UIN Alauddin Kian Diminati | Majalah Universum Edisi September 2018 UIN Alauddin Makassar

Page 1

www.uin-alauddin.ac.id


Salam Redaksi Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Upaya, kerja keras, keikhlasan dan kebersamaan semakin hari semakin mengkristal dilingkungan UIN Alauddin Makassar. Hal itu ternyata banyak membuahkan hasil menggembirakan. Sebutlah misalnya minat dan kepercayaan masyarakat terhadap UIN Alauddin Makassar dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang signifikan. Kepercayaan dan minat masyarakat dapat dilihat dari jumlah pendaftar Calon Mahasiswa Baru UIN Alauddin Makassar. Di tahun 2017 jumlah pendaftarnya hanya berkisar 63 ribu pendaftar. Di tahun 2018 ini melonjak menjadi 98.425 orang pendaftar. Pada tahun ini juga, tepatnya pada bulan Oktober 2018 mendatang UIN Alauddin Makassar akan menjadi tuan rumah acara Pekan Olahraga Riset dan Seni SeIndonesia Timur (Poros Intim). Kegiatan ini akan diikuti oleh PTKIN seIndonesia Timur. Dari sisi aktivitas penelitian, UIN Alauddin Makassar memiliki 68 jurnal yang diterbitkan oleh pihak Universitas, Lembaga, Fakultas dan jurusan-jurusan yang ada. Rata-rata jurnal tersebut terbit dua kali dalam setahun. Hingga saat ini jurnal-jurnal tersebut telah membuahkan 4713 karya. Dari keseluruhan jurnal tersebut, 13 jurnal diantaranya telah terakreditasi secara nasional. Menyambut tahun 2019 mendatang, diperlukan upaya yang semakin sungguhsungguh dari Civitas Akademika dan

02

Tenaga Kependidikan UIN Alauddin Makassar. Hal itu dikarenakan UIN Alauddin menargetkan untuk meraih akreditasi institusi dengan nilai A pada 2019. Untuk mengetahui langkah-langkah apa yang sedang dipersiapkan, pembaca dapat membaca wawancara khusus bersama Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Mardan MAg. Selain hal-hal yang telah diungkap sebelumnya, kita juga patut berbangga dengan berbagai prestasi yang ditelorkan oleh civitas akademika UIN Alauddin Makassar. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Alauddin Makassar bersama Dekan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) dan mahasiswa Teknik Informatika menjadi pembicara dalam konferensi internasional di Fukuoka University. Di Tahun ini juga Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UIN Alauddin Makassar Prof Aisyah Kara dipilih mewakili perempuan pemimpin muslim Indonesia dalam mengikuti kursus pendek (short course) di Deaken University, Australia, September 2018 yang lalu. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar dan Wakor Kopertais menjadi pembicara pada konferensi internasional terkait World Alliance for Religius Peace (WARP) di Seoul, Korea Selatan. Akhirnya selamat menikmati sajian kami. Dan selamat bagi adik-adik yang diwisuda. Semoga ilmunya dapat segera diterapkan.


DAFTAR ISI

10 UIN ALAUDDIN SIAP JADI Tuan Rumah Pionir Indonesia Timur

22

16

ALWAN SUBAN Dari Asisten Dosen Hingga Kepala Biro AUPK

30

Dosen dan Mahasiswa UIN Alauddin Jadi Pemakalah di Fukuoka University Jepang

Ke Korea Selatan Bahas Roadmap Perdamaian Dunia

03



HUMAS UIN ALADDIN MAKASSAR

Selamat dan Sukses

Atas Wisuda dan Gelar Yang Diraih Reporter uin-alauddin.ac.id dan Majalah universum


LAPORAN UTAMA

13 Jurnal UIN Alauddin Terakreditasi Kemeristek Dikti Sejak tahun lalu, jurnaljurnal yang ada di UIN Alauddin Makassar berbenah menata kelola kembali mekanisme penerbitan jurnal.

06

Universum - Hingga saat ini, terdapat 68 jurnal di laman http://journal.uinalauddin.ac.id/. Ke 68 jurnal tersebut merupakan jurnal-jurnal yang diterbitkan oleh Universitas, Lembaga, Fakultas, dan Jurusan-jurusan yang ada di Kampus. Ratarata jurnal tersebut terbit dua kali dalam setahun. Dari data terbaru, keseluruhan jurnal-jurnal tersebut hingga saat ini artikel

ilmiah telah terpublikasi secara online sebanyak 4713. Namun demikian, tidak semua jurnal tersebut terkelola dengan baik disebabkan beberapa masalah, terutama ketika aturan akreditasi jurnal ilmiah yang terbaru dimana salah satu syaratnya ialah menerapkan sistem tata kelola jurnal berbasis online. Paradigma tata kelola


LAPORAN UTAMA

13 pengelola Jurnal Ilmiah dari UIN Alauddin Makassar menunjukkan sertifikat Akreditasi Jurnal yang diberikan oleh Subdit Fasilitasi Jurnal Ilmiah, Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemeristek Dikti) di Swiss-Belhotel Makassar, Kamis (2/8/2018).

jurnal berbasis cetak, mesti dialihkan dengan mengikuti perkembangan teknologi yang ada saat ini. Mekanisme pengajuan akreditasi pun saat ini harus online. Tentu setiap pengelola-pengelola jurnal saat ini memiliki kemampuan yang berbeda-beda ketika dihadapkan dengan sistem berbasis online tersebut. Oleh karena itu, pada tahun 2017, Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga membentuk sebuah Tim Pendamping yang ditugasi untuk mendampingi setiap pengelola jurnal tersebut guna membenahi tata kelola jurnal mereka masing-masing, khususnya yang berkaitan dengan sistem online dan mengikuti setiap standar-standar akreditasi jurnal ilmiah yang berlaku. Pada hari Selasa, 17 Juli 2018 berdasarkan SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 21/E/KPT/2018 pada Tahap 1 (satu) ini terdapat 730 jurnal di Indonesia yang terakreditasi Nasional. 13 (tiga belas) diantaranya jurnal-jurnal yang terbit di UIN Alauddin Makassar. Sebanyak 13 pengelola Jurnal Ilmiah dari UIN Alauddin Makassar yang diundang dalam acara penyerahan sertifikat Akreditasi Jurnal oleh Subdit Fasilitasi Jurnal Ilmiah, Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemeristekdikti) di Swiss-Belhotel Makassar, Kamis (2/8/2018). Anggota tim pendampingan jurnal online UIN Alauddin Makassar, Taufiq Mahtar menjelaskan sebanyak 730 jurnal yang terakreditasi secara nasional di Indonesia pada tahap pertama. 13 di antaranya merupakan jurnal dari UIN Alauddin Makassar. “Ada 13 jurnal yang terakreditasi dari kampus. Tadi itu yang diundang ada 22 yang diberikan sertifikat untuk di kota Makassar. Insha Allah, jumlah jurnal terakreditasi Nasional di kampus akan bertambah lagi di akhir tahun ini jika jurnal-jurnal tersebut tetap konsisten mengikuti standar akreditasi jurnal ilmiah dan juga peraturan yang baru saja dibuat oleh Kemenristekdikti yakni Permenristekdikti Nomor 9 Tahun 2018 Tentang Akreditasi Jurnal Ilmiah.” jelas Taufiq. Jurnal tersebut di antaranya, AlKimia, Biogenesis :Jurnal Ilmiah Biologi,

ETERNAL (English, Teaching, Learning and Research Journal), Jurnal Adabiyah, Khizanah al-Hikmah : Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan, Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, JICSA (Journal of Islamic Civilization in Southeast Asia), JPP (Jurnal Politik Profetik), Jurnal Biotek, The Public Health Science Journal, Jurnal INSTEK (Informatika Sains dan Teknologi), Jurnal Minds: Manajemen Ide dan Inspirasi, Jurnal Iqtisaduna. Dari 13 jurnal itu, ada dua jurnal fakultas, yang diterbitkan fakultas sendiri, satu dari Fakultas Tarbiyah dan satu dari Fakultas Adab. Ada juga satu dari Jurnal yang diterbitkan Universitas. Selebihnya itu jurnal-jurnal yang diterbitkan jurusan, jelasnya. Taufiq juga membeberkan, adapun kriteria penilaian jurnal tersebut, berdasarkan peraturan baru permendikti no. 9 tahun 2018, di antaranya jurnal sudah harus memakai sistem online. “Kriteria penilaiannya itu ada enam syarat di situ, pertama, dia sudah online. Jadi temuan jurnal itu sudah wajib online. Dan setiap artikel itu juga ada yang namanya Digital Objek Identify (DOI),” ucapnya. Selain itu, kata dia, ada mekanisme penilaiannya seperti proses review. Jurnal yang terakreditasi tersebut juga telah melewati proses review untuk menghasilkan karya tulis yang berkualitas. “jurnal jurnal yang terakreditasi ini biasanya mereka mempublikasikan artikel artikel yang melewati proses review yangtergantung dari jurnalnya masing masing, ada yang berbulan bulan, ada yang berminggu-minggu, intinya proses review itu untuk betul betul menghasilkan karya tulis yang berkualitas. Jadi ada interaksi antara penulis editor dan reviewer. Sebelum betul betul mempublikasikan karya tulis yang berkualitas,” terang Taufiq, pendamping 68 jurnal yang ada di UIN Alauddin ini Sementara itu, Universitas lainnya yang juga mendapatkan sertifikat di antaranya, 1 jurnal dari Universitas Hasanuddin, 2 jurnal dari Universitas Negeri Makassar, 3 Jurnal dari Unismuh Makassar, 1 dari Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 1 dari Universitas Bosowa, dan 1 dari STAI Hasanuddin.

07


LAPORAN UTAMA

17 Mahasiswa UIN Alauddin Raih Beasiswa Kemendikbud Universum - Sebanyak 17 mahasiswa UIN Alauddin Makassar memperoleh beasiswa unggulan yang disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bagi mahasiswa berprestasi. 17 mahasiswa tersebut tersebar diberbagai fakultas yang ada di UIN Alauddin. Beasiswa Unggulan (BU) merupakan beasiswa yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) untuk warga Indonesia yang menempuh studi dari jenjang S1 hingga S3 baik di dalam negeri maupun luar negeri. BU sudah lama ada namun baru publikasi paling gencar ketika tahun 2016 kemarin. Pendaftaran BU dibuka dua kali. Gelombang pertama pada bulan Mei dan gelombang kedua pada bulan Agustus. Salah seorang penerima beasiswa, Andi Ummu Fauziah menjelaskan, ini untuk pertama kalinya mahasiswa UIN memperoleh beasiswa unggulan. Untuk pendaftaran di gelombang pertama, kata dia, hanya berjumlah 8 orang, lalu bertambah 9 orang di gelombang kedua. “Pertama itu, dulu kan belum ada memang penerimanya dari UIN Alauddin, terus pas angkatan saya itu di tahun 2016, itu angkatan pertamanya beasiswa unggulan di UIN Alauddin. Jadi mulai ada 8 orang lulus ditahap pertama” lanjutnya. “kemudian di tahap kedua angkatan 2017 yang mendaftar untuk beasiswa unggulan batch 2, bertambah menjadi 9 orang. Sehingga totalnya 17 orang,” ujar mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum ini. Pertama kali mengetahui adanya

08

beasiswa ini, lanjut Ummu, melalui informasi yang ada di internet. Ia mengatakan, untuk mendapatkan beasiswa tersebut harus melalui tahapantahapan seleksi yang tidak terlalu rumit. “Awalnya pertama saya searching, kemudian lengkapi berkas secara online, setelah itu ada pengumuman bagi yang lulus berkas administrasi, kemudian lanjut wawancara, setelah lulus langsung tandatangan kontrak,” terangnya. Ia mengaku, proses persiapan dilakukannya satu hingga dua bulan. Sementara, untuk Beasiswa Unggulan tahun 2018 ini telah ditutup tanggal 31 Agustus kemarin. Persyaratannya pun tidak berbeda dengan persyaratan BU tahun sebelumnya. “Prosesnya itu satu sampai dua bulan Kalau kemarin kan dibuka juga untuk mahasiswa baru, dan ditutup tanggal 31 Agustus. Persyaratannya itu maksimal semester 3. Waktu itu saya daftar di semester 2,” ungkapnya. Saat ini, kata dia, telah ada forum antar kampus sebagai wadah berbagi informasi mengenai beasiswa unggulan tersebut. Selain itu, ada pula forum khusus untuk masing-masing kampus. “Kita juga punya forum antar kampus, ada UNPAD, UMI , Unismuh, Unibos, dan kampus-kampus lainnya. Namanya forum beasiswa unggulan Indonesia timur. Untuk membesarkan nama kampus, kita juga membuat forum sendiri. Namanya Chapter UIN Alauddin,” ujarnya. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Prof Aisyah Kara MA PhD memberi apresiasi yang tinggi terhadap 17 mahasiswa yang memperoleh beasiswa


LAPORAN UTAMA

NAMA-NAMA PENERIMA Beasiswa Kemendikbud 1. Andi Ummu Fauziah S. 2. Sitti Rahma 3. Nur Adila Jam’an 4. Ibnu Anugrah Azis 5. Arif Rahman Hakim 6. Bunga Tunru 7. Ahmad Khalil 8. Nurul Fatimah Ramadhani 9. Iga Salsa 10.Galuh Pricilla 11.Ega Rusanti 12.Muhammad Fauzan Adhima 13.Riyadhtul Jinan 14.Nurcahya Hartiwisidi 15.Sitti Amina Hardianti 16.Rismawati 17.Citra Yayu Wahyuni

Dua Mahasiswa penerima beasiswa unggulan Kemendukbud menyambangi Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Prof St Aisyah Phd. Atas capaiannya, Prof St Aisyah mengapresiasi prestasi yang diperolehnya.

tersebut. Menurutnya, hal ini merupakan suatu prestasi yang membanggakan. “Kami memberi apresiasi setinggitingginya terhadap mahasiswa yang berprestasi. Sebab, untuk memperoleh beasiswa bukanlah hal mudah,” ujarnya. Ia berharap, mahasiswa yang memperoleh beasiswa unggulan tidak boleh cepat puas. Menurutnya, masih ada banyak hal yang harus diraih ke depannya untuk bisa menjadi pribadi yang lebih

baik. “Jangan merasa cepat puas. Ini adalah awal dari perjuangan untuk memperoleh kesuksesan ke depan,” imbuhnya. Sekadar diketahui, Program Beasiswa Unggulan yang disediakan oleh Kemendikbud ini ditujukan untuk mendukung upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui penyediaan bantuan pendidikan dan pelatihan baik melalui jalur gelar maupun non gelar. Sesuai tugas dan fungsi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maka, program ini diutamakan untuk mendukung upaya peningkatan kualitas pendidikan dan kebudayaan sehingga yang dibiayai diutamakan untuk bidang-bidang yang relevan pada pengembangan pendidikan dan kebudayaan. Program Beasiswa Unggulan juga mendukung upaya Pemerintah dalam memperkecil kesenjangan kinerja pendidikan antar-kelompok masyarakat, sehingga program ini juga memberikan peluang lebih besar bagi masyarakat miskin dan/atau yang tinggal di daerah tertinggal.

09


LAPORAN UTAM A

SIAP JADI Tuan Rumah Pionir Indonesia Timur Universum - UIN Alauddin Makassar akan menjadi tuan rumah acara Pekan Olahraga Riset dan Seni SeIndonesia Timur (Poros Intim) yang akan digelar pada Oktober mendatang. Kegiatan ini diikuti oleh perguruan tinggi se-Indonesia Timur. Event ini awalnya dicanangkan akan diselenggarakan pada September, namun agar lebih semarak maka berdasarkan hasil rapat disepakati untuk dirangkaikan dengan Dies Natalis UIN Alauddin Makassar. Menurut Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni sekaligus Ketua Panitia Poros Intim Prof Siti Aisyah PhD menyebutkan, Poros Intim tersebut dilaksanakan di UIN Alauddin Makassar karena Ketua Forum Wakil Rektor

10

III se-Indonesia Timur ada di UIN Alauddin Makassar. Selain itu menurutnya, UIN Alauddin Makassar juga merupakan cikal bakal dari STAIN dan IAIN Indonesia Timur. Sekretaris Panitia Poros Intim Baharuddin MAg mengatakan bahwa Poros Intim ini merupakan pra Pekan Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) Nasional. Melalui event ini mahasiswa dipersiapkan baik mental maupun fisik sebelum mengikuti lomba PIONIR tingkat Nasional nantinya. Sebanyak 13 Perguruan Tinggi akan turut berpartisipasi dalam acara Poros Intim tersebut. Bahar mengungkapkan, persiapan UIN Alauddin saat ini dapat dilihat secara fisik dengan dibenahinya lapangan


LAPORAN UTAMA

Foto bersama peserta Pekan Olahraga Riset dan Seni (Pionir) bersama civitas UIN Alauddin saat pelepasan mengikuti Pionir di Aceh 2017 lalu. Foto lainnya, sejumlah fasilitas olahraga telah dibenahi untuk persiapan Pekan Olahraga Riset dan Seni Indonesia Timur (Poros Maritim)

kampus II UIN Alauddin. Sementara secara administrasi, juknis akan dikirim ke 13 Perguruan Tinggi. “Juknis kita akan kirim ke 13 Perguruan Tinggi agar peserta memahami tata tertib tentang kegiatan ini khususnya pada cabang olahraga yang ditandingkan,” terangnya. Lanjut, pihak panitia juga akan segera menyurat ke fakultas untuk menyiapkan atlet-atletnya di Fakultas. Setelah itu, akan diseleksi di Rektorat sehingga peserta nantinya akan mengikuti lomba Poros Intim. “Kita sudah dua kali rapat dan sisa nanti kita akan menyurat ke fakultas untuk menyiapkan atlet-atletnya di Fakultas,” ujarnya. Cabang lomba yang akan dipertandingkan nantinya sama dengan yang dipertandingkan dalam ajang PIONIR antara lain, pertama, Bidang Ilmiah, meliputi; Debat Bahasa Arab, Debat Bahasa Inggris, Musabaqah Karya Ilmiah Qurani dan Musabaqah Qiraatul Kutub (MQK). Kedua, 10 cabang Olahraga, yaitu Futsal, Volley Ball, Tenis Meja, Bulu Tangkis, Catur, Panjat Dinding, Takraw, Pencak Silat, Basket, dan Karate. Ketiga, delapan cabang Seni, yaitu; Musabaqah Tilawah al-Quran (MTQ), Musabaqah Hifdzil-Quran (MHQ), Musabaqah Syarhil Quran (MSQ), Kaligrafi, Pop Solo Islami, Desain dan peragaan Busana Muslim, Puitisasi Alquran, dan Marawis;

dan Keempat, dua bidang Riset, yaitu Karya Tulis dan Karya Inovatif Mahasiswa. Namun menurut Prof Aisyah, kedepannya cabang lomba yang akan diperlombakan juga tergantung dengan jumlah pendaftar. “Misalnya, ada cabang lomba yang pendaftarnya kurang dari tiga orang akan kita gugurkan untuk diperlombakan,” tuturnya. Prof Aisyah juga menekankan, agar event Poros Intim ini dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi dengan kampus-kampus se-Indonesia Timur. “Jadikanlah ajang ini sebagai silaturahmi untuk memperkuat persaudaraan,” tuturnya. Selain jenis-jenis lomba diatas, ada dua jenis lomba tambahan yang akan dipertandingkan. Kedua lomba inilah yang membedakan dengan PIONIR yaitu, lomba senam dan lomba tenis untuk pegawai maupun dosen. Hal ini agar menjadi penyemarak kegiatan nantinya. Sebagai Sekretaris Panitia Baharuddin berharap agar kegiatan ini sukses. Melalui ajang ini juga ia menginginkan bisa menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan bakatnya karena ada tiga jenis lomba yaitu, seni, riset dan olahraga. “Semoga bisa menjadi bahan motivasi untuk lebih giat lagi dan lebih percaya diri dalam menyalur bakatnya. Ada tiga jenis lomba tergantung mahasiswa bakatnya dimana,” tuturnya.

11


LAPORAN UTAMA

UIN ALAUDDIN

Kian Diminati Kepercayaan masyarakat terhadap UIN Alauddin Makassar setiap tahun terus meningkat. Hal ini ditandai dengan melejitnya pendaftar Calon Mahasiswa Baru UIN Alauddin Makassar di tahun 2018 ini berjumlah 98.425 orang dari tahun sebelumnya hanya sekira 63 ribu lebih.

Universum - Secara nasional UIN Alauddin Makassar berada pada peringkat ketiga terbanyak pendaftar lingkup Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), setelah UIN Yogyakarta dan UIN Syarif Hidayatullah sebagai peringkat pertama dari enam jalur pendaftaran yang dibuka. Enam jalur itu dua merupakan jalur masuk perguruan tinggi di bawah naungan Kemenristek Dikti atau jalur umum. Hal ini dikemukakan Wakil Rektor bidang akademik UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Mardan MAg di ruang kerjanya, Jum’at (07/09/2018). . Dari jalur umum, kata Prof Mardan, sangat sedikit yang diterima pendaftar karena jatanya hanya 14 prodi. Berbeda dengan kampus lain yang mendongkrak justru di jalur SNMPTN dan SBMPTN. Di UIN Alauddin Makassar yang paling banyak peminatnya yaitu jalur SPAN PTKIN. Pada jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pendaftarnya meningkat menembus angka 4.467 dari tahun sebelumnya hanya 3000 lebih, begitupun pendaftar yang diterima

12

meningkat dari 427 pendaftar menjadi 576 pendaftar ditahun ini. Pada jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi negeri (SBMPTN) sebelumnya yang diterima hanya 300 pendaftar namun tahun ini meningkat menjadi 469 pendaftar. Dua jalur masuk perguruan tinggi di bawah naungan Kemenag RI juga mengalami peningkatan yang signifikan diantaranya adalah Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN PTKIN) yang tahun ini jumlah pendaftarnya mencapai 41.764 pendaftar dari tahun sebelumnya hanya 23 ribu lebih pendaftar. Jumlah yang diterima 1.874 orang namun yang mendaftar ulang hanya 860. Untuk jalur UMPTKIN tahun lalu hanya sekira 12 ribu pendaftar meningkat tahun ini menjadi 18.840 sementara jumlah yang diterima sebanyak 1.124 orang. kemudian yang mendaftar ulang sebanyak 830 0rang. Selain itu, Prof Mardan mengemukakan bahwa jalur terakhir dibuka yakni Ujian Masuk Mandiri (UMM) juga memiliki angka tinggi. Akumulasi pendaftar sebanyak 17.978 dengan jumlah yang diterima 2.860

Mahasiswa Baru Angkatan 2018 mengikuti Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK), di Auditorium kampus dua UIN Alauddin Makassar.


LAPORAN UTAMA

orang, kemudian mendaftar ulang sebanyak 2.268, meningkat dari tahun hanya sekira 800an. Untuk di jalur Ujian Masuk Khusus (UMK)menembus angka 4.949 pendaftar yang tahun lalu hanya sekira seribuan, dan pendaftar ulang sebanyak 763 orang dari 886 yang diterima. Jumlah keseluruhan mahasiswa baru UIN Alauddin angkatan 2018 sebanyak 5.427 orang. Karakteristik pendaftar yang diterima lebih banyak dari sekolah umum, sekira 55 ribuan lebih sedangkan pendaftar dari sekolah yang dinaungi Kementrian Agama hanya sekitar 40 ribuan. Ini hal yang cukup luar biasa karena UIN Alauddin Makassar sudah disorot masyarakat tidak hanya dari sekolah khusus keagamaan Islam tapi dari umum pun sudah mampu bersaing. “Artinya mereka sudah mengenal UIN Alauddin

Makassar dimana hal itu merupakan salah satu PR kampus kita�, kata Prof Mardan. Banyaknya pendaftar di UIN Alauddin Makassar tidak lepas dari hasil kerjasama yang dibangun antara pihak pengelola universitas, fakultas, jurusan atau prodi dan peran mahasiswa serta alumni. Sosialisasi yang dimulai Februari 2018 diantaranya menggunakan media sosial, SMS dengan kerjasama telkomsel, brosur, dan juga ada tim yang disebar di 24 kabupaten dan kota. Untuk luar Provinsi Sulawesi Selatan, sosialisasi melalui mahaiswa KKN ,PPL dan alumni UIN Alauddin dimanfaatkan dengan membawa atau mengirimkan brosur untuk disebar di daerahnya masing-masing. Harapannya, karena kita sudah memperoleh kepercayaan masyarakat , kita akan lebih focus memikirkan peningkatan

kualitas mahasiswa dengan cara membuka kelas internasional seperti jurusan kedokteran. Agar kualitas keilmuan dan pengetahuan mahasiswa setelah selesai tidak hanya bisa bersain secara nasional tapi meningkat pada skala internasional. Pengukuhan Mahasiswa Baru Sebanyak 5.427 Mahasiswa Baru (Maba) dikukuhkan sebagai mahasiswa UIN Alauddin Makassar. Seremoni pengukuhan itu berlangsung dalam sidang senat terbuka luar biasa sebagai rangkaian kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK), di Auditorium kampus dua UIN Alauddin Makassar. Di hadapan ribuan Maba, Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Dr H Musafir MSi Musafir mengingatkan agar mahasiswa

13


LAPORAN UTAMA dapat bersikap islami dan tidak mencoreng nama baik kampus. “Kalian harus ingat jika kalian adalah mahasiswa di kampus yang bercirikhaskan Islam. Jadi jalankan sistem dengan islam, perilaku islam. Jangan ada aksi yang mencoreng nama baik kampus,” ujarnya. Meski masih ada beberapa fasilitas yang kurang, kata dia, hal itu akan menjadi perhatian birokrasi untuk membenahi. Salah satunya dengan menggunakan sistem online untuk pembayaran SPP di UIN Alauddin. “Hal ini dilakukan mengingat semakin majunya perkembangan teknologi dan mahasiswa diwajibkan untuk selalu terbiasa dengan teknologi. Dalam waktu yang tidak lama, pembayaran SPP di UIN Alauddin Makassar akan menggunakan sistem E-learning; mahasiswa membayar meggunakan teknologi, ini dilakukan sebagai bentuk upaya untuk mempermudah mahasiwa dalam hal pembayaran SPP supaya kedepan tidak ada lagi ditemukan selalu terlambat mebayar,” ujar Prof Musafir dihadapan civitas akademika UIN Alauddin Makassar. Terpisah, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Sitti Aisyah Kara PhD mengatakan, pelaksanaan PBAK sudah dua kali dilaksanakan di UIN Alauddin Makassar. Begitupun di kampus lain yang berstatus PTKIN. Kata dia, penyambutan mahasiswa baru dengan sistem PBAK ini serangan dilakukan sesuai dengan SK Dirjen Pendis Kemenag RI tentang pelaksanaan PBAK. “Pada prinsipnya, dalam kegiatan ini diperkenalkan mengenai bagaimana kehidupan kampus, menjaga pergaulan, dan menjdi mahasiswa seutuhnya. Karenanya materi yang disemaikan kepada mereka yang baru beradaptasi di kampus khususnya di UIN Alauddin Makassar ini, mengandung tiga poin utama. Diantaranya adalah pengenelan budaya kampus, tentang akademik, dan Kemahasiswaan,” ujar dia. Aisyah Kara mengatakan, tiga poin tersebut dianggap sangat penting untuk diketahui oleh mahasiswa baru karena pengalaman pada penerimaan mana tahun lalu. “Banyak mahasiswa sudah lama di kampus tapi tidak terlalu paham dengan hak dan kewajibannya sebagai mahasiswa,” turur Prof Sitti Aisya Kara saat ditemui di ruang kerjanya di lantai tiga gedung

14

Rektorat kampus II UIN Alauddin Makassar, Rabu (05/09/2018). Selain itu, hal yang lebih penting yang ingin dicapai dalam PBAK ini, kata Aisyah, adalah membangun pendidikan karakter building, hanya saja di UIN Alauddin sudah

Foto atas: Rektor UIN Alauddin Prof Musafir MSi memasangkan almamater kepada Mahasiswa Baru Angkaan 2018. Foto bawah: Rektor memberi cenderamata kepada Kapolda Sulsel Irjen Pol Drs Umar Septono


LAPORAN UTAMA

Suasana Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Mahasiswa Baru Angkatan 2018 di Auditorium kampus dua UIN Alauddin Makassar.

dilakukan jauh-jauh sebelum Dirjen Pendis menginstruksikan lewat PBAK. “Jadi khusus poin pendidikan karakter building tidak dimasukkan dalam kegiatan PBAK, karena sudah ada lembaga yang dipercayakan dengan bidang pembinaan khusus karakter dan dengan lembaga itu dianggap jauh lebih efektif,” ulasnya. Pada pengenalan budaya akademik, mahasiswa baru diperkenalkan tentang proses belajar mengajar di dalam dan di luar kelas, mengelola portal masing-masing, mengurus administrasi pembayaran setiap semester dan mengenai sistem administrasi di bagian akademik, jurusan dan fakultas, serta tingkat universitas. Untuk perkenalan budaya kemasiswaan, mahasiswa baru diperkenalkan mengenai buku saku, kode etik kampus, dan sistem kemahasiswaan atau prosedur pengaduan bila ada hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan sistem penyelenggaraan perkuliahan. Dalam PBAK ini diperkenalkan pula bagaimana mengadukan dan dimana diadukan masalah-masalah yang dianggap tidak adil ketika ditemukan ketidakadilan di kampus. “Jadi mahasiswa baru diperkenalkan tentang hal-hal dasar yang dianggap penting untuk diketahu sehingga tidak kebingungan dan tidak canggung bila ada sesuatu yang ingin dikonsultasi kepada pihak pengelola kampus, karena dari awal mereka sudah

kenal dengan sistem yang ada di dalam kampus melalui PBAK,” terangnya. Ia juga menjelaskan bahwa pelaksanaan PBAK kali ini sangat menarik dan luar biasa, karena mereka dari fakultas masing-masing mempunyai kreativitas tersendiri. “Seperti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sangat luar biasa penyambutannya, mereka betul sangat kreatif dan luar biasa kolaborasi yang dibangun antara mahasiswa dan pihak pengelola fakultas,” bebernya. Penyambutan mahasiswa baru tahun 2018 ini sama seperti di 2017 lalu dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut, satu hari di kampus dan dua hari di masingmasing fakultas. H ini dilakukan dalam rangka mentransformasi informasi dan akademik, keuangan, kemahasiswaan, dan kode etik yang berlaku di UIN Alauddin Makassar. “Tak hanya itu, mulai tahun ini, melalui respon dan support yang sangat luar biasa dari Rektor UIN Alaudddin Makassar, mahasiswa diberikan beasiswa Rektor atau diistilahkan dengan Rektor Schoolarship. Yaitu, sebanyak 20 orang mahasiswa dengan ciri khas IPK tinggi dan menguasai bahasa Arab atau bahasa Inggris. Dan diharapkan untuk mahasiswa baru ada yang bisa menjadi mentor Rektor Scholarship ini,” ujarnya. Sebagai motivasi bagi mahasiswa baru, kata dia, setiap PBAK akan dilakukan pemberian sertifikat dan uang saku

kepada bintang mahasiswa UIN Alauddin Makassar. Perlu diakui bahwa mahasiswa yang berprestasi tingkat nasional maupun internasional per 01 Agustus 2018 sudah mencapai 75 orang. “Oleh karena itu, mudah-mudahan semua yang dilakukan adalah dalam rangka mensupport, mendukung seluruh prestasi akademik dan non akademik yang akan berlangsung di UIN Alauddin Makassar. Tentunya diharapkan dengan kegiatan PBAK ini dapat menjadi motivasi terhadap mahasiswa baru agar lebih memacu diri untuk mengembangkan karakternya dan prestasi akademiknya,” tukasnya. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pelaksanaan PBAK ini, lanjut Aisyah adalah untuk memberikan bimbingan mahasiswa baru agar mereka punya semangat belajar dan membangun pengalaman tidak hanya di dalam kampus, tapi juga di luar kampus. “Harapannya, karena masyarakat sudah percaya jadi kedepan bukan lagi pendaftar yang difikir tapi bagaimana membangun kualitas mahasiswa dengan cara, mungkin akan di buka kelas internasional seperti jurusan kedokteran UIN Alauddin. Supaya kualitas keilmuan dan pengetahuan mahasiswa setelah selesai tida khanya bisa bersaing secara nasional tapi naik pada skala internasional,” pungkasnya.

15


Sosok Alwan Suban

Dari Asisten Dosen Hingga Kepala Biro AUPK Terpilih sebagai Kepala Biro Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan (AUPK) UIN Alauddin Makassar rupanya bukanlah hal instan yang didapatkan oleh Drs Alwan Suban MAg. Perjalanan karir yang panjang dengan prinsip kerja ikhlas dan loyal membawanya hingga sampai ke titik ini.

Universum Alwan Suban meninggalkan Flores, kampung halamannya sejak tahun 1983 kemudian memutuskan untuk merantau ke Makassar. Di Makassar, ia menempuh pendidikan di UIN Alauddin yang saat itu masih IAIN pada Fakultas Ushuluddin. Kuliah sambil bekerja sebagai honorer di fakultas ditekuninya hingga ia tamat. “Saya bekerja sampai tamat jadi asisten dosen di Ushuluddin,” ungkapnya. Ia bercerita, kala itu, saat masih mengajar sebagai asisten dosen di Ushuluddin kemudian ada penerimaan pegawai. Bertekad untuk mendaftar, ia menghadap ke Rektor yang kala itu dijabat Prof Saleh Putuhena. Sayangnya, jatah untuk alumni sangat terbatas sehingga Rektor menyarankan agar Alwan Suban mengikuti pengangkatan Calon Pegawai Pencatatan Nikah (CPPN) yang bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Islam dan Dirjen Bimas Islam. Singkat cerita, setelah terangkat jadi Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) di Kabupaten Bantaeng selama empat tahun, ia pun pindah ke UIN Alauddin Makassar. Kebetulan yang menjabat sebagai Kepala

16

Kanwil Kemenag Sulsel pada waktu itu adalah mantan Kepala Biro IAIN Alauddin sehingga Rektor memerintahkan untuk memindahkan Alwan Suban ke IAIN Alauddin. Pertama kali masuk IAIN, ia memulai karir menjadi seorang staf di Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK). Enam bulan kemudian, ia dipromosikan jadi Kepala Sub Bagian (Kasubag) Tata Usaha (TU) Rektorat. Setelah itu ia kembali dipindahkan ke FDK sebagai Kasubag Akademik. Hingga Fakultas Sains dan Teknologi (FST) berdiri, ia dipercayakan untuk menata akademik di FST. Setelah itu, ia kembali ditempatkan di Rektorat sebagai Kepala Bagian (Kabag) Umum lalu terakhir sebelum menjabat sebagai Kepala Biro, ia diamanahkan sebagai Kabag Kemahasiswaan. Beberapa kali ditempatkan di fakultas bukan berarti Alwan Suban tidak terlibat dengan kegiatan di Rektorat, kinerjanya membuat pimpinan saat itu percaya dengan kemampuannya sehingga selalu dilibatkan pada semua kegiatan di Rektorat. “Meskipun saya ditempatkan beberapa kali di luar Rektorat, tapi semua kegiatan di Rektorat itu saya dilibatkan,” terangnya. Terpilih sebagai Kepala Biro AUPK, ia resmi dilantik oleh Menteri Agama pada tanggal 22 Desember 2017 di Jakarta. Setelah itu dilakukan serah terima oleh Rektor dari pejabat lama ke pejabat baru bertempat di lantai IV Gedung Rektorat yang dihadiri oleh semua unsur pimpinan dan pejabat UIN Alauddin Makassar. Menduduki jabatan Kepala Biro bukan hal yang mudah, ia harus mengikuti serangkaian seleksi sebelum akhirnya terpilih. Sejak awal pengumuman pembukaan pendaftaran Kepala Biro, Alwan Suban

Drs Alwan Suban berfoto di ruang kerjanya di Gedung Rektorat UIN Alauddin Makassar. Ia dilantik oleh Menteri Agama pada tanggal 22 Desember 2017 lalu di Jakarta sebagai Kepala Biro AUPK UIN Alauddin.


Sosok

aktif berkoordinasi dengan pimpinanpimpinan di UIN Alauddin Makassar dan juga petinggi-petinggi Kementeriaan Agama. “Saya anggap mereka itu bisa memberi petunjuk kepada saya, setelah saya mendaftar alhamdulillah lolos administrasi, yang ikut dulu ada 10 orang, 5 orang dari internal dan dari luar UIN,” terangnya. Setelah mengikuti seleksi administrasi, tes tertulis dan wawancara, melalui proses panjang akhirnya Alwan terpilih. Ada empat poin utama dalam programnya, yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini Aparatur Sipil Negara (ASN), penataan infrastruktur UIN Alauddin Makassar,

peningkatan disiplin pegawai melalui aturan yang berlaku di Indonesia, dan penganggaran berbasis akreditasi prodi dan institusi. Kemudian saat dilantik Rektor mencanangkan untuk disiplin, waktu, kerja dan aturan. Ketiga disiplin ini pun sudah diterapkan dengan melakukan evaluasi kinerja setiap tiga bulan. Sementara penataan kampus, kurang lebih tiga bulan sudah melakukan pembenahan di lapangan. Untuk pembinaan satpam yang paling penting menurutnya ialah dengan menyiapkan mereka kantor sehingga nyaman dan aman dalam bekerja. “Ada beberapa hal yang perlu disikapi secara bijak, perlu penerapan aturan, regulasi untuk semua stakeholder di UIN,

perlu memberikan pemahaman kepada mereka tentang regulasi di UIN Alauddin Makassar,” tuturnya. Meski begitu, ia mengungkapkan selama kepemimpinannya ada dua kelompok yang sangat mengganjal. Pertama ada kelompok yang ingin mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang tidak mengikuti aturan dan kedua adalah kelompok yang ingin melakukan perubahan. Alwan Suban bertekad untuk menyadarkan mereka melalui aturan, karena menurutnya visi misi Kampus Peradaban sulit tercapai jika masih ada pihak atau kelompok-kelompok tertentu. Proses karir yang panjang rupanya bukan hanya sekadar mengikuti arus, tapi niat awal Alwan Suban untuk jadi pegawai dan mengabdi membuatnya bertekad untuk bersungguh-sungguh mewujudkan keinginannya. Selain keluarga, niat mengabdi dan membanggakan lembaga menjadi prioritas utama Alwan Suban. Menurutnya, salah satu cara beribadah kepada Allah itu dengan mengabdi. “Jadi itu proses karir saya yang sangat panjang. Saya memang dari awal mau jadi pegawai, ingin mengabdi dan ingin membanggakan lembaga. Tujuan saya ingin mengabdi, beribadah kepada Allah,” jelasnya. Ia mengungkapkan, intinya dalam bekerja adalah ikhlas, jujur, loyal, serta tidak angkuh. Bagi seorang Alwan Suban, semua orang dianggap teman, tidak ada musuh. Meskipun beberapa orang melihat pembawaannya kasar serta suaranya yang keras namun, baginya semua orang tetaplah teman bagi Alwan Suban. Ia juga bercerita ketika pertama kali diangkat di UIN Alauddin Makassar sempat menuai pro dan kontra. Tapi, ia berprinsip bahwa apapun yang terjadi di UIN Alauddin Makassar maka ia harus menjadi orang yang pertama tahu. Ia pun berharap, mudah-mudahan UIN Alauddin Makassar lebih maju lagi dengan memahami aturan, serta para pegawai dapat bekerja ikhlas dan loyal. “Teman-teman di UIN perlu memahami aturan. Kita bekerja ikhlas, loyal kepada pimpinan. Siapa tidak butuh uang, semua butuh uang, tapi perlihatkan kinerja kita. Mudah-mudahan temanteman di UIN bisa loyal,” tutupnya.

17


Sosok

Syarifuddin Jurdi

Dari Akademisi Ke Praktisi Universum - Dr Syarifuddin Jurdi MAg, laki-laki kelahiran 12 Maret 1975 yang merupakan salah satu dosen Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik (FUFP) UIN Alauddin Makassar terpilih sebagai Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sulawesi Selatan. Syarifuddin Jurdi resmi dilantik sebagai Komisioner KPU pada 24 Mei 2018 lalu. Saat ini ia menjabat sebagai Koordinator Divisi Perencanaan, Keuangan, dan Logistik serta sebagai Wakil Koordinator pada Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan Pengembangan SDM. Sebelum sampai ditahap tersebut, perjalanan panjang telah dilewatinya. Ia menempuh pendidikan S1 Fisip Universitas Hasanuddin, S2 Fisipol Universitas Gajah Mada, dan S3 Ilmu Politik UGM. Sebelum terangkat sebagai dosen, ia terlibat aktif dalam berbagai penelitian dan penulisan. Hingga akhirnya ia terangkat pertama kali sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan bidang keilmuan Sosiologi Politik.Â

18


Sosok

“Prinsip yang utama adalah hidup sedapat mungkin bisa bermanfaat dan berguna bagi orang lain dan lingkungan”

Setelah itu, pada November 2011 ia dipindahkan tugas ke UIN Alauddin Makassar tepatnya pada FUFP. Setahun menjadi dosen, ia kemudian terangkat menjadi Ketua Jurusan Ilmu Politik pada Mei 2012 hingga 2018. Namun, sejak terpilih sebagai Komisioner KPU Provinsi Sulsel, ia berhenti sebagai Ketua Jurusan sekaligus berhenti sementara sebagai dosen atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) selama menjalankan tugas sebagai Komisioner KPU. Proses yang cukup panjang dilalui hingga dapat terpilih sebagai Komisioner KPU. Tahapan dalam proses di KPU dimulai dengan proses pendaftaran pada akhir

bulan Februari 2018. Dari 154 peserta yang mendaftar, sekitar 42 orang dosen, Syarifuddin Jurdi masuk dalam 60 orang yang lulus berkas dan bisa mengikuti tes CAT. Dari tes CAT ini, ia urutan ke-8 dari 60 peserta, kemudian gugur 11 orang, maka tersisa 49 orang. Nah, 49 orang inilah yang mengikuti psiko tes, lalu dari tes tersingkir 7 orang, maka yang tersisa 42 orang. Setelah tes kesehatan dan wawancara, maka terpilihlah 14 orang yang dikirim ke KPU RI untuk mengikuti Fit and Propertest pada tanggal 19 April 2018. Dari hasil fit and propert itu terpilihlah tujuh orang komisioner KPU Provinsi Sulawesi Selatan periode 20182023 yang kemudian dilantik pada tanggal 24 Mei 2018 di Jakarta bersamaan dengan pelantikan komisioner KPU Provinsi lain sekitar 16 Provinsi. Masa kepemimpinan Syarifuddin Jurdi sebagai Ketua Jurusan Ilmu Politik terbilang sukses. Selama memimpin Jurusan Ilmu Politik, banyak hal yang telah dilakukan, diantaranya menumbuhkan tradisi literasi dikalangan mahasiswa hingga terbit tujuh buku hasil karya kolektif mahasiswa Jurusan Ilmu Politik. “Masih ada tiga buku yang sedang

saya proses terbit lagi sebagai bagian dari menumbuhkan tradisi literasi mahasiswa,” tuturnya. Kecintaannya terhadap dunia literasi patut diacungi jempol. Terbukti dengan aktifnya ia dalam menyumbangkan ide maupun gagasan pikiran melalui tulisan. Syarifuddin Jurdi mengaku, menulis sebanyak 30 judul buku, termasuk memberi pengantar, menjadi editor, dan menyumbang tulisan pada beberapa buku, serta juga menulis di jurnal imiah maupun media massa seperti koran dan majalah. Selain itu, jurnal politik profetik juga yang sudah memperoleh status akreditasi dari Kemenristek Dikti bersama dengan beberapa jurnal UIN Alauddin Makassar lainnya. Dibawah kepemimpinannya juga, sekarang Ilmu Politik telah memperoleh akreditasi B dengan nilai 339, artinya setahap lagi sudah bisa akreditasi A. Ia juga banyak terlibat aktif dalam kegiatan sosial dan keilmuan, diantaranya menjadi Wakil Ketua Ikatan Sosiologi Indonesia Sulawesi Selatan, menjadi Wakil Ketua Forum Pembauran Kebangsaan Sulawesi Selatan, Pengurus Asosiasi Ilmu Politik, dan Pengurus Asosiasi Program Studi Ilmu Politik. Tidak hanya itu, ia pun aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah seperti seminar, konferensi, workshop, dan loka karya pada banyak tempat dan kampus di Indonesia. Kegiatan-kegiatan akademik seperti memberi kuliah umum, kuliah tamu, serta aktif mengajar pada pascasarjana. Syarifuddin Jurdi rupanya memiliki prinsip hidup yang luar biasa sehingga bisa membawanya sampai jadi Komisioner KPU. Ia berprinsip, agar bisa selalu bermanfaat dan berguna bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya. “Prinsip yang utama adalah hidup sedapat mungkin bisa bermanfaat dan berguna bagi orang lain dan lingkungan. Waktu harus dimanfaatkan untuk hal yang produktif bagi pengembangan tradisi hidup yang konstruktif,” terangnya. Selain itu, yang menjadi motivasi utamanya dalam menjalani kehidupan yakni mengabdi bagi agama dan kemanusiaan.

19


WAWANCARA

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Mardan MAg.

TARGET AKREDITASI A Universum - UIN Alauddin Makassar menargetkan untuk meraih akreditasi institusi dengan nilai A pada 2019 mendatang. Kampus yang memiki tagline peradaban ini tengah mempersiapkan berbagai hal untuk menyambut kedatangan asesor BAN-PT. Berikut wawancara khusus bersama Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Mardan MAg.

20

Saat ini, sejauh mana persiapan reakreditasi UIN Alauddin? Saat ini kita sedang menunggu asesor dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Jadi, setelah upaya yang dilakukan sejak januari, sekitar dua minggu yang lalu akhirnya berkas telah berhasil dilengkapi dan dikirim melalui Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi Secara Online (Sapto) ke pihak BAN-PT. Uniknya, berkas yang telah dikirim oleh UIN Alauddin langsung diterima. Jedanya hanya sehari setelah di submit. Padahal umumnya proses penerimaan oleh pihak BAN-PT itu membutuhkan waktu seminggu.


WAWANCARA

Saat ini telah dilakukan berbagai upaya sebagai bagian bentuk persiapan. Salah satu yang telah kami lakukan yaitu, hall yang berada di lantai tiga Gedung Rektorat telah kami rekayasa dalam bentuk pameran untuk persiapan kedatangan para asesor. Kelengkapan berkas, dokumendokumen, bukti fisik dan kelengkapan lainnya telah dipersiapkan bahkan pihak kampus telah melakukan beberapa kali simulasi sebelum penyambutan kedatangan asesor. Baik dari pihak Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) maupun dari pihak dari Perguruan Tinggi Negeri (PTKN). Kami merasa sudah melakukan persiapan yang lengkap.

Suasana simulasi reakrediitasi UIN Alauddin Makassar di salah satu hotel di Kota Makassar.

Sejak mempersiapkan reakreditasi apa saja yang telah dilakukan? Pertama, kita bentuk panitia kemudian mulailah mempelajari tujuh standar penilaian dari BAN-PT. Setelah itu, kami bentuk tim tersendiri untuk setiap standar borang akreditasi, utamanya dukungan bukti fisik. Setelah itu, kita menarasikan apa yang ada dan proses penarasian ini dilakukan sekitar satu bulan. Kemudian dilakukan simulasi bersama para asesor sebanyak lima kali oleh setiap tim secara bergiliran dan terakhir kita undang dari Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (Dirjen Dikti) untuk melihat apakah sudah pantas. Apa tantangan UIN Alauddin dalam persiapan reakreditasi? Tantangan yang dihadapi banyak sekali, utamanya dari aspek sarana dan prasarana. Kampus yang kotor dan tidak adanya pemeliharaan gedung, semua ini telah kami benahi. Termasuk pembenahan lingkungan dan pengadaan perlindungan kesehatan seperti kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Tantangan yang paling berat itu terkait data dosen di pangkalan data Dikti. Harusnya, di pangkalan dikti itu setiap prodi paling sedikit memiliki enam dosen tetap dan memiliki NIDN di

pangkalan data Dikti. Akan tetapi masih banyak prodi yang tidak mencukupi. Kadang pula, jumlah dosen tetapnya sudah mencukupi akan tetapi NIDN-nya di Perguruan Tinggi lain. Adapula dosen yang belum terdaftar di pangkalan data Dikti. Hal ini yang sangat berat, karena kami butuh waktu sampai enam bulan untuk bisa melengkapi data dosen seperti riwayat pendidikan dan berkas lainnya. Selain itu juga adalah persiapan kurikulum pengajaran, administrasi setiap fakultas, lembaga dan unitunit kampus juga terus dilakukan pembenahan. Kapan persiapan reakreditasi mulai dialakukan? Persiapan untuk akreditasi ini telah dilakukan sejak Desember tahun lalu. Apa yang membuat UIN Alauddin yakin dapat meraih akreditasi A? Panitia optimis bisa mendapatkan nilai A dikarenakan pertama, semua asesor yang telah melakukan simulasi bersama kami mengatakan persiapan kami sudah cukup. Termasuk asesor dari Perguruan Tinggi Negeri umum dibawah dari Kemenristekdikti. Adapun hal-hal yg sedikit masih mengganjal itu dikarenakan prodiprodi kita yang terakreditasi A hanya sekitar tujuh, terakreditasi B sebanyak 44 dan 4 lainnya terakreditasi C. Berapa anggaran yang disediakan untuk persiapan dan proses reakreditasi? Anggaran awal yang di siapkan sebesar 800 juta namun kemudian kembali diadakan revisi anggaran lantaran tidak mencukupi. Jumlah anggaran selanjutnya belum diketahui lagi jumlah dana yang digunakan. Kapan tim asesor datang ke UIN Alauddin? Waktu kedatangan pasti para asesor masih belum diketahui dan dari pihak Universitas masih menunggu informasi lanjut dari pihak BAN-PT.

21


Prestasi

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Alauddin Makassar bersama Dekan Fakultas Sains dan Teknologi dan mahasiswa Teknik Informatika berfoto di depan Faculty of Engineering Fukuoka University saat diundang menjadi pembicara dalam konferensi internasional di Fukuoka University. Jepang (18/7/2018)

Dosen dan Mahasiswa UIN Alauddin Jadi Pemakalah di Fukuoka University Jepang Universum - Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Alauddin Makassar bersama Dekan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) dan mahasiswa Teknik Informatika menjadi pembicara dalam konferensi internasional di Fukuoka University. Jepang (18/7/2018) Prof. Dr. Hj. Aisyah Kara, MA mempresentasikan makalah yang berjudul Engaging Students Capacities of Alauddin State Islamic University for Global Recognition, Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad, M.Ag membahas tentang Dog Saliva, sedangkan mahasiswa teknik Informatika Ahmad Anshari mempresentasikan makalahnya dengan judul Leap Motion Controller for

22

Indonesian Sign Language Using Naive dari delegasi Indonesia. Ia menyatakan Bayers Algorithm Based on Android. ketertarikannya dengan Indonesia dan Kegiatan ini adalah tindak lanjut berniat mengunjungi Sulawesi Selatan dari workshop penguatan kerjasama tahun depan. antara Fukuoka University dan beberapa Prof. Aisyah Kara mengatakan, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri program ini sangat bermanfaat dan (PTKIN) di Indonesia. realistis apalagi dilakukan dengan Disamping mengikuti konferensi, mengikutsertakan mahasiswa untuk delegasi UIN Alauddin mengadakan mempresentasikan hasil penelitiannya pertemuan dengan professor, staf dan terutama bagi alumni dan dosen mahasiswa di kampus tersebut, antara Fakultas Sains dan Teknologi. “Selain lain dengan Prof. Mashima dan Prof itu program ini diharapkan agar Tanaka serta, melihat secara langsung mahasiswa yang ikut dapat melanjutkan laboratorium yang ada di lingkungan studi program magister dan doktor Fakultas Science, Fukuoka University. di sini, karena pihak universitas akan Prof. Tanaka dari Fukuoaka memberikan kemudahan dalam proses University, merespons positif presentasi pendaftarannya”, jelasnya.


Prestasi Delegasi Akuntansi Raih Best Paper KTI

Mahasiswa Akuntansi UIN Alauddin meraih prestasi predikat Best Paper Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarakan Universitas Airlangga Surabaya, Sabtu (21/7/2018) lalu. Foto bersama atlet Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tae Kwondo UIN Alauddin Makassar saat meraih 11 medali. Kejuaraan tersebut diselenggarakan oleh Komandan Distrik Militer (Dandim) 1411 Bulukumba. Berlangsung di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Bulukumba. Selasa (31/07/2018).

UKM Taekwondo Raih 11 Medali Universum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Taekwondo UIN Alauddin Makassar mengikuti Kejuaraan Komandan Distrik Militer (Dandim) 1411 Bulukumba CUP I yang berlangsung pada 27 hingga 29 Juli lalu. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Bulukumba. Selasa (31/07/2018). Turnamen taekwondo se-Indonesia Timur yang bertema Its Time To Be The Best itu diikuti 300 peserta dari 16 kontingen. Kegiatan tersebut melibatkan 12 atlet binaan kontingen UKM Taekwondo UIN Alauddin Makassaar. Ketua UKM Taekwondo Amhardianti mengungkapkan, pada kejuaraan ini atlet binaan berhasil memperoleh 11 medali, melebihi target sebelumnya sebanyak sembilan medali. “Alhamdulilah, kami bisa meraih 11 medali yakni, empat medali emas, dua perak dan lima perunggu. Ini suatu kebanggan karena lebih dari target

awal,” ujarnya. Senada dengan itu salah seorang peserta peraih medali perak Amirah merasa bersyukur karena masih bisa beradu dengan lawan di lapangan tanding. “Rasa syukur masih bisa naik podium, karena usaha tidak akan menghianati hasil, dan kedepannya akan lebih semangat latihan, sebab tidak ada orang hebat tanpa latihan,” tuturnya. Sementara itu, Ketua Pembina Taekwondo Bulukumba, H Gunawan, dalam acara seremonial penutupan turnamen tersebut berpesan bahwa bela diri taekwondo ini adalah beladiri pejuang bangsa Indonesia. “Terima kasih banyak setinggitingginya kepada semua atlet yang bisa hadir ditempat ini untuk bertanding dan juga terima kasih kepada tim juri, serta wasit yang bisa memimpin jalannya pertandingan dengan baik,” ucapnya.

Universum - Tiga Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar kembali menorehkan prestasi membanggakan. Prestasi itu adalah predikat Best Paper yang diperoleh melalui kompetisi Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarakan Universitas Airlangga Surabaya, Sabtu (21/7/2018) lalu. Tiga mahasiswa tersebut adalah Reza Saputra, Marwah Gama, dan Alfian dan dibimbing langsung oleh oleh Jamaluddin Majid, ketua Jurusan Akuntansi. Kompetisi dengan nama Temu Masyarakat Akuntansi Multiparadigma Indonesia ke-6 ini berhasil mengantarkan Reza beserta dua teman lainnya menjadi peserta dengan predikat Best Paper mengalahkan beberapa perguruan tinggi lainnya dengan tema yang diusung Akuntansi Kunjungan CSR. Ketua Jurusan Akuntansi Jamaluddin Majid mengatakan, meskipun belum menjadi juara pertama, namun ia tetap bangga dengan prestasi yang diperoleh. Menurutnya, meraih predikat Best Paper tidaklah mudah apalagi di ajang nasional dan mengalahkan beberapa perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, dengan prestasi tersebut, ia berharap mahasiswa tidak cepat puas, dan terus meningkatkan kualitasnya hingga ke jenjang Internasional. Ia juga berharap prestasi tersebut dapat menjadi contoh bagi mahasiswa lainnya.

23


Prestasi Mahasiswa FAH Juara 1 Gol 25 Juz Seleksi MHQ Nasional

Muhshimannur S, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora (FAH)

Universum - Muhshimannur S, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar juara 1 Gol. 25 Juz Musabaqoh Hifzhil Quran (MHQ) Syaikh Bin Khalid Al-Thani IV Se-Sulawesi dan Gorontalo pada 21-22 Juli 2018. Lomba tersebut merupakan Seleksi Wilayah MHQ Tingkat Nasional antar pesantren se-Indonesia kerja sama dengan Yayasan Pendidikan Alquran Hamd bin Khalid bin Ahmad Al Thani Doha Qatar Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Indonesia dan Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maccopa Kabupaten Maros. Adapun untuk tingkat nasional, akan digelar pada November mendatang di Jakarta. Muhshimannur mengatakan, tujuan lomba yang diikutinya adalah untuk menguji sejauh mana kefasihan bacaan dan kelancaran hafalan bagi yang sudah hafal maupun yang masih dalam proses menghafal Al-Quran. Ia berharap, semoga prestasi yang ia raih menjadi penyemangat bagi dirinya terus mempertahankan hafalan AlQuran. “Dan harapan saya lagi, semoga bisa memberikan yang terbaik ditingkat nasional nanti,”ujarnya.

Muhammad Ridha Jadi Pemakalah Simposium Sosiologi Agama Nasional

Muhammad Ridha

24

Universum - Muhammad Ridha, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar terpilih menjadi narasumber pada kegiatan simposium Sosiologi Agama Nasional di UIN Sunang Kalijaga Yogyakarta. Selasa (17/7/2018) Ia menjadi satu-satunya perwakilan dari UIN Alauddin Makassar dan akan bersanding dengan 17 pemakalah lainnya yang merupakan perwakilan berbagai kampus di Indonesia. Makalah yang dipresentasikan berjudul Post-Truth, Bisnis Umrah dan Kelas Menengah Muslim Indonesia; Kisah Abu Tour dan Konsumen Bisnis Umrahnya. Alasan Muhammad Ridha memilih tema Post Truth, Bisnis umrah, lantaran menurutnya saat ini ada kecenderungan

masyarakat beragama lebih artifisial dan simbolik daripada substansial. Akibatnya mudah ditipu seperti kasus travel haji dan umrah Abu Tour. Selain menjadi narasumber pada pagelaran simposium Sosiologi Agama Nasional, Muhammad Ridha juga diundang menjadi pembicara pada diskusi publik yang digelar oleh In Trans Institute yang akan berlangsung di Wisma Kalimetro, jalan Joyosaki Kota Malang. Tema yang akan didiskusikan terkait gerakan rakyat, kebutuhan elektoral dan parpol alternatif bersama dua narasumber lainnya yaitu Muhammad Al Fayyadl dari Front Nahdliyin, dan Inamul Mushoffa selaku Direktur Intrans Institute.


Prestasi

Foto bersama Prof St AIsyah MA Phd (paling kanan) bersama peserta short course) di Deaken University, Australia. Kegiatan ini berlangsung 10 hingga 21 September 2018.

Prof Aisyah Wakili Perempuan Pemimpin Muslim di Australia Universum - Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UIN Alauddin Makassar Prof Aisyah Kara mewakili perempuan pemimpin muslim Indonesia dalam mengikuti kursus pendek (short course) di Deaken University, Australia. Kegiatan ini berlangsung 10 hingga 21 September 2018. “Tujuan short course ini tidak lain adalah memberi penguatan tentang kepemimpinan perempuan dan strategi,” kata perempuan kelahiran Bima ini.

Tak hanya itu, Aisyah juga mengatakan kegiatan ini akan membuka jaringan kerjasama dengan pemerintah dan NGO yang bergelut dengan penguatan perempuan dan isu strategis lainnya. “Bukan hanya berdiskusi di ruangan, tetapi juga site visit ke berbagai organisasi keagamaan. Di antaranya, Women’s Information and Referral Exchange (WIRE), Multi Cultural Center for Women’s Health, Hindu Festival dan organisasi lainnya,” ujarnya.

Short Course ini dibiayai oleh pemerintah Australia melalui Australia Awards for Multi Faith Women Leaders. “Para peserta juga diminta membuat proyek sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini,” tukasnya. Sekadar diketahui, Kursus singkat ini merupakan beasiswa penuh. Semua biaya short course, perjalanan, akomodasi dan uang saku disediakan oleh Australia Awards. Kegiatan ini adalah peluang bagi pemimpin perempuan dari organisasi lintas agama untuk memegang peranan penting dalam meningkatkan pembangunan ekonomi, sosial budaya di organisasi dan masyarakat luas serta membangun jaringan global untuk pemimpin perempuan di masa depan.

25


Prestasi

Sabet Juara III, Teliti Unsur Listrik dari Eceng Gondok Heri Haryono dan Achmad Nasyori memperlihatkan piagam dan piala sebagai juara tiga lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) di Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta pada 20-21 April 2018.

Heri Heriyono dan Achmad Nasyori, mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Alauddin Makassar berhasil sebagai juara tiga setelah mempresentasekan hasil temuannya di Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta pada 20-21 April 2018. Universum - Heri bersama rekannya Achmad Nasyori awalnya berkeinginan memiliki temuan dari hasil olahan limbah karena kepeduliannya terhadap lingkungan dan banyaknya limbah yang dianggap punya manfaat namun belum diolah dengan baik. Untuk mewujudkan keinginannya itu, mereka melakukan riset atau penelitian pada sisa-sisa makanan, hanya saja belum berhasil. Hingga kemudian beralih pada eceng gondok karena menganggap

26

tumbuhan tersebut memilik potensi arus listrik. Dalam meneliti tumbuhan atau limbah Eceng Gondok tersebut, keduanya dibimbing oleh Dr. Maswati Baharuddin, S.Si, M.Si, dosen Jurusan Kimia, konsentrasi biokimia. Dalam perjalanannya yang dianggap cukup lama itu, Heri bersama Achmad, saling memotivasi untuk menggapai apa yang dicita-citakan. “Saya bersama teman dari Jurusan Fisika mulai melakukan riset semenjak

semester empat, karena di kimia itu ada beberapa aspek, jadi mengenai prosesnya itu dihasilkan dari kimia dan untuk menentukan arahnya kemana itu digunakan ilmu fisika. Jadi kita berkolaborasi dengan mahasiswa jurusan fisika,” kata Heri saat ditemui di ruang Jurusan Kimia FST UIN Alauddin Makassar. Selasa, (02/05/2018) Heri mengatakan temuan listrik dari tumbuhan Eceng Gondok tersebut, sebelum ada event lomba yang diadakan di UGM Jogjakarta sudah ada. “Karena momennya dan sesuai dengan event lomba yang diadakan sehingga, kita langsung daftar kemudian kirim abstrak,” tutur Heri. Awalnya kata Heri, yang mengirim abstrak sebanyak 500 tim dan diterima 180 abstrak dan berhak mengirim full paper dan yang lolos seleksi hanya 5 tim yakni, Universitas Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Diponegoro, UIN Alauddin Makassar, dan Universitas Negeri Surabaya. Lima tim yang lolos itu kemudian diundang untuk mempresentasikan hasil temuannya. Kegiatan itu diadakan di Fakultas Teknik Departemen Teknik Nuklir UGM Jogjakarta.“Tim juri yang menilai ada tiga orang, Alhamdulillah kami dapat juara tiga,” ungkap Heri. Heri pun bercita-cita untuk terus mengembangkan hasil temuannya itu hingga bisa diterapkan dan dinikmati oleh masyarakat. Hanya saja dia masih terkendala dengan dana. Untuk kegiatan lomba saja, tambahnya, ia cukup kesulitan karena anggaran yang diperoleh dari fakultasnya masih belum menutupi keseluruhan biaya yang ia dan Ahmad butuhkan sehingga harus menambahnya. Sedangkan, jika temuannya itu ingin dikembangkan dibutuhkan dana sekitar 30 jutaan,” kata mahasiswa asal pulau Jawa itu.


Prestasi Tim Ariesloe UIN Alauddin Juara 3 Kompetisi Hackaton Dinas Parawisata Makassar

St Chadijah, mahasiswa Jurusan Farmasi UIN Alauddin Makassar menerima penghargaan sebagai juara 1 lomba poster dalam ajang Pharmacy Competition Event For University (Pharmacovent) 2018

FKIK Juara 1 Lomba Poster Pharmacovent 4 Universum - St Chadijah, mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Alauddin Makassar juara 1 lomba poster dalam ajang Pharmacy Competition Event For University (Pharmacovent) 2018 dengan judul poster Dengan Yogurt Pisang (Yupi) Turunkan Low Density Lipoprotein (LDL). Rabu (25/07/2018). Kegiatan yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhakam) Jakarta Timur tersebut diikut oleh 130 peserta. Event tahunan Uhakam ini mengangkat tema Farmasi Bersatu Untuk Berkarya. St Chadijah berhasil menyabet juara 1 setelah mengungguli 4 pesaingnya dalam final, diantaranya 1 dari Uhakam, 2 dari Universitas Sumatera Utara, dan 1 dari Universitas Gajah Mada (UGM). Chadijah mengatakan, semoga event ini bukan yang terakhir baginya mewakili nama UIN Alauddin. “Semoga desain poster saya kedepannya bisa lebih baik lagi sehingga dapat membawa nama baik UIN Alauddin kembali ke kancah nasional,” tuturnya. Ia juga berharap,dapat mengikuti lomba lain seperti olimpiade fisika, debat, dan Patient Conseling Education (PCE), LKTI dan lomba kefarmasian lainnya. “Begitupun dengan teman-teman yang lain semoga bisa menjadi motivasi,” tutupnya.

Universum - Dinas Pariwisata kota Makassar menggelar kompetisi Hacker Marathon atau Hack The Tourism dengan Building a Tourism Future with Technology. Kegiatan ini merupakan kompetisi membuat aplikasi atau program pada platform web, mobile ataupun dekstop dalam waktu 24 jam dan diikuti oleh beberapa Perguruan Tinggi Se-Kota Makassar. Kegiatan yang digelar di Hotel Tree Makassar ini dilaksanakan pada tanggal 21-22 April dan sebelumnya pada hari kamis 19 April dilaksanakan technical meeting dan workshop. “Tujuannya meningkatkan penyebaran informasi mengenai pariwisata Kota Makassar dengan solusi teknologi digital, juga menciptakan pasar untuk industri pariwisata dan ekonomi kreatif”, terang Fajar Assaad selaku panitia. Kegiatan ini memiliki lima subtema yaitu, Personal travel atau layanan yang memudahkan wisatawan mengatur dan merencanakan perjalanan wisatanya, Business Aps atau peningkatkan produktifitas bisnis dan ekonomi kreatif, Gamification yaitu peningkatan serta pemberian edukasi pariwisata, Client Social Media atau promosi melalui sosial media dan yang terakhir Client User Experience yaitu menyediakan informasi agar banyak turis yang berkunjung. “Adapun peserta pada kompetisi ini berjumlah 120 orang yang terdiri dari 30 tim. Peserta berasal dari kalangan pelajar maupun professional,” tambah Community Leader dari Zajada digital agency ini.

Tim Ariesloe UIN Alauddin mendapatkan penghaegaan seabagai juara III Kompetisi Hacker Marathon yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kota Makassar

27


Prestasi Nur Iksan, Mahasiswa Teknik Arsitektur Juara I Tembak Reaksi Airsoft

Nur Iksan Mahasiswa Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi (FST) meraih Juara I Tembak Reaksi Airsoft.

Universum – Mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Alauddin Makassar menorehkan prestasi di bidang menembak. Prestasi itu diraih oleh Nur Iksan untuk kategori Tembak Reaksi Airsoft pada peringatan ulang tahun ke-94 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar. Selasa (14/08/2018) Iksan yang tergabung dalam Alauddin Shooting and Hunting Club (ASHIC) ini sangat bersyukur atas capaian demi capaian yang diperoleh. “Semoga kedepannya dengan latihan yang keras teman-teman saya bisa meraih yang lebih dari yang saya capai hari ini. Saya percaya, sesuatu yang kita lakukan dengan semangat, pasti prestasi bisa diraih,” ucapnya. Mengikuti kejuaraan serupa bukan kali pertama bagi Iksan. Sebelumnya, ia telah mengikuti kejuaraan menembak Reaksi Djarum Super Mini Tourney 2018, dan berhasil membawa empat medali pada Januari 2018 lalu. Ia menambahkan, selain kerabat dan orang terdekat, dukungan dari pihak kampus juga penting, terlebih saat mereka memperoleh prestasi. “Kita butuh dukungan lebih dari pihak kampus, kalau tidak bisa dana, minimal fasilitas latihan. Semua untuk hasil yang maksimal. Bagi saya, prestasi itu bonus,” harapnya.

Riska, Mahasiswi PBI

Lolos Seleksi ANYIMUN di Bangkok Universum - Riska, Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UIN Alauddin Makassar lolos seleksi di kegiatan Asia Youth International Model Nations (AYIMUN) 2018. Kegiatan ini akan dilaksanakan selama empat hari terhitung dari 9 sampai 12 November 2018 mendatang di Bangkok, Thailand. AYIMUN adalah model simulasi konferensi Pers Bangsa-Bangsa (PBB) bagi mahasiswa dan siswa SMA/MA. Untuk ikut serta dalam kegiatan ini, Riska mengaku harus bersaing dengan 13.402 pelamar, memperebutkan satu tiket dari 2.300 delegasi dari berbagai negara. Keberuntungan datang padanya tanggal 23 Juli 2018. Dirinya dinyatakan lolos melalui via email dan memilih 3 bidang

28

yaitu UNESCO, WHO, dan ILO. “Dalam seleksi saya harus menjawab banyak pertanyaan dari pihak penyelenggara secara online, dan meyakinkannya bahwa saya peserta yang dapat ikut dalam satu delegasi,” tuturnya. Kini ia telah berusaha keras mendapatkan biaya untuk berangkat ke Bangkok mengikuti rangkaian tes AYIMUN tersebut. Di sana, ia akan mempresentasikan makalah dalam konferensi simulasi sidang PBB, juga memperkenalkan budaya daerah. Riska berharap agar mendapat dukungan dari para pejabat daerah, Dosen, dan Staf UIN Alauddin Makassar serta temanteman di seluruh Indonesia untuk bisa mengharumkan nama bangsa Riska, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris lolos seleksi di kegiatan Asia Youth International Model Nations Indonesia. (AYIMUN) 2018


Prestasi DUA Mahasiswi Akuntansi Ikuti Konferensi Internasional di Malaysia

St Fatimah dan Iga Mawarni saat mengikuti 4th Kuala Lumpur International Conference on Social Science & Humanities (ICSSH) di Kuala Lumpur, Malaysia 02-03 May 2018.

Universum – Dua Mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Alauddin Makassar, St Fatimah dan Iga Mawarni mengikuti kegiatan 4th Kuala Lumpur International Conference on Social Science & Humanities (ICSSH) di Kuala Lumpur, Malaysia 02-03 May 2018. Dalam laporannya, ia menuliskan bahwa keikutsertaannya dalam kegiatan ini sebagai wujud nyata dalam mengharumkan nama lembaga atau Universitas di kancah international. “Kegiatan ini merupakan bentuk pengaplikasian dan publikasi dari pengajaran yang didapatkan selama berada pada bangku perkuliahan,” jelasnya. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan keterampilan yang tidak terbatas hanya pada satu wilayah. “Saya harap kegiatan ini tidak hanya terbatas di satu wilayah namun terlibat aktif dalam menyokong persaingan ilmu pengetahuan yang semakin mendunia,” ujarnya.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Prof St Aisyah bersama Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Gugus Depan Kota Makassar 10.073 - 10.074 menyerahkan piagam prestasi ke Rektor UIN Alauddin Makassar.

UKM Pramuka UIN Alauddin Serahkan Piagam Prestasi Ke Rektor UIN Alauddin Universum - Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Gugus Depan Kota Makassar 10.073 - 10.074 Pangkalan UIN Alauddin Makassar menyerahkan piagam raihan

prestasi yang baru saja diperoleh kepada Rektor UIN Alauddin Prof Musafir MSi. Di Ruang Kerjanya Gedung Rektorat Kampus II UIN Alauddin. Rabu (30/8/2019).

Piagam tersebut diperoleh setelah meraih Penghargaan Parade Senja Prasetya sebagai Petugas Terbaik I dalam pelaksanaan upacara penurunan bendera merah putih pada Parade Senja dan membawa pulang hadiah berupa tenda peleton. UKM Pramuka UIN Alauddin dinilai paling cakap dalam hal tata upacara, baris berbaris, dan keseragaman. Ia berhasil mengalahkan enam pesaingnya dari berbagai kampus di SulawesiSelatan. Kegiatan ini berlangsung di Halaman Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi-Selatan pada hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2018 lalu. Capaian tersebut merupakan buah keringat selama latihan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Ketua UKM Pramuka Muhammad Ishak menyampaikan, latihan yang dilakukan anggotanya diantaranya latihan penurunan bendera, protokol, pemimpin upacara dan pembaca renungan selama dua minggu. Sementara, Rektor UIN Alauddin Prof Musafir MSi Rektor UIN Alauddin sangat mengapresiasi prestasi yang diperoleh UKM Pramuka. Ia berharap prestasi yang diperoleh bisa dipertahankan dan ditingkatkan lagi.

29


Prestasi

Ke Korea Selatan Bahas Roadmap Perdamaian Dunia sayang, bukan atas dasar konflik dan kebencian. Karena itu, pada dasarnya manusia harus menikmati lingkungan yang penuh kedamaian itu,� ucap Prof Barsihannoor. Untuk menjaga kondisi itulah, maka konferensi tersebut diadakan sebagai bentuk konsolidasi untuk menata dunia yg lebih baik dan harmoni. Konferensi yang berlangsung selama tiga hari ini diinisiasi oleh organisasi Perdamaian Dunia Heavenly Cuture, World Peace, Restoration of Light (HPWL) yang didirikan oleh Mr. Man He Lee yang berpusat di Korea Selatan.

Universum - Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar dan Wakor Kopertais ikuti konferensi internasional terkait World Alliance for Religius Peace (WARP) di Seoul, Korea Selatan. Konferensi tersebut dihadiri kurang lebih 150 negara yang berlangsung 16 hingga 19 September 2018. Sejumlah tokoh dan pemimpin dunia hadir dalam konferensi ini, baik tokoh agama maupun negara. UIN Alauddin mendapat penghargaan dan apresiasi dalam kegiatan ini karena diundang berpartisipasi merumuskan konsep dan roadmap untuk perdamaian dunia serta, berkesempatan menyampaikan pokok-pokok pikiran. Wakil dari UIN Alauddin Makassar tak hanya hadir sebagai peserta. Namun juga pembicara dalam konferensi ini diantaranya, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Dr. H. Barsihannor, M. Ag dan Wakor Kopertais Prof. Dr. H. M. Rahim Yunus, MA. dan

30

Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) Dekan Dr. H. Barsihannor, M. Ag, Dosen FAH Dr. Hj.Gustia Tahir bersama Wakor Kopertais Prof. Dr. H. M. Rahim Yunus, MA. disambut saat mengikuti konferensi internasional terkait World Alliance for Religius Peace (WARP) di Seoul, Korea Selatan

Dosen Fakultas Adab dan Humaniora Dr. Hj.Gustia Tahir. Konferensi ini diadakan bertujuan sebagai respons atas kondisi terkini dunia, yang rawan akan konflik baik karena perbedaan keyakinan, paham, rasa maupun politik. “Sudah terlalu banyak korban jiwa, raga dan harta benda efek hadirnya konflik di tangan masyarakat. Konferensi ini mengingat kembali pada kita bahwa manusia pada dasarnya dilahirkan atas balutan cinta dan kasih

Bahas Kurikulum Perdamaian Sebelumnya, sejumlah dosen dari UIN Alauddin Makassar mengunjungi Negeri Ginseng Korea Selatan. Kunjungan ini membahas International Workshop for Peace Educator International Workshop for Peace Educator yang berlangsung selama empat hari, sejak tanggal 4 hingga 7 Mei 2018 yang berlangsung. Salah satu agenda kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bekal tentang kurikulum perdamaian untuk diajarkan diberbagai institusi pendidikan, khususnya perguruan tinggi. Workshop ini dihadiri oleh berbagai peserta termasuk delegasi UIN Alauddin, UIN Syarif Hidayatullah, UIN Sumatera Utara, UIN Banten, STAI As-adiyah Sengkang. Kegiatan ini sebagai bentuk tindak lanjut dari Memorandum of Understanding (MoU) antara Heavenly Culture World Peace Restoration of Light (HWPL) dan UIN Alauddin. Sebelumnya, HWPL juga mengunjungi UIN Alauddin dan menggelar deklarasi perdamaian dunia pada Bulan Maret lalu di Fakultas Adab dan Humaniora. Kegiatan ini dihadiri sekitar 100 peserta, dengan melibatkan tokoh masyarakat, agama, dosen dan mahasiwa dari berbagai fakultas di UIN Alauddin.


AKTIVITA Universum – Mr. Raineralfred Hoppner dari Senior Experten Service (SES) Jerman, menjadi dosen tamu dihadapan civitas akademika Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Alauddin Makassar. Mr. Raineralfred Hoppner akan berbagi pengalaman selama 22 hari terhitung sejak 10 September 2018. Pada hari pertama setelah disambut oleh Pimpinan Universitas, Jurusan Pendidikan Biologi mengadakan perkenalan dengan Mr. Reiner dan langsung membicarakan teknis kegiatan. Keesokan harinya, Mr. Rainer dan pimpinan serta dosen Pendidikan Biologi mengunjungi sekolah Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Madani Pao-Pao. Pemilihan lokasi kunjungan tersebut didasarkan pada pertimbangan tenaga pengajar yang terserap di sekolah tersebut merupakan alumni dari FTK UIN Alauddin Makassar. Dalam kunjungan tersebut dilakukan observasi sehingga dapat dijadikan refleksi dalam merancang materi pengajaran dibawah arahan Mr. Rainer. Ketua Jurusan Pendidikan Biologi, Jamilah SSi MSi mengatakan, “observasi ini juga memanfaatkan alumni kami disana. Kami mengadakan refleksi dari kunjungan sekolah lalu Mr Reiner memberikan garis besar tentang apa saja yang akan dilakukan kedepannya”, Tuturnya. Dosen tamu kali ini, konsen pada topik bagaimana menjembatani kesenjangan antara sekolah dan universitas. Materi-materi yang diajarkan diantaranya, Pembelajaran didaktik, struktur pengajaran, perencanaan pembelajaran, metode membuat pengajaran, mengenalkan metode pengajaran, berkomunikasi dengan baik, serta mengadakan seminar bukan hanya untuk dosen tetapi juga bagi alumni dan guru yang ingin berpartisipasi. Jamilah mengaku sangat terbantu dengan adanya dosen SES tersebut karena jadwal dari dosen SES Jerman ini dinamis, tergantung perkembangan belajar dosen yang ada. “Ketika ada topik tertentu yang ingin dibahas oleh dosen, ia akan bertanya apakah tetap pada jadwal atau membahas topik tersebut,” ucapnya.

Mr. Raineralfred Hoppner dari Senior Experten Service (SES) Jerman sedang berdiskusi dengan sejumlah Dosen di Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.,

Dosen SES Jerman

Fokus Topik Jembatani Gap Antara Sekolah dan Universitas Jamilah berharap, dosen Pendidikan Biologi dapat dilatih untuk mengarahkan mahasiswa dalam proses pembelajaran sehingga alumni yang merupakan calon guru mempunyai keterampilan untuk menjembatani apa yang diperoleh dibangku perkuliahan dengan yang diajarkan sekolah. “Diperkuliahan itu banyak, padat dan dalam, tetapi disekolah tidak seperti itu. Mereka memanfaatkan pengetahuan, keterampilan, emosi untuk menjadi guru nantinya,” paparnya. Kehadiran Dosen SES Jerman ini juga dimanfaatkan oleh Dekan FTK, salah satunya mengadakan sharing session

bersama Mr Reiner terkait bagaimana melatih calon guru berdasarkan pengalamannya. Hal tersebut tentunya akan menjadi masukan bagi fakultas. Menurut Jamilah, Dosen SES Jerman tersebut mampu memberikan banyak masukan dari pengalamannya yang sering berinteraksi dengan sekolah dan guru sehingga dapat memberi pengetahuan dan wawasan bagaimana menghasilkan guru yang profesional. Dosen tamu ini hadir atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama Republik Indonesia dan Senior Experten Services (SES) Jerman.

31


AKTIVITA

Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Dr Mardan M Ag (tengah) berfoto bersama Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Dr dr A. Armyn Nurdin dan Dekan Fakultas Sains dan Tekhnologi Prof Arifuddin Ahmad M Ag disela-sela Focus Discussion Medical and Health Engineering di Gedung Rektorat UIN Alauddin , Kamis (30/08/2018).

PERTAMA DI INDONESIA, FKIK DAN FST RANCANG MEDIKAL ENGINERING Universum - Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Alauddin Makassar berkolaborasi merancang sebuah produk teknologi kesehatan (Medikal enginering). Rancangan produk teknologi kesehatan ini dibahas dalam Focus Group Discussion (FGD) yang berlangsung di Gedung Rektorat Kampus II UIN Alauddin. Kamis (30/8/2018). Produk ini rencananya diperuntukkan khusus kepada calon jamaah haji atau

32

umroh yang mengalami gangguan kesehatan. Namun, tidak menutup kemungkinan akan digunakan untuk masyarakat umum. Turut hadir dalam diskusi ini yaitu, Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Dr Mardan, Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan Dra Nuraeni Gani, Dekan FKIK Dr dr A. Armyn Nurdin, Dekan FST Prof Dr Arifuddin Ahmad, serta dosen dari kedua fakultas. Produk teknologi kesehatan

ini diharapkan mampu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya bagi calon jamaah calon haji dan umroh. Agar mereka dapat melaksanakan ibadah dengan sempurna meskipun dalam keadaan lumpuh (stroke), sakit jantung, usia lanjut, reumatik, kencing manis dan sebagainya. Menurut Dr dr A. Armyn Nurdin selaku penggagas program ini, produk ini merupakan kolaborasi pertama di Indonesia yang mengintegrasikan teknologi dengan ilmu kesehatan. Rancangan program penelitian kolaborasi ini akan melibatkan mahasiswa kedua fakultas tersebut dengan membuat kurikulum khusus yang diberi nama Interprofessional Education (IPE) dan akan terlibat dalam penelitian bersama. “Mahasiswa FST dan FKIK akan dibuatkan sebuah tim lalu melaksanakan kuliah bersama untuk merancang sebuah produk kesehatan,” ungkapnya. Dr dr A. Armyn Nurdin sangat optimis program ini bisa terwujud lantaran sumber daya manusia yang dimiliki UIN Alauddin dianggapnya sangat mumpuni, baik dari bidang kesehatan maupun bidang teknologi. Pada bidang teknologi misalnya, FST telah berulangkali menjuarai lomba robot. Kemampuan ini dapat disalurkan dalam bidang teknologi kesehatan. Sementara, Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Dr Mardan sangat mengapresiasi gagasan ini. Ia menilai jika produk ini bisa diproduksi maka akan sangat membantu para calon jamaah haji yang mengalami gangguan kesehatan. Selain itu juga ini adalah bukti bahwa UIN Alauddin sebagai word class university yang mampu melakukan inovasi dan bersaing dengan universitas lain.


AKTIVITA

Dekan FAH Jadi Penceramah Nuzulul Quran di KBRI Bangkok Universum - Kedutaan Besar RI (KBRI) Bangkok mengundang Dr. H. Barsihannor, M. Ag menyampaikan ceramah Nuzulul Quran. Kegiatan yang berlangsung di Main Hall KBRI ini diawali dengan acara berbuka puasa dan dilanjutkan dengan tarawih dan ceramah Nuzulul Quran. Sabtu (2/6/2018) Lebih dari 500 WNI yang tinggal di kota Bangkok hadir pada kegiatan tersebut. Dalam sambutannya, Duta Besar KBRI Bangkok Ahmad Rusydi mengharapkan agar masyarakat Indonesia mampu menjaga harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia, khususnya di Bangkok. Menurutnya, sangat penting untuk menjaga dan memelihara nilai-nilai kesopanan, kebersamaan dan kedisiplinan untuk menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang bermartabat. Di sisi lain, Dr.H.Barsihannor, M.Ag dalam ceramahnya menyatakan bahwa Al-Quran secara jelas dan nyata memerintahkan kepada manusia untuk menggali semua potensi yang dimilikinya. “Potensi peradaban iqra dan qalam manusia akan mampu menemukan rahasia kerajaan Allah di dunia semesta dan di dalam diri manusia itu sendiri, ”jelasnya. Hadirnya penceramah dari UIN Alauddin ini tidak terlepas dari peran Atase Pendidikan dan kebudayaan KBRI Bangkok Prof. DR. Mustari Mustafa, MA yang juga adalah dosen pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

Dr. H. Barsihannor, M. Ag Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.

PAI Kembali Raih Akreditasi A

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Dr Erwin Hafid menerima sertifikat Akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)

Universum - Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Alauddin memperoleh akreditasi A. Hal tersebut berdasarkan Surat Keputusan dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) nomor 2019/SK/BAN-PT/ Akred/S /VII/2018 tertanggal pada 31 Juli 2018 lalu. Senin (07/08/2018). Ketua Jurusan PAI FTK, Dr Erwin Hafid mengatakan bahwa akreditasi jurusan telah dipersiapkan sejak setahun terakhir dengan melibatkan semua pihak termasuk alumni sehingga mencapai standar akreditasi. “Alhamdulillah, sertifikatnya sudah ada dan berlaku selama lima tahun sejak 31 Juli 2018 sampai 31 Juli 2023 dan setelah itu baru re-akreditasi lagi,” ucapnya. Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa salah satu hal yang harus ditargetkan oleh setiap ketua jurusan yaitu, akreditasi A sebagai persiapan untuk meraih akreditasi institusi 2019 mendatang. Senada dengan hal tersebut, Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PAI, Muhammad Fajar Hidayat mengutarakan bahwa dengan akreditasi A maka akan menambah eksistensi jurusan PAI di kalangan masyarakat.

33


AKTIVITA

Rektor UIN Alauddin Prof Musafir Pababari, bersama Kepala Dinas Pendidikan dan dewan senior dalam perayaan milad UKM LIMA ke 33 di Baruga Anging Mammiri. Minggu (09/09/2018)

Milad Washilah 33 TAHUN jaga Integritas Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Informasi Mahasiswa Alauddin (LIMA) Washilah Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar merayakan Milad yang ke 33 tahun di Baruga Anging Mamiri, Rumah Jabatan (Rujab) Walikota Makassar, Minggu (9/9/2018) malam. Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Musafir Pababbari yang turut hadir dalam perayaan ini mengungkapkan Washilah mampu menapaki jejak hingga usia 33 tahun karena dua faktor. “Ada dua hal mengapa washilah bertahan hingga usia 33 tahun. Washilah selalu mengedepankan intelektualisme karena lahir dari rahim perguruan tinggi. Yang kedua kuatnya integritas. Integritas inilah yang sebenarnya jangan

34

mudah di obrak-abrik oleh kepentingan luar,”sebutnya. Prof Musafir juga berharap kepada pengurus Washilah untuk tetap mengedepankan intelektualisme dalam berkarya, mengabarkan dan tetap mempertahankan integritasnya. “Jangan mudah goyah oleh kepentingankepentingan lain,” tambahnya. “Ini bisa dilihat, apakah asumsi saya benar atau tidak, tapi selama 33 tahun ini washilah selalu mengedepankan intelektualnya dan integritasnya yang kuat,” tuturnya. Sementara itu, Ketua Panitia Kegiatan, Islamuddin Dini menyebutkan tidak hanya perayaan ini saja, tetapi sebagai rangkaian Milad UKM LIMA,

nantinya akan digelar juga Pelatihan Jurnalistik dengan tema “Jurnalistik Lingkungan Hidup” di hutan Pinus Malino. Dengan mengusung tema, Tukar Cerita, Berbagi Rasa, acara ini juga dihadiri Kepala Dinas Sosial Kabupaten Gowa, Syamsuddin Bidol yang mewakili Bupati Gowa, Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Musafir Pababbari, dan sejumlah pejabat pemerintah Kota Makassar, serta seluruh Dewan senior Washilah. Selain itu, Bupati Gowa, melalui Kepala Dinas Sosial Kabupaten Gowa, Syamsuddin Bidol mengapresiasi dengan kegiatan tersebut, dan sekaligus memberikan selamat. “Mewakili Bupati Gowa saya mengucapkan selamat atas miladnya, dan semoga mampu mencetak wartawan-wartawan muda yang cerdas dan berkompeten”, ucapnya. Diakhir acara, Rektor UIN Alauddin dan dewan senior menyempatkan diri untuk meniup lilin dan memotong kue ulang tahun. Tak hanya itu, kegiatan ini dirangkaikan dengan pameran foto dan temu alumni UKM LIMA.


AKTIVITA

Dr IAN Birch merupakan Dosen tamu dari AVI Australia (09/09/2018)

Dosen Tamu Australia Dampingi Pengembangan KTI Universum - Dosen tamu dari AVI Australia memberi pendampingan bagi dosen UIN Alauddin Makassar selama empat bulan lamanya. Ialah Dr IAN Birch yang mempunyai latar pendidikan sebagai akademisi di University of Westren Australia in faculty of education.

Kehadiran volunteer tersebut diinisiasi oleh kantor international office UIN Alauddin Makassar. Dr IAN Birch berfokus dalam hal riset jurnal internasional, konsultasi riset serta, mereview artikel. Dr IAN Birch mengatakan bahwa

terhitung telah empat fakultas yang disambanginya untuk memberikan pendampingan langsung kepada dosen. Diantaranya, Fakultas Ushuluddin, Filsafat, dan Politik (FUFP), Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI). Ia membantu para dosen untuk membuat karya tulis ilmiah dengan bahasa inggris yang baik. Ia mengaku juga telah banyak dosen yang datang padanya untuk melalukan konsultasi pribadi terkait riset maupun mereview artikel mereka. Ia bercerita saat memulai pengalaman sebagai relawan dengan mengikuti program untuk mencapai visi dari pemerintah Australia yaitu, program internasional australia. “ saya memulai di Australia karena saya berasal dari salah satu Universitas yang menjadi program dari pemerintah Australia. Kami menyebutnya, program pemerintah yang memiliki visi pengembangan pemerintah. Serta, memiliki program yang spesifik bernama program Internasional Australia� paparnya. Mr. Ian berharap dosen UIN Alauddin Makassar dapat melengkapi program doktoralnya dan bisa membagi waktu antara mengajar dan meneliti. “Kami tahu dosen kami sibuk karena mengajar para Mahasiswa tetapi dosen harus meneliti dan menulis juga,� pungkasnya. Sekitar 70 volunteer yang datang ke Indonesia kali ini yang tersebar dibeberapa provinsi. Sebelumnya, Australia menggunakan para akademisi Indonesia dari Universitas untuk melengkapi gelar master dan doktoralnya di Australia. Mereka datang setiap bulan januari untuk menyeleksi akademisi.

35


AKTIVITA

UIN Alauddin Ikuti Procurement Forum dan Expo Universum - Sebanyak delapan orang pegawai UIN Alauddin Makassar mengikuti seminar 4th Indonesia Procurement Forum dan Expo 2018 (4th IPFE 2018). Kegiatan tersebut berlangsung selama tiga hari terhitung mulai Selasa 24 Juli hingga Kamis 26 Juli 2018 di JIExpo Kemayoran Jakarta. Kedelapan Pegawai tersebut yakni, Sekertaris ULP Rahmat Iznaini, Pejabat Pengadaan Ismi Sabariah, Pokja ULP Kilat Sudarto, Muhammad Hidayat, A. Yusmiar dan Staff PPK Hasniati, Andi Jamaluddin, Naspinah. Menurut Ismi Sabariah, Pejabat Pengadaan UIN Alauddin, kegiatan IPFE sangat penting dan menarik bagi insan pengadaan karena membahas isu-isu terbaru sesuai dengan Aturan Pengadaan terbaru Perpres Nomor 16 Tahun 2018. Apalagi seminar pengadaan ini dirangkaian dengan pameran Expo yang

36

menampilkan produk baru yang sudah tayang di e-Katalog LKPP, kata perempuan yang juga menjabat sebagai Kepala Sub Bagian (Kasubag) Humas. Kamis (26/7/2018). Sementara, Ketua LKPP mengatakan dalam sambutannya bahwa 4th Indonesia Procurement Forum dan Expo (IPFE 2018) merupakan wadah tepat untuk menyosialisasikan produk atau jasa kepada stakeholder atau pengambil keputusan. Selain itu, Dr. Agus Prabowo juga berharap acara ini menjadi ajang silaturahmi, komunikasi dan berbagi informasi diantara stakeholder pengadaan barang dan jasa, khususnya, dalam mendorong penciptaan pengadaan yang mampu meningkatkan usaha nasional dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Adapun produk yang dipamerkan

Foto bersama pegawai UIN Alauddin saat mengikuti seminar 4th Indonesia Procurement Forum dan Expo 2018 (4th IPFE 2018) di JIExpo Kemayoran Jakarta, Selasa 24 Juli hingga Kamis 26 Juli 2018.

pada kegiatan ini diantaranya Produk Kendaraan Bermotor, Produk-Produk Alat Berat, Produk Obat dan Alat Kesehatan, Produk Alat Pendukung Rumah Sakit, Produk Alat Mesin Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Hotmix, Ready Mix, Jasa Internet Service Provider, Jasa Penerbangan, Obat/Hormon Tanaman dan Hewan Pakan Ternak, Bahan-Bahan Kimia, Jasa/Perawatan Penerangan Jalan dan Peralatan Kantor.


AKTIVITA

SPI UIN Sunan Kalijaga Studi Banding di UIN Alauddin Universum - UIN Alauddin Makassar menerima kunjungan studi banding dari Satuan Pengawasan Internal (SPI) UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta. Rombongan tersebut diterima di Gedung Rektorat UIN Alauddin. Selasa, (31/7/2018). Studi banding dalam rangka pengembangan, penyempurnaan, dan peningkatan efektivitas kerja tim SPI tersebut dipimpin Kepala SPI, Dr. Budi Ruhiatudin, S.H., M.Hum.,Sekretaris Dr.

Sriharini, S.Ag., M.Si. dan didampingi 8 orang tim pemeriksa. Kehadiran tim SPI UIN Jogjakarta disambut baik oleh Kepala Biro AUPK UIN Alauddin, Drs. Alwan Suban, M.Ag. yang mewakili Rektor beserta segenap tim SPI UIN Alauddin Makassar. Dalam diskusi yang dilaksanakan di Ruang Kerja SPI, Tim SPI UIN Jogjakarta menguraikan perihal perkembangan peran dan fungsi SPI di UIN Jogjakarta. Budi dalam kesempatan tersebut juga

Rombongan Satuan Pengawasan Internal (SPI) UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta berdiskusi dengan civitas UIN Alauddin Makassar, dipandu oleh Kepala Biro AUPK Drs Alwan Subang di Gedung Rektorat UIN ALauddin. Selasa, (31/7/2018).

memuji inovasi dan kreativitas sistem pemeriksaan terintegrasi yang telah dikembangkan SPI UIN Makassar dalam dua tahun terakhir dalam bentuk aplikasi online e-IKU, e-SOP, dan e-BKU. Tak hanya itu, rombongan SPI UIN Jogjakarta bertukar informasi dan berbagi pengalaman guna meningkatkan mutu pemeriksaan dan kapasitas tim pemeriksa SPI. Selaras dengan Jogja, Kepala SPI UIN Makassar, Dr. Hj. Salmah Said, M.Si. PIA mengajak semua pihak untuk samasama memajukan peran SPI dalam mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang berkinerja. “Kita semua mendambakan Universitas yang baik tata kelolanya dan kinerja para civitas di dalamnya, maka tentu langkah awal kita harus buat dan rancang sistemnya. Nah, SPI harus hadir disitu, kalau belum jalan kita inisiasi proses awalnya. Diawal kita dampingi unit kerja, nanti jika sistem sudah baik SPI tinggal supervisi dan memeriksa,” ujar Salmah Said. Acara ditutup dengan penyerahan cinderamata dan foto bersama seluruh personil SPI Makassar dan Jogjakarta di depan Gedung Rektorat.

FSH dan Pengadilan Agama Bandung Taken MoU Universum - Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Alauddin Makassar jalin kerjasama dengan Pengadilan Agama Bandung dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Nota kesepahaman tersebut resmi terjalin usai dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Jumat (06/07/2018). Dekan FSH UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Darussalam MA mengungkapkan Pengadilan Agama (PA) Bandung merupakan PA yang paling tinggi tingkat penanganan perkaranya di Indonesia, mencapai 6000 lebih setiap tahunnya. Selain itu PA Bandung selangkah lebih maju dalam jumlah penyelesaian

perkaranya dibandingkan dengan jumlah perkara di Sulawesi Selatan.“Seperti PA Kabupaten Enrekang dan PA Toraja, sangat sedikit dan bisa dihitung jari perkara yang ditangani setiap tahun. ,” kata Prof Darussalam. Melalui MoU dengan PA Bandung ini, diharapkan mahasiswa FSH UIN Alauddin dapat melaksanakan Praktik Pengenalan Lapangan (PPL) di pengadilan tersebut. “Mahasiswa yang PPL di pengadilan akan dibimbing langsung cara membuat gugatan, membuat jawaban, mengambil keputusan. Jadi, tidak hanya melihat orang bersidang saja, tapi terlibat langsung dalam kegiatannya sebagaimana mestinya,” ucapnya. Sebelumnya, Prof Darussalam

bersama pimpinan FSH UIN Alauddin Makassar lainnya juga telah mengunjungi Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam rangka menandatangani nota kesepahaman dalam hal pengembangan pendidikan atas lembaga yang dipimpinnya. FSH UIN Sunan Gunung Djati dipilih karena dianggap kampus yang terbilang cepat berkembang. “Padahal, Kampus tersebut bersamaan dengan UIN Alauddin Makassar beralih menjadi UIN. Tapi, empat prodi di FSH UIN Sunan Gunung Djati sudah mengantungi akreditasi A,”tutur Prof Darussalam saat ditemui di ruang kerjanya. Selasa (10/07/2018)

37


Ilustrasi: Takaitu.com

11/9 = Terorisme atau Otoimunisasi?

MOHD. SABRI AR

}

Dosen Pascasarjana UIN Alauddin

Pada sebilah pagi yang bening, 11 September 2001—megapolitan New York—baru saja menyingsing kerja. Bayangan pepohonan rebah di pelataran jalan. Beberapa ekor burung gereja berlompatan di trotoar. Udara pun mengalir-landai di celah belantara beton. Beberapa puluh menit kemudian kota terguncang: Menara Kembar World Trade Center (WTC) diserang. Dua pesawat terbang ditabrakkan ke dua gedung pencakar langit itu. Ledakan dahsyat menyusul. Menara Kembar itu

38

luruh berkejaran. Tak kurang dari 3000 orang terpanggang, terlontar, menjerit, atau terhimpit reruntuhan. Dan darah muncrat di mana-mana, membungkam kegetiran yang terkubur: 17 tahun lalu yang mencekam, persis. Seutas tanya lalu terlontar: Apakah peristiwa 11/9/2001 itu adalah teror yang menebarkan rasa takut, memercikkan kebencian, dan menggelorakan anti kemanusiaan? Setidaknya ada dua “teori� yang mengemuka, berikut solusi yang


ditawarkannya. Pertama, peristiwa biadab itu lebih merupakan “konspirasi bisnis” yang terpaut antara kelompok “Islam” garis keras dan kekuatan tertentu ekonomipolitik global. Argumentasi ini dibangun dengan mengandaikan kaitan erat antara kepentingan bisnis keluarga Osamah Bin Laden dengan sejumlah pebisnis supermakmur di Amerika Serikat. Serangan 11/9, sebab itu, dipandang sebagai rekayasa dinas spionase negeri itu saja. Kedua, aksiaksi teror yang terjadi 10 tahun terakhir adalah buah dari “fundamentalisme” Islam. Pandangan ini menelisik akar dari aksi-aksi teror dengan mendasarkan kepada penafsiran Islam yang dilakukan oleh para demagog atas teks suci Alquran dan menelusuri matarantainya dengan sejarah gerakan sejenis di Timur Tengah. Mereka menganggap fundamentalisme tidak sehaluan dengan inti pesan Islam yang mengandaikan pluralisme, toleransi, dan misi kedamaian. Mereka bahkan menilai para pelaku teror adalah orang-orang yang mengidap paranoid dan problem kejiwaan akut. Solusi yang ditawarkan kedua pandangan di atas, dengan sendirinya berbeda. Pandangan pertama menilai, aksi-aksi teror tidak akan selesai tanpa menyentuh the big actor “permainan bisnis” di balik rangkaian teror tersebut. Sebaliknya, pandangan kedua beranggapan, pemberantasan ajaran fundamentalisme Islam—baik dengan cara lunak atau pun keras—dianggap sebagai solusi untuk menyudahi aksi-aksi teror berkedok Islam. Kedua pandangan di atas, diandaikan perang antara doxa dan heteredoxa dalam gagasfilosofis Pierre Bourdieu. Perang adalah ruang di mana pengetahuan dipraktikkan. Di titik ini, “perang melawan terorisme” mewujud sebagai doxa yang mengerkah. Segera setelah “tragedi” 11/9, Presiden George W. Bush meluncurkan Global War on Terror (GWT). Pengetahuan perekatnya: fundamentalisme agama. Sebuah doxa yang mempermaklumkan perang dan memburu para pelaku teror bertopeng agama lalu menghancurkan negara pendukung dan pelindungnya. Secara geografis, ini adalah

perang multi-skala: dari hegemoni global AS, lalu ke kerjasama regional, invasi dan aneksasi ke negara berdaulat, mempreteli sekolah atau sistem pengetahuan hingga skala paling minor, yakni tubuh individu. Ketika Bush menyatakan, “you are either with us or against us,” target yang ingin dicapai bukan semata soal militer. Ketika menyerbu dan melumpuhkan Irak di bawah retorika “freedom” dan “regime change” Bush sebenarnya tengah melancarkan doxa dan menebarkan jaring perang multi-skala tersebut. Pendudukan Irak, karena itu, dapat dipandang sebagai ekspansi kapitalisme neoliberalisme paling barbar, pembuka abad 21. Irak adalah contoh paling naif, bagaimana neoliberalisme dipaksakan melalui invasi militer ke sebuah negara berdaulat. Segera setelah penaklukan Irak, AS memaksakan swastanisasi BUMN dan membuka pintu lebar bagi investor asing di Negeri 1001 Malam itu. Dominasi ini, kelak menyulut aksi-aksi teror dan anti simbol-simbol AS-Barat bukan saja di Irak, tapi menebar di mana-mana. Sebagai bangsa Muslim terbesar sejagat, Indonesia adalah target utama aliansi AS dalam GWT. Tidak hanya karena negeri ini kerap dihujani serangan teror, tapi karena Indonesia merupakan contoh “terbaik” penerapan demokrasi liberal dan resep ekonomi neoliberal bagi negeri-negeri sedang berkembang di belahan bumi lain. Indonesia adalah contoh ideal kombinasi antara politik liberal dan ekspansi kapital: ada Islam pluralis, civil society, multi partai, dan cadangan angkatan kerja yang berlimpah. Khusus soal teror, dalam skala regional, negeri ini dipandang sebagai episentrum bagi tumbuhnya gerakan Islam radikal semisal Jemaah Islamiyah (JI) dan Majelis Mujahidin Indonesia organisasi yang diduga punya persekutuan dengan AlQaedah—kini mengalami “metamorfosis” sebagai ISIS (Islamic State of Irak and Suriah), lalu Islamic State—di Asia Tenggara. Itu sebab, ketika Bush mengucurkan bantuan senilai USD 50 juta untuk GWT di Asia Tenggara, sebagian besar mengalir ke Indonesia. Sukses Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

39


“melumpuhkan” jejaring teroris di Indonesia tak lepas dari proyek GWT. Salah satu sukses itu karena ditunjang peralatan pegawasan (surveillance) canggih dalam skala berlapis—mulai dari kelompok-kelompok masyarakat hingga kontrol terhadap tubuh-individual—dalam memburu target operasinya. Terorisme, GWT, neoliberalisme, dan fundamentalisme agama, jangan-jangan adalah kemasan lain dari pertarungan doxa dan heteredoxa kaum “bisnis” global yang berlindung di balik cadar. Dan tragedi “11/9” adalah sebuah game yang justru baru dimulai. Terorisme = Otoimunisasi? Terorisme adalah dentuman perang. Jacques Derrida—filsuf Prancis dengan pedang dekonstruksi—telah melumatkan tiang-tiang terselubung agama: radikalisme dan kekerasan. Pergulatan Derrida dengan teks dan grammar akhirnya berlabuh dalam percakapan agama. Membaca karya Derrida sungguh tak mudah, tentu. Tulisannya laksana akrobat konsep: pelbagai anggitan dimain-mainkan, ditarik ke akar kata, ke konteksnya yang paling purba, ditautkan dengan konsep lain secara analog, lantas maknanya diledakkan. Tulisannya berdiri di antara metafor dan literal. Tulisan Derrida ikhwal agama pun mulanya lebih merupakan esai-esai lepas, belakangan dikumpulkan oleh Gil Anidjar dalam Acts of Religion (2002). Derrida mengawali refleksinya dengan peristiwa 11 September. Ia mengandaikan peristiwa itu sebagai simptom dari krisis “otoimunisasi”. Di sini, ia hendak menjelaskan sebuah proses: bagaimana masyarakat sebagai suatu organisme menghancurkan mekanisme pertahanan dirinya sendiri alias otoimunitas. Organisme itu diandaikan telah memiliki imunitas. Tapi organisme tersebut melakukan imunisasi terhadap imunitasnya sendiri. Bukankah ini inti dari otoimunisasi? Derrida mendaku, proses otoimunisasi masyarakat di Barat terjadi dalam tiga tahap. Pertama, tahap “Perang Dingin.”

40

Sebuah perang atau kekerasan yang tidak terjadi di alam empirik, tapi di benak manusia. Peristiwa 11 September bisa dilihat sebagai kelanjutan dari “Perang Dingin” itu. Tahun 1980-an Amerika Serikat melatih dan menyiapkan milisi tempur di Afganistan. Mereka adalah “sekutu” Amerika melawan Rusia. Berakhinya perang dingin, menyudahi pula perseteruan dua blok itu. Tapi mental, infrastruktur, skills dan haus perang masih gemuruh di sana. Dia adalah bara api dalam sekam: perangkat yang kelak meledakkan gedung kembar WTC di New York. Di sini, peristiwa 11 September bisa dilihat sebagai akhir Perang Dingin yang musti meletup. Demikianlah, Perang Dingin sesungguhnya sebuah proses otoimunisasi: manusia membangun sebuah pertahanan untuk kemudian dihancurkannya sendiri. Tahap kedua, ditandai dengan tersebarnya sarana-sarana kekerasan, mulai dari senjata nuklir hingga senjata bilogis. Bahkan kelompok tak beridentitas, bisa dengan mudah merakit bom sendiri. Ancaman kekerasan tidak lagi terbit dari negara adidaya Amerika dan Rusia, tapi dari kelompok-kelompok yang sama sekali tak bernama. Atau sebuah perkumpulan “dadakan” yang tiba-tiba hadir untuk kemudian menebarkan teror, kecemasan, dan kekerasan yang bercokol di alam bawah sadar kita. Tahap ketiga, sebagai lanjutan dua tahapan sebelumnya, mengandaikan orang-orang yang “tersedot” ke dalam episentrum kekerasan, teror, dan represi. Atas nama perang melawan terorisme, semua kekerasan boleh dilakukan. Sebaliknya, pelaku teror—person atau kelompok—boleh melakukan kekerasan juga atas nama teror, karena hanya dengan cara ini mereka merasa bisa “melawan teror” yang dialamatkan pada diri mereka. Di titik ini, sirkulasi “balas dendam” dan kekerasan terawetkan. Kehadiran gerakan ISIS (Islamic State of Irak and Suriah) yang fenomenal dengan stigma kekerasan dan teror, sejatinya akumulasi dari ketiga tahapan otoimunisasi yang diandaikan Derrida. Sejak munculnya video di YouTube berisi

sejumlah WNI yang terlibat gerakan ISIS, sejumlah respons kritis pun terbit di tanah air. Sebagai sebuah gerakan—ISIS sejak kehadirannya pada 2003—telah menjadi percakapan publik internasional dan menyulut kontroversi di dunia Arab dan dunia Barat. Pasalnya, ISIS menjelma sebagai gerakan politik yang solid dan punya asupan dana yang kuat. Keberadaan ISIS ditengarai lebih berbahaya daripada jaringan internasional AlQaeda karena mereka punya “teritori” dan basis yang memiliki legitimasi politik. ISIS hadir pada momen yang tepat, ketika negaranegara Arab tengah menghadapi transisi demokrasi akibat badai revolusi yang lazim disebut sebagai Arab Spring. ISIS menyelinap dalam transisi demokrasi yang tidak mulus, terutama di Irak dan Suriah. Mereka telah menjadikan kedua negara itu sebagai “laboratorium” untuk mengukuhkan ideologi kekerasan dan teror atas nama Islam. Belakangan ISIS menguasai sejumlah wilayah strategis di Irak dan Suriah. Dengan dana yang berlimpah, milisi pejuang yang solid dan persenjataan militer modern, mereka memperluas jaringannya di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Sel-sel radikalismeekstrem di dunia Islam, menjadi lahan subur bagi tumbuhnya ISIS. Ide Negara Islam dan khilafah pun menjadi simpul gerakan dan pesona yang mereka jual. Dekonstruksi Derrida, sebab itu, ingin menegaskan satu hal: terorisme tidak bisa “dilawan” dengan tindakan kekerasan melawan terorisme. Tak juga cukup, jika negara hanya melegalkan pemberantasan terorisme lewat UU No. 13 tahun 2003 atau Inpres no. 24 tahun 2003. Sebab, jangan-jangan terorisme hadir sebagai proses otoimunisasi yang menekuk kesadaran kita. Teror dan kekerasan yang ditebarkan ISIS dan sejumlah sayapnya di negeri-negeri Muslim, juga merupakan otoimunisasi. Sebab, bukankah inti ajaran Islam selalu identik dan sejalan dengan cita-cita kemanusiaan dan bukan sebaliknya hadir menghancurkan manusia dan harkatnya? Agaknya, teror itu, kini tengah menari-nari di tempurung alam bawah sadar kita.


Ilustrasi: Kompasiana.com

Pendidikan Nasional dan Tanggung Jawab Lokal

WAHYUDIN HALIM

}

Kepala Pukistek UIN Alauddin

Sudah menjadi pengetahuan dan kesadaran umum bahwa pendidikan merupakan salah satu masalah yang sangat kompleks dan akut di Indonesia sejak beberapa dekade terakhir. Tidak sulit menghabiskan puluhan lembar kertas, bahkan ratusan halaman buku, untuk menulis tentang krisis pendidikan kita. Sudah terlalu banyak diskusi, talkshow, seminar, workshop, simposium, konferensi dan sejenisnya yang kita selenggarakan khusus untuk membicarakan masalah pendidikan kita. Namun, tampaknya semua perhelatan

tersebut belum mampu mengatasi krisis akut dan nestapa yang dialami dunia pendidikan kita. Makalah ini tidak dimaksudkan untuk sekedar menambah tingginya tumpukan makalah dan artikel yang menawarkan solusi atas masalah-masalah pendidikan kita. Mungkin lebih tepat jika tulisan ini disebut sebagai sekedar ekspresi kerisauan dan kekesalan seorang nonpakar pendidikan yang juga sdang merasakan nestapa dunia pendidikan di Indonesia. Masalah-masalah Klasik dalam

41


“Anggaran pendidikan tampaknya dipandang sebagai urusan pemerintah pusat saja. Padahal, jika kita mau belajar dari Amerika Serikat, kita bisa juga menerapkan apa yang disebut pajak lokal yang diberlakukan bagi seluruh warga di daerah kabupaten dan provinsi untuk membiayai lembagalembaga pendidikan setempat.”

42

Pendidikan Kita Dalam pandangan sejumlah pakar pendidikan dan budaya, masalah-masalah pendidikan di Indonesia merupakan akumulasi dari sejumlah faktor klasik yang saling bertautan. Di antara faktor tersebut adalah: Pertama, kebijakan pemerintah, sejak Orde Lama sampai orde sekarang, yang lebih memprioritaskan pembangunan di bidang ekonomi dan politik sementara pembangunan bidang pendidikan cenderung termarginalkan. Anggaran pendidikan dalam APBN selama tiga dekade sungguh tidak proporsional. Ini berimplikasi, misalnya, pada rendahnya gaji para tenaga pendidik, minimnya fasilitas pendidikan dan kurangnya program riset dan pengembangan pendidikan. Selama beberapa puluh tahun, anggaran pendidikan di Indonesia, misalnya, ternyata yang paling rendah ketimbang di negara-negara tetangga terdekat kita Menurut laporan UNDP dalam Human Development Report 2002, anggaran pendidikan kita hanya sekitar satu persen (1%) dari GNP; padahal angka rata-rata untuk negara-negara terbelakang (least developed countries) seperti Angola, Banglades, Kongo, Ethiopia, Malawi, Nepal, Samoa, dan sebagainya, sudah mencapai 3,5 persen. Human Development Report 2008, memang menyebutkan adanya peningkatan anggaran menjadi rata-rata 9.0 dalam kurung 2002-2005 dan menempatkan Indonesia di urutan 107 dalam daftar peringkat negara-negara berdasarkan ”commitment to education: public spending.” Namun, peringkat itu masih (jauh) di bawah negara-negara tetangga terdekat kita: Singapura (urutan 25), Malaysia (urutan 63, dengan anggaran 25,2%), Thailand (78/25,0%), Filipina (90/10,5), dan Vietnam (107/9,7%). Kita sering membandingkan sistem pendidikan kita dengan Malaysia yang sistem pendidikannya justru jauh melesat melampaui kita. Jika dulu Malaysia pernah berguru kepada kita, kini kondisinya terbalik total. Lewat program SMART, pendidikan dasar Malaysia maju pesat. Sementara pendidikan tingginya dilecut perkembangannya lewat program Malaysia 2020. Sementara kita semakin kehilangan

ketangguhan dan daya saing, Malaysia justru semakin diperhitungkan masyarakat dunia. Kuncinya adalah karena pemerintah Malaysia mempunyai visi yang lebih cerdas dengan memberi anggaran pendidikan yang memadai. Selama ini, anggaran pendidikan di Malaysia tidak pernah kurang dari 20 persen terhadap budget negara. Sementara kita, sekalipun MPR sudah mengamanahkan pengalokasian minimal 20% bagi anggaran pendidikan dalam APBN, tapi pemerintah tampaknya belum konsisten dan serius menjalankan amanah tersebut. Masalah lain yang juga berkaitan dengan anggaran adalah kurangnya kesadaran dan perhatian pemerintah daerah dan masyarakat terhadap lembaga pendidikan di daerah yang bersangkutan. Anggaran pendidikan tampaknya dipandang sebagai urusan pemerintah pusat saja. Padahal, jika kita mau belajar dari Amerika Serikat, kita bisa juga menerapkan apa yang disebut pajak lokal yang diberlakukan bagi seluruh warga di daerah kabupaten dan provinsi untuk membiayai lembagalembaga pendidikan setempat. Kedua, kebijakan pemerintah berkaitan dengan sistem pendidikan nasional yang tidak konsisten, terpadu dan komprehensif. Penetapan disain kurikulum, misalnya, kerap tidak melewati proses analisis, pengembangan, uji coba dan sosialiasi yang mantap. Juga sering berganti-ganti secara mendadak, sehingga dikenal ungkapan, ”ganti menteri (pendidikan), ganti kurikulum.” Misalnya, sementara Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) belum sempat disosialisasikan secara mantap dan menyeluruh di Nusantara, pemerintah lantas memperkenalkan lagi kurikulum baru bernama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Ketika pemahaman masyarakat, termasuk dunia pendidikan, tentang KBK belum memadai, muncul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pedoman bagi KBK. Kurikulum yang diberlakukan secara nasional juga kerapkali tidak mempertimbangkan faktor keunikan dan keragaman budaya, kebutuhan masyarakat lokal, dan tingkat kesenjangan ekonomi, sosial dan geografis masing-masing daerah di nusantara. Ketiga, sistem dan orientasi pendidikan


kita cenderung ikut-ikutan dan nyasar. Seperti halnya kebijakan ”pembangunan” (developmentalism) yang pemerintah Orde Baru dulu adopsi, sistem pendidikan kita seringkali juga merupakan imitasi atau gado-gado dari sistem pendidikan di negara lain yang belum tentu kompatible dengan kondisi negara kita. Sistem kapitalisme yang pragmatis, hedonistik, materialistik dan konsumtif yang sangat menjiwai kebijakan pembangunan nasional kita juga diterapkan dalam dan menjangkiti sistem pendidikan kita. Orientasi pada gelar atau ijazah ketimbang pada pendidikan karakater bangsa mudah sekali terlihat di lembaga pendidikan kita di semua tingkatan. Pendidikan kita yang cenderung memberi penghargaan khusus pada bidangbidang studi eksakta (sains) sembari menganaktirikan bidang-biang studi sosial dan humaniora (sejarah, filsafat, hukum, seni, dsb) melahirkan generasi-generasi tukang yang lemah etika dan miskin estetika. Keempat, pengelola dan pengelolaan pendidikan yang tidak profesional dan sarat penyimpangan (KKN) semakin memperparah kondisi pendidikan di Indonesia. Sampai hari ini kita masih banyak menjumpai orang-orang yang tidak memiliki sense of education tetapi diberi tanggung jawab besar untuk mengelola pendidikan, jadi mendiknas misalnya. Mereka fasih berbicara tentang pentingnya pendidikan untuk mengantisipasi datangnya era globalisasi, AFTA, WTO, cyberkomunikasi, E-Commerce, dan sebagainya; tetapi tidak tahu bahwa bahkan di Jakarta banyak ditemukan sekolah yang kondisinya mengenaskan. Mereka juga tidak menyadari, hanya dengan perjalanan darat tiga jam dari Jakarta, banyak ditemui SD yang jumlah gurunya hanya dua atau tiga orang untuk mengajar enam kelas sekaligus. Karena pengelola tidak profesional maka dapat dimaklumi bila manajemen pendidikan kita selama ini juga sangat semrawut. Manipulasi nilai UN oleh guru dan pengurus sekolah, penerimaan siswa lewat jendela (letjen), pembocoran soal UN, ”setoran khusus” untuk menjadi kepala sekolah, bisnis buku paket dan baju seragam dsb, merupakan kasus-kasus yang tidak lagi menjadi berita mengagetkan. Faktor kelima mungkin lebih banyak

berkaitan dengan budaya atau etos membaca kita yang lembek. Sekalipun membaca hanyalah salah satu dari sejumlah proses belajar yang ada, namun sudah umum diakui bahwa tradisi membaca adalah faktor yang paling menentukan dalam proses pencerdasan sebuah bangsa. Sayangnya, dalam masyarakat kita budaya bicara (tutur) tampaknya masih lebih kental daripada budaya baca. Ini diperparah lagi oleh fakta bahwa sebelum masyarakat kita gemar membaca, mereka lebih dulu menggemari menonton televisi. Budaya menonton televisi ini kemudian ditumbuhsuburkan oleh pemerintah, para pengelola sekolah dan keluarga Indonesia dengan memperioritaskan pengadaan unit-unit TV di kantor-kantor pemerintah, tempat-tempat umum, sekolah-sekolah dan rumah-rumah tangga ketimbang pengadaan perpustakaan daerah, kecamatan, desa dan keluarga. Indikator dan Implikasi ”Kekurangberhasilan” Pendidikan Kita Ada sejumlah implikasi dan indikator ”kekurangberhasilan” dalam pendidikan yang dengan mudah bisa diidentifikasi. Pertama, rendahnya prestasi siswa kita di bidang pendidikan sendiri bisa menjadi indikator mikro atas kekurangberhasilan pendidikan kita. Antara lain, rendahnya prestasi IPA siswa kita (versi TIMSS), rendahnya prestasi Matematika (versi IMO), rendahnya kemampuan membaca anak Indonesia (versi World Bank), rendahnya kualitas perguruan tinggi Indonesia umumnya (versi AsiaWeek). Kedua, rendahnya kualitas pendidikan kita menyebabkan kualitas sumber daya manusia (SDM) kita secara umum juga rendah. Menurut sejumlah survei, teutama versi UNDP, SDM kita masih jauh dari kemampuan yang ‘’kompetitif’’. Jangankan dibandingkan dengan negara-negara maju, dengan sesama negara Asia saja kita tergolong lemah. Sebagai perbandingan, menurut data Unesco terbitan 1987, terlihat bahwa di tahun itu Pakistan dari sejuta warganya sudah memiliki 99 orang pakar. Sementara Indonesia dari sejuta penduduk hanya ada 64 orang yang sarjana. Bandingkan lagi dengan India yang dalam sejuta warga terdapat tak kurang dari 1.300 orang sarjana. Angka sarjana yang kita

43


lahirkan di tahun-tahun berikutnya tentu sudah meningkat. Tapi jangan lupa, ketika kita berkembang mereka pun demikian. Sementara itu, daya saing ekonomi kita juga rendah (versi IMD), begitu juga angka harapan hidup (versi WHO), dan sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan indikator makro tentang kurang berhasilnya pendidikan kita. Ketiga, sebagai konsekuensi dari rendahnya kualitas SDM kita, daya saing bangsa Indonesia pun rendah. Menurut hasil penelitian yang dipublikasi pada pertengahan 2001 oleh International Institute for Management Development (IMD), suatu organisasi internasional yang bermarkas di Lausanne, Swiss, daya saing Indonesia ternyata paling rendah di antara 49 negara yang diteliti. Indonesia jauh di bawah Singapura, Australia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Dalam hal ini, yang dimaksud daya saing adalah hasil analisis terhadap kemampuan suatu negara dalam mengembangkan diri dalam berbagai aspek sekaligus; seperti aspek ekonomi, pendidikan, pemerintahan, ketenagakerjaan, dan sebagainya. Apa yang harus kita lakukan? Kompetensi dan otoritas akademik saya tidak memungkinkan untuk menjawab pertanyaan di atas secara tuntas. Sejumlah point di bawah hanyalah sekedar saransaran sederhana untuk meringankan beban masalah pendidikan kita yang mungkin sudah berulang kali kita dengar dari orang lain di tempat lain. Pengalokasian anggaran pendidikan dari pemerintah pusat secara proporsional dan penggunaannya secara efektif dan efisien di tingkat daerah mutlak segera dilakukan. Ini berarti, anggaran pendidikan dari pemerintah (termasuk BOS) jangan digunakan hanya untuk membiayai perjalanan dan baju seragam kadis pendidikan, pengawas dan kepala sekolah, membuat gedung baru yang belum mendesak, membeli perabot baru di ruang guru dan kepala sekolah, apalagi membeli televisi. Seharusnya dana tersebut lebih banyak dibelanjakan untuk pengadaan/ pengelolaan perpustakaan sekolah, dan yang lebih mendesak, biaya pelatihan pengembangan profesi guru-guru (bukan

44

hanya dalam rangka sertifikasi), beasiswa untuk siswa dan guru dsb. Penerbitan PERDA tentang pajak atau donasi wajib masyarakat bagi pengembangan pendidikan (belajar dari Amerika Serikat). PAD dalam bentuk pajak atau retribusi seharusnya jangan dihabiskan hanya untuk menambah tunjangan anggota DPRD atau belanja rumah tangga bupati dan wakilnya, atau untuk mempercantik ibu kota kabupaten, tapi juga dialokasikan untuk tujuan-tujuan yang disebutkan di point (1) di atas. Peningkatan profesionalisme personalia kependidikan lewat pendidikan lanjutan dan pelatihan penjenjangan dan pengembangan profesi secara berkesinambungan. Ini berarti, semua guru seharusnya diberi peluang untuk secara bergilir dan berkesinambungan mengikuti kursus, pelatihan, seminar, worshop dan sejenisnya yang berkaitan dengan bidang studi yang mereka geluti. Misalnya, pelatihan KBK, Quantum Learning, Mengelola Hidup Meraih Masa Depan (MHMMD), Kecerdasan Emosional dan Spiritual (ESQ), dsj. Juga untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (S2 atau S3). Pemahaman dan penerapan kurikulum (berstandar) nasional secara kreatif dan kontekstual sesuai dengan kepentingan, kebutuhan dan standar kompetensi daerah. Ini berarti, pengurus/otoritas pendidikan di tingkat daerah (kadis, pengawas, kepsek) seharusnya memiliki kreativitas tinggi dalam menyusun dan menerapkan kurikulum nasional sedemikian rupa sehingga memenuhi standar tuntutan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan terhadap pendidikan. Bukankah di antara prinsip-prinsip lain KBK adalah adanya desentralisasi penyusunan kurikulum sesuai kompetensi lokal yang dibutuhkan? Sekolah bahkan diberi keleluasaan untuk mengembangkan silabus mata pelajaran sendiri. Karena itu, dalam konteks ini, inisiatif lokal dan sekolah menjadi sangat penting, baik untuk memastikan adanya kesesuaian antara kompetensi yang hendak dikembangkan dan kebutuhan lokal, maupun dalam melahirkan kemampuan selektif dan korektif atas bahan-bahan ajar yang mungkin tidak sejalan dengan prinsip KBK. Dengan penerapan KBK secara


“jika siswa-siswi Sulawesi Selatan saat ini tidak lagi mengenal sejarah kemunculan kerajaan-kerajaan yang membentuk Sulsel di masa lalu, khususnya kerajaan-kerajaan GowaTallo, Wajo, Bone, Luwu, Soppeng, Ajatappareng, Massenrengmpulu, Mandar, dst. Mereka juga tidak punya apresiasi terhadap kearifan lokal daerah Sulsel yang termuat dalam dalam lontara.�

benar, diharapkan perspektif mengenai tujuan dan setiap tahap proses kegiatan belajar mengajar yang tepat dapat terus terpelihara, baik di kalangan ototias penyusunan kurikulum, insan pendidikan, para guru, maupun pengembang bahanbahan ajar. Yang tak kalah pentingnya adalah perlunya memahami secara tepat konsep life skills (keterampilan-keterampilan hidup) dalam pendidikan, khususnya dalam rangka penerapan KBK. Terdapat pandangan umum yang keliru di kalangan masyarakat, termasuk dunia pendidikan, bahwa istilah ini mengacu kepada keterampilan vokasional yang diperlukan oleh peserta didik ketika mereka kelak memasuki dunia kerja (market place). Padahal, istilah ini memiliki pengertian yang lebih luas. Keterampilan vokasional hanya satu bagian kecil konsep dari life skills ini. Yang disebut terakhir mencakup keterampilan personal, keterampilan sosial, dan keterampilan akademik. Mengikuti definisi kecerdasan majemuk (multiple intelligences) dari Howard Gardner, yang termasuk dalam keterampilan-keterampilan itu adalah kecerdasan eksistensial atau spiritual (SQ), kecerdasan intra- dan interpersonal (EQ), bahkan kecerdasan naturalistik (berinteraksi dengan lingkungan). Pengertian life skills bisa juga diasosiasikan dengan dengan tujuan pendidikan menurut UNESCO. Yaitu: cakap berpikir (learning how think), cakap berbuat atau bertindak (learning to do), kecakapan (intrapersonal) untuk hidup (learning to be), kecakapan untuk belajar (learning how to learn), dan kecakapan (interpersonal) untuk hidup bersama (learning to live together). Ringkasnya, tujuan dasariah KBK seharusnya dipahami dalam perspektif tujuan puncak segenap proses pendidikan, yaitu menyiapkan anak didik untuk meraih kesejahteraan dan kebahagiaan hidup (well being). Pemantapan status dan peran komite sekolah (dan masyarakat secara luas) dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan di tingkat sekolah secara demokratis. Ini berarti, pihak-pihak yang menjadi stake holders di sekolah selama ini harus semakin terlibat memberikan kontribusi mereka dalam menentukan

kebijakan pendidikan di sekolah ybs. Sudah bukan lagi zamannya, di mana kepala sekolahlah (atau kepala dinas?) yang menentukan semua kebijakan di sekolahnya, sementara para anggota dewan sekolah, para guru dan para orang tua murid cukup menghadiri acara-acara seremonial saja seperti penamatan. Peningkatan kualitas dan kuantitas pengajaran sejarah dan budaya lokal yang menunjang tumbuhnya kembali kebanggaan konstruktif generasi muda sebagai bagian dari budaya tersebut. Ini bisa dimasukkan sebagai salah satu local content (muatan lokal) dalam kurikulum. Adalah tragis dan mengherankan, jika siswa-siswi Sulawesi Selatan saat ini tidak lagi mengenal sejarah kemunculan kerajaan-kerajaan yang membentuk Sulsel di masa lalu, khususnya kerajaan-kerajaan Gowa-Tallo, Wajo, Bone, Luwu, Soppeng, Ajatappareng, Massenrengmpulu, Mandar, dst. Mereka juga tidak punya apresiasi terhadap kearifan lokal daerah Sulsel yang termuat dalam dalam lontara. Pemda saatnya mensponsori/mendanai penyusun/penetapan semacam buku teks/paket yang khusus memuat sejarah daerah yang bersangkutan dengan bahasa dan sistematika yang mudah dipahami oleh para pelajar menengah di semua tingkatan. Perlu upaya strategis, sistematis dan berkesinambungan untuk menyemaikan budaya membaca dan menulis sambil berusaha secara bertahap mengurangi frekuensi atau intensitas menonton TV, baik di ruang-ruang publik (seperti kantor, rumah sakit, terminal, sekolah, dsb) maupun di ruang-ruang keluarga. Ini bisa dilakukan oleh pemda kabupaten/ kecamatan/desa dengan banyak cara, antara lain: (a) mendirikan dan mengembangkan perpustakaan daerah, kota, kecamatan, desa dan sekolah; (b) mengadakan pameran dan bursa buku sekali setahun; (c) lomba-lomba mengarang/menulis buku dengan hadiahhadiah yang menarik (d) mengsubsidi tempat-tempat penjualan buku (toko/ pasar buku); (e) memberlakukan waktuwaktu atau hari-hari khusus di mana seluruh warga harus membaca atau tidak mengganggu orang yang sedang membaca; dsb.

45


1

2

3

4


8 9

5

10

11

6

7

1. International Conference on English Lenguage Education. 2. Kunjungan tim asesor Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. 3. Penandatangan MoU UIN Alauddin Dengan Sekjen Kementerian Agama Republik Indonesia. 4. Workshop Film Pendek Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Penandatanganan MoU dengan UIN Raden Fatah. 5. Diseminasi Sistem Penjaminan Mutu Internasional. 6. Workshop Integrasi Gender UIN Alauddin Makassar . 7. Mou UIN Alauddin dengan Amerika Serikat 8. Kunjungan tim asesor Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). 9. Seminar Nasional Fakultas Sains dan Teknologi. 10. Seminar Nasional Puskaistek 11. Seminar Internasional Fakultas Dakwah dan Komunikasi.



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.