![](https://static.isu.pub/fe/default-story-images/news.jpg?width=720&quality=85%2C50)
3 minute read
2. PERISTIWA CAHAYA
PERISTIWA SEDIH KEDUA: Yesus didera
Mereka memukul kepalanya-Nya dengan buluh, dan meludahi-Nya dan berlutut menyembah-Nya. Sesudah mengolok-olok Dia, mereka menanggalkan jubah ungu yang dipakai-Nya dan mengenakan lagi pakaian-Nya kepada-Nya. (Mrk 15:19-20a). Saat ini pun Yesus didera dan diludahi ketika kita menyakiti bumi ciptaan Tuhan dengan gaya hidup kita dan budaya gampang membuang. Sangat sering kita menggunakan barang-barang sekali pakai yang langsung dibuang dan mencemari ibu bumi. Juga dengan membuang makanan kita menyakiti Kristus yang menyamakan diri dengan orang miskin yang kelaparan. Mari kita bertobat dan menghormati semua orang yang ditelantarkan dan segala makhluk yang menderita; menunjukkan kasih kita dengan menghindari barang-barang sekali pakai, dengan berusaha menghabiskan makanan kita dan mau berbagi makanan dengan mereka yang miskin dan kelaparan.
Advertisement
Lihat Laudato Si’ no. 22, dan 50, dan 211.
PERISTIWA SEDIH KETIGA: Yesus dimahkotai duri
Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya, “Salam, hai raja orang Yahudi.” (Mrk. 15:17-18).
Yesus dimahkotai duri berarti Ia dihina meski seolah-olah dihormati. Ketika kita menggunakan sumber daya alam secara berkelimpahan, kita seolah-olah sangat menghargai pemberi-Nya, tetapi sesungguhnya Ia dimahkotai dengan duri oleh ketamakan atau keserakahan kita! Mari kita bertobat dengan mengubah cara berpikir kita yang lebih suka akan keuntungan diri yang sesaat. Mari kita menjaga kekayaan bumi dan merawat kelestarian hutan, gunung-gunung, lembah, dan sungai-sungainya untuk kepentingan semua insan dan makhluk yang datang sesudah kita.
Lihat Laudato Si’ no. 9, 32-33, dan 82.
PERISTIWA SEDIH KEEMPAT: Yesus memanggul salib-Nya
Sambil memikul salib-Nya, Ia pergi keluar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, yang dalam bahasa Ibrani disebut Golgota. (Yoh. 19:17)
Sampai saat ini Yesus masih memanggul salib kita, memanggul dosa manusia yang tidak peduli pada alam dan sesama. Manusia terus saja egois, serakah, hanya berpikir untuk mencari apa yang menguntungkan dan menyenangkan dirinya sendiri saja. Jarang orang yang mau sungguh merawat bumi dan segala isinya agar tetap bersih, indah, dan baik, karena ia menganggap segala sesuatu yang tidak langsung melayani kepentingannya sendiri, tidaklah penting. Mari kita mohon rahmat kerendahan hati agar kita mampu bertobat dari kecongkakan dan ketamakan kita, dan tidak
mencari keuntungan diri dengan membebani sesama dan mengorbankan alam.
Lihat Laudato Si’ no. 36, 122-123, dan 204.
PERISTIWA SEDIH KELIMA: Yesus Wafat di salib
Yesus berseru dengan suara nyaring “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku”. Sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. (Luk 23:46)
Kematian Yesus hadir kembali dalam kematian banyak orang miskin dan matinya banyak spesies serta hancurnya keanekaragaman hayati, sebagai akibat ketamakan manusia, dosa ekologis yang paling kentara. Untuk melepaskan kita dari belenggu dosa ini Yesus telah memberikan nyawa-Nya. Kematian-Nya menyingkapkan makna kehidupan dan kematian kita sendiri. Tidak ada yang sia-sia kalau kita berani kehilangan nyawa dalam tindakan-tindakan kepedulian kepada sesama dan keasrian lingkungan. Pengorbanan itu pasti akan berdampak luas. Mari kita mohon rahmat Tuhan yang telah menyerahkan nyawa-Nya untuk hidup dunia, agar kita pun bisa memberikan diri untuk hidup dunia yang sama.
Lihat Laudato Si’ no. 29, 32-42, dan 212.
4. PERISTIWA MULIA
Untuk hari Rabu dan Minggu; dan masa Paskah
PERISTIWA MULIA PERTAMA: Yesus bangkit dari antara orang mati
Malaikat itu berkata: janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. (Mat. 28:5-6)
Tentang kebangkitan Yesus Santo Paulus mengatakan bahwa “Kristus adalah yang sulung, yang pertama yang bangkit dari antara orang mati. Melalui Dia Allah memperdamaikan segala sesuatu yang ada di bumi dan di surga dengan diri-Nya” (Kol. 1:18,20). Bukan hanya manusia diperuntukkan untuk keselamatan, tetapi segala sesuatu, seluruh ciptaan, turut diperdamaikan oleh Allah dalam diri Kristus. Dalam kesatuan dengan Kristus yang telah bangkit, kita berdoa: Yesus, Putra Allah, melalui Engkau segala sesuatu diciptakan. Sekarang Engkau dengan kemuliaan kebangkitan-Mu hidup dalam setiap makhluk. Terpujilah Engkau!
Lihat Laudato Si’ no. 83, 100, 244, dan 246.
PERISTIWA MULIA KEDUA: Yesus naik ke surga
Sesudah Ia mengatakan demikian, Ia diangkat ke surga disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. “Hai orang Galilea, mengapa kamu