advokasi No 14

Page 1


Dialog dengan Camat

K

ami dari pemonitor BRDP (Bengkulu Regional Development Project - Proyek Pembangunan Wilayah Bengkulu dengan dana dari Bank Dunia) di Bengkulu Selatan, mengadakan dialog dengan Bapak Camat berdasarkan data-data lapangan. Sayangnya pihak BRDP ada yang tidak hadir, padahal sudah diundang, seperti Fasilitator, Konsultan dan Pimbagro. Berikut data-data kami sampaikan pada dialog itu: 1. Banyaknya unsur KKN. Banyak terdapat dalam satu keluarga ada tiga orang peminjam. 2. Ada anak dibawah umur yang sudah jadi peminjam. 3. Ada pemalsuan nama nasabah. 4. Adanya rekayasa jumlah yang dipinjam dengan yang dilaporkan ke dalam RAT. 5. Banyak nasabah dipinjami tidak sesuai dengan aturan. Seperti untuk pinjaman pertama dalam Juklak dan Juknis hanya sebesar Rp. 1.500.000,- akan tetapi ada yang bisa dapat Rp. 3.000.000. Sebaliknya, masyarakat petani yang membutuhkan banyak malah ditolak. 6. Dilaporan RAT 2002 ada disebut dana sosial dan pendidikan, akan

Surat Tani

tetapi masyarakat melihat kenyataannya tidak ada. 7. Peminjam yang menunggak sekitar 75 % dari nasabah. Mereka beralasan bila pengurus tidak diganti, belum mau mengangsur. Dalam dialog itu, tidak bisa diambil solusi dari temuan-temuan kami diatas, karena pihak kecamatan tidak memberikan kesempatan. Alasan mereka waktu tidak mengijinkan, bahkan Kades nampak bekerjasama dengan UPKD, ini tersirat dari adanya tuduhan pada saya memalsukan tanda tangan pendukung data itu. Kami mohon kepada pihak YDA untuk menyampaikan data-data kami kepada Bank Dunia. Sebaiknya BRDP ditarik/dipindah saja karena masyarakat yang dapat dampak negatif. Janaidi Jl. Lembak No.18 Ds. Serambi Gunung, Kec. Talo, Kab. Bengkulu Utara, Bengkulu

UPKD “Sakit Parah”

B

ersama ini saya juga beri kabar tentang BRDP/UPKD yang ada di Desa Tunggang Kec. Pondok

Masih Lakukah “Tujuan Hidup” Selain “Pasar” di Jaman Ini? Masing-masing orang terburai, bersepih. Tubuh ini terbagi berkeping-keping tidak berbentuk lagi. Setiap keping di tubuh ini adalah pasar....adalah pasar! Mereka mengincar, selalu mengincar, apalagi yang bisa dibelah dari kepingan-kepingan kedirian kita. Mereka membuat denah kebutuhan, membuat peta perjalanan yang harus kita tuju. Dan kita tidak kemana-kemana, kepingan-kepingan itu sudah terpancang pada kiblat-kiblat kecil. Dan kita sibuk melayani permintaan kepingan-kepingan tubuh kita, rayuan-rayuan kepingan itu seolah kepastian yang harus kita penuhi. (Petikan dari naskah Orang-Orang Yang Bergegas karya Puthut EA)

2

Suguh, Kab. Muko-Muko Bengkulu. Kon-disinya sekarang “sakit parah” seperti sudah mati dan tidak berjalan seperti yang kita harapkan. Berita lain: Sebagian masyarakat kami sekarang, sedang menunggu ganti rugi lahan pertaniannya dari PT Argensinal, yang masih dalam rangka pengukuran lahan. Masyarakat belum juga mengerti tentang jaman penjajahan globalisasi karena sekarang lahan masyarakat Desa Tunggang sudah mencapai sekitar 70% yang akan dijual. Mukminin Desa Tunggang Kec. Pondok Suguh, Kab. Muko-muko, Bengkulu

Ada Upaya Perbaikan

B

agaimano teman-teman YDA dan petani. Cak mano petani sejawa ko? Salam rindu buat teman petani semua dan kami petani Bengkulu, STAB (Serikat Tani Bengkulu), memberi kabar bahwa kami dua musim panen gagal hama tikus. Alhamdullilah, pada bulan Nopember ini (2003) kami panen seperti semula. Jadi untuk sekarang sudah lumayan. Oh…ya hampir lupa, kami STAB mengucapkan terima kasih atas kerjasama dengan petani Bengkulu dalam monitoring proyek BRDP. Sebelumnya, kami belum mengerti apa tujuan proyek tersebut. Dan sekarang sudah ada upaya perbaikan dari pimpro dan orang yang terlibat di dalamnya. Demikianlah kabar dari kami dan bagaimana kabar teman-teman petani semua? Adi Ogan Jl. Pramuka No.33 RT.3 Kel. Pasar Muara Aman, Kec. Lebong Utara, Kab. Rejang Lebong, Bengkulu

Buletin Petani ADVOKASI No. 13 Oktober-Desember 2003


Salam Advokasi Buletin Petani Advokasi diterbitkan oleh Yayasan Duta Awam (YDA), sebagai media komunikasi dan advokasi menuju petani Indonesia mandiri. Redaksi Buletin Petani Advokasi menerima tulisan, gambar/foto dengan misi pemberdayaan petani dari berbagai pihak, khususnya dari kalangan petani sendiri. Penanggung Jawab: M Riza Sidang Redaktur: Mediansyah (koordinator), Haleluya Giri Rahmasih, M Yunus, M Riza, Kurniawan Eko, M Zainuri Hasyim, Gideon Sumiyarsa. Penulis edisi ini: Kurniawan Eko, Mediansyah, Sri Sutardi (Petani), Paiman (Petani), Sudadi (Petani) Riset Foto: K. Eko Administrasi: Puitri Hatiningsih Pengiriman: Agus Wahyono Alamat: Jl Adi Sucipto No 184-I Solo 57102 Telp: (0271) 710816 Fax: (0271) 729176 e-mail: dutaawam@bumi.net.id

Kepada Para Wakil & Pemimpin Rakyat

P

etani, katanya adalah pilar penyangga ekonomi bangsa terdepan dan terakhir. Ketika krisis ekonomi, sektor lain tersungkur bahkan gulung tikar, terbuktilah sektor pertanian rakyat mampu tegak menopang bangsa. Namun, sektor ini pula yang paling sering terlupakan dalam prosesproses pembangunan. Buktinya, lihat saja APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) hanya mengalokasikan dana 2% saja, padahal jumlah penduduk petani kita 70%. Dan banyak bukti lain, yang menunjukkan bangsa ini sia-sia pada petani. Tahun 2004, bisa jadi banyak tokoh akan mencoba berbaik-baik dengan kaum tani. Hal ini karena, petani di pedesaan secara fakta merupakan kaum mayoritas di negeri ini, sehingga jadi kunci pemenangan Pemilu. Karena petani menjadi kunci kemenangan dalam Pemilu, sangat mengherankan tentunya jika problem-problem petani (misalnya harga Saprodi yang melambung, harga jual produk pertanian yang terseokseok, tergusurnya lahan dan air demi perusahaan privat) masih tetap menjadi problem besar, dari Pemilu ke Pemilu. Dari janji ke janji! Dalam Buletin kali ini, ada beberapa tulisan petani yang berisikan amanat kepada wakil dan atau pemimpin negeri. Ada juga kegelisahan dan keprihatinan karena melihat kinerja wakil mereka. Di pusat maupun di banyak daerah, kebanyakan wakil rakyat tidak menyumbang apa-apa untuk

Buletin Petani ADVOKASI No. 13 Oktober-Desember 2003

kesejahteraan petani. Mereka membiarkan nasib petani berhadapan dengan impor beras misalnya. Ada memang yang memberi pernyataan yang “menyejukkan” namun tetap tidak sanggup membuat kebijakan yang “menyejukkan”. Namun di beberapa daerah, ada juga prestasi wakil rakyat yang patut diacungi jempol. DPRD Nusa Tenggara Barat (NTB) misalnya, mampu merancang Peraturan Daerah (Perda) tentang kemitraan petani dengan pengusaha, untuk melindungi petani. Di Wonosobo, Dewan setempat membuat Perda tentang pengelolaan hutan yang berbasis masyarakat lokal. Sejalan dengan disahkannya UU Privatisasi Air, 19 Pebruari 2004, nasib rakyat pedesaan (yang sebagian besar petani) makin terancam. Sumber air yang selama ini menjadi Ist milik bersama dan berfungsi sosial, setiap saat dapat “dijual” pemerintah kepada orang lain yang berorientasi bisnis semata. Bagi petani, tahun ini lebih penting mengetahui dahulu, “Mengapa memilih?” kemudian barulah bertanya “Bagaimana mencoblos?” Memang, perihal “mengapa memilih/mencoblos” inilah yang tampaknya kurang mendapat sosialisasi dari KPU. Lembagalembaga yang mensosialisasikan pemilu, lebih suka menjelaskan “bagaimana cara menusuk yang benar”. Salam Advokasi

3


Laporan RAKYAT MENGGUGAT (WAKIL) RAKYAT (Sebuah Perenungan)* Oleh: Sri Sutardi **

Negeri ini memang penuh teka-teki nan misterius. Pertama, ketika kita disebut negeri dengan sumber alam yang melimpah ruah, namun dengan jumlah rakyat miskin yang semakin banyak. Kedua, kita disebut sebagai negeri timur yang mengutamakan budi pekerti, namun dengan jumlah kasus korupsi nomor satu. Ketiga, ketika sistem politik dijustifikasikan sebagai “reformasi”, penderitaan rakyat justru semakin menjadi-jadi. Maka, mengapa penguasa seakan melupakan kenyataan ini? Mengapa rakyat harus menjadi korban dalam proses recovery ekonomi, dalam mana distribusi kue-kue ekonomi secara adil tidak dinikmati rakyat banyak? Semua paradoksal! (Vox Populi Vox Dei- Benny Susetyo, hal 50-51) Paradoksal… Serba Paradoksal Jika kita mau mencermati lebih tekun, dan menilai lebih arif tentang negeri ini, maka kita akan semakin banyak menemukan kondisi yang serba paradoksal. Sistem demokrasi yang saat ini tampak dikembangkan di negeri ini mengalami nasib sama. Kita akan mudah mengerti perbedaan yang mencolok antara wakil rakyat dan rakyat yang diwakilinya. “Kemencolokan” ini bukan sebatas kondisi sosial ekonomi yang nyata-nyata berbeda, namun juga mulai bergesernya aspirasi dari rakyat yang empunya kehendak dengan aspirasi pribadi si wakil rakyat. Pada bagian lain, kaum tani yang konon jumlahnya lebih dari 60% dari

4

penduduk Indonesia, harus puas jika hak-hak politik dan sekaligus hak-hak lain sebagai warga negara harus terampas, atau setidaknya tak terterimakan sebagaimana seharusnya. Fakta ini terjadi dengan tidak jelas kapan dimulainya, dan semakin tidak jelas kapan akan berakhir. “Kacaunya” Model Perwakilan Konsekuensi logis dari demokrasi perwakilan, adalah adanya penyerahan nasib rakyat kepada wakil-wakilnya. Hal ini ditempuh karena tidak mungkin lagi menggunakan demokrasi langsung seperti masa kelahirannya. Akibat yang dipastikan segera muncul dari model perwakilan ini adalah terjadinya pergeseran (mulai dari yang kecil sampai bergeser total) kehendak rakyat. Contoh yang paling mudah didapat dalam kehidupan nyata adalah semakin menjauhnya kebijakankebijakan yang diambil di negeri ini dari kebutuhan asasi kaum tani. Masalah klasik yang dihadapi kaum tani (misal: mahalnya sarana produksi dan rendahnya

harga jual hasil tani) bukan masalah yang asing dan baru. Namun masalah itu tidak kunjung terselesaikan dari tahun ke tahun. Fakta ini membuat saya curiga, janganjangan bagian ini memang bukan bagian yang menarik untuk diperjuangkan. Tampaknya memperjuangkan dana purnabakti yang hanya menyentuh hidup beberapa orang yang notabene “tidak kurang suatu apa”, justru menjadi ajang perjuangan yang gigih. Ini juga tidak mungkin terelakkan dari model yang telah disepakati, model perwakilan. Penindasan Terhadap Kaum Tani Jujur saja: Petani merupakan mayoritas yang tertindas. Ini tragis sekaligus ironis bagi kehidupan demokrasi. Namun yang menjadi pertanyaan adalah: “Mengapa ini bisa terjadi?” Jawaban yang tampaknya mungkin adalah: Pertama: Kaum tani Indonesia adalah kelompok dengan pendidikan rendah, status sosial ekonomi rendah, sekaligus dengan kesadaran penuh

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari - Maret 2004


Laporan

sering memvonis diri sebagai golongan rendah. Kedua: Vonis yang kadang dibuat sendiri oleh kaum tani, bahwa dirinya adalah golongan rendah, membuat kaum tani sering “mengalah” dan membiarkan hak-haknya terampas. Ketiga: Sangat sedikit yang menaruh minat untuk memberikan pembelajaran bagi kaum tani, sehingga semakin membuat kondisi negatif ini kokoh bertahan. Keempat: Dalam prakteknya sangat sedikit atau bahkan tidak ada wakil petani di Dewan yang benar-benar petani. Dengan demikian kondisi obyektif kehidupan petani jelas tidak dimengerti, tidak mungkin dipahami, sekaligus menyulitkan anggota Dewan menghayati kehidupan kaum tani. Dalam konteks penyampaian ide penulis dalam tulisan ini, maka bagian keempat dari jawaban di atas layak untuk mendapat kajian khusus.

yang cukup kuat bagi rakyat, utamanya kaum tani. Menurut saya, dana itu akan punya arti, jika sekali-kali anggota Dewan mengadakan kunjungan ke petani, bukan kelompok yang diformalkan untuk dikunjungi, tetapi kondisi obyektif di lapangan. Memang hal ini jika dikerjakan sangat tidak “trendy” dan “hanya” menghabiskan uang yang sedikit, hingga rasanya tidak menguntungkan. Kehidupan nyata kaum tani (juga penderitaannya) tak mungkin akan bergaung lama di gedung Dewan, jika tidak ada wakil yang benar-benar menghayati peri kehidupan kaum tani. Saya berani mengistilahkan bahwa “roh kaum tani” tak pernah berkunjung ke gedung Dewan, karena (di sana) tidak ada yang mengalami seperti apa hidup kaum tani itu. Pada bagian lain, memotret kehidupan rakyat akan naïf bila dipelajari hanya dari data statistik yang sangat mudah direkayasa. Perlu dicari model untuk mengorek isi hati “mBok Jah”, “mBok Nah” “Lik Jo”, “mBah Min” dan lain-lain, yang suya yakin masih sulit dikuak dengan metode penelitian baku yang sekarang diberlakukan untuk mengerti kehidupan kaum tani. Saya yang hidup bersama petani, menemukan betapa sering metodologi penelitian “gagal” menemukan sisi esensial dari kehendak rakyat tani.

Jauhnya Pemikiran Dewan dari Kaum Tani Sebenarnya harus juga kita akui, bahwa anggota Dewan telah berusaha keras untuk mengerti dengan cermat peri kehidupan rakyat banyak. Namun yang kadang justru membingungkan adalah, mereka lebih tertarik untuk mengadakan kunjungan, studi banding atau apapun istilahnya, ke tempat-tempat yang menurut saya tidak mewakili kondisi nyata masyarakat. Coba simak, apa artinya kunjungan yang menghabiskan uang rakyat, namun tidak punya imbas

Sebuah Usulan Awam Sebuah usulan kadang menjadi mandeg karena tidak memenuhi kaidahkaidah tentang usulan, atau tidak tahan dengan mekanisme panjang yang harus dilalui. Nah, jalur yang saat ini saya gunakan tampaknya lebih leluasa untuk sekadar memberikan usul. Usulan ini saya dapatkan ketika terjadi diskusi panjang dengan kaum tani dari

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari - Maret 2004

Dusun Manding, Dusun Manggis, Dusun Sayutan, Dusun Jati dan Dusun Geneng Rejo (Desa Nguneng Ke.Puhpelem, Kab. Wonogiri, Jawa Tengah), pertengahan Pebruari 2004 yang lalu. Pun saya diberi wewenang penuh untuk membahasakan bahasa kaum tani itu menjadi bahasa yang tidak ditertawakan. Namun saya juga merasa perlu bahwa bahasa asli mereka tak perlu “dialihbahasakan”. Dan inilah usulan-usulan itu: Pertama, Wakil rakyat harus sering bersama rakyat.Ini logika yang sangat mudah. Jika seorang wakil tidak bersama yang diwakilinya, maka sangat mustahil aspirasi dari nurani rakyat akan muncul. Kedua, Wakil wakyat harus berani menegakkan kebenaran. Ini berat, apalagi kalau wakil rakyat juga bagian dari oknum yang tidak setia pada kebenaran. Penegakan kebenaran harus dimulai dari orang-orang yang menegakkan kebenaran. Siapa berani memberantas KKN, jika dirinya adalah pelaku, siapa yang akan dengan gagah berteriak “berantas kolusi” jika dirinya bagian dari sebuah kolusi. Ketiga, Wakil rakyat harus pandai mengerti hati rakyat. Mengetahui kehendak hati rakyat tidak mudah, sebagian masyarakat kita masih pemalu dan “ewuh-pekewuh”, termasuk dengan wakilnya. Maka tidak cukup kehendak rakyat ini hanya didapat dari forum-forum yang diformalkan. Penyerapan aspirasi perlu dilakukan

5


Laporan dengan lebih mendalam dan intensif. Oleh karena itu, tidak mungkin wakil rakyat mengerti hati rakyat jika hanya duduk di gedung Dewan. Wakil rakyat perlu “turun ke bawah”, perlu menghayati kehidupan rakyat. Keempat, Wakil rakyat jangan ingkari realita. Ingat 60% rakyat Indonesia adalah petani! Implikasinya wakil rakyat bisa duduk nyaman karena 60% nasibnya ditentukan oleh petani. Jangan menanti penderitaan kaum tani meledak, hingga ada sistem baru yang secara alami muncul untuk menyuarakan nurani kaum tani. Jika wakil rakyat lebih mampu mengekprasikan diri sebagai wakil dari kaum tani juga, tentu segalanya akan lebih aman. Kelima, Wakil rakyat harus percaya diri. Jika wakil rakyat memulai kemunculannya dengan tidak percaya diri, maka ia akan menggunakan segala fasilitas yang ia miliki untuk jadi anggota Dewan. Tentu banyak uang yang dikeluarkan agar dirinya “jadi”. Akibatnya sederhanya saja: “Pulihkan modal”. Ini jebakan yang membuat runyam terus menerus. Jika anggota Dewan memang dikehendaki oleh rakyat, tampaknya tidak perlu mengeluarkan pembiayaan yang bukan seharusnya. Keenam, Dekatlah pada kami, kami akan membisikkan lebih banyak lagi! Perenungan …bahwa pembawa pembaharuan yang benar itu orang yang mampu melihat keadaan, di mana setiap hal sempurna, seperti apa adanya dan mampu membiarkannya begitu ..…(Anthoni de Mello) Saatnya sekarang, rakyat dan wakil rakyat merenung bersama, untuk pembaharuan, untuk rakyat, untuk kaum tani. Merdeka! * Dari diskusi petani-petani tentang wakilnya **Yang hidup bersama petani-petani, di padepokan “Lemah Miring” Bukit Blego, Wonogiri.

6

PARTAI POLITIK, PEMILU 2004 DAN PETANI Oleh : Paiman*

Dalam kehidupan di Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini - konon disebut juga negara agraris tentu penduduknya sebagian besar petani. Petani berjumlah besar tetapi sampai saat ini, “Apakah keberadaanmu, potensimu, andilmu, bahkan nasibmu yang mau tidak mau ikut berpartisipasi mewarnai kelangsungan tatanan hidup bernegara sudah ada yang memperhitungkan? Khususnya dari partai politik peserta pemilu, calon legislatif maupun calon presiden dan wakil presiden. Untuk menyongsong Pemilu 2004 yang akan datang, marilah kita sebagai petani mengevaluasi, mengkoreksi dan mawas diri sehingga kita bisa mengambil sikap. Bagaimana menempatkan diri dan menyalurkan aspirasi kita sehingga kita tidak akan menyesal dan suara hati kita sia-sia. Melalui media TV, radio, cetak yang lain, kita tahu bahwa pilihan kita menentukan nasib dan kelangsungan hidup tatanan bernegara yang berdemokrasi menuju masyarakat adil makmur berda-sarkan Pancasila (itu katanya yang di TV dan koran itu lhooo…). Maraknya perdebatan, promosi dan propaganda serta slogan para partai kontestan peserta pemilu, membuat kita sebagai petani kadang merasa BIMBANG, BINGUNG,

bahkan PUSING dengan keadaan yang selama ini berkembang. BIMBANG Petani sudah berkali-kali mengalami dan menjalankan Pemilihan Umum dari masa ke masa : Era Orde Baru Pemilu dilaksanakan dengan Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia, itu teorinya…prakteknya perlu dipertanyakan, siapa dan partai apa yang berkuasa pada saat itu. Apa hasilnya bagi petani? Proyek B i m a s k a h , Inmaskah, KUT-kah, Swasembada pangankah? Cobalah kita sebagai petani merenungkan, “Siapakah yang paling diuntungkan?” Memang kita tidak bisa memungkiri ada Dok. YDA sedikit kemajuan dan keuntungan walaupun menerima dampak dan akibat dari adanya proyek tersebut diatas. Era Reformasi Pelaksanaan Pemilihan Umum sedikit banyak mengalami kemajuan, Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, dan Demokratis. Akan tetapi apa yang kita bisa nikmati sebagai petani atas hasil Pemilu? BBM naik, katanya subsidinya dicabut dan dialihkan untuk dana pengentasan kemiskinan, tetapi kenyataannya dikemanakan subsidinya? Justru

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari - Maret 2004


Laporan masyarakat kecil terutama petani angan-angan dan cita-cita kami segampang menjadi penonton merupakan salah satu korban sebagai petani kecil. Caranya tentu (jangan seperti komentator bola di dampak kenaikan BBM tersebut. Kita anda yang budiman dan terpelajar TV) tidak bisa lari dari kenyataan bahwa serta sarat dengan pengalaman dan Ketiga, menjelang pendaftaran barang-barang kebutuhan petani ikut penuh kebijaksanaan lebih arif dan caleg maupun pencalonan presiden naik, baik sarana dan prasarana mengerti. dan wakilnya ada katanya GERAKAN produksi seperti pupuk, ANTI POLITISI pestisida, bibit, dan ongkos BUSUK. Bagi petransportasi hasil tani dan tani yang bodho ini belum kebutuhan yang sangatlah berlainnya. Bagaimana dengan syukur, karena hasil pertanian para petani? dengan keboJuga ikut naik? Tunggu dulu! dohannya tentang Tidak! Kok bisa? Bisa saja, politik (tetapi tidak karena kalah bersaing mau dibodohi) tidak dengan hasil produk terhanyut maupun pertanian impor. Ironis ikut-ikutan dalam memang nasibmu hai para gerakan ini. Karepetani. Melihat kenyataan na menurut petani ini, lantas salah siapa? Tentu justru timbul pertidak menyalahkan siapatanyaan besar, siapa. Tanyakan saja pada “Kenapa ada gewakil rakyat di gedung rakan politisi buDok. YDA megah yang sedang suk? Siapakah Janji-janji dalam kampanye. Masihkah hanya sekedar janji? berdendang. tokoh intelektual dibaliknya? Untuk kepentingan apa PUSING BINGUNG gerakan ini? Walaupun dengan dalih Di era reformasi dan keterbukaan gerakan moral, yang digerakkan Dalam kebingungan, kadangkadang petani berandai-andai, adakah ini kadang-kadang petani melihat moral siapa? Petani berpikir walaupun partai politik, caleg, capres dan keadaan dan kenyataan walaupun dengan pikiran semampunya, apakah wakilnya yang betul-betul mem- melalui sarana media yang ada, gerakan ini menjadi ajang fitnah antar perhatikan nasib rakyat khususnya petani justru pusing dibuatnya. anak bangsa, saling jegal dan saling Pertama, kepiawaian juru bicara menjatuhkan antar tokoh partai para petani? Apakah mereka-mereka yang terhormat dan terpelajar tidak partai politik yang menyampaikan visi politik, karena dalam politik tidak ada sadar bahwa petani yang kecil - dan misi serta janji cenderung kawan yang abadi, yang ada hanya bahkan kadang-kadang terkucil - menonjolkan kesalahan keadaan kepentingan abadi untuk sarana punya sumbangsih dan andil besar yang sedang berjalan, seakan-akan mencapai suatu tujuan. dalam kemenangan partai politik kalau partai politiknya menang semua Marilah kita bersama berdoa, Anda? Sehingga menghantarkan bisa dipikirkan, diperhatikan dan semoga keadaan ini cepat berakhir Anda para calon wakil rakyat yang diperbaiki (semoga bukan hanya janji karena petani yakin dengan budiman ke tempat yang terhormat dan isapan jempol belaka). keyakinannya bahwa membuka aib Kedua, makin semaraknya acara sesama adalah perbuatan dosa, dan dengan segala fasilitas yang sangat memadai (kalau sungkan televisi yang menampilkan pengamat memberi julukan buruk yang belum dikatakan terlalu mewah). Harapan politik yang jenius serta berwawasan tentu kebenarannya kepada petani, Anda bisa menang dan duduk tinggi yang merasa (entah disadari seseorang dilarang oleh agama di sana dengan segala fasilitas yang ataupun tidak) paling bisa. Dengan karena boleh jadi yang memberi ada bukan untuk melupakan nasib ilmunya merasa bisa membenahi julukan lebih buruk dari yang diberi kami - para petani - tetapi sebagai segala persoalan yang ada dan julukan. Ingatlah pepatah Jawa yang penyambung lidah. Pembuat dengan entengnya menyalahkan berbunyi “Becik ketitik ala ketara� kebijakan yang dilaksanakan untuk sistem yang ada. Apakah kalau (yang baik akan kelihatan yang jelek memperhatikan dan memperbaiki menjadi tokoh pelaku bisa sebenar akan kentara). Janganlah kita teradunasib kehidupan para petani yang seperti kalau ia menjadi pengamat? domba oleh keadaan dan kondisi tersebar di pelosok negeri yang sama- Karena praktek tak semudah yang belum berpihak pada kita. sama kita cintai ini. Itu lho Bapak, teorinya, bisa dibilang pemain tak Kebenaran dan kejujuran ada di hati Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari - Maret 2004

7


Laporan

Dok. YDA

Petani seringkali hanya dijadikan target massa pemilih, namun nasibnya belum menjadi perhatian partai politik

nurani anak bangsa ini. Biar di Pemilihan Umum 2004 nanti hati nurani berbicara, semoga Ridho Illahi yang sangat kita harapkan, tetapi jangan pernah berputus asa. Apabila kita gagal lagi memilih pemimpin bangsa yang arif dan bijaksana, berarti Tuhan masih menguji kita semuanya. Semoga menuju pemilihan umum 2004 nanti yang konon menghabiskan uang rakyat yang jumlahnya bermilyar-milyar tidak akan sia-sia belaka, dalam arti : Sukses, apabila semua komponen bangsa ini - terlebih-lebih yang terlibat berperan langsung dalam ajang pemilihan umum 2004 - nanti bisa mengendalikan diri dalam fungsi masing-masing. Petani yakin bahkan haqqul yakin Pemilu 2004 bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan. Karena pemilu adalah ajang untuk mencapai tatanan hidup berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Pemilu bukan titik rawan yang bisa menimbulkan gejolak sosial yang tidak diharapkan oleh semua pihak dan bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk mencari keuntungan sesaat. Walaupun Pemilu sebagai

8

ajang untuk mencari jabatan dan kedudukan bagi semua partai politik peserta pemilu. Aman, seandainya para peserta pemilu dan simpatisannya sadar tidak saling menyindir apalagi mengolok sehingga bisa menimbulkan emosi tinggi bagi masing-masing kontestan partai peserta pemilu. Apalagi ujungujungnya saling terlibat bentrok sehingga menimbulkan korban. Jangan sampai terjadi! Ingat si korban bukan Pahlawan Demokrasi, akan tetapi korban adalah pengacau proses berdemokrasi. Karena demokrasi bukan pesta unjuk gigi tetapi belajar menghargai perbedaan aspirasi. Pemenang dan yang memimpin hasil Pemilu 2004 semoga bertaqwa dan berhati nurani jujur serta membela kepentingan rakyat banyak khususnya petani, karena ingat kemenangan anda mayoritas suara hati nurani rakyat kecil. Kekuasaan yang anda pegang amanah rakyat, kata orang suara rakyat adalah suara kata hati Anda, maka berpegang teguhlah pada kebenaran suara kata hati Anda. Di tengah berkibarnya bendera dan umbul-umbul partai, disertai beredarnya kaos-kaos gratis, marilah

para petani mengambil sikap. Jangan terkecoh dengan keadaan, jangan terbuai janji-janji partai peserta pemilu, bersikap dewasalah dalam berdemokrasi. Ikuti kata hati Anda dengan jernih dan jujur. Tak lupa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga pilihan kita nanti tepat, berguna serta bermanfaat untuk sarana menuju ke arah perbaikan hidup berdemokrasi, berbangsa dan bernegara. Jayalah negeriku, beriman dan bertaqwalah pemimpin-pemimpin kami. Sejahteralah semua penduduk di seluruh pelosok negeri ini. Semoga Pemilu 2004 nanti sukses selalu, doa dan harapan seluruh rakyat di seantero negeri ini. Amien ya robbal alamien. Di akhir coretan ini, marilah kita sebagai petani bercermin dan bertanya dalam hati, Apa yang bisa kita sumbangkan untuk negeri ini, jangan bertanya apa yang sudah kau dapat dari negeri ini. Semoga menjadi motivasi bagi petani untuk menuju petani yang mandiri‌.Semoga!!! (*) * Anggota Kelompok ANdap Desa Bade Kec. Klego Kab. Boyolali, Jawa Tengah

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari - Maret 2004


Laporan Dampak Pemilu Oleh : Sudadi*

Pemilu bagi masyarakat Indonesia bukan merupakan hal baru tetapi sudah beberapa kali, namun kenyataannya pemilu yang ada hanya digunakan bagi elit-elit politik memperjuangkan dirinya, lupa yang diamanatkan oleh rakyat untuk memperjuangkan aspirasi-aspirasi dari rakyat banyak khususnya bagi masyarakat petani. Perubahan yang diharapkan tidaklah kunjung tiba, namun berbalik perubahan yang terjadi adalah kesengsaraan serta kemiskinan yang berkembang akibat korban dari kebijakan oleh wakil-wakil rakyat yang dipilihnya, Sektor penting yang seharusnya diperhatikan justru malah dikesampingkan yakni sektor pertanian karena bangsa Indonesia negara agraris yang penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Produk-produk berkualitas tidak dihasilkan di bumi Nusantara yang konon kabarnya sebuah negeri subur “loh jinawi kertho raharjo� justru produk-produk untuk kebutuhan dalam negeri masih mendatangkan dari luar negeri. Persepsi ditingkatan masyarakat bahwa ada dan tidak ada Pemilu sama saja. Tidak ada pengaruhnya apapun terhadap hidupnya, karena yang dirasakan selama ini itulah kenyataannya.

dewan legislatif benar-benar memperjuangkan kepentingan dan bisa mendengarkan aspirasi rakyat. Dari segi ekonomi: Sangat diharapkan sekali bagaimana membangun sebuah pasar yang bisa mengakses produk petani dari hasil pertanian organik.Dari sektor pertanian : Adanya subsidi dari pemerintah kepada petani terhadap saprodi (sarana produksi). Juga dikembangkannya pertanian berkelanjutan.

Harapan Masyarakat Dari segi keamanan : Agar pelaksanaan pemilu tetap dalam keadaan yang aman tanpa merisaukan masyarakat atau dengan kata lain tidak mengganggu aktivitasnya sebagai petani. Dari segi politisnya : Bagaimana momentum Pemilu ini bisa mencetak seorang yang duduk sebagai anggota

Harapan bagi masyarakat petani cukup sederhana yaitu adanya perubahan di tingkatan petani dan ada yang memperjuangkan hakhaknya.(*) *Petani dari Paguyuban Petani Merapi Kec. Selo, Kab Boyolali Jawa Tengah

Petani tidak mau lagi dibodohi,

sudah saatnya petani memperjuangkan nasibnya sendiri sendiri. Kami tahu:

Siapa yang membuat Indonesia terpuruk. Kami tahu siapa yang telah menggadaikan negeri ini dengan menumpuk utang luar negeri. Kami tahu siapa yang menyembah WTO sambil menginjak rakyat. Kami tahu siapa yang dulu menyerbu Timorleste untuk berbisnis peluru dan seragam prajurit. Kami tahu siapa yang atas nama stabilitas telah menindas. Yang menggadaikan hasil tambang untuk kepentingan sesaat. Kami tahu siapa yang kini bergandengan tangan dengan “buto ijo�. Kami tahu siapa yang terus menjual asset bangsa ini dengan dalih privatisasi. Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari - Maret 2004

9


Monitoring dan Advokasi

S

etelah begitu nyata, alam kita makin rusak, kerusakan ini telah menyebabkan terjadinya berbagai bencana hidrometeorologi, mulai dari kekeringan, banjir, hingga tanah longsor. Pemerintah dalam hal ini, Presiden Megawati, pada 21 Januari 2004 di Gunungkidul, Yogyakarta, mencanangkan Gerakan Nasional Rahabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) yaitu suatu langkahlangkah teknis yang khusus dilakukan untuk merehabilitasi hutan dan lahan kritis. Tiga Menko yaitu Jusuf Kalla, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudho-yono, dan Menko Perekonomian Dorodajtun KuntjoroJakti menan-datangani SK bersama 31 Maret 2003 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Perbaikan Lingkungan melalui Rehabilitasi dan Reboisasi Nasional. Salah satu wujud dari kerja tim ini adalah GN-RHL. Bayangkan! Hutan di Jawa saja kini hanya tinggal 15 persen dan di sisi lain terjadi defisit (kekurangan) air (bersih) 32 miliar meter kubik per tahun sejak 1995, mengindikasikan adanya korelasi antara hutan dan penyediaan air. Laju defisit air itu akan terus meningkat sehingga Departemen Kehutanan memprediksi tahun 2010 mencapai 134 juta meter kubik per tahun. Laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 1,6-2 juta hektar per tahun. Padahal, kemampuan merehabilitasinya hanya sekitar 300.000 hektar per tahun. Hingga kini, kawasan hutan yang rusak maupun hamparan lahan yang perlu direhabilitasi yang telah mencapai 96,33 juta hektar. Menurut rencana, GN-RHL diadakan selama lima tahun dengan total luas sasaran tiga juta hektar. Secara rinci, sasarannya adalah 300.000 hektar (tahun 2003), 500.000 hektar (2004), 600.000 hektar (2005), 700.000 hektar (2006), dan 900.000 hektar (2007). Sesuai masukan dari Departemen Permukiman dan Prasarana

10

Ayo Kita Monitor! Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Tempat Kita Masing-Masing Wilayah, sasaran GN-RHL adalah hutan dan lahan di sekitar 68 daerah aliran sungai (DAS) di seluruh Indonesia untuk seluruh kegiatan selama lima tahun. Khusus tahun 2003 rencananya dilaksanakan di 29 DAS di 15 provinsi yang melibatkan 145 kabupaten/kota, dengan luas lahan 300.000 hektar. Rinciannya adalah 163.382 hektar lahan dalam kawasan hutan dan 136.618 hektar lahan di luar kawasan hutan. Ke-15 provinsi itu adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan. Departemen Kehutanan juga telah menetapkan jenis dan harga bibit yang akan ditanam, yaitu akasia, jati, meranti, dan pohon multiguna seperti jambu mete atau melinjo. Totalnya ada sekitar 250 juta bibit ditanam tahun 2003 dan satu miliar bibit tahun 2004.

Mengenai biaya tampaknya tidak terlalu menjadi masalah karena sebetulnya telah ada dana reboisasi (DR) yang tersimpan di Departemen Keuangan dan tidak terpakai selama empat tahun terakhir. Dana yang sering disalahgunakan di zaman Orde Baru itu menurut Jusuf Kalla, jumlahnya mencapai 9 triliun rupiah dan jika ditambah bunganya menjadi sekitar 10 triliun rupiah. Namun setelah dihitung-hitung, sebetulnya dana tersebut tidak mencukupi untuk menutupi kecepatan kerusakan hutan yang terjadi. Karena keterbatasan dana yang ada itu, maka pada tahun 2003 ini disediakan dana 1,26 triliun rupiah. Dana itu diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih dari 25.500.000 hari orang kerja (HOK) dan 255 juta HOK selama lima tahun (asumsi standar penanaman 85 HOK/ hektar). Untuk penyediaan bibit sudah tersedia dana Rp 430 miliar dari bunga dana reboisasi. (Kompas Online-September, Kompas-17 Juni 2002).

GN-RHL melaksanakan jurus lama yaitu reboisasi. Menhut M. Prakosa mengakui bahwa reboisasi ini bukan hal baru karena sudah banyak dilaksanakan di masa lalu. Ada yang berhasil, tetapi lebih banyak gagal karena berbagai faktor. Salah satunya penyebab kegagalan pada masa lalu adalah orientasinya yang masih proyek. Makanya, program reboisasi kali ini bernama gerakan nasional, di mana harusnya segala pihak terlibat aktif melaksanakan GN-RHL. Kalau tanpa peran aktif warga, di setiap tahapan proses kegiatannya, tentu namanya bukan gerakan nasional.

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari - Maret 2004


D

Monitoring dan Advokasi

i atas kertas, tampaknya program GN-RHL (Gerakan Nasional Rehabilitasi HUtan dan Lahan) ini akan berjalan mulus dan sempurna. Meski demikian, pelaksanaan di lapangan akan sangat tergantung bagaimana masyarakat betul-betul terlibat secara luas dalam gerakan nasional. Selain itu kontrol penggunaan anggaran juga penting agar GN-RHL ini hanya “proyek� baru yang menghabiskan anggaran negara.

Kuilu

Yang harus Dicermati! Mewujudkan Hak dalam Proses GN-RHL Tidak Hanya Menanam Pohon Penyelenggaraan GN-RHL terbagi menjadi kegiatan pokok dan penunjang. Kegiatan pokok berupa penanaman (reboisasi dan penghijauan), pemeliharaan, pengayaan tanaman dan penerapan teknik konservasi tanah. Kegiatan pendukung berupa penataan batas wilayah kerja, perbenihan dan pembibitan tanaman, pengamanan dan perlindungan, penyuluhan, Diklat, dan Litbang, serta pemberdayaan masyarakat (pembangunan dan penguatan masyarakat). Masyarakat sebagai Basis Apakah GN-RHL di daerah Anda dilaksanakan dengan pola “Berbasis Masyarakat�? Jika ya, dengan dampingan penyuluh lapangan (kehutanan, pertanian, koperasi, dll) serta tokoh masyarakat, masyarakat lokal berperan juga dalam proses perencanaan. Juga ada aktifitas untuk membangun dan menguatkan kelembagaan masyarakat, dalam membuat perencanaan dan melakukan pengawasan RHL. Masyarakat juga berperan mengambil inisiatif, sebagai pelaku dan pengelola kegiatan RHL termasuk pengamanan dan pemanfaatan hasilnya.

Ukuran keberhasilan GN-RHL GN-RHL menetapkan ukuran keberhasilannya sebagai berikut: a. Presentase tumbuh tanaman sebagai dasar untuk mene-tapkan kegiatan pemeliha-raannya. b. Pencapaian sasaran kegiatan yang tepat jenis kegiatan, tepat jumlah dan kualitas, tepat waktu, tepat dana. c. Pencapaian setiap tahapan kegiatan untuk mencapai tujuan pokok kegiatan RHL. Nah, ambilah peran aktif dalam menilai keberhasilan GN-RHL di daerah Anda. Lain-lain Sebagai masyarakat lokal, Andalah yang lebih tahu, tanaman hutan apa yang cocok untuk ditanam di daerah Anda. Ada catatan sejarah tentang latahnya program penghijauan dalam menggunakan bibit tanaman. Misalnya menggunakan turi tahun 1950-an, disusul jenis sengon tahun 1960-an, akasia daun kecil (Acasia auriculiformis), glirisidia, kaliandra (Callyandra calotirsus dan Callyandra tetragona) tahun 1970 hingga 1980an, lamtoro gung tahun 1980-an,

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari - Maret 2004

Acasia mangium tahun 1990-an, dan mulai 2001 yang sedang sangat merebak adalah penggunaan jenis jati mas asal Thailand. Sikap kelatahan sesaat ini tanpa disadari telah mengorbankan peningkatan mutu hasil hutan tanaman dan bahkan mengabaikan keunggulan jenis lokal seperti meranti, jati jawa, mahoni, pinus, jati muna, dan banyak lainnya. Tanaman turi yang nyatanya sangat baik untuk menjaga kesuburan lahan kering seperti di Kabupaten Bangkalan, Madura, malahan diabaikan pengembangannya karena sudah tidak populer lagi. Bibit jenis impor tersebut telah membanjiri hampir semua daerah sejak adanya Dana Alokasi Khusus Dana Reboisasi luncuran 2001. Harga bibit jati mas pun melambung sampai Rp. 20.000-Rp.25.000 per batang akibat manipulasi penggunaan dana pemerintah yang dikucurkan sebesar Rp. 700 miliar tahun 2001 itu Ingat, dan Jangan biarkan lagi! Program penghijauan (reboisasi) dari jaman ke jaman telah menjadi sarana empuk bagi para penyeleweng uang negara

11


Pengalaman Aksi Kelompok Usaha Bersama Mekar

Menggali Potensi untuk Bangkit Suatu hari disebuah kandang sapi yang terletak di Dusun Werubadran, Desa Polokarto, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah terlihat beberapa orang mengurus sapi di kandang milik Kelompok Usaha Bersama Mekar (KUB Mekar). Nampak pula dua orang pengurus KUB Mekar sedang serius berbincang. Perbincangan mereka terhenti sejenak, melihat kedatangan Advokasi. Setelah saling menanyakan kabar masingmasing, dengan wajah berseri-seri kemudian Sutardi (Ketua Kelompok) dan Nur Wardoyo (Sekretaris) bercerita tentang perjalanan kelompok ini.

P

erkembangan jaman dengan segala bentuknya menuntut siapapun untuk tanggap dan cepat beradaptasi. Seperti halnya isu globalisasi yang sering didengungdengungkan, sangat memacu orang untuk tidak hanya tinggal diam, tetapi harus bisa memanfaatkan atau bermain diantara celah dari setiap perkembangan itu. Dengan berlatar belakang hal itu, maka sekelompok masyarakat di sebuah desa bernama Polokarto Kecamatan Polokarto Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah dua tahun lalu tepatnya 3 Januari 2001 sepakat mendirikan sebuah kelompok. Nama Mekar berasal dari singkatan “Memetri Karyo�, yang bertujuan agar anggota dapat berkarya tanpa harus meninggalkan profesinya masingmasing. Kegiatan dalam kelompok bukan merupakan usaha-satusatunya namun merupakan usaha yang dilakukan berdampingan dengan usaha yang sedang ditekuninya. Awalnya kelompok yang lahir atas gagasan Sutardi dan Nur Wardoyo ini belum mempunyai program kerja yang jelas. Ketidakjelasan kegiatan kelompok tersebut membuat gelisah para anggota. Akhirnya pada suatu kesempatan anggota kelompok sepakat mengadakan pertemuan untuk membicarakan program yang akan dilakukan oleh kelompok Komunikasi dalam kelompok untuk menggagas berbagai hal

dilakukan di berbagai kesempatan, seperti saat bertemu di jalan, saat bersantai, saat bertemu di warung ‘hik’ (penjual minuman dan makanan kecil khas daerah Surakarta dan sekitarnya yang berjualan pada malam hari dan hanya diterangi oleh lampu minyak), dan saat rapat RT. Kondisi geografis anggota yang terbentang sepanjang radius 60 meter juga merupakan faktor pendukung mudahnya berkomunikasi kelompok yang beranggotakan 20 KK ini. Kegiatan Awal Setelah melakukan pertemuan ke sekian kali, maka disepakatilah kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Saat itu kegiatan pertama kali yang baru bisa dilakukan adalah usaha simpan pinjam dan jual beli secara kredit. Usaha jual beli secara kredit ini dilakukan pengurus untuk memenuhi kebutuhan anggota. Sistem yang digunakan adalah pengurus membeli barang yang dibutuhkan oleh anggota dan anggota membayarnya dengan mengangsur selama tiga bulan. Untuk kebutuhan bernilai kurang dari 200 ribu, batas maksimal pengembalian adalah satu setengah sampai dua bulan, yang dibayarkan setiap satu atau dua minggu. Dalam jual beli secara kredit ini kelompok mengambil laba minimal 10 persen. Barang kebutuhan yang dikreditkan tersebut antara lain sembako, bahan bangunan, ataupun kebutuhan lain

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari-Maret 2004

yang sebelumnya dipesan oleh anggota. Dengan kata lain, kebutuhan tersebut adalah kebutuhan yang masih bisa diusahakan atau didanai oleh KUB. Namun, kelompok menolak memberikan pinjaman dana atau pemesanan barang yang berupa pestisida kimia. Hal ini dilakukan kelompok agar anggota dapat memahami bahwa penggunaan pestisida kimia berdampak negatif. Pemeliharaan Sapi dan Pengolahan Kotoran Seiring dengan berjalannya kegiatan sebelumnya, saat ini KUB telah memiliki kelompok pemelihara ternak sapi. Sapi-sapi ini diperoleh melalui Dinas Peternakan Kab. Sukoharjo. Untuk memudahkan pemeliharaan sapi dan komunikasi pemelihara, sapi-sapi ini dikumpulkan dalam sebuah kandang komunal. Kandang yang sekarang ada berdiri di atas tanah salah satu anggota kelompok, sementara untuk pemenuhan kebutuhan air, anggota membawa sendiri dari rumah mereka masingmasing. Mengingat kendala air tersebut, kelompok berencana di tahun 2004 akan membuat sendiri sebuah sumur yang berada dekat dengan kandang. Untuk menghimpun dana dan biaya operasional kandang, setiap bulannya penggaduh sapi dibebani biaya 2.000 rupiah per ekor, dimana seribu rupiah digunakan untuk sewa tanah dan listrik, dan seribu rupiah

12


Pengalaman Aksi yang lain masuk kedalam kas kelompok. Selain memelihara sapi, penggaduh juga mengolah kotorannya untuk dijadikan pupuk organik. Pupuk ini digunakan sendiri oleh anggota untuk keperluan bertani. Kemampuan anggota mengolah kotoran sapi diperoleh dari pelatihan yang pernah dilakukan bersama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kab. Sukoharjo pada tanggal 9 Agustus 2003. Kandang komunal dibangun dengan tujuan untuk memudahkan komunikasi antar pemelihara sapi maupun untuk bertukar pengalaman tentang banyak hal. Kebersamaan yang dibangun kelompok, juga dilakukan melalui giliran ronda kandang oleh pemilik sapi. Untuk menghilangkan kejenuhan pada saat ronda, dalam kandang disediakan televisi hitam putih, disamping itu juga agar anggota tidak ketinggalan informasi. Keinginan Bergabung Perkembangan kelompok ternyata mampu menarik minat masyarakat lain untuk bergabung dalam kelompok peternak sapi. Namun hingga saat ini kelompok masih belum bisa menambah jumlah anggota. Penambahan anggota yang berada di luar wilayah dilakukan apabila

kelompok telah berjalan hingga satu tahun dan benar-benar membuahkan hasil yang nyata. Salah satu hal utama yang dilakukan kelompok saat ini adalah pembenahan berbagai hal terkait pengembangan usaha kelompok dan organisasi. Pembenahan secara organisasi merupakan hal penting agar organisasi dapat berjalan dengan sehat. Kendala dan Kemitraan Usaha perdagangan mendapat kepercayaan dari anggota, sehingga jumlah permintaan akan barang semakin meningkat. Namun permintaan ini tidak bisa seluruhnya dipenuhi oleh kelompok karena keterbatasan modal, sehingga sering pula konsumen memenuhi kebutuhan tersebut pada pihak lain. Mensiasati kendala yang dihadapi tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan berjaringan dengan pihak-pihak yang bisa memfasilitasi pengembangan kelompok, baik dari sisi finansial maupun pengembangan pelatihan dan pendidikan. Kerjasama ini tentu saja harus dilandasi oleh visi dan misi pemberdayaan kelompok. Salah satu kelompok yang sering diajak untuk berdiskusi guna memecahkan masalah adalah Kelompok Muda Peduli Petani Sukoharjo (KOMPPOS). Keterampilan Lain Dalam kelompok ternak, terdapat anggota yang lemah dalam hal perekonomian, sehingga tidak mampu membiayai sekolah anaknya. Upaya yang dilakukan pengurus adalah dengan menyertakan anak putus sekolah dalam perawatan sapi dan membekali mereka dengan ilmu peternakan dan pertanian. Agar kemampuan ketrampilan anak putus sekolah ini dapat berkembang,

Dok. YDA

13

Pelatihan pupuk-Anggota kelompok sedang mengikuti pelatihan pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi dan ayam.

Dok. YDA Jadwal ronda-Ronda jaga kandang merupakan sarana untuk berkomunikasi dan tukar pengalaman anggota kelompok.

kelompok berencana untuk bekerja sama dengan konveksi yang ada di wilayahnya untuk memberi pendidikan gratis mengenai cara jahitmenjahit. Perubahan Sikap Hadirnya KUB ternyata juga mampu mengubah sikap masyarakat dalam hidup bermasyarakat. Misal, ada seorang warga yang setelah bergabung dengan kelompok manjadi sangat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Padahal sebelumnya warga terebut tidak pernah aktif dalam kegiatan masyarakat. Bagi kelompok, ini merupakan hal yang bisa dibilang istimewa, karena mengubah sikap seseorang tidak semudah seperti yang dibayangkan. Apapun kondisi alam yang ada pasti memiliki potensi yang bisa dikembangkan, asalkan kita mau berusaha untuk mencari tahu apa dan bagaimana potensi tersebut bisa dikelola. Seperti halnya wilayah Polokarto yang tidak sepanjang tahun bisa ditanami, tetapi mempunyai potensi untuk mengembangkan usaha peternakan yang didukung dengan ketersediaan pakan yang cukup. “Tentunya pengelolaan sumber daya alam harus tetap mempertahankan keberlangsungan dan kearifan bagi manusia dan lingkungan� ujar Nur sambil menawarkan secangkir teh hangat. (Eko)

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari-Maret 2004


Album Advokasi MASYARAKAT KALSEL LANJUTKAN ADVOKASI CERDP -Sejumlah masyarakat pemantau (pemonitor) Proyek Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat untuk Pembangunan Desa/Community Empowerment for Rural Development Project (CERDP, yaitu proyek dengan dana utang dari Bank Pembangunan Asia -ADB) di Kabupaten Tanah Laut dan Barjar, Kalimantan Selatan, merencanakan serangkaian kegiatan advokasi. Kegiatan membahas tentang ketidakberesan proyek yang masih ada, keberlanjutannya, penguatan pemonitor (masyarakat pemantau), berlangsung tanggal 24 hingga 27 Januari 2004. Rencana gerakan advokasi lanjutan ini akan dimulai sejak Pebruari hingga bulan April 2004.

PETANI BENGKULU RAPATKAN BARISAN Beberapa petani pemantau Proyek Pembangunan Daerah Bengkulu (Bengkulu Regional Development Project-BRDP, yaitu proyek dengan dana utang Bank Dunia) yang berada di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, dan Rejang Lebong melakukan perencanaan kegiatan advokasi terhadap permasalahan-permasalahan proyek yang ada dan yang masih tersisa. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 17-28 Pebruari 2004. Dalam kegiatan tersebut, petani juga melakukan penggalian kebutuhan media, baik media komunikasi antara petani pemonitor maupun untuk berkomunikasi dengan pihak manajemen BRDP, terkait advokasi yang dilakukan. Sebelum kegiatan ini berlangsung, petani pemantau telah melakukan beberapa kegiatan advokasi di daerahnya masing-masing, seperti melakukan pertemuan dengan manajemen BRDP untuk meningkatkan kinerja proyek BRDP. Sebagian besar petani pemonitor juga melibatkan diri meningkatkan kinerja UPKD (Unit Pengelolaan Keuangan Desa) di desa masing-masing. SUKA DUKA MASYARAKAT MEMANTAU PROYEK Setelah pernah melakukan pemantauan/monitoring terhadap proyek yang dibiayai oleh utang luar negeri, para petani pemantau (pemonitor) merasakan banyak manfaat yang berguna bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Hal ini diketahui dari evaluasi terhadap hasil dan dampak dari pelatihan ABMP yang telah dilaksanakan Pegurus YDA, dr IG Ambar Yoewana, akhir tahun 2003 hingga awal 2004, bersama petani pemonitor di Kalsel, Kalbar, Riau dan Bengkulu. Bagi masyarakat sekitarnya, advokasi yang dilakukan pemonitor memberikan kesan positif, karena bertujuan menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam proyek. Suka duka yang dialami tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap melakukan pembelaan terhadap hak-hak yang seharusnya diterima masyarakat.

14

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari-Maret 2004


Album Advokasi STUDI BANDING PETANI-20 petani dari beberapa kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang tergabung dalam organisasi bernama Dewan Tani (Dewan untuk Hak-hak Petani) Karawang pada tanggal 19 Pebruari 2004 berkunjung ke Solo, untuk berdiskusi dengan kelompok-kelompok tani mitra YDA. Rombongan yang terdiri dari petani pemilik lahan sempit, penggarap, dan buruh tani ini bermaksud untuk belajar dan berbagi mengenai model organisasi petani; administrasi dan keuangan organisasi petani; program-program advokasi dan kegiatan organisasi petani; pengembangan jaringan organisasi petani; sistem pengelolaan irigasi untuk pertanian. Juga tentang teknologi pertanian alternatif yang ramah lingkungan.

MENGADVOKASI BENIH DAN PERATURANNYA-Puluhan petani asal Eks-Karesidenan Surakarta dan Kabupaten Grobogan berkumpul di Solo, untuk membahas kegiatan advokasi terhadap benih dan perundang-undangan yang mengaturnya. Kegiatan yang dilakukan tanggal 18-20 Pebruari ini dalam rangka menganalisis perubahan kebijakan perbenihan yang masih saja belum memihak petani. Para petani yang sudah berpengalaman dalam advokasi perbenihan pada tahun-tahun sebelumnya, pada pertemuan ini menghasilkan rencana aksi lanjutan. Berbagai aksi yang berhasil dirancang antara lain, akan melakukan kampanye publik tentang hak-hak petani terkait dengan benih. Direncanakan juga kunjungan ke beberapa pejabat pusat dan daerah untuk berdialog.

RENCANA KEGIATAN DESA-Sepanjang April September 2003, dan Januari - Maret 2004 sejumlah petani dan masyarakat di empat desa di tiga kabupaten di Jawa Tengah, merancang pembangunan bottom up (perencanaan dari bawah) bersama YDA Solo. Desa-desa yang kini telah memiliki Rencana Strategis Desa (Renstra Desa) itu adalah, Desa Pesu Kec.Wedi Kabupaten Klaten. Kemudian Desa Suroteleng Kec Selo dan Desa Bade Kec Klego di Kabupaten Boyolali. Serta Desa Nguneng Kec Puhpelem di Kabupaten Wonogiri. Penyusunan Renstra desa, bertujuan memberdayaan masyarakat melalui metode partisipatif. Juga untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenali/ menganalisa masalah dan potensi yang dimiliki desanya. Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat mampu menyelesaikan persoalannya tanpa ketergantungan pihak lain. Hasil Renstra adalah serangkaian rencana kegiatan desa, seperti perbaikan sarana fisik serta membenahi masalah air, lingkungan, kesehatan, peningkatan keterampilan, dan masalah sosial.

1

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari-Maret 2004

2

3

Foto-foto: Dok YDA

4

1, Meninjau lokasi air Desa Suroteleng 2, Renstra Desa Bade 3, Diskusi tim air Desa Nguneng 4, Renstra Desa Pesu

15


Berita Tani Sejak Stop impor, 103.000 Ton Beras Masuk Lewat Depan Hidung Petugas Selama Pebruari, sebanyak 16 kapal dari Pelabuhan Bangkok, Thailand, diketahui mengirim 103.000 ton beras ke Indonesia. Pengiriman ini diindikasikan penyelundupan karena sejak tanggal 20 Januari 2004 pemerintah resmi menghentikan impor sementara hingga enam bulan sejak tanggal itu. Meski beberapa kali dilaporkan, hingga berita ini diturunkan, belum ada tindakan berarti dari pemerintah. Padahal kapal-kapal itu dipastikan membongkar muatan di pelabuhan-pelabuhan besar. Dari laporan perjalanan kapal dari pelabuhan Bangkok, seperti dikutip Dow Jones, Jumat (5/3), menyebutkan bahwa sepanjang Pebruari, 16 kapal itu memuat beras dengan tujuan Jakarta. Kapal paling

10 Tahun Lagi Waduk Gajah Mungkur Mati Waduk Gajahmungkur di Kab. Wonogiri, Jawa Tengah, yang diharapkan memiliki umur ekonomis hingga 100 tahun, diprediksikan tak akan sampai 10 tahun lagi sudah tidak berfungsi. Hal itu akibat peningkatan laju sedimentasi, dari semula 1,2 mm menjadi 26 mm/tahun. Sebagaimana diketahui, Waduk Gajah Mungkur berfungsi sentral untuk sumber pengairan sawah di Jawa Tengah bagian selatan. (Suara Merdeka, 9 Maret 2004)

Presiden: Indonesia akan Kekurangan Air Bersih Presiden Megawati Soekarnoputri, Selasa tanggal 9 Maret 2004, mengemukakan, jika tidak mampu menjaga lingkungan dan hutan, dalam

16

kecil memuat 3.000 ton hingga paling besar 15.000 ton beras. Mungkin karena inilah, harga beras tidak bergerak naik sejak pemerintah melakukan pelarangan impor. (Kompas, 6 Maret 2004) Tanggal Kapal Muatan (ton) 2 Februari Sinar Borneo 3.500 5 Februari Hawaiian Eye 4.500 6 Februari Tonanth 15.000 11 Februari Sang Thai Bery 5.000 17 Februari An Lu Jiang 10.000 19 Februari Tropical Rose 3.000 19 Februari Cong Gen 8.500 20 Februari Ha Tien 6.000 20 Februari Rimba Satu 6.000 23 Februari My Hung 8.000 23 Februari Sea Maid 5.000 25 Februari Intan-71 8.500 27 Februari Tae Dong Gang 3.000 27 Februari PK Prosperity 5.000 27 Februari Dibena Joy 8.000 27 Februari Asia Express 4.000

waktu kurang lebih 25 tahun Indonesia akan kekurangan sumber air bersih. (Kompas Online, 9 Maret 2004 )

Pertanian Harus Rebut Perhatian Politik

Perlu Polisi Lingkungan Selesaikan TPA Cilincing Karena berlarut-larutnya kasus pencemaran lingkungan di sekitar Tempat Pembuangan Sampah Alternatif (TPA) Cilincing di Kampung Nagrak, Kelurahan Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, DPRD DKI meminta kepada Pemprov untuk membentuk polisi lingkungan. Polisi ini, nantinya di bawah koordinasi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPHLD). "Polisi itu dibentuk agar bisa menangani kasus-kasus pencemaran lingkungan, termasuk upaya ganti rugi kepada warga. Setiap kasus perlu ditangani secepatnya, jangan terkesan mengulur-ulur waktu. Kasihan warga yang dirugikan," tandas H. Muhayar, anggota Komisi D DPRD DKI. Menurutnya, Perda DKI No. 11/ 1988 masih perlu direvisi karena banyak kelemahan. Dalam Perda itu banyak pasal pengecualian. "Kalau warga membuang sampah sembarangan akan dikenakan sanksi, ironisnya Dinas Kebersihan juga membuang sampah sembarangan, tapi sanksinya belum ada," ujarnya. (Kompas, 10 Pebruari 2004)

Lebih dari dua-pertiga masalah pertanian di Indonesia berada di luar sektor pertanian. Untuk memecahkannya, diperlukan koordinasi antar sektor terkait dan merebut perhatian politik untuk pertanian. Demikian diutarakan Direktur Pusat Studi Pertanian IPB, Bayu Krisnamurthi, di sela konggres Masyarakat Pangan dan Pertanian di Jakarta, Rabu 11/2 lalu. Masalah yang terkait sektor di luar pertanian, diantaranya kredit perbankkan untuk petani, perbaikan inprastruktur, tarif impor, pengenaan bea masuk dan banyaknya penyelundupan. Masalah-masalah perhatian politik, agar tidak dianaktirikan.

Penting, Pendidikan Lingkungan Hidup

(Kompas, 12 Pebruari 2004)

Pebruari 2004)

Masih berlangsungnya proses kerusakan lingkungan mendorong pemerintah menempuh prakarsa lain. Pemerintah berencana menyusun suatu program pendidikan lingkungan hidup di sekolah dan di masyarakat. Materi pendidikan lingkungan kini terus dibahas Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Departemen Pendidikan Nasional serta sejumlah institusi lain. Dalam kaitan tersebut, KLH menggelar Konferensi Pendidikan Lingkungan Hidup di Jakarta, barubaru ini. (Suara Pembaruan, 24

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari - Maret 2004


Berita Tani Alih Fungsi Hutan Lindung Ancam Lingkungan Alih fungsi kawasan hutan lindung menjadi pengembangan konsesi pertambangan di wilayah Kalimantan Tengah mengancam terjadinya kerusakan atau berubahnya bentang alam secara permanen dengan segala aspek ikutannya. Penilaian tersebut disampaikan staf pengajar pada Fakultas Kehutanan dan Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Hariadi Kartodiharjo pada Pelatihan Legal Drafter dan Jurnalistik Lingkungan, Sabtu (6/3), di Rungan Sari, Palangkaraya. Proyek itu, lanjutnya, memang bernilai ekonomi miliaran rupiah, tetapi kerusakan lingkungan yang permanen tidak dapat dikembalikan ke kondisi semula. Hutan Lindung di Jarah Perusahaan Dinas Kehutanan Sumatera Utara (Sumut) menuding PT. Grahadura Leidong Prima telah merambah sedikitnya 8.000 hektar (ha) hutan lindung di Kecamatan Kuala Hulu, Kabupaten Labuhan Batu sejak tahun 1995. Sementara itu, penggundulan hutan lindung terjadi pula di Pawinihan Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah, mengancam ketersediaan air bersih pada musim kemarau mendatang. Dari luas Hutan Pawinihan yang mencapai 1.847,6 hektar, sebanyak 215 hektar habis dijarah. Penjarahan itu cenderung demi kepentingan bisnis pihak tertentu. Kiranya, bukan hanya hutan di 3 daerah di atas saja yang terkena imbas keserakahan industri, herannya warga lokal yang sering dituding merambah. (Pikiran Rakyat/Kompas Online/Media Indonesia)

Menteri Optimistis, Petani Pesimistis

Panen Perdana Padi VUTB Fatmawati Menteri Pertanian Bungaran Saragih, mengatakan bahwa varietas unggul tipe baru (VUTB) Fatmawati diharapkan meningkatkan kesejahteraan petani. Ini dikatakan Saragih saat melakukan panen pertama VUTB Fatmawati di Tegaltirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu 28 Pebruari 2004. Dari ujicoba di Tegaltirto, produktivitas Fatmawati dengan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) 8,41 per hektar, lebih tinggi dari varietas Ciherang yang menghasilkan 7,8.3 ton dan IR-64 yang 6,4 ton per hektar. Direktur Institut Penelitian Padi Indonesia, Dr Irsal Las menuturkan, kelebihan lain Fatmawati adalah petani hanya membeli bibit unggul itu sekali. Selanjutnya bisa memakai bibit hasil panennya, tanpa penurunan kualitas. Fatmawati dihasilkan dari persilangan padi cere (Indica) dengan padi bulu (Japonica dan Javanica) sehingga berbatang besar dan kokoh, umur 110 hari, akar panjang dan dalam, lebih dari 300 butir per malai. Namun diakui, Fatmawati memiliki kelemahan, diantaranya padi sulit rontok sehingga memerlukan alat, dan juga peka terhadap penyakit tungro serta hawar daun bakteri strain IV. Panen perdana itu ternyata disambut pesimistis oleh petani. Beberapa petani yang dihubungi mengatakan, persoalan mereka bukan produktivitas, melainkan rendahnya harga gabah dan mahalnya harga pupuk. Harjo Sentono (60), petani peserta ujicoba yang memiliki lahan 1.000m2 mengatakan, produksi padi IR-64 sekitar 600 kg. Seandainya diganti Fatmawati, penambahan hasil panen sekitar 150 kg. dengan asumsi harga padi basah Rp 1.000, maka penambahan pendapatannya Rp 150.000 saja. “Hal ini sama saja jika ada kenaikan harga padi Rp 250 jika menanam IR-64,” kata Harjo. Sementara Wijiono (28), petani lainnya menambahkan, “Setelah ini saya tidak akan menanam Fatmawati dan akan menanam Cihering. Fatmawati sulit rontok kalau digepyok, padahal kami merontokkan dengan gepyokkan. Fatmawati juga tidak tahan tungro.” (Kompas, 29 Pebruari 2004)

Diguyur Dana Utang, PDAM Kab Semarang Tetap Bangkrut Dalam kurun waktu 10 tahun sejak 1994, Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Semarang telah mendapatkan utang luar negeri dari Asian Development Bank dengan nilai seluruhnya Rp. 33,8 miliar. Dana utang itu seharusnya untuk membangun dan memperbesar kapasitas produksi air bersih,tetapi kenyataannya banyak proyek yang gagal dilaksanakan. Tunggakan utang yang menumpuk itu kini harus segera diselesaikan. Menurut Direktur Utama PDAM Kabupaten Semarang Ririh Sudi

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari - Maret 2004

Raharjo, Kamis (26/2). Salah satu cara penyelesaiannya adalah bekerja sama dengan swasta dalam pengelolaan air bersih. Kali ini PDAM sepakat menyerahkan (sebenarnya melego hak) pengelolaan sumber air di Ngembat, Kecamatan Jambu, kepada investor PT Sara Tirta Ungaran. Di sisi lain, sumber-sumber air kita, memang diincar perusahaanperusahaan besar dengan strategi internasional. Informasi tersebut disampaikan pakar lingkungan, Dr Mulyanto, dalam surat elektroniknya. Menurut dia, masalah pengelolaan air ternyata sudah menjadi target perusahaan besar pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Johanesburg, Afrika Selatan, tahun lalu. (Kompas/Suara Pembaruan)

17


Konsultasi Tani Efek samping MATADOR? Saya punya sepupu di Talo, Bengkulu yang punya kebun sawit. Dia sering menyemprot tanamannya dengan pestisida MATADOR, tapi racun tersebut mempunyai efek samping pada sawit. Sawit tersebut mati karena daun yang masih di dalam batang menjadi busuk. Pertanyaan saya, mengapa terjadi demikian? Janaidi Jl. Lembak No.18 Ds. Serambi Gunung, Kec. Talo, Kab. Bengkulu Utara, Bengkulu

P

ertanyaan tersebut mungkin mewakili pertanyaanpertanyaan dari petani yang lain. Dapat kami jelaskan bahwa pestisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan, mencegah, membasmi, membunuh, menangkis, mengusir dan mengurangi semua jasad pengganggu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO = World Health Organization) menggolongkan pestisida berdasarkan LD (Lethal Dose = Dosis mematikan) 50. Klasifikasi dilakukan setiap dua tahun sekali dan dimuat dalam daftar WHO Recommended Classification of Pesticide by Hazard (klasifikasi tingkat bahaya pestisida yang direkomendasikan oleh WHO). WHO menggolongkan pestisida

18

menjadi enam kelas, yaitu : 1.Berbahaya sekali/supertoksik (IA) 2.Bahayanya tinggi/sangat beracun (IB) 3.Bahayanya sedang/sangat beracun (II) 4.Tingkat bahayanya rendah/beracun (III) 5.Tidak terpakai sebagai pestisida atau tidak tergolongkan (O), dan 6.Tidak mungkin untuk memberikan bahaya yang akut dalam penggunaan normal (U) Sedangkan untuk merk pestisida Matador mempunyai bahan aktif lamda sihalotrin yang dalam klasifikasi WHO termasuk dalam kelas II dengan tingkat bahaya sedang. Matador termasuk jenis insektisida racun kontak dan perut.

Racun kontak artinya bahwa pestisida tersebut membunuh secara langsung hama, sedang racun lambung berarti bahwa pestisida tersebut membunuh hama setelah hama memakan racun melalui tanaman. Namun demikian, karena bahan aktif pestisida disemprotkan pada tanaman, maka terjadi juga efek samping dari penggunaan pestisida tersebut. Efek samping tersebut antara lain adalah bukan hanya hama yang kemudian mati, tapi juga hewan yang lain yang berada di sekitar tanaman. Selain itu, pestisida juga mempunyai kemungkinan untuk mengganggu kesehatan manusia. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika kita menyemprotkan pestisida. Hal tersebut adalah dosis, cara penyemprotan, penyimpanan, keselamatan kerja selama penyemprotan dan juga efek sampingnya. Pengendalian hama terpadu dan pestisida alami sebaiknya kita gunakan untuk mengurangi efek samping penggunaan pestisida kimia yang kurang menguntungkan. (red)

Buletin Petani ADVOKASI No. 13 Oktober-Desember 2003


Santai Sejenak Anak Kurangajar untuk membayar biaya kuliah (SPP). Dalam surat tersebut tertulis “Bapa, ini aku kirim fotokopi kwitansi pembayaran SPP (yang be-lum diisi), untuk kwitansi aslinya menyusul”. Beberapa hari kemudian sang ayah membalas surat ter-sebut pada anaknya. Alangkah terkejut sang anak, karena dalam surat itu berisi secarik kertas dan beberapa lembar fotokopi uang kertas. Dengan penuh pena-saran ia membaca surat yang telah ia terima dan ia terkejut ketika membaca sebuah kalimat “Ini Bapa kirim fotokopi uang untuk membayar biaya kuliahmu, yang asli nanti menyusul”. Sambil bergumam ia berkata “Wah ini namanya pemba-lasan”. Sambil menunggu kiriman uang (asli) yang ia harapkan, beberapa hari

KUIS

membalik bagian d e k a t leher botol. Sehingga jadilah semacam perangkap yang mirip perangkap ikan (bubu) dari botol plastik tersebut. Perangkap diletakkan setiap beberapa meter di lahan semangka.

S

eorang kawan petani dari Riau, menuturkan pengalamannya dalam hal pengendalian hama. Untuk mengendalikan lalat buah yang merusak tanaman semangkanya, dia menggunakan cara sederhana, yakni resep yang ditemukan dari pengamatan terhadap lingkungan di sekitar rumah dan lahan. Supaya buah semangka terbebas dari lalat buah, petani ini tidak melakukan penyemprotan dengan pestisida. Justru dia memberi makan lalat buah. Lho ko’ begitu? Ketika semangka mulai berbuah, atau masa lalat buah menyerang, kawan petani kita meletakkan potongan-potongan buah jambu biji di dalam tabung/botol bekas air mineral. Botol tersebut sebelumnya sudah dipotong di bagian dekat leher botol, kemudian disambung lagi dengan cara

Pertanyaan: Dari pernyataan di bawah ini, manakah pernyataan yang benar dan terkait dengan cerita di atas: a. Lalat buah lebih tertarik pada jambu biji dari pada semangka. b. Di Riau, nilai ekonomis semangka lebih tinggi dari jambu biji. c. Petani di atas, adalah “petani peneliti” yang cermat. d. Pengendalian hama di atas, ramah lingkungan.

Buletin Petani ADVOKASI No. 13 Oktober-Desember 2003

kemudian sang anak kembali mela-yangkan surat pada bapaknya. terkejut dan gemas sang bapak, ketika didapati dalam surat tersebut sebuah kertas fotocopy bergambar parang (senjata tajam), dan tertulis kalimat “Parang yang asli nanti menyusul”. Sambil melotot dan menyobek-nyobek kertas tersebut sang bapak ngomel-ngomel “Dasar anak kurang ajar”, awas kau!.(Kiriman Fransiskus, Larantuka, Flores NTT)

Santai & & berhadiah! e. Pengendalian lalat buah dengan jambu biji, dapat diterapkan di mana saja. f. Resep seperti di atas, harus disesuaikan dengan daerah baru/ lain, jika petani lain ingin menerapkannya. Kirim Jawaban Anda ke Redaksi Advokasi, hadiah yang manis menunggu Anda!

Pemenang Kuis Edisi 12 dan 13 1. Ilham Pradigda MP Jl. Cempaka No. 9 Dusun. Glonggong Rt 02/Rw 03 Desa Kranggaharjo Kec. Toroh 58171 Grobogan 2. Lidya Iskandar Jl. Ratu Agung 92 Argamakmur Bengkulu Utara 38613 3. Siti Mufatiroh Jl. Srijaya Negara Lrg. Jaya Sempurna No. 58 Rt 28 Rw 09 Bukit BesarPalembang 4. Komang Sudiartha d/a VECO-RI. Jl. Letda Kajen No. 22 Denpasar 80234-Bali 5. Alikman Ds. Bunga Tanjung Kec. Pd Pondok Suguh Kab. Muko-muko-Bengkulu 38366

19

KUPON KUIS No 14

M

enjaga perasaan orang memang tidaklah mudah, apalagi jika orang ter-sebut berusia jauh lebih tua dari kita. Persoalan akan muncul dari hal yang mungkin terlihat sepele. Hal ini bisa terjadi pada siapapun, bahkan antara orang tua dan anak yang nyata-nyata saling faham sifat masing-masing. Kisah nyata ini dialami oleh Pak Jois (bukan nama sebenarnya), seorang petani asal Desa Lengkong, Flores Barat. Suatu hari ia menerima sepu-cuk surat dari anaknya yang kuliah di kota pelajar, Yogyakarta. Seperti biasanya, surat tersebut diawali dengan mengabarkan bahwa kondisi sang anak dalam keadaan sehat-sehat saja. Kemudian sang anak menceritakan kegiatan yang ia lakukan di Yogyakarta. Di akhir suratnya sang anak minta dikirim sejumlah uang


Info Tani Makan Buah Pisang Masak Pohon

A

pabila orang yang punya pohon pisang sendiri hendak mempersembahkan pisangnya sebagai bingkisan, maka sedapat mungkin dia akan mempersembahkan pisang masak pohon atau bahasa Jawanya ‘mateng uwit’. Tetapi bagi konsumen pisang biasa yang memperoleh pisang dari pasar, mungkin sudah sulit mendapatkan pisang mateng uwit ini, karena para petani penjual pisang tidak akan memotong pisangnya bila telah masak pohon, karena nanti bisa jadi pisangnya telah membusuk sebelum laku dijual. Walaupun demikian kita pun tetap melakukannya, tidak merasa ada yang kurang mengkonsumsi pisang tidak masak pohon, atau ‘mateng imbon’. Lalu apa kelebihan pisang yang dipotong masak pohon? Apakah rasanya lebih enak? Jawabnya mungkin ya mungkin pula tidak. Jawaban ya bila si penjawab memang memiliki selera rasa (taste) yang peka, tetapi tidak bila tidak bisa membedakan keduanya . Terlepas dari rasanya lebih enak atau tidak, pisang yang masak pohon akan memiliki kandungan gizi dan “khasiat� yang lebih tinggi dari pada pisang imbon. Menurut analisis biokimia buah pisang, kandungan gizi buah ini selain mengandung karbohidrat dan protein, juga mengandung kalium yang berkasiat menurunkan tekanan darah, vitamin C yang penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan vitamin E yang membantu mengendalikan proses penuaan kulit, sehingga membuat kita awet muda. Tiga kandungan pertama, yaitu karbohidrat, protein, dan vitamin, nilainya tidak banyak berbeda antara dipanen sebelum masak atau sesudah masak. Seandainya berbeda pun bukan menjadi persoalan penting, karena

20

umumnya orang makan pisang bukan untuk tujuan menambah ketiga zat gizi tersebut. Seandainya pun menjadi masalah, paling pada jenis kandungan karbohidratnya, yang pada waktu sebelum masak berupa sukrosa setelah masak menjadi fruktosa yang rasanya manis.

Sehingga pada pisang yang dipotong masih belum masak, perlu ditunggu proses perubahan biokimia tersebut, sedang pisang yang dipotong sesudah masak, tidak perlu menunggu proses tersebut. Bila pisang yang dipotong terlalu muda, kadang bisa menghasilkan pisangnya kurang manis karena proses biokimianya yang tidak sempurna. Namun bila telah cukup tua, praktis tidak ada perbedaan. Namun bagi tiga kandungan gisi yang lain, yaitu unsur kalium, vitamin C, dan vitamin E, perbedaan antara pisang yang dipanen sebelum masak dengan setelah masak sangat mencolok. Sebagai salah satu unsur hara esensial, kalium mempunyai sifat yang unik. Unsur ini sangat penting diperlukan tanaman untuk metabolisme karbohidrat dan membentuk jaringan, tetapi bila jaringannya telah tua, unsur ini akan tertinggal di jaringan itu. Sehingga

pada jerami padi sawah, sebenarnya banyak kalium tertinggal. Oleh karenanya sangat disayangkan masih banyak petani kita yang membakar jeraminya, padahal apabila dibenamkan kembali ke tanah dapat mengurangi biaya pembelian pupuk (KCl) yang sekarang mahalnya selangit itu. Pisang termasuk tanaman yang dikonsumsi buahnya, yang notabene pada waktu jaringan buahnya telah tua. Pada waktu belum masak, kalium masih aktif melakukan metabolisme karbohidrat sehingga dia sendiri metabolismenya di dalam jaringan buah belum matang. Apabila dipanen pada kondisi ini, maka struktur kimianya dalam jaringan buah belum mantap, dengan kata lain kandungannya lebih sedikit dan struktur kimianya masih labil. Namun bila dipanen setelah buah masak, kandungannya telah banyak dan struktur kimianya telah mapan. Akibatnya, bila kita mengkonsumsi pisang mateng imbon, salah satu keuntungan dari makan pisang tidak kita peroleh secara lengkap; mengurangi tekanan darah tinggi. Demikian pula halnya dengan vitamin C yang penting untuk menambah daya tahan tubuh dan vitamin E yang membantu agar kita awet muda. Struktur kimia kedua vitamin ini pada waktu buah belum masak masih belum mantap, sehingga kandungannya bisa lebih rendah, karena bukan tidak mungkin dalam keadaan struktur kimia belum mapan ini mereka justru terurai selama proses pemasakan. (SM) Sumber : Seri Iptek Pangan Volume 1: Teknologi, Produk, Nutrisi & Keamanan Pangan, Jurusan Teknologi Pangan Unika Soegijapranata, Semarang. Editor : Budi Widianarko, A. Rika Pratiwi, Ch. Retnaningsih

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari - Maret 2004


Info Tani Turut Berduka cita atas meninggalnya Ibunda tercinta dari

Sukido

anggota KOMPPOS (Kelompok Muda Peduli Petani Sukoharjo) pada Hari Jumat 12 Maret 2004. Telah dikebumikan pada Hari Sabtu 13 Maret 2004. Seluruh Redaksi mengucapkan belasungkawa yang sebesar-besarnya dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan

Saya berminat menjual produk-produk pertanian organik. Rencana awal Saya memasarkan beras organik. Jika Anda ingin menjadi pemasok... Silahkan hubungi:

Supriyatno Telp. (0254) 381430 Hp. 0817 48 49 500

Selamat atas kelahiran dari Efras Grandi Christian Molle pada 8 Februari 2004 putra dari

Keluarga Willem Molle (Jl. Mangga II No.7 Tanjung Redep, Berau, Kalimantan Timur)

Info Buku YDA

dan Wildan Pambel Al Gifari pada 18 Pebruari 2004 putra dari

Keluarga Adi Haryanto (Ds. Darat Sawah Kec. Seginim Kab. Bengkulu Selatan - Bengkulu)

....pengalaman yang ingin kami bagi kepada pembaca ialah cara “melakukan monitoring proyek-proyek pemerintah�......lebih-lebih yang dana proyeknya berasal dari utang luar negeri..... JUDUL BUKU Pengalaman Advokasi Berbasis Monitoring Partisipatif Petani Memonitor Proyek yang Didanai Utang Luar Negeri PENERBIT Yayasan Duta Awam Solo

KOMPPOS (Kelompok Muda Peduli Petani Sukoharjo) telah memproduksi pupuk organik dari bahan kotoran ternak. Bagi yang membutuhkan bisa menghubungi: KOMPPOS d.a Marimin Ds.Sugihan Kec. Bendosari Kab. Sukoharjo Jawa Tengah atau Hp. 0812-1546-6740 (Sartono), 0813-2905-9385 (Muji)

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari - Maret 2004

21


Resep Penjernihan Air dengan Biji Kelor (Moringa oleifera) URAIAN SINGKAT Penjernihan air dengan biji kelor (Moringa oleifera) dapat dikatakan penjernihan air dengan bahan kimia, karena tumbukan halus biji kelor dapat menyebabkan terjadinya gumpalan (koagulan) pada kotoran yang terkandung dalam air. Cara penjernihan ini sangat mudah dan dapat digunakan di daerah pedesaan yang banyak tumbuh pohon kelor. BAHAN Biji kelor yang sudah tua betul dan kering

Biji Kelor

Pembuangan kulit biji

Biji kotor terkupas

Penumbukan

Biji kelor halus Pencampuran dengan air

Pasta biji kelor

Air keruh

55 – 60 putaran/menit, selama 30 menit, 15 20 putaran/menit; selama 5 menit

Pencampuran dan pengadukan

Air yang diproses

Pengendapan dan pemisahan

1 – 2 jam

Air jernih

Gambar 2. Diagram Proses

KEUNTUNGAN 1) Caranya sangat mudah 2) Tidak berbahaya bagi kesehatan 3) Dapat menjernihkan air lumpur, maupun air keruh (keputih-putihan, kekuning-kuningan atau ke abu-abuan) 4) Kualitas air lebih baik : a. Kuman berkurang b.Zat organik berkurang sehingga pencemaran kembali berkurang c. Air lebih cepat mendidih

22

PEMBUATAN 1) Kupas biji kelor dan bersihkan kulitnya. 2) Biji yang sudah bersih dibungkus dengan kain, kemudian ditumbuk sampai halus betul. Penumbukan yang kurang halus dapat menyebabkan kurang sempurnanya proses penggumpalan. 3) Campur tumbukkan biji kelor dengan air keruh dengan perbandingan 1 biji : 1 liter air keruh. 4) Campur tumbukkan biji kelor dengan sedikit air sampai berbentuk pasta. Masukkan pasta biji kelor ke dalam air kemudian diaduk. 5) Aduklah secara cepat 30 detik, dengan kecepatan 55-60 putaran/ menit. 6) Kemudian aduk lagi secara berlahan dan beraturan selama 5 menit dengan kecepatan 15-20 putaran/menit. 7) Setelah dilakukan pengadukan, air diendapkan selama 1-2 jam. Makin lama waktu pengendapan makin jernih air yang diperoleh. 8) Pisahkan air yang jernih dari endapan. Pemisahan harus dilakukan dengan hati-hati agar endapan tidak naik lagi. 9) Pada dasar bak pengendapan diberi kran yang dapat dibuka, sehingga endapan dapat dikeluarkan bersama-sama dengan air kotor.

KERUGIAN 1) Kelor tidak terdapat di semua daerah. 2) Air hasil penjernihan dengan kelor harus segera digunakan dan tidak dapat disimpan untuk hari berikutnya. 3) Penjernihan dengan cara ini hanya untuk skala kecil.

Sumber: Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991. Disadur oleh: Esti, Haryanto Sahar

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari - Maret 2004


Resep Ramuan untuk Pengobatan Penyakit Demam Berdarah Bahan: a. Daun pepaya tua b. Kunyit c. Temu ireng d. Daun meniran e. Garam secukupnya

2 lembar 3 – 4 ruas 2 – 3 ruas 3 – 4 batang

Tumbuhan meniran daunnya mirip daun putri malu, dibalik daunnya terdapat bintik-bintik sebesar menir (beras). Tumbuhan ini tumbuh ditempat-tempat lembab.

Fungsi masing-masing bahan: a. Daun papaya untuk membunuh virus. b. Kunyit sebagai antibody. c. Temu ireng menyembuhkan luka lambung, sekaligus menaikkan nafsu makan. d. Daun meniran untuk menaikkan trombosit. e. Garam untuk menaikkan tekanan darah.

Cara pembuatan: a. Daun papaya, kunyit, temu ireng dan daun meniran dicuci bersih. b. Keempat bahan tersebut kemudian diblender. c. Tambahkan 1 gelas air masak dan garam secukupnya. d. Peras dan saring larutan tersebut sebelum diminum. e. Minumlah setiap 4 jam sekali hingga benar-benar sembuh. sumber: yosephine sianipar@bayerncropscience.com

Ekstrak Daun Jambu Biji sebagai Obat Demam Berdarah lanjut diharapkan ekstrak daun

D

aun Jambu biji tua ternyata mengandung berbagai macam komponen yang berkhasiat untuk mengatasi penyakit demam berdarah dengue (DBD). Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair)

Surabaya. Hasil penelitian ini dipaparkan oleh Kepala Badan POM Drs Sampurno MBA di Jakarta. Daun jambu biji memang mengandung berbagai macam komponen. Berkaitan dengan itu telah dilakukan uji ekstrak daun jambu biji dimana ekstrak tersebut terbukti dapat menghambat pertumbuhan virus dengue. Kelak setelah dilakukan penelitian lebih

Buletin Petani ADVOKASI No. 14 Januari - Maret 2004

jambu biji dapat digunakan sebagai obat anti virus dengue. Dari uji awal yang dilakukan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji dapat mempercepat peningkatan jumlah trombosit tanpa disertai efek yang berarti, misalnya sembelit. Namun penelitian ini masih perlu dilanjutkan dengan uji klinik untuk membuktikan khasiatnya. (Kompas, 11 Maret 2004)

23



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.