2
Dari Buletin Muncul Inspirasi Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Terimakasih saya sampaikan pada YDA atas kiriman buletin advokasinya, banyak manfaat yang bisa diam-bil dari buletin tersebut. Pengalaman dan informasi yang disajikan selalu jadi bahan diskusi dan aksi kegiatan kelompok tani di wilayah Kediri, Jawa Timur. Utamanya tentang pola kerja-sama yang dilakukan petani dengan perusahaan. Dari buletin ini pula muncul inspirasi kelompok tani perempuan di Desa Tiron untuk melakukan studi etnobotani (tanaman obat) terkait dengan artikel tentang tanaman obat di buletin ADVOKASI. Untuk hasilnya nanti akan kami bagi lewat buletin ini juga. Tunggu dan do’a kan semoga lancar. Bersama ini pula saya informasikan bahwa sekarang saya ada di lembaga baru yang intens mendampingi petani dan perempuan pedesaan bernama “KIBAR” (Kediri Bersama Rakyat) yang beralamat di Jl. Tosaren Barat no 53/95 Kediri 64133. Untuk itu kiriman buletin advokasi berikutnya bisa dikirim ke alamat tersebut. Demikian informasinya, atas perhatian dan kerjasamanya selama ini saya sampaikan banyak terima kasih. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Surat Tani dalam melaksanakan aktifitas sehari- Cukup sampai disini dulu, lain kali kita sambung kembali. Wasalam hari Amin ya Robbal Allamin. Aryanto Jalal Atas nama pengurus UPKD dan Jl. Raya Desa Talang Bunut Dsn I seluruh masyarakat DesaTalang No. 6. Kec. Lebong Utara Bunut, Kec. Lebong Utara, Kab. Kab. Lebong Bengkulu Lebong mengucapkan terima kasih yang tak tehingga yang mana (kawan-kawan di Divisi Aksi Advokasi telah kawan-kawan dari Yayasan Duta mengirimkannya. Semoga bermanfaat Awam (YDA) Solo telah membagi kawan-kawan di Bengkulu-red) fasilitasi kami guna menyampaikan perkembangan UPKD desa kami Bahasa Sederhana pada workshop tanggal 14 Maret 2005 di Bengkulu. Menindak lanjuti Kami atas nama anggota pertemuan kita di Bengkulu kami Kelompok Tani Marsudi Tani Desa mendapat satu temuan lagi yaitu Bade Kec. Klego, Kab. Boyolali penandatanganan atas nama Kades mengucapkan banyak terima kasih Desa Talang Bunut pada tanggal dan atas kiriman Buletin Petani hari yang sama namun atas nama Advokasi secara rutin. yang berbeda yaitu pada surat Apabila dapat diterima dan pernyataan ditandatangani oleh direalisasikan kami usulkan agar Darul Maukuf Sag. Dan pada SPPK bahasa yang disajikan adalah ditandatangani oleh mantan kades bahasa Indonesia yang sederhana. terindikasi terjadi penyalahgunaan Apabila terpaksa digunakan bahasa wewenang, persekongkolan guna asing mohon diberi penjelasan. kepentingan kelompok. Mengingat anggota kami para Saya mohon kepada kawan- petani yang berpendidikan rendah. kawan yang ada di Divisi Aksi Terima kasih. Advokasi YDA Solo untuk mengirimkan kaset VCD dan foto ketika Samtani workshop di Bengkulu tanggal 14 Kelompok Tani Marsudi Tani Maret 2005 Mengingat teman-teman Desa Bade, Kec. Klego, Kab. pengurus UPKD dan nasabah serta Boyolali Jawa Tengah masyarakat Desa Talang Bunut juga (usul yang sangat bagus. Kami akan mencoba ingin tahu hasil workshop. untuk memakai bahasa yang sederhana-red)
Jatuh Hati & Ingin Memiliki
Anis Iva P KIBAR-KEDIRI Jl. Tosaren Barat no 53/95 Kediri 64133
(OK, kami tunggu hasil studinya-red)
Temuan dalam Perkembangan UPKD Salam petani pemonitor, Teriring doa semoga Tuhan YME selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
Surat Aisyah Sartini, Suren Jatimulyo Jatipuro Karanganyar 57784
Buletin Petani Advokasi diterbitkan oleh Yayasan Duta Awam (YDA), sebagai media komunikasi dan advokasi menuju petani Indonesia mandiri. Redaksi Buletin Petani Advokasi menerima tulisan, gambar/foto dengan misi pemberdayaan petani dari berbagai pihak, khususnya dari kalangan petani sendiri.
3
Salam Advokasi PILKADAL
Penanggung Jawab: M Riza Redaktur Pelaksana: Gideon Sumiyarsa, Kurniawan Eko Y Redaktur: Mediansyah, Sucipto, Sumengkar Wahyuningrum, M Yunus, M Riza, Anwar Hadi, M Zainuri Hasyim, A Bayu C.
P
Suatu kenyataan elaksanaan yang menyedihPemilihan kan, bahwa Pilkada Kepala DaPenulis edisi ini: masih menjadi erah (Pilkada) secaMediansyah, Gideon, M Yunus, peristiwa milik segera langsung tidak Syaiku Lukman (petani), lintir kaum elit. akan lepas dari Komarun (petani), Samtani (petani), Dimulai dari tahap perhitungan dagang Kusmedi (petani), Bayu, Eko Y, pencalonan yang Eko Bade (petani), Agus Wahyono atau untung rugi tidak menggali dan dari setiap peserta Administrasi: Puitri Hatiningsih aspirasi politik Pilkada. Baik secara Pengiriman: Agus Wahyono rakyat. Pilkada lokal maupun nasioAlamat: langsung ini, masih nal, jika seseorang Jl Adi Sucipto No 184-I Solo 57145 saja menempatkan memiliki kekuasaan Telp: (0271) 710816 politik (eksekutif maupun rakyat sebagai obyek (yaitu Fax: (0271) 729176 legislatif) biasanya sudah harus pemilih yang disodori poin-poin e-mail: dutaawam@dutaawam.org mengeluarkan uang dalam pilihan). ISSN (International Standart Serial Pilkada ini samasekali tidak jumlah besar. Number): 1829-6939 Maka logika dagang akan memberi kesempatan pada rak-yat berlaku pada setiap peserta untuk mengajukan calon alternatif Pilkada, baik tingkat gubernur (calon independen), sehingga Isi Spesial Nomor Ini: maupun bupati/walikota. Lantas hanya memberi kesempatan kepaHal 4 - Petani dan Pilkada Langsung pemenang harus pula mengha- da elit politik untuk “berdagang” Hal 8 - Mencermati P2KP silkan sejumlah uang sebagai dengan rakyat sebagai pihak Hal 10 - Membaca Peluang Pasar keuntungan. Tentu, hal ini adalah ketiga yang cenderung dirugikan. Hal 14 - Cerpen: Menunggu Pilihan Bahkan ketika terjadi konsebuah pengkhianatan kepada Hal 19 - Hama Kacang, Padi, Cabe flik dalam proses Pilkada, publik yang seharusnya difaHal 22 - Kumpulan Resep Kesehatan banyak bukti menunjukkan silitasi pemimpinnya. Berdasarkan perhitungan oleh bahwa konflik yang terjadi pengamat ekonomi dari Univer- adalah benturan kepentingan sitas Gadjah Mada, DR Revrison kaum elit semata, yang jauh dari Baswir MBA, untuk menjadi wawasan kebangsaan, namun peserta Pilkada (bupati/walikota) konflik itu memanfaatkan massa di Jawa Tengah, peserta harus rakyat! Lantas, dimanakah “perumengeluarkan dana minimal Rp yang digembar6 miliar. Biasanya dana tersebut bahan” berasal dari sponsor/donatur gemborkan dalam Pilkadal yang harus dikembalikan saat (Pemilihan Kepala Daerah yang bersangkutan terpilih Langsung) ini? Apakah cuma untuk mengadali rakyat? menjadi bupati/walikota. Disebutkan, cara pemenang Pilkada dalam mengembalikan dana sponsor, nantinya donatur diberi proyek, sehingga yang terjadi adalah perdagangan di Sampul Depan: “Memedi Sawah” oleh sektor publik. Bengkel Qomik dengan olah Komputer oleh Agus & K Eko Y. Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005 Sampul Belakang: “Akses Informasi” oleh K Eko Y & Mediansyah (teks).
4
Laporan Petani dan Pilkada Langsung
B
elum genap satu tahun bangsa Indonesia melaksanakan pesta demokrasi yaitu pemilihan presiden dan wakil presiden putaran kedua yang dimenangkan oleh pasangan Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Wakil Presiden Yusuf Kalla, yang telah berhasil menyisihkan pasangan Mega-Hasyim. Dari pemilu beberapa putaran, sejak pemilu legislatif hingga pemilu presiden putaran yang kedua telah menelan biaya trilyunan rupiah. Belum lagi dana yang diselewengkan oleh KPU seperti yang ramai di-beritakan akhir-akhir ini. Kalau sekiranya dana tersebut buat subsidi BBM, tentu BBM tidak akan naik seperti sekarang ini. Seiring dengan perubahan reformasi dan perubahan peraturan, akhirnya jabatan bupati dan wakil bupati pun harus diperebutkan dengan pilihan langsung. Dalam pilihan langsung ini rakyat memilih pasangan bupati dan wakil bupati pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan dilakukan oleh tiap-tiap kabupaten. Kabupaten Boyolali akan dilaksa-nakan pada tanggal 26 Juni 2005 dan juga oleh beberapa kabupaten lainnya. Dana untuk pelaksanaan Pilkada ini sekitar 911 milyar rupiah dari dana dari APBD.
finansial atau kalah dalam menyuap angggota DPRD tentu akan menjadi yang terkalahkan. Sebaliknya, calon bupati yang memiliki lobi yang kuat dan pengaruh finansial yang kuat, dia akan pasti menduduki “kursi panas� ke kabupaten. Pada periode tahun 2005-2010 ada sedikit perubahan. DPRD II tidak lagi memilih bupati, tetapi cuma sebagai kendaraan lewat partainya. Sudah barang tentu partai sebagai kendaraan untuk mencalonkan bupati juga butuh bahan bakar. Sehingga calon bupati dan wakil bupati tersebut harus buka dompet dulu kepada kendaraan yang akan ditunggangi-nya. Walaupun yang
Mengapa harus langsung? Sudah menjadi rahasia umum, dalam Pilkada pada tahun 2000, bupati dan wakil bupati dipilih oleh anggota DPRD II. Anggota DPRD II sangat riskan menerima suap dari calon bupati dan wakil bupati. Dan memang yang terjadi ketika calon bupati yang kurang dalam Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
menentukan jadi dan tidaknya nanti adalah rakyat. Kalau dulu dalam Pilkada yang dilaksanakan oleh DPRD, biaya tidak terlalu besar yang dianggarkan dalam APBD, namun sekarang dengan sistem pilihan langsung oleh rakyat, biaya melambung sampai 500%. Sudah Siapkah Petani? Sebenarnya masyarakat dan juga petani sebagai orang cilik, belum paham kepala daerah seperti apa yang ideal. Apa yang mengumbar janji, mau membangun masyarakat pinggiran dan pedesaan, menyediakan sarana pendidikan, transportasi, komunikasi. Bisa
Bengkel Qomik
5
Laporan
bupati itu milik orang kota saja. Seolah-olah kemudian orang desa (petani) itu tidak punya bupati.
Kapankah kempanye cerdas dan mencerdaskan menjadi budaya demokrasi kita? Eko
dikatakan itu semua janji gombal. Lantas, apa yang mengadakan pendekatan dengan menyebar aspal dan uang semen. Nah, rupanya masyarakat kita banyak yang cenderung kepada pendekatan semacam ini. “Kalau ada barang atau uang saya akan milih yang ngasih itu�, demikian kecenderungan masyarakat. Sehingga sudah tidak ada lagi karakteristik kepala daerah yang jujur, amanah, benar, bersih. Kalau dulu dewan yang disuap namun sekarang kesempatan masyarakat untuk disuap. Calon bupati mendidik rakyatnya untuk disuap. Dalam Pilkada langsung ini diharapkan bisa mendapatkan pemimpin yang bersih namun justru sebaliknya pemimpin yang jujur, bersih, amanah, benar harus dengan legawa menerima kenyataan dirinya bahwa dirinya kalah dengan uang semen dan aspal. Harapan orang cilik seperti saya sebagai seorang petani gurem, pilkada nanti bisa dilaksanakan dengan jurdil. Dalam hal ini Panwas (Panitia Pengawas) juga harus bertindak terhadap kontestan balon bupati yang terlibat dalam kasus penyuapan terhadap masyarakat,
baik berupa uang semen maupun aspal. Ketika dalam proses pemilihan nanti berjalan dengan bersih diharapkan juga hasilnya akan muncul bupati yang bersih. Ibarat tukang bengkel yang bekerja ingin memperbaiki kendaraan yang senantiasa bersimbah dengan oli dan gemuk. Untuk mendapatkan hasil yang baik tidak berpikir panjang untuk membersihkan tangannya yang terkena oli. Dia akan menyekatkan pada pakaian yang dikenakannya. Karena memang pakaiannya sudah mirip seperti serbet. Dari kisah tukang bengkel ini bisa kita ambil pelajaran bahwa jika para calon bupati dalam menuju kursi panas ke kabupaten ini penuh dengan jalan yang kotor, tentu ketika bupati nanti berhasil dia akan menghalalkan segala cara untuk kepentingan dirinya sendiri. Bupati sebagai penguasa seharus-nya punya prinsip bahwa penguasa itu bukan untuk menguasai namun penguasa adalah mengatur. Pengua-sa adalah untuk menyalurkan apa yang menjadi hak rakyat. Jangan hanya untuk menumpuk harta dan hanya mementingkan pembangunan di daerah asal, sehingga terkesan
Saatnya Memikirkan Petani Hampir 75% rakyat Boyolali adalah petani. Petani adalah sebagai penunjang kehidupan orang banyak. Termasuk bupati sendiri setiap hari mengkonsumsi hasil pertanian, sejak nasi, sayur, daging, susu, semua itu dihasilkan oleh petani. Namun, toh sampai saat ini kurang ada perhatian terhadap nasib petani baik petani susu, petani padi, lebihlebih terhadap para petani tembakau di lereng Gunung Merapi-Merbabu. Nasib oh nasib. Seringkali pemerintah mengadakan program yang tidak tepat. Seperti ketika pemerintah mengadakan operasi pasar beras kepada petani penghasil beras. Sehingga meng-akibatkan harga beras produksi petani menjadi anjlok. Seharusnya juga diadakan operasi pasar pupuk, agar petani bisa mendapatkan subsidi pupuk dari pemerintah bukan para pedagang yang justru pada saat ini disubsidi oleh pemerintah. Meskipun, sistem dari Dinas Pertanian mengadakan operasi pasar pupuk namun hal ini seringkali justru terlambat. (Lha untuk apa ketika padinya sudah mulai bunting). Untuk itu harapan pada bupati agar menginstruksikan kepada jajaran dinas pertanian untuk membuka mata kalau daerah Boyolali utara khu-susnya adalah lahan tadah hujan. Kalau memang mau mengadakan operasi pupuk betul-betul tepat saat petani membutuhkan. Inilah sekedar uneg-uneg dari petani cilik yang mengharapkan pemimpin yang bisa diteladani (dicontoh), yang dapat dipercaya. Seperti prinsip yang diajarkan Ki Hajar Dewantara, Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Syaiku Lukman Petani dari Desa Bade, Kec. Klego, Kab. Boyolali, Jateng
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
6
Laporan Pilkada Menjerat dengan Kepentingan Sesaat
M
bah Suto seorang nenek berusia 70-an berjalan tertatih-tatih sambil menjinjing plastik kresek berisi gula, teh dan bumbu dapur. Tangan kanannya membopong satu kardus mie instant. Dengan dandanan yang jauh lebih rapi dari hari-hari biasanya, wajah Mbah Suto begitu berseri-seri. Dari belanja di pasarkah? Tidak. Sejenak kemudian Mbah SutoMbah Suto yang lain, bermunculan dari jalan kampung di desa itu. Ternyata mereka baru saja pulang dari kegiatan bakti sosial yang diselengarakan di kampung itu, khusus untuk kaum lansia. Konon acara tersebut diselenggarakan sebagai ujud kepedulian salah satu pasangan calon kepala daerah terhadap kaum lansia. Di beberapa bulan terakhir ini, khususnya di wilayah Eks Karesidenan Surakarta, pemandangan seperti di atas hampir bisa ditemui di berbagai sudut kampung. Bahkan tidak hanya bakti sosial yang ujudnya bagi-bagi sembako, tapi juga berujud pemberian pelayanan kesehatan gratis bagi keluarga miskin, wisata gratis juga bagi keluarga tidak mampu, pentas budaya sampai sepeda santai bagi para remaja. Bahkan di desa-desa yang dulunya jarang ada pertemuan, volume pertemuannya bertambah. Mulai dari sekedar pertemuan biasa, sampai ada yang dikemas dalam bentuk pengajian dan diskusi kebijakan. Kesemarakan suasana desa bertambah dengan munculnya berbagai atribut, seperti spanduk, poster dan stiker-stiker. Isi berbagai atribut pun bermacam-macam. Ada yang sekedar memuat gambar pasangan calon, ada yang hanya memuat
kalimat berupa dukungan, ada juga yang memuat kedua-duanya. Baik berupa nada dukungan maupun sekedar memperkenalkan pasangan. Meskipun diduga kuat semuanya berasal dari pasangan calon. Namun ada juga atribut yang isinya pesan moral pada masyarakat. Yang jelas baik dari atribut yang dipasang di jalanan, di sudut-sudut kampung maupun kegiatan-kegiatan yang diadakan untuk masyarakat, nampaknya mempunyai satu misi, yakni mendapatkan simpati atau dukungan dari masyarakat. Maklum di beberapa daerah di wilayah Eks Karesidenan Surakarta, pada bulan Juni 2005 nanti akan menggelar Pilkada Langsung (Pemilihan Kepada Daerah Langsung) atau dibeberapa tempat diistilahkan dengan PILKADAL (Pemilihan Kepala Daerah Langsung).
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
Saat inilah rakyat mendapatkan perhatian yang luar biasa dari banyak pihak, utamanya pasangan calon maupun tim suksesnya. Daerah yang dulunya hampir tidak pernah mendapatkan kunjungan dari orang luar, sekarang ini menjadi tempat kunjungan bagi hampir semua pasangan calon. Mulai dari yang sekedar berjabat tangan sambil menyapa penuh ekspresi empati, sampai melakukan dialogdialog penuh janji. Sambutan Masyarakat Seperti yang diekspresikan oleh Mbah Suto, mereka rata-rata menyambut antusias semua kegiatan yang diadakan oleh pasangan calon atau tim sukses. Terutama kegiatan-kegiatan yang berupa bagi-bagi sembako atau pemberian pelayanan kesehatan gratis. Menurut penuturan Mbah
7
Laporan Suto, saat ditanya soal kegiatankegiatan tersebut mengatakan bahwa bagi masyarakat miskin seperi dia kegiatan tersebut sangat membantu. “Yah, lumayanlah Mas, belum tentu kegiatan ini terselenggara di tahun-tahun depan. Paling nanti kalau sudah kepilih ya belum tentu mengadakan lagi kegiatan seperti ini”. Saat ditanya, siapa nantinya yang akan dipilih, dengan gaya diplomasi Mbah Suto menyatakan, “Kirangan, Mas, mangke (Entahlah, Mas, nanti)”. Dari penelusuran ke berbagai wilayah yang akan menyelenggarakan Pilkadal, apa yang disampaikan Mbah Suto merupakan gejala dan pandangan yang hampir merupakan pandangan atau pemikiran banyak warga masyarakat. Lihat saja yang terjadi di sebuah kampung di Solo. Warga disana menyambut Pilkada dan perhatian pasangan calon dengan berupaya mengajukan proposal bantuan, untuk pengembangan kelompok orkes yang akan dirintis di sana. Proposal itu nantinya akan ditujukan ke semua pasangan calon. Berdasarkan penuturan salah satu warga (Agus, sebut saja begitu), konon upaya ini dilaksanakan mumpung ada peluang. “Besok kalau nggak ada pilkada semacam ini, belum tentu kita bisa dapatkan bantuan”, tambahnya. Jadi ada semacam “gayung bersambut”. Masyarakat membutuhkan sesuatu yang konkrit dan pasangan calon yang ingin membangun empati masyarakat. Menurut Agus Djawari, salah seorang pakar sosial di Kabupaten Karanganyar, fenomena tersebut sebenarnya merupakan ujud dari protes masyarakat terhadap perilaku pejabat di negara kita. “Melalui berbagai respon tersebut, sebenarnya masyarakat ingin mengirimkan pesan pada para calon penguasa dan pejabat negara, bahwa masyarakat membutuhkan bukti. Bukan sekedar janji . Disamping itu masyarakat juga sedang mengirimkan pesan, bahwa kebanyakan para calon ketika dipilih oleh rakyat
bumerang bagi masyarakat, ketika yang terpilih nantinya hanya orang yang bermodal besar, dan belum tentu sungguh-sungguh mewujudkan harapan masyarakat? “Kalau orang tua-orang tua di tempat saya, siapa yang memberi uang banyak ya itu yang dipilih. Habis bagaimana lagi. Itu kan yang konkrit dirasakan masyarakat. Toh kalau sudah jadi mereka lupa dengan masyarakat lagi”, kata Agus salah satu warga Jongke Kecamatan Jangka Panjang? Bukankah sebenarnya dalam Laweyan Solo, menanggapi fenojangka panjang yang lebih penting mena di atas, seolah pasrah dengan adalah mengetahui visi dan misi apa yang akan tejadi ke depan. serta kelayakan program-program Nampaknya demokratisasi dalam masing-masing pasangan calon? pemilihan kepala daerah di negara kita masih banyak mendapatkan hambatan. Hambatan pertama datang dari pasangan calon dan tim sukses, yang le-bih memilih membuat kegiatankegiatan yang bersifat membangun Perang spanduk-Sudut-sudut keramaian menjadi sasaran empati dari pemasangan spanduk kampanye dari pasangan calon kepala “kebutuhan daerah. s e s a a t masyarakat”, Dengan demikian bisa diketahui bukan membangun daya kritis dan seberapa besar keberpihakan logika pikir yang sehat di masing-masing pasangan calon masyarakat, minimal pula upaya menggali keinginan politik warga. terhadap masyarakat? Hambatan yang kedua, kalau kita “Wah semuanya mengatakan paling berpihak, kalau pada saat tidak berhati-hati, justru datang dari kampanye begini. Semua mempu- diri kita sendiri sebagai pemilih, jika nyai program-program yang jelas. kita mendasarkan pilihan pada Buktinya banyak pasangan yang keuntungan sesaat yang kita ketika sudah terpilih, tidak merea- peroleh dari masing-masing lisasikan apa yang dulu dijanjikan “, pasangan calon. Semoga saja apa yang dilakukan kata Sariman salah satu warga Desa Sanggung, Kecamatan Gatak, masyarakat sebagaimana diungkapKabupaten Sukoharjo, menanggapi kan diatas, diimbangi dengan daya lontaran di atas saat menghadiri kritis dalam memilih. Atau justru pengajian yang diisi oleh salah satu hal-hal diataslah yang sebenarnya merupakan ujud dari daya pikir kritis pasangan calon. Lantas apakah tidak jadi masyarakat? (M. Yunus) dan kemudian menjabat seringkali melupakan program-program yang dulu dijanjikan pada saat kampanye”. Agus Djawari menjelaskan, “Makanya mereka mengambil jalan pintas, dengan mencoba mengail keuntungan sesaat, dengan pertimbangan belum tentu lain kali mendapatkan kesempatan yang sama”, kata dia.
Eko
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
8
Monitoring dan Advokasi Mencermati dan Mengamati
Pelaksanaan P2KP
D
i negara kita ini, pemerintah dalam upaya menanggulangi kemiskinan, berbagai cara telah ditempuh. Misalnya, diadakannya Raskin (beras untuk orang miskin) dan sembako dengan operasi pasar. Dan satu lagi, yaitu dengan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan). Program ini sosialisasinya di tingkat kabupaten kami (Boyolali), dimulai tahun 2003. Sosialisasi dilakukan terhadap kepala desa sekabupaten. Proyek ini sasarannya adalah masyarakat miskin. Sosialisasi proyek kepada masyarakat dilakukan sampai beberapa kali. Sosialisasi tersebut untuk mengetahui sejauh mana kesiapan masyarakat menerima proyek tersebut. Kami diberitahu, proyek ini akan bernilai Rp. 250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah) untuk Desa Bade, Kecamatan Klego. Dana berasal dari pinjaman Bank Dunia, APBN dan APBD sebagai dana pendamping. Dikatakan, dana yang akan dicairkan terbagi dalam 3 tahap untuk 3 tahun. Tahun pertama akan turun Rp. 125.000.000, tahun kedua cair Rp. 75.000.000 dan tahun ketiga sebesar Rp. 50.000.000. Apabila pada tahap I ada penyimpangan dana, maka tahap kedua dana tidak cair lagi. Nah, sekarang yang menjadi tanda tanya, adalah adanya sesuatu yang membingungkan. Ceritanya begini, di desa kami, wilayah Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali, ada tim yang terdiri dari 6 orang, disebut fasilitator. Pada bulan Januari 2005, tepatnya di balai desa, kami diberi penjelasan-penjelasan dari tim tersebut masalah proyek. Katanya proyek ini benar-benar harus
menyasar kepada masyarakat miskin dan di masyarakat desa/ kelurahan yang menjadi sasaran P2KP dibutuhkan tim relawan untuk tiap-tiap RT. Katanya, tim relawan tersebut harus benar-benar ikhlas berjuang tanpa pamrih. Artinya, untuk pelaksanaan proyek, relawan tidak diberi imbalan sepeserpun. Pada waktu sosialisasi di tempat kami, ada pertanyaan dari peserta rapat, apakah fasilitator juga bekerja sebagai relawan artinya tidak diberi imbalan sepeserpun? Begini jawabannya: “Saya rasa di dunia ini manusia tidak ada yang suci, artinya tanpa pamrih kecuali malaikat�. Pertanyaan dengan jawaban tersebut membuat peserta rapat sangat kecewa. Apalagi setelah dengar kabar angin bahwa fasilitator yang bertugas di wilayah kami gaji perbulannya sampai 3 jutaan. Mereka menggembar-gemborkan relawan, kemudian pasang spanduk tiap-tiap desa supaya membentuk tim relawan tanpa diberi imbalan apapun. Disisi lain, pihak “manajemen proyek� tidak terbuka tentang dana-dana yang ada. Fasilitator juga menegaskan perangkat desa untuk mensosialisasikan kepada masyarakat, sementara ketika diminta hadir pada pertemuan di tiap RT fasilitator tersebut tidak mau. Alasannya personilnya tidak mencukupi (6 orang untuk 1 kecamatan) Proyek yang dilaksanakan tidak selalu berdampak baik. Ada juga dampak-dampak tidak baik yang dirasakan oleh masyarakat. Dampak tidak baik tersebut, antara lain: Kecemburuan sosial, dengan adanya bantuan-bantuan dari pemerintah, masyarakat yang menerima dan yang tidak menerima selalu terjadi iri. Terus dikaitkan
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
dengan kegiatan gotong royong masyarakat. Kalau begitu kerja bakti biar yang menerima bantuan saja. Contohnya pada beras OP/Raskin. Masyarakat jadi ketergantungan (njagaake), dan kurang mandiri, padahal semua bantuan yang dikucurkan kepada masyarakat tersebut asalnya juga pinjaman dari Bank Dunia. Konon kabarnya utang Indonesia ini, anak/bayi yang baru lahir aja sudah kebagian utang. Jadi kesimpulannya Indonesia ini negara adil makmur tapi belum bisa semua masyarakat merasakan makmur dalam keadilan. Jadi meski pemerintah sudah berganti-ganti presiden era orde baru, era reformasi, kalau kita amati yang namanya korupsi sepertinyanya oleh orang tertentu sudah dianggap budaya. Kalau di era orde baru korupsi dilakukan secara tersembunyi tapi di era reformasi korupsi justru dilakukan secara terangterangan. Apalagi yang namanya suap, misalnya kita mau melamar jadi ABRI/PNS, itu sudah biasa. Masyarakat kecil seperti kami, biasanya cuma berdoa mudahmudah-an pemberantasan korupsi secara tuntas seperti yang diprogramkan pemerintah benarbenar terealisasi, tidak hanya kegiatan sesaat saja. Sebenarnya setelah masyarakat tahu asal usul dana tersebut utang luar negeri, masyarakat berpendapat daripada diberi bantuan asalnya dari utang lebih baik tidak diberi bantuan. Ketika nantinya menumpuk utang akhirnya masyarakat juga yang akan terbebani. Kusmedi Petani dari Desa Bade, Kecamatan Klego, Kab. Boyolali, Jawa Tengah
9
Monitoring dan Advokasi Apa dan bagaimana P2KP dilaksanakan? Berdasarkan informasi yang ADVOKASI sadur dari Pedoman Umum P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) dan website www.p2kp.org dibawah ini, MARI kita pelajari kemudian kita gunakan sebagai dasar dalam berpartisipasi ataupun melakukan PENGAWASAN pelaksanaan P2KP di tempat kita masing-masing. Dibawah ini ada beberapa “pertanyaan kunci� yang dapat dikembangkan untuk memonitor atau berpartisipasi aktif dalam P2KP.
“Ingat P2KP dibiayai dari utang luar negeri yang harus dibayar oleh kita atau anak cucu kita !!� Visi dan Misi P2KP Visi Terwujudnya masyarakat madani, yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam lingkungan permukiman sehat, produktif dan lestari. Misi Membangun masyarakat mandiri yang mampu menjalin kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan secara efektif dan mampu mewujudkan terciptanya lingkungan permukiman yang tertata, sehat, produktif dan berkelanjutan. (Visi dan missi ini harus kita
c) Mengedepankan peran Pemerintah kota/kabupaten agar mereka makin mampu memenuhi kebutuhan masyarakat miskin, baik melalui pengokohan Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) di wilayahnya, maupun kemitraan dengan masyarakat serta kelompok peduli setempat.(Apakah P2KP mengubah pemerintah Anda sehingga menjadi lebih melayani?)
Langkah-langkah Kegiatannya
Langkah-langkah kegiatan atau proses yang dilaksanakan P2KP mencakup : jadikan alat uji untuk menilai setiap proses/ 1. Sosialisasi awal, melalui serangkaian tahapan P2KP di daerah kita!) diseminasi, lokakarya, dan membangun Tujuan kesadaran (kepedulian) dari semua a) Terbangunnya lembaga masyarakat pelaku kunci. (Siapa saja yang dilibatkan berbasis nilai-nilai universal dalam pengambilan keputusan dan kemanusiaan, prinsip-prinsip kema- perencanaan?) syarakatan dan berorientasi pem- 2. Serangkaian Rembuk Kesiapan bangunan berkelanjutan, yang aspiratif, Masyarakat, dan Refleksi Kemiskinan, representatif, mengakar, mampu untuk membangun kesadaran kritis dan memberikan pelayanan kepada ma- tanggung jawab sosial, serta menumsyarakat miskin, mampu memperkuat buh kembangkan kembali nilai nilai aspirasi/suara masyarakat miskin dalam kemanusiaan dan prinsip prinsip tata proses pengambilan keputusan lokal, pengaturan / kepemerintahan yang baik. dan mampu menjadi wadah sinergi (Siapa saja yang dilibatkan dalam pengambilan masyarakat dalam penyelesaian keputusan?) permasalahan yang ada di wilayahnya. 3. Kegiatan Pemetaan Swadaya, untuk (Apakah P2KP di tempat kita diputuskan secara bersama dengan melibatkan aspirasi rakyat miskin?)
b) Meningkatnya akses bagi masyarakat miskin perkotaan ke pelayanan sosial, prasarana dan sarana serta pendanaan (modal), termasuk membangun kerjasama dan kemitraan sinergi ke berbagai pihak terkait, dengan menciptakan keper-cayaan pihak-pihak terkait tersebut terhadap lembaga masyarakat (BKM). (Apakah P2KP telah dan akan menguatkan organisasi masyarakat?)
mengenal, memahami, dan menggali persoalan kemiskinan yang ada di sekitar lingkungan wilayahnya. (Siapa saja yang dilibatkan dalam penggalian data dan pengambilan keputusan?)
4. Membangun organisasi dan kelembagaan masyarakat (BKM) dengan pembelajaran warga mengenai kepemimpinan yang berbasis nilai, aspiratif, dan akuntabel. (Siapa saja yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan? Kepada siapa dan bagai-mana pertanggungjawaban dilakukan?)
5. Perencanaan Partisipatif melalui sejumlah rembuk warga, dan penyusunan PJM Pronangkis di tingkat kelurahan. (Siapa saja yang dilibatkan dan bagaimana cara pengambilan keputusan?)
6. Pembelajaran aspek Tri-Daya (Sosial Ekonomi Lingkungan), melalui pemanfaatan dana BLM, merencanakan, dan mengelola keberlanjutannya melalui Unit pengelola keuangan (UPK). Pemanfaatan dana BLM ini dapat berupa santunan sosial, pinjaman bergulir usaha mikro, dan pembangunan / perbaikan untuk prasarana lingkungan permukiman. (Apakah ada pelatihan yang cukup bagi pengurus UPK dan bagaimana cara pengambilan keputusan di situ? Cairnya dana apakah tepat waktu dan sasaran?)
7. Membangun transparansi, akuntabilitas publik lembaga masyarakat (BKM/UPK) dan mengembangkan kontrol sosial di masyarakat. (Bagaimana dan kepada Siapa pertanggungjawaban dilakukan? kepada masya-rakatkah?)
8. Mengembangkan kemitraan antara masyarakat (BKM) dan instansi (dinas) pemerintah daerah untuk merencanakan dan mengelola kegiatan pembangunan secara bersama. (Seperti apakah kemitraan dan kesetaraan yang dimaksudkan?)
9. Membangun jaringan, kerjasama, dukungan sumberdaya untuk penyaluran kebutuhan program di masyarakat. (Siapa saja stakeholder yang terlibat, apa bentuk keterlibatannya?)
10. Memberikan insentif program bagi BKM-BKM yang mampu mandiri untuk melaksanakan (swakelola) pembangunan lingkungan terutama yang menyangkut efektifitas dan efisiensi penyeleng-garaan pelayanan publik di tingkat kelu-rahan. ( Bagaimana proses pengambilan keputusan pelaksanaannya?) [Bayu]
dan
proses
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
10
Pengalaman Aksi Juniarto dan Supriyatun:
Bangkit dari Keterpurukan dengan Membaca Peluang Pasar
T
idak semua halangan dan kesulitan menjadikan seseorang putus asa. Ketika seseorang mau berusaha pasti akan ada jalan. Itulah yang nampaknya dilakukan oleh Juniarto (42) dan Supriyatun (40). Pasangan suami istri warga Desa Bade, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Desa Bade yang terletak di Boyolali utara merupakan daerah perbukitan yang hanya mengandalkan sawah tadah hujan. Ironisnya di situ terdapat Waduk Bade yang menjadi sumber irigasi teknis untuk beberapa desa di sekitar Kecamatan Klego, namun justru banyak sawah penduduk Desa Bade yang tidak terairi karena lokasinya yang lebih tinggi. Penduduk seringkali merasa bahwa perhatian terhadap pembangunan daerah ini masih kurang dari pemerintah. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 berdampak pada rakyat Indonesia secara umum, tentunya berpengaruh juga pada mereka. Namun mereka melihat hal itu bukan sebagai penghalang. Kesulitan ekonomi yang mereka alami tidak membuat mereka putus asa. Mereka justru berpikir bagaimana memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan cara yang lain. Jika hanya mengandalkan dari hasil pertanian, maka secara ekonomi mereka akan mengalami kesulitan. Sementara kedua anaknya masih bersekolah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Juniarto, yang biasa dipanggil Juni, adalah petani kecil dengan luas
Gideon
Juniarto lahan sawah hanya 2500 m2 dan tegalan 1500 m2. Lahan tersebut ditanami padi dan palawija. Sedangkan untuk tegalnya ditanami tanaman tahunan. Selain itu mereka juga memelihara ternak. Hasil yang didapatkan dari budidaya pertaniannya terasa belum mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meski istrinya juga turut membantu ekonomi keluarga dengan bekerja sebagai buruh tani. Untuk itu, mereka memutuskan untuk berusaha dalam bidang lain tanpa meninggalkan usaha pertanian mereka. Mereka kemudian berusaha berdagang. Mulai dari berdagang sayur, kelapa dan beberapa hasil pertanian. Sampai kemudian pada tahun 1998 muncul ide untuk berdagang lontong dan sate. Melihat bahwa di pasar-pasar sekitar Kecamatan Klego belum ada orang
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
yang berjualan lontong dan sate. Pertimbangannya adalah bahwa usaha ini memberikan nilai tambah pada hasil pertanian mereka yaitu beras, kacang tanah untuk bumbunya dan juga beberapa sayur, selain itu bahan lainnya juga mudah didapat. Usaha ini bisa dibilang tidak terlalu membutuhkan tenaga banyak sehingga bisa dikerjakan oleh keluarga mereka saja. Tidak mudah ternyata untuk memulai usaha baru ini. Awalnya mereka hanya mampu berjualan di pasar desa saja. Itupun hanya menghabiskan sedikit dan tentunya dengan hasil yang sedikit juga. Bisa dikatakan mereka masih merabaraba dan mencari-cari konsumen. Bahkan dalam sehari mereka hanya mampu menghabiskan 2 -2,5 kg beras untuk bahan lontong. Meski demikian mereka tidak berputus asa. Mereka kemudian mencoba untuk memperluas jangkauannya ke pasar-pasar di sekitar Kecamatan Klego. Selain di Pasar Desa Bade sendiri, juga di beberapa pasar tetangga desa. Sekarang mereka berjualan di 5 pasar desa di sekitar Kecamatan Klego. Ini berdasarkan pada “hari pasaran� di masing-masing pasar. Saat ini, dalam satu hari bisa menghabiskan 10 kg beras dan 3 kg daging ayam. Selain berjualan di pasar, mereka juga melayani pesanan. Biasanya orang pesan tersebut untuk acara arisan, pengajian dan beberapa pertemuan. Untuk permodalan pada awalnya hanya mengandalkan modal sendiri
11
Pengalaman Aksi tapi mulai tahun 2003 mendapat pinjaman modal dari P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Kecil). Diakui bahwa pinjaman ini cukup membantu dalam rangka mengembangkan usahanya. Pinjaman tersebut diberikan kepada kelompok dengan sistem tanggung renteng. Artinya, jika ada satu anggota yang tidak membayar cicilan akan ditanggung oleh seluruh anggota kelompok. Dengan sistem ini setiap anggota kelompok terpicu untuk saling membantu supaya tidak menunggak cicilan. Dalam proyek ini juga diadakan temu usaha untuk tingkat kabupaten. Di situ beberapa perwakilan kelompok bertemu dan saling berbagi pengalaman mereka dalam berusaha. Dalam pertemuan semacam inilah Juni banyak belajar dari orang lain dalam mengembangkan usahanya. Juni ditunjuk mewakili kelompoknya karena dinilai cukup berhasil dalam usahanya. Membaca Peluang Pasar Membaca peluang pasar adalah salah satu kunci sukses pasangan ini dalam berusaha. Salah satunya adalah dengan memberikan nilai tambah pada produk pertaniannya. Jika selama ini hasil panennya lebih cenderung untuk dijual langsung, maka mengolahnya menjadi lontong dapat memberikan nilai tambah yang lain. Demikian juga dengan produk pertanian lainnya yang ada di sekitar seperti kacang tanah dan sayuran. Selain itu mereka juga memanfaatkan daun jati sebagai bungkus. Daun jati selama ini sudah jarang dipakai karena kalah bersaing dengan kertas. Mengenali karakteristik konsumennya juga membuat usaha mereka tetap eksis. Juni dan Supriyatun melihat bahwa konsumen terutama yang datang ke pasar bukanlah dari tingkatan ekonomi atas namun dari tingkatan ekonomi menengah bawah. Oleh karena itu, dia menjual dagangannya dengan harga yang bisa dibilang terjangkau masyarakat. Konsumen pun bisa
Gideon
Supriyatun membeli sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Sekarang, setelah usaha ini berjalan dengan baik, upaya untuk tetap memelihara hubungan dengan konsumen terus dilakukan. Juni sadar betul bahwa menjaga hubungan dengan konsumen merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga kelangsungan usahanya. Ada beberapa hal yang Juni rasakan selama berusaha dagang lontong dan sate ini. Diakuinya persaingan bukan tak ada. Namun ada kiat khusus untuk memenangi persaingan ini dengan menjaga kualitas dan pelayanan yang baik. Konsumen akan merasa senang jika dalam pelayanannya dilakukan dengan baik. Bisa dikatakan usaha inilah yang sekarang menopang perekonomian keluarga mereka selain dari usaha tani. Meski tidak secara berlebihan tapi Juni merasa cukup. “Paling tidak anak saya bisa sekolah dan dapur bisa tetap mengepul, Mas,� katanya. Memang diakuinya usaha ini
cukup menyita waktunya. Untuk persiapan berjualan, sudah dipersiapkan dari jam 1 siang dan baru selesai jam 11 malam. Karena waktu untuk berjualan dilakukan dari jam 6 pagi sampai jam 10 pagi. Juni merasa kadang waktunya untuk bermasya-rakat jadi kurang padahal dia saat ini adalah Ketua RT (Rukun Tetangga). Selain itu keterlibatan dalam kelompok juga tidak bisa penuh. Tapi dia berharap itu bukan penghalang untuk tetap berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan. Memulai usaha lain di luar bidang yang ditekuni, memang bukan persoalan mudah. Seringkali hambatan dan kesulitan yang ditemui. Disinilah ketekunan tanpa putus asa sangat diperlukan. Belajar dari pengalaman pasangan Juniarto dan Supriyatun, hambatan dan kesulitan tidak menjadikan mereka putus asa. Namun sebaliknya hambatan dan kesulitan bagi mereka adalah sebuah tantangan yang harus ditaklukkan. (Gideon S)
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
12
Album Advokasi
Gideon
Kencur Instan- Pada tanggal 25-26 April 2005, Kelompok Masyarakat (Pokmas) Ketrampilan Desa Bade Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali bekerjasama dengan ANdap (Anggota Delegasi Advokasi Petani) dan Yayasan Duta Awam (YDASolo) melakukan pelatihan pengolahan hasil pertanian, yaitu kencur. Kencur segar diolah untuk dijadikan serbuk minuman beras kencur instan. Kencur dipilih oleh masyarakat karena kencur merupakan salah satu komoditas unggulan Desa Bade. Sebagian besar peserta pelatihan adalah petani perempuan yang selama ini menanam kencur. Pelatihan selama enam jam (efektif) difasilitasi oleh PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) dan KCD (Kepala Cabang Dinas) Pertanian Kecamatan Klego. Tujuan dari pelatihan, selain meningkatkan keterampilan membuat serbuk kencur (beras kencur instan) juga bertujuan agar hubungan antara petani dengan PPL dapat terjaga dengan baik. Ketertarikan perempuan tani untuk menguasai pengolahan pasca panen sangat besar. Ini ditunjukkan dengan antusiasme mereka dalam proses pelatihan. Mengingat banyak komoditas lokal yang dapat dikembangkan, peserta menganggap perlu untuk melakukan pelatihan pengolahan bagi komoditas lainnya yang selama ini hanya dijual dalam bentuk segar. Harapannya, nilai jual dari komoditas tersebut akan meningkat sehingga bisa berdampak pada meningkatnya pendapatan petani. Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
Saw Htoo Klee
Advokasi Internasional- Upaya menggalang dukungan dan menggali pengalaman kasus-kasus proyek dari ADB (Asian Development Bank) dilakukan Yayasan Duta Awam (YDA-Solo) dalam Forum Annual Meeting (Pertemuan Tahunan) yang diadakan oleh NGO Forum on ADB (Non Goverment Organization on ADB). NGO Forum on ADB adalah kelompok Organisasi Non Pemerintah yang peduli pada proyek utang ADB. Acara ini berlangsung pada 28 Maret-1 April 2005 di Manila Philipina. Pada acara itu staf YDA, M Zainuri Hasyim menceritakan pengalamannya melakukan advokasi. Pada kesempatan ini juga dilakukan lobby langsung kepada ADB sebagai upaya penyelesaian kasus-kasus proyek yang didanai dari utang ADB.
13
Album Advokasi Perkembangan Proses Konsultasi Proyek CERD Kalsel oleh SPFProses ADB konsultasi telah sampai pada tahap Presentasi Laporan Tinjauan & Penilaian yang berlangsung di 5 desa pada 17-20 Mei lalu. Proses ini diawali dengan pengiriman surat pengajuan konsultasi oleh masyarakat penerima proyek tahun 2002 dari 5 desa. SPF kemudian melakukan penilaian kelayakan pengajuan (Maret 2005) dan melakukan tinjauan & penilaian di tiap desa (April 2005).
Zen
Berdasarkan laporan SPF ini, masyarakat kemudian berkumpul untuk melakukan evaluasi terhadap proses presentasi yang telah dilakukan di tiap desa serta isi laporan yang telah dihasilkan (22-23 Mei 2005). Berbagai persoalan terkait dengan penyampaian dan isi laporan dituangkan dalam komentar yang akan menjadi dokumen resmi laporan ini. Jika tidak ada aral melintang, pada akhir Juni atau paling lambat awal Juli akan dilakukan pencarian fakta bersama dan pertemuan antar-pihak. Mari kita tunggu, apakah solusi yang ditawarkan SPF ini dapat membuka mata pemerintah dan manajemen proyek untuk menyelesaikan persoalan yang telah terjadi dalam 2 tahun terakhir ini.
Eko
Teknologi Pompa Hidrolik- Anggota Kelompok Masyarakat (Pokmas) Air Desa Suroteleng Kec Selo, Boyolali-Jateng dan anggota Pokmas Air Desa Nguneng Kec Puhpelem, Wonogiri-Jateng melakukan studi banding pompa air tenaga air di Desa Silondo Kec PurwantoroWonogiri. Studi banding pada tanggal 16 April 2005 tersebut dimaksudkan untuk memperluas pengentahuan mereka mengenai teknologi pompa air untuk mengatasi masalah kebutuhan air di desa masing-masing.
Zen
Analisis Data Penelitian- Bertempat di Wisma PPRBM Colomadu- Karanganyar, tujuh belas orang petani peneliti melakukan analisa data bersama terhadap hasil pengumpulan data mengenai komoditas unggulan. Kegiatan yang berlangsung tanggal 6-8 Mei 2005 ini merupakan kelanjutan dari pelatihan penelitian komoditas unggulan dan pencarian data yang sudah dilakukan, sekaligus juga untuk memetakan pasar atas produk unggulan tersebut. Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
14
Dangau
Menunggu Pilihan Langsung Cerpen Oleh: Komarun
Eko Bade
S
udah beberapa minggu ini, desa Pringapus tak turun hujan.Lama juga penantian itu. Padahal bulir-bulir emas mulai bermunculan terlihat berkilauan dalam sorot matahari yang tajam, menyembul di hampir seluruh hamparan. Tanaman padi di sawah mulai berbuah sehingga sangat memerlukan pengairan yang cukup. Mendung memang masih berada jauh dari sawah dan desa itu, bila terlihat mendung sebentar, angin segera menerbangkan lagi, ke desa yang jauh mungkin. Tapi angin tentang Pemilihan Kepala Daerah secara Langsung (PILKADAL), juga terasa kencang sampai di gubug-gubug sawah, Pasar Pahing, di warung bawah pohon Waru pinggir jalan desa, menjadi pembicaraan hangat, sehangat kopi tubruk mereka.
Meski begitu ada beberapa orang yang tak peduli.Yang penting sehat, gampang cari sandang pangan dan desa aman. Di tengah kemarau Siang itu Pakde Bejo, Lik Satim, Kang Dul, Kang Kirun dan kawan-kawan lain terlihat semangat bergelut lumpur, mengayunkan cangkul, agar air bergerak lancar ke sawah. Mereka bergotong-royong, bekerja keras, dan terus mengeruk saluran irigasi yang panjang menuju ke hamparan sawah mereka, yang lama tenang tak tergapai hujan. Sambil menunggu air yang mulai mengalir ke sawah, mereka menuju ke gubug di sawah Pakde Bejo untuk istirahat, membuka caping yang basah oleh peluh, menyeka seluruh badan. “Ayo podho udut dhisik karo leren*,” suara berat Pakde Bejo
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
sedikit lelah, sambil menyodorkan sebungkus rokok kretek. “Pilkada nanti bagaimana? Pasangan mana yang kita dukung?” Pakde Bejo membuka pembicaraan. “Kalau saya akan memilih yang memihak rakyat kecil, petani,” sahut Kang Kirun sambil menyandarkan punggung. Lik Satim yang sejak tadi pandangannya tak lepas ke saluran air itu ikut bersuara. “Aku juga begitu, biar taraf hidup kita meningkat,” suara Lik Satim terdengar jauh. “Kalau aku sederhana saja, akan memilih yang memberi imbalan padaku atau desaku,” ucap Kang Dul keras. ‘Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tahun 2005 adalah hal
15
Dangau baru. Kita langsung memilih dan menentukan pemimpin yang sesuai untuk daerah kita’ Pakde Bejo. “Ya, mirip Pilihan Presiden kemarin kan Pakde,” tanya Lik Satim. “Iya, tapi rasanya lain, sebab ini begitu dekat, hanya sekabupaten sini, langsung berpengaruh ke desa kita,” jawab Pakde Bejo. “Maka sebelum memilih, kita perhatikan calonnya, profilnya, apalagi program yang akan dikerjakan,” lanjut Pakde Bejo. “Lalu apakah programnya dilaksanakan jika sudah terpilih? Bagaimana para calon nanti melaksanakan programnya? Apakah calon-calon itu akan mengadakan perubahan dan membela Wong Cilik?,” tanya Kang Kirun kemudian. “Kita harus cermati apakah calon pemimpin kita bisa menjalankan tugasnya sesuai aturan dan mengerti tata caranya memimpin dan menjalankan program apa tidak?” tanya Pakde Bejo. “Kenapa begitu Pakde?” tanya Lik Satim. ”Sebab bila program kerja tanpa disertai pelaksanaan, program tersebut hanya sebuah janji kosong untuk menarik simpati dan dukungan rakyat, “ jelas Pakde Bejo sambil mengisap kreteknya. “Seperti dalam pemilihan umum,” gumam Kang Dul sambil menyandarkan punggungnya. Yang lain mendengarkan dengan sabar. “Menjelang PILKADAL ini mungkin ada orang mendadak jadi dermawan.memberi bantuan,” ucap Pakde Bejo pelan. “Tapi Pakde, teman saya punya penemu begini, kita terima saja semua bantuan, dan menganggapnya sebagai rejeki, wong namanya dikasih ya diterima dulu, nah masalah pilihan, ya terserah hak suara masing-masing,” kata Lik Satim berpendapat “Seperti di Sala sana Pakde, salah satu calon memberikan sembako ke masyarakat di dalam bungkus sembako itu ada profil dan foto calon walikota, dan setiap calon punya acara yang banyak sekali dengan warganya, dari ngajak naik
sepur kelinci, sepeda santai, nanggap wayang, jagongan tentang kota Solo dan banyak lagi. Sampai salah satu calon ada yang kelelahan karena banyaknya acara dengan masyara-kat, itu saja belum masuk masa kampanye dan uangnya sudah habis 1,5 Milyar lebih untuk berbagai kegiatan, untuk merayu warganya,” cerita Dul tentang yang terjadi jauh di kota Sala. “Kita harus berpikir jauh lagi dengan calon yang menggunakan cara seperti ini. Karena ibarat pedagang yang sudah mengeluarkan modal, tentu mengharapkan modalnya kembali. Dan seandainya kita tetap memaksakan memilih calon dengan cara seperti itu, berarti kita ikut berperan menghambat kemajuan dan pembangunan daerah kita,” jelas Pakde Bejo. “Kok menghambat gimana Pakde?” tanya Lik Satim yang tidak begitu jelas maksud Pakde Bejo. “Sebab tidak ada pembelajaran yang baik untuk rakyat. Bukankah salah satu tujuan pemilihan secara langsung adalah untuk memberi pendidikan kepada rakyat dalam menentukan pemimpinnya? Rak yo ngono to Dul?*,” kata Pakde Bejo kepada Kang Dul. “Inggih, Pakde* ” sahut Kang Dul. Maka jangan mudah tergiur dengan janji para calon. Belum tentu janji itu diingatnya apalagi dilakukan, meski calon itu berhasil menjabat di daerah kita. “Gimana Pakde bila kita yang mengingatkan kalau pemimpin kita lupa,” usul Lik Satim. “Bisa saja itu, hanya lebih baik kan kita pilih saja yang terbaik,” jawab Kang Kirun. “Dalam memilih, kita harus gunakan hati nurani, agar tidak salah pilih. Sehingga terpilih pemimpin yang sesuai dengan harapan kita,” kata Pakde Bejo. “Dengan pangrasa ya Pakde“ Ucap Lik Satim. “Kepala daerah yang adil,” kata Pakde Bejo sambil menerawang. “Yang mampu menjalankan program kerjanya, tidak membedakan wilayah. Selatan, utara, barat, maupun timur, tetapi dilaksanakan
dengan melihat prioritas,” lanjut Pake Bejo. “Yang baik itu susah ya Pakde,” kata Kang Dul. “Pemimpin yang baik bisa jadi teladan bagi bawahannya,” jawab Pakde Bejo. “Kalau bawahan yang baik Pakde?” tanya Kang Kirun tersenyum. Disusul derai tawa semua. “Yang bisa menjaga pemimpinnya, mungkin,“ jawab Lik Satim. “Mungkin juga tergantung pemimpinnya. Bagaimana setiap program yang direncanakan bisa dilaksanakan oleh jajaran di bawahnya. Tapi jika kepala daerah hanya bisa menjadi penguasa daerahnya, tidak mampu memimpin daerahnya? Piye ?” tanya Pakde Bejo. Matahari terasa lembut, sinarnya menyurut, datar menyudut, angin mulai meyejukkan. “Pakde Bejo, ini sudah sore, teruskan besok ya,” Kang Kirun mengingatkan. “Baiklah,” sahut Pakde Bejo. “Tapi saya ingatkan, pilih kepala daerah yang punya program kerja jelas. Jangan pilih karena imbalan yang dijanjikan. Sekali lagi gunakan hati !” sambung Pakde Bejo tetap berapi. Mereka pun meninggalkan gubug, tanpa ingat lagi kalau tadi sedang mengairi sawahnya. Gubugpun sepi lagi.
(Komarun, petani kecil dari kampung terpencil Bade, Kecamatan Klego Boyolali Jawa Tenggah)
Arti kata cetak miring: 1. Ayo merokok dulu sambil istirahat 2. Benar begitu kan Dul? 3. iya, Pakde 4. Pangrasa: Menurut perasaan/ bisikan hati 5. Bagaimana
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
16
Beras Rekayasa Genetika Beredar Secara Illegal di Asia Tenggara
Berita Tani
Greenpeace mengimbau negara-negara di Asia Tenggara untuk melakukan prosedur pemeriksaan ketat terhadap beras impor dari Cina setelah terungkapnya peredaran ilegal varietas beras yang telah direkayasa genetika di Cina. Beras rekayasa genetika ini belum dilulusujikan untuk konsumsi manusia atau untuk dilepaskan ke lingkungan, serta diduga telah mengkontaminasi ekspor beras Cina di wilayah ini. “Industri bioteknologi sudah lepas kendali dan sekarang telah mengkontaminasi makanan paling pokok di Asia,” kata Varoonvarn Svangsopakul dari Greenpeace Asia Tenggara. “Kami mengimbau pemerintah negara-negara Asia Tenggara, terutama Thailand, Vietnam dan Indonesia untuk mengambil tindakan darurat untuk memastikan kontaminasi ini tidak menyebar ke dalam makanan dan alam kita.” Sebuah tim peneliti Greenpeace telah mengungkapkan bahwa beras rekayasa genetika yang belum lulus uji dijual dan ditanam secara ilegal di propinsi Hubei di Cina. Wawancara dengan pemasok bibit dan petani mengindikasikan bahwa bibit beras rekayasa genetika ini telah dijual selama lebih dari dua tahun terakhir. Contoh-contoh bibit beras, sebelum dan sesudah digiling telah dikumpulkan dari perusahaan-perusahaan pemasok bibit, petani dan penggiling beras. Pengujian di laboratorium Genescan telah mengkonfirmasikan adanya DNA yang secara genetik telah direkayasa dalam 19 sampel – 18 diantaranya dikonfirmasikan sebagai Beras Bt – yang direkayasa secara genetik agar memproduksi pestisida. “Kami memperkirakan terdapat paling tidak 950 sampai 1200 ton beras rekayasa genetika yang memasuki rantai makanan setelah panen tahun lalu, dan mungkin mencapai 13.500 ton setelah panen tahun ini bila tidak ada penanganan secepatnya,” kata Sze Pang Cheung, juru kampanye Greenpeace Cina. Cina adalah salah satu pengekspor beras terbesar di dunia. Negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia adalah importir beras Cina terbesar ke-empat pada tahun 2003, Vietnam adalah pengimpor bibit beras terbesar dari Cina. Skandal kontaminasi beras di Cina juga dapat menyebabkan kontaminasi dalam makanan dan pertanian di negaranegara ini. Hanya diperlukan satu tangkai padi rekayasa genetika jatuh ke lahan persawahan untuk tumbuh dan mengkontaminasi varietas lokal terutama varietas unggul seperti beras Melati. Negara-negara yang menderita akibat kontaminasi beras rekayasa genetika akan juga mengalami penolakan pasar. “Pada saat kontaminasi beras terungkap, banyak negara-negara pengimpor langsung melakukan penolakan. Uni Eropa dan Jepang menghubungi kedutaan-kedutaan besar Cina untuk mendapatkan klarifikasi. Pemerintah Slowakia mengumumkan kalau mereka akan memulai inspeksi. Pemerintah Cina juga sedang melakukan investigasi,” kata Sze Pang Cheung. Menurut Greenpeace, kasus kontaminasi beras ini juga harus merupakan peringatan keras bagi negara-negara Asia Tenggara yang juga merencanakan percobaan-percobaan dengan tanaman rekayasa genetika. “Pemerintah negara-negara di Asia Tenggara harus membatalkan percobaan-percobaan berbahaya ini pada makanan dan lingkungan kita karena tanaman rekayasa genetika tidak dapat dikendalikan. Thailand, misalnya, harus melarang semua lapangan uji coba rekayasa genetika karena kita sudah mengalami kontaminasi rekayasa genetika pada tanaman-tanaman pepaya,” kata Varoonvarn.(SIARAN PERS GREENPEACE - Bangkok, 19 April 2005 ) Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
Investor Berbondong Gugat CV Medical Perkara gugatan terhadap Direktur Utama CV Medical Timotius Tri Sabarno di Pengadilan Negeri Surakarta terus mengalir. Di Pengadilan kini sudah delapan berkas gugatan yang didaftarkan dan empat diantaranya sudah mulai disidangkan. Dua berkas yang terakhir mulai diperiksa Majelis Hakim adalah gugatan sejumlah investor dari Sragen. Sebanyak 106 investor menggugat melalui kuasa hukum H Moch Mustofa SH, Bambang Priyono SH, dan Oktobrianto SH, kemarin. Dua gugatan itu diajukan investor yang berbeda. Berkas pertama diajukan 36 investor dengan sistem pola paket tanam. Berkas kedua diajukan 70 investor yang menanamkan sahamnya kepada CV Medical. Dua gugatan perdata itu diperiksa dua Majelis Hakim yang diketuai M Kadarisman SH dan Sudjono SH. Pada gugatan yang diperiksa Majelis Hakim yang di ketuai M Kadarisman SH, 36 investor dari berbagai daerah Seperti Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Yogyakarta, dan Solo itu mengaku telah menye-rahkan uang tunai kepada tergugat. Caranya, penggugat menanam saham dengan sistem pola paket tanam. Setiap paket akan diberi keuntungan Rp2,5 juta setiapkali panen dalam jangka waktu 7-8 bulan. Selain menjanjikan keuntungan besar, tergugat juga menjanjikan kepada investor fasilitas kredit sepeda motor bagi yang menanamkan sahamnya Rp 13 juta – 15 juta dan fasilitas mobil bagi yang menanamkan sahamnya Rp 40 juta. Fasilitas, baik sepeda motor maupun mobil itu langsung atas nama investor. Untuk fasilitas kredit, uang muka dan angsuran setiap bulannya menjadi tanggung jawab tergugat. Ternyata setelah sekian lama yang dijanjikan tergugat tidak terwujud. (Suara Merdeka 26 April 2005)
17
Berita Tani Petani Berharap Harga Pupuk Tidak Naik Memasuki musim tanam II, sejumlah petani di Kabupaten Tegal berharap tak ada kenaikan harga pupuk. Pasalnya, mereka baru saja mengalami kerugian akibat gagal panen musim tanan sebelumnya. Hal ini disampaikan sejumlah petani di Wilayah Kabupaten Tegal, Selasa (26/4). Sejumlah petani disana, saat ini melakukan penanaman bibit padi. Bibit padi yang ditanam mulai mereka tebarkan 25 hari lalu. Untuk pemeliharaan awal mereka membutuhkan pupuk urea. Menurut seorang petani, Sukarto (60) harga urea saat ini mencapai Rp.130.000 perkwintal. Harga tersebut belum mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan harga sebelumnya. Namun berdasarkan pengalaman apabila kebutuhan pupuk meningkat, maka harga pupuk ditingkat pengecer akan naik. Hal itu tentu menimbulkan kekawatiran bagi para petani. Pasalnya, saat ini mereka mengaku kesulitan modal. Hasil panen yang di peroleh pada musim tanam sebelumnya sangat kecil. Bahkan mereka mengaku merugi. (Kompas, 27 April 2005)
Pemerintah: Standardisasi Pupuk Organik Belum Perlu Kebijakan pemerintah melalui Departemen Pertanian yang mendukung pengembangan pertanian organik di Indonesia seharusnya diikuti dengan menyiapkan kelengkapan pendukungnya. Satu diantaranya menyangkut standarisasi pupuk organik sebagai satu persyaratan produk berlabel organik. Namun ditengah gencarnya gerakan menuju pertanian organik, Indonesia sampai sekarang ternyata belum memiliki standar nasional pupuk organik.
Pusat Standarisasi dan Akreditasi Departemen Pertanian memang sudah berupaya merancang dan merumuskan standarisasi pupuk organik, namun belum juga terwujud. Kepala Pusat Standarisasi dan Akreditasi Departemen Pertanian, Syukur Iswantoro ketika berada di Kintamani, Bali pekan lalu mengakui beragamnya jenis produk pupuk organik yang beredar di masyarakat menjadi kendala utama dalam menetapkan standarisasi produk pupuk organik.” Sementara ini kami menilai belum di perlukan stan-darisasi produk pupuk organik. Dari produk pupuk yang beredar, umumya sudah menggunakan zatzat kimia alami yang bahan-bahan bakunya tercantum dalam daftar nasional bahan pupuk organik,” ungkap Iwantoro kepada Kompas. Iwantoro menghadiri deklarasi gerakan moral petani seluruh Bali menuju pertanian organik yang dilangsungkan dalam temu Wirasa Petani se-Bali di Wantilan Purajati Desa Batur, Kintamani, Banglisekitar 68 kilometer utara Kota Denpasar, Jum’at (15/4). Temu wirasa dan dan Deklarasi gerakan moral itu diprakarsai Bali Organik Association, Yayasan Cinta Ibu pertiwi, dan forum Kintamani Peduli serta pengemong Pura Ulun Danau Batur. (Kompas, 28 April 2005)
Preman Air Resahkan Petani Keberadaan preman yang mengusai titik aliran air pertanian meresahkan petani. Mereka memungut ongkos kepada petani yang lahannya akan dialiri air. Akibatnya, petani yang tidak mampu membayar sejumlah uang tidak mendapat jatah air. Adanya preman air itu diungkap kembali dalam sarasehan untuk memperingati Hari Air di Umbul Geneng, Desa Ngrundul,
Kecamatan Kebon Arum, Kabupaten Klaten, Senin(25/4). Acara yang diselenggarakan kelompok petani setempat itu menjadi ajang melepaskan uneng-uneg terutama soal air pertanian. “ Preman air itu beraksi dengan mengatasnamakan petani tapi kenyataannya mereka justru memberatkan petani. Bagaimana tidak? Mereka memungut ongkos dari petani,” ujar Kades Karanglo, Kecamatan Klaten Selatan, HY Sukamto. Preman yang terdiri atas empat orang itu nurut banyu (mengupayakan air) dari hulu agar sampai ke daerahnya pada musim kemarau. Kemudian mereka menguasai titik aliran air sehingga petani yang ingin lahanya mendapat air harus ”berurusan” dengan mereka. Kalau ingin lahan garapannya dialiri air, petani harus membayar Rp.25.000-Rp.50.000 tergantung pada jarak. Akibat ulah preman tersebut, jatah aliran air tidak berlaku lagi sebab semua dikuasai para preman, sehingga yang tak membayar tidak kebagian air.(Suara Merdeka 26 April 2005)
Perajin Tahu Keluhkan Bahan Baku Akibat tergantung pasokan bahan baku kedelai impor, sejumlah perajin tahu di Desa Kalimati, Kecamatan Adiwerno, Kabupaten Tegal menge-luhkan naiknya harga kedelai. Akibatnya, keuntungan yang dipero-leh mereka menurun, bahkan bebe-rapa diantaranya terancam gulung tikar. Menurut perajin Tahu di Desa Kalimati, Sahron (47) Selasa (26/4) harga kedelai naik 50 %. Bulan sebelumnya harga kedelai berkisar antara Rp. 2.500 dan Rp 2.700. Namun kemudian melambung mencapai kisaran Rp 3.900 hingga Rp. 4.200 per kilonya. (Kompas, 27 April 2005)
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
18
Santai Sejenak Sulitnya Sebuah Kejujuran
S
iang itu mBok Sayem baru pulang dari pasar. Mbok sayem adalah penjual lontong yang biasa berjualan di Pasar Karanggede (kurang lebih 7 km dari desanya). Mbok Sayem naik angkutan pedesaan yang penuh sesak sesama pedagang yang baru pelang dari pasar. Di dalam angkutan itu udara terasa amat panas serta “bau”. Mulai dari bau keringat para penumpangnya juga bau sisa dagangan para penumpang. Dalam perjalanan, tiba-tiba tercium bau busuk yang sangat menusuk hidung para penumpang. Suasana dalam angkutan pun menjadi gaduh.
“Kowe mesti sing ngentut (Kamu pasti yang kentut),” kata Mbok Sayem kepada Yu Suti yang duduk di sebelahnya. “Enggak kok,” sahut Yu Suti, “Jangan-jangan malah kamu sendiri,” tambah Yu Suti. Para penumpang pun saling tuduh antara yang satu dengan yang lain. Karena tidak ada yang mau mengaku, akhirnya penumpang pun terdiam sambil membekap hidung masingmasing, karena bau kentut yang tak kunjung hilang.
Dalam suasana hening itu tibatiba dengan setengah berteriak (berlagak seperti orang marah), kernet angkutan berkata, “Sing ngentut mau mesti durung bayar (yang kentut tadi pasti belum bayar)!”. Mbok Parti yang duduk di depan Mbok Sayem langsung menjawab, “ Sampun kok, Mas (sudah kok, Mas)”. “Lha, ya itu yang kentut tadi,” sahut sang Kernet. Penumpang pun “Gerrr…”pada ngakak semua. “Cuma kentut aja dari tadi ditanya nggak ada yang mau ngaku. Lha kok kayak mau dilaporkan ke polisi seperti yang korupsi milyaran rupiah itu,” gumam sang kernet kesal. Mbok Parti hanya tersenyum kecut sambil menahan malu. (Komarun)
Kuis berhadiah!
Jawaban Kuis Edisi 18 1. Lahan akan terjaga kondisi tanahnya sehingga tidak mudah rusak, begitu pula dengan lingkungan sekitarnya. Jika dihitung dengan benar, angka-angka di bawah 2. Trend pertanian organik yang berwawasan lingkungan makin ini akan menghasilkan jumlah 100. meluas, produk pertanian organik makin lama makin dicari konsumen, Pertanyaannya dan konsumen makin sadar Dengan menaruh operator-operator aritmatika (+, kesehatan dan sadar lingkungan. -, x, :) pada tempat-tempat yg sesuai diantara 3. Kita terbebas dari kandungan angka-angka dibawah ini (pada titik-titik) akan racun pestisida dan racun kimia membuat kalkulasi/jumlah berikut menjadi benar: berbahaya, sehingga kesehatan kita
Tebak Angka
1...2...3...4...5..6..7..8..9=100 Tunjukkan pemecahan yg anda temukan, lalu kirimkan pada kami.
Kiriman: Rokhani Ds Bade, Klego, Boyolali Jateng Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
Pemenang Kuis Edisi 18: 1. Sutopo. Jl Raya Sukamarga-Muara Aman No. 25 Kec. Lebong Utara Kab. Lebong-Bengkulu 2. Arman Arief. Desa Wisma Manggis PR Sinar Wajo Km. 5 Bagan Jaya-Kabupaten Indragiri Hilir -Riau 29261 3. Aisyah Sartini. D/a Suren Kel. Jatimulyo Kec. Jatipuro Kab. Karanganyar-Jateng
19
Konsultasi Tani Mengendalikan hama tanaman kacang, padi dan cabe
K
ami dahulu adalah nelayan, namun beberapa waktu yang lalu, juga bercocok tanam baik padi, cabe, kacang tanah, kelapa sawit dan karet. Ada beberapa pertanyaan yang akan kami sampaikan terkait dengan permasalahan yang kami alami dalam melakukan bercocok tanam padi, cabe dan kacang tanah. 1. Kacang tanah yang kami tanam sering diserang ulat sehingga bulir kacang menjadi tidak berisi. Didalamnya kami temukan ulat yang memakan biji kacang. Yang saya tanyakan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut 2. Tanaman padi kami ada beberapa kendala yaitu bagaimana melakukan budidaya padi yang baik, kapan waktu pemupukan yang tepat dan apa saja pupuknya, serta bagaimana menanggulangi hama yang berbentuk ulat kecil dan sembunyi dirumpun padi (malai padi kalau dicabut sudah terpotong di pangkalnya) 3. Pada tanaman cabe kami sering terserang penyakit daun keriting, bagaimana cara menanggulanginya dan jenis penyakitnya apa Terima kasih kami tunggu balasannya. Asmara Desa Air Buluh, Kecamatan Muko-Muko Selatan Kabupaten Muko-Muko - Bengkulu Eko
Buletin Advokasi berusaha mengumpulkan jawaban untuk pertanyaan Pak Asmara, sebagai di bawah ini , namun diskusikanlah sebanyak mungkin dengan teman-teman lain: Kasus Polong Hampa pada Tanaman Kacang Tanah: Kasus ini dapat disebabkan oleh ulat. Pada stadium tanaman masih muda biasanya disebabkan oleh ulat Agrotis sp dengan ciri serangan pangkal batang 2. terpotong atau pucuk tanaman muda terkulai. Ulat ini berwarna coklat tua sampai kehitam-hitaman dengan garis cokelat pada kedua sisi bagian punggungnya. Ulat ini menyerang pada senja hingga malam hari, dan sembunyi pada siang hari di dalam 3. tanah. Apabila serangan terjadi pada waktu tanaman mulai berbuah ( keluar polong) biasanya disebabkan oleh ulat polong (Etiella zinkenella) yang menyerang biji hingga rusak, bususk, atau hampa. Bisa juga disebabkan oleh Nematoda atau Gapong (cacing kecil-kecil), yang menyebabkan polong berbintik-bintik hitam, kulit menebal, dan kadang-kadang busuk atau tidak berisi. Berikut beberapa alternatif pengendalian untuk serangan terhadap polong kacang tanah: 1. Cara kimiawi (untuk ulat) : Tim Advokasi tidak menganjurkan menggunaan pestisida/racun buatan
pabrik. Jika memang harus memakainya, perhatikan dosis dan waktu serta cara penggunaan dengan benar, sebab bisa-bisa merusak lingkungan dan kesehatan. Pengendalian ulat secara manual dengan mencari di dalam tanah dan dimus-nahkan. Pengendalian nematoda dengan cara perbaikan drainase tanah, pengairan pada sore hari, dan pergiliran tanaman Insektisida alami: a. Untuk mengendalikan Nematoda (dengan insektisida Alami): Bahan: 1 Kg Jengkol 1,5 kg pasir 1 ons belerang Alat: Ember plastik dan tutup dari plastik Cara membuat: Jengkol dihaluskan/ diparut, ambil airnya dan ampasnya. Pasir dicuci bersih. Belerang dihaluskan menjadi serbuk. Setelah bahanbahan siap, semua dicampur jadi satu dalam ember kemudian difermentasikan selama 1 minggu. Setelah itu bahan bisa digunakan
Tanaman cabe yang terserang penyakit keriting beberapa daunnya terlihat berkerut.
b.
sebagai pestisida alami, dan dapat digunakan pada saat pengolahan lahan dengan cara ditebarkan atau ditabur pada lubang tanam. Untuk Mengendalikan Ulat Polong (dengan insektisida alami): Bahan : 0,5 kg Gadung; 0.5 kg tembakau; dan 0,5 kg daun nimba Alat : Ember plastik, dan tutup dari plastik Cara membuat: Gadung ditumbuk halus dan diambil airnya. Tembakau direndam sampai warna air menjadi kecoklatan lalu diambil airnya. Daun nimba ditumbuk dan diambil airnya. Setelah bahan siap, semuanya dicampur jadi satu dalam ember plastik dan difermentasi selama 1 minggu. Setelah itu insektisida alami siap digunakan, dengan dosis 1 liter ekstrak isektisida almi dicampur dengan 10 liter air biasa lalu disemprotkan ke tanaman sebelum terbentuk bunga, atau setelah berbentuk polong. Bersambung ke Halaman 21:
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
20
Info Tani Kebijakan pemerintah untuk pengadaan pupuk dengan melakukan operasi pasar tersebut menurut kami bagus, sayangnya waktunya sudah terlambat. Karena rata-rata umur tanaman padi sudah lewat dari Gideon
Operasi Pasar Pupuk
K
elompok tani merupakan salah satu wadah para petani untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Selain itu, dengan membentuk koperasi, kelompok tani dapat lebih maju demi tercapainya tujuan yang dicitacitakan. Ber-dasarkan pemikiran tersebut, maka terbentuklah Kelompok Tani Marsudi Tani di Desa Bade, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Adapun koperasinya bernama Koperasi Kelompok Tani Marsudi Makmur yang berfungsi melayani kebutuhan anggota yakni di bidang simpan pinjam dan Saprodi (sarana produksi pertanian). Pada musim tanam padi ke-2, bulan Pebruari 2005, KKT Marsudi Makmur melayani kebutuhan Saprodi. Namun yang bisa disediakan hanya terbatas pada pupuk SP36, Phonska dan Urea, maklum modal koperasi hanya kecil. Kulakan hanya dilakukan di sekitar desa Bade dan Kecamatan Klego saja. Waktu itu, harga beli urea (pupuk bersubsidi) Rp. 54.000/
sak, SP36 Rp. 71.000/sak, Phonska Rp. 32.000/sak di bulan Pebruari. Alhamdulillah, akhir Pebruari mendapat kesempatan membeli di UPTD (Unit Pelayanan Teknis Daerah) Nogosari Kecamatan Klego dengan harga Rp.52.500/sak urea bersubsidi sebanyak 1,5 ton. Tanggal 1 Maret lalu, harga BBM naik yang berakibat pengiriman menjadi terlambat 10 hari. Namun pada tahap berikutnya UPTD Nogosari di Kecamatan Klego tidak dapat melayani pesanan kami dengan alasan DO (delivery order= surat pesanan) tidak ada sehingga kami membeli di toko sekitar dengan harga Urea Pusri (pupuk bersubsidi) Rp.58.000/sak Pada akhir Maret, mendapat kesempatan membeli hanya 1 ton pupuk urea (pupuk bersubsidi) dengan harga Rp.52.500/sak di tempat (belum termasuk biaya transportasi) di kantor Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan di Karanggede Kab Boyolali Jateng.
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
Sayang seribu sayang, operasi pasar pupuk ini, dilakukan setelah tanaman padi pada umumnya sudah berumur 5 minggu lebih. Mulai tanggal 9 April 2005 di Kantor Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kec. Klego menjual Urea bersubsidi dengan tujuan operasi pasar dengan harga Rp.52.500/sak di atas lantai (belum termasuk ongkos transportasi). Untuk melayani petani yang umur tanaman padinya kurang dari 4 minggu yang jumlahnya hanya sedikit, maka kami beli pupuk tersebut hanya sebanyak 2 ton. Kebijakan pemerintah untuk pengadaan pupuk dengan melakukan operasi pasar tersebut menurut kami bagus, sayangnya waktunya sudah terlambat. Karena rata-rata umur tanaman padi sudah lewat dari waktunya pemupukan. Samtani Ketua Kelompok Tani Marsudi Tani Koperasi Kelompok Tani Marsudi Makmur Bade, Klego, Boyolali
21
Info Tani Selamat
Warga Pemonitor CERD Kalsel, YDA, YCHI dan LK3
Hari Jadi Paguyuban Petani Merapi (PPM)
Selamat Selamat
ke III
Paguyuban Petani “Tani Pinter” Desa Bentak, Sidoharjo, Sragen berhasil sebagai salah satu peserta terpilih dalam kompetisi
15 Mei 2005
Semoga tetap eksis dalam memperjuangkan hak-hak Petani
Sambungan Hal. 19: Kasus daun keriting pada tanaman cabai Keriting daun pada tanaman cabai dapat disebabkan oleh beberapa faktor: 1. Kerusakan akar yang terjadi pada saat tanaman masih muda (mulai umur 21 HST). Kerusakan pada akar akan meningkatkan resiko keriting pada tanaman karena terganggunya penyera-pan nutrisi dalam tanah dan masuknya penyakit lewat akar. 2. Hama Thrips: hama ini menggunakan mulut yang bertipe pencucuki penghisap dan akan menghisap cairan tanaman. Gejala serangangannya: helaian daun dan pucuk tanaman yang terserang akan menjadi keriting karena hilangnya cairan. 3. Tungau merah (Tetranycus brinaculatus): biasanya merusak daun, pucuk tanaman, dan tunas muda. Gejalanya, pada bagian yang terserang akan tumbuh tidak normal, terjadi perubahan warna, akhirnya pucuk/ daun mengerupuk dan mengeriting. 4. Serangan keriting oleh virus. Biasanya serangan menyeluruh pada areal tanaman, penularan lewat udara dan saluran air.
(Tryporhyza innotata), kuning (T. inakar yang semakin meningkatkan resiko certulas), bergaris (Chilo supressalis) serangan penyakit/virus. Apabila dan merah jambu (Sesamia inferens). melakukan penyiangan usahakan tidak Menyerang batang dan pelepah daun. sampai merusak akar. Gejala: pucuk tanaman layu, kering 3. Buat sistem drainase air yang baik. berwarna kemerahan dan mudah Cabut dan musnahkan tanaman yang dicabut, daun mengering dan seluruh ter-serang keriting (apabila jumlahnya batang kering. Kerusakan pada tidak terlalu banyak). tanaman muda disebut hama “sundep” 4. Menggunakan isektisida alami: yaitu dan pada tanaman bunting (pengisian campuran rendaman air tembakau dan biji) disebut “beluk”. air seni hewan (sapi/kambing) lalu difermentasi selama 5-7 hari dan Pengendalian: disemprotlan pada tanaman. Bisa juga a. Menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, digunakan rendaman ekstrak dedaunan menggenangi sawah selama 15 hari atau umbi yang rasanya pahit (gadung, setelah panen agar kepompong mati, brotowali, nimba) dan difermentasi membakar jerami. kemudian di semprotkan. c. Menangkap kupu putih yang akan Pemeliharaan tanaman padi: bertelur pada tanaman padi sejak dalam pembenihan. Gunakan jaring untuk menangkap kupu. Kumpulkan telur 1. Pemupukan Padi Sawah kupu yang biasanya berada di bawah Pupuk kandang 5 ton/ha diberikan ke daun atau ketiak daun. dalam tanah dua minggu sebelum tanam pada waktu pembajakan tanah sawah. d. Jika tanaman sudah terserang, segera keringkan areal sawah sampai Pupuk anorganik yang dianjurkan beberapa hari ( 3-4 hari) supaya ulat Urea=300 kg/ha, TSP=75-175 kg/ha penggerek mati. Kemudian taburi areal dan KCl=50 kg/ha. Pupuk Urea sawah dengan abu dan pupuk untuk diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu memulihkan kesuburan tanah. Batang dan 6-8 minggu setelah tanam. Urea yang terpotong biasanya akan tumbuh disebarkan dan diinjak agar terbenam tunas baru. Setelah itu areal sawah (tablet). Pupuk TSP diberikan satu hari boleh dialiri air lagi. sebelum tanam dengan cara disebarkan dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan e. Gunakan pestisida alami dari ramuan ekstrak daun dan buah yang berasa 2 kali yaitu pada saat tanam dan saat pahit (Gadung, brotowali, tembakau dll) menjelang keluar malai/bunga. tentang dosis bisa diujicoba sendiri. (Banyaknya jumlah pupuk berbedabeda tergantung dengan kondisi tanah). Jawaban berdasarkan sumber:
Alternatif Pengendalian Hama Penyakit Cabai: 1. Cara Biologi: Tanah di pupuk cukup dengan (pupuk kandang yang sudah diproses dan matang). Lakukan pembibitan cabai dengan metode tanam dalam plastik supaya mengurangi resiko kerusakan akar, cara mengeluarkan bibit dengan direndam dalam air dan keluarkan terbalik. Setelah ditanam 2. usahakan jangan melakukan penyiangan terlalu sering karena dapat merusak
Pengendalian penggerek batang padi Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih
1. Bapak Sigid Lesman Boyolali, Mei 2005 2. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, Proyek PEMD, BAPPENAS, Februari 2000
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
22
Resep RESEP PENGOBATAN TRADISIONAL
O
bat-obatan yang dibuat secara tradisional dengan bahan baku tanaman yang ada di sekitar kita merupakan salah satu peninggalan budaya luhur bangsa Indonesia. Selain mudah dibuat, bahan bakunya mudah diperoleh dan murah harganya. Pengetahuan mengenai resep tradisional yang kita miliki sangat membantu kita akan ketergantungan terhadap obat buatan pabrik/industri. Resep kita kali ini masih seputar masalah pengobatan tradisional kiriman Bapak Samtani, petani dari Desa Bade, Klego, Boyolali-Jawa Tengah.
1. SAKIT FLU Resep 1 Bahan: Nanas, cengkih, kayu manis, dan gula aren. Cara pembuatan: - Nanas diparut, ditambah cengkih dan kayu manis, lalu ditumbuk. - Tambahkan gula aren, diaduk, kemudian disaring. Air siap diminum. Resep 2 Bahan: 10 Kembang Cempaka Putih yang belum mekar. Cara pembuatan: Rebus Kembang Cempaka putih dengan 1 gelas air. Air rebusan lalu diembunkan selama 1 malam, lalu diminum. 2. AMANDEL RINGAN Bahan: 2 buah Jeruk Nipis. Cara pembuatan: Peras jeruk, lalu ambil airnya. Tambahkan kapur sirih, lalu diminum. 3. AMANDEL BERAT Bahan: Daun Benalu pada pohon jeruk purut, adas kulowaras, daging buah pare. Cara pembuatan: Daun Benalu, adas kulowaras dan daging buah pare ditumbuk. Hasil tumbukan direndam dengan air hangat. Diamkan beberapa saat, lalu disaring dan
Kuilu
Cengkeh
6. KUTU AIR Bahan: Singkong muda. Cara pembuatan: Singkong muda (baru petik) diparut, lalu tempelkan pada rangan (kutu air). 7. TERSIRAM AIR PANAS Bahan: Daun sirih, madu, dan daun sosor bebek. Cara pembuatan: Resep 1 Daun sirih segar, peras airnya dan tambahkan madu. Campuran tadi tempelkan pada kulit yang luka. Resep 2 Daun sosor bebek dilumatkan lalu tempelkan pada luka.
diminum. Lakukan ini selama 8. MABUK KENDARAAN kurang lebih 2 bulan. Bahan: Peringatan: Madu dan garam Selama masa pengobatan Cara penggunaan: dilarang minum susu dan kue 3 sendok madu ditambah sedikit yang mengandung gula. garam, lalu minum langsung. 4. EXIM 9. ASMA (Pada Bahan: anak-anak) Tokek dan kopi. Bahan: Cara pembuatan: Daun gembili. Tokek dibakar sampai hangus Cara pembuatan: lalu ditumbuk. Tumbukan tokek Daun Gembili (segenggam), ditambah kopi dilarutkan dalam ditumbuk, tambahkan air dan air panas, lalu diminum. diperas, lalu diembunkan 1 malam. Lakukan 3 kali sehari. 5. MENCEGAH UBAN Bahan: Hati ayam, ragi 2 sendok teh, dan kecap secukupnya. Cara pembuatan: Hati ayam dipotong-potongdipanggang lalu dimasak. Setelah masak campur dengan 2 sendok teh ragi dan kecap secukupnya. Diamkan selama kurang lebih ½ jam, baru dimakan. Lakukan selama 3 hari sekali.
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005
Kuilu
Daun Sosor Bebek
23
Resep 10. ANAK MENCRET Bahan: Teh pahit, air rebusan kentang atau bisa juga tajin (air rebusan beras). Cara pembuatan: Masukan teh ke-dalam air tajin atau air hasil rebusan kentang, kemudian di minum.
Ciplukan
cangkir, setiap pagi selama 1 bulan. 13. MIMISAN Bahan: Daun sirih, daun randu dan alang-alang.
Petai cina tua yang kering dipohon, dijemur hingga kering betul lalu ditumbuk dibuat bubuk, dilarutkan dalam air panas, diminum 2 kali sehari. Bendul pete dan godonya direbus, airnya diminum 2-3 kali sehari.
Cara pengobatan: Daun sirih yang telah digulung dimasukkan di lobang hidung. 16. BISUL Bahan: Sebelum dimasukkan, dipotong biji kapas, asam cukak, daun sedikit salah satu ujungnya agar ciplukan ½ genggam, daun getah sirih keluar mengobati Gandasura segar/kering (justicia mimisan. Gendasura Burm. F), dan arak. Cara pembuatan: 14. PANAS DALAM - Biji kapas direndam didalam Gejalanya: asam cukak, diamkan Panas dalam dan bibir retakbeberapa jam, lalu oleskan retak. pada bisul. Bahan: Daun ciplukan ½ genggam, Daun randu dan akar alangdihaluskan, lalu dipopokkan alang. pd bisul. Cara pembuatan: - Daun Gandasura segar/ Daun randu dan akar alangkering dihaluskan. Capur alang direbus dengan air. Setelah dengan arak dan cuka untuk dingin, diminum 3 kali sehari kompres. dalam selama 3 hari. Akibat panas dalam: Buang air dan mencret.
17. SAKIT GIGI Bahan: 11. PENYAKIT PARU10 lembar daun sirih. 15. DIABETES (SAKIT GULA) PARU Cara pembuatan: Bahan: Bahan: 10 lembar daun sirih direndam Petai cina tua (Metir Buah ciplukan. dalam air panas. Diamkan Kemlandingan)–yang kering Cara pembuatan: beberapa saat,lalu air digunakan dipohon. Bendul pete dan Buah Ciplukan, direbus akar, berkumur berulang kali selama godonya. batang, dan daunnya sampai gigi masih sakit. Cara pembuatan: mendidih. Setelah dingin dapat diminum 3 kali sehari sebanyak 1 gelas. Lakukan selama 6 bulan. Kuilu
RALAT
12. POLIP Bahan: Jeruk nipis, jahe, 20 btr cengkeh, 10 bh daun sirih, dan 6 helai daun sereh. Cara pembuatan: - 5 buah jeruk nipis, diperas dan diambil airnya. - 1 buah jahe yang telah dihaluskan dan dikeringkan. - Air perasan jeruk dan jahe dicampur dengan cengkeh, daun sirih, dan daun sereh - Rebuslah campuran tadi dan saringlah. Minumlah 1,5
Pada Buletin Advokasi Nomor 18 Januari-Maret 2005 hal 21, kolom “Konsultasi Tani” mengenai “Pengendalian Bule Amerika” terdapat beberapa kesalahan, baik tulisan maupun redaksionalnya, yaitu : - Penulis adalah peneliti dari “BPTP” (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Yogyakarta, bukan BPPT Yogya. - Hal 21, Point 5 baris ke-4 adalah “Pertanaman” bukan Pertamanan. - Hal 21, Point 14 yang berbunyi : “Penggunaan fungisida kimia berbahan aktif diabendazole dan asibensolar (Bion M), yang justru dapat meningkatkan datangnya serangan” adalah SANGAT KELIRU. Yang BETUL adalah : “Penggunaan fungisida kimia berbahan aktif diabendazole dan asibensolar (Bion M), justru dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap datangnya serangan penyakit”. REDAKSI
Buletin Petani ADVOKASI No. 19 April - Juni 2005