah, letih, dan bosan. Selain pekerjaan yang berat, kondisi MCK (mandi, cuci, kakus) dan tempat tidur yang sederhana juga saya alami. Meski demikian, saya merasa bersyukur mendapat kesempatan untuk merasakan situasi yang terbatas dan apa adanya yaitu dengan tempat mandi yang terbuka dengan selang air dan tempat buang air besar yang hanya di tutup triplek. Melihat kenyataan yang demikian, saya mampu untuk segera beradaptasi dan menerima keadaan dengan tulus hati. Dengan demikian, saya dengan mudah menikmati rutinitas MCK dengan enjoy. Hari demi hari, pekerjaan demi pekerjaan saya lakukan dengan gembira serta sukacita sambil membangun relasi ,mengenal, dan menjalin persaudaraan dengan para pekerjanya. Persaudaraan yang terjalin ini semakin hari semakin mendalam dan akrab. Rasa persaudaraan ini dapat terjalin melalui pekerjaan sehari-hari, jalan-jalan sore, menonton tv, dan bincang-bincang satu dengan yang lainnya. Ada beberapa diantara para pekerja memiliki hubungan keluarga, entah kakak, adik, ayah, anak, atau kemenakannya. Asal mereka tersebar dari beberapa kecamatan yang berbeda-beda tetapi dalam satu kabupaten Ciamis. Bahasa sehari-hari yang mereka gunakan adalah bahasa Sunda. Relasi yang baik ini semakin membuat saya menjadi bagian dalam kehidupan mereka. Seperti relasi
saudara, beberapa dari mereka bercerita pengalaman suka duka hidupnya, masalah keluarga hingga masalah ekonomi. Selain menjadi pendengar yang baik, saya belajar nilai-nilai moral dan rohani (kejujuran, ikhlas menerima keadaan, rajin beribadah, sabar, dan tawakal) dari pengalaman yang mereka ceritakan dan sharingkan. Pengalaman probasi ini semakin membawa saya untuk mencintai pernakpernik kehidupan, terutama panggilan. Saya bersyukur atas pengalaman yang saya dapat di tempat probasi. Tuhan senantiasa membimbing dan mendidik saya untuk mensyukuri rahmat kehidupan yang istimewa ini sekalipun dalam keadaan terbatas dan apa adanya. Rasa-rasanya tidak selayaknya, saya mengeluh atau bersungut-sungut atas situasi yang serba terbatas selama di tempat probasi. Justru situasi yang demikian, saya semakin diteguhkan dan dikuatkan dalam menapaki jalan panggilan hidup secara khusus sebagai calon imam diosesan Kesukupan Agung Jakarta sambil membuka mata, budi, dan hati melihat, berbagi, bersudara, dan berbelarasa kepada sesama saya yang menderita yakni mereka yang lemah-kecil, miskin-tersingkir, dan sakit cacat.
tugas perutusan probasi luar ini. Dari beberapa pengalaman yang saya alami di tempat probasi, saya merasa banyak aspek yang diolah dalam diri saya melalui pekerjaan sehari-hari di tempat probasi luar ini, antara lain olah diri, olah batin, olah rasa, olah rohani, dan olah iman. Selama menjalani masa probasi luar, saya merasa seperti layaknya sebuah bejana tanah liat yang sedang dibentuk untuk menjadi pribadi yang kuat dan tangguh dalam segala situasi dan kondisi. Pekerjaan yang saya lakukan juga menempa saya menjadi pribadi yang kuat, baik secara fisik maupun kepribadian. Selain itu, kebersamaan dan persaudaraan yang terjalin juga membawa saya untuk berbagi, bersaudara, dan berbelarasa dengan para pekerja dan orang-orang di sekitar saya di tempat probasi. Pelayanan yang saya lakukan juga disertai dengan doa supaya apa yang saya lakukan senantiasa selalu terarah kepada dan demi kemuliaan Tuhan. Dengan demikian, iman semakin bertumbuh dan berwujud-nyata. Tuhan senantiasa hadir sekaligus menyertai dalam pekerjaan sehari-hari saya. Kepercayaan penuh iman kepada Tuhan inilah yang memampukan saya untuk mewujudImanmu Telah Menynyatakan persaudaraan elamatkan Engkau dengan sesama, melay Kita tentu semua ani dengan tulus dan tahu dan kerap memrendah hati. Meskipun baca atau mendengar terkadang pekerjaan kutipan sabda Tuhan terasa berat, menjenuhsendiri yang mengatakan kan, tidak diperhatikan demikian, “pergilah, bahkan disepelekan, dulhienz.wordpress imanmu telah menydan masih banyak tanelematkan engkau.� Kutipan sabda Tuhan tangan lainnya tetapi saya tetap bertahan tersebut dapat kita temukan pada injil Ludalam kesulitan itu dan terus mengerjakankas 7:50; 8:48; 17:19; 18:42 dan Markus nya dengan sukacita. 5:34. Kutipan sabda Tuhan ini yang men Selama menjalani probasi luar ini, ginspirasi, menguatkan, meneguhkan dan saya belajar untuk berserah pada penymenyelamatkan saya selama menjalani elenggaraan Ilahi-Nya. Selain itu, melalui Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
21
penyertaan Bunda Maria saya menerima rahmat kekuatan dalam setiap pekerjaan yang saya lakukan tak terkecuali dalam keadaan suka maupun duka. Keyakinan ini pula yang membuat iman saya semakin bertumbuh dan berkembang dalam hidup dan dalam pekerjaan sehari-hari. Terima kasih atas proses dan kesempatan menjalani tugas perutusan probasi luar ini. Oleh karena itu, dalam rangka tahun iman pula, saya mohon kepada Tuhan
22
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
karunia iman yang membawa saya pada keselamatan dan benih iman yang telah mengakar ini semakin diteguhkan. Don’t be Afraid! Christ is calling you! Commit your works to the Lord! (Beato Yohanes Paulus II)
SHARING FRATER
Mari Bercinta (Sheila On 7) Fr. Fulgentius Rinto Krisjandika
“Semoga iman kami mendorong kami untuk mewujudkan persaudaraan dengan sesama dan melayani dengan tulus dan rendah hati.” Itulah sepenggal doa Tahun Iman Kesukupan Agung Jakarta. Doa yang sangat sederhana namun kaya akan makna. Dalam hal ini, doa tersebut memberi dampak yang amat berharga bagiku, terlebih dalam memotivasi juga memberi semangat untuk menjalani perutusanku mengunjungi lansia atau oma-opa di daerah Kelapa Gading. Bagiku, meski memiliki rumusan yang sederhana, namun sungguh-sungguh dapat memberi dampak yang amat berharga terlebih dalam menjalani tugas perutusan ini. You Are Loved (Josh Groban) Sebagai seorang frater filosofan tingkat I, aku mendapat tugas perutusan bersama dengan Fr. Deta dan Fr. Patrick untuk men- 2kfans.com gunjungi lansia di daerah Kelapa Gading setiap hari Sabtu. Dalam hal ini, aku selalu dibantu oleh Bu Natalie untuk mencari dan memberikan alamat, tempat kami akan diutus. Biasanya, perutusan ini kami lakukan mulai dari pukul 10:00 pagi hingga pukul 12:00. Kami pergi menggunakan sepeda kami masing-masing melawan polusi dan panasnya terik matahari. Kunjungan semacam ini melatih
diriku untuk dapat sehati dan seperasaan (berbela rasa) dengan mereka yang sedang mengalami sakit ataupun kesepian. Maka ketika berkunjung, aku selalu mengajak mereka untuk bercerita atau berbagi pengalaman satu sama lain. Meski sering kali merekalah yang cenderung aktif untuk berbagi pengalaman, namun aku tetap bersyukur karena – paling tidak – aku dapat berbagi (meluangkan) waktu untuk mendengarkan berbagai cerita yang mereka miliki. Kerap kali aku pun terharu bahagia ketika dengan kesadaran penuh, aku dapat melihat senyum dan tawa mereka. Ketika itulah, aku merasakan sungguh cinta Tuhan yang begitu luar biasa bukan hanya bagi mereka saja, melainkan juga bagi diriku sendiri. Mengapa? Karena, what do you think you are ? , aku orang yang hina dan berdosa ini pun boleh ambil bagian dalam karya pelayanan Tuhan, untuk menyapa mereka yang menderita dan kesepian serta untuk membawa terang yang ingin Dia sampaikan, yang ingin Dia berikan kepada mereka yang lebih membutuhkan. Bagiku, ini merupakan pengalaman yang penuh rahmat yang boleh aku nikmati dalam hidupku. Don’t Give Up (Josh Groban) Sebenarnya, perutusan ini juga merupakan tugas yang tidak mudah bagiku, karena aku tidak selalu berhadapan dengan mereka yang suka diajak sharing, Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
23
kerap kali aku harus berhadapan dengan mereka yang pendiam entah karena sifatnya atau karena sakit yang dideritanya. Dalam situasi seperti ini, aku berusaha untuk terbuka dan berbagi pengalaman dengan mereka. Maka untuk mengakhiri kunjungan, biasanya aku mengajak mereka untuk berdoa bersama. Oleh karena itu, kunjungan ini bukan sekadar mampir saja, melainkan kunjungan yang berisi, sehingga mampu menguatkan kami satu sama lain. Maka, aku selalu teringat dengan doa Tahun Iman itu yang selalu memberi semangat dalam diriku terlebih untuk selalu mengingatkan diriku untuk melayani, mengunjungi mereka dengan tulus hati. Perutusan ini juga terasa tidaklah mudah bagiku karena butuh niat dan tekad yang kuat dalam menjalani ini semua. Sebelum aku, Deta dan Patrick berangkat,givingblessing.com kami harus opera dahulu untuk membersihkan rumah kami. Oleh karena itu, selalu muncul rasa lelah dan malas dalam diriku. Badan sudah lelah, tapi harus pergi jauh, dengan sepeda, menikmati polusi dan panasnya terik matahari untuk mengunjungi oma-opa. Sungguh, bagiku tugas ini tidaklah mudah. Hingga pada akhirnya aku bersyukur karena aku menyadari bahwa aku pergi dengan membawa sesuatu, terang, dan bukan sekadar mampir saja. Maka, meski berangkat dengan rasa lelah, namun aku kembali merasakan cinta Tuhan dalam diriku, yang mau menemaniku dalam perutusan itu. Itu sebabnya, aku mampu hadir dengan kegembiraan dan semangat yang baru, membawa terang untuk mereka. Terang itu adalah Dia yang mampu mengubah warna dan rasa hidup bagi orang yang beriman padaNya. Itu sebabnya,
24
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
aku percaya bahwa Tuhanlah yang hadir, berkumpul bersama, menghibur satu sama lain dan menguatkan satu sama lain . Sepanjang Jalan Kenangan Sepanjang perjalanan menuju ke rumah, tak ada rasa lelah yang kurasakan. Itu semua berkat karyaNya yang mengagumkan. Meski diawali dengan rasa lelah dan malas, namun Dia yang mengutus kami mampu mentransformasi kami, sehingga kami dapat hadir dan pulang dengan gembira hati. Oleh karena itu, selesai menjalankan �misi�, kami selalu berkumpul di sebuah minimarket selain untuk beristirahat, kami pun juga berbagi pengalaman perutusan yang baru saja kami alami. Maka dari itu, sepanjang perjalanan ini, kami merasakan cintaNya yang nyata dalam setiap nafas dan langkah hidup kami. Bersama dengan Fr. Deta dan Fr. Patrick, kami menikmati cinta dan berbagi cinta satu sama lain. Kami bawa segala doa dan rasa syukur kami demi memuji dan memuliakan namaMu untuk selama-lamanya . Amin.
CERPEN
Bicaralah
Fr. Biondika Widyaputra
Selasa, 31 Juli 2012. Seorang pemuda berkulit agak gelap di kursi belakang sebuah gereja. Pagi itu, Perayaan Ekaristi harian memang sudah selelsai. Namun ia memutuskan untuk tinggal lebih lama dari biasanya. “Barangsiapa ingin mengikuti Yesus, ia harus meninggalkan segala miliknya.”, itulah kalimat khotbah dari romo parokinya masih terngiang jelas di hatinya. Bersamaan dengan itu muncul sebuah wajah yang tidak lagi asing baginya. Sisca, begitulah sang empunya wajah biasa disebut. Hubungannya dengan Sisca merupakan sebuah misteri baginya. Kedekatan mereka bermula di tangga pastoran di tahun 2008. Malam itu, sepulang dari retret misdinar, Sisca menangis di pundaknya. Sebab, tidak lama lagi pemuda ini akan merantau ke Jawa Tengah untuk mulai menjawab miseteri Tuhan atas hidupnya. “Kalau elu pergi, nanti yang ngusilin gua siapa?” tanyanya 1.blogspot.com2 di tengah isak tangis, kala itu.
+++
“Aku harus menyelesaikan ini semua!” pemuda itu bangkit dari lamunanya. Di depan gereja, ia masih sempat bertemu romo parokinya. “Romo, besok saya sudah masuk. Mohon doa, ya,” sapanya dengan rendah hati. Romo itu meberi-
kan sedikit wejangan dan mereka pun berpisah. Sesampainya di rumah, pemuda itu kembali ke dalam kesendiriannya. Memang saat itu hanya ia sendiri yang berada di rumah. Diambilnya sebuah kotak dari rak bukunya. Bintang-bintang dari lipatan kertas sudah terkumpul di dalamnya. Memang pernah ada niat untuk memberikan benda itu kepada seseorang yang berarti baginya. Namun saat itu kebimbangan kembali mengisi hatinya.
+++
Semenjak hidup berasrama, pemuda ini mulai menjalin hubungan yang aneh dengan Sisca. Keterbatasan komunikasi menjadi warna tersendiri dalam relasi mereka berdua. Saling menunggu di dunia maya setiap hari Rabu dan Minggu yang tidak pernah pasti. Hanya untuk sekadar menyapa dan menanyakan kabar. Surat elektronik yang tidak tentu bagaikan tempat indah untuk saling bercerita pengalaman. Kesempatan telepon lima menit yang jarang terjadi dan harus melalui antrean panjang. Namun selalu membuat mereka bisa tersenyum pada akhirnya. Liburan menjadi saat yang ditunggu. Saat-saat di mana kedua ciptaan Tuhan ini dapat saling berjumpa. Tapi tidak lama. Karena setelah itu Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
25
mereka kembali ke rutintasnya masingmasing. Mereka pun tidak melulu merasakan sebuah keindahan. Salah paham, beda pendapat, bahkan pertengkaran pun pernah terjadi di antara mereka. Kedekatan pemuda ini dengannya akhirnya menimbulkan persepsi orang bahwa mereka menjalin hubungan. Memang kata ‘sayang’ kerap terucap di antara mereka. Namun tidak ada satu pun di antara mereka yang memberi label atas hubungan ini. Selama empat tahun hal ini terus berjalan. Kedekatan merepa pun senantiasa berkembang. Namun di sisi lain, pemuda itu mulai merasakan Tuhan yang menyapa dan menyentuh hidupnya. +++ perictekno.com Sebuah mobil biru melaju ke arah selatan. Menjauhi kota Jakarta dengan kecepatan yang pasti. Hari sudah tidak lagi pagi. Tetapi matahari sudah meninggi menyinari hari. Pemuda itu duduk sendirian di belakang kemudi. Hanya alunan lagu dari speaker mobil yang menemaninya. Di setiap persimpangan, selalu ada keraguan yang kembali mengunjunginya. Namun di tempat itu pula ia membawa dirinya semakin dekat ke tempat yang ia tuju. Sebuah toples hijau berisi bintang-bintang kertas duduk terdiam di sisinya. Sebuah surat kecil dan kalung salib pun ada di situ, memandangnya bisu. “Aku harus menyelesaikannya!” begitu tekadnya. Usaha ini memang sudah pernah dilakukan. Menyelesaikan sebuah hubungan yang tidak jelas kapan sesungguhnya hal ini dimulai. Malam tahun baru 2009. Lewat percakapan singkat melalui layanan pesan singkat, hal ini diutarakan. Namun
26
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
hanya bertahan dalam hitungan minggu. Awal 2012, seorang sahabat mempertemukan mereka untuk membicarakan hal ini. Hanya bertahan dua bulan. Bahkan beberapa hari yang lalu, kembali mereka dipertemukan. Saat itu bahkan seakan tidak ada jalan keluar sama sekali. “Ini masalahku dengannya, maka kita berdualah yang akan mencari jalan terbaik,” begitu tekadnya. Kembali sabda pagi itu terngiang di telinga sang pemuda. Bagi pemuda kelahiran 1992 itu, belum pernah ia datang sendiri ke rumah teman perempuannya. Rumah itu menjadi pengalam pertamanya. Sisca sendiri yang datang keluar untuk menyambutnya. Percakapan pertama kali terjadi di depan pagar. Aneh, tapi itulah yang terjadi. Apa yang terucap sebelumnya, pemuda itu hendak pamitan. Maka hal itu pulalah yang dilakukannya. Juga dengan seorang yang biasa dipanggil ‘mama’ oleh Sisca, pemuda itu mengucapkan salam perpisahan. “Jangan suka galau,” pesan wanita setengah baya itu sembari menggoda sang pemuda. Seperti tadi Sisca menyambutnya, kini ia mengantarkan pemuda itu sampai ke mobilnya. Namun mereka tidak segera berpisah. Selalu ada hal yang dapat dibicarakan untuk menunda perpisahan mereka. Hingga akhirnya pemuda itu membulatkan tekad untuk menyuarakan maksud hatinya. “Sis, aku punya sesuatu untuk kamu. Bintang-bintang ini sebenarnya berisi memori tentang kita berdua. Jadi, biar memori itu juga yang menuliskan kisahnya di dalam bintangbintang ini.” Sebuah kesunyian sempat menyusup di antara mereka berdua. Hati
kedua remaja ini segera sadar bahwa cepat atau lambat hal ini akan terjadi. Pemuda itu melanjutkan, “Kalung ini sudah dua tahun menemani aku di seminari. Sekarang, biar salib ini yang nemenin kamu.” Dikalungkannya salib kayu itu dan saat itu pula sang pemuda mengecup lembut keningnya. “Makasih buat semuanya ya, Sisca.” Mereka pun berpelukan dalam kebisuan. “Udah sana, nanti kesiangan, loh,” Sisca memecah keheningan di siang itu. Maka si pemuda pun bersiap di belakang kemudinya. “Atiati, ya.” Sisca menundukan kepala dan dari jendela mobil yang terbuka mengecup pipi pemuda itu. Kembali mobil biru melaju dengan kecepatan yang pasti. Pemuda di balik kemudi itu kini tersenyum. Tuhan baru saja menunjukkan jalan kepadanya. Untuk terus melangkah menyambut tawaran cinta-Nya. Pemuda ini tersadar bahwa hanya dengan kerendahan hati dan penyerahan diri seutuhnya, Tuhan akan memberikan terang baginya. Kini ada rasa lega dan mantap di hatinya untuk menyambut Tuhan di dalam hidupnya. +++ “Fr. Albert, sudah siap?” Pemuda yang sama menganggukkan kepalanya. Kini, dengan jubah putih ia melangkah masuk ke kapel. Disaksikan setiap pasang mata yang hadir. Ia memang tidak menemukan sepasang mata indah yang pernah mewarnai perjalanan hidupnya. Tapi ia percaya di suatu tempat entah di mana, ia sedang mendoakannya.
TTeman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
27
HISTORIA DOMUS 1-9 Desember 2012 Para Frater memasuki masa tenang sebelum ujian.. Ada yang mengerjakan paper, ada yang menghabiskan sebagian harinya di perpustakaan, ada yang belajar bersama, ada yang tidur seharian juga loh.. hehehe.. Yang penting bisa segar dan mantap ketika UAS yaa.. 10-20 Desember 2012 Masa Ujian telah tibaa!!! Segala perjuangan, peluh, dan usaha mencerna kuliah sedang diuji. Layaknya “Emas yang sedang diuji dalam api” (Sir 2:5). Meskipun terkadang ada keluhan yang muncul, tetapi hati frater-frater tetap semangat ! Saatnya membuktikan hidup studi kita!! 22-23 Desember 2012 Triduum natal bersama RD Suto Panitra. Belau membagikan banyak pengalaman yang ia miliki dalam hidupnya yang panjang. Para frater mendengarkan dengan hikmat sembari berefleksi, tentunya pengalaman-pengalaman tersebut berguna untuk perjalanan panggilan para frater. Terima kasih romo karena telah menunjukkan kepada kami kesetiaan dalam menjalani panggilan imamat... 28 Desember 2012 Yang dinanti pun tiba, kira-kira 100 seminaris bersama para frater hadir ke paroki St. Yohanes Maria Vianney, Cilangkap. Acara yang diadakan oleh para Frater STKAJ ini bertujuan untuk menjalin komunikasi yang baik antara seminaris, frater-STKAJ, dan Bapak Uskup Jakarta. Tema yang diangkat pada Tahun ini adalah “Seminaris KAJ Cinta Ardas KAJ”. Para seminaris serta frater mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang informatif terlebih mengenai
28
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
masalah intoleransi yang dialami oleh paroki Cilangkap. Setelah itu acara dilanjutkan dengan permainan-permainan di TMII. Benar-benar hari yang menyenangkan.. Sampai bertemu di kesempatan tahun depan. 29 Desember 2012 – 10 Januari 2013 Para frater merayakan liburan Tahun baru di rumah bersama keluarga masingmasing. Ada pula beberapa frater yang memutuskan untuk bertualang di Gunung Guntur. Tentunya banyak pengalaman yang dimiliki oleh para frater untuk dibagikan ketika kembali ke Wisma hijau tercinta. 13-22 Januari 2013 Retret di Biara Trappist Rawaseneng. Retret tahunan para frater ini didampingi oleh RP Athanasius Subardja, OCSO. Para frater diajak untuk mengenal kehidupan biara. Di tempat yang sejuk dan luas ini para frater juga bisa mengenal alam dengan lebih baik. Para frater bisa melihat kabut setiap hari, bisa melihat sapi perah yang besar-besar yang tentunya tidak bisa ditemukan setiap hari. Udara dingin tidak menghalangi semangat para frater untuk berdoa dan berefleksi. Kami juga tidak lupa berdoa bagi para korban banjir di Jakarta... 25 Januari 2013 Betapa bahagianya Keuskupan Agung Jakarta yang pada hari ini menahbiskan 9 fraternya menjadi diakon, jenjang terakhir sebelum imamat. Tahbisan ini diadakan di paroki St. Gabriel, Pulo Gebang. Beberapa frater bertugas menjadi misdinar untuk perayaan tahbisan. Semoga tahbisan kali ini menjadi inspirasi bagi banyak kaum
HISTORIA DOMUS muda di Keuskupan Agung Jakarta... 31 Januari 2013 Di akhir bulan ini kami dikejutkan dengan berita duka. Ayahanda dari Fr. Dipta— Bapak Nemesius Pradipta—dipanggil oleh Bapa kepada pangkuan-Nya. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya sekitar Pk. 23.00 di rumahnya karena serangan jantung. Kami turut berduka bersama keluarga yang ditinggalkan. Peristiwa iman ini hendaknya menyadarkan kira akan kuasa Allah yang besar atas kehidupan kita. Semoga kita semakin berserah diri dalam doa, iman, dan perbuatan kita.Selamat jalan Bpk. Pradipta.. Semoga engkau bahadia bersama Dia.. Doakan kami yang masih berjuang dalam hidup di dunia ini.. We only part to meet again (kita berpisah untuk bertemu kembali) 4 Februari 2013 RP Sadhyoko, SJ berulang tahun ke 52 pada hari ini. Hari yang bahagia ini dirayakan bersama-sama dengan para frater STKAJ. Dalam kesempatan berbahagia ini hadir pula kelompok musik jadul lan culun yang menghibur (??) dengan tampilan
tembang ’70 an yang mereka nyanyikan. Semoga Romo Yoko semakin setia dengan tugas perutusannya mendampingi TOR KAJ.. 22 Februari 2013 Diskusi Komunitas bersama RP Eddy Kristianto, OFM. Kami membahas “20 tahun Katekismus Gereja”. Banyak pertanyaan, jawaban, dan inspiras yang kami peroleh pada hari ini. Para frater mencoba untuk mengkontekskan katekismus ini dengan keadaan KAJ. Semoga bisa digunakan untuk katekese di kota Metropolitan. 23-24 Februari 2013 Rekoleksi bersama RP Isdaryanto, SVD. Tema yang diangkat pada kesempatan ini adalah “Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbelarasa” sesuai dengan tema APP KAJ 2013. Pada hari ini Fr. Vano, Fr. Camel, dan Fr. Pras juga bercerita tentang pengalaman mereka mengajar di SMP St. Markus II. Pengalaman mengajar ini tentu pengalaman yang sangat seru dan berguna bagi para frater nantinya..
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
29
PERSONA IMAM
ENGKAU ADALAH SEORANG IMAM SELAMANYA WILLIAM TACKNEY
Siapakah dia? Apa yang dia miliki? Ia adalah seorang pria. Ia adalah seorang imam. Ia memiliki kemampuan yang cukup. Di mata umat penampilannya menimbulkan rasa senang, rasa bahagia. Ia mengenal umat-umatnya. Ia termasuk orang muda, dan di dalam dirinya ada suatu keyakinan bahwa ia dikagumi oleh banyak orang, karena ia berani mengambil keputusan untuk menjadi imam justru di dalam situasi dimana ilmu pengetahuan, individualisme dan materialisme begitu dominan. Kaum muda berlomba-lomba untuk mengelilingi dirinya karena ia orang muda. Ia mempunyai keberhasilan karena banyak umat menyenangi gagasan-gagasannya. Tahun demi tahun berlalu dan munculah pertanyaan ini. Apa yang akan terjadi jikalau idealismenya sebagai orang muda luntur termakan oleh perjalanan waktu? Apa yang akan terjadi jikalau umat mulai mengetahui keadaan dirinya yang sebenarnya? Apa yang akan terjadi kalau keputusan-keputusan yang dibuatnya tidak lagi sesuai dengan kehendak umat? Apa yang akan terjadi jikalau dalam situasi semacam itu ia toh harus tetap bertahan dan tetap mewartakan maklumat Injil. Imamat bukanlah suatu ajang arena untuk mengejar polularitas. Menjadi imam berarti merayakan Ekaristi dan menjadikannya sesuatu yang memberi makna dalam hidup dari hari ke hari. Hal itu berarti mempersiapkan kotbah minggu yang isinya bukan hanya membiarkan umat mengetahui apa yang ia rasakan, tetapi justru sebaliknya; berarti memberi penghiburan dan berusaha memahami
30
Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
umat yang sedang ditimpa kematian, berarti memberi perhatian penuh kepada pasangan pengantin. Menjadi imam berarti menyediakan waktu untuk mengunjungi umat sekalipun jarang, sambil menunggu cercaan umat lain yang merasa dianak-tirikan karena belum sempat mendapat kunjungan. Menjadi imam berarti dengan penuh kegembiraan memberi bimbingan agama pada calon permandian. Menjadi imam berarti mendengarkan muda-muda dan masalah-masalah yang mereka hadapi. Menjadi imam berarti menjadi pendengar setia dari mereka yang datang untuk mengungkapkan keluhan dan keputusasaan, meskipun nasehatnya belum tentu ditaati dan dijalankan. Menjadi imam berarti memperhatikan orang-orang jompo; berarti mengunjungi orang sakit dan menghibur mereka. Secara eksplisit mungkin mereka tidak menampakkan rasa terima kasih, tetapi dari lubuk hati mereka yang paling dalam, sebenarnya, ada rasa penghargaan yang tulus terhadap pelayanannya. Di tengah-tengah pelayanannya seorang imam masih dituntut (dan ini yang paling penting) untuk menciptakan suatu kesempatan berdoa, berada dalam situasi damai dan kesendirian di hadapan Allah. Umat tidak dapat menjadi baik tanpa imam yang mau meluangkan waktu bertemu dengan Allah. Karena dari sanalah dia menyadari bahwa dirinya adalah pendengar dan perantara utama dan pertama kepada Allah. Pemahaman akan imamat datang
melalui pengalaman dan kebijaksanaan yang diperoleh dari pelayanan umat, dan yang terpenting adalah dari karunia rahmat Allah yang senantiasa dicurahkan. Seorang imam senantiasa membiarkan dirinya digerakan oleh rahmat Allah yang memurnikannya dengan kekuatan dan RohNya. Ia tidak lupa mengarahkan diri kepada Allah dalam kesegaran cinta dan belas kasih. Di dalam dirinya terdapat suatu pegangan, “Tuhan, Engakaulah yang aku wartakan bukan diriku”. Ia menyadari bahwa kemampuan yang ada padanya merupakan anugerah Allah. Ia sanggup memahami semuanya ini bukan karena kebijaksanaannya, melainkan karena Yesus. Itulah yang membuatnya sadar bahwa menjadi imam berarti harus berani berkata, “Ia harus menjadi besar, tetapi aku harus makin kecil”. (Yoh. 3:3) Dalam doanya kepada Tuhan, seorang imam senantiasa berharap agar jangan sampai jatuh ke dalam perangkap mencari kepuasan diri pribadi, lupa bahwa jabatan umamatnya adalah demi cinta kepada Allah, dan bukan cinta kepada pribadi-pribadi tertentu.
Akhirnya seorang imam adalah orang yang menyadari bahwa bukan dirinyalah warta gembira itu, tetapi Allah yang adalah warta kehidupan. Ia hanya seorang manusia, makhluk lemah yang tidak berdaya, tetapi dipilih Allah untuk melaksanakan karya Allah. Untuk menjadi seorang, “Alter Christus” yang benar, ia harus berusaha untuk mengalahkan egoisme, frustasi yang cengeng, kebosanan yang dilebih-lebihkan, kepuasan diri sendiri, dengan keyakinan bahwa semua ini dapat terlaksana berkat pertolongan Allah. Pemahaman yang benar akan seorang imam ialah seorang yang mencintai Allah, melayani Allah, mengikuti Allah dan mencintai semua orang seperti dirinya sendiri. Semoga pemahaman ini semakin berkembang dalam menghayati hidupnya sebagai imam Kristus selamanya. Disadur dari: William Tackney, “You are a priest forever” dalam Pastoral Life, XXVIII (1979),1, 40-41. Oleh Y. Padmo Jelantik pr. Teman Seperjalanan XIX/ Februari 2013- April 2013
31