2 minute read

Fransiskus Xaverius

St. Fransiskus Xaverius wafat di Tiongkok pada 3 Desember 1552. Kurang lebih sepuluh tahun di akhir hidupnya dihabiskan hanya untuk menjalankan pewartaan Injil di Asia. Itulah sebabnya, kehadirannya sebagai tonggak misi di Asia tidak terelakkan. Hal inilah yang mendorong St. Guido Conforti untuk mengambil nama dan inspirasi bagi para misionarisnya dengan nama «Serikat Santo Fransiskus Xaverius untuk misi luar negeri...» di permulaan Konstitusi 1931.

agaimanakah model bermisi St. Fransiskus Xaverius pada masa itu? Di benua Asia yang begitu luas, berbagai macam tradisi religius sudah berakar dan membentuk karakter kehidupan masyarakatnya, jauh sebelum ia datang dengan pengetahuan yang sangat minim tentang budaya dan religiositas di Asia. Ia melompat dari Eropa ke Asia tanpa persiapan diri yang cukup untuk menjalankan tugas misionernya. Ia tidak memiliki informasi yang cukup tentang tanah misi tujuannya. Ia berangkat tanpa buku referensi di tangan. Ia nihil relasi dengan orang Asia. Ia tidak memiliki data statistik maupun dokumen yang bisa dipelajari terlebih dahulu. Ia hanya bisa memproyeksikan dirinya masuk di tengah-tengah bangsa-bangsa pagan dalam konteks yunani-latin.

Advertisement

Apakah kelemahan itu membuatnya mundur? Tidak. Miskinnya sarana untuk mempersiapkan diri dengan baik tidak bisa menjadi alasan untuk tidak pergi dan berangkat mewartakan Injil. Sebuah

dialog kehidupan ditawarkannya sebagai jalan untuk berbicara tentang Allah dan dengan Allah. Ia mengunjungi orang sakit, bermain dengan anak-anak, hadir di tengah-tengah orang dari segala lapisan, berbicara dengan para budak, pedagang, penjajah asing serta para pekerja dengan bahasa portugis sederhana dan sekaligus mendorong para Jesuit yang terpelajar untuk berdialog dengan kaum cendekiawan di Tiongkok dan Jepang.

Dalam sebuah surat kepada rekanrekan Jesuit di Roma, 20 Januari 1548, St. Fransiskus menceritakan pertemuannya dengan Anjiro. Dialah orang Jepang pertama yang diperkenalkan kepadanya oleh beberapa pedagang Portugis. Dia kemudian menemani perjalanan St. Fransiskus di Jepang. Suatu hari, setelah mendapat informasi mengenai kepulauan «yang baru ditemukan» ini, ia bertanya kepada Anjiro tentang kemungkinan orang-orang Jepang menjadi kristiani.

«Ia menjawab bahwa orangorang Jepang tidak akan mau menjadi Kristen segera. Ia me- ngatakan bahwa mereka per- tama-tama akan mengajukan banyak pertanyaan. Lalu mem- pertimbangkan jawaban yang diberikan, mengintuisi juga apakah saya memahami apa yang saya katakan, dan terakhir adalah melihat apakah hidup saya sesuai dengan apa yang saya katakan. Jika saya berhasil melakukan hal ini dengan baik, berbicara sopan dan memberi jawaban yang memuaskan atas berbagai pertanyaan mereka, serta menghidupinya dengan konsisten sehingga mereka tidak menemukan sesuatu yang pantas dikecam, maka cukup setengah tahun saja untuk

meyakinkan kaisar, para bangsawan dan semua orang yang mampu mengambil keputusan untuk menjadi kristiani».

Misi tidak pernah terlepas dari pewartaan tentang Yesus Kristus sebagai Allah. Seturut konteks masing-masing, pewartaan ini bisa dalam bentuk kesaksian hidup yang hening dan perbincangan ringan seturut dengan gerak tuntunan Roh Kudus yang terus mendampingi para pencari kebenaran untuk menemukan Allah. Tanpa pengalaman pribadi dengan Yesus Kristus, tidak mungkin akan ada pertobatan dan pembaruan kualitas hidup. Oleh sebab itu, kesaksian hidup orang-orang yang telah dibaptis, secara khusus para misionaris yang dengan niat membaktikan seluruh hidupnya untuk misi, merupakan kesaksian terbaik dari berbagai macam kotbah tentang Injil. Di tengah-tengah kekayaan tradisi religiositas di Asia, Fransiskus menegaskan: Biarkanlah mereka melihat kehidupanmu dan karya-karyamu itu lebih daripada doa-doamu. Kehidupan kita hendaknya mengungkapkan kesaksian yang meyakinkan, pertobatan hati dan mentalitas yang sungguh-sungguh, serta menebarkan cinta kasih Yesus Kristus yang membangun budaya cinta kasih di Asia. (terinspirasi oleh

refleksi PeterHans Kolvenbach S.J. di Sampran, Thailand, Maret 2002 – tim animasi

SX).

This article is from: