Pemilu 2014 sudah dekat dan tidak sedikit mahasiswa yang masih apatis dengan ajang politik lima tahunan itu. Bagaimana seharusnya sikap kesadaran berpolitik mahasiswa untuk menghadapi pemilu? Bagaimana pula perkembangan dan dampak dari teknologi pendukung pemilu, yaitu e-vote yang sudah mulai marak di jaman modern ini?
KESADARAN BERPOLITIK YOGA WIDHIA PRADHANA Menteri Sosial Politik BEM ITS 2012/2013
Sistem politik adalah suatu sistem atau cara untuk mengatur aktivitas manusia (masyarakat) sebagai upaya mencapai kehidupan terbaik dalam kehidupan bernegara, ungkap Yoga Widhia Pradhana, selaku Menteri Sosial Politik BEM ITS 2012/2013. Istilah politik yang sedang menjadi topik hangat lima tahun sekali telah tergeneralisir menjadi sesuatu hal yang kotor dan patut untuk dijauhi. Akibatnya, kesadaran berpolitik pada masyarakat menjadi berkurang atau bahkan hilang. Dengan kondisi seperti ini, apakah benar kesadaran berpolitik hanya menjadi kepentingan para penyelenggara negara? Mahasiswa yang kerap disapa Yoga ini mengaku sangat tidak setuju. Yoga berpendapat bahwa kesadaran merupakan akar dalam bertindak. Maka, boleh dipahami kesadaran berpolitik merupakan sebuah keinsyafan pelaku politik terhadap tindakan politik. Korelasi antara kesadaran berpolitik dan istilah politik membentuk kondisi yang ideal, dimana subjeknya tentu bukan hanya para penyelenggara negara, tetapi juga seluruh warga negara yang terlibat di dalamnya. Artinya, setiap warga negara penting untuk memiliki kesadaran berpolitik agar dapat memahami bahwa dirinya merupakan bagian dari politik. Saat ditanya mengenai keadaan kesadaran berpolitik mahasiswa saat ini, Yoga mengaku bahwa mahasiswa saat ini justru seperti kehilangan ruh dan seakan buta arah perjuangan. Setiap gerakan yang diinisiasi jarang memberikan
signifikansi politik. Belum lagi sebagian mahasiswa lainnya justru telah terjangkit virus apatisme terhadap politik. Kondisi ini menunjukkan fatalnya kesadaran berpolitik mahasiswa. Karena begitu pentingnya, Yoga berkata boleh jadi apa yang terjadi pada Indonesia hari ini merupakan buah masam dari kesadaran berpolitik masyarakat yang minim. Demokrasi telah ditunggangi oleh kaum elit politik yang seharusnya menjalankan amanat rakyat, justru berbalik. Hal ini diperparah dengan menjauhnya mahasiswa dari arena politik, padahal merekalah yang harusnya menjadi persediaan unggul regenerasi kepemimpinan nasional.
“TIDAK MEMILIKI KESADARAN BERPOLITIK BERARTI TIDAK MENGETAHUI KETERLIBATAN ATAU PARTISIPASI POLITIK DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA SESUAI PRINSIP DEMOKRASI.� Meskipun ITS adalah kampus berbasis teknik, Yoga berpendapat bahwa hal ini bukan berarti menjadi alasan yang menjauhkan peran mahasiswanya untuk melibatkan diri ke sosial-masyarakat. Jika berkaca pada sejarah, maka tentu kita ingat bahwa dua presiden Republik Indonesia diantaranya adalah bergelar insinyur. Bahwa kita pun hari ini juga telah disajikan pemimpin-pemimpin daerah terbaik dengan basis pendidikan teknik seperti Ridwan Kamil dan Tri Rismaharini.
Terakhir, pesan dari Yoga, jika sebagian dari sejarah Bangsa ini telah ditulis oleh para pemuda sebelum kita, maka jadikan sebagian sejarah Bangsa ini ke depan kita tulis sendiri dengan perjuangan.
1) Pemilih Terdaftar sesuai DPT (Daftar Pemilih Tetap) datang menuju TPS yang berada di masing-masing distrik/jurusan.
Paperless Efektivitas Waktu Menekan Biaya
E-VOTE
ARDIANSYAH BHASKARA Ketua BEM FTIf ITS 2013/2014
“E-VOTE BERASAL DARI KATA ELECTRONIC VOTING YANG MENGACU PADA PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA (PEMILIHAN UMUM).” WIKIPEDIA, 2013
Sejauh ini, rancangan e-vote yang diajukan masih sebatas teknis dalam proses pemilihan. Sedangkan proses penghitungan suara belum dikaji dan akan dibahas lebih lanjut bersama KPU. Rancangan alur proses pemilihan dan pemungutan suara:
Mencegah Ketidakabsaahan Surat Suara Penggunaan fasilitas dan teknologi 2) Pemilih mengambil token dari panitia yang bertugas di TPS dengan menunjukkan Kartu Identitas (contoh: KTM). 3) Setelah mendapatkan token, pemilih diarahkan menuju bilik pemilihan yang telah disediakan. 4) Masuk ke dalam sistem e-vote dengan username dan password yang telah diberikan lalu memasukkan token yang telah didapat. 5) Pilih nama kandidat yang dikehendaki oleh pemilih, kemudian pilih Selesai. 6) Lalu akan muncul peringatan yang meminta konfirmasi dari pemilih apakah sudah yakin dengan pilihannya atau memilih ulang kandidat. 7) Jika muncul tampilan “Terima kasih telah menggunakan hak pilih Anda”, maka data suara pemilih telah tersimpan di database e-vote. 8) Pemilih dapat keluar dari bilik pemungutan suara dan meninggalkan TPS.
Di balik kemudahan dan manfaat yang didapatkan, e-vote juga masih memiliki berberapa kekurangan.
Problem
Rawannya penyerangan oleh hacker yang tidak bertanggung jawab jika sistem digunakan secara online.
Solusi sementara
Sistem tidak digunakan secara online. Data dari laptop di bilik pemungutan suara akan tersimpan dalam data base melalui sambungan jaringan internal (LAN) sehingga meminimalisasi terjadinya penyerangan oleh hacker dan gangguan koneksi internet.
Problem
Pemilih tidak dapat melihat proses penghitungan suara secara langsung karena proses penghitungannya tidak dilakukan secara konvensional.
Solusi sementara
Pemilih memang tidak dapat ikut serta melihat keabsahan surat suara elektronik ketika proses penghitungan, namun dalam prosesnya akan tetap ada saksi yang ditunjuk oleh panitia untuk melakukan penghitungan suara bersama panitia TPS setempat, dan untuk substansialnya akan dibahas lebih lanjut oleh KPU. (fau)
Ketua Dwi C1C Reporter Trisna C1C -- Editor Fauzi C1D Desain Ibnu & Dwi C1D /HMTCFTIf
@hmtc_ITS
BluePress HMTC