Surat Tani
Halaman 2
Cerita Sedih dari Kalbar Apa kabar? Semoga baik-baik saja. Saya akan bercerita tentang keadaan disini kepada Yayasan Duta Awam (YDA). Yaitu tentang anjloknya harga kelapa dan pinang. Dulu harga kelapa per biji Rp.650, sekarang hanya tinggal Rp.125 perbiji, buah pinang kering dulunya Rp. 8.500 perkilo, sekarang tinggal seribu rupiah sekilo. Kini Petani merasa terpuruk dengan anjloknya harga tersebut. Kami telah berusaha mencari pemecahannya. Para petani telah mengemukakan masalah ini ke Dinas Perkebunan setempat, juga ke koperasi Induk, DPRD, dimuat di koran, masuk radio bahkan TV lokal. Namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda perbaikan harga di
Th 2000-2001 ini. Ini adalah krisis terparah dan mimpi buruk bagi kami, para petani di Kalbar. Kami mulai berpikir bahwa kami tak bisa hidup hanya dengan bertani kelapa di Kalbar. Maka sekarang saya membentuk Kelompok baru di penangkapan ikan dan udang, kami telah mengadakan survey dan ujicoba di beberapa kecamatan. Dan rupanya perairan kita berpotensi, terutama udang berkualitas ekspor yang digemari Brunei dan Malaysia. Ternyata laut kita selama ini dimanfaatkan orang-orang asing, karena mereka punya banyak modal. Ramli AR Parit Siakub (Dusun Puring) Desa Teluk Pakedai II Kec. Teluk Pakedai, Pontianak Kalbar
Bahan Bacaan Wakil Rakyat Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI Mengucapkan terima kasih atas majalah yang dikirimkan. Semoga kerjasama ini akan terus terjalin dengan baik serta akan menambah wacana Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI dalam bidang Pertanian. Terima kasih. Pimpinan Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI Sekretaris, Heri Akhmadi
Buletin Petani Advokasi diterbitkan oleh Yayasan Duta Awam (YDA), sebagai media komunikasi dan advokasi menuju petani Indonesia mandiri. Penanggung Jawab: Nila Ardhianie Dewan Redaksi: Mediansyah (koordinator) Muhamad Riza, Puitri Hatiningsih, Kurniawan Eko, Muhammad Yunus, M. Zainuri Hasyim, A. Bayu Cahyono, Willem M (Kalbar), Sucipto (Riau). Distributor: Sumengkar W Alamat: Jl Adi Sucipto No 184-I Solo 57102 Telp/Fax: (0271) 710816 e-mail: dutaawam@bumi.net.id
Harga kelapa jatuh petani di Kalbar makin terpuruk
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
Foto/Dok YDA
Redaksi Buletin Petani Advokasi menerima tulisan, gambar/foto dengan misi pemberdayaan petani dari berbagai pihak, khususnya dari kalangan petani sendiri.
Salam Advokasi
Halaman 3
Pembaca, Tim Redaksi Advokasi dibuat terkejut dengan tanggapan anda yang bersemangat menyambut Buletin Advokasi edisi pertama lalu. Kehadiran kembali buletin (Edisi kedua/April-Mei) kami persiapkan setelah mempertimbangkan masukkan dan bahkan mengajak rekan-rekan petani berpartisipasi langsung dalam rapat redaksi. Kami sengaja bertandang ke rekan-rekan petani (di Desa Pilangpayung Kabupaten Grobogan dan Desa Badhe Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali) untuk berguru dan menggali pesan langsung, “Bacaan apa sih yang diperlukan petani”. Selain itu, tim redaksi juga mendapat puluhan surat tanggapan tentang isi yang dikehendaki kaum tani kita. Kami sangat berterimakasih atas partisipasi pembaca (khususnya rekan-rekan petani) atas buletin kita ini. Memang kondisi kami sangat berbatas untuk melayani seluruh tanggapan. Namun kami akan terus berusaha menjadikan Buletin Petani Advokasi sebagai bacaan yang layak, dengan partisipasi petani secara langsung sebagai bagian tim redaksi, yang akan menentukan arah buletin ini selanjutnya. Pendapat pembaca petani memang beragam, misalnya dari Grobogan menginginkan disajikannya foto untuk cover depan (bukan gambar kartun) agar pesan yang dimaksud lebih mudah dimengerti. Namun ada juga yang senang dengan gambar kartun tersebut. Kebanyakan petani menyatakan suka membaca halaman “Resep Kita” karena bisa secara langsung diterapkan. Menurut Mbah Suhardi (Pilangpayung) ada beberapa petani yang datang dan antusias untuk mendapatkan buletin darinya, tetapi sayangnya persediaan terbatas. Dalam “Rapat Redaksi” bersama petani di Pilangpayung, petani mengusulkan, adanya tulisan (laporan) untuk menjawab pertanyaan: “Mengapa sih harga Saprodi melambung, sementara harga gabah terus terpuruk?” Banyak yang mengusulkan, hendaknya tulisan tulisan berbau ilmiah, dapat memakai bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. “Gambarnya diperbanyak, Mas,” kata Yudi, petani dari Pilangpayung.
Foto: Dok YDA
Rapat redaksi bersama petani santai-serius-partisipatif
Sementara itu, pada “Rapat Redaksi” bersama petani di Desa Badhe, tercetus banyak hal, diantaranya ada usulan untuk mengangkat tema pemutihan KUT , dan Globalisasi di bidang pertanian. “Petani ingin tahu, siapa yang menguasai harga hasil produksi pertanian karena saat panen harga gabah selalu turun,” kata Pardjo, petani setempat. Di situ, petani juga menginginkan adanya tulisan yang dapat menekan pemerintah sehingga ada penertiban pada label (kemasan) benih yang beredar di masyarakat. “Tolong, sosialisasikan daftar benih hasil rekayasa genetika, dan daftar pestisida yang dilarang, itu sangat bermanfaat,” kata petani peserta rapat redaksi kami. Sementara itu, dari surat kami mendapat banyak masukkan pula, kritik dan saran petani tentu akan bermanfaat bagi Advokasi. Namun, tentunya kami belum mampu menjalankan “amanat” petani itu secara sekaligus. Kami berharap dapat mengulirkannya satupersatu, edisi demi edisi. Semoga Advokasi dimasa mendatang bisa lebih sesuai dengan harapan petani. Salam Advokasi
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
Laporan
Halaman 4
Pestisida, sedikit atau banyak adalah berbahaya Judul di atas adalah kesimpulan lama yang harus selalu dicamkan di hati, setelah mendengar cerita beberapa teman YDA yang melakukan monitoring terhadap pestisida tahun lalu. Teman-teman ini bercerita bahwa di wilayah Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen ada petani yang merebus pestisida Furadan (yang berbentuk serbuk) dengan menggunakan ompreng (panci). “Biar lebih mandi (ampuh-red) saat disemprotkan,� ujar petani tersebut memberikan alasan. Namun apa mau dikata, cara tersebut berdampak pada keracunan pada dirinya sendiri saat melakukan penyemprotan di lahan. Si petani pingsan di tempat. Model penggunaan pestisida tabur yang dicampur air agar dapat disemprotkan, ternyata cukup banyak dilakukan petani di Kecamatan Tanon ini. Berdasarkan cerita beberapa petani yang menggunakan pestisida dengan model tersebut, mereka juga mengalami bentuk-bentuk gangguan kesehatan seperti mual, pusing, muntah, dan pingsan, saat menyemprot tanaman mereka. Bahkan ada petani yang sempat dibawa ke rumah sakit karena pingsan di lahan dan tidak segera sadar saat sudah dibawa ke rumah. Di tempat lain banyak kejadiankejadian serupa yang tidak tersebarluas. Sebagaimana di Brebes, daerah produsen bawang di Pulau Jawa, ada petani yang cukup sering melalukan penyemprotan pestisida selama bertahun-tahun, dan akhirnya tidak bisa bekerja apapun karena mengalami gangguan syaraf (gemetaran=tremor). Kabar terakhir beliau telah meninggal dunia dalam kondisi masih sakit.
orang lain, ibu ini mencoba hanya memakan makanan yang ditanam tanpa menggunakan pestisida. Dalam beberapa waktu (tidak tiba-tiba) ibu ini sembuh dari penyakitnya. Dan kini beliau hanya memakan makanan yang bebas pestisida. Dari dua cerita nyata di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pestisida itu berbahaya. Baik itu dalam takaran yang banyak atau takaran yang sedikit. Baik yang menggunakan pestisida secara langsung atau hanya mengkonsumsi tanaman yang telah disemprot pestisida, walau jauh hari sebelumnya (coba lihat kembali halaman belakang Buletin Petani Advokasi edisi Pebruari 2001 tentang Lingkaran Racun Pestisida). (Riza)
A Y O ! Pada sisi yang lain, menurut sebuah majalah terbitan Jakarta Intisari-, beberapa tahun lalu pernah dituliskan wawancara dengan seorang ibu yang mengidap penyakit Migrain (sejenis sakit kepala-red) yang menahun. Setelah berobat ke dokter dan meminum obat, penyakitnya tidak kunjung sembuh juga. Setelah sempat putus asa, akhirnya atas anjuran
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
Tidak ada pestisida yang betul-betul aman, oleh karena itu: Hindarilah penggunaan pestisida sesegera mungkin. Jika hal ini tidak memungkinkan, gunakanlah pestisida berkadar racun rendah. Gunakanlah pestisida dengan cara aman, sesuai petunjuk
Laporan
Halaman 5
Cara Promosi Pestisida Masih menyesatkan Sebagai media promosi, brosur adalah bentuk media pengenalan pestisida dan racun pertanian lain yang dekat dengan petani. Sebab brosurbrosur ini disediakan cuma-cuma di toko-toko sarana pertanian, petani dapat membaca di tempat itu atau membawanya pulang. Dalam bulan Juni-Juli 2000, YDA mengumpulkan 57 macam brosur yang mempromosikan ber-bagai jenis racun untuk dipakai di bidang pertanian dari Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen dan Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Jawa tengah. Selain bentuk brosur ditemui pula produk iklan senada berupa kaos, iklan gantung, spanduk, papan nama Demplot, papan nama toko, yang bersifat menawarkan produk racun pertanian. Pada penelitian itu, diketahui pula bahwa petani mengenal merek pestisida dari berbagai sumber. Promosi menempati urutan ke tiga untuk di Kecamatan Tanon (24,7%) dan nomor dua di Kecamatan Tawangmangu (21,4%). Angka ini adalah nilai brosur/selebaran bersama-sama dengan iklan radio, TV, kaos, spanduk, papan Demplot dan media cetak. Peran penting brosur bertambah vital pula, sebab pengecer kerap menggunakan brosur sebagai referensi dalam memberi saran pemilihan pestisida kepada pembeli. Hal mana diakui oleh Agus, penjaga Toko Pertanian Senotani di Desa Gawan Tanon dan pengakuan Waluyo, penjaga toko/kios pertanian di Pasar Tawangmangu. Pengakuan Agus dan Waluyo, menjadi makin berarti, sebab petani sebagian besar menuturkan, bahwa mereka mengenal pestisida dari informasi atau nasehat pengecer
Tidak jujur Dari brosur yang dikumpulkan, hanya ditemukan satu brosur yang secara terus terang memuat tulisan “Awas !!! Bahan racun mematikan bila termakan manusia atau hewan piaraan meskipun telah dicuci/ dimasak tidak menghilangkan daya
Selain itu, hanya ditemukan lima brosur menggunakan istilah “Bahan Berbahaya”. Yaitu milik Matador, Gramaxone, Mospilan 30 EC, Anvil, dan Spontan 400 WSC. Penempatan dan ukuran huruf dibuat tidak terlalu menarik perhatian. Ditemukan 31 brosur yang hanya memuat peringatan bahaya yang tidak terlalu jelas berupa tulisan ringkas dan/atau kode berupa gambargambar petunjuk penggunaan. Kata-
racun”. Satu brosur iklan yang terus terang ini dicantumkan pada brosur produk Python (racun tikus) dengan penempatan tulisan cukup mencolok. Juga, hanya ditemukan satu brosur (Sanet 7 SP –insektisida) yang secara lengkap memuat: Peringatan Bahaya, Peringatan Keamanan, Gejala Dini Keracunan, Petunjuk Pertolongan Pertama dan “resep” obat (antidot) yang dapat diberikan oleh dokter. Namun selain itu, hanya ditemukan dua brosur yang memuat tulisan peringatan “Bahan Racun”, yaitu pada brosur produk Benlate dan Manzate.
kata singkat tersebut: Bacalah Petunjuk pada Label, Patuhi dan Ikuti Petunjuk Umum Panggunaan Pestisida. Bahkan 7 brosur, diketahui tidak mencantumkan peringatan bahaya sama sekali, hanya mencantumkan keunggulan produk dalam membasmi hama dan gulma, atau sekadar mengedepankan bentuk kemasannya. tanpa peringatan keamanan berupa kode gambar dan/atau tulisan. Brosur tanpa tulisan untuk peringatan bahaya atau kode gambar ini dimiliki oleh Drago 60 WG, Basta, Tetrin 30 EC, Mipcin 50 WP & 4G,
(menempati peringkat pertama dalam survey di Tanon (29,9%) maupun Tawangmangu (45,4%).
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
Laporan
Halaman 6 Bancol 50 WP. Juga brosur milik AgrEvo (memasarkan Decis 2,5 EC, Hopcin 50 EC, Mitac 200 EC, Rumpas 120 EW, Previcur N, Basta 150 WSC, Derusal 60 WP, Ramortal RB, Dicarzol 25 SP dan beberapa pupuk). Sebuah brosur Furadan 3G, juga hanya mengemukakan soal keaslian produk dan kemasan baru, tanpa tanda/tulisan peringatan bahaya racun. Padahal UU Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, telah melarang iklan yang tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang dan atau jasa [Pasal 17 (1) d.]. Pelaku usaha juga dilarang melanjutkan peredaran iklan seperti tersebut. Bentuk janji promosi Pada brosur yang dikumpulkan, ditemukan tebaran kata-kata jargon yang sekadar mengedepankan keampuhan dan keefektifan racun pertanian yang ditawarkan. Misalnya, produk Supracide 25 WP menggunakan kata “Bintangnya Pestisida”, Hopcin 460 EC memakai kata “Perlindungan yang pasti untuk tanaman padi, kedelai terhadap serangan wereng dan hamahama lainnya…”, Ridomil Gold MZ4/64 WP menggunakan kata “Mengendalikan penyakit langsung ke pusatnya ”, Gramoxone memiliki jargon “Paling tepat untuk tanaman jagung” dan “Cepat dan meyakinkan”, Hopcin 50 EC memakai “Mensukseskan Gema Palagung 2001”. Ditemukan brosur produk yang menggunakan kata-kata berupa rayuan: Ampuh, paling ampuh, cara
tepat, spesialis, tuntas, sistematik, tangguh, serba bisa, racikan khusus, efektif, daya bunuh kuat, aman, melindungi panen, senjata pamungkas, hama kabur dan lain-
lain berupa janji atas keandalan daya bunuh produk mereka. Bisa jadi hal inilah yang telah “mendidik” petani selama ini. Penelitian ini menemukan bahwa, alasan petani memilih merek tertentu karena, memiliki: Daya bunuh hama tinggi (di Tanon 61,8% dan Tawang-
mangu 41,1%). Tidak Pasti Yang perlu juga dicermati, ialah pemuatan kalimat jaminan (untuk hal yang tidak pasti), padahal hal ini telah lama dilarang dalam aturan yang dikeluarkan FAO di tahun 1985 dan UU Perlindungan Konsumen. Produk Score 250 EC memuat kalimat janji “meningkatkan hasil dan kualitas gabah”, Hopcin 460 EC “ Pelindungan yang pasti untuk tanaman….”, Gramoxone “Mempermudah panen …” , Benlate “Melindungi tanaman anda dan hasil panen” , Manzate 200 “Melindungi panen….”. UU Perlindungan Konsumen [Pasal 9 (1) j.] secara tegas telah melarang menggunakan kata-kata yang berlebihan tanpa keterangan yang lengkap. Tidak Ilmiah Aspek residu (sisa racun tertinggal pada bagian tanaman atau tanah/air) yang lama, justeru dibanggakan oleh iklan Applaud 100 EC (PT Indagro Inc). dengan aspek residu lama ini, dikatakan akan mengurangi banyaknya penyemprotan sehingga penggunaan menjadi lebih ekonomis. Hal sama dikedepankan oleh produk Sumialpha 25 EC (PT Indagro Inc), Tedion 75 EC (PT Sinarindo Kimia Nusa), Xentari WDG (PT Indagro Inc), Agrimec 18 EC (PT Sarana Agropratama). Padahal, semakin lama residu racun tertinggal, maka kemungkinan racun masuk ke tubuh manusia makin besar. Sementara itu, adanya resistensi (kekebalan pada pestisida) hama juga dimanfaatkan dalam promosi pestisida. Tidak diketemukan brosur yang memperingatkan petani akan bahaya resistensi hama, justeru memperkenalkan produknya sebagai jawaban atas adanya resistensi hama (yang dikatakan disebabkan oleh produk lain). Hal ini ditunjukkan pada brosur Score 250 EC, Curacron 500 SP, Agrimec 18 EC, Pegasus 500 EC, dan Mospilan 30 EC.
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
Rupanya, promosi yang memutarbalik fakta ilmiah ini, memang dianggap tepat oleh produsen. Atau, telah cukup berhasil membentuk opini di kalangan petani. Hal ini terlihat ketika petani ditanya, alasan Petani pindah merek pestisida. Petani menyebutkan alasan utama pindah merek adalah: Sudah tidak mempan lagi atau hama resisten (Tanon 40,2% dan Tawangmangu 54,0%). Banyak pula brosur yang memanfaatkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam pemasaran, padahal program PHT hanya akan menggunakan pestisida sebagai alternatif terakhir. Untuk padi, PHT bahkan sudah tidak memakai pestisida sama sekali. Dari uraian di atas, jelas masih ada iklan/brosur pestisida yang menyesatkan atau ilegal. (Tim YDA) Menurut aturan FAO (Organisasi Pangan Dunia), dalam FAO Code, pihak industri pestisida harus: Semua pernyataan yang dilontarkan olehnya harus dapat dibuktikan secara teknis. Produk-produk khusus tidak boleh diiklankan kepada publik, kecuali kalau penggunaan khususnya disebutkan dengan jelas. Klaim-klaim keamanan (Seperti “aman”, “tidak beracun”, “tidak membahayakan”) tidak boleh dicantumkan, baik dengan kalimat “bila digunakan sesuai petunjuk” atau tidak. Kalimat jaminan (Seperti “Dapatkan keuntungan dengan..” tidak boleh dicantumkan, kecuali dapat didukung oleh bukti kuat. Tidak boleh menampilkan gambargambar praktek penggunaan yang tidak benar (Contoh: menyemprot tanpa pakaian pelindung). Semua iklan harus menampilkan kalimat dan simbol peringatan yang mudah dilihat . Semua staf yang terlibat dalam promosi dan penjualan haruslah terlatih agar dapat memberikan informasi mengenai produk secara lengkap dan akurat.
Halaman 8
Pengalaman Advokasi
Menjadi janda dengan tiga anak yang masih kecil-kecil ternyata tidak membuat ibu muda ini patah semangat. Dia berjuang sampai memenangkan sebuah kasus dengan ganti rugi paling besar dalam sejarah tuntutan langsung oleh masyarakat di Amerika Serikat: 333 juta dolar Amerika (sekitar 3.330 milyar Rupiah).
Beberapa dari pembaca mungkin ada yang sudah mendengar nama ini. Ya dia adalah seorang perempuan yang sangat gagah, berjuang untuk penduduk yang daerah tempat tinggalnya teracuni bahan kimia berbahaya Kromium 6, yang digunakan oleh sebuah perusahaan besar, Pasific Gas and Electric (PG & E). Perjuangan yang tanpa kenal lelah ini kemudian menarik perhatian istri seorang pembuat film. Sampai akhirnya dibuatlah sebuah film dengan dengan memakai nama Erin sebagai judulnya. Filmnya sendiri sangat menarik karena banyak adegannya diambil di lokasi sesungguhnya (Hinkley, California, Amerika Serikat) dan berhasil mengantar Julia Roberts meraih penghargaan pemeran utama perempuan terbaik. Erin adalah seorang janda dengan tiga orang anak, sama sekali tidak memiliki latar belakang pendidikan hukum. Ketika bekerja menjadi seorang pegawai bagian arsip di sebuah firma hukum, Erin menemukan dokumen-dokumen kesehatan dalam arsip-arsip sebuah kasus ganti rugi pembelian tanah. Dokumen itu tentang perusahaan PG&E yang ingin membeli tanah penduduk di sekitar perusahaan tapi dengan harga yang tidak pantas. Anehnya dalam dokumendokumen itu ada catatan-catatan
Belajar Advokasi dari
Erin Brockovich Nila Ardhianie pemeriksaan kesehatan penduduk, termasuk hasil tes darah yang dilengkapi kuitansi-kuitansi pembayaran yang semuanya ditanggung PG&E. Karena penasaran, dia minta izin atasannya untuk menyelidiki kasus ini secara lebih rinci. Satu minggu dia
dengan mengirimkan dokter dan selalu menanggung seluruh biaya kesehatan serta menjadikan sebagian besar penduduk di kota itu sebagai pegawainya. Penduduk setempat tidak melihat bahwa dibalik semua pembayaran
Repro Julia Roberts, memerankan Erin Brockovich habiskan untuk bertemu dengan penduduk yang lingkungannya teracuni bahan kimia yang digunakan PG&E untuk mengurangi karat pada mesinmesin pabriknya. Apa yang dia temukan benar-benar membuat kaget. Penduduk banyak sekali yang sakit parah, keluar masuk rumah sakit, menjalani operasi berkali-kali tanpa tahu apa penyebabnya. Lebih parah lagi penduduk merasa bahwa Perusahaan PG&E adalah perusahaan yang sangat baik dan bertanggung jawab karena selalu memperhatikan kesehatan mereka
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
biaya kesehatan penduduk, ada hal yang ingin disembunyikan. Berbekal informasi yang diperolehnya selama seminggu penuh, Erin menemui seorang pengajar di universitas yang memberitahu tentang berbagai dampak penggunaan Kromium 6 pada mahluk hidup dan lingkungan. Dari sana dia memperoleh informasi bahwa jenis kromium yang digunakan PG&E dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit diantaranya sesak nafas, gagal ginjal, gagal jantung, kemandulan, semua jenis kanker dan kerapuhan tulang.
Pengalaman Advokasi Dari sini pula Erin mendapat informasi untuk menghubungi Dinas Pengelola Air setempat. Erin prihatin karena di sini pun dia mendapat informasi yang mempertegas adanya keracunan pada lingkungan disekitar pabrik. 18 bulan dibutuhkan oleh Erin yang dibantu atasannya, Ed Marsy untuk mencari informasi yang akurat.
Namun dalam kasus ini PG&E meminta 90% dari penuntut menandatangani. Akhirnya dalam waktu lima hari Erin dan Ed mengendarai mobilnya mendatangi satu per satu rumah dan berhasil memperoleh tanda tangan dari 634 penuntut, yang berarti lebih dari 90%. Yang menarik dari kasus ini, selain keberanian Erin adalah bahwa tuntutan ini dimulai oleh 600 tuntutan hukum upaya orang yang tidak mengetahui Berbagai tantangan dilaluinya dunia hukum sama sekali. Sebelum termasuk mengambil contoh air yang bekerja di kantor pengacara ini, Erin terkontaminasi di sumur dekat pabrik adalah ibu rumah tangga yang sampai hampir tertangkap. Kerja mengurus anak selama 6 tahun. kerasnya akhirnya berbuah 600 Ketahanannya melawan berbagai tuntutan hukum masyarakat kepada tantangan juga patut kita jadikan PG&E untuk membayar ganti rugi atas pegangan jika ingin melakukan berbagai penderitaan yang disebabkan advokasi yang berhasil. Berbagai oleh pemakaian Kromium 6 di pabrik tantangan termasuk dari keluarga dan mereka. atasannya sendiri berhasil diatasi dengan komitmen yang tinggi terhadap masalah ini. Sangat mencengangkan bahwa dia hapal nomor telepon semua penduduk yang mengajukan tuntutan. Kemampuan Erin dalam menjalin hubungan dan memperoleh Repro kepercayaan dari Erin mengambil contoh air yang tercemar masyarakat juga
Perjalanan yang harus ditempuh untuk mendapatkan keadilan jelas tidak gampang. Untuk bisa diajukan ke pengadilan dengan sistem juri (sistem pengadilan yang berlaku umum di Amerika Serikat), perlu waktu bertahun-tahun karena setiap kasus harus diadili satu persatu. Jika satu kasus membutuhkan setengah tahun, maka dibutuhkan waktu 300 tahun untuk pengadilannya. Akhirnya sistem yang digunakan adalah sistem pengadilan bebas (test trial). Dimana biasanya 70% dari penuntut harus menandatangani persetujuan untuk membawa kasus ke pengadilan tanpa juri.
merupakan suatu hal yang patut ditandai sebagai kunci keberhasilan advokasinya. Dalam berbagai kesempatan dia selalu mampu menempatkan dirinya sejajar dengan penduduk setempat, yang mana hal ini mampu menumbuhkan perasaan nyaman dan kepercayaan, sehingga mereka bersedia menceritakan berbagai masalah pribadi yang berhubungan dengan dampak beroperasinya PG&E di sana. Dalam artikel mengenai elemen dasar advokasi yang dimuat pada buletin edisi lalu, disebutkan bahwa untuk melakukan advokasi ada 8 hal
Halaman 9
yang biasanya perlu dipikirkan yaitu memilih tujuan advokasi, menggunakan data penelitian, menentukan kelompok sasaran, mengembangkan dan mengirimkan pesan, membangun koalisi, membuat presentasi, menggalang dana dan terus menerus melakukan evaluasi. Jika kita pelajari kasus Erin ini, maka semua elemen dasar ini bisa dilihat secara jelas. Memilih tujuan ditetapkan secara sangat jelas, yaitu meminta ganti rugi dari PG&E. Untuk itu mereka mengumpulan data secara sangat lengkap, mereka berhasil mengumpulkan data bahwa perusahaan sebenarnya sudah tahu mengenai kontaminasi sejak tahun 1966 dan berhasil mengumpulkan tuntutan sebanyak 634 kasus pada tahun 1993. Membangun koalisi dan berbagai elemen lainnya, mengembangkan dan mengirim pesan serta membuat presentasi baik kepada kalangan hukum maupun masyarakat yang terkena dampak pun dilakukan dengan sangat baik. Membuahkan hasil Yang jelas kerja keras pasti membuahkan hasil yang membanggakan. Ini pula yang akhirnya diperoleh Erin Brockovisch dan Ed Marsy. Ganti rugi terbesar dalam sejarah aksi tuntutan langsung (direct-action lawsuit) di Amerika sebesar 333 juta dolar Amerika berhasil mereka peroleh. Pada sebuah keluarga jumlah ini masih ditambah dengan beberapa 5 juta dolar lagi (50 milyar Rupiah). Selain itu berkat tuntutan dari masyarakat ini, PG&E sekarang tidak lagi menggunakan Kromium untuk kompresor di pabriknya. Mereka pun membangun kolam penampungan air untuk mencegah teracuninya air tanah dengan zat-zat kimia dari pabrik. Tujuan untuk kebaikan masyarakat, kemauan yang keras diiringi keteguhan hati dan kerja keras untuk mendapat bukti serta ketahanan dalam memperjuangkan hasilnya, telah dibuktikan oleh Erin membawa hasil bagi kebaikan masyarakat. (*)
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
Halaman 10
Monitor Monitor
Apa yang harus Saya lakukan jika mata Saya tidak sengaja terkena pestisida? Banyak petani yang menjadi buta karena matanya terciprat pestisida. Gejala yang umum dari keracunan pestisida pada mata adalah rasa terbakar, keluar air mata yang berlebihan dan pandangan menjadi kabur. Pupil yang sangat kecil adalah tanda keracunan berat.
Buka kelopak mata dengan jari Anda dan cuci mata Anda secepatnya dengan air yang mengalir, paling tidak selama 30 menit. Jika yang terkena hanya satu mata, hati-hati dalam mencucinya. Pastikan mata yang satu tidak ikut terkena. Jangan gunakan obat tetes mata! Obat ini bukanlah penetral racun (antidot) dan karena hanya digunakan dalam jumlah kecil obat ini tidak dapat menghilangkan racun dari mata Anda. Pergilah menemui pekerja kesehatan sesegera mungkin. Bawalah wadah pestisida pada saat berkonsultasi dengan pekerja kesehatan.
Apa yang harus dilakukan jika kulit Saya tersiram pestisida? Secepatnya cucilah pestisida dengan sabun dan air yang banyak Pindahkan pakaian dan perhiasan yang telah terkontaminasi Mandilah secepat mungkin Jika Anda merasakan gejala-gejala keracunan, temui petugas kesehatan Bawa kaleng bekas pestisida ketika anda berkonsultasi dengan petugas kesehatan
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
Monitor Monitor
Halaman 11
Apa yang harus dilakukan jika seseorang menelan pestisida? Kadang-kadang orang me-
minum pestisida untuk bunuh diri. Tentu saja cara ini sangat mengerikan, pestisida digunakan untuk bunuh diri karena beracun dan banyak tersedia. Kadang-kadang pestisida diminum secara tidak sengaja, terutama jika pestisida itu ditempatkan di botol lain. Kadangkadang anak-anak yang tidak diawasi tertarik untuk mencicipi isinya. Jika ada orang keracunan pestisida karena tertelan, lakukan hal-hal berikut ini: Baringkan korban, tempatkan kepalanya lebih rendah daripada tubuhnya dan putar tubuhnya ke salah satu sisi jika ia muntah. Bersihkan mulut pasien dengan kain atau kertas. Jika pasien menggunakan gigi palsu cepat lepaskan. Pastikan tangan Anda tidak ikut terkontaminasi. Jika mungkin, gunakan sarung tangan karet.
tidak tersedia. Untuk menjaga agar pasien tidak menggigit jari Anda, gunakan tangan Anda yang satu lagi untuk memegang pipi pasien agar mulutnya tetap terbuka. JANGAN memaksakan pasien yang tidak sadar atau kejangkejang untuk muntah, juga pasien yang mempunyai penyakit jantung, memaksa ibu yang sedang hamil tua untuk muntah juga sangat berbahaya karena bayinya ikut terancam.
dan pasien sadar dan mau bekerja sama, berikan pasien minum yang banyak/beberapa liter air dalam hitungan jam. Minum akan membuat pasien mengeluarkan air seni lebih banyak sehingga racun dalam tubuhnya lebih cepat hilang. JANGAN memberikan makanan. JANGAN memberikan susu atau alkohol. JANGAN memaksa pasien yang tidak sadar atau kejang-kejang untuk minum.
Jika Anda berada dekat fasilitas kesehatan, akan lebih baik jika Anda tidak memberikan cairan apapun terhadap pasien dan biarkan petugas kesehatan yang melakukannya. Tetapi jika bantuan medis sulit didapat
Cari bantuan medis secepat mungkin. Bawa kaleng pestisida atau labelnya waktu membawa pasien ke petugas kesehatan. Sumber: CPAK: Awas Pestisida Berbahaya bagi Kesehatan Anda
Lepaskan semua pakaian pasien dan mandikan pasien dengan sabun dan air. Jika mata pasien terkena cuci dengan air yang mengalir selama 30 menit. Usahakan agar pasien muntah dengan cara menggelitik bagian belakang tenggorokannya. Hal ini harus dilakukan terutama jika pestisida yang tertelan sangat beracun dan bantuan medis
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
Halaman 12
Kajian
Globalisasi, penjajahan baru telah hadir? Anwar Hadi
Dewasa ini berkembang apa hanya akan dijadikan alasan bagi berkembang adalah petani kecil yang
yang disebut dengan penjajahan dalam bentuk baru (neokolonialisme). Penjajahan dalam bentuk baru ini beroperasi melalui kegiatankegiatan yang bersifat internasional seperti modal internasional (lintas negara), perdagangan, dan produksi, inilah yang disebut dengan globalisasi atau juga biasa disebut pasar bebas. Globalisasi ditandai dengan tawar-menawar perdagangan antar banyak negara yang kesepakatannya ditandatangani oleh para wakil 125 negara peserta General Agreement on Tariffs and Trade (GATT- sebuah organisasi mewadahi perjanjian beamasuk dan perdagangan dunia). Di dalamnya meliputi bidang-bidang yang disepakati dalam perjanjian perdagangan antara lain pertanian, tekstil, jasa, subsidi, investasi, hak milik intelektual dan lain-lain. Selain itu disepakati pula dalam perundingan GATT tahun 1995, yang dikenal dengan Putaran Uruguay, untuk mendirikan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Sampai saat ini negara anggota WTO berjumlah 134 negara termasuk Indonesia. WTO merupakan perangkat perdagangan global yang berkuasa, yang telah mengubah GATT menjadi sebuah perjanjian yang mampu memaksakan perdagangan global. Sebenarnya tujuan globalisasi adalah mewujudkan kemakmuran bersama seluruh warga dunia yang ditandai dengan terbukanya berbagai hambatan perdagangan, sehingga lalu lintas perdagangan akan berkembang pesat. Tetapi hal tersebut nampaknya
pihak-pihak yang berkepentingan untuk meraup keuntungan sebesarbesarnya dari globalisasi. Kemakmuran, hanya akan dinikmati oleh pihak-pihak yang mengeruk keuntungan lebih banyak dari globalisasi antara lain negaranegara maju yang bermodal besar. Sehingga pengertian kemakmuran tersebut tentu berbeda masyarakat di negara miskin/berkembang.
Dampak di sektor pertanian Persetujuan Putaran Uruguay merupakan faktor yang akan lebih menyulitkan Indonesia, misalnya dalam perdagangan komoditas pertanian. Globalisasi di bidang pertanian di bawah kendali WTO menekankan pada persaingan yang sehat. Tetapi dalam prakteknya, persaingan yang berlangsung berjalan tidak seimbang, dimana selama ini kebanyakan penghasil produk pertanian (petani) di negara-negara
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
masih tradisional sehingga yang terjadi adalah petani-petani di negaranegara berkembang seperti seekor semut kecil yang berhadapan dengan gajah yang siap menginjak-injak mereka setiap saat. Perjanjian perdagangan bidang pertanian dalam kerangka globalisasi akan menekan negara-negara berkembang untuk melakukan kebebasan impor dengan menghapus kebijakankebijakan yang menghambat impor seperti tarif bea masuk, pengurangan sampai penghapusan dukungandukungan/subsidi yang diberikan oleh pemerintah dalam menunjang pembangunan pertanian dan persaingan ekspor.
Harga beras lokal Jatuh Seandainya komoditas pertanian dari luar negeri masuk ke Indonesia dalam rangka pasar bebas dan lebih murah dari komoditas pertanian yang sejenis di Indonesia, maka Kita akan mengorbankan yang lokal (dalam negeri) dan justru mengimpornya dari luar negeri seperti yang tercantum dalam persetujuan Putaran Uruguay. Contoh, bea masuk (cukai impor) beras yang sampai 0% telah mengakibatkan adalah banjirnya beras impor di pasar lokal, dan telah menjatuhkan harga beras petani Indonesia. Selain beras, hal serupa sudah terjadi pada produk bawang, buah dan sayuran. Terbukti, globalisasi melalui WTO dan lembaga-lembaga pendukungnya tidak membawa manfaat, tapi malah mengorbankan masyarakat terutama petani di negara berkembang (*)
Kajian
Halaman 13
Jika Program Pertanian Tidak Sukses
Petani Jangan Dijadikan Kambing Hitam Pemerintah telah banyak mengu-
curkan berbagai bentuk kredit pertanian dengan rencana yang cukup bagus dan menggiurkan, tapi pada akhirnya tidak pernah ada kejelasan yang pasti. Demikian halnya KUT yang hingga sampai saat ini masih menjadi “duri” diantara para pejabat maupun akademisi tentang rencana pemerintah untuk merestrukturisasi atau memutihkan KUT. Terkait dengan hal di atas, beberapa waktu lalu Advokasi berbincang-bincang dengan Ir. Maulidayah, Msi, seorang dosen yang sekaligus Sekretaris Jurusan pada jurusan Ekonomi Pembangunan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Ibu rumah tangga dengan dua anak yang akrab dipanggil Bu Maya ini mengungkapkan, bahwa sebenarnya program pemerintah untuk memberikan kredit pada petani bagus. “Sebab dengan hal itu petani kita bisa lebih memiliki modal untuk berproduksi lebih baik,” kata dia. Dikatakan Maya, bahwa petani dalam mengajukan dan mengambil kredit petani harus konsekuen dalam penggunaan dana tersebut, apabila dalam pengajuan petani meminjam dana dengan tujuan untuk biaya produksi pertanian maka dia benarbenar harus konsekuen bukan digunakan untuk konsumsi atau yang lainnya. Tentang masalah restrukturisasi (struktur ulang) dana KUT, Maya mengatakan “agak setuju” dengan kebijakan pemerintah ini. Artinya, kata
Dia, bila restrukturisasi atau pemutihan itu harus dilakukan dengan kriteria yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan pemerintahpun dalam hal ini harus benar-benar bijaksana, “Karena tunggakan KUT sebanyak Rp. 8,3 triliyun Foto: YDA/Eko itu tidaklah seberapa Ir. Maulidayah, Msi, dibanding dengan utang para konlomerat yang memakai dan digunakan untuk usaha dan benarmerugikan negara selama ini”. benar terlihat prospek hasil kerjanya, “Jangan lalu petani Kita dijadikan ini dapat dilihat hasil kerjanya apabila kambing hitam karenanya, sebab Kita dalam jangka 1 tahun (petani yang tahu selama ini petani Kita selalu mengambil kredit) meningkat kesemenurut dan patuh dengan semua jahteraannya maka tentunya petani kebijakan pemerintah tentang yang lainnya akan ikut dan mulai pertanian,” imbuhnya. untuk dengan tertib menggunakan Pemerintah sudah memberikan uang kredit tersebut dengan tertib. batasan tentang penghapusan bunga Jadi jangan sampai petani dirayu utang KUT dengan potongan yang untuk mengambil kredit, nanti ketika diberikan dan juga berdasarkan luas tiba waktunya membayar kredit petani tanah yang dimilikinya. dikejar-kejar untuk membayar. Benar-benar sampai Kemudian, dalam proyek pertaDosen alumni Universitas Gajah nian, pemeritah harus melibatkan Mada ini mengatakan bahwa bila petani dalam setiap tahap dari mulai dilihat dari “kebudayaan” petani yang perencanaan, pengorganisasian, terbiasa ngutang dan ngemplang sampai pada tahap penyusunan (mengelak dari kewajiban membayar laporan. utang). Kita harus mulai memPesan terakhir dari Bu Maya, biasakan pada petani untuk bisa lebih bahwa program pemerintah pada tertib dan mandiri dalam hal kredit dasarnya baik. Tapi semua itu harus juga saat pengajuan kredit tersebut dikembalikan pada visi dan misi pemerintah harus benar-benar teliti semula mengucurkan kredit itu, dan dalam pengucuran dananya. Hingga fungsi sebagai organ pelaksananya benar-benar sampai ke tangan yang harus benar-benar berjalan dengan membutuhkan (petani). baik, efektif dan seoptimal mungkin. Kita bisa saja memberikan kredit (Retno/Eko) pada petani-petani yang benar
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
Profil Aksi
Halaman 14
Wanti Nastiti:
Tidak ingin dibodohi W anti Nastiti atau Bu Yanti (demikian biasanya dia dipanggil), adalah ketua Kelompok Wanita Tani Melati, Desa Sungai Itik, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Pontianak. Perempuan yang penuh semangat ini pernah bergiat dengan beberapa petani di desa lain di Kabupaten Pontianak dalam melakukan monitoring terhadap ISDP (Proyek Pengembangan Daerah Rawa Terpadu) yang didanai oleh Bank Dunia. Saat dijumpai oleh Advokasi di rumahnya, Yanti menyebutkan alasannya untuk terus melakukan monitoring terhadap proyek pertanian pemerintah. Yaitu, karena dia merasa petani dipenuhi oleh janji-janji dari Pemerintah, tetapi seringkali tidak menguntungkan petani, justru menguntungkan oknum. “Apakah ini bukan pembodohan,’’ tanya dia. Dikucilkan Dia menuturkan, sebagai petani yang vokal dan berani bicara tentang ketidakberesan proyek-proyek bantuan yang ditujukan di desanya, kerap diperlakukan tidak adil, “Kelompok saya sekarang sama sekali tidak di perhatikan oleh PPL. Jangankan untuk memberikan penyuluhan, menyapapun PPL tak mau. Saya sendiri jadi heran sama PPL kita, kalau membenci Saya jangan pula kelompok yang jadi sasaran,” katanya dengan logat Melayu yang khas. “Apakah Saya harus mengatakan ada, sementara barangnya memang tidak ada,” katanya sambil mengingat beberapa temuannya bersama petani lainnya tentang paket pertanian saat melakukan monitoring proyek ISDP di desanya.
Dalam kondisi dijauhi PPL, Bu Yanti tetap membina kelompoknya agar tetap kompak. Bahkan untuk kebutuhan anggota kelompoknya dalam musim tanam yang lalu, Yanti berusaha mendapatkan pinjaman ke manapun walaupun harus dengan jaminan sertifikat tanahnya.“ Saya sih tidak mengapa, asalkan kelompok Saya dapat menanam,” kata Yanti lagi. Dikatakannya, beruntung kelompoknya selalu tepat dalam pengembalian kredit. “Jadi saya tidak begitu susah untuk mendapatkan modal walau menjaminkan sertifikat tanah”. Dalam keadaan yang terus di kucilkan Dinas Pertanian, kelompok taninya masih terus berjalan seperti layaknya sebuah kelompok tani yang mendapat perhatian. Berdasarkan pengalamannya bertani maupun dalam berbagai pelatihan pertanian yang pernah diikutinya seperti pelatihan pengendalian hama secara alami di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) Salatiga Jawa Tengah April tahun kemarin. Kini, Yanti mampu mengarahkan kelompoknya untuk menuju ke pertanian organik yang bebas pestisida. Kegigihannya memperhatikan kepentingan kelompok patut mendapatkan acungan jempol. Justru dia dihormati di desanya karena gigih dalam mengembangkan kelompok tani dan juga kejujurannya serta keberaniannya memantau program pertanian pemerintah. Bermodalkan pengalaman monitoring yang diikutinya bersama Yayasan Duta Awam (YDA), dia terus melakukan kegiatan monitoring dan advokasi terhadap beberapa proyek
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
Wanti Nastiti atau keganjilan proyek-proyek yang masuk di desanya. Sukurlah, perjuangannya didukung oleh kelompoknya maupun masyarakat sekitar. “Saya mau proyek untuk masyarakat tani khususnya, harus transparan, jadi Kami pun tahu maksud proyek itu baik untuk Kami” kata Dia penuh harap. “Jangan yang diterima dari atas banyak, terus yang disampaikan ke kami sedikit. ...masyarakat janganlah dibodohi,” tegas Beliau. (Iyem)
Ayo Aksi
Halaman 15
Kita dapat melestarikan alam dan menyelamatkan lingkungan
Tanggal 22 April ini, adalah Hari Bumi yang merupakan “pagelaran” internasional yang menyatukan masyarakat dari berbagai latar belakang, dalam upaya menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan lestari. Hari Bumi pertama kali di peringati di Amerika Serikat pada tahun 1970. Pencetusnya adalah Senator Gaylord Nelson. Pada intinya Hari Bumi adalah sebuah gagasan untuk mendidik masyarakat melalui berbagai pertemuan langsung di tempat-tempat umum mengenai kenyataan bahwa Kita semua menghuni Bumi yang cuma satu. Ditunjukkan, bahwa Bumi satusatunya yang Kita huni ini memiliki keterbatasan hingga tidak boleh “ditindas” terus menerus. Berbagai kegiatan di Hari Bumi, biasanya berupa diskusi-diskusi, sampai yang bersifat kemasyarakatan seperti kampanye pengurangan sampah, pendaurulangan, pengurangan penggunaan kendaraan bermotor, serta berbagai program dalam usaha mengurangi polusi. Tujuan sementaranya, ialah meningkatkan kesadaran masyarakat dan para pengambil keputusan di berbagai negara terhadap lingkungan. Di Indonesia, kaitan topik lingkungan dan politik sangat dahsyat , sejak awal Indonesia berdiri, sumber daya alam sudah dibuat menjadi milik negara. Dengan demikian masyarakat adat atas sumber daya alam secara otomatis hilang karena adanya penguasaan negara. Ketika lingkungan disadari bermanfaat sebagai sumber daya ekonomi, maka hak-hak adat dirampas oleh negara atas nama kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya untuk melapangkan jalan bagi eksploitasi sumber daya alam. Hari Bumi sebagai momentum lingkungan hidup, juga terkait dengan
Kita dapat melestarikan alam dan menyelamatkan lingkungan: 1. Perlu diingat, Bumi bukan diwariskan nenek moyang, melainkan dipinjam dari anak cucu Kita di masa depan. 2. Kita dapat melestarikan lingkungan di bumi ini dengan banyak cara di tempat kita masing-masing. 3. Monitor atau pantaulah proyekproyek yang diduga merusak atau merubah keseimbangan lingkungan alam. 4. Pakailah benih yang terbukti aman bagi lingkungan, terutama benih yang terlah berabad-abad dikembangkan kaum tani sendiri. Juga bukan hasil rekayasa genetik yang sulit diperkirakan dampaknya bagi lingkungan. 5. Hentikan segera atau kurangi semaksimal mungkin, pemakaian bahan kimia di bidang pertanian. 6. Bumi bukan milik Kita, justru Kitalah milik Bumi.
benih hasil rekayasa genetika, seperti yang diungkapkan oleh Hira Jhamtani dari Kophalindo, di Kanada terbukti penggunaan Kapas Bt tidak menurunkan jumlah penggunaan pestisida dan tidak meningkatkan hasil panen. Bahkan dari segi lingkungan, rekayasa genetik memiliki resiko tak terkirakan. Karena, makhluk hidup “baru” ini akan terus menjalani proses “menyesuaikan diri” di alam. Sekali mahluk hidup hasil rekayasa genetik dilepas ke alam dan terjadi persilangan maka gen yang mencemarinya tidak dapat ditarik kembali. Apalagi dalam hal manipulasi makhluk hidup, resiko tidak dapat diramalkan hanya pada satu – dua generasi saja. Vandana Shiva, ahli keanekaragaman hayati dari India mengatakan justru produk genetik dan paten dari industri besar akan meningkatkan kelaparan dan kemiskinan, karena petani makin sulit mendapatkan benihnya. Semua tanpa terasa harus dibayar mahal ongkos teknologinya oleh petani dengan terus tergantung pada benih produksi pabrik. ( Berbagai sumber/chie)
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
Bero
Halaman 16
Sopir Truk dan Petugas Pabean yang Setia Seorang Sopir truk tiap hari harus melewati pemeriksaan petugas pabean. “Berhenti! Bawa apa ini, ayo buka?” perintah petugas kepada sopir truk. Petugas itu mengelilingi truk dan memeriksa isi baknya, matanya penuh curiga. Naluri kepabeanannya bisa mengendus aroma penyelundupan. “Ah, hanya beras pak,” jawab Sopir truk. Tapi petugas itu tak percaya, diciuminya beras kusam yang tak wangi itu. “Benarkah?” tegasnya lagi. “Iya Pak!” jawab Sopir truk. “Ya sudah jalan,” kata petugas dengan ragu. Besoknya lewat lagi truk itu dengan sopir yang sama. Dan seperti biasa petugas itu bertanya dan memeriksa, juga kelengkapan surat, dibukalah truk itu seperti biasa. Kali ini isinya jagungjagung tua yang sudah dikupas. Dan petugas yang curiga itu tak menemukan apa-apa lagi. “Ya Jalan!”
Paginya truk itu setia datang lagi. “Bawa apa kamu?” tanya petugas memeriksa . Begitulah tiap hari dengan setia truk itu datang, kadang membawa hasil bumi, kadang juga tanah gembur bercacing, lewat pabean dengan petugas yang setia, bertahun-tahun, sampai di suatu hari, mereka sudah tua. “Selamaat paagi , kamu bawa aapa?” tanya petugas yang kini sudah
Teka-Teki Berhadiah Pasangkan satu kata/kalimat di
Kelompok A dengan kata/kalimat di Kelompok B. Pasangan jawaban dari Kelompok B bisa lebih dari satu. Kata/Kalimat Kelompok A: 1. Beberapa tanda/gejala keracunan pestisida 2. Beberapa jenis bahan aktif pestisida 3. Sifat pestisida yang menyebabkan hama malah menjadi kebal pada suatu saat 4. Sifat pestisida yang justru menyebabkan ledakan hama pada suatu saat 5. Sifat pestisida yang menyebabkan pestisida masih ada di tanaman walau sudah dipanen, dicuci bersih dan dimasak 6. Pestisida meracuni tubuh melalui: 7. Dampak pestisida pada kesehatan manusia terkadang baru dapat dilihat dan dirasakan setelah beberapa bulan atau tahun beri-
kutnya, seperti bentuk-bentuk penyakit: 8. Siapa saja yang teracuni pestisida? Kata/Kalimat Kelompok B: a) Bayi lahir cacat atau meninggal b) Carbaryl c) Endosulfan d) Gemetar e) Kanker f) Keguguran g) Kemandulan h) Kematian i) Kerusakan syaraf otak j) Kulit k) Makanan l) Mata m) Mata merah n) Pernapasan (hidung dan mulut) o) Pusing p) Residu (sisa) q) Resistensi (kebal) r) Resurjensi (subur) s) Siapa saja (mahluk hidup) yang berada di sekitar tempat penggu-
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
renta. “Tidak ada apaa-aapaa, hanyaa sabuut kelapaa,” jawab sopir truk yang uzur pula. “Sudahlah kaawan, kitaa kan sudaah samaa tuaa, mengakulah sebenarnya aapa yang kamu selundupkaan,” tanya Petugas tak berubah . “Baiklaahh soobat, aaku akan mengaku sekaarang. maafkaan, selaama ini aaku telah menipuumu, sesungguhnya aaku menyelundupkan truk…(*)
naan pestisida atau di sekitar jalur mengalirnya air atau kemana pun angin bertiup dari tempat penggunaan pestisida t) Siapa saja (mahluk hidup) yang memakan tanaman yang disemprot pestisida, meskipun sudah lama menyemprotnya, sudah dicuci atau sudah dimasak u) Siapa saja (mahluk hidup) yang menghirup pestisida, baik sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung. Kirim jawaban Anda via pos atau kartu pos ke redaksi Advokasi d/a YDA Jl. Adi Sucipto No 184 i Solo. Sertakan kupon yang disediakan. Tiga Pemenang yang beruntung akan mendapat tanda persahabatan dari redaksi. Pemenang diumum pada dua penerbitan mendatang.
Kupon Teka-Teki Advokasi April- Mei 2001
Kilas Berita Berita Tani Tani Kilas Hasil CF sulit diserap pasar Setelah panen, petani peserta Corporate Farming (CF) di Pilang Payung Kabupaten Grobogan Jateng, baru tersadar bahwa hal-hal yang dijanjikan oleh pengurus CF tidak dipenuhi. Awalnya, petani dijanjikan bahwa hasil varietas padi aromatika akan di beli oleh pengurus dengan harga sesuai dengan pasaran. Tetapi pada kenyataannya CF hanya mau membeli hasil panen dengan harga Rp. 1.500/kg. Padahal, kalau dijual kepada pedagang, bisa laku dengan harga antara Rp. 1.600 – 2.000/kg. Sementara itu, hasil petani CF berupa beras jenis IR 64, juga diakui sulit diserap pasar. Karena itulah, Sukadi ketua kelompok tani di Dusun Kaman desa setempat, berinisiatif menampung hasil panen temantemannya (IR 64 SS Putih) dengan harga Rp. 900/kg. Di pasar desa setempat, jenis ini hanya laku Rp. 850/kg. Kadi juga bekerjasama dengan pedagang beras yang berada di daerah Ngawi Jawa Timur yang mau menampung hasil panen petanipetani yang lain. Dikatakan petani setempat, Suhardi, seandainya petani tahu dan mengerti serta faham hakikat proyek CF sejak awal, tentu mereka akan pikir-pikir panjang untuk menjadi anggota, juga mengambil sapi kredit atau gaduh dari CF. (chie) Pestisida Terlarang Beredar Jenis Pestisida yang menurut SK Menteri Pertanian No.473/KPTA/ TP.270/6/96, TERLARANG yang masih beredar di pasaran antara lain: Diazinon 106, Thiodan, Sevin dan puluhan jenis lainnya, yang biasa dipakai petani kentang di Wonosobo dan petani tembakau di
Halaman 17
Temanggung. Beberapa toko pertanian masih menjual pestisida tersebut, setiap hari permintaan petani pada pestisida terlarang itu mencapai ratusan liter. Menurut Nawawi, petani kentang Wonosobo, untuk membasmi lalat buah memang belum ada obatnya, ia terpaksa memakainya karena tak ada upaya lain, sedang lalat, ulat sering mengganggu tanaman kentangnya. Maka Dinas Pertanian membentuk Komisi Pestisida (Kompes) yang juga terdiri dari kepolisian, LSM, dan Dinas Pertanian. Mereka akan terus mengawasi pestisida yang terlarang. Pemerintah juga gencar melakukan imbauan pemakaian pestisida alami untuk mengembalikan lahan Pertanian yang terancam rusak. (Solopos 28 Pebuari 2001) Separuh Padi
Varietas Lokal Terancam Punah
Hasil Penelitian yang dilakukan Yayasan Jambata pada 8 desa dari 60 desa menunjukkan, dari sekitar 49 Jenis padi local yang pernah dibudidayakan secara tradisional oleh masyarakat yang bermukim di sekitar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), lebih dari separuhnya telah punah. Demikian dikatakan Butu Madika, Direktur Yayasan Jambata, di Palu. Penyebab utamanya adalah desakan introduksi (pengenalan-red) berbagai jenis padi persilangan atau bibit unggul. “Padahal padi lokal juga mempunyai keunggulan yaitu mempunyai citarasa khas, tahan penyakit. Dan yang lebih penting padi lokal ramah lingkungan, karena tidak membutuhkan pupuk kimia dan pestisida.(Kompas 7 Maret 2001)
Pelabuhan Hasil Bumi akan dibangun P elabuhan khusus hasil–hasil per-tanian akan dibangun di Cirebon,
Ja-wa Barat. Studi pelabuhan tersebut sedang dalam penataan ulang. Pemerintah daerah setempat di-kabarkan akan menawarkan pembangunannya ke investor dalam dan luar negeri. Menurut Direktur Pembiayaan Departemen Pertanian Endang Setyowati, pelabuhan Tanjung Priok sudah padat, maka harus ada pelabuhan di tempat lain. Rencana pembangunan sudah sejak Orde Baru, tapi belum terealisasi. Kini studinya sedang ditata ulang, kemungkinannya tidak jauh dari pelabuhan Cirebon yang ada saat ini. (Kompas 10 Maret 2001)
Tunggakan KUT ditata ulang
Tanggal 13 Pebruari 2001 pemerintah mengumumkan restrukturisasi KUT. Restrukturisasi KUT adalah salah satu program dari tiga program jangka pendek peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani yang diumumkan pemerintah saat temu wicara Presiden dengan pengurus KUD di Karawang. Tunggakan KUT petani tahun 1998 sebesar Rp. 6,8 Trilyun atau sebesar 72%. Hasil audit BPKP(Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) di 15 propinsi menemukan penyimpangan KUT sebesar Rp. 481,56 milyar atau 7,3% dari 6,53 trilyun rupiah. Restrukturisasi dilakukan sekali untuk kredit yang tertunggak per 31 Desember 2000 sesuai data bank pelaksana. Kriteria restrukturisasi adalah: 1. Bunga kredit dihapus 100% 2. Untuk petani yang gagal panen (Puso) diberikan penghapusan pokok kredit sebesar 50%. 3. Petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 hektar sebesar 50%. 4. Petani berluas lahan 0,5-1 Ha sebesar 35%. 5. Lahan diatas 1 Ha sebesar 25%. (Kompas 7 Maret 2001)
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
Resep Kita Kita Resep
Halaman 18
MANFAAT ALANG-ALANG SEBAGAI OBAT Banyak sekali tanaman liar yang tidak berguna bagi kehidupan manusia, tetapi sebenarnya juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari. Alang-alang misalkan. Selama ini, alang-alang yang Kita tahu merupakan gulma (tanaman pengganggu), ternyata bermanfaat untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Pada saat Kita tidak mempunyai uang cukup, mungkin resep di bawah ini dapat dicoba untuk menyembuhkan penyakit yang diderita oleh siapa saja (berbagai sumber/eko). Ciri-ciri tanaman • Tingginya 30-180 cm. • Batangnya padat, daunnya seperti rumput.
Manfaat 1. Melancarkan air seni. Bahan: - 250 gram alang-alang - Sedikit gula batu Cara pembuatan: - Bahan direbus dengan 3 gelas air selama 10 menit. - Setelah dingin disaring, airnya diminum 3X sehari satu gelas. 2. Menyembuhkan kencing batu. Bahan: - 100 gram alang-alang - ½ genggam daun meniran - ½ genggam daun kumis kucing - 10 helai daun kecubung Cara pembuatan: - Bahan direbus dengan 5 gelas air hingga airnya tinggal setengah. - Setelah dingin diminum airnya.
5. Menyembuhkan asma. 3. Menyembuhkan tekanan Bahan: darah tinggi akibat sakit - 100 gram alang-alang ginjal. - 25 gram daun sirih Bahan: - 25 gram kencur - 200 gram akar alang-alang Cara pembuatan: - Sedikit manisan yang dibuat - Bahan direbus dengan air 1 dari labu putih. liter hingga airnya tinggal Cara pembuatan: setengah. - Bahan direbus dengan 2 - Lalu disaring, beri satu gelas air hingga airnya sendok makan madu dan 1 tinggal setengah. sendok teh air jeruk nipis. - Setelah dingin, ramuan ini - Diminum sekaligus saat diminum 2X sehari. akan tidur. 4. Menyembuhkan radang 6. Menyembuhkan diare. paru-paru. Bahan: Bahan: - 250 gram akar alang-alang - 500 gram alang-alang Cara pembuatan: - 5 helai daun sembung - Bahan direbus dengan 2 - 10 kuntum bunga melati gelas air selama 15 menit. kering - Sekali minum satu gelas - Sedikit garam segera setelah buang air Cara pembuatan: besar. - Bahan direbus dengan 3 gelas air sampai separuh. - Minum untuk 2X sehari.
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001
Komik, Poster, Buku Untuk Aksi Utang Ekologis Tidak ada Lagi Yang Bisa Dirampas Mereka Justeru Memiliki Utang Ekologis Kepada Kita
Buku ini menuturkan secara gamblang, bagaimana penghisapan sumber daya yang dilakukan negara negara Utara terhadap negaranegara Selatan. Dus, membuktikan bahwa negara Utaralah yang justeru (secara ekologis) memiliki utang kepada negara Selatan!
Memecah Kebisuan!
Perkebunan & Pestisida Modul untuk aksi ini, mengajak petani dan buruh tani bangkit melawan penggunaan pestisida. Modul ini mengungkap pula berbagai kasus mengenai racun ini.
Awas Pestisida Berbahaya Bagi Kesehatan Buku ini mengkaji bagaimana racun pestisida bekerja m e n c e m a r i lingkungan dan meracuni manusia, gejala keracunan dan apa yang harus kita perbuat
Monitoring Partisipatif Terhadap Proyek Bank Dunia. versi Bahasa Indonesia & Inggris
Proyek yang dibiayai dari utang luar negeri harus diwaspadai dan diawasi oleh warga. Komik ini membagi pengalaman YDA bagaimana cara memonitornya, dengan kekuatan warga secara partisipatif dan mandiri serta terorganisasi.
Utang Luar Negeri Indonesia versi Bahasa Indonesia & Inggris
Komik ini dengan lugas dan sederhana, mengungkap bagaimana masyarakat harus bersikap terhadap proyek yang dibiayai dari utang luar negeri.
Halaman 19
Kelompok Peduli Lingkungan: Lokomotif Perjalanan menuju Petani Advokasi Komik atau cerita bergambar ini d i t u l i s berdasarkan pengalaman Kelompok Peduli Lingkungan Desa Badhe Klego Boyolali dalam mengadvokasi persoalan di lingkungannya. Yang Diuntungkan Dari Bisnis racun
INDUSTRI PESTISIDA Bagaimana dan mengapa industri pestisida meracuni dunia kita, sambil mereguk keuntungan besar? Lantas apa yang dapat kita lakukan untuk melawan kekuatan modal raksasa ini. Buku ini mengajak kita mengorganisasikan diri, untuk menyatukan kekuatan kita yang (sebenarnya) besar dan pasti dapat melawan mereka.
Poster “Lingkaran Racun Pestisida� 48 x 70 cm
Keuntungan Palsu Pemenang dan Pecundang yang sebenarnya, Ketika IMF, Bank Dunia, dan WTO Memasuki Negara Kita
Buku ini memaparkan bagaimana paket pembangunan (utang) yang ditawarkan kepada negara kita, justeru akan membuat kita terpuruk ke jurang kemiskinan tak berujung!
Dengan poster ini, dipaparkan dampak penggunaan pestisida yang meracuni lingkungan hidup kita, bagaikan lingkaran yang saling bertaut
Buletin Petani ADVOKASI No 2/IV/2001