2 minute read
Jangan Takut Lampaui Zona Nyaman
Romo Juang berfoto bersama seorang jemaat di depan patung Bunda Maria.
allo, salam kenal semuanya. Saya P. Juang, SX. Saya lahir di Maumere pada tahun 1984. Pada usia 18 tahun saya bergabung dengan Serikat Misionaris Xaverian. Mengapa memilih Xaverian? Pertama, karena jatuh cinta pada semboyan satu keluarga bagi dunia untuk menjadikan dunia satu keluarga. Kedua, tertarik untuk mengambil bagian dalam pewartaan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Yesus. Setelah menyelesaikan teologi di Italia, saya ditahbiskan pada tanggal 14 september 2015 di Maumere. Sekarang saya sedang bermisi di Jepang, lebih tepatnya di Keuskupan Osaka.
Advertisement
Pada desember 2016, saya tiba di Osaka. Beberapa bulan kemudian, petualangan barupun segera dimulai, yakni belajar Bahasa Jepang. Jujur, awalnya sangat takut karena berpikir bahwa saya mungkin tidak sanggup sampai akhir. Dua tahun penuh perjuangan, antara air mata dan keyakinan akan bantuan Tuhan, akhirnya selesai juga pada April 2019. Saat ini, saya tinggal di sebuah paroki dekat biara Xaverian dan belajar melayani Gereja Jepang bersama seorang imam Keuskupan Osaka.
Bagi saya, tantangan terbesar untuk bermisi di Jepang adalah bahasa. Belajar dua tahun di sekolah formal hanyalah sebagai pengantar awal untuk mengenal tulisan kanji dan katakana. Apalagi ketika usia tidak lagi muda, orang harus berjuang untuk belajar dari nol seperti seorang anak kecil yang baru mulai belajar menulis abjad, melafalkannya dan menghafalkannya. Tetapi bukan berarti bahwa tantangan itu adalah akhir dari segalanya, justru sebaliknya, menjadi batu pijakan untuk melompat ke depan. Terus kuncinya apa? Pertama dan utama adalah kerendahan hati. Tidak takut salah saat berbicara dan terbuka untuk menerima koreksian dari penutur asli. “Saya belajar dari nol, tolong diberitahu jika ada kesalahan”; inilah permintaan saya ketika memperkenalkan diri di paroki. Kedua, mencintai bahasa dan budaya setempat. Ibarat pasangan yang saling mengenal satu sama lain, sebelum melangkah ke jenjang selanjutnya, mereka akan berusaha untuk saling mengenal dan mencintai satu sama lain. Demikian juga bagi saya. Ketika tidak ada cinta akan bahasa dan budaya setempat itu, maka relasi itu hanya bertahan di level permukaan saja, tidak masuk ke dalam hati dan menjadi bagian dari diri saya. Sampai sekarang saya masih jatuh bangun dalam belajar bahasa, tetapi saya sudah mencintai jepang dan siap untuk bermisi sampai kapanpun. Semua ini karena Tuhan yang me
manggil saya, Dialah yang menguatkan saya.
Pesan saya untuk kaum muda; jangan takut untuk melampaui zona nyaman kita dan berani untuk berbagi Kabar Gembira ke semakin banyak orang. Keberanian kita akan membuahkan hasil: Tuhan akan semakin dikenal dan dicintai, memberikan kebahagiaan kepada sesama karena boleh mengenal Yesus, dan secara pribadi, kita menjadi kaya akan pengalaman hidup.
SELAMAT ATAS TAHBISAN IMAMAT XAVERIAN:
ANTONIUS SUTATNO ERIK TJEUNFIN EVANSIUS ABI HANDRIANUS MASRI IGNATIUS WASHINGTON HENDRA KUSUMA YANUARIUS YEREMIAS PARUNG (JIMMY)
PAROKI BINTARO JAYA - GEREJA SANTA MARIA REGINA
Jl. MH. Thamrin kav. B2 No. 03 - CBD Bintaro Jaya Sektor 7, Tangerang Selatan 15224 Telp. 745 9715, 745 9716 - Fax. 745 9717 sekretariat@parokisanmare.or.id, http://www.parokisanmare.or.id