JCLEC

Page 1

JCLEC Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation

INSPIRASI MENGGALANG KEKUATAN GLOBAL

Tan Sri Prof. Drs. Da’i Bachtiar SH, AO Jenderal Polisi (Purn)



Inspirasi Menggalang Kekuatan Global Tan Sri Prof. Drs. Da’i Bachtiar SH, AO Jenderal Polisi (Purn)


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72: 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).


Inspirasi Menggalang Kekuatan Global Copyright © Tan Sri Prof. Drs. Da’i Bachtiar SH, AO Jenderal Polisi (Purn) Hak cipta dilindungi undang-undang All right reserved Editor : Emmy Kuswandari Tim Penyusun : Craft Writer Club Desain Grafis & Layout : Fandhyta Indra K. Diterbitkan oleh Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia WISMA GKBI, 17th Floor, Suite 1702. Jl. Jend. Sudirman Kav. 28. Jakarta 10210 Telp: +62-21-5740555, Fax: +62-21-5705227, Email: info@lcki.org


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

Kata Pengantar DR. N. Hassan Wirajuda Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Indonesia pernah beberapa kali menjadi korban target serangan terorisme. Serangan bom di Bali pada bulan Oktober 2002 dan ledakan bom di Hotel JW Marriott di Jakarta pada Oktober 2003 telah mengusik rasa kemanusiaan dan mengejutkan perhatian dunia. Pemerintah Indonesia telah merespons serangan bom tersebut dengan melakukan langkah tegas untuk menahan pelaku pemboman serta mengungkap jaringan terorisme. Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dibawah pimpinan Jenderal Polisi Da’i Bachtiar telah meraih momentum untuk menangani pengungkapan kasus pemboman tersebut. Kerjasama dengan beberapa negara, khususnya dengan Kepolisian Federal Australia yang dilakukan untuk membongkar jaringan pelaku terror telah berhasil menangkap dan menghukum hampir semua otak pelaku teror. Yang menarik, upaya kerjasama dalam pengungkapan kasus pemboman tersebut selain telah menjadi kisah sukses Indonesia yang diakui dan memperoleh perhatian negara lain di tataran regional dan internasional, juga mendorong negara lain untuk ikut serta dalam upaya Indonesia memerangi terorisme. Saya mengenal dekat Pak Da’i dalam hubungan pribadi maupun sebagai rekan sejawat. Dalam penilaian saya, beliau adalah seorang yang memiliki keyakinan diri yang kuat dan menguasai bidang kerja serta tugas-tugas kenegaraan yang dibebankan kepadanya. Ketika Indonesia berada dalam titik terendah karena ketiadaan keamanan menyusul serangkaian serangan bom yang terjadi, beliau berhasil membangun kepercayaan anggotanya untuk mendorong penyelesaian kasus ini dengan segala hambatan dan keterbatasan yang ada. Kemauan kuat i | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

yang disertai kegigihan untuk mengungkap kasus dari Jenderal Da’i Bachtiar dan kesatuannya telah membuahkan hasil yang mengagumkan. Tertangkapnya sejumlah pelaku kegiatan terorisme di Indonesia semakin meningkatkan citra positif Indonesia di dunia internasional. Di lain pihak, keberhasilan tersebut juga telah mendorong pemulihan situasi keamanan dalam negeri. Namun demikian, Jenderal Da’i menyadari sekali bahwa aksi terorisme tidak mungkin dapat ditangani sendiri oleh suatu negara. Pemberantasan terorisme selain memerlukan penguatan legislasi nasional yang menjamin perlindungan kepentingan publik, juga memerlukan jalinan kerjasama antar negara dan peningkatan kapasitas diantara para aparat penegak hukum, untuk memastikan aksi terorisme tidak akan terjadi. Aksi serangan bom di wilayah Indonesia telah menginspirasi Jenderal Da’i akan perlunya pembentukan institusi yang berfokus pada upaya memfasilitasi pelatihan dalam rangka meningkatkan kapasitas aparat penegak hukum dalam menangani kejahatan lintas negara, termasuk terorisme. Pendirian JCLEC (Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation) pada tanggal 3 Juli 2004 merefleksikan prirotas bersama antara Indonesia dan Australia dalam penanganan kejahatan lintas negara sebagaimana disepakati dalam Bali Regional Ministerial Meeting on Counter Terrorism (BRMM-CT) on 4-5 February 2004. Buku ini mencoba menggambarkan perspektif yang berbeda dari keberhasilan Jenderal Da’i untuk meningkatkan kewaspadaan kawasan dalam memerangi terorisme melalui pendirian JCLEC, yang telah sukses memperoleh dukungan dari masyarakat internasional. Aksi terorisme telah menjadi concern bagi negara-negara di seluruh dunia. Peledakan bom merupakan salah satu modus pelaku terorisme yang telah menjadi fenomena umum di beberapa negara. Terorisme sebagai non conventional threat merupakan kejahatan lintas negara yang terorganisir dan melibatkan jaringan pelaku kejahatan yang luas, Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

| ii


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

serta menimbulkan ancaman bagi perdamaian dan keamanan nasional maupun internasional. Indonesia mengutuk keras tindak terorisme dalam segala bentuk dan manifestasinya. Serangan bom Bali dan teror bom lainnya yang terjadi di Indonesia telah menimbulkan kesan bahwa Indonesia tidak aman dan hal ini telah menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan pada kehidupan sosial, ekonomi, politik serta hubungan Indonesia dengan dunia internasional. Pemberantasan aksi terorisme harus dilakukan secara komprehensif dan seimbang, serta sejalan dengan tujuan dan prinsip Piagam PBB dan kovenan Hak Asasi Manusia. Sesuai dengan komitmen dan keseriusan Pemerintah untuk menanggulangi aksi terorisme, maka Pemerintah telah mengesahkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan menjadi negara pihak pada Konvensi PBB yang terkait dengan isu terorisme. Indonesia menjadi negara target aksi terorisme dengan terjadinya serangan bom di beberapa wilayah. Tragedi Bom Bali dan bom di depan Kedubes Australia menjadi sorotan dunia internasional karena mengorbankan sejumlah warga negara asing, khususnya Australia. Yang menarik adalah bahwa kejadian tersebut menjadi tonggak keberhasilan Indonesia mengelola tragedi kemanusiaan menjadi suatu peluang emas untuk meraih simpati dunia mendukung Indonesia memerangi terorisme. Pengungkapan aksi terorisme tidak terlepas dari profesionalisme dan kecakapan aparat penegak hukum Indonesia. Nama Jenderal Polisi Da’i Bachtiar tidak dapat dilepaskan dari kesuksesan pengungkapan kasus bom Bali serta penangkapan terhadap sejumlah pelaku terorisme yang dikenal memiliki jaringan internasional yang kuat dan solid. Saya mengenal Jenderal Da’i Bachtiar sebagai pribadi yang berdedikasi dan sangat menguasai bidang tugasnya, profesional serta memiliki gaya kepemimpinan yang arif dalam melaksanakan tugas-tugas kenegaraan yang sangat berat. Dibawah beliau, Kepolisian Negara Republik Indonesia berhasil menunjukkan prestasi mengagumkan dengan mengungkap jaringan kasus dan pelaku peledakan bom di iii | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

Bali, 12 Oktober 2002 dan di Hotel JW Marriott, Jakarta, 5 Agustus 2003 lalu. Pengungkapan kasus tersebut jelas tidak semudah membalik telapak tangan, mengingat terorisme pada waktu itu belum menjadi isu yang ditangani secara profesional oleh Polisi Indonesia. Pemberantasan terorisme harus didukung penguatan legislasi nasional, penegakan hukum yang kuat disertai kapabilitas penegak hukum dalam penanganan aksi terorisme. Hal itu disadari sekali oleh Jenderal Da’i Bachtiar. Rentetan serangan bom telah menginspirasi beliau akan perlunya suatu institusi pendidikan yang difokuskan pada peningkatan keterampilan, profesionalisme dan pelatihan aparat penegak hukum dalam menangani secara efektif transnational crimes di kawasan Asia Tenggara. JCLEC (Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation) di Akademi Kepolisian Semarang yang diresmikan Presiden RI Megawati Soekarnoputri pada 3 Juli 2004 merupakan realisasi dari komitmen politik dan kerjasama antara Indonesia dan Australia dalam Bali Regional Ministerial Meeting on Counter Terrorism (BR M M-CT) pada tanggal 4-5 Februari 2004, untuk menghimpun kekuatan global menghadapi ancaman terorisme internasional. Pada tataran domestik, kiprah beliau berhasil mengangkat citra dan martabat jajaran Kepolisian Republik Indonesia serta berhasil memposisikan Indonesia sebagai salah satu negara yang diperhitungkan dalam konteks pemberantasan isu terorisme secara global; suatu capaian penting setelah sebelumnya Indonesia terpuruk dengan berbagai isu yang menurunkan citra positif Indonesia di pergaulan internasional. Buku ini menyampaikan perspektif lain dari kontribusi Jenderal Da’i Bachtiar merintis kerjasama dan dukungan regional untuk mendirikan JCLEC yang saat ini tumbuh menjadi institusi pelatihan penanganan transnational crimes berskala internasional.

Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

| iv


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

Sekapur Sirih Tan Sri Prof. Drs. Da’i Bachtiar SH, AO Jenderal Polisi (Purn)

JCLEC (Jakarta Law Enforcement Cooperation), terwujud didasari pada pengalaman, baik dalam menangani “Bom Bali” maupun adanya sikap dari mitra ditingkat regional maupun transnational dalam berbagai pertemuan. Yang memberi kesan pada diri saya, mereka melihat kondisi di Indonesia dibidang keamanan yang sangat terpuruk, mereka kurang respek terhadap kehadiran perwakilan Indonesia. Pengalaman dalam mengungkap kasus Bom Bali, yang mendapat apresiasi dari berbagai pihak Internasional, dapat dijadikan modal bagi bangsa Indonesia untuk mengangkat citra bangsa, melalui berbagai pengalaman tersebut. Tidak mudah menjual ide dan gagasan dalam kondisi seperti itu, oleh karenanya, perlu memanfaatkan momentum yang tepat dan dukungan pihak lain. Bagai gayung bersambut, Menteri Luar Negeri Indonesia, Bapak Dr. N. Hasan Wirayuda sangat mendukung gagasan itu dan juga Menteri Luar Negeri Australia, Alexander Downer, sangat tertarik dengan gagasan itu dan akhirnya kemudian diperkuat d e n g a n komitmen kedua Pemimpin Negeri yaitu Presiden RI, Ibu Megawati Soekarnoputri dan Perdana Menteri Australia, John Howard. Akhirnya, saya bersama Commissioner AFP, Mick Keelty, mewujudkannya dalam membentuk yayasan JCLEC. Sebagai “modal” yang dapat ditawarkan tersebut pada dasarnya hasil kerja keras seluruh jajaran Polri waktu itu. Oleh karenanya, tanpa prestasi mereka semua, tentu, hal tersebut sulit untuk terwujud. v | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

Semoga JCLEC ini merupakan karya monumental yang tidak saja menjadi kebanggaan Polri dan bangsa Indonesia tapi juga seluruh penegak hukum di dunia. Semoga bermanfaat bagi membangun kerjasama global, dalam memerangi kejahatan, khususnya kejahatan transnasional dan terrorism. Ucapan terima kasih dan penghargaan atas terbentuknya JCLEC kepada semua pihak.

Penyusun,

Tan Sri Prof. Drs. Da’i Bachtiar SH, AO

Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

| vi


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

Daftar Isi Kata Pengantar ........................................................... i Sekapur Sirih .............................................................. iv Daftar Isi .................................................................. v Bab I Insipirasi Menggalang Kekuatan Global Gagasan dan Proses Pendirian Jakarta Center of Law Enforcement Cooperation ........................................ 1 Yayasan JCLEC dan Peresmian JCLEC oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri ......................... 7 Kesan Pertama Presiden Yudhoyono .......................... 9 Bab II Melahirkan Pemimpin dan Investigator yang Cerdas Program studi pendidikan dan pelatihan di JCLEC ........ 13 BAB III Memadukan Profesionalitas dan Standar Internasional Fasilitas-fasilitas JCLEC dan PLATINA ...................... 19 Fasilitas PLATINA ................................................ 22 BAB IV JCLEC dalam Derap Langkah Capaian keberhasilan di usia lima tahun .................. 26 Curriculum Vitae ......................................................... 33

v | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

BAB I

Inspirasi Menggalang Kekuatan Global Gagasan dan Proses Pendirian Jakarta Center of Law Enforcement Cooperation Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) lahir di tengah situasi keamanan regional, baik Asia dan Eropa terancam. Serangan terorisme tampak nyata mengancam berbagai negara di belahan dunia, termasuk Indonesia. Bangsa ini menjadi sasaran dan korban dari serangan itu. Bom Bali menjadi fenomena dan pergulatan Indonesia dalam menghadapi serangan teror itu. Kini, JCLEC menjadi kekuatan baru untuk menyelesaikan persoalan terorisme di wilayah Asia Pasifik.

Menlu RI Hasan Wirajuda dan Menlu Australia Alexander Downer pada acara Sub-Regional Ministerial Conference on Counter-Terrorism 5-6 Maret 2007.

1 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

Saya menggagas lembaga JCLEC ini didorong situasi bangsa Indonesia yang sedang terpuruk dan memprihatinkan. Posisi Indonesia melemah di antara negara-negara di wilayah regional. Citra Indonesia memburuk pasca peristiwa kerusuhan Mei 1998. Beberapa kali saya menghadiri forum negara-negara ASEAN, ASEAN Ministerial Meeting on Trans National Crime, Indonesia tampak terpinggirkan dan tak lagi menjadi dominan. Indonesia dipandang tidak lagi menjadi big brothers di ASEAN. Hal senada dirasakan oleh kolega saya, Menteri Luar Negeri RI, Bapak Hasan Wirajuda. Ia juga merasakan citra buruk bangsa kita di dunia regional dan internasional, sejak pecahnya kerusuhan pada 19971998. Kemelut keamanan di negara kita mendapatkan sorotan buruk. Banyak bom tersebar di tempat-tempat umum. Terjadinya penjarahan oleh massa. Dan dalam situasi kacau itu, aparat penegak hukum tak mampu bekerja. Bahkan, tampak gamang menyikapi kekacauan itu. Bom Bali I, 12 Oktober 2002, menjadi ujung keterpurukan yang membesar, hingga bangsa ini meluncur di titik paling rendah.

Restoran Sari Club Kuta Bali, Peristiwa Bom Bali 12 Oktober 2002

Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

|2


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

Ketika bom Bali meletus, saya menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri). Di tengah keterpurukan, muncul semangat luar biasa mengungkap pelaku dan dalang di balik pengeboman itu. Saya membentuk tim investigasi bekerjasama dengan Australia Federal Police (AFP). Saya menugaskan Irjen Pol Made Mangku Pastika, Kapolda Papua sebagai ketua tim investigasi. Dukungan juga datang dari belahan dunia, seperti FBI Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan negara-negara ASEAN. Akhirnya, kerja keras kami pun mengukir sejarah baru. Kami berhasil menemukan pelaku dan jaringan terorisme. Satu hal yang mendapat perhatian besar adalah teknik dan metode kami mengungkap kasus pengeboman itu, yaitu olah TKP (Tempat Kejadian Perkara) atau disebut crime scene processing. Serpihan mobil yang kami temukan, bukan saja berhasil ditemukannya pemilik mobil tapi menjalar pada aktor pelaku, Amrozy dan jaringannya. Keberhasilan pengungkapan bom Bali itu adalah babak baru posisi bangsa Indonesia di tengah dunia internasional. Situasi bangsa yang terpuruk berubah membaik dan diperhitungkan oleh negara-negara di belahan dunia. Saya pun terus menjaga dan melanjutkan pekerjaan mengungkap kasus pengeboman yang terjadi sebelumnya. Saya memberikan perhatian sangat besar terhadap proses yang dipakai dalam pengungkapan itu, yang saya namakan scientific crime investigation. Kapolri Da’i Bachtiar dengan AFP Commis-Bulan Februari 2002, saya menansioner Mick Keelty datangani MoU antara Kepolisian

Republik Indonesia (Polri) dan Australia Federal Police (AFP) di Pert Western, Australia. MoU itu berisi kerjasama bidang pelatihan, pendidikan, asistensi bidang SDM dan operasional. Kerjasama ini bagian 3 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

terpenting mengikatkan kerjasama di bidang keamanan menghadapi serangan terorisme yang sedang bergejolak di dunia. Kemudian MoU tersebut diimplementasikan pada penanganan kasus Bom Bali I, 12 oktober 2002 di Kuta Bali. Saya menemukan momentum yang tepat. Keberhasilan mengungkap bom Bali adalah modal besar untuk menunjukkan kepada dunia tentang Indonesia yang bermartabat dan bercitra baik.

Da’i Bachtiar bersama Alexander Downer Menlu Australia periode 1996-2007

Saya berpikir tentang gagasan kerjasama membentuk pusat pendidikan dan pelatihan antiteror di Indonesia. Saya menyampaikan gagasan ini ke Menteri Luar Negeri RI, Bapak Hasan Wirajuda. Beliau menanggapi positif dan mempertemukan saya dengan Menteri Luar Negeri Australia, Alexander Downer yang saat itu akan berkunjung ke Jakarta.

Saya menjelaskan kepada Beliau bahwa Indonesia memiliki pengalaman membongkar jaringan terorisme. Kami mempunyai pengalaman sangat baik membongkar pelaku teror pada Bom Bali I. Kami melakukannya dengan proses investigasi yang didukung teori dan pengetahuan yang akuntabel. Keberhasilan proses ini lahir karena kerjasama anntara Indonesia dan Australia. Saya mengatakan, “Ini sangat patut kita “jual” ke berbagai pihak.” Alexander Downer menyetujui gagasan saya. Ia membawa gagasan itu ke forum, yang digelar di Bali pada tahun 2004, yaitu Asia Pacific Ministerial Meeting on Combating Terorism. Sebagian besar dihadiri oleh para penegak hukum, menteri luar negeri, jaksa agung, kepolisian. Bahkan, Kanada meminta untuk diundang, karena tidak termasuk wilayah Asia Pasific. Dalam forum itu, kami membagikan pengalaman saat mengungkap jaringan teroris pada kasus bom Bali. Pertemuan itu menghasilkan dua kelompok kerja, yaitu sebuah keInspirasi Menggalang Kekuatan Global

|4


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

lompok kerjasama antara penegak hukum. Kelompok ini dipimpin oleh Indonesia. Kedua, kelompok kerjasama bidang legal mater, tentang peraturan perudang-undang atau kaidah hukumnya, yang dipimpin Australia. Ketika membahas kelompok kerja ini, Menlu Malaysia, Datuk Seri Syed Hamid Albar, berkata, “Kerjasama yang disepakati di Kuala Lumpur, Malaysia, untuk Asia. Karena, itu merupakan keputusan diambil pada pertemuan Asian Regional Forum (ARF) di Brunei 2002.” Hasilnya, diantaranya disepakati penggalangan kerjasama menghadapi terorisme di Asia, yang berpusat di Malaysia. “Apalagi yang perlu dibangun, toh sudah ada di Kuala Lumpur,” kata Menlu Malaysia itu. Lalu, Alexander Downer mengundang saya melalui komisioner AFP Mick Keelty. “Kelihatannya ini ada sedikit masalah jenderal. Malaysia mempertanyakan kerjasama ini, karena sudah ada di Malaysia”, kata Mick Keelty kepada saya. Kami bertiga akhir bertemu. “Kita pahami, apa yang disepakati di ARF itu sebelum bom Bali. Ini terjadi bom Bali I, dan kita berhasil. Kita punya pengalaman menangani itu,” kata saya. “Malaysia tidak punya pengalaman itu, Indonesia sebelumnya menghadapi serangan bom, kata saya lagi, Indonesia lebih share pengalaman, field experience. Teori biarlah Malaysia.” Setelah saya menjelaskan duduk perkaranya, akhirnya Downer mengerti dan mendukung Indonesia sebagai pusat kerjasama tersebut. Waktu itu saya tidak tahu persis kenapa Malaysia yang dipilih. Mungkin waktu itu Malaysia dikenal gigih melakukan pemberantasan terorisme pasca 11 September. Sedang Indonesia, waktu itu dianggap kurang serius menghadapi terorisme. Robert Mueller - Direktur FBI periode 2001-saat ini

Maka, waktu itu Amerika mengirim utusan ke Indonesia, Direktur FBI Robert Mueller. Saya

5 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

mengenal Robert Mueller. Saya bertemu dengannya beberapa kali. Kali ini kami bertemu di Bali, saat saya mendampingi Menko Polkam saat itu, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Saya menyampaikan ke Robert Mueller bahwa Indonesia sudah menjadi korban serangan teroris. Saya memberikan data berbagai peristiwa pengeboman di tanah air sebelum dan sesudah perisitiwa 11 September. Robert Mueller akhirnya bisa memahami kondisi yang dialami Indonesia. Kemudian kami memikirkan kelompok kerja atau pokja. Kami merancang bentuk kerjasama, dari hukum yuridisnya sampai wujud nyatanya. Saya menyadari waktunya pendek karena sedang menghadapi Pemilu. “Kalau yang jadi presiden masih Ibu Megawati dan Menlu masih Pak Hasan, dan Kapolri masih Saya, Da’i Bahtiar, mungkin ini bisa direalisasikan. Tapi ini kan mau Pemilu, kalau terjadi perubahan siapa yang akan realisasikan. Nanti bulan Juli sudah pemilihan Presiden. Kalau iya masih, kita bisa tindak lanjuti, kalau tidak?” Ini saya katakan kepada staff saya. Akhirnya kami bergegas merancang dan mendisain sebuah pusat pelatihan. Kami berpikir tempatnya di PTIK Jakarta, tapi tak memadai karena sempit. Tampat lain yang kami pikirkan adalah di AKPOL, Semarang. Kami pun memilih di Semarang karena tempatnya yang luas. Ketika kami mendisain pusat latihan, di Madrid, Spanyol terjadi serangan bom. Kami mendapatkan informasi, lewat media massa, serangan itu dilakukan oleh teroris yang ditujukan kepada pendukung Amerika Serikat, saat menyerang Irak. Spanyol turut berperan, dan Australia juga menjadi salah satu sasarannya. Saya kembali membaca surat kabar di Indonesia, Australia mengumumkan menambah anggaran untuk menghadapi terorisme. Lalu, saya segera menelepon Mick Keelty, “Apa betul Anda memperbesar anggaran untuk memberantas terorisme?” “Betul. Lalu, apa yang bisa dilakukan? Anda punya saran apa?”, tanya Mick Keelty. Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

|6


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

“Kita bangun tempat latihan di Indonesia, dengan uang itu”, jawab saya. “Bagus, nanti kita kirim tim”, kata Mick Keelty. Saat tim Australia datang, saya sedang merancang pusat pelatihan di Akpol. Mereka melihat rancangan itu, mereka pun setuju. Bahkan mereka telah siap mendukung semua biayanya. Kemudian rencana kerjasama ini mengalami kemajuan saat pertemuan kedua kali di kantor saya. Ia menyepakati dua projek; pembangunan Trans National Crime Centre di Jakarta, tempatnya di Mabes Polri dan pembentukan lembaga law enforcement centre di Semarang. Awalnya ia mempertanyakan soal tempatnya di Semarang. Namun, ia mengerti setelah saya menjelaskan kondisi di lapangan, bahwa di Jakarta tak ada lagi tempat. Sedang di Akademi Kepolisian di Semarang masih tersedia lahan yang luas. Selain itu, Akpol itu juga adalah bagian dari Mabes Polri. Beliau menyetujui dan mendukung dengan mengucurkan dana, atas nama pemerintah Australia, sebesar 36 juta dollar Australia yang diberikan secara bertahap. Yayasan JCLEC dan Peresmian JCLEC oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri Kemudian saya, dibantu staf, merancang lembaga yang memayungi pusat pendidikan dan pelatihan tersebut. Sebab kami menginginkan lembaga ini dikelola dengan profesional dan serius. Kami memikirkan bentuk yang tepat untuk memayungi lembaga ini. Hal ini penting karena lembaga ini tidak didanai oleh APBN tapi bantuan lembaga-lembaga kerjasama dari luar negeri. Maka kami, fihak Indonesia dan Australia menyepakati suatu payung lembaga berbentuk badan hukum yayasan. Kami pun menyepakati nama yayasan itu adalah Yayasan JCLEC (Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation). Menurut kami, bentuk yayasan lebih mudah menyalurkan bantuan dana dari Australia. Kami sudah bulat menyepakati bentuk badan yang tepat untuk 7 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

mengelola lembaga ini adalah berbentuk yayasan.

Peresmian JCLEC oleh Presiden Indonesia saat itu Megawati Soekarnoputri

Pengurusan yayasan disepakati, pendirinya adalah saya sendiri, Dai Bachtiar sebagai Kapolri, Irjen Cuk Sugiarto dan Irjen Winarto dari staf perencanaan. Lalu dari Australia, ada Mick Keelty dan Peter Drennan, AFP National Manager. Selanjutnya kami berbagi pekerjaan. Soal desain dan berbagai arsitektur bangunan ditangani oleh Ahli dari Australia. Indonesia memilih lokasi di daerah strategis di Akademi Kepolisian, Semarang. Akhirnya, kami mengambil momentum ulang tahun Polri 1 Juli 2004 untuk meresmikan pembangunan pusat pelatihan tersebut. Namun, jadwal itu bergeser karena 1 Juli adalah hari kampanye presiden. Pada 3 Juli, kami merayakan HUT Kepolisian RI di Semarang dan meresmikan JCLEC. Dua minggu sebelumnya, kita para pendiri sudah mengawali rapat pokja, (working group) di Semarang, Senior Official Meeting (SOM). SOM inilah yang memperkuat kelahiran JCLEC. Kita mengundang peserta SOM dari negara-negara Asisa Pasifik. Ada 6 menteri luar negeri yang hadir dan sejumlah kepala polisi federal komisioner AFP. Secara bersamaan di Jakarta digelar ARF, sehingga para menteri dari Asia juga turut menghadiri JCLEC Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

|8


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

Kami juga mengundang para Kepala Polisi ASEAN Plus, hadir dari Australia, Jepang, Korea Selatan, Cina, Papua Nugini, Fiji, New Zealand, Timor Leste, dan beberapa negara dari Pasifik lainnya. Secara fisik JCLEC dibangun kurang lebih berjalan 1/3 saja. Namun, bagi kami momentum ini sangatlah penting, bertepatan dengan ARF. Kami tidak harus menunggu pembangunan selesai, supaya mendapatkan perhatian dan publikasi luas dari negara-negara di Asia Pasifik, dan di dunia. Setelah JCLEC didirikan. Kami mendapatkan respon yang cepat dari negara Uni Eropa. Presiden Uni Eropa, yang dijabat Menteri Luar Negeri Belanda, Mr Bot, memberikan apresiasi dan bantuan kepada JCLEC. Pertama kali, bantuan diberikan oleh Belanda sekitar 10 juta Euro. Bantuan ini dipakai untuk membangun gedung latihan dan asrama. Lalu, ada bantuan teknologi informasi dari salah satu negara di Eropa, jumlahnya sekitar 5 juta. Mengingat bantuan Uni Eropa atau Belanda jumlahnya signifikan,

Pemukulan Gong oleh Megawati Soekarnoputri tanda diresmikannya JCLEC

9 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

mereka menuntut untuk duduk dalam organisasi itu. Mereka ingin duduk dalam board of patrons (badan pendiri). Setelah saya berdiskusi dengan Mick Keelty, kami tak menerima. Maka, mereka masuk dalam jajaran board of management; Indonesia, Australia, Uni Eropa (Belanda). Pada perkembangannya, dalam program-progarm yang dilaksanakan pada JCLEC tidak hanya bidang pemberantasan terorism, tapi juga kejahatan transnational pada umumnya. Board management ini yang mengontrol penggunaan dana dan program. Kesan Pertama Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono Pemilihan Umum 2004 selesai. Presiden Yudhoyono menggantikan Ibu Megawati Soekarno Puteri. Suatu saat, Presiden Yudhoyono akan berkunjung ke Amerika Serikat. Salah satu yang ingin dipromosikan adalah JCLEC. “Pak Kapolri , Saya akan berkunjung ke JCLEC. Saya akan lihat JCLEC,” kata Bapak Yudhoyono kepada saya. Pak Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet, kepada saya sempat menyampaikan Presiden akan berkunjung setelah kembali dari Amerika Serikat. “Lalu Presiden mengatakan, Pak Sudi justru Saya ingin lihat JCLEC Presiden SBY mengunjungi JCLEC di- sebelum saya berangkat ke Amerika dampingi Kapolri saat itu Da’i Bachtiar Serikat, kalau nanti di Amerika ditanya bagaimana saya bisa cerita tentang JCLEC.” Kami pun segera melakukan berbagai persiapan menyambut Presiden. Beliau ingin berkunjung hari Jumat, pada hari Minggu saya sendiri harus ke Bali. Lalu, hari Sabtu saya diminta Presiden untuk meninjau langsung di lapangan, peristiwa perusakan Pengadilan Negeri di Jayapura. Syukur alhamdulilah karena Polri punya pesawat sendiri, saya bisa Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

| 10


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

gunakan pesawat itu. Selesai menerima Presiden di Semarang, saya ke Jayapura, lalu Minggu siang sudah di Bali. Ketika Presiden berkunjung di Semarang, kami menunjukkan latihan antiteror internasional. Kami juga menunjukkan cara menghadapi serangan teror dari berbagai subyek, ada pembajakan pesawat, pembajakan kereta api, pembajakan di bus, penyanderaan

Demonstrasi Pembebasan Sandera

di rumah VVIP, penyanderaan di hotel. Jadi ada beberapa subjek yang kami simulasikan sebagai penyanderaan, termasuk di kapal laut.

Presiden SBY berdialog dengan peserta training

11 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

Mulai dari penyanderaan bus, anak-anak sekolah, bagaimana anak-anak bisa dibebas-


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

kan, bus dan kereta api sungguhan. Penyanderaan dengan pesawat terbang. Bagaimana di kapal laut dan di rumah VVIP. Kami membangun di sana rumah, bus, kereta api dan kapal sungguhan. Dengan sistem yang sudah dapat kita lihat melalui kamera atau secara visual langsung.

Presiden SBY berdialog dengan dosen

Presiden merasa puas dengan kemampuan anak-anak, beliau sempat memberi arahan, lalu meninjau ruangan JCLEC. Pada waktu itu sedang ada kursus, salah satu pesertanya dari Thailand, mereka berdialog. Seorang peserta berkomentar kepada Presiden, “Saya sudah sering kali ikut pelatihan di luar negeri, tetapi baru ini yang paling berkesan.�

Beliau sendiri ketika melihat lingkungan JCLEC memberikan komentar dengan berbisik, “Mas ini dimana? Ini tastenya lain suasananya. Bangunan sangat memperhatikan lingkungan. Pohon-pohon besar tidak ditebang. Sangat asri lingkungan di JCLEC.� Itu kesan yang disampaikan Presiden. Inilah gambaran JCLEC yang kita sampaikan ke berbagai pihak, saya bangga dan senang sekali bagaimana gagasan yang kita sampaikan ke berbagai pihak, sampai lahirnya JCLEC yang banyak mendapatkan perhatian dunia. Saya yakin kejahatan terorisme berskala global ini bisa dihadapi dalam ikatan kerjasama yang kuat di antara bangsabangsa di dunia. Bagi saya, JCLEC memberikan bukti dan inspirasi untuk melahirkan kekuatan global dalam menghadapi serangan terorisme internasional. (*)

Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

|12


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

BAB II

Melahirkan Pemimpin dan Investigator yang Cerdas Program studi pendidikan dan pelatihan di JCLEC Ia akan melahirkan pemimpin dan investigator di kawasan Asia Pasifik, dan Asia Tenggara khususnya. Ia membekali pendidikan dengan materi-materi dan didukung oleh instruktur-instruktur ahli. Sejak didirikan, JCLEC memberikan program pendidikan sangat berkualitas dan menjadi referensi bagi pendidikan anti teroris di kawasan tersebut. Pada Agustus 2008, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Sutanto memberikan pandangannya tentang program pendidikan di JCLEC, di saat acara pembukaan Program Kepemimpinan Eksekutif Regional (Regional Executive Leadership Program/RELP), yang menyampaikan bahwa program JCLEC sangat prestisius dan bermanfaat besar dalam menciptakan pemimpin dan manajer profesional dalam kepolisian. Sejak didirikan pada tahun 2004, JCLEC mengembangkan beberapa program pendidikan dan pelatihan kepada anggota-anggota kepolisian di lintas negara. Program-program yang dibuat adalah bentuk upaya komitmen bersama untuk membangun jaringan keamanan strategis lintas negara. Ini bermula dari situasi keamanan nasional Indonesia, yang saat itu, menghadapi serangan teroris. Dasar inilah yang melahirkan kesepakatan bersama antarlembaga kepolisian di belahan Asia dan Eropa, untuk membangun lembaga pendidikan 13 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

anti teroris dan kejahatan internasional. Pendirian JCLEC menjadi simbol terhadap komitmen bersama. Negara-negara yang mendukung pembangunan pusat pendidikan anti teror ini adalah Kanada, Denmark, Uni Eropa, Perancis, Jerman, Italia, Belanda, Australia, Spanyol, Swedia, Inggris, Amerika Serikat. Negara-negara inilah yang terus akan mendukung pengembangan pusat pendidikan JCLEC secara langsung dan nyata.

Dukungan dari negara-negara tersebut, antara lain meliputi dukungan donasi keuangan. Bantuan keuangan dipakai untuk membiayai kursus pelatihan, partisipan atau peserta, instruktur, dan pembicara utama dari luar negeri. Seluruh akomodasi selama pendidikan dibiayai oleh donasi keuangan dari negara-negara itu. Selain itu, bantuan keuangan itu juga untuk membangun infrastrukturnya, diantaranya seperi komputer dan perpustakaan. Donasi keuangan bersama ini juga dipakai untuk mendatangkan instruktur-instruktur luar negeri untuk mendidik dan melatih para instruktur dari Indonesia. Negara-negara itu juga memberikan dukungan penuh pada program-program pendidikan dalam JCLEC. Setiap program pendidikan mendapatkan sertifikasi resmi yang disesuaikan dengan lembaga pendidikan luar negeri. Bahkan, pendidikan ini memiliki level dan status sejajar dengan pendidikan formal di Indonesia dan luar negeri. Sertifikasi resmi itu berasal dari lembaga pendidikan tinggi atau universitas. Dan, hal ini termasuk bagian dari kerjasama antar Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

|14


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

negara dalam membangun pusat pendidikan dan pelatihan soal teroris dan kejahatan lintas negara. Sertifikasi formal datang dari institusi pendidikan berbagai negara dalam sebuah afiliasi akademik, antara JCLEC dengan Australia Institute of Police Management, Bramshill Police Staff College, Canberra Institute of Technology, Charles Sturt University, Nanyang University of Technology, University of Melbourne, dan Universitas Indonesia. Tujuan terjalinnya afiliasi akademik antara JCLEC dengan universitas-universitas tersebut adalah untuk mendapatkan akreditasi formal dari kursus pelatihan anti terorisme, yaitu sertifikat Sarjana (Graduate), Diploma (Diploma Graduate), atau Master Degree, untuk beberapa studi. Pertama, studi tentang Terorisme, Keselamatan, Keamanan. Kedua, untuk studi mengenai Kepemimpinan dan Manajemen. Ketiga, studi soal Investigasi dan Intelijen. Afiliasi akademik dari berbagai perguruan tinggi itu juga untuk mendapatkan akreditasi formal dari program kursus forensik bagi mahasiswa, yang setingkat dengan Diploma Investigasi Forensik. Kemudian, afiliasi itu untuk membuka jaringan dan akses ke perpustakaan universitas dan untuk kepentingan menggunakan tenaga dari universitas, seperti profesor, dosen-dosen, dan tenaga-tenaga ahli dari institusi lainnya.

Para pelatih dan peserta Australian Bomb Data Center Workshop yang diadakan 4-15 Mei 2009 di JCELC, program kerjasama Australian Federal Police dengan JCLEC.

15 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

Pemerintah Australia, melalui Australian Federal Police, secara khusus bekerjasama dengan JCLEC, untuk mendesain dan membangun program-program pendidikannya. Secara khusus, Pemerintah Australia dan Indonesia menjalin kerjasama dalam pembangunan dan pelaksanaan pendidikan di JCLEC. Inisiatif bilateral ini untuk memberikan apresiasi kepada negara-negara lain untuk mendukung tercapainya tujuan dari JCLEC, dengan mempromosikan JCLEC “Learning and understanding through shared experince� dalam berperang melawan terorisme dan kejahatan lintas negara. Komitmen pemerintah Australia itu ditunjukkan dengan memberikan bantuan sebesar AUD$36.8 juta untuk lima tahun kepada Kepolisian Indonesia, untuk dipakai dalam pembangunan dan operasional JCLEC. Australia Federal Police (AFP) juga berperan penting dalam mendesain program-program pendidikan, termasuk membangun desain kurikulum pendidikan di JCLEC.

Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

|16


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

Ada sekitar tiga program pendidikan yang dirancang oleh AFP dan Polri. Pertama adalah Program Kepemimpinan Eksekutif Regional (Regional Executive Leadership Program/RELP). Program ini didesain untuk membangun alumni-alumni dari staf senior kepolisian yang bekerja bersama untuk memperkuat penegakan hukum regional untuk lima belas tahun ke depan. Program ini untuk anggota-anggota polisi yang masih aktif pada lima belas tahun ke depan di kawasan Asia Tenggara. Tujuan RELP adalah untuk mengasah kemampuan staf senior kepolisian, baik secara personal, organisasi, maupun lingkup regional dengan fokus pada persoalan gerakan anti terorisme, kejahatan lintas negara, intelijen, dan pengambilan keputusan. Program ini dijalankan dengan kolaborasi beberapa pihak, antara Kepolisian Republik Indonesia, Australian Federal Police, Australian Institute of Police Management, Bramshill Police Staff College, dan Charles Sturt University. Program kedua adalah Program Kepemimpinan dalam Intelijen Kriminal (Leadership in Criminal Intelligence Program/LCIP). Program ini diperuntukan bagi analisis senior dan perwira intelijen, yang memfokuskan pada soal tantangan manajemen yang secara spesifik untuk menghadapi persoalan kejahatan kriminal dan keamanan intelijen di lingkungan penegakan hukum, yang juga memprioritaskan pendalaman mengenai gerakan anti teror. Program ini dimulai sejak tahun 2006 dan dinilai sebagai program yang sukses. Ada tiga topik utama dalam LCIP, yaitu peran unit intelijen dalam membangun gagasan baru antara harapan dan tanganan baru, mengatur lingkungan dan situasi yang kompleks, dan mendukung pengambilan keputusan. Pendidikan program LCIP adalah setara dengan pendidikan sarjana diploma. Lulusan dari LCIP akan mendapatkan gelar Graduate Diploma dari Institut Manajemen Kepolisian Australia (Australian Institute of Police Management). Program Ketiga adalah Manajemen Internasional Kejahatan Serius 17 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

(Internasional Management of Serious Crime/IMOSC). Program ini diperuntukkan bagi polisi dan staf penegak hukum senior, memiliki keterampilan dalam memimpin dan mengatur penyidikan kejahatan serius dan memahami persoalan-persoalan penting dalam manajemen. Program ini juga didesain untuk melahirkan para praktisi senior dari penegak hukum yang bertanggung jawab dan punya komitmen besar untuk bisa memimpin dan mengatur penyidikan kasus-kasus kejahatan yang serius. Maka, kursus ini dapat merefleksikan sebuah pendekatan multiyurisdiksi dan multilembaga dalam penyidikan kejahatan serius dengan para peserta pada konteks yang lebih besar lagi, penguatan penegakan hukum internasional. Ketiga program tersebut didesain dengan tujuan untuk mencapai hasil dengan standar internasional, baik dari kualifikasi peserta, konsep pelatihan, dan materi pelatihan itu sendiri, termasuk juga para instrukturnya. Setiap desain program itu memperhatikan level peserta, dari manager operasional, manager di level menengah dan senior, dan para praktisi teknisi di bidang tertentu. Selain desain program pendidikan di JCLEC, AFP juga mendesain suatu kurikulum pendidikan dan pelatihan. Ada beberapa kurikulum pendidikan pada JCLEC, yaitu Penyidikan, Intelijen, Forensik, Penyidikan Finansial, Komunikasi, dan juga Komputer Berbasis Pelatihan.

Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

|18


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

BAB III

Memadukan Profesionalitas dan Standar Internasional Fasilitas-fasilitas JCLEC dan PLATINA JCLEC dibangun dengan konsep yang matang. Seluruh fasilitas dibangun mengacu pada standar profesional dan bertaraf internasional. Ia menjadi pusat latihan dan pendidikan yang dikenal sangat berkualitas dan prestisius. Negara-negara Asia Pasifik menyepakati donasi dari berbagai negara dalam pendirian Pusat Kerjasama Penegakan Hukum Jakarta (JCLEC). Pemerintah Belanda turut memberikan komitmen yang kuat, melalui donasi untuk pembangunan fasilitas gedung-gedung dan vila instruktur, yang nilainya mencapai 5, 99 juta Euro. Fasilitas di dalam lokasi JCLEC terbagi dalam beberapa gedung yang memiliki fungsi berbeda-beda. Gedung Satu adalah digunakan sebagai ruang kelas, server, dan kantor. Ruang kelas yang dibangun berkapasitas antara 20 sampai 30 orang. Kelas dilengkapi dengan sekitar empat meja persegi dengan kursi yang didesain sangat nyaman. Kelas ini juga dilengkapi dengan sebuah proyektor sebagai alat bantu untuk presentasi. Gedung Dua terdiri dari beberapa ruang sindikat, perpustakaan, 19 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

juga terdapat ruang kelas. Ruang sindikat lebih kecil dari ruang kelas training, dengan kapasitas antara 5 sampai 12 orang peserta. Kelas di ruang sindikat memiliki fasilitas yang sama dengan kelaskelas di gedung lain. Gedung Tiga digunakan sebagai ruang administrasi, instruktur, cafe, dan laboratorium komputer. Dalam program JCLEC terdapat pelatihan berbasis komputer, sehingga peran laboratorium komputer ini signifikan. Tak hanya soal keahlian teknis tapi juga memperdalam pengetahuan tentang sistem intelijen pengelolaan kasus (case management intelligence system). Para peserta bisa memaksimalkan kemampuan peserta pelatihan, karena laboratorium ini dilengkapi dengan 20 unit komputer. Kemudian, Gedung Eksekutif yang didalamnya terdapat ruang manajemen, staf, ruang konferensi, dan auditorium. Gedung Eksekutif memiliki tata ruang yang eksklusif dan megah. Ruang konferensi ini untuk menjaga profesionalitas, saat forum-forum besar dan penting di selenggarakan oleh JCLEC. Pada auditorium teater, di dalam ruangannya berbentuk tangga melingkar. Di samping gedung-gedung tersebut, JCLEC juga membangun fasilitas- fasilitas untuk mendukung kegiatan para peserta. Sebagaimana gedung-gedung tersebut, fasilitas-fasilitas yang dibangun betulbetul mengacu pada kegiatan profesional dan eksklusif. Seperti kolam renang yang terawat dan terkelola dengan bersih, fitness center yang alat-alatnya up to date, lapangan olahraga dengan lampu penerang, dan lobi rekreasi sebagai tempat bersantai. Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

|20


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

Bagaimana soal akodomasi peserta? Untuk yang satu ini turut mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. JCLEC membangun kamar-kamar eksklusif di dalam lokasinya. Kamar dengan pendingin ruangan AC, spring bed, televisi, dan DVD Player. Bagi instruktur atau pengajar, JCLEC membangun beberapa vila yang letaknya juga di dalam lokasi latihan. Vila-vila yang dibangun dengan donasi dari negara Belanda. Ada sembilan vila untuk para instruktur, yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Vila instruktur dan tempat penginapan disediakan sebuah restoran yang dikelola secara profesional. Dari menu makanan, alat-alat masak, dan juru masak yang ahli dan mengerti tata cara memasak makanan yang bergizi dan sehat. Restoran dibuka setiap saat, dari pagi sampai malam. Peserta diundang untuk makan malam di Restoran Tulip yang terletak di dalam Gedung Nusantara. Selain restoran yang dikelola secara profesional, fasilitas JCLEC juga sangat memperhatikan kenyamanan peserta soal kerapian pakaian. Di ruang laundry dan dry cleaning busana, tersedia mesin cuci dan setrika yang canggih. Para peserta mendapatkan pelayanan ini dengan gratis (free) setiap hari. Kebersihan dan kerapian soal busana pakaian peserta menjadi bagian penting dari lembaga ini memberikan pelayanan berkualitas. Para peserta juga diberikan pelayanan kesehatan, dari kesehatan umum hingga pelayanan kesehatan yang sangat urgen atau emergency. Transportasi bagi kepentingan kesehatan (medical) siap se21 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

dia, mengantarkan ke rumah sakit. Termasuk, pelayanan pengurusan soal asuransi perjalanan peserta secara individual dan organisasi. Staf akan melayani persoalan kesehatan dengan memperhatikan kondisi kesehatan individu yang berasal dari Indonesia dan negara lainnya. Tentu, kebijakan pelayanan kesehatan ini berbeda-beda, disesuaikan kebutuhan dan tuntutan atau permintaan peserta, seperti durasi, tanggungan kesehatan dan tempat perawatan rumah sakit. Akomodasi keamanan (security) juga diberikan kepada peserta. Fasilitas keamanan JCLEC memiliki strategi keamanan yang komprehensif untuk menjaga keselamatan setiap peserta. Peserta akan diberikan informasi soal keselamatan atau briefing di permulaan program pelatihan oleh staf keamanan intelijen. Peserta diberikan kebebasan untuk berkomunikasi kepada staf keamanan intelijen, terutama mengenai keamanan tambahan, kesehatan atau pun soal informasi keselamatan lainnya. JCLEC sangat peduli dengan kesehatan lingkungan di dalam gedunggedungnya. Manajemen gedung memberlakukan area bebas asap rokok di dalam ruangan gedung (smoke free zones). Bagi perokok, ada ruang khusus yang didesain untuk merokok, yang terletak di ruang gedung. Fasilitas PLATINA Pusat Latihan Anti Teror Internasional (PLATINA) letaknya di kawasan Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, satu lokasi dengan JCLEC. Tempat ini dibangun khusus sebagai tempat pelatihan bagi penanggulangan kejahatan terorisme di dunia, yang saat ini kasuskasus terorisme semakin meningkat. Selain itu, memang Kepolisian Indonesia belum memiliki tempat latihan bagi pasukan anti teror yang ideal. Tentu, pembangunan pusat latihan ini karena didorong oleh kesuksesan Polri dalam mengungkap berbagai kejahatan terorisme di Indonesia. Selain itu, PLATINA dibangun bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan pasukan anti teror di level taktis dan Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

|22


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

teknis. Kemudian, tempat latihan ini dipakai sebagai gelanggang latihan antara negara-negara yang tergabung dalam forum Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation (JCLEC). Hal ini sesuai dengan visi Detasemen anti teror Polri, yaitu mewujudkan kawasan Indonesia yang bebas dari terorisme, yang mengancam kehidupan warga negara, bangsa, kepentingan nasional, dan yang sangat penting adalah menciptakan lingkungan internasional yang peka dalam menghadapi persoalan-persoalan terorisme. Pasukan Detasemen Anti Teror Polri sendiri memiliki misi, diantaranya menghentikan aksi terorisme yang mendasarkan pada supremasi hukum, prinsip independensi, tidak diskriminatif. Dan, melaksanakan kerjasama dengan negara lain dalam bidang pelatihan anti teror dan penanggulangan kejahatan terorisme. PLATINA dibangun di atas areal lapangan yang bentuknya oval dan luas, meliputi lapangan tembak, menara pandang, rumah, hotel, sirkuit mengemudi, pesawat, kereta, helikopter, dan pesawat. Semua fasilitas tersebut dipakai untuk menggelar latihan-latihan simulasi pasukan Detasemen Anti Teror saat menghadapi aksi-aksi terorisme dan pembebasan sandera, di kereta api, pesawat terbang, dan kapal laut.

Seluruh fasilitas itu menjadi medium utama saat menggelar simulasi. Misalnya, simulasi perlawanan teror di gedung bertingkat. Ho23 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

tel yang dibangun di kawasan PLATINA memiliki empat lantai, yang terdiri dua kamar pada setiap lantainya. Lalu, pintu masuk dan jendela hotel, kamera pemantau pada setiap sisi ruangan. Desain hotel semacam itu untuk mendukung anggota-anggota pasukan dari Detasemen Anti Teror menghadapi aksi teroris, dengan memanjat dinding-dinding hotel dengan tali-tali. Rumah yang dibangun, terletak di pinggir lapangan PLATINA dipakai sebagai markas teroris, yang menjadi sasaran utama pasukan anti teror melakukan penggerebekan dan melumpuhkan para teroris, dan juga menjinakkan bom yang disimpan di dalam rumah tersebut. Nampak, dalam simulasi tersebut, peragaan menghancurkan pintu rumah, markas teroris dengan teknik ledakan kecil, yang bisa saja

melumpuhkan musuh yang ada di dalamnya. Dalam penjinakan bom, pasukan anti teror dilengkapi alat-alat Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

|24


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

yang memiliki standar internasional dan profesional, seperti pakaian anti ledakan, mobil pasukan khusus anti teror, komputer dengan sinyal khusus untuk menggerakkan robot penjinak bom yang dirakit oleh musuh. Simulasi penjinakkan bom dan penyerangan markas para teroris itu, juga melibatkan pasukan kepolisian yang mengolah bukti-bukti yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Diperagakan sebuah tim olah TKP masuk ke area itu, setelah pasukan anti teror beraksi. Hal ini menunjukkan koordinasi dan kerjasama diantara beberapa tim penanggulangan teroris. Simulasi lainnya adalah pembebasan sandera dari kelompok teroris

di kereta api, dengan sebuah helikopter, simulasi pembebasan pesawat yang dibajak oleh kelompok teroris, dan simulasi penyergapan kelompok teroris yang menguasai kapal laut. Setiap program pelatihan, peserta mendapatkan latihan-latihan penanggulangan serangan teroris dengan model-model simulasi dengan fasilitas tersebut. Sehingga, PLATINA bisa memberikan simulasi latihan melumpuhkan serangan teroris yang menyerang ke titik-titik penting dan tempat-tempat umum atau strategis. Fasilitas-fasilitas publik tersebut, seperti transportasi di wilayah udara, laut, dan darat.

25 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

BAB IV

JCLEC dalam Derap Langkah Capaian keberhasilan di usia lima tahun Mewujudkan pusat pelatihan yang profesional untuk mengatasi kejahatan lintas negara termasuk terorisme menjadi keinginan pemerintah Indonesia dan Australia. Kesamaan pandang inilah yang menjadi penanda awal ditandantanganinya nota kesepahaman antara Kepolisian Republik Indonesia dengan Australia. Kesepahaman ini dimantapkan dalam pertemuan para menteri di Bali yang khusus menggagas penanggulangan terorisme pada 6 Februari 2004. “Dalam deklarasi tersebut, pemerintah Indonesia dan Australia menekankan perlunya kerja sama sepenuhnya dalam upaya nasional maupun internasional untuk pemberantasan kelompok-kelompok terorisme dan segala bentuk kejahatan lintas negara,� ujar Brigjen Pol. A. Mujiono, yang saat ini menjadi Direktur Eksekutif di JCLEC. Lebih konkrit kedua negara setuju untuk membentuk pusat kegiatan kerja sama penegak hukum Jakarta yang kemudian kita kenal dengan nama JCLEC ini. Jadilah kini JCLEC merupakan pusat pelatihan internasional di kawasan ini. “Platform pendidikan dan pelatihan memang disiapkan secara terencana dan berkelanjutan, agar pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan di JCLEC benar-benar profesional,� paparnya. Mujiono menjelaskan, pelatihan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan penegakan hukum yang mantap, pemahaman berbagi pengalaman dan kerja sama multiyurisdiksi. Pelatihan bidang hukum, intelejen, pencucian uang, peradilan dan materi lain terkait dengan kejahatan lintas negara diajarkan. Kegiatan ini bekerja sama dengan lembaga penegak hukum di kawasan Asia Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

|26


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

Pasifik, dalam bentuk tukar pengalaman dengan para ahli di bidangnya. “Kita memang selalu mengupayakan kerja sama yang lebih baik terutama dalam bidang penyidikan dan pengelolaan penyelidikan multiyurisdiksi yang bertujuan memutus jaringan kejahatan dan terorisme lintas negara di kawasan Asia Pasifik, tambahnya. Tak kurang 781 pelatih atau dosen sudah membagikan ilmunya sejak tempat pelatihan ini dibuka. Sampai sekarang sudah 213 kursus dan pelatihan yang dilakukan. Pemerintah Belanda menurut Mujiono sudah berhasil menjalankan program pendidikan keamanan penerbangan dan bandara pada tahun 2007 – 2008 yang diikuti 120 personil Polri. Tindak lanjut dari pelatihan tersebut saat ini pelatih dari Polri sudah bisa memberikan pelatihan serupa untuk program pengamanan bandara 2009. “Pelatih dari Polri yang sebelumnya dididik oleh pelatih Belanda tersebut saat ini sudah bisa memberikan ilmunya pada anggota yang lain,” ujar Mujiono. Hasilnya kini bisa dinikmati banyak pihak. Hasil peningkatan pemahaman tentang penerbangan dan pengamanan bandara meningkatkan hubungan antar lembaga terkait, serta meningkatkan pelatihan Polri yang bertugas di bandara. Program lain yang dikembangkan yaitu program JBT Monitoring Compliance Workshop di JCLEC yang diikuti oleh delegasi dari Pakistan’s Financial Monitoring Unit (FMU), State Bank of Pakistan (SBP) dan Securities dan Exchange Commission of Pakistan (SECP) tanggal 26-29 Mei 2009.

27 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

yang merupakan bagian dari UNOOC pada Agustus 2007. Program JBT atau program pelatihan berbasis komputer ini sangat membantu sebagai pusat belajar mandiri. Di sini didesain meliputi 27 modul pelatihan yang meliputi pelatihan trans national crime dalam bahasa Indonesia dan Ingris. Kelas ini akan dikembangkan menjadi kelas jarak jauh pada tahun 2009, dan saat ini telah terlaksana di Polda Bali. Menyusul nantinya Akademi Kepolisian dan Polda Nusa Tenggara Barat. Sejak Agustus 2007, program JBT ini sudah diikuti oleh 1079 peserta dan diakses lebih dari 13100 peserta online. “Dengan cara ini pelatihan mandiri dan berkualitas sudah menyebar” lanjut Mujiono. Metode ini juga nantinya diintegrasikan bagi Taruna Akpol pada tahun terakhir pendidikannya. “Kami terus menyempurnakan metode pendidikan yang ada,” tambahnya. Penyempurnaan metode pendidikan dan simulasi pelatihan yang uptodate ini pula yang menjadi sorotan mantan Gubernur Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Farouk Muhammad. Menurutnya, desainer pelatihan JCLEC harus membuat konsep-konsep yang mutakhir dan mengikuti perkembangan kasus yang terjadi di seluruh dunia. Terorisme menurutnya akan menggunakan berbagai cara untuk menjalankan aksinya. “Tantangan terorisme ke depan semakin tidak mudah. Itu sebabnya mereka yang terlahir dari JCLEC harus mempunyai kemampuan memadai untuk mempelajari hal baru dengan cepat. Desainer pelatihan harus mengembangkan itu,” ujarnya. Farouk mengakui secara nasional, kemampuan kepolisian sudah cukup teruji untuk mengatasi masalah terorisme di dalam negeri dengan pengungkapan yang cepat dan mengambil tindakan nyata di lapangan. “Sangat terasa sekali bagaimana peranan JCLEC terhadap pemberantasan terorisme di Indonesia. Hasil pendidikan di JCLEC ini sangat nyata,” tambahnya. Sebagai pendidik di lingkungan Polri, Farouk mengatakan saat ini kemajuan di Polri sudah sangat signifikan. Di mata negara donor pun Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

|28


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

menurut Faouk, eksistensi JCLEC sudah sangat diakui sebagai pusat pelatihan yang terintegrasi dengan standar internasional. Selain mengingatkan untuk mengupdate materi pelatihan, Farouk juga menyarankan agar ke depan JCLEC terintegrasi secara struktural dengan Akademi Kepolisian (Akpol). “Memang ketika didirikan dulu, JCLEC berada di luar sistem Akpol, tetapi tidak ada salahnya kalau dalam perkembangan nanti, JCLEC menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Akpol. Itu juga kalau negara donor setuju dengan gagasan ini,” ujarnya mantan Gubernur PTIK periode 2002 – 2006 ini. Farouk yang juga Sekretaris Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hankam ini sangat menghargai ide Dai Bachtiar untuk mendirikan pusat pelatihan antiteror yang terpadu. “Kita yang bukan negara maju, tetapi mempunyai gagasan dan konpsep bahkan mengimplementasikan gagasan tersebut secara nyata. Kita menggerakan masyarakat internasional untuk mewujudkan gagasan yang dilontarkan Bapak Dai Bachtiar. Ini bukan saja kebanggaan Polri tetapi juga menjadi kebanggan bangsa,” ujarnya. Kebanggaan terhadap tempat pelatihan ini juga disampaikan Presiden Yudhoyono. “Tempat latihan ini sangat berbeda suasananya. Sangat memperhatikan lingkungan dan asri,” ujar Presiden Yudhoyono saat berkunjung ke JCLEC pada 2004. Peserta dari 41 negara pun mengagumi hal serupa. Sejak berdiri, kurang lebih 4776 peserta dari dalam dan luar negeri seperti kawasan Asia, Asia Pasifik, Eropa, termasuk Amerika dan Amerika Latin, menjadi peserta pelatihan aktif maupun kursus yang diselenggarakan di JCLEC. 29 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

Profesionalitas yang ditunjukkan di JCLEC ini membuka peluang lebar bagi negara donor seperti Australia, Kanada, New Zealand, Inggris, Spanyol, Jerman, Amerika Serikat dan Eropa untuk tetap memberikan bantuannya. Lima tahun keberadaannya, JCLEC memang sudah menunjukkan hasilnya. Upaya Indonesia untuk memerangi tindak terorisme sejauh ini dipandang sudah cukup baik. Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer pernah mengatakan, hal yang terpenting dalam usaha pemberantasan terorisme adalah political leadership yaitu kepemimpinan politik dari pemerintah. Sebab, terorisme sendiri merupakan sebuah fenomena global sehingga untuk mengatasinya diperlukan koalisi antar negara. Pernyataan ini pernah disampaikan Downer ketika membuka program pelatihan kontra terorisme, “Regional Executive Leadership Program (RELP) 2007 di komplek Akpol Semarang. Program training yang berjalan 3 bulan tersebut diikuti oleh 23 pejabat kepolisian dari 13 negara di Asia-Pasifik. Negara yang ikut ambil bagian adalah Indonesia, Australia, Brunei Darussalam, Laos, Malaysia, Singapura, Hongkong, RRT, Korsel, Vietnam, Filipina, Thailand, dan Kamboja. Menurut Downer, keberadaan JCLEC penting untuk membantu training dan penegakan hukum terhadap para pelaku teror. Kejadian bom Bali I yang banyak menewaskan warga Australia dan Inggris menjadi alasan kedua negara tersebut ikut membiayai program JCLEC. Ia menambahkan, hal lain yang tak kalah penting adalah public support. “Tentang masalah ini Indonesia sudah cukup baik seperti halnya yang telah dilakukan negara lain,� ujarnya. Selanjutnya, manajemen dan leadership juga penting terutama untuk menyelesaikan masalah tersebut secara jangka panjang. Penegasan serupa juga disampaikan Menlu Hassan Wirajuda. KeInspirasi Menggalang Kekuatan Global

|30


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

beradaan JCLEC yang didirikan sejak Juli 2004 sangat penting untuk melakukan tindakan kontra terorisme. “Sejak didirikan, JCLEC mengalami pertumbuhan yang pesat baik dalam segi fasilitas maupun pelatihannya,” ujar Wirajuda. Dengan adanya koordinasi yang baik antara polisi di Asia Pasifik, diharapkan kapabilitas dan kapasitas polisi untuk menangani tindakan kontra terorisme dapat meningkat. “Harapannya, bukan hanya dapat meredam bahaya terorisme tapi juga mengurangi terorisme di masyarakat,” jelas dia.

Menlu RI Hasan Wirajuda (berdasi merah) dengan Menlu Australia Alexander Downer (sebelah kiri Menlu RI) dengan para delegasi Ministerial Conference on Counter Terrorism, Jakarta 5-6 Maret 2007.

Menurut Hassan, penyelenggaraan JCLEC bukan hanya untuk menghancurkan terorisme namun juga untuk menangani kejahatan transnasional yang lain seperti penyalahgunaan narkoba dan pencucian uang. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan agar, jajaran Polri terus meningkatkan kemampuan dalam mengantisipasi dan menang31 | Inspirasi Menggalang Kekuatan Global


Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

kal segala bentuk kejahatan termasuk terorisme. Polisi jangan sampai kalah dari penjahat dan teroris, sebaliknya harus lebih unggul. Karena itu, peningkatan pendidikan, latihan, teknik, taktik, strategi, dan doktrin kepolisian mutlak perlu.

Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

|32



Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

Global Cooperation in a Fight Against Terrorism” di Edith Cowan University, Perth, Western Australia, 16 November 2006; Konferensi Dunia ke-11 Asia Crime Prevention Foundation (ACPF) tentang Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Pidana, 20-22 November 2006; The 4th EastWest Institute (EWI’s) Worldwide Security Conference di Brussels, Belgium, 20-22 Februari 2007; East ASEAN Initiative Security for Economic Growth di Davao, Philippine, 12-13 Maret 2007; Chemical Biological Radiological and Nuclear (CBRN) Defense Asia Conference di Singapore, 13-15 Juni 2007; Security Asia Forum di Malaysia, 25-26 Juni 2007; ASEAN Crime Prevention Conference “The Implementation of Jakarta Declaration on Crime Prevention and Criminal Justice”, di Jakarta, 3 - 4 September 2007. Ketua Delegasi Indonesia 2nd ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC), Yanggon, Myanmar, 23 June 1999; The Special ASEAN Ministerial Meeting on Terrorism Kuala Lumpur, Malaysia, 20-21 May 2002; 1st ASEAN Plus Three Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC+3), Bangkok, Thailand, 10 January 2004; The International Criminal Police Organization (ICPO) Interpol General Assembly, Cancún, Mexico, 5 - 8 October 2004; 11th BIMP-EAGA Ministerial Meeting, Kota Kinabalu, Malaysia, 10 November 2006; 14th IMT-GT Ministerial Meeting, Songkhla, Thailand, 6 September 2007; 12th BIMPEAGA Ministerial Meeting, Davao City, Philippines, 26 Oktober 2007. Penghargaan Bintang Mahaputera Adi Pradana dari Republik Indonesia; Darjah Kebesaran “Panglima Setia Mahkota” (PSM) Kehormatan Dengan Gelar “Tan Sri” Malaysia dari Kerajaan Malaysia; The Order Of Australia dengan gelar “Australian Order” dari Commonwealth of Australia; Bintang Jasa Utama dari Republik Indonesia; Bintang Bhayangkara Utama dari Republik Indonesia; Bintang Kartika Eka Pakci Utama dari Republik Indonesia; Bintang Jalasena Utama dari Republik Indonesia; Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama dari Republik Indonesia; Bintang Bhayangkara Pratama dari Republik Indonesia; Bintang Yudha Dharma Pratama dari Republik Indonesia; Bintang Bhayangkara Nararya dari Republik Indonesia; Bintang Yudha Dharma Nararya dari Republik Indonesia; Satya Lencana Jana Utama; Satya Lencana Ksatria Tamtama; Satya Lencana Karya Bhakti; Satya Lencana Panca Warsa; Satya Lencana Seroja; Satya Lencana Dwidya Sistha; Satya Lencana Kesetiaan 24 Th

Inspirasi Menggalang Kekuatan Global

|34


Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.