advokasi No 08

Page 1










Halaman 10

Monitor & Advokasi

Ku

Tanggal 29-30 Juli 2002 lalu, YDA dan petani menggelar sebuah acara mengkaji “Kontrak Kerjasama Pertanian, bertempat di Gedung PPRBM-YPAC, Jl Adisucipto Solo. Acara ini digagas, setelah banyak keluhan dari petani, tentang kontrakkontrak kerjasama yang dilakukan mereka secara (pribadi maupun Kelompok Tani) dengan berbagai perusahaan. Perusahaan-perusahaan itu masuk ke desa-desa untuk bekerjasama dengan petani, dalam menanam tanaman budidaya tertentu. Beberapa masalah yang terungkap, diantaranya: 1. Perusahaan tersebut tidak datang pada saat panen untuk membeli hasil tanaman yang ditanam petani. Petani sulit mengejar tanggungjawab perusahaan karena identitas perusahaan yang tidak jelas. 2. Harga pembelian tidak sesuai dengan perjanjian awal. 3. Judul kontrak berbunyi “Kerjasama penanaman” tetapi prakteknya tidak lebih dari perjanjian jual beli biasa atau perjanjian “(akan) membeli hasil panen” ini terdeteksi pada pasal-pasal perjanjian yang tidak menghitung harga lahan dan tenaga petani. 4. Tidak jelasnya petani menjadi peserta perjanjian, sebagai pribadi atau kelompok. Seringkali pengurus kelompok (bahkan aparat desa) mengikatkan petani dengan sebuah perjanjian tanpa surat kuasa. 5. Seringkali, risiko usaha

ilu

Bagaimana Melakukan Perjanjian Kerjasama Pertanian dengan Perusahaan Swasta?

bersama ini, lebih banyak dikenakan pada (ditanggung) petani. Hal diatas adalah sekelumit masalah, tenatunya masih banyak masalah dalam “Perjanjian Pertanian” antara petani dengan perusahaan (swasta) di berbagai desa, dengan segala variasinya. Dalam kajian yang digelar YDA, hadir petani dari Klaten: Joko Riyadi, Mujiono, Paryono, Purwosuharjo, Sadono, Sarmidi dan Wakijan. Dari Grobogan: Bambang Mulyadi, Sukemi. Kemudian dari Sukoharjo:

Marimin, Sartono. Petani dari SRAGEN: Agus TU, Heri, Ridwan, Sutanu, Suwito. Dan petani Boyolali: Marsudi, Paiman, Parlan, Rohani, Sudadi, Suratman. Mereka kemudian berhasil “merumuskan” sebuah panduan untuk para petani:

BAGAIMANA HARUS BERSIKAP DAN MENYIAPKAN SEBUAH PERJANJIAN KERJASAMA DENGAN PERUSAHAAN?

Perjanjian atau Kontrak adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbulah satu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan Perikatan. Agar perjanjian itu sah, menurut pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata perjanjian harus memenuhi 4 syarat-syarat : 1. Adanya kata sepakat (rela dan bebas) kedua belah pihak 2. Para pihak cakap untuk membuat satu perjanjian, atau cakap melakukan perbuatan hukum (dewasa, waras) 3. Adanya satu hal tertentu (obyek perjanjian yang jelas) 4. Adanya sebab yang halal (tidak melanggar hukum dan susila).

Buletin Petani ADVOKASI No 8 Juli-September 2002


Monitor & Advokasi Hal-hal yang Harus Diperhatikan Petani dalam

Melakukan Kontrak Kerjasama A. PERSIAPAN 1. Materi harus lengkap/jelas mengatur rinci: a. Teknis produksi dan pembayaran b. Analisis usaha tani c. Pembagian risiko dan tanggung jawab d. Tujuan dan strategi pencapaiannya e. Komoditas yang akan diusahakan (jenis, keunggulan dan kelemahan dibanding yang lain) f. Sasaran (lahan dan petani calon peserta) 2. Harus sering dilakukan komunikasi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh kedua belah pihak 3. Pihak yang terlibat (jelaskan kedudukan dan fungsinya) a. Petani, apabila berhubungan dengan kelompok tani minimal dihadiri oleh 60% anggota b. Perusahaan yang akan bekerja sama c. PPL dan dinas lainnya (jika perlu) d. Kepala desa atau aparat desa e. BPD (Badan Perwakilan Desa -misal sebagai saksi) 4. Waktu sosialisasi dilakukan minimal 1 bulan sebelum pelaksanaan 5. Perusahaan harus melakukan survey lapangan terlebih dahulu sebelum pembuatan perjanjian Catatan: Untuk perjanjian antara perusahaan dengan individu petani (perorangan), pelibatan aparat desa dilakukan selama dianggap perlu. B. KESEPAKATAN 1. Harus ada saksi yang jelas dan pemilihannya terbuka (disepakati kedua belah pihak) 2. Diusahakan dengan perjanjian tertulis oleh kedua belah pihak yang melakukan perjanjian 3. Risiko yang mungkin terjadi sebaiknya dibicarakan diawal pembuatan surat perjanjian 4. Perjanjian tertulis dibuat secara rangkap 2 (asli dibawa oleh petani) 5. Isi perjanjian a. Judul perjanjian disesuaikan dengan isi perjanjian

Halaman 11

b. Mencantumkan hak dan kewajiban kedua belah pihak secara jelas dan rinci (mengatur tentang benih, saprotan, lahan, tenaga garap, bimbingan teknis, panen, pengawasan) c. Resiko yang mungkin terjadi dengan mencantumkan pihak-pihak yang akan bertanggung jawab serta sanksi jika terjadi pelanggaran d. Kualitas mutu yang dapat diterima oleh perusahaan harus diatur secara jelas e. Dalam penentuan harga harus mempertimbangkan waktu, musim dan prediksi harga pasaran f. Waktu pembayaran harus diatur dengan jelas g. Harus ada bimbingan teknis sejak penyiapan lahan sampai pada cara pemanenannya. Untuk meningkatkan daya ikat antara perusahaan dengan petani, maka perusahaan harus memberikan saprotan secara lengkap, yaitu tepat mutu, tepat jenis, tepat jumlah, tepat tempat dan tepat waktu 6. Harus ada tawar menawar antar-kedua belah pihak tentang isi perjanjian 7. Waktu penandatanganan harus dilakukan sebelum pelaksanaan dengan mempertimbangkan penyiapan lahan C. PELAKSANAAN 1. Pelaksanaan kesepakatan harus sesuai dengan kesepakatan yang sudah dibuat (disepakati) 2. Jika ada perubahan dari kesepakatan dengan pelaksanaannya, perubahan tersebut harus dilakukan secara musyawarah yang dihadiri oleh semua pihak yang terlibat dalam perjanjian dan dituangkan dalam bentuk tertulis 3. Jika terdapat permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh kedua belah pihak, maka petani disarankan mencari pihak-pihak yang dapat membantu, baik melalui musyawarah atau jalur hukum 4. Perlunya ada pihak yang akan menjadi pengawas dalam pelaksanaan kesepakatan D. TINDAK LANJUT 1. Perjanjian dapat ditindaklanjuti dengan memperhatikan: a. Aspek keuntungan kedua belah pihak b. Jika terjadi perubahan terhadap perjanjian semula, harus dilakukan musyawarah antara kedua belah pihak secara rinci dan jelas c. Kesepakatan baru harus dibuat secara tertulis d. Jika tidak memenuhi hal-hal di atas, sebaiknya tidak dilakukan perpanjangan. (Tim)

Buletin Petani ADVOKASI No 8 Juli-September 2002


Halaman 12

Pengalaman Advokasi

Kelompok Perempuan Merintis Lembaga Keuangan Mikro Kedung Pilang merupakan salah satu desa di kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali, yang berjarak sekitar 10 km. dari kota. Namun, disinilah muncul sebuah kelompok perempuan yang merintis sebuah lembaga ekonomi mikro. Keberadaan kelompok berawal dari kesadaran beberapa perempuan, atas kondisi setempat, bahwa di daerah Dukuh Kedung Pilang pengelola pertanian mayoritas pelakunya adalah perempuan. Sedangkan laki-laki banyak yang merantau ke kota. Dikatakan oleh Bu Yamtini (30 Th), bahwa biasanya perempuan di desa itu, hanya diundang hanya pada kegiatan yang berkaitan langsung dengan masalah perempuan seperti kegiatan PKK. “Kegiatan PKK yang telah kami alami kegiatannya hanya arisan,” tutur lulusan SMP ini. Kegiatan berkelompok, dimulai sekitar bulan Juni tahun 2000, dari beberapa orang yang saat itu hanya 7 orang merencanakan untuk membuat kelompok, yang dapat digunakan sebagai tukar informasi dalam segala hal terutama tentang pertanian karena mayoritas pengelola pertanian adalah perempuan. “Pada pertemuan awal hanya dikuti oleh 7 orang,” tutur ibu satu anak ini. Kelompok ini kemudian menginformasikan hasil pertemuan kepada yang lain dan menjelaskan secara rinci maksud dan tujuan membentuk kelompok adalah untuk belajar. Pertemuan berikutnya diikuti oleh 12

orang kegiatanya adalah pembuatan pupuk organik. Dan melihat berbagai kegiatan yang telah dilakukan maka lama-lama banyak ibu-ibu lain tertarik untuk bergabung menjadi anggota. Anggota kelompok bertambah dan sekarang menjadi 25 orang. Mulanya kelompok ini mengadakan proses belajar tentang pertanian berkelanjutan. Dalam perjalanannya, muncul berbagai permasalahan, salah

takut kalau tidak mampu mengembalikan. Dengan memiliki modal sendiri akan dapat menghilangkan kebiasaan anggota menjual hasil pertanian untuk modal tanam dan memliki cadangan pangan sampai panen lagi /cadangan pangen cukup untuk satu tahun. Dengan adanya modal ini juga berguna untuk mengikat anggota karena biasanya kalau tidak ada ikatan

Kuilu

satunya kesulitan dalam mendapat modal ketika menjelang musim tanam, juga keterbatasan lahan menyebabkan tidak tertutupinya kebutuhan (ekonomi rumah tangga) untuk satu tahun. “Terpaksa kami harus jual hasil panen yang seharusnya menjadi cadangan pangan keluarga,” kisah Yamtini. Menata Gagasan Berangkat dari masalah yang dialami anggota, maka kelompok berinisiatif untuk mempunyai modal sendiri. Modal tersebut dapat membantu anggota dalam mendapatkan biaya untuk tanam karena bila mau pinjam ke bank atau orang lain

Buletin Petani ADVOKASI No 8 Juli-September 2002

anggota akan cepat bubar. Maka terjadilah kesepakatan di kelompok untuk menggali sumber modal sendiri. “Karena kalau meminjam pada pihak lain, dan melihat kemampuan ekonomi ada ketakutan kalau nanti tidak bisa mengembalikan. Tetapi kalau modal sendiri, dan aturan yang ada dapat di buat sesuai dengan keinginan anggota, sehingga dapat memudahkan anggota. “Bahkan apabila berbunga juga, (anggota) masih ikut memiliki (keuntungan),” kata Yamtini. Menyepakati Perencanaan Dari berbagai kemungkinan untuk mendapatkan modal, disepakati tiga kegiatan yang dapat dilakukan oleh


Pengalaman Advokasi kelompok untuk menggali modal, yaitu dari Iuran/tabungan, hasil panen dan dari upah menanam padi. Maka anggota kelompok menyepakti untuk memborong tandur pada lahan milik anggota kelompok, hasil upah untuk bayar tenaga dimasukkan ke kas. Karena dengan pertimbangan bahwa dikerjakan orang lain atau dikerjakan anggota sama-sama mengeluarkan biaya namun bila dikerjakan bersama si pemilik lahan meskipun mengeluarkan biaya namun uang tersebut masuk dalam kas kelompok. Namun tidak seluruh lahan di borong, karena mayoritas anggota kelompok adalah petani miskin. Mereka masih menggantungkan hidup sebagai buruh tani, untuk menambah pendapatan keluarga. Selain itu mereka hanya memiliki lahan yang terbatas, yang hasil panennya hanya cukup untuk kebutuhan keluarga. Merintis Kegiatan Dalam melakukan borong tandur dalam pelaksanaan tidak semua anggota kelompok dapat ikut kadang 15 orang, kadang 18 atau kadang 10 orang. Kenapa tidak semua dapat terlibat aktif karena ada kesibukan dilahan yang juga harus digarap atau ada keperluan lain yang tidak bisa ditinggalkan tapi kalau tidak ada kesibukan semua dapat ikut. Namun agar tidak terjadi kecemburuan dan sama enaknya, maka dibuat aturan bagi anggota yaitu bagi anggota yang tidak ikut kegiatan dikenai “sanksi� mengisi kas Rp 2.500. Dari hasil pengerjaan tanam (borong tandur) tersebut sekarang terkumpul uang sekitar 1.120.000 dari dua musim tanam dan masukan kas lain tabungan Rp. 208.500 sewa erek, hasil penjualan jimpitan palawija Sehingga jumlah keseluruhan adalah Rp 1.568.500. Penggalian dana dengan pengumpulan hasil panen atau disebut lumbung paceklik bermanfaat untuk membantu anggota yang miskin sehingga apabila ada yang kehabisan cadangan pangan dapat meminjam

Halaman 13

Kuilu

gabah ke lubung, ini dilakukan karena kelompok ini menyadari bahwa tingkat ekonomi anggota sangat beragam. Dari hasil pengumpulan gabah sudah terkumpul sebesar 140 kg setiap panen. Ada juga pengumpulan untuk palawija seperti kedelai, jagung, dan kacang karena tidak tahan lama maka hasil pengumpulan palawija lansung dijual. Besarnya jumlah pengumpulan hasil panen tersebut tidak di tentukan, seikhlasnya. Manfaat Yang Dipetik Hasil kegiatan tersebut dimanfaatkan untuk simpan pinjam dengan bunga untuk modal berasal dari borong tandur 10 % dengan jangka pengembalian 3 bulan atau setelah panen. Sedangkan bila pinjam dari kas tabungan anggota, bunganya sebesar 5% per bulan dengan sistem pengembalian 2 minggu sekali. Besarnya pinjaman kelompok untuk modal berasal dari tandur rata-rata Rp. 20.000 - Rp. 100.000 dan untuk tabungan Rp. 20.000. Pinjaman yang dilakukan bervariasi karena masingmasing kelompok mengukur kemampuannya sendiri dan juga untuk pemerataan anggota. Untuk pinjaman hasil panen, diutamakan untuk anggota yang benar-benar miskin dan pengembalian sehabis panen sebesar pinjamanya tidak ada bunga. Hasil yang dicapai Cadangan pangan kelompok cukup karena hasil panen tidak seluruhnya dijual/kebiasaan menjual barang untuk modal tanam dapat dikurangi .

Manfaat meminjam adalah apabila ada kebutuhan mendadak dan sangat penting ada cadangan, dapat digunakan untuk membayar sekolah anaknya apabila pas waktunya membayar tidak punya uang. , dapat mencukupi modal pada saat akan tanam. Pengadaan alat perlengkapan pertanian seperti perontok padi, kenapa ini diadakan karena selama ini petani menyewa kepada pihak lain. Setelah kelompok memiliki peralatan sendiri maka tetap menyewa namun hasilnya masuk kas kelompok untuk biaya perawatan alat. Karena kas merupakan milik bersama kelompok ini menerapkan sistem keterbukaan akan pembukuan sehingga siapa saja boleh melihat kas. Pengawasan dilakukan secara bersama. Untuk memperlancar proses pengelolaan kelompok maka dibentuk sebuah pengurus, Yang susunannya antara lain, Ketua: Mukinem/ Sekretaris: Yamtini/Bendahara: Giyatmi/Tata usaha: Minem/ Pengumpulan untuk lumbung paceklik: Murtini dan Ruti. Ada cita-cita kedepan, yakni membentuk sebuah koperasi yang berfungsi untuk mencukupi kebutuhan kelompok, baik saprodi maupun kebutuhan modal. Hal ini dirasa perlu karena sudah mulai muncul rintisan industri rumah tangga sesuai dengan keahlian masing-masing anggota. Ditulis dari presentasi Yamtini, pada acara “Semiloka Inovasi Petani di UNS 19-20 Juni 2001, yang diselenggarakan oleh Fak Pertanian UNS, WE, CRS, YDA, GP, LPTP dan Lesman.

Buletin Petani ADVOKASI No 8 Juli-September 2002


Profil Aksi

Halaman 14 Hari Rabu 10 Juli 2002, di desa Kapungan Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten, pagi jam sepuluh lewat sepuluh, Tunggal Hadi Subagyo (67 Th) yang sejak subuh berada di sawah, cepat membersihkan cangkulnya untuk segera pulang ke rumah. Setelah mandi, ia berjalan kaki menuju “kantor” RSP (Radio Suara Petani) yang sekaligus rumah karibnya Sukino (47 Th), yang tidak jauh dari rumahnya. Senyum lelah Tunggal seolah mengatakan maaf, bahwa ia telah terlambat beberapa menit. Segera meraih mike, iapun mulai menyapa kawankawannya sedesa. “Selamat pagi Bapak Ibu Petani di desa Kapungan dan sekitarnya, Selamat bertemu kembali dengan Radio Suara Petani di gelombang FM 90,55 Mhz, yang akan menghibur Bapak Ibu sekalian dengan langgam keroncong, selamat mendengarkan sambil melepas lelah,” lalu tembang Setya Tuhu, ciptaan Nartosabdo mulai kumandang. RSP desa Kapungan yang mengudara sejak tahun 2000, mempunyai keinginan untuk mengajak masyarakat yang umumnya petani didesa itu, untuk kembali pada pertanian tradisional, meninggalkan input kimia lantas menggunakan pupuk dan pestisida alami. Tercermin dalam siaran Tunggal Hadi Sugito. “Para kadang, langkung sae, menawi wiwit sakmenika kula panjenengan ngginaaken pupuk kandang, gegandhengan pupuk kimia lan obat-obatan reginipun inggil, hasilipun nggih mboten sepintena, menawi wonten omo, cekap ngangge ron wimbo, ron Mindi lan Meniran ingkang dipun proses piyambak. Pupuk kandang langkung gampil padosipun, reginipun nggih langkung mirah, hasilipun sae, ugi sae dumateng lingkungan lan kesehatan…” (Saudara, lebih baik, jika sekarang kita menggunakan pupuk kandang, karena pupuk kimia dan pestisida harganya mahal, hasilnya juga tidak seberapa. Kalau ada hama, cukup menggunakan daun wimbo, daun Mindi

Radio Suara Petani 90,55 FM

Tak Lekang oleh Larangan On Air

Puitri Tunggal HS, Tetap On Air (mengudara) dan Meniran yang kita olah sendiri. Pupuk kandang lebih mudah mendapatkannya, harganya lebih murah, hasilnya baik, juga bagus untuk lingkungan dan kesehatan…) Dan Tunggal Hadi Subagyo ternyata tidak hanya sekadar bisa berucap di udara sekadar kata-kata simbol, sebab tiap hari dia mengolah tanahnya dengan pupuk organik. Bahkan bersama temanteman di Radio Suara Petani seperti Sukino, Sangidun mengolah sendiri pupuk Organik yang berasal dari kotoran sapi. “Pelan-pelan petani disini beralih menggunakan pupuk kandang,”. Menurut Sukino, Awalnya mereka harus membuat sendiri pupuk organik adalah ketika seorang petugas yang sekaligus penyalur pupuk organik didesanya memasang harga terlalu tinggi. “Kami disini sangat membutuhkan pupuk organik, dan harganya setelah kami chek ditempat lain kok murah.

Buletin Petani ADVOKASI No 8 Juli-September 2002

Akhirnya kami mencoba buat sendiri dan bisa”. Katanya. Dikatakan Sukino kegiatan penyaluran pupuk itu adalah “asset” Radio Suara Petani. Jam sebelas siang, matahari memperjelas menara sederhana, tiang pemancar diatas rumah Sukino, yang semula terbuat dari bambu itu. Seharusnya acara siang itu adalah “Tuladha” yang biasa diisi Sangidun. Tapi Sangidun malah bersepeda ke Rumah Sadono (yang juga salah satu pendiri RSP) untuk menghadiri kumpulan (pertemuan) alumni SLPHT. Acarapun diisi Sukino dengan tembang-tembang campur sari, sesekali ia menyapa kepala desanya, dan kepala desa lain untuk mengajak kembali ke pertanian organik. “Kami memang masih bisa mengikuti kumpulan-kumpulan, bahkan bila ada lelayu, kami semua tidak siaran, tidak enak wong ada warga yang meninggal


Profil Aksi kok siaran, karena memang sifatnya radio komunitas, bukan radio komersial,” Kata Sukino. Tiap hari RSP meng-udara dari jam 10 pagi sampai jam 13.00 siang . Karena memang radio khusus untuk petani maka menu acara RSP juga banyak yang untuk petani. Diantaranya acara bertajuk “Keluh Kesahe Wong Tani”, “Pangareparepe Wong Tani”, “Ka-wruh Sepala”, “Sembur-sembur Adas” dan lain-lain. Menjelang sore, Hendro, anak pertama Sukino dan remaja lain mengudarakan “Pilihan Pendengar” dan “Obrolan Anak Muda”. Materi siaranpun, diakui Sukino, masih dengan konsep sederha-na. Acara Sembur-sembur Adas, misalnya. adalah obrolan ringan tentang masalah seputar desa. Kemudian acara Keluh Kesahe Wong Tani, adalah forum yang berupaya memecahkan kesulitan petani dalam usaha pertaniannya. “Kadang kami mengambil bahan dari kliping majalah atau koran, maka bila Buletin Advokasi sudah sampai, kami mengambil beberapa yang menarik untuk bahan siaran” jawab Sukino. Dipanggil Aparat Awalnya RSP dirintis hanya dengan sebuah tape recorder pinjaman. Kemudian bisa beli amply, dan tape recorder sederhana, meski tidak baru. Kemudian RSP makin dikenal, bahkan Radio NHK Jepang menyempatkan untuk meliput kegiatan Radio Suara Petani dengan tinggal beberapa hari di desa Kapungan. “Mereka kagum ada radio petani, yang pengelola dan yang siaran petani sendiri” Kata Sukino. Justru seiring dikenalnya Radio Petani, beritanya dimuat media-massa, maka pada 15 Mei 2002 , Sukino selaku pengurus RSP dipanggil ke kantor Kesbanglimas (Kesejahteraan Pengembangan, Pengendalian Masyarakat) Kabupaten Klaten. Sukino dipanggil

Halaman 15

untuk “dimintai keterangan”. Di situ juga hadir pihak Kejaksaan, Polres Klaten, Kodim Klaten dan juga Kainmas (Kantor Informasi dan Kehumasan), dan Joko Purnomo dari RSPD setempat. Sukino ditanya soal Dasar hukum, Personil Pengelola, Materi, dan kelembagaan. Dan kesimpulan pertemuan itu, sejak 16 Mei 2002 RSP dilarang

dan tulisan dilindungi negara. Juga, menge-nai bumi air, dan udara digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat,” ungkap Tunggal. “Mereka (pihak Kesbanglimas, Polres, Kodim) mengatakan, masih untung peralatan radio tidak dibawa (disita). Bila prosedurnya jelas kami siap (mengurus ijin),” kata Sukino. “ Saya justru penasaran bagaimana membuat ijin, saya secara pribadi tertarik untuk menelusuri. Saya ingin tahu syarat, biaya dan lain-lain, meski dipingpong ke sanasini,” kata dia. Bagi Sukino, RSP tidak pernah dibredel, seperti yang diberitakan koran, namun hanya dilarang siaran karena belum ada ijin, “Dan juga tidak benar RSP milik kelompok tani Bangun Karyo sebagaimana yang diberitakan sebuah koran lokal,” Jelas Sukino. Prosedur Dihubungi terpisah, Joko Purnomo (pihak RSPD) mengungkapkan, bahwa RSP memang tidak dilarang, hanya diminta semua persyaratan dan perijinan sebagai kelengkapan ke Dirjenpostel. “Semua ijin dapat diajukan pengelola ke Bupati sebagai rekomendasi,” kata Joko. Bagaimanapun, akibat pelarangan itu, tentu berdampak bagi RSP dan sehari-hari pengelolanya. Adalah kerjasama penyaluran pupuk organik menjadi terkendala. Juga lurah desa itu, mengingatkan warganya agar jangan berhubungan dengan RSP. “Terus terang kami jadi korban, tapi kalau kami dipenjarapun siap,” ucap Tunggal. Pukul 13.00 siang, “tokoh tua” seperti Tunggal, Sayoto, Sukino, Sangidun dan Sadono telah “turun dari udara”, lantas digantikan anak-anak muda yang menyediakan kupon pilihan pendengar. Ditangan generasi muda semacam Hendro, lagu-lagu langgampun berganti nada dengan “Arjuna Mencari Cinta” dan juga “Pupus” dari kelompok musik Dewa. (Puitri Hatiningsih) Eko

mengudara karena tidak ada ijin! Dalam pertemuan itu juga ditanyakan tentang kunjungan tamu (reporter NHK) dari Jepang. Ditanyakan mengapa waktu itu tidak meminta ijin (untuk meliput/ diliput NHK). Dikatakan Sukino, dia sebagai warga desa merasa sudah memberitahu kepala desanya, dan warga desa sekitarnya tak keberatan. Menurutnya hal itu sudah cukup. Lantas, melalui sebuah musyawarah, pengelola RSP sepakat untuk terus saja mengudara. Alasannya, UU Penyiaran belum diatur (UU ini masih di godog DPR), dan pelarangan itu hanya bersifat lisan. “UU dari pusat sampai daerah belum jelas, nanti malah kejeglong-jeglong (terantuk-antuk), bagaimana mau cari ijin? DPR belum membuat UU, lalu UU mana yang dipakai?” Tanya Tunggal. “Kami bukan tak mau minta ijin, tapi kami juga sedang berusaha mencari tahu bagaimana membuat ijin. Pegangan kami UUD 45, bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pendapat lisan

Buletin Petani ADVOKASI No 8 Juli-September 2002


Bero

Halaman 16

Eh, mouse itu yang manna?

Di Desa Dadapan, nun di Kecamatan, baru beberapa bulan telah terpilih seorang Lurah baru. Beliau adalah seorang pengusaha yang disegani, dan mendapat tempat di hati masyarakat di masa musim reformasi dan keterbukaan ini. Banyak hal baru yang dialami oleh lurah baru yang belum pernah jadi lurah ini. Diantaranya beliau harus sering memberi sambutan di setiap pertemuan yang dihadirinya. Untuk membantu pidatonya, asistennya membuatkan naskah tertulis untuk dibacanya. Suatu hari di sebuah acara pembukaan kursus komputer di desanya, beliau membaca teks pidatonya tanpa konsultasi dulu dengan asistennya. Betapa kagetnya asistennya dan para hadirin, ketika Pak Lurah membaca: Bapak dua dan Ibu dua yang kami hormati (yang tertulis bapak2, dan ibu2, yang seharusnya dibaca bapak-bapak dan ibu-ibu), lalu kata income yang seharusnya dibaca inkam pun dibaca seperti yang terulis, income! Maka para hadirinpun mesam-mesem (tersenyum ). Setelah membaca pidato, Pak lurah diminta membuka secara simbolis kursus itu dan disuruh menekan mouse komputer (benda bulat yang biasa dipegang untuk memindah panah penunjuk di layar komputer). “Pak Lurah, silakan mouse-nya ditekan”. Kata ketua panitianya. Tapi Pak Lurah malah mundur membisiki asistennya. “ Eh mouse itu apa, yang mana? Tapi, semua itu toh tak apa-apa. Tidak lebih dari Pak Lurah belum tahu istilah komputer. Dan yang penting bagi penduduk desa itu, Pak Lurah adalah peminpin yang jujur dan reformis, Iya khan?! (Puitri)

Santai & & berhadiah!

Tolonglah Pak Tani Ini adalah sebuah teka-teki “kuno”, yaitu: Seorang Pak tani ingin menyeberang sungai dengan perahu kecil, dia harus menyeberangkan bawaannya berupa seekor kambing dan seekor anjing yang keduanya tidak diikat, serta sekeranjang sayuran. Karena perahu yang kecil, dia hanya dapat membawa satu barang setiap kali menyeberang. Dia bingung, jika dia membawa anjing dahulu, maka kambing akan memakan sayurannya. Jika dia membawa sayuran dahulu maka anjing dan kambing yang ditinggal akan berkelahi. Sedangkan jika dia membawa kambing dahulu, maka dia pun akan meninggalkan si kambing dengan anjing atau dengan sayur (di seberang sungai) saat mengambil bawaan ketiga. Jadi di pinggir sebelah sini atau di seberang sungai sana, anjing tidak boleh ditinggal dengan kambing. Juga sayur tidak boleh ditinggal dengan kambing. Nah, bagaimana pemecahannya? Mudah saja kan?! Pemenang kuis edisi 6: Sri Hartono Rt 02/03 Blumbang Tawangmangu

3.

Pemenang kuis komik RG

4.

1.

2.

Ika Listyowati Ds. Samben, Pilang Payung. Kec. Toroh-Grobogan Sanyoto Blok E II Rt 14/VI Jatimoro Ds. Bagan jaya Kec. Enok Kab.

5.

Indragirihilir Riau Tommy Cheristiawan Jl. Raflesia No. 79 Rt X Nusa Indah-Bengkulu 38224 A. Zainubi Ds. Embonguram Kec. Lebong Utara, Kab. Rejang Lebong-Bengkulu Hamdani Umar Ds. Napal Ptih Kec. Ketahun Bengkulu 38363

Buletin Petani ADVOKASI No 8 Juli-September 2002

Kirim jawaban anda melalui surat pos/kartu pos ke: Redaksi Buletin PetaniADVOKASI Yayasan Duta Awam, Jl. Adisucipto 184 i Solo Jangan lupa tempelkan kupon yang tersedia di bawah ini. Pemenang beruntung mendapatkan tanda persahabatan dari redaksi, diumumkan pada dua penerbitan mendatang.

Kupon KuponSantai Santai&&Berhadiah Berhadiah Edisi 8 Edisi 7





Di halaman ini, tersaji hasil angket pembaca Komik “Gara-gara Rekayasa Genetika� yang kami sisipkan di lembaran buku komik tentang rekayasa genetika (RG) itu. Dari 1000 komik yang kami cetak, hingga awal Agustus 2002, beredar sebanyak 834 lembar, dan yang langsung ke pembaca yang berprofesi petani ada sekitar 560 eksemplar. Nah, dari jumlah edar itu, ternyata pembaca yang mengirim balik angket ada sebanyak 42 orang saja. Jumlah kecil ini tidak membuat kami berkecil hati. Karena dengan masukan-masukan itulah, kami menjadi memiliki bahan untuk memperbaiki penerbitan YDA untuk lebih handal di masa datang. Kami juga merasa penting untuk menyajikan olahan data angket itu, supaya semangat Advokasi yang tertanam di dalam angket dapat makin merebak!

Apakah sebelumnya Anda pernah menerima informasi tentang Rekayasa Genetika?

26% Belum

Apakah gambar/tulisan cukup jelas ? Jelas (49%), cukup jelas (49%), kurang detail (2%).

74% Pernah

Sumber informasi Rekayasa Genetika Anda? 18% Media massa 13% pemerintah

43% Lembaga non-pemerintah

Hal yang harus diperbaiki dari penerbitan komik : Gambarnya berwarna, narasi jangan terlalu panjang, jumlah halaman ditambah, pakai bahasa yang mudah dimengerti orang desa dan tidak kedaerahan, ada penjelasan kata ilmiah, ditambah humornya, tulisan diperbaiki, sampul belum mencerminkan isi, ada contoh kasus, dan di kembangkan untuk sekolah umum.

28% Lingkungan dekat

Faham RG karena komik?

97% Lebih faham RG setelah membaca Komik.

3% Mempelajari RG dengan membaca Komik.

Daftar dampak teknologi RG yang harus diwaspadai versi pembaca: Dampak ekologis, adanya limbah/sampah genetika, dampak lingkungan dan kesehatan. Ketergantungan benih, munculnya hama dan gulma super, ketergantungan karena benih yang tidak dapat ditanam lagi, hilangnya varietas asli lokal. Informasi yang pernah diterima pembaca sebelumnya adalah Rekayasa Genetika dibidang : Pertanian (75%) Kedokteran (14%) Peternakan (10%) Biologi umum (2%)

Setelah membaca komik RG, apa yang ingin dilakukan pembaca? 1. Kritis terhadap isu RG 2. Menyebarluaskan informasi. 3. Mencari info tentang RG 4. Menolak produk RG 5. Membangun kelompok tani organik. 6. Meneliti bibit yang ditanam. 7. Memakai bibit alami. 8. Waspada pada produk RG 9. Tidak memakai produk RG 10. Berdiskusi dalam kelompok tentang RG. 11. Memonitor dan mempelajari perkembangan RG. 12. Menuntut bila produk RG menjadi wabah. 13. Membuat percobaan bibit organik. 14. Memboikot masuknya tanaman RG ke negara kita. 15. Menekan pemerintah untuk membuat peraturan mengenai RG. “Pengumuman hadiah angket komik ada di halaman 16�


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.