GEMA MATIUS

Page 1

01 Volume I 01-04/20

MEMBANGKITKAN & MENGUATKAN IMAN UMAT

MATIUS

KABAR PAROKI

Misa Perdana Untuk UBK Misa Inkulturasi Budaya Toraja PSE

Semua Bisa Membuat Tempe Film Pendek Komsos Paroki Bintaro Raih INMI Awards RENUNGAN

Abu di Kepala dan Air yang Membasuh Kaki

SEMINAR KEADILAN SOSIAL

Mewujudkan Keadilan Sosial Menuju Masyarakat Sejahtera

Majalah Komunitas Paroki Bintaro Gereja Matius Penginjil



Menyambut Tahun Keadilan Sosial 01-04/20

M AT I U S Pastor Moderator RP. Gerpasius Sangla Rantetana SX Pemimpin Usaha Albertus Binardi Bachtiar Penasihat Ignatius de Loyola Wisnu Dewanto Pemimpin Redaksi Albertus Wibisono Redaktur Pelaksana Maria Margaretha Rindang K Fotografer FX Eko Agusriyanto (Redaktur) Bayu Isworo Danumihardjo Veronica Chandra Selena Gregorius Antonius Diandra Gregorius Rahadian Rivelino Montero Yohanes Demas Putra Oktora Gabriel David Wisnu Dewangga Artistik Yohanes Agus Rustanto Redaksi Fransiska Indria Ratu Patimasang, Maria Novembrina Dewi Embun Pramana, Adven Enggal, Veronica Dewi Bintang Yupita Pradana Penanggung Jawab Medsos Fransiska Indria Ratu Patimasang Iklan Maria Margaretha Rindang K 0822 1312 2438 Fransiska Indria Ratu Patimasang 0812 9428 8203 Alamat Redaksi Jalan Utama I, Pondok Karya, Pondok Aren, Pd. Karya, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15225 (021) 735 8123, 738 82716 Fax. 738 81020

k gema.matius@gmail.com E matiusbintaro P www.youtube.com/channel/ UC_gmYRPvyHDe7nVV2U1RGqg Q @matiusbintaro

Sejak dibuka pada 5 Januari 2020, Tahun Keadilan Sosial secara resmi mulai dijalankan di Paroki Bintaro gereja St. Matius Penginjil. Tiga seksi menjadi ujung tombak pelaksana dari tema ini; Seksi PSE (Pengembangan Sosial Ekonomi), Seksi Keadilan Perdamaian (termasuk di dalamnya Seksi Lingkungan Hidup), dan Seksi HAAK (Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakat­an). Seksi PSE mencanangkan gerakan celengan Yesus Tuna Wisma (YTW) yang bertujuan untuk menggalang bela rasa antar umat dalam Lingkungan masing-masing untuk menyisih­kan uang dan mengumpulkannya dalam celeng­ an YTW. Setiap­umat atau warga dapat berpartisipasi dalam celengan YTW yang hasilnya dikumpulkan dan dihitung oleh pengurus Lingkungan untuk kemudian disetorkan ke Paroki. Umat juga dapat berpartisipasi langsung ke Paroki dengan cara mengisi celengan YTW yang ada di gereja. Hasil dari dana yang terkumpul ini untuk membiayai setiap program selama Tahun Keadilan Sosial. Seksi PSE juga secara jeli mempunyai satu program yakni: “Pelatihan Membuat Tempe, Olahan Kedelai, dan Variannya“. Program ini telah dijalankan dan melibatkan wilayah-wilayah di sekitar gereja St. Matius Penginjil. Program ini masih berlanjut dengan cakupan yang lebih luas lagi serta melibatkan warga sekitar gereja St. Matius Penginjil. Seksi Lingkungan Hidup menjalankan program Bank Sampah; yakni dengan mengumpulkan sekaligus memilah sampah-sampah plastik, koran, dan kardus. Setiap hari Minggu warga bisa mendonasikan sampah anorganik kepada tim Lingkungan Hidup di lokasi gereja; di belakang Pos Satpam atau dekat Taman Bhinneka (bagian depan Polimat). Salah satu hasil penjualan sampah-sampah ini dipakai untuk membantu pembangunan Gedung Karya Pastoral, gereja St. Matius Penginjil. Seksi Keadilan Perdamaian menyiapkan sebuah program Konsultasi Hukum secara cuma-cuma. Masyarakat sekitar dan umat di sekitar gereja dapat memanfaatkan program ini; terutama mereka yang menjadi korban antara lain: KDRT, percerai­an, masalah warisan, utang piutang, ketenagakerjaan, narkoba, dan masalah hukum lainnya. Waktu konsultasi adalah setiap hari Minggu pukul 11.00-14.00 dengan melakukan konfirmasi terlebih dahulu. Dengan banyaknya agenda acara, juga dari seksi-seksi lainnya, jelas peran umat sangat menentukan suksesnya sebuah program. Maka, sudah seharusnya umat gereja St. MatiusPenginjil ambil bagian dalam program-program ini. Seperti yang kita alami bersama, saat ini kondisi kita sedang tidak menguntungkan karena ancaman virus Covid 19. Mari kita doakan dalam bimbingan Bunda Maria dan Tuhan Yesus, semoga keadaan ini cepat teratasi. Selamat membaca, selamat menikmati sajian GEMA Matius, yang kembali terbit untuk menyapa setiap umat. Terimalah salam dari kami, redaksi GEMA Matius!

1


daftarisi

M AT I U S

01-04 /20

kabarutama

04

Seminar Keadilan Sosial Mewujudkan Keadilan Sosial Menuju Masyarakat Sejahtera

06

Ita Suka Menari

36

48

Senangnya Berkeliling Di Kawasan Hutan Mangrove

Misa Inkulturasi Budaya Toraja

GEMA 01-04/20

2


kabarutama

12

15

17

Misa Perdana Untuk UBK

Semua Bisa Membuat Tempe

Abu di Kepala dan Air yang Membasuh Kaki

34

38

46

Satu Tahun Bina Iman Remaja St. Matius

Ziarek Bersama Warga Senior Gereja St. Matius Penginjil

08 Mengenal Seksi Keadilan

Film Pendek Komsos Paroki Bintaro Raih Anugerah Inmi & Hidup Awards 2019

40 Katekese sebagai

Perdamaian (SKP) Paroki Bintaro 19 Pencobaan di Padang Gurun

Pewartaan Iman

43 Melewati Tahun Berhikmat 2019

21 Kaleidoskop

53 Ruang Kreasi

31 Pelatihan Pendamping

56 Festival Kitab Suci

Dekenat Tangerang II

Bina Iman RemajaAnimator-Animatris

GEMA 01-04/20

3


kabarutama SEMINAR KEADILAN SOSIAL

MEWUJUDKAN KEADILAN SOSIAL MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA Oleh: Leonardus Agatha P., SH, MH. (SKP, Seksi Keadilan Perdamaian–bertindak sebagai MC & Moderator)

dan dapat memberikan manfaat per­ubahan menuju keadilan sosial khususnya bagi masyarakat yang membutuhkan. Seminar dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu tema tahun keadilan sosial berjudul Kita Adil, Bangsa Sejahtera. Selain itu juga terdapat persembahan hiburan tarian adat Betawi dengan judul Lenggang Nyai yang dibawakan oleh salah satu umat berkarunia khusus yang bernama Maria Ita Notorahardjo. Sehubungan dengan tema seminar, pani­tia meng­ undang narasumber dari Suku Dinas Sosial Peme­ rintah Kota Tangerang Selatan yang diwakili oleh Bpk. Asep Sumarna S.Pd, MM.Pd yang merupakan Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat, Kelembagaan, Kepahlawanan, dan Restorasi Sosial. Bpk. Asep Sumarna menyampaikan pemaparan terkait ruang lingkup kehadiran negara dalam mewujudkan keadilan sosial, khususnya di wilayah Paroki kita yaitu Peme­rintah Kota Tangerang Selatan. Pemaparan meliputi Kartu Indonesia Sehat yang sama juga de­ ngan BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran, Kartu Indonesia Pintar sebagai upaya pemberian bantuan Pendidikan bagi masya­rakat kurang mampu, dan santunan kematian berdasarkan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2018. Tak lupa pula Romo Andreas Sutiyo juga melengkap­i diskusi dan pemaparan dalam se­ minar sebagai narasumber, de­ngan pemaparan yang berjudul “Belas Kasih Jalan Menuju Keadilan”. Sebagai langkah konkrit Gerakan Kea­dilan Sosial di Paroki St. Matius Penginjil, dalam seminar juga disosialisasikan dan diresmikan 3 program karya yang merupakan implementasi dari Gerakan Kea­ dilan Sosial. Ketiga program karya itu adalah:

P

Beberapa tamu dan DPH yang hadir.

ada tahun 2020, Keuskupan Agung Jakarta, mencanangkan tema: “Amalkan Pancasila: Kita Adil, Bangsa Sejahtera”. Tujuan pencanangan tema ini adalah untuk mewujudkan panggilan kita bersama menuju “kepenuhan hidup kristiani dan kesempurnaan kasih kesucian yang sempurna”. Dalam rangka memulai tahun keadilan sosial, Panitia Penggerak Tahun Keadilan Sosial Paroki St. Matius Penginjil Bintaro menyelenggarakan Seminar Keadilan Sosial dengan tema “Mewujudkan Kea­dilan Sosial Menuju Masyarakat Sejahtera”. Seminar dilaksanakan pada hari Minggu 12 Januari 2020 bertempat di Aula Leo Soekoto, yang dihadiri oleh 180 orang peserta yang terdiri dari Ketua Lingkung­an, Koordinator Wilayah, Ketua Seksi, dan umat KLMTD* (ke­luarga PSE). Tema dari seminar dimaksudkan agar menjadi ajakan bagi umat untuk memulai Ge­rakan Keadilan Sosial di tahun keadilan sosial ini. Keadilan sosial yang dimaksudkan tidak hanya menciptakan peri­ laku adil bagi sesama umat, namun juga ditujukan bagi masyarakat di sekitar lingkungan gereja dan di sekitar tempat tinggal maupun lingkung­an kerja kita. Hal ini sejalan dengan arahan Uskup Agung Jakarta bahwa gerakan keadilan sosial harus bersifat inklusif GEMA 01-04/20

1. Gerakan Klinik Hukum oleh Subseksi Advokasi Hukum Seksi Keadilan Perdamaian, yang terdiri atas: a. Konsultasi hukum Secara cuma-cuma diberikan kepada umat dan warga sekitar Gereja baik dari keluarga KLMTD

4


kabarutama maupun masyara­ kat umum KORBAN ketidak­ adilan yang menghadapi masalah hukum antara lain: KDRT, perceraian, masalah wa­risan, utang piutang, ke­ tenagakerjaan, narkoba & masalah hukum lainnya. b. Pendampingan hukum Khusus untuk keluarga KLMTD Paroki melayani maksimal 5 kasus/tahun. Hanya khusus yang sangat urgent atau mendesak untuk didampingi, dengan per­syaratan: • Surat keterangan dari Ketua Lingkungan bahwa yang bersangkutan adalah KLMTD • Diketahui SKP • Disetujui DPH Adapun konsultasi hukum bertempat di Gedung Polimat lantai 2, di atas ruang PSE Gereja St. Ma­tius Penginjil, yang dilaksanakan setiap hari Ming­ gu pukul 11.00-14.00 dengan melakukan konfirmasi terlebih dahulu dengan menghubungi No. Hp.: 0856 992 7539

Bapak Asep Sumarna, salah sorang pembicara menerima pia­ gam apresiasi dari Romo Andreas Sutiyo.

2. Gerakan Bank Sampah oleh Subseksi Lingkung­ an Hidup (LH), Seksi Keadilan Perdamaian, yaitu berupa: Umat dapat melakukan DONASI SAMPAH anorganik (Plastik, Koran, Kardus) yang dilakukan setiap hari Minggu. Selain umat, warga juga da­ pat mendonasikan sampah dengan menyerahkan sampah anorganik ke Tim LH yang sudah siap di Gereja. Lokasi di belakang pos Satpam atau dekat Taman Bhinneka. Hasil dana donasi sampah tersebut akan digunakan untuk partisipasi Pembangun­an Gedung Karya Pastoral. 3. Gerakan Celengan Yesus Tuna Wisma oleh Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE), yaitu be rupa: Bentuk belarasa kepada saudara kita yang kurang mampu dan dalam kondisi membutuhkan, de­ ngan cara menyisihkan uang kita dan memasukkan ke dalam celengan Yesus Tuna Wisma yang berada di gereja. Bila ada warga yang ingin me­ laksanakan Gerakan Celengan Yesus Tunawisma di masing-masing keluarga, maka diharapkan Ketua Lingkungan segera menghubungi Panitia/ PSE. Dana akan dikumpukan oleh pengurus Lingkungan untuk di setor ke Paroki. Dana Celengan YTW ini akan digunakan untuk kegiatan Tahun Keadilan Sosial 2020. Ketiga Gerakan tersebut secara resmi diluncurkan dalam Seminar Keadilan Sosial. Peresmian dilakukan secara simbolik oleh Romo Andreas Sutiyo beserta Bpk. Patrick dan Bpk. Cahyadi dari DPH, di-

GEMA 01-04/20

Memilah sampah langsung dilakukan sebagai penanda gerak­ an Bank Sampah.

dampingi Bpk. Wahyu (Ketua SKP), Ibu Agustin (Ke­ tua PSE), Bpk. Purwo (Ketua HAAK), dan narasumber seminar Bpk. Asep Sumarna. Ketiga gerakan tersebut diharapkan dapat menjadi motor penggerak kegiatan-kegiatan lainnya di tahun 2020 ini yang da­ pat mewujudkan keadilan sosial. Mengutip kata-kata Romo Andreas Sutiyo dalam seminar bahwa kita dapat menjadi pelaku keadilan sosial atau bahkan menjadi pelaku ketidakadilan sosial, maka mari kita bersama-sama di tahun keadilan sosial ini menjadi motor penggerak yang dapat mewujudkan keadilan sosial dimanapun kita berada. AMALKAN PANCASILA: KITA ADIL, BANGSA SEJAHTERA.l *KLMTD: Kecil, Lemah, Miskin, Tertindas, dan Difable

5


ceritasampul

Ita Suka Menari

I

ta Maria Notoredjo, sedari tadi tidak berhenti tersenyum dan sesekali tertawa. Ia menonjol di antara para tamu, para Ketua Lingkungan, Koordinator Wilayah, Ketua Seksi, dan DPH. Pakaiannya juga lain. Ita memakai baju penari Betawi, warna hijau dan merah cerah. Di bagian kepala­nya motif bunga ukuran besar. Sedari tadi Ita tampak percaya diri, juga ke­ tika semua mata para tetamu memandanginya. Ita adalah pengisi acara utama dalam Seminar Keadilan Sosial yang diadakan di aula Leo Soekoto. Ita akan menampilkan tarian Betawi, Lenggang Nyai. Saya memperkenalkan diri, dan Ita langsung akrab, menjelaskan ini-itu tentang tariannya. Mama Ta­ sia (Anastasia Tjia Khien Nio, 73 tahun), Mamanya sesekali me­ luruskan ja­ waban yang diberikan anaknya. Sangat terlihat Mama Tasya selalu menjaga, setiap saat ketika Ita membutuhkan bantuan, apa pun itu. Juga jawaban. Mengapa suka menari? Saya bertanya pada Ita. Mata Ita membelalak, ia tertarik dengan pertanyaan ini. Saya menari dari kecil! Jawabnya. Ita menari sejak umur 5 tahun, sampai sekarang, saat ini umurnya sudah 37 tahun. Ita tetap menari, ia menyukainya. Lewat menari ia sampai diundang ke Singapura, juga ke Perancis. Banyak ragam tarian tradisional yang dikuasainya, mulai dari Tari Pendet, Tari Panji Semirang, Tari Yapong, Tari Kicir-Kicir, dan Tari Piring. Ia juga menguasai tari modern seperti Hip Hop Dance “Manusia Kuat” bersama sanggar tari Gigi Art of Dance. Ita juga bisa menari dalam grup, tapi hal ini tidak

GEMA 01-04/20

6


ceritasampul

Ita dan Mama yang setia mendampingi Ita dalam segala acara.

Ita dan teman-temannya saat mementaskan tari tradisional Bali.

mungkin dilakukan karena salah satu rekannya, Intan sedang kena cacar air. Menari hanya salah satu hobi Ita. Masih ada hobi yang lain yakni main piano/keyboard dan olah raga tenis. Mempunyai anak seperti Ita kita harus sabar mengikuti hobinya, demikian pesan Mama Tasia. Anak dengan DS, down syndrom ja­ngan didiamkan saja di rumah. Mama Tasia sudah melalui masa-masa sulit itu, juga menekan rasa malu dengan kondisi Ita. Ita, sebagai anak ke­ tiga juga mengalami masalah jantung sejak lahir. Sejak

GEMA 01-04/20

7

umur 2 tahun, Ita telah dibawa berobat ke Singapura, kemudian umur 4 tahun menjalani operasi jantung di Australia. Semua de­ ngan sabar dan tabah di­ jalani. Dan hasilnya sekarang Ita mampu tam­pil membanggakan, menjadi insiprasi untuk teman-teman sesamanya dan kita semua. Percakapan kami ter­ henti ketika nama Ita di­ panggil un­ tuk menari “Lenggang Nyai”, membu­ka acara Seminar Tahun Ke­­adilan. Tarian tradisional Be­ tawi ini sangat di­ ku­­ asainya. Ita menari de­ ngan penuh percaya diri dan luwes, senyumnya ter­ kembang, menular pada kami semua hingga turut bergoyang dan berdendang.


kabarutama

Mengenal SKP (Seksi Keadilan Perdamaian) Paroki Bintaro Oleh: Yohanes Wahyu Iman Toto, Ketua SKP

Sejak tahun 2019, bersamaan dengan hiruk-pikuknya Pemilihan Umum serentak untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, dan anggota Legislatif Republik Indonesia, umat Paroki Bintaro juga me­lak­sanakan pemilihan Ketua Lingkungan, Koordinator Wilayah dan Seksi-Seksi serta Kepala Bagian dalam struktur Dewan Paroki Bintaro, yang telah selesai dilaksanakan dan prosesi perutusannya (pelantikannya) juga telah dilaksanakan. Salah satu di antara Seksi-Seksi tersebut terdapat Seksi Keadilan Perdamaian (SKP). Sebagian umat Paroki Bintaro tentu sudah mengetahui apa itu SKP karena keberadaannya di Paroki Bintaro sudah ada sejak Juli 2017, namun sa­ngat dimungkinkan sebagian umat tidak mengetahui apakah SKP itu.

S

KP adalah suatu organ dalam Dewan Paroki Inti. Pembentukan SKP pada Paroki-Paroki di Keuskupan Agung Jakarta didasarkan pada Surat Vikjen KAJ kepada Dewan Paroki di KAJ no. 390/3.5.7/2016 tanggal 16 September 2016 tentang himbauan membentuk Seksi Keadilan Perdamaian (SKP) di Paroki. Bersamaan pada kurun waktu tersebut berlaku Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Jakarta Tahun 2014 (PDDP KAJ 2014), di mana secara struktural organ SKP belum tercantum dan atau belum diatur, namun sejalan dengan ketentuan Pasal 2 butir ke 8 juncto Pasal 15 butir ke 7 PDDP KAJ 2014 yang pada intinya menentukan bahwa pembentukan Seksi di Paroki mengacu pada arahan berdasarkan Pedoman Reksa Pastoral Komisi-Komisi Keuskupan. Di Keuskupan Agung Jakarta terdapat Komisi Keadilan Perdamaian (KKP KAJ) yang dibentuk pada tanggal 28 Agustus 2016. KKP KAJ terdiri dari 4 (empat) pilar yaitu Divisi Advokasi Hukum & HAM, Divisi Keadilan & Kesetaraan Gender, Divisi Peduli Migran, dan Divisi Lingkungan Hidup (sebelumnya Komisi Lingkungan Hidup), oleh karenanya dengan dibentuknya SKP di

GEMA 01-04/20

Paroki, maka berdasarkan azas konkordansi (daftar menurut abjad kata-kata) Seksi Lingkungan Hidup di setiap Paroki berubah menjadi salah satu pilar dari SKP, yaitu menjadi Sub Seksi Lingkungan Hidup dan secara bertahap melengkapi struktur SKP dengan pilar-pilar yang lain sebagaimana keberadaan tiap divisi sesuai struktur KKP KAJ tersebut. Pembentukan KKP-KAJ merupakan penegasan dan realisasi ARDAS 2016-2020 dan sebagai wujud dari pengamalan Pancasila dalam Terang Kerahiman Allah yang memerdekakan (sesuai dengan tema 2016 dan tema 2017). Dasar pembentukan KKP-KAJ juga tidak dapat dipisahkan dengan Renstra (Rencana Strategis) KAJ yang ke-4 yaitu “Meningkatkan bela rasa melalui dialog dan kerjasama dengan semua orang yang berkehendak baik untuk mewujudkan masyarakat yang adil, toleran dan manusiawi khususnya untuk mereka yang miskin, menderita dan tersisih” dan ke-5 yaitu “Meningkatkan keterlibatan umat dalam menjaga lingkungan hidup di wilayah Keuskupan Agung Jakarta”. Dalam konteks panca tugas gereja, fungsi KKP berkolaborasi dengan Komisi Hubungan Antar Aga-

8


kabarutama

Foto bersama anggota SKP angkatan baru. Mereka belum lama dilantik.

ma dan Kemasyarakatan (KHAAK), termasuk dalam lingkup Martyria, marturia: menjadi saksi Kristus dalam masyarakat, yaitu wajah Gereja yang memperjuangkan keadilan dan perdamaian. Maka, dengan dibentuknya SKP, Seksi Lingkung­ an Hidup yang telah ada disatukan (merge) menjadi salah satu pilar dalam SKP, yaitu menjadi Sub Seksi Lingkungan Hidup, dan guna melengkapi pilar-pilar SKP Paroki Bintaro maka dibentuk pula Sub Seksi Kesetaraan & Keadilan Gender dengan menyatukan organ Paroki yang sebelumnya bernama Seksi Ibu Paroki ke dalam SKP. Pada waktu bersamaan juga dibentuk Sub Seksi Advokasi Hukum & HAM serta Sub Seksi Peduli Migran & Pekerja Rumah Tangga. Fungsi dan misi pelayanan SKP Paroki Bintaro sama dengan KKP, yang membedakan adalah terkait spektrum tempat (locus), yaitu meliputi Paroki saja, dan dalam hal tertentu dimungkinkan bersinergi dengan SKP Paroki lain di KAJ berdasarkan penugasan KKP KAJ melalui DP, Dewan Paroki Bintaro. Setelah berlakunya Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Jakarta Tahun 2019 (PDDP KAJ 2019) pada tanggal 8 Mei 2019, eksistensi SKP di setiap Paroki semakin jelas, di mana PDDP KAJ 2019 menyebutkan bahwa Seksi Keadilan Perdamaian dan Seksi Antar Agama dan Kemasyarakatan masuk dalam Bidang Kesaksian (Pasal 17 ayat 3 huruf e) dan GEMA 01-04/20

ayat 4 huruf l menyebutkan bahwa tugas pokok Seksi Keadilan Perdamaian adalah melaksanakan tata pelayanan pastoral (penggembalaan)-evangelisasi (pewartaan) kepada umat agar menghadirkan wajah Gereja yang memperjuangkan Keadilan Perdamaian (Pasal 17 ayat 4 huruf l). Secara umum SKP Paroki Bintaro akan mengintegrasikan misi yang dilaksanakan masing-ma­sing Sub Seksi, dimana misi Sub Seksi Advokasi Hukum & HAM berupaya memberi perhatikan dan pelayanan terkait isu terkait kebijakan hukum publik secara makro yang menyentuh kepentingan gereja, kebutuh­ an pe­ nyadaran/pengetahuan umat terkait isu atau feno­mena hukum yang mengemuka dalam masyarakat dan berupaya menyediakan bantuan hukum terba­tas bagi umat dan masyarakat korban ke­ tidakadilan dan pelanggaran hak asasi manusia; misi Sub Seksi Keadilan & Kesetaraan Gender berupaya memberi perhatikan dan pelayanan bagi terciptanya transform­asi keluarga, Gereja dan masyarakat dalam hal kesetaraan dan keadilan gender; misi Sub Seksi Peduli Migran & PRT memberi perhatian dan pelayanan terkait kebutuhan perlindungan migran, yang meliputi pencegahan akan praktik-praktik perdagangan manusia dan perlakuan tidak adil terhadap pekerja rumah tangga, peningkatan pengetahuan/ketrampilan pekerja rumah tangga; dan misi Sub Seksi

9


kabarutama

Acara demi acara diadakan oleh SKP. Salah satunya adalah Seminar Anti Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Lingkungan Hidup melaksanakan karya membangun perilaku/habitus yang ramah lingkungan sebagai wujud iman dalam memandang bumi dan seisinya sebagai keutuhan ciptaan. Program kegiatan SKP dalam rangka perjuangan membangun keutuhan ciptaan di mana ekologi integral tak terpisahkan antara kepedulian akan alam, keadilan bagi kaum miskin dan komitmen kepada masyarakat serta kedamaian abadi akan yang disusun secara sinergis dengan seksi-seksi lain dalam Dewan Paroki Inti merupakan program yang bersifat pencegahan dengan memberi pengetahuan dan pe­ nyadaran bagi umat dan atau masyarakat yang diimplementasikan melalui kegiatan sosialisasi dan atau kegiatan nyata yang relevan. Setiap upaya pelayanan yang akan dilaksanakan SKP Paroki Bintaro bersama seluruh umat dimaksudkan sebagai bagian dari pelaksanaan kewajiban sebagai murid-murid Yesus Kristus yang dituntut untuk menghayati spiritualitas inkarnasi yang mendasari tindakan kita untuk berbelas kasih bagi yang menderita dan berdosa (bdk. Mrk 2:17). Spiritualitas inkarnasi yang memandang seluruh realitas hidup manusia yang menyangkut masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya adalah tempat Allah hadir dan berkarya, dengan demikian merupakan tantangan iman bagi kita. Oleh karena itu spiritualitas bukanlah teori atau konsep, me­lainkan cara bertindak dan menanggapi panggilan Tuhan yang tersembunyi dalam realitas kehidupan yang amat kompleks. SKP sebagai bagian dari pelayan pastoral-evangelisasi yang diwujudkan berusaha mengenali dan peduli pada kebutuhan umat serta menolong yang kehilangan arah. Umat yang selama ini sudah aktif GEMA 01-04/20

dan terlayani perlu terus dijaga dan didorong agar semakin tangguh dalam iman, terlibat dalam persaudaraan inklusif, berbela rasa terhadap sesama dan lingkungan hidup. Namun juga berusaha agar umat yang selama ini belum aktif dan belum dikenal ha­ rus ditemukan dan disapa agar tetap berada bersama kawanannya. Sebagaimana telah digariskan dalam PDDP KAJ 2019, seluruh proses pelayanan meliputi pengambilan keputusan, perencanaan, pengorganisasian, kepe­mimpinan, pelaksanaan, dan evaluasi karya harus diupayakan sungguh berbasis data dan dilakukan secara: Sinergis: kemajuan dan itikad baik untuk bekerja sama dan bergotong-royong antar pribadi dan antar komunitas pelayan umat. Dialogis: komunikasi timbal balik/dua arah untuk menemukan gagasan-gagasan cemerlang yang mendorong pelayanan terbaik. Partisipatif: melibatkan seluruh komponen umat secara aktif dan dinamis karena seluruh umat dipanggil untuk ambil bagian dalam kehidupan Gereja. Transformatif: selalu mengusahakan perbaikan terus menerus dalam pelayanan dan kebersamaan menuju per­ubahan nyata yang dicita-citakan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, pada inti­nya misi yang dilaksanakan oleh Dewan Paroki Bintaro, dalam hal ini SKP, pada prinsipnya adalah suatu gerakan bersama umat, untuk umat dan masya­ rakat pada umumnya. Untuk itu diperlukan doa dan dukungan umat, kiranya SKP Paroki Bintaro dapat melaksanakan tugas dengan suka cita dan senantiasa dalam bimbingan dan pertolongan Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Aminl

10


kabarutama Pengurus SKP Paroki Bintaro Masa Bhakti tahun 2019 – 2022 DPH Pendamping: Bpk. Frans Sudarmanto • Tim Penasehat: Bpk. Antonius PS Wibowo (Wil. VI, St. Yusuf), Bpk. Alexander Marwata (Wil. XV, St. Yohanes Penginjil) dan Bpk. Hilarius Ras Hernowo (Wil X, Slamet Riyadi) • Ketua: Bpk. Yohanes Wahyu Iman Toto (Wil IV, St. Mikael), Wakil Ketua: Bpk. Leonardus Agatha P (Wil. VII, St. Kristoforus), Sekretaris: Ibu Florentina Agustina Purwantari (Wil. IX, St. Brigitta), Bendahara: Ibu Maria Immaculata Hesti Nugraheni (Wil. XVII, St. Hieronimus) • Sub Seksi Advokasi Hukum & HAM, Ketua: Ibu Irene Enny Sri Handajani (Wil. XV, St. Yohanes Penginjil), dengan anggota Ibu Cicilia Widiastuti (Wil. XV, St. Yohanes Penginjil) dan Sdr. Andrew Atmaja (Wil. XV, St. Yohanes Penginjil) • Sub Seksi Keadilan & Kesetaraan Gender, Ketua: Ibu Anastasia Amidawati (Wil. VII, St. Kristoforus), dengan anggota: Ibu Catharina Bima (Wil. II, Adi Sucipto), Ibu Flo­rentina Titik (Wil. IV, St. Vincentius), ibu Fransisca Woro Triliendrawati (Wil. IX, St. Brigitta), ibu Maria Ristina Iskayani (Wil. XIV, St. Alfonsus) • Sub Seksi Peduli Migran & Pekerja Rumah Tangga, Ketua: Ibu Regina Winarah (Wil IV, St. Mikael) dengan ang­gota: Ibu Fransiska Nuki Krisnasari (Wil. III, St. Petrus), Ibu Ester (Wil. , ), Bpk. Benediktus Seto Mantiri (Wil. III, St. Petrus) • Sub Seksi Lingkung­an Hidup dengan Ketua Ibu Clara Kusuma Astuti (Wil. X, Slamet Riyadi) dan anggota ibu Concordia Maria Srihandayani Triastusi (Wil. XVII, St. Hieroni­mus), ibu Maria Mediatrix Sri Pudjiastuti (Wil. XVI, St. Conforti)

SKP Paroki Bintaro telah menyediakan layanan konsultasi hukum individual bagi umat yang sungguh-sungguh membutuhkan layanan tersebut. Pengajuan/permin­ taan konsultasi individual dapat disampaikan ke SKP Paroki Bintaro melalui telepon 081291182446 atau melalui email skpbintaro@ gmail.com. Konsultasi Hukum akan dilayani oleh para Advokat: Ibu Enny Sri Handajani, SH., M.H., Bpk. Leonardus Agatha, S.H., M.H., Ibu Cici­lia Widiastuti, SH dan Bpk. Yohanes Wahyu Iman Toto, S.H.. Mengingat masih terbatasnya jumlah advokat yang melayani, setiap permintaan konsultasi individual yang masuk ke SKP akan diatur se­suai mekanisme yang ditentukan sesuai kebijak­an Dewan Paroki Bintaro.

GEMA 01-04/20

11


kabarutama Misa Perdana untuk UBK:

Karena Engkau Berharga di Mata-Ku

Foto-foto oleh Demas dan David

Sabtu, 18 Januari 2020, pukul 10.00 pagi, basement Aula Leo Soekoto masih cukup lengang. Deretan kursi merah yang tersusun rapi baru sebagian terisi, di bagian tengah. Bagian samping kiri, petugas koor dari anak-anak BIA telah siap, berbaju putih dan duduk rapi. Hari ini ada yang istimewa, untuk pertama kali diadakan Misa untuk UBK (Umat Berkarunia Khusus) dengan tema: Karena Engkau Berharga di Mata-Ku.

1

Foto bersama P. Yakobus Sriatmoko bersama umat UBK. Acara perdana ini dilakukan di basement Aula Leo Soekoto.

5 menit kemudian suasana sudah lebih ramai. Beberapa undangan, Umat Berkarunia Khusus datang bersama anggota keluarganya. Keba­ nyakan masih anak-anak, sampai usia remaja. Beberapa di antaranya sudah dewasa. Selain umat Paroki Bintaro, beberapa juga datang dari Paroki lain. 14 keluarga UBK, dari 18 yang terdaftar hadir pada misa ini. GEMA 01-04/20

Sharing keluarga UBK

Romo Yakobus Sriatmoko SX, berkesempatan untuk memimpin misa perdana ini. Dalam khotbahnya, ia menegaskan bahwa anak-anak dengan UBK dibutuhkan oleh Allah bagi Gereja-Nya. Romo Yakub mengutip perikop Kitab Suci Matius 25: 35-40, Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku se-

12


kabarutama Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. orang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Beliau juga menekankan bahwa sebagai sesama dalam Gereja adalah anggota tubuh, dan anggota tubuh yang tampaknya paling lemah adalah yang paling dibutuhkan (1 Korintus 12:22). Maka jelaslah, bahwa para UBK mempunyai fungsi dalam komunitas. Keberadaannya sama dengan umat yang lain. Dengan demikian layak mendapat perhatian dan perlakuan sama seperti umat lainnya. Pada bagian kedua, homili, Romo Yakub memberikan kesempatan para orang tua UBK untuk sharing. Bagian pertama diisi oleh Ignatius Sukatno (Wilayah 13, Lingkunan Bernadus) ayah dari Martinus Ndaru Boby Dwikatmono (18 tahun). Ia mence­ ritakan bahwa sejak, saat bayi umur 1 bulan, Boby sama seperti bayi lainnya, tidak memiliki kelainan. Baru saat Boby memasuki usia 3 bulan, mulai tampaklah beberapa kelainan. Awalnya keluarga merasa shock dengan kondisi ini. Mereka mengupayakan yang terbaik untuk Boby; berobat juga mencari pendapat pada beberapa ahli. Sampai umur 10 tahun waktu itu Boby rutin diurut. Sampai saat ini, umur 18 Boby cukup mandiri; bisa melakukan beberapa kegiatan tanpa bantuan seperti makan, mandi, main HP, dan naik sepeda motor. Seperti diakui Pak GEMA 01-04/20

Romo Yakobus Sriatmoko memimpin misa perdana untuk UBK

Sharing dari Pak Sukatno; merawat anak dengan karunia khusus perlu tenaga ekstra.

Sukatno, merawat anak dengan UBK membutuhkan tenaga ekstra, sa­ngat melelahkan, belum lagi ditambah dengan perasaan putus asa; akan jadi apa anaknya kelak. Untunglah, perjuangan ini sekarang sudah menemukan jawabannya; anak adalah karunia Tuhan, titipan Tuhan yang tidak bisa ditukar.

13


kabarutama

Koor anak-anak BIA dipimpin oleh Kak Embun.

Sharing dari Pak Johanes, orang tua anak UBK.

Anak adalah karunia Tuhan, titipan Tuhan yang tidak bisa ditukar. Maka sudah sewajar­nya akan dirawat sampai akhir hayat. Maka sudah sewajar­nya akan dirawat sampai akhir hayat. Johanes Marinus (Wilayah 4, Lingkungan Vincentius), ayah dari Mauricio “Rio” Tambayong (16 tahun) juga berkesempatan menyampaikan pengalamannya. Rio menderita Klippel-Trenaunay Syndrome (KTS), gangguan langka yang mempengaruhi pem­ buluh darah, jaringan lunak, dan tulang. Kelainan ini muncul sejak lahir (bawaan) dan biasanya mempe­ ngaruhi kaki. Karena penyakit ini saat ini salah satu kaki Rio harus diamputasi. Pak Johanes dan istrinya, Dewi Saraswati mengurus Rio sepenuh hati. Bahkan dalam waktu dekat Rio akan menjalani operasi guna memperbaiki kondisi tubuhnya. Rio, saat ditanya, tidak merasa takut akan tindakan ini. Sebaliknya, semangatnya tidak pernah padam, sama seperti orang tua yang mendampinginya. Pak Johanes mengaku sering berpegang pada satu ayat, Matius 6:34, “Jadi, jangan khawatir tentang hari esok karena hari esok akan mengkhawatirkan dirinya sendiri. Cukuplah satu hari dengan kesusahannya sendiri.” Ia juga percaya, ada Yesus dalam diri setiap anak. Misa perdana untuk UBK kali ini ditutup dengan

GEMA 01-04/20

Boby, hari itu juga menjadi salah satu petugas liturgi.

permenungan yang panjang. Masih banyak yang bisa dilakukan Gereja untuk umat UBK. Para panitia yang diketuai Herulono (Ketua Seksi Katekese), beserta para pendamping; Eli, Nani Joko, Reni, Siska, Angel, Dewi, Vania, dan Embun mempunyai tugas mulia untuk melayani UBK di St. Matius. Mereka merencanakan misa seperti ini dapat diadakan minimal 3 kali dalam setahun. Nanti juga akan didakan acara retret untuk UBK dan orang tua mereka. Semoga niat baik ini mendapat dukungan dari umat St. Matius. Bagi umat UBK lainnya, mari bergabung!l

14


kabarparoki

Pelatihan pembuatan tempe, aneka olahan kedelai, dan variannya diikuti oleh ibu-ibu dari RW 05, RT 1-7, disekitar gereja St. Matius.

Semua Bisa Membuat Tempe

Siapa tidak kenal tempe? Rasanya semua mengenalnya, lauk berbentuk segi empat, atau segi tiga, atau juga papan ini amat a­­ krab dengan orang Indonesia. Selain rasa­ nya nikmat, pembuatannya pun mudah dan sederhana. Selain bahan utamanya, kedelai tersedia melimpah di sekitar kita, baik kedelai lokal maupun kedelai impor.

B

erkat kesederhanaan inilah pembuatan tempe dan olah­ an kedelai dipilih PSE, Pengembangan Sosial Ekonomi Paroki Bintaro sebagai salah satu program pemberdayaan masyarakat sekitar gereja St. Matius. Acara yang diberi judul “Pelatihan Membuat Tempe, Olahan Kedelai, dan Variannya“ dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Februari 2020, pukul 9.30 sampai 13.00, bertempat di kediaman keluarga Bapak Supardi, salah satu warga Lingkungan St. Alfonsus. Peserta ber­ asal dari masyarakat sekitar, warga RW 05 RT 01 sampai dengan RT 07, Kelurahan Jurang Mangu Timur, Kecamatan Pondok Aren

GEMA 01-04/20

15


kabarparoki Tangerang Selatan. Tercatat peserta sejumlah 70 orang, dengan 12 orang panitia, sehingga semuanya 82 orang. Kebanyak­an peserta dari ibu rumah tangga kelompok usia 25 sampai dengan 50 tahun. Usia rata-rata adalah 30 tahun, sedangkan tercatat anakanak yang ikut ibunya sebanyak 15 anak. Jumlah ini sungguh menggembirakan. Peserta antusias de­ngan program ini, dan target panitia untuk jumlah peserta terpenuhi.

Visi dan Misi

Sesuai dengan visi Tahun Keadilan Sosial 2020 (TKS), visi kegiatan ini diambil dari inspirasi Uskup Ignatius Kardinal Suharyo, yakni “Menghadirkan Ke­ rajaan Allah di tengah Masyarakat”. Sedang­ kan misinya adalah memberdayakan masya­ rakat de­ ngan sasaran masyakarat sekitar gereja St. Matius Penginjil, Bintaro. Tentu saja prioritas kegiatan ini adalah untuk masyarakat KLMTD.

Hujan bukan halangan

Bulan Februari, cuaca mendung sejak pagi dan akhirnya hujan. Untunglah kendala cuaca ini tidak menyurutkan sedikit pun minat ibu-ibu untuk tetap mengikuti pelatihan pembuatan tempe dan olahan

Demo memasak aneka olahan tempe oleh panita.

GEMA 01-04/20

Kedelai yang sudah diberi ragi siap dikemas menjadi tempe.

kedelai. Beberapa di antara ibu-ibu ini datang de­ ngan membawa anaknya yang masih usia balita. Bisa dimengerti karena ibu-ibu yang sebagian besar ibu rumah tangga ini tidak mempunyai pembantu rumah tangga, sehingga untuk beberapa kegiatan anak harus ikut serta karena tidak mungkin ditinggal sendirian di rumah. Beberapa yang lain harus minta izin saat tiba jam pulang sekolah; mereka juga bertugas antar-jemput anak-anak usia sekolah. Di antara ba­nyaknya tugas yang diemban para ibu, pelatihan pembuatan tempe dan olahan kedelai ini bisa menjadi selingan/hiburan yang menyenangkan dan menambah pengetahuan. Beberapa kali pada saat pelatihan terdengar tawa dan candaan. Mereka sungguh menikmati acara pelatihan kali ini. Ibu Nur sebagai pelatih pembuatan tempe adalah seorang profesional peng­rajin tempe dari Kampung Wadasari, Pondok Betung. Sedangkan pelatih untuk praktik memasak oleh Ibu Ristina Supri, yang juga menjabat sebagai Bendahara RT 07, sekaligus penggerak warga Lingkung­ an St. Alfonsus. Beliau me­ngajarkan praktik memasak Tumis Tempe Daun Kelor dan pembuatan Burger Tempe. Bertindak sebagai pembicara tentang nilai gizi Tempe & Olahan Kedelai, adalah Ibu Atik Paat dari Tim PSE sub seksi Pemberdayaan. Beliau juga salah satu kader yang aktif di kelurahan . Melihat antusias para peserta, kami, pani­tia optimistis untuk melanjutkan pelatihan ini. Tempat selanjutnya adalah kelompok dari RT 07 dan kelompok Ibu-Ibu Rukun Warga. Senang sekali rasanya pelatih­ an yang sederhana ini—seperti halnya tempe—bisa me­ nyatukan warga, tanpa membeda-bedakan status sosial dan agama. Semua gembira, semua bisa membuat tempe.l

16


renungan

Abu di Kepala dan Air yang Membasuh Kaki

Oleh: Mgr. Tonino Bello

Di antara ke dua ritus ini, terentanglah jalan PraPaskah. Sebuah perjalanan yang secara fisik hanya terpisahkan oleh jarak sepanjang kurang dari dua meter saja jauhnya. Tetapi sesungguhnya, jarak itu jauh lebih panjang dan berliku untuk dijalani, karena haruslah dimulai dari atas kepala diri kita sendiri, dan haruslah pula diakhiri pada kaki orang-orang lain.

U

ntuk menempuh perjalanan ini, apakah cukup hanya dalam kurun waktu lima puluh hari yang terentang diantara hari Rabu Abu sampai dengan hari Kamis Putih? Ataukah perjalanan itu akan membutuhkan seluruh hidup kita? Masa Pra-Paskah sebenar­ nya adalah merupakan model dari perjalanan ini, dalam skala yang lebih kecil. Penyesalan dan pelayanan. Inilah kedua khotbah agung yang oleh Gereja disimbolkan melalui abu dan air, suatu simbolisasi yang jauh melebihi kata-kata apapun yang mungkin dapat digunakan. Orang beriman manakah yang tak akan terpesona dengan

GEMA 01-04/20

kedua khotbah ini? Khotbah lainnya yang disampaikan dari atas mimbar, mungkin saja akan dengan begitu mudahnya dilupakan, tetapi kedua khotbah ini, tak akan pernah terlupakan karena simbolisasi yang digunakan adalah seperti suatu bahasa yang langgeng, tak lapuk oleh waktu. Sentuhan abu pada dahi‌ meskipun begitu halus abu turun menyentuh kepala kita, namun sesungguhnya terasa begitu keras seperti hujan batu-batu es, atau seperti pukulan palu ke atas kepala kita, karena sentuhan yang halus itu mengajak kita kepada satu-satunya makna, �Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!�

17


renungan Sayang, tidak semua orang mampu menyadari akan petunjuk liturgis, yang mengharuskan agar abu yang dipakai, diperoleh dari pembakaran ran­ tingranting zaitun yang telah diberkati pada hari Minggu Palem tahun sebelumnya. Andaikata saja kita me­ nyadari hal itu, maka ajakan untuk melibatkan diri sepenuhnya untuk kedamaian, untuk menyambut Kristus dan mengakui-Nya sebagai Tuhan, serta berharap agar dapat ikut serta masuk ke dalam Yerusalem surgawi, pastilah akan menjadi petunjuk–petunjuk yang lebih nyata bagi perjalanan pertobatan kita. Bagaimanapun, “shampoo abu” itu tetap akan menyentuh kita, melampaui semua batas waktu, dan saat kita menemukan kembali abu yang tersisa dan berserakan pada bantal alas kepala kita mengajak kita untuk merenungkan kembali bagaimana si­siksisik dosa kita seharusnya sudah mulai mengelupas dan jatuh dari permukaan tubuh kita. Bunyi air yang jatuh ke tempat pembasuhan kaki…. inilah khotbah yang mungkin merupakan yang paling tua dalam perbendaharaan memori kita ma­ sing-masing. Mungkin saja di saat kecil, kita pernah berusaha untuk maju ke depan, menyisipkan diri di antara begitu banyak orang, untuk dapat sampai ke bangku pertama dan mengintip dari dekat, dari antara emosi-emosi umat, untuk “mendengarkan” de­ ngan mata, penuh kekaguman akan pembasuhan kaki itu. Sebuah khotbah yang dilaksanakan setiap hari Kamis Putih, yang terdiri atas dua belas kalimat yang selalu sama, tapi tidak akan pernah terasa membosankan. Khotbah yang begitu kaya akan kasih mesra, meskipun tampaknya seakan sebagai suatu skenario yang mudah untuk ditafsirkan. Tanpa ke­ pura-puraan, meskipun seakan mengulangi tindak­

GEMA 01-04/20

an yang selalu sama: persembahan sebuah kaki, terangkatnya gayung dan tercurahnya air, gesekan sehelai handuk dan diakhiri dengan meterai, sebuah kecupan. Suatu khotbah yang tampaknya ganjil, karena diucapkan tanpa kata-kata, seraya berlutut di depan dua belas simbol kemiskinan manusia, oleh seseorang yang kita ingat, yang biasanya hanya berlutut di hadapan hosti-hosti suci. Apakah ini suatu khayalan, atau penglihatan sesaat yang diakibatkan oleh rasa kantuk semata, ataukah ini merupakan suatu simbol bagi mereka yang akan berjaga seraya menantikan Kristus ? “Una Tantum”, demi suatu malam yang penuh dengan kejutan, atau sebagai pedoman yang sangat nyata bagi kita dalam menentukan pilihan dalam kehidupan perilaku kita sehari-hari? Kuasa pencetus tanda-tanda! Maka marilah me­ mulai perjalanan Pra-Paskah kita, dimulai dari abu hingga sampai kepada air itu. Biarlah abu itu berkobar di atas kepala kita, seperti layaknya ia baru dimuntahkan dari kawah sebuah gunung berapi. Lalu untuk mematikan kobarannya, marilah kita memulai langkah pencarian air itu, untuk kemudian menuangkannya dan membasuhkannya pada kaki orangorang lain. Penyesalan dan pelayanan… inilah sepasang rel yang harus kita jalani dalam perjalanan pulang kita kepada Bapa yang menanti. Abu dan air, inilah dua materi yang digunakan untuk mencuci pakaian pada masa lampau. Tetapi terlebih lagi, keduanya merupakan simbol dari suatu pertobatan penuh, yang akhirnya akan menyelimuti diri kita sepenuhnya, dari ujung kepala hingga ke kaki.l

18


renungan

istimewa

Pencobaan di Padang Gurun

Oleh:

P

Romo Yakobus I Made Suardana

adang gurun, tempat Yesus menyepi, adalah tempat hening, penuh dengan kemiskinan, tidak adanya dukungan materi dan pengaruh luar. Situasi seperti ini memaksa seseorang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting dalam jalan hidupnya dan sebuah keadaan dimana Tuhan lebih mudah untuk ditemukan. Tetapi padang gurun juga merupakan tempat kematian, karena tidak ada air bahkan tidak ada kehidupan, dan itu adalah tempat kesepian, di mana manusia mera­ sakan pencobaan yang paling hebat. Yesus pergi ke padang gurun dan disana Ia digoda untuk meninggalkan jalan yang ditunjukkan oleh Bapa, untuk mengikuti jalan lain yang lebih mudah dan lebih duniawi (Luk 4, 1-13). Dia mewakili pencobaan kita, memikul kesengsaraan kita untuk mengalahkan yang jahat dan membuka jalan kepada manusia untuk menuju Allah, jalan pertobatan. Merefleksikan pencobaan yang Yesus alami di padang gurun mengajak kita masing-masing untuk menjawab pertanyaan mendasar: Apa yang benar-benar penting dalam hidupku? •Dalam pencobaan pertama iblis meminta kepada Yesus untuk mengubah batu menjadi roti untuk memuaskan rasa lapar. Yesus membantah bahwa manusia hanya hidup dari roti: tanpa respon ter­hadap kelaparan akan kebenaran yakni kelaparan akan Allah, manusia tidak dapat diselamatkan. •Dalam pencobaan kedua, iblis menawarkan kepada Yesus jalan kekuasaan: ia menuntunNya ke puncak dan menawarkan kepadaNya kekuasaan atas dunia; tetapi ini bukan cara Allah. Sikap Yesus sangat jelas bahwa bukan kekuatan duniawi yang menyelamatkan dunia, tetapi kekuatan salib, kerendahan hati dan cinta.

GEMA 01-04/20

Yesus dicobai di padang gurun.

•Dalam pencobaan ketiga, iblis membujuk Yesus untuk melemparkan diriNya sendiri dari atap Bait Allah di Yerusalem dan meminta Allah menyelamatkanNya melalui para malaikatNya, yaitu melakukan sesuatu yang sensasional untuk menguji Allah sendiri. Tetapi jawabanNya adalah bahwa Allah tidak dapat dipaksakan didalam kondisi kita, Allah yang berkuasa dalam segala-galanya. Yesus memilih menyerahkan hidupnya dalam tangan BapaNya artinya Ia tidak menggunakan kekuatan ajaib untuk meyakinkan dan menyelamatkan kita tapi dengan cintaNya yang tulus.

19


renungan Janganlah biarkan kami jatuh ke dalam pencobaan

Semua godaan adalah sebuah kebohongan de­ ngan topeng kebenaran. Tidak pernah sebuah go­ daan tampil sebagi sesuatu yang menyedihkan, memberatkan dan menyulitkan; supaya lebih menggoda harus mengandung kemudahan, kesenangan dan kekuasaan. Satu-satunya cara untuk membuka kedok godaan adalah dengan menghadapinya. Yesus pergi ke padang gurun bukan untuk bersembunyi, tetapi untuk menemukan diriNya; dengan kelemah­ anNya (sebagai manusia) dan kekuatanNya, dengan rohNya dan dagingNya, dengan godaan-godaannya. Sejak awal masa prapaskah, liturgi menyajikan dua tokoh yang membuka dan menutup semua sejarah manusia: Adam dan Kristus. Keduanya mempunyai persamaan dan pada saat yang sama juga perbedaan. Keduanya berbagi ketidakpastian godaan, tetapi dengan hasil yang sama sekali berbeda. Adam dan Hawa dicobai oleh Iblis, yang menawarkan mereka jalan alternatif dari jalan yang telah mereka te­ rima dari Allah. Ular dengan kelicikannya yang licin, menempatkan pasangan manusia itu di persimpang­ an dua pilihan berbeda. Adam dan Hawa tahu bahwa mereka tidak memi­ liki diri mereka sendiri. Bahwa mereka memiliki asalusul dalam kenyataan yang lebih besar dari pada diri mereka sendiri, dalam cinta yang trasenden; tetapi mereka juga tahu bahwa mereka sangat bebas; dan di sini ular muncul untuk meyakinkan bahwa mereka dapat setara dengan Allah, yang berarti bahwa mereka akan mendominasi makhluk lain dengan kekuatan absolut. Pada akhirnya, mereka yang ingin menjadi ilahi untuk mengetahui segalanya, hanya akan mengetahui kesalahan mereka sendiri, mengetahui ketelanjangan mereka sendiri. Tetapi Tuhan selalu me­ ngomposisi ulang segalanya, dan terus menetapkan jalan bagi anak-anakNya. Mereka akan selalu bebas memilih jalur lain jika mereka mau. Dalam kehidupan kita, si penggoda akan muncul cepat atau lambat di ‘kebun’ kita, karena ular yang keluar untuk bertemu manusia, dan bukan sebalik­ nya. Adam dan Hawa adalah metafora terbaik dari keberadaan dan kehidupan kita di dunia ini: nafas ila­ hi dan lumpur tanah liat, diciptakan oleh Allah dan dicobai oleh Iblis, terjebak di bumi dan dengan aspirasi surga, makhluk fana dan haus akan ketidakterbatasan. Dalam Injil kita menemukan seorang Yesus juga dibuntuti oleh pencobaan. Sebenarnya, Iblis menggoda Yesus dengan hal-hal yang diinginkan atau dibutuhkan Yesus pada saat itu. Dengan roti di te­ ngah-tengah kelaparan padang gurun. Dengan me­ GEMA 01-04/20

Biarlah Roh membawa kita ke padang gurun dan menyembuhkan kita dari kesepian, dari ketidaktoleranan pada kegagalan, dari rasa takut akan pengorbanan, dari kemalasan dan kelalaian. ngusai seluruh dunia ketika Yesus benar- benar ingin menyelamatkan dunia. Dengan kekuatan-kekuatan mukjizat yang mencegahNya dari ‘kejatuhan’. Se­ muanya adalah hal yang sangat diingin­ kan Yesus, tetapi Iblis mempersembahkannya secara tersamar, hanya mencari kepuasan dari naluri egois. Yesus tidak menjumpai satu, tetapi banyak padang gurun dalam hidupNya; dia juga tidak bertemu tiga, tetapi banyak godaan lainnya. Padang gurun adalah pengalaman yang umum, dan bahkan perlu, dalam kehidupan manusia. Melewati padang gurun membantu kita untuk mengkonsolidasikan kebebasan kita, untuk memperkuat iman kita, untuk menimbang jalan kita, untuk membedakan panggilan kita. Tetapi apakah padang gurun itu? Kalau kita kaitkan dengan pengalaman iman, ada banyak hal. Tetapi berbicara tentang hal yang sama: kekeringan, kesedihan, kemalangan maka gurun adalah ketika Tuhan tidak te­ rasa dekat, terutama ketika masalah membuat iman dan harapan kita terguncang. Bagi Yesus, padang gurun merupakan pengumuman bahwa dalam jangka pendek sebuah salib diuraikan untukNya. Dalam kesendirian di padang gurun, Yesus dengan jujur ​​memikirkan kembali panggilanNya untuk melayani, dan melihat di sana bahwa satu-satunya jalan yang menuntunNya kepada Allah dan manusia adalah Golgota. Hari ini kita sebagai orang kristiani harus melintasi padang pasir dengan api keberanian yang berkobar. Tidak mudah untuk menjadi orang beriman di dunia yang berusaha melakukan semunya tanpa Tuhan. Kita tidak akan kekurangan pencobaan secerdik yang menjatuhkan Adam dan Hawa. Dosa bukanlah penemuan Yudaisme, itu adalah realitas yang dapat diverifikasi baik dalam tindakan individu kita maupun dalam struktur sosial. Dalam masa Prapaskah ini, biarlah Roh membawa kita ke padang gurun dan menyembuhkan kita dari kesepian, dari ketidaktoleranan pada kegagalan, dari rasa takut akan pengorbanan, dari kemalasan dan kelalaian; dan mengajar kita, pertama-tama memilih untuk menjadi roti untuk mengenyangkan rasa la­par orang lain, memilih jalan pengorbanan daripada menunggu mujizat semu dan berani memilih posisi yang terakhir (salib) lewat pelayanan kepada sesama.l

20


kaleidoskop

Perjalanan Paroki Bintaro Gereja St. Matius 2019-2020

Pelantikan Ketua Lingkungan periode 2019-2022 Minggu, 12 Mei 2019.

Banyak muka baru, dan sebagian muka lama. Selamat bertugas para Ketua Lingkungan, ujung tombak pelayanan Gereja!

BERITA GEMBIRA DARI KELUARGA XAVERIAN • Sabtu, 29 Juni 2019: 3 Frater yang belajar Teologi di Manila mengikrarkan kaul kekal.

• Minggu, 30 Juni: 6 novis mengikrarkan kaul pertama di Paroki Bintaro.

• Sabtu, 13 Juli: Fr. Washington akan ditah-

Rapat perdana Seksi PSE, Pelayanan Sosial Ekonomi

biskan sebagai Diakon di Kamerun.

• Minggu, 18 Agustus: tiga Diakon akan

Minggu, 30 Juni 2019.

Selamat bertugas untuk para seksi: Djuliana K (Subsie Pemberdayaan), V. Sulistyawan (Subsie BKSY, BPJS & Kesehatan), Agustina Sukeni Winarso (Ketua), Lusia (Subsie BKSY, BPJS & Kesehatan), Sulastri (Subsie Pangan, Papan, dll), Fora (Subsie Pemberdayaan), Ajeng (Sekretaris SPSE), Veronica N ( Subsie Kematian St. Yusuf Paroki), Wuri (Bendahara 2), Dyna (Subsie BKSY, BPJS & Kesehatan), Agnes (Kasir & Administrasi)

ditahbiskan sebagai Imam di Paroki Ranggu, Flores.

• Sekitar bulan Agustus: 9 Frater yang

telah menyelesaikan studi Filsafat akan berangkat ke Teologi Internasional: 3 Filipina, 1 Meksiko, 2 Kamerun, dan 3 Italia.

Selamat untuk pendidikan Xaverian Indonesia. Semoga selalu menghasilkan buah yang baik.

KALEIDOSKOP GEMA 01-04/20

21


kaleidoskop

Pelantikan Koordinator Wilayah, Ketua Seksi, dan Kepala Bagian periode 2019-2022.

Minggu, 26 Mei 2019, selamat berkarya dan mela­ yani penuh suka cita.

Ziarek Warga Senior: “Dengan Ziarek, kita Tingkatkan Kebersamaan dalam Satu Iman” Jumat, 12 Juli-Minggu, 14 Juli 2019,

berlokasi di Taman Doa-Cirebon dengan kegiatan: Jalan Salib dan berdoa di Goa Maria.

Pembekalan Koordinator Wilayah (Korwil), Ketua Seksi (Kasie), dan Kepala Bagian (Kabag) Minggu, 16 Juni 2019,

acara lainnya adalah pemaparan Tata Pelayanan Dewan Paroki Keuskupan Agung Jakarta, oleh Bapak Felix Iwan Wijayanto, Sekretaris DKP KAJ.

Pelatihan Pendamping Bina Iman Remaja (BIR) se-KAJ Acara dilaksanakan di Wisma Samadi, pada 13-14 Juli 2019.

Gereja St. Matius Penginjil Bintaro mengirimkan 2 pendamping BIR dalam acara tersebut.

Kaderisasi Putra-Putri Altar 2-4 Juli 2019,

diikuti 52 peserta dan 33 panitia dari Seksi Liturgi, di Curug Putri Palutungan, Goa Maria Fatima Sawer Rahmat, Cisantana-Kuningan, Taman Doa Regina Rosari Cirebon.

Misa Gunung 4, oleh KKMK St. Matius

Diadakan pada Jumat-Minggu, 11-13 Oktober 2019, di Gunung Papandayan (2665mdpl).

KALEIDOSKOP GEMA 01-04/20

22


kaleidoskop

Pembekalan Pendamping Komuni Pertama

7 Juli 2019, di Ruang Franka, Aula Leo Soekoto.

Penggalangan Dana GKP 27-28 Juli 2019

Gereja St. Matius melaksanakan program visitasi untuk Penggalangan Dana GKP; ke sembilan Paroki di Jakarta, antara lain: 1. Paroki Bintaro Jaya (20 September 2018) 2. Paroki Pulomas (19-20 Januari 2019) 3. Paroki Kosambi (9-10 Februari 2019) 4. Paroki Meruya (23-24 Februari 2019) 5. Paroki Menteng (27-28 April 2019) 6. Paroki Cilandak (11-12 Juni 2019) 7. Paroki Kalideres (6-7 Juli 2019) 8. Paroki PIK (27-28 Juli 2019) 9. Paroki Kedoya (21-22 September 2019)

Pertemuan Perdana Orang Tua Komuni Pertama dan Calon Komuni Pertama

Minggu, 21 Juli 2019 di Aula Leo Soekoto.

Temu Rasul Berkat Santo Yusup (BKSY) se-KAJ Sabtu, 20 Juli 2019,

Bertempat di Pusat Pastoral KAJ, Wisma Samadi Klender. Acara dihadiri oleh pengurus BKSY Paroki dan Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi (SPSE) dari 33 paroki yang telah ikut serta dalam program BKSY. Paroki Bintaro mengirimkan 6 orang peserta, yaitu: Agustin, Sulastri, Lusia, Dina, Fora, dan Sulistyawan.

Pelatihan Lektor, Komentator, dan Pemazmur Minggu, 28 Juli 2019

Merupakan awal pelatihan para petugas Lektor, Komentator, dan Pemazmur guna meningkatkan kualitas Perayaan Ekaristi. Pelatihan dilakukan rutin oleh Seksi Liturgi.

KALEIDOSKOP GEMA 01-04/20

23


kaleidoskop

Pelatihan Fasilitator bersama RP. Vitus Rubiyanto, SX Tanggal 3, 4, dan 11 Agustus 2019

Kunjungan Seksi Kepemudaan Sabtu, 27 Juli 2019

Kunjungan dilakukan pada teman-teman muda Wilayah 12.

Seksi Kerasulan Kitab Suci berhasil mengajak 90 fasilitator lingkungan. Acara bertempat di Aula Leo Soekoto.

Dialog Kebangsaan: “Bersama Membangun Bangsa: Tantangan Mengisi Kemerdekaan� Sabtu malam, 10 Agustus 2019

Berbagi Hewan Kurban Memperingati Hari Raya Idul Adha

Acara berlangsung di Aula Leo Soekoto. Pembicara yang hadir: Romo Mudji Sutrisno, SJ, Drs. Fachrudin Zahri, M. Si, I Ketut Ananta, dan Theofransus Litaay, Ph. D.

11 Agustus 2019

Gereja St. Matius Penginjil, diwakili Seksi HAAK (Hubungan Antar Agama & Kemasyarakatan), turut berbagi kurban di 5 titik, antara lain: 1. Masjid Al Abror 2. Masjid Jami Baithu Richim (Posko Banser) 3. Masjid Baitu Rochim, Jl. Ujan Nain 4. Musholla RT 08/03 Pondok Karya 5. Musholla RT 02/03 Pondok Karya Aksi sosial berupa pembagian 1 ekor kambing untuk setiap titik tersebut, diwakili oleh Bapak Purwosumirat dan Bapak Supriyanto. Kegiatan lain adalah kerja bakti bersama warga sekitar Gereja.

Perayaan Ekaristi HUT RI ke-74

Sabtu, 17 Agustus 2019 lalu, pukul 06.30 WIB. Perayaan berlangsung lancar dan khidmat. Acara dilanjutkan dengan aneka lomba.

KALEIDOSKOP GEMA 01-04/20

24


kaleidoskop Juara 1: Wilayah 4, lingkungan Vincentius Juara 2: Wilayah 16, lingkungan Bernadeth Juara 3: Wilayah 8, lingkungan Sta. Clara, yang selanjutnya akan mengikuti lomba ke Dekanat Tange­ rang, 7 September 2019.

Serenade Kebangsaan Minggu, 18 Agustus 2019

Penyelenggara: Forum Liturgi Dekenat Tangerang 2 (FLDT 2). Acara berlangsung di Gereja Sta. Maria Regina. Paduan suara anak dan remaja Paroki Bintaro turut menyemarakkan acara ini.

Wisata Edukasi Alam, Taman Mangrove PIK Sabtu, 31 Agustus 2019

Oleh Sie Pendidikan melibatkan para siswa SD, SMP, SMA; Negeri dan swasta non Katolik.

Seminar KDRT

Sabtu, 24 Agustus 2019 Pukul 08.30 - 13.30 WIB di Aula Leo Soekoto. Seksi Keadilan Perdamaian menjadi motor acara ini, de­ngan narasumber: Dr. Livia Istania DF Iskandar, Msc. Psi - Wakil Ketua LPSK RI, juga Sri Nurherawati S.H. - Komisioner KOMNAS Perempuan, serta Leonardus Agatha S.H., M.M sebagai moderator.

Festival Kitab Suci Dekenat Tangerang II 7 September 2019

Bertempat di Gereja Rasul Barnabas-Pamulang, juga diisi dengan kategori Bible Talent. Gereja St. Matius diwakili anak-anak BIR, dan didampingi OMK.

Misa Inkulturasi Batak

Lomba Family Bible

8 September 2019

Minggu, 25 Agustus 2019

Di Aula Leo Soekoto oleh Seksi Kerasulan Kitab Suci. Para pemenang lomba adalah:

Misa inkulturasi merupakan upaya penghayatan iman Katolik sekaligus toleransi budaya.

KALEIDOSKOP GEMA 01-04/20

25


kaleidoskop

Rekoleksi Orang Tua Calon Penerima Komuni Pertama 24 Agustus 2019

Di Wisma Xaverian, Jl. Conforti no. 59. Dihadiri 150 peserta. Romo Sutiyo sebagai Romo Moderator Komuni Pertama Gereja St. Matius Penginjil, Bintaro.

Peringatan Ulang Tahun Paroki Bintaro ke-36

21 September 2019. Beberapa acara berkaitan de­ngan ulang tahun Paroki Bintaro antara lain: Kunjungan Uskup ke Gedung Karya Pastoral (GKP) & Penandatanganan Genteng Kasih oleh Mgr. Ignatius Suharyo

Misa Inkulturasi Toraja Minggu, 15 September 2019.

Misa Inkulturasi Toraja dipimpin oleh Romo Gerpasius Sangla Rantetana, SX.

Pelantikan Dewan Paroki Harian 16 DPH yang dilantik:

Triduum Hari Ketiga Menjelang Perayaan 36 tahun Gereja St. Matius Penginjil

18-20 September 2019. Secara khusus Gereja mempersiapkan hari jadi selama tiga hari berturut-turut.

1. RP. Gerpasius Sangla Rantetana, SX. - Ketua Umum Dewan Paroki 2. RP. Andreas Sutiyo, SX. - Ketua Dewan Paroki 3. Utama Adi Patrick - Wakil Ketua I 4. Nikodemus Cahyadi - Wakil Ketua II 5. Yohanes Toto Rachmadi - Sekretaris I 6. Beatrice I. Dwi Yulianti - Sekretaris II 7. Ivander Daniel Tan Siaw Siong Roby - Bendahara I 8. Maria Immaculata Hesti Nugraheni - Bendahara II 9. Julius Sumarlan - Koordinator Bidang Peribadatan 10. Ignatius de Loyola Wisnu Dewanto - Koordinator Bidang Pewartaan 11. Agnes Hermien Indrayati - Koordinator Bidang Persekutuan

KALEIDOSKOP GEMA 01-04/20

26


kaleidoskop 12. Maria Theresia Sintawati Limena - Koordinator Bidang Pelayanan 13. Andreas Pujo Ratriyono - Koordinator Bidang Kesaksian 14. Theresia Sri Nayuti - Koordinator Bidang Pelatih­an & Pengembangan Paroki 15. Maria Josephine Ina Susanty Darmadi - Koordinator Bidang Perencanaan & Evaluasi 16. Paulus Beggaranda Sumarna - Koordinator Bidang Teritorial & Kategorial.

kan oleh Uskup Mgr. Ignatius Suharyo, para Romo dan segenap umat Paroki Bintaro.

Pelantikan Pemazmur, Lektor, dan Komentator

Minggu, 22 September 2019, pukul 09.00 WIB dan Minggu, 30 September 2019 lalu.

Misa HUT ke-36 Gereja St. Matius, Bintaro

Misa konselebrasi, selebran utama Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo.

Pelantikan Mgr. Ignatius Suharyo sebagai Kardinal 5 Oktiber 2019

Mgr. Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo resmi dilantik menjadi Kardinal oleh Paus Franciscus di Basilika Santo Petrus, Vatikan, bersama 12 Kardinal dari negara lain.

Sehari Tanpa Gadget: Stop Generasi Nunduk, oleh PPA 28 September 2019.

Rapat Karya Penyusunan Prokar (Program Karya) Pelayanan Paroki 2019-2020 Minggu, 13 Oktober 2019

Penampilan Operet “Sahabat Terhebat”

Di SMA Ricci II. Dihadiri Dewan Paroki harian dan Dewan paroki Inti.

KALEIDOSKOP Para penampil adalah BIA, BIR, dan OMK. Disaksi-

GEMA 01-04/20

27


kaleidoskop Aula Leo Soekoto, diikuti Ketua Lingkungan dan para Animator. Tema yang dipilih: “Rumahku Inspirasi Keadilan�.

Misa Gunung 4

11-13 Oktober 2019. Kegiatan diprakarsai oleh KKMK St. Matius, berlokasi di Gunung Papandayan, 2665 mdpl.

Camping Biar Akrab (CABIK), OMK wilayah 4

19-20 Oktober 2019, di kawasan Gunung Bunder. Diikuti peserta usia BIR dan OMK sejumlah 38 peserta.

Komuni Pertama

24 November 2019, sejumlah anak-anak menerima Sakramen Ekaristi untuk pertama kalinya.

Bazaar Natal

Minggu, 8 Desember 2019, di halaman gereja St. Matius, diikuti 40 peserta, dari 17 wilayah, BIR, OMK, dan Panitia GKP.

Malam Dana untuk GKP

Sabtu, 12 Oktober 2019, umat St. Matius dan Sta. Maria Regina, sebagai inisiator penggalangan dana bagi pembangunan Gedung Karya Pastoral.

Rapat Pleno Paroki Sabtu, 7 Desember 2019,

yang dihadiri oleh para Ketua Seksi, Kategorial, Ketua Lingkungan, Koordinator Wilayah. Pemaparan program-program oleh Ketua Seksi. Romo Gerpasius Sangla Rantetana, SX., memimpin serah terima Ketua Panitia tahun Berhikmat 2019; Bapak Frans Sudarmanto, kepada Ketua Panitia tahun Keadilan Sosial 2020, Ibu Agustina Sukeni. Acara lainnya adalah kunjungan Kaling, Koorwil, Ketua Seksi ke pembangunan Gedung Karya Pastoral (GKP) yang telah mencapai 60% selesai.

KALEIDOSKOP Sosialisasi Bulan Keluarga 2019

16 November 2019, bertempat di ruang basement

GEMA 01-04/20

28


kaleidoskop tenaga medis (bidan) dan kader dari para ibu-ibu Paroki Bintaro.

HUT ke-5 Pagupon (Paguyuban Prodiakon) Jumat, 6 Desember 2019.

Pembaptisan, Penerimaan dalam Gereja Katolik, dan Penerimaan Sakramen Ekaristi

Sabtu, 21 Desember 2019, dipimpin oleh Romo Gerpasius Sangla Rantetana, SX.

Novena Natal

11-23 Desember 2019, pukul 19.00 WIB. Sebanyak 9 kali dilakukan untuk persiapan menyambut Natal.

Posyandu Balita

19 Desember 2019, rata-rata pengunjung sebanyak 220 anak per bulan, sejak 2002. Pelayanan yang diberikan: penimbangan, pemeriksaan, imunisasi (Vitamin A, Hepatitis, MR, dan Polio), makanan tambahan dan vitamin. Dilayani oleh 6

Natal 2019

24 Desember 2019, Misa 1 Malam Natal dan Misa 2 Malam Natal

KALEIDOSKOP GEMA 01-04/20

25 Desember 2019, Misa Natal Anak

29


kaleidoskop

(Montase kumpulan foto Misa Natal 25 Desember 2019: mulai dari persiapan, misa I Malam Natal 24 Desember 2019, Misa II Malam Natal, dan Misa Natal anak terlaksana dengan meriah, pada hari Rabu, 25 Desember 2019, mulai pukul 09.00 WIB).

Pembukaan Tahun Keadilan Sosial 2020 Minggu, 5 Januari 2020, Perayaan Ekaristi pukul 09.00 WIB dengan nuansa Betawi ini dipimpin oleh Romo Andreas Sutiyo, SX., paduan suara oleh anakanak ASAK (Ayo Sekolah, Ayo Kuliah) dan Sekolah Negeri dan Swasta non-Katolik.

Pelayanan Posyandu yang pertama ditahun 2020.

Banjir Jakarta dan Sekitarnya

1 Januari 2020, akses menuju Gereja St. Matus meng­alami banjir, baik di lingkungan/wilayah Paroki, juga Wisma Xaverian. Misa Tahun Baru pukul 10.00 WIB pun ditiadakan. (Montase kumpulan foto akses gereja dan Xaverian yang terkena banjir. Foto-foto PSE membantu korban banjir, beberapa relawan membantu banjir)

Seminar Keadilan Sosial: Mewujudkan Keadilan Sosial menuju Masyarakat Sejahtera

Minggu, 12 Januari 2020, hadir sebagai pembicara: Bapak Asep Sumarna, S.Pd MM. Pd. dan Romo Andreas Sutiyo, SX. 3 gerakan dicanangkan: Gerakan Klinik Hukum, Gerakan Bank Sampah, dan Gerakan Celengan Yesus Tunawisma.

KALEIDOSKOP GEMA 01-04/20

30


kabarparoki Pelatihan Pendamping Bina Iman Remaja-Animator-Animatris, Misioner

Dipilih Untuk Diutus Oleh: Fransiska Endah, Pendamping BIR Paroki Bintaro

Para pendamping BIR dari berbagai paroki. Dari Paroki Bintaro, diwakili Kak Endah dan Kak Ellen.

M

encari waktu Sabtu-Minggu di tengah kesibukan; berbagai kegiatan dan acara keluarga memang bukan hal mudah. Bisa dipastikan, teman-teman sepela­ yanan juga sama sibuknya. Kalau sudah begini, acara saling tunjuk pun tidak akan menghasilkan solusi apa-apa. Maka, jawabannya hanya satu: jalan! Acara Pelatihan Pendamping Bina Iman Remaja, Animator-Animatris Misioner KAJ ini memang demikian penting. Bukan saja untuk pendamping BIR yang sudah senior, tapi juga untuk pendamping BIR yang baru—seperti yang dimiliki Gereja St. Matius Penginjil, Bintaro. Saya berangkat bersama seorang teman pendamping, Kak Ellen yang masih muda (kelas 3 SMA). Ia, yang awalnya sempat ragu kareGEMA 01-04/20

na merasa paling muda langsung mendapat jawaban melegakan; banyak pendamping BIR dari paroki lain yang juga muda usia, bahkan lebih muda dari Kak Ellen. Sungguh membangkitkan semangat ketika melihat mereka yang masih muda usia ini telah terlibat dalam pelayanan sebagai pendamping BIR. Acara Pelatihan Pendamping BIR dilaksanakan di Wisma Samadi pada tanggal 13-14 Juli 2019. Tema yang dipilih adalah: “Kamu Dipilih untuk Diutus”. Dalam kesempatan ini Gereja St. Matius Penginjil, Bintaro diwakili 2 orang pendamping BIR termasuk saya sendiri.

Menimba ilmu tentang melayani

Banyak sekali Ilmu, juga peneguhan tentang pelayanan yang bisa dipetik dalam acara ini. Tiap sesi

31


kabarparoki

Foto bersama seluruh peserta pelatihan pendamping BIR.

Diskusi dalam grup untuk saling berbagi kesulitan dan solusi masalah BIR di Paroki masing-masing.

GEMA 01-04/20

32

dirangkai dengan padat, dan dibawakan penuh semangat dan suka cita—energi inilah yang berhasil membuat tiap peserta seperti mendapat dorongan semangat serta apresiasi dalam pelayanan mereka. Beberapa contohnya adalah tentang pembahasan: spiritualitas misioner, psikologi remaja, dinamika misioner, dan misi Allah Tritunggal yang semuanya sangat berguna bagi pendamping BIR,memberikan arti tentang apa dan bagaiman pelayanan dilakukan. Pada awal pertemuan, Romo RD. Yoh. Radityo Wisnu Wicaksono, mengajak para peserta untuk menjadi sahabat Allah. Para pendamping BIR adalah kepanjang­ an tangan dari Allah sendiri dalam menjalankan pelayanannya. Dari konsep ini, maka kami diajak untuk makin mengenal Allah. Pertanyaan selanjutnya adalah tentang kesediaan menerima tugas perutusan: mengapa mau melayani. Sebagai sahabat Allah, kami diajak untuk me­ nyangkal diri, menanggalkan egoisme, meninggalkan ke-aku-an untuk selanjutnya menjumpai saudara dan saudari yang membutuhkan pewartaan Sabda Allah.


kabarparoki Maka setiap pendamping BIR diharapkan menjadi animator/animatris misioner. “Ke dalam tanganmu, para pembina anak dan remaja, Allah mempercayakan ciptaan-ciptaan-Nya yang mungil. Kamulah yang dipercayai oleh Allah untuk menjadi ‘guru’ yang memperkenalkan Allah dan rencana keselamatanNya” Kutipan dari Paus Yohanes Paulus II ini sengaja dipilih Sr. Asia sebagai peneguhan untuk para pendamping BIR. Sr. Asia juga menyampaikan pesan Rasul Paulus, bahwa seorang animator BIA/BIR misioner harus berani mati ter­ hadap segala kelemahan dirinya agar Kristus dapat hidup di dalam dirinya. “... namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Gal 2:20)

Mengawali langkah dengan senyum­an, melayani penuh suka cita

Pada saat sesi Psikologi Remaja oleh Ibu Ratih Ibrahim, M.M. Psikolog, kami diajarkan tentang mo­ dal yang harus dimiliki setiap pendamping; know­ ledge, skill, dan panggilan. Tentu banyak tantangan yang akan dihadapi saat membina anak usia remaja. Pendamping harus mampu memahami karakter anak/remaja, memahami kebutuhan anak/remaja, dan menyesuaikan metode belajar yang sesuai de­ ngan karakter dan kebutuhan anak/remaja yang dibina. Tentu hal ini tidak mungkin dilakukan sendirian.

Dibutuhkan tim untuk mencapai tujuan Bina Iman ini. Konsep 5K, yaitu Kasih, Konsekuen, Konsisten, Kompromi, dan Kompak harus bisa diciptakan dalam tim pendamping. Tips yang diberikan Ibu Ratih untuk bisa mencapai kegiatan BIR yang menyenangkan dan disukai banyak anak/remaja adalah dengan membangun komunikasi yang efektif, membuat kegiatan yang kreatif, interaktif, dan tegas. Tentu harus dilakukan persiapan bahan ajar yang memadai. Beberapa hal lain yang juga menentukan keberhasilan pendampingan adalah menciptakan empati dalam setiap sesi pertemuan, membangun hubung­ an yang baik antara anak/remaja Bina Iman dengan orang tua mereka. Di akhir sesi , Ibu Ratih memberikan kalimat indah yang meneguhkan kami, “Setiap kejadian atau apapun yang kita berikan pada anakanak adalah torehan jejak yang akan mereka bawa seumur hidup mereka.” Di sesi dinamika, kami banyak belajar tentang kreativitas untuk membuat suasana pertemuan BIR menjadi menyenangkan. Kami juga menyusun susun­an acara dalam BIR untuk dibakukan menjadi program kerja untuk tahun 2020 di setiap dekanat. Acara pelatihan pendamping remaja pun ditutup dengan Misa yang dipimpin oleh Romo Wisnu. Sungguh pengalaman pelatihan yang luar biasa, memberikan banyak ilmu, menyenangkan, sekaligus meneguhkan kami, para pendamping BIR.l

Foto bersama di bagian depan Pusat Pastoral KAJ, Wisma Samadi, Klender.

GEMA 01-04/20

33


kabarparoki

Satu Tahun Bina Iman Remaja St. Matius Oleh: Fransiska Endah, Pendamping BIR St. Matius

Pentas musik oleh anak-anak BIR denga lagu “Aku Ingin Seperti Yesus” oleh Patricia (keyboard), Panji (gitar), Agusta (gitar), Mimok (kahon), dan Andini (vokal).

Bina Iman Remaja (BIR) St. Matius mulai terbentuk di bulan Januari 2019. Awal pertemuan hanya diha­ diri sekitar 15 anak, dengan 4 pendamping. Sungguh awal yang tidak mudah buat kami pendam­ping BIR, mendampingi anak usia remaja yang sedang dalam masa peralihan dari anak-anak menuju ke dewasa. Ini­ lah tantangan yang harus dihadapi pendamping BIR. Membuat sesi-sesi pertemuan BIR menarik, bermanfaat, dan mempererat antar sesama anggota BIR. Komunitas Katolik sangat penting dalam masa perkembangan remaja-remaja generasi penerus Gereja. GEMA 01-04/20

R

emaja adalah energi yang luar biasa; se­ nantiasa bergerak, dinamis, dan tidak pernah lelah. Remaja Paroki Bintaro pun demikian juga. Namun sayangnya saat itu BIR (Bina Iman Remaja) belum terbentuk. Lewat beberapa kali dialog yang cukup intens de­ngan Ibu Cecilia Hesti Prayoganingsih dan pak James F Kulit, pendamping dan pemerhati BIR dari Paroki Bintaro Jaya, Gereja Santa Maria Regina, mereka meneguh­ kan bahwa usia remaja membutuhkan wadah untuk menampung semua energinya. Ini artinya kebutuhan BIR di Paroki Bintaro memang layak ada. BIR Paroki Bintaro diharapkan menjadi ruang perkembangkan iman sekaligus menumbuhkan aneka talenta dalam komunitas remaja Katolik. Saya masih ingat pesan dua orang yang saya sebutkan barusan, bahwa bagian paling sulit adalah mengumpulkan para remaja ini, selanjutnya adalah memikirkan begaimana mengisi kegiatan BIR.

34


kabarparoki Perjalanan BIR St. Matius baru memasuki tahun pertama. Masih sangat baru. Perjuangan dan tantang­ an kami para pendamping adalah menghadap­i para remaja dengan segala problematika mereka; gejolak muda yang senantiasa ingin menunjukkan jati dirinya, sekaligus kami harus bisa menjadi sahabat mereka. Bukan tugas yang mudah memang. Semua tantangan ini dapat dilalui berkat kerja sama antar pendamping BIR serta campur tangan Tuhan Kegiatan–kegiatan yang sudah dilakukan BIR sepanjang 2019 adalah mengikuti secara rutin kegiatan KAJ sebagai peserta Hari Anak Misioner, kegiatan pertemuan rutin diisi dengan Valentine Day, English Day, Kelas Menulis, Belajar Fotografi, Kelas Musik, Kelas Olah Raga, Doodle Art, dan tugas koor Misa Natal Anak. Kegiatan besar yang pernah dipersembahkan BIR untuk seluruh umat gereja St. Matius adalah Drama Musikal “Bangkit Bersama-Ku” dan Operet “Sahabat Terhebat” gabungan BIA, BIR, dan OMK. Drama Musikal BIR juga telah mengeluarkan CD Lagu “Bangkit Bersama-Ku,” yang dapat diperoleh di toko buku Paroki. Pada Drama Musikal “Bangkit Bersama-Ku”, semua pemain adalah anak–anak Bina Iman Remaja dan didukung kru dari rekan-rekan OMK. Sungguh kolaborasi yang indah dalam generasi kita bertumbuh bersama di ruang dan waktu yang sama dalam naungan gereja. Saat ini, peserta BIR yang terdaftar sekitar 85 anak dengan pendamping BIR sebanyak 13 orang yang mayoritas adalah OMK. Kami terus berharap semua umat, khususnya para orang tua makin giat mendorong generasi muda khususnya usia remaja untuk aktif dalam wadah seperti BIR, sebagai ladang untuk menumbuhkan iman dan pribadi mereka. Semoga BIR dapat mewujudkan semua harapan-harap­an itu.l

GEMA 01-04/20

Garnet dan Danis, dua anak BIR yang berbakat mementaskan boneka ta­ngan dengan kisah “Lima Roti dan Dua Ikan”.

Saat latihan Operet Sahabat Terhebat, bukan main semangatnya anak-anak ini.

35


kabarparoki Wisata & Edukasi Cinta Alam

Senangnya Berkeliling di Kawasan Hutan Mangrove Oleh: Veronica Widyastuti, Ketua Seksi Pendidikan

Berawal dari ide Romo Geris (Gerpasius Sangla Rantetana SX), Romo Paroki tentang perhatiannya pada siswa-siswi Katolik yang belajar di sekolah negeri maupun swasta non-Katolik untuk mengadakan acara bersama semacam wisata, ajakan ini pun mendapat sambutan dari Ibu Vero (Veronica Widyastuti), Ketua Seksi Pendidikan. Rencana ini kemudian dimatangkan dan diwujudkan menjadi acara Wisata dan Edukasi Cinta Alam yang bertempat di Hutan Mangrove, Pantai Indah Kapuk. GEMA 01-04/20

A

cara utama adalah berkeliling me­­­nikmati pemandangan hutan Mangrove (Bakau) dengan ja­ lan kaki dan menggunakan spead boat. 80 peserta dari berbagai tingkat pendidikan seperti TK, SD, SMP, SMA/ SMK mengikuti kegiatan ini. Setiap peserta diwajibkan mem­bayar biaya sebesar Rp 25.000,-, termasuk makan si­ang dan snack. Panitia dan pembimbing sejumlah 18 o­­rang terdiri dari pendamping Pel­ajaran agama Katolik, gu­ru bimbel (bimbingan belajar) dan pendamping BIA. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan semangat spiritualitas menjadi pribadi yang misioner dalam belajar dan pelayanan di gereja dan masyarakat, khususnya untuk sesama dan lingkung­ an hidup, serta sebagai penghayatan iman akan Tuhan Sang Pencipta alam. Tujuan kedua adalah turut serta me­rayakan Bulan Kitab Suci, se­suai dengan

36


kabarparoki

Foto bersama para peserta, pendamping dan suster.

tema BKSN 2019 yakni Mewartakan Kabar Gembira di Tengah Krisis Lingkungan Hidup. Diharapkan acara ini mampu menumbuhkan semangat kepedulian terhadap lingkungan hidup.

Memupuk Kebersamaan dan Persaudaraan

Banyak manfaat yang bisa dipetik dari acara ini. Yang utama tentu saja memupuk kebersamaan dan persaudaraan antar peserta (siswa) dari berbagai sekolah negeri dan swasta non Katolik serta berbeda tingkat pendidikannya. Banyak di antara mereka yang baru saja berkenalan, namun demikian tidak mengurangi keakraban yang terjalin. Para peserta juga langsung mengalami, belajar, dan bersentuhan langsung dengan alam (hutan Mang­rove) sehingga diharapkan menimbulkan rasa cinta serta peduli tentang lingkungan hidup serta lebih lanjut tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan. Acara yang baru pertama kali diadakan ini ternyata meninggalkan kesan mendalam bagi para peserta. Kesan pertama adalah: fun (menyenangkan), seru, dan dapat berbagi pengalaman dengan teman baru yang seiman, serta merasakan ciptaan Tuhan indah secara bersama-sama.l GEMA 01-04/20

Berkeliling hutan mangrove dengan speedboat.

Menyusuri jalan setapak, menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan.

37


kabarparoki

Ziarek Bersama Warga Senior Gereja St. Matius Penginjil, Paroki Bintaro Ke Taman Doa Regina Rosari, Cirebon Oleh: Christina Sugeng

Setiap tahun dalam Program Kerja Seksi Warsen (warga senior) selalu ada Ziarek (Ziarah-Rekreasi), retret, dan rekoleksi. Tujuannya untuk memperkuat iman para peserta sekaligus mempererat persahabatan antar Warsen. Anggota Warsen selalu senang dan antusias setiap ada acara seperti itu. Maka, pengurus Warsen selalu mengusahakan agar kegiatan tersebut bisa rutin terwujud.

Meskipun cuaca panas, foto bersama tetap jangan dilupakan.

P

ada hari Jumat 12 Juli 2019 pengurus War­s en membawa 94 peserta untuk berziarek dengan tujuan Taman Doa Regina Rosari, Cirebon. Dalam ziarek ini diikuti peserta dari usia 58 sampai 82 tahun. Maka, bisa dimaklumi jika beberapa anggota menggunakan tongkat jalan, namun demikian semua peserta tetap bersemangat mengikuti seluruh mata acara. Rombongan Warsen berangkat tepat pukul 05.00 WIB dengan 2 bus pariwisata menuju Cirebon, walaupun ada kendala kemacetan namun mereka tetap bersuka cita sepanjang perjalanan. Suasana selama GEMA 01-04/20

perjalanan juga semarak berkat menu sarapan nasi bakar dari pengurus, juga sumbangan makanan dari para peserta. Setelah sampai di Taman Doa Regina Rosari Cirebon peserta mempersiapkan diri untuk mengikuti perayaan Ekaristi Kudus yang dimulai tepat pukul 11.00 WIB, dipimpin oleh Pastor Kristiyono Hartanto PR. Setelah selesai perayaan Ekaristi Kudus dilanjutkan doa Angelus tepat pukul 12.00 WIB. Pukul 12.15 WIB peserta melanjutkan Jalan Sa­ lib yang dipandu oleh Ibu Christina Sugeng dengan pembagian tugas membaca bergantian sesuai yang sudah ditunjuk sebelumnya. Para peserta tampak

38


kabarparoki

Sejenak melepas lelah di depan patung Bunda Maria di Taman Doa Regina Rosari.

menikmati dan menghayati dengan khusuk dan khidmat melakukan Jalan Salib ini. Setelah Jalan Salib peserta berfoto bersama di depan Salib Yesus, identitas Taman Doa Regina Rosari. Setelah itu acara bebas, dan para peserta mengabadikan dengan foto pribadi. Pukul 13.00 peserta menuju ruang makan yang sudah dipersiapkan oleh tim dari Taman Doa Regina Rosari. Hidangan dengan menu Nasi Jamblang khas Cirebon, telah tersedia dan menggugah selera. Hidangan ini telah dipersiapkan oleh ibu-ibu dari Paroki Bunda Maria Cirebon. Setelah makan siang, sebagian peserta menyempatkan diri membeli oleh-oleh yang dijual oleh ibu-ibu paroki setempat. Pukul 13.30 peserta melanjutkan dengan doa Rosario di Goa Regina Rosari. Tak lupa peserta me­ nyanyikan lagu-lagu pujian untuk menghormati Bunda Maria. Pukul 14.30 peserta meninggalkan Taman Doa menuju Goa Sunyaragi. Awalnya para peserta Warsen ragu untuk turun mengingat medan yang cukup jauh, namun begitu sampai di lokasi, dan melihat langsung keindahan ciptaan Tuhan semua peserta turun dan berfoto sebagai kenang-kenangan bahwa sudah pernah mengunjungi Goa Sunyaragi di Cirebon. Walaupun ada peserta yang sudah susah berjalan, bahkan memakai bantuan tongkat jalan, namun semangat tetap menyala-nyala, terutama karena perjalanan ini dilakukan bersama-sama. Hilang sudah rasa pegal dan capek di kaki, berganti dengan perasaan gembira dan penuh rasa syukur. Setelah mengunjungi Goa Sunyaragi peserta kembali ke bus untuk menuju Pusat Batik Trusmi. Dan sebelumnya singgah lebih dahulu di pusat oleholeh khas Cirebon. GEMA 01-04/20

Pukul 18.30 peserta meninggalkan Pusat Batik Trusmi dan balik menuju Jakarta. Lelah, macet karena pengaspalan ulang jalan di tol, namun semuanya tetap indah dan berkesan. Usia para peserta Warsen memang tidak lagi muda, namun semangat mereka mampu membuat Ziarek kali ini penuh suka cita dan rasa syukur.l


kabarparoki Profil dan Program Seksi Katekese Paroki Bintaro St. Matius Penginjil

Katekese sebagai Pewartaan Iman Oleh: Herulono Murtopo, Ketua Seksi Katekese

Pastor Kepala Paroki Bintaro, Gereja St. Matius Penginjil sering mengatakan sebagai bahan candaan dalam homilinya, “…ada sakramen ke-delapan dalam gereja…” Sebagaimana kita tahu sakramen-sakramen gereja sebenarnya ada 7. Selain Sakramen Baptis, Pertobatan, Ekaristi, Pengu­atan, Imamat, Perkawinan, dan Perminyakan. “dan yang ke-delapan adalah Sakramen ketidaktahuan…”

Mewartakan iman dalam setiap kesempatan.

V

ersi lain tentang Sakramen datang dari candaannya Bp. Uskup, Mgr. Ignasius Kardinal Suharyo yang mengatakan sakramen ke-delapan itu adalah: “foto-foto sehabis acara gereja…” pasalnya sekarang setiap ada kegiatan di manapun, ya foto-foto itu. Entah dishare ke Facebook, Instagram, atau ke WA group. Rasanya belum afdol kalau belum ada foto fotonya. Maka, kembali ke Sakramen ke-delapan versi Romo Gerris, Sakramen ketidaktahuan, biasanya umat langsung menyambut dengan tertawa, walaupun tentu saja juga menjadi keprihatinan tersendiri. Nah, hal ini menjadi bagian dan tanggung jawab peng­ajaran, atau katekese. Tentu munculnya Sakramen ketidaktahuan ini bukanlah karena kesalah­ an pengajaran katekese yang sudah berjalan. Tak kurang-kurang usaha pewartaan di Gereja ini, baik tingkat paroki, maupun tingkat keuskupan sebagai gereja lokal. Tapi sejak zamannya Max Weber yang dikenal sebagai bapak kapitalisme juga sudah melihat fenomena semacam ini. Waktu itu dia melihat adanya perbedaan mencolok antara Protestanisme dengan Katolikisme. Dan sejak lama, umat Allah dengan gembala itu memiliki keterpisahan pengeta-

GEMA 01-04/20

huan yang luar biasa jauh. Atau bahasanya zaman dulu, pastor sentris. Termasuk dalam hal ini adalah pengetahuan iman. Pada zaman sekarang, selain ada kampus kampus kateketik (bahkan sudah ada Kampus Kateketik Negeri di Pontianak), juga umat diberi kesempatan untuk belajar di sekolah teologi di berbagai kampus yang sebenarnya khusus untuk calon imam. Jadi, kesempatan untuk mendapatkan ilmu teologi sudah terbuka dan tersedia cukup banyak. Termasuk, bahkan kampus-kampus tersebut membuka semacam kursus teologi singkat, kursus katekisasi atau eva­ ngelisasi, dll. Belum lagi sekarang internet dipenuhi dengan informasi-informasi tentang iman. Jadilah pelajar-pel­ ajar iman autodidak. Tapi di situlah kemudian masalahnya, sumbernya bisa sangat beraneka ragam. Di internet segala macam ekspresi dan sudut pandang ada. Di sinilah tantangan baru katekese gereja yang masuk di era 4.0, four point zero, era komunikasi yang kompleks.

Katekese, Pewartaan 2 Timotius 1:12

... Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan. Kalimat yang menarik di atas berkaitan dengan tugas katekese atau pengajaran, yakni mengandaikan saya paham (meskipun tidak seratus persen kita memahami siapa yang kita Imani) tapi setidaknya

40


kabarparoki saya tahu, siapa yang saya Imani. Aku tahu kepada siapa aku percaya, kata Paulus kepada Timotius. Ini dalam rangka, selain meyakinkan diri pribadi Paulus, juga meyakinkan Timotius, meyakinkan jemaatnya Timotius, meyakinkan kita sekalian. Tahu siapa yang diimani, kemudian dari situ memiliki keyakinan. (Jujur saja kalau saya boleh prihatin dan menyampaikan keprihatinan, ketika saya mengajar di sebuah kampus, bahkan cara membaca judul 2 Timotius, saja banyak yang bingung. Malah hampir semuanya bingung baik mahasiswa Protestan maupun Katolik. Mereka tidak paham cara membacanya, apalagi kalau ditanya lebih tentang konteksnya. Umumnya mereka juga tidak bisa membedakan mana yang Injil, mana yang bukan Injil.) Katekese berasal dari kata catechesis, menggemakan atau mewartakan. Kata bendanya catechein, gema. Dari kata kat dan echo dalam Bahasa Yunani. Kat itu artinya keluar, sedangkan echo itu artinya gaung atau gema. Dalam kata bentukannya yang sudah jadi berarti menggemakan keluar, menggaungkan terus-menerus firman Tuhan dan memang ini sejak lama dipakai dalam konteks kekristenan sebagai pewartaan. Saya tidak ingin masuk terlalu dalam bagaimana teologinya katekese, tapi pada intinya adalah bahwa katekese merupakan proses pewartaan yang terus menerus. Pewartaan kepada saya dari guru saya, dari orang tua saya, dari teman saya, dari guru, guru­ nya, guru saya… sampai dari sumber utamanya dari para rasul, dan para rasul mendapatkan katekese langsung dari Tuhan Yesus. Proses pewartaan itu cukup khas karena katekese memiliki nuansa peng­ ajaran. Jadi sebenarnya ada banyak sekali jenis katekese. Karena, berkaitan dengan iman, maka dimensinya banyak sekali. Banyak hal, banyak tema, banyak bidang yang semestinya dimasuki katekese. Makanya ketika saya (sebagai pribadi) diminta untuk ambil bagian katekese, saya membayangkan ba­ nyak hal yang menjadi tanggung jawab saya. Ja­nganjangan pengajaran berkaitan dengan perka­ winan harus kerja sama dengan katekese, jangan-jangan Kitab Suci masuk katekese, jangan-jangan KOMSOS masuk katekese, jangan-jangan Pendidikan masuk katekese, jangan-jangan PSE ada dimensi katekese­ nya juga, jangan-jangan Liturgi juga menjadi bagian katekese. Lah… semua saja. Itu karena saya masih awam berkaitan dengan pengorganisasian katekese. Setelah masuk, benar… program-program katekese cukup banyak, tapi dibatasi. Katekese di dalam perannya di gereja sebatas pada pengajaran dan pendampingan iman. Jadi untuk yang macam-macam tadi sudah ada bidangnya tersendiri. Puji Tuhan! GEMA 01-04/20

Katekese di Paroki Bintaro Gereja St. Matius Penginjil

Katekese di Paroki Bintaro, strukturnya mengikuti PGDP KAJ. Jadi, sudah ada template-nya. Sudah ada panduannya. Pendampingan iman dimulai sejak bayi sampai lansia. Bayi pun dikatekisasi? Tentu tidak, maksudnya orang tua si bayi juga mendapatkan pendampingan dan pembekalan bagaimana menjamin iman anak kalau mau dibaptis ketika bayi dan balita. Kemudian, ada pendampingan iman anak yang dikenal dengan BIA, Bina Iman Anak. Saat ini, secara umum pendampingan iman anak dilakukan di tingkat Paroki. Sedangkan yang diharapkan tingkat Lingkung­an atau wilayah juga memiliki pendamping­ an iman anak ini. Saat ini Wilayah 4, dimotori Lingkungan Mikael telah memiliki kelompok BIA dan kelompok BIR, Bina Iman Remaja. Lingkungan Maria Pecinta Damai, Wilayah 14 juga tercatat aktif mempunyai kelompok BIA. Setelah BIA, masuk pendampingan berikutnya dengan BIR. BIR St. Matius di Paroki Bintaro masih relatif baru. Tahun 2019, bulan Januari BIR St. Matius mulai terbentuk. Ditandai dengan tugas koor, kemudian pementasan drama musikal menyambut Paskah, Penyaliban Yesus dengan judul “Bangkit Bersama-Ku”, 21 April 2019 dan pentas bersama Operet “Sahabat Terhebat”, 21 September 2019 sekaligus ulang tahun Paroki Bintaro. Pada pentas ope­ ret ini juga melibatkan kelompok BIA, BIR dan OMK, Orang Muda Katolik. Dengan mendalami psikologi perkembangan anak remaja, BIR menjadi wadah untuk interaksi antar mereka dan antar remaja dengan pembimbing­nya, sekaligus mengenal ajaran Kristus lewat beberapa kegiatan. Salah satunya adalah pengembangan bakat dan talenta seperti bermusik, melukis, fotografi, menulis, dan sebagainya. Perlu dicatat, sebagian besar pembimbing BIR berasal dari OMK, kakak kelas mereka. Setelah BIR lalu masuk pada generasi muda katolik tergabung dengan OMK. Saat ini sudah ada OMK di wilayah-wilayah maupun di Paroki. Hal yang kemarin sempat dibahas dalam perkenalan seksi katekese adalah adanya jarak rentang mulai usia masuk OMK yang seusia anak-anak SMA sampai anak-anak OMK yang sudah bekerja. Bina iman berikutnya adalah bina iman komunitas-komunitas. Tidak banyak yang masuk dalam tanggung jawab seksi katekese, tapi dalam konteks gereja diaspora versi mendiang Romo Mangunwijaya, katekese mestinya juga bisa masuk dalam komunitas-komunitas ini. Supaya komunitas bukan hanya menjadi sarana mereka mendapatkan tempat berdoa, bersosialisasi, tapi juga tempat menimba penge­tahuan iman.

41


kabarparoki Salah satu komunitas yang ingin coba disentuh dan digarap adalah komunitas jemaat gereja de­ngan karunia khusus. Pendampingan untuk komunitas jemaat dengan karunia khusus (bahasa umumnya berkebutuhan khusus, yang kemudian dilihat dan dimaknai gereja sebagai karunia khusus) butuh pendampingan bukan saja kepada pribadi-pribadinya melainkan juga kepada mereka yang mendampingi­ nya, seperti anggota keluarga dan juga orang tuanya. Yang cukup banyak dan selalu ada adalah pendampingan iman, pengajaran untuk mereka yang mau komuni pertama, mereka yang mau baptis dewasa, dan mereka yang mau masuk dalam gereja Katolik berasal dari gereja lain. Pendampingan dan pembekalan iman ini sangat membutuhkan kemampuan dan kemauan banyak pihak. Yang juga masuk dalam tanggung jawab seksi katekese adalah Pendidikan untuk anak anak di sekolah negeri maupun sekolah swasta non-katolik. Saat ini mereka punya wadah yakni PERSINK, Persaudaraan Siswa-Siswi Sekolah Negeri dan Swasta Non-Katolik. Terakhir yang menjadi tanggung jawab Seksi Katekese adalah pendampingan iman untuk lansia. Komunitas lansia, adalah komunitas yang berpengharapan. Secara psikologis, mereka memiliki tahap kejiwaan sendiri yang khas karena secara sosial mereka sudah bukan pada posisi produktif. Situasi yang sangat rawan secara psikologis, ketika di usia tersebut bertanya tentang eksistensiku, tentang siapa aku. Saat masih belajar, identitasnya terjawab jelas, siapa aku? Pelajar. Ketika bekerja dijawab jelas siapa aku? Profesional. Ketika usia lansia, dibutuh­kan permenungan yang mendalam. Dan di sinilah dimensi katekese iman tetap ditanamkan. Sebagai sebuah pengalaman iman yang mestinya semakin dalam.

Kita Dipanggil Untuk Jadi Katekis

Berkat baptisan, sesungguhnya kita juga memperoleh anugerah imamat. Imamat umum disebutnya. Kalau imamat khusus itu untuk mereka yang tertahbis. Tapi dalam konteks iman, secara universal, kita semua berkat baptisan mendapat imamat umum. Di situ kita juga diutus untuk, dalam ba­tasbatas tertentu ikut dalam tiga tugas imamat itu: sebagai imam, raja, dan nabi. Sebagai imam kita punya tanggung jawab kekudusan. Sebagai raja, kita punya tanggung jawab kepemimpinan, sebagai nabi kita punya tanggung jawab mewartakan. Dalam konteks katekese, kita semua berkat baptisan memiliki tanggung jawab untuk menggaungkan kembali, menggemakan, dan mewartakan apa yang kita imani, apa yang kita pahami, dan menjadi keya­ kinan kita. Bukan hanya tanggung jawab pastor, buGEMA 01-04/20

Yesus pun melakukan pengajaran dalam setiap perjalanannya.

kan hanya tanggung jawab katekis, dan bukan pula tanggung jawab prodiakon. Tanggung jawab semua. Kepada mereka yang sudah memiliki lebih dan memang punya tugas khusus, kita menimba penge­ tahuan dan juga spiritualis dari mereka. Tapi akhir­ nya kembali kepada kita sendiri. Bagaimana kita bisa memperdengarkan dan menggemakan kalau kita tidak tahu apa yang harus kita wartakan. Bagaimana kita akan mewariskan keyakinan kita, bersaksi, ka­ lau kita tidak tahu kepada siapa dan bagaimana kita memiliki keyakinan itu. Maka, dalam rangka pewartaan yang semacam itu kami memiliki beberapa program, di luar program rutin: • Pelatihan pendamping Bina Iman Anak dan Bina Iman Remaja untuk lingkungan dan wilayah • Pembekalan untuk para katekis, guru agama • Rekoleksi para pengajar dan pendamping iman Sementara untuk jemaat umum, akan membuka beberapa kursus dan seminar pengajaran gereja di beberapa bidang. • PIKAT, Pendalaman Iman Katolik dengan be­kerja sama Paroki Bintaro Jaya Gereja Santa Maria Regina. • Menghidupkan kembali kanal-kanal pengajar­ an yang bekerja sama dengan Komsos.

Penutup

Sebagai penutup saya ingin mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah terlebih dahulu aktif di bidang katekese, terutama Pak Wisnu Dewanto dan timnya. Dan saya ingin mengutip pembukaan dokumen surat apostolik Paus Benediktus XVI, Pintu Kepada Iman: “Pintu kepada iman (Kis 14:27) selalu terbuka bagi kita, menghantarkan kita ke dalam persekutuan hidup dengan Allah dan memberi tawaran untuk masuk ke dalam Gereja-Nya. Adalah mungkin untuk melintasi ambang pintu itu ketika Sabda Allah diwartakan dan hati manusia membiarkan dirinya dibentuk oleh rahmat yang senantiasa mengubah.”l

42


kabarparoki

Melewati Tahun Berhikmat 2019 Oleh: John Bari

Bersatu Bermusyawarah dan Mufakat

Kita satu saudara bangsa Indonesia, Bila berbeda pendapat kita memohon hikmat Kepada Tuhan Maha Bijaksana Mari mengamalkan Pancasila Kita berhikmat, bangsa bermartabat Bersatu bermusyawarah dan mufakat Kita berhikmat, bangsa bermartabat Berdamai sejahtera bersama

D

i sepanjang tahun 2019, sepenggal syair lagu tema “Tahun Berhikmat” yang diciptakan oleh Romo Susilo Wijoyo, Pr. di atas, selalu menggema di awal atau di akhir misa di seluruh gereja-gereja se-Keuskup­ an Agung Jakarta untuk menghayati dan menyema­ ngati kita dalam Tahun Berhikmat. Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) telah menetapkan pedoman pelaksanaan Tahun Berhikmat ini yang dituangkan dalam Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Agung Jakarta tahun 2016-2020 yang mengamanatkan sebuah gerak kehidupan menggereja “Amalkan Pancasila: Kita Berhikmat, Bangsa Bermartabat” sebagai cara mencapai tujuan Gereja seperti yang dicita-citakan KAJ. Dalam rangka itu setiap tahunnya KAJ mengangkat tema-tema yang selaras dengan sila-sila Pancasila dalam gerak hidup menggereja: •

Tahun 2016, KAJ mengambil tema “Amalkan Pancasila; Kerahiman Allah Memerdekakan”.

GEMA 01-04/20

• • • •

Tahun 2017, bertema “Amalkan Pancasila; Makin Adil, Makin Beradab”. Tahun 2018 bertema “Amalkan Pancasila; Kita Bhinneka, Kita Indonesia”. Tahun 2019, tema yang diambil oleh KAJ adalah “Amalkan Pancasila; Kita Berhikmat, Bangsa Bermartabat”. Dan tahun 2020 (baru saja dibuka pada 5 Januari lalu) adalah Tahun Keadilan Sosial de­ngan tema: “Amalkan Pancasila: Kita Adil, Bangsa Sejahtera”.

Kegiatan-kegiatan selama Tahun Ber­­ hikmat (2019) di Paroki Bintaro, Gereja St. Matius Penginjil di komandani oleh Frans Sudarmanto sebagai Ketua Panitia Penggerak Tahun Berhikmat. Berbagai kegiatan tersebut adalah: Kegiatan Pembukaan Tahun Berhikmat dan Dialog yang diketuai oleh Bapak Mulyono Harjosumarmo, dilaksanakan pada hari Minggu 6 Januari 2019. Pembukaan ditandai dengan pemukulan gong oleh

43


kabarparoki

Pelepasan Burung Merpati di depan Taman Bhinneka Paroki Bintaro (Photo Dok. Panitia)

Wakil Ketua Dewan paroki Bintaro, Bapak Yustinus Haris sebagai tanda dimulainya seluruh rangkaian ke­giatan Tahun Berhikmat. Kemudian dilanjutkan dengan pelepasan burung merpati oleh Panitia, Dewan Paroki, romo-romo Xaverian antara lain Provincial SX Indonesia, Romo Antonius Wah­yudianto SX, masyarakat sekitar yang diwakili ketua RT, para undangan antara lain Frans Magniz Suseno, SJ dan K.H. Imam Pitudu (Wasek­ jend PBNU). Kegiatan kemudian dilanjutkan de­ ngan pertemuan dengan tema “Dialog Perdamaian antar Umat Beragama” dengan dua orang pembicara utama yakni: Romo Prof. DR. Frans Magniz Suseno, SJ (Rohaniawan Katolik dan budayawan) dan Kyai Haji Imam Pitudu, Sekretaris Jenderal Pe­ ngurus Besar Nahdatul Ulama (PB-NU) dan dipandu oleh John Bari yang akrab disapa JB sebagai moderator. Dialog berlangsung sangat cair dan penuh kekera­ batan yang ditandai de­ ngan per­ nyataanpernyataan dan gu­ yonan-guyonan segar dari kedua pembicara yang disambut tawa dan tepuk tangan peserta dialog yang dihadiri oleh undang­ an dari Pemerintah Daerah, masyarakat sekitar, perwakilan umat Hindu, Muslim, anggota DP Pleno, Suster-suster Canossian, para frater Xaverian. Dialog ini menjadi lebih seru dan bergema di ber­ bagai negara karena ternyata bapak KH. Imam Pitudu melengkapi dialog ini dengan siaran langsung dari Aula Leo Soekoto – Gedung Serbaguna melalui NU Channel – Saluran Televisi resmi PB-NU. GEMA 01-04/20

Nara sumber J. Kristiadi dan Dr. Rahmat Salam, Msi, Asisten Daerah 1 Kota Tangerang Selatan, sebagai narasumber, dan John Bari sebagai moderator.

Foto bersama panitia dan pembicara acara seminar “Bersama Membangun Bangsa, Tantangan Mengisi Kemerdekaan”.

44


kabarparoki Tanggal 17 Februari 2019, Panitia Tahun Berhikmat menyelenggarakan kegiatan yang terkait erat dengan tahun politik 2019 yaitu Sosialisasi PEMILU Serentak 2019 yang terkait erat dengan agenda politik utama negara yaitu Pemilihan Umum Anggota Legislatif (PILEG) dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (PILPRES) di Aula Leo Soekoto dengan Narasumber J. Kristiadi, pengamat politik dan peneliti utama Central for Strategic and International Studies (CSIS) dipandu oleh John Bari sebagai moderator sekaligus menjadi Ketua Pelaksana Kegiatan ini. Dalam rencana, acara Sosialisasi PEMILU serentak 2019 ini sedianya akan dihadiri dan dibuka oleh Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany, sekaligus sebagai keynote speaker. Namun karena kegiatan kenegaraan yang tidak dapat ditinggalkan, akhirnya beliau mengutus Asisten Daerah (ASDA)-I, DR. Rahmat Salam, Msi. Bapak J. Kristiadi sebagai narasumber dan John Bari sebagai moderator, menyimak sambutan yang disampaikan oleh Asisten Daerah (ASDA)-1 Kota Tange­ rang Selatan mewakili Walikota (Photo Doc. Panitia) Kepiawaian narasumber J.Kristiadi menampilkan data-data dan menjelaskan kondisi dan peta politik Indonesia membuat peserta betah di tempat walaupun waktu makan sudah tiba. Tidak hanya kegiatan-kegiatan sosial kemasya­ rakatan yang menjadi kegiatan dalam agenda Tahun Berhikmat namun juga dilakukan kegiatan untuk memahami secara spiritual makna Tahun Berhikmat. Dalam kurun waktu 9 hari berturut-turut di­ mulai dari tanggal 29 Mei sampai tanggal 8 Juni 2019, diselenggarakan Novena Tahun Berhikmat dengan tema novena yang berbeda-beda Kegiatan Novena Tahun berhikmat yang dikomandani oleh bapak Athanasius Hermawan alias pak Wawan berjalan hikmat dan lancar. Mengisi kegiatan menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 menjadi bagian dari kegiatan Panitia Tahun Berhikmat Paroki Bintaro yaitu dengan mengadakan Dialog dan Silaturahmi Kebangsaan dengan tema “Bersama Membangun Bangsa, Tantangan Mengisi Kemerdekaan”. Dialog dan Silaturahmi ini diadakan pada tanggal 10 Agustus 2019 di Aula Leo Soekoto Paroki Bintaro yang di komandani oleh Heribertus Basuki. Panitia mengundang beberapa pembicara yaitu I Ketut Ananta dari Parisada Hindu Dharma Tangerang Selatan, Romo Mudji Sutrisno SJ; Budayawan dan Rohaniawan Katolik, Fachruddin Zahri dari Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Tangerang Selatan, dan Theofransus Litaay, alumni Gerakan Ma-

GEMA 01-04/20

Misa syukur dengan Se­lebran Utama Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup, Keuskupan Agung Jakarta.

hasiswa Kristen Indonesia (GMKI) yang saat ini be­ kerja Staf Ahli pada Kantor Kepresidenan. Dalam diskusi, umat menghendaki perte­muanpertemuan seperti ini dengan mengundang banyak pihak untuk berdialog karena ternyata narasumber pun sangat bangga bisa hadir dan berbicara dalam dialog ini. Penutupan rangkaian kegiatan Tahun Berhikmat di Paroki Bintaro, dirangkaikan dengan Misa dan syukuran dalam rangka Hari Ulang Tahun paroki Bintaro ke-36 dan Pelatihan Dewan Paroki Harian (DPH) periode 2019 – 2022. Misa syukur dan pelantikan DPH dipimpin secara konselebran dengan Se­lebran Utama Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup, Keuskup­ an Agung Jakarta. Acara HUT Paroki dan syukuran Tahun Berhikmat dimeriahkan dengan O­peret “Sahabat Terhebat” oleh Bina Iman Anak (BIA), Bina Anak Remaja (BIR) dan Orang Muda Katolik (OMK) Pada tingkat keuskupan, Panitia Penggerak Tahun Berhikmat telah mengadakan Misa syukur atas pelaksanaan Tahun Berhikmat 2019 yang diadakan pada hari Sabtu, 23 November 2019 pukul 09.00–13.00 bertempat di Auditorium Gereja Maria Bunda Karmel (MBK) Paroki Tomang dipimpin oleh Vikjend KAJ RD Samuel Panges­tu sebagai selebran utama. Setelah misa diadakan acara ramah tamah dengan sambut­ an-sambutan dan makan siang bersama. Tahun Berhikmat sudah dilalui dengan penuh kenangan. Banyak pencapaian yang tertanam, se­ hingga mengingatkan umat Paroki Bintaro untuk sa­ ling rukun dengan sesamanya, juga masyarakat sekitar gereja. Inilah modal yang sangat berharga untuk menapaki tahun selanjutnya, Tahun keadilan Sosial. Terima kasih pada segenap Panitia Penggerak Tahun Berhikmat dan umat Paroki Bintaro, dan selanjut­ nya selamat bekerja untuk Panitia Penggerak Tahun Keadilan 2020.l

45


kabarparoki

Film Pendek Karya KOMSOS Paroki Bintaro Raih Anugerah INMI & HIDUP AWARDS 2019

S

Oleh: John Bari

etelah berkali-kali mengikuti ajang lomba film pendek yang diadakan KOMSOS KAJ, baru kali ini Film Pendek Produksi KOMSOS Paroki Bintaro dengan judul “Rindu” berhasil meraih Juara III dan mendapatkan Anugerah INMI (Inter Mirifica) & HIDUP AWARDS 2019 yang diserahkan dalam acara peringatan “Hari Komunikasi Sedunia” yang diselenggarakan oleh KOMSOS KAJ di Aula Katedral pada hari Minggu, 30 Juni 2019. Acara ini didahului dengan misa yang di­ pimpin oleh Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo. Juara I film pendek diraih oleh KOMSOS Paroki Villa Melati Mas dengan judul film “Mengantar Suara Hati” dan Juara II diraih oleh KOMSOS Paroki Danau Sunter dengan judul film “Menjadi Tangan Tuhan”.

Dengan film dan majalah karya Anda, ajaklah banyak orang untuk MENGAMALKAN PANCASILA: KITA BERHIKMAT, BANGSA BERMARTABAT. Demikian salah satu penggalan kalimat pada lembar peng-

FILM “RINDU“ produksi KOMSOS Paroki Bintaro, Gereja St.Matius Penginjil hasil karya Sutradara, Penulis Skenario Sheren Anisa Permana Kameramen, Sound, Editing Ignatius Loyola Kru Gregorius Antonius Diandra, Bayu Isworo D Produksi KOMSOS St. Matius Penginjil, 2019 umuman di Media KOMSOS Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) untuk meng­ajak umat se-KAJ yang terbuka bagi siapa saja: perorangan, kelompok, atau mengatas-namakan sekolah, lembaga, institusi, komunitas, lingkungan, wilayah, stasi atau paroki untuk mengikuti lomba menciptakan Film Pendek.


kabarparoki

Berpose setalah penerimaan INMI & Hidup Awards 2019: Albert Bachtiar, John Bari dan Sony bersama OMK Paroki Bintaro.

Ajakan ini disambut baik oleh Sie KOMSOS Paroki Bintaro yang saat itu masih dikomandani oleh Albert Binardi Bachtiar dan mengajak Sheren Anisa Permana, salah satu OMK yang berbakat dan mempunyai keahlian dalam bidang perfilman, sesuai bidang keilmuan yang diperolehnya dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Sheren pula yang menjadi penulis skenario film pendek “Rindu” ini, yang mengisahkan tentang ke­ luarga yang sibuk sampai kadang-kadang menga­ baikan hari-hari penting dalam keluarga seperti hari ulang tahun anaknya. Kesibukan masing-ma­ sing anggota keluarga inilah yang akhirnya membangkitkan kerinduan mereka. Kerinduan untuk merasakan kembali kehidupan keluarga yang harmonis. Para pemeran yang dipilih tidak jauh-jauh, masih dari kalangan Gereja St. Matius, keluarga John Bari; Tiffani Bari (anak), dan Jelsi Marampa (istri). Sheren rupanya terkesan saat John Bari memberikan materi pembekalan dalam Kursus Perkawinan yang sekarang disebut “Membangun Rumah tangga” (MRT). Pada bagian akhir film pendek juga ditampilkan pesan dari Romo Gerpasius Rantetana, SX, yakni: film ini mengingatkan tentang keluarga berhikmat. Bahwa kasih itu dimulai dari dalam keluarga kita. Pengungkapan kasih itu dapat kita wujudkan me­ lalui beberapa tindakan yang kelihatannya mungkin sepele atau sederhana; seperti misalnya mengucapkan selamat ulang tahun kepada anggota keluarga, berdoa bersama, atau makan bersama. Tindakan kecil ini adalah bentuk apresiasi, jadi memang perlu GEMA 01-04/20

Piala Pemenang III Film Pendek berjudul Rindu.

dilakukan dan bukan lebay. Kasih harus dipraktikkan, mulai dari dalam rumah kita sendiri dan pada akhir­ nya akan meluas ke lingkup yang lebih luas, yaitu masyarakat.l

47


kabarparoki

Makna Misa Inkulturasi Misa Inkulturasi Budaya Toraja Oleh: John Bari

I

Misa inkulturasi budaya Toraja dirayakan secara konselebrasi.

Pasca Konsili Vatikan II (1962-1965) ‘inkultura­ si’ menjadi salah satu istilah yang populer dalam lingkungan Gereja Katolik. Dan, lebih dari itu, inkulturasi diajukan sebagai suatu tugas bagi Gereja.

nkulturasi adalah pengintegrasian pengalaman Kristiani sebuah Gereja lokal ke dalam kebudayaan setempat sedemikian rupa sehingga pengalaman tersebut tidak hanya mengungkapkan diri di dalam unsur-unsur kebudayaan bersangkutan, melainkan juga menjadi kekuatan yang menjiwai, mengarahkan, dan memperbaharui kebudayaan bersangkutan, dan dengan demikian menciptakan suatu kesatuan dan ‘communio’ baru, tidak hanya di dalam kebudayaan tersebut, melainkan juga sebagai unsur yang memperkaya Gereja sejagat. Demikian Mgr. John Liku-Ada’ Pr – Uskup Keuskupan Agung Makassar dalam sebuah tulisan tentang inkulturasi.

GEMA 01-04/20

48


kabarparoki Umat Paroki Bintaro dan komunitas masyarakat Toraja yang guyub dalam komunitas Persekutuan Umat Katolik asal Toraja di sekitaran Serang, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cikarang (disingkat PUKAT Sejabotabeci) meraya­ kan misa Inkulturasi Budaya Toraja bersama dalam misa jam 9:00. Gereja dihias dengan simbol-simbol budaya Toraja yang punya arti khusus dalam liturgi baik dalam ritual kepercayaan agama lokal yang dalam ma­ syarakat Toraja disebut “Aluk Todolo” maupun saat orang Toraja mulai mengikuti Kristus sebagai Juru Selamat dalam dimensi “Tri Tunggal”–Bapa, Pu­ tera, dan Roh Kudus; di mana di dalam Aluk Todolo juga dikenal sebagai “Puang Titanan Tallu”–Tuhan dalam 3 (tiga) dimensi dan fungsi. Sastra Toraja yang dilantunkan dengan intonasi puitis, menggambarkan bagaimana masyarakat Toraja juga memahami kedosaan mereka kepada “Puang Ma­ tua”–Tuhan Sang Pencipta, lalu mereka kemudian merasakan terputusnya hubung­ an mereka dengan Puang Matua karena kedosaan mereka. Tetapi mereka kemudian juga merasakan bagaimana Maha Kasih Puang Matua yang penuh Belas Kasihan melihat umatNYA menderita dalam ke-dosa-an yang berkepanjangan dengan putusnya hubungan de­ngan Puang Matua. Lalu mereka mulai menyadari akan keha­diran sang utusan Puang Matua (dalam kepercayaan lain disebut Nabi) yang hadir mulai memperbaiki hubungan de­ngan Puang Matua. Kehadiran sang utus­an berdampak baik bagi “pertobatan” manusia Toraja dan kembali menyembah Puang Matua de­ ngan menciptakan “Ritus” dan “Sesaji” yang dipersembahkan kepada Puang Matua dalam ber­bagai bentuk kehidupan mereka baik “Kedukaan” yang dalam budaya Toraja disebut “Rambu Solo” maupun dalam kegembiraan dan sukacita yang disebut “Rambu Tuka“. Ke-Kristen-an di Toraja ditandai de­ ngan kehadiran sepasang misionaris Zen­ ding dari Belanda pada tanggal 5 September 1913. Mereka adalah Aris van de Loosdrecht dan Alida van de Loosdrecht. Tonggak kedatangan mereka inilah yang menjadi titik awal ke-Kristen-an di Toraja yang lebih dikenal dengan “Injil Masuk

Toraja”. Pengabaran injil ini pada awalnya tidaklah berjalan sebagaimana sekarang ini. Penolakan oleh para Kepala adat dan para pemimpin Aluk Todolo (agama lokal-animisme) sangatlah keras sehingga mereka bersekongkol membunuh Antonie Aris van de Loosdrecht pada tanggal 26 juli 1917. Pemerintah Kolonial Belanda sangat menghalang­i Misionaris Katolik menanamkan iman Katolik tidak hanya di Toraja tetapi juga di berbagai wilayah di Sulawesi. Namun dengan berbagai Jalan Tuhan, akhir­nya misionaris-misionaris Katolik bisa masuk ke Toraja. Titik awal ke-Katolik-an di Toraja ditandai dengan dibaptisnya 4 (empat) anak Toraja pada tanggal 6 Mei 1938 oleh Pastor Charles Dekkers, CICM. Penerimaan budaya Toraja dalam liturgi Gereja Katolik menjadi hal yang kondusif dalam peneri­­maan agama Katolik bagi masyarakat Toraja. Be-

Romo Geris Rantetana, SX memimpin misa inkulturasi.

Umat dengan antusias menyimak persiapan prosesi Misa Inkulturasi Budaya Toraja yang didukung oleh Persekutuan Umat Katolik asal Toraja (PUKAT) yang berada di Serang, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cikarang (Sejabotabeci).

GEMA 01-04/20

49


kabarparoki

Persembahan yang diusung dalam “Lettoan” diantar dengan Tarian Pa’ Gellu’ oleh gadis-gadis dengan pakaian adat Toraja dengan asesori manik-manik yang disebut “Kandaure”.

nih Pelayanan mereka inilah, umat Katolik dapat berkembang sampai sekarang. Imam sebagai pewarta sukacita menjadi panut­an iman para umat sehingga dengan penuh syukur diantar ke Altar dengan prosesi tarian kemenangan oleh umat yang disebut Pa’ Randing yang dilengkapi tombak dan perisai lalu pa’ Gellu oleh wanita-wa­nita dengan pakai­ an indah dan diiringi tarian Ondo Pua secara meriah oleh para pria karena Imam oleh umat dianggap sebagai pah­ lawan yang telah menyelamatkan mereka dari kedosaan dunia dan membawa mereka kepada “Keselamatan Akhirat”. Irama lagu-lagu dan tabuhan gederang bertalu-talu yang dinyanyikan saat misa inkulturasi budaya Toraja, menandakan bahwa Tuhan yang maha baik sangat patut dipuji atas sukacita dan rahmat Tuhan bagi manusia. Demikian pula dengan Persembahan Syukur kepada Tuhan, adalah pesembah­ an atas bagian Tuhan. Dan karena itu,

Para pemain gendang mengiringi setiap lagu, menambah suasana tradisional makin kental.

GEMA 01-04/20

50


kabarparoki

Memahami dan Menjalankan Inkulturasi Secara Benar Oleh: Mgr. John Liku Ada’, Pr

Mgr. Johannes Liku Ada’, Uskup Agung Makassar.

Persoalannya, apakah o­­rang bu­kan-Yahudi yang menjadi Kristen harus mengikuti adat-istiadat yang diwariskan oleh Musa (budaya Yahudi) atau tidak? Di sini terjadi pro-kontra yang tajam. Untuk membicarakan persoalan ini diadakanlah Konsili para Rasul di Yerusalem (sekitar tahun 50 AD).

Atas dasar itu, Konsili Vatikan II mengetengahkan tema inkulturasi sebagai suatu tugas bagi Gereja, khususnya Gereja-Gereja muda. “Gereja-Gereja itu meminjam dari adat-istiadat dan tradisi-tradisi para bangsanya, dari kebijaksanaan dan ajaran mereka, dari kesenian dan ilmu pengetahuan mereka, segala sesuatu, yang dapat merupakan sumbangan untuk mengakui kemuliaan Sang Pencipta, untuk memperjelas rahmat Sang Penebus, dan untuk mengatur hidup kristiani dengan seksama” (AG, 22). Dengan demikian, “apa pun yang baik, yang terdapat tertaburkan dalam hati dan budi orang-orang, atau dalam adat-kebiasaan serta kebudayaan-kebudayaan yang khas para bangsa, bukan hanya tidak hilang, melainkan disembuhkan, diangkat dan disempurnakan demi kemuliaan Allah, untuk mempermalukan setan dan demi kebahagiaan manusia” (AG, 9; lih. juga LG, 17; Agustinus, De Civitate Dei, 19,17: PL 41,646). Dalam Ajakan Apostolik Evangelii Nuntiandi (8 Des. 1975), Paus Paulus VI kembali secara tegas menekankan lagi mandat inkulturasi ini dalam tugas pewartaan. Namun, di lain pihak, dengan tidak kurang tegas mengingatkan agar tetap dijaga kesetiaan kepada Injil. “Evangelisasi menghadapi risiko kehilangan kekuatannya dan sekaligus lenyap apabila seseorang mengosongkan atau memalsukan isinya dengan dalih menerjemahkan­ nya” (EN, 63). Konsili Vatikan II sesungguhnya telah memberi peringatan yang sama dalam kata-kata yang berbeda, yaitu agar dicegah “semua bentuk sin­kretisme (pencampuradukkan) dan partikularisme yang keliru” (AG, 22). Semoga lewat upaya inkulturasi, Sang Sabda yang telah menjelma le­ bih 2000 tahun lalu ke dalam budaya Yahudi, semakin berinkarnasi pula ke dalam budaya kita, “demi kemuliaan Allah, untuk mempermalukan setan dan demi kebahagiaan manusia” (LG, 17; Agustinus, De Civitate Dei, 19,17, PL 41, 646; AG, 9).

GEMA 01-04/20

51


kabarparoki

Foto bersama segenap panitia, koor, dan umat pendukung misa inkulturasi adat Toraja.

dipilih beberapa hasil bumi yang sa­ ngat baik dan dipersembahkan secara meriah kepada Tuhan dalam bentuk usungan yang disebut “Lettoan” dengan hiasan dan dekorasi dedaunan dan tumbuh-tumbuhan yang masing-masing punya arti khusus. Persembahan lalu diusung ke depan Altar. Persembahan dalam sukacita pengusung yang berbaju indah dan teriakan sukacita yang disebut “Meoli” atas berkat yang akan dipersembahkan kepada Tuhan dan diiringi oleh para penari pilihan dengan busana adat yang indah sebagai bentuk penghormatan yang diantarkan ke Altar Tuhan. Pada bagian akhir, Imam menyampaikan berkat Tuhan dan umat menyambutnya dengan sukacita dan mengantar imam dengan tarian sebagaimana saat prosesi imam diantar ke altar, untuk kembali ke kehidupan baru yang dianugerahkan Tuhan. Kekristenan lahir dalam lingkungan budaya Yahudi. Peristiwa Pentakosta (Kis. 2:1-41) dipandang sebagai hari kelahiran Gereja. Para penganut pertama Kekristenan adalah orang-orang Yahudi. Tetapi selanjutnya Kekristenan mulai berkembang di kalang­ an bangsa-bangsa lain, khususnya berkat kegiatan dua rasul besar, Paulus dan Barnabas. Segera saja Gereja yang baru lahir itu digoncang oleh sebuah persoalan besar. Persoalannya, apakah orang bukan-Yahudi yang menjadi Kristen harus mengikuti adat-istiadat yang diwariskan oleh Musa (budaya Yahudi)

GEMA 01-04/20

Tarian pa’ Randing dan Pa’ Gellu’ serta Ondo Pua mengiringi prosesi Imam menuju Altar.

atau tidak? Di sini terjadi pro-kontra yang tajam. Untuk membicarakan persoalan ini diadakanlah Konsili para Rasul di Yerusalem (sekitar tahun 50 AD). Konsili ini memutuskan, bahwa peraturan Yahudi tentang kenajisan, sunat dan larangan makanan tertentu bagi orang Kristen keturunan bukan-Yahudi tidaklah diwajibkan (lih. Kis. 15:1-34).l

52


ruangkreasi

R

uang kreasi adalah wadah untuk umat Paroki Bintaro menyalurkan karya kreasinya; bisa berupa karya puisi, cerpen, atau ilustrasi. Yang terpen­ ting karya merupakan karya asli ciptaan sendiri. Bagi para pe­ ngirim karya yang berhasil dimuat akan mendapatkan merchandise menarik dari GEMA Matius. Selamat berkarya di Ruang Kreasi!

Untuk Ibu Menatap indah langit kelabu, terbayang sudah jari-jemarimu yang membelai lembut diriku dengan kasih, kasih darimu Oh Ibu, sungguh ‘kumencintaimu, tak terbayang habis pengorbananmu, memberikan diriku setulus hatimu *Oh Ibuku, terima kasih atas segala kasih setiamu padaku Oh Ibuku, maafkan aku bila mana belum bisa menjadi yang terbaik Cintamu tak pernah surut padaku Kau tak kenal kata lelah dan letih terlihat wajah berseri dan senyum tulusmu Kau wanita terhebat bagiku* Tak perlu kau cemas akan diriku saat ini ‘ku baik-baik saja* Louise Patricia

Lingkungan Matteo Ricci, Wilayah 2

Yesus Dia adalah yang paling kaya yang memiliki segalanya di muka bumi ini Dia adalah yang murah hati Dia adalah Yesus Dia yang paling suci Dia yang menciptakan kita semua Dia yang mengampuni dosa-dosa kita Yesus adalah raga surga Ricardo Alvaro Raditia

Lingkungan Sta. Bernadeth


ruangkreasi Memberi Maaf

S

Langit Dia adalah langit Dia bukan bintang, karena dia selalu ada untukku Dia juga bukan bulan, karena dia tak akan berubah ataupun pergi saat fajar Dia bukanlah matahari, karena dia adalah mimpiku Dia bukan angin, karena dia tidak memporak-porandakan dunia dengan topannya Dia juga bukan awan, karena dia tidak pergi ketika ditiup angin Dia adalah langit yang biru Meski kadang ia abu-abu dan malam membuatnya hitam Ia akan kembali biru, memunculkan pelangi indah Dia selalu di langit Meski jarak membuatnya jauh Sampai aku tidak dapat menyentuhnya Dia selalu memayungiku dan selalu ada untukku Dia adalah langit abadi yang tak hilang dimakan waktu dan mungkin hanya akan mati Ketika matahari tidak setia lagi pada timur dan barat Gabriela Dwi Kartika

Lingkungan St. Paulus, Wilayah 4

ering kali kita mendengar kata maaf, dan juga meminta maaf pada orang lain—saat kita berbuat salah. Akan tetapi terkadang kita sulit memaafkan orang lain. Bisa jadi, jika kesalahan yang ia lakukan adalah kesalahan kecil atau sepele maka kita akan dengan mudah memaafkan. Tapi jika jika kesalahan kecil itu dilakukan berkali-kali, dan kita selalu memaafkan atau diam saja tidak melakukan apa-apa maka tingkah laku si pelaku akan semakin menjadi-jadi. Nah, kalau sudah begini emosi deh jadinya. Dan pada saat itu memberi maaf adalah hal yang paling sulit dilakukan. Aku sendiri pernah mengalaminya. Sampai rasa kesal yang aku rasakan bertahan berminggu-ming­ gu. Karena rasa kesal ini tidak dapat aku pendam sendiri, maka aku memberitahukan kejadian ini pada orang tuaku. Papa sempat menegur supaya aku lekas memaafkan. Tapi mau bagaimana lagi, seperti yang aku bilang, memberi maaf pada orang yang melakukan kesalahan berulang-ulang sungguh sulit dilakukan. Aku menceritakan permasalahanku ini pada beberapa teman dekat, berharap aku dapat mengurangi beban, atau paling tidak mendapat saran-saran yang membesarkan hati. Tapi nyatanya tidak. Ya, bebanku sedikit berkurang, dan teman-teman memang memberi saran, namun ini semua tidak mengurangi rasa jengkel, gondok yang aku rasakan. Sampai suatu ketika aku aku teringat saat menonton salah seorang influencer di Youtube, Merry Riana—seorang motivator, direktur, dan pengusaha asal Indonesia, yang dikenal dengan julukan “wanita sejuta dolar”. Dalam salah satu videonya ia berpesan bahwa, maaf itu fungsi utamanya bukan untuk mereka yang membuat kesalahan pa­ damu, tapi terlebih dulu maaf berguna untukmu sendiri. Berikanlah maafku bukan karena mereka layak mendapatkannya, tetapi karena kamu layak menda­ pat ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan. Maka ketika kamu sulit memaafkan, ingatlah bahwa kamu pun pernah dimaafkan. Sejak mengingat pesan ini perasaanku sedikit lega. Aku sadar tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna. Tidak ada manusia yang tidak berbuat kesalahan. Termasuk aku sendiri. Sangat penting bagiku untuk bisa memafkan. Aku akan mencoba­ nya dan sisanya biarlah Tuhan yang bekerja. Semoga bermanfaat.

Margareth Beatrice

Lingkungan Matteo Ricci, Wilayah 2

GEMA 01-04/20

54


ruangkreasi

Berteman dengan Siapa Saja

Angela dan Denis, sahabat tak terpisahkan. “Kamu tidak malu berteman denganku?” kata Angela suatu ketika, “aku tidak bisa berjalan, ke mana-mana selalu pakai kursi roda…” Denis menggeleng. “Sejak dulu pun aku tidak pernah malu. Kita berteman sejak kecil. Orang tua kita pun saling berteman. Mereka selalu mengajarkan untuk tidak membeda-bedakan teman. Aku berteman denganmu, sama seperti aku berteman dengan lainnya,” kata Denis. “Aku senang punya sahabat seperti kamu, Denis. Kamu sahabatku yang paling baik, dan paling setia!” Nah supaya persahabatan Angela dan Denis makin ceria, warnai halaman ini dengan warna-warni kesukaanmu.

Lembar Mewarnai 1 GEMA 01-04/20

55


kabarparoki

Festival Kitab Suci Dekenat Tangerang II Sabtu siang, 7 September 2019, bertempat di Auditorium Gereja Rasul Barnabas, Pamulang, diadakan aneka lomba Kitab Suci se-Dekenat Tangerang II. Gereja St. Matius Penginjil, Bintaro juga mengirimkan wakilnya untuk berbagai kategori yang dilombakan seperti Family Bible, Seven Minutes Bible, dan Bible Talent.

Pemenang II Lomba Family Bible Dekenat Ta­ngerang II atas nama: Andreas Pujo Ratriyono (Ayah) , Veronica Indah Hapsari Wulandari (Ibu) , Theresia Devi Graciana (Anak). Peserta Seven Minutes Bible kali ini diwakili oleh anak-anak BIR St. Matius.

F

amily Bible diikuti oleh keluarga Ibu Eva dan keluarga Bapak Andreas. Sedangkan kategori Seven Minutes Bible diikuti oleh Saudari Bertha dari Lingkungan Lidwina. Kategori Bible Talent diwakili oleh anak-anak BIR dengan didampingi oleh kakak-kakak OMK. Mereka menampilkan dua penampilan sekaligus yakni Pentas Musik dan Puisi “Aku Ingin Seperti Yesus” dengan peserta: Andini (vokal), Patricia (Keyboard dan Vokal), Agusta (Gitar), Panji (Gitar), dan Bismo (Cajon); serta Kak Enggal dan Kak Bintang sebagai pelatih dan pendamping. Kategori Bible Talent juga diikuti Garnet dan Danis dengan penampilan Panggung Boneka “Memberi dari Kekurangan: 5 Roti dan 2 Ikan”. Penampilan para wa­kil Gereja St. Matius ini cukup menghibur dan mendapat sambutan meriah dari penonton. Semoga pada kegiatan selanjutnya makin banyak peserta yang terlibat. Dalam kesempatan ini wa­kil Gereja St. Matius berhasil mendapat dua kemenangan. Pemenang

GEMA 01-04/20

Panitia dan pendamping lomba Family Bible dan Seven Minutes Bible.

II Lomba Family Bible Dekenat Ta­ngerang II atas nama: Andreas Pujo Ratriyono (Ayah) , Veronica Indah Hapsari Wulandari (Ibu) , Theresia Devi Graciana (Anak). Pemenang ke II Lomba video “Seven Minute Bible” Dekenat Tangerang II: Bertha – Lingkungan Lidwina.l

56


kabarparoki

GEMA 01-04/20

57


JADWAL MISA

Gereja St. Matius Bintaro Harian : 06.00 Jumat Pertama : 06.00 & 19.00 Sabtu : 18.00 Minggu : 06.30, 09.00, 16.00 & 18.30 @matiusbintaro k gema.matius@gmail.com E matiusbintaro P www.youtube.com/channel/ UC_gmYRPvyHDe7nVV2U1RGqg Q


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.