AKSSI EDISI 16

Page 24

cerpen

HIJAU

M

a'wa Rimas Pawestri Bumiku hijau, untukku, untukmu, dan untuk mereka. Naira memandang miris hutan di depannya, jika mungkin masih bisa disebut hutan dengan tanah gersang tanpa pepohonan. Ya, hutan di depannya sudah lama hilang bertahun-tahun silam. Naira menggeleng dan kembali berjalan. Ia sudah bertekad akan menghijaukan hutan kotanya apapun yang terjadi. Mungkin itu terdengar naif, tapi bukankah itu hal yang bagus?

*** Menyusuri kompleks perumahan mewah dengan bersepeda mungkin terlihat ganjil. Well, bukan pemandangan umum melihat seorang remaja putri mengayuh sepeda padahal orang yang tinggal di sana tahu benar bahwa dia anak orang berada. Namun, siapapun juga tahu, bahwa sosok Naira Aliya Putri adalah orang yang sederhana. Bahkan saat ini pun ia tanpa canggung mengayuh sepeda dengan kantung plastik berisi berbagai jenis pohon. Naira memasang wajah dingin ketika remaja sekelas dengannya memandangnya rendah seakan dia adalah sampah masyarakat. Jika bukan karena teringat akan tujuannya, mungkin sekarang dia sudah menarik rambut ekor kuda gadis itu. "Wah, wah, lihat siapa ini. Naira kita sepertinya sibuk dengan para pohon, eh?" seru Bella-gadis menyebalkan kalau boleh Naira tambahkan membuat teman-temannya tertawa. Naira hanya menghela napas. Sebenarnya ia malas untuk menganggapi gadis jadi-jadian ini. Namun, jika ia tidak menanggapinya malah semakin menjadi-jadi.

"Diamlah, Gadis Pesolek. Setidaknya bermain dengan para pohon lebih bermakna daripada mengurusimu," balasnya dengan nada sarkas yang tidak disembunyikan. Bella terdiam, berikut dengan teman-temannya. Gadis berambut panjang yang dikucir ekor kuda itu mendecih dan berlalu pergi. Naira yang melihatnya tertawa dalam hati. "Rasakan itu!" *** Bukan keinginannya sekarang untuk berbaring di tempat yang penuh bau obat seperti ini. Jujur, ia sangat membencinya. Namun, apa yang bisa Naira lakukan selain menurut ketika tubuhnya terasa luluh lantak. Memejamkan mata, Naira kembali mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Ketika ia baru saja membeli selusin bibit pohon, kejadian yang tak terduga terjadi. Dia dirampok yang berakhir dengan dia di rumah sakit dengan luka sayat di sana-sini. Naira tidak mengingat siapa yang membawanya ke sini. Yang pasti bukan orang tuanya. Mereka saat ini berada di luar negeri, bukan juga kakaknya yang kuliah di luar kota. Siapapun itu dia sangat berterimakasih.

23


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.