Buletin Advokasi No 12

Page 1


Surat Tani

Halaman 2

Tanggapan atas Artikel Ngaliman Sesungguhnya, petani sekarang pun giat bekerja, buktinya hasil pertanian masih melimpah ruah. Apalagi pas musim panen, sampaisampai harganya anjlok. Padi, jagung, singkong, kedelai dan kencur merupakan tanaman yang sulit dikendalikan harganya. Kalau tanaman sayuran dan buah-buahan masih bisa dipetakan seperti yang Ngaliman haturkan (sampaikan) dalam buletin Advokasi yang tercinta ini. Dalam hal pemasaran, Ngaliman perlu juga memperhitungkan kendalakendala yang sering menghadang, misal rendahnya sumber daya manusia, rendahnya keamanan dan melimpahnya hasil panen. Sumber daya manusia menentukan sekali, karena di pemasaran petani dituntut harus pandai-pandai mensiasati pasar atau konsumen, disamping itu juga petani harus jeli menghitung biaya-biaya yang timbul dari kegiatan pemasaran. Keamanan juga sangat berpengaruh. Saya pada tahun 1998 pernah mengalami kerugian melon, gara-gara ketika akan dijual ke Jakarta, pas ada kerusuhan. Sehingga melon yang saya kirim tidak laku. Melimpahnya produk tertentu di pasar bisa mengakibatkan harga anjlok, mau kemana kita memasarkan produk kita? Padahal semangka, melon, cabe dan sayur-sayuran tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama. Untuk redaksi saya mohon informasi lebih lengkap mengenai petani Bulu Kumba Sulawesi selatan yang menuntut Monsanto 1,5 M, karena petani gagal panen kapas RG Saya sempat mendengar kasus ini, dari radio EL Shinta Boyolali. Juni Purun Arto Wates Timur 04/II Bade-Klego-Boyolali

Red: Terima kasih atas tanggapan artikel Pak Ngaliman, bisa nambahin informasi lho‌ Untuk informasi petani Bulu Kumba tunggu saja, nanti akan dikirimkan ke alamat bapak, tapi kalau informasinya ditulis dalam buletin kesayangan ini, tidak apa-apa khan? Biar yang lain juga tahu.

Penelitian di Kalangan NGO? Dengan hormat, Dengan ini saya sampaikan banyak terima kasih atas kiriman Buletin Advokasi dari Yayasan Duta Awam. Edisi terakhir, Nomor 11 April Juni 2003, kami terima dengan baik. Untuk selanjutnya akan kami teruskan kepada kelompok-kelompok petani dampingan SPEKTRA yang tersebar di beberapa daerah di Jawa Timur. Kiriman buletin Advokasi tersebut sangat besar artinya untuk mengem-bangkan wawasan kelompok dampingan dan juga para community organizer terutama untuk hal-hal yang berhubungan dengan dunia pertanian. Kami memahami bahwa dunia pertanian mencakup isu-isu yang sangat luas yang saya kira tidak cukup tertampung (tentu saja) dalam sebuah buletin triwulan setebal 20 halaman. Justru karena itu pengembangan pewacanaan dunia pertanian yang lebih intens sangat diperlukan. Dan untuk itu diperlukan penelitian-penelitian yang intensif, bukan dalam skala yang besar, tetapi dalam skala yang lebih lokal kasuistik untuk kemudian didialogkan bersamasama. Saya tidak tahu apakah Duta Awam cukup concern dalam bidang penelitian, bidang yang jarang digarap kalangan LSM/NGO. Kalau ya, saya kira sangat tepat kalau Duta Awam bisa menggalang dan mempromo-sikan semangat untuk melakukan penelitian pada dunia

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003

pertanian. Sementara demikian tanggapan dari saya, semoga kerjasama ini dapat berlanjut dan berkembang di hari esok. Salam. SALMAN NURDIN Kepala Divisi Pengembangan Demokrasi dan Advokasi Kebijakan SPEKTRA Surabaya

Red: Terima kasih atas tanggapannya. YDA selama ini melakukan penelitian dengan model ABMP (Advokasi Berbasis Monitoring Partisipatif). Advokasi ini mendasarkan pada monitoring partisipatif yang dilakukan bersama dengan petani.

Advokasi Hak-hak Petani Perempuan Dengan hormat, Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas kiriman rutin buletin Advokasi. Buletin ini ternyata banyak membantu petani perempuan dampingan kami dalam mengadvokasi hak-hak petani dalam sektor pertanian dan kesehatan reproduksi, terutama teori dan pengalaman2 yang tertulis. Data dinas pertanian (pemerintah) seperti leaflet/brousur, juklak/rencana kerja, dll banyak kami gunakan sebagai bahan advokasi. Dalam tulisan “Pertanian Organik : Antara Kebijakan Pemerintah dan Pasar Global� (hal 6+7) terdapat 6 pustaka/ sumber utama yang belum kami punyai. Bagaimana caranya agar saya bisa mendapatkan pustaka no. 1, 2, 3, 4, dan 6 sebagai acuan untuk advokasi ke dinas-dinas pertanian. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih, saya tunggu khabarnya.Salam, Pandri YPP Malang Red. Kami sangat senang mendengar bahwa bulletin Advokasi bermanfaat bagi petani perempuan di Malang. Bagaimana kalau YPP menulis pengalaman petani perempuan dalam membela hak-haknya di buletin ini.


P

Salam Salam Advokasi Advokasi

ertambahan penduduk dunia saat ini diperkirakan hampir 94 juta setiap tahun, sehingga pada tahun 2025 jumlah penduduk dunia akan berjumlah 8,5 milyar. Peningkatan jumlah penduduk yang tinggi justru terjadi di negara-negara yang masuk dalam katagori miskin atau negara berkembang, sehingga akan menimbulkan masalah pangan yang cukup serius. Hal ini mendorong penentu kebijakan pertanian untuk mengejar target produksi. Sayangnya, banyak kebijakan yang dibuat hanya sekedar upaya eskploitasi alam secara membabi buta. Situasi tersebut pada akhirnya akan menjadi ancaman terhadap keberlanjutan produksi itu sendiri. Oleh karena itu, bagaimana cara yang harus ditempuh untuk memenuhi kebutuhan pangan tanpa mengeksploitasi alam secara berlebihan dan sistem budidaya seperti apa yang harus dikembangkan guna pencapaian sasaran produksi dengan tetap menjaga pelestarian lingkungan? Dalam ekosistem alami terdapat komponen hayati, baik flora (tumbuhan) maupun fauna (hewan), yang menyediakan jasa ekologi seperti: (1) Proses dekomposisi (penguraian) bahan organik melalui daur hara guna mempertahankan kesuburan tanah; (2) Pengatur dan pengendali populasi hama dan penyebab penyakit tanaman; dan (3) Proses penyerbukan oleh serangga/ hewan penyerbuk guna menjaga keberlanjutan reproduksi tanaman. Masing-masing komponen akan berinteraksi guna menjaga harmoni kehidupan dalam ekosistem. Hilangnya salah satu komponen akan menimbulkan goncangan ekologi yang ditandai dengan pelonjakan salah satu komponen dalam rantai makanan. Pada ekosistem pertanian, dampak yang muncul sangat serius, misalnya terjadi ledakan hama dan penyakit tanaman. Diyakini bahwa menjaga harmoni kehidupan biota (mahkluk hidup) di dalam ekosistem penting dilakukan. Praktik aplikasi pestisida, baik fungisida, insektisida, dan herbisida, secara langsung tidak hanya mengendalikan

Halaman 3 Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), tetapi juga dapat membunuh organisme bukan sasaran. Padahal, keberadaan musuh alami hama, penyerbuk, organisme yang berfungsi sebagai dekomposer dapat berfungsi sebagai penyokong harmoni kehidupan dalam eksosistem. Banyak kasus yang terjadi merupakan akibat kerusakan harmoni kehidupan dalam ekosistem. Di Tawangmangu, Karanganyar misalnya, keberadaan jamur akar gada (Plasmodiophora) yang menyerang kubiskubisan telah mendorong petani menggunakan fungisida cukup intensif. Permasalahan jamur akar gada belum tuntas, namun kini muncul penyakit baru berupa jamur yang menyerang umbi bawang putih. Ini di duga, jamur-jamur yang semula ikut menekan pertumbuhan jamur penyakit bawang putih ikut musnah saat dilakukan penyemprotan. Kasus yang mirip juga terjadi di areal pertanaman sayuran di Dieng, Wonosobo dan Banjarnegara Jawa Tengah. Penyemprotan pestisida yang intensif diduga ikut menyebabkan erosi dan endapan di alur sungai karena penyemprotan tersebut membunuh organisme dekomposer (pengurai), sehingga proses dekomposisi (penguraian) pupuk kompos di lahan tidak berjalan normal. Petani bawang merah di Brebes juga melaporkan terjadinya kemandekan atau bahkan penurunan produktivitas bawang merah akibat struktur tanah yang makin memadat. Penyemprotan pestisida yang dilakukan hampir setiap hari diduga telah menghancurkan kehidupan biota dalam tanah yang sebenarnya memiliki fungsi dalam dekomposisi dan menjaga tekstur tanah. Contoh kasus-kasus tersebut, dan jelas masih banyak kasus lain yang terjadi, perlu direnungkan guna mencari model bercocok tanam yang lebih arif dan berpihak pada lingkungan. (Bagian ini adalah tulisan Ir Supriadi yang tak

Pertanian yang Menjaga Harmoni Alam

Buletin Petani Advokasi diterbitkan oleh Yayasan Duta Awam (YDA), sebagai media komunikasi dan advokasi menuju petani Indonesia mandiri. Redaksi Buletin Petani Advokasi menerima tulisan, gambar/foto dengan misi pemberdayaan petani dari berbagai pihak, khususnya dari kalangan petani sendiri.

terpisahkan dengan tulisan di halaman selanjutnyaAdvokasi)

Penanggung Jawab: M Riza Dewan Redaksi: Mediansyah (koordinator) Editor Naskah: Haleluya Giri Rahmasih, M Yunus, M Riza Computer editor & Pra-cetak: Kurniawan Eko, M Zainuri Hasyim Penulis: Supriyadi, Panggah Srihardjanto, Gideon Sumiyarsa, Kurniawan Eko, Retno Ayu, Hako Mubadri (Petani) Paiman (Petani), Riset Foto: K. Eko Adm dan distribusi: Puitri Hatiningsih Pengiriman: Agus Wahyono Alamat: Jl Adi Sucipto No 184-I Solo 57102 Telp: (0271) 710816 Fax: (0271) 729176 e-mail: dutaawam@bumi.net.id

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003


Laporan Laporan LEISA, Pertanian Organik, atau Pertanian Alami?

Halaman 4

S

etidaknya, saat ini ada beberapa konsep tentang sistem pertanian berkelanjutan yang dapat dikembangkan. Beberapa konsep sistem pertanian berkelan-jutan yang saat ini ada adalah : LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture Pertaniandengan input luar rendah dan berkelanjutan); Pertanian Organik, dan Pertanian Alami ala Fukuoka. Ada satu kesamaan pandangan tentang ketiga paham, yakni bertujuan untuk tetap menjaga keberlanjutan sistem produksi dengan tetap memelihara keselarasan proses ekologi (hubungan antara maklhuk hidup dengan alam sekitarnya dan antar maklhuk hidup itu sendiri) dan biologi yang terjadi di alam. Yang ingin dicapai bukanlah target produksi jangka pendek, tetapi upaya keberlanjutan sistem produksi jangka panjang. Inovasi yang dilakukan umumnya dalam rangka peningkatan secara optimal prosesproses biologi dan ekologi dalam ekosistem. Penggunaan bahankimia, baik pupuk maupun pestisida sejauh mungkin dihindari karena akan mengganggu harmoni kehidupan biota di dalam dan di atas tanah. Pemahaman proses penyuburan tanah dan daur hara oleh mekanisme kerja alam; hubungan antara hama dengan musuh alaminya; dan keberadaan serangga penyerbuk dalam ekosistem merupakan kata kunci yang harus dipahami dalam menjalankan pertanian berkelanjutan. LEISA, menurut Reijntjes (1999) mengacu pada bentuk-bentuk pertanian yang (1). Berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal yang ada dengan mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu, tanaman, hewan, tanah, air, iklim, dan manusia sehing-

Ada satu kesamaan pandangan tentang ketiga paham, yakni bertujuan untuk tetap menjaga keberlanjutan sistem produksi dengan tetap memelihara keselarasan proses ekologi dan biologi yang terjadi di alam ga saling melengkapi dan memberi efek sinergi yang paling besar, dan (2).Berusaha mencari cara agar dalam memanfaatkan input luar hanya sekedar melengkapi. Peningkatan sumber daya biologi dan fisik harus diupayakan secara terus-menerus. LEISA tidak bertujuan untuk memaksimalkan produksi dalam jangka pendek, tetapi untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang. LEISA berupaya mempertahankan dan meningkatkan sumber daya alam serta memanfaatkan secara maksimal proses-proses alami. Sistem ini mirip dengan penerapan PHT ekologi, dimana lebih menekankan pada budidaya tanaman sehat. Penggunaan pestisida non-kimia (asal hewan dan tumbuhan) sebagai bagian dari pengendalian OPT dapat digunakan secara cermat dalam rangka memperkuat peran komponen hayati dalam ekosistem. Pertanian organik yang saat ini dikembangkan petani, lebih tepat masuk dalam sistem LEISA, karena umumnya masih menambah masukan berupa pupuk organik dan biopestisida. Sebagai langkah awal, sistem

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003

LEISA mungkin lebih sesuai untuk kondisi pertanian saat ini, mengingat belum tersedianya benih-benih unggul yang tidak rakus hara. Jenis dan populasi musuh alami juga sudah sedemikian rendah, sehingga sistem pengendalian hama relatif masih tergantung pada pestisida, meskipun dalam wujud biopestisida (organik). Satu hal yang harus tetap diingat dalam pengembangan pertanian sistem LEISA adalah menjaga agar jangan terjebak lagi dalam pola pertanian konvensional (dengan cara berpikir umum/sekarang) yang sangat tergantung terhadap input produksi dari luar. Sifat ketergantungan petani pada input produksi (meskipun input bahan organik) tidak perlu terjadi lagi. Penggunaan input dari luar harus dibatasi seminimal mungkin agar tidak terjebak lagi dalam lingkaran permintaan-penawaran. Bahan pupuk atau pestisida yang saat ini berharga murah tidak tertutup kemungkinan akan menjadi barang langka dan mahal harganya. Oleh karena itu harus dipikirkan untuk mengembangkan jenis–jenis tanaman yang tidak rakus pupuk dan relatif tahan terhadap hama dan penyakit tanaman. Varietas lokal yang telah beradaptasi dengan ekosistem khusus di lokasi harus dilirik sebagai bahan dalam pemuliaaan guna memperoleh bibit unggul khusus lokal. Pertanian Organik merupakan sistem pertanian yang bertujuan untuk tetap menjaga keselarasan (harmoni) kehidupan alami ekosistem dengam memanfaatkan dan mengembangkan proses-proses alami dalam pengelolaan usaha tani. Menurut Blake (1994) pertanian organik memiliki beberapa ciri antara lain: (i).Mengupayakan perbaikan siklus biologi, termasuk daur jasad renik, fauna


Laporan Diolah dari Kuilu

tanah, tanaman dan binatang untuk merombak bahan organik tanah; (ii) Pergiliran jenis tanaman yang tepat berkelanjutan dan penggunaan pupuk kandang dan pupuk hijauan secara rasional; (iii) Pengolahan tanah yang tepat guna memperbaiki struktur dan tekstur tanah; dan (iv) Tidak menggunakan pestisida kimia. Mengingat pestisida organik alami hasil sari tumbuhan ada yang bersifat sangat toksik (beracun) dan memiliki daya racun luas, maka penggunaannya juga harus selektif dan tetap dibatasi. Perlu diingat bahwa pestisida yang beredar di pasaran saat ini adalah pestisida organik sintetik (buatan). Beberapa diantaranya juga dikembangkan dari senyawa hasil sari tumbuhan. Oleh karena itu, pestisida organik hasil sari tumbuhan umumnya juga memiliki kisaran daya bunuh luas, sehingga tidak hanya mematikan hama melainkan juga dapat membunuh musuh alaminya. Beberapa sari tumbuhan seperti mimba bahkan bersifat fungicide (membunuh jamur), sehingga berisiko mempengaruhi jamur yang berguna. Untuk menuju pada pertanian organik, masih banyak hal yang mesti dilakukan petani, mulai dari pengembangan varietas spesifik lokasi, peningkatan peran mikro dan makro fauna dalam proses penyuburan tanah dan pengendalian hama penyakit tanaman, sampai pada pemeliharaan tanaman yang tidak menggunakan senyawa-senyawa kimia, baik pupuk maupun pestisida. Berbeda dengan sistem LEISA dan Pertanian Organik, Masanobu Fukuoka di Jepang mengembangkan sistem pertanian yang khas yang mirip dengan proses evolusi di alam, sehingga ada yang menamakan sistem pertanian alami. Ada empat azas yang harus dipenuhi, yakni (i). Tanpa pengolahan tanah, meskipun itu hanya sekedar membajak atau membalik tanah. Penggemburan tanah terjadi dalam proses alami melalui masuknya akar-akar tumbuhan dan aktivitas mikro dan makro-

Halaman 5

Dalam Pertanian Organik pengendalian hama bisa dilakukan dengan cara alami

organisme, seperti serangga dan cacing; (ii) Tanpa pupuk kimia dan kompos yang dipersiapkan. Tanah dibiarkan berproses secara alami sesuai dengan daur biologi dan kimia yang teratur dari kerja mikro dan makrofauna; (iii) Tidak menyiang gulma, baik secara mekanik maupun dengan herbisida. Gulma ikut berperan dalam membangun kesuburan tanah dan penyeimbang komunitas biologi tanah. Penghilangan gulma dilakukan secara selektif dalam bentuk pengendalian, misalnya dengan mulsa.; dan (iv) Tidak ada ketergantungan pada bahan kimia. Permasalahan hama penyakit yang muncul tidak dijawab dengan penyemprotan pestisida, melainkan didekati dengan cara yang arif. Menanam tanaman yang kuat dan sehat pada lingkungan yang sehat merupakan pilihan bijaksana dibandingkan dengan pemberian zat kimia pestisida. Peralihan dari sistem bercocok tanam konvensional seperti yang dilakukan saat ini ke pola pertanian alami jelas memerlukan waktu, tenaga, dan pemikiran yang banyak, sehingga tentu sulit diterapkan petani Indonesia yang menginginkan hasil cepat. Jalan Menuju Pertanian Organik Menuju ke pertanian berkelanjutan, ada hal penting yang harus

diperhatikan, yaitu dalam cara berpikir tentang ekosistem pertanian. Sementara cara berpikir lama, memandang ekosistem terlalu sederhana dengan hanya melihat tanah, tanaman, OPT saja. Sehingga pemecahan masalah dilakukan dengan menyediakan input produksi (pupuk, benih unggul, dan pestisida). Hal ini tentu berbeda jauh dengan rumitnya komponen dan proses dalam ekosistem pertanian. Komponen ekosistem harus dipahami lebih teliti dengan melihat jaring makanan dan proses pergantian ekologi baik di dalam dan di atas tanah. Pengertian tumbuhan di sini adalah tanaman sendiri, gulma disekitar pertanaman dan lahan serta tumbuhan liar. Tumbuhan termasuk gulma harus dipandang sebagai bagian ekosistem yang tidak harus dilawan melainkan dikelola sedemikian rupa, sehingga hanya gulma yang betul-betul menyaingi yang dicabut sedangkan lainnya dibiarkan, terutama yang berbunga. Tanah dengan berjenis-jenis mikroba pengurai, dan serangga pengurai (demikian pula dalam air ada mahkluk hidup) menjadi bagian dari ekosistem pertanian. Melalui cara pandang ini, petani tidak saja dekat dengan alam secara fisik, melainkan juga secara jiwani. Keberhasilan pengembangan pertanian dalam menyediakan bahan pangan, baik segi kualitas dan kuantitas sangat ditentukan oleh keberhasilan menerapkan prinsipprinsip biologi dan ekologi menuju sistem pertanian berkelanjutan. Oleh karena itu harus dipikirkan untuk mengembangkan jenis–jenis tanaman yang tidak rakus pupuk dan relatif tahan terhadap hama dan penyakit tanaman. Pengembangan varietas lokal yang sebenarnya telah beradaptasi dengan ekosistem spesifik lokasi harus mulai dilirik kembali sebagai bahan pemuliaaan guna memperoleh bibit unggul lokal. (Supriyadi, Dosen Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian UNS Surakarta)

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003


Laporan Laporan

Halaman 6

Petani, Akan Berubahkan Nasibmu? (Pekerja, Tangguh, Inisiatif) oleh Paiman *

P

redikat yang simpel penuh arti, walaupun tak seindah nasibmu. Dengan penuh kesahajaan dan kesederhanaan dia tak memikirkan untung dan ruginya akan nilai dan tenaga usahanya (bukan berarti bodoh, tetapi karena keadaan dan realita kehidupan). Bukan berarti pemerintah melupakan nasib petani, melalui proyek Bimas, Inmas, KUT, CF sampai KKP diluncurkan. Apakah semua proyek itu sudah meningkatkan kesejahteraan petani? Marilah kita renungkan dan telusuri seberapa besar manfaat proyek pemerintah tersebuat di atas. Ă˜ Bimas, Inmas hanyalah menjauhkan petani dari petani alami (istilah kerennya Petani Organik/PO) kepada petani yang tergantung bahan yang dihasilkan pabrik baik bibit, pupuk, maupun pestisida sehingga petani tidak seimbang lagi antara biaya saprodi dan hasil panen, belum ditambah lagi sulitnya mata rantai pemasaran hasil panen petani Ă˜ KUT dan KKP. Disini petani justru sangat dirugikan secara moral maupun material, karena nama petani hanya dijadikan obyek dan kedok oleh segelintir oknum hanya untuk sekedar mendapatkan pinjaman. Padahal yang namanya petani dan betul-betul Pak Tani, pinjamannya selalu dibayar lunas. Memang petani tidak menutup mata ada sebagian kecil petani yang kena puso, gagal panen, agak terlambat mengembalikannya. Dengan paket pemerintah yang namanya berganti-ganti yang

Dok. YDA

isinya pinjaman, merangsang petani berbudaya utang padahal namanya utang harus mengembalikan. Secara langsung maupun tak langsung menjauhkan pola pikir menjadi petani yang mandiri. Ă˜ CF, jelas mengkebiri hak petani di lahan sendiri menjadi petani buruh di lahan sendiri. Dalam era globalisasi (bukan gombalisasi) dan menyongsong era pasar bebas atau apa ya? WTO, Sebetulnya petani bagaikan telur di ujung tanduk. Apakah petani yang sudah terjepit baik lahan, kesejahteraan petaninya, maupun tingkat sosialnya akankah meningkat atau sebaliknya. Di elemen masyarakat sudah ada yang memperhatikan nasib petani, baik secara langsung maupun tak langsung. Contohnya : LSM yang berorientasi di bidang pertanian dengan jalan menfasilitasi petani untuk berorganisasi ataupun mengadakan selebaran, majalah maupun buletin petani, dan lain-lain. Lengkap sudah sarana dan prasarana

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003

untuk petani, tinggallah kita sebagai petani pandai-pandai menggunakan sarana dan prasarana. Ă˜ Kebijakan dari pemerintah. Marilah kita sebagai petani mengkritisi dengan kebijakan itu apakah kita untung atau buntung (rugi). Kalau untung mari kita dukung, kalau buntung jangan takut kita tolak dengan bijaksana dan dewasa. Ă˜ Kepedulian LSM yang memfasilitasi petani apakah kita sebagai petani akan berpikir maju, stabil, atau mundur coba kita renungkan. Berpikir maju itu dambaan kita sebagai petani tapi jangan sekali-kali bukan petaninya yang maju tetapi justru LSM pendampingnya yang tambah maju. Berpikir stabil (tetap) ini yang kita prihatinkan apalagi mundur itulah yang patut kita takutkan. Karena ingat, kita petani bukan PEkerja TAnggung yang di KasihaNI, tetapi PEkerja TAngguh yang INIsiatif. Karena ingat! Nasib petani bukan di tangan pemerintah, LSM maupun orang lain, tetapi nasib petani di Tangan Petani Sendiri. Jangan takut globalisasi, pasar bebas, dan bayangan yang menghambat petani asal petani bersatu, berkarya, bersaing. Semoga dengan semua itu petani mandiri bukan slogan atau angan-angan, tetapi kenyataan. Coretan petani kecil ANdap (Anggota Advokasi Petani)

Delegasi

* Paiman adalah seorang petani asal Desa Bade-Klego, Kabupaten Boyolali-Jawa Tengah.


Laporan

Halaman 7

Kebijakan Pemerintah tentang Pertanian Organik

Mau Dibawa Kemana Petani Indonesia? Pertanian organik terutama muncul karena perhatian terhadap kerusakan lingkungan. Revolusi Hijau telah menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Pupuk dan pestisida kimia menyebabkan pencemaran lingkungan. Pertanian organik muncul untuk menjawab permasalahan tersebut. Jaringan Kerja Pertanian Organik (Jaker PO) Indonesia merumuskannya dalam prisnip ekologis yaitu mendasarkan pada hubungan antara organisme (mahkluk hidup) dengan alam sekitarnya dan hubungan antara organisme itu sendiri secara seimbang. Hal ini mencakup beberapa prinsip. Pertama, pemanfaatan air yang mempertimbangkan ketersediaan, kesehatan, dan keberlanjutan secara ekologis. Kedua, pemanfaatan dan pengelolaan tanah yang bijaksana dalam arti harus mendukung peningkatan kesuburan tanah secara berkelanjutan dan menjaga ekosistem (kehidupan yang ada di suatu tempat). Ketiga, pemeliharaan dan pengelolaan udara bersih. Keempat, pemanfaatan keanekaragaman hayati dan melestarikannya. Kelima, penyesuaian dengan iklim dan tradisi setempat. Selain itu, pertanian organik juga memperhatikan keberlanjutan secara ekonomi terutama bagi petani. Ini dimaksudkan agar petani tidak lagi tergantung dari pihak luar namun mampu mandiri. Jaker PO merumuskannya dalam prinsip ekonomi dan sosial yaitu terutama prisip menguntungkan secara ekonomis dan mengembangkan kemandirian petani. Dalam arti ini, pertanian organik tidak hanya memperhatikan persoalan lingkungan tapi juga persoalan ekonomi.

Di Indonesia praktek pertanian organik hanya dipahami secara setengah-setengah. Konsep tentang keberlanjutan dan kemandirian belum merupakan prioritas. Ini bisa dilihat, misalnya dalam program GO ORGANIK 2010 Departemen Pertanian. Program ini sementara ini tak lebih dari sebuah slogan yang

belum ada keseriusan tindak lanjutnya. Munculnya GO ORGANIK 2010 lebih disebabkan oleh keinginan pemerintah untuk memenuhi permintaan produk organik pasar global. Akibatnya, Pemerintah Daerah pun masih banyak yang belum menjadikan Pertanian Organik sebagai program utama mereka. Ini bisa dilihat misalnya di beberapa Kabupaten di Eks Karesidenan Surakarta. Pertanian Organik di Kabupaten Sukoharjo, dalam Rencana Strategik Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo 2001-2005 hanya merupakan bagian dari program ketahanan pangan. Dalam program tersebut salah satunya adalah pengembangan pertanian organik. Aktivitas dalam tahun 2003 adalah pengembangan agensia hayati dan pestisida nabati.Harapannya adalah tercapainya perintisan produksi

pertanian yang bebas pestisida. Sementara di Kabupaten Wonogiri, dalam Rencana Strategis 2002-2005, baru sebatas pada penggunaan pupuk organik. Penerapannya di lapangan akhirnya hanya berupa pelatihan pembuatan pupuk organik dan himbauan penggunaan pupuk organik. Langkah maju ditunjukkan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen. Pemkab Sragen telah mencanangkan Program Padi Organik pada tahun 2002. Ini tidak terlepas dari inisiatif Bupati Sragen pada tahun 2001 yang melihat kesempatan pada era otonomi daerah dan dampak program Bimas/ Inmas menyebabkan penurunan kualitas lahan pertanian serta adanya ketergantungan petani pada input kimia. Program ini mempunyai dua tujuan, yang pertama tujuan jangka pendek yaitu peningkatan taraf hidup petani. Yang kedua tujuan jangka panjang adalah terciptanya keseimbangan alam, sehingga tercipta lingkungan dan masyarakat yang sehat. Dalam program ini dilakukan pemberian pelatihan bagi petugas maupun petani, pembuatan demplot dan juga upaya pemasaran melalui PD (Perusahaan Milik Daerah) Pelopor Alam Lestari. Bisa dikatakan, upaya ini merupakan sebuah terobosan dari Pemerintah Daerah. Meski belum bisa dikatakan berhasil, upaya Pemerintah Kabupaten Sragen ini sudah menunjukkan niat baik dari pemerintah daerah. Meski masih banyak kendala dan kekurangan yang terjadi di sana-sini. Mau Dibawa Kemana Petani Indonesia? Melihat kebijakan pemerintah tentang pertanian organik, pertanyaannya sekarang adalah : Mau

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003


Laporan Laporan

Halaman 8 dibawa kemana petani Indonesia? Kebijakan-kebijakan yang selama ini diterapkan di sektor pertanian belum berpihak pada kesejahteraan petani tetapi lebih menekankan pada upaya pemenuhan kebutuhan pangan. Program pertanian organik diharapkan

bukan hanya pada pemenuhan kebutuhan pangan, namun juga sebagai sebuah upaya menuju kelestarian lingkungan dan kemandirian petani. Akhirnya, Program Pertanian Organik janganlah terjebak lagi pada

kesalahan-kesalahan masa lalu seperti Bimas/Inmas yang tidak mensejahterakan petani. Kesejahteraan dan kemandirianpetani haruslah menjadi prioritas pemerintah dalam sektor pertanian. (Panggah dan Gideon)

WAWANCARA Wakil Bupati Sragen Agus : Fatchur Rahman, SH

Apa yang menjadi sebab ketertarikan Pemda Sragen terhadap Pertanian Organik? Ekonomi kerakyatan merupakan alasan utama program ini dicanangkan, selain pelestarian lingkungan. Ekonomi kerakyatan ini bertujuan untuk mengangkat kehidupan ekonomi petani Sragen yang berjumlah kurang lebih 200 KK. Ketertarikan untuk mengoptimalkan sektor pertanian melalui model pertanian organik tersebut dilandasi oleh beberapa faktor, antara lain : (1) Saat ini ada kecenderungan di pasar global, bahwa produk-produk organik memiliki pangsa pasar yang amat tinggi, terutama di kalangan menengah ke atas. (2) Harga produk pertanian organik relatif lebih tinggi dari harga produk pertanian non organik.

Langkah apa yang dilakukan untuk mendukung program tersebut? Selain sosialisasi kepada petani, yang dilakukan antara lain adalah : (1) Mendirikan Perusahaan Daerah Pelopor Alam Lestari (PD PAL) yang merupakan proyek percontohan untuk mengupayakan mengangkat dunia pertanian. (2) Mengirim satu PPL untuk mengikuti kursus pertanian organik di Institut Pertanian Bogor (IPB). Tindak lanjutnya adalah adanya TOT (Training of Trainers - Pelatihan untuk Pelatih) tentang sistematika, metode, dan muatan-muatan yang ada dalam pertanian organik bagi PPL di tingkat kecamatan, sebelum diterjunkan untuk memberikan penyuluhan atau penyadaran tentang pertanian organik pada petani.

Bagaimana pemahaman Pemkab tentang Pertanian Organik?

Bagaimana tanggapan petani atas sosialisasi yang dilakukan? Berbagai reaksi petani muncul pada saat program ini dicanangkan, ada yang langsung mencoba secara riil di lapangan, ada pula yang masih ragu-ragu, disebabkan karena petani sudah terbiasa dengan penggunaan pupuk dan pestisida kimia dalam waktu yang lama. Sangat disadari bahwa pemakaian pestisida di tingkat petani sangat tinggi, hal ini disebabkan oleh pemikiran petani

Pemkab Sragen menyadari bahwa pertanian yang dilakukan masih semi organik karena masih menggunakan input kimia. Pertanian organik sendiri merupakan pertanian yang sama sekali tidak menggunakan pupuk dan obatan-obatan dari kimia. Apa yang dilakukan Pemkab saat ini merupakan tahapan untuk menuju tataran pertanian organik yang ideal.

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003

Dok. YDA

Menuju pertanian organik yang ideal

bahwa ketika petani menggunakan pupuk dalam kadar tinggi, mereka akan mengharapkan hasil yang maksimal dan secara otomatis pula akan memberikan keuntungan lebih, tanpa memperhitungkan dampak yang akan timbul dimasa-masa mendatang. Petani sebenarnya sudah memiliki budaya pertanian organik beberapa puluh tahun lalu, tetapi budaya tersebut beralih ke pupuk dan obat kimia lantaran adanya revolusi hijau. Kendala-kendala yang dihadapi? Salah satu hal yang menjadi kendala adalah tidak adanya lembaga sertifikasi internasional untuk mengetahui kandungan organik sebuah produk pertanian. Berdasarkan informasi yang diterima, hanya Australia dan Eropa yang memiliki lembaga sertifikasi tersebut. Hal ini menjadi pertanyaan, apakah tidak mungkin insinyur-insinyur kita yang ribuan tersebut mendirikan lembaga sertifikasi? Selain itu, ukuran organik tidaknya hanya menggunakan data-data atau standar yang tidak diakui secara internasional. Padahal jika ingin diterima di pasar internasional, yang harus memberikan sertifikasi adalah lembaga yang diakui dunia seperti yang ada di Australia. Tetapi Pemkab sendiri pernah mengecek kandungan organik di Sucofindo, ini untuk memasuki abad 21.(Kurniawan Eko Yulianto)


Laporan

Halaman 9 Perbandingan

Pertanian Organik dan

Pertanian Konvensional Pertanian Konvensional *

Kelebihan Benih

Varietas lokal : Kebutuhan unsur hara rendah Dapat dibuat sendiri. Murah dan tidak tergantung pihak luar kualitas lebih terjamin

Kekurangan

Kelebihan Bibit unggul : Responsif terhadap pemupukan Produksi tinggi Umur pendek Tahan hama dan penyakit Mudah didapat

Kurang respon terhadap pemupukan

Pengolahan Pengerjaan tanah dengan Membutuhkan Tanah ternak waktu lebih lama Membuka lapangan kerja dibanding traktor lebih banyak. Lebih murah. Mengurangi degradasi tanah.

Mekanisasi mesin) Waktu lebih cepat Pola tanam tepat waktu

Kondisi tanah

Lebih gembur/subur

Relatif sedikit gulma

Pupuk

Pupuk organik Dapat dibuat sendiri (tidak tergantung). Mudah didapat dan selalu tersedia di sekitar

Pestisida

Banyak tumbuh rumput /gulma Membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak

Menggunakan pestisida alami Membutuhkan Dapat dibuat sendiri sewaktu-waktu dibutuhkan l waktu dan tenaga Lebih hemat dan aman bagi yang lebih banyak kesehatan maupun lingkungan

Hasil Panen Lebih sehat Rasa lebih enak Lebih tahan lama

Hasil relatif lebih sedikit

Pupuk kimia Efisien waktu dan tenaga Mudah didapatkan Cepat bereaksi

Pestisida kimia Hama dan penyakit lebih mudah diatasi Mudah didapat di toko Efisien tenaga

Hasil relatif lebih banyak

Kekurangan Ketergantungan benih terhadap pihak luar (perusahaan) karena tidak bisa dibenihkan lagi Boros pupuk

Menggunakan bahan bakar yang tidak terbarukan Muncul pengangguran Pencemaran minyak/solar Mempercepat pendangkalan lapisan tanah Tanah menjadi keras

Tergantung dari pabrik Merusak tanah Penggunaan makin lama makin banyak Urea terlalu banyak dapat mendatangkan hama dan penyakit Mencemaari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan Merusak struktur tanah Mematikan musuh alami Hama dan penyakit menjadi kebal Dimungkinkan terjadi penyalahgunaan Rasa kurang enak Lebih cepat basi

*Pertanian konvensional adalah pertanian yang biasanya dilakukan dengan menggunakan input pupuk dan pestisida kimia

diolah oleh Gideon

Pertanian Organik

Sumber : Muchsin, Ngijo, Banyuurip,Klego, Boyolali Jawa Tengah, G. Widodo, Pesu Rt. X Rw. V Wedi, Kab.Klaten Jawa Tengah, dan Parmat, Dk. Wates, ds. Bade, Kec. Klego, Kab. Boyolali, Jawa Tengah

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003


Halaman 10

Monitor Monitor && Advokasi Advokasi

Ayo Kita Monitor Program Organik Pemerintah! Pertanian Organik (PO) menurut Deptan adalah sistem

pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Prakteknya dilakukan melalui: 1. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO=genetically modified organism) 2. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi tanaman 3. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan menambahkan residu tanaman, pupuk kandang, dan batuan mineral alami, serta penanaman lagum dan rotasi tanaman 4. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam makanan ternak Tujuan Go Organik 2010: Mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen pangan organik terbesar di dunia pada tahun 2010. Manfaat yang diharapkan antara lain: 1. Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis 2. Meningkatkan pendapatan petani 3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani 4. Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian 5. Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan 6. Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan Langkah pengembangan yang diambil: 1. Memasyarakatkan pertanian organik pada konsumen, petani, pelaku pasar, serta masyarakat luas 2. Memfasilitasi percepatan penguasaan, penerapan, pengembangan, dan penyebarluasan teknologi pertanian organik 3. Memberdayakan potensi dan kekuatan masyarakat untuk mengembangkan infrastruktur pendukung pertanian organik 4. Memfasilitasi kerjasama terpadu antar masyarakat agribisnis untuk mengembangkan sentra-sentra pertumbuhan pertanian organik

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003

5. Merumuskan kebijakan, norma, standar teknis, sistem dan prosedur yang kondusif untuk pengembangan pertanian organik. Sumber: Leaflet Go Organik 2010, Ditjen BPPHP Deptan, 2002

Pelaksanaan Program Pertanian Organik di Daerah Kabupaten Sragen 1. Nama Kegiatan Program Pertanian Organik Musim Penghujan Tahun 2002/2003 (Oktober-Maret). 2. Tujuan - Produksi beras yang berkualitas dan aman dikonsumsi - Pelestarian lahan, perbaikan dan tekstur tanah - Produk yang berdaya saing dan nilai ekonomis tinggi - Peningkatan pendapatan petani - Pertanian yang ramah lingkungan 3. Waktu Pelaksanaan Khusus untuk tahun 2003, pelaksanaan program ini dimulai pada Oktober 2002 hingga Maret 2003. 4. Bentuk Kegiatan - Sosialisasi pertanian organik (PO) baik kepada petani maupun masyarakat luas untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan akan PO - Pelatihan dan demonstrasi teknologi usaha tani yang digunakan dalam PO (bagi petani maupun petugas lapangan) - Penguatan kelompok tani untuk menunjang pengelolaan usaha tani, dan pemasaran output/ input PO - Penyiapan infrastruktur penunjang PO yang meliputi irigasi, industri input PO, dan sistem informasi pemasaran produk organik - Pertemuan dengan pihak-pihak terkait PO, karya wisata, pameran, dll Kabupaten Klaten 1. Nama Kegiatan Pengembangan pertanian organik. 2. Tujuan - Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam berusaha tani - Meningkatnya kualitas hasil pertanian - Meningkatnya kesuburan tanah 3. Waktu Pelaksanaan Proyek dilaksanakan pada tahun 2002 yang lalu. 4. Bentuk Kegiatan - Pelatihan Pertanian Organik


Monitor Monitor && Advokasi Advokasi

- Demplot Pengembangan Pertanian Organik - Pengadaaan saprodi Kabupaten Sukoharjo 1. Nama Kegiatan Kegiatan pertanian organik di wilayah Kabupaten Sukoharjo masih merupakan sub kegiatan dalam program peningkatan produksi pertanian dan agrobisnis. Dua program di atas dipilih sesuai garis besar haluan program yang dicanangkan oleh pemerintah pusat. 2. Alasan dan Tujuan - Biaya produksi yang semakin meningkat - Untuk memperbaiki kesehatan lingkungan dan kesehatan manusia - Memperbaiki produktivitas pertanian dalam jangka panjang akibat lingkungan yang semakin rusak. Rusaknya lingkungan digambarkan dalam garis leveling off yang mulai nampak. Garis ini adalah batas pertumbuhan produktivitas yang semakin menurun Sedangkan dalam Dokumen Perencanaan Stategik Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun 20022005 tercantum tujuan dari Program Ketahanan Pangan dan Program Agribisnis, sebagai berikut: - Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, ternak, dan ikan) - Meningkatkan pendapatan petani dan mengembangkan kesempatan kerja dan berusaha berwawasan lingkungan 3. Bentuk Kegiatan - Penyuluhan-penyuluhan penggunaan pupuk organik, diikuti uji coba dan demplot - Pengembangan pupuk organik dengan memperbaiki mutunya, penggunaan starbio, dll - Pengurangan penggunaan pestisida kimia dengan uji coba dan demplot pada tanaman padi, melon, dan lombok - Meningkatkan penggunaan pestisida nabati - Mengembangkan agensia hayati sebagai pestisida alami dengan membangun Pos Puspahati (Pusat Pengembangan Agensia Hayati) - Pelaksanaan SLPHT - Pengembangan dan penggunaan bibit lokal padi Pandanwangi Kabupaten Wonogiri 1. Nama Kegiatan Kegiatan pertanian organik di Kabupaten Wonogiri masih merupakan sub kegiatan dalam program peningkatan produktivitas tanaman pangan. Kegiatan yang akan dilakukan berdasar Dokumen Perencanaan Strategik Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri Tahun 2002-2005, antara lain: - Penangkaran benih unggul

Halaman 11

-

Pemupukan berimbang Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) - Penanganan panen dan pasca panen - Perbaikan jaringan irigasi - Penggunaan alsintan 2. Alasan Kegiatan pertanian organik dilakukan karena kondisi tanah yang semakin memprihatinkan/kritis/tandus, kenaikan harga dan kuantitas saprodi yang digunakan dalam usaha tani sekarang ini, dan sebagai usaha untuk memperbaiki lingkungan yang sudah tidak sehat lagi. 3. Bentuk Kegiatan - Sosialisasi mengenai asas dan manfaat pertanian organik - Membuat demplot pertanian organik dengan memakai pupuk organik secara berimbang, irigasi dan pola tanam - Memelopori pemasaran hasil pertanian organik - Pengendalian hama dengan menggunakan agencia hayati. Kegiatan pertanian organik ini sudah dirintis di Selogiri pada tanaman padi Kegiatan penyuluhan membahas tentang penggunaan pupuk organik. Penyuluhan ini kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan demplot. Penggunaan pupuk organik ini masih belum bisa dilakukan secara total. Artinya, pemupukan tanaman dilakukan dengan perimbangan pupuk kimia yang secara bertahap semakin dikurangi perbandingannya. Penggunaan pupuk organik secara total belum bisa dilakukan karena pertimbangan produktivitas dan tanah yang tandus dianggap masih membutuhkan pupuk kimia. Kegiatan ini telah dilakukan di Desa Pule dan Desa Jaten Kecamatan Selogiri. Pengendalian hama dengan menggunakan agensia hayati masih di lingkungan dinas pertanian saja. Menurut Kepala Dinas Pertanian, ujicoba agensia hayati baru dilakukan di laboratorium milik dinas pertanian. Aktivitas pengembangan agensia hayati dan Pengendali Hama Tanaman dengan penggunaan pestisida kimia sekecil mungkin dilakukan setiap tahunnya dan tidak tergantung dengan kegiatan pertanian organik.

Ayo Cermati Program Organik Pemerintah, di tempat Anda! Apakah akan memandirikan petani? Apakah hanya akan berujung pada ketergantungan baru? Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003


Halaman 12

Pengalaman Advokasi

Sugeng Raharjo

Memperjuangkan Hak

W

Melawan Permainan Pengusaha Benih

ajah lelah tapi cukup bersemangat terpancar dari wajah seorang bapak satu anak. Ketika satu sore Buletin Advokasi mengunjunginya, dia sedang sibuk memanen cabe merahnya yang ditanam di atas tanah kurang lebih 150 meter persegi, bersama beberapa orang temannya. Sambil mempersilahkan kami untuk duduk di saungnya yang teduh, dia mengeluh mengenai harga cabai merah yang terus saja merosot jatuh. “Panen Pak ?” Nggeh Mbak neng pripun niki regine lombok kok amblek ngeten niki, mboten cucuk kaliyan biaya garapipun, ngantek judeg kulo. Dipanen mboten enten regine, mboten dipanen kok nggih eman-eman wong pun ditanem. Sakjane wong tani niku angsal untung sekedhik mawonpun seneng kok, nopo minimal modale saget mbalik sampun matur nuwun kok Mbak, ning nggih ampun anjlok ngeten niki tho”. (“Panen Pak?” Iya Mbak, tapi gimana ini harga cabe kok dari hari kehari semakin turun tanpa batas, tidak sesuai antara biaya garap yang dikeluarkan dengan hasil yang diterima. Sebenarnya petani itu mendapat untung sedikit saja sudah senang, atau minimal modal yang dikeluarkan bisa kembali saja sudah terima kasih kok Mbak, tapi ya jangan sampai anjlok seperti sekarang ini ”) Itulah keluhan satu dari sekian banyak petani ketika harga taTapi namannya anjlok tidak sesuai antara bagaimanapun pengeluaran dan pendapatan. Beliau susahnya, dia tetap adalah Sugeng Raharjo (55) seorang berupaya menuntut petani holtikultura - seperti melon, haknya, dan cabe, kacang panjang, kacang tanah, bahkan gingseng - yang cukup berani meminta untuk bertarung dan mempertahanpertanggung kan nasibnya dengan bertani jawaban berbagai walaupun diombang-ambingkan oleh pihak yang terkait harga yang tidak pernah pasti. dalam masalah ini Ternyata tidak selamanya hidup ini berjalan mulus sesuai dengan rencana. Demikian halnya dengan yang pernah dialami Sugeng saat tanaman melonnya bisa dikatakan meter persegi, yang terletak di Dusun sama sekali tidak panen, karena Sumber, Kec. Polokarto, Kab. benih yang dibelinya diduga adalah Sukoharjo. Benih melon ini dibeli dari benih palsu, atau sudah kadaluarsa. toko langganannya di pasar Godok Tapi bagaimanapun susahnya, dia Sukoharjo. Awalnya, pertumbuhan tetap berupaya menuntut haknya, tanaman melon ini baik dan sama dan meminta pertanggung jawaban dengan seperti tanaman melon yang berbagai pihak yang terkait dalam lainnya. Ketika tanaman melon itu mulai berbuah, pada kulit buah melon masalah ini. Kira-kira pertengahan Februari yang seharusnya sudah mulai 2003, ayah dari seorang putra yang berjaring (ngenet), tapi ternyata juga merupakan ketua kelompok tani hampir 80% tidak mau berjaring, di desanya menanam melon dengan padahal tanaman melon sudah merk Action yang bergaris 4 berumur 40 hari. Setelah diamati sebanyak 9 kamplek atau 3.500 beberapa hari, tidak ada perubahan batang, dilahannya seluas 1.500 pada buah melonnya. Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003

Tindakan Yang Diambil Kemudian Pak Sugeng pergi ke pemilik toko, dengan membawa seluruh bungkus benih melonnya (tapi tidak membawa kuitansi karena memang sudah menjadi langganan tetap) untuk melaporkan keganjilan yang terjadi pada tanaman melonnya. Dia meminta dari pihak toko melihat sendiri keadaan tanaman melonnya di lahan dan mengutarakan kecurigaannya bahwa kemungkinan benih melon yang dibelinya adalah benih palsu. Dia juga meminta dicarikan jalan keluarnya karena kalau tidak maka akan menderita kerugian yang sangat besar. Dari situlah kemudian ada kesepakatan bahwa pemilik toko menjanjikan akan mencarikan jalan keluar masalah ini dengan melaporkannya ke BPSB (Badan Pengawasan Sertifikasi Benih) dan distributor benihnya. Keesokan harinya, datanglah petugas dari BPSB ke lahan Sugeng yang berjarak kurang lebih 2 Km dari rumahnya di Desa Mojosaro Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo untuk melihat kebenaran di lapangan. Kemudian petugas yang dikirim langsung mengukur PH tanah antara yang buah melon bisa ngenet


Pengalaman Advokasi dan yang tidak. Ternyata hasilnya normal dan sama antara tanah yang melonnya bisa ngenet dengan yang tidak. Keesokan harinya, datang pula petugas distributor bibit melon Action dan pemilik toko ke lahan, setelah melihat keadaan tanaman melonnya mereka meminta untuk menunggu beberapa waktu lagi barangkali akan ngenet. Tapi Sugeng tidak bisa menunggu lagi karena waktunya sudah tidak mungkin lagi untuk ngenet (tanaman sudah berumur 50 hari). Sugeng meminta dalam masalah ini 3 pihak harus hadir sekaligus dari pihak toko, distributor bibit, dan pihak BPSB, karena tidak mau disangka ada “permainan yang tidak sehat dan disangka mengadaada�. Pihak toko mengatakan sanggup tapi tidak memberikan kepastian waktunya. Merasa tidak puas dengan pertemuan itu karena belum mendapatkan kepastian, maka pada malam harinya Sugeng pergi ke kediaman pemilik toko. Di sana dia mendesak pemilik toko untuk benarbenar serius dan secepatnya menyelesaikan masalah ini. Sugeng menegaskan akan melaporkan masalah ini ke kepolisian dengan tuduhan toko secara sengaja menjual benih palsu yang sangat merugikan petani, karena ternyata tidak hanya dia yang mengalami hal tersebut tapi juga petani yang lain pernah mengalaminya, tetapi tidak mendapatkan ganti kerugian sepeser pun. Malam itu, pemilik toko berjanji untuk seserius mungkin menangani masalah karena Sugeng sudah dianggap menjadi pelanggan setia di tokonya. Kesepakatan Ganti Rugi Keesokan harinya datanglah pihak toko, distributor bibit; dan BPSB ke lahan untuk merundingkan jalan tengah dari permasalahan ini. Dia ditanya berapa batang melon yang

ditanamnya dan berapa rata-rata biaya perawatan yang dikeluarkan untuk menanam melon perbatangnya. Dijawab oleh Sugeng bahwa dirinya menanam sebanyak 9 kamplek dan tumbuh sebanyak 3500 batang ini, setelah dihitung dengan teliti ternyata mengeluarkan biaya perawatan melon rata-rata Rp.1.000,-/batang. Atas dasar kesepakatan bersama antara pihak toko, BPSB, dan distributor benih,

Dok YDA

maka distributor benih akan mengganti kerugian biaya perawatan pohon sebesar Rp.1.000,- x 3.500 batang = Rp. 3.500.000,-. Kemudian untuk hasil melonnya nanti akan menjadi tanggungjawab pihak toko dan distributor untuk mecarikan pembelinya. Bila tidak ada pedagang yang mau membeli maka itu tetap menjadi tanggung jawab pemilik toko dan distributor benih untuk membelinya. Walaupun dalam perhitungan masih menderita rugi tapi dari pada tidak mendapatkan ganti sama sekali. Hingga saat panen tiba ternyata benar bahwa melon yang tidak bisa ngenet tetap tidak bisa ngenet. Dan seperti kesepakatan awal bahwa pihak toko dan distributor benih tetap membeli hasil melonnya, walaupun harganya tida seberapa yang penting bisa untuk

Halaman 13

menutup kerugian. Dari cerita pengalaman di atas terbukti bahwa petanipun bisa menuntut apa yang menjadi haknya. Karena banyak kejadian sama yang terjadi pada petani tetapi merasa bahwa itu adalah kesalahannya sendiri atau juga bisa karena petani merasa tidak percaya diri bahwa dirinya mampu dan masih banyak yang lainnya. Walaupun sebenarnya hal itu bukan karena kesalahan petani. Karena berdasarkan Monitoring Partisipatif yang dilakukan oleh Yayasan Duta Awam (YDA) Solo bersama dengan petani di EksKaresidenan Surakarta pada bulan AprilAgustus 2002 tentang Benih Berlabel Bahasa Asing (BBBA) menemukan 8 jenis komoditas yaitu melon; semangka; cabai; kacang panjang; bunga kol; sawi; tomat; dan kubis; yang terdiri dari 52 merek yang ternyata masih berbahasa asing seperti, Inggris, Cina, Taiwan, Jepang, Thailand. Bahkan ada benih yang beredar dipasaran tanpa label sama sekali. Dari temuan ini, kemudian bagaimana hak informasi petani dalam hal ini sebagai konsumen benih yang harus mengetahui tentang bagaimana cara tanam, tanggal kadaluarsa, kemampuan tumbuh dan informasi lain yang seharusnya diketahui oleh petani. Adalah petani sendiri sekarang ini yang harus berani untuk memperjuangkan hak-haknya yang selama ini tergilas dan terlindas oleh berbagai kebijakan pertanian yang sebagian besar bisa dikatakan tidak berpihak kepada petani. (Retno Ayu)

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003


Profil Aksi

Halaman 14

KPPK

Petani yang Peduli Petani

Dok KPPK

Pembentukan KPPK.Wadah untuk memecahkan masalah bersama.

S

eiring dengan kemajuan jaman yang semakin modern, berpengaruh juga terhadap berbagai sendi kehidupan. Tak terkecuali di bidang pertanian. Dulu menggarap sawah dilakukan dengan cara-cara yang sangat sederhana, tapi sekarang sudah menggunakan mesin-mesin modern. Selain itu, masalah-masalah pertanian dan petani juga semakin banyak dan kompleks. Melihat banyaknya masalah yang dihadapi petani, maka beberapa yang peduli terhadap nasib sesamanya sepakat membentuk suatu kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk membantu memecahkan permasalahan yang menjadi beban petani. Setelah melakukan beberapa kali pertemuan pendahuluan, akhirnya pada tanggal 7 Juli 2002 terbentuklah kelompok yang diberi nama Kelompok Peduli Petani Kabupaten Klaten (KPPK).

Kelompok ini beranggotakan petani dari berbagai daerah di Kabupaten Klaten, yaitu : Kecamatan Polanharjo, Wedi dan Ceper. Sedangkan Sekretariat KPPK bertempat di Desa Jimus Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Pertemuan rutin semula dilakukan sebulan sekali, namun mengingat situasi dan kondisi kemudian dilaksanakan 2 bulan sekali. Dari pertemuan rutin inilah diperoleh banyak informasi. Baik permasalahan petani maupun informasi seputar pertanian. Dalam pertemuan itu pula dibahas dan dicari jalan keluar terbaik tentang masalahmasalah yang menimpa petani. KPPK memang baru berusia satu tahun, namun sudah melakukan beberapa kegiatan. Baik kegiatan internal kelompok maupun kegiatan sosialisasi untuk menyebarluaskan informasi terbaru di bidang pertanian.

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003

Kawin Silang Benih Padi dan Pembuatan Pupuk Organik KPPK merupakan kelompok tani dengan anggota yang majemuk. Ada petani yang menanam padi, menanam holtikultura, ada pula yang beternak, sehingga keahliannya juga beragam. Diantara kegiatan yang sudah dilakukan yaitu kawin silang benih padi. Setelah beberapa kali dilakukan uji coba akhirnya berhasil melakukan kawin silang antara varietas Menthik Wangi dengan Pandan Wangi. asilnya ternyata cukup menggembirakan. Untuk jenis ini, sekarang benihnya sudah tersedia. Kemudian di kembangkan lagi dengan padi jenis yang lainnya, antara lain : jenis Wulu dengan Mamberamo, dan Wulu dengan Pandan Wangi. Disamping itu, juga dilakukan pembuatan pupuk organik. Bahan bakunya adalah kotoran hewan (itik) dicampur dengan bahan-bahan lainnya yang kesemuanya merupakan bahan-bahan dari alam. Cara pembuatannya juga sangat sederhana dan sudah ada yang jadi, lantas digunakan untuk pemupukan lahan pertanian. Sosialisasi Rekayasa Genetika Perkembangan ilmu dan teknologi yang terjadi di bidang pertanian mengalami kemajuan yang sangat pesat, mulai peralatan pertanian (untuk menggarap lahan), pupuk dan obat-obatan pertanian sampai pada bibit tanaman. Akhir-akhir ini, yang banyak diperbincangkan para petani benih unggul hasil dari rekayasa genetika. RG (begitu rekayasa genetika biasa disingkat) merupakan suatu teknologi modern yang berupaya memindahkan gen tanaman


Profil Aksi

yang satu dengan tanaman yang lain. Namun sebenarnya, mereka belum tahu persis apa dan bagaimana yang dinamakan rekayasa genetika tersebut. Apa keuntungan dan kerugiannya? Bagaimana dampak yang ditimbulkan? Di kalangan pakar pertanian pun belum sepakat, apakah hal tersebut menguntungkan atau malah merugikan. Ada yang menyatakan dengan teknologi RG, dunia akan terbebas dari kekurangan bahan pangan. Ada juga yang menyatakan hal tersebut justru akan menimbulkan hama tanaman baru dan membunuh atau memusnahkan predator yang menguntungkan. Bahkan saat ini disinyalir banyak produk makanan yang berasal dari tanaman hasil RG. Dan itu sudah dipasarkan dan dikonsumsi masyarakat. Untuk memberikan informasi dan gambaran yang lebih jelas tentang RG kepada masyarakat, khususnya petani, maka KPPK menyelenggarakan sosialisasi RG. Sosialisasi ini meliputi keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan dari adanya teknologi RG.

Sosialisasi Kontrak Pada masa lalu, pertanian hanya dipandang sebelah mata. Namun, dengan melihat perkembangan dan prospek cerah dunia pertanian pada masa-masa mendatang, kini para pengusaha mulai melirik bidang pertanian sebagai suatu peluang bisnis. Banyak perusahaan yang menyebut dirinya Agribisnis, beramairamai merambah dunia pertanian. Kemudian mereka mendekati petani dan menawarkan kontrak kerjasama yang menggiurkan. Petani yang belum mengetahui seluk-beluk kontrak kerjasama tentu saja tertarik. Pada awalnya memang menguntungkan dan menyenangkan, tapi lama-lama semakin merugikan dan menyengsarakan, sehingga banyak petani yang mengeluh. Berangkat dari pengalaman di atas,

Halaman 15

Dok YDA

Ketua Wakil ketua Sekretaris Bendahara Humas Anggota

Susunan pengurus KPPK : Asmadi (Ceper) : Mujiono (Polanharjo) : 1. Suwarno (Wedi) 2. Maryoto (Polanharjo) : 1. Purwosuharjo (Polanharjo) 2. Hako Mubadri (Wedi) : 1. Ibu Sidik (Polanharjo) 2. Marsudi (Wedi) 3. Sumarsono (Wedi) : - Sungkono, Jarot, Atung

KPPK bekerjasama dengan YDA (Yayasan Duta Awam) Solo memprakarsai diadakannya sosialisasi tentang kontrak kerjasama perusahaan dengan petani. Kegiatan ini dimaksudkan agar para petani mengetahui bagaimana kontrak yang sama-sama menguntungkan dan juga agar petani mencermati dan berhati-hati dalam melakukan kontrak kerjasama dengan perusahaan. Sehingga tidak merasa dirugikan dengan adanya perjanjian kontrak tersebut. Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 6 Mei 2003, bertempat di Gedung Serbaguna Desa Ngaran,

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Hadir dalam acara tersebut para petani, diundang pula Camat Polanharjo, PPL Polanharjo, Kepala Desa dan Badan Perwakilan Desa Ponggok, Desa Ngaran, Desa Borongan dan Desa Jimus.Selaku narasumber adalah Kelik Wardiono, S.H dari Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Selain kegiatan-kegitan tersebut di atas, KPPK juga belajar bagaimana cara pengendalian hama dari pakar yang telah sukses menanggulangi adanya hama tanaman. (Hako Mubadri, anggota KPP Klaten)

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003


Bero

Halaman 16

SALAH “NYIKEP”

A

lkisah ada seorang gadis yang bernama Uun, Uun suatu ketika main ke rumah tantenya di Solo, Tante Ari. Di sebelah rumah tantenya itu terdapat seorang pria ganteng nan keren yang bernama Ardan. Seiring dengan berjalannya waktu Uun sering bertandang main ke rumah tantenya dan Ardan sering mondar-mandir lewat depan rumah tante Uun. Seringnya mereka bertemu pandang meski hanya dari teras rumah tantenya itu, pandang ketemu pandang akhirnya kedua insan tersebut menjalin hubungan asmara. Namun kisah kasih mereka mendapat tentangan dari mama si Uun. Karena jiwa muda mereka dan baru asyik-asyiknya mereka menjalin cinta mereka tidak mempedulikan larangan mama Uun, kata orang barat

“ Back Streets” aja enggak masalah, emang yang pacaran siapa, gumam mereka berdua. Suatu saat, Om Ardan, pamannya Uun yang notabene adik kandung dari Tante Ari, bersilahturrahmi ke rumah tante Ari. Omong punya omong Tante Ari dan Om Ardan sedang asyik ngomongin kisah Uun yang ditentang oleh mama Uun, ditengah keasyikan mereka, tiba-tiba Uun datang. Dengan berteriak Tante Ari memanggil Uun untuk dapat mempertemukannya dengan Om Ardan, “ Un, ini kamu dicari Ardan,“ kata Tante Ari. Tanpa ba bi bu, Uun yang baru saja mau masuk pintu depan ruang tamu bergegas lari senang, girang mendengar nama Ardan (sang kekasih hati) disebut tantenya. Dia langsung menutup mata (me”nyikep”

Membagi Warisan Seorang bapak, mempunyai empat anak laki-laki dewasa yang sudah mampu bertani. Karena merasa sudah saatnya untuk anak-anaknya berusaha/ bertani sendiri, dia bermaksud membagi tanahnya pada keempat anaknya itu. Bentuk tanah yang dimiliki bapak tersebut seperti gambar di bawah ini.

Bantulah bapak tua ini membagi tanahnya secara adil pada keempat anakanaknya.

R u m ah & K an d an g S ap i

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003

mata) laki-laki yang duduk di kursi ruang keluarga dengan kedua tangannya dan celetuk, “Ada apa sayang,“ teriak Uun kegirangan. Spontan tantenya bilang, “Un sopan sedikit dong ama orang tua kok nyikep-nyikep mata gitu sih”. Spontan wajah Uun berkerut melongo kaget, bertanya-tanya dalam hati “emang kenapa”. Ketika Uun tersadarkan, dia memperhatikan dengan seksama siapa orang yang dia “sikep” itu. Betapa malunya Uun ketika mendapati orang yang di”sikep”nya itu ternyata bukan Ardan pacarnya, melainkan Ardan pamannya sendiri. “Habis tante sih, sorry ya, Om Uun salah, dikirain Ardan my boy friend,” tambah Uun menutupi rasa malunya pada Om Ardan pamannya. (Yekti)

Santai

&

berhadiah!

Pemenang kuis edisi 10 1. Marsudiyanto. Jl. Poros, Desa Airrami-Ipuh, Muko-muko Selatan-Bengkulu Utara 38364 2. Karyawan. Kelurahan Pasar Baru Rt III Rw 01 Kecamatan SeginimBengkulu Utara 38552 3. Ali Mufthi. Jl. Ciptomangunkusumo Gang II No. 25 Ponorogo-Jawa Timur Kirim jawaban anda melalui surat pos/kartu pos ke: Redaksi Buletin PetaniADVOKASI Yayasan Duta Awam, Jl. Adisucipto 184 i Solo Hadiah

KAOS KASUAL menanti Anda yang beruntung (diumumkan 2 nomor mendatang)

& &

Kupon Santai dan Berhadiah Edisi 12


Kilas Berita Tani

Halaman 17

Tahun 2003, Kesejahteraan Petani Menurun

N

ilai Tukar Petani (NTP) terus menurun, antara bulan PebruariMaret 2003 saja terjadi penurunan 3,58%. Hal ini berarti penurunan relatif kesejahteraan petani disebabkan penurunan harga produk komuditas pertanian, sementara harga barang dan jasa yang dikonsumsi keluarga petani mengalami kenaikan. Hal di atas dikemukakan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Soedarti Surbakti, di Jakarta pertengahan Juni ini. NTP merupakan salah satu pengukur kemampuan nilai tukar barangbarang produk pertanian yang dihasilkan petani, berbanding dengan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani dan biaya dalam menghasilkan produk pertanian. Dengan kata lain, NTP adalah alat ukur kesejahteraan petani. Tahun dasar yang digunakan NTP adalah tahun 1993 yang nilai NTP-nya dianggap 100. (Kompas 17 Juni 2003)

PPh Gabah Dihapus Tidak Untungkan Petani HKTI menilai, penghapusan Pajak Penghasilan (PPh) tidak memberikan keuntungan bagi petani. Bahkan pengembalian pajak itu hanya dinikmati kontraktor yang menjadi pemasok gabah ke gudang Perum Bulog. Demkian hal itu dinyatakan oleh Ketua HKTI Siswono Yudo Husodo di Jakarta pertengahan Juni silam. Seperti diberitakan, berdasarkan SK Menteri Keuangan No 236/KMK.03/ 2003 tanggal 3 Juni 2003, pemerintah menghapus PPh pasal 22 atas pembelian gabah atau beras oleh Bulog. (Kompas, 14 Juni 2003)

Hama Luar Negeri Lolos, Produksi Kentang Turun Hama jenis cacing yang disebut Globodera Rostochiensis yang sebelumnya tidak ada di Indonesia diketahui sudah masuk dan menyerang tanaman kentang. “Hama yang tergolong organisme pengganggu tanaman karantina kelas A1 ini masuk ke Indonesia melalui impor bahan tumbuhan, khususnya kentang dengan tanah yang terbawa,” kata Kepala Pusat Karantina Tumbuhan Departemen Pertanian Zulfiar Zubir, April lalu. Hama impor ini menyebabkan produksi kentang turun dari 24 ton menjadi 14 ton per hektar. Serangan cacing ini dilaporkan pertamakali oleh petani Desa Tulungrejo, Bumiaji, Kab. Malang. (Kompas 8 April 2003)

Puso, Petani Jual Tanaman Padi Sbg Pakan Ternak Karena kekeringan, petani di Kabupaten Semarang Jawa Tengah, terpaksa membabat dan menjual tanaman padinya dengan harga murah. Tanaman itu dijual kepada peternak sapi perah seharga Rp 300.000 per seperempat bahu (sekitar 1.800 meter persegi). Tanaman padi yang masih hijau itu digunakan sebagai pakan ternak.

“Hujan tidak turun, sumber air menipis dan sumur juga kering,” keluh Sartono, penduduk Desa Papringan Kecamatan Ungaran yang juga menjual tanaman di sawahnya kepada peternak. (Kompas 30 Juni 2003)

Pada tanggal 23 Juli 2003 Pemda Sragen mengadakan Panen Bersama Padi Organik seluas 2 ha. Panen itu dihadiri oleh pengusaha Setiawan Djodi, Juga dilakukan juga penandatanganan MOU antara Djodi dengan Pemda Sragen. Menurut Djodi, belum ada rumusan secara rinci, tentang apa saja bentuk kerjasama yang akan dilakukan. “yang jelas di bidang pertanian organik,” katanya ketika ADVOKASI menanyakan bentuk kerjasama itu. Eko

9.000 Varietas Padi Lokal Hilang Benih varietas lokal banyak yang hilang karena perbenihan dikelola oleh perusahaan besar. Untuk padi saja, jumlah yang hilang itu mencapai 9.000 varietas. Hal ini disampaikan oleh Koordinator Hubungan Luar dan Program Nasional IPPHTI Kustiwa Adinata, tanggal 12 Juni di Sragen Jateng. “Petani kita sudah tidak punya hak atas benih yang mencapai 9.000 jenis itu,” katanya. (Solopos 14 Juni 2003)

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003


Info Tani

Halaman 18

Waspada, Kawan!

Repro Kompas Demo menolak pangan rekayasa genetik di Swiss, 21 Juli 2003

Seiring kemajuan teknologi, dunia kini menjadi sebuah kampung besar. Sejalan dengan itu, tumbuh perusahaan-perusahaan lintas negara (multinasional) yang memandang penduduk negara ketiga (termasuk petani) sekadar pasar atau alat untuk (makin) memperkaya diri. Negara tidak selalu mampu membendung kekuasaan yang beralaskan (dan bertujuan) kekayaan segelintir orang, dibanding seluruh pernghuni di seluruh dunia. Banyak negara yang membuat macam-macam undang-undang dengan disetir sadar atau tanpa sadar. Beberapa diantara perusahaan-perusahaan itu bergerak di bidang pertanian dan rekayasa pertanian. Mereka mengumpulkan bakal benih (milik petani) dari seluruh dunia, menelitinya dan kemudian hasil penelitian itu (berupa benih unggul dan benih rekayasa genetik) diakui mereka sebagai milik mereka (dengan mendaftarkan hak paten). Sekali petani menggunakan benih dari mereka, apalagi jika kemudian benih lokal kita menjadi punah (karena tidak ditanam lagi). Maka apa yang terjadi‌ KETERGANTUNGAN orang seluruh dunia (dalam hal bahan pangan) pada satu-dua perusahaan saja. Tentu saja, para kaum PENJAJAH jaman GLOBALISASI ini, sangat takut pada petani-petani yang mandiri. Dan selalu berusaha agar kita tidak pernah bisa mandiri. Mereka takut jika kita mandiri dengan benih, juga pupuk. Mereka gregetan jika kita melakukan pengendalian hama yang ramah lingkungan. Mereka khawatir jika lahan pertanian kita awet dan lestari. Karena jika makin banyak petani yang mandiri, dunia akan adil makmur dan lestari, namun mereka tidak bisa berjualan dengan nafsu menguasainya itu. Nah, Apa pilihan kita? Jadi Budak? Atau Mandiri?! Imbauan Kemandirian ini ditujukan untuk petani Indonesia dalam rangka Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke 58 17 Agustus 1945 - 17 Agustus 2003

Halaman ini disediakan bagi petani untuk menginformasikan (mengiklankan) produk, memasang iklan layanan, atau ucapan selamat kepada sesama petani.

Khusus Petani: Beriklan Gratis di halaman ini Sapalah 3000 lebih Pembaca Advokasi yang mayoritas pejuang petani

!

1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 Desa Bade Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 Jawa Tengah 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901

Selamat atas berdirinya

ANdap

Kelompok (Anggota Delegasi Advokasi Petani)

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003


Resep Kita ResepKita

Halaman 19

Obat untuk Batu Ginjal dan Kelainan pada Ginjal

Bahan : √ Daun keji beling 7 lembar √ Daun kumis kucing 7 lembar √ Daun nokilo 7 lembar √ Akar jambe (boleh kering) secukupnya √ Akar aren (boleh kering) secukupnya √ Akar alang-alang secukupnya √ Polosari 1 butir √ Akar pahit (bisa beli di toko jamu) secukupnya √ Adas kulo waras secukupnya √ Gula batu 2 butir sebesar jempol tangan

Aturan minum :

√ Diminum pagi dan sore masingCara pembuatan: Bahan-bahan tersebut direbus dengan air kurang lebih 3 gelas besar hingga mendidih dan sampai kurang lebih 1 gelas untuk diminum

Sukarman Wates, Bade, Klego, Boyolali Gambar:Kuilu

masing 1 gelas

√ Untuk hari ke 2 ramuan diganti

√ √ √ √

dengan yang baru dengan dosis yang sama dan cara pembuatan yang sama. Apabila kesulitan mencari ramuan akar pahit dan polosari maka boleh digunakan lagi untuk resep selanjutnya Demikian berturut-turut sampai 1 bulan minum pagi dan sore untuk penderita yang parah bulan kedua 3 hari sekali bulan ketiga 1 minggu sekali bulan ke emapt 2 minggu sekali

Mengenal Penyakit Sapi gila eberapa waktu lalu, penyakit sapi gila (mad cow atau Bovine Spongiform Encephalopathy –BSE), yakni sejenis penyakit otak yang mengenai teknak sapi, ramai dibicarakan. Penyakit ini dapat menular pada manusia yang mengkonsumsi daging berpenyakit itu. Penyakit ini mulai disoroti sejak tahun 1986, ketika pecah wabah BSE di Inggris dan mematikan lebih dari 100.000 ekor sapi. BSE juga mewabah di Eropa dan Amerika Selatan, sehingga ternak yang terinfeksi terpaksa harus dimusnahkan. Penyakit ini dinamakan sapi gila, karena sapi-sapi yang terserang menunjukkan tanda-tanda “gila”, gelisah atau berlaku agresif. Sikap badan dan cara berjalan tidak normal, gangguan keseimbangan, kaku otot, dan tidur terus sampai sekarat. BSE disebabkan oleh prion, sejenis protein yang tertimbun di jaringan tubuh sapi, terutama di

B

daging dan tulang hewan ternak lain. Peternak melakukan hal ini untuk memberi protein tambahan kepada ternaknya. Negara Inggris sendiri telah bertahun-tahun mengekspor tepung pakan ternak ini (disebut meat-andbone atau MBM) ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Dari tahun 1988- hingga 1996, negara-negara Asia membeli hampir 1 juta ton MBM. Pada saat Inggris menghentikan pengirimam MBM, ternak-ternak sapi di India, Indonesia, Jepang, Srilangka, Singapura, Korea Selatan dan Thailand telah terlanjur diberi pakan MBM. Januari tahun 2001, Organisasi Pertanian Dunia (FAO) mengumumkan bahwa setiap negara yang telah mengimpor pakan MBM dari Eropa Barat sejak 1980 adalah negara yang berisiko tinggi terhadap Dari Pakan Diyakini, bahwa sumber BSE terjangkitnya penyakit ini (jadi berasal dari pakan konsentrat sapi termasuk Indonesia!). (sumber berupa tepung yang terbuat dari Health-Today) otak, susunan syaraf, usus dan ekor. Akibatnya daerah tersebut mengalami kerusakan, dan terlihat seperti spons. Prion adalah protein yang secara alami diproduksi oleh otak. Namun kadangkala prion berubah (bermutasi) menjadi proterin abnormal yang membuat lubang-lubang raksasa di otak yang mengakibatkan gejala-gejala kegilaan. Prion adalah zat yang tangguh dan dapat bertahan hidup melawan pelarut kuat serta suhu tinggi. Pada Manusia, penderita akan sering menggigil, dalam waktu 16 bulan akan berkembang menjadi tremor serta jalan tidak stabil, diikuti dengan bicara tidak senonoh, tertawa tanpa sebab, tidak sabab, dan akhirnya meninggal.

Buletin Petani ADVOKASI No 12 Juli-September 2003



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.