3 minute read
Yanuarius Yeremias Parung: “Terpanggil Menjalani Kehidupan Misioner
TERPANGGIL MENJALANI KEHIDUPAN MISIONER
ama saya Yanuarius Yeremias Parung, atau biasa dipanggil Jimmy. Lahir di Ende (Flores), 8 Januari 1989. Saya anak kelima dari lima bersaudara. Nama orang tua: Bapa: Alm. Mathias Banggur dan Mama: Alm. Kristina Reminang.
Advertisement
Pada umur 5 tahun (1994) menjalani tahap pendidikan awal di Taman KanakKanak Udayana, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Pada umur 6 sampai 11 tahun (1994-2000), menjalani masa pendidikan di Sekolah Dasar di 3 sekolah berbeda: dari kelas 1 sampai kelas 3 SD, menjalani pendidikan di Sekolah Dasar Onekore 1, Ende. Dari Kelas 4 sampai Kelas 5, menjalani pendidikan di Sekolah Dasar Katolik Santa Ursula, Ende. Mengakhiri masa pendidikan pada tahun keenam (2000) di SD Inpres Tenda, Ruteng, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Setelah menyelesaikan masa pendidikan di Sekolah Dasar, saya meneruskan tingkat pendidikan di Seminari Pius XII Kisol, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Di seminari ini saya belajar selama 6 tahun (sejajar dengan tingkat Sekolah Menengah Pertama/SMP dan Sekolah Menengah Atas/SMA).
Setelah menjalani masa pendidikan 6 tahun di seminari, saya memutuskan untuk melanjutkan studi di Yogyakarta dengan perencanaan mengambil studi bahasa asing. Karena kedatangan saya
di Yogyakarta sedikit terlambat, maka saya untuk memutuskan menjalani kursus bahasa Jerman satu tahun, dengan pertimbangan akan melanjutkannya lagi di jenjang universitas.
Pada kesempatan inilah saya menge- nal Xaverian. Karena merasa terpanggil dengan kehidupan misioner, akhirnya saya memutuskan untuk menjadi kandi- dat misionaris Xaverian. Dan mulai pada tahun 2008, saya memulai perjalanan panggilan saya sebagai kandidat Xaveri- an di jenjang yang berbeda.
Pada tahun 2008-2009 saya menjalani tahun Pra-Novisiat di Bintaro, Tange- rang. Sebagaimana lazimnya dalam masa ini, saya diberi kesempatan untuk menjalani karya misioner di paroki-paroki di sekitar Jakarta. Selama satu tahun, saya menjalani kerasulan di dua tem- pat yang berbeda. Pertama di Sektor IX (Paroki Santa Maria Regina). Kedua di Paroki St. Stefanus Cilandak. Pada dasarnya, baik di Paroki Sta. Maria Re- gina maupun di Paroki St. Stefanus, saya mendalami iman bersama anak-anak bina iman.
Pada tahun 2009-2010 saya menjalani masa Novisiat. Pada masa ini, saya juga menjalani kerasulan di dua tempat yang berbeda. Pertama di Graha Bintaro (Paroki Sta. Maria Regina) dan di Paroki Sta. Maria Tangerang.
Tahun 2010-2014 menempuh pendidikan filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Selama empat tahun di rumah pedidikan filsafat, saya juga menjalani kerasulan di berbagai tempat yang berbeda. Pada Tahun pertama, saya membantu pelayanan suster-suster PPYK di Warakas. Di tahun kedua, saya mendalami iman kristiani bersama anakanak di paroki Kedoya. Di tahun ketiga, saya ikut membantu karya kerasulan dari teman-teman Putri Sion. Di tahun keempat, saya menjalani kerasulan di Universias Katolik Atmajaya, Jakarta. Pada tahun yang sama, saya menjalani kerasulan di Pojok Gus Dur (PBNU, Matraman).
Pada tahun 2015, saya mendapat tugas untuk melanjutkan pendidikan teologi di Mexico. Pada tahun pertama di Mexico, saya ditugaskan untuk mempelajari bahasa Spanyol dan juga mengenal (sebagai langkah awal) budaya setempat. Setelah menjalani studi bahasa, tahun 2016 saya memulai menjalani studi teologi. Selama lima tahun di Mexico saya juga menjalani karya-karya kerasulan. Pada tahun pertama di Mexico, selain mempelajari bahasa Spanyol, saya juga diberi kesempatan untuk mengunjungi berbagai karya kerasulan dari para teologan Xaverian. Pada dasarnya, tempat kerasulan kami di Mexico, sangatlah bervariatif dan menjawabi kebutuhan para umat, mulai dari pendampingan untuk para katekumen di paroki-paroki, kursus Kitab Suci, kunjungan kepada orang sakit, karya pastoral untuk orangorang yang terpinggirkan, dan sebagainya.
Pada tahun kedua dan ketiga, saya ditugaskan di paroki yang dikhususkan untuk melayani orang–orang yang terpinggir dan para transmigran dari negara-negara tetangga Mexico.
Pada Tahun keempat dan kelima, saya ditugaskan untuk menjalani karya kerasulan di sebuah paroki yang sedang mempersiapkan calon baptis dan kegiatan kursus Kitab Suci.
Pada November 2019, saya mengikrarkan kaul kekal kepada Tuhan melalui jalan hidup membiara dalam Serikat Xaverian. Pada tahun yang sama, bulan Desember, saya juga ditabiskan menjadi Diakon. Demikian kisah panggilan saya.