New02

Page 1

Opini

K rupsi,

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Oleh: Faiqatun Ni’mah*

M i s i Po l i t i s i S a a t In i

Di era modern ini, banyak orang yang berkiprah dalam dunia perpolitikan. Baik guru, pengusaha, pedagang, sampai artis dan model. Dunia politik bagaikan magnet bagi sebagian orang. Tak sedikit orang yang rela mengeluarkan banyak uang, hanya demi menjadi seorang politisi. Walaupun mereka sebenarnya orang yang apatis, bahkan anti, terhadap dunia politik. Pada dasarnya politik itu baik. Menurut Aristoteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Jadi, sebenarnya politik itu bertujuan positif bagi masyarakat. Jika ada pernyataan bahwa “suatu negara menjadi hancur karena politik”, sebenarnya pernyataan yang benar adalah “negara hancur karena poltik yang dijalankan oleh orang-orang yang tidak benar”. Bukan politik yang kotor, melainkan orang-orang yang berpolitik (politisi) lah yang “tidak bersih” dalam menjalankan wewenangnya. Janji Politisi Semua politisi yang berjuang untuk menduduki suatu posisi kepemimpinan, pasti memiliki visi dan misi tertentu yang diistilahkan dengan “janji politisi” yang mereka gembar-gemborkan saat kampanye. Calon pemimpin ataupun wakil rakyat yang tidak mempunyai pandangan ke depan bisa dikatakan politisi abal-abal. Adanya visi dan

10

Dok. Internet

misi bertujuan untuk kebaikan bersama. Lebih dari itu, visi dan misi haruslah ada dalam menjalankan roda politik. Sebagaimana orang berjalan, akan sia-sia jika tanpa arah dan tujuan. Oleh karena itu, setiap politisi harus memiliki visi dan misi yang dijadikan sebagai amanat yang diemban selama ia berkiprah dalam dunia perpolitikan. Namun, dalam realitasnya banyak ditemukan politisi yang ketika terpilih tidak dapat merealisaikan apa yang menjadi visi dan misinya. Mereka hanya menggembargemborkan janji-janji yang ternyata tidak pasti. Bukannya mengabdi, mereka hanya memperkaya diri dengan korupsi. Seakan yang menjadi visi mereka bukan untuk kebaikan bersama, melainkan demi keuntungan pribadi dan keluarga. Bukti nyata dari perilaku politisi abal-abal itu, banyak yang kaya mendadak setelah mendapatkan jabatan yang mereka inginkan.


Opini

Bukannya mengabdi, mereka hanya memperkaya diri dengan korupsi. Seakan yang menjadi visi mereka bukan untuk kebaikan bersama, melainkan demi keuntungan pribadi dan keluarga. Sungguh ironis melihat perilaku pejabat yang tak bertanggung jawab, yang asyik mengumpulkan harta yang sebenarnya adalah hak rakyat. Sementara kondisi masyarakat masih banyak yang sengsara.

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Solusi Banyak hal yang perlu dibenahi dalam dunia perpolitikan di negeri ini, mulai dari orang, sampai sistemnya. Yang pertama adalah mindset politisi. Anggapan menjadikan politik sebagai ladang mencari keuntungan perlu diluruskan. Mereka harus selalu ingat bahwa tujuan berkiprah dalam dunia politik adalah demi kebaikan bersama, untuk mengabdi pada ummat, untuk kesejahteraan bangsa dan negara. Kedua, Komisi Pemiilihan Umum (KPU) harus jeli dalam menyaring partai politik yang berhak ikut pemilu. Berdasarkan pasal 10 Undang-undang Nomor 3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 tahun 1999 tentang Pembentukan KPU dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum KPU, salah satu wewenang KPU adalah menerima, meneliti, dan menetapkan partai-partai politik yang berhak menjadi peserta Pemilu. Selain KPU, setiap partai politik juga harus jeli dalam memilih kader yang akan mereka jadikan kandidat, baik legislatif

maupun eksekutif. Bila perlu, mereka harus ditekankan untuk menyatakan sumpah tidak akan melakukan korupsi. Kaum akademis (mahasiswa) juga harus ikut andil dalam mencegah korupsi. Hal itu bisa dilakukan dengan banyak cara. Antara lain, banyak menambah wawasan dan pengetahuan tentang politik, selalu membuka mata atas konstalasi politik yang terjadi, dan tepat dalam memilih calon politisi agar tidak

salah dalam memberikan hak suara. Seyogyanya, mahasiswa juga mampu menggiring masyarakat untuk menentukan mana politisi yang patut dipilih. Selain itu, mahasiswa juga berkewajiban meningkatkan kualitas dan spiritualitas diri agar selalu menjadi orang yang benar, agar kelak barangkali jika menjadi politisi, tidak akan membawa misi korupsi. Masyarakat selaras dengan mahasiswa, harus pandai memilih siapa yang patut terpilih menjadi pemimipin negeri gemah ripah loh jinawi ini. Jangan sampai korupsi selalu menjadi misi para calon politisi. * Penulis adalah kru di LPM IDEA angkatan 2012

11


Riset

Isu

Merger, Tidak boleh Ada Yang Dirugikan

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Dok. internet

12

Asumsi mengenai merger Fakultas Ushuludin-Dakwah muncul seiring gencarnya wacana IAIN Walisongo Semarang, yang konon katanya, akan berpindah status menjadi UIN. Tentu, hal ini mendapat reaksi dan tanggapan yang berbeda dari setiap elemen akademisi kampus, terutama mahasiswa. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah jumlah mahasiswa minimal 1000 mahasiswa per fakultas. Hal itu menjadi hipotesis sementara sebagai latar belakang mengapa muncul wacana penggabungan antara Ushuludin dengan fakultas. Mengapa tidak?. Berdasarkan data mahasiswa beberapa angkatan sebelumnya, terlihat jelas bahwa Fakultas Ushuluddin belum memenuhi kuota minimal jumlah mahasiswa. Isu yang berkembang adalah Fakultas Ushuluddin yang akan digabung dengan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, karena dua fakultas inilah yang mempunyai mahasiswa paling sedikit dibandingkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Fakultas Ilmu Syari'ah dan Ekonomi Islam. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan kru El-Manhaj dengan menyebar angket, ada sekitar 93,33%, responden yang mengetahui

isu merger. Selebihnya atau 6,67% tidak mengetahui hal tersebut. Maka wajar, jika diantara mereka masih ada yang belum mengetahui wacana tersebut. Hal ini karena informasi tentang penggabungan antara dua fakultas ini dirasa masih minim dan kurang adanya sosialisasi dari pihak kampus. Isu merger mendapat reaksi dan tanggapan yang berbeda dari setiap elemen akademisi kampus, terutama mahasiswa. Kebanyakan mereka menyatakan ketidaksetujuan kalau ada penggabungan fakultas ketika status IAIN menjadi UIN. Dari berbagai opini yang dihasilkan melalui tiga puluh angket yang tersebar di kalangan Mahasiswa Ushuludin, terbukti 83,33% dari mereka menyatakan ketidaksetujuannya, selebihnya 3,33% menyatakan setuju dan 13,34 % menyatakan masih bimbang antara setuju atau tidak. Bagi mereka yang menyatakan kebimbangannya, karena memang informasi mengenai penggabungan tersebut masih sangat minim dan jarang sekali terdengar di telinga mahasiswa.


Riset islam). Kekhawatiran terhadap nasib ke depan tiap masing-masing fakultas pantas ada dalam benak hati mahasiswa. Entah ini sebagai wujud loyalitas pihak mahasiswa terhadap masing-masing fakultas, atau memang karena mereka tidak ingin menghilangkan identitas fakultas yang ditekuni. Yulinar, mahasiswi Aqidah Filsafat semester dua, menyatakan kerancuan terkait isu merger yang berkembang. “Kalau Ushuludin mau dimerger, seharusnya dengan fakultas Syari'ah yang lebih dekat keilmuannya,� ungkapnya. Di sisi lain, dikhawatirkan akan terjadi kerancuan dalam birokrasi maupun keilmuwan. Dan yang paling kentara akibat dari penggabungan keduanya adalah akan merugikan kedua belah pihak dan menghilangkan identitas dari masing-masing 13,34% fakultas. Pihak fakultas, mulai Dekan, Dosen, atau pun mahasiswa, Tidak Setuju harus memperhatikan dengan 33,33% Setuju seksama terkait isu ini. Oleh karena itu, langkah yang Bimbang 83,33% diharapkan ialah saling bekerja sama memenuhi kapasitas seribu mahasiswa untuk melancarkan rencana IAIN berganti status menjadi UIN. Dengan demikian, tidak akan ada yang merasa dirugikan dengan adanya rencana Komuni kasi. Dan rencana ke depan, perubahan status dan antara fakultas fakultas ini akan menambahkan satu jurusan, dakwah maupun Ushuludin masih tetap yakni PMI (Pemberdayaan Masyarakat mempertahankan identitas masing-masing. [Khoirika]

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Berbagai macam alasan muncul sebagai landasan mereka menyatakan rasa ketidaksetujuan. Banyak diantara mereka yang khawatir jika terjadi penggabungan dua fakultas, maka akan menimbulkan ketidaksesuaian antara kajian keilmuwan masing-masing fakultas yang digabung. Karena pada dasarnya, kedua fakultas ini sangat jauh berbeda. Sebut saja jika Fakultas Dakwah lebih condong membahas perihal teknik dalam berdakwah dan komunikasi, maka Ushuludin lebih cenderung mengkaji hal-hal keilmuwan guna pijakan dasar teknisi Dakwah. Ditambah saat ini, status fakultas Dakwah yang sudah mengalami perubahan. Beberapa waktu yang lalu, fakultas berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Dakwah dan

Merger?

Metodelogi Riset Jejak pendapat/riset ini dilakukan oleh kru buletin el-Manhaj, pada tanggal 23-25 juli 2013. Sebanyak 150 responden -- yang keseluruhannya mahasiswa Ushuluddin IAIN Walisongo-- dipilih dengan menggunakan metode cluster random sampling dengan unit angkatan (lintas angkatan 2009-2012). Sampling eror diperkirakan 2,5 persen. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket.

13


Slayer Hijau Komunitas ini adalah para penyapu Gunung Ungaran, yang setiap bulannya naik dan turun gunung hanya untuk membersihkan gunung, sebagai rasa cinta mereka kepada alam. Dikarenakan banyak para pemuncak gunung, hanya menikmati indahnya pemandangan alam dan tidak peduli kepada kelestarian alam dengan membuang sampah sembarangan. Kita patut bangga pada mereka yang mengatas namakan “ Slayer Hijau�. (Doc. jack, Sandy)

14


el_Manhaj Edisi XVIII, Juli 2013

15


Kampusiana

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Dok. Mustika

16

Dibalik Meriahnya Temu Alumni Sabtu (18/05), Fakultas Ushuluddin terlihat berbeda dari biasanya. Pagi itu sudah ada panggung temu alumni yang berdiri di lapangan voli. Terlihat pula beberapa mahasiswa dari empat jurusan dan anggota-anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), sudah bersiap di kampus untuk membuka stand penyambutan alumni. Di tengah meriahnya acara, terlihat beberapa mahasiswa yang mencoba mencari keuntungan. Diantara mereka, ada yang menjual pakaian, pernak-pernik, hingga makanan dan minuman. Mereka menawarkan barang dagangan mereka dengan mengandalkan senior yang berkunjung ke stand, bahkan ada diantara mereka yang menjajakan barang dagangan mereka dengan berkeliling dari senior satu ke senior lainnya. Ahmad Muqsith, (21) contohnya, tak sungkan untuk berjualan kopi panas di stand Himpunan Mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama (HMJ PA). Hal itu dia lakukan, untuk mencari tambahan dana sebagai bekal melaksanakan diskusi mingguan. Menurutnya, Sebagai ketua HMJ PA dia harus memutar otak untuk membeli keperluan diskusi, sebab dana untuk HMJ belum kunjung turun. “Hitung-hitung memanfaatkan situasi untuk mencari tambahan pemasukan agar diskusi mingguan berjalan lancar,� akunya. Muqsith mengaku, tak perlu memiliki rasa sungkan dalam hal ini. Sebab apa yang dilakukan merupakan sebuah tugas

untuk menutupi keuangan HMJ dan demi menjaga eksistensi HMJ dalam melaksanakan kegiatan rutinan. Berbeda dengan muqsith, Dian (21) lebih memilih berjualan pakaian daripada makanan atau minuman. Menurutnya, keuntungan menjual pakaian lebih besar. “Lebih enak menjual pakaian. Sebab jika kita menjual makanan atau minuman keuntungannya kecil,� tuturnya. Dia juga menambahkan, jika berjualan makanan dan minuman membutuhkan modal yang lumayan besar, sementara jika berjualan pakaian cukup bekerja sama dengan orang lain dan keuntungan yang didapat bisa dibagi dua, tanpa harus keluar modal yang lumayan besar. Dan jika tidak laku


Kampusiana Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) maupun birokrasi. “Buktinya tidak ada teguran dari SMF ataupun birokrasi, jadi fine-fine aja apa yang kami lakukan,” jawabnya. Berharap Rutin Dilaksanakan Muqsith mengaku senang dengan adanya acara tersebut. Menurutnya, dengan adanya acara tersebut, dia mampu melihat realita bahwa alumni fakultas Ushuluddin tidak hanya menjadi kyai atau modin, tetapi juga banyak diantara mereka yang menjadi politisi maupun pengusaha, sehingga akan memacu semangat belajar mereka dikarenakan prestasi yang dicapai para alumni. “Senanglah dengan adanya acara ini, karena alumni fakultas Ushuluddin tak hanya jadi agamawan saja, tapi juga banyak yang jadi politisi maupun pengusaha.” ungkapnya. Dian juga mengakui hal yang sama meskipun dengan alasan yang berbeda. Menurutnya, dengan adanya acara tersebut, dia bisa membangun komunikasi dengan senior-senior agar tidak bingung setelah lulus nanti. “Ya senanglah, karena bisa ketemu senior dan mendapat penjelasan tentang karir yang bisa digeluti setelah lulus nanti,” akunya. Keduanya juga berharap agar acara tersebut bisa rutin dilakukan. Menurut mereka, banyak sekali manfaat yang bisa didapat dari acara tersebut. Akan tetapi Dian memberi catatan, agar mahasiswa diberi forum untuk berdialog dengan para alumni dan senior. Menurutnya, sayang jika acara yang menelan banyak biaya tersebut hanya digunakan sebagai ajang nostalgia alumni dan senior. “Semoga acara ini bisa dilaksanakan rutin dan mahasiswa diberi forum untuk berdialog dengan para alumni. Sebab, sayang jika acaranya hanya temu kangen dan senang-senang saja” tambahnya. [Zainal-Adib-el-Manhaj]

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

bisa dikembalikan tanpa harus menanggung kerugian. “Lebih enak berjualan pakaian, jika tidak laku bisa dikembalikan. Tidak menanggung kerugian dan tak perlu keluar modal,” tambahnya. Bukan Hanya Mencari Keuntungan Menurut Dian, kegiatan itu dia lakukan untuk membentuk mental dan menambah jaringan dari senior-senior. Untuk itu dia mengaku tidak ada rasa pakewuh ataupun sungkan ketika menawarkan barang daganganya dari satu senior ke senior lainnya. “Jadi tujuannya bukan sekedar materi, tapi juga untuk membentuk mental dan menambah jaringan,” lanjutnya. Senada dengan Dian, Muqsith juga menuturkan bahwa tujuannya berjualan kopi, selain untuk mencari keuntungan juga merupakan sebuah strategi untuk menarik senior agar mau berkunjung ke stand, sebab tanpa adanya senior yang berkunjung ke stand, percuma dia dan teman-temannya di HMJ bersusah payah membuka stand. Muqsith juga menambahkan, bahwa sebenarnya ada satu tujuan utama menarik senior agar mau berkunjung ke stand, yaitu agar mereka mau memberi motivasi kepada mahasiswa PA tentang manfaat belajar di PA. Sebab dia mengakui, dirinya merasa bingung jika ditanya oleh adik-adik angkatannya perihal karir yang akan digeluti setelah lulus kuliah. Ketika ditanya tentang kemungkinan gangguan yang muncul pada acara tersebut karena aktifitasnya, muqsith menjawab, tidak mungkin yang dia lakukan mengganggu kegiatan tersebut. Muqsith juga menambahkan, jika seandainya aktifitasnya mengganggu kegiatan temu alumni, tentunya sudah ada teguran dari pihak Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) maupun birokrasi. “buktinya tidak ada teguran dari SMF ataupun birokrasi, jadi fine-fine aja apa yang kami lakukan”, jawabnya. tentunya sudah ada teguran dari pihak

17


Humaniora

Kong Rokhim Dan Jepang

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Oleh: M Abul Fadlol dan Ziya’ul Wahid*

18

Plastik kresek hitam lusuh yang dibawanya dari rumah, dibukanya dengan sigap. Bukan makanan maupun perkakas yang ia keluarkan. Satu plastik kecil berisi tembakau kering yang ia keluarkan. Dengan suara berat, pria 70 tahunan itu bercengkerama dengan santainya. Bersama tembakau di tangan, ia pun mulai bercerita tentang sejarah jepang yang dulu pernah bermarkas di desa Ringinwok, tempat dimana ia tinggal. “Dulu, ketika kakek berperang melawan Nippon, di tiap jalan terdapat mayat-mayat yang tak terurus,” Katanya.“Sungguh sadis Nippon waktu di sini, Le,” Sambungnya lagi. Pria yang sehari-hari kerap disapa kong Rokim itupun mencoba menelusupi ingatan di waktu kecilnya. Jejak sejarah memang membekas erat di tiap tubuhnya. Bekas luka sabetan pedang yang membekas di kaki kirinya, semakin menjelaskan bahwa jepang sangat sadis dalam menjajah anak-anak ibu pertiwi. Salah satu bukti perlawan pasukan bumi pertiwi pada jepang yang masih terlihat jelas sampai sekarang adalah, adanya tugu muda yang berdiri kokoh di tengah jalan pahlawan. Di jalan dekat daerah itulah, dulu banyak berguguran rakyat pribumi yang membela jiwa, harga diri, dan negaranya. “Dulu tugu muda tidak sekokoh sekarang, Le, Dulunya tempat itu hanyalah jalan dokar di tengah kebun,” sambut kong Rokim lagi. Memang, saksi sejarah perlawanan terhadap jepang di Semarang yang masih

Dok. Internet

sangat jelas terlihat adalah tugu muda. Tugu itu mengingatkan kita akan dahsyatnya pertempuran lima hari yang melibatkan para pemuda melawan jepang. Setelah mendengar bahwa presiden Soekarno telah mendeklarasikan proklamasi di Jakarta, para pemuda Semarang semakin gencar melawan Negara Matahari terbit tersebut. Namun, ternyata tak semudah yang dibayangkan.Jepang mencoba menutupnutupi kabar baik dari Jakarta tersebut. Dengan sedikit memaksa, para pemuda saat itu mencoba meminta gubernur Jawa Tengah saat itu, Mr. Wongso, untuk menandatangani perjanjian yang berisi


Humaniora Dok. Fa

dlol

el_Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

pengambil alih kekuasaan di daerah Semarangdari cengkeraman jepang. “Dr. Karyadi dulu pernah diancam oleh jepang, agar jangan mencoba mendekati mata air di kawasan candi�, imbuhnya. Hal ini sangatlah wajar, karena diisukan mata air di kawasan candi sudah diracun oleh jepang. Dr. Karyadi pun ingin mengecek mata air tersebut. Tetapi sebelum sampai lokasi, jepang memberondongkan peluru yang mereka miliki ke tubuh Dr. Karyadi. Hal itu menyebabkna ia tewas, demi menjunjung harga diri dan martabat bangsa.

*Penulis adalah kru di LPM IDEA angkatan 2012

19


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.