2
Surat Tani Ruwet Hutan Riau
Wow
Badingsanakan
Salam sejahtera bagi kita semua, Hanya ucapan terimakasih yang bisa saya sampaikan, yang selama ini YDA masih tetap gigih memperjuangkan petani. Semoga tetap erat hubungan kita sepanjang masa. Saat surat ini saya kirim, dimanamana sedang dilanda banjir, karena ulah masyarakat itu sendiri, yang kurang manyadari, hutan lindung yang ada, ditebang seenaknya. Lagi pula, pihak keamanan pemerintah kurang berfungsi, tanpa ada perhatian adanya penebangan liar yang saat ini terus berlanjut. Ini membuat resah masyarakat itu sendiri. Itulah yang menjadi ruwet angan-angan saya. Kemana saya harus bergerak dan kepada siapa saya harus mengadu. Itu dulu yang bisa saya sampaikan. Salam buat teman-teman YDA semua. Prawito Desa Harapan Jaya, Kec. Tempuling Inderagiri Hilir Riau
Terimakasih kepada YDA, atas kirimannya Buletin Advokasi kepada saya. Buletin tersebut saya bagikan di desa, juga saya berikan kepada Kades Abdul Hamid. Kawan-kawan saya dari desa lain juga mendengar tentang buletin ini yang memuat tentang pertanian dan petani kritis, mereka berkata, “Wow hebatlah bisa kuntak sama YDA di Solo. Bagi dong buletinnya.� Lalu saya bagikan buletinnya. Usul saya, kalau bisa buletin tersebut lebih banyak lagi. Terimakasih.
Assalamu alaikum Wr Wb, Terimakasih atas kebaikan temanteman saat saya mampir ke YDA dulu. Kiriman buletin dan kalender sudah diterima. Buletin ini berguna bagi petani, sebagai media pencerahan. Salam kenal buat bapak Adi Ogan di Bengkulu, salam kangen buat masyarakat petani di Solo/Boyolali yang sudah kenal sama saya. Juga pemonitor proyek CERDP Kalsel, salam bandingsanakan (persaudaraan). Semoga tetap diberikan kekuatan untuk menyuarakan kebenaran. Wassalamualaikum Wr Wb,
Mustaini Desa Kali Besar RT V Kecamatan Kurau, Tanah Laut - Kalsel 70853
Nurul H Rasyidi Jl Tahura S Adam Rt 03/02 Mandiangin Barat, Karang Intan -Banjar -Kalsel
Semoga dengan dimuatnya surat ini, pemerintah menjadi lebih perhatian (red)
Perbanyak Pemenang Kuis Kami ucapkan terimakasih atas kiriman Buletin Petani, walaupun 10 eksp tidak masalah. Sebenarnya banyak yang ingin mendapatkan buletin petani tersebut. Untuk kuis berhadiah, sebaiknya pemenang jangan cuma satu orang/ pemenang, berilah kesempatan 5 pemenang. Sehingga petani ada kesempatan untuk bersaing adu kecerdasan dalam kuis. Disamping itu jawaban yang benar mohon dimuat pada edisi berikutnya, sekaligus memuat pemenang kuis. Oke?! Suwarno Anggota KPPK Klaten Semakin banyak yang mengirim, semakin banyak hadiah dikirim! (red)
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
Buletin Petani Advokasi diterbitkan oleh Yayasan Duta Awam (YDA), sebagai media komunikasi dan advokasi menuju petani Indonesia mandiri. Redaksi Buletin Petani Advokasi menerima tulisan, gambar/foto dengan misi pemberdayaan petani dari berbagai pihak, khususnya dari kalangan petani sendiri. Penanggung Jawab: M Riza Sidang Redaktur: Mediansyah (koordinator), M Yunus, M Riza, Kurniawan Eko, M Zainuri Hasyim, Gideon Sumiyarsa. Penulis edisi ini: M. Yunus, Kurniawan Eko, Agung Bayu Cahyono, Drs Suharno MM, Kelik Wardiyono SH, Made Lutra (petani), Ari Marimin (petani), Tri Martini SP Msi dan Ir Bambang Sudaryanto MS (BPPT Yogya) Administrasi: Puitri Hatiningsih Pengiriman: Agus Wahyono Alamat: Jl Adi Sucipto No 184-I Solo 57145 Telp: (0271) 710816 Fax: (0271) 729176 e-mail: dutaawam@dutaawam.org ISSN (International Standart Serial Number): 1829-6939 Daftar Isi Hal 4 - Hati-hati dalam Berkontrak! Hal 8 - Bagaimana Mencari Keadilan Hal 10 - Mengajak Masyarakat Mengkritisi Perda Hal 12 - Album Advokasi Hal 14 - Burung pun Harus Menunggu Hal 20 - Integrasi Tanaman Jagung dan Ternak Sapi pada Lahan Kering
Sampul depan dan belakang: Foto Dok YDA, montase dan copy write oleh Mediansyah.
3
Salam Advokasi Tinggi Gunung Seribu Janji
K
erjasama antara petani d e n g a n pengusaha agrobisnis yang mempunyai jaringan pemasaran luas, sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah harga komoditas dan pemasaran petani. Bagi petani hal ini menguntungkan karena merupakan upaya menjembatani masalah pemasaran. Dari data yang diperoleh Yayasan Duta Awam bersama petani atas berbagai kasus kerjasama yang terjadi di wilayah eks Karesidenan Surakarta, tercatat bahwa seringnya inisiatif kerjasama ini berawal dari keinginan pihak pengusaha dengan komoditas yang sudah ditetapkan oleh pihak pengusaha. Sebelum melakukan kerjasama, pengusaha mendatangi petani untuk melakukan promosi dan sosialisasi. Yang kerap terjadi, sosialisasi lebih banyak membicarakan janji dan keuntungan serta kemudahan yang akan diterima petani. Pembicaraan mengenai aspek kerjasama yang seimbang, aspek hukum dan aspek kemungkinan jika terjadi resiko sering tidak dilakukan. Apalagi membicarakan kesepakatan aturan bersama antara pengusaha dan petani. Perjanjian tertulis yang ada, biasanya dibuat oleh pengusaha dan diserahkan pada petani saat kerjasama berjalan. Kondisi ini sering berdampak pada pengingkaran perusahaan terhadap kerjasama yang dilakukan.
Lemahnya pengetahuan melakukan kerjasama yang seimbang dan minimnya pengetahuan hukum perjanjian, menjadi celah lemahnya posisi petani dalam melakukan perjanjian. Kasus lain yang juga kerap terjadi adalah masalah penentuan harga komoditas. Penentuan dan perubahan harga secara sepihak sering dilakukan oleh pengusaha dengan alasan menyesuaikan harga pasar. Padahal perubahan harga inipun sering tidak tertuang dalam kontrak kerjasama. Pembayaran yang dilakukan perusahaanpun kadang tidak lancar. Banyak pengalaman membuktikan bahwa kerjasama yang tidak didasari aturan hukum yang kuat dan dibuat atas kesepakatan bersama selalu berujung pada ketidak seimbangan antara hak dan kewajiban petani. Buletin Advokasi edisi ke 18 kali ini bertemakan seputar masalah kontrak petani dengan perusahaan agrobisnis. Berbagai pengalaman kontrak antara petani dengan pengusaha swasta merupakan pelajaran penting agar ketika melakukan kerjasama budidaya komoditas pertanian, petani dapat menjadikan kontrak kerjasama sebagai bentuk usaha yang susah senangnya dipikul bersama. Maka petani harus punya daya tawar!
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
4
Laporan Belajar dari Pengalaman
Hati-hati dalam Berkontrak!
G
ila! Investasi (menanam modal) Rp.6.530.000,dalam jangka waktu 4-5 bulan dapat hasil jual Rp.25.000.000,. Berarti untung Rp. 17.084.250,- dari hasil penjualanRp.25.000.000,dikurangi biaya usaha tani Rp.6.530.000,- dan biaya bunga bank 5 bulan sebesar Rp. 1.385.250,-. Ada lagi. Jika mau investasi saja (tidak ikut menanam), bisa mendapatkan keuntungan sebesar 8% setiap bulan dari nilai investasi yang kita tanam. Artinya, jika menanamkan modal sebesar Rp.10 juta, maka setiap bulan akan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp.800.000,- (delapan ratus ribu rupiah). Tergantung mau investasi berapa lama. Yang jelas minimal investasi harus 1 tahun. Setelah itu bisa diperpanjang sesuka hati oleh investor (pemilik modal). Kok bisa? Usaha apa? Terus bagaimana usaha itu digerakkan sehingga bisa mendapatkan keuntungan sebesar itu kepada tiap investor? Jawabnya budidaya Ginseng. Data dan hitungan diatas diperoleh dari selebaran yang dikeluarkan oleh CV Medical yang berkantor di Jln. Kol. Sugiyono No. 29 Nayu Timur Solo. Dalam selebaran yang diedarkan luas ke masyarakat CV Medical merupakan perusahaan nasional yang bergerak di bidang perdagangan besar. Sistem manajemen agribisnis yang mengabungkan sistem budidaya dan perdagangan menjadi satu wadah yang sangat mendukung dan saling menguntungkan sehingga dapat menghasilkan keuntungan total 2 milyar rupiah setiap bulannya.
Sssttttt, tunggu dulu. Belum baca koran ya? Di berbagai surat kabar beberapa bulan terakhir ini sedang ramai-ramainya dipertanyakan banyak orang soal “keabsahan� usaha ini. Bahkan kepolisian sudah turun tangan untuk menyelidiki usaha ini. Lho kok? Bukannya sudah banyak orang yang terbukti benarbenar mendapatkan keuntungan dari kerjasama investasi penanaman Ginseng ini. Bukankah sudah ada yang dapat keuntungan sebesar 8% setiap bulannya. Bukankah juga sudah ada petani-petani yang berhasil mendapatkan keuntungan dari budidaya ginseng. Lantas kenapa masih ada yang mempersoalkan atau mengkawatirkan usaha ini? Jawabnya sederhana tetapi sangat manusiawi. Yakni karena yang diceritakan dari mulut ke mulut hanya cerita soal keberhasilannya saja. Sementara banyak kasus-kasus kegagalan tidak diungkapkan oleh korbannya. Disamping karena malu (karena sudah merasa tertipu/menjadi korban), juga karena masih berharap dengan tidak diungkapkannya kasus yang mereka alami, minimal modal usaha mereka bisa kembali. Tidak untung tidak masalah, asal dana investasi kembali, begitu mereka sering beralasan. Misalnya saja kasus kegagalan panen (tidak tumbuh umbi), gagal panen karena lahan tidak cocok dan tidak ada pendampingan seperti yang dijanjikan, penetapan standar produksi yang hanya menggunakan penilaian CV Medical, pengangkutan hasil produksi yang tidak memenuhi kriteria tanpa dihargai sama sekali, dan penahanan sertifikat agunan
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
sampai berlarut-larut. Dari pola investasi, ada juga kasus investor yang seharusnya sudah mendapatkan pembagian keuntungan belum juga mendapatkan keuntungan (terutama yang tidak sejak awal usaha ini dibuka berinvestasi). Layakkah hitungan-hitunagn keuntungan yang diungkapkan CV Medical? Bisa dilihat dari pembukuannya. Sayangnya, di awal-awal kasus penyimpangan usaha pihak CV Medical menyatakan belum memiliki pembukuan yang baik karena perusahaan ini masih tergolong baru. Tetapi pada kesempatan berikutnya CV Medical menyatakan bahwa perusahaanya sudah diaudit oleh akuntan public dari Jakarta. Bahkan pembukuannya telah diakui oleh akuntan internasional. Lantas mana yang benar? Justru keterangan yang berbeda-beda ini yang harus dicermati agar tidak tersesat. Lantas jika melihat soal teknis budidayanya, layakkah ginseng umur 4-5 bulan bisa menghasilkan umbi berkualitas ? Nah ini pertanyaan yang seharusnya dijawab oleh kalangan akademisi dan dinas terkait, untuk memberikan transparansi informasi pada masyarakat, sehingga masyarakat menjadi tahu. Sementara menunggu mereka-mereka ini menyampaikan sumbangsih pemikirannya, kiranya perlu kita simak pernyataan berikut. Kepala Dispertan (Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan) Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah, Ir Sri Sutarni, menyatakan dalam sebuah harian di Solo, bahwa sejak semula Dispertan Sukoharjo belum memberikan ijin usaha produksi dan
5
Laporan meminta masyarakat agar berhatihati, karena disamping lahan di Kabupaten Sukoharjo kurang cocok untuk tanaman ginseng juga karena ginseng yang ditawarkan CV Medical bukan ginseng obat yang berdaya jual tiinggi, tetapi ginseng sayur yang nilai jualnya rendah. Bahkan untuk menunjukkan keseriusan kekhawatiran beliau soal usaha CV Medical ini, beliau mengatakan, “Mereka sekarang baru ketanggor�, saat masyarakat mendapatkan masalah karena tidak menggubris himbauannya. Bahkan secara tegas Kepala Diperindagkop dan Penmod (Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman Modal) Kabupaten Sukoharjo dalam sebuah media mengatakan bahwa CV Medical belum mendapatkan ijin di Kabupaten Sukoharjo. Seorang ahli farmasi, Drs Apt Titik Marminah SU, peneliti di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran UNS Solo, dalam sebuah harian yang terbit di Semarang, mengatakan bahwa kandungan steroid nabati (zat untuk meningkatkan tonik atau stamina tubuh) pada ginseng Korea dan ginseng yang ditanam di Indonesia berbeda. Karena kandungannya berbeda, maka khasiatnya juga berbeda. Artinya meskipun jenis tanamannya sama, kadar zatnya akan berbeda. Apalagi jika ginsengnya ginseng sayur seperti yang diungkapkan Ir Sri Sutarni diatas. Dan yang jelas, pasti ada sesuatu yang harus disampaikan ke masyarakat kenapa kemudian CV Medical di Kabupaten Sragen Jawa Tengah, ditutup oleh pemerintah setempat. Tapi, kalau jenis yang dikembangkan CV Medical adalah jenis ginseng sayur, kenapa CV Medical menyatakan ditunjuk sebagai satusatunya perusahaan di Indonesia sebagai penyedia bibit dan pembeli hasil panen ginseng yang kemudian menyalurkannya ke seluruh industri, sehingga pengadaan dan penyaluran
ginseng talinum tidak dapat dilakukan secara bebas oleh petani maupun pedagang di Indonesia? (klaim CV Medical ke masyarakat melalui selebaran usahanya) Benarkah demikian? Harus dilihat dulu siapa yang menerbitkan ketentuan tersebut? Benarkah semua industri di Indonesia yang menggunakan bahan baku Diskusi Masalah Kontrak dengan stakeholder di ginseng mendapatkan Surakarta pada tanggal 20 Januari 2005 sebagai pasokan dari CV Medical? upaya mencari penyelesaian bersama Dan itu hukumnya wajib? Lantas kalau semua industri Belum lagi kalau menggali berkewajiban mendapatkan pasokan ginseng dari CV Medical, kenapa CV informasi ke beberapa leasing motor Medical harus melakukan lobby ke dan mobil (pemberi dana kredit). PT Konimex untuk membeli ginseng- Mengapa leasing-leasing tersebut nya? (menurut keterangan Didik mensyaratkan bahwa calon kreditor Suharyanto, Co Pengawas CV harus tidak ada sangkut pautnya Medical dalam sebuah media). dengan CV Medical? Alias CV. Bukankah CV Medical tinggal Medical sudah di-blacklist oleh menggunakan hak yang sudah dia beberapa leasing. Kenapa? Bagaimana dengan instansi dapatkan untuk menekan PT terkait? Bukankah sudah menjadi Konimex membeli ginseng darinya? tugasnya untuk melakukan invesIni yang harus ditelusuri lebih lanjut. tigasi atas pertanyaan-pertanyaan di Dan jika semua klaim diatas tidak benar, maka CV Medical telah atas, demi melindungi masyarakat melakukan pembohongan pada dan mencegah terjadinya kemungmasyarakat melalui selebaran yang kinan yang tidak diharapkan? Yang jelas kita seharusnya memmereka buat dan edarkan. berikan apresiasi yang tinggi atas Juga, misalnya soal penarikan apa yang dilakukan Polwil Surakarta. dana dari masyarakat (melalui pola Banyak langkah cepat dan taktis investasi) bukankah ini terkait dengan yang telah dilakukan untuk mencari aturan perbankan? Sudahkan CV informasi, mengusut dan menemukan Medical memenuhinya? Lantas fakta-fakta terkait dengan sinyalemen terkait laba usaha, bagaimana penyimpangan usaha CV Medical. dengan perpajakannya? Bahkan di sebuah harian Kapolwil Bagaimana juga dengan kelayakan hitungan usaha? Barangkali beberapa Surakarta menyatakan dengan tegas, pernyataan Drs Suharno MM Akt, bahwa Dirut CV Medical adalah Ketua Pusat Pengembangan Akun- tersangka dalam kasus dugaan tansi Universitas Slamet Riyadi Solo pelanggaran UU 8/1999 tentang perdi beberapa media perlu dicermati. lindungan konsumen, karena peruIntinya menyatakan bahwa praktek sahaan tersebut melakukan praktek bisnis yang dilakukan CV Medical penghimpunan dana milyaran rupiah tidak masuk diakal, dan menyimpan yang diduga tidak sesuai dengan probom waktu. Artinya,sewaktu-waktu sedur. Dan bisnis budidaya ginseng kasus ini bisa meledak ke itu, dinilai hanya sebagai kedok. (M Yunus) permukaan. Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
6
te
te
p
ok b m ase i li a rt pin k o o in e p an s La n R i uli b i k an t k bu Tanpa Kontrak Kerjasama Yang Jelas
Laporan
Usaha di Sektor Agribisnis Beresiko Tinggi
K
risis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997 telah meluluhlantakkan sendi-sendi perekonomian bangsa Indonesia. Dampaknya sampai hari ini masih kita rasakan. Antara lain, masih rendahnya daya beli masyarakat, lesunya dunia usaha dan tingginya tingkat pengangguran, dan belum bergeraknya sektor riil. Dalam situasi dan kondisi perekonomian yang serba sulit tersebut, biasanya masayarakat sering bermimpi dan mendambakan bisnis yang bersifat instan. Tanpa banyak bekerja, namun untungnya besar. Salah satu usaha bisnis yang menjanjikan keuntungan besar adalah usaha di bidang sektor agribisnis. Berbagai komoditas saat ini banyak ditawarkan, misalnya budidaya melon super, jati mas, jagung hibrida, jamur, ginseng dan sejenisnya. Konon bisnis tersebut sangat menjanjikan, waktu tanam singkat dan keuntungan berlipat. Tidak aneh, apabila banyak orang yang tertarik untuk terjun dalam bisnis ini. Baik selaku petani maupun sekedar menjadi investor. Tanpa pikir panjang petani di pedesaan berlomba untuk membudidayakan berbagai jenis tanaman “ajaib� tersebut. Bagi yang tidak memiliki lahan mereka sharing modal, menjadi investor dengan harapan mendapat bagi hasil yang tinggi. Ratarata mereka dijanjikan pembagian keuntungan 8-10 persen perbulan dari modal yang disetor. Artinya, dalam waktu antara 10 hingga 12 bulan, sudah balik modal. Karena berharap mendapat keuntungan yang sangat besar, tanpa pikir panjang mereka menanamkan uangnya, sekalipun dengan cara berutang.
Namun ternyata tidak semua petani dan investor menikmati keuntungan yang berlipat. Tidak sedikit yang akhirnya, justru malah gigit jari. Bila ini terjadi, biasanya yang jadi korban adalah masyarakat. Jangan Percaya Brosur Umumnya masyarakat kita terlalu percaya pada janji-janji manis perusahaan agribisnis, yang hanya disampaikan lewat presentasi, leaflet atau brosur. Masyarakat umumnya menganggap apa yang telah dicantumkan dalam brosur atau leaflet langsung mempercayai. Dan menyimpannya sebagai pegangan, apabila terjadi permasalahan hukum di belakang hari. Namun ternyata, anggapan tersebut keliru. Pemahaman masyarakat terhadap kontrak kerja masih lemah. Brosur, leaflet dan janjijanji yang diucapkan dalam presentasi adalah bentuk pra kontrak, yang tidak dapat dituntut ganti rugi dan pertanggungjawabannya di muka pengadilan. Kenapa begitu? Karena sistem hukum di Indonesia masih menganut teori klasik. Menurut teori klasik, jika suatu perjanjian belum memenuhi syarat hal tertentu maka belum ada suatu perjanjian, sehingga belum lahir suatu perikatan yang mempunyai akibat hukum bagi para pihak (Suharnoko, 2004). Akibatnya, pihak yang dirugikan karena percaya pada janji-janji pihak lawan, tidak terlindungi dan tidak dapat menuntut ganti rugi. Antisipasi Sebelum Terjadi Ada baiknya sebelum memutuskan untuk menjalankan bisnis di sektor agribisnis, sebagai petani maupun investor, terlebih dahulu harus:
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
Pertama, siap menghadapi resiko, karena usaha di sektor agribisnis sangat rentan terhadap faktor alam, tingkat kegagalan cukup tinggi. Disamping itu, pada masa panen harga cenderung jatuh. Bahkan tidak jarang tidak laku dijual. Kedua, bagi petani harus memiliki keahlian tentang tata cara budidaya tanam dan pemeliharaan. Sedangkan bagi investor harus memahami selukbeluk dalam dunia bisnis. Jangan percaya begitu saja dengan janji-janji pendampingan dan keuntungan besar yang diberikan perusahaan. Ketiga, sebelum melakukan budidaya ataupun memasukkan investasi, buat dulu kontrak kerjasama secara formal (hitam di atas putih), secara jelas dan detail, yang dibuat bersama, dengan mengedepankan prinsip win-win solution diantara kedua belah pihak. Jangan hanya sekedar saling percaya. Bisnis adalah bisnis. Keempat, sebelum ditandatangani bersama, draf kerjasama dikonsultasikan dengan mereka yang memiliki kompetensi pada bidang hukum perdata maupun pidana. Kelima, penandatanganan kontrak kerjasama, sebaiknya terbuka, disaksikan oleh aparat terkait, misalnya dinas pertanian dan tokoh masyarakat setempat. Selamat menjalankan usaha di sektor agribisnis. Sukses selalu! Drs. Suharno, MM. Akuntan Penulis adalah Ketua Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA) Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta, Staf Pengajar Pasca Sarjana Magister Manajemen (MM) Unisri dan Support Program Citra Emas (CES) Surakarta.
7
Laporan
te
Mempelajari dan Membuat
S
yarat-syarat yang harus dipenuhi, agar perjanjian yang kita buat dapat dinyatakan sah dan mempunyai kekuatan mengikat adalah: (1) Harus ada kesepakatan dari para pihak yang membuat perjanjian, (2) Pihak yang membuat perjanjian haruslah pihak yang mempunyai kewenangan untuk membuat perjanjian, (3) Harus ada sesuatu yang diperjanjikan (objek tertentu), dan (4) tujuan tidak boleh bertentangan dengan: kesusilaan, hukum dan ketertiban umum. Untuk syarat-syarat yang berkaitan dengan subyek yang mengadakan perjanjian:(1) Harus dipastikan secara tegas, siapa sebenarnya yg menjadi pihak (peserta) dari perjanjian yang bersangkutan, (2) Harus dilihat apa yang menjadi dasar dari pihakpihak lain, sehingga terlibat di dalam perjanjian tersebut dan bagaimana pengaruhnya terhadap perjanjian yang ada, (3) Harus memenuhi syarat-syarat, sebagaimana yang disebutkan dalam point di atas. (4) Hal-hal yang berkaitan dengan syarat: harus ada kesepakatan dari para pihak yang membuat perjanjian. Pernyataan dan kesepakatan tersebut haruslah berasal dari kehendak yang bebas dan murni, tidak boleh muncul karena adanya unsur : paksaan, penipuan, kekhilafan ataupun penyalahgunaan keadaan (baik penyalahgunaan karena adanya keunggulan ekonomis maupun psikologis). Apabila pihak yang membuat perjanjian tersebut adalah perusahaan, maka perlulah diperhatikan halhal sebagai berikut. Bila perusahaan yang akan membuat perjanjian tersebut, adalah
te
p
ok b m ase i li a rt pin k o o Perjanjian in e p an s La n R i uli b i k an t k bu
perusahaan yang berbentuk badan hukum seperti : Perseroan Terbatas, Koperasi dan Yayasan. Maka pada dasarnya perusahaan itu sendirilah yang menjadi pihak dalam perjanjian dan dapat dimintai pertanggung-jawaban secara hukum (dengan harta kekayaan milik perusahaan sendiri), sedangkan orang-orang yang berada di dalam perusahaan tersebut (yang kemudian biasanya namanya disebutkan di dalam perjanjian), hanyalah berkedudukan sebagai wakil dari (bertindak untuk dan atas nama) perusahaan yang bersangkutan, yang bila tidak terdapat unsur kesalahan pada dirinya, tidak dapat dimintai pertanggungjawaban secara pribadi. Bila perusahaan bukanlah perusahaan yang berbentuk badan hukum seperti : Perusahaan Perseorangan (U.D), Persekutuan Komanditer (C.V) ataupun Persekutuan Firma ( F.a). Maka pada dasarnya yang menjadi pihak dalam perjanjian tersebut adalah para pengurus (direktur) dari masingmasing perusahaan tersebut. Jadi bukan perusahaan itu yang menjadi pihak dalam perjanjian. Dalam keadaan, bila terjadi tuntutan hukum, pertanggungjawabannya dapat dipenuhi, selain dengan harta kekayaan yang ada di perusahaan, juga meliputi harta kekayaan pribadi dari para pengurus (direktur) tersebut Untuk syarat-syarat yang berkaitan dengan obyek perjanjian. Dalam hal ini perlulah diperhatikan: Harus dipastikan secara tegas, apa-apa saja sebenarnya yang hendak diberikan atau diperoleh oleh para pihak dengan dibuatnya perjanjian. Bahwa dengan dibuatnya suatu perjanjian, pada dasarnya:
1) di satu sisi, kita bermaksud untuk memperoleh, memiliki atau menikmati sesuatu); 2) di sisi lain kita bermaksud melepaskan sesuatu (sebagai ganti dari apa yang kita peroleh). Dua hal diataslah yang perlu ditetapkan secara jelas, sebelum membuat perjanjian. Maka pada saat perjanjian tersebut berjalan atau setelah perjanjian tersebut selesai, kita dapat mengetahui perjanjian tersebut berjalan sebagaimana yang kita harapkan atau tidak. Upaya-Upaya Hukum Kewajiban yang tidak dilaksanakan, yang kemudian berlanjut dengan tidak bersedianya pihak yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut untuk bertanggung jawab secara sukarela, akan menyebabkan timbulnya sengketa dari para pihak yang terlibat di dalam perjanjian yang bersangkutan. Untuk itulah di dalam perjanjian perlu pula ditentukan, bagaimana pengaturannya, bila di dalam perjanjian tersebut timbul sengketa. Upaya-upaya hukum yang dapat dilakukan meliputi: (a) penyelesaian sengketa melalui jalur di luar pengadilan, yang dapat dilakuakn oleh para pihak sendiri seperti, musyawarah, atau menggunakan bantuan pihak lain, melalui cara: mediasi atau negoisasi; (b) penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan, yang dapat dilakukan melalui gugatan perdata biasa (secara perseorangan) oleh para pihak sendiri, atau melalui mekanisme class action. Kelik Wardiono, SH Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
8
Monitoring dan Advokasi Jika Kontrak Melanggar Hak Petani
Bagaimana Mencari Keadilan?
U
saha tani dengan ikatan kontrak antara petani dengan pihak pengusaha (biasanya berperan sebagai pemasar sekaligus penyedia kredit Saprodi), bisa jadi sebuah terobosan potensial bagi petani. Dengan ikatan kontrak ini, petani dapat langsung menjual hasil pertaniannya ke pasar yang sudah jelas. Sementara bagi perusahaan agribisnis, sistem ini akan menjaga keberlanjutan dan keajegan masukan atau suplai bahan baku usahanya. Namun demikian, dalam kontrak kerjasama yang dilakukan petani selama ini, kedudukan antara perusahaan dengan petani tidak pernah seimbang. Perusahaan lebih kuat dari pada petani, sehingga
kalaupun ada perjanjian tertulis, biasanya lebih banyak ditujukan untuk melindungi perusahaan. Petani disodorkan pada dua pilihan: ikut kontrak dengan bersedia menerima seluruh persyaratan yang ditawarkan, atau tidak ikut dalam kontrak yang ditawarkan. Tidak pernah terdengar adanya tawar-menawar syarat terlebih dahulu secara seimbang. Kemudian ketika muncul masa-lah saat pelaksanaan kerjasama tersebut, petani hanya bisa diam dan menerima apapun yang terjadi. Padahal bisa saja telah muncul pelanggaran hukum dari perusahaan yang melakukan kerjasama, atau telah terjadi pelanggaran hak-hak petani.
Menurut beberapa petani kepada Advokasi, diamnya petani ini bukan dikarenakan memang mereka pasrah, namun disebabkan mereka tidak mengetahui kemana dan bagaimana harus mengadu. Pada tanggal 20 Januari 2005, telah digelar acara sharing (tukar pikiran) antara masyarakat dan stakeholder petani dalam berkontrak di bidang pertanian ini. Acara di Hotel Indah Palace Solo ini, menghadirkan beberapa pihak, antara lain kepolisian, pers dan Dipertan, sebagai nara-umber untuk memperjelas proses advokasi, jika terjadi pelanggaran dalam kontrak.(*)
Mencari Keadilan dengan Jalur Hukum
P
ada acara yang disebut di atas, Kombes Pol Drs H Abdul Madjid R. SH MH dalam makalah yang dibawakan oleh Sigit Bambang Hartono SH, menyatakan di dalam ilmu pengetahuan dikenal pembagian hukum secara perdata dan pidana, disamping ada pemilahan hukum yang lain. Hukum Perdata mengatur tentang hubungan-hubungan hukum antar pribadi/ perorangan dan hak-hak perorangan maupun badan hukum (hak keperdataan). Sedangkan Hukum Pidana lebih mengatur dan tertuju pada kepentingan kolektif (umum), sehingga hubungan hukum yang terjadi adalah antara perorangan/individu dengan negara sebagai perwakilan dari kepentingan kolektif/umum. Pelanggaran Perdata Pelanggaran di bidang hukum perdata, untuk adanya pemulihan hak ataupun penuntutan hak bagi yang merasa haknya dilanggar, diserahkan kepada pemegang hak, apakah akan menuntut haknya ataukah membiarkan haknya dilanggar orang. Jika
diam tidak melakukan aksi atas pelanggaran tersebut oleh hukum dianggap dengan diamdiam telah menyerahkan haknya tersebut. Jika akan menuntut pemulihan ataupun mempertahankan haknya maka orang tersebut harus melakukan aksi dengan cara menuntut/menggugat haknya yang dilanggar tersebut ke Hakim Pengadilan Negeri. Adapun tatacaranya diatur dalam Hukum Acara Perdata (tatacara atau hukum acara ini masih merupakan warisan dari pemerintahan Hindia Belanda). Dalam proses hukum perdata (menggugat ), pertama yang harus dilakukan ialah membuat surat gugatan yang didaftarkan di Panitera Pengadilan Negeri (PN) setempat atau PN di tempat kejadian hukumnya atau pada PN di tempat lawan. Surat gugatan, adalah “surat biasa� yang ditujukan kepada Kepala Pengadilan Negeri . Tidak perlu menyebutkan pasal-pasal hukum yang dilanggar, tidak pula perlu menyebutkan pasal-pasal hukum tentang landasan hak. Cukup menyebutkan hal-hal/kejadian (singkat dan lengkap) yang telah melanggar hak dan merugikan.
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
Kemudian memohon kepada PN untuk mengadili perkara ini. Setelah itu, harus mengikuti proses persidangan sampai ada putusan Pengadilan Negeri. Juga mengikuti proses Acara Banding di Pengadilan Tinggi, apabila ada salah satu pihak tidak menerima putusan Pengadilan Negeri. Lantas, mungkin harus mengikuti Acara Kasasi (tingkat Mahkamah Agung), apabila salah satu pihak tidak menerima putusan Pengadilan Tinggi. Jika telah ada putusan yang bersifat tetap, maka akan dilaksanakan eksekusi atau penerapan putusan pengadilan tadi. Tetapi jika pihak yang kalah, dapat memunculkan bukti baru (yang terungkap di pengadilan selama ini), maka bisa terjadi proses Peninjauan Kembali (PK).
Pelanggaran Pidana Berbeda dengan bidang hukum Perdata, pada pelanggaran terhadap hukum Pidana, maka (pada dasarnya) lembaga-lembaga hukum (Polisi, Jaksa dan Hakim) akan segera melak sanakan peran masing-masing. Terutama Polisi selaku penyidik akan tampil
9
Monitoring dan Advokasi terdepan untuk melakukan penyidikan, baru diikuti oleh Jaksa selaku Penuntut Umum untuk melakukan penuntutan, dan Hakim yang akan memeriksa dan mengadili terhadap pelaku pelanggaran. Jadi polisi dapat bertindak aktif melakukan proses hukum. Hal ini di dalam undang-undang disebut dengan istilah tertangkap tangan, (dalam masyarakat dikenal dengan istilah tertangkap basah). Penyidik/polisi, dapat pula mencermati fenomena yang ada di dalam masyarakat, jika melihat indikasi dugaan adanya pelanggaran hukum pidana maka dilakukanlah penyelidikan guna menentukan ada tidaknya pelanggaran pidana. Sementara itu, jika ada masyarakat/orangorang yang mengetahui pelanggaran pidana dan memberitahukan kepada Polisi, maka dalam hal ini Polisi segera membuat Laporan Polisi yang ditandatangani oleh pelapor. Selanjutnya dilakukan rangkaian kegiatan penyidikan (guna menentukan ada tidaknya pelanggaran pidana, ada tidaknya korban dan pelaku, serta rumusan tindak pidananya). Polisi sebagai penyidik, dapat pula menindaklanjuti “pemberitahuan� yang dilakukan orang secara tidak langsung (tidak bertatap muka), misalnya melalui media, melalui telpon, surat dan atau sarana lainya. Dalam hal ini, polisi akan menghubungi pelapor supaya menandatangani Laporan, selanjutnya melakukan serangkaian kegiatan Penyidikan lebih lanjut. Ada pula tindak pidana yang disebut delik aduan. Dalam hal ini proses hukum hanya bisa terjadi bila ada pengaduan oleh kepentinganya terlanggar. Contohnya adalah pencurian oleh anggota keluarga, perzinahan, pasal 378 KUHP mengenai Penipuan, pasal 372 KUHP mengenai Penggelapan dan ada beberapa pasal lainya. Dalam hal ini setelah menerima pengaduan Polisi baru dapat bertindak. Dari uraian di atas, maka jika pelanggaran tersebut masuk dalam lingkup perkara pidana maka masyarakat yang merasa jadi korban pelanggaran tersebut melapor/mengadu kepada Polisi. Perlu diketahui pula, orang yang diadukan dalam perkara pidana, masih dapat pula digugat secara perdata. Nah, hukum memang berliku-liku khan?(*)
Pengaduan Melalui Dinas Pertanian Untuk dapat menangani kasus pengaduan, maka Dipertan harus diberikan informasi secara utuh atau lengkap, alangkah baiknya dalam bentuk tulisan. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pengaduan ke Dipertan adalah 1. Kesepakatan yang tertuang dalam surat perjanjian 2. Surat perjanjian tersebut ada saksi dan ditandatangani oleh kedua belah pihak yang melakukan perjanjian 3. Laporan tertulis tentang pelanggaran ketentuan perjanjian 4. Bukti-bukti teknis atau barang bukti yang dipakai sebagai obyek pelanggaran 5. Penunjukan sanksi dalam surat perjanjian, sebagai dasar tuntutan 6. Laporan atau informasi sikap pihak yang dianggap melanggar hukum atau ketentuan dalam perjanjian 7. Harapan yang diminta oleh pengadu 8. Penguatan saksi akan pelanggaran ketentuan perjanjian tersebut Hal-hal di atas (atau bahan-bahan tersebut di atas) dapat disampaikan kepada Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) agar diteruskan ke Dinas Pertanian Kabupaten. dapat pula langsung kepada Kepala Cabang Dinas Pertanian Kecamatan agar diteruskan ke Dinas Pertanian Kabupaten. Bahkan dapat disampaikan pula langsung kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten. Sesuai kewenangan yang dimiliki, maka Dipertan akan mempelajari bahan-bahan serta cheking lapangan untuk menguji kebenaran laporan. Dari hasil penelitian administrasi dan lapangan, dinas akan membuat langkah-langkah teknis sesuai kewenangan yang ada.(*)
Memanfaatkan Media Massa Dengan munculnya suatu permasalahan di media massa, maka dapat menarik simpati serta dukungan berbagai pihak, selain itu pihak berwajib akan lebih memiliki alasan untuk bergerak cepat. Namun perlu diketahui, hanya berita-berita yang dianggap menonjol dan menarik perhatian orang banyak saja yang kemungkinan “diburu� wartawan. Untuk itu seorang wartawan diharapkan mempunyai relasi dari berbagai lapisan masyarakat. Dalam memperoleh berita, kadangkala bahan berita datang sendiri ke redaksi. Narasumber tersebut menyampaikan press release/siaran pers (tulisan dikirimkan ke media) atau langsung datang ke redaksi menyampaikan secara lisan. Wartawan juga harus aktif mencari berita sendiri. Informasi yang dapat dijadikan berita adalah informasi yang didukung datadata yang benar dan lengkap, sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Untuk pengaduan yang sifatnya masalah pidana, akan lebih baik jika kasus tersebut dilaporkan ke pihak yang berwajib, misal kepolisian. Dengan demikian, pers akan lebih mudah mengangkat fakta tersebut atas dasar laporan dari pihak kepolisian.
Ketika media massa memuat berita yang dirasakan tidak imbang sehingga memojokkan salah satu pihak, menjadi hak pihak yang merasa berita tidak imbang tersebut untuk meminta pemuatan hak jawab atau meluruskan berita. Untuk melakukannya bisa langsung menyampaikan surat resmi semacam siaran pers ke redaksi atau kepada wartawan di wilayah kerjanya. Pemuatan hak jawab dilakukan jika pihak yang merasa berita tidak imbang tersebut di atas merasa tidak pernah dikonfirmasi dalam berita yang sesungguhnya berhubungan langsung dengan berita tersebut. Sedangkan pelurusan berita dilakukan apabila pernyataan yang dikemukakan pihak-pihak dalam berita itu dianggap perlu diralat. Inti dari kerja pers adalah mengungkapkan fakta berdasarkan berbagai pertimbangan norma dan etika. Jadi pers wajib menuliskan fakta dengan tetap mempertimbangkan etika maupun norma tertentu (etika jurnalistik). Kiranya, memang diperlukan sikap aktif (kesadaran hak dan hukum) para pihak yang merasa mendapatkan permasalahan, karena dengan sikap pasif maka masalah yang kita alami tidak akan dapat diketahui oleh pihak lain. Selain aktif, sikap kejujuran dan bertanggungjawab juga diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan. (Bayu)
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
20
Info Tani Integrasi Tanam Jagung dan Ternak Sapi pada Lahan Kering
P
roduksi jagung nasional pada saat ini masih belum mampu mengimbangi kebutuhan dalam negeri untuk bahan pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Hal ini disebabkan harga pupuk yang relatif cukup mahal bagi kalangan petani kecil, sehingga rekomendasi pemupukan berimbang belum sepenuhnya dapat diterapkan pada tanaman jagung. Dampak yang dirasakan adalah adalah rendahnya produksi, sedangkan ternak sapi potong pada umumnya masih dipelihara secara tradisional atau sambilan dengan pemberian pakan yang kualitas maupun kuantitasnya masih relatif kurang memenuhi standar produksi. Sehingga dapat menurunkan produksi sapi. Untuk itu perlu adanya pengembangan model beternak. Hal ini mengingat tanaman jagung selain menghasilkan jagung pipilan kering juga menghasilkan brangkasan (batang dan daun) serta bonggol/ janggel jagung yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak sapi. Sedangkan kotoran ternaknya dapat diproses menjadi pupuk organik (bokhasi) untuk memperbaiki tekstur tanah dan menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman pertanian. Dengan demikian tidak ada limbah yang terbuang (Zero Waste). Untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya ini KSM Rumpun Pemuda Tani didampingi BPTP Kalimantan Selatan melakukan integrasi tanaman jagung dengan ternak sapi. Mengingat lokasi sekitarnya sebagian besar petani jagung disamping padi sawah dan palawija sedangkan setiap kelompok memelihara sapi. Karena ternak sapi walau cuma usaha sambilan, namun menjadi tumpuan harapan petani terutama
KSM Rumpun Pemuda Tani, Ds Sumber Mulia, Pelaihari, Tanah Laut, Kalsel sedang mengolah limbah bonggol/janggel jagung menjadi pakan ternak Foto: Dok KSM Rumpun Pemuda Tani
dalam mengantisipasi kebutuhan hidupnya. Di samping dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas. Melihat tersebutlah KSM Rumpun Pemuda Tani Desa Sumber Mulia Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalsel didampingi BPTP Kalsel mengembangkan usaha terpadu Agribisnis. Hal ini mengingat antara masingmasing komoditas saling ketergantungan satu sama lain. Keberhasilan usaha ternak, salah satu faktor penentunya sangat bergatung pada ketersediaan pakan. Di lain pihak untuk usaha tani jagung diperlukan pupuk organik yang sangat bermanfaat untuk menyehat-
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
kan lahan pertanian dengan meningkatkan produktivitas jagung. Dengan usaha terpadu jagung dan ternak ini akan menjamin ketersediaan pakan sehingga usaha ternak dapat dilaksanakan secara intensif dengan sistem kandang terutama untuk usaha penggemukan sapi (fattening) sehingga meningkatkan bobot ternak dapat mekasimal dengan biaya murah. Potensi limbah jagung yang melimpah, bila dikonversikan bahan kering (BK) dalam mengkonsumsi bahan kering 3% dari berat badan per hari. Dengan demikian limbah jagung 1 Ha dapat menyediakan pakan 6 ekor sapi selama 1 bulan.
21 Konsultasi Tani Sambungan dari Hal 19: Usaha penggemukan sapi secara intensif dengan sistem kandang dengan pemberian pakan yang cukup dari limbah jagung (bonggol 60%) berat badan sapi rata-rata meningkat 0,5 – 1 kg per hari. Sehingga dalam waktui 6 bulan sapi sudah bisa dijual. Sedangkan pada pemeliharaan sapi sistem konvensional, pertumbuhan berat badannya hanya sekitar 0,3 – 0,5 kg per hari. Dan petani yang tadinya per orang hanya mampu memelihara 2-4 ekor sapi, dengan adanya pemanfaatan limbah bonggol ini petani dapat memelihara 10-15 ekor sapi, musim kemarau inipun tidak menjadi kendala bagi mereka karena setelah panen janggel jagung telah dikumpulkan dan disimpan sebagai stok pakan, sedangkan petani yang menggantungkan pakan dengan rumput, musim kemarau ini banyak petani ternaknya dijual dan sebagian bertahan dengan bahan seadanya. Seekor sapi menghasilkan kotoran (paeces) sebanyak 8-10 kg per hari, dengan proses fermentasi akan menghasilkan 4-5 kg per hari pupuk organik (bokhasi). Dengan demikian untuk 1 ekor sapi dapat memproduksi 1,5 – 2 ton per tahun. Harga bokhasi lebih murah dibandingkan harga pupuk kotoran ayam. Penggunaan pupuk bokhasi pada tanaman jagung hibrida varietas bisi 2 di daerah kami menunjukkan produksi yang sangat baik yaitu 8,82 ton pipil kering per Ha. Pengembangan pola usaha tani usaha tani jagung – ternak sangat potensial untuk pengembangan agribisnis, potensial untuk menggerakkan perekonomian yang berbasis pedesaan. Hal ini di samping akan meningkatkan pendapatan daya beli masyarakat, membuka lapangan kerja baru juga mendukung program ketahanan pangan. Made Lutra KSM Rumpun Pemuda Tani Ds. Sumber Mulia RT 3, Kec. Pelaihari, Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan. 70811
Pengendalian “ Bule Amerika”...
6.
7.
8.
9.
100-150 Kg/Ha Urea, 300-450 Kg/ Ha ZA, 100-150 Kg/ Ha SP 36, dan 200 Kg/ Ha KCL atau 1 Ton/ Ha NPK (15:15:15). Pertamanan pun perlu diberi mulsa plastik terutama penanaman di dataran tinggi. Penggunaan pupuk organic dapat mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit didalam tanah. Sedangkan penggunaan biopestisida Trichoderma sp. Dan atau Gliocladium sp. 10kg per hektar sangat baik utuk mengendalikan serangan penyakit terbawa tanah. Penanaman barisan tanaman perangkap vector disekitar bedengan dengan jenis tanaman jagung, bawang daun, bunga matahari, dan tagetes (kenikir). Lakukan pemantauan teratur setiap minggu, terutama pada tanaman muda kurang dari 30 hari. Bila tampak gejala serangan virus, segera musnahkan dan sulam dengan tanaman sehat. Jika 10% dari total populasi tanaman muda terinveksi lantaran adanya kutu kebul beterbangan, ganti dengan sayuran lain (yang bukan inang kutu kebul, seperti kubis dan jagung), supaya tidak menjadi sumber penularan. Sisa tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar. Hindari kontak langsung dengan tanaman sehingga menyebabkan pelukaan, seperti mengurangi jumlah bunga dan percabangan. Perguliran tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan dari famili Solanaceae, seperti tomat, kentang, tembakau, dan tanaman famili cucurbitaceae, seperti mentimun).
10.Kebersihan lingkungan, mengendalikan gulma berdaun lebar dari jenis babadotan, gulma bunga kancing, dan ciplukkan, yang dapat menjadi inang virus. 12.Populasi kutu kebul bisa dikurangi dengan melepas musuh alami, parasitoit encarcia formusa sebanyak 1 ekor per 4 tanaman setiap minggu selama 8–10 pekan. Setidaknya untuk satu hektar dibutuhkan 10.000 Encarcia. Predator lain, Menochilus Sexmaculatus yang terbukti efektif memangsa 200-400 ekor larva perhari. 13.Insektisida alami alternatif untuk mengendalikan kutu kebul diantaranya Eceng Gondok, Rumput Laut, dan Mimba. Penyemprotan paling baik dilakukan pada pagi hari antara jam 5.30- 8.00, karena imago kutu kebul belum bisa terbang. Di daerah endemis, penyemprotan dimulai di pesemaian (cukup satu kali semprot), kemudian penyemprotan diulang selambat-lambatnya satu minggu setelah tanam. 14.Penggunaan fungisida kimia berbahan aktif diabenziadole dan asibensolar (Bion M), yang bekerja lebih dari fungisida biasa justru dapat mening-katkan datangnya serangan. 15.Kegiatan ini harus dilakukan dalam 1 hamparan, tidak perorangan, dilakukan serentak tiap musim tanam, dan seluas mungkin. Tulisan disumbangkan oleh Tri Martini, SP, Msi dan Ir. Bambang Sudaryanto, MS, Peneliti dari BPPT Yogyakarta
Ralat Pada Buletin Advokasi 17 hal 21 info tentang pernikahan ada kesalahan tulis nama yaitu : Yang Nofiar Desmayani, SE dengan Prasetyo Adi, SE yang seharusnya adalah Yang Nofiar Desmayani, SE dengan Prakoso Setya Adi, SE. Redaksi memohon maaf atas kesalahan tersebut. Dengan demikian kesalahan telah dibetulkan. (-red) Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari Maret 2005
18
Santai Sejenak Sudah Jatuh Tertimpa Pohon Kelapa
A
lkisah, pada bulan Pebruari 2005 sebuah keluarga di sebuah desa di pinggiran Yogyakarta yang merupakan sentra penghasil kelapa, dilanda panik. Hal ini disebabkan adanya peringatan dari Gubernur DI Yogyakarta yang juga adalah Sultan, memperkirakan akan adanya badai dan angin besar yang akan melanda wilayah pantai selatan. Peringatan tersebut ditindaklanjuti dengan edaran kepada seluruh warga di Yogyakarta disertai dengan langkahlangkah yang harus dilakukan. Tentu saja, berdasarkan edaran tersebut dan karena menghormati Sultan maka seluruh warga melaksanakan apa yang diminta. Maka ramailah warga Yogyakarta melakukan persiapan menghadapi ancaman bencana tersebut. Tidak mau ketinggalan keluarga
tadi. Merasa bahwa di sekitar rumahnya tumbuh banyak pohon kelapa yang jika angin besar melanda akan bisa roboh, maka tanpa merasa sayang mereka memutuskan untuk menebangnya. Setelah tengok sana sini, diputuskan untuk menebang sebuah pohon kelapa yang dekat sekali dengan rumah. Persiapan dilakukan. Tukang potong pohon pun dipanggil dan ditebanglah pohon kelapa itu. Masalah selesai? Ternyata tidak. Kebiasaan di daerah tersebut jika menebang pohon maka pohon tersebut diikat dengan tali di sekitar puncaknya dan ditarik beberapa orang untuk mengarahkan arah tumbangnya pohon. Maksudnya tentu untuk menghindari tumbangnya pohon ke arah rumah karena letaknya yang sangat dekat rumah. Dan begitulah
dilakukan pagi itu. Tapi apa yang terjadi? Pohon kelapa tersebut malah tumbang ke arah rumah dan pecahlah beberapa gentengnya. Rupanya pada waktu menarik tali kalah kuat dengan tumbangnya pohon tersebut. Yah, maksud hati menghindari bencana tapi apa daya malah rumah ketumbangan pohon kelapa. Ini namanya sudah jatuh tertimpa pohon kelapa. N a s i b . ., nasib..! (Gideon)
Kuis “Saya pilih sayur organik� Disebuah pasar swalayan, nampak dua orang ibu sedang memilih sayur. Bu Epi: Bu, apa ibu tidak rugi membeli sayur semahal ini, padahal di pasar biasa kan murah. Bu Uci: Ah, tidak.......ini kan sayur dengan merek organik, bebas dari pestisida dan obat racun lainnya. Demi kesehatan saya rela membeli sayur semahal ini. Bu Epi: Apakah sayur yang di pasar itu mengandung pestisida Bu? Bu Uci: Saya tidak tahu, tetapi yang sering saya lihat sayur yang banyak ditanam petani itu sering disemprot dengan racun pestisida, demi keamanan saya memilih sayur yang sudah bermerek organik dan bebas bahan kimia berbahaya. Bu Epi: Apa sih untungnya makan sayur organik?
Bu Uci: Pertama, kita terbebas dari kandungan racun pestisida dan racun kimia berbahaya, sehingga kesehatan kita bisa terjaga; Kedua, lahan yang ditanami dengan cara organik akan terjaga kondisi tanahnya sehingga tidak mudah rusak, begitu pula dengan lingkungan sekitarnya; Ketiga, trend pertanian organik yang berwawasan lingkungan makin meluas, produk pertanian organik makin lama makin dicari konsumen, karena konsumen makin sadar kesehatan dan sadar lingkungan. Pertanyaan: 1. Apa keuntungan petani jika bercocok tanam dengan cara organik (bebas dari pupuk dan pestisida/racun kimia). 2. Apa keuntungan kita makan/ mengkonsumsi pangan organik.
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
berhadiah!
Jawaban Kuis Edisi 17 Mendatar: 1. Puasa 3. Haus 6. Kuah 8. IPB 9. Uret 10. Kaur 12. Bel 13. Ini 15. Malas 17. Jagung
18. GOR Menurun: 1. Pokok 2. Sahur 4. ASI 5. Sebelum 7. Belalang 11. Adinda 12. Benang 16. PR
Pemenang Kuis Edisi 17: 1. Fitria. Pos Desa Bagan Jaya Sei Salak, Kab Inhil-Riau 29261 2. Hadi Harsono. Jl. Proklamasi Rt 3 Desa Sumber Mulia Pelaihari Kab. Tanah Laut-Kalsel 3. Sumarsono. Desa Pesu Rt IX/ Rw V Kec. Wedi-Klaten 4. Brigita Eji W. Jl. Gunung Terang No. 298 Rt 05/02 Sekip Jaya, Palembang 30126 5. Mukminin. Ds Tunggang Kec. Pondok Suguh Bengkulu Utara
19
Konsultasi Tani Pengendalian “Bule Amerika” Pada Tanaman Cabe Saya mempunyai keinginan untuk menanam cabe dengan menggunakan tehnis yang ada. Harapan saya, agar YDA berkenan untuk mengirimkan buku panduan menanam cabe yang baik. Amir Syarifudin Jl Raya Sukamarga-Muara Aman No 16 Kec. Lebong Utara. Kab.Lebong Bengkulu. Maaf, kami belum bisa mengirimkan bukunya. Tapi kami berharap tulisan ini dapat sedikit menambah pengetahuan tentang bertanam cabe.(-red)
S
alah satu OPT (organisme pengganggu tanaman) utama baru yang meresahkan petani di beberapa sentra produksi cabe di Indonesia adalah “penyakit virus kuning”. Virus kuning keriting mirip penyakit bulai pada jagung. Gejala yang dapat dilihat, pada tanaman cabe daun mengkriting dan berwarna kuning, sedang pada tomat serangan dominan pada daun menjadi kerdil dan buahnya kecil-kecil, bahkan ada yang tidak berbuah sama sekali. Umumnya penyakit menyerang pada musim kemarau. Hamparan cabe berubah warna dari hijau menjadi kuning. Jika itu terjadi, dipastikan cabe gagal panen. Pada cabe rawit, masih berbuah, tetapi kualitas dan kuantitas melorot. Tanda Kehadiran Virus Kalau dilihat dengan miskroskop, virus tersebut memiliki 2 partikel kembar. Jadilah ia dinamakan virus Gemini. Virus ini pertama kali dilaporkan ada di Indonesia tahun 1989, namun bukan pada tanaman cabe melainkan tanaman tembakau. Cabe baru diketahui terinfeksi pada Tahun 1992. Hal itu menunjukkan virus berubah khusus menyerang cabe. Awal 2003 merupakan puncak serangan penyakit bahkan menjadi epidemi di sentra-sentra cabe di propinsi Jawa Tengah, DIY, dan Kalimantan Selatan. Bersamaan dengan serangan Amerika ke Irak, yang banyak ditentang negara-negara dunia, maka disebutlah “Bule Amerika” sebagai nama penyakit pada cabe yang mewabah dan sulit dikendalikan ini. Stadium Kehadiran Virus: 1. Pucuk daun cekung mengerut berwarna mosaik hijau pucat.
Pertumbuhan tanaman terhambat. Daun berkerut, menebal disertai tonjolan (blister) hijau tua. 2. Pada pucuk dan daun muda keluar mosaik kuning. Warna itu menjalar hingga seluruh daun bulai. 3. Urat daun pucuk atau daun muda pucat kekuningan sehingga tampak seperti jala. Warna daun berubah belang kuning. 4. Daun muda atau pucuk menjadi menjadi cekung mengerut berwarna mosaik. Seluruh daun lalu berubah kuning cerah dengan bentuk daun berkerut cekung menjadi lebih kecil. Cara Penularan Virus Virus tidak terbawa benih, namun penularan terjadi melalui perbanyakan tanaman dengan penyambungan dan melalui serangga, yaitu kutu kebul/lalat putih/kupu putih/abu rokok/ Bemisia tabaci (biotipe-1) dan atau Bemisia argentifolia (biotipe-2). Kutu Kebul termasuk ordo Homoptera, dengan famili Aleyrodidae. Kutu Kebul dewasa selama hidupnya bisa menularkan virus. Sifat kutu kebul yang polifagus (makan beragam jenis tanaman) menyebabkan virus itu gampang tersebar. Ia memiliki tumbuhan inang beragam, seperti: tomat, cabe, paprika, tembakau, mentimun, semangka, melon, pepaya, kacang-kacangan, buncis, Kedelai, Mawar, Krisan, Melati dan Kapas. Kutu kebul juga dapat hidup di gulma yang berdaun lebar seperti Srunen, Bandotan, Ceplukan. Meskipun keberadaannya sebagai hama tidak terlalu merugikan, justru yang berbahaya adalah virus yang ditularkannya.
Kutu Kebul yang menularkan virus kuning, musuh alaminya adalah kumbang koksi dan tabuhan. Foto: BPPT Yogya
Pencegahan dan pengendalian dengan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) 1. Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna (dua kali pengelolaan tanah dicangkul dan dibalik), penggunaan kapur pertanian sebanyak 1,5 ton/ha satu bulan sebelum tanah, khususnya untuk lahan dengan pH rendah (masam) 2. Menanam varietas yang agak tahan (karena tidak ada yang tahan), misalnya cabe keriting jenis Bukittinggi, Samas, dan Trisula (cabai merah non hibrida hasil pemurnian benih local Jawa Timur). Varietas cabai local cenderung lebih tahan serangan dibanding Hibrida. 3. Benih sebelum ditanam, direndam dalam air hangat (50°C) + PrevicurN selama satu jam, diangkat, dianginkan di atas kertas Koran. 4. Pengerodongan persemaian cabe dengan kain kasa/nilon. Bibit dalam keadaan terbuka sangat besar kemungkinannya tertular virus dari tanaman sakit lain. 5. Selain lahan harus bebas gulma, setiap Hektar tanaman cabe diberi pupuk berimbang, yaitu: 2-3 Ton/ Ha pupuk organik (pupuk kandang matang), Bersambung ke Hal 21:
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
16
Berita Tani Soal Budi Daya Ginseng
Petani Diminta Berhatihati Ratusan petani Desa Rogoselo, Doro, Kabupaten Pekalongan yang ikut membudidayakan ginseng bekerja sama dengan CV Medical diminta untuk berhati-hati. Mereka diharapkan tetap bisa berpikir jernih sehingga uang yang dihabiskan untuk membeli bibit ginseng tidak sia-sia. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pekalongan, Dokter hewan Djarot Rusmanto, kepada Suara Merdeka menjelaskan, belum meneliti ratusan petani yang ikut program budi daya tanaman ginseng dengan CV Medical. Namun dia mengaku sudah mendapat surat dari Dinas Pertanian Propinsi Jateng untuk berhati-hati dan mengawasi program yang dikelola CV Medical, setelah perusahaan tersebut terkena masalah dan diperiksa Polwil Surakarta. Petani, kata dia, harus meneliti benar surat perjanjian yang ditandatangani bersama dengan perusahaan tersebut. “Sebenarnya
jika memang sudah ada perjanjian yang jelas, tidak masalah. Namun jika perusahaan tersebut bermasalah, memang harus hati-hati,” ujarnya. (Suara Merdeka, 18 Januari 2005)
”Bisnis CV Medical tak Masuk akal” Ketua Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA) Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta, Drs Suharno MM, menilai praktik bisnis yang dilakukan CV Medical tidak masuk akal. Suharno menilai bisnis yang dijalankan perusahaan ini banyak kejanggalan. ”Kejanggalan tersebut antara lain masa tanam ginseng adalah empat bulan, berarti CV Medical mengeluarkan sekitar 40% untuk empat bulan dari modal yang disetor pihak investor untuk sekali tanam. Padahal, ujar Suharno, menurut penjelasan Kuasa Hukum CV Medical keuntungannya hanya 30 %, artinya CV Medical justru defisit 10 %. Hal ini didasarkan pada pembayaran bunga 10% per bulan bukan per
masa panen,” ujar Suharno kepada Espos, Selasa (9/11). Suharno menilai praktik bisnis yang dijalankan CV Medical bukanlah sistem bagi hasil. Dalam sistem bagi hasil sesungguhnya terjadi kesepakatan antara keuntungan yang didapat kemudian dibagi bersama, serta kerugian yang diderita juga ditanggung bersama. Selain itu dalam sistem bagi hasil yang sesungguhnya, keuntungan yang diterima investor atau petani, didapat dari laba bersih, yang didapat dari modal dan hasil penjualan ginseng kemudian dipotong biaya operasional, biaya produksi dan beban lainnya. Namun yang terjadi di CV Medical tidak demikian, keuntungan yang diterima 10% itu dari modal yang ditanam investor bukan dari saldo bersih atau akhir. Bukan hasil modal yang telah dipotong biaya produksi, opersional dan lainnya. Jadi ini bukan bagi hasil,” lanjut dia. Jangka Panjang Melihat praktik bisnis yang dijalankan CV Medical, diperkirakan
Direktur Utama CV Medical Tersangka Melanggar UU No 8 Tahun 1999
Setelah lebih dari sebulan menyelidiki praktik illegal CV Medical, akhirnya polisi mendapatkan bukti akurat tentang pelanggaran hukum yang diduga dilakukan perusahaan budidaya ginseng itu. Karena itu, status Direktur Utama CV Medical, Timotius Tri Sabarno yang semula saksi, kini ditingkatkan menjadi tersangka. Bahkan, ujar Kapolwil Surakarta Kombes Abdul Madjid, pihaknya telah melakukan pemanggilan pertama, tapi yang bersangkutan tidak hadir. Karena itu, bila pada
panggilan kedua, masih juga mangkir, dia akan menindak tegas. ”Sebagaimana aturan yang berlaku, tidak memenuhi panggilan pertama masih ada toleransi. Namun kalau dua kali tidak datang, kami akan menjemput,” tegas Kapolwil. Menurut Abdul Madjid, pengenaan status tersangka bagi Direktur CV Medical yang berkantor pusat di Jl Kolonel Sugiyono Solo itu telah memenuhi syarat, sebab setidaknya yang bersangkutan diduga melanggar UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen serta
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
pemalsuan identitas. ”Dia menarik dana segar dari masyarakat hingga miliaran rupiah. Selain itu ada cabang dari perusahaan itu tidak dilengkapi ijin,” katanya. Dia mengatakan, perusahaan yang bergerak dalam budi daya ginseng itu membuka cabang di beberapa kota di Jateng, bahkan di luar jawa. Setidaknya, menurut catatan kami ada sembilan hal yang diduga menyimpang. Namun apa penyimpangan itu , belum saatnya diekspose”, ujar Kapolwil. (Suara Merdeka, 11 Januari 2005).
17
Berita Tani usaha yang dijalankan perusahaan itu tidak bisa bertahan lama atau jangka panjang. Dalam hal ini, apabila CV Medical tidak mendapatkan tambahan investor atau terjadi penarikan dana investasi, maka tidak menutup kemungkinan akan mengalami kesulitan pencairan untuk membayar keuntungan para investornya. “Perlu ditelusuri juga aset yang dimiliki perusahaan. Apakah kantor yang digunakan itu sewa atau milik sendiri, lalu lahan yang digunakan itu di mana, karena kalau melihat penjelasan CV Medical, lahan yang digunakan itu milik petani, petani tinggal membeli bibit saja. Lalu apa aset yang dimiliki Medical?�. Padahal, jelas dia, inti dalam berbisnis adalah kelangsungan dan kelayakan usaha jangka panjang, tidak hanya satu dua hari atau setahun dua tahun saja. (Solopos, 11 Nopember 2004)
Kasus Suap Monsanto
Bungaran dan Sony Diperiksa KPK Keduanya hadir di KPK untuk dimintai keterangan seputar dugaan kasus suap Monsanto kepada sejumlah pejabat RI. Mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih mengatakan, pelepasan kapas transgenik telah dilakukan secara transparan dan telah melibatkan antar departemen, termasuk Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Pelepasan kapas transgenik secara terbatas, ujar Bungaran, merupakan win-win solution untuk mengakomodir keinginan berbagai pihak, baik petani kapas Sulawesi Selatan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, LSM Lingkungan, perguruan tinggi, dan juga Monsanto Company. Pernyataan Bungaran Saragih ini diungkapkan seusai memberi keterangan di Komisi
Pemberantasan Korupsi, di Jakarta, Jumat (14/1). Pernyataan Bungaran Saragih ini berbeda dengan keterangan mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nabiel Makarim dan Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Sonny Keraf. Bahkan di dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 107/ 2001 juga disebutkan, di dalam keputusan bersama empat menteri juga sama sekali tidak tercantum tanda tangan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Nabiel yang memberikan keterangan, Rabu (12/1), menjelaskan, dirinya secara tegas tetap meminta Amdal, namun ternyata izin pelepasan kapas transgenik telah dikeluarkan atas pertimbangan interdept, tanpa melibatkan Kantor Kementerian Negara LH. Hal senada diungkapkan mantan Menteri Negara LH Sonny Keraf yang juga memberikan keterangan kepada KPK, Jumat (14/1). Sonny mengatakan dirinya secara tegas tidak memberikan izin bagi kapas transgenik tanpa melalui proses Amdal. Oleh karena itu ia mengeluarkan Keputusan Menteri Nomor 17 Tahun 2001 yang mewajibkan produk transgenik harus melalui Amdal. �Akhir dari tarik menarik ini Departemen Pertanian telah memberikan izin kepada Monsanto. Lalu saya mengambil kebijakan publik agar memasukkan produk transgenik wajib Amdal. Hal itu saya tuangkan dalam Kepmen Nomor 17 tahun 2001, � ujar Sonny. Sementara itu Sekretaris Menneg LH Arief Yuwono mengatakan Kementrian Negara LH, dalam hal ini Menneg LH Rachmat Witoelar, menyatakan siap membantu penyidikan kasus suap 140 pejabat Indonesia, termasuk di lingkungan KLH dalam kasus lolosnya budidaya dan komersialisasi kapas transgenik oleh perusahaan bioteknologi Monsanto Company pada tahun 1997-2002. (Kompas, 15 Januari 2005)
KOMPPOS Regenerasi Pengurus Setelah melewati berbagai hambatan dan kendala, KOMPPOS (Kelompok Muda Peduli Petani Sukoharjo) akhirnya berhasil melakukan pergantian pengurus. Upaya ini dilakukan untuk menyegarkan kembali organisasi setelah dirasa ada kemandegan organisasi.Selain itu, berbagai masalah menghadang yang menyebabkan KOMPPOS tidak bisa menjalankan secara optimal program kerjanya. Pengurus baru yang terpilih untuk periode 2005-2008 adalah Nur Wardoyo sebagai ketua, Gunawan sebagai sekretaris, Suwandi sebagai bendahara, dan Ari Marimin sebagai humas. Pengurus ini dipilih langsung dalam pertemuan pada 9 Pebruari 2005 bertempat di Sugihan, Bendosari, Sukoharjo. Selain itu disepakati sekretariat KOMPPOS di Dusun Werubadran, Desa Polokarto, Kecamatan, Polokarto, Sukoharjo setelah sebelumnya di Desa Sugihan, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo. Sementara pada pertemuan selanjutnya di sekretariat di Polokarto, Sukoharjo pada 5 Maret 2005 disepakati program kerja organisasi untuk tahun 2005-2006. Program 2005-2006 meliputi pendataan kembali anggota, upaya legal formal organisasi dengan akta notaris, pengadaan sarana dan prasarana kantor, peningkatan SDM (sumber daya manusia), usaha pertanian organik, dan menjalin hubungan dengan berbagai pihak (LSM, kelompok tani, instansi pemerintah). Pengurus KOMPPOS berharap dengan program-program yang telah dirancang akan mampu mewujudkan tujuan dibentuknya organisasi ini.(Gideon)
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
14
Dangau Burung pun Harus Menunggu Cerpen: M Yunus
S
iang itu awan tidak lagi hitam menggantung seperti harihari biasanya. Bahkan jika harihari sebelumnya jam-jam seperti ini sudah hujan lebat, nampaknya hari itu cuaca akan cerah. Kicauan burung juga nampak lebih sering terdengar, menambah asri suasana desa. Nampak burung-burung riang gembira menyanyikan senandung hatinya, setelah sekian hari terpaksa harus bersembunyi disangkarsangkar mereka berlindung dari derasnya hujan. Sesekali diselingi loncatan dari dahan satu ke dahan lainnya, beterbangan dari pohon satu ke pohon lainnya, sambil bersendau gurau dengan burung-burung sejenis lainnya. Ayam jantan dan betina di pinggir kampungpun tidak kalah riangnya. Berkokok dan bersenda gurau, layaknya menyambut hari bahagia. Dengan lantangnya si jantan seringkali mendongakkan kepala dan menegakkan dadanya, untuk menyampaikan suara kokok, sebagai ekspresi suasana hatinya. Di sepanjang jalan desa menuju desa lain, yang membelah hamparan luas persawahan petani, terlihat di kanan kiri jalan berjajar kumpulan orang-orang yang sedang merontokkan padi panennya. Di tengah sawah terlihat laki-perempuan memotong batang-batang padi. Hampir di semua hamparan. Di pematang-pematang terlihat para lelaki memanggul bongkokan batang padi untuk dibawa ke tepi jalan. Para perempuan menggendong dengan sedikit terlihat tertatih-tatih untuk dibawanya ke tepi jalan. Mesin-mesin perontok yang memang sudah disiapkan di tepi
jalanpun telah menanti untuk memilahkan batang dan bulir gabah. Ramli, petani paruh baya kelihatannya riang menjalankan mesin perontok padi yang disewanya dari sebuah penggilingan padi di desa tetangga. Sesekali mulutnya menyenandungkan lagu Melayu yang sedang ngetop sekarang ini. Suara paraunya sesekali ditimpali dengan celotehan bak suara kendang dan ketipung dari para buruh panen yang membantunya. “Kang, panennya agak melimpah kali ya, kok dari tadi nampak riang sekali,” lontar Katmir salah satu buruh panennya. “Bukan itu Mir, saya senang karena hari ini nampaknya cuaca akan cerah. Sehingga saya bisa menyelesaikan panen saya hari ini. Coba lihat kalau sampai hari ini tidak ada panas, bisa tumbang semua padi saya,” kata Ramli sambil menunjuk sepetak sawahnya yang padinya sudah roboh terendam air. “Iya ya Kang, kalau hari ini Kang Ramli nggak panen, saya juga nggak bisa jadi buruh panen. Dan itu artinya keluarga kami nggak bakalan bisa makan hari ini,” timpal Katmir sambil melanjutkan lagi dendangan paraunya melanjutkan lagu yang tadi dinyanyikan. “Tarik terus,” serunya ketika menerima sebongkok batang padi yang dijatuhkan kawan lain dari gendongannya. Sementara mereka asyik melanjutkan kerja panennya, dari ujung jalan, nampak samar-samar seseorang mengendarai sepeda bututnya. Dari melihat gayanya mengendarai sepeda dan laju jalan sepeda yang tidak begitu kencang, kelihatan kalau
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
si pengendara sangat riang. Sayupsayup terdengar suara dari bibirnya, seperti orang yang sedang bersapa dengan para perontok padi di sepanjang jalan. Semakin dekat, semakin jelas betapa pancaran keriangan wajahnya. Semakin dekat dengan tempat Ramli merontok padinya, semakin jelas siapa pengendara sepeda ini. “Wah, Yu Surti kok kelihatan riang sekali Mir, ada kabar apa ya,” kata Ramli pada Katmir mengomentari gaya Yu Surti ber-sepeda dan menyapa kawan-kawan yang sedang panen. “Yah barangkali sama dengan Kakang, dia bahagia karena hari ini bisa panen,” sahut Katmir seolah menganalisa kegembiraan Yu Surti. “Nggak Mir, dia kan sudah panen 4 hari yang lalu, sebelum turun hujan, “ jawab Ramli. Belum genap mereka mengobrolkan Yu Surti, terdengar sapaan “Panen Ram, buruan keburu hujan,” yang muncul dari mulut Yu Surti sambil terus saja lewat dengan gaya bersepedanya yang riang, seolah tidak mengharapkan jawaban dari yang disapa. “Yu, Yu…, mampir sebentar, kok terus saja. Singgahlah sejenak,” sahut Ramli seolah meminta Yu Surti berhenti dan menceritakan keceriaannya. Yu Surti kaget dan mengerem sepedanya. Nggak juga segera berhenti, kedua kakinya dijatuhkan ke tanah untuk ikut menghentikan laju sepedanya. Tak lama kemudian Yu Surti berbalik menuju tempat Ramli merontokkan padinya. “Ngopo Ko,” Yu Surti menyapa Ramli dengan panggilan anak pertama Ramli, Si Joko, sambil
15
Kuilu
menyandarkan sepedanya di pohon tepi jalan. “Tumben Yu, gembira sekali. Ada apa?” tanya Ramli sambil menghentikan sejenak mesin rontoknya. “Ah mau tahu aja. Cepetin Dik, selesaikan panennya. Saya baru saja dari pasar jual panen padi. Harga beras sekarang naik lho, 200 rupiah. Lumayan kan, bisa nambah-nambah penghasilan,” jawab Yu Surti. “Makanya saya mau buru-buru pulang untuk menyampaikan kabar ini pada keluarga”, lanjutnya. “Lho memangnya pemerintah menaikkan harga gabah tho Yu,” tanya Katmir ikut dalam pembicaaan. “Nggak tahu. Yang saya tahu tadi saya jual ke Pak Haji Abas di kecamatan, harganya memang naik. Konon kabarnya di kota-kota harga beras juga naik, sayur juga naik. Makanya kita juga ikut naik”, Yu Surti menjelaskan sebisanya. “Imbas dari kenaikan BBM Dik,” lanjut Yu Surti. “Lo memangnya yang naik hanya harga gabah dan beras saja Yu,”
tanya Katmir seolah pengin mencari informasi kenaikan lainnya. ”Yaahhh, Katmir ini piye to, tadi kan sudah saya jelaskan, yang naik itu juga sayur dan kebutuhan pangan lainnya. Nggak hanya beras,” jelas Yu Surti seolah menekankan lagi ceritanya dari awal. ‘Maksud Katmir begini Yu, apakah pupuk, racun, angkot nggak ikutan naik juga. Kan biasanya kalau menaikkan BBM diikuti juga oleh kenaikan harga barang yang lain. Nanti pasti juga bahan bangunan ikut naik, sewa truk juga naik, gula, minyak goreng juga ikut naik,” timpal Ramli mencoba menjelaskan maksud pertanyaan Katmir. “Yo embuh Ko, lha wong saya tadi habis jual beras langsung pulang. Nggak saya belikan apa-apa. Mau saya tunjukkan dulu hasilnya pada bapaknya anak-anak. Biar dia seneng kerja kerasnya dapat hasil lebih,” jawab Yu Surti seperti seolah tidak mau tahu kemungkinan apa yang akan terjadi kedepannya seperti yang dijelaskan Ramli.
Dalam pikirannya hanya ada gambaran uang lebih yang didapatkan dari pasar. “Lagian Ko, aku sengaja nggak beli dulu pupuk dan racun untuk tanam besok. Takut tahu kalau naik. Kan bisa menghilangkan kebahagiaanku menerima hasil lebih dari 200 perak per kilonya. Yah, meski sejenak, biarlah saya nikmati dulu hasil ini,” tambah Yu Surti seolah menjelaskan kenapa dia nggak mau tahu dulu soal kenaikan harga yang lain. “Sik yo Ko, Mir. Aku mau buruan pulang. Keburu ditunggu bocahbocah,” kata Yu Surti sambil mengambil sepedanya, terus menaikinya tanpa menunggu tanggapan dari Ramli dan Katmir. “Yo Yu, ati-ati,” sahut Ramli dan Katmir hampir bersamaan. “ Yu Surti, Yu Surti, kasihan dia. Langsung saja seneng, nggak memperhitungkan kejadian yang lain ke depannya,” lontar Ramli mengomentari kegembiraan Yu Surti. ” Atau mungkin dia yang lebih bijaksana dibanding kita Kang, karena dia bisa mencoba menemukan kebahagiaan, walau sesaat. Daripada kita ini tidak pernah menemukan kebahagiaan atas jerih payah kita menanam,” sahut Katmir mencoba memahami sikap Yu Surti. “Yo embuh Mir, yuk kita lanjutkan lagi, keburu hujan nanti,” jawab Ramli. Karena tiba-tiba saja mendung datang dan sepertinya akan segera turun hujan. Dan Katmirpun menimpali “tarik terus!”, seolah melupakan dialog kritis yang baru saja terjadi. Benar saja, dari hamparan sawah terdengar teriakan “hujan…., hujan…”. Dan para pemotong padipun bergegas menyelesaikan panennya. Burung-burung yang tadinya berharap bisa memakan sisa-sisa rontokan di pinggir jalan atau di ladang-ladang, setelah panen usai, menjadi risau apakah harus menunggu esok hari untuk makan, jika benar hujan akan turun lagi(*)
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
12
Album Advokasi
Foto: LK-3
PEMONITOR MEMPERTANYAKAN PELAKSANAAN CERDP TAHUN 2002 DAN 2003 – LK-3 dan YCHI serta warga pemonitor proyek CERD (Community Empowerment for Rural Develeopment - Pemberdayaan Masyarakat untuk Pembangunan Desa), 1 Desember 2004 menerima kunjungan tim Review Mission ADB (Asian Development Bank - Bank Pembangunan Asia) dan Manajemen Proyek Kabupaten Banjar. Pertemuan di kantor LK-3 Banjarmasin ini mendiskusikan tentang proyek periode 2002 yang banyak masalah dan kejelasan bagi desa periode tahun 2003. Proyek CERD ini berdanakan utang dari ADB.
Foto: Dok YDA
PERTEMUAN TAHUNAN YDA – Pertemuan tahunan Yayasan Duta Awam di Wisma YIS Karangasem Solo, 7 – 8 Januari 2005 telah memilih pengurus harian baru serta meninjau beberapa poin Anggaran Dasar. Dalam forum pengambil keputusan tertinggi YDA ini, tidak ada perubahan dalam susunan pengurus harian (eksekutif). Hal lain yang ikut dirembug ialah programprogram pengembangan organisasi. Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
Foto: eZn
TANDATANGANI KOMPLAIN – Beberapa masyarakat dan pemonitor proyek CERD Kalsel tanggal 26 Januari-2 Pebruari 2005 lalu melakukan pendataan kondisi terakhir dan masalah proyek. Pertemuan ini menghasilkan rumusan tuntutan yang telah disampaikan pada 16 Maret 2005 ke ADB di Manila-Filipina. Selain menandatangani hasil rumusan, masyarakat juga membentuk Forum Masyarakat Peduli CERDP.
13
Album Advokasi
Foto:Bayu
SHARING TENTANG MEKANISME PENGADUAN MELALUI JALUR HUKUM, DINAS PERTANIAN DAN PERS – Kegiatan sharing (berbagi ide) di Hotel Indah Palace, Solo, 20 Januari lalu, dihadiri petani yang pernah berkontrak dengan pengusaha. Hadir pula pihak Polwil Surakarta, Dinas Pertanian (Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, Sragen dan Klaten), DPRD (Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo) dan redaktur harian Solopos. Ulasan acara ini dapat disimak di halaman 8 dan 9 Buletin ini.
Foto: Eko
FILM DAMPAK ISDP – Sejak tanggal 16 - 23 Pebruari 2005, tim dari YDA bersama petani pemonitor ISDP (Integrated Swamp Development Project) Riau melakukan pendokumentasian dampak dari proyek tersebut. Hasil pengambilan gambar ini akan dibuat sebuah film dokumenter yang menceritakan masalah dan dampak yang ditimbulkan serta pendapat masyarakat daerah tersebut setelah proyek selesai.
Foto: Bayu
KUNJUNGAN MAS NOVI– Pada tanggal 12 Januari 2004, Mas Noviansyah berkunjung dan berdiskusi dengan PPM (Paguyuban Petani Merapi) di Desa Suroteleng Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Jateng, juga dengan kelompok ANdap Desa Bade Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali, Jateng. Kunjungan ini merupakan kegiatan rutin dari manajemen CRS Jakarta Field Office.
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
10
Pengalaman Aksi Mengajak Masyarakat Mengkritisi Perda Uji Publik sebuah Perda Wonogiri oleh Masyarakat Kecamatan Puhpelem
Siang itu disebuah Balai Kecamatan Puhpelem Kabupaten Wonogiri-Jawa Tengah, nampak puluhan orang tengah mendiskusikan sesuatu. Ya, bulan Desember 2004 itu sejumlah masyarakat yang terdiri dari kepala desa, anggota Badan Perwakilan Desa (BPD), anggota Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), tokoh masyarakat dan pihak kecamatan berkumpul dalam satu acara bernama Uji Publik Peraturan Daerah (Perda) mengenai dana alokasi desa dan kelurahan. Acara ini dimotori oleh Titus Sriyono, seorang warga Dusun Pendem, Desa Nguneng, Kecamatan Puhpelem Kabupaten Wonogiri-Jawa Tengah, yang juga seorang anggota komisi B di DPRD Wonogiri.
A
cara ini dilatarbelakangi terputus-nya komunikasi antara masyarakat dengan legislatif, dimana selama ini apa yang diputuskan dalam kelembagaan legislatif dilakukan tanpa dikomunikasikan dulu dengan masyarakat. Putusnya komunikasi antara rakyat dengan legislatif menyebabkan masyarakat sulit mengukur apakah suara dari legislatif merupakan suara publik/masyarakat. Sebagai contoh, sebuah Raperda sebelum diputuskan menjadi Perda harusnya dikomunikasikan dulu pada pihak-pihak yang nantinya akan terkena aturan itu. Namun selama ini tidak. Dengan dikomunikasikannya Perda pada pihak-pihak yang terkena aturan, diharapkan ada kontribusi dari rakyat. Legislatif selama ini merasa bahwa setiap aturan yang dibuat sudah melalui uji publik. Berbeda dengan pandangan Sriyono. Ia menilai bahwasannya ada pemahaman yang salah mengenai uji publik di kalangan legislatif. Mereka biasanya hanya mengundang LSM, media, dan tokoh masyarakat pada saat pembahasan setiap Raperda. Hal ini menjadi siasia karena orang yang diundang belum tentu bisa menyuarakan aspirasi masyarakat, apalagi sebelumnya memang tidak pernah ada pembahasan antara legislatif
dengan masyarakat. Dengan segala keterbatasan, Sriyono mencoba memulai uji publik Perda tentang anggaran di Kecamatan Puhpelem dengan agenda pembahasan dana alokasi desa dan kelurahan tahun anggaran 2005. Perda tersebut memuat aturan hak-hak masyarakat, hak-hak pemerintah desa, kewajiban masyarakat, kewajiban pemerintah desa, dan lain-lain. Hasil pembahasan ini kemudian oleh Sriyono dibawa ke pansus DPRD yang membahas dana alokasi desa dan kelurahan. Kontribusi Masyarakat Ada dua hal yang bisa dipetik dari kegiatan yang baru pertama kali ini dilakukan oleh masyarakat ini, yaitu: 1. Ketika forum semacam ini dibuka, kontribusi pemikiran dan partisipasi masyarakat luar biasa, termasuk pemerintah desa dan lembaga pemerintah masyarakat desanya. 2. Forum semacam ini akhirnya bukan menjadi wacana di tingkat pemerintah desa saja, tapi menjadi wacana di tingkat masyarakat juga. Berita uji publik ini akhirnya tersebar di masyarakat, Sriyono yakin ketika nanti dana alokasi desa dan kelurahan dan diterapkan, masyarakat akan tahu bagaimana mekanisme dan cara mengelolanya. Selain itu
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
masyarakat juga tahu bagaimana mekanisme pembahasan dan penyusunan APBD serta mekanisme pertanggungjawabannya. Disadari pula bahwasannya apa yang ia lakukan masih mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan itu antara lain: 1. Uji publik Perda saat ini masih belum bisa menjangkau masyarakat luas karena belum ada yang mendanai. Jika kegiatan ini bisa dilakukan lebih luas lagi, tentunya akan berdampak meningkatnya peran serta dan kontribusi masyarakat. 2. Jangka waktu antara Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) sampai pembahasan di Panitia Khusus (Pansus) waktunya sangat singkat. Karena hasil Raperda ini disampaikan pada legislatif dan dibawa ke Pansus waktunya mepet sekali, maka untuk mengukur bahwa Perda adalah suara rakyat akan susah sekali. Selain itu rakyat juga tidak bisa ikut mengritisi. Jika jangka waktu yang diberikan cukup lama, maka Perda itu bisa leluasa untuk uji publik. 3. Bagi masyarakat, uji publik ini merupakan sesuatu yang baru sehingga muncul berbagai pemahaman. Sebagian besar masyarakat, termasuk dari pihak
11
Pengalaman Aksi kecamatan menganggap bahwa kegiatan ini merupakan acara sosialisasi Perda. Tetapi, kemudian Sriyono menjelaskan bahwa acara tersebut merupakan uji publik yang bertujuan untuk mengkomunikasikan Perda pada masyarakat atau pihak-pihak yang terkait. 4. Raperda yang kemudian diujipublikan dan mendapat respon masyarakat, akan dibawa ke Pansus, dan itu belum final. Setelah diketok, kemudian ada sosialisasi. Namun sayangnya yang akan melakukan sosialisasi bukan dari legislatif, tetapi dari bagian hukum. Pada uji publik, bagian hukum tidak ikut karena merasa tidak berkepentingan. Padahal Perda tersebut mestinya menjadi bagian dari hukum. Sehingga kendalanya adalah tidak samanya pemahaman bagian hukum mengenai Perda ketika di uji publik dengan sosialisasi nantinya. Apalagi jika pihak-pihak yang ikut dalam pembahasan di uji publik juga tidak hadir dalam sosialisasi. Tarik Ulur Kepentingan Pada saat Perda di uji publikkan terjadi tarik ulur, karena ada pihakpihak yang juga berkepentingan di dalamnya. Misal, penetapan anggaran 30 persen untuk belanja rutin, dan 70 persen untuk pembangunan menjadi pembahasan yang cukup intensif. Begitu ini digulirkan, muncul berbagai pendapat masyarakat. Ada yang menginginkan belanja rutinnya lebih besar, ada pula yang menginginkan biaya pembangunannya yang diperbesar. Tarik ulur terlihat antara masyarakat dengan pihak pemerintah kecamatan dan desa. Pembahasan dan tarik ulur tersebut justeru menjadi satu masukan untuk Pansus. Apa yang dilakukan Sriyono ini kemudian terdengar sampai ke kecamatan lain. Permintaan masyara-
kat dari kecamatan lain agar Sriyono melakukan hal yang samapun datang. Namun permintaan tersebut tidak dipenuhi lantaran terbentur dengan aktivitas yang harus dijalaninya. Namun dengan konsep yang sama, uji publik di daerah lain tersebut tetap berjalan meski tanpa difasilitasi Sriyono.
seperti penyusunan program untuk pertanian. Untuk yang akan datang, Musbang diputuskan di desa. Pendanaan dari hasil keputusan Musbang ini akan diambilkan dari dana alokasi desa/ kelurahan. Keputusan pembangunan skala desa dan kemanfaatannya diambilkan dari dana alokasi desa. Langkah ini dianggap sebuah langkah yang berani, karena ini memotong kewenangan pihak pemerintah yang dulu ada. Dengan demikian desa lebih otonom. Namun, bukan berarti ini berjalan mulus. Ada hal-hal yang saat ini menjadi masalah, yaitu karena keputusan itu sudah dilempar ke desa, bagaimana kesiapan desa itu dalam menyiapkan perangkat untuk sistem yang lebih berpartisipatif. Dalam hal ini, masyarakat perlu melakukan kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau pihak manapun untuk ikut memfasilitasi renstra desa yang lebih partisipatif. (Eko)
Harapan Uji publik diharapkan jadi benang penghubung komunikasi antara wakil rakyat dengan rakyatnya. Dengan demikian kelembagaan dewan bisa benar-benar mewakili masyarakat. Menurut Sri, sapaan akrabnya, ketika masalah-masalah seperti ini diujipublikan akan meminimalkan masalah yang bisa timbul, misalkan timbulnya gerakan masyarakat seperti demo. Selama ini demo terjadi karena keberadaan suara rakyat tidak diakomodir. Saat ini tuntutan masyarakat semakin tinggi atas lembaga legislatif. Ini terbukti saat pemilu 2004 yang lalu, bagaimana kritik terhadap lembaga dewan sangat kuat. Dengan sistem anggaran kinerja saat ini mempercepat mendorong proses terjadinya kegiatan-kegiatan transparasi publik semacam ini. Memang tidak semua Raperda bisa diujipublikan, tapi setidaknya yang menyangkut khalayak luas dan krusial bisa diuji p u b l i k a n , termasuk uji publik Raperda t e n t a n g petani. Selama ini petani tidak pernah diajak bicara u n t u k membicarakan masalahmasalah petani, Titus Sriyono
Eko
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
22
Resep KHASIAT LIDAH BUAYA (aloe vera)
L
idah Buaya atau nama latinnya Aloe Vera banyak tumbuh di sekitar kita. Warna kulit tanaman berwarna hijau dengan ukuran panjang yang bisa mencapai 50 cm dengan ketebalan buah hingga 4 cm. Kebanyakan Lidah Buaya ditanam orang sebagai tanaman hias, namun ada pula masyarakat yang memang sengaja membudidayakan tanaman ini dalam hamparan yang luas. Selain sebagai obat, kosmetik dan tanaman hias, lidah buaya juga bisa dibuat makanan seperti dodol atau bahan campuran es. Tanaman ini mengandung zat yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit, antara lain: ¾ Saponin, yang memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptic sehingga efektif mengatasi luka terbuka. ¾ Antrakvinon dan Luinon yang memiliki efek menghilangkan rasa sakit (analgenik) dan mengatasi pusing. ¾ Mengandung Lignin/Selulosa yang berkemampuan menembus dan meresap ke dalam kulit, sehingga menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit sehingga kulit tetap kering dan terjaga kelembabannya. ¾ Mengandung aloin yang memiliki efek mengatasi demam (anti pirstik), pencahar (purgatif) dan menghambat kanker. ¾ Mengandung acetylated mennose yang merupakan imunostinulan yang kuat, untuk meningkatkan sistem kekebalan yang menstimulasi atau merangsang antibody. Kegunaan lain dari Lidah Buaya adalah: Obat Jerawat Batu dan Flek Hitam Caranya: - Lidah buaya dikupas kulitnya, lalu dihancurkan. Tambahkan bedak dingin. - Setelah diaduk, tempelkan adonan tadi ke wajah selama 1,5 jam. Kemudian usap dengan air hangat. Cleansing (Pembersih) Wajah Caranya: - Lidah buaya dikupas, dipotongpotong campur dengan lima lembar daun sirih. - Kedua bahan tadi direbus dengan air 2 Liter. Sisakan 1 Liter, lalu disaring dan dinginkan (simpan di kulkas). - Air hasil penyaringan digunakan untuk membersihkan wajah.
Lidah Buaya
Untuk Obat Batuk Caranya: - Campurkan lidah Buaya 100 gram, Kencur sebesar ibu jari dan gula merah/jawa secukupnya. - Rebus semua bahan dengan 2 gelas air. Sisakan satu gelas lalu diminum.
Mengatasi Penyakit Usus (Typus, dll) Caranya: - Campurkan lidah buaya, kunyit dan sambiloto. - Rebus semua dengan 2 gelas air, sisakan satu gelas. Minum setiap hari.
Mengatasi Rematik dan Sakit Jantung Caranya: - Lidah buaya dikupas, dipotongpotong ditambah kulit pisang masak secukupnya dan jahe. - Rebus semua dengan 2 gelas air. Sisakan hingga menjadi 1 gelas, setelah dingin lalu diminum.
Mengatasi Batu Ginjal Caranya: - Lidah buaya dan kulit semangka yang hijau di rebus dengan dua gelas air, sisakan satu gelas lalu diminum airnya setiap hari.
Mengobati Sakit Maag Caranya: - Lidah Buaya, kapulaga dan jahe di rebus dengan 2 gelas air, sisakan 1 gelas. Minum sebelum makan.
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005
Obat Ambeien (Wasir) Caranya: - Campurkan lidah buaya yang telah dikupas dengan norit dan gambir - Semua bahan digiling halus (jangan terlalu encer) dioleskan kedalam benjolan anus sebelum tidur. Diulang sampai 1 Minggu.
23
Resep Untuk Kesehatan Rahim dan Vagina Mengatasi terlambat bulan: - Lidah buaya dikupas, dipotongpotong lalu tambahkan madu/ gula kemudian dimakan. Awas! Wanita hamil dilarang mengkonsumsi resep ini. Keputihan: - Lidah buaya dan kulit delima direbus dengan air dua gelas, sisakan satu gelas lalu minum. Untuk Menghangatkan Badan Bila Udara Dingin Caranya: - Lidah buaya dikupas dipotongpotong ditambah bubuk jahe dan Kulit jeruk keprok/wangi. - Semua bahan tersebut diseduh dalam air panas lalu diminum. Mengatasi Kaki Pecah-pecah - Pisang masak dibiarkan layu 4 hari hingga kulitnya hitam, kupas lalu hancurkan. - Tambahkan lidah buaya yang diparut lalu oleskan pada kaki yang pecah-pecah sebelum tidur, diulang setiap hari. Kiriman: Ari Marimin Anggota Kelompok Muda Peduli Petani Sukoharjo (KOMPPOS)
Resep Mengatasi Sakit Kencing Manis dan Kencing Batu Kencing Manis Kencing manis terjadi karena air seni dan darah manusia mengandung glukosa yang berlebihan. Penyakit ini tidak menular, tetapi dapat diturunkan. Kencing manis lebih banyak dialami orang pada usia 40 tahun keatas. Tanda-tanda orang yang terkena kencing manis antara lain: - Berat badan turun drastis dalam waktu singkat dan sering merasa lelah. - Kaki merasa lemah, sering pegal dan linu seperti sakit rematik. Resep mengatasi kencing manis: 1. Bidara upas sebesar jari diparut, lalu diseduh dengan air panas 1 cangklir. Setelah dingin saring airnya lalu minum. Minum resep ini 2 kali sehari. 2. Biji buah duwet (jamblang) kering sebanyak 15 butir ditumbuk halus. Tambahkan daun meniran sebanyak 1 sendok teh, rebus dengan air 2 gelas selama 15 menit. Setelah dingin minum airnya. resep ini cukup diminum 1 kali sehari. 3. Daun tapak dara segar sebanyak 20-25 helai dicampur dengan biji petani cina sebanyak 1 sendok makan. Rebus semua bahan dengan air 1 gelas selama 10 menit. Minum resep ini 2 kali sehari 1 gelas. 4. Biji mahoni kering ditumbuk hingga halus. 1 sendok serbuk ini diseduh dengan air panas 1 cangkir, lalu minum. Lakukan 3 kali sehari. Kencing Batu Kencing batu disebabkan karena air seni mengandung butiran batubatu kecil. Jika batunya besar menyebkan rasa sakit ketika sedang buang air kecil. Tanda-tanda menderita kencing batu antara lain: - Rasa sakit ketika sedang mengeluarkan air seni. - Air seni yang keluar tidak lancar. - Penderita sering mengalami sakit pinggang dan bisa menjalar ke bagian lain. Penyakit ini sering diderita oleh kaum laki-laki dari pada kaum perempuan. Ada dua cara mengatasi sakit ini, yaitu melalui perawatan dan pengobatan secara tradisional. Perawatan: - Minum sebanyak mungkin, agar dapat kencing dengan lancar, terutama minum air soda atau susu murni. - Perbanyak makan buah-buahan dan sayur, terutama pepaya, ketimun dan labu air. Pengobatan: - 5 helai daun ngokilo kering, 20 helai daun kumis kucing dan 1 sendok daun meniran diseduh dengan air panas sebanyak 2 gelas. Resep ini dibuat pada malam hari dan minum keesokan harinya. - 10 helai daun kejibeling segar, 20 helai daun kumis kucing, tambahkan sedikit gula batu lalu rebus dengan air 1 gelas selama 10 menit. Saring airnya lalu diminum. Tidak dianjurkan menggunakan resep ini secara berlebihan, karena daun kejibeling dapat merusak ginjal. Diambil dari Buku: Pengobatan Cara Timur dan Barat, karangan Prof Dr Salim LMA
Kenikir
Buletin Petani ADVOKASI No. 18 Januari-Maret 2005