Edisi 30, Oktober-Desember 2016, Thn. XI
Yang Muda
Yang Berbelas Kasih
ti
Reko
ak acana Bh W is r a in r 2016 leksi Sem mbe
10-11 Septe
LIFE WI TH
IS
A WONDERFUL - s t . j o hn paul ii -
REDAKSIONAL
T
eman-teman seperjalanan, tidak terasa Tahun Yubelium Kerahiman Allah akan segera berakhir pada HR. Kritus Raja Semesta Alam, 20 November 2016. Banyak pengalaman yang telah dilalui oleh seluruh umat Allah dalam merenungkan kerahiman-Nya. Bahkan, Paus Fransiskus mengangkat tema, Misericordes sicut Pater—Murah Hati seperti Bapa (Luk 6:36) agar kita bertumbuh dalam kesucian di tengah arus zaman yang menantang ini. Kaum muda, masa depan dunia dan harapan Gereja sebagaimana diungkapkan St. Yohanes Paulus II, diundang untuk berpartisipasi dalam perayaan iman ini dan menyadari identitasnya sebagai anak-anak Allah (1 Yoh 3:1). Melalui rangkaian Gerakan Rohani, Gereja KAJ telah membantu kita untuk mengalami Kerahiman Allah dan menyalurkannya kepada sesama. Mulai dari Momen 24 Jam untuk Tuhan (Ekaristi, sakramen rekonsisliasi, refleksi), Adorasi-Rekoleksi-Novena-Amal Kasih, dan Ziarah 9 Gereja di KAJ. Dalam edisi ini kami memberi perhatian khusus kepada teman-teman muda yang hendak membagikan cerita dan renungannya dalam memaknai Tahun Kerahiman Allah. Kami pun tidak lupa membagikan pandangan para imam yang dapat menemani pemaknaan kita akan Kerahiman-Nya. Ada pula yang ingin membagikan sharing perutusannya di Kota Abadi, Roma. Kita pun akan diajak menggali kedekatan St. Yohanes Paulus II, penggagas World Youth Day yang mempertemukan kaum muda Katolik sedunia, dengan kaum muda yang sangat dicintai dan diharapkannya. Tentu saja, harapannya Majalah Teman Seperjalanan edisi ini dapat menggerakan kaum muda dan Gereja seluruhnya untuk meneruskan Kerahiman Allah karena satu tahun bukanlah waktu yang cukup untuk menjadi Murah Hati seperti Bapa. “Jangan takut. Bukalah pintu-pintu bagi Kristus!” – St. Yohanes Paulus II –
REDAKSI Moderator: RD. Simon P. L. Tjahjadi; Pemimpin Umum: fr. Bernard Rahadian; Pemimpin Redaksi: fr. Carolus Budhi P; Sekretaris: fr. Balsamus Pieter D; Sirkulasi: fr. Reginald Mozetta J, fr. Bernando Gabriel S; Bendahara: fr. Yoseph M. Yuddha A; Kepala Editor: fr. Antonius Arfin S; Anggota Redaksi : fr. Ludowikus Andri N, fr. Yohanes Aditya RP, fr. Yoseph Sonny S, fr. Albertus Adiwenanto W, fr. Alfonsus Andi K; Layout: fr. Gregorius Wilson; Artistik : fr. Frederikus Dwi Rionaldo, fr. FA. Oki Joko P; Penerbit: Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II, Keuskupan Agung Jakarta, Jl. Cempaka Putih Timur XXV, no 7-8 Jakarta Pusat, 021-4203374, Email: stkajyp2@gmail.com. © 2016, Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
1
Daftar Isi
#9
Kolom Utama
Belas Kasih itu Nyata RD. Tunjung Kesuma.... 4 Panggil Aku Wujek !
St. Yohanes Paulus II dan Kaum Muda fr. Carolus Budhi P.... 9
Ad Intra Anak Muda yang Menjadi Agen Kerahiman Allah fr. Yoseph Sonny S.... 14 Karya Belas Kasih fr. Yohanes Lendra K.... 19
Ad Extra Pengalaman bersama Kerahiman Allah Daniel Giussepe K.... 24
#14
(Polling KA dan Kaum Muda) fr. Antonius Arfin S, dkk.... 30
Tentang COVER fr. Linus sedang menggendong seorang anak saat kunjungan para frater ke PA. Fajar Mataram, Cimanggis, dalam rangka Tahun Kerahiman Allah, 8 Februari 2016.
#24
Sumber Dokumentasi Seminari
2
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
35#
44#
Sharing Pastoral
Peziarahan Studi di Kota Abadi fr. Pius Novrin K.... 35
Pojok Teologi
Kerahiman Allah dan Gereja Kaum Muda RD. Riki Maulana B.... 44
Pojok Sastra
Perbedaan yang Berbelas Kasih fr. Gregorius Wilson... 51 Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
3
Kolom Utama
Belas Kasih itu Nyata Wawancara dengan RD Tunjung Kesuma oleh fr. Reginald Mozzeta
H
ujan mengiringi sepeda yang ku-gowes dengan kecepatan sedang menuju ke Wisma Samadi. Saya bersyukur dapat tiba dengan selamat dan berjumpa dengan Romo Tunjung yang sudah semakin sehat dan bugar. Sambutan hangat beliau membuat saya semakin bersyukur lagi. Inilah belas kasih yang nyata! Ini yang saya terima di awal perjumpaan saya dalam kesempatan bincang-bincang dengan Romo Tunjung. Romo Tunjung berkisah tentang pengalamannya akan Kerahiman Allah. Allah telah menunjukkan belas kasih yang nyata kepadanya. Mari kita lihat dan renungkan nasihat dari Romo Tunjung tentang belas kasih Allah yang bukan
4
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
hanya teori atau konsep, tapi nyata hadir dalam hidup sehari-hari. Berikut ini sharing yang disampaikan Romo Tunjung mengenai pengalaman belas kasih Allah dan pesannya untuk kaum muda. Kerahiman Allah itu nyata Kerahiman Allah terjadi dalam peristiwa operasi jantung yang harus saya jalani. Operasi tersebut berlangsung dengan baik. Saya sadar betul operasi itu bukanlah operasi kecil. Ini adalah sebuah operasi yang besar, berbahaya dan beresiko. Sebuah belas kasih Allah, sehingga ia mengizinkan operasi saya berhasil dengan segala yang terjadi dalam proses persiapannya. Penyempitan pembuluh darah saya sudah sedemikian parah, namun Allah sungguh berbelas kasih karena Ia masih mengizinkan saya untuk hidup. Jika mengingat bahwa saya
“
Allah tidak melihat prestasi dan apa yang bisa saya berikan karena itu pasti sangat kecil. Tapi Ia tidak hitung-hitungan, Ia adalah Bapa yang berbelas kasih.
Persaudaraan para imam: Dalam masa pemulihannya, Romo Tunjung merayakan 25 Tahun Imamat, 15 Agustus 2016, bersama rekan-rekan imam, Rm. Simon, Rm. Yu, Rm. Petrus, Rm. Frans, Rm. Ulun, dan Rm. Hadiwijoyo.
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
5
Dukungan keluarga: Kerahiman Allah nyata lewat kehadiran orangorang yang membantu dengan caranya masing-masing. Romo Tunjung merayakan 25 Tahun Imamatnya bersama keluarga dan para frater, 5 September.
memiliki begitu banyak kelemahan dan kekurangan, maka saya begitu bersyukur bahwa Allah yang Maha Belas kasih itu masih memberikan kesempatan kepada saya untuk ‘hidup lagi’. Bila dihitung, apa yang telah saya berikan tidak sebanding dengan apa yang saya terima. Akan tetapi Allah tidak pernah hitung-hitungan bagai Bapa yang penuh belas kasih. Ia berbelas kasih kepada saya dengan memberikan kesempatan ‘hidup lagi’ untuk saya, walaupun saya menyadari begitu banyak kelemahan, kekurangan, dan dosa saya. Allah tidak melihat prestasi dan apa yang bisa saya berikan karena itu pasti sangat kecil. Tapi Ia tidak hitung-hitungan, Ia adalah Bapa yang berbelas kasih. Belas kasih menjadi nyata dalam banyak peristiwa dan pribadi yang
6
hadir dalam hidup saya, lewat: perawat-perawat yang masih begitu muda, namun sudah sangat profesional dalam bekerja, dan juga lewat dokter yang merawat dan memeriksa saya. Ketika saya berada di ICU para perawat datang setiap satu jam dan memeriksa keadaan saya, lebih-lebih saat menjelang operasi. Betapa tak terkira syukur saya karena perhatian dan kepedulian yang sedemikian rupa dari para pelayan kesehatan saat itu. Allah pun berkarya tidak hanya dari mereka yang beragama Katolik saja. Orang-orang yang saya temui di hotel itu berasal dari macam-macam agama: Buddha, Anglikan, dan masih banyak lagi. Ternyata Allah hadir lewat mereka yang beragama lain untuk mendoakan saya. Belas kasih Allah mewujud lewat pribadi-
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
pribadi yang saya temui. Mereka menunjukkan cinta, kepedulian, dan perhatian kepada saya. Kerahiman Allah itu pun semakin nyata lewat kehadiran orang-orang yang membantu dengan caranya masing-masing: Bapak Uskup yang merestui saya untuk operasi, Romo Samuel yang setia hadir menemani saya hari demi hari, Romo Aji yang bertugas di Kalimantan juga meneguhkan dengan kehadirannya, melalui Pak Ferdy, Prodiakan Paroki Kelapa Gading yang menyempatkan diri datang ke sana serta Pak Harry dan Bu Juny yang dengan tulus hati membawa saya untuk pemeriksaan lebih lanjut dan segera dioperasi. Saya ini bukan siapa-siapanya mereka: keluarga bukan, saudara juga bukan. Tapi mereka dengan setia dan tulus hati mengasihi, membantu, menguatkan dan mendampingi saya. Mereka telah menghabiskan banyak waktu untuk saya yang bukan siapa-siapanya mereka ini.
Kerahiman Allah juga tampak nyata lewat sesosok orang muda yang hadir dalam diri Remi. Remi adalah wujud kesetiaan dan loyalitas yang sedemikian tinggi. Dengan latar belakangnya yang sederhana, dan segala kekurangan yang dimilikinya ia mencoba setia merawat saya. Bisa kita sadari betapa tidak mudahnya tinggal bersama dengan orang asing, beradaptasi dengan saya dan melayani dengan setia.
Remy, perawat yang menemani Romo Tunjung selama pemulihan.
“Ia tidak hitung-hitungan, Ia adalah Bapa yang berbelas kasih. “ Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
7
Kaum Muda: Belas kasih bukan untuk orang lemah Jadilah pribadi yang berbelas kasih. Pribadi yang berbelas kasih itu bukan hanya tahu konsep tapi dengan berani dan penuh inisiatif melakukan tindakan nyata belas kasih pada sesama. Akan tetapi pribadi yang berbelas kasih bukanlah untuk orang yang lemah, dan cengeng, karena belas kasih meminta kita untuk tidak mendendam kepada siapa pun, mengampuni orang lain, dan tidak mengingat-ingat kelemahankelemahan saudara-saudari kita. Pribadi yang berbelas kasih adalah untuk orang yang kuat. Karena belas kasih itu sendiri merupakan pemberian diri yang total. Pemberian diri yang mengorbankan diri dengan berani dan dalam aksi nyata walau tak jarang harus terluka dan menderita serta harus mampu mengalahkan diri sendiri. Ketika melihat teman kita yang hidupnya tidak karu-karuan, kita tidak boleh mendiamkannya begitu saja. Tapi mengingatkannya dengan penuh keberanian dalam belas kasih. Orang yang mampu berbelas kasih adalah mereka yang telah mengalami belas kasih itu sendiri. Hanya yang telah hidup di dalam belas kasih yang dapat berbelas kasih. Contohnya ketika ia melihat ibunya berbelas kasih, atau mengalami belas kasih dari teman atau siapa pun orang di sekitarnya. Untuk mampu berbelas kasih tidak cukup orang hanya mengerti konsepnya. Ia sendiri harus pernah mengalami belas kasih itu dalam
8
hidupnya. Dengan mengalami sendiri dan hidup dalam belas kasih maka orang itu akan menemukan kekuatan, dan keberanian untuk menjadi pribadi yang berbelas kasih. Belas kasih Allah itu bukan apa yang ada di pikiran kita, tapi konkret dalam hidup sehari-hari. Ketika kita hanya menjadikan belas kasih sebagai teori, maka belas kasih itu tidak mempunyai nilai sedikit pun. Belas kasih itu memberikan diri, itu bukan teori tapi aksi nyata yang butuh keberanian. Kalau orang itu egois dan penakut, maka ia tidak mungkin jadi pribadi yang berbelas kasih. Belas kasih itu harus melampaui cara pikir kita yang hitung-hitungan. Kita hanya mau melakukan hal baik pada orang yang telah berbuat baik pada kita, tidak seperti itu. Belas kasih itu harus berani terluka, mengorbankan diri kita demi orang lain. Seperti Tuhan sendiri tidak pernah hitung-hitungan dengan kita. Maka, hendaknya kita juga tidak hitung-hitungan dengan sesama kita.
Belas kasih itu harus berani terluka, mengorbankan diri kita demi orang lain.
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Kolom Utama
Panggil Aku
Wujek (Paman) !
1
St. Yohanes Paulus II dan Kaum Muda etelah melayani selama S delapan bulan sebagai pastor paroki di Niegowic, yang
berada di pinggiran Kraków, Karol Wojtyła (St. Yohanes Paulus II) dipindahkan ke St. Florianus, paroki yang terletak dekat kota tua. Paroki St. Florianus
merupakan satu paroki yang paling aktif dan penting, dan kerap dikunjungi oleh umat Katolik yang terpelajar. Di sana terdapat pusat pastoral bagi mahasiswa-mahasiswi sebagaimana yang ada di Gereja St. Anna. [‌]
Kerahiman Allah dan Kaum Muda
9
Perjalanan para rasul: Wojtyła (berbaring di tengah) sedang menikmati alam bersama teman-teman mudanya. (Sumber diocesanpriest.com)
Para mahasiswi berkumpul bersama teman mahasiswanya. Lalu yang lainnya pun berdatangan; dan perkumpulan mahasiswa itu pun mendapat perhatian dan dukungan pastor kapelan yang baru. Inilah kesempatan pertama bagi pastor itu, tidak hanya membicarakan tentang Allah, agama, dan Gereja, tetapi juga membicarakan berbagai aspek kehidupan mereka sebagai orang muda. Ia pun tidak mengelak dari hal-hal yang erat dengan kehidupan mereka, seperti bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah dalam cinta dan perkawinan, masalah pekerjaan dan relasi dengan orang dewasa.[…] Wojtyła mempunyai caranya sendiri: ia menguji masalah ateisme dengan berangkat dari realita hidup
10
orang muda. Ia tidak menyanggah Marxisme secara langsung; tetapi ia hanya menunjukkan kontradiksi yang menarik antara Marxisme dengan kehidupan penganut Marxisme. Pada dasarnya, ia menghancurkan ideologi Marxisme dari dalam. […] Orang-orang muda ‘haus’ akan sesuatu pengajaran yang berbeda, benar, dan dapat dipercaya. Mereka butuh pembimbing dan mereka ingin bahwa para pembimbing dekat dengan mereka. Inilah yang Karol renungkan atas apa yang dilihatnya selama mengelilingi Eropa. Dibutuhkan suatu pendekatan pendidikan dan pastoral yang baru. Pada titik inilah, ia menemukan metode yang disebut perjalanan para rasul. […]
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Ada kalanya perjalanan ini berlangsung selama beberapa minggu. Para mahasiswa dapat berkumpul di sekitar api unggun setelah mengikuti misa alam. Mereka dapat melanjutkan keakraban dengan perbincangan mengenai Allah, hidup spiritual, jiwa manusia, dan juga berbagai masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. *** Inilah suatu perjalanan yang tenang ke Zakopane. Kereta penuh sesak oleh penumpang. Berbicara kepada seorang pastor yang tidak menggunakan jubah dan memanggilnya “Pastor” dapat menimbulkan keheranan, bahkan kecurigaan atas isu keamanan nasional pada masa itu (masa kekuasaan rezim komunis Polandia). Pada saat sampai penginapan, mereka mengadakan misa di sebuah kapel kecil dan berjalan ke rumah Teresa Skawinska… Danuta Skabrianka penasaran bagaimana caranya agar mereka dapat berbicara dengan pastor kapelan selama perjalanan pulang tanpa menyinggung perasaannya maupun menimbulkan kecurigaan. Sembari mengumpulkan keberanian, ia menjelaskan kekhawatirannya dan bertanya kepada Wojtyła dengan malu, apakah mereka dapat memanggilnya dengan sebuah nama keluarga yang disamarkan. Pastor kapelan itu tidak merasa enggan dengan usulan tersebut. Karol Wojtyła mengutip baris
terkenal dari karya trilogi Henry Sienkiewcsz, dan ia menjawab,: “Panggil saja Aku ‘Paman.’” *** Kebersaman dalam perjalanan menjadi pengalaman yang mencerahkan bagi Wojtyła. Awalnya, mereka tidak dipercaya oleh orang tua. Kepolisian memata-matai kegiatan tersebut sejak polisi melihat potensi konspirasi dan pemberontakan di dalam setiap perkumpulan. Demi menghindari perhatian, Wojtyła memakai mufti (pakaian sipil) selama outing. Para mahasiswanya pun memanggilnya Wujek – Paman. Mereka adalah Paczka, perkumpulan.
Wujek, Paman: Panggilan yang digunakannya
selama pastoral mahasiswa, bahkan ketika menjadi uskup kerap ia dipanggil Wujek. (Sumber diocesanpriest.com)
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
11
Orang muda tersebut pun melanjutkan pencarian mengenai eksistensi mereka di dalam berbagai kutipan Injil penuh makna. […] Sebagai tanggapan atas hal tersebut, Wojtyła meluncurkan program persiapan perkawinan, yang pertama kali diadakan di Keuskupan Kraków. Ia mengadakan kursus-kursus bagi mereka yang bertunangan dan ia pun memberkati sakramen perkawinan setidaknya satu kali setiap minggunya selama beberapa tahun. Beberapa kali ia tetap menjalin hubungan dengan pasangan yang baru menikah, terutama mereka yang baru saja melahirkan. Perkumpulan ini melahirkan kelompok Rodzinka yang berarti “keluarga kecil”. Rodzinka segera bersatu dengan bidang pastoral yang melayani kaum muda, seperti Srodowisko (jaringan yang menghubungkan berbagai kelompok). […] Di Kraków, ia menemukan gagasan kedua yang disebutnya “cinta manusiawi”, “cinta yang indah”. Ia segera menyadari panggilannya untuk mengasihi dan menyebabkan ia semakin dekat dengan kaum muda. Oleh karena itu, ia tergerak untuk mengajarkan cinta kepada mereka. “Cinta bukanlah sesuatu yang dipelajari, namun tidak ada sesuatu pun yang begitu penting seperti belajar.” Wojtyła berpendapat bahwa hal ini merupakan suatu penegasan, naluri seksual adalah pemberian dari Allah. […] Cinta berarti mengharapkan kebaikan bagi sesamanya, sehingga ia rela memberikan dirinya bagi
12
kebaikan yang lain. Ketika mereka memberikan diri bagi kebaikan yang lain, kehidupan baru pun lahir yang mengalir dari cinta. […] Bagi Karol Wojtyła, tahuntahun bersama orang muda tersebut menjadi moment formatif (pembentukan) kedewasaannya pribadinya. Orang muda dengan berbagai pertanyaannya, keraguraguannya, dan di atas semua hal itu, merekalah yang telah mengarahkan Wojtyła kepada pemahaman akan realitas manusia. Oleh karenanya, merekalah (orang muda) menjadi guru pertamanya.
Artikel ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh fr. Carolus Budhi P. dengan berbagai penyesuaian dari artikel “The Life of Karol Wojtyla” dalam Majalah Totus Tuus Edisi Britania Raya Nomor 8, Desember 2006, Tahun I, hlm 12; dan artikel “Call Me Uncle” dalam Majalah Majalah Totus Tuus Edisi Britania Raya Nomor11/12, November-Desember 2007, Tahun II, hlm. 18-19. 1
“
Cinta berarti mengharapkan kebaikan bagi sesamanya, sehingga ia rela memberikan dirinya bagi kebaikan yang lain.
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Kaum muda adalah harapan Gereja dan dunia. Kamu adalah harapan saya - St. Yohanes Paulus II -
Persaudaraan Kaum Muda: St. Yohanes Paulus II senantiasa mencurahkan cintanya kepada kaum muda dengan menggagas World Youth Day. Datang dari seluruh penjuru dunia, kaum muda berkumpul di WYD 2016, Polandia.
Ad Intra
Anak Muda yang Menjadi
Agen Kerahiman Allah fr. Yoseph Sonny S
“Kepada Orang Muda, Biarkanlah dirimu ditangkap oleh cahaya Kristus, dan sebarkanlah cahaya itu dimana pun kamu berada.� - St. Yohanes Paulus II -
S
uasana syahdu meliputi ruangan nan suci. Terlihat Sosok wujud mungil nan Agung berdiri di depan altar. Barisan jubah putih pun berlutut untuk menyembah diriNya. Itulah gambaran singkat mengenai kegiatan adorasi yang dilakukan oleh para frater Diosesan Jakarta, setiap hari Jumat, di kapel Seminari Tinggi Yohanes Paulus II. Sebagai seorang calon imam Keuskupan Agung Jakarta, kegiatan adorasi menjadi kegiatan yang rutin kami lakukan. Beberapa orang mungkin setuju, bahwa seorang calon imam sudah seharusnya menjaga hidup rohaninya agar menjadi imam yang baik. Ada hal menarik, yang tidak lepas dari jati diri kami sebagai orang muda, yang dapat direfleksikan dari kegiatan adorasi ini. Sebagai orang muda, yang juga dipenuhi dengan dinamika studi filsafat, kegiatan adorasi menjadi salah satu bukti bahwa kami bersedia untuk keluar dari rutinitas sehari-hari dan mencari diri-Nya dalam ketenangan. Melalui adorasi, kami tidak hanya
14
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
diajak untuk berjaga-jaga bersama diri-Nya dan menikmati kehadiranNya dalam keheningan, tetapi juga diajak untuk merefleksikan diri kami serta mendoakan orang lain dan lingkungan sekitar kami. Dalam kegiatan adorasi inilah, kami menimba inspirasi dan kekuatan dari Allah yang Maharahim untuk semakin menjadi pribadi yang murah hati dan mau melayani sesama. Dalam rangka menyambut tahun Kerahiman Allah, kami juga melakukan ziarah ke sembilan paroki yang berada di Jakarta. Paroki-paroki tersebut adalah, Sta. Perawan Maria Diangkat Ke Surga (Katedral), St. Yohanes Bosco (Sunter), Hati Kudus (Kramat), St. Fransiskus Xaverius (Tanjung Priok), Bunda Hati Kudus (Kemakmuran), St. Antonius Padua (Bidara Cina), St. Ignatius (Jalan Malang), St. Lukas (Sunter), dan Gua Maria Susteran Gembala Baik (Jatinegara). Yang menjadi salah satu kekhasan kami
ketika berziarah adalah kendaraan yang kami gunakan. Dari satu paroki ke paroki lainnya, kami bepergian dengan menggunakan sepeda. Selain menjadi salah satu cara untuk mencintai lingkungan hidup, bepergian dengan menggunakan sepeda juga mengajarkan kami untuk menjaga kesehatan tubuh sebagai orang muda, yang merupakan generasi penerus bangsa dan Gereja. Di sisi lain, momen ziarah juga menjadi kesempatan bagi kami untuk melihat wajah Allah yang tercermin dalam Gereja yang kami kunjungi. Dengan melihat wajah Gereja inilah, kami diajak untuk semakin menyatukan diri dengan suka-duka umat Allah yang merupakan suka-duka Gereja pula. Pada akhirnya, kegiatan ziarah yang kami lakukan ini mengingatkan kami bahwa peziarahan iman yang sesungguhnya ada di dalam
Peziarahan Kerahiman:
Dengan bersepeda, para frater berziarah ke 9 Gereja di KAJ yang berakhir di Katedral.
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
15
“
Membagikan Kerahiman: Dengan semangat “Janda Miskin�, memberi dari kekurangan, kami berbagi kebahagiaan dengan teman-teman PA. Fajar Mataram, Cimanggis, 8 Februari 2016.
kehidupan kami masing-masing. Dalam peziarahan hidup itulah, setiap orang diajak untuk sampai kepada pengalaman akan Allah yang Maharahim melalui Yesus Kristus. Hal lainnya yang berkaitan dengan tahun Kerahiman Allah adalah tema rekoleksi komunitas yang kami pilih. Rekoleksi komunitas merupakan salah satu kegiatan rutin yang kami lakukan setiap bulan. Rekoleksi ini bertujuan untuk mengumpulkan kembali buahbuah rohani dari pengalaman hidup selama sebulan. Salah satu tema rekoleksi yang kami pilih untuk menyambut tahun Kerahiman Allah ini adalah, “Mensyukuri Kerahiman Allah dalam Jalan Panggilan�. Melalui tema ini, kami diingatkan bahwa panggilan hidup seorang Imam pada dasarnya adalah buah dari kebaikan Allah yang Maharahim. Dia lah yang telah lebih
16
dulu mencintai kami sebagai orang muda, bukan karena kami lebih baik dibandingkan anak muda lainnya, tetapi karena Dia mencintai kami apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan kami. Dengan pengalaman dicintai inilah, setiap frater pada akhirnya diajak untuk mensyukuri cinta tersebut dengan menjadi rahim bagi sesama dan senantiasa untuk melihat segalanya dalam suasana baru sebagai orang yang dicintai. Momen rekoleksi komunitas ini juga menjadi kesempatan bagi kami untuk mengaku dosa, di samping kegiatan pengakuan dosa yang kami jadwalkan secara pibadi. Kesadaran bahwa setiap orang diajak untuk mengarahkan hidupnya kepada kesempurnaan (bdk. Mat 5: 48) mengingatkan kami untuk menjadi pribadi yang lahir kembali dari rahim Allah yang Maharahim.
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Dalam pengakuan dosa lah, kami semakin merasakan pengalaman akan Allah yang Maharahim, yang mengampuni segala kesalahan kami dan senantiasa menyambut anak yang hilang dengan hati yang terbuka. Kesadaran merasakan pribadi Allah yang Maharahim ini juga mengajak kami untuk semakin beramal kasih kepada sesama. Ada dua kegiatan kami lakukan dalam rangka beramal kasih kepada sesama. Kegiatan yang pertama adalah mengunjungi Panti Asuhan Fajar Baru, Cimanggis, bertepatan dengan Imlek, 8 Februari 2016. Selain mengunjungi dan berdinamika bersama teman-teman di panti asuhan tersebut, kami juga sempat memberikan sedikit bantuan materiil kepada mereka. Hal menarik dalam momen kunjungan ini adalah kami berusaha untuk meniru spiritualitas “Janda Miskin� dalam Kitab Suci yang memberi dari kekurangannya. Kami berusaha untuk menyisihkan uang saku kami, yang tidak seberapa dan dikumpulkan selama setahun, sehingga terkumpullah dana yang cukup untuk disumbangkan kepada mereka. Kegiatan amal kasih kedua yang kami lakukan adalah live in di daerah sekitar Keuskupan Agung Jakarta pada bulan akhir Juli s.d. medio Agustus 2016. Ada beragam cara live in yang kami lakukan. Ada yang menjalani dinamika bersama anak pesantren di Pesantren Ath-Thaariq, ada yang menjalani dinamika bersama anak muda dalam kegiatan Character Building Training, ada
yang menjadi pedagang asongan di lampu merah, ada yang menjadi pengupas kerang di Kampung Nelayan Cilincing, ada yang menjadi petugas memandikan jenazah di Rumah Duka Oasis Lestari, ada yang menjadi pengasuh dari anak-anak berkebutuhan khusus di Yayasan Bhakti Luhur, dan ada juga yang menjadi pekerja pabrik di Cikarang. Dalam kegiatan live in ini, kami sadar bahwa pemberian diri adalah bentuk amal kasih yang terbaik. Pengalaman akan Allah yang Maharahim pada akhirnya harus terealisasi dalam kehidupan kami sehari-hari. Dengan terealisasinya pengalaman akan Allah yang Maharahim inilah, kami menjadi agen atau pewarta dari sosok Allah yang Maharahim.
“Kami adalah anak muda yang telah merasakan cinta Allah. Allah yang Maharahim yang telah memanggil kami, dari-Nya kami menimba inspirasi dan kekuatan, dan kepada-Nya kami memberikan diri untuk menjadi pewarta kerahiman-Nya.�
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
17
Dua wujud syukur: Pada ukiran kayu
karya Gustave DorĂŠ (Abad ke-19), si anak berlutut memohon pengampunan dari ayahnya, sementara itu si ayah yang penuh syukur berterimakasih kepada Bapa atas kerahiman-Nya yang mengembalikan si anak hilang (Luk 15:11-32) (Sumber the Digital Image Archieve, Pitts Theology Library, Candler School of Theology, Emory University.)
18
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Ad Intra
Karya
Belas Kasih Refleksi Kerahiman Allah dalam Menapaki Panggilan sebagai Calon Imam Diosesan KAJ
fr. Yohanes Lendra K.
D
alam ensiklik keduanya Dives in Misericordia (Kaya dalam Kerahiman), Santo Yohanes Paulus II mau mengajak semua orang untuk berusaha mewujudkan adanya karya belas kasih dalam dunia masa kini, sebab manusia masa kini cenderung telah melupakan tema belas kasihan (Misericordia Vultus art. 11). Belas kasih merupakan suatu sifat menakjubkan dari Sang Pencipta yang tidak mudah untuk diwujudkan dalam dunia ini, sehingga penting bagi kita untuk dapat menyadari realita dari belas kasih di dalam dunia. Menyadari dan merenungkan belas kasih, mampu mendorong kita agar dapat lebih memahami dan mengerti bahkan mewujudkan belas kasih itu sendiri. Semua itu dapat kita temukan melalui karya-karya nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Kerahiman Seorang Ibu Kerahiman belas kasih Allah ditampilkan melalui berbagai macam hal, sehingga setiap orang bisa menemukan karya kerahiman Allah dalam pengalaman hidup mereka masing-masing. Demikian juga dengan karya kerahiman Allah yang saya alami. Karya itu terwujud dalam tempat yang sangat aman dan nyaman yakni Rahim yang merupakan tempat Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
19
perlindungan bagi sang bayi. Menjadi sarana penyalur kehidupan sehingga memungkinkan adanya kelangsungan hidup manusia. Melalui rahim, saya sudah dikandung dan dibesarkan ibu. Dididik, dibina dan dibentuk seturut kasih sayangnya. Mengasihi dan mencintai saya sedemikian rupa, sehingga inilah realita yang menandai adanya karya belas kasih Allah yang hadir melalui seorang ibu. Saya ingat bagaimana sejak kecil ibu sudah melatih saya untuk bekerja, seperti dengan membersihkan rumah, bertanggung jawab terhadap berbagai perabotan rumah tangga dan yang lainnya. Saat kecil saya beranggapan bahwa
bekerja dan bertanggung jawab terhadap rumah itu tidak mudah, lalu saya lebih memilih bermain dan enggan untuk berurusan dengan yang namanya “bersihbersih�. Meskipun demikian, tanpa lelah ibu selalu setia membimbing saya dengan mengajarkan betapa pentingnya bekerja dalam hidup ini. Sejak dulu saya ingat ibu selalu berkata, “ Kamu harus belajar mandiri dan berjuang sebab hidup itu tidak mudah�. Kata-kata inilah yang selalu saya dengar jika berbuat kesalahan atau melakukan pelanggaran. Bahkan hingga kini terutama saat bekerja dan belajar saya selalu ingat dengan perkataan ini yang tentunya sudah tak asing lagi bagi saya.
Bersama Keluarga: Setelah penjubahan, fr. Lendra dapat bertemu kembali dengan keluarga yang senantiasa mendukung panggilannya. Sang bunda berdiri di sebelah kiri fr. Lendra (berbaju putih).
20
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Yang paling mengesankan bagi saya, ketika ibu memaafkan kesalahan yang saya perbuat. Dengan wajah dan paras keibuannya, ia memperlihatkan suatu ekspresi yang luar biasa. Bagi saya eksperesi itu sungguh tak wajar dan mungkin dapat dikatakan “aneh�, Namun akhirnya saya dapat mengerti bahwa dengan ekspresi inilah ibu memaafkan saya. Ekspresi yang merupakan tanda kerahiman dan belas kasih Tuhan hadir melalui seorang ibu dan turut mengubah serta membentuk diri saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
“Ekspresi yang
merupakan tanda kerahiman dan belas kasih Tuhan hadir melalui seorang ibu...�
Maria Bunda Kerahiman Jika sebelumnya saya menggambarkan kerahiman Allah melalui ibu saya sendiri, maka patutlah saya turut membahas mengenai kerahiman Allah yang dimiliki oleh Ibu dari semua umat beriman yakni Ibu Maria. Saya ingat sejak kecil sudah diajarkan oleh ibu untuk berdevosi kepada Ibu Maria. Ketika duduk di bangku SMP, saya selalu berdoa novena tiga salam Maria. Menjelang kenaikan kelas dan dalam setiap pergumulan yang ada, saya pasti selalu menyempatkan diri untuk berdoa kepada Sang Bunda memohon kebaikan dan kelancaran. Bahkan sampai pada saat memilih, menentukan dan mengikuti tes masuk Seminari Tinggi, saya tak lupa untuk memohon bantuan Sang Bunda. Hingga semuanya dapat berjalan dengan baik dan saya akui bahwa permohonan yang saya haturkan memang tidak pernah siasia. Bagi saya inilah karya belas kasih Tuhan yang ditampilkan melalui cara sederhana. Dengan menjalin keakraban kepada Bunda-Nya. Rahim Ibu Maria menjadi tempat bagi Tuhan untuk bersemayam dan mengawali adanya karya belas kasih. Selain itu, Ibu Maria telah masuk kedalam tempat kudus kerahiman ilahi sebab kerahiman Sang Putra turut membentuk hidup Maria seturut belas kasih-Nya (MV art. 24). Maka kita dapat melihat dan belajar dari sang Ibu Kerahiman yang merupakan sumber penghiburan dan kekuatan bagi kita agar dapat lebih menyadari nyatanya karya kerahiman Allah. *** fr. Lendra adalah frater TOR (Tahun Orientasi Rohani) KAJ di Wisma Puruhita, Klender. Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
21
Kerahiman sungguh nyata: Pada
lukisan minyak Madonna di Loreto karya Caravaggio ( 1603 – 1605), kedua peziarah berlutut menyembah kepada Sang Putra dalam pelukan Bunda. Keletihan pun sirna karena telah mendapat berkat-Nya. (Sumber A Quiet Holiness: Caravaggio’s Madonna di Loreto, caravagissta.com.)
22
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Apa yang kamu ketahui tentang Tahun Kerahiman Allah?
Baru-baru ini, saya mendengar mengenai Tahun Kerahiman Allah. Jika tidak salah, tahun ini hanya dirayakan beberapa tahun sekali dan ditandai dengan Paus yang membuka pintu gereja yang besar [Basilika]. Tahun Kerahiman Allah ini menurut saya membicarakan tentang kemuliaan Allah yang besar.
Jennifer Louis,
President University - PMKAJ Unit Selatan
Pengalaman apa yang mengesankan selama Tahun Kerahiman Allah?
Adit,
OMK Paroki St. Herkulianus - Depok
“Pengalaman saat pencurahan Roh Kudus di Seminar Hidup Dalam Roh Kudus, merasa dijumpai dan disapa Allah secara pribadi, dan sampai sekarang setiap pengakuan dosa dan Ekaristi (bagian DSA) selalu merasakan hal itu.�
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
23
Ad Extra
Pengalaman Bersama Kerahiman Allah Daniel Giuseppe K.
endengar istilah Kerahiman M Allah tentunya menjadi hal yang membuat kaum muda
bingung, apa sih sebenarnya Kerahiman Allah itu? Kebingungan itu juga saya hadapi ketika pertama kali mendengar tentang Kerahiman Allah. Tentunya saya mencari tahu dari internet dan mencoba bertanya kepada beberapa Pastor arti penjelasan tersebut. Pertama kali saya mendengar Kerahiman Allah adalah saat saya diutus untuk ikut serta dalam Kongres Youcat Internasional di Tagatay City, Filipina. Tema yang diambil tentang Kerahiman Allah.Tahun Kerahiman Allah dimulai pada tanggal 8 Desember 2015 (Pesta Maria dikandung Tanpa Noda) dan akan ditutup pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, 20 November 2016. Paus Fransiskus mengeluarkan bulla berjudul “Missericordiae Vultus� (Wajah Kerahiman) dalam rangka Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah. 24
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Saya menemukan makna bahwa kita diberikan pengampunan dari Allah yang Maha Rahim. Sebagai kaum muda, hal ini menjadi tanda bahwa kita harus selalu bertobat dihadapan Allah dan juga selalu dapat bersyukur dengan apa yang sudah didapatkan selama hidup. Sebagai contoh, ketika beraktifitas sehari-hari saya selalu bertemu dengan banyak orang dalam perjalanan menuju ke tempat kerja. Melihat wajah setiap orang yang saya lalui terkadang membuat saya merasakan wajah-wajah yang penuh gembira, sedih, bingung, senang, letih,dan sebagainya. Tentunya hal ini membuat saya merasakan itulah wajah- wajah dari cerminan pribadi kita. Kita pun juga tidak luput dari wajah-wajah tersebut. Ketika kita menghadapi masalah yang mendera ataupun situasi yang membahagiakan, kadang kita menghadirkan raut yang sama dengan mereka. Hal lain dari apa yang saya dapatkan sebagai kaum muda adalah adalah tentang petobatan. Allah akan selalu hadir dalam hidup kita dalam setiap situasi yang kita hadapi. Meskipun kita berdosa, tapi bertobatlah dan mohon ampun kepada Tuhan yang pastinya membuat kita dapat selalu merasakan wajah Kerahiman Allah. Seperti dalam Injil, yang dimana menjadi salah satu dasar dari Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah adalah kisah orang samaria yang baik hati. Kisah ini menjadi penegasan bahwa kita kaum muda mudah sekali jatuh dalam dosa di tengah
gemerlapnya kehidupan. Kehidupan kita tampak semakin acuh terhadap sesama. Kita diingatkan kembali untuk selalu menolong sesama dan juga selalu percaya kepada Allah. Allah akan selalu hadir dalam setiap pertobatan kita setelah kita menyesali dosa-dosa kita dalam sakramen tobat. Sesungguhnya saya merasakan kasih Allah begitu besar dengan menerima sakramen tobat. Rahmat Kerahiman Allah dapat saya rasakan dengan menjadi pribadi yang baru dan juga menjadi pribadi yang menyinarkan Kerahiman Allah itu sendiri. Saya berkesempatan mengikuti perhelatan World Youth Day 2016 Krakow. Pengalaman tersebut menjadikan saya semakin merasa bahwa Allah memiliki grand design besar dalam hidup ini. Saya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan karena ingin konsentrasi dalam pelayanan Komisi Kepemudaan KAJ dalam persiapan IYD 2016. Karena saya mempersiapkan IYD 2016, saya mendapat kesempatan untuk ikut serta dalam WYD 2016. Acara ini saya pikir tidak mungkin saya ikuti karena banyak keterbatasan dalam berbagai hal, tetapi Tuhan memberikan jalan dengan cara tidak dapat mudah saya mengerti. Cara Tuhan dalam hidup saya dapat saya rasakan sungguh indah dan tepat pada waktunya. Berawal dari sebuah telepon yang masuk ke ponsel saya dan seorang teman mengajak saya untuk ikut serta dalam WYD 2016. Tidak hanya ikut serta dalam acara
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
25
tersebut, namun juga sebagai volunteer DOCAT (pada saat WYD 2016 kemarin diluncurkannya buku DOCAT tersebut). Tentunya menjadi relawan membuat saya senang dalam setiap kegiatan sebagai pelayan. Saya menyambut baik ajakan tersebut yang tentunya dalam proses persiapannya pun juga tidak semulus yang dapat dibayangkan. Ada masa masa dimana saya majumundur dalam setiap prosesnya untuk ikut dalam perhelatan acara tersebut. Pada satu tahap, saya yakin Allah selalu hadir dalam setiap proses detik demi detik dalam hidup kita. Itulah Kerahiman Allah yang saya rasakan dari setiap proses persiapan saya dalam mengikuti WYD 2016 kemarin. Allah selalu hadir dalam wajah-wajah yang tidak disangka untuk membantu saya dalam keberangkatan saya ke Krakow. Hingga tiba dimana saya berangkat menuju WYD, dengan dua teman saya yang merupakan kelompok terakhir yang berangkat menuju Krakow, Polandia. Banyak pengalaman yang saya rasakan ketika saya menjalani proses dalam WYD kemarin. Setiap hari saya bertemu dengan kaum muda dari negara lain dan saling bercerita bagaimana di negara masing masing tentang dinamika kaum mudanya. Saya merasakan bagaimana kita semua disatukan dalam iman. Kekatolikan kita semakin dirasakan kalau kita ini bersama dalam kesatuan, tidak terpecah pecah dan beriman kepada Yesus Kristus. Dalam proses menjadi relawan DOCAT
26
WYD 2016 kemarin, ada beberapa pengalaman yang menguatkan saya untuk selalu dapat menjadi terang bagi sesama. Bisa dibilang menjadi penyemangat bagi sesama untuk selalu dekat dengan Gereja, karena istilah “semua akan indah pada waktuNya� adalah benar adanya. Kita percaya saja kepada Allah, Dia akan membantu kita dalam mendampingi hari demi hari.
Kekatolikan kita semakin dirasakan kalau kita ini bersama dalam kesatuan, tidak terpecah pecah dan beriman kepada Yesus Kristus. Salah satu pengalaman WYD 2016 kemarin, saya diutus berdua bersama teman dari Indonesia untuk mengunjungi suatu Gereja. Kami diutus untuk menyosialisasikan DOCAT kepada peserta WYD lainnya dari negara lain. Kami berangkat menuju sebuah gereja yang dimana jika dilihat dalam peta, cukup jauh dari penginapan kami. Kami tidak tahu sama sekali daerahnya hanya percaya dengan sebuah panduan saja untuk sampai ditempat itu. Dalam perjalanan kami, kami pun
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Persatuan Kaum Muda:
Para volunteer DOCAT memberikan tampilan di depan ribuan anak muda pada saat Misa Pembuka WYD 2016 di Taman Blosnia. Sumber Flickr WYD 2016, Fabio Beretta.
tersesat dikarenakan sulitnya sampai ketempat yang kami tuju. Kami hampir putus asa dalam mencari, tetapi kami diselamatkan oleh seorang yang baik hati dan menunjukan gereja yang kami tuju. Kami merasa senang bertemu dengan orang asing yang baik hati. Saya merasa Allah hadir dalam pengalaman kami, dimana seorang asing yang mau membantu kami dalam menemukan tempat tujuan kami adalah pertolongan Tuhan bagi kami. Berbagai pengalaman kecil seperti contoh diatas banyak saya alami, dan saya merasa Tuhan dan Kerahiman-Nya selalu hadir dalam setiap permasalahanku. Pengalaman yang tidak dapat saya lupakan adalah saat dimana saya ikut serta dalam malam vigil. Ada 3 juta peserta WYD berkumpul di padang rumput luas dan bermalam disana. Perjalanan ke tempat tersebut membuat saya merasakan adanya dorongan kuat yang membantu kami semua peserta dapat melaluinya. Kami harus
berjalan kaki hingga 10 km untuk sampai ke tempat tujuan kami. Kami berjalan di tengah teriknya matahari dan juga panasnya udara yang kami rasakan. Saya merasa ada kekuatan yang menjadi pendorong saya untuk terus berjalan kaki hingga sampai ke tempat tujuan. walaupun memang fisik sudah semakin lelah tetapi dapat dirasa ada yang menguatkan untuk terus Berjalan selangkah demi langkah hingga sampai ketempat tujuan. Pengalaman berjalan kaki ini menolong saya dan menunjukan banyak hal untuk saya. Ketika kita mulai lelah dalam menjalani hidup dan putus asa, ingatlah kembali pada masa sulit yang mampu kita lewati. Tentunya ini menjadi semangat atau menjadi kekuatan bagi saya dalam menjalani hidup sebagai kaum muda. kita selalu dihadapkan dalam proses panjang dalam menjalani hidup ini, seperti dalam pendidikan, pekerjaan, ataupun pelayanan. Kita merasa sudah melakukan banyak hal tetapi masih Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
27
saja dirasa belum sampai tujuan. Kadang kita merasa lelah dan mau menyudahinya, tetapi kembali lagi dalam prosesnya pasti ada semangat yang dapat membantu kita. Rahmat Allah sedang hadir dalam hidup kita, dimana kita dimampukan olehNya untuk dapat melewati setiap hal sulit yang kita hadapi. Dalam perjalanan saya sebagai kaum muda di tengah arus jaman yang menantang, saya kembali pada semangat melayani dalam hidup menggereja. Hal ini menjadi pegangan yang kuat dalam melewati setiap persoalan yang ada, baik dari setiap kesalahan kesalahan kita, ataupun permasalahan kita. Dari setiap hal yang kita lewati, kita akan
selalu merasakan wajah kerahiman Allah dalam hidup kita. Ketika kita mau kembali kepada Allah dan mau menerima Allah hadir dalam hidup kita, kita akan mendapatkan keselamatan. Mengapa? Karena setiap kesalahan maupun permasalahan yang kita hadapi akan selalu ada rahmat Allah yang luar biasa bagi kita. Rahmat Allah menjadikan kita bersemangat dalam menjalani masa muda kita. Semoga kaum muda dapat terus merasakan Kerahiman Allah dalam hari-harinya.Tidak terbatas pada Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah saja, tetapi dalam setiap proses kehidupan yang kita alami bersama sebagai kaum muda.
Sdr. Daniel adalah anggota Komisi Komisi Kepemudaan KAJ.
Bergandengan dengan Kaum Muda:
Paus Fransiskus berjalan bersama perwakilan kaum muda dari berbagai negara melintasi Gerbang Suci Kerahiman Allah, di WYD Krakow 2016. Sumber Flickr WYD 2016, Tytus Stachowiak.
28
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Kunjungan Paroki Gereja Keluarga Kudus Rawamangun 16 Oktober 2016
#panggilanitumenggembirakan #seminaritinggikaj #styohanespaulusii
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
29
Ad Extra Bercermin dari
Angka danWajah
Kerahiman Allah fr. Antonius Arfin S, dkk
G
ereja Katolik Universal telah menetapkan bahwa selama Tahun 2016 dirayakan sebagai Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah. Umat Allah di Keuskupan Agung Jakarta didorong untuk melakukan berbagai gerakan rohani, baik secara pribadi, keluarga, komunitas, maupun paroki. Tujuannya adalah untuk memperdalam iman dan menimba rahmat berlimpah sepanjang Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah. Apa saja gerakan rohani di Keuskupan Agung Jakarta? Gereja KAJ mengajak seluruh umat untuk mengalami momen adorasi, rekoleksi, doa novena, gerakan amal kasih, dan ziarah sembilan Gereja. Beberapa kegiatan tersebut merupakan bentuk sederhana yang hendak kami angkat di beberapa sekolah Katolik di KAJ. Masih ada beberapa kegiatan spesial lainnya yang belum kami angkat di sini, seperti momen 24 jam untuk Tuhan dan penghapusan dosa (indulgensi penuh). Sebagai bentuk gerakan bersama Gereja Keuskupan Agung Jakarta, redaksi Teman Seperjalanan turut berpartisipasi dalam rasa syukur dan evaluasi bersama atas Tahun Kerahiman Allah. Berangkat dari kemampuan redaksi, evaluasi dilakukan melalui sebuah penelitian deskriptif. Responden adalah anak-anak remaja berusia 12-15 tahun atau setingkat SMP sebanyak 90 siswa/i. Sample ini ambil menggunakan sistem polling atau jajak pendapat. Model pertanyaan yang diajukan sadalah Yes-No Question, dan ditutup dengan jawaban terbuka yang masih dalam koridor multiple choice.
30
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Pertama-tama kami hendak mengangkat hal fundamental dari polling tentang kerahiman Allah ini. Hasilnya, sebagian besar anak (95%) telah mengetahui bahwa tahun ini adalah tahun kerahiman Allah. Tentu saja sebagai suatu pernyataan dasar, data tersebut akan menentukan gerak data-data yang lain. Secara keseluruhan memang sejumlah besar anak yang sudah mengetahui bahwa tahun ini adalah Tahun Kerahiman Allah, akan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan rohani di Keuskupan Agung Jakarta.
Adorasi Suci
Apabila kita menengok kegiatan rekoleksi dan doa novena, sebagian besar anak belum pernah ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Ada 62,2% siswa/i yang belum mengikuti kegiatan rekoleksi. Pun halnya dengan kegiatan doa novena bersama, masih ada 55,6% siswa/i yang belum berdoa novena. Mengapa hal ini terjadi? Salah satu jawabannya karena sebagian besar anak lebih menyukai aksi konkret dalam beramal.
Aku mengetahui bahwa tahun ini adalah Tahun Kerahiman Allah 5%
95% Secara keseluruhan sudah ada 59,4 % kegiatan yang diikuti siswa/i, dan 38,2 % sisanya merupakan kegiatan yang belum diikuti. Bagaimana perinciannya? Berangkat dari ajakan untuk mengikuti adorasi suci, sebagian besar anak sudah pernah ikut adorasi (62,2%). Umumnya mereka mengikuti adorasi saat misa Jumat Pertama di Paroki. Sebanyak 35 anak dari 90 peserta (37,8%) masih belum ikut serta dalam doa adorasi suci.
Rekoleksi
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
31
Novena Kerahiman Allah
Amal Kasih ditujukan kepada...
32
Kegiatan amal kasih menjadi salah satu ‘ujung tombak’untuk mengamalkan kerahiman Allah. Angka tertinggi dari seluruh kegiatan rohani KAJ terletak pada antusiasme gerakan amal kasih. Sebanyak 75% siswa/i sudah melakukan amal kasih untuk saudaranya. Dari 75% anak yang sudah melakukan amal kasih, bentuk amal kasih mereka masih bisa digolongkan dalam dua bentuk besar. Sebanyak 66,6% siswa/i telah melakukan amal kasih untuk sesamanya di luar keluarga besar. Adapun 8 % siswa/i gemar melakukan amal kasih dalam keluarga besarnya.
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Terkait dengan peziarahan bersama untuk mengunjungi sembilan Gereja di KAJ, masih banyak siswa/i yang belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Ada 61% siswa/i yang belum pernah sekalipun melakukan ziarah sembilan Gereja. Siswa/i lainnya (39%) pun belum sepenuhnya genap menunaikan ziarah 9 Gereja.
Ziarah 9 Gereja di KAJ
Kegiatan Rohani yang Paling Mengesan Selama Tahun Kerahiman Allah
Titik akhir polling kegiatan rohani KAJ ini ditutup dengan kegiatan yang paling mengesan untuk siswa/i. Sebagian besar siswa/i terkesan dengan kegiatan amal kasih dan rekoleksi (28%). Kegiatan adorasi yang sudah diikuti oleh 62,2% anak ternyata hanya berkesan untuk 9% siswa/i. Pada akhirnya, gerakan Kerahiman Allah adalah peziarahan tak kunjung usai. Umat Allah di Keuskupan
Agung Jakarta terus dipanggil untuk menampilkan wajah Kerahiman Allah. Data-data yang dipaparkan redaksi Teman Seperjalanan hanyalah potret kecil yang tidak bisa merangkum keagungan Allah yang Maharahim. Harapannya, gerakan sekecil apapun yang telah dilakukan oleh teman-teman muda kita ini mampu membawa semangat besar untuk masa depan Gereja. Semoga!
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
33
“Kerahiman Allah itu dapat digambarkan seperti rahim ibu yang di dalamnya ada cinta kasih, keamanan, dan kenyamanan yang dirasakan oleh anaknya yang berada dalam kandungan itu.�
Ana Christina Univ. Mercu Buana
Dito Univ. Multimedia Nusantara
Belas kasih Allah sendiri, sumber pengampunan, dan tidak ada kasih yang lebih besar dari itu. Saya sendiri menghidupi kerahiman Allah dengan meneladani dan bersikap penuh belas kasih, seperti tidak mudah menyimpan dendam dan mengampuni kesalahan-kesalahan kecil teman-teman di kampus.
Pertolongan, sentuhan dari diri-Nya yang luar biasa ketika tersesat atau susah, jadi merasa well protected (rahim letaknya di dalam kan‌. Jadi aman)
Elva ISKADEN (Ikatan Siswa-Siswi Katolik Dekenat Selatan) 34
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Sharing Pastoral
Peziarahan Studi di Kota Abadi fr. Pius Novrin A.
Pada mulanya adalah kata‌
K
utipan dari Injil Yohanes 1 ini saya ambil untuk memulai kisah perutusan studi saya di Kota Abadi, Roma. Tiga tahun lalu, Romo Tunjung Kesuma, Rektor Seminari Tinggi KAJ, dalam sebuah colloquium (pertemuan pribadi) berkata kepada saya, “Novrin, kamu mendapat tugas untuk melanjutkan studi lanjut teologi di Roma.� Mendengar kabar ini, perasaan saya campur aduk. Ada perasaan bingung, cemas, takut. Saya tidak punya gambaran apa yang akan terjadi kelak. Dan, perutusan dari Seminari Tinggi KAJ inilah yang membuka rangkaian jalan cerita perjalanan studi saya di Roma. Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
35
Dalam perjalanan pendidikan seorang calon imam projo Jakarta, saat itu saya sudah sampai di tahap menyelesaikan studi teologi dan filsafat di STF Driyarkara selama 4 tahun. Selepas itu, para frater kemudian mendapat kesempatan untuk melakukan Tahun Orientasi Pastoral (TOP) selama satu atau dua tahun. Sementara temanteman seangkatan saya yang lain menjalani perutusan TOP di paroki atau seminari menengah, saya tetap tinggal di Seminari Tinggi KAJ, Cempaka Putih dalam rangka mempersiapkan perutusan studi ini dan mulai belajar Bahasa Italia. Darimana saya mendapat kesempatan studi di luar negeri seperti ini? Perutusan studi lanjut ini merupakan program beasiswa dari Kongregasi
Propaganda Fide (Evangelisasi untuk Bangsa-bangsa) yang berpusat di Vatikan untuk Gereja-Gereja muda di seluruh dunia. Setiap tahun Kongregasi ini memberikan beasiswa untuk para imam dan calon imam diosesan dari Gereja-Gereja di tanah misi untuk tinggal dan bersekolah di Roma, Italia. Diharapkan, setelah menyelesaikan studi, kami pun bisa membagikan apa yang kami dapat di Roma ini bagi keuskupan yang mengutus kami. Adanya beasiswa ini tidak lepas dari peran serta umat dan donatur di seluruh dunia yang menyumbangkan kolekte setiap tahunnya terutama ketika ada intensi khusus untuk pendidikan imam dan calon imam. Jadi, dengan kata lain beasiswa yang saya terima ini adalah dari umat dan untuk umat.
terima ini adalah “beasiswa yaatngdasanya untuk umat. “ dari um
Satu atap penuh warna Pada tanggal 22 Juni 2014. Saat kota Jakarta merayakan ulangtahunnya, saat itu juga kali pertama saya menjejakkan kaki di Roma, caput mundi. Semenjak itu, saya tinggal di sebuah seminari yang bernama Pontificio Collegio Urbano (selanjutnya saya singkat menjadi “collegio�). Collegio yang didirikan pada tahun 1627 oleh Paus Urbano VIII ini didedikasikan secara khusus
36
untuk mempersiapkan tenagatenaga imam pribumi di tanah misi. Seperti halnya seminari tinggi pada umumnya, kami pun memiliki jadwal harian di komunitas collegio. Aktivitas dimulai dari bangun pagi jam 6, lalu misa/ibadat pagi, sarapan, kuliah pagi, makan siang bersama, kuliah sore, olahraga, ibadat sore, makan malam bersama, ibadat malam, lalu istirahat. Di akhir pekan, kami mendapat tugas pastoral di
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Menatap Takhta St. Petrus: Lanskap Basilika St. Petrus dilihat dari Collegio Urbano.
(Sumber Dokumentasi fr. Novrin.)
paroki atau karya kerasulan lain. Dalam dua tahun ini, saya mendapat tugas untuk melakukan pelayanan di kantor Pontificie Opere Missionarie (Lembaga Pontifikal untuk Karya Misi) sebagai editor foto dan bertugas pula untuk menjadi organis di Paroki St. Anna, Vatikan setiap hari Minggu pagi. Sebuah kesempatan pastoral lain yang sungguh membahagiakan adalah ketika ditugaskan untuk menjadi salah satu misdinar dalam Misa Paskah bersama Bapa Suci Fransiskus. Tinggal di sebuah negara baru dengan komunitas yang baru membuat saya perlu menyesuaikan diri dengan kultur yang ada. Mengenai makanan sehari-hari, saya perlu belajar untuk mengikuti table manner di collegio, yakni dimulai dari
pasta sebagai piring pertama, lalu di piring kedua disajikan daging atau ikan, lalu di piring ketiga disajikan salad dan buah. Makanan Italia itu enak namun tetap saja lidah ini terkadang merindukan cita rasa makanan Asia. Karena itu, sebagai hiburan ketika kangen makanan Asia, sesekali saya pergi ke restoran Chinesse food untuk sekadar membeli nasi goreng atau babi panggang. Hal baru yang saya alami di sini juga adalah mengenai pergantian empat musim. Musim yang berubahubah ini menuntut saya untuk menyesuaikan cara berpakaian. Pernah suatu kali saya membuat kesalahan. Suatu hari di bulan Desember, saya keluar dari collegio dengan hanya memakai kaos dan jaket tipis. Dan ternyata suhu udara Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
37
di luar sangat dingin. Hari esoknya saya pun tumbang karena pusing dan flu. Semenjak pengalaman itu, saya menjadi lebih aware untuk mengecek perkiraan cuaca dan melindungi tubuh dengan pakaian berlapis terutama ketika musim dingin. Salah satu ciri yang menonjol dari collegio adalah keberagaman yang ada di komunitas kami. Di collegio, saya berada satu atap dengan 160 seminaris lain yang berasal lebih dari 30 negara di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Para seminaris tersebut bukan hanya calon imam untuk Gereja Katolik ritus Roma, melainkan juga untuk Gereja Katolik
ritus Siro Malabar, Siro Malankar, Caldea, dan ritus Koptik. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa kini saya ada bersama dengan orang-orang dari seluruh penjuru dunia dengan segala adat, kebiasaan, dan pola pikir yang berbeda-beda. Di awal, culture shock jelas ada. Lalu, perbedaan bahasa pun sempat menjadi kendala bagi kami di bulan-bulan awal. Namun, seiring berjalannya waktu kini kami semua menggunakan Bahasa Italia sebagai bahasa sehari-hari. Keberagaman ini tidak terletak hanya pada komposisi seminaris. Staf formator di collegio pun cukup berwarna. Rektor kami saat ini adalah
Miniatur dari Universalitas Gereja Katolik :
Keragaman dalam angkatan fr. Novrin yang berasal dari berbagai negara dipersatukan di bawah atap yang sama, Collegio Urbano. fr. Novrin berdiri kedua dari kanan di barisan paling depan (Sumber Dokumentasi fr. Novrin.)
38
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
orang Italia. Beliau dibantu oleh lima wakil rektor yang berasal dari Italia, India, Cina, Benin, dan Uganda. Lalu, kami pun memiliki sejumlah imam pendamping spiritual yang berasal dari Jerman, Portugal, Malta, Kongo, India, dan Vietnam. Terlihat jelas bahwa universalitas adalah salah satu ciri khas dari collegio kami. Di sini saya melihat dan mengalami miniatur dari universalitas yang ada di dalam tubuh Gereja Katolik. Kami semua disatukan oleh perutusan misi Gereja lokal yang mengirim kami untuk hidup di collegio ini. Sebagai sebuah rumah formasi, hal menarik yang saya alami di dalam collegio adalah mencoba untuk berteman dengan orangorang dari negara lain dengan segala perbedaan kultur, kebiasaan, dan cara pandang. Proses ini tidak begitu mudah. Teman-teman dari benua Afrika rata-rata memiliki spontanitas yang tinggi. Mereka tidak malu untuk mengutarakan pendapat, berdebat, bahkan sampai terlihat konflik untuk mempertahankan pendapatnya. Sementara saya dan pada umumnya teman-teman dari Asia terkesan lebih kalem, jarang menyampaikan pendapat, menghindari konflik. Pengalaman gesekan seperti itu tidak memungkiri kebahagiaan yang saya alami di collegio ini. Kata kuncinya hanya satu yakni butuh kerendahan hati untuk berempati dengan orang lain. Proses adaptasi saya di collegio ini banyak terbantu dengan kehadiran orang-orang Indonesia di dalam collegio yakni Romo Agustinus Triedy, yang menjadi wakil rektor saya di collegio selama
Bersama teman-teman setanah air... (Sumber Dokumentasi fr. Novrin.)
dua tahun dan dua orang teman dari Keuskupan Agung Semarang yakni Heri dan Jojo. Kami berempat saling sharing pengalaman, berbagi suka duka dan saling menguatkan satu sama lain. Ketika sudah sumpek dengan segala kesulitan, saya biasa datang kepada mereka dan bisa bercerita dari hati ke hati dengan bahasa Indonesia. Di situlah saya merasakan pengalaman berada di “rumah”. Euntes, Docete Omnes Gentes “Pergilah, ajarlah semua bangsa menjadi murid-Ku…” (Matius 28, 19-20). Kalimat berbahasa Latin ini menjadi slogan dari Universitas Kepausan Urbaniana, tempat saya kuliah bakaloreat teologi. Untuk menyelesaikan program studi ini dibutuhkan waktu tiga tahun dan saat ini saya sedang menjalani tahun yang terakhir. Dalam jurusan teologi ini, saya belajar mengenal dan mendalami kitab suci, ajaran moral, dogma, hukum Gereja, dan juga bahasa klasik seperti Latin, Yunani, dan Ibrani.
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
39
Menjadi voluntir bagi para peziarah di Gua Maria Lourdes( Sumber Dokumentasi fr. Novrin.)
Teman seangkatan saya di kelas kuliah berjumlah kurang lebih 50 orang dari berbagai macam negara. Model pembelajaran di kelas kami lebih banyak berupa kuliah tatap muka dan semua materi disampaikan dalam bahasa Italia. Di tahun pertama, saya cukup jatuh bangun untuk dapat menangkap apa yang dosen jelaskan di dalam kelas. Terkadang, saya merekam penjelasan dosen dengan ponsel saya untuk kemudian saya dengarkan lagi setelah pelajaran usai. Kamus dan Google Translate pun menjadi teman setia saya ketika membaca diktat atau buku pegangan yang diberikan oleh dosen. Hal yang cukup membuat jantung
40
berdebar adalah saat-saat ujian. Banyak dari antara dosen yang lebih cenderung untuk mengadakan ujian lisan daripada ujian tertulis. Seperti di tempat kuliah lain, selalu saja di tengah para mahasiswa beredar informasi mengenai tipe dosen yang baik ataupun juga yang killer. Ketika harus berhadapan empat mata dengan dosen yang terkenal killer, ketegangan pun semakin berlipat. Tantangan yang perlu saya taklukkan adalah memahami materi, mencoba untuk menyusun penjelasan dalam bahasa Italia, dan mengontrol emosi. Syukur kepada Allah, sejauh ini saya bisa menghadapi ujian-ujian tersebut dengan baik. Pergulatan studi yang saya
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
alami di tempat ini adalah lebih mengenai pemahaman akan siapa diri saya. Saya perlu mengenali mana kelebihan dan kekurangan dari karakter pribadiku. Sebagai contoh, saya menyadari bahwa saya lemah dalam hal menangkap penjelasan dosen di kelas. Oleh karena itu untuk menyiasati kelemahan itu saya perlu membuat ringkasan pribadi dari buku atau mengadakan diskusi dengan teman. Problem bahasa adalah salah satu kendala utama yang perlu saya hadapi. Oleh karena itu, dibutuhkan ketekunan dan kesetiaan untuk belajar sedikit demi sedikit setiap hari. Membaca literatur Italia, mendengarkan berita radio dalam bahasa Italia, atau menonton film berbahasa Italia perlahan menambah kosa kata yang saya miliki. Semakin banyak kosa kata, semakin mudah bagi saya untuk belajar. Saya banyak belajar dari kultur membaca yang cukup kuat di tengah masyarakat Eropa. Di bus, kereta, atau di taman kota selalu saya jumpai orang-orang sedang membaca buku. Hal ini memacu saya untuk mencoba untuk mengakrabkan diri dan membaca dengan sabar teksteks bahasa asing. Kadang muncul rasa jenuh dan kesal ketika sudah mencoba untuk membaca sebuah teks tetapi tetap saja saya tidak dapat mengerti isinya. Namun inilah seni dari belajar itu sendiri. Mengalami Belas Kasih Allah Ketika merenungkan segala pengalaman studi ini, kadang saya bertanya-tanya kepada diri saya sendiri “Kok bisa ya sekarang
gue sampe di tempat kayak gini?” Pertanyaannya mudah tetapi untuk menjawab itu ternyata tidak cukup mudah. Refleksi dari Santo Yohanes Paulus II mengenai hidup panggilan membantu saya untuk merenungkan pertanyaan tersebut. Beliau merefleksikan bahwa panggilan itu adalah rahmat dan sekaligus misteri. Jika saya lihat ke belakang, saya menemukan begitu banyak jejak rahmat Tuhan dalam perjalanan panggilan saya: bagaimana keluarga menanamkan nilai kristiani dan memperkenalkan hidup panggilan menjadi imam, pengolahan di seminari menengah dan seminari tinggi dengan segala lika-likunya, lalu saat ini saya berada di Roma untuk melanjutkan studi. Dari berbagai pengalaman rahmat itulah saya mencoba untuk membaca “tanda” untuk memaknai misi hidup saya saat ini sebagai seorang seminaris KAJ yang sedang mempersiapkan diri menghidupi panggilan imamat.
“Panggilan itu adalah rahmat dan sekaligus misteri” – St. YohanesPaulus II-
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
41
Dalam proses mempersiapkan diri, saya sadar bahwa di titik ini saya berhadapan dengan sebuah misteri. Menurut KBBI, definisi dari misteri adalah “apa pun yang semakin dapat dimengerti atau dihayati, tetapi tidak pernah ditangkap seluruhnya sehingga tetap merupakan rahasia�. Panggilan menjadi imam sebagai sebuah misteri mengingatkan saya bahwa saya tidak akan sanggup jika hanya mengandalkan diri sendiri. Saya dari hari ke hari belajar untuk keluar dari diri saya sendiri dan membiarkan Kristus, Sang Empunya Tuaian, untuk menopang panggilanku dengan belas kasih-Nya. Belas kasih Kristus itu secara konkret dapat saya rasakan dan alami dalam kesatuan dengan Gereja. Saya, yang di sini dan sekarang ini sedang studi bakaloreat teologi, merupakan bagian dari perutusan Gereja. Betapa agung bahwa Allah yang penuh belas kasih mengikursertakan saya untuk menjadi sahabat dan pekerja di kebun anggur-Nya. Saya merenungkan bahwa menjadi imam bukanlah sekedar mempersiapkan diri untuk sampai pada tahbisan imamat, melainkan proses tiada henti untuk mengalami Allah yang berbelas kasih di dalam hidupku. Dan pengalaman akan belas kasih Allah itulah yang memampukan saya untuk memberikan hidup saya sebagai seorang imam, seturut teladan Yesus Kristus, Sang Imam Agung. Di dalam proses ini saya mencoba mengenali siapa diri saya, kekuatan dan kerapuhan yang ada. Dari sanalah saya mengalami kerahiman Allah yang begitu besar dalam hidup. Kecemasan, keraguan dalam menjalani panggilan terkadang muncul, namun cinta kasih Allah selalu menemani saya untuk melampaui itu.
Pujilah Tuhan sebab Ia baik, kekal abadi kasih setia-Nya! (Mzm 135:1)
menjadi imam‌ proses tiada henti untuk mengalami Allah yang berbelas kasih di dalam hidupku
42
“
fr. Novrin sedang menempuh perutusan studi Teologi di Pontificio Collegio Urbano, Roma.
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Kegiatan apa yang sudah kamu lakukan selama tahun Kerahiman Allah?
Saya dan teman-teman di KMK berkarya dalam pelayanan Tuhan. Kegiatan yang telah kami lakukan yaitu: Retret, Sehari Bersama KMK, Dies Natalis dan Bina Mahasiswa KMK Politeknik Negeri Jakarta, Character Building Training, dan Temu Mahasiswa yang diselenggarakan oleh teman-teman Pastoral Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta. Saya mendapatkan ilmu dan pelajaran hidup yang sangat luar biasa berharga.
Valentina Deriska,
OMK Paroki St. Stefanus - Cilandak
Bernardus Herdian Nugroho,
Politeknik Negeri Jakarta PMKAJ Unit Selatan
“Kegiatan yang aku lakukan selama Tahun Kerahiman Allah, Ziarah 9 Gereja, berdoa rosario, tiap tanggal 13 Novena di Jatinegara, ikut retret, dan ikut KKS di lingkungan.�.
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
43
Pojok Teologi
a ud M um Ka a ej er G n da h la Al an m hi ra Ke RD. Riki Maulana Baruwarso
ahun Tberakhir Allah
Kudus Kerahiman (TKKA) akan segera pada 20 November 2016 – Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Setahun bukanlah waktu yang cukup bagi kita (Gereja) untuk dapat sungguh-sungguh menghayati semangat “Kerahiman Allah� dan mengalaminya secara komunal44
personal. Pergolakan sosial-politik saat ini sangat mempengaruhi bagaimana Gereja menghayati dan mengalami Kerahiman Allah. Tidak terkecuali orang muda Katolik yang menjadi anggota penting tubuh Gereja. Tulisan kecil ini hendak menyoroti relasi antara makna TKKA dan kaum muda.
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Inilah wajah masa depan Gereja KAJ: Kaum muda dipertemukan dalam KAJ Youth Day 2015 sebagai saudara dan menyadari identitasnya sebagai pengikut Kristus. Sumber: Dokumentasi KAJYD 2015
Kerahiman: Pengalaman Biblis Kitab Suci kita mengungkap kata ‘Kerahiman’ dengan beragam kata sepadan, misalnya ‘kesetiaan’ dan ‘belas-kasih’, dan sering disandingkan dengan kata lain seperti ‘persatuan’ dan ‘penjagaan’. Melalui variasi kata ini dapat dengan mudah disimpulkan bahwa konteks relasi menjadi sangat kental. Allah kita bukanlah konsep dingin metafisis dan jauh, melainkan Pribadi yang berelasi dekat dengan manusia. Kitab Suci Perjanjian Baru memberikan kesaksian bagaimana Yesus mengajarkan para murid-
Nya untuk menyebut Allah dengan sebutan sangat personal, yakni Bapa (bdk. Mt 6:9-13). Dalam Injil menurut Lukas, gambaran Allah yang begitu hangat dan dekat dengan kita manusia berdosa menjadi sangat nyata ketika Yesus mengungkap wajah Allah dalam perumpamaan ‘Bapa yang Maharahim’ (Lk 15:11-32). Kerahiman bukan sematamata sifat Allah, melainkan secara analogis bisa dikatakan juga sebagai potensi manusiawi. Syukur karena dan dalam Yesus Kristus kita dapat melihat dan mengalami bagaimana manusia dapat mengungkapkan kerahiman atau kasihnya kepada sesama: menyembuhkan penyakit, mengampuni kesalahan, menghibur yang berduka, dll. Jika tidak ada potensi ini maka permintaan Yesus, “Hendaklah kamu murah hati seperti Bapa” (Luk 6:36), menjadi sulit untuk dipahami.
“Kerahiman bukan
semata-mata sifat Allah, melainkan secara analogis bisa dikatakan juga sebagai potensi manusiawi
”
TKKA: Panggilan akan ingatan Ajakan Paus Fransiskus untuk merayakan secara khusus ‘Kerahiman Allah’ pada tahun ini, setidaknya untuk saya, merupakan seruan bagi Gereja dan Dunia untuk tidak lupa akan sejarah. Tanggal pembukaan TKKA yang bertepatan dengan
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
45
peringatan 50 tahun penutupan Konsili Vatikan II (8 Desember 1965) merupakan signal kuat panggilan akan ingatan sejarah. Konsili Vatikan II (KV II) dilaksanakan dalam suasana sosialpolitik yang panas usai Perang Dunia II. Perang dingin terjadi antara dua negara adidaya, yakni Amerika Serikat-Sekutu dan Uni Soviet. Selain itu ada juga pergolakan di beberapa negara Timur Tengah. Situasi ini hanya menciptakan kecemasan dan ketakutan bagi masyarakat dunia. Di tengah kehampaan makna hidup inilah Gereja telah memberikan kesaksian akan optimisme hari depan yang lebih baik. Walaupun ada ketakutan bahkan penolakan terhadap kebaruan dalam Gereja dari beberapa ‘pelayan’-nya sendiri, akhirnya toh Konsili Vatikan II dapat dibawa menuju ‘akhir’. Kebaruan yang diusung oleh KV II adalah perubahan perspektif (cara pandang). Syukur atas kemajuan studi Kitab Suci, Patristik (Para Bapa Gereja), Teologi dan ilmu pengetahuan lainnya, Gereja belajar untuk memandang dunia dalam kaca mata ‘persaudaraan’ (Paulus VI). Tidak lagi ditemukan kecaman, sesat!, dalam dokumen-dokumen KV II. Gereja mau menjadi saksi persaudaraan sejati antar manusia. Kendati demikian harus diakui bahwa perubahan ini harus dibayar dengan harga yang tidak murah: banyak imam memilih keluar dari Gereja Katolik. Perjuangan akan kebaruan dalam Gereja inilah yang sepertinya ingin diingatkan oleh Paus Fransiskus.
46
Ketika Gereja sebelumnya mampu memberikan optimisme persaudaraan kepada dunia, jangan sampai usaha ini lantas hilang ditelan zaman. Ketika dunia tidak belajar dan mengulangi lagi sejarah perang yang memakan ribuan korban manusia, Gereja harus mampu memberikan kesaksian kuat akan persaudaraan. Ingatan (Yun. mneme atau Ibr. zikkaron) adalah identitas dan daya hidup Gereja. Menjaga ‘ingatan’ menjadi penting bagi Gereja supaya tidak kehilangan identitas dan arah perjuangan. TKKA: Ajakan melampaui batas Kerahiman dihayati dan dialami dalam pengertian ‘melampaui batas’. Ketika melakukan tindakantindakan ‘populis’, misalnya wefie dengan anak-anak muda, membasuh kaki para narapidana dan wanita saat misa Kamis Putih, ikut mengantri untuk menerima Sakramen pengampunan dosa, dll., Paus Fransiskus tidak melakukan hal lain selain mengingatkan akan perspektif ‘persaudaraan’ yang sudah sejak lama diperjuangkan Gereja. Persaudaraan dalam aksi sudah pasti menuntut keberanian untuk melampaui batas atau sekat-sekat yang kita buat sendiri. Orang cenderung takut mengalami ‘batas’, karena ‘batas’ dilihat semata-mata sebagai akhir atau kesudahan: di seberang akhir itu tidak ada apa-apa. Melalui TKKA Paus Fransiskus menggerakkan Gereja untuk menghayati dan mengalami Kerahiman Allah dalam pengalamanpengalaman batas, dan hanya dalam
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Kedekatan dengan Kaum Muda: Paus Fransiskus berpose wefie dengan kaum muda di Tempat Ziarah Solmoe, Korea Selatan, dalam rangkaian Asian Youth Day 2015. Sumber: Ahn Young-joon/ Associated Press pool
pengalaman-pengalaman batas Kerahiman Allah dapat sungguh dirasakan dan tidak menjadi slogan semata. Paus menyerukan penerimaan Komuni kudus bagi para pasangan yang mengalami problem hidup konkret perceraian. Paus mengundang seluruh Romo Paroki (di Eropa terutama) untuk membuka pintu bagi para pengungsi yang terpaksa melarikan diri dari situasi perang di negerinya. Tidak sedikit yang ragu bahkan memandang nyinyir tindakan Paus Fransiskus. Gereja Kaum Muda Dunia bergerak secara progresif syukur karena orang-orang muda. Zaman sekarang ini semua orang di seluruh dunia dapat terhubung dengan aplikasi Facebook yang
didirikan oleh orang muda bernama Mark Zuckerberg. Orang-orang muda mencoba melampaui batasbatas teritorial, bahkan juga batasbatas privasi, dengan social media ini. Selain itu, di tanah air kita punya Nadiem Makarim yang telah mengubah wajah transportasi tradisional kita, ojek, dengan aplikasi Go-Jek. Kreasi dan Inovasi dengan demikian menjadi karakteristik kaum muda. Orang muda cenderung tertantang untuk melampaui ‘batasbatas’ karena percaya bahwa ada sesuatu di seberang sana. Jika orang muda pada umumnya menyadari dan mengakui ‘Kreasi dan Inovasi’ sebagai bagian dalam hidup mereka, maka orang muda Katolik ditantang untuk memaknai identitas ini dalam Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
47
Terang Kristus. Artinya, keberanian untuk berubah dan mengubah, yang menjadi potensi kaum muda, bisa menjadi modal utama dalam hidup menggereja. Namun pertanyaannya: Apakah ada tempat untuk mereka? Di Eropa semakin banyak kaum muda yang terlibat aktif dalam organisasi-organisasi kemanusiaan dan lingkungan hidup, walaupun mungkin jarang atau tidak pernah mengikuti Ekaristi. Tetapi mungkin mereka inilah yang dapat menghargai dan melihat makna tindakan-tindakan simbolik Paus Fransiskus.
“
...keberanian untuk berubah dan mengubah, yang menjadi potensi kaum muda, bisa menjadi modal utama dalam hidup menggereja.
Di satu sisi orang muda Katolik ditantang untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam nilai-nilai kristiani. Artinya, mereka tidak sembarang berkreasi, namun berkreasi dengan tanggungjawab iman. Di lain sisi Gereja ditantang untuk berani berjalan bersama kaum muda. Berjalan bersama mereka berarti berani mengalami apa yang mereka alami, yakni berani mengalami sakitnya perubahan. Gereja pasca-KV II telah mengalami rasa sakit akibat perubahan dan keterbukaan. Akan
48
tetapi kita telah melihat buahnya dalam liturgi, dalam relasi Gereja dengan ilmu-ilmu pengetahuan, dalam oikumene, dan dalam relasi Gereja dengan mereka yang berkeyakinan lain. Bahaya untuk kembali ke belakang memang selalu ada. Untuk itulah Paus Fransiskus memanggil ingatan tersebut. Ketika Gereja berani untuk terus berubah dan keluar dari batasbatas kenyamanan, walaupun terasa sakit, Gereja dapat menghayati dan mengalami Kerahiman. Karena, sekali lagi, kerahiman dialami dalam situasi-situasi batas. Dan Gereja yang berani untuk bertransformasi adalah Gereja kaum muda. Akan tetapi, orang muda yang takut terluka karena perubahan, dia sebetulnya tidak lagi muda. Gereja dapat hidup di mana kaum muda sungguh hidup sebagai kaum muda. Georgianum, 10 Oktober 2015
Romo Riki adalah mahasiswa Doktoral Teologi di Ludwig-Maximilian Universität, Mßnchen,Jerman
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Saya merasakan perlindungan Tuhan
}
Pengalaman akan kerahiman Allah apa yang dialami selama Tahun Yubelium ini?
bagi kedua orang tua saya. Di tahun ini, mereka menginjak usia 50 tahun. Saya merasa kasih Tuhan sangat luar biasa bagi mereka, sehingga mereka selalu dapat mendidik dan membimbing saya. Saya berharap perlindungan Tuhan ini tidak hanya terjadi pada tahun ini saja, melainkan berlanjut hingga seumur hidup mereka.
Apa yang kamu ketahui tentang Kerahiman Allah?
Kuasa Allah yang sangat luar biasa yang punya daya
membaharui kehidupan dan memerdekakan. Kerahiman Allah itu mejelma dan masuk ke dalam sejarah umat manusia, dalam diri Yesus Kristus. Yesus inilah wajah sempurna Kerahiman Allah.
Cecilia Morinta, FKG Univ. Indonesia - PMKAJ Unit Selatan
}
Agnes OMK Paroki Ratu Rosari, Jagakarsa
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
49
50
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Pojok Sastra
Perbedaan yang Berbelas Kasih fr. Gregorius Wilson
C
lara Indriyanti adalah namaku. Aku anak ketiga dari empat bersaudara. Kini aku berusia sepuluh tahun. Tiaptiap pagi, aku melihat ayah mengenakan baju coklat dengan sepatu kulit yang mengkilat. Kata ibuku, ayah adalah orang yang suka berhitung. Tiap-tiap malam ayah duduk di ruang tengah dengan setumpuk nota yang dipenuhi dengan angkaangka. Aku tidak pernah melihat kejadian itu. Setelah makan malam bersama, aku memilih untuk duduk di ruang tamu untuk belajar. Hanya di sanalah aku dapat belajar dengan baik. Di sana ada kipas angin, meja dan lampu yang cukup terang
untuk belajar. Ibuku sangat setia menemani aku belajar di malam hari. Maklum ibuku seorang guru TK di salah satu sekolah swasta. Aku mengalami kehidupanku dengan sukacita. Ketika berumur lima tahun, ayah selalu berpesan kepadaku, “Nak belajar yang rajin supaya dapat nilai bagus dan menjadi semakin bijaksana.� Jujur saja aku tidak tahu arti kata bijaksana. Apakah itu nama salah satu binatang di ruang angkasa? Namun, kata itu terus terbayang ketika aku belajar dan terus memacuku semangatku untuk menggali pengetahuan. Orang-orang merasa heran akan jawabanku ketika ditanya perihal motivasi belajar. “Aku ingin menjadi
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
51
orang yang bijaksana.” Jawabku dengan penuh gairah. Aku juga merasa heran ketika orang-orang keheranan mendengar jawabanku. Apa artinya bijaksana? -oOoSudah lima tahun aku bersekolah di SD Damai. Hari ini aku mendapat seorang teman kelas baru. Ia berkerudung dan berkacamata. Temanku yang berkerudung ini adalah teman yang paling baik di kelas. Ia datang tepat waktu ke sekolah dan memperhatikan pelajaran yang diajarkan ibu guru. Rumah kami tidak begitu jauh dari sekolah, maka kami pulang bersama berjalan kaki. Dalam perjalanan pulang, sering kudengar cerita-cerita unik dan lucu. Akupun kerap menceritakan kakak-kakakku yang sudah kerja dan kuliah. Ketika melintasi jalan raya, kami bergandengan tangan dan memberi aba-aba dengan tangan untuk menyeberang. Tubuh kami tidak terlalu tinggi dan harus menyeberangi jalan raya yang begitu lebar. Ketika jalan ramai, aku dan temanku menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat kendaraan apa yang melesat. Namun, kami berdua senantiasa diberikan keselamatan saat menyeberang oleh Tuhan. -oOoAku sering mendengar suatu bisikan dari mulut temanku ketika menyebrang, ia berbisik melafalkan doa seperti yang sering kudengar
52
saat adzan Maghrib tiba. Saat kami pertama kali berjalan bersama, aku mengikuti kata-kata itu. Aku membayangkan bisikan tersebut sebagai alunan doa yang menyertai langkah kami. Namun, kini aku sadar doa yang kami lafalkan berbeda tetapi kami berdoa kepada Dia yang Maha Baik. Aku merasa senang berteman dengannya. Perbedaan bukan menjadi hambatan dalam persahabatan kami. Ia adalah orang yang baik. Kami selalu pulang bersama, sekalipun aku masih mencatat catatan di papan tulis. Setiap hari Jumat, pelajar yang beragama Islam diwajibkan mengikuti Shalat Jumat di Mushola sekolah. Aku menunggunya di bawah pohon sambil menyantap bekal yang dibawakan ibuku dari rumah. Sesudah menungguinya shalat, kami berdua berjalan bersama meninggalkan sekolah. -oOoSuatu waktu, temanku bertanya padaku, “Indri, kenapa kamu tidak shalat?” “Ehm kenapa ya?” Jawabku dengan heran dan terus bertanyatanya dalam hati. “Aku berdoa dengan cara yang lain. Aku juga tidak mengenakan kerudung. Aku berdoa kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus itu orang baik, seperti kamu.” Mendengar jawabanku ia heran dan bingung. “Siapa sih Tuhan Yesus itu? Tetangga kamu?”
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
“Bukan, bukan, bukan. Ia itu orang baik dan menolongku ketika aku kesusahan. Kata Mamaku, Ia adalah Tuhan yang dapat mengabulkan permohonanku.� Wajahnya tampak bingung. Kami terus berjalan bersama tanpa mempermasalahkan agama kami. -oOoPakai kerudung atau tidak bukan masalah buatku. Aku merasa senang berteman dengannya. Tidak ada batasan antara kami. Walaupun Ia tidak mengenal Yesus, pasti Dia menjaga kami dalam perjalanan.
Sampai detik ini aku masih bisa hidup dan bermain bersama temanku yang berkerudung itu. Temanku dan orangtuaku adalah orang-orang yang menjadi tanda belas kasih Tuhan. Aku percaya Tuhan Yesus hadir di dalam diri temanku yang berkerudung ini sekalipun ia tidak berdoa sepertiku. - tamat -
Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
53
Historia Domus Peristiwa berharga yang patut disyukuri
Tujuhbelasan ala Frater Sekali merdeka tetap merdeka! Para frater merayakan rahmat kemerdekaan Indonesia yang ke-71 tahun dengan lomba tujuhbelasan baik di lingkungan RW, dan seminari. Merdeka! 17 Agustus 2016
Diakon Baru Terimalah Injil Yesus Kristus! Bertepatan dengan Pesta St. Yakobus, Rasul, 25 Juli 2016, fr. Vincentius Rosihan Arifin ditahbiskan sebagai diakon oleh Mgr. Ignatius Suharyo di Gereja Katedral Maria Diangkat ke Surga. Selamat melayani! 25 Juli 2016
54
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Juli-November 2016
Jumatan Pertama Oktober
John Paul II Feast Day
Bienvenue Romo Uut! PadaJumPer ini, Romo Uut men-sharing-kan perutusan studinya di Prancis. Tidak hanya itu, Romo Uut mendapatkan kunci seminari dari Romo Simon sebagai tanda penyambutannya sebagai staf seminari.
“Keluargaku,Pendukung Panggilanku�, para frater merayakan pesta nama santo pelidung seminari, St. Yohanes Paulus II, bersama keluarga. Pada kesempatan ini para romo staf seminari memberikan input terkait formasi calon imam KAJ.
7 Oktober 2016
25 Oktober 2016
Mengenang Arwah Berpulang ke rumah Bapa. Bersama Gereja universal, para frater mengenang arwah keluarga dan kerabat yang telah berpulang ke rumah Bapa. Pada ranting tersebut tergantunglah nama-nama yang kami doakan. 2 November 2016 Yang Muda, Yang Berbelas Kasih
55
"MURAH HATI S'PERTI BAPA" JADILAH MURAH HATI SEPERTI BAPA...TAPI GIMANA CARANYA?
Hmm...ADUH APA YA??? APA YANG HARUS AKU LAKUKAN?
Aarrg
OH..IYA...AKU INGAT PESAN ROMO LOLEK...
gh...
HATI-HATI YA NEK...
SEMANGAT BELAJAR
RAJIN BERDOA
EKARISTI
JANGAN LUPA:
CERIA MURAH SENYUM..
56
PEDULI PADA SESAMA
" NAH..TEMAN SEPERJALANAN MUDAH BUKAN TUK MENJADI MURAH HATI SEPERTI BAPA...? MESKI TAHUN KERAHIMAN ALLAH T'LAH BERAKHIR YUK KITA TERUSKAN Rm. Lolek KEMURAHAN HATI BAPA ITU KEPADA SESAMA KITA MULAI SAAT INI JUGA! "
Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II | Teman Seperjalanan | Edisi 30, Oktober - Desember 2016, Thn. XI
Kamukah
Masa Depan Gereja? #KAJ_menantimu
Jl. Cempaka Putih Timur XXV No. 7-8, Jakarta, INDONESIA Kode Pos: 10510 Telp. (021) 420 3374, 420 7480