MX Magazine January 2019

Page 1

2019

r e n e w a b l e s

1


V

MECHA NICAL EXPRE SSMAG AZINE 2


3


V

or is it? 4


V

“The time is past when humankind thought it could selfishly draw on exhaustible resources. We k n o w n o w t h e w o r l d is not a commodity” -François Hollande Former President of France

5


Redaksi KETUA DIVISI MX MAGAZINE Yaswindira Ayu Sekar Pawening

PIMPINAN REDAKSI Kemal Sabian Devara

KONTEN

Widio Widodo Alya Thallafadhila Listyarini Bambang Haryo Praditya F. Junius Wisnumurti Buntaran Nabilah Kiasatina Rahayu Nur Madina

EDITOR KONTEN

Hania Zulfa Ariyani Nampira Erwin Suroso Jihan Chalida Yasmin

EDITOR VISUAL

Jason Patrick Apriyadi Hegarto Faisal Hafizh Kemal Sabian Devara Yaswindira Ayu Sekar Pawening

MARKETING &TEKNIS Kevin Fikrisma Elan Kinanti Firas Rizky Sarastomo

PENGEMBANGAN WAWASAN Jihan Chalida Yasmin Erwin Suroso Alya Thallafadhila

MEDIA

Yudhistira Yoga Semeru Jason Patrick

SAYEMBARA

Elan Kinanti Firas Rizky Rahayu Nur Madina Faisal Hafizh

Alhamdulillah, akhirnya MX Magazine kembali rilis setelah sekian lama. Terima kasih kepada Tim Redaksi MX Magazine, kontributor, serta seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan MX Magazine edisi Januari 2019. Energi baru dan terbarukan, sepertinya menjadi topik yang cukup hangat belakangan ini, baik di dunia maupun di Indonesia sendiri. Kami ingin coba membahas hal tersebut dari sudut pandang baru yang menurut kami cukup menarik. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula dengan energi baru dan terbarukan. Banyak hal yang masih perlu dikembangkan agar sumber energi ini bisa menjadi penopang kebutuhan energi dunia di masa depan. Semoga majalah ini bisa memberikan pengaruh yang baik serta wawasan yang bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembacanya. Atas nama seluruh tim redaksi, selamat membaca. Kemal Sabian Devara Pimpinan Redaksi


konten kontribusi negara di dunia

unrenewable vs renewable

10

18

17

Costa Rica 99% Energi Terbarukan

TAKE A BREAK! Rekomendasi TV Shows energi gelombang laut

geothermal di indonesia

24

28

zero carbon emission?

36

di balik ultra marathon 170k itb

44

8

Menuju Energi Listrik Yang Terbarukan

38

GRAPHENE, Solusi Baru Tambang Panas Bumi

KONTRIBUTOR MX Dapatkan Bahan Bakar Fosil Tergantikan oleh Energi Baru dan Terbarukan Seutuhnya?

58

28 54

KONTRIBUTOR MX Palm Oil Utilization for Indonesia’s Renewable Energy

KONTRIBUTOR MX Bahan Bakar Hasil Pirolisis Sampah Plastik, Solusi atau Bencana?

60

7


MXMAGAZINE

8


LISTRIK YANG TERBARUKAN Perhatian terbesar dunia tentang energi masih bertumpu pada bidang energi listrik, tidak terkecuali dari segi energi baru dan terbarukan. Hingga tahun 2017, sebesar 26,5% dari keseluruhan penggunaan energi listrik bersumber dari energi terbarukan, diantaranya 16,4% tenaga air, 5,6% tenaga angin, 2,2% bio-power, 1.9% tenaga surya, dan 0.4% sisanya Jumlah Negara dengan Kebijakan Energi Terbarukan Berdasarkan Sektor :

Target Penggunaan Energi Terbarukan pada akhir 2017

9

http://www.ren21.net/wp-content/uploads/2018/06/17-8652_GSR2018_FullReport_web_final_.pdf

unsplash.com


MXMAGAZINE

kont r ibusi tertu l i s n egara di duni a dalam penggun aa n e ne rgi terbaruka n . Penulis : Rahayu Nur Madina Editor : Erwin Suroso, Jihan Chalida, Hania Zulfa

Maraknya kampanye “stop global warming� mendorong para ilmuwan untuk mencari sebuah solusi, sedangkan pemerintah bergerak dalam hal kebijakan-kebijakan yang mendukung. Penemuan renewable energy, atau yang biasanya disebut energi terbarukan, akhirannya memberikan pilihan energi lain tanpa harus menguras sumber daya alam secara besar-besaran. Walaupun demikian, efek yang ditimbulkan bergantung dengan jumlah energi terbarukan yang dikonsumsi masyarakat. Apabila skala penggunaannya terlalu rendah, dikhawatirkan penemuan energi terbarukan ini akan sia-sia, alhasil pemerintah berbagai negara, berkembang maupun maju, harus turun tangan menyusun kebijakan penggunaan energi terbarukan ini. Kebijakan yang ditetapkan oleh setiap negara bergantung dengan kondisi internalnya, seperti keberadaan sumber daya dan teknologinya. Pengembangan energi terbarukan membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mumpuni, sehingga target kebijakan tiap negara pun berbeda. Berikut kebijakan penggunaan energi terbarukan pada berbagai negara maju dan berkembang:

10


11


MXMAGAZINE

negara maju

Pada masa kepemimpinan Barack Obama, Amerika Serikat mengalokasikan 70 juta dollar US dalam pembelanjaan langsung dan kredit pajak untuk energi terbarukan. Kebijakan ini diklaim sebagai komitmen terbesar sepanjang sejarah pemerintah Amerika Serikat dalam memajukan energi terbarukan, transportasi terdepan, dan konservasi energi. Selain itu, kementerian energi Amerika Serikat meluncurkan inisiatif SunShot pada tahun 2009 sebagai salah satu program dari American Recovery and Reinvestment Act, yang bertujuan untuk menekan harga energi surya hingga 75% pada tahun 2020. Dengan adanya SunShot, diharapkan energi surya dapat bersaing dengan energi lain tanpa adanya subsidi di akhir tahun.

amerika serikat

jerman Pemerintah Jerman mematok angka 18% penggunaan energi terbarukan pada tahun 2020 dan mengalami peningkatan sebanyak 50% setiap 10 tahunnya. Kebijakan pemerintah Jerman lainnya adalah menurunkan emisi karbon dioksida sebesar 20% pada tahun 2020 serta mengambil porsi penggunaan energi terbarukan sebesar 20% dari total penggunaan energi terbarukan Uni Eropa. Namun kebijakan-kebijakan ini dirasa kurang efektif tanpa adanya kontribusi dari para investor. Pemerintah Jerman menawarkan kontrak jangka panjang untuk produsen energi terbarukan, biasanya didasarkan pada biaya generasi setiap teknologi (feed-in tariff).

12


kontribusi dunia terkait energi terbarukan

Pemerintah Negara Denmark menargetkan pengubahan secara menyeluruh penggunaan energi listrik, transportasi, pemanas dan pendingin menjadi 100% ramah lingkungan pada tahun 2050. Untuk mencapainya, pemerintah Denmark memasang sasaran angka sebesar 30% penggunaan energi terbarukan di akhir tahun 2020. Rasionalisasi dari kebijakan-kebijakan yang dibentuk pemerintah Denmark adalah kemampuan energi angin Denmark yang sudah mencapai angka 42.5% untuk menghasilkan energi listrik pada tahun 2014.

DENMARk

jepang Sampai saat ini, sebesar 10% penggunaan listrik di Jepang berasal dari energi terbarukan. Langkah tersebut merupakan salah satu dari rangkaian cara untuk mencapai angka 75% penggunaan energi terbarukan pada tahun 2030 nantinya. Pemerintah Jepang juga menginvestasikan 700 juta dolar AS ke dalam anggaran energi terbarukan dan memberlakukan feed-in tariff seperti Jerman.

13


MXMAGAZINE

negara berkembang indonesia

Menurut data yang diperoleh dari Badan Energi Terbarukan Internasional, Indonesia memiliki potensi untuk menghasilkan 716 GW energi dari solar photovoltaic (solar PV), hydropower, bioenergi, geothermal, tenaga gelombang laut, dan angin. PLTB Sidrap diklaim merupakan komitmen pemerintah untuk memperbanyak porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia pada 2025 mencapai 23 persen dari total bauran energi nasional. PLTB pertama di Indonesia ini mampu mengaliri 70.000 lebih pelanggan berdaya 900 Volt Ampere (VA). Namun, terlepas dari besar potensinya tersebut, Indonesia masih memiliki banyak keterbatasan di berbagai hal, seperti lahan terbuka dan biaya investasi yang tinggi.

malaysia Pemerintah Malaysia memiliki target mengurangi intensitas emisi sebanyak 40%. Pada awal tahun 2006, target penggunaan energi terbarukan sebesar 500 MW akan tetapi direvisi ulang menjadi 350 MW pada tahun 2010. Hal ini dikarenakan rintangan dan batasan dalam pengembangan energi terbarukan sehingga rencana jangka pendek tersebut tidak tercapai. Layaknya negara berkembang lainnya, teknologi merupakan salah satu hal yang menghambat tumbuhnya energi terbarukan.

14


kontribusi dunia terkait energi terbarukan

tiongkok Tiongkok mengeluarkan kebijakan penggunaan energi terbarukan sebesar 500 GW sampai akhir tahun 2020. Penggunaan energi terbarukan yang ditargetkan oleh Pemerintah China adalah energi pembangkit listrik tenaga air sebesar 300 GW, energi tenaga angin sebesar 30 GW, dan energi surya sebesar 1.8 GW. Pengalaman China dalam pengembangan energi terbarukan pembangkit listrik tenaga air membuat China memprioritaskan energi terbarukan hydropower untuk dikembangkan menjadi sumber energi utama. Diharapkan dengan penggunaan energi terbarukan ini nilai penggunaan energi non-fosil dapat meningkat sampai 15%.

india Pemerintah India menargetkan bertambahnya sumber energi terbarukan agar dapat memenuhi target pada tahun 2022. Namun, pada penggunaan energi surya, target pemasangan 20 GW pada tahun 2022 telah tercapai empat tahun lebih cepat, yaitu pada bulan Januari 2018, saat Pemerintah India memasang pembangkit energi surya yang menghasilkan 100 GW dan melipatgandakan kapasitas energi angin menjadi 200 GW sebagai kejaran baru tahun 2022.

15


MXMAGAZINE

99% Energi Terbarukan Kosta Rika adalah negara kecil yang terletak di Amerika Tengah. Negara yang hanya seluas Maluku ini ternyata mampu memanfaatkan energi terbarukan untuk jaringan listrik hingga 99% listrik berasal dari energi terbarukan!

Selama tahun 2017 silam, Kosta Rika mampu mencapai 300 hari berturut-turut menggunakan energi terbarukan. 99% sumber energi terbarukan Kosta Rika berasal dari tenaga air sebesar 78%, tenaga angin sebesar 10%, tenaga panas bumi sebesar 10%, dan diikuti oleh gabungan tenaga surya dan biomassa sebesar 1%. Angka 100% energi terbarukan bahkan pernah

dicapai oleh Kosta Rika pada 75 hari pertama tahun 2015 lalu dimana negara adidaya seperti Amerika Serikat hanya mampu mencapai 15% penggunaan energi terbarukan untuk jaringan listriknya. Kosta Rika menjadi percontohan yang baik untuk negara yang jauh lebih besar dan lebih maju agar dapat lebih termotivasi untuk memanfaatkan energi terbarukan demi lingkungan yang lebih bersih.


Rica 17 unsplash.com @appolinary_kalashnikova


Penulis : Nabilah Kiasatina Editor : Hania Z, Erwin S, Jihan C

MXMAGAZINE

THE UNRENEW ABLE

VS

THE HOPE FOR TOMORROW

Setelah mengetahui pro dan kontranya, on which side are you? Indonesia adalah negara dengan konsumsi energi terbesar se ASEAN mencapai 40% kebutuhan energi seluruh negara anggota ASEAN. Sebagai negara berkembang yang terdiri atas lebih dari 17000 pulau, sudah pasti bahwa kebutuhan energi meningkat secara cepat. Pada tahun 2030, diprediksi penggunaan listrik Indonesia akan naik hingga 3x lipat. Sementara itu, sudah merupakan lagu lama yang kita dengar, bahwa ketersediaan energi fosil yang kita tahu sebagai energi yang tidak terbarukan menurun, sehingga mulai tumbuh gagasan untuk mulai memanfaatkan energi baru terbarukan. Namun, pada kenyataannya, tidak sepenuhnya energi baru terbarukan dapat diandalkan dari beberapa aspek. Terdapat berbagai aspek dalam pemanfaatan energi dimana satu sama lain berbeda keunggulannya dan kerugiannya. Aspek apa sajakah itu?

POTENSI Bagaimanakah kondisi energi ini pada tahun-tahun berikutnya?

C

adangan terbukti minyak bumi Indonesia terus menurun dari 5,9 miliar barel pada tahun 1995 menjadi 3,7 miliar barel pada akhir 2015. Dengan tingkat produksi minyak bumi saat ini dan tidak ada penemuan cadangan minyak bumi baru, maka cadangan terbukti minyak bumi Indonesia akan habis dalam kurun waktu 11 tahun

18

ENERGI FOSIL

lagi. Cadangan potensial gas bumi mengalami sedikit peningkatan, namun cadangan terbuktinya terus menurun. Dengan kondisi cadangan dan produksi saat ini diperkirakan gas bumi akan habis dalam kurun waktu 36 tahun ke depan. Sumber daya batu bara selama kurun waktu 4 tahun terakhir mengalami sedikit peningkatan, sedangkan cadangan batu

bara mengalami penurunan akibat produksi batu bara untuk pemenuhan konsumsi domestik dan komoditas ekspor. Diperkirakan dengan produksi saat ini, cadangan batu bara akan habis dalam waktu 70 tahun jika tidak ditemukan cadangan baru. (outlookenergiindonesia2017)


The UNRenewable VS THe Hope For Tomorrow

ENERGI Terbarukan Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan yang cukup besar dengan variasi yang cukup beragam. Berdasarkan data dari International Renewable Energy Agency (IRENA), diperkirakan Indonesia memiliki potensi teoretis energi terbarukan sebesar 716 GW yang telah teridentifikasi. Saat ini, pangsa energi terbarukan terhadap penyediaan energi primer adalah sebesar 9,5% yang didominasi oleh tenaga air (hidro), panas bumi, dan bioenergi.

Large Hydropower

Solar PV

Tidal energy

Bioenergy

Wind

Geothermal

Small Hydropower

Menurut Adnan Z. Amin, Direktur General IRENA, potensi energi panas bumi (geothermal) dan energi hidro Indonesia adalah yang terbesar di dunia, diikuti oleh sumber energi terbarukan lainnya yang juga melimpah seperti energi angin, energi matahari, energi gelombang laut, maupun bioenergi. Selain untuk menghasilkan listrik, sumber-sumber ini dapat dimanfaatkan untuk pemanasan, pendinginan, dan moda transportasi. Potensi sumber energi terbarukan Indonesia melimpah dan perlu dimanfaatkan untuk menambah keragaman sumber energi selain bahan bakar fosil. (IRENA REMAP Indonesia Report 2017)

Sumber : https://infomigas.org/pengembangan-listrik-dari-energi-terbarukan-relatif-mahal/ https://tirto.id/menanti-akhir-dari-bisnis-batu-bara-b5wb https://www.youtube.com/watch?v=pxuWQIKp-PE

19


MXMAGAZINE

INfrastruktur Prospek energi terbarukan untuk menggantikan energi fosil memang tinggi, namun, apakah Indonesia sudah memiliki infrastruktur yang memadai untuk mengolah energi terbarukan? Berikut kondisi infrastruktur pengolah energi negeri kita pada tahun 2017. Sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi perso-

alan untuk mencapai target pembangunan bidang energi. Ketergantungan terhadap energi fosil, terutama minyak bumi dalam pemenuhan konsumsi di dalam negeri masih tinggi, yaitu sebesar 96% (minyak bumi 48%, gas 18%, dan batu bara 30%) dari total konsumsi energi nasional. Dikarenakan tingkat keter-

gantungan Indonesia terhadap energi fosil yang besar, Infrastruktur pengolah energi fosil Indonesia yang sudah terpasang jauh lebih memadai dibandingkan untuk energi terbarukan. Sementara upaya untuk memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan belum dapat berjalan sebagaimana yang direncanakan.

Kondisi infrastruktur pengolahan energi Indonesia tahun 2017

angka dalam MW

Dari peta persebaran di atas, dapat terlihat betapa jauh perbandingan infrastruktur terpasang untuk energi fosil dengan energi terbarukan.

20


The UNRenewable VS THe Hope For Tomorrow Saat ini, besar kontribusi energi terbarukan terhadap penyediaan energi primer baru sebesar 9,5% yang didominasi oleh tenaga air (hidro), dan panas bumi Adapun jenis energi terbarukan lain yang patut dipertimbangkan yaitu tenaga surya, tenaga angin, dan tenaga nuklir. Meskipun hidro dan panas bumi merupakan sumber energi terbarukan terbesar, namun tidak semua lokasi di Indonesia memiliki sumber energi terbarukan ini. Kapasitas daya dari pembangkit energi terbarukan yang telah terpasang di Indonesia dapat dilihat di tabel di samping.

Lingkungan dan kesehatan BATU BARA, SI PEMBUAT MASALAH Sekarang ini, penggunaan batu bara sebagai sumber energi fosil mencapai 1/3 dari total konsumsi energi. Peningkatan yang pesat ini merupakan akibat dari kebijakan pemerintah untuk menanggulangi tingginya permintaan atas energi sementara impor energi minyak dan gas alam diturunkan. Tingkat penggunaan batu bara pada tahun 2030 diprediksi akan mencapai 2x lipat dari tingkat penggunaan sekarang. Sementara itu, di Indonesia, polusi udara menjadi masalah utama untuk kesehatan masyarakat dan hasil pembakaran bahan bakar fosil merupakan kontributor besar. Diperkirakan bahwa pembangkit yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar ber-

tanggung jawab atas 6500 kematian tak wajar di Indonesia dan untuk setiap 1 GW pembangkit lainnya ditambah, diperkirakan menjadi penyebab tambahan 600 orang meninggal. Jika penggunaan batu bara diteruskan tanpa memikirkan dampak, bisa jadi kondisi udara negara Indonesia menjadi separah negara Mongolia dimana Mongolia sebagai negara kedua dengan polusi udara terbesar akibat pembakaran batu bara sebagai sumber energi mereka. Polusi udara di Mongolia menjadi latar belakang kematian terbesar untuk anak dibawah umur 5 tahun. Pembakaran batu bara juga menambah emisi gas rumah kaca. Hasil pembakaran batu bara dari pembangkit dan industri

menyumbang sebanyak 1/3 emisi sulfur dioksida (SO2) di Asia Tenggara. Dalam skala lokal, penambangan batu bara memberikan dampak buruk pada lingkungan yakni pencemaran air, kelangkaan, dan bahkan kekeringan air. Di Kalimantan Selatan, 45% sungai daerah tersebut berisiko terkontaminasi zat beracun akibat penambangan batu bara. Peningkatan kegiatan penambangan di Kalimantan yang menyebabkan pencemaran air sudah memengaruhi hasil agrikultur warga sekitar dikarenakan bercampurnya air terkontaminasi dengan air yang digunakan untuk irigasi dan sebagainya sehingga bahan pangan sebagai komoditas terpengaruh kualitasnya.

21


MXMAGAZINE

Sosial Masyarakat Apa kata Masyarakat ?

ika Hindun Mula enpeace Anggota Gre

“Indonesia membutuhkan energi terbarukan, Kurangnya pasokan energi adalah salah satu faktor kunci yang menyebabkan rakyatnya terjebak dalam kemiskinan. Sementara energi terbarukan menyediakan sistem energi yang memenuhi kebutuhan dasar akan air bersih, fasilitas kesehatan, penerangan, serta pada saat yang sama mencegah Indonesia untuk membuang tiga kali lipat emisi gas rumah kaca dari energi fosil.”

“energi terbarukan masih mendapat banyak tantangan yaitu biaya awal yang dibutuhkan untuk membangun pembangkit energi terbarukan sangat besar, pembangunan sebuah kontruksi untuk mengolah energi terbarukan lebih berbahaya dan juga dalam membangun infrastruktur untuk energi terbarukan tersebut juga menghasilkan banyak polusi yang dihasilkan dari baterai.”

Arief Winarto Pemerhati Ekonomi dan Bisnis

22

Dr. Eko Atmadji M.Ec Dosen

“Dengan menipisnya cadangan minyak kita, harus ada kesadaran penuh untuk serius mengembangkan energi alternatif. Harus ada kemauan politik yang kuat untuk mengakhiri ketergantungan terhadap energi dari bahan fosil, yang tak bisa dibaharukan lagi. Sebagai negeri beriklim tropis, Indonesia sebenarnya kaya dengan sumber energi alternatif. Dari Sabang sampai Merauke, negara kita ditakdirkan memiliki energi terbarukan, yang sangat melimpah. Energi terbarukan ini menjadi alternatif penyediaan energi kita, di tengah keterbatasan energi fosil. Bahan bakar fosil jenis bensin dan solar, setelah dimanfaatkan tidak dapat diperbarui lagi, alias habis” Sumber : http://www.greenpeace.org/seasia/id/Multimedia/Galeri-Foto/ASEAN-Energy-Revolution-Report/Climate-and-Energy-Campaigner-Greenpeace-Indonesia-Hindun-Mulaika/ http://politikindonesia. /index.php?k=pendapat&i=33007-Energi-Terbarukan,-Sebuah-Alternatif http://economics.uii.ac.id/accordions/staf-akademik/ekoatmadji-1/


The UNRenewable VS THe Hope For Tomorrow

Ekonomi Biaya investasi penerapan teknologi berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan teknologi berbasis energi fosil. Hal ini menyebabkan pemanfaatan EBT secara nasional belum dapat maksimal.

Harga listrik dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya biaya investasi awal, biaya bahan bakar, biaya operasional dan biaya perawatan. Karena itu, harga listrik yang dihasilkan tiap pembangkit listrik berbeda. Dapat dilihat pada grafik diatas berdasarkan biaya operasi dan perawatan, biaya operasi dan perawatan pembangkit listrik termurah adalah pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang disusul oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan bahan bakar batu bara. Namun, harga dari energi terbarukan masih tergolong kompetitif. Dapat terlihat bahwa biaya operasi dan perawatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) , Tenaga Angin, (PLTB) dan Tenaga Nuklir (PLTN) juga cukup rendah. (outlookenergiindonesia2017)

23


MXMAGAZINE

Penulis : Junius Wisnumurti Buntaran Editor : Erwin Suroso, Jihan Chalida, Hania Zulfa

Sebuah Sumber energi terbarukan:

Gelombang

Laut

G

elombang laut merupakan salah satu sumber energi terbarukan dengan potensi yang besar. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut menangkap energi yang terkandung dalam ombak permukaan laut dan mengkonversinya menjadi energi listrik. Energi gelombang laut dapat dimanfaatkan menggunakan berbagai metode yang dipilih berdasarkan kebutuhan dan kondisi lokal. Selain itu, output dari energi gelombang laut mampu diprediksi berdasarkan ramalan cuaca. Sejauh ini, teknologi yang digunakan untuk menyerap energi ombak masih berada dalam tahap pengembangan. Beragam cara telah ditemukan untuk memanen energi gelombang laut. Tidak ada metode one-size-fits-all yang dapat digunakan; setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dalam pemilihan metode penyerapan energi gelombang laut, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan seperti lokasi, kondisi geologis, skala, dan pertimbangan ekonomi. Mengingat bahwa teknologi ini masih dalam tahap pengembangan, penerapan setiap metode masih merupakan bagian dari eksperimen dan bukan menjadi standar industri. Metode-metode penyerapan energi gelombang laut adalah sebagai berikut.

24


Gelombang Laut

1. Point Absorber Struktur point absorber terdiri dari pelampung yang dihubungkan ke dasar laut. Pelampung bekerja seperti piston yang memompa air laut menggerakkan turbin. Sumber: www.ocea npowertec

hnologies.com

2. Attenuator

Attenuator memiliki prinsip kerja yang hampir sama dengan Point Absorber. Attenuator berbentuk seperti buku yang dibuka dan memperoleh energi dari gerakan “kepakan sayap� akibat gelombang laut. Gerakan kepakan in akan menekan pompa hidraulik dan menghasilkan daya listrik. om

docks.c

ahoo : www.w Sumber

3. Oscillating Wave Surge Converter Bentuk fisik alat yang digunakan pada metode ini serupa dengan laptop. Layar penangkap energi gelombang yang bergerak seperti pendulum memompa air laut melewati turbin yang ada di dasar laut. Oscillating Water Column memiliki prinsip kerja berupa sebuah ruangan berongga yang bagian atasnya berisi udara dan bawahnya berisi air laut. Gelombang laut bekerja seperti piston. Ketika gelombang laut naik, maka akan mendorong udara di dalam rongga keluar melewati turbin, lalu saat gelombang laut turun, akan menarik udara ke dalam melalui turbin. Sehingga dari perputaran turbin yang disebabkan oleh aliran udara tersebut akan menghasilkan daya listrik.

Sumber : www.q

ub.ac.uk

25


MXMAGAZINE

4. Oscillating Water column

Oscillating Water Column memiliki prinsip sebagai berikut: terdapat sebuah ruangan berongga yang atasnya berisi udara dan bawahnya berisi air laut. Udara yang ada di atas hanya bisa masuk dan keluar melalui turbin. Gelombang laut bekerja seperti piston: gelombang naik akan mendorong udara dalam rongga keluar melewati turbin sedangkan gelombang turun akan menarik udara ke dalam melalui turbin. Udara yang bergerak akan memutar turbin dan menghasilkan daya listrik.

Sumber : wiki.uio

wa.edu

5. Overtopping

wa.edu

: wiki.uio Sumber

Overtopping merupakan metode yang memanfaatkan energi potensial gelombang laut, yang memiliki bentuk yang mirip dengan kolam mengapung. Overtopping Ramp adalah alat yang memiliki struktur panjang dengan bentuk seperti ramp pada kursi roda dan berguna untuk memasukkan air laut ke dalam kolam dengan bantuan gelombang. Permukaan kolam sedikit lebih tinggi dari permukaan laut. Air kolam akan dialirkan melalui turbin vertikal kembali ke permukaan laut.

Walaupun tidak mengemisikan gas rumah kaca, Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang tetap memiliki potensi membahayakan lingkungan di sekitarnya . Gerakan alatnya dapat memukul atau menjepit hewan laut yang melewatinya. Gelombang elektromagnetik yang dihasilkan turbin dapat mengganggu transmisi sinyal otak hewan laut. Pengikisan lapisan cat dan kebocoran oli dapat mencemari laut. Kabel transmisinya dapat mengganggu

26

habitat organisme dasar laut. Putaran turbin menghasilkan polusi suara yang signifikan dan dikhawatirkan dapat mengganggu pola hidup organisme pantai dan laut. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut memiliki keistimewaan dibandingkan sumber energi lainnya: harganya sangat mahal. Hal ini cukup wajar mengingat sumber energi ini masih dalam tahap pengembangan. Pembangkit lepas pantai memiliki biaya


Gelombang Laut

rata-rata 22-25 penny/KWh untuk teknologi yang berbeda, dengan jangkauan 12-44 penny/KWh. Sebagai pembanding, di Britania Raya, biaya listrik untuk kapasitas 3100 KWh berkisar antara 14-17 penny/KWh. Biaya yang tinggi ini disebabkan beberapa faktor. • Material dan komponen yang digunakan pada pembangkit listrik umumnya tidak murah • Biaya instalasinya mahal karena kurangnya pekerja dengan pengalaman dan kemampuan dalam memasang Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut, mengingat sedikitnya jumlah pembangkit yang ada. • Volume permintaannya yang rendah mencegah adanya produksi massal, meningkatkan lagi biayanya -JNS

Sumber : www.bchydro.com

Breakdown of a capital costs for a wave farm

Sumber : www.bchydro.com

Breakdown of operation and maintenance costs for a wave farm

27


MXMAGAZINE

Penulis: Bambang Haryo

D

i tengah kesibukan akademis yang tidak habis-habis, otomatis dibutuhkan pemanis agar otak tetap elastis untuk menganalisis yang isentropis dan adiabatis. Simak daftar rekomendasi acara tv di bawah ini yang tentunya masih berhubungan erat dengan keilmuan Teknik Mesin sebagai pelepas penat yang bermanfaat!

1 (2004 - Sekarang) IMDB : 7.4/10 Acara yang digarap oleh National Geographic ini berfokus pada konstruksi, operasi dan staffing dari proyek konstruksi yang ekstrim: terbesar, tertinggi, terpanjang, dan terdalam di dunia. Permesinan yang mendukung konstruksi struktur – struktur raksasa tersebut juga dibahas dengan kaidah keinsinyuran yang dinarasikan dengan baik.

28


TAKE A BREAK!

2 (2003 - 2011) IMDB : 7.5/10 Acara ini menyajikan beragam proses konstruksi dari proyekproyek engineering mulai dari yang sudah dibangun dan masih dalam tahap pembangunan. Acara ini juga membahas proyek – proyek futuristik yang hanya sebatas konsep dan mungkin tidak akan pernah direalisasikan.

3 (2002 - Sekarang) IMDB : 8.7/10 Program TV ini membahas segala topik yang berhubungan dengan mobil. Dibawakan dengan format Top Gear yang khas dan segar, membuat acara ini menjadi salah satu acara terfavorit bagi para petrolhead

29


MXMAGAZINE

4 (2016 - Sekarang) IMDB : 8.7/10 Tanpa melupakan sajian narasi tekniknya, program ini menyajikan keseruan perjalanan mengendarai mobil – mobil terbaik dari berbagai penjuru dunia. Dibawakan oleh salah satu trio host paling ikonik dengan humor khas mereka, program ini siap untuk mengisi waktu luang kalian dengan ilmu dan gelak tawa.

5 (2003 - Sekarang) IMDB : 8.3/10 Dokumenter dimana para hostnya mencoba untuk mengungkap kebenaran dari berbagai legenda urban dengan alat buatan mereka sendiri. Dibawakan dengan santai, acara ini menjadi sajian ringan yang cocok untuk menghilangkan penat.

30


TAKE A BREAK!

6 (2006 - Sekarang) IMDB : 7.7/10 Program TV ini menyajikan proses yang terjadi di dalam suatu pabrik dengan secara bertahap dan mentah. Acara ini juga menampilkan closeup, breakdown, interview, dan narasi yang menunjukkan proses produksi di dalam pabrik.

7 (2013 - 2015) IMDB : 7.4/10 Sebuah TV Show dimana sang pembawa acara menyajikan berbagai eksperimen sederhana yang dibawa ke jalanan, untuk menguak prinsip-prinsip dasar dari fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Pembawaannya yang santai dan menarik membawa kita pada sisi lain dari ilmu pengetahuan.

31


MXMAGAZINE

32


Pemanfaatan

Geothermal di

Indonesia

Negara di tengah Cincin Api Penulis : Bambang Haryo Praditya Editor : Erwin Suroso, Jihan Chalida, Hania Zulfa

33


MXMAGAZINE

I

ndonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau, terletak di sekitar garis seismik di daerah sirkum-Pasifik yang terbentang dari tenggara Australia hingga barat daya Amerika. Garis inilah yang biasa disebut dengan “Ring of Fire�, suatu garis dimana aktivitas seismik sering terjadi di sepanjang jalurnya. Seiring dengan bergeraknya lempeng tektonik, gempa dan aktivitas vulkanik kerap terpicu pada daerah di sepanjang garis ini. Aktivitas ini membuat tanah Indonesia menjadi tempat ideal bagi proses pembentukan magma di bawah kerak bumi yang merupakan sumber panas utama dari sumur-sumur geothermal. Magma inilah yang memanaskan fluida yang terperangkap di bawah tanah. Fluida berubah fasa menjadi gas, kemudian merambat menuju permukaan. Adanya suatu sumber daya panas bumi di bawah tanah biasanya ditunjukkan oleh munculnya manifestasi panas bumi di permukaan seperti mata air panas, kubangan lumpur panas, geyser, dan manifestasi lainnya yang biasa ditemukan saat proses eksplorasi dilakukan. Indonesia diestimasikan memiliki potensi geothermal sebesar 28,910 GW, diambil dari 312 lokasi yang tersebar di berbagai pulau Indonesia. Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Filipina, dua negara dengan tingkat utilisasi energi geothermal terbesar saat ini, Indonesia memiliki potensi yang jauh lebih besar, bahkan terbesar di dunia. Namun, berbanding terbalik dengan potensinya, rasio utilisasi energi geothermal di Indonesia masih berkisar

34

pada angka 5% (1.534 MW) dari total potensinya, dan tetap sama setelah 36 tahun sejak didirikannya pembangkit lisrik geothermal di Kamojang - angka yang jauh di bawah Amerika Serikat maupun Filipina. Dengan potensi sebesar itu, rasanya dua pertanyaan yang patut dipertanyakan adalah, “Mengapa Indonesia tidak memperbesar angka pemanfaatan potensi geothermal-nya selama ini?�. Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan menilik faktor apa saja yang menghambat proses pengembangan pembangkit panas bumi di Indonesia selama ini. Salah satu kendala dalam proses pengembangan energi panas bumi di Indonesia terletak pada proses


Pemanfaatan Geothermal di Indonesia

konstruksi fasilitasnya. Ketidakpastian investasi dan infrastruktur yang belum memadai di wilayah–wilayah terpencil menghambat proses pengembangan fasilitas dan berimbas langsung langsung terhadap tingginya biaya keseluruhan yang dibutuhkan suatu proyek. Kendala lainnya terletak pada birokrasi dan miskoordinasi kewenangan. Sebagian besar wilayah panas bumi berada di kawasan hutan lindung dan konservasi yang berada di bawah kewenangan Kementerian Kehutanan, bukan di bawah Kementerian ESDM, sehingga menyebabkan adanya dualisme perizinan. Kondisi tumpang tindihnya prosedur perizinan ini membuat pengembang dihadapkan pada ketidakpastian perizin-

an, ditambah dengan belum adanya target waktu penyelesaian proses perizinan. Hal tersebut menyebabkan penyelesaian proses perizinan menjadi lambat dan menyulitkan pihak pengembang. Adanya miskoordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga menjadi penghambat proses pengembangan energi geothermal. Dalam beberapa kasus, pemerintah pusat telah memberikan dukungan dan izin namun Pemda sebagai pemegang wilayah menurut UU Otonomi daerah tidak memberikan izin. Penentangan dari masyarakat setempat juga menghambat proses ini. Selain itu kendala besar yang membuat investasi geothermal di Indonesia sulit dilakukan selama ini 35


MXMAGAZINE

adalah peraturan di Indonesia itu sendiri. Undang–undang terdahulu mendefinisikan aktivitas geothermal ke dalam aktivitas pertambangan (UU No. 27/2003) yang memiliki implikasi terhadap pelarangan pelaksanaan aktivitas geothermal di wilayah hutan lindung dan area konservasi (UU No. 41/1999) meskipun fakta lapangan menunjukkan aktivitas tambang geothermal memberikan dampak yang kecil terhadap lingkungan - jauh lebih rendah dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas pertambangan lainnya. Berdasarkan data, sekitar 80% dari cadangan geothermal di Indonesia terletak di hutan lindung dan area konservasi, sehingga undang-undang tersebut

36

mempersulit proses pengembangan pemanfaatan energi geothermal, terutama di bagian perizinan yang memberikan implikasi pada terhambatnya investasi pada sektor ini. Baru pada tahun 2014, terjadi pembaharuan undang-undang yang memisahkan pembangkitan energi geothermal dari aktivitas-aktivitas pertambangan yang lain dan karena itu membuka jalan untuk eksplorasi geothermal di wilayah hutan lindung dan area konservasi (Undang-Undang Geothermal No. 21/2014). Pertanyaan selanjutnya adalah “Apa saja yang telah dilakukan pasca peraturan baru diresmikan dan proses izin menjadi lebih mudah?�. Sampai saat ini, pemerintah telah menyiapkan


Pemanfaatan Geothermal di Indonesia

geothermal fund yakni sebesar Rp3 triliun melalui APBN tahun 2017. Dana juga didapatkan dari hibah Bank Dunia sebesar US$ 55,25 juta ( sekitar Rp.700 miliar ) sehingga jika ditotal akan menjadi sebesar Rp3,7 triliun. Pemerintah menugaskan penyediaan data dan informasi panas bumi kepada PT. SMI (Sarana Multi Infrastruktur).Penugasan ini dilaksanakan sebagai bentuk dari peran pemerintah untuk meminimalkan resiko yang terbilang cukup tinggi dalam tahap eksplorasi. Adanya peran pemerintah dalam tahap eksplorasi diharapkan dapat menurunkan risiko bagi kontraktor dan dapat menarik partisipasi yang lebih tinggi dari pengembang dan perbankan dalam proses pembiayaan dan pengembangan panas bumi. Saat ini dukungan dari berbagai pihak memberikan lampu hijau bagi proses pengembangan energi panas bumi setelah sebelumnya terhambat oleh berbagai hal. Pengembanganpengembangan yang telah dilakukan diharapkan dapat mendorong sektor panas bumi sebagai salah satu program prioritas pemerintah dalam rangka penyediaan EBT (Energi Baru Terbarukan) sebesar 23% pada 2025 mendatang. Pengembangan pada sektor ini juga diharapkan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap proyek ambisius 35.000 MW yang dicanangkan oleh pemerintah. Memang banyak sekali faktor yang menghambat Indonesia untuk mampu memanfaatkan potensi energi geothermalnya sepenuhnya; dibutuhkan kesinergisan multidisiplin dan kesamaan

sumber: www.sumitomocorp.com

visi dalam meraih kedaulatan energi di Indonesia. Para insinyur, investor, environmentalist, dan pembuat kebijakan harus mampu bekerja secara sinergis untuk mampu mewujudkan hal ini. - BHY

37


MXMAGAZINE

38


Graphene. noun | gra-,fēn

Solusi Baru untuk Menambang Panas Bumi?

singularityhub.com

Masih asing sama kata graphene? Kenalan dulu, yuk, dikit aja tapi. Graphene itu merupakan perwujudan dari karbon. Hanya saja graphene diekstraksi menjadi material yang sangat datar, tipis, namun sangat kuat. Graphene ini mampu menghantarkan listrik sama baiknya dengan tembaga. Namun, ketika bertindak sebagai konduktor panas, graphene adalah rajanya. Tidak ada material lain yang mampu menyaingi konduktivitas panas dari graphene. Graphene ini hampir transparan loh, namun punya densitas yang sangat tinggi. Bahkan, atom gas terkecil sekalipun, yaitu helium, gak bisa lewat. Nah, melihat potensi yang luar biasa dari graphene ini, seorang pengusaha asal India bernama Manoj Bhargava mencetuskan ide yang sangat menarik. Dia mengusulkan untuk mengubah cara dalam mengekstraksi energi panas yang berasal dari panas bumi. Dia berpikir untuk menggunakan kabel graphene sebagai media untuk mentransfer energi panas dari dalam bumi. Sehingga, tidak akan ada lagi gerakan fluida, tidak akan ada lagi pompa dan tidak akan ada lagi pipa. Gimana? Menarik bukan? Sepertinya, jalan menuju revolusi ini sudah semakin terbuka. Pada April 2018 lalu, sekelompok ilmuwan MIT berhasil membuat graphene bertindak sebagai superkondutor, yang artinya konduktivitas termal graphene meningkat berkali-kali lipat dari yang sebelumnya. Atau dengan kata lain graphene hampir tidak memiliki hambatan termal. Para ilmuwan itu membuat bilayer graphene. Bilayer graphene ini dibuat dengan menekuk jaringan heksagonal graphene membentuk sudut ajaib 1,10. Namun, cara yang mereka gunakan masih belum bisa diterapkan untuk produksi masal. Jadi, gimana menurut kalian? Apakah mungkin kita mengganti konsep ekstraksi energi panas bumi yang sudah ada menggunakan kabel graphene? Penulis : Widio Widodo


MXMAGAZINE

let’s look deeper. is it true, if renewable energy really produce zero carbon emission? Penulis : Widio Widodo Editor : Erwin S, Jihan C, Hania Z

The earth is on fire!

K

arbondioksida (CO2) diyakini memegang peran utama terhadap peningkatan temperatur bumi. Berbagai upaya telah banyak dilakukan untuk mereduksi emisi CO2 dari berbagai sektor. Salah satunya adalah konsep mengenai renewable energy yang mulai menjadi isu hangat pada 410

Sejak Svante Arrhenius mempublikasikan ‘hobinya’ yang dimuat dalam sebuah jurnal internasional pada tahun 1895, isu mengenai ‘makhluk’ bernama karbondioksida mulai muncul ke permukaan berita publik

tahun 1970-an. Renewable energy ini diyakini menghasilkan zero carbon emission. Tapi, bener nggak sih energi ini emang nggak mengemisikan karbon dioksida sama sekali? Nah, untuk mengetahui semua efek yang ditimbulkan oleh suatu sistem, ada suatu metode

yang dikenal dengan sebutan Life Cycle Assessment (LCA). LCA ini bakal memperhitungkan semua aspek yang terlibat dari awal sampai akhir umur sistem tersebut. Contoh gampangnya gini deh, kalau mau menentukan harga makanan, tidak hanya harga bahan baku dan ongkos bikinnya aja yang


let’s look deeper diperhitungkan, tapi ada juga ongkos bensin pas beli bahan-bahan, harga bungkus yang digunakan, dan juga harga yang harus dikompensasi kalau makanan tersebut ngga laku terjual. Mari kita bahas hasil LCA pada beberapa renewable energy. Yang pertama adalah energi

sampai 60 tahun setelah dilakukan upgrading pada beberapa sektor kritis. Artinya, nuklir mempunyai waktu pakai yang sangat lama dan dapat membangkitkan energi yang mampu memenuhi kebutuhan manusia. Dalam membuat sebuah PLTN, hal utama yang harus diperhatikan

Secara keseluruhan, PLTN menghasilkan sekitar 16-55 g CO2-ekuivalen untuk setiap kWh listrik yang diproduksi. @VEETERZY UNSPLASH.COM

nuklir. Sebelum kita masuk lebih dalam, apakah kalian tahu kenapa nuklir disebut sebagai renewable energy? Yap, betul. Itu karena satu buah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dapat dioperasikan selama 30 sampai 40 tahun tanpa harus mengganti inti nuklirnya. Bahkan, beberapa pembangkit bisa beroperasi

adalah keamanan. Kebocoran pada reaktor merupakan hal terburuk yang tidak boleh sampai terjadi. Oleh karena itu, bangunan PLTN harus bisa bertahan terhadap ancaman keamanan baik dari dalam maupun dari luar. Salah satu contoh bentuk ancaman keamanan dari luar adalah ‘tabrakan’. Suatu bangunan PLTN, khusus-

life cycle assessment

2 firmofthefuture.nl


MXMAGAZINE nya bangunan reaktor, harus bisa tahan apabila ada pesawat yang jatuh dan menubruknya. Bangunan juga harus tahan terhadap gempa yang mungkin terjadi selama PLTN beroperasi. Oleh sebab itu, konstruksi bangunan menjadi faktor yang sangat penting untuk diperhatikan. Bangunan reaktor didesain agar memiliki kekuatan yang tinggi. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan meningkatkan ketebalan dari dinding bangunan. Ketebalan dinding reaktor bervariasi, namun rata-rata berkisar sekitar 4,5 kaki atau 1,5 m. Sedangkan pada dome memiliki ketebalan 2,5 kaki dan ketebalan bagian

base sebesar 12 kaki. Material yang digunakan untuk membangun reaktor tersebut adalah concrete reinforced with steel. Untuk membangun satu buah PLTN secara utuh, dibutuhkan concrete atau beton yang sangat banyak, terutama semen. Semen yang dibutuhkan bisa mencapai ratusan ribu atau bahkan jutaan ton. Padahal, untuk membuat semen, diperlukan bahan bakar yang juga tidak sedikit. Bahan bakar yang biasa digunakan adalah batu bara. Batu bara merupakan bahan bakar yang menghasilkan emisi karbon sangat banyak. Jadi, ketika kita mengevaluasi secara keseluruhan,

PLTN juga menghasilkan emisi karbon dalam proses manufakturnya. Kemudian, dilihat dari segi supply chain, PLTN juga menghasilkan emisi karbon melalui kendaraan atau mesin-mesin yang digunakan untuk mengangkut semua kebutuhan yang diperlukan. Secara keseluruhan, PLTN menghasilkan kurang lebih 1655 g CO2-ekuivalen untuk setiap kWh listrik yang diproduksi. Sekitar 14% dari emisi tersebut berasal saat proses konstruksi, 6% dari decommissioning, 60% dari supply chain, 12% dari kondisi operasi, serta 8% berasal dari pengelolaan limbah yang diproduksi. Emisi karbon

pixabay.com @ulleo

42


let’s look deeper itu dihitung selama siklus hidup dari PLTN. Lanjut yuk! Renewable energy yang kedua adalah matahari. Matahari termasuk dalam golongan energi terbarukan karena masih memiliki umur yang sangat panjang. Menurut NASA, umur matahari diperkirakan masih 5 miliar tahun lagi. Jadi, nggak usah khawatir ya, kita masih bisa menikmatinya sampai puas. Energi matahari bisa diubah menjadi energi listrik melalui sebuah alat yang disebut photovoltaic cell (PV). Alat ini akan memproduksi listrik dalam bentuk direct current (DC). Sel PV bisa bekerja ketika mendapat sinar matahari secara langsung. Artinya, sel PV atau biasa disebut juga dengan sel surya hanya bisa bekerja pada siang hari saja. Pada malam hari, sel surya bakal jadi pengangguran. Untuk membuat sebuah solar power plant, dibutuhkan area yang sangat luas. 1 MW listrik membutuhkan kurang lebih 1,6 hektar lahan. Artinya, jika tersedia lahan kosong sebesar 78 hektar, maka dapat dihasilkan listr-

unsplash.com @chuttersnap

ik sebesar 48,75 MW. Bandingkan dengan pembangkit listrik tenaga uap maupun gabungan antara gas dan uap, dengan lahan yang sama, 78 hektar, PLTU dan PLTGU mampu menghasilkan energi listrik sebesar 2.218 MW (PT PJB UP Gresik). Sekitar 62,5% lahan yang digunakan di Pembangkit Listrik Tenaga Surya difungsikan sebagai tempat panel surya, sedangkan sisanya digunakan untuk membangun peralatan pendukung seperti kabel, switches, mounting system, solar inverter, dan baterai beserta charger-nya. Satu sistem

yang terdiri dari panel surya, sel surya, beserta peralatan pendukung lainnya biasa disebut dengan Balance of System (BOS). Untuk membangun 1 m2 komponen BOS, dibutuhkan energi sebesar 1.930 MJ/kWh dan Green House Gases (GHG). Yang dilepaskan selama fase ini di Eropa dan Hong Kong adalah 480-530 dan 671 g CO2-ekivalen/kWh secara berturut-turut. Umur rata-rata Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkisar antara 20 sampai 30 tahun. Selama kurun waktu tersebut, PLTS yang menggunakan amorphous

43


MXMAGAZINE PV akan mengemisikan GHG sekitar 15,6-50 g CO2-ekivalen untuk setiap kWh listrik yang dihasilkan. Sedangkan PLTS yang menggunakan monodan poli-kristal PV akan mengemisikan GHG sekitar 44–280 dan 9,4–104 g CO2-ekivalen/kWh-listrik yang dihasilkan.

sioning. Masing-masing dari fase tersebut memberikan andil dalam produksi karbon dioksida ekivalen yang dilepaskan ke lingkungan. Pada fase yang pertama, CO2-ekivalen berasal dari beberapa elemen. Transportasi menjadi salah satu elemen yang berkontribusi

pixabay.com @cocozi

jumlah gram CO2-ekuivalen /kWh yang dihasilkan

Energi Panas Bumi. Fase pada siklus yang biasa diterapkan untuk memanfaatkan energi panas bumi ini dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: 1. eksplorasi, pengeboran, dan pembuatan sumur; 2. konstruksi dan instalasi; 3. operasi; dan 4.) decomis-

44

dalam hal ini. Penggunaan bahan bakar, terutama diesel, mencapai 5 kJ per kWh listrik yang dihasilkan. Selain itu, material yang digunakan selama proses pengeboran dan pembuatan sumur juga memberikan kontribusi yang tidak bisa diabaikan.

Kerikil, beton, baja, semen, dan pasir yang dibutuhkan adalah 4,98 g/ kWh. Selain dua hal tersebut, masih ada beberapa elemen lain lagi, seperti pembangunan jalan, pembebasan lahan, serta lumpur dan limbah mineral yang dihasilkan. Kebutuhan energi primer yang paling besar adalah berasal dari fase kedua, yaitu konstruksi dan instalasi. Sekitar 70% dari total konsumsi energi dihabiskan pada fase ini. Kebutuhan energi tersebut berasal dari proses-proses yang diperlukan untuk memproduksi material utama untuk konstruksi, seperti baja, tembaga, dan semen. Sementara itu, emisi gas rumah kaca (GHG) terbanyak berasal dari fase ketiga, operasi. Sekitar 90% dari total emisi GHG berasal dari tahap ini. Penyebab utama dari emisi ini berasal dari kebocoran CO2 dan CH4. Beberapa studi LCA menunjukkan hasil yang berkisar antara 4-740 g CO2-ekivalen per kWh listrik yang diproduksi.


unsplash.com @raulpetri

let’s look deeper

Jadi, sumber energi mana yang menghasilkan zero carbon emission ?


“I’ve learned that finishing a marathon isn’t just an athletic achievement. It’s a state of mind. A state of mind, that says anything is possible” John Hanc



MXMAGAZINE

Di Balik

Ultra Marathon 170k ITB

Penulis Editor

48

: Alya Thallafadhila : Erwin S. Jihan C. Hania Z.


di balik ultra marathon 170k itb

K

ebayang nggak sih, lari sejauh 170 km? Saat orang lain sibuk bekerja dan mulai melupakan kesehatan dirinya, para dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama para alumninya yang tergabung dalam Yayasan Solidarity Forever dan BNI menggelar kegiatan lari marathon tanggal 13-15 Oktober 2018 kemarin. Banyak faktor yang melatarbelakangi diadakannya acara ini. Salah satunya adalah untuk memperingati 75 Tahun Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) dan menyambut ulang tahun ITB yang ke-100. Acara yang menginjak tahun keduanya ini mengalami peningkatan yang drastis, baik dalam jarak tempuh lari marathon ataupun pesertanya. Pada penyelenggaraan pertama di tahun 2017 hanya melibatkan sekitar ratusan peserta, pada tahun keduanya ini berhasil diikuti oleh sekitar 2000 peserta. 49


MXMAGAZINE Flag off dikibarkan menandakan dimulainya acara ultra marathon dari titik start yang berlokasi di kantor pusat BNI di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, hingga titik finish yang berada di Kampus ITB Ganesha, Bandung, Jawa Barat. Serta rute yang harus ditempuh oleh para pelari antara lain: Jakarta, Bogor, Puncak, Cianjur, Cipatat, Padalarang, dan Bandung. Selain para pelari yang memulai perjuangannya untuk menaklukkan jarak tempuh lari, ternyata di balik layar, banyak orang yang juga berjuang untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Perjuangan mereka pun tak kalah berat dengan para pelari. Mari kita simak beberapa cerita dari orang-orang dibalik terlaksananya ITB Ultra Marathon 170k!

Tim Support

Sebenernya apa sih tim support itu? Tim support itu intinya untuk membantu dosen pelari supaya dapat berlari dengan aman, nyaman, tenang, dan selamat sampai tujuan. Kalo kemarin tuh, ada empat jobdesc. Ada yang jadi korlap. Dia tuh yang bantu jadi LO pelari, mengkoordinir teknis dan panitia lainnya. Ada juga driver, dia yang mengantar dosen lari dari tempat menginap sampai tempat mulai lari. Nah abis gitu ada marshal. Marshal ini bisa dibilang yang capek gitu, soalnya dia yang ngikutin pelari naik motor dengan pelan. Semacam yang ngejagain gitu, biar kalo dosennya butuh minum, atau butuh apa-apa ya tanggung jawab si marshal ini. Ada juga tim dokum buat mendokumentasi pelaksanaan ITB ultra marathon ini.

50

>> Berlari 8 km setiap harinya dapat

mengurangi resiko terkena katarak

sebanyak 41%. katarak telah menjadi penyebab utama kehilangan penglihatan dan kebutaan akibat usia. [1]

Sebagai korlap nih, ada kendala gitu nggak waktu pelaksanaan? Paling cuma waktu pelaksanaannya H-1 ujian SKE hahaha, terus waktu itu juga ada yang nge-marshal dan pakai motor kopling, jadi kebakar gitu kampas koplingnya. Waduh serem juga ya, hmm tapi kalo kesan pribadi terhadap acara ini kayak gimana? Menurut aing ini acara seru sih, jadi bisa lebih mengenal dan melihat sisi lain dari dosen. Lihat waktu pada ketemu di

[1] = Fetters, K. Aleisha. “25 Reasons Running is Better Than the Gym.� Men’s Fitness. Accessed: December 1, 2018.


di balik ultra marathon 170k itb

sumber : Google Maps

water station-nya, jadi pada semacam reuni gitu. -Nandy Achmad Fauzi, Mesin 2015

Marshal

Kenapa sih mau ikutan jadi panitia? Karena ingin aja membantu biar dosen-dosen nggak kesusahan, daripada bayar orang lain kan bayar. Selain itu juga dosen-dosen ‘kan larinya buat FTMD juga jadi buat kita-kita juga. Gimana pengalaman jadi marshal? Jadi marshal capek banget, soalnya

harus naik motor dengan jarak puluhan kilometer tapi harus dengan kecepatannya orang lari. Oh iya, waktu kemarin jadi marshal tuh ngantuk banget, soalnya habis ujian mekflu ‘kan dan harus langsung nyetir ke Bogor jadi nggak sempet tidur sama sekali. Terus sempat jatuh sampai empat kali dan masuk ke toko orang gara-gara ngantuk banget hahaha Waduh bahaya banget, tapi jadi berkesan ya hahaha. Oh iya, mau nanya, kalau pandangan pribadi terhadap acara

51


MXMAGAZINE ini bagaimana? Sebenarnya, jika dilihat secara langsung inti dari ultramarathon selain sebagai fundraising bagi fakultasnya juga sebagai wadah reuni bagi dosen-dosen karena mereka merasa acara seperti ini memang bagus untuk dijadikan ajang reuni. -Zagy Yakana B & Reza Dzikri K, Mesin 2016

Peserta Lari

Menurut Bapak, apa itu ultra marathon? ITB Ultra Marathon itu ajang atau event lari yang sedang marak atau hits lah ya istilahnya. Selain itu ada kontribusi untuk ITB. Jadi, karena yang terlibat rata-rata alumni ITB, maka kebanyakan larinya untuk penggalangan dana buat perkembangan masing-masing Program studi. Victory Run Kalau pembagian relay-nya seperti Kalau victory run tuh ngapain sih? apa sih pak? Jadi victory run itu ada para pelarinya Iya jadi ada beberapa relay yang bisa yang dikumpulkan di annex, diikuti. Ada relay 1 dan 2 itu terus lari bareng dari annex buat umum, terus ada relay ke ITB Ganesha waktu 4, 8, sama 16 itu khusus Car Free Day. buat alumni ITB aja. kita sebagai satu Kalau penyambutan Kalau bapak ikut tim berlari saling waktu victory run yang relay berapa? nya kaya gimana mendukung satu sama Saya ikut yang ya? Kayaknya seru lain dan itu mempengaruhi relay delapan, itu 20 banget? kilometer. hubungan satu tim jadi Wah, keren pak! Iya, jadi waktu itu diminta tolong sama lebih dekat. Waktu lari, ada hal-hal Pak Tata buat nyambut berkesan nggak pak? pelari dosen di boulevard Saya pribadi sih senang, biar meriah. Nah, makanya karena ini pertama kalinya lari jadi rame banget waktu itu. 20 km, yaah sekitar 3,5 jam saya Waah seru banget yaa, hmmm mau larinya. Selain itu juga karena saya tanya kalau kesan pribadi terhadap mewakili dosen, jadi senang bisa terlibat acara ITB ultra marathon ini gimana? dalam acara ini, dan juga bisa ketemu Acaranya keren sih, walaupun aku teman-teman lama sekaligus reuni. cuma lihat waktu victory run-nya, tapi Menurut bapak, lari dengan jarak udah kelihatan rame dan niat. Bahkan sekian jauh nggak pak? sampai ada yang nyewa drum buat Jauh dong, tapi selama tekad masih angkatannya. ada yang penting itu sampai finishnya. -Arista Eka Putra, Mesin 2015 Jadi gimanapun caranya, aman dan selamat sampai garis finish. 52


Foto : Dokumentasi Ultra Marathon 170k itb

di balik ultra marathon 170k itb

Wuih iya benar juga ya pak, yang penting itu selesai. Oh iya pak, kalau di dalam internal tim dosen sendiri bagaimana pak? Ya kita dosen-dosen yang lari kan berasal dari generasi yang berbedabeda. Dari mulai angkatan 70an sampai angkatan dua ribu belasan. Nah kita sebagai satu tim berlari saling mendukung satu sama lain dan itu mempengaruhi hubungan satu tim jadi lebih dekat. -Hakim A Mashyur, dosen FTMD ITB Wah seru banget ya acara ITB Ultra Marathon-nya! Ternyata perjuangannya

bukan hanya yang lari saja, namun juga dari para panitia yang membantu berjalannya acara tersebut. Eits, belum selesai. Ternyata setelah acara marathon, fun run, dan victory run, terdapat juga acara lain seperti bazaar makanan dan juga penampilan dari band-band di panggung yang disediakan di lapangan basket. Sebagai tanda terimakasih dari dosen kepada panitia yang sudah terlibat, beberapa hari setelah terlaksananya acara ITB Ultra Marathon ini, diadakan acara syukuran bersama dosen dan panitia di rumah Pak Tata.

53


MXMAGAZINE

Darryl Farhan 13115155

Dapatkah Bahan Bakar Fosil Tergantikan oleh Energi Baru dan Terbarukan Seutuhnya?

R

Analisis mengenai tantangan dalam mewujudkan net-zero carbon emissions

evolusi industri di abad ke-18 dibangun di atas fondasi bernama bahan bakar fosil. Sisa-sisa dari makhluk yang hidup di masa lampau ini menyediakan energi untuk kemudian digunakan manusia selama berabad-abad. Ketika kita butuh listrik, batu bara dibakar. Saat hendak memasak, Kita nyalakan api dari gas alam. Di kala ingin berpindah, kita sulut minyak bumi di kendaraan. Penggunaan bahan bakar fosil sangat ekstensif sehingga sudah begitu erat dengan kehidupan kita. Namun, hubungan antara bahan bakar fosil dengan manusia tidak selamanya indah. Temuan tentang dampak kerusakan lingkungan seperti pemanasan global yang berujung pada perubahan iklim membuat bahan bakar fosil menjadi semakin diperangi komunitas dunia. Berbagai konvensi yang menghasilkan perjanjian untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil mulai bermunculan di beberapa dekade terakhir agar bumi dapat diwariskan ke generasi mendatang. Paris Agreement merupakan kemenangan bersejarah bagi perlawanan terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Perjanjian tersebut memunculkan rencana untuk menghindari

54

perubahan iklim yang dapat berdampak katastropik dengan membatasi kenaikan temperatur bumi dibawah 2°C dibandingkan sebelum masa industrial.[1] Pembatasan ini memunculkan semangat terwujudnya net-zero emissions. Ini didasari oleh kesadaran publik bahwa emisi CO2 berkorelasi terhadap kenaikan temperatur global. Beberapa tahun belakangan, listrik dari sumber energi baru dan terbarukan (EBT) seperti angin dan matahari mulai dapat dibangkitkan secara efisien dan relatif murah. Hal ini memunculkan wacana penggantian penuh bahan bakar fosil agar dapat memenuhi Paris Agreement. Penggantian penuh berarti EBT tidak hanya harus menggantikan bahan bakar fosil dalam sektor pembangkitan listrik, tetapi juga di segala sektor. Tentunya terdapat berbagai macam tantangan yang saat ini menghambat transisi yang diwacanakan.

Tantangan Dalam Perwujudan Transisi Energi Tantangan

pertama

adalah

kebutuhan energi yang terus meningkat. Rata-rata perkembangan ekonomi global yang mencapai 3,4% per tahun, populasi yang diperkirakan bertambah dari 1,5 miliar


kontributor dalam 20 tahun, serta perkembangan perkotaan menjadi dasar perkiraan bahwa kebutuhan energi akan meningkat hingga 30% pada 2040.[2] Peningkatan kebutuhan energi menjadi tantangan karena menambah beban pada sektor penyediaan energi. Kebutuhan yang tinggi berpotensi menjustifikasi penggunaan bahan bakar fosil yang tersedia dengan harga relatif murah, terutama pada negara berkembang. Saat negara maju mulai semakin gencar mengutilisasi EBT, negara berkembang tidak dapat semudah itu beralih dari bahan bakar fosil. Hal ini karena penggunaannya membutuhkan teknologi yang sederhana. Fakta tersebut berkorelasi dengan biaya investasi awal yang relatif kecil dibandingkan EBT. Faktor tersebut menyebabkan negara berkembang, dengan modal yang lebih sedikit dibandingkan negara maju, akan cenderung untuk memilih bahan bakar fosil.

Selain kebutuhan yang meningkat, terdapat juga tantangan dari beberapa sektor industri seperti penerbangan, perkapalan, smelting, dan banyak industri lainnya yang masih belum menemukan sumber energi dengan jejak karbon rendah. Artinya, sebagian banyak dari sektor industri tidak dapat berubah secara cepat mencapai nol emisi. Meski pembangkitan listrik nampaknya dapat didominasi EBT, listrik hanya mencakup 20% dari total final energy yang digunakan oleh masyarakat dunia.[3] Sisanya berasal dari sumber dengan densitas energi tinggi dan mudah dipindahkan seperti minyak bumi. Mengganti sumber energi pada sektor yang telah disebutkan sebelumnya menjadi kian berat, sebab perkembangan dari sebagian teknologi yang awalnya tampak menjanjikan kini stagnan. Padahal, pengganti bahan

Eurasia 135

-200 -30

Timur Tengah

US

480

Jepang

485 Africa

-25

790

1005

270

China

India

420 Asia Tenggara

Afrika Tengah dan Afrika Selatan

55


MXMAGAZINE tinggi dengan jejak karbon yang rendah dibutuhkan. Tetapi, perkembangannya saat ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hidrogen merupakan contoh yang dapat menggambarkan fenomena ini. Awalnya, hidrogen dilihat sebagai bahan bakar masa depan untuk sektor transportasi. Namun, kini perkembangannya terhambat akibat kalah saing dengan teknologi baterai. Padahal, hidrogen dapat menjadi solusi untuk proses industri yang butuh densitas energi tinggi seperti transportasi udara, dimana teknologi baterai terhambat oleh kapasitasnya. Teknologi lain yang perkembangannya lamban adalah biofuel[4]. Diwacanakan sebagai pengganti bahan bakar fosil di berbagai sektor transportasi dan industri, perkembangannya masih belum dapat membuatnya mengurangi bahan bakar fosil secara luas. Apabila solusi teknologi terhadap penggantian bahan bakar fosil ditemukan, penggantian sebuah sistem yang sebelumnya telah lama ada di masyarakat pun akan menghadapi perlawanan. Contohnya, motor bakar tidak tergantikan secara mudah oleh motor listrik dan baterai. Resistansi muncul dari pihak yang terancam tergantikan untuk melawan dan ancaman kehilangan lapangan pekerjaan dan mencegah kegagalan dalam memetik buah hasil investasi mereka di

Darryl Farhan 13115155 masa lalu.

Milestone dalam Menjawab Tantangan

Tantangan yang ada tentunya tidaklah tanpa jawaban. Untuk dapat menggantikan bahan bakar fosil sepenuhnya dengan semangat Paris Agreement, kemajuan teknologi dan regulasi beberapa tahun kebelakang harus berlanjut dengan berbagai pencapaian dalam beberapa dekade kedepan. Dari aspek teknologi, hidrogen harus dapat berkembang untuk menggantikan avtur sebagai sumber energi dengan densitas panas yang tinggi. Biofuel sebagai bahan bakar untuk kendaraan darat ataupun laut juga harus dapat bersaing. Carbon Capture and Storage (CCS) juga perlu tumbuh untuk mengurangi emisi karbon pada pembakaran fosil maupun biofuel. Teknologi disruptif seperti itu diperlukan untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai final energy pada sektor yang selama ini sulit digantikan karena sifat dari bahan bakar fosil seperti densitas panas yang tinggi hingga kemudahan distribusi masih belum dimiliki oleh EBT. Berkembangnya teknologi disruptif juga harus diikuti dengan berubahnya sistem penggunaan energi. Kini, bidang transportasi menggunakan bahan bakar minyak, dan bidang smelter dan banyak proses industri Tantangan Dalam Perwujudan Transisi Energi menggunakan batu bara. Sistem ini harus berubah 1 Kebutuhan energi terus meningkat secara makro. Revolusi 2 Batu bara tetap populer di kalangan negara berkembang EBT yang hanya terfokus pada sektor pembangkitan 3 Ada sektor yang sumber energinya sulit untuk dirubah listrik tidak akan cukup 4 Perkembangan sebagian teknologi stagnan membuat bahan bakar fosil 5 Adanya hambatan dalam proses transformasi sumber energi tergantikan, mengingat saat 56

[1] The Paris Agreement. https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/the-paris-agreement [2] World Energy Outlook 2017. https://www.iea.org/weo2017/ [3] Renewable Energy Consumption, World Bank https://data.worldbank.org/indicator/EG.FEC.RNEW.ZS


kontributor ini 80% final energy tidak dalam bentuk dapat ditahan. Artinya, dibutuhkan listrik. Artinya, sektor transportasi dan teknologi skala rumah tangga hingga skala industri pun harus menggunakan sumber industri yang menggunakan efisiensi tinggi agar pemakaian energi per kapita dapat energi yang ramah lingkungan. Di sektor pembangkitan listrik, menurun. Budaya hemat energi juga perlu penggunaan batu bara di digencarkan untuk dapat mengefisienkan negara-negara berkembang akan sulit penggunaan energi secara lebih lanjut. Haluntuk digantikan pada beberapa dekade Ini diperlukan agar tantangan kebutuhan mendatang. Namun, penggunaannya energi yang terus meningkat dapat terjawab. harus ditekan. Pembangunan PLTU baru bertenagakan batu bara sebisa mungkin Menggantikan bahan bakar fosil dihentikan dalam waktu dua hingga tiga seluruhnya dengan sumber EBT pada dekade kedepan untuk mengedepankan akhirnya tentu tidaklah tanpa tantangan EBT. Negara seperti Tiongkok juga harus yang besar. Tantangan muncul dari berbagai mengurangi penggunaan batu bara dengan sektor yang mencakup isu teknologi, beralih ke EBT dengan memperhitungkan regulasi, keberpihakan industri, hingga bahwa Tiongkok bukan lagi yang tidak budaya masyarakat. Dari segala milestone memiliki modal untuk investasi. yang harus dilewati oleh umat manusia, Pemerintah memegang kunci semua pihak baik pemerintah yang dalam usaha menekan bahan berperan sebagai regulator, pendidikan bakar fosil dalam transisi menuju tinggi sebagai pilar kemajuan teknologi, net-zero emissions. Pemerintah dapat industri sebagai pihak yang berperan mengimplementasi kerangka kerja legislatif besar di pasar, serta masyarakat yang untuk mendorong efisiensi dan mengurangi berperan sebagai konsumen energi harus emisi CO2 dengan cara memensiunkan mengemban komitmen dan menjalankan teknologi lama dan mempromosikan peran masing-masing. Dengan seluruh pengembangan teknologi yang ramah pihak bekerja secara optimal, termasuk kita lingkungan hingga dapat mandiri ketika di masa kini dan di masa yang akan datang, mencapai masa cost-effective. Regulator mengganti penggunaan bahan bakar fosil juga dapat menggunakan kewenangannya dengan sumber energi baru dan terbarukan untuk memaksa penggunaan sumber energi bukanlah sebuah keniscayaan. yang bersih, sebagaimana negara progesif di Skandinavia menerapkan 100% pembangkitan energi milestone dalam menjawab tantangan listrik dari EBT 1 Mengembangkan teknologi terbarukan pada tahun 2040[5]. Selain listrik harus 2 Merubah sistem penggunaan energi di dunia dibangkitkan dari sumber 3 Menekan penggunaan batu bara di negara berkembang EBT, penggunaan energi 4 Mengoptimalkan peran regulator juga harus ditekan agar besar peningkatan kebutuhan 5 Menghemat penggunaan energi [4] Biofuel stagnation threatens renewable energy target https://www.endswasteandbioenergy.com/arti cle/1433540/biofuel-stagnation-threatens-renewable-energy-target [5] Sweden on target to run entirely on renewably energy by 2040 https://www.independent.co.uk/news/world/

57


MXMAGAZINE

Ghiffari Alfarisy 13114100

Palm Oil Utilization for Indonesia’s Renewable Energy

T

wo noteworthy issues coming out of the news recently are the negative impacts of global warming and the depletion of fossil fuel. We all know, too, that the two issues mentioned both have a correlation. Global warming occurs due to carbon dioxide formed from fossil fuel combustion being accumulated on the atmosphere. As long as mankind consumes coal, natural gas, and petroleum, this accumulating amount of carbon dioxide affecting the atmosphere would always increase. It is also known that fossil fuel, coal, natural gas, and petroleum are clearly limited. The reserve to production ratio depicts it will run out in about 160 years, 65 years, and 41 years respectively. The depletion of fossil fuel is being issued as the dependency of mankind in those particular resources. As it happens, we are now about to pass the gateway that leads to a new age of a fossil fuelindependent humankind and starting to render the utilization of renewable energy widespread. In the years to come, the world should be ready to transform their current energy into the renewable energy as the key of suppressing the carbon dioxide emission and maintaining global energy security. Renewable energy comes in various

58

forms which include wind, photovoltaic, geothermal, hydropower, tidal, and wave energy. One of the most used sources of renewable energy is biomass. In general, biomass means an organic compound that is produced by the activity of the living creatures which can be utilized in the form of energy and material. In tropical countries, biomass reserves exist in enormous amounts - for instance, wood, grass, marine algae, microalgae, agriculture waste, forestry waste, and municipal waste are all biomass reserves. Biomass differs from other sources of renewable energy. It is renewable and carbon neutral as well. Additionally, biomass is clearly an unlimited source of energy because it comes from living things - as far as the availability is maintained. From biomass combustion, the concentration of carbon dioxide in the atmosphere remains unchanged, because the amount of carbon dioxide emitted is equal to the amount being absorbed. Moreover, biomass is more storable and transportable in the form of chemical fuels, namely ethanol, methanol, dimethyl ether and others, compared to other resources. Based on these factors, we can say with confidence that biomass has a high probability of replacing fossil fuels (or


kontributor at the very least become a big part of it) and displace the drawback of fossil fuel. There are some aspects that need to be considered regarding the utilization of biomass as the future source of energy, i.e. food security and sustainability of agriculture and forestry. Biomass is only permitted for use when it is not classified as a main food source, which, if adhered to, therefore will not disturb food security. Consequently, there are only certain biomass sources that will be included as potential bioenergy. One of those certain sources of biomass that is in significant development is biomass from oil palms. Oil palms can typically be raised in places with abundant rainfall and heat such as tropical countries in Southeast Asia. Statistically, Indonesia is the world’s largest producer and exporter of crude palm oil. Thus, palm oil has become one of Indonesia’s most promising sources of biomass. It refers to the fact that Indonesia dominated 60% of the world’s palm oil production when it supplied 36 million tons of palm oil while the world total production was around 58 million tons back then in 2016. Palm oil is extensively consumed for cooking oil, lubrication, cosmetics, medicine, etc. Hence, it generates a huge quantity of palm oil waste as well. Furthermore, the biomass generated during the production process also has potential to be an energy source. Surprisingly, in every kilogram of palm oil produced, it generates about four kilograms of waste in the form empty fruit bunches. In general, palm oil residue comes in various forms such as trunks, fronds, palm shells, and, as said before, empty fruit bunch. These sources of waste can be

converted into more useful products such as transportation fuel, briquettes (blocks of compressed charcoal or coal dust), and gaseous hydrocarbons using solid plant processing. The theoretical energy that can be obtained from palm oil in Indonesia is estimated to be near 67 million GJ/year. The value seems to keep increasing since the plantation area of oil palm tree is expected to expand to around 2 million hectares in 2020. Therefore, the utilization of the entire resource from oil palms should be applied to maximize the energy production in Indonesia. Implementing biomass as the source of energy in Indonesia is not an easy task, but it is worth trying. To achieve the national target of mixed energy in 2025, 23% renewable energy among the others, there are several things to do. For example, the government should provide supportive regulations and proper authorization in order to keep biomass utilization on track. It is also necessary to encourage people who have interest in this field by arranging some incentive, reward or other conveniences so more manpower will be able to support the implementation. Finally, the development of good infrastructure and technology must be enhanced to improve the efficiency of biomass utilization. By taking planned and calculated steps, it is an optimistic projection to make biomass as the applicable resource of renewable energy to combat the rocketing energy demand and environmental issues that Indonesia will face in the near future.

59


MXMAGAZINE

Hafiz Ahmad S. 13115005

BAHAN BAKAR HASIL PIROLISIS SAMPAH PLASTIK

S

“Solusi ATAU bencana?�

ampah plastik telah membawa bencana yang besar bagi dunia, terutama di lautan. Dilansir dari Vox.com, jumlah sampah yang menggenang di lautan berjumlah 5 triliun buah dengan massa total 268.940 ton. Dengan jumlah yang sangat besar tersebut, sampah terus mengancam kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Plastik yang terurai di lautan akan masuk ke dalam rantai makanan dan lambat laun akan masuk ke dalam manusia juga dan dapat bersifat racun. Kini, berbagai kalangan masyarakat mulai sadar akan bahaya plastik dan mulai mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan berkampanye akan hal tersebut. Namun, hal itu tidaklah cukup karena tidak mengurangi sampah yang telah diproduksi. Sayangnya, belum ada solusi efektif yang dapat mengurangi sampah plastik dalam skala besar. Proses recycling pun masih dianggap tidak efektif dalam rangka pengurangan sampah karena dampak yang dihasilkan tidaklah masif dan produk yang dihasilkan tidak ekonomis. Salah satu solusi yang cukup menjanjikan adalah pengubahan sampah plastik menjadi bahan bakar melalui proses pirolisis karena dianggap ramah lingkungan dan lebih ekonomis dibanding solusi - solusi lain.

60

Namun, apakah argumen tersebut benar? Pirolisis? Apa itu? Sebelum bergerak lebih jauh tentang baik buruk dari pirolisis sampah plastik, mari kita bahas terlebih dahulu apa itu proses pirolisis dan plastik itu sendiri. Proses pirolisis adalah proses degradasi termal dari polimer dengan rantai yang panjang menjadi molekul yang lebih kecil dan sederhana dengan bantuan panas dan tekanan. Proses tersebut harus dilakukan tanpa oksigen untuk mencegah terjadinya pembakaran. Produk yang dihasilkan dari pirolisis adalah cairan, gas, dan padatan yang masing - masingnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan seperti bahan bakar. Tidak semua sampah plastik yang ada dapat diproses secara efektif menjadi bahan bakar melalui pirolisis. Plastik yang seringkali diproses secara pirolisis untuk menghasilkan bahan bakar adalah Polystyrene (PS), Low density Polyethylene (LDPE), High Density Polyethylene (HDPE), dan Polypropylene (PP) karena memiliki produk dalam bentuk cairan yang banyak. PS merupakan sampah plastik yang menghasilkan produk cairan terbanyak sebesar (97%), diikuti oleh LDPE (93,1%), HDPE (84,7%), dan terakhir PP (82,12%).


kontributor

Pendapat Pihak Pro

Proses pirolisis dapat membantu untuk mencukupi kebutuhan energi dunia, terlebih lagi dunia mulai bergerak untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Penggunaan plastik untuk berbagai keperluan juga terus meningkat setiap tahunnya sehingga dapat menjadi potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi bahan bakar. Bahan bakar dari plastik hasil pirolisis dapat digunakan untuk boiler, turbin, dan mesin diesel. Dilansir dari jurnal Review on Plastic Waste oleh Faisal Abnisa, “Secara teknis, proses pirolisis juga tidak menghasilkan kontaminasi pada air sehingga dapat dikatakan sebagai salah satu green technology�. Dengan adanya pirolisis, masyarakat juga menjadi lebih sadar akan nilai ekonomis dari sampah terutama sampah plastik. Penyadaran akan nilai ekonomis ini akan berdampak pada pemilahan sampah yang lebih teratur.

Pendapat Pihak Kontra

Sayangnya, proses pirolisis bukanlah solusi jitu yang dapat menyelesaikan semua masalah tanpa ada efek sampingnya. Dilansir dari publikasi Washington University, proses pirolisis dapat menghasilkan asap dan dioksin yang berbahaya bagi tubuh. Asap dan dioksin dapat merusak sistem imun, menyebabkan kanker, dan mengganggu sistem hormon. Selain itu, biasanya, proses pirolisis menggunakan energi yang lebih besar daripada energi yang dihasilkan. Apabila tidak bijak dalam pengelolaannya, pirolisis malah dapat merugikan pihak pengelola. Dengan mengetahui baik buruknya penggunaan proses pirolisis untuk merubah plastik menjadi bahan bakar, diharapkan kita menjadi lebih bijak dalam pemanfaatan segala teknologi karena pasti ada dampak buruknya. Nah, di pihak manakah kamu?

61


Tim Redaksi:

Widio - Erwin - Bambang - Junius Alya - Ria - Kinan - Jihan -Madina Apriyadi - Kevin - Firas - Jason Windy - Kemal A b i - Yu d i s - F a i s a l


V

MECHA NICAL EXPRE SSMAG AZINE 63


SEKRETARIAT

Jalan Ganesha 10 Gedung Labtek II Himpunan Mahasiswa Mesin 40132 Institut Teknologi Bandung

64


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.