CA
TAHBISAN IMAM XAVERIAN TANGERANG, 21 AGUSTUS 2020
RIT AS C
T E HRISTI URG
S NO
GEREJA ST. MATIUS PENGINJIL, PAROKI BINTARO
Jl. Utama I, Pd. Karya, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15225 telp. (021) 7358123
DAFTAR ISI Sambutan Uskup Keuskupan Agung Jakarta
3
Sambutan Provinsial Xaverian
Sambutan Romo Paroki Bintaro, Gereja St. Matius Penginjil
8
Sambutan Ketua Panitia,
12
Antonius Sutatno: “Ketika Senyum Memberikan Kepastian”
13
Ignatius Washington Hendra Kusuma: “Petualang Beruntung”
16
Evansius Abi: “Menjadi Sahabat Bagi Orang Lain”
20
Yanuarius Yeremias Parung: “Terpanggil Menjalani Kehidupan Misioner”
23
Handrianus Masri: “Tuhan Tidak Bosan Memanggil”
26
Erik Tjeunfin: “Perjalanan Panggilan”
29
“Panggilan Kita Tidak Mungkin Lebih Agung dan Lebih Mulia Lagi”, Surat Direksi Jendral Kepada Para Konfrater
32
Dicari: Anak-Anak Terbaik dari Keluarga Terbaik
To Be Xaverian
37
Exodus Ravenna!
41
Fransiskus Xaverius
45
Jangan Takut Lampaui Zona Nyaman
47
5
34
SUSUNAN PANITIA TAHBISAN IMAM XAVERIAN, 21 AGUSTUS 2020 Ketua Panitia Julius Sumarlan, Wakil Ketua Stefanus Noto Budiardjo, Sekretaris Beatrice I. Dwi Yulianti, Bendahara Maria Immaculata Hesti Nugraheni, Sie Liturgi Endi Boston Sitompul, Fredericus Handoko, K. Liza Herawati Sie Undangan dan Acara Anastasia Dewi Oktoviana, Odilia Risni Wahyuni, Sie Perlengkapan Liturgi Atanasius Hermawan, Sie Konsumsi Felicia Lilianti, Sie Tata Laksana Fransiskus Sukistanto, Albertus Binardi Bachtiar, Sie Perlengkapan Umum Romualdus Suko Budi Sujono, Sie Kesehatan dr. Mulyani Tim Buku Kenangan Albertus Wibisono, Franciska Indria Ratu Patimasang, Yohanes Agus Rustanto, Tim Dokumentasi FX. Eko Agus Riyanto, Catur Subakti, Tim Live Streaming Sheren Anisa Permana, Ignasius Loyola, Joshua Eka Pramudya, Bayu Isworo, Gregorius Antonius Diandra, Tim Gugus Kendali Paroki (TGKP)
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
1
PROFICIAT
2
SAMBUTAN USKUP KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA
MGR. IGNATIUS KARDINAL SUHARYO
ertama-tama, bersama seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta, dan khususnya bersama keluarga besar Tarekat Xaverian Provinsi Indonesia, saya ucapkan proficiat, selamat mensyukuri rahmat imamat yang para Pastor—Pastor Evansius Abi, Pastor Washington Hendra Kusuma, Pastor Yeremias Parung Yanuarius, Pastor Erik Tjeunfin, Pastor Handrianus Masri, Pastor Antonius Sutatno—terima pada hari pentahbisan ini. Semoga hidup, kehadiran dan pelayanan para Pastor selanjutnya menjadi berkat keselamatan bagi semakin banyak orang dan kemuliaan bagi Tuhan.
Tahbisan pada tahun 2020 ini dilaksanakan dalam keadaan ketika umat manusia dilanda wabah virus Corona 19. Dampaknya sangat dahsyat di segala bidang kehidupan manusia. Saya merasa bahwa konteks pentahbisan yang semacam ini dapat sangat berarti bagi para Pastor yang ditahbiskan hari ini. Sebagai imam, kita semua mengambil bagian dalam imamat Yesus Kristus Sang Imam Agung yang abadi. Mengenai Yesus Kristus Sang Imam Agung ini, Surat kepada orangorang Ibrani menyatakan: ”Itulah sebabnya, dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Agung yang menaruh belas kasihan dan setia kepada Allah …” (Ibr 2:17). Imamat adalah salah satu jalan untuk menanggapi panggilan Tuhan yang ditujukan kepada semua murid Kristus untuk bertumbuh menuju kesempurnaan kasih, kesempurnaan kesucian dan kepenuhan hidup Kristiani. Sebagai imam yang mengambil bagian dalam imamat Kristus, jalan menuju kepenuhan itu adalah dengan semakin hari semakin menaruh belas kasihan kepada sesama dan semakin setia kepada Allah. Dalam arti ini kehadiran dan pelayanan seorang imam, sungguh dapat sangat bermakna. Semoga dalam perutusan yang dipercayakan oleh Tarekat, para Pastor sungguh semakin bertumbuh menuju kesempurnaan kasih, kesucian dan kepenuhan hidup Kristiani. Pada kesempatan yang bagus ini, mewakili Keuskupan Agung Jakarta, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Tarekat Xaverian yang selalu mengutus anggotaanggotanya untuk melayani di Keuskupan Agung Jakarta. Terima kasih kepada orangtua dan keluarga para imam baru yang telah merelakan dan mendukung orang-orang muda ini dalam memilih jalan hidup menanggapi panggilan Tuhan sebagai imam. Terima kasih kepada semua saja yang terlibat dalam persiapan dan pelaksanaan ibadat ekaristi pentahbisan ini, sehingga semua dapat berjalan dengan baik dan khidmat. Semoga peristiwa pentahbisan ini juga menjadi kesempatan bagi kaum muda untuk bertanya, “apakah Tuhan juga menghendaki saya untuk memilih panggilan hidup sebagai imam, biarawan maupun biarawati”. Salam dan Berkat Tuhan,
+ Ignatius Kardinal Suharyo Uskup Keuskupan Agung Jakarta
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
3
PROFICIAT... Proficiat atas Tahbisan 6 Imam Xaverian: Antonius Sutatno Erik Tjeunfin Evansius Abi Handrianus Masri Ignatius Washington Hendra Kusuma Yanuarius Yeremias Parung (Jimmy)
Keluarga James F. Kullit
PROFICIAT... Proficiat atas Tahbisan 6 Imam Xaverian: Antonius Sutatno Erik Tjeunfin Evansius Abi Handrianus Masri Ignatius Washington Hendra Kusuma Yanuarius Yeremias Parung (Jimmy)
dari Keluarga
Markus Bimbong Roharmadi Warga lingk. St Yohanes Penginjil.
4
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
SAMBUTAN PROVINSIAL SERIKAT XAVERIAN
agi Serikat Xaverian di seluruh dunia, tahun 2020-2021 merupakan tahun rahmat Tuhan yang bersejarah dan layak disyukuri, meski berada di tengah gelombang badai pandemi Covid-19. Mengapa menjadi Tahun Rahmat Tuhan yang bersejarah dan pantas disyukuri? Sebab, pertama-tama tahun ini para Xaverian merayakan 125 tahun berdirinya Serikat (3 Desember 1895). Kedua, Serikat Xaverian memperingati 100 Tahun Surat ROMO ANTONIUS WAHYUDIANTO, SX. Wasiat Bapa Pendiri, St. Guido Maria Conforti. Ketiga, tahun 2021 Provinsi Indonesia menyongsong 7 dekade kehadiran Serikat Xaverian di bumi nusantara tercinta ini. Keempat, yang paling bersejarah dan layak disyukuri adalah, perayaan tahbisan imamat 6 diakon Xaverian di Paroki Bintaro. Mereka adalah, P. Antonius Sutatno, P. Erik Tjeunfin, P. Evansius Abi, P. Handrianus Masri, P. Yeremias Yanuarius Parung, dan P. Ignatius Washington Hendra Kusuma. Sejak tahun 1995, sei ngat saya inilah tahbisan imamat Xaverian yang terbanyak di Provinsi Indonesia! Rahmat tahbisan imamat yang diterima dari Allah oleh keenam Misionaris Xaverian melalui tangan Bapak Kardinal Ignatius Suharyo pada 21 Agustus 2020 tersebut, meru pakan martabat istimewa yang dibutuhkan Gereja demi menjalankan imamat kerasul annya. Dalam Doa Tahbisan yang diucapkan Uskup, ditandaskan; “Kami memohon ya Tuhan yang Mahakuasa, berikanlah kepada hamba-hamba-Mu ini martabat imamat. Perbaharuilah dalam dirinya Roh Kesucian. Semoga sangguplah mereka memangku beban martabat imamat dalam tingkatan kedua yang diterimanya dari-Mu ya Allah, serta mendukungnya dengan teladan dan kebijaksanaan hidup.” St. Guido Maria Conforti, dalam tulisannya berkaitan dengan topik Imamat, menegaskan bahwa, imamat adalah penghubung yang menyatukan Allah dan umat manusia dalam terang iman; Dan seorang imam dipanggil Allah untuk melayani umat-Nya (Gereja) dan mempersembahkan Tubuh Kristus dalam ekaristi dan pengampunan. Imam itu merupakan “Kristus dalam pribadinya” atau sacerdos alter Christus. Bagi Paroki Bintaro sendiri, momen tahbisan imam keenam diakon Xaverian ini menjadi kesempatan untuk menganimasi seluruh umat akan pentingnya pilihan hidup sebagai misionaris-religius yang tidak saja demi kebutuhan kerasulan Gereja Lokal, namun juga karya evangelisasi Gereja Universal. Begitu penting dan mendesaknya pewartaan Injil dewasa ini, dikarenakan oleh pembaruan perutusan gerejawi yang mendesak pula agar semakin “bergerak keluar”, mencari yang terluka dan memar, yang digaungkan oleh Paus Fransiskus dalam Anjuran Apostolik Evangelii Gaudium (lih. EG, no.1924). Oleh sebab itu, kami berharap agar melalui perayaan ekaristi tahbisan imamat ini, segenap umat Paroki Bintaro dapat dinyalakan hati dan jiwa misionernya agar semakin mampu menjadi Gereja yang misioner seturut teladan St. Matius Penginjil. Bagi orang tua dan sanak saudara keenam diakon, kami secara khusus menghaturkan terima kasih yang melimpah karena bapak-ibu dan saudara-saudari adalah pen derma utama bagi Serikat Xaverian dan Gereja Universal yang dengan tulus hati mem-
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
5
persembahkan putera-putera terbaiknya untuk karya evangelisasi di manapun mereka akan diutus. Akhir kata, secara pribadi sekaligus mewakili keluarga besar Misionaris Serikat Xaverian Provinsi Indonesia, saya menghaturkan terima kasih yang tulus kepada Bapak Kardinal Ignatius Suharyo yang telah berkenan memimpin upacara misa tahbisan imamat keenam imam Xaverian di tengah pandemi Covid-19 dan protokol kesehatan. Juga kami berterima kasih kepada Komunitas Wisma Xaverian Bintaro dan pihak Panitia Tahbisan Imam Paroki Bintaro yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu di sini, sejak persiapan awal hingga terselenggaranya perayaan tahbisan imam ini dengan lancar, tertib dan khidmat. Semoga Bunda Maria, Ratu Misi, selalu menganugerahkan rahmat kasih pelayanan misionernya kepada kita semua untuk lebih berani lagi mengambil tanggung jawab dengan berpartisipasi dalam kegiatan pewartaan Kabar Gembira sehari-hari menurut tugas dan profesi kita masing-masing.
(P. Antonius Wahyudianto SX) Provinsial
PROFICIAT... atas Rahmat Imamatnya
Semoga senantiasa mengandalkan Tuhan dalam menghidupi tugas Perutusannya. Keluarga
Yustinus Haris
Warga lingk. Sta Bernadeth
6
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
PROFICIAT... Serikat Misionaris Xaverian Atas Tahbisan Imamat 6 diakon:
P. Ignatius Washington Hendra Kusuma, SX P. Erik Tjeunfin, SX P. Handrianus Masri, SX P. Evansius Abi, SX P. Antonius Sutatno, SX P. Yanuarius Yeremias Parung, SX
Semoga selalu setia akan panggilan untuk melayani dan menggembalakan umat di manapun diutus.. TERIRING SALAM DAN DOA
WARGA LINGKUNGAN RAFAEL, Wilayah 4
PROFICIAT... Mengucap syukur kepada Tuhan atas ditahbiskannya 6 diakon Xaverian menjadi pastor dan mengucapkan selamat kepada para tertahbis. Semoga setia sampai akhir. Keluarga
Gustav Ananta Mueller
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
7
RP. GERPASIUS RANTETANA, SX PASTOR PAROKI BINTARO
uatu kehormatan dan karunia besar bagi Paroki Bintaro karena dipercaya oleh Bapak Uskup dan Dewan Direksi Serikat Xaverian Indonesia sebagai tempat pelaksanaan pentahbisan Imamat bagi keenam diakon ini, yakni, Diakon Ignatius
Washington Hendra Kusuma, SX; Diakon Antonius Sutatno, SX; Diakon Erik Tjeufin, SX; Diakon Evansius Abi, SX; Diakon Handrianus Masri, SX; dan Diakon Yanuarius Yeremias Parung (Jimmy), SX. Mereka berenam ini berasal dari angkatan yang berbeda. Diakon Washington, berasal dari angkatan lebih dulu. Sedangkan lima lainnya dari angkatan novisiat 2009/2010. Dari angkatan ini yang menjalani masa Novisiat 16 orang dan akhirnya sampai pada Imamat 6 orang. Satu lainnya sudah ditahbiskan lebih dulu di Yogyakarta pada Juni 2018, yakni Pastor Berto Kardi, SX yang sekarang ini sedang menjalankan tugas perutusannya di Madrid Spanyol. Untuk sampai pada Imamat membutuhkan proses yang panjang. Mereka yang berasal dari SMU dan sederajatnya menjalani masa formasi dalam institusi SX sekitar 12 tahun dan lulusan dari Seminari Menengah membutuhkan 11 tahun. Itu kalau lancar. Yang pasti dalam pembinaan calon imam, sepintar apapun orangnya tidak akan mendapatkan discount masa formasi, karena berbagai tahapan yang mesti dilalui. Pada saat mereka menjalani masa novisiat, saya menemani mereka sebagai Magister. Saya ingat betul, di hadapan 16 novis ini saya mengatakan bahwa dari angkatan ini yang jumlahnya 16 orang, yang akan sampai pada imamat hanya 5 atau 6 orang. Syukur kepada Tuhan hal itu terwujud. Ini bukan ramalam tapi pengamatan selama mendampingi mereka. Angkatan besar menghasilkan jumlah yang besar juga. Pohon yang besar dengan banyak cabang dan ranting memungkin menghasilkan buah yang lebih banyak juga. Mereka dipanggil dari tengah-tengah umat Allah dan terpilih dari antara yang dipanggil. Kini, Paroki Bintaro memasuki usia yang ke-37 dan sudah mempersembahkan setidakÂnya 5 orang imam, dua orang bergabung dengan OCSO di Rawaseneng, dua orang suster, beberapa frater di seminari tinggi dan beberapa seminaris di Mertoyudan (Magelang, Jawa Tengah), Stella Maris (Bogor, Jawa Barat), dan Garum (Blitar, JawaTimur). Tampaknya Paroki Bintaro memberi harapan besar untuk tumbuhnya panggilÂanpanggilan khusus dalam Gereja. Semoga semakin banyak yang terpanggil. Sebenarnya momen tahbisan adalah kesempatan yang baik untuk animasi panggilan bagi anak-anak remaja kita dengan hadir langsung di dalam perayaan tahbisan dan
8
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
SAMBUTAN PASTOR PAROKI BINTARO
melakukan berbagai aktivitas lainnya. Sayang sekali karena pembatasan akibat pandeÂmi Covid-19 ini sehingga mereka tidak bisa hadir secara langsung dalam perayaan yang agung ini. Untuk Paroki Bintaro, tahbisan kali ini adalah yang ketiga dilangsungkan di Paroki Bintaro. Pertama pada 6 Juli 1996 untuk dua orang imam SX, dan pada Agustus 2007 untuk 8 orang imam, yakni 4 orang Imam Projo untuk Keuskupan Agung Jakarta dan 4 orang imam Serikat Xaverian. Semoga dengan perayaan tahbisan ini semakin banyak kaum muda yang termotivasi untuk memberikan diri dan menanggapi panggilan Tuhan demi pelayanan di dalam Gereja. Dan kepada ke enam imam baru, selamat atas Rahmat Tahbisan suci ini. Selamat menjalani tugas perutusan di manapun anda diutus.
SELAMAT ATAS TAHBISAN IMAM:
Rm. Erik Tjeunfin, Rm. Yeremias Parung Yanuarius, Rm. Handrianus Masri, Rm. Antonius Sutatno, Rm. Washington Hendra Kusuma, dan Rm. Evansius Abi.
Lingkungan-Lingkungan Wilayah 5
Sta. Agnes, Sta. Caecilia, St. Robertus, Sta Veronica
SELAMAT
ATAS TAHBISAN 6 IMAM SERIKAT XAVERIAN Teriring Salam Dan Doa
Toko Buku Sanmare dan Toko Buku Matius 9
PROFICIAT... Mengucap syukur kepada Tuhan Yesus atas ditahbiskannya 6 diakon Xaverian menjadi Pastor & mengucapkan selamat kepada para tertahbis & keluarga serta keluarga besar Xaverian.
Keluarga yang mendoakan
Bp. Ambrosius Aswin Hendrawan
Semoga setia sampai akhir & penuh berkat buat banyak umat.
SELAMAT DAN TURUT MENDOAKAN atas Tahbisan Imam Xaverian
Dari Keluarga Ibu Susanty Kumala
SELAMAT
untuk para Diakon Xaverian yang ditahbiskan. Semoga setia dalam pelayanan. Dari Lingkungan Gabriel, Wilayah 4
PROFICIAT DAN TURUT MENDOAKAN ATAS TAHBISAN 6 IMAM XAVERIAN
Kumon Taman Asri, Blok E3 No. 3 Larangan, Phone: 082124653513
10
PROFICIAT... kepada:
Serikat Misionaris Xaverian Atas Tahbisan Imamat 6 diakon:
ANTONIUS SUTATNO ERIK TJEUNFIN EVANSIUS ABI HANDRIANUS MASRI IGNATIUS WASHINGTON HENDRA KUSUMA YANUARIUS YEREMIAS PARUNG (JIMMY)
Semoga selalu setia akan panggilan untuk melayani dan menggembalakan umat di manapun diutus
Teriring Salam dan Doa Warga lingkungan NAPAS PENDAMAI,
PROFICIAT... kepada:
Serikat Misionaris Xaverian Atas Tahbisan Imamat 6 Diakon:
ANTONIUS SUTATNO ERIK TJEUNFIN EVANSIUS ABI HANDRIANUS MASRI IGNATIUS WASHINGTON HENDRA KUSUMA YANUARIUS YEREMIAS PARUNG (JIMMY) Doa kami mengiringi sepanjang perjalanan:
PAGUYUBAN AWAM XAVERIAN (PAX)
11
SAMBUTAN KETUA PANITIA
JULIUS SUMARLAN
uji dan syukur kami unjukan kepada Allah Yang Mahakasih atas karya-Nya yang begitu nyata, karena hari ini, Jumat 21 Agustus 2020, di Gereja St. Matius Penginjil, Bintaro telah berlangsung upacara tahbisan enam imam Xaverian dengan lancar dan khidmat. Mereka adalah Pastor Evansius Abi SX, Ignasius Washington Hendra Kusuma SX, Yeremias Yanu arius Parung SX, Erik Tjeunfin SX, Handrianus Masri SX, dan Antonius Sutatno SX.
Sungguh, hati kami begitu gembira ketika kami mendengar kabar akan ditahbiskannya enam diakon Xaverian. Maka saat diminta untuk menjadi panitia tahbisan, kami me nyambut dengan suka-cita meskipun kami tahu bahwa ini bukanlah tugas yang ringan. Kami percaya bahwa Tuhan akan membimbing melalui banyak orang yang terlibat dalam kehidupan Gereja, khususnya para pastor dan umat Paroki Bintaro sebagai tuan rumah penyelenggara. Tak disangka ketika persiapan sedang dilakukan untuk menyelenggarakan upacara dan pesta yang megah dan meriah sebagai ungkapan syukur, muncul pandemi Covid-19 yang begitu ganas dan menakutkan. Karena kondisi ini maka acara tahbisan ini diselenggarakan dengan sangat hati-hati dan sederhana tanpa mengurangi hakekat tahbisan itu sendiri. Kami bersyukur kepada Tuhan yang telah membimbing panitia, membukakan jalan dari setiap masalah yang dihadapi, sehingga akhirnya tahbisan dapat berlangsung dengan lancar. Proficiat kepada para imam yang baru saja ditahbiskan. Selamat berkarya di ladang Tuhan untuk menyampaikan kabar sukacita kepada banyak orang di seluruh penjuru dunia. Kami juga mengucapkan selamat kepada Serikat Xaverian yang telah mendidik dan mempersiapkan mereka untuk menjadi misionaris-misionaris muda yang tangguh, untuk mewujudkan cita-cita St. Guido Maria Conforti “menjadikan dunia satu keluarga”. Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Ignasius Kardinal Suharyo yang telah berkenan menerimakan sakramen imamat. Terima kasih kepada para Imam Xaverian, para imam KAJ, Tim Gugus Kendali KAJ dan Paroki, para donatur, umat Bintaro, dan semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara ini, baik yang hadir gereja maupun yang mendukung doa melalui ‘live streaming’. Kami mohon maaf kepada umat Bintaro dan para sahabat Serikat Xaverian, karena situasi yang tidak memungkinkan, kami terpaksa membatasi jumlah kehadiran umat di gereja. Khusus kepada tamu undangan, kami mohon maaf karena tidak bisa me nyambut dengan pantas, bahkan harus menerapkan prosedur sedemikan rupa sehingga membuat ketidaknyamanan saat mengikuti upacara tahbisan ini.
12
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
PROFIL DIAKON
KETIKA SENYUM MEMBERIKAN KEPASTIAN ntonius Sutatno adalah nama saya. Saya lahir di Jlegong, Wonogiri pada 5 Agustus 1987. Orang tua saya bernama Markus Tukarmo Kasdi dan Susana Tinah. Saya memiliki saudara yang bernama Yohanes Sugeng dan saudari Cicilia Susini. Kami dibesarkan dalam kesederhaan keluarga petani. Saya sebagai anak bungsu merasa bangga bisa mendapatkan cinta dan perhatian dari orang tua dan kakakkakak saya. Di sanalah saya belajar untuk mencintai seperti mereka mencintai saya. Kami sebagai keluarga pemeluk hi dup Katolik yang baru saat itu, memiliki kebiasaan untuk mengikuti misa dan ibadat sabda setiap ada kesempatan di stasi kami, St. Thomas Rasul Jlegong. Di sana pula hidup panggilan saya sebagai Romo muncul dan berkembang. Saya masih ingat dengan baik, pada saat itu kami sekeluarga mengikuti misa dan kami menyanyikan doa Bapa Kami setelah doa Syukur Agung, saya yang terbilang masih kecil karena baru kelas tiga SD dan tidak hafal doa Bapa Kami sempat berhenti untuk beryanyi. Saya masih ingat, ada dua orang suster yang datang bersama dengan Romo tersenyum dan memberikan semangat untuk bernyayi lagi, dan saya lakukan. Senyuman dua orang suster membuat saya sungguh ternganga dan jatuh hati untuk hidup seperti mereka dalam biara.
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
13
PROFIL DIAKON
Bagi saya pengalaman ini adalah pengalaman jatuh cinta untuk menjadi seorang Romo bukan karena susternya tetapi dibalik senyum itulah ada yang lebih besar berkarya untuk hidup saya. Saya sungguh berterima kasih kepada mereka yang telah tersenyum untuk saya dan saya akan melanjutkan ini kepada yang lainnya, sebab di balik senyum itulah, saya percaya Tuhan berkarya.
Perjalanan untuk menjadi seorang Romo sangatlah berliku, sebab setelah perjumpaan saya dengan senyuman suster itu, beberapa minggu kemudian keinginan menjadi seorang Romo itu pun hilang. Selain itu, dibesarkan dalam keluarga sederhana membuat saya harus belajar mandiri, dewasa, dan lepas dari orang tua untuk melanjukan pendidikan saya. Ketika saya selesai SD, saya hidup
BIODATA
ANTONIUS SUTATNO 05 Agustus 1987 : Lahir di Wonogiri, Jawa Tengah 1993-1994 : TK Bakti 1994-2000 : SD Gemawang II Glogok 2000-2003 : SMP\SLTP Kanisius Wonogiri 2003-2006 : SMK Giri Wacana Eromoko
PENGALAMAN BEKERJA 2007-2008 2008-2010 2010-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2020 29 Juni 2019 01 Desember 2019 Masa diakonat
: Tunas Xaverian Jogyakarta : Pra-Novis dan Novis Xaverian Bintaro : Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta : Tahun Bahasa, Philippines : Loyola School of Theology, Ateneo : Tahun Pastoral, Philosophy House Project 8 : Loyola School of Theology, Ateneo : Kaul Kekal, Gereja St. Francis Xavier, Maligaya : Tahbisan diakonat oleh Roberto O. Gaa D D, Uskup Novaliches, Quezon City-Philippines : St. Francis Xavier Parish, Maligaya-Quezon City
TEMPAT KERASULAN Tunas Xaverian 2007-2008 : BIA Perumahan Percetakan Kanisius, Yogjakarta
Pra-Novis 2008-2009 : BIA Kaplo, Gereja St. Stefanus Cilandak, dan BIA SanMaRe (Santa Maria Regina), Bintaro Jaya Novis 2009-2010 : BIA Sathora, St. Thomas Rasul, Bojong Indah dan BIA Pondok Domba St. Matius Penginjil Bintaro. Filsafat (1) 2010-2011 : Karya sosial bersama Puteri Kasih, Cilincing (mengajar) Filsafat (2) 2011-2012 : Karya sosial Stasiun Senen (mengajar) Filsafat (3) 2012-2013 : Katekumen BINUS (Bina Nusantara) (mengajar) dan dialogue antar agama “Pojok Gusdur” Filsafat (4) 2013-2014 : Karya sosial bersama Puteri Kasih Warakas (mengajar dan Kunjungan orang sakit) Tahun Bahasa di Philippines dan theology (1) :2014-2016: Ave Maria Youth Ministry Zone 1, St. Francis Xavier Parish (SFXP). Pastoral year 2016-2017 : OLPH (Our Lady of Perpetual Help) Sitio Militar Chapel, Project 8. Theology (2,) 2017-2018 : Bario dan Catleya Youth Ministry Zone 4, (SFXP). Theology (3) 2018-2019 : Prison/penjara, Station 10, Kemuning. Theology (4) 2019-2020 : Servant of Charity, Guanella (Special Children), Tandang Sora.
14
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
dengan para suster CB di Wonogiri, bekerja dan belajar, dan selanjutnya hidup dengan keluarga dr. Bambang Sugiarto di Wuryantoro yang sangat mencintai saya. Di sanalah saya bisa melanjutkan pendidikan saya sampai SMK. Selesai SMK, bayangan dan kenang an senyum dua orang suster kembali dalam lamunan saya. Saya mulai memikirkan kembali “ada apa dengan senyum itu? Akhirnya keinginan untuk menjadi seorang Romo semakin kuat setelah saya merenungkan pertanyaanpertanyaan selanjutnya dalam hati saya; apa artinya hidup? Ke mana kita akan pergi setelah mati? Saya memutuskan masuk seminari setelah merenungkan ini semua selama satu tahun. Keluarga dr. Bambang sangat berjasa dalam hal ini, karena mereka yang membantu saya untuk merenungkan dan menemukan hidup panggilan saya. Ketika saya menyampaikan keinginan saya untuk masuk seminari pada orang tua, bapak saya hanya terdiam dan ibu saya tidak setuju dengan saya. Saya tahu perasaan ibu saya bagaimana saat itu, ibu saya adalah orang yang sangat mencintai saya. Dia begitu dekat de ngan saya karena saya anak yang paling lemah dan mudah sakit pada waktu ini. Akhirnya saya urungkan keinginan saya dan mencoba mencari jalan hi dup yang lain. Akan tetapi, suatu hari orang tua saya datang menemui saya di
Wuryantoro di mana saya tinggal de ngan keluarga Pak dokter Bambang. Mereka mengizinkan saya masuk semi nari, tetapi yang dekat dengan rumah supaya mudah dikunjungi. Keinginan saya dan ibu ternyata berbeda, saya menginkan sebagai seorang misionaris dan ibu saya mengharapkan saya masuk ke seminari keuskupan de ngan alasan mudah dikunjungi. Pada akhirnya setelah berdiskusi, ibu saya setuju dengan saya. Ada beberapa pesan yang saya ingat dengan jelas dari orang tua saya, khususnya ibu saya dalam menjalani panggilan ini, “kalau kamu ingin pulang, tidak usah malu, pulang saja, pintu di rumah selalu terbuka untuk kamu” dan “kebahagianmu adalah kebahagianku.” Dua pesan ini selalu hadir dan memberikan semangat tatkala saya mengalami pergolakan dan perjuangan dalam menghadapi kesulitan. Saya masuk Xaverian, karena saya ingin menjadi seorang misionaris. Saya sangat terinspirasi dari perutusan Yesus, Markus 15:16, “pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Bagi saya, Yesus harus diwartakan sampai ke seluruh dunia supaya semua merasakan cinta-Nya sebagaimana saya telah merasakan cinta-Nya dari orang-orang sekeliling saya.
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
15
PROFIL DIAKON
PETUALANG BERUNTUNG Pernahkah hati anda berdebar? Semangat anda berkobar? Pernahkah anda tersentuh dan berpeluh? Pernahkah anda merasa damai? Apakah yang anda cari? Ke mana kita akan pergi? Ketika banyak orang merasa redup.. Mencarikah anda apa arti hidup? Ketika anda merasa pupus.. Pernahkah anda merasakan cinta yang tulus? Pernahkah anda terpesona? Tahukah anda arti kata bahagia? Apa rencana Allah bagi anda? Apa rencana Allah bagi manusia dan dunia?
Dengan hembusan nafas-Nya Ia menciptakan dan memberi hidup (bdk. Kej 2: 7)
Dengan hembusan nafas-Nya Ia memberi Roh Kudus‌(bdk. Yoh 20: 22)
16
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
…sebuah petualangan baru dimu lai. Dia menempatkan Washing ton di tengah sebuah keluarga. Dia membimbing, Dia memang gil, Dia menjaga, Dia melindungi, Dia mendampingi, Dia menguat kan, agar ia merasakan, agar ia mencari jawaban, agar ia mampu bersyukur, agar ia menjadi anuge rah cuma-cuma bagi dunia.
ahir di tengah keluarga yang luar biasa dengan selera humor di atas rata-rata dan dianugerahi 3 kakak yang istimewa. Dari keluarga inilah, petualangan bermula, dari sana ia belajar berdoa, belajar mengasihi, belajar beriman, belajar berpengharapan. Dalam hidup ia diberi kesempatan untuk bertemu dengan orang orang luar
biasa dan istimewa, yang membantunya untuk menemukan dan mencintai Dia (Ya, anda semua). Dan ia ingin berterima kasih bagi anda semua, atas perjumpa an, persaudaraaan, suka cita dan atas doa anda. Ignatius Washington Hendra Kusuma, lahir di Klaten bulan maret 1980 dari pasangan Tarcitius Yoseph Sutardi (†) dan Susana Maria Yuni Kumaryati. Anak terakhir dari 4 bersaudara ini melewatkan masa kecil, masa muda yang begitu indah. Terima kasih atas kenangan dan perjumpaan dengan saudara sahabat handai taulan: keluarga besar Mangun an dan Wirosumarjan, TK Indriasana Pluneng, SD Negeri Basin (1987-1992), SMP Pangudi Luhur 1 Klaten (19921995), SMU Negeri 2 Klaten (19951998), keluarga besar Gunung Sawo, D3 Rekam Medis Lintang Nuswantoro Semarang (1998-2001), RS Panti Rapih Yogyakarta. Keluarga Xaverian, STFT Driyarkara (2004-2008), Lingkungan St. Jusuf Basin, Paroki Roh Kudus Ke
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
17
bonarum, Paroki Maria Assumpta Klaten, KAS, KAJ, Keuskupan Banjarmasin, Suster-suster FMM, PMY, dan masih banyak lagi perjumpaan yang menguatkan dan meneguhkan yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Beruntungnya ia, hidup dalam suasana di sebuah masa, dalam sebuah ke luarga. Beruntungnya ia punya keluarga Xaverian, beruntungnya ia punya misi untuk menjadikan dunia satu keluarga.
Formasi Misi Setelah terpesona oleh Dia, Washington memutuskan untuk bergabung dalam keluarga Xaverian. Ia menghidupi masa Pranovisiat dan Novisiat di Wisma Xaverian Bintaro (2002-2004), setelah mengikrarkan kaul pertama pada bulan juli 2004. Tinggal di Wisma Xaverian Cempaka Putih Raya 42 Jakarta, ia melanjutkan studi filsafat di STFT Driyarakara (2004-2008). Setiba di Kamerun September 2008, ia belajar bahasa Perancis dan melanjutkan studi teologi di St. Siprianus Nggoya (2009-
18
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
2013), Oktober 2011 ia mengikrarkan kaul Kekal di Roma. Tahun 2013 meneri ma Perutusan misi pertama di Bonggor Chad sampai 2016. Setelah membantu regio Kamerun-Chad dalam urusan ekonomi dan dalam animasi misioner dan panggilan selama 3 tahun di Douala Kamerun, ia menerima tahbisan diakon di Bafoussam Kamerun pada bulan Juli 2019 dan kembali lagi ke Bonggor Chad untuk menghidupi masa diakonat. Hidup dalam keluarga Xaverian, punya rasa dan hasrat yang sama, Washington berjumpa dengan berba gai konfrater, dengan formator yang membantunya mencari, menemukan dan mencintai Allah dalam segala hal. Sebuah kebanggaan baginya bisa berpetualang bersama dengan mereka. Merasakan indahnya persaudaraan, meluangkan waktu bersama dalam doa, meluangkan waktu bersama untuk berbagi segala. Bersama berziarah, bersama merasakan hidup misi yang begitu indah, penuh liku dan mengasikkan, bersama bergetar, bersama memberi warna pada panggilan dan bersama
PROFIL DIAKON
mensyukuri indahnya hidup, indahnya pewartaan kabar gembira karena Dia dan dalam Dia.
Jika anda bertanya, siapakah orang yang paling beruntung di dunia ini... Washington akan menjawab...”Ya, sayalah salah satunya dan andalah bagian dari keberuntungan dan kegembiraan saya” “Ia punya Dia, ia punya anda, ia merasakan kedamaian, ia bersuka cita. Ia punya Tanah Air, Tanah Misi, Tanah Terjanji…Ia punya keluarga di tanah air, keluarga di tanah misi dan keluarga di tanah terjanji…”
Washington tahu bahwa hanya Dialah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Untuk itu ia harus pergi…ia harus jatuh..ia harus mati.. Ia hanya dapat mengandalkan Allah agar mampu untuk terus berjuang, terus berpetualang untuk mencari, untuk mencintai, untuk menemukan hidup. Dia berdoa bagi anda semua dan dia butuh doa dari anda semua. Peziarahan, pencarian, perjuangan dan petualangan pun terus berlanjut di Tanah Misi. Ia akan selalu merindukan Tanah Air, ia akan selalu merindukan anda dan berterima kasih atas nostalgia. Ia bersyukur atas hidup dan berharap kelak suatu hari akan berjumpa dan bersama bahagia dengan anda semua di Tanah Terjanji. Menjadi satu keluarga dalam Dia.
...dan embusan napas-Nya... membawanya pergi melayang jauh... (bdk. Mrk 16, 15)
Berbahagialah mereka yang penuh kasih, yang mewartakan kabar gembira dan yang setia melakukan kehendak-Nya…
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
19
PROFIL DIAKON
MENJADI SAUDARA BAGI ORANG LAIN ama saya Evansius Abi. Lahir di Sunbaki (Naibeno, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur) 03 April 1988. Saya adalah anak kedua dari enam bersaudara. Bapak saya seorang petani dan ibu seorang ibu rumah tangga. Berikut ini saya sampaikan kisah saya, pengalaman saya ketika berkarya sampai ke benua Afrika; ke Negara Kamerun (5 tahun) dan Chad (3 bulan). Sungguh sebuah peng alaman tentang kemanusiaan yang berharga. Di tengah kondisi yang serba sulit; kemiskinan, pengangguran, dan situasi hidup yang serba sulit saya masih bisa menemukan kebahagiaan. Kondisi yang berat justru menyatukan mereka untuk berbagi. Selalu ada yang bisa dibagi di antara mereka yang menderita.
Pengalaman pendidikan Pendidikan dasar dari tahun 1994-2000 di SDN Sunbaki. Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Pendidikan Menengah Pertama dari tahun 2000-2003 di SMP Negeri 2 Bansone, Kabupaten TTU. Pada tahun 20032004 saya berhenti sejenak dari sekolah untuk membantu keluarga. Kemudian tahun 2004-2007 saya melanjutkan pendidikanku ke SMA Katolik Suria Atambua, Kabuaten Belu. Pada tahun 2007-2008 saya memulai dengan tahap Formasi Awal di Kongregasi Misionaris Xaverian (Tunas) di Yogyakarta. Pada tahun 2008-2010 saya menjalani masa Pranovisiat dan Novisiat di Bintaro, Ta ngerang Selatan. Pada periode ini teruta-
20
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
ma tanggal 1 Juli 2010 saya membuat profesi pertama (ikrar kaul pertama) sebagai anggota Misionaris Xaverian. Pada Tahun 2010-2014 saya menjalani masa pendidikan Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta Pusat. Setelah menyelesaikan pendidikan filsafat saya menjalani Tahun Orientasi Misioner (TOM) di Paroki Aeknabara, Sumatera Utara selama setahun (20142015). Setelah menyelesaikan masa TOM dari pihak Direksi Jenderal me ngirim saya ke Kamerun (Afrika-Tengah) untuk melanjutkan Studi Teologi Internasional. Di tahun pertama (2015-2016) saya memulai belajar bahasa setempat (bahasa perancis). Di tahun berikutnya (2016-2020) saya menjalankan studi teologi di Sekolah Tinggi Teologi St. Cyprian Ngoya Kamerun (Afrika Tengah). Pada tanggal 5 November 2019 saya mengikrarkal kaul kekal sebagai anggota tetap Misionaris Xaverian dan satu bulan kemudian tepatnya tanggal 5 Desember 2019 saya menerima tahbisan diakonat di Yaoundé, Kamerun.
Pengalaman Panggilan Semenjak kecil saya tidak membayangkan bahwa suatu saat saya akan menjadi seorang pelayan Tuhan. Namun demikian pengalaman hidup sebagai seorang anak kecil yang selalu bersahabat dengan alam membuatku banyak bertanya tentang keajaiban di balik semuannya itu. Selain itu juga pengalaman hidup dalam keluarga teristimewa kesederhanaan, keharmonisan juga cinta dan kasih sayang dari sang ayah dan sang ibu yang tanpa batas membuatku bertanya tentang sumber dari kebahagiaan dan cinta itu sendiri. Pengalaman mendasar lainnya adalah kado berharga yang saya peroleh dari orang tua sewaktu saya menerima komuni pertama. Saya diberi kado sebuah Kitab Suci dan kado inilah yang menjawab pertanyaan-pertanyaan saya seputar sumber kehidupan, cinta dan kebahagiaan manusia di dunia ini. Akhir kata, saya ingin mengatakan
bahwa perjumpaan pertama saya de ngan Tuhan adalah lewat Kitab Suci. Ingin kukatakan sejujurnya bahwa semenjak saya menerimanya, saya sepertinya menemukan seorang pembimbing hidup dan itulah titik awal saya merasa bahwa Tuhan memanggilku. Alhasil, berkat kesetiaan saya untuk selalu membaca dan memeditasikan isi Kitab Suci, pada akhirnya saya dituntun untuk mengambil keputusan dan awal keputusanku untuk menjadi imam itu terjadi setelah membaca bacaan tersebut (Kis. 19: 13-20). Saat itu saya masih di kelas 2 SMP. Dari bacaan tersebut, saya terinspirasi untuk menjadi seperti St. Paulus teristimewa untuk mewartakan Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya. Suatu hal yang tidak kusangka selanjutnya bahwa Tuhan menemukanku sebuah Kongregasi Misioner yang misinya sama dengan mimpiku yakni untuk mewartakan Kristus kepada mereka yang belum mengenalNya. Akhir kata ingin kukatakan bahwa Tuhan akan melakukan apapun untuk mereka yang selalu mencari, mencintai dan mewartakan-Nya.
Pengalaman Kerasulan Pada momen terindah ini, ingin kubagikan apa yang kualami sebagai anggota Misionaris Xaverian. Semenjak saya masuk Xaverian pada tahun 2007 sampai saat ini tahun 2020 saya menemukan sesuatu yang berharga untuk dibagikan yakni tentang cara pandang hidup manusia terhadap kebenaran dari kebahagiaan itu sendiri. Seringkali saya menjumpai orang-orang tertentu yang mengukur kebahagiaan dari kata ‘memiliki’ daripada kata ‘menjadi atau berada’.
Berdasarkan pengalaman kerasulan dengan orang-orang sederhana, (anak-anak
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
21
Sebagai misionaris, kami tidak memiliki harta material untuk dibagi-bagi tetapi hanya kehadiran kami yang nyata itulah harta sejati kami terutama dengan mereka yang menderita, dan yang berkekurangan dalam hal materi dan cinta atau kasih sayang. Kehadiran tersebut di satu sisi tidak hanya membuat mereka sadar bahwa Tuhanlah yang memberikan segalanya namun di sisi lain mereka menemukan bahwa kehadiran kami sebagai sahabat mereka untuk selalu memberi dukungan, arahan, jalan, motivasi, atau rasa hidup, itulah yang mereka dambakan dari kami para misionaris. Pengalamanku selama lima tahun di Negara Kamerun juga tiga bulan di Negara Chad membawa saya pada sebuah refleksi yang mendalam soal arti menjadi dan berada bagi orang lain. Kenyataan bahwa dari kedua negara tersebut terlihat angka kemiskinan yang paling tinggi, banyak pengangguran dan situasi hidup yang berat dan sulit. Namun demikian, dalam situasi tersebut mereka selalu terlihat bahagia dan gembira. Selain itu mereka selalu memiliki sesuatu untuk dimakan dan dibagi-bagikan di antara mereka yang menderita.
jalanan dan orangorang miskin) baik sewaktu di Indonesia maupun di Kamerun (Afrika Tengah) saya akhirnya memahami bahwa kebahagiaan mendasar manusia itu diukur dari kata ‘menjadi atau berada’.
22
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
Saya sendiri, juga para konfrater misionaris bersaksi tentang hal yang sama bahwa meskipun hidup mereka berat dan sulit tetapi mereka bertahan hi dup dan lebih dari itu bahwa kami para misionaris tidak pernah merasa kelapar an ketika hidup dan tinggal bersama mereka. Kebahagiaan mendasar sebagai seorang Misionaris Xaverian adalah berada dan menjadi saksi cinta Kristus di tengah orang-orang yang kehilangan cinta, harapan dan orientasi hidup.
PROFIL DIAKON
TERPANGGIL MENJALANI KEHIDUPAN MISIONER ama saya Yanuarius Yeremias Parung, atau biasa dipanggil Jimmy. Lahir di Ende (Flores), 8 Januari 1989. Saya anak kelima dari lima bersaudara. Nama orang tua: Bapa: Alm. Mathias Banggur dan Mama: Alm. Kristina Reminang. Pada umur 5 tahun (1994) menjalani tahap pendidikan awal di Taman KanakKanak Udayana, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Pada umur 6 sampai 11 tahun (1994-2000), menjalani masa pendidikan di Sekolah Dasar di 3 sekolah berbeda: dari kelas 1 sampai kelas 3 SD, menjalani pendidikan di Sekolah Dasar Onekore 1, Ende. Dari Kelas 4 sampai Kelas 5, menjalani pendidikan di Sekolah Dasar Katolik Santa Ursula, Ende. Mengakhiri masa pendidikan pada tahun keenam (2000) di SD Inpres Tenda, Ruteng, Flores, Nusa Tenggara Timur. Setelah menyelesaikan masa pendidikan di Sekolah Dasar, saya meneruskan tingkat pendidikan di Seminari Pius XII Kisol, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Di seminari ini saya belajar selama 6 tahun (sejajar dengan tingkat Sekolah Menengah Pertama/SMP dan Sekolah Menengah Atas/SMA). Setelah menjalani masa pendidikan 6 tahun di seminari, saya memutuskan untuk melanjutkan studi di Yogyakarta dengan perencanaan mengambil studi bahasa asing. Karena kedatangan saya
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
23
di Yogyakarta sedikit terlambat, maka saya untuk memutuskan menjalani kursus bahasa Jerman satu tahun, dengan pertimbangÂan akan melanjutkannya lagi di jenjang universitas. Pada kesempatan inilah saya menge nal Xaverian. Karena merasa terpanggil dengan kehidupan misioner, akhirnya saya memutuskan untuk menjadi kandidat misionaris Xaverian. Dan mulai pada tahun 2008, saya memulai perjalanan panggilan saya sebagai kandidat Xaverian di jenjang yang berbeda. Pada tahun 2008-2009 saya menjalani tahun Pra-Novisiat di Bintaro, Tange rang. Sebagaimana lazimnya dalam masa ini, saya diberi kesempatan untuk menjalani karya misioner di paroki-paroki di sekitar Jakarta. Selama satu tahun, saya menjalani kerasulan di dua tempat yang berbeda. Pertama di Sektor IX (Paroki Santa Maria Regina). Kedua di Paroki St. Stefanus Cilandak. Pada dasarnya, baik di Paroki Sta. Maria Regina maupun di Paroki St. Stefanus, saya mendalami iman bersama anak-anak bina iman.
24
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
PROFIL DIAKON
keempat, saya menjalani kerasulan di Universias Katolik Atmajaya, Jakarta. Pada tahun yang sama, saya menja lani kerasulan di Pojok Gus Dur (PBNU, Matraman). Pada tahun 2015, saya mendapat tugas untuk melanjutkan pendidikan teo logi di Mexico. Pada tahun pertama di Mexico, saya ditugaskan untuk mempel ajari bahasa Spanyol dan juga mengenal (sebagai langkah awal) budaya setempat. Setelah menjalani studi bahasa, tahun 2016 saya memulai menjalani studi teologi. Selama lima tahun di Mexico saya juga menjalani karya-karya kerasulan. Pada tahun pertama di Mexico, selain mempelajari bahasa Spanyol, saya juga diberi kesempatan untuk mengunjungi berbagai karya kerasulan dari para teologan Xaverian. Pada dasarnya, tempat kerasulan kami di Mexico, sangatlah bervariatif dan menjawabi kebutuhan para umat, mulai dari pendampingan untuk para katekumen di paroki-paroki, kursus Kitab Suci, kunjungan kepada orang sakit, karya pastoral untuk orangorang yang terpinggirkan, dan sebagai nya.
Pada tahun 2009-2010 saya menja lani masa Novisiat. Pada masa ini, saya juga menjalani kerasulan di dua tempat yang berbeda. Pertama di Graha Bintaro (Paroki Sta. Maria Regina) dan di Paroki Sta. Maria Tangerang. Tahun 2010-2014 menempuh pendidikan filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Selama empat tahun di rumah pedidikan filsafat, saya juga menjalani kerasulan di berbagai tempat yang berbeda. Pada Tahun pertama, saya membantu pelayanan suster-suster PPYK di Warakas. Di tahun kedua, saya mendalami iman kristiani bersama anakanak di paroki Kedoya. Di tahun ketiga, saya ikut membantu karya kerasulan dari teman-teman Putri Sion. Di tahun
Pada tahun kedua dan ketiga, saya ditugaskan di paroki yang dikhususkan untuk melayani orang–orang yang ter pinggir dan para transmigran dari negara-negara tetangga Mexico. Pada Tahun keempat dan kelima, saya ditugaskan untuk menjalani karya kerasulan di sebuah paroki yang sedang mempersiapkan calon baptis dan kegiat an kursus Kitab Suci. Pada November 2019, saya mengikrarkan kaul kekal kepada Tuhan melalui jalan hidup membiara dalam Serikat Xaverian. Pada tahun yang sama, bulan Desember, saya juga ditabiskan menjadi Diakon. Demikian kisah panggil an saya.
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
25
PROFIL DIAKON
TUHAN TIDAK BOSAN MEMANGGIL (BENAR MEMILIH, BUKAN ASAL PILIH, APALAGI SALAH PILIH)
ungguh merupakan sebuah anugerah yang tak terkira atas diri saya bahwasanya Tuhan memperkenankan saya mengambil bagian dalam misi-Nya mewartakan Kabar Gembira dengan cara istimewa; menjadi seorang imam Misio naris Xaverian. Ketika melihat kembali perjalanan panggilan saya sejak pertama kali tertarik menjadi imam hingga saat ini, saya tidak dapat memungkiri bahwa hanya karena Kasih Tuhanlah saya bisa teguh ‘berdiri’. Sebelum melanjutkan, saya mau memperkenalkan diri. Nama saya Handrianus Masri (Rian), buah hati pertama dari pasangan Bapak Matheus Habat dan Ibu Maria Surya. Saya mempunyai dua saudara, Ephifanius Paloti dan Eugenius Besli. Saya berasal dari bumi nusantara bagian timur, tepatnya di Manggarai Timur, Flores. Ketertarikan saya menjadi seorang imam bermula ketika saya aktif menjadi putera altar pada hampir setiap hari Minggu. Saat itu saya masih duduk di bangku kelas IV SD. Saya bersyukur juga karena saya dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga Katolik yang bersahaja. Kebiasaan hidup doa bersama dalam keluarga yang ditanamkan oleh kedua orang tua saya turut membantu menyemai bibit panggilan dalam hati saya. Keinginan saya menjadi imam dan ikut tes masuk SMP seminari sangat didukung oleh kedua orang tua dan guru-guru saya di SD. Saya mengikuti
26
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
tes masuk SMP seminari dan syukur kepada Tuhan saya lulus. Akan tetapi saya bertahan cuma satu tahun. Setelah meninggalkan seminari saya melanjutkan kelas 2 sampai kelas 3 di SMP Katolik. Keinginan untuk masuk kembali ke seminari saat itu sudah mulai pudar. Entahlah, Tuhan punya kehendak yang kadang hadir dengan cara sederhana dan tak diduga. Saya masih ingat persis, saya mengikuti tes masuk SMA seminari waktu itu hanyalah sebuah kebetulan. Kebetulan karena jatuh pada hari Senin yang mana mata pelajarannya sangat membosankan. Saya memilih ikut masuk tes masuk seminari daripada mengikuti les. Tak disangka saya lulus. Akan tetapi aral lagi-lagi menghadang di tahun kedua SMA seminari, saya keluar. Peng alaman keluar dari seminari untuk kali yang kedua ini toh tidak membuat saya
kapok atau mengubah haluan. Sepertinya Tuhan tidak pernah bosan memanggil dan tidak peduli dengan kelemahan saya. Dia malah justru menguatkan hasrat hati saya dan tetap memanggil saya untuk menjadi pelayan-Nya. Setelah tamat SMA, saya mengikuti animasi panggilan Serikat Xaverian, dan pertama kali bertemu dengan P. Ciroi Rodolfo, SX dan P. Rony Harum, SX (saat itu masih frater sedang belajar di Kame run). Ketika saya mengutarakan niat saya untuk masuk kembali ke seminari, ibu saya sepertinya tidak menolak sedikit pun atas pilihan saya, tetapi ayah saya sedikit tidak setuju. Betul seperti kata orang ‘di mana ada kemauan di situ ada jalan’. Ayah akhirnya mendengarkan
BIODATA
HANDRIANUS MASRI 01 Maret, 1988 1994-2000 2000-2003 2003-2007
Lahir di Lengko Elar, Manggarai Timur- Flores, Nusa Tenggara Timur. Sekolah Dasar Katolik (SDK) Mano II, Manggarai Timur- Flores SMP St. Fransiskus Xaverius, Ruteng – Manggarai SMA Seminari Yohanes Paulus II dan SMAK St. Ignatius Loyola, Labuan Bajo- Manggarai Barat Tunas Xaverian- Yogyakarta Pranovisiat - Novisiat di Wisma Xaverian, Bintaro – Jakarta (Sambil menjalankan kerasulan di Sektor 8-Bintaro, Paroki Sta Maria Regina- Bintaro, Paroki Sta. Maria-Tangerang dan Stasi Kampung Pulo-Cilandak) Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara – Jakarta – Indonesia (Menjalankan kerasulan di Cilincing mengajar anak-anak SD di Poncol, Mendampingi BIR di paroki St. Andreas Kedoya, Mengajar di SMAN 45 Kelapa Gading-Jakarta Utara, Mendampingi para katekumen di BINUS dan UNTAR, dan Dialog Antar-agama di Abdurrahman Wahid Center, Universitas Indonesia-Depok. Belajar Bahasa Inggris di komunitas Teologi Internasional SX di Manila
2007-2008 2008-2010 2010-2014 2014-2015
2015-2016
Studi Teologi (Tingkat I) di Loyola School of Theology (LST), Ateneo de Manila University-Philippines 2016-2017 Menjalakan masa Pastoral di St. Francis Xavier Parish- Maligaya, Quezon City, Manila. 2017-2020 Melanjutkan Studi Teologi di LST (tingkat II-IV) 29 Juni 2019 Kaul kekal di Paroki St. Francis Xavier-Maligaya, Quezon City 01 Desember 2019 Ditahbiskan Diakon di gereja Paroki St. Francis Xavier, Maligaya-Quezon City.
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
27
keinginan hati saya. Saat itu saya cukup yakin bahwa Tuhan yang memilih untuk memanggil saya, saya hanya menjawab panggilan-Nya. Setelah mengikuti tes, saya akhirnya diterima sebagai calon Misionaris Xaverian. Perjalanan panggilan saya mungkin terbilang unik dan tak biasa. Setelah tamat SD saya masuk seminari, cuma bertahan 1 tahun lalu keluar pindah ke SMP Katolik, masuk lagi SMA seminari dan hanya bertahan 2 tahun, namun setelahnya keluar lagi. Semua ini bagian dari lika-liku jawab an “YA” saya kepada Tuhan. Bukan karena saya ‘gemar’ atau punya ‘hobi’ masuk dan keluar seminari. Pengalamanpengalaman itu justru mendewasakan saya untuk benar memilih, bukan asal pilih apalagi salah pilih. Pengalaman itu membuat saya sedikit demi sedikit memahami arti jawaban atas panggilan hidup yang Tuhan percayakan. SX menjadi tambatan hati saya yang terakhir. Perjalanan masa pendidikan menjadi saat-saat yang penuh rahmat. Saya dibentuk “seperti tanah liat di tangan tukang periuk” (Yer. 18:61). Saya mengalami kehadiran Tuhan yang nyata lewat kehadiran para formator,
28
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
komunitas, para frater dan sahabat yang dengan caranya masing-masing turut membantu membentuk saya. Saya juga bangga menjadi seorang Xaverian yang punya kekhasan dan berbeda dari yang lain. Tentu saja ini terletak pada unsur kekeluargaan yang berpanjikan moto “menjadikan dunia satu keluarga” dan misi “mewartakankan Kristus kepada orang yang belum mengenal Kristus” yang menjadi warisan St. Guido Conforti pendiri Serikat Xaverian. Akhirnya, moto hidup dari almarhum P. Aniceto Morini, SX selalu saya simpan dalam hati dan coba hidupi dalam perjalanan panggian saya: “Donec Formetur Christus in me, sampai Kristus terbentuk dalam diri saya (bdk. Gal 4:19). Ini menandakan perjalanan iman dan panggilan saya akan selalu berada dalam proses pencarian. Satu keyakinan saya, saya tidak berjalan sendiri. Terima kasih untuk semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah dan akan selalu mengambil bagian dalam perjalanan panggilan saya sebagai seorang imam Misionaris Xaverian. Terima Kasih.
PROFIL DIAKON
PERJALANAN PANGGILAN aya, Erik Tjeunfin, dilahirkan pada 17 July 1988 di Oelneke, Nusa Tenggara Timur. Saya anak bungsu dari lima bersaudara. Seperti anakanak desa pada umumnya, saya menikmati masa kecil saya dengan tinggal bersama keluarga, bermain dengan teman-teman, menjual kue, dan mengambil kayu bakar di hutan. Saat bersekolah di SDK Oeolo II (19942000), saya mempunyai dua cita-cita yakni menjadi guru dan imam. Awal panggilan saya untuk hidup membiara dimulai de ngan keinginan untuk memakai jubah putih. Keinginan tersebut semakin berkembang saat saya melibatkan diri dalam beberapa kegiatan gereja dan melanjutkan pendidikan saya di SMPK Putri St. Fransiskus Xaverius, Kefamenanu (2000-2003). Saat di SMA Seminari Menengah Lalian, Atambua (20032007), saya diperkenalkan dengan beberapa kongregasi yang berkarya di Timor, sayangnya saya kurang tertarik. Saya lebih memilih Serikat Xaverian (SX) yang berkarya di Jawa dan hanya dikenal lewat sebuah majalah. Orang tua saya sempat tidak menyetujui, akan tetapi saya berusaha untuk meyakinkan dan pada akhirÂnya mereka menyetujui pilih an saya. Pada bulan Agustus, 2007, saya memulai formasi pendidikan di SX, tepatnya di Tunas Xaverian, Yogyakarta. Selain menjalani hidup komunitas, doa, dan belajar, saya juga mendapat tugas kerasulan untuk menjadi pendamping iman anak di Lingkungan Banteng Baru, Paroki Kelurga Kudus dan Paroki St. Antonius de Padua, Kota Baru,
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
29
Yogyakarta. Setelah itu, saya melanjutkan masa pembinaan di pranovisiat and novisiat SX di Bintaro, Tangerang Selatan (2008-2010). Di sana, saya mendapat bimbingan yang sangat bagus dalam hal perubahan gambaran tentang diri saya,
orang lain, dan Allah dan juga pemurnian motivasi. Saya juga diperkenalkan tentang kehidupan Xaverian; dalam hal ini pendiri, misi, spiritualitas, dan lainlain. Bagi saya, masa-masa ini sangat berkesan karena membentuk fondasi
BIODATA
ERIK TJEUNFIN 17 Juli 1988 1994-2000 2000-2003 2003-2007 2007-2008 2008-2010 1 Juli, 2010 2010-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2020 29 Juni, 2019 01 Desember 2019 Januari-Mei 2010
: Lahir di Oelneke, Nusa Tenggara Timur (NTT) : SDK Oeolo II, NTT : SMPK Putri St. Fransiskus Xaverius, Kefamenanu, NTT : SMA, Seminari Lalian, Atambua, NTT : Tunas Xaverian, Jogjakarta : Pranovisiat-Novisiat, Bintaro, Tangerang : Kaul Pertama di Novisiat SX, Jakarta : STF Driyarkara/Skolastikat SX, Cempaka Putih Raya, Jakarta : Kursus Bahasa Inggris, Komunitas St. Conforti, Filipina : Loyola School of Theology, Ateneo De Manila, Filipina : Kursus bahasa Tagalog & TOM di Our Lady of Guadalupe Parish, Marikina, Filipina : Loyola School of Theology, Ateneo De Manila, Filipina : Kaul kekal, St. Francis Xavier Parish, Filipina : Tabisan diakonat, St. Francis Xavier Parish, Filipina : Praktik diakonat di St. Francis Xavier Parish, Filipina
TEMPAT-TEMPAT KERASULAN 2007 2009 2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015- 2016 2016-2017 2017-2018 2018-2019 2019-2020
30
Pendamping Bina Iman Anak (BIA) di Lingkungan Banteng Baru, Gereja Kel. Kudus Banteng Baru, Yogyakarta dan Gereja St. Antonius Padua, Kota Baru, Yogyakarta Pendamping BIA di Gereja St. Thomas Rasul Bojong Indah, Jakarta Barat dan Gereja St. Matius Penginjil, Bintaro, Tangerang Pendamping BIA di Gereja St. Stefanus Cilandak, Jakarta Selatan dan di lingkungan Sektor 8, Gereja St. Matius (Gereja St. Maria) Jakarta selatan Mendampingi anak-anak jalanan di Perempatan Cocacola dan anak-anak di Pedongkelan, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Menjadi Pendamping Iman di SMP Tarakanita, Rawamangun dan volunter di Bimbel KANCIL, Komunitas Putri Sion, Kramat Kwitang, Jakarta Pusat. Mendampingi para katekumen di Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat. Menjadi volunteer di Wahid Institute (Dialog Antar Agama), Jakarta dan mendampingi anak-anak di Cilincing, Jakarta Utara Mendampingi Orang Muda Katolik (OMK) di lingkungan Calamancian - St Francis Xavier Parish, Novaliches - Philippines Pendamping iman untuk OMK, St Antony de Padua – St Francis Xavier Parish, Novaliches - Philippines Tahun Orientasi Missioner di Our Lady of Guadalupe Parish, Marikina -Philippines Pendamping iman untuk OMK di Lingkungan St.Conforti Chapel – St Francis Xavier Parish, Novaliches – Philippines dan volunter di Komunitas Charity Brothers untuk orang-orang berkebutuhan khusus Pendamping iman untuk OMK di Lingk. Boenavista dan Malipaka - St Francis Xavier Parish, Novaliches – Philippines dan volunter di Guanela Center (anak-anak spesial). Melayani di penjara di Quezon City -Philippines.
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
PROFIL DIAKON
panggilan saya. Saya sangat bersyukur bisa mendapatkan formasi yang sa ngat baik. Selain berdoa, belajar, hidup bersama, saya juga dipercayakan untuk menjalani kerasulan sebagai pendam ping iman anak di Gereja St. Thomas Rasul, Bojong Indah, Jakarta Barat; Gereja St. Matius Penginjil, Bintaro, Tangerang Selatan; dan Gereja St. Stephanus Cilandak, Jakarta Selatan. Kegiatan ini sangat bermanfaat karena membentuk sema ngat misioner saya dalam memberikan pendampingan, berkolaborasi dengan orang lain. Sarana transportasi yang saya gunakan: sepeda; sehat sekaligus penuh tantangan. Setelah mengikrarkan kaul pertama pada 1 Juli 2010, saya melanjutkan pembinaaan di Skolastikat Xaverian, Cempaka Putih Raya, Jakarta Pusat, untuk belajar filsafat dan teologi di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (20102014). Banyak hal-hal yang menarik dan tantangan yang saya dapatkan dalam masa tersebut, misalnya dalam hidup berkomunitas, rohani, sekolah, kerasulan, keluarga, dan sebagainya. Dalam masa tersebut, saya dibentuk untuk menjadi pribadi yang dewasa dan menjiwai misi dan spiritualitas Xaverian. Di tahap tersebut, saya mengalami pengalaman yang sangat menarik yakni semangat kekeluargaan dan perubahan ‘image’ saya tentang imam. Hal ini terjadi karena saya menyaksikan dari hidup para pastor yang memberikan kesaksian hidup yang sederhana dan melayani dan ‘gaya hidup’ Xaverian yang dihidupi
oleh kami dalam komunitas. Selain kuliah, saya juga menjalankan kerasulan di beberapa tempat seperti, mendampingi anak-anak (jalanan) di perempatan Coca Cola, Cempaka Mas dan Pedongkelan, Sekolah Kancil-Putri Sion, Kramat Kwitang, dan di anak-anak Cilincing yang dikumpulkan oleh para suster Putri Kasih. Saya juga menjadi pembina iman remaja di SMP Tarakanita,Rawamangun dan mendampingi para katekumen di Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat. Selain itu, saya menjadi volunter di Wahid Institute. Selanjutnya, setelah menamatkan kuliah di Jakarta, pada pertengahan 2014, saya diutus bersama Rian (Handrianus Masri) dan Tatno (Antonius Sutatno) untuk belajar teologi di Manila (2014-2020). Pengalaman hidup dengan para Xaverians (frater dan pastor) dari berbagai negara dan kuliah teologi di luar negeri adalah sesuatu yang sangat menarik dan menantang. Saya mengapresiasi isi dan kegiatan kuliah saya di Loyola School of Theology, Ateneo de Manila University selama 4 tahun. Selain kuliah yang menggunakan bahasa Inggris, saya juga menjalankan pastoral dengan terlebih dahulu belajar lagi bahasa Tagalog. Beberapa kegiatan kerasulan saya adalah sharing Kitab Suci di beberapa lingkungan dari paroki Xaverian, Our Lady of Guadalupe Parish, Marikin, dan sebagai pendamping iman para remaja di beberapa lingkungan di St. Francis Xavier Parish, Novaliches. Saya juga menjadi volunter untuk mendapingi orang-orang dan anak-anak berkebutuhan khusus di Bothers of Chari ty dan Guanella Center dan juga saya melayani di penjara, Quezon City Jail. Akhirnya, pada 29 Juni 2019, saya mengikrarkan kaul kekal dalam keluarga Xaverian dan pada 01 Desember 2019, saya menerima tahbisan diakonat di Paroki Xaverian, St. Francis Xavier Parish dan di Paroki yang sama, saya menja lani masa praktik diakonat dalam situasi Covid-19.
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
31
TAHUN YUBILEUM SERIKAT XAVERIAN (02 juni 2020 - 02 Juni 2021)
Surat Direksi Jendral kepada para Konfrater
PANGGILAN KITA TIDAK MUNGKIN LEBIH AGUNG DAN LEBIH MULIA LAGI Kesimpulan «Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami» (2 Kor. 4:6-7). Karena rahmat ilahi belaka, kita adalah penjaga suatu anugerah yang agung: membawa Yesus Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya. Mons. Conforti menghendaki supaya anugerah ini disam-
32
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
INFO XAVERIAN
but dan dihayati oleh anak-anaknya «sekarang dan di masa yang akan datang» melalui pengikraran kaul-kaul hidup bakti (SW 2). Inilah panggilan khusus Xaverian. Perayaan tahun yubileum, seratus tahun dari pengesahan Konstitusi pertama, mengajak kita secara mendesak memperkuat keterlibatan misioner ad gentes dan ad extra dalam takdisan religius yang telah kita ikrarkan di hadapan Allah di dalam Gereja. Supaya kita melanjutkan karya evangelisasi yang telah dipercaya kan kepada kita, mutlak ya kita, yang meyakini siapa kita di dalam Gereja, dan percaya akan janji Tuhan. Mari kita mengiakan perkataan Santo Yohanes Paulus II:
«Zaman kita ini, dengan bangsa manusia yang terus bergerak dan mencari, menuntut suatu dorongan baru dalam karya misioner Gereja. Cakrawala-cakrawala dan kemungkinankemungkinan misi melebar, dan kita, orang kristiani didesak memiliki keberanian apostolik, yang berlandas pada kepercayaan kepada Roh. Dialah pelaku misi!» (RMi 30). 74. Kita sedang menyaksikan suatu perubahan zaman yang terutama menuntut kita mengambil dua sikap. Pertama-tama, kesetiaan kepada panggilan spesifik Tuhan terhadap masing-masing kita, yang menjadikan kita bangga atas panggilan yang telah kita terima. Yang kedua, kepekaan terhadap kenyataan; suatu kepekaan yang menyangkut kreativitas dan kejernihan profetis supaya mampu menanggapi tanda-tanda zaman yang sedang muncul dan seharusnya mendikte ‘jadual harian’ misi ad gentes dan ad extra Gereja zaman ini. Maka, kita butuh mengembangkan dalam diri kita suatu visi kontemplatif tentang dunia ini yang diciptakan
dan dicintai Allah, dan sekaligus kita membutuhkan suatu kepatuhan yang sungguh-sungguh kepada bisikan Roh, yang seperti bunyi angin sepoi-sepoi basa (bdk. 1 Raj 19: 9-13). Dan segala ini dihayati oleh Xaverian-Xaverian yang memiliki kepribadian yang kaya kemanusiaan. Mari kita mengucapkan satu sama lain: selamat Tahun Yubileum yang su bur! Salam persaudaraan.
«Semoga Tuhan kita Yesus Kristus dikenal dan dicintai oleh semua orang! » Santo Guido M. Conforti dan Santo Fransiskus Xaverius, doakanlah kami!
Para konfrater Direksi Jendral Fernando García Rodríguez sx Mario C. Mula sx Eugenio Pulcini sx Fabien Kalehezo T’chiribuka sx Javier Peguero Pérez sx Roma, 2 Juli 2020 Permulaan Tahun Yubileum Xaverian 2020 - 2021
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
33
Foto bersama Profesi Pertama Novis Angkatan XXXII di Wisma Xaverian, Bintaro.
DICARI:
Anak-Anak Terbaik dari Keluarga Terbaik! Ketika para uskup Indonesia mengadakan kunjungan ad limina ke Roma, mereka menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu Kuria Roma na yaitu mengunjungi Kongregasi untuk Tarekat Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan. Dalam kunjungan ini para uskup Indonesia mendapat apresiasi karena termasuk lima negara besar yang menyumbang jumlah imam, bruder dan suster. entu saja bagi kita yang mende ngar pujian yang datang langsung dari Vatikan ini merupakan sebuah kegembiraan dan penghormatan yang luar biasa, apalagi mengingat bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Jumlah umat Katolik Indonesia hanya sekitar 3% saja. Prestasi ini tentu saja sesuatu yang sangat membanggakan. Jumlah umat Katolik Indonesia tidak begitu banyak namun mempunyai keberanian untuk menyumbangkan putra-putrinya untuk Gereja. Dari sudut
34
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
pandang statistik, para religius di Indonesia saat ini merupakan penyumbang terbesar dalam beberapa tarekat dari luar negeri yang berkarya di Indonesia. Namun dengan makin bertumbuhnya kualitas hidup dalam bidang ekonomi, studi, pembangunan yang makin merata di seluruh tanah air, kenyamanan fasilitas yang mulai dirasakan oleh semua orang, teknologi yang makin berkembang dan menjanjikan penghidupan yang cerah, serta berbagai perkembangan lainnya yang menawarkan kenyamanan dan
INFO XAVERIAN
Penampilan para Novis dalam vokal grup di Wisma Xaverian, Bintaro.
stabilitas dalam hidup di masa depan, maka muncul pertanyaan yang menggelitik ini: sampai kapan Gereja Indonesia dapat mempertahankan prestasi ini? Mempertimbangkan situasi dalam dunia pendidikan para imam dan religius, ternyata jumlah calon dari Indonesia yang mau membaktikan diri menjadi anggota hidup bakti mulai menurun secara perlahan. Jumlah seminaris yang masuk dan menyelesaikan jenjang pendidikan mulai berkurang. Sudah sangat bersyukur bila ada 20% saja yang menyelesaikan program pembinaan mereka dan membaktikan diri sepenuhnya dalam kehidupan imamat dan religius. Kalau hal ini tidak disikapi dengan cermat bukan tidak mungkin bahwa situasi ini bisa terbalik. Gereja Katolik di Indonesia pun juga bisa memasuki masa krisis panggilan seperti yang sudah di alami oleh banyak negara di belahan dunia barat. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Ada 2 kelompok utama yang
perlu berperan aktif untuk tetap menggiatkan lahirnya panggilan-panggilan baru di masa depan. Pertama adalah keluarga. Keluarga adalah dasar dari semua kehidupan bermasyarakat termasuk Gereja. Istilah yang umum digunakan adalah Keluarga sebagai Gereja rumah tangga (ecclesia domestica). Penyebab utama kurangnya panggil足 an hidup bakti saat ini tentu saja adalah manusianya, dalam arti berkurangnya orang-orang yang ingin membaktikan diri untuk hidup bakti. Keberhasilan program dua anak cukup telah menekan laju pertumbuhan penduduk serta makin meningkatkan kualitas hidup banyak keluarga di Indonesia. Hanya saja, jumlah umat Katolik tetap stabil dan makin sedikit juga mereka yang bersedia untuk mempersembahkan dirinya kepada Allah sebagai imam atau religius. Menyikapi hal ini, para orang tua diharapkan untuk sejak dini meng足 u足ng足kapkan keprihatinan ini kepada anak-anak mereka sekaligus berusaha
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
35
untuk memperkenalkan dan mendorong mereka untuk mau membaktikan diri mereka menjadi anggota hidup bakti. Semoga tidak terjadi bahwa para orang tua yang sudah mengetahui menurunnya jumlah orang yang mau bergabung menjadi imam atau religius, mereka justru melarang anak-anaknya untuk bergabung di dalamnya. Semoga tidak terjadi bahwa orang tua menjadi peng halang bagi Allah yang memanggil anak-anak yang telah dianugerahkan kepada mereka. Gereja adalah tanggung jawab kita bersama. Masa depan Gereja, kualitas para imam dan religius di dalam Gereja juga tergantung pada pendampingan orang tua terhadap anak-anak. Pendampingan ini terwujud melalui pendidikan iman dasar serta keteladanan. Tidak cukup hanya mempercayakan pendidikan agama anak-anak kepada para guru agama di sekolah, maupun para katekis di paroki masing-masing. Semua sarana itu hanyalah pelengkap dari pendidikan agama di rumah. Tugas ini mengandaikan bahwa para orang tua hendaknya mempunyai bekal pengetahuan iman yang cukup dalam pendampingan kepada anak-anak mereka serta memberikan teladan berdoa bersama, membaca kitab suci dan berbagi peng alaman iman bersama di rumah. Mari kita ingat bahwa buah tidak pernah jauh dari pohonnya. Demikian orang tua, demikian pula anaknya. Oleh sebab itu, semoga tidak terjadi bahwa kita meng harapkan memiliki imam atau religius yang baik, kalau sejak dini anak-anak tidak mendapatkan pembinaan dan keteladanan yang baik. Kelompok kedua yang memegang peranan penting adalah para imam dan religius itu sendiri. Mereka juga perlu merefleksikan kehadiran mereka di te ngah-tengah umat terutama orang muda saat ini. Jangan sampai bahwa salah satu faktor yang membuat menurunnya jumlah panggilan saat ini adalah kare-
36
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
na gaya hidup yang terpisah jauh dari umat, pembawaan yang selalu murung, suka marah-marah, atau tertutup dan mengurung di kamar, ketidakmampuan untuk berdialog dengan orang muda atau bahkan keteladanan hidup mereka yang kurang meyakinkan. Untuk apa saya menjadi imam atau religius bila masa depanku nanti seperti itu? Cara hidup mereka yang tidak lagi menarik bagi orang muda menjadi tanda tumpulnya kesaksian hidup Injili di te ngah-tengah Gereja. Tidak ada bedanya kehidupan imam dan religius dengan kehidupan seorang single atau berkeluarga yang membahagiakan lainnya. Dengan kata lain kaum imam dan tertak dis sudah kehilangan “keradikalannya” di dalam aspek kesaksian hidup mereka. Oleh sebab itu, marilah kita doakan ketika anak-anak melangkahkan kaki mereka ke seminari menengah, ke tahun rohani atau ke novisiat. Perjalanan mereka masih panjang. Niat tulus mereka di awal perjalanan ini masih perlu diuji kesungguhannya dengan berbagai macam pengalaman. Kalau mereka gagal, hendaknya keluarga menerima mereka kembali di rumah apa adanya. Kalau mereka berhasil, marilah kita berdoa agar mereka tetap setia kepada anugerah Allah yang telah dipercayakan kepada mereka sampai akhir. Dengan demikian, marilah kita -para Romo, Suster, Bruder dan keluarga-keluarga muda-, bersama-sama membangun Gereja kita di masa depan mulai dari sekarang. (Rm. Yonas, SX-Tim Animasi SX).
INFO XAVERIAN
TO BE XAVERIAN
St. Guido Conforti bersama para Misionaris.
Pada tahun ini secara khusus keluarga besar Misionaris Xaverian mempe ringati 125 tahun pengesahan peraturan-peraturan dasar yang memberi bentuk model kehidupan bagi para anggotanya. Inilah saat yang sangat tepat untuk merenungkan kembali semangat awal dan mengambil titik pijak yang diperbarui dengan kharisma dan cita-cita pendiri. Beberapa kekhasan yang terlihat dalam perjumpaan yang hidup dengan para Misionaris Xaverian, bisa dikenali beberapa karakter berikut ini:
Totalitas untuk karya misi eminari misi St. Guido Conforti dibuka oleh Uskup Parma, Mgr. Francesco Magani pada 3 Desember 1895, kemudian sebagai kongregasi religius untuk misi-misi di luar negeri di tingkat Keuskupan pada 3 Desember 1898. «Decretum Laudis»
kemudian menyusul disahkan Kongregasi Propaganda Fide pada tanggal 4 Maret 1906. Konstitusi dari Institut untuk karya misi di luar negeri ini dieksaminasi kemudian oleh Prefek Hidup Bakti dan memperoleh pengesahan pada tahun 1921, yang menempatkan keberadaan Institut ini dibawah naungan Kongregasi Propaganda Fide. Peraturan dan Norma dasar dari seminari misi yang didirikan Guido Conforti pada mulanya serupa dengan sebuah seminari diosesan. Bahkan di tahuntahun awal, tempat pendidikan para frater maupun para pendampingnya juga masih berasal dari Seminari Tinggi Keuskupan Parma. Hal mendasar yang membedakan antara para seminaris dio-
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
37
sesan dan seminaris misi adalah tujuan pembinaannya. Bagi para seminaris diosesan, mereka diminta untuk secara total mengabdi kepada pengembangan umat Allah di Keuskupan, sementara bagi para xaverian, tujuan tunggal dan eksklusifnya untuk karya misi apostolik terutama mereka yang belum mengenal Yesus Kristus. Perjalanan konstitusional yang cukup panjang dan alot dilatarbelakangi oleh kekhasan tidak lazim yang ditawarkan oleh Sang Pendiri, St. Guido Conforti, sebagai Uskup Agung di Ravenna kemudian Parma. Kekhasan itu berupa kehidupan imamat misioner yang dikombinasikan dengan kehidupan religius dengan kaul-kaul Injili. Hal ini sulit diterima pada waktu itu karena dua bentuk kehidupan ini memiliki karakter dan jalan hidup yang berbeda. Kita patut bersyukur bahwa Konsili Vatikan II telah memberikan angin pembaruan yang menyejukkan di dalam Gereja sehingga saat ini hal itu menjadi hal yang lazim. Pertanyaannya, mengapa St. Guido Conforti berani menganyam dua jalan hidup ini menjadi satu tenunan dalam diri para misionarisnya? Ia tentu sangat berharap agar para misionaris itu ber karya di dunia dengan mempersembahkan karya-karya terbaik mereka untuk membawa terang ke dalam dunia, memperkenalkan Yesus Kristus kepada mereka yang masih tinggal dalam kegelapan kesesatan dan bayangan maut, serta sekaligus membaktikan diri mereka seutuhnya dengan terlibat dalam karya keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus. Karya-karya yang baik harus disertai dengan pembaruan spiritual, pertobatan diri terus menerus dalam kepekaan membaca tanda-tanda zaman yang berubah. Di sinilah seorang xaverian diharap kan untuk bersedia berjalan bersama dengan Yesus Kristus di dalam sejarah. Hal ini menuntun pembaruan karya dan
38
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
St. Guido Conforti
kata terus menerus agar pewartaan Injil kepada mereka yang belum mengenal Yesus Kristus menemukan bentuk-bentuk yang konkret dan aktual. Katekese yang kokoh, dialog kehidupan dan pewartaan, merintis dan mengembangkan sebuah komunitas umat Allah menuju kemandirian, siap sedia melepaskannya ketika komunitas sudah menjadi dewasa, pengembangan paroki dan pemantap an «sensus ecclesiae» -rasa memiliki pada Gereja», percaya sepenuhnya pada Penyelenggaran Ilahi dengan tidak memiliki aset dan jaminan pribadi, siap pergi kapan saja dan kemana saja Gereja mengutus adalah beberapa ungkapan khas dari totalitas misi.
Kesiapsediaan untuk diutus Pergi, meninggalkan dan berpisah adalah kelompok kata yang tidak kita sukai, karena membawa kesan yang sedih. Namun inilah realitas dan tantangan yang harus kita hadapi semua. Suatu saat, seorang anak pun akan meninggalkan rumah dan mulai tinggal di kost untuk kuliah di luar kota. Suatu saat mereka pun akan pamit pada orang tuanya dan mulai membangun bahtera kehidupan berkeluarga.
INFO XAVERIAN
Saat keterpisahan menjadi tidak enak karena kita dituntut untuk meninggalkan kenyamanan. Demikianpun para misionaris xaverian diundang untuk siap meninggalkan segala fasilitas yang membuat dia nyaman demi sebuah cita-cita ideal yang diperintahkan oleh Yesus Kristus kepada para muridNya: “Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala mahluk!” (Mk 16:20). Bagi para xaverian, ini adalah sebuah imperatif, sebuah perintah yang harus dilaksanakan. Maka selama masa pembinaan, para frater sudah mulai dibekali, dilatih, ditempa untuk berani meninggalkan kenyamanan dan menempatkan diri mereka dalam karya misi dan perutusan Gereja. Mereka diajak untuk makin berkembang dalam kedewasaan pribadi, makin matang dalam relasi dengan Allah dan makin siap sedia untuk menjadi pelayan Gereja dengan memberikan kualitas terbaik dalam ber bagai bentuk pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Dasar kesiapsediaan maksimal ini belajar dari Yesus Kristus sendiri, «yang walaupun dalam rupa Allah tidak meng anggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia» (Fil 2:6-7). Allah yang maha sempurna berinkarnasi dan menjadi sangat terbatas dalam kerapuhan kemanusiaan. Bagaimana dengan kita? Kerap orang mengatakan: untuk apa pergi jauh-jauh bahkan sampai mengambil resiko nyawa sendiri, kalau di sini saja orang Katolik masih minoritas? Pertama, hal yang perlu diwaspadai saat ini adalah mengendornya semangat berkorban diantara orang muda, juga para imam dan religius. Hal ini menjadi peringatan serius bagi masa depan Gereja yang bercita-cita makin membumi. Kedua, tindak misioner Gereja universal itu tidak berdasar pada kuantitas, melainkan kualitas hidup umat
beriman. Tantangan kehidupan di Eropa yang konon mayoritas kristiani itu juga tidak semudah berpastoral di Indonesia dimana kita masih minoritas. Ketiga, pembaptisan yang kita terima merupakan buah kesaksian dari Gereja melalui orang-orang di sekitar kita. Gereja Katolik di Indonesia ada karena buah karya para misionaris yang datang ke tanah air. Mi salnya, pelagianisme orang-orang saleh maupun superfisialitas kaum gnostik baru yang menciptakan budaya light christian merupakan tantangan yang sangat aktual. Kemudian, apakah Mk 16:20 menjadi tidak berlaku lagi kalau semua bangsa di bumi sudah dibaptis? Tentu tidak. Rasa syukur akan anugerah baptis itu hendak nya justru makin mendesak kita untuk pergi dan memberi kesaksian tentang iman yang kita yakini dengan sungguh, bahkan sampai ke ujung dunia! Kita menyadari bahwa menjadi misionaris xaverian itu bukan panggilan untuk semua orang. Tantangan untuk pergi meninggalkan rumah tercinta, orang-orang terkasih, makanan kesukaan, kenyamanan relasi dan fasilitas di dae rah sendiri itu memang ditawarkan untuk semua, namun setiap orang memiliki kharismanya sendiri-sendiri seturut de ngan kedalaman relasinya dengan Allah. Dengan demikian, perjalanan kita untuk mencari kehendak Allah itu tidak pernah berhenti karena perputaran dunia terus menuntut suatu kesiapsediaan hati untuk berkorban.
Misionaris dan Religius Mempersembahkan buah dengan pohonnya. Inilah inti pokok perjuangan Guido Conforti dalam pengesahan Konstitusi pertama Serikat Xaverian. Apakah manfaatnya kaul-kaul religius bagi karya misioner diantara orang-orang yang tidak beriman menurut pemikiran St. Guido Conforti? Kaul berarti penyerahan diri secara total dari seseorang demi sebuah ideal
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
39
kehidupan. Dengan kaul religius, seseorang itu memutuskan untuk tinggal bersama dengan Allah dan bersembunyi di jalan kerendahan hati bersama dengan Yesus Kristus yang tersalib. Ia memutuskan segala ikatan dan belenggu harta duniawi dan bahkan relasi afektif dengan orang-orang yang paling dikasihinya. Ketika St. Guido Conforti mendirikan seminari khusus untuk misi di Parma, ia tidak menerima para kandidat yang ingin membuat jenjang karier gerejawi. Maka, ketika kaul untuk misi diperkaya dengan kaul-kaul religius, seorang misionaris itu diajak untuk tinggal bersama dengan Allah, menggantungkan hidup sepenuhnya kepada Allah dan menjalankan tugas perutusannya de ngan segenap hidup dan matinya. Tidak hanya kehidupan yang akan memberikan kesaksian perutusannya, melainkan kematiannya pun juga akan terus menggemakan kehidupan yang telah dijalaninya. Pada zaman dahulu ketika seorang misionaris berangkat, sungguh-sungguh hari itu merupakan hari yang tidak dapat terlupakan bagi keluarga. Mengapa? Karena keberangkatannya itu adalah sebuah keberangkatan definitif, tidak pernah akan kembali. Ia tidak menuntut cuti tiga tahun sekali seperti sekarang ini, karena menyadari bahwa hidupnya
40
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
sudah dipersembahkan kepada Allah.
Menjadikan dunia satu keluarga Barangkali ini sebuah utopia yang entah kapan akan terwujud. Tantangan di lapangan tidak mudah. Di tengah maraknya isu rasisme dan sektarian yang makin berkembang dalam konteks global dimana dunia serasa menjadi seperti kampung, bumi terasa makin menjadi kotak. Migrasi ke dunia digital semakin memberikan PR besar bagi kita untuk memahami siapakah aku, siapakah sesamaku dan kemana kita akan pergi. Orang makin tersekat-sekat berdasarkan hobi yang sama, ide yang sama, bakat yang sama, pola hidup yang sama, asal daerah yang sama, agama yang sama, parpol yang sama dst. Media sosial makin memfasilitasi hal ini. Meskipun bisa diambil makna positif dan membantu perkembangan diri, kepribadian dan komunitas, kehadiran kampung digital ini masih menyisakan tantangan sosial yang tidak mudah. Inilah tantangan yang memberi kesempatan untuk berkembang bagi para misionaris, yang hadir sebagai simbol persaudaraan universal. Kita menjadi keluarga karena kita disatukan oleh Yesus Kristus. (tim animasi SX)
INFO XAVERIAN
Kota Ravenna yang indah.
EXODUS RAVENNA! Dari cakrawala pandang historis, sebagian besar kehidupan Guido Con forti terpolarisasi di dua kota, yaitu Parma dan Ravenna. Di Parma, ia mendampingi dan mempersiapkan para misionaris muda untuk berang kat ke tanah misi dan berjerih payah mengabdi ke Keuskupan Parma. Tiba-tiba permintaan dari Tahta Suci pada tahun 1902 untuk menjadi Uskup Agung di Ravenna adalah seperti halilintar yang menyambar di siang bolong. avenna adalah sebuah keuskupan yang besar. Sayang sekali bahwa dalam lima puluh tahun terakhir itu didampingi oleh para Uskup yang saleh dan kuat dalam doktrin Gereja, namun sudah tua, sakit dan rapuh kesehatannya. Misalnya, Uskup terakhir sebelum Guido Conforti masuk adalah Mgr. Riboldi. Ia pun menerima tugas di keuskupan agung itu dalam semangat ketaatan, ketika Paus
Leo XIII memintanya untuk pindah dari Keuskupan Pavia ke Ravenna. Ia pun membawa team strategis yang sangat gemuk untuk mereformasi keuskupan dan meletakkan sebuah pondasi yang sungguh-sungguh baru. Beratnya salib di Ravenna yang dialami Kard. Riboldi juga disampaikannya kepada Paus Leo XIII demikian: ÂŤSebagian besar dari anak-anak yang kau berikan kepadaku itu semuanya sudah
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
41
mati. Itulah sebabnya saya tidak tahu bagaimana menyelamatkannya». Ketika Conforti menjadi Uskup Agung Ravenna, ia pun menemukan fakta bahwa jumlah pemakaman secara sipil mencapai 80%, sementara perkawinan sipil tanpa pemberkatan Gereja berkisar 70%. Situasi para imam juga sangat menyedihkan. Mereka sangat miskin dan hidup berkekurangan. Bahkan para imam pun tidak segan-segan meminjam uang dari Bapak Uskup lalu melunasi nya. Uskup Agung Kard. D. Svampa dari Keuskupan Bologna menambahkan bahwa para imam terpecah dan umat yang terabaikan hampir meninggalkan imannya. Orang muda tidak lagi beriman dan sosialisme makin menjadi dominan. Ia pun berharap semoga uskup agung yang baru dapat memperbaiki kebobrokan ini secepat mungkin dan mempersatukan para imam, tidak terikat dengan pihak dan relasi manapun de ngan situasi dan konteks di Ravenna. Persaingan untuk menjadi Uskup Agung di Ravenna sangat panas karena kehadiran kandidat di Keuskupan itu sendiri yang sangat berambisi untuk menjadi Uskup, namun ia terlibat skandal yang memecahbelah dan tidak memberikan kesaksian yang otentik tentang Yesus Kristus dan GerejaNya di Ravenna. Mengapa Conforti dari Parma yang diminta untuk ke Ravenna? Parma tidak termasuk dalam keuskupan sufragan dari Ravenna. Kalau dilihat konteks
geografisnya pada waktu itu, Bologna dan Ravenna menjadi satu bergabung dengan keuskupan di Regio Emilia na-Romagnola, sementara bagian lain adalah Modena bersama dengan keus kupan-keuskupan di sekitar Emilia, Modena, Carpi, Guastalla, Parma hingga Piacenza. Munculnya nama Guido Conforti ini diduga merupakan hasil operasi se nyap dari Lucido Maria Parocchi, yang menjadi bagian dari Komisi Kardinal De eligendis Italiae episcopis, yang dibentuk oleh Paus Leo XIII. Ia sendiri secara personal mulai melirik sepak terjang Guido Conforti ketika Mgr. Magani mempresentasikan profilnya: Pendiri Seminari untuk misi di luar negeri di tahun 1895, nominasi dari Paus untuk melayaninya sebagai «Cameriere segreto in abito paonazzo» - pelayan rahasia berjubah merah - pada tanggal 16 Desember 1895, jenjang karier gerejawi di Keuskupan Parma serta audiensi privat dengannya pada tanggal 26 September 1900. Ia sungguh yakin bahwa di pundak yang kokoh dan solid ini bisa disandarkan salib Keuskupan Agung Ravenna. Proses berjalan sangat cepat. Ha nya 18 hari setelah meninggalnya Kard. Riboldi, surat panggilan mendadak ke Roma diterima oleh Guido Conforti. Ravenna harus berani membuka lembar an yang baru. Guido Conforti adalah kuda hitam untuk segera dimainkan guna menyelesaikan masalah konfliktual yang sangat pelik di Ravenna. Orang
Gereja Kathedral di kota Parma, merupakan salah satu ikon wisata.
42
INFO XAVERIAN untuk pelayanan yang begitu tinggi dan baru... Saya Vikaris di Parma, tetapi keuskupan ada di tangan Uskup, para penasehat dan kuria». Paus Leo XIII:
«Saya Paus dan saya memiliki para penasehat. Demikian juga Uskup Agung Ravenna harus mencari bantuan dari para penasehat yang baik». Paus Leo XIII
Sekilas semuanya nampak indah. Namun audiensi dengan Paus Leo XIII, 16 Mei 1902 diwarnai dengan dialog yang tajam dan menusuk jiwa. Berikut point-point dialog yang terjadi selama audiensi tersebut untuk memahami krisis yang dialami oleh Guido Conforti. Conforti:
«Kondisi kesehatan saya tidak terlalu baik». Paus Leo XIII:
«Silahkan melakukan apa yang bisa dilakukan. Saya dipilih menjadi Paus pada usia 71 tahun. Saya masih berada di sini dan tidak sedang sekarat. Silahkan melakukan apa yang bisa dilakukan».
Conforti:
«Saya tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk mendampingi para imam dan umat Allah di keuskupan yang besar... » Paus Leo XIII:
«Tentang hal itu, urusan saya». Kemudian Paus menambahkan:
«Terlalu banyak resistensi kepada Vikaris Kristus itu saya tidak suka, saya tidak suka. Janganlah kamu menuntunku untuk memberikan perintah yang tegas. Hal itu tidak saya suka, tidak saya suka...» Conforti:
«Yang Mulia... dalam perkataanmu...».
Conforti:
dan ia pun jatuh bertelut dengan isak tangis yang tak sanggup berkata-kata
Paus Leo XIII:
Ketika semua tenang kembali, Paus Leo XIII menyapa dengan penuh kebapaan dengan berkata:
Conforti:
Kemudian ia memberi salam kepada mereka dan audiensi selesai (FCT XI, 126-127).
«Saya harus merawat rumah misiku di Parma». «Itu hanya soal ganti penjaga. Apakah jika Conforti meninggal, maka rumah itu akan runtuh? Orang lain akan tahu dan melakukan hal yang perlu dilakukan». «Saya tidak memiliki persiapan
«Silahkan datang besok ke Concistorium dengan kacamata berbingkai emas».
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
43
muda yang bersemangat, cerdas, seimbang, mampu menjadi penengah dan sabar dalam menghadapi berbagai situasi krisis di Ravenna, mirip seperti di Parma. Kali ini bukan orang tua yang dikirim seperti biasanya, melainkan seorang outsider yang tangguh dalam spiritualitas, moral dan kepribadian, namun masih belum berpengalaman dalam hal teknis dan moral, yang akan dilengkapi dengan kehadiran Mgr. Pietro Maffi yang akan mendampinginya. Pada waktu itu ia berusia 37 tahun ketika diangkat menjadi Uskup Agung Ravenna. Figur Guido Conforti di sini masih melekat erat pada «ciptaannya», yaitu seminari baru untuk misi di luar negeri. Ia masih terikat dengan buahbuah hidup rohaninya yang terwujud dalam karya pendirian seminari ini. Seorang Guido Conforti yang masih berpikir sebagai «single fighter», dimana tanpa kehadirannya secara fisik, maka seminari barunya itu tidak akan berkembang. Kekhawatiran, kesedihan dan keberatan yang disampaikan ini wajar semuanya. Namun totalitas kepada Yesus Kristus mendesak juga totalitas dari pihak manusia. Situasi ini tidak bisa disangkal bahwa ia masih memiliki iman dewasa yang perlu lebih dimatangkan lagi, lebih mendekatkan diri pada pengalaman perjalanan Yesus Kristus menuju puncak Golgota. Inilah tunas iman yang telah menyambut kedalaman tatapan Yesus Kristus yang tersalib di masa kecilnya. Pengalaman mistik yang dialami Guido Conforti itu tidak boleh tinggal dalam romantisme religius yang palsu. Hanya dikenang pengalaman keindahannya, namun melupakan proses yang harus ditempuh untuk mengaktualisasikannya dan mendewasakannya. Ada beberapa orang yang berhasrat akan tugas mulia ini, namun ada juga yang menerimanya setelah dipaksa. St. Gregorius Agung dalam Regola Pastorale mengingatkan:
44
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
«… Karena itu, ia yang mencari tahta keuskupan demi kemuliaan kehormatan itu dan bukan demi karya yang baik dari pelayanan ini, ia bersaksi bagi dirinya sendiri, untuk dirinya sendiri dan bukan pelayanan keuskupan yang dia cita-citakan. Ia tidak saja tidak mencintai sama sekali jabatan suci itu, tetapi ia bahkan tidak tahu maksud jabatan suci itu apa... ». Guido Conforti menyadari sungguh bahwa gelar Uskup Agung di Ravenna itu sebagai salib yang berat. Benar bahwa «Salib mengajar bagaimana jiwa-jiwa itu harus menderita dan memberikan hidupnya». Setelah tiga tahun berlalu, situasi lingkungan dan udara di Ravenna yang tidak kondusif itu sangat mempengaruhi kondisi kesehatannya. Tantangan pastoral makin beragam dan membutuhkan respon yang seimbang. Situasi kesehat an yang makin memburuk itu tidak mendukung kinerjanya secara maksimal. Oleh sebab itu, Uskup Agung Ravenna ini akhirnya menyerah dan mengajukan surat pengunduran dirinya kepada Paus Pius X dan diterima 12 oktober 1904. Ia meninggalkan Keuskupan Ravenna secara definitif dengan perayaan ekaristi pontifikal pada peringatan pernyataan dogma Bunda Maria yang terkandung tanpa noda pada tanggal 8 Desember 1904. Di Katedral itu, terangkum perjalanan imannya selama menggembalakan umat di Keuskupan Agung Ravenna dalam affresco dari Guido Reni ertema «Yesus Kristus yang jaya dengan salib» (disadur dari seri studi Conforti Rm. Alfons, SX)
INFO XAVERIAN
FRANSISKUS XAVERIUS
St. Fransiskus Xaverius wafat di Tiongkok pada 3 Desember 1552. Ku rang lebih sepuluh tahun di akhir hidupnya dihabiskan hanya untuk menjalankan pewartaan Injil di Asia. Itulah sebabnya, kehadirannya se bagai tonggak misi di Asia tidak terelakkan. Hal inilah yang mendorong St. Guido Conforti untuk mengambil nama dan inspirasi bagi para mi sionarisnya dengan nama «Serikat Santo Fransiskus Xaverius untuk misi luar negeri...» di permulaan Konstitusi 1931. agaimanakah model bermisi St. Fransiskus Xaverius pada masa itu? Di benua Asia yang begitu luas, berbagai macam tradisi religius sudah berakar dan membentuk karakter kehidupan masyarakatnya, jauh sebelum ia datang dengan pengetahuan yang sangat minim tentang budaya dan religiositas di Asia. Ia melompat dari Eropa ke Asia tanpa persiapan diri yang cukup untuk menjalankan tugas misionernya. Ia tidak memiliki informasi yang cukup tentang tanah misi tujuan-
nya. Ia berangkat tanpa buku referensi di tangan. Ia nihil relasi dengan orang Asia. Ia tidak memiliki data statistik maupun dokumen yang bisa dipelajari terlebih dahulu. Ia hanya bisa memproyeksikan dirinya masuk di tengah-tengah bangsa-bangsa pagan dalam konteks yunani-latin. Apakah kelemahan itu membuatnya mundur? Tidak. Miskinnya sarana untuk mempersiapkan diri dengan baik tidak bisa menjadi alasan untuk tidak pergi dan berangkat mewartakan Injil. Sebuah
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
45
dialog kehidupan ditawarkannya sebagai jalan untuk berbicara tentang Allah dan dengan Allah. Ia mengunjungi orang sakit, bermain dengan anak-anak, hadir di tengah-tengah orang dari segala lapisan, berbicara dengan para budak, pedagang, penjajah asing serta para pekerja dengan bahasa portugis sederhana dan sekaligus mendorong para Jesuit yang terpelajar untuk berdialog dengan kaum cendekiawan di Tiongkok dan Jepang. Dalam sebuah surat kepada rekanrekan Jesuit di Roma, 20 Januari 1548, St. Fransiskus menceritakan pertemuannya dengan Anjiro. Dialah orang Jepang pertama yang diperkenalkan kepada nya oleh beberapa pedagang Portugis. Dia kemudian menemani perjalanan St. Fransiskus di Jepang. Suatu hari, setelah mendapat informasi mengenai kepulauan «yang baru ditemukan» ini, ia berta nya kepada Anjiro tentang kemungkinan orang-orang Jepang menjadi kristiani.
«Ia menjawab bahwa orangorang Jepang tidak akan mau menjadi Kristen segera. Ia me ngatakan bahwa mereka pertama-tama akan mengajukan banyak pertanyaan. Lalu mempertimbangkan jawaban yang diberikan, mengintuisi juga apakah saya memahami apa yang saya katakan, dan terakhir adalah melihat apakah hidup saya sesuai dengan apa yang saya katakan. Jika saya berhasil melakukan hal ini dengan baik, berbicara sopan dan memberi jawaban yang memuaskan atas berbagai pertanyaan mereka, serta menghidupinya dengan konsisten sehingga mereka tidak menemukan sesuatu yang pantas dikecam, maka cukup setengah tahun saja untuk
46
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
meyakinkan kaisar, para bangsawan dan semua orang yang mampu mengambil keputusan untuk menjadi kristiani». Misi tidak pernah terlepas dari pewartaan tentang Yesus Kristus sebagai Allah. Seturut konteks masing-masing, pewartaan ini bisa dalam bentuk kesaksian hidup yang hening dan perbincangan ringan seturut dengan gerak tuntunan Roh Kudus yang terus mendampingi para pencari kebenaran untuk menemukan Allah. Tanpa pengalaman pribadi dengan Yesus Kristus, tidak mungkin akan ada pertobatan dan pembaruan kualitas hidup. Oleh sebab itu, kesaksian hidup orang-orang yang telah dibaptis, secara khusus para misionaris yang dengan niat membaktikan seluruh hidupnya untuk misi, merupakan kesaksian terbaik dari berbagai macam kotbah tentang Injil. Di tengah-tengah kekayaan tradisi religiositas di Asia, Fransiskus menegaskan: Biarkanlah mereka melihat kehidupanmu dan karya-karyamu itu lebih daripada doa-doamu. Kehidupan kita hendaknya mengungkapkan kesaksian yang meyakinkan, pertobatan hati dan mentalitas yang sungguh-sungguh, serta menebarkan cinta kasih Yesus Kristus yang membangun budaya cinta kasih di Asia. (terinspirasi oleh refleksi PeterHans Kolvenbach S.J. di Sampran, Thailand, Maret 2002 – tim animasi SX).
INFO XAVERIAN
JANGAN TAKUT LAMPAUI ZONA NYAMAN
Romo Juang berfoto bersama seorang jemaat di depan patung Bunda Maria.
allo, salam kenal semuanya. Saya P. Juang, SX. Saya lahir di Maumere pada tahun 1984. Pada usia 18 tahun saya bergabung dengan Serikat Misionaris Xaverian. Mengapa memilih Xaverian? Pertama, karena jatuh cinta pada sembo yan satu keluarga bagi dunia untuk menjadikan dunia satu keluarga. Kedua, tertarik untuk mengambil bagian dalam pewartaan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Yesus. Setelah menyelesaikan teologi di Italia, saya ditahbiskan pada tanggal 14 september 2015 di Maumere. Sekarang saya sedang bermisi di Jepang, lebih tepatnya di Keuskupan Osaka.
TAHBISAN IMAM XAVERIAN
47
Pada desember 2016, saya tiba di Osaka. Beberapa bulan kemudian, petualangan barupun segera dimulai, yakni belajar Bahasa Jepang. Jujur, awalnya sangat takut karena berpikir bahwa saya mungkin tidak sanggup sampai akhir. Dua tahun penuh perjuangan, antara air mata dan keyakinan akan bantuan Tuhan, akhirnya selesai juga pada April 2019. Saat ini, saya tinggal di sebuah paroki dekat biara Xaverian dan belajar melayani Gereja Jepang bersama seorang imam Keuskupan Osaka. Bagi saya, tantangan terbesar untuk bermisi di Jepang adalah bahasa. Belajar dua tahun di sekolah formal hanyalah sebagai pengantar awal untuk mengenal tulisan kanji dan katakana. Apalagi ketika usia tidak lagi muda, orang harus berjuang untuk belajar dari nol seperti seorang anak kecil yang baru mulai belajar menulis abjad, melafalkannya dan meng hafalkannya. Tetapi bukan berarti bahwa tantangan itu adalah akhir dari segalanya, justru sebaliknya, menjadi batu pijakan untuk melompat ke depan. Terus kuncinya apa? Pertama dan utama adalah kerendahan hati. Tidak takut salah saat berbi cara dan terbuka untuk menerima koreksian dari penutur asli. “Saya belajar dari nol, tolong diberitahu jika ada kesalahan”; inilah permintaan saya ketika memperkenalkan diri di paroki. Kedua, mencintai bahasa dan budaya setempat. Ibarat pa sangan yang saling mengenal satu sama lain, sebelum melangkah ke jenjang selanjutnya, mereka akan berusaha untuk saling mengenal dan mencintai satu sama lain. Demikian juga bagi saya. Ketika tidak ada cinta akan bahasa dan budaya setempat itu, maka relasi itu hanya bertahan di level permukaan saja, tidak masuk ke dalam hati dan menjadi bagian dari diri saya. Sampai sekarang saya masih jatuh bangun dalam belajar bahasa, tetapi saya sudah mencintai jepang dan siap untuk bermisi sampai kapanpun. Semua ini karena Tuhan yang memanggil saya, Dialah yang menguatkan saya. Pesan saya untuk kaum muda; jangan takut untuk melampaui zona nyaman kita dan berani untuk berbagi Kabar Gembira ke semakin banyak orang. Keberanian kita akan membuahkan hasil: Tuhan akan semakin dikenal dan dicintai, memberikan kebahagiaan kepada sesama karena boleh mengenal Yesus, dan secara pribadi, kita menjadi kaya akan pengalaman hidup.
48
GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020
SELAMAT
ATAS TAHBISAN IMAMAT XAVERIAN: ANTONIUS SUTATNO ERIK TJEUNFIN EVANSIUS ABI HANDRIANUS MASRI IGNATIUS WASHINGTON HENDRA KUSUMA YANUARIUS YEREMIAS PARUNG (JIMMY)
“SEMOGA SETIA DALAM PELAYANAN”
PAROKI BINTARO JAYA - GEREJA SANTA MARIA REGINA Jl. MH. Thamrin kav. B2 No. 03 - CBD Bintaro Jaya Sektor 7, Tangerang Selatan 15224 Telp. 745 9715, 745 9716 - Fax. 745 9717 sekretariat@parokisanmare.or.id, http://www.parokisanmare.or.id
SELAMAT BERBAHAGIA DALAM PELAYANAN TUHAN
“Pergilah ke Seluruh Dunia, Wartakanlah Injil”
DPH GEREJA MATIUS PENGINJIL PAROKI BINTARO