2
Surat Tani Mohon Dikirimi Buletin Advokasi Bagaimana kabar YDA? Perkenalkan kami dari Serikat Petani Pati, mohon dikirimi juga Buletin Petani Advokasi. Rencananya kami akan menyebarkan Buletin ini ke teman-teman petani di 10 Kecamatan di Kota Pati, Jawa Tengah, untuk kami jadikan referensi bagi kebutuhan penguatan organisasi kami. Dan tentunya kegunaan lainnya seiring dengan kegiatan kami mendatang bersama petani. Kami dapat informasi Buletin Advokasi setelah mengikuti kegiatan dengan petani-petani lain, dan beberapa NGO, diantaranya YDA, di Solo bulan kemarin. Husaini Serikat Petani Pati (SPP) Jl. Diponegoro 30 A Pati Jawa Tengah.
Mohon Dikirim Buku Panduan Perikanan Teriring doa, semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan rohmat dan hidayahNya kepada kita dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari. Dengan surat ini, saya atas nama petani pemonitor yang sejak 2000 menanam padi secara teknis dengan sistem legowo. Kemudian saya ada keinginan untuk membudidayakan Itik Tegal dengan cara teknis. Maka saya mohon, bila YDA berkenan untuk memberikan informasi buku panduan perikanan. Sutopo Jl Raya Sukamarga Muara Aman 25 Lebong Utara Kab. Lebong Bengkulu Kami hanya bisa mengirim kumpulan tulisan tentang ikan, semoga bermanfaat (-red)
Semoga hubungan kerjasama ini terus berjalan sesuai harapan kita. Organisasi kami selama ini bergerak dalam kegiatan advokasi petani dan kegiatan pertanian organik di wilayah Sulawesi Tengah. Dan dalam perjalanannya, ada keterbatasan karena dihadapkan pada beberapa persoalan prinsip. Kami juga bermaksud meminta dukungan kepada YDA (Yayasan Duta Awam) yang sifatnya mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sumberdaya staf khususnya pada persoalan petani.
Lembaga Advokasi dan Penguatan Masyarakat Pedesaan Sulawesi Tengah (KOMPOS Sulteng) Jl Ampera Lrg. Al-Inaya No. 34 Kel. Maesa Kec. Parigi –Moutong. Sulawesi Tengah.
Ingin Tanam Cabai
mengirimkan buku panduan menanam cabai yang baik. Dan apakah YDA ada informasi tentang pupuk cair? Saya tunggu YDA untuk memberikan petunjuknya. Amir Syarifudin Jl Raya Sukamarga-Muara Aman No 16 Kec. Lebong Utara. Kab. Lebong Bengkulu.
Buletin Selalu Kurang Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas kiriman Buletin Petani Advokasi oleh Yayasan Duta Awam sebanyak 10 eksemplar tiap edisi untuk 3 kali terbitan. Buletin ini sangat bermanfaat bagi kami petani yang jauh di ujung Kalimantan Selatan. Banyak pengalaman dan aksi pertanian yang dapat dijadikan pelajaran dan pengetahuan. Buletin ini selalu kurang, karena perlu diketahui anggota kelompok kami 20 orang dan banyak temanteman petani lain yang ingin membaca. Sehingga setiap mendapat kiriman saya bagikan bergantian. Untuk ke depan saya mohon agar jumlah yang dikirimkan agar diperbanyak, dan kelompok kami juga ingin menyampaiakn kegiatan kami melalui buletin ini. Dan kalau boleh juga kami minta kiriman permainan Alat Asah Advokasi (AAA). Harapan kami semoga YDA selalu hadir di setiap napas petani. Made Lutra KSM Rumpun Pemuda Tani Ds. Sumber Mulia Rt.3 Kec. Pelaihari Kab. Tanah Laut Kalimantan Selatan 70811
Melalui surat ini, saya atas nama petani pemonitor, pada tahun 2001 hingga 2004 menanam padi dengan Sebelumnya kami sampaikan terima kasih menggunakan sistem gowo (Legowo- atas surat dan tulisannya. Tulisan Pak Made akan kami muat pada edisi depan. Kami Kami seluruh staf lembaga red) dengan teknis yang ada. Dan kini juga akan mengirimkan buletin yang lebih KOMPOS Sulteng berterimakasih saya mempunyai keinginan untuk banyak dan Alat Asah Advokasi untuk Pak kepada Yayasan Duta Awam yang menanam cabai dengan mengMade dan teman-teman petani di KSM telah mengirim Buletin Advokasi, dan gunakan teknis yang ada. Harapan Rumpunko Pemuda Tani (-red) BRDP pitisnyo dapet dari ngutang saya, kek orang negeri), jadi utang tanggungjawab kito besamo. agar sono YDA(luar berkenan untuk jugaiko poster Pertanian Organik. Kalo idak elok-elok, pacak kito mati kelak banyak utang besak. Anak cucung kito jadi banyak utang jugo.
Ucapan Terimakasih dari KOMPOS Sulteng
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
Buletin Petani Advokasi diterbitkan oleh Yayasan Duta Awam (YDA), sebagai media komunikasi dan advokasi menuju petani Indonesia mandiri.
3
Salam Advokasi
Redaksi Buletin Petani Advokasi menerima tulisan, gambar/foto dengan misi pemberdayaan petani dari berbagai pihak, khususnya dari kalangan petani sendiri. Penanggung Jawab: M Riza Sidang Redaktur: Mediansyah (koordinator), Haleluya Giri Rahmasih, M Yunus, M Riza, Kurniawan Eko, M Zainuri Hasyim, Gideon Sumiyarsa. Penulis edisi ini: M. Yunus, Mediansyah, Gideon S, Kurniawan Eko, Lis Dhaniati, Giyanto (petani), Tamam (petani), Kris Supranta (petani), Mujiyono (petani), Suradi (petani). Administrasi: Puitri Hatiningsih Pengiriman: Agus Wahyono Alamat: Jl Adi Sucipto No 184-I Solo 57145 Telp: (0271) 710816 Fax: (0271) 729176 e-mail: dutaawam@dutaawam.org ISSN (International Standart Serial Number): 1829-6939 Daftar Isi Hal 4 - Pemerintahan Baru, Harapan Baru? Hal 8 - Privatisasi: Antara Mitos dan Fakta Hal 10 - Anjloknya Harga Tembakau, Pahitnya Nasib Petani Hal 12 - Album Advokasi Hal 14 - Seekor Emprit Terbang Rendah Hal 20 - Kenyataan Tak Seindah Harapan
Sampul depan: Gambar oleh Bengkel Qomik dengan olah komputer oleh Mediansyah Sampul belakang: Gambar oleh Bengkel Qomik
Membangun Pertanian? Atau Petani? Bapak Presiden, Bapak Wakil Presiden, Bapak Menko Perekonomian, Bapak Menko Kesra, Bapak Menteri Pertanian, Bapak Menteri Tenaga Kerja,
K
ami ingin pemerintah ini membangun (kesejahteraan) petani, Bung. Bukan sekadar membangun pertanian, apalagi agroindustri, bila tidak bertujuan utama mensejahterakan petani. Atau yang sekadar menjadikan sektor pertanian sebagai pemasok sektor industri. Bangkit dan hancurnya harga lada, cengkih, tembakau, dan lainlain adalah sebuah bukti yang menunjukkan pembangunan pertanian dan atau agroindustri tidak memihak pada petani. Dan jika Bung membangun pertanian, tentu haruslah mengingat sekian juta (sekitar 60%) rakyat Indonesia yang merupakan manusia petani. Hal ini lah yang harus dipikirkan dan kemudian dibangun. Membangun pertanian tanpa mengikutsertakan manusia petani, sedang dan masih dilakukan Negara ini! Lihat saja program-program yang sedang dan masih berjalan, berorientasi pada peningkatan hasil produksi. Bukan peningkatan kesejahteraan petani. Bahkan lebih berorientasi pada keamanan persediaan pangan. Pun para peneliti di Deptan tetap sibuk meneliti tanaman pangan yang produktivitasnya tinggi. Sekali-kali coba meneliti untuk cari jalan agar harga jual produk petani kian layak. Membangun pertanian dan manusia petani, berarti menciptakan kondisi yang ideal sehingga sektor
pertanian bisa menjadi harapan masa depan, dan pilihan pencaharian! Sehingga TKI kita tidak perlu lagi disia-sia di negeri orang. Membangun pertanian dan manusia petani, adalah membangun harkat dan harga diri bangsa kita! Sungguh pilu melihat negeri yang subur ini menjadi terus miskin. Sungguh pilu melihat hasil melimpah tetapi tidak mensejahterakan petani. Sungguh pilu melihat pembangunan agroindustri hanya akan menginjak petani tembakau (misalnya) dan menguntungkan perusahaan rokok. Sungguh pilu bila agroindustri hanya akan menginjak petani hortikultura dan hanya menguntungkan perusahaan raksasa semisal Indofood. Sungguh pilu melihat percepatan pembangunan pertanian yang hanya merusak lingkungan dengan segala input pestisida dan kimiakimia pertanian lain. Jadi, ayo kita bangun pertanian yang pro-petani. Memanusiakan petani! Atau agroindustri yang akan memperhatikan manusia petani? Pembangunan pertanian yang semacam ini, akan ikut membangun harga diri bangsa kita. Yang kini sebagian warga negara negeri subur ini, membungkuk merendah, mengepel lantai di negeri orang, untuk mencari hidup. Sementara itu tanah-tanah subur kita ditanami sawit, dan lain-lain oleh investor asing ‌, dan petani kita mulai menjadi kuli kontrak yang tidak punya masa depan. Ayo beraksi Bung!
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
4
Laporan Pemerintahan Baru, Harapan Baru?
D
ua tahun lalu ketika mengunjungi Mardjuki di Riau, pria tersebut sedang termenung di kebun kelapanya. Ia pandangi buah-buah kelapa yang siap petik dengan wajah putus asa. Ketika ditanya mengapa termenung, dengan nada penuh putus asa, “Bagaimana nggak susah, Pak. Panen kelapa hibrida saya itu saya bawa ke pasar pun hasilnya tidak akan cukup untuk bayar tenaga petik dan sewa kereta ke pasar,� katanya dengan logat Melayu. Beberapa petani saat itu juga mengeluhkan hal yang sama. Harga kelapa hibrida sangat-sangat rendah, bahkan digambarkan, hasil jualnya untuk ongkos petik dan angkutpun tidak akan cukup. Oleh karenanya banyak petani yang membiarkan saja buah kelapanya tidak dipetik. Keluhan ini didapati pada petani kelapa hibrida eks ISDP (Proyek Pengembangan Rawa Terpadu) di Riau dan Kalimantan Barat. Sementara panen kelapa hibrida tidak laku dijual, permasalahanpermasalahan yang lama tidak tuntas juga. Misalnya soal sertifikat tanah yang belum kembali ke petani, padahal mereka sudah lunas pinjamannya. Hampir senada adalah nasib petani di Bengkulu yang menjadi peserta proyek kebun karet melalui TCSSP. Melalui surat, mereka menceritakan bagaimana kebun karetnya tidak keluar getahnya. Padahal sudah umur untuk keluar getah.
Dugaan yang merebak konon bibitnya tidak asli (bibit tidak berkualitas). Ini sebenarnya info lama. Yang terbaru adalah lagi-lagi soal rendahnya harga jual. Konon disebabkan karena mutu karetnya tidak standar. Lho kok bisa? Bukankah
bibit semua sudah disediakan oleh proyek, semua input juga oleh proyek, kok sekarang mutu hasilnya bisa rendah? Katanya ini proyek karet unggul? Jawaban pihak proyek sudah bisa ditebak, petani kurang bisa merawat. Tetapi bukankah proyek sudah menjanjikan pembinaan. Jika Tim Pembina tidak sering datang, lantas apakah petani yang disalahkan? Pertanyaan-pertanyaan klasik masyarakat peserta proyek, sering muncul di saat permasalahan menghantui mereka.
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
Selain soal proyek karet, di Bengkulu ada kabar lain lagi dari BRDP (Proyek Pengembangan Wilayah Bengkulu). Konon proyek itu sedang diselidiki oleh Badan Pengawas Keuangan Daerah. Dana apa kata petani pemonitor BRDP disana? “Terlambat Pak. Dulu saja kita sering teriak-teriak soal tersebut. Mereka diam saja. Sekarang baru ribut. Tetapi ya Alhamdulillah, perjuangan kita tidak sia-sia�. Begitu kata mereka, antara kekecewaan akan kelambatan penanganan laporan petani, dengan rasa syukur karena masih ada tindak lanjut. Petani BRDP sudah sejak tahun 2002 melakukan gerakan advokasi terhadap masalah-masalah BRDP. Dari Kalimantan Selatan? Masyarakat baru saja menghasilkan sebuah rencana kerja, untuk mendorong agar proyek CERD di Kalsel bisa berjalan sesuai dengan kebutuhan masyarakat perdesaan. Bukan untuk kepentingan segelintir pejabat negara atau pelaksana proyek saja. Mengapa butuh aksi dari masyarakat? Dari pengalaman yang sudah berjalan, banyak terjadi penyimpangan semisal kualitas pengerjaan prasarana (jalan, air, dll), belum lagi soal transparansi. Sehingga muncul tekad masyarakat untuk proaktif mengawasi jalannya proyek. Harapannya, agar proyek yang berasal dari utang negara tersebut bisa maksimal manfaatnya bagi masyarakat banyak. Kabar-kabar tersebut tentunya hanyalah sebagian kecil dari sekian
5
Laporan keluhan dan permasalahan yang dihadapi petani. Masih banyak lagi kabar sedih dari petani. Misalnya banyak petani yang dirugikan ketika menjalani kontrak kerjasama produksi, soal penyimpangan proyek, dan lainnya. Kabar gembiranya, di tengahtengah tempaan permasalahan, petani telah memiliki ketrampilan sebagai petani peneliti, pelatih, dan lainnya. Bahkan di tengah-tengah masyarakat sudah banyak muncul pusat-pusat belajar pertanian yang dikelola sendiri oleh petani. Harapan? Lantas bagaimana dengan pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu? Akankah persoalanpersoalan yang terus dialami petani dari satu pemerintahan ke pemerintahan berikutnya masih saja terjadi? Tentunya karena presiden dan wakil presiden terpilih merupakan buah pilihan rakyat langsung, sudah sewajarnya berharap banyak akan terjadinya perubahan, bahkan berharap pada kabinetnya. Kenapa? Karena pilihan mayoritas berarti terpilihnya mereka adalah hasil dari “olah pikir dan olah banding” atas figur yang dipikir bisa memperhatikan nasib rakyat banyak. Kembali ke pertanyaan awal, lantas apakah bisa berharap banyak terhadap pemerintahan baru? Sangat sulit menjawabnya karena banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Minimal pemerintahan baru ini diharapkan bisa memperhatikan nasib petani yang jumlahnya sangat banyak. Jika mau dikelompokkan, permasalahan di atas antara lain: Pertama, bagaimana Pemerintah memperhatikan nasib petani yang terlibat dalam proyek-proyek besar pertanian yang dibiayai dengan utang luar negeri. Misalnya bagaimana soal pemasaran kelapa hibrida yang justru tidak laku jual ketika sudah saatnya
panen. Padahal dulu mereka melakukan itu ada yang karena terpaksa harus ikut, bahkan sampai harus menebangi kelapa-kelapa lokalnya. Betapa besar pengorbanan petani untuk “mensukseskan proyek” lantas apa hasil yang didapati saat ini. Di samping itu masih ada persoalan lainnya misalnya sertifikasi yang macet, soal saluran air (tersier,
sekunder, primer) yang tidak berkualitas dan sekarang membebani masyarakat karena biaya perawatannya dibebankan pada masyarakat. Itu baru satu proyek, ISDP. Yang lain, misal soal tanaman karet tak bergetah, pemasaran karet, isu-isu korupsi di banyak proyek. Masih ada puluhan proyek pertanian besar lainnya, yang petaninya mempertanyakan nasibnya. Semua butuh perhatian pemerintah. Pengalaman selama ini memunculkan kesan setelah proyek selesai, pemerintah cuci tangan. Disisi lain, mereka menjadi bernasib seperti sekarang ini, karena mereka dulunya “patuh” terhadap proyek. Akankah kepatuhan itu terabaikan?
Yang harus diperhatikan pemerintahan baru, bahwa dengan adanya proyek-proyek pertanian tersebut ada sejumlah hak yang harus diberikan kepada petani-petani peserta, yang hingga kini belum terpenuhi. Kedua, persoalan klasik lainnya adalah selalu merangkak naiknya harga saprodi. Bahkan seringkali naiknya harga saprodi justru lebih tinggi dibanding naiknya harga jual panen. Dampaknya meskipun ketika panen ada sedikit peningkatan harga jual, selalu saja uang akhir yang diterima senantiasa sedikit. Kenapa? Habis untuk beli saprodi, untuk masa tanam berikutnya. Lantas darimana biaya untuk mecukupi kebutuhan keseharian petani, biaya pendidikan, biaya kesehatan, dan lainnya? Dalam hal ini pemerintah harus berpikir terintegrasi dengan berbagai sektor, mengingat permasalahan pasar produksi-konsumsi selalu terkait dengan persoalan lain. Ketiga, sebuah pertanyaan sempat dilontarkan seorang petani dari Sragen, “Kalau kita susah cari saprodi, kenapa kita tidak belajar membuat sendiri?“ Selintas pertanyaan menggelitik tersebut mesti disikapi pemerintahan baru dengan mengedepankan program-program pelatihan bagi para petani. Bukan hanya pelatihan budidaya (sebagaimana dilakukan selama ini) tetapi juga pelatihan-pelatihan yang kaitannya dengan penyediaan input produksi yang berkualitas serta ramah lingkungan. Bisakah berhasil? Petani dari Sragen tersebut menjawab dengan yakin, “Bisa.” Contohnya banyak sekali pusat belajar yang toh bisa dikembangkan oleh masyarakat petani. Kalau pemerintah mau memperhatikan soal ini, maka akan banyak lahir pusat-pusat belajar di kalangan masyarakat. “Dengan
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
6
Laporan demikian penyediaan saprodi bisa ditekan,� begitu dia menambahkan. Keempat, sikap masyarakat dari Kalimantan Selatan yang berniat melakukan gerakan pengawasan terhadap proyek CERD, serta sikap petani BRDP yang berharap penyelidikan proyek BRDP bisa sungguhsungguh berhasil, adalah sikap atau respon masyarakat petani yang patut dihargai oleh pemerintahan baru. Pemerintahan lama menyikapi gerakan monitoring (mereka menyebutnya begitu) atas proyek-proyek negara dianggap sebagai sikap “anti pemerintah�. Padahal terbukti di lapangan bahwa gerakan semacam itu sangatlah efektif untuk mendorong akuntabilitas proyek (proyek menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan). Contoh kasus di proyek CERD. Meskipun dalam proyek tersebut sudah ada unit monitoring dengan sekian banyak biayanya, toh hal-hal yang ditemukan masyarakat tidak pernah ditemukan oleh unit monitoring tersebut. Artinya apa? Artinya lembaga atau apapun namanya yang diharapkan sebagai alat kontrol, tidak bisa berjalan. Yang bisa berjalan adalah kontrol langsung oleh masyarakat. Bahkan mestinya peme-
rintahan baru nantinya diharapkan bisa mendorong masyarakat untuk lebih memiliki kemampuan dalam melakukan monitoring. Kelima, persoalan berat yang lain yang harus diperhatikan oleh pemerintah adalah soal kinerja pelaksana proyek atau kinerja instansi/lembaga pemerintahan. Misalnya membanjirnya impor beras (ilegal karena impor sudah dilarang) karena lemahnya lembaga pengawasannya. Demikian juga membanjirnya benihbenih impor, karena lemahnya pengawasan pihak-pihak terkait. Keenam, terkait dengan poin lima adalah bagaimana pemerintah mengubah paradigma berpikir aparat pemerintah agar lebih berorientasi pada kepentingan petani. Contoh kecil misalnya, kalau dulu pejabat sangat gembira ikut di panen raya (melihat hasil melimpah). Kini, diharapkan pejabat tertawa saat melihat petani mampu membiayai sekolah dan kesehatan keluarganya dari hasil bertani. Pejabat akan senang dan dianggap berprestasi jika di dae-rahnya semakin banyak petani bisa menyediakan input produksinya sendiri, dan lain lain. Sekian banyak hal tadi memang
disadari oleh sebagian petani, karena memang banyak faktor yang saling berkait. Misalnya soal teknologi, peralatan dan lain-lain. Hanya saja harapan petani semoga pemerintahan baru ini bisa belajar banyak dari berbagai program pemerintah lama, apa hasilnya, apa dampaknya. Juga soal kebijakannya, soal pengawasannya, soal pilihan teknologinya, dan lain-lain. Pemerintahan baru ini adalah pemerintahan hasil pemilu langsung, rakyat berharap banyak pemerintahan baru bisa belajar dari kesalahan dan kekeliruan pemerintahan terdahulu. Namun, siapapun pemerintahnya petani harus siap dan terus melakukan monitoring dan gerakan untuk meluruskan proyek atau kebijakan yang tidak sesuai dengan masa depan petani. Petani dari Kalimantan Barat, dengan bangganya menambahkan, “tidak ada pengawasan yang paling bonafid, kecuali pengawasan yang dilakukan oleh petani.� Selamat datang pemerintahan baru, selamat belajar dan bekerja. Selamat berjuang untuk petani. (M. Yunus)
Segenap Staf Yayasan Duta Awam mengucapkan
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1425 H Mohon Maaf Lahir dan Batin
Selamat Hari Natal 2004 dan
Tahun Baru 2005
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
7
Laporan Agroindustri, Jawaban Terhadap Masalah Kesejahteraan Petani?
M
enko Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu, Aburizal Bakrie menyatakan bahwa arah kebijakan ekonomi nasional pemerintah adalah fokus pada sektor pertanian. Tentunya, ini menjadi sebuah kabar gembira bagi petani. Namun jangan dilupakan adalah pembangunan sektor pertanian seperti apa yang akan dilakukan pemerintah. Kita tahu bahwa pembangunan sektor pertanian seringkali lebih menjadikan sektor pertanian sebagai penopang bagi pembangunan sektor yang lain. Sektor industri misalnya. Pembangunan sektor industri yang berbasis hasil pertanian yang kemudian banyak disebut agroindustri selama ini lebih mengedepankan industrinya. Artinya, sektor pertanian hanya merupakan penyedia bahan baku dari sektor industri. Dengan demikian, sektor pertanian bukan merupakan fokus pada agroindustri. Tembakau, misalnya sebagai bahan baku industri rokok. Apa yang terjadi? Kita melihat nasib petani tembakau yang dipermainkan oleh rendahnya harga yang ditetapkan industri rokok. Sementara industri rokok menikmati keuntungan yang sangat besar. Petani tidak mampu dan tidak bisa mendapatkan posisi tawar ketika berhadapan dengan sektor industri. Karena memang begitulah logika industri yang berupaya mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan salah satunya menekan biaya. Banyak hal lain yang bisa dijadikan contoh. Persoalannya, adalah bagaimana menempatkan posisi petani bukan
semata-mata sektor pertanian dalam agroindustri? Dalam sektor pertanian pun fokusnya adalah dalam upaya peningkatan produktivitas dan bukan kesejahteraan petani. Inilah yang kemudian menjadi bias ketika berbicara masalah sektor pertanian. Di satu sisi seringkali dianggap ketika berbicara masalah sektor pertanian akan otomatis menyangkut
kesejahteraan petani. Namun yang terjadi adalah hanya pada permasalahan peningkatan produktivitas yang dihitung secara kuantitatif. Kemudian kalau kita melihat agroindustri sendiri, banyak hal yang memang masih rancu. Banyak ketidaksinkronan kebijakan pemerintah. Tebu sebagai bahan baku industri gula sebagai contoh. Membanjirnya gula impor di pasaran membuktikan adanya ketidaksinkronan antar jajaran pemerintah dalam mensikapi suatu persoalan.
Lantas, kalau kita kembali ke pertanyaan bagaimana dengan kesejahteraan petani? Apa yang harus dilakukan pemerintah? Tentunya kita harus melihat persoalan ini dengan mengedepankan fokus utama persoalannya adalah pada petani. Petani adalah fokus dalam sektor pertanian. Selama ini yang menjadi fokus pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian adalah tingkat produktivitas. Ini yang harus diubah. Pertama-tama, pemerintah harus meletakkan fokus pembangunan sektor pertanian pada petani. Ini menjadi penting karena petani dengan lahan sempit yang menjadi bagian terbesar dari petani Indonesia. Dan ini tidak bisa kalau kemudian sektor pertanian hanya melayani kebutuhan sektor industri walau dengan istilah agroindustri sekalipun. Sekali lagi, agroindustri tidak akan membawa kesejahteraan petani selama petani tidak menjadi fokus. Masalah terbesar yang harus dijawab dalam sektor pertanian adalah mengembangkan kemampuan petani gurem bukan dalam kerangka produktivitas namun dalam kerangka mensejahterakan petani. Artinya bahwa kesejahteraan petani mestinya lebih menjadi fokus daripada sekadar peningkatan produktivitas. Kita berharap ini yang dimasud oleh pemerintah dengan fokus pada sektor pertanian. Petani sebagai bagian terbesar rakyat Indonesia sudah semestinya memperoleh perhatian yang lebih. Apalagi dalam sistem pemilihan langsung yang mengedepankan partisipasi rakyat. Semoga. (Gideon S)
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
8
Monitoring dan Advokasi Privatisasi: Antara Mitos dan Fakta Apa itu privatisasi/swastanisasi? Privatisasi atau swastanisasi artinya menjual perusahaan yang selama ini dimiliki negara ke pihak swasta. Hal ini merupakan bagian dari strategi global yang menghantam masyarakat sipil dan demokrasi politik. Ini bisa dilakukan lewat intervensi militer dan birokrasi dengan cara-cara kekerasan dan keputusan sepihak pemerintah. Mitos: Privatisasi akan menghasilkan perbaikan dalam pelayanan masyarakat dan efisiensi.
4.
Fakta: Biaya produksi dan tujuan meningkatkan laba perusahaan menyebabkan pelayanan pada masyarakat menurun kualitasnya.
5.
Kasus yang terjadi: 1. Australia: 50% saham Telstra (Telecommunication Australia) dijual pada swasta. Hal ini mengakibatkan 20 ribu pengangguran dalam 2 tahun, pelayanan masyarakat di daerah pinggiran kota dan pedesaan menjadi nomor 2, terjadinya kenaikkan harga dan peningkatan biaya karena lambatnya kehadiran teknologi baru. 2. Inggris: Privatisasi tube (kereta bawah tanah) di London mengakibatkan terjadi dua Kereta Api (KA) tergelincir dalam 48 jam, dan lima KA dalam setahun. Sejauh ini 39 orang terluka, inspeksi lapangan menjadi jarang, kelambatan dalam perbaikan rel serta kebingu-ngan tentang perusahaan swasta mana yang bertanggung jawab saat mengajukan keluhan. 3. Argentina: Privatisasi Kereta Api direkomendasikan oleh Bank Dunia pada tahun 1990. Rel kereta api yang tadinya sepanjang 35.000 km kini menciut menjadi 8500 km, dan 80.000 buruh di PHK.
6.
7.
8.
Argentina: Privatisasi di sektor telekomunikasi. Meskipun menghasilkan perbaikan pelayanan, namun harga menjadi lebih mahal. Rusia: Privatisasi perdagangan retail menyebabkan: kecurangan dalam transaksi jual beli, sikap kasar pelayan, antrean panjang, praktek-praktek yang tidak higienis, kenaikan harga sepihak, rendahnya kualitas barang yang dijual, serta keseluruhan inefisiensi dan serba tidak teratur. Australia: Privatisasi Rumah Sakit Port Macquarie Base Hospital dan La Trobe Valley Hospital di Victoria tahun 2003 mengakibatkan tingginya biaya kesehatan dan penurunan standar pelayanan kesehatan. Australia: Pengurangan biaya perawatan demi mengirit biaya produksi dan meninggalkan keuntungan, berperan besar dalam kasus meledaknya gas di perusahaan Longford, Victoria 1998, kontaminasi air di Sydney tahun 1998 dan sejumlah besar pemadaman listrik total di seluruh Victoria pada tahun yang sama. Jakarta: Masuknya PT. PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT. Thames PAM Jaya (TPJ) yang menguasai 90% saham, menaikkan harga air secara sepihak, sementara mutu pelayanan tetap sama. Mereka juga mendapatkan hak spesial untuk mengelola aset PAM Jaya selama 25 tahun, tanpa perlu membangun ja-
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
ringan infra-struktur dan mencari pelanggan. Gejala swastanisasi sektor air juga terjadi di kotakota besar lain di Indonesia. Mitos: Privatisasi akan menghasilkan persaingan yang aktif dan terbuka diantara berbagai perusahaan, yang pada gilirannya akan memberikan perbaik-an para konsumen kesempatan untuk memilih dan menjadi konsumen yang bebas dan berdaulat. Fakta: Dalam berbagai kasus setelah pelayanan publik yang diprivatisasi, konsumen justru dihadapkan hanya pada satu pilihan, yaitu satu perusahaan swasta yang memonopoli seluruh jaringan pelayanan. Perbedaan yang timbul hanyalah jika dulu yang memonopoli adalah perusahaan yang dimiliki publik, maka sekarang dimiliki perorangan. Persaingan dan harga murah, yang didengungdengungkan untuk membenarkan privatisasi adalah omong kosong!! Mitos: Penyediaan kebutuhan sosial dianggap sama dengan proses produksi jual-beli. Fakta: 端 Pelayanan energi dan air adalah hal mendasar dalam seluruh kehidupan manusia dan merupakan inti dari kualitas pelayanan hidup manusia secara keseluruhan.
9
Monitoring dan Advokasi 端
端
Penggunaan energi dan air untuk kebutuhan rumah tangga sangat dipengaruhi oleh perubahan harga dan upah. Penyediaan energi dan air bagi kebutuhan rumah tangga dilakukan berdasarkan cakupan daerah tertentu saja. Dan ini berarti akan terjadi monopoli pelayanan di satu, beberapa atau bahkan seluruh teritori.
Mitos: Privatisasi akan mendemokratisasikan kepemilikan, karena masyarakat dapat bersama-sama memilikinya lewat penjualan saham. Fakta: Dalam berbagai kasus setelah pelayanan publik diprivatisasi, konsumen justru dihadapkan hanya pada satu pilihan, yaitu satu perusahaan swasta yang memonopoli seluruh jaringan pelayanan. Perbedaan yang timbul hanyalah jika dulu yang memonopoli adalah perusahaan negara, maka sekarang dimiliki perorangan. Persaingan dan harga murah, yang didengungkan untuk membenarkan privatisasi adalah mitos. Mitos: Privatisasi akan menghasilkan harga yang lebih murah dengan pelayanan lebih baik. Fakta: Perusahaan swasta diharapkan mampu untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi daripada yang sering dicapai oleh perusahaan negara. Maka dengan sendirinya, selama tidak ada tingkat efisiensi yang sangat tinggi dalam hal proses produksi dan distribusinya, perusahaan swasta pasti akan menaikkan harga.
Gerakan Rakyat Melawan Privatisasi 1.
Columbia: Buruh perusahaan minyak mogok total selama 37 hari. Mereka menolak privatisasi Ecopetrol, perusahaan minyak milik negara (Mei 2004).
2.
Afrika Selatan: Pemogokan total dua hari, diikuti 5,5 juta massa, menolak privatisasi listrik, telkom, kereta api dan perusahaan senjata milik negara (29-30 Agustus 2001).
3.
Victoria, Australia: 10 ribu buruh demonstrasi menolak privatisasi gas, listrik dan air Victoria (Juni 1995).
4.
Meksiko: 1 juta orang berdemonstrasi menolak privatisasi perusahaan listrik dan minyak negara (Mei 1998).
5.
India: 50 juta orang di India melakukan demo dalam pemogokan umum menolak program privatisasi pemerintah pusat (Mei 2003).
6.
El Savador: 200 ribu rakyat menuju ke ibukota negara menolak rencana pemerintah
memprivatisasi pelayanan kesehatan. Sebelumnya ratusan dokter, perawat dan pekerja kesehatan telah mogok total selama 35 hari dengan isu yang sama (Oktober 2002). 9.
Korea Selatan: 5 ribu buruh pekerja energi mogok total selama enam minggu memprotes rencana pemerintah menjual Korea Power Pant Industry (April 2002).
Ayo Lawan dengan:
Privatisasi,
1. Aksi. Buat agenda demokrasi dengan berbagai bentuk aksi-aksi perlawanan rakyat untuk terus menekan penguasa penjual aset negara. 2. Galang kekuatan. Harus diupayakan secara terusmenerus, untuk membangun kekuatan alternatif bersama. 3. Menuju demokrasi ekonomi. Arah ekonomi penguasa harus dibelokkan ke arah ekonomi prokerakyatan.
Sumber: 1. Dampak Privatisasi terhadap Rakyat-Pengalaman Kesengsaraan dan Perlawanan di Berbagai Negara (makalah Dita Indah Sari Pada acara Seminar Nasional: Privatisasi Air-Keuntungan dan Kerugiannya bagi Masyarakat 4 Agustus 2004). 2. Pembangunan itu Lucu. Seri Pengawasan Pembangunan: Buku Kesatu. Terbitan JARI Indonesia. 2002.
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
10
Pengalaman Aksi Anjloknya Harga Tembakau
Pahitnya Nasib Petani
B
agi petani di lereng Gunung karena biaya untuk pengolahan dari malah turun sampai 100%, padahal Merapi dan Merbabu terutama daun tembakau hijau menjadi menjadi harapan petani harga tembakau tanpa di Kecamatan Cepogo dan rajangan kering memerlukan biaya gula bisa naik minimal 50%. Ada Selo Kabupaten Boyolali, Jawa besar. Sementara, harga jualnya tidak beberapa keuntungan petani Tengah, tembakau merupakan imbang dengan biaya yang dike- mencampurkan gula ke dalam komoditas unggulan. Pada saat luarkan. Misalnya, untuk tembakau lelehan tembakau yaitu bau lebih musim tembakau (Maretsedap, warna lebih bagus, Agustus), hampir semua lahan tembakau lebih lengket dan yang pertanian di kawasan tersebut lebih penting bisa menambah dipenuhi tanaman tembakau. berat tembakau. Pada musim kering, petani Tembakau Proyek di kawasan tersebut bisa Bersamaan dengan turunnya memanfaatkan lahannya harga tembakau di Cepogo, Selo karena tembakau adalah dan sekitarnya, muncul tembakau tanaman yang tidak memerproyek (istilah petani di kawasan lukan banyak air. Di samping Merapi-Merbabu) untuk tembakau itu, harganya juga cukup yang dihasilkan dari kerjasama lumayan. Sebelum tahun 2003 antara petani penanam tembakau harga daun tembakau basah Foto: Gideon dengan pengusaha tembakau antara 2000–3000 rupiah per Tembakau di daerah Selo, Boyolali, Jawa Tengah kering. Dalam kerjasama ini tanpa kg. Sedangkan harga tembakau ada tawar menawar antara petani dan rajangan kering antara 23.000 – kering 150 kg, seorang petani harus pengusaha. Segala aturan ditentukan 28.000 per kg, bahkan di beberapa mengeluarkan biaya produksi selama pengusaha mulai dari pra-budidaya 6 bulan dan biaya pengolahan tempat mencapai 30.000 per kg. sampai proses pengolahan dan dalam (merajang) sebesar 2.235.000 rupiah, Sepanjang sejarah tembakau di kerjasama ini tidak ada kontrak sedangkan hasil yang mereka daerah ini, tahun 2004 ini merupakan perjanjian secara tertulis. peroleh hanya 1.1875.000 rupiah. yang paling terpuruk. Harga temKerjasama yang demikian bakau mengalami penurunan sangat Tanpa Gula tentunya sangat merugikan petani. tajam. Harga daun tembakau hijau Jika pada tahun-tahun sebelumnya Oleh karena itu dihimbau kepada hanya 700–1000 rupiah per kg. Bah- petani masih bisa mencampurkan petani : kan ada yang hanya 350 rupiah per gula putih ke dalam lelehan kg. Sedangkan harga tembakau ra- tembakau, tetapi kini tembakau harus 1.Agar berhati-hati dalam melakukan kerjasama dengan pengusaha atau jangan kering yang paling bagus benar-benar bebas dari gula. Bebeperusahaan. hanya 12.000–14.000 rupiah per kg, rapa petani yang tidak tahu bahwa itupun hanya beberapa hari sebelum pihak pabrik tidak menerima tem- 2.Petani harus tahu bagaimana seharusnya mereka bersikap dan tanggal 30 Agustus 2004. Setelah itu bakau bergula mengolah tembakau melakukan kerjasama dan apa saja harga tembakau kering antara 2.000– seperti biasanya dengan menambahpersiapannya agar petani tidak 5.500 rupiah per kg. kan gula. Tetapi tembakau tersebut selalu dirugikan. Melihat anjloknya harga daun tem- tidak laku dijual. Akhirnya petani juga 3.Persatuan di kalangan petani perlu bakau, petani enggan menjual yang menanggung akibatnya. ditingkatkan dengan cara tembakau hijau. Mereka memilih Sebetulnya kalau saja perusahaan berorganisasi. menjual tembakau rajangan kering, mau menerima tembakau bergula walaupun harus membayar upah un- seperti tahun-tahun yang lalu dengan tuk perajang karena banyak petani harga sedikit menurun, tidaklah Tamam (petani tembakau) tembakau tidak bisa merajang sendiri. masalah. Tetapi yang terjadi, Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah Tetapi, petani malah semakin rugi tembakau murni tanpa gula harganya Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
11
Pengalaman Aksi Petani Kian Terpinggirkan
B
anyak persoalan yang muncul di tengah-tengah komunitas petani, baik masalah politik sampai dengan masalah lainnya. Di tengah-tengah perubahan jaman, semua orang dituntut untuk mengikuti perubahan tersebut, termasuk petani. Perubahan jaman ini tentunya diwarnai dengan percaturan politik yang kian berkembang juga. Petani dirasakan semakin terpinggirkan. Nasib petani kian terkatungkatung terutama petani tembakau. Bagaimana tidak? Petani tembakau pada musim ini untuk mengembalikan modal harus menghabiskan tabungannya, baik ternak, kendaraan dan juga perhiasan. Namun demikian, di tengah nasib petani yang kian tidak jelas banyak pihak yang menawarkan kerjasama kepada petani tembakau. Petani diajak untuk menanam tembakau dengan menggunakan pupuk tertentu yang harga dasarnya ditentukan oleh pihak penyuplai. Jadi, petani tidak dapat menawar dan pengelolaan tanaman ditentukan pula oleh pihak penyuplai. Dan pada saat panen harga juga ditetapkan pihak penyuplai pupuk ini. Dengan kata lain, petani menjadi buruh di lahannya sendiri. Sedangkan bagi pihak penyuplai mampu menganalisis hasil usahanya dan mengontrolnya dengan baik. Dengan kata lain kerjasama ini belum mampu membawa petani dari keterpinggirannya, bahkan semakin terpinggirkan. Nasib Tembakau Indonesia Sebenarnya ada peluang tembakau Indonesia memasuki persaingan pasar. Namun untuk membawa tembakau Indonesia menuju persaingan pasar tidaklah semulus yang diinginkan. Ada beberapa tangga hambatan yang harus dilaluinya. Tangga pertama, petani harus menjaga kualitas tembakau yang dihasilkan untuk memenuhi standar yang diinginkan oleh pabrik maupun dokter tembakau di Indonesia. Tangga kedua, harus ada orang yang dipercaya petani untuk membawa tembakau yang dihasilkan dapat masuk gudang sesuai contoh tembakau yang diajukan. Realitas yang ada selama ini
tengkulak (pengepul) melakukan kesalahan dengan memalsukan contoh tembakau kepada dokter tembakau di gudang. Tengkulak hanya memilih beberapa tembakau yang berkualitas bagus untuk dicontohkan. Sementara kelas tembakau berbeda-beda. Tangga ketiga, ada standar kadar nikotin yang ditentukan. Dan tangga keempat, tembakau Indonesia harus bersaing dengan tembakau yang diimpor pemerintah dari luar negeri. Kemudian, dengan melakukan kerjasama dengan pihak lain, mampukah membawa tembakau Indonesia menuju persaingan pasar? Apakah tembakau yang dihasilkan petani sudah memenuhi standar? Bagaimana kadar nikotinnya? Dalam kerjasama ini apakah ada beberapa orang yang memang dapat dipercaya petani untuk mempengaruhi kebijakan yang membawa petani tembakau menuju nasib yang lebih baik? Karena selain persoalan di atas, pemerintah dengan menaikkan cukai tembakau sangat berpengaruh terhadap nasib petani tembakau. Petani Dimanfaatkan Penyuplai Jika kerjasama ini terus berlangsung, apa kira-kira dampak terhadap petani tembakau. Ada beberapa dampak negatifyang bisa dirasakan petani. Petani kehilangan akses dan kontrol terhadap harga tembakau. Dengan adanya kerjasama ini, petani akan kehilangan akses dan kontrol terhadap harga tembakau. Bentuk kerjasama ini adalah dengan sistem harga kontrak. Dengan demikian, petani tembakau tidak punya lagi harga tawar terhadap hasil produksinya. Petani harus mengikuti harga yang telah ditentukan oleh pihak penyuplai. Petani lahannya menjadi dimanfaatkan oleh pihak penyuplai. Dengan terus melakukan kerjasama ini, maka pihak penyuplai akan tetap melangsungkan usahanya dengan analisa usaha yang jelas. Dengan menetapkan harga pupuk per kilo dan membeli tembakau dengan harga kontrak maka penyuplai punya anggaran pemasukan dan pengeluaran yang jelas. Sementara petani dengan lahan yang dimiliki hasil produksinya
dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan. Dengan demikian lahan petani yang telah dimiliki selama ini hanya akan dimanfaatkan oleh pihak penyuplai. Petani kecanduan menggunakan pupuk tertentu. Pupuk ini bersifat instan maka banyak kemudahan yang didapatkan oleh petani, dengan sendirinya petani akan selalu menggunakan pupuk tertentu ini. Tetapi, kemudahan ini akankah membawa keberlangsungan budidaya tanaman tembakau yang ramah lingkungan? Ataukah petani akan meninggalkan pupuk kompos sebagai permulaan untuk tetap menjaga kesuburan tanah dan menuju petani yang ramah lingkungan dan berkelanjutan? Sebab jika menggunakan pupuk ini tidak dapat dicampur-adukkan dengan pupuk kompos (organik), padahal petani dituntut untuk tetap menjaga kesuburan tanah dari saat sekarang samapai tanah itu diwariskan kepada anak cucunya. Petani tidak mengetahui masa depan kerjasama ini. Karena kerjasama ini baru permulaan, maka masih banyak kemudahan yang diterima petani. Namun seberapa lama kerjasama ini dapat dijalin, petani sama sekali tidak mengetahui. Ketika semua petani tembakau melakukan kerjasama ini, maka akan didapatkan tembakau dengan cara ini yang sangat banyak. Soal standarisasi produk juga solah menjadi rahasia penyuplai. Jika terjadi kelebihan produksi pada petani apakah kerjasama ini akan tetap berjalan sesuai dengan yang telah disepakati. Petani tidak dapat meningkatkan hasil produksinya. Jika pihak penyuplai menentukan standar pembelian tiap tahunnya maka petani tidak akan meningkatkan hasil produksinya. Karena ada batasan penanaman tembakau yang menggunakan pola kerjasama ini. Padahal petani harus spekulasi dengan pupuk yang telah dibeli dan tenaga pengolahan tembakau ini. Belum tentu dengan standar penggunaan pupuk ini semua tanaman akan dapat hidup dan berproduksi dengan baik. Giyanto (petani tembakau) Suroteleng, Selo, Boyolali, Jawa Tengah
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
12
Album Advokasi
Eko
Pompa Hidrolik -Masyarakat Dusun Sumber Desa Nguneng, Kecamatan Puhpelem Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, beramai-ramai memasang pompa hidrolik. Pompa bertenaga tekanan air (tanpa bahan bakar) ini dinilai ramah lingkungan. Teknologi mengangkat air ke daerah pemukiman yang lebih tinggi ini, didapat warga yang berjaringan dan berbagi informasi, khususnya dengan Desa Suroteleng Kecamatan Selo Boyolali, yang sama-sama berada di daerah lereng gunung. Penduduk di kedua desa ini, dalam tahun 2004 ini telah bermitra dengan YDA dalam membuat rencana strategis (Renstra) pembangunan di desanya.
Eko
Bayu
Pelatihan Bokasi -Anggota Paguyuban Petani Mandiri Desa Pilang Payung Kec Toroh, Grobogan Jateng, mengikuti pelatihan pembuatan bokasi (29/08/04). Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM petani mengelola lingkungan dan lahannya.
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
Zen
Konsultasi Perbenihan -Mujiono, anggota Kelompok Peduli Petani Klaten (KPPK) melakukan diskusi hasil silangan padi dengan H Muksin, petani pakar benih padi (13/09/ 04). Mujiono telah beberapa musim ini menyilangkan padi dengan “berguru� pada Mbah Muksin.
13
Album Advokasi
Rosyid
Pelatihan Benih Sayur -Sebanyak 5 petani dari Eks-Karesidenan Surakarta berada di antara peserta lain dalam Pelatihan Teknologi Perbanyakan Benih Sayuran yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian di Pengalengan, Jawa Barat. Pelatihan ini dilakukan 31 Agustus - 5 September 2004. Kelima petani mitra YDA yang mengikuti pelatihan di Pengalengan itu, ialah Nur Wardoyo (Sukoharjo), Marimin (Sukoharjo), Ngaliman (Sragen), Sumarsono (Klaten), dan Rosyid (Boyolali).
Medi
Kedaulatan Pangan -September lalu, di Kraton Solo digelar Festival Masyarakat untuk Kedaulatan Pangan (Peoples Caravan 2004). Di sini masyarakat beberapa negara Asia menuntut Tanah dan Pangan untuk Rakyat. Marimin, dari KOMPPOS Sukoharjo, menyampaikan pengalamannya melakukan advokasi kontrak kerjasama.
Urip
Pelatihan Advokasi -Warga yang memonitor Proyek Pemberdayaan Masyarakat untuk Pembangunan Desa/ Community Empowerment for Rural Development Project (CERDP) di Kalimantan Selatan mengikuti Pelatihan Advokasi (6-8/10/04). Pelatihan yang difasilitasi LK3, YCHI dan YDA ini merupakan langkah lanjutan dari monitoring sebelumnya. Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
14
Dangau
Seekor Emprit Terbang Rendah Cerpen: Lis Dhaniati
Gambar: Kuilu
S
udah tiga kali orang-orang Jakarta itu mendatangi rumah Kang Gino. Dan sudah tiga kali pula Kang Gino menemui mereka dengan pekewuh. Kupikir wajar jika Kang Gino pekewuh. Banyak orang akan pekewuh jika didatangi berkali-kali hanya untuk menanyakan sebuah sikap. Lebih lagi mereka bersikap sangat manis menyenangkan. Namun Kang Gino sudah cukup paham untuk membedakan mana wajah manis yang tulus, atau sebaliknya manis tapi mengandung rasa yang lain. Rasa yang pahit. Atau asam. Masih belum jelas. Mereka sudah benar-benar meninggalkan rumah Kang Gino dengan mobil Carry hijaunya. Meninggalkan debu beterbangan di belakangnya. Segera kudatangi
Kang Gino yang masih berdiri di pintu menatapi kepergian mereka. Ia berdua dengan Kang Landung, tetangga yang hanya berjarak lima rumah ke kanan. “Masih menawarkan kerja sama ketela Taiwan itu, Kang?” tanyaku begitu mereka melihatku datang. Kang Gino mengangguk lemah. Diiyakan oleh Kang Landung. “Kang Gino dan Kang Landung ndak usah takut. Mau atau tidak mau bekerja sama dengan mereka, kan haknya Kang Gino, Kang Landung dan temanteman lainnya,” kataku mencoba memberi pendapat. “Kamu benar. Itu memang hak kami. Tapi kamu tidak menghadapi dipelumasi mereka yang lihai sekali itu..” ujar Kang Gino mencoba menggunakan istilah yang sering didengarnya di tivi-tivi.
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
“Diplomasi?” “Oh iya, diplomasi, bukan dipelumasi. Ngapunten keliru, Mas. Mereka sangat pintar. Sering kami hampir terpojok...” Aku menghela nafas. Posisi Kang Gino memang sulit. Sebagai ketua kelompok dia harus bisa mengambil keputusan yang tepat. Dan menurutku, juga menurut dua orang itu, keputusan yang tepat seharusnya diambil setelah melakukan pemikiran yang dalam. Apalagi terkait yang dinamakan kerja sama. Harus dipikirkan untung ruginya atau baik buruknya. Sayang sekali banyak anggota yang juga telah didatangi rumah per rumah. Dan mereka hanya mampu membaca wajah di permukaan. Wajah yang manis. Hati yang terbujuk mendorong mereka untuk mendesak Kang
15
Dangau Gino dan Kang Landung segera menyetujui tawaran kerja sama itu. *** Hamparan padi yang kosong. Pemandangan yang tidak mengenakkan bagi Kang Gino. Dan ternyata aku bisa merasakan hal yang sama. Burung-burung emprit terbang kesana kemari. Kecele. Mereka sering tidak menemukan bulir-bulir kehidupan yang mereka harapkan. “Puso lagi ya, Kang?” aku bertanya sembari memandangi seekor emprit berayun pada batang padi yang kuning coklat merana. “Tahun kemarin juga, Mas...” jawab Kang Gino sendu mengingat sebuah kegagalan. “Makanya mereka selalu bilang bahwa bertanam ketela Taiwan itu lebih menguntungkan. Tak ada resiko puso. Dan mereka mau membeli dengan harga tinggi.” “Tapi kita belum tahu benar, Kang....” “Mereka bilang, makanya harus dicoba agar tahu kebenarannya, Mas...” “Kebenaran apa? Kebenaran kalau tanaman itu memang genjah. Lalu jika panen menumpuk akan dikatakan panen terlalu banyak, lalu dibeli dengan harga tidak sesuai kontrak? Lalu?” “Ha ha ha...., lha kok malah Sampeyan yang emosi to, Mas?” “Gimana ndak es mosi alias emosi jika nanti begitu jadinya?” “Sayang sekali, orang-orang itu ndak pada mikir panjang...aku dan Landung merasa terpojokkan. Bagaimanapun suara setuju lebih banyak terdengar, Mas. Untung ada kamu yang bisa dijadikan tempat rasan-rasan. Sayangnya kamu juga cuma tamu yang hanya akan sedikit didengar. Salah-salah malah dikira provokator...” ujar
Kang Gino kali ini tepat dalam menggunakan istilah provokator. “Dan nanti dibandemi batu sama warga ya, Kang?” ujarku diikuti deraian tawa kami berdua. Mengejutkan sekelompok emprit yang sedang terbang rendah. *** “Pokoknya kami ingin Kang Gino segera membuat keputusan,” Kang Sobirin bicara mendesak. “Jika memang lebih menguntungkan, kenapa tidak kita terima saja?” seorang petani yang aku tak tahu namanya urun bicara. “Daripada nanam padi gabug terus. Kita mau makan apa?” giliran Lik Kenthung yang bicara keras. Suasana jadi agak panas. Kang Gino dan Kang Landung berusaha tenang meski ditekan kiri kanan. “Mohon tenang. Mohon tenang.....,” Kang Landung berusaha meredam suasana. Untung mereka mau menurut. Kulihat Kang Gino menghela nafas. Ada kelegaan. Namun juga ada yang berat di dalam helaan itu. “Begini.....saya bukannya tidak setuju dengan tawaran itu. Tapi, yang terlebih penting, mestinya kita pikir dulu dalamdalam. Apa bapak-bapak sekalian lupa dengan kasus desa kidul kali? Mereka telanjur menanam timun Jepang, ketika panen melimpah, janji tinggal janji. Pengusaha kabur membiarkan timun membusuk di persawahan...” “Waktu itu mereka tidak ada perjanjian di atas kertas, Kang... Tak ada materai dan tanda tangan...” Kang Sobirin kembali angkat bicara. “Iya...” “Kita kan ada...” “Apalagi yang kita pikirkan?” Suara-suara terangkat tak
beraturan. Rapat gagal menjadi rapat yang saling mendengarkan. Kang Gino terdiam. Juga kang Landung. Orang-orang itu sedang menuju pada arah yang entah. *** Hamparan daun ketela tampak sangat hijau menyenangkan. Aku dan kang Landung berjalan menyusuri pematang. Kulihat ada seekor emprit terbang rendah di atas dedaunan. Entah mengapa aku merasa aneh dengan kehadirannya. “Sebentar lagi panen, Kang..” “Iya, Mas....” “Kecurigaan pada orang-orang Jakarta itu tetap tinggal dalam otakku dan tak mau pergi, Kang...” “Iya, Mas...” “Nanti yang akan rugi kita juga, Kang...” “Iya, Mas...” “Kok iya-iya saja, Kang?” “Ya bagaimana lagi? Memang demikianlah kita. Sering ndak mau mikir panjang. Nanti mengumpatumpat saja kalau hasil tak sesuai impian...” Kang Landung menghela nafas berat sembari memandangi hijau hamparan sawah. Ya semoga kami hanya berprasangka. Kuharap apa yang telah ditanam benarbenar memberikan kebahagiaan. Tinggal beberapa saat lagi panen sehingga harapan kami akan tahu kabar baik atau mengecewakan. Kami akan sabar menunggunya. Di kejauhan kulihat Kang Gino berjalan mendekat.(*) Emprit: sejenis burung prencak, sering dimaknai sebagai simbol keberuntungan dan persahabatan pekewuh: sungkan ngapunten: maaf rasan-rasan: berbagi rasa dibandemi: dilempari Sampeyan: Anda Lik: Pak/Bu Cik Kang/Mas: panggilan untuk kakak laki-laki atau sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua atau dituakan.
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
16
Berita Tani 37 Bahan Aktif Pestisida Tetap Dilarang Departemen Pertanian hingga kini tetap melarang 37 jenis bahan aktif pestisida yang dianggap sangat berbahaya,sedangkan bahan aktif pestisida paraquat meskipun diijinkan, namun penggunaannya terbatas. Dirjen Bina Sarana Pertanian Deptan, Ato Suprapto, 37 jenis bahan pestisida yang dilarang tersebut antara lain, trikorafenol, natrium, aldikarb,aldrin, arsomat, syhexatin, diklorodifinitrikloroetan, dieldrin, dinosib dan endrin yang dianggap membahayakan pengguna. “Prinsipnya semua pestisida berbahaya, namun kalau kita gunakan secara bijak, maka resiko bisa diminimalkan,” kata Ato Suprapto. Dia mengatakan khusus pestisida paraquat hingga saat ini pemerintah tetap memberikan izin terbatas karena masih diperlukan namun demikian setiap penggunanya terlebih dahulu harus dilatih dan mempunyai sertifikat. Menurut dia, pestisida merupakan bahan umum yang memiliki sifat beracun dan cenderung berbahaya bagi lingkungan oleh karena itu penanganannya harus hati-hati sesuai yang tertera di label.Kesalahan dalam penggunaan bisa berakibat pada kerusakan lingkungan termasuk terganggunya populasi organisme, biota air, tanah, serangga serta musuh alami. Maka senantiasa pemerintah melakukan upaya untuk mengurangi kasus-kasus keracunan pestisida dengan menggunakan berbagai acuan standar internasional. Ato menambahkan, salah satu instrumen penting dalam melaksanakan evaluasi pestisida adalah digunakannya protokol pengujian efikasi pestisida. “Kita perlu melakukan perbaikan, karena protocol pengujian ini sebagai dasar penilaian sudah berlaku 20 tahun”. Tak Pernah Dilaporkan Sementara itu Direktur Pupuk dan Pestisida, Ditjen Bina Sarana Pertanian, Sofyan Sukirman, mengatakan hingga saat ini belum ada masyarakat yang melapor keracunan pestisida. “Sulit bagi kita untuk menghitung kasus keracunan, karena tidak pernah dilaporkan kepada kita,” kata Sofyan Sukirman. Meski begitu, Sofyan mengakui kalau kasus itu memang ada, tapi tidak tahu jumlahnya. (Solopos, 13 Oktober 2004)
Karanganyar jadi Sentra Produksi Gandum? Lima Kecamatan di Kabupaten Karanganyar, antara lain Desa Karang, Kec. Karang Pandan, Desa Berjo, Kec. Ngargoyoso, Desa Jenawi, Balong, dan Angromanis di Kec. Jenawi, Desa Beruk, Wonoreja, Wonokeling, dan Jatiyoso di Kec. Jatiyoso, Desa Karang Lo dan Bandar Dawung Kec.Tawangmangu menjadi Pilot Project untuk menghasilkan bibit gandum yang kini sedang getol ditangani. Dinas Pertanian Karanganyar dan Unisri (Universitas Slamet Riyadi Solo)
Menurut Kasubdin Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Karang Anyar Ir Indra Mardi, kini total areal gandum yang ada di Kabupaten Karanganyar adalah 30 Hektare. Rata-rata luas areal tiap Kecamatan 5 Hektare. Tahun 2005, rencananya Deptan akan memberikan bibit gandum kepada Kabupaten Karanganyar yang melimpah,sehingga areal yang ditanami gandum menjadi 150 Hektare. Pemkab Karanganyar juga telah menandatangani MOU (nota kesepahaman) dengan Unisri. Menurut Ir Indra Mardi, pihak Indofood
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
ikut menyaksikan dalam penandatanganan MOU itu. “Kini petani Karanganyar sudah mulai meningkat, yang dulunya menanam ketela pohon, kini menanam gandum, tentu ini langkah maju, dari anak singkong beralih ke gandum,” kata Bupati Karanganyar, Hj Rina Iriani SPd MHum. Berdasarkan kemudahan persyaratan teknik budidaya dan besarnya permintaan produk gandum, Rina berharap komoditas gandum dapat jadi komoditas andalan. “Hal ini karena gandum merupakan komoditas serelia yang punya potensi untuk bahan pangan terutama sebagai bahan penunjang beras yang dapat memberi manfaat bagi perbaikan gizi masyarakat, terutama di pedesaan “ lanjut Rina. (Solopos, 18 Oktober 2004)
Bangun Lumbung Air Sebanyak-banyaknya Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (Menkimpraswil) di kabinet Megawati Sukarnoputri, Prof Dr Ir Soenarno Dipl HE PhD mengatakan, Pemerintah bersama masyarakat perlu membangun lumbung air sebanyak-banyaknya untuk mengatasi kekeringan yang berulang-ulang terjadi pada setiap tahun di daerah-daerah sulit air. Selain itu keberadaan wadukwaduk, seperti Gajah Mungkur di Wonogiri Jawa Tengah, perlu dijaga kelestariannya. “Kolam-kolam seperti lumbung dan waduk itu bisa menampung air di akhir musim hujan, yang nantinya bisa digunakan di musim kemarau. Kalau lumbung air mencapai puluhan ribu dan tersebar, bisa mengatasi kekeringan,” kata Ir Soenarno seusai pengukuhan menjadi guru besar di UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta) .
17
Berita Tani Menurutnya kondisi waduk sekarang harus dijaga, karena secara alamiah terancam sedimentasi, akibatnya seperti Waduk Gajah Mungkur, debit airnya cepat menyusut. “Selain proses alamiah, sedimentasi bisa dipercepat oleh perilaku masyarakat sendiri. Kalau semua masyarakat care (peduli) terhadap masalah air, maka sebenarnya sedimentasi bisa dicegah. Harapan saya, masyarakat di daerah hulu bisa melakukan konservasi tanah dan lahan, jadi kelestarian waduk terjaga” kata Ir Soenarno. Ditambahkan, gerakan-gerakan rehabilitasi lahan dan hutan harus ditingkatkan. Dengan hutan, air akan tertampung. “Sekarang ini sudah tak normal, kalau musim kering tak ada airnya, kalau hujan airnya besar, sehingga debit air di saat kemarau dan hujan itu meyebabkan air jadi destruktif (merusak),” paparnya. Dengan dana lebih dari Rp 400 miliar, Depkimpraswil membangun sumur, pompa, dan hujan buatan. “Menjelang musim hujan ini awan sudah terbentuk, jadi bisa menpercepat turunnya hujan” katanya. (Suara Merdeka, 19 Oktober 2004)
Sekitar 20 petani membawa 15 ton kubis di bak terbuka, semula kubis itu dibuang di jalan depan Pemkab, karena banyak warga yang memunguti,maka akhirnya dibagibagikan ke warga. Menurut Budiono (39) dari PGR, saat ini seluruh petani menanam kubis sehingga produksinya berlebih. Sebelumnya mereka adalah petani kentang dan cabai yang mendapat bantuan modal dari Pemkab, tapi kemudan dihentikan. Dan petani beralih ke kubis yang biayanya kecil. “Kubis tak ada harganya, dijual Rp 50 yang sama dengan ongkos petik saja tidak laku, apalagi Rp 250 per Kg,” ujar Sarwan (40) petani Kutabawa. “Kalaupun laku Rp 250, belum bisa menutup biaya produksi, untuk menanam bibit sampai petik Rp 500Rp600 perbatang“, lanjut Sarwan. “Masih ada ribuan ton kubis yang siap dipanen. Kami akan melacak apakah bantuan modal Rp 1,8 miliar yang dikembalikan ke Pemkab itu melalui Dinas Pertanian itu benarbenar masuk ke kas Pemkab, apabila telah dikembalikan, kan dapat dipinjamkan lagi,” kata Budiono (Kompas, 4 Oktober 2004)
Petani Kutabawa Buang 15 Ton Kubis
Konversi Lahan Jadi Isu Penting
Harga Kubis yang terlalu rendah di awal Bulan Oktober, bahkan dalam satu minggu pernah tak ada pembeli, membuat beberapa petani di beberapa desa di lereng Gunung Slamet, Kec Karangreja Purbalingga Jawa Tengah membuang belasan ton kubis. Aksi petani dalam wadah “Petani Gotong Royong” membuang kubis dilakukan di jalan depan Kantor Pemerintah Kabupaten Purbalingga, sebagai protes atas ketidakpedulian pejabat Pemkab terhadap nasib petani sayur.
Menteri Pertanian (kabinet Indonesia Bersatu - red) Anton Aprianto mengatakan, sejumlah isu penting dalam pembangunan dalam lima tahun kedepan. Salah satunya adalah konversi lahan pertanian ke nonpertanian yang semakin cepat dan luas. Sedang isu lainnya adalah ancaman produk impor, wabah penyakit tanaman dan hewan, swasembada pangan, dan konflik kepentingan antara pusat dan daerah.Sementara terkait dengan perdagangan luar negeri, Mentan mengatakan pemerintah tetap berprinsip bahwa
petani harus dilindungi. Pemerintah harus menerapkan prinsip-prinsip perlindungan petani itu karena pertanian bukan hanya menghasilkan pangan, tapi juga berperan dalam pengentasan kemiskinan, kelestarian lingkungan dan pembangunan pedesaan. “Saya akan berkoordinasi dengan menteri lain tentang arti pentingnya pertanian sehingga alokasi APBN untuk pertanian meningkat. Kita mencegah liberalisasi perdagangan dunia yang terlalu cepat dan banyak merugikan negara berkembang. Apabila memungkinkan dan dipandang perlu kita dapat membuat peraturan-peraturan sendiri sejauh itu memang melindungi petani,” kata Anton. Ia mengatakan secara normal harga-harga akan diserahkan ke pasar, dalam kondisi tertentu pemerintah perlu masuk, pada saat panen melimpah. Untuk melindungi petani, pihaknya juga akan memberikan perhatian pada komoditas yang mengancam produk nasional untuk diusulkan dikenakan bea masuk.Tapi harus berkoordinasi dengan instansi teknisnya. “Saya berharap dalam 100 hari (dilantik 21 Oktober 2004-red) ke depan kita mulai menunjukkan perubahan itu, yang menyangkut sumber daya manusia, kebijakan program dan proyek, perkembangan teknologi, investasi dan aspek pendukung lainnya,“ kata Anton. Sejahterakan Petani Menurut Anton, membangun sektor pertanian ke depan, berarti menyejahterakan petani, peternak, pekebun, dan petani lainnya. Jadi tak semata-mata mengejar peningkatan produksi, yang lebih penting adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. “Oleh karena itu, diperlukan suatu perubahan penting, yaitu agar pembangunan pertanian berpusat kepada manusianya,” kata Anton. (Kompas, 22 Oktober 2004)
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
18
Santai Sejenak Hantu di Bus Kota
S
uatu hari di sebuah terminal terbesar di Jakarta nampak seorang laki-laki setengah baya turun dari sebuah bus jurusan Solo-Jakarta. Kedatangannya ke dua kali di Jakarta ini adalah untuk memenuhi undangan hajatan sahabatnya yang bekerja di kota metropolitan itu. Dengan penuh percaya diri, Jumadi, nama laki-laki setengah baya tersebut mencari bus kota yang akan membawanya pada tempat yang dituju, yaitu sebuah wilayah di Jakarta yang bernama Kramat. Setelah beberapa saat kemudian ia menemukan bus yang dimaksud, lalu naiklah ia kedalamnya. Bus yang hampir berangkat tersebut dipenuhi pelajar dan mahasiswa, guru, perawat, pekerja swalayan dan
nampak beberapa anggota ABRI. Tidak sampai lima menit kemudian, berangkatlah bus untuk mengantar penumpang menuju tempat tujuannya. Tak beberapa lama kondektur menarik tarif kepada penumpang. Selang beberapa saat kemudian kondektur berteriak, “Sekolahsekolah!”, kemudian turunlah pelajar dan guru. Bus berjalan lagi dan setelah beberapa saat kondektur kembali berteriak, “Kampus-kampus!”, lalu turunlah mahasiswa. Di pemberhentian berikutnya, kondektur berteriak, “Mabes-mabes!”, turunlah beberapa anggota ABRI. Beberapa menit kemudian, kembali kondektur berteriak, “Rumah sakit-
rumah sakit!”, dan beberapa tenaga medis turun dari bus. Sambil mengingat-ingat kembali lokasi yang menjadi tujuan ia bertanya pada penumpang disebelahnya, “Maaf Pak, kalau Kramat itu masih jauh tidak ya?”, tanya Jumadi. “Oh, kagak, paling 5 menit lagi nyampe”, jawab penumpang tersebut. Dengan wajah berseri-seri ia menoleh ke kanan-kiri untuk mengingat ingat kembali jalan yang pernah ia lalui beberapa puluh tahun lalu. Kemudian Jumadi terkejut ketika kondektur berteriak, “Kramat, kramat!”. Karena gugup dan ingin memastikan bahwa ia turun di tempat tersebut kemudian Jumadi berteriak “Ya,...ya hantu turun”. Nur W
Kuis
2
1
3
6
7
4
5
8
9 10
11
12 13
14
15
10. Kepala Urusan (disingkat) 12. Lonceng 13. Nama salah satu apotik hidup/ empon-empon 14. Kata penunjuk 15. Kondisi enggan melakukan aktivitas 17. Tanaman bisa dipanen pada usia tiga bulan 18. Gedung Olah Raga (disingkat)
16 17
18
Mendatar 1. Ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan 3. Dahaga 6. Air pada masakan 8. Institut Pertanian Bogor (disingkat) 9. Salah satu hama pertanian yang tinggalnya dalam tanah
Menurun 1. Permasalahan yang harus diselesaikan terlebih dahulu 2. Makan malam dibulan puasa 4. Air Susu Ibu 5. Lawan sesudah 7. Salah satu hama penyerang padi 11. Lawan kakanda 12. Bahan untuk jahit-menjahit 16. Pekerjaan Rumah
Pemenang Kuis Edisi 16: AMIR SYARIFUDIN Jl. Raya Sukamarga-Muara Aman No. 16 Kec Lebong Utara Kab Lebong-Bengkulu Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
berhadiah!
Kirimkan jawaban Saudara ke Redaksi kami!! Kini tersedia kaos menarik bagi pengirim yang beruntung Kami juga menerima kiriman kuis dari pembaca. Kuis yang dimuat akan mendapatkan hadiah dari kami
19
Konsultasi Tani Penyakit Tepung (Powdery milderv) Pada saat musim kemarau ini, tanaman sayuran dan buahbuahan seperti mangga saya terkena penyakit yang gejalagejalanya pada sisi bawah daun terdapat bercak agak bulat keputih-putihan. Bercak-bercak ini jumlah dan ukurannya bertambah, saling berhubungan, berkembang ke sisi atas daun. Sehingga seluruh permukaan daun tampak dilapisi oleh tepung putih. Daun yang sakit keras menjadi coklat dan mengeriput. Batang juga terjangkit, pertumbuhannya terhenti dan dapat mati. Buah tidak terjangkit tetapi bentuknya dapat berubah dan sering terbakar oleh sinar matahari karena kurangnya daun-daun yang melindunginya. Penyakit apakah itu? (Cahyono-Ceper, Klaten)
S
aat ini petani hortikultura ataupun petani padi yang memanfaatkan galengan (pematang) untuk tanaman sayuran seperti kacang-kacangan, keceme, buncis, dan lain-lain dihadapkan pada penyakit yang sangat ganas dan susah dalam pengendaliannya. Kebanyakan tidak tahu atau tidak menyadari bahwa terkena serangan jamur tepung, dan hanya mengikuti naluri bahwa di bulan-bulan yang siang bersuhu panas dan malam bersuhu dingin penampakan seperti itu pada tanaman yang sebenarnya terkena serangan penyakit adalah hal yang biasa dan wajar. Karena kurang pengetahuan, petani pemberian insektisida karena menganggap dibawa oleh serangga atau penyebabnya adalah hewan. Tentu, petani sangat rugi karena mengeluarkan biaya penyemprotan yang tidak tepat sasaran. Penyakit tepung pada tanaman labu-labuan sudah menyebar luas di seluruh dunia. Akan tetapi saat ini penyakit tepung juga menyerang tanaman kacang-kacangan, terong dan cabai. Penyakit tepung yang ringan sudah dapat menurunkan mutu hasil karena mengurangi kandungan gula buah, mengurangi aroma dan gambar “jala� pada permukaan buah menjadi tidak baik. Penyakit ini disebabkan oleh jamur tepung (Erysipho echoracearum De
ex Merat). Meskipun ada yang menganggapnya sebagai Sphaerotheca fuligena (schecht ex Fr). Tanaman yang terkena embun tepung daunnya menjadi putih dan kemudian kering serta tanaman mati Telah diketahui bahwa jamur mempunyai beberapa jenis yang mempersulit usaha dan bertahannya kanidium. untuk menentukan kultivar tanaman Pengendalian kimia yang tahan. Zat yang telah lama dipakai untuk Di daerah tropis jamur ini tidak mengendalikan penyakit ini adalah mempunyai stadium sempurna yang belerang atau bubur california membentuk askokarp (peritesium) (belerang kapur). Penyemprotan yang dapat dipakai untuk mempertabelerang tak akan efektif bila suhu hankan diri terhadap musim dingin. kurang dari 21Âş C. Sebaliknya Karena tidak dapat hidup sebagai belerang cenderung meracuni saprofit (parasit obligat). Pada waktu tanaman bila suhu lebih dari 32ÂşC. tidak terdapat tanaman labu-labuan, Di banyak negara pengendalian jamur mempertahankan diri pada penyakit tepung dapat menggunakan tumbuh-tumbuhan inang lain seperti benonye, triarimol, mankoteb, kacang panjang, pepaya, tembakau, difekonazol dll. Meskipun sudah tomat, dan gulma. terdapat laporan-laporan tentang Pada umumnya penyakit tepung terjadinya resistensi (kebal) jamur lebih berkembang pada musim tepung terhadap fungisida sistemik. kemarau. Jamur berkecambah dalam udara yang mempunyai kelembaban Secara mekanik Melalui pengamatan yang jeli, 20% atau kurang. Embun dan kelembaban tinggi apabila ada daun yang terinfeksi pada permukaan daun membantu segera dipotong dan dibuang. Pada penyakit. Hujan yang banyak justru waktu pemotongan diharapkan hatimengurangi penyakit. Penyakit ini hati agar supaya spora tidak tertular merupakan masalah yang penting pada daun lain. Kemudian daun tersebut dibuang jauh dari lokasi atau untuk kebun yang diairi. Kelembaban rendah cenderung dibakar. Biasanya serangan dimulai membantu berkembangnya jamur di pada daun tua. permukaan tanaman (colonization), Kris Supranta sporalasi dan pemencaran jamur. Jurang Jero, Karanganom, Klaten Kelembaban tinggi membantu infeksi Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
20
Info Tani Kenyataan Tak Seindah Harapan
D
i tengah terpuruknya petani tembakau di tahun 2004 ini, masyarakat petani tembakau dihebohkan dengan munculnya isu tentang pupuk fertilla. Salah satunya adalah di wilayah Boyolali. Pupuk fertilla ini diterjunkan ke masyarakat petani tembakau dengan alasan harga lebih murah dan menjadikan tembakau lebih meningkat hasilnya. Dan bagi petani yang menggunakan pupuk fertilla ini hasil tembakaunya akan dibeli dengan harga kontrak oleh pihak yang menyuplai pupuk ini. Namun apa yang terjadi di masyarakat petani tembakau? Mampukah pupuk fertilla menjawab persoalan petani? Dan apa dampak nantinya bagi petani? Petani yang seharusnya menjadi pengelola sekaligus manajer di lahannya sendiri, sedikit demi sedikit mulai terkikis. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Mulai dari kebijakan yang memarjinalkan petani dan didukung minimnya informasi pasar yang dapat diakses oleh petani dan adanya pihak lain (investor) yang ingin memanfaatkan petani sebagai pengembangan usahanya. Ada banyak langkah yang dapat dilakukan oleh investor untuk mengembangkan usahanya dengan mengajak bekerjasama petani. Salah satunya adalah dengan keberadaan pupuk fertilla di tengah-tengah masyarakat petani yang disuplai dari pihak pengembang usaha. Dengan pupuk fertilla ini diharapkan petani dapat diajak bekerjasama dengan penyuplai dan diharapkan petani lebih maju dalam pengembangan pertaniannya dan hasil produksinya lebih meningkat. Namun apa yang terjadi di masyarakat petani tembakau? Justru sebaliknya. Dengan menggunakan pupuk fertilla ini dan kerjasama yang
dibangun malah menimbulkan berbagai masalah di kalanganpetani tembakau Boyolali. Masalah yang timbul diantaranya : Kerjasama Tidak Sesuai Harapan Di kalangan masyarakat petani tembakau harga kontrak yang ditetapkan dari pihak penyuplai pupuk fertilla tak menjadikan hasil pertaniannya lebih meningkat. Hal ini disebabkan tenaga untuk pengelolaan tembakau masih menggunakan standar yang berlaku di wilayah masing-masing. Terutama pengelolaan pada waktu pasca panen. Biaya yang harus dikeluarkan untuk penanganan pasca panen ini cukup tinggi. Setiap 5 kuintal tembakau basah membutuhkan sekitar 300.000 rupiah untuk membayar tenaga pengolahan dari tembakau basah menjadi tembakau kering dan untuk pembelian alat (keranjang dan plastik) untuk penanganan tembakau yang siap dijual. Biaya ini belum termasuk biaya penyediaan makanan bagi tenaga yang mengelola tembakau pada waktu pasca panen. Padahal setiap harinya membutuhkan sekitar 10 orang untuk pengelolaan pasca panen ini. Selain harus mengeluarkan biaya untuk penanganan pasca panen, petani juga harus memberikan harga terhadap tembakau yang dihasilkan dari lahannya sendiri. Walaupun tembakaunya dihasilkan dari lahannya sendiri tidak serta merta tembakau yang dihasilkan tidak diberi harga yang layak. Harga yang standar untuk tembakau basah adalah 1000 rupiah per kilonya. Sebagai petani tembakau selain berbagai hal yang telah disebut di atas, petani tembakau juga harus memiliki sarana produksi yang mendukung mulai dari penyediaan
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
bibit yang sehat sampai dengan pengelolaan tanaman yang butuh tenaga maksimal. Dengan kata lain harga kontrak yang ditawarkan oleh penyuplai pupuk fertilla justru malah mengecoh analisis usaha tani bagi petani tembakau, karena petani tembakau tidak memiliki harga tawar yang layak untuk harga tembakaunya. Petani harus mengikuti harga yang telah ditentukan oleh pihak penyuplai pupuk fertilla tersebut. Pengelolaan Tanaman Lebih Rumit Ternyata ilmu tata cara budidaya tanaman tembakau yang telah dimiliki petani selama ini, tidak dapat diterapkan pada budidaya tanaman tembakau yang menggunakan pupuk fertilla, karena pupuk ini tidak dapat dicampur adukkan dengan dengan penggunaan pupuk yang lain, termasuk pupuk kandang (organik), padahal pupuk organik telah terbukti dapat menjaga kesuburan tanah dengan baik, dan mengarah pada pertanian yang ramah lingkungan. Selain itu petani yang menggunakan pupuk fertilla ini dituntut untuk dapat menghasilkan daun tembakau yang berkualitas bagus, padahal pupuk ini tidak memberikan jaminan kepada penggunanya untuk dapat menghasilkan daun tembakau yang berkualitas bagus. Dengan berbagai permintaan yang diajukan oleh pihak penyuplay pupuk fertilla (pihak yang bekerjasama dengan petani tembakau) dapat ditarik kesimpulan bahwa, budidaya tanaman tembakau dengan menggunakan pupuk fertilla lebih rumit, dan tidak sesuai dengan ilmu petani yang telah dimiliki selama ini. Dengan demikian banyak petani yang tidak mampu memenuhi permintaan yang dikehendaki pihak penyuplai pupuk
21
Info Tani ini. Hasilnya tentu tidak dapat di tebak, petani harus menerima resiko apapun, termasuk resiko disalahkan yang dilontarkan oleh pihak penyuplai pupuk ini, padahal kalau kita cermati petani tidak boleh disalahkan begitu saja, karena sebelum menggunakan pupuk fertilla, petani dengan segala ilmu yang telah dimiliki selama ini mampu menghasilkan tembakau yang berkualitas bagus. Namun karena banyaknya persyaratan dalam pengelolaan tanaman tembakau dengan pupuk fertilla ini akhirnya petani harus melakukan pengelolaan tanaman tembakau di luar kemampuan selama ini. Lahan Sempit Dituntut Produksi Optimal Dari tahun ke tahun kepadatan penduduk kian banyak, begitu pula dengan komunitas petani. Dengan demikian kepemilikan lahan semakin berkurang/sempit dikarenakan tanah
yang dimiliki harus dibagikan dengan anak cucunya, maka salah satu tuntutan untuk menghadapi persoalan ini adalah mengoptimalkan hasil pertaniannya. Untuk dapat mengoptimalkan hasil pertaniannya petani harus bisa menekan biaya produksi. Apakah pupuk fertilla ini dapat menjawab pertanyaan tersebut? Karena pengelolaan tanaman dengan pupuk fertilla ini sangat rumit dan memakan tenaga yang cukup banyak dan ditambah lagi hasil dari penggunaan pupuk fertilla ini belum tentu sesuai dengan permintaan pihak penyuplai pupuk ini. Jawaban kedua dari pertanyaan diatas adalah dengan mengembangkan teknologi pertanian yang lebih maju dan menuju ke arah ramah lingkungan dan penggunanya (petani). Pupuk fertilla ini belum terbukti ramah lingkungan di komunitas pertanian , karena untuk membuktikan ini butuh waktu lama. Jika pupuk fertilla ini terbukti tidak
ramah lingkungan maka pupuk ini tak mampu menjawab pengembangan teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Petani yang menggunakan pupuk fertilla ini ternyata belum menemukan jawabannya bagaimana dapat mengoptimalkan hasil pertaniannya dengan lahan yang kian sempit dan bakal diwariskan kepada anak cucunya. Butuh kejelian untuk menjawab pertanyaan itu dan butuh waktu yang berkesinambungan. Petani jangan sampai terjebak lagi pada revolusi hijau dengan gaya baru. Pengalaman pada jaman revolusi hijau yang mementingkan kepentingan sesaat dan tanah yang sebenarnya titipan anak cucunya banyak yang teracuni oleh berbagai racun yang tidak ramah lingkungan. Giyanto Suroteleng, Selo, Boyolali
Ikut berbahagia atas pernikahan
Kurniawan EkoYulianto SE dengan
Suharningtyaswati SE 3 Oktober 2004
Yang Nofiar Desmayani SE dengan
Prasetyo Adi SE 10 Oktober 2004 Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
22
O
rang hidup membutuhkan kesehatan, maka segala sesuatu yang masuk diri manusia atau yang mengenai/ mempengaruhi manusia harus sehat. Saya Mujiyono, seorang petani di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten (anggota KPPK) ingin memberikan sumbangan pemikiran berupa rumusan hidup sehat dan resep-resep TOGA (tanaman obat keluarga) yang ada di sekeliling kita. Mungkin berguna bagi para pembaca. Rumusan hidup sehat menurut saya ada macam-macam yang dapat kita singkat menjadi 9, yaitu : A (air), L (lingkungan), T (tertawa), T (tidur), O (olahraga), N (n u t r i s i atau makanan), H (hidup sehat tanpa ketergantungan obat), S (spirit/ semangat) dan S (sholat, termasuk dzikir dan doa). Sembilan macam tesebut dapat kita jabarkan, sebagai berikut : A : air 70% tubuh manusia terdiri dari air. Air berguna untuk minum, mandi, menurunkan suhu panas badan, menyegarkan pikiran (badan), dsb, maka bila minum air yang sehat : mineral cukup, steril maka tubuh kita juga sehat. L : lingkungan hidup bersih (sehat) Yaitu rumah, desa, tempat kerja, seluruh kota juga bersih, pohon rindang, tidak polusi maka penghuninya juga sehat T : tertawa Manusia diberikan 2 yang saling berlawanan : a) tangis, mengekspresikan sedih, sulit, kekurangan, dll yang sifatnya negatif. b) tertawa, mengekspresikan senang, puas, dll yang sifatnya positip. Maka bila kita hidup tertawa (bukan buatan seperti dagelan) yang sifatnya senang akan sehat.
Resep Hidup Sehat Sampai Tua
Sehat, aktif dan bahagia sampai tua T : tidur Tidur adalah untuk mengembalikan tenaga dan menyegarkan badan dan pikiran. Mengembalikan energi dibutuhkan tidur dalam sehari adalah 5-8 jam untuk hidup sehat. Jadi, kurang tidur tidak sehat, kelebihan tidur juga tidak sehat (harus pas/ cukup kebutuhan manusia). O : olahraga Hidup sekarang serba instan sehingga memanjakan tubuh sampai gemuk sehingga mendatangkan berbagai penyakit. Maka saya memberi rumusan olahraga sebagai berikut: 3, 5, 7/5 artinya berolahraga 30 menit setiap hari, 5X setiap minggu yang dilaksanakan jam 7 pagi atau jam 5 sore secara teratur dan olahraga disesuaikan dengan umur masing-masing. N : nutrisi (makanan) Makan, kebutuhan dasar hidup manusia yang lengkap : yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral ini juga harus sehat. Ada pepatah penyakit masuknya dari mulut, juga malapetaka keluarnya dari mulut. Artinya makan harus selektif, jangan asal masuk (kalau
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004
Islam makanan halal) dan bicaralah dengan kata-kata baik dan sopan agar tidak punya musuh. H : hidup sehat tanpa ketergantungan obat Bila orang sudah tergantung obat mahal harganya (sampai jut, jut). Ini belum tentu sembuh. Maka hindari narkoba (narkotika dan obat terlarang) termasuk nikotin (merokok), alkohol, dsb. Kembalilah ke alami (organik) – bebas obat. S : spirit (semangat) Kita sejak lahir dibekali spirit/ semangat untuk mengatasi tantangan hidup setiap hari. Terutama kesehatan kita masing-masing. Ini suatu kemenangan bagi manusia, jangan sekali-kali putus asa merupakan kekalahan manusia sehingga menjadi sakit. S : Sholat (termasuk dzikir & doa) Kita beribadah untuk mengabdi kepada Allah Swt dan mengagungkan Allah Swt dan menolong, apa yang diminta dikabulkan entah kapan. Sehingga kita hidup sehat dan sejahtera sampai tua. Amien. (Mujiyono-KPPK Klaten)
23
Resep Mengatasi Sakit Maag (Perut kembung terus, perih, mual, rasa asam)
S
akit maag ada 2 macam yaitu ada luka dalam lambung (mulut lambung) dan fungsi lambung memang tak baik (tak normal). Penyebab sakit maag yaitu faktor dari dalam (psikis). Contoh : rasa takut, stress, minder, dsb. Ciri-ciri sakit maag: a). rasa nyeri b). perut berasa kembung c). mual-mual d). perut seperti penuh (mudah kenyang) Cara mengatasi: a.dengan obat-obatan (dari dokter) atau obat alternatif b.dengan pengaturan makanan (sesuai standar gizi) makan porsi kecil tapi sering Larangan: Sakit maag jangan makan yang mengandung pedas-pedasan, asam (kecut), soda, bahkan pengawet, dsb.
Empon-empon Anjuran: Banyak makan sayur dan buahbuahan seperti buncis, kol, sawi, wortel, dsb dan buah apa saja boleh tetapi jangan asam (kecut). Dan makan menurut takaran (ukuran) jangan berlebihan.
Resep obat alternatif untuk sakit maag: Bahan : 1. kencur 30gr
2. temu lawak 30gr 3. kunyit/kunir 15gr 4. jahe 10gr 5. lidah buaya (dicuci terus dikupas kulitnya) 90gr 6. cengkeh 5 butir 7. kapulaga 5 butir 8. air (berkualitas) 4 gelas Cara membuat : Kencur, temu lawak, kunyit, dan jahe dikeprek biar gepeng terus bersama bahan yang lain masukkan dalam periuk/kendil dari tanah. Lalu rebus sampai mendidih hingga tinggal 3 gelas. Diamkan. Cara pemakaian: Setelah hangat-hangat kuku diminum 1 hari 2 kali (pagi dan sore). Setengah jam sebelum makan pagi dan setengah jam setelah makan sore. Insya Allah cepat sembuh. Mujiyono Dusun Lembu, Jimus, Polanharjo, Klaten (anggota KPPK)
Makanan Berkhasiat Obat
Pepes Daun Pepaya Bahan 1 ikat daun pepaya direbus 1/2 matang 1 butir kelapa muda diparut 1/2 butir kelapa tua diambil santannya 2 gelas Bumbu 2 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1/2 sendok ketumbar Kuah 4 lembar daun salam 1 ibu jari serai 2 lembar daun jeruk purut 5 siung bawang merah 3 siung bawang putih
2 sendok bawang merah goreng 1 sendok ketumbar 3 butir kemiri gula secukupnya laos secukupnya garam secukupnya merica secukupnya Cara membuat Daun pepaya diremas dengan garam kemudian cuci bersih. Rebus sampai lunak dan tiriskan. Setelah itu, potong kecil-kecil campur dengan bumbu yang sudah dihaluskan juga parutan kelapa muda. Kemudian beri santan kental yang telah diberi bumbu kuah dan bungkus dengan daun pisang. Kukus sampai matang.
Kiriman Suradi Mulworejo Rt.03/06 Kamal Bulu Sukoharjo - Jateng
Buletin Petani ADVOKASI No. 17 Oktober-Desember 2004