New03

Page 1

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Bincang Munculnya isu merger Fakultas Ushuluddin dan Dakwah menimbulkan keresahan penduduk Ushuluddin, termasuk pihak dekanat. Mereka pun mengadakan progam sosialisasi untuk menyelamatkan Ushuluddin. Pertanyaannya, apakah yang harus di khawatirkan? Sebagai penjelas kekhawatiran tersebut, dirasa perlu melihat Perguruan Tinggi (PT) lain yang di dalamnya ada penggabungan dua Fakultas tersebut. Marilah kita simak bincang dengan Dekan Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Surakarta. Secara umum, bagaimana keadaan jurusan Ushuluddin sebelum dan sesudah di merger? Secara umum tidak banyak berubah. Karena sebenarnya kita itu adalah jurusan yang menggabung jadi satu dalam naungan fakultas. Jadi tidak ada perubahan yang signifikan, baik dalam struktur dan kurikulum. Tapi, ada beberapa tambahan. Seperti adanya Dekan, Pembantu Dekan, BEM dan SENAT. Adapun yang lainnya berjalan seperti biasannya. Sejak kapan Jurusan Dakwah di merger dengan Jurusan Ushuluddin dan apa asal-usul merger tersebut? Hal itu terjadi ketika STAIN Surakarta berubah menjadi IAIN Surakarta. Adapun asal usulnya itu berhubungan dengan tranformasi STAIN ke IAIN. Sebenarnya kami ingin semua Fakultas berdiri sendiri. Pada awalnya kami mengajukan enam fakultas. Tapi dari pusat hanya memberikan wewenang kepada kami untuk mendirikan tiga fakultas. Akhirnya dengan sangat

20

Nama : Abdul Matin Salman TTL : Kendal, 15 Januari 1969 Alamat: Perum Kopasus Rt. 01, Rw. 14 Bolon, Colomadu, Karanganyar. Pendidikan : S1 Al-Azhar, S2 IAIN Walisongo, S3 Sunan Ampel Surabaya. Jabatan : Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD)

Demi UIN, terpaksa Ushuludin dimerger dengan dakwah. Apa komentar bapak terkait pe-merger-ran tersebut? Sebenarnya pe-merger-an ini adalah keterpaksaan. Dan untuk menjadi IAIN, jalan inilah yang harus ditempuh. Kerena melihat jumlah mahasiswa tidak memenuhi syarat Ushuluddin berdiri sendiri sebagai Fakultas. Tapi perlu diingat, ini hanya bersifat sementara. Dan, kami masih terus berusaha agar Ushuluddin bisa berdiri sendiri sebagai Fakultas yang terpisah. Untuk itu kami berusaha menambah beberapa prodi. Jadi merger ini adalah demi kepentingan bersama. Karena dengan menjadi IAIN, akses akan lebih luas. Begitu pula dana yang dikucurkan dari pemerintah lebih banyak. Saya tidak pernah berpikir fokus pada keuangan, tetapi lebih kepada akses keilmuan. Apa dampak positif dan negatif yang ditimbukan dari merger tersebut dan Apa pengaruhnya pada dosen dan mahasiswa? Sebenarnya yang ditimbulkan hanya dampak negatif, dan sedikit sekali positifnya. Pertama, dari cara berpikir kita sudah beda. Baik dari kalangan dosen maupun mahasiswa. Kemudian, sering kali terjadi kecurigaan. Misalnya ketika ada kegiatan dari dosen


Bincang

dekan pastinya lebih hemat menggaji satu dekan. Dan, negara tidak ingin boros. Sebenarnya, walaupun jumlah mahasiswa Ushuluddin belum memenuhi syarat tetap bisa berdiri sendiri, tergantung bagaimana pimpinan bisa meyakinkan pusat bahwa Ushuluddin layak berdiri sendiri, walaupun mahasiswanya belum mencapai 1000.

Korbankan Ushuluddin maupun mahasiswa Ushuluddin, ada tuduhan tentang pilih kasih dari Dekanat. Bukan hanya itu, terjadinya dualisme kepemimpinan juga tidak bisa dihindari. Terkait rencana tranformasi IAIN Walisongo Semarang menjadi UIN, muncul isu merger antara fak. Ushuluddin dan fak. Dakwah. Karena aturan PAN yang mengharuskan jumlah mahasiswa minimal 1000 orang. Dan sementara ini jumlah mahsiswa di fak. Ushuluddin belum memenuhi persyaratan. Jika merger itu terjadi apa pendapat bapak? Efeknya pasti lebih besar. Karena yang digabung adalah dua fakultas. Sedangkan disini adalah dua jurusan bergabung menjadi satu fakultas. Dan, kalau mengaca disini, awalnya akan timbul konflik. Tapi untuk kedepannya tergantung bagaimana pemimpinnya bisa meredam atau tidak. Sedangkan terkait aturan MENPAN, itu berhubungan dengan dana yang dikeluarkan oleh negara. Menggaji dua dekan dan satu

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Dok. Zaim

Untuk mengantisipasi merger tersebut, dari pihak Fakultas Ushuluddin mengadakan sosialisasi ke sekolah-sekolah dengan cara mengadakan workshop kepemimpinan, jurnalistik dan kewirausahaan. Menurut bapak bagaimana sosialisasi yang tepat? Itu ide bagus. Tapi menurut saya, sosialiasasi yang tepat adalah menawarkan beasiswa. Itu lebih dirasa riil oleh masyarakat. Jadi sebenarnya kita cukup mendatangi pesantren-pesantren. Seperti kita tau, pada umumnya anak-anak yang sekolah di pesantren identik dengan masyarakat pedesaan yang masih berada pada garis kemiskinan. Sehingga, perlu ada dukungan beasiswa. Karena jika tidak, maka kebanyakan alumni pesantren yang kaya, pasti akan meneruskan ke perguruan tinggi umum, atau memilih program studi atau jurusan yang lebih menjanjikan profesi atau pekerjaan. Padahal, menurut saya, yang tepat masuk Ushuluddin adalah anak pesantren. Kemudian, apa langkah bapak untuk memajukan Ushuluddin di sini? Kami merencanakan membuat ma'had kewirausahaan, dan nanti yang masuk khusus anak Ushuluddin. Karena menurut kami, selama ini kita ini hanya kebagian menafsirkan ayat tentang ekonomi tapi tidak bisa menjadi pelaku. Rencana itu disamping agar bisa menarik minat, juga sebagai kelanjutan aplikasi ilmu ushuluddin yang sebenarnya mengajarkan kemandirian di segala bidang, tanpa dibatasi oleh disiplin ilmu tertentu. [Zaim-Ishlahuddin-el-Manhaj]

21


el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Resensi

Judul buku : Rahasia Sang Maha Mengubah Derita Jadi Bahagia Penulis : Masriyah Amva Penerbit : Kompas Media Di tengah pergolakan dunia modern, yang semakin mengesampingkan eksistensi perempuan, tampil sesosok kartini masa kini yang mencerminkan perempuan tangguh dan mandiri. Yang dengan keteguhan hati dan imannya mampu menciptakan solusi baru dan kiatkiat menghadapi berbagai persoalan dan masalah kehidupan, dan dengan sepenuhnya menyandarkan urusannya kepada Sang Maha Kuasa. Semua itu ia tumpahkan dalam buku yang merupakan curahan atas berbagai pengalaman yang telah ia alami, ia menulis berbagai hal

22

Nusantara, Jakarta. Cetakan : I, Juli 2012 Tebal : XX+248 halaman Dimensi : 14 cm x 21cm tentang kesetaraan gender, pluralisme, kesederhanaan, cinta serta kebersahajaan pada Tuhan Penulis buku berjudul Rahasia Sang Maha ini adalah Masriyah Amva. Selain menjadi pengasuh salah satu Pondok Pesantren yang berada di Cirebon Jawa Barat, ia juga aktivis feminis yang bergelut dalam program pemberdayaan masyarakat bawah. Selain


Resensi

Kisah Oleh Kartini Masa Kini Oleh: Ika Febriani*

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Dok. Ivo

berisi 26 kisah curahan hati dan pengalamannya, buku ini juga berisi kumpulan puisi yang ia letakkan di bagian akhir buku. Dalam salah satu kisah, Masriyah menceritakan pengalamannya ketika mengunjungi Majlis Ilmi di kota Rabat, Maroco. Ia menceritakan tentang kedudukan perempuan yang sangat dihormati, bahkan diutamakan dibanding laki-laki, di negeri tersebut. Seperti ketika menghidangkan minuman, para pelayan memberikan perempuan minuman lebih dulu daripada laki-laki. Hal itu dikuatkan dengan statemen ketua Majlis Ulama yang mengibaratkan perempuan sebagai tonggak kehidupan dan tiangnya negara. Masriyah lalu membandingkan keadaan yang ada di Maroko dengan yang terjadi di Indonesia. Umumnya para perempuan di Indonesia selalu mendahulukan hidangan untuk para laki-laki. Demikian pula para laki-laki, selalu terbiasa m e n d a h u l u k a n golongannya daripada perempuan. Masriyah mengakui

bahwa slogan lady first yang berkembang di Barat belum dapat diterapkan di Indonesia. Padahal, menurutnya, perempuan harus selalu didahulukan dengan tujuan agar perempuan lebih memiliki kepercayaan diri. Juga untuk menguatkan posisi perempuan yang selama ini dilemahkan. Dalam kisah-kisah lainnya, Masriyah ingin menunjukan tentang arti kebahagiaan sejati yang sering kali tersatiri oleh kebahagiaankebahagiaan semu penghias dunia, kebahagiaan yang hadir dalam bentuk dan wajah beragam. Kekuasaan, harta, pangkat, dan jabatan membungkam nurani kemanusiaan, sehingga kebahagiaan sejati yang ingin dicapai justru sirna. Buku ini menuntun kita untuk memahami rahasia-rahasia Sang Maha, mempelajarinya, dan menemukan jalan menuju kesuksesan dalam menjalani hidup yang diwarnai sejuta duka. Dalam kisah-kisah yang ditulisnya, Masriyah memberikan inspirasi kepada kita untuk mengubah paradigma yang ada dari "akal sentris"(anggapan bahwa segala sesuatu berpusat pada akal) menjadi "Ilahiah sentris"(berpusat kepada ketuhanan). Karena akal hanya merupakan potensi yang diberikan Allah untuk digunakan secara optimal dalam rangka menjalani misi sebagai khalifah fil ardh. *Penulis adalah kru di LPM IDEA angkatan 2012

23


Cerpen

Si Miskin Menangis

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Oleh: Abdul Rosyid*

24

Bangunan itu berdiri tegak, kokoh, kekar, dan megah. Tampak dua joglo memangku bagian depan bangunan tua itu. Berlapis cat putih dan hijau dan beralas takel yang memudar, bangunan itu persis rumah adat jawa. Di tengah kerumunan warga, berkumpul para tokoh dan perangkat desa. Ya, mereka semua adalah calon pahlawan bagi si muddin. Mereka semua siap menjadi tim sukses mudin untuk maju menjadi caleg. Pantaslah, muddin adalah anak dari salah satu tokoh masyarakat desa Jladri, desa yang jauh dari pusat kota Batang. Muddin diusung dari masyarakat sekitar sebagai calon anggota DPRD kota. Bagi masyarakat Jladri, itu adalah awal kebangkitan sejarah kali pertama mengusung calon anggota DPRD kota. Desa yang berumur 20 tahun itu baru pertama kali mengusung calon caleg. Radhi, kepala desa jladri siap menjdi tim sukses keponakanya itu. “Saya siap menjadi ketua tim sukses muddin,” kata dia dengan gaya-gaya elit politik nasional yang sering dilihatnya di teve. “Ini adalah momen yang berharga dan kebangkitan desa Jladri yang selama ini dipandang sebelah mata,” sambil berdiri dihadapan para warga di balai desa. “Kita harus mendukung penuh rencana ini” sahut pak Carik dengan nada mengglegar “Mudin harus jadi,” begitu kata para warga serempak serambi mengepalkan tangan kedepan “Sekarang kita fokus kekampanye. Semua akan kita lakukan untuk kemenangan muddin. Namun persoalan kita sekarang keterbatasan dana. Kami sebagai team sukses sudah menghitung-hitung keperluan dana. Kita butuh dana 200 juta,” kata kades

“Dua ratus juta?” Semua terbelalak Semangat yang semula berapi-api kini padam bak tersiram air hujan. Semua masyarakat Jladri tak ada yang menyahut, tak ada yang berani bersuara atau berpendapat. Seketika menjadi hening barang satu jam. Di sudut ruangan balaidesa muddin duduk dengan muka memerah. Kemudian seketika dia bangkit dari duduknya, berdiri dan memberikan arahan kepada para warga, ia juga menuturkan estimasi dana untuk keperluan dana kampanye. “Untuk biaya sepanduk, MMT, kalender, stiker, kartu nama sekitar tiga puluh juta. Untuk pendaftaran kepartai sekitar 30 juta. Biaya kampanye selama 1 bulan butuh 60 juta, belum lagi serangan fajar dan ini, itu kata pak Kades berapi-api sehingga semua warga terbelalak. “Tetapi semua jangan khawatir, semua halangan akan kita selesaikan secara bijak, apapun akan kami lakukan untuk menggalang dana, termasuk...” “Termasuk apa pak kades?” Seketika suasana rapat warga menjadi hening. Orang-orang tidak menyangka Jojon akan brani mengintruksi pak kades yang sedang berbicara. Johan adalah satu-satunya pemuda yang lulus sarjana. Ia baru saja diwisuda di salah satu unversitas kota semarang. Selama menjadi mahasiswa Jojon aktif diberbagai organisasi. Dulu Jojon mantan presiden dema, jadi wajar saja berani berpendapat. Setidaknya Jojon sudah mendengar dari kemarin desas-sesus penjualan tanah ulayat untuk keperluan kampanye muddin. Persoalanya tanah ulayat itu terdapat rumah yang berdiri kokoh yang ditempati Jojon dan ibunya. Kalau tanah itu dijual, secara otomatis rumah itu akan digusur. Dan Jojon akan tinggal di surau tua deket kantor balai desa.


Cerpen memebus lagi dan kau bisa tinggal di tanah itu kembali, untuk sementara kau bisa tinggal di surau tua itu. Lagian, surau itu kosong tidak ada yang menempati.” Terang pak kades. Jojon seakan tidak bisa berkutik, tak ada satupun warga yang membela Jojon. Semua warga sepakat kalau tanah itu dijual untuk menyukseskan si muddin. *********** Pagi datang dan bersemayam seperti biasa, tentang embun yang tergelincir di daun, gelap yang perlahan mulai memudar, sampai embus angin saat suara sunyi malam mulai reda. Gemericik air samarsamar terdengar hingga kamarnya. Dia perlahan mulai memaksa agar bisa tegar. Tegar menungu gusuran rumah yang segera dirobohkan. Setelah memijat-mijat matanya dengan jari telunjuk dan jempol kanan, samar-samar pandangannya mulai menjadi jelas. Bangunlah si jojon, mulai berkemas, semua barang-barang dikemas dalam kardus dan siap dipindahkan ke surau. Pagi nanti semua warga siap kerja bakti untuk memindahkan barang-barang Jojon. Tepat pukul 07.00 warga berduyunduyun memindahkan barang-barang. Lagilagi isak tangis Madiyah kembali meledak. Jojon dan ibunya hanya bisa bengong. Tatapannya kosong. “Bu Madiyah, kami bersama seluruh elemen masyarakat bukan bermaksud untuk menyakiti keluarga ibu, tapi ini demi kemajuan dan kesuksesan desa kita. Untuk sementara ibu dan Jojon bisa tinggal di surau”. Terang pak kades. Suara pak kades hanya bisa didengar, dan sepintas lewat bagai ayunan mobil yang melaju berkecepatan tinggi. Akhirnya keluarga Jojon menerima ini semua. *Penulis adalah kru di LPM IDEA angkatan 2012

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Keluaraga Jojon termasuk keluarga melarat sejak ibunya cerai dari bapaknya Jojon. Pernikahan ibunya sudah tiga belas tahun, namun ibunya tidak pernah pulang ke rumah bapaknya. Dan ibunya diusir dari rumah suaminya. Sehingga, terpaksa Jojon dan ibunya harus kembali ke desa kakek dari ibunya. Tetapi nasib malang menimpanya, kakek Jojon sudah meninggal sekitar dua tahun yang lalu. Sehingga rumah yang ditemapti kakeknya itu menjadi tanah ulayat karena tidak ada yang menempati sejak ibunya Jojon satu atap dengan suaminya. Atas kebaikan pak kades, Jojon dan ibunya diijinkan untuk menempati tanah tersebut. “ingat saya mengijinkan membangun rumah itu Arya Art hanya untuk sementara, kalau ada keperluan yang sifatnya mendadak, ya harus bagaimana lagi,” kata pak Kades. “Saya tidak setuju” lantang jojon Suasana itu hening kembali, kian memanas. Semua warga hanya terbelalak tidak ada sepatah katapun yang terlontarkan. Pak kades terlihat gelisah, mukanya lagi-lagi memerah. Ia tak menyangka Jojon akan seberani itu. Sebenarnya kalau ditelusuri, tanah itu milik ibunya Jojon, tapi yang jadi persoalanya ketika amanat dari kakeknya Jojon yang tidak disampaikan kepada ibunya. Sehingga ibunya tidak tahu kalau tanah itu diwariskan kepada ibunya. Ketegangan antara pak kades dengan Jojon kian memanas.Tak ada yang berani angkat bicara, jangankan bicara. “Aku tidak setuju! Kemana kami akan pindah? “Ujar Jojon Nur Madiyah (ibu Jojon) hanya bisa duduk di sudut rumahnya. Ia terisak, tetesan air mata yang membanjiri wajahnya seakan hidupnya akan berakhir dengan tragis. Tak ada satupun ibu-ibu warga yang menghampirinya. “Soal pindah bisa kita atur nanti, kita bisa pikirkan jika muddin nanti jadi.” Lagi pula, hanya untuk sementara. Kalau Muddin bisa memenangkan pemilu nanti, Muddin akan

25


Cerpen

Oleh: Achmad Zakaria*

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

“Selamat malam dan sampai jumpa” Itulah kata terakhir Suci yang diucapkan melalui telpon kepadaku.

kebohongan dengan memintaku menunggunya di depan perpustakaan, sementara ia berlari menuju kelas. Tertawa

Ku seakan tak lagi merasakan

lepas diriku saat mengingat memoriam

dinginnya desahan udara malam itu,

yang terlanjur mendarah daging itu. Suci

mendadak pandanganku kabur dan

telah mendapatkan pekerjaan di antah

menjadi gelap gulita di bawah benderang

berantah, karena ia tak pernah

bulan dan syahdunya jangkrik yang

memberitahuku, bahkan sms tak dibalas

sedang bersuka ria.

dan telponku pun tak pernah ia angkat.

“Suci telah berubah “ kata itu yang kini

Sesekali ia menelponku.

memenuhi fikiranku dan menjadi emosi

“sekarang dimana kog gak pernah ada

yang meluap ketika harus aku ingat kata

kabar?”

tersebut. Jarak semakin terasa terbentang

“sory, sekarang lagi kerja di salah satu

tak berujung. Dia yang seharusnya

perusahaan swasta” Suci

menjadi ruh dalam perjalanan hariku, kini menjauh dan tak menginginkan untuk sekedar bercerita tentang hari-harinya kepadaku. Terukir jauh dalam ingatanku, saat berdua mengejar ijazah di Universitas Swasta Jawa Tengah. Berlomba untuk sampai pertama kali di kelas, bahkan tak jarang bermain-main dengan sedikit kecurangan laiknya meminjam Hp,

26

kemudian menelatkan alaramnya supaya

“dimana dan jadi apaan Neng?”

telat bangun. Tak jarang juga Suci

“ada deh, jadi admin Kang. hehehe”

mengalahkanku dengan sedikit

Selalu kata ketidak jelasan yang ia


Cerpen suguhkan padaku, sementara aku harus

mengganti ucapan selamat yang

memasang wajah bodoh ketika teman-

harusnya ku terima saat itu. Semakin aku

teman yang lain menanyakan perihal Suci

berusaha memaafkan ucapan selamat

dengan pertanyaan yang hampir sama

tertunda, semakin pula ku rasakan pedih

dengan pertanyaanku.

yang tergores kembali.

“ngomong-ngomong dimana si Suci

“gimana bro, sudah terima jawaban dari

sekarang?” Ardi

Suci?” Arya

“gak tahu, memangnya aku babysiternya?”

“kau ini Reni, masih inget toh?” aku

“lha biasanya kan kalian saling ngemong

malu-malu

waktu kuliah dulu” celoteh Riyan

“temen-temen pada nanyain nih” Arya Setiap kali Ardi, Riyan, Rina,

“Eh, eh. Aku jangan diikut-ikutin dong”

Arya dan anak-anak alumni lainnnya

Rina mengelak

bertanya perihal Suci, aku hanya terdiam

Sesaat kemudian kami tertawa

dan tertunduk malu, karena

bersamaan dengan sedikit mengulas cerita

sesungguhnya yang selalu kunantikan

lampau saat kuliyah. Maklum saja jika kami

adalah ucapan selamat dari mereka atas

linglung perihal Suci. Sejak kami di wisuda,

keberhasilanku menjadikanmu

Suci ternyata sudah pindah rumah dan

kekasihku. Kita telah bersama lima tahun

tidak memberikan tanda yang cukup untuk

di Universitas dan kelas yang sama,

kami lacak keberadaannya. Yang lebih

selama itu pula aku yakin kau

membuat kami naik pitam ketika Suci

mencintaiku. Seharusnya selesai acara

langsung ngacir begitu acara wisuda

wisuda itu aku menyatakan cinta

selesai, tanpa basa-basi dan sekedar seloroh

padamu, namun kau menghilang secepat

m e n g u c a p k a n

kilat membawa ucapan selamat dari

s e l a m a t .

Kini, bayangan-bayangan indah saat

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

“Coba saja tanya Rina” aku berkilah

mereka tertunda hingga kini.

bersama Suci kian menghujam tajam dan sering menjelma di tiap waktu senggangku.

*Penulis adalah kru di LPM IDEA angkatan

“Dimanakah Suci yang masih berhutang

2012

selamat padaku” Meskipun beribu kali kau ucapkan selamat melalui SMS dan telpon, takkan mampu

27


Puisi

Sang Kamuflaser Indonesia Oleh: Mia Rinekasswara

Perjuangan Tak Pasti Oleh: Inayah Al Ma’rifah

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Kita semua adalah satu Dinaungan ikrar sumpah pemuda Dibawah bendera indonesia Tapi, bagaimana bisa dibilang satu? Sampai sekarang saja kami masih tersiksa Wakil rakyat bergaji besar Tapi hanya bisa bolos, duduk lalu terdiam Pemilu adalah omong besar Tapi kenyataannya kami masih terhempas Terlalu sering kami di usir Tak boleh berjualan di pinggir jalan Kami dianggap sebagai perusak Terlihat seperti sampah jalanan Mereka berjanji dengan indah Memberikan titik harapan cerah Mana!? Kau bicara indah seperti lintah Selalu saja ingkar dan banyak alasan Jabatan tinggi, gaji besar Apa yang kurang? Tapi tetap saja mengambil uang rakyat Koruptor koruptor Kaulah maling terlaknat Pancasila adalah Bohong Hukum hanya sebuah rekayasa Copet saja dipukuli masa Dan KORUPTOR harusnya BINASA

28

Terik matahari menyentuh jiwa Tak terasa jua angin meraba rasa Dinginnya mulai terasa Hapuskan panas terik mentari Mencoba melangkah kesana- kemari Namun, tak jua ku temukan hal yang baru Kembali langkahkan kaki Tetap saja tak kutemukan hal itu Sesaat ku berhenti untuk bersandar Memohon dan berserah Apa akan ada yang memberikanku sebuah peluang Tuk bisa hidup dalam bayangan surga Ya Mustofa... Perjuangan ini sungguh meresahkan Membinggungkan Dan tak ku temukan jalan keluar Haruskah Menyerah Mengfalah sebelum perang Jiwa ini tak kuat untuk bangun Hingga tak sanggup untuk merasa Hidupku Kenapan tertakdirkan seperti ini Hanya berharap dari perjuangan yang tak pasti Hidup serasa selalu dalam kebinggungan


Clemong

“Dahlan Iskan menerima gelar Doktor HC dari IAIN Walisongo Semarang” Ngasih gelar doktor ke pak Menteri aja bisa, ngerubah status IAIN ke UIN kok menahun ya..... Musibah apa berkah gelarnya tuh...?

“Jangan tanya kalau Mahasiswa tidur di kelas, itu sudah biasa” Kalo birokrat kampus tidur di kantornya, tanya kenapa?

“PD 3: Jumlah penerima mahasiswa DIPA, Ushuluddin terbanyak dibandingkan fakultas lain”

“FU punya tempat parkir baru.” Nunggu surat pembaca baru gerak, pak?

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Wah berarti mahasiswa miskinnya makin banyak juga dong. Bangga !!!

“Mahasiswa baru datang, persaingan bendera pun dimulai” Seng penting ojo jotos-jotosan yo Mas!!!

“Seperti tahun lalu, Ushuluddin kembali buka seleksi FUPK gelombang kedua” Udah tahu sepi,kog masih dibuka pak?

“Puasa tiba, Mahasiswa sibuk mencari jadwal buka bersama” Berkah Ramadhan yang tak pernah habis.

29


Catatan Akhir

Mengadili Hukum

el-Manhaj Edisi XVII, Juli 2013

Oleh: Fajrur Rahman*

30

All Seorang anak lusuh pakaiannya, tak terurus badannya, sedang meninggalkan rumahnya yang reyot. Ia meninggalkan rumah yang dari triplek dindingnya, seng atapnya, dan seorang ibu yang terbaring sakit di dalamnya. Pagi-Pagi ia pergi untuk mengais rejeki di jalanan. Mengamen adalah satu-satunya mata pencahariannnya. Tetapi hari demi hari, sakit ibunya semakin parah, satusatunya cara adalah memeriksakannya ke dokter. Malang nasib tak berujung, dokter mengatakan ibunya harus segera tinggal di rumah sakit untuk perwatan intensif. Padahal, ia tidak mempunyai uang untuk biaya perawatan di rumah sakit. Setiap hari ia berusaha bekerja lebih keras dari biasanya, ia berangkat lebih pagi dan pulang lebih malam, sayangnya kebutuhan untuk perobatan masih saja belum cukup. Berharihari ia mencari pekerjaan lain namun keberuntungan tidak pernah datang. Terpaksa baginya melakukan perbuatan kriminal. Sebagai jalan lain bagi pemecahan atas permasalahannya. Akan tetapi, ia hanya melakukan perbuatan yang menurutnya jarang dipermasalahkan orang; mencuri sandal. Sayangnya malang tak dapat dihindari, pencurian untuk pertama kali terpergok oleh sang pemilik sandal yang ternyata adalah seorang marinir. Sebelum dijebloskan ke penjara anak ini menderita pukulan oleh oknum polisi, dan mendapatkan hukuman maksimal selama lima tahun lamanya menurut UUD no.392. Peristiwa ini adalah gambaran hukum di Indonesia yang hanya berlaku kepada rakyat kelas bawah. Sedangkan hukum UUD bagi rakyat kelas atas seperti mempunyai keistimewaan sendiri seperti

www.facebook.com

yang terjadi pada anak pejabat Hatta Rajasa. Ia bisa dengan bebas mengatur persidangan setelah melakukan tindak pidana tabrak lari karena berbagai alasan yang dibuat-buat. Seakan-akan hukum kita takut dengan kaum penguasa atau pejabat pemerintahan. Betul juga apabila kita mendasarkan pada pernyataan Gusdur bahwa kedaulatan hukum di negara kita sekarang terletak di tangan penguasa, dan bukan di Undangundang. Padahal, negara kita adalah negara hukum yang seluruh aktivitasnya ditentukan oleh Undang-undang. Tetapi, apakah cukup hanya berpatokan pada Undang-undang sebagai hukum, mengingat UUD itu normatif dan sangat formalis. Sehingga kalau tetap dilaksanakan tanpa melihat beberapa aspek tertentu akan tidak sangat manusiawi. Kebijakan hukum harusnya melihat aspek sosiologis juga agar terjadi sinkronisasi antara UUD hukum yang formal dan kondisi sosial masyarakat yang bersifat progresif dan berubah-ubah. Hukum sosiologis ini dalam pandangan Sosiolog hukum Austria, Eugen Ehrlich (1862-1922) sebagai hukum kebiasaan, yakni seluruh keteraturan perilaku warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari secara riil dan telah menjadi tradisi (Wignjosoebroto, 2008:13). Kebijakan ini akan melahirkan hukum progresif yang mengatasi kebekuan hukum positivistik di negeri ini, hukum yang dianggap tegas terhadap pelanggaran karena mengedepankan UUD. Padahal aspek sosiologis juga perlu dalam menghadapi kasus-kasus yang terjadi pada *Penulis adalah kru di LPM IDEA angkatan 2012


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.